Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS MOTIVASI PETANI HUTAN RAKYAT DENGAN

STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) DI


KABUPATEN BOGOR

ANGGIT BABARRAJAB CAHYADI

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Motivasi Petani
Hutan Rakyat dengan Structural Equation Modeling (SEM) di Kabupaten Bogor
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2018

Anggit Babarrajab Cahyadi


NIM E14140062
ABSTRAK
ANGGIT BABARRAJAB CAHYADI. Analisis Motivasi Petani Hutan Rakyat
dengan Structural Equation Modeling (SEM) di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh
BUDI KUNCAHYO.

Pola pengelolaan hutan rakyat di Jawa Barat adalah agroforestri. Agroforesti


bertujuan untuk menghasilkan kayu dan komoditas turunan lainnya untuk
meningkatkan pendapatan dan kelestarian lingkungan. Keputusan petani untuk
mengusahakan komoditas kehutanan dapat dipengaruhi oleh motivasi petani hutan
rakyat. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor
yang memengaruhi motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat. Metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square - Structural
Equation Modeling (PLS-SEM). Motivasi petani hutan rakyat dipengaruhi oleh
faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri atas luas hutan rakyat
dan keterampilan budidaya tanaman. Faktor ekstrinsik terdiri atas kegiatan
penyuluhan, akses informasi, dan kelompok tani. Faktor intrinsik berpengaruh
nyata terhadap motivasi petani hutan rakyat.

Kata kunci: ekstrinsik, intrinsik, PLS

ABSTRACT

ANGGIT BABARRAJAB CAHYADI. Motivation Analysis of Private Forest


Farmers with Structural Equation Modeling (SEM) in Bogor District. Supervised
by BUDI KUNCAHYO.

The pattern of private forest management in West Java is agroforestry.


Agroforestry aims to produce timber and other derivative commodities to increase
income and environmental sustainability. The decision of farmers to cultivate
forestry commodities can be influenced by the motivation of private forest farmers.
The study aims to identify and analyze the factors that influence the motivation of
farmers in managing private forests. The analytical method used in this study is
Partial Least Square - Structural Equation Modeling (PLS-SEM). The motivation
of private forest farmers is influenced by intrinsic factors and extrinsic factors.
Intrinsic factors consist of the area of private forest and crop cultivation skills.
Extrinsic factors consist of extension activities, information access, and farmer
groups. Intrinsic factors have a significant effect on the motivation of private forest
farmers.

Keywords: extrinsic, intrinsic, PLS


ANALISIS MOTIVASI PETANI HUTAN RAKYAT DENGAN
STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) DI
KABUPATEN BOGOR

ANGGIT BABARRAJAB CAHYADI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul “Analisis Motivasi Petani Hutan Rakyat
dengan Structural Equation Modeling (SEM) di Kabupaten Bogor”. Penelitian ini
dilaksanakan bulan Februari sampai bulan April 2018. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat di Kabupaten Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan do’a.
2. Dr Ir Budi Kuncahyo, MS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Ketua Kelompok Tani Sugih Mukti Bapak Antawinata dan Ketua Kelompok
Tani Parikesit Bapak Sukanta atas bantuan dan kerjasamanya.
4. Pemerintah Desa Parakan Muncang, Desa Curug Bitung, Dinas Kesatuan
Bangsa dan Politik Kabupaten Bogor atas sarana dan prasarana yang disediakan
sehingga penelitian ini dapan berlangsung dengan baik.
5. Staf Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor yang telah membantu dalam pengurusan administrasi kemahasiswaan.
6. Seluruh pihak terkait yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah
membantu penelitian dan pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari tulisan ini memiliki kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki tulisan ini. Atas kritik dan saran
yang diberikan, diucapkan terima kasih. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2018

Anggit Babarrajab Cahyadi


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL viii


DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Alat dan Bahan 2
Teknik Pengumpulan Data 2
Analisis Data 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian 5
Karakteristik Responden 6
Analisis Model Pengukuran dan Model Struktural 9
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
RIWAYAT HIDUP 20
LAMPIRAN 15
DAFTAR TABEL
1 Definisi operasional variabel 3
2 Tingkat pendidikan petani hutan rakyat 6
3 Distribusi umur petani hutan rakyat 6
4 Jumlah tanggungan keluarga 7
5 Distribusi pengalaman petani dalam mengelola hutan rakyat 7
6 Distribusi luas lahan milik petani hutan rakyat 7
7 Loading factor dan nilai AVE 10
8 Nilai cross loading 11
9 Nilai composite reliability 11
10 Hubungan antar variabel laten 11

DAFTAR GAMBAR
1 Peta lokasi penelitian 5
2 Keanggotaan kelompok tani hutan 8
3 Keikutsertaan kegiatan penyuluhan 8
4 Hasil pls algorithm 9
5 Hasil evaluasi pls algorithm 10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil model pengukuran dan model struktural 15
2 Hasil evaluasi model pengukuran dan model struktural 16
3 Kuesioner penelitian hutan rakyat 17
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menurut Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat (2016), luas hutan rakyat
tahun 2016 di Kabupaten Bogor mencapai 17 326.12 ha. Produksi hutan rakyat di
Kabupaten Bogor pada tahun 2016 telah mencapai 1652.23 m3. Hutan rakyat
memiliki manfaat terhadap lingkungan, seperti mengendalikan erosi dan limpasan
permukaan, memperbaiki kesuburan tanah, dan menjaga keseimbangan tata air
(Zulkarnain 2008).
Hutan rakyat merupakan hutan buatan yang tumbuh di atas lahan milik
(dibebani hak), baik secara perseorangan, kelompok maupun badan hukum
(Hardjanto 2017). Hutan rakyat yang dikembangkan secara swadaya oleh
masyarakat merupakan salah satu bentuk pemanfaatan sumber daya lahan. Pola
pengelolaan hutan rakyat tradisional di Jawa Barat adalah pola agroforestri. Pola
hutan rakyat tradisional bertujuan untuk menghasilkan kayu serta komoditas
turunannya untuk meningkatkan pendapatan dan kelestarian lingkungan (Widarti
2015).
Keputusan petani untuk mengusahakan komoditas kehutanan dapat
dipengaruhi oleh motivasi petani hutan rakyat. Menurut Suranto (2015), motivasi
adalah suatu dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang secara sadar ataupun
tidak untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut Martin dan Galle (2009),
motivasi terdiri atas motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi ekstrinsik adalah
dorongan yang berasal dari luar diri seseorang. Hutan rakyat dengan pola
agroforestri dapat memberikan sumbangan pendapatan jangka pendek dan jangka
panjang. Pendapatan jangka pendek (mingguan/bulanan) diperoleh dari produk non
kayu atau komoditas pertanian (Kusumedi dan Jariyah 2010). Pendapatan jangka
panjang (tahunan) diperoleh dari produksi kayu yang dihasilkan oleh hutan rakyat.
Oleh karena itu diperlukan penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi petani dalam pengelolaan hutan rakyat.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, pengusahaan hutan rakyat merupakan


upaya pemanfaatan sumber daya alam yang mendorong kemandirian masyarakat
dan petani hutan rakyat. Kegiatan perencanaan pengelolaan hutan merupakan
proses analisis data dan informasi tentang sumber daya hutan dan lingkungannya
dalam rangka mengambil keputusan terbaik dalam kegiatan pengelolaan hutan
(Amallia 2010).
Berdasarkan hal-hal tersebut maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi petani hutan rakyat di
Kabupaten Bogor?
2. Bagaimana hubungan faktor-faktor yang memengaruhi motivasi petani hutan
rakyat di Kabupaten Bogor?
2

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang


memengaruhi motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan


pertimbangan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Bogor.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari - April 2018 di Kecamatan


Nanggung, Kecamatan Leuwisadeng, dan Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten
Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah alat tulis, kuesioner, laptop,
Microsoft Office 2013, dan software SmartPLS versi 2.0 M3. Bahan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data kuesioner dan monografi tiap kecamatan.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.
Data primer berupa hasil kuesioner dan wawancara tentang faktor-faktor motivasi
dan pengelolaan hutan rakyat. Data sekunder diperoleh melalui studi literatur,
seperti buku, skripsi, publikasi ilmiah, dan institusi terkait.

Teknik Penarikan Sampel


Penarikan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan kriteria
responden, yaitu masyarakat yang mengelola hutan rakyat di lahan milik (hak) atau
masyarakat yang bekerjasama dengan petani hutan rakyat. Jumlah responden yang
digunakan adalah 92 responden. Jumlah responden minimal yang digunakan dalam
penelitian survei sebanyak 30 responden (Mantra dan Kasto 1989 diacu dalam
Qadri et al. 2016).

Analisis Data

Structural Equation Modeling (SEM)


Menurut Waluyo (2016), Structural Equation Modeling (SEM) adalah alat
analisis yang digunakan untuk menguji sebuah rangkaian hubungan yang relatif
rumit secara berjenjang. Alat analisis ini dapat menjawab masalah yang bersifat
3

korelasi, regresif, dan mengidentifikasi dimensi sebuah konsep. Oleh karena itu
SEM dapat disebut sebagai kombinasi antara analisis faktor, analisis jalur, dan
analisis regresi berganda. SEM terdiri atas variabel laten (konstruk) dan variabel
terukur. Variabel laten (konstruk) adalah variabel yang dibentuk dari indikator-
indikator. Variabel terukur adalah variabel yang diukur di lapangan atau disebut
dengan indikator (Waluyo 2016). Menurut Waluyo (2016), tahapan-tahapan
analisis Structural Equation Modeling (SEM), yaitu (1) membangun spesifikasi
model, (2) membangun hubungan kausalitas pada diagram alur, (3) mengonversi
diagram alur menjadi persamaan struktural dan spesifikasi model pengukuran, (4)
memilih matriks input dan teknik estimasi atas model yang dibangun, (5) menilai
problem identifikasi, (6) mengevaluasi model, dan (7) menginterpretasi dan
melakukan modifikasi model.

Partial Least Square (PLS)


Partial Least Square (PLS) adalah salah satu metode alternatif dalam
structural equation model (SEM). PLS menggunakan pendekatan varian (variance
based SEM) dalam melakukan estimasi parameter (Haenlein dan Kaplan 2004).
Metode ini memiliki kelebihan dalam mengolah jumlah data yang sedikit, memiliki
ketergantungan terhadap skala pengukuran (misalnya skala interval atau rasio), dan
data tidak terdistribusi secara normal (Sholiha dan Salamah 2015). Tujuan PLS
adalah memprediksi pengaruh dan menjelaskan hubungan teoritis variabel bebas
(variabel eksogen) terhadap variabel terikat (variabel endogen). Tahapan analisis
dengan PLS, yaitu (1) membangun diagram jalur, (2) membangun diagram jalur ke
sistem persamaan, (3) merancang model pengukuran (outer model), (4) merancang
model struktural (inner model), (5) mengestimasi parameter koefisien jalur, loading,
dan weight, (6) melakukan evaluasi goodness of fit, (7) menguji hipotesis, dan (8)
menarik kesimpulan (Anuraga et al. 2017). Variabel laten (konstruk) dalam
penelitian ini adalah variabel intrinsik, variabel ekstrinsik, dan variabel motivasi.
Variabel intrinsik terdiri atas indikator umur, pendidikan, luas lahan hutan rakyat,
keterampilan budidaya kehutanan, dan jumlah anggota keluarga. Variabel
ekstrinsik terdiri atas indikator kegiatan penyuluhan, akses informasi, dan
kelompok tani hutan (Sudrajat et al. 2016). Variabel motivasi terdiri atas indikator
tujuan mengelola hutan rakyat, pendapatan dari usaha hutan rakyat, dan pendapatan
diluar usaha hutan rakyat. Variabel laten (konstruk) tersebut disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1 Definisi operasional variabel
Variabel Laten Kode Indikator Variabel
in1 Umur petani hutan rakyat
in2 Pendidikan petani hutan rakyat
Intrinsik in3 Luas lahan hutan rakyat
in4 Keterampilan budidaya tanaman
in5 Jumlah anggota rumah tangga
eks1 Mengikuti kegiatan penyuluhan
Ekstrinsik eks2 Akses informasi
eks3 Menjadi anggota kelompok tani hutan
m1 Tujuan mengelola hutan rakyat
Motivasi m2 Pendapatan dari usaha hutan rakyat
m3 Pendapatan diluar usaha hutan rakyat
4

Analisis Outer Model (Model Pengukuran)


Menurut Hair et al. (2017), terdapat tiga kriteria yang harus dipenuhi oleh
outer model, yaitu reliabilitas, validitas konvergen, dan validitas diskriminan.
Reliabilitas merupakan ukuran yang menggambarkan konsistensi data yang
diperoleh dari alat ukur (Yani 2011). Reliabilitas model dapat terpenuhi jika nilai
composite reliability lebih besar dari 0.7 (Aurizella 2017). Menurut Hair et al.
(2017), nilai composite reliability sebesar 0.6 sampai 0.7 dianggap cukup untuk
tahap pertama penelitian. Validitas konvergen merupakan korelasi antara indikator
dengan kontruk. Indikator dikatakan memiliki korelasi tinggi jika nilai loading
factor lebih dari 0.7 (Cahyaningrum et al. 2015) dan memiliki nilai Average
Variance Extracted (AVE) lebih dari 0 (Aurizella 2017). Namun untuk tahap awal
pengembangan skala pengukuran nilai loading factor 0.5 sampai 0.6 dianggap
cukup. Validitas diskriminan model pengukuran reflektif dilakukan berdasarkan
cross loading pengukuran dengan konstruk. Menurut Hair et al. (2017), validitas
diskriminan terpenuhi jika nilai cross loading indikator pada variabel laten yang
sama lebih besar dibandingkan dengan nilai cross loading indikator pada variabel
laten lainnya.

Analisis Inner Model (Model Struktural)


Analisis model sturktural dievaluasi melalui koefisien model struktural,
koefisien determinasi (R2) dan Stone-Geisser Q2 untuk predictive relevance (Hair
et al. 2017). Nilai koefisien model strukutral berada pada selang -1 sampai 1.
Koefisien model struktural mendekati 1 memiliki hubungan positif yang kuat dan
sebaliknya. Menurut Hair et al. (2017), konstruk dikategorikan signifikan jika nilai
t hitung lebih besar dari nilai critical value sebesar 1.65 (tingkat signifikansi 5%).
Q2 predictive relevance merupakan tingkat ketepatan estimasi parameter yang
diperoleh model (Aurizella 2017). Q2 predictive relevance dapat dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut:
Q2 = 1 − (1 − R1 2 ) ∙ (1 − R 2 2 ) ∙ … ∙ (1 − R n 2 )
Keterangan: R1, R2, dan Rn = nilai R2 variabel laten endogen.
5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1 Peta lokasi penelitian


Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. Kecamatan Nanggung
memiliki luas wilayah sebesar 13 525 ha. Kecamatan Nanggung berada pada
ketinggian 300-1500 mdpl dan memiliki curah hujan rata-rata 300-3500 mm/tahun.
Kecamatan Nanggung secara administratif berbatasan dengan Kecamatan
Leuwisadeng di bagian utara, Kabupaten Sukabumi di bagian selatan, Kecamatan
Cigudeg di bagian barat, dan Kecamatan Leuwisadeng di bagian timur. Jumlah
penduduk di Kecamatan Nanggung adalah 89 558 jiwa yang terdiri atas laki-laki
sebanyak 46 325 jiwa dan perempuan sebanyak 43 233 jiwa. Jumlah penduduk pada
usia produktif sebanyak 14 650 jiwa dan non-produktif sebanyak 24 451 jiwa.
Kecamatan Leuwisadeng memiliki luas wilayah sebesar 3532.54 ha.
Kecamatan Leuwisadeng berada pada ketinggian 101-500 mdpl dan memiliki curah
hujan rata-rata 2500 - 3000 mm/tahun. Kecamatan Leuwisadeng berbatasan dengan
Kecamatan Rumpin di bagian utara, Kecamatan Nanggung dan Leuwiliang di
bagian selatan, Kecamatan Nanggung dan Cigudeg di bagian barat, dan Kecamatan
Leuwiliang di bagian timur. Jumlah penduduk di Kecamatan Leuwisadeng adalah
67 233 jiwa yang terdiri atas laki-laki sebanyak 36 061 jiwa dan perempuan
sebanyak 31 172 jiwa.
Kecamatan Leuwiliang memiliki luas wilayah sebesar 5863.32 ha.
Kecamatan Leuwiliang berada pada ketingian 101-700 mdpl dan memiliki curah
hujan rata-rata 3000–3500 mm/tahun. Kecamatan Leuwiliang secara administratif
berbatasan dengan Kecamatan Rumpin di bagian utara, Kabupaten Sukabumi di
bagian selatan. Kecamatan Leuwisadeng di bagian barat, dan Kecamatan
6

Cibungbulang di bagian timur. Wilayah administrasi Kecamatan Leuwiliang terdiri


atas 11 desa, 55 dusun, 129 Rukun Warga (RW), dan 450 Rukun Tetangga (RT).
Jumlah penduduk di Kecamatan Leuwiliang adalah 125 023 jiwa yang terdiri atas
laki-laki sebanyak 64 234 jiwa dan perempuan sebanyak 60 789 jiwa. Angkatan
kerja produktif penduduk Kecamatan Leuwiliang sebanyak 36 111 jiwa dan
angkatan kerja non-produktif sebanyak 25 152 jiwa.

Karakteristik Responden

Karakteristik responden dianalisis secara deskriptif terdiri atas pendidikan,


umur petani, pengalaman petani mengelola hutan rakyat, luas lahan yang dimiliki
petani hutan rakyat, keikutsertaan petani dalam kelompok tani hutan, dan
keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan. Tingkat pendidikan petani hutan
rakyat disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa
sebagian besar petani tamat SD (75%). Hal ini sejalan dengan penelitian Rimbawati
et al. (2018) bahwa rendahnya tingkat pendidikan petani dapat disebabkan oleh
tidak adanya biaya untuk melanjutkan pendidikan dan lokasi sekolah yang jauh dari
tempat tinggal petani.

Tabel 2 Tingkat pendidikan petani hutan rakyat


Pendidikan Responden (orang) Persentase (%)
Tidak Tamat SD 3 3.26
Tamat SD 69 75.00
Tamat SLTP 14 15.22
Tamat SLTA 5 5.43
Tamat Perguruan Tinggi 1 1.09
Jumlah 92 100.00

Distribusi umur petani hutan rakyat disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan


Tabel 3, diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok umur
41-50 tahun (31.52%). Kelompok umur tersebut tergolong pada umur produktif
(Rimbawati et al. 2018). Kondisi tersebut membuat petani hutan rakyat berada pada
kondisi fisik yang kuat, pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam hubungan
sosial, sehingga mampu melakukan usaha tani (Suherdi et al. 2014).

Tabel 3 Distribusi umur petani hutan rakyat


Umur (tahun) Responden (orang) Persentase (%)
< 30 7 7.61
31 - 40 11 11.96
41 - 50 29 31.52
51 - 60 22 23.91
> 60 23 25.00
Jumlah 92 100.00

Menurut Arifin et al. (2015), jumlah tanggungan keluarga berpengaruh


terhadap motivasi petani. Tabel 4 menunjukkan jumlah tanggungan keluarga petani
hutan rakyat. Berdasarkan Tabel 4, diketahui bahwa sebagian besar petani hutan
7

rakyat memiliki kurang dari tiga jiwa (48.91%).

Tabel 4 Jumlah tanggungan keluarga


Tanggungan Keluarga (jiwa) Responden (orang) Persentase (%)
<3 45 48.91
3-4 28 30.43
>4 19 20.65
Jumlah 92 100.00

Berdasarkan Tabel 5, petani sudah memiliki pengalaman dalam mengelola


hutan rakyat. Sebagian besar petani memiliki pengalaman antara 16-20 tahun
(63.04%). Pengalaman petani dalam mengelola hutan rakyat diperoleh saat petani
berusia remaja. Pengalaman tersebut digunakan oleh petani untuk mengelola hutan
rakyat secara sederhana.

Tabel 5 Distribusi pengalaman petani dalam mengelola hutan rakyat


Pengalaman (tahun) Responden (orang) Persentase (%)
<5 6 6.52
5 - < 10 11 11.96
10 - < 15 8 8.70
15 - < 20 58 63.04
> 20 9 9.78
Jumlah 92 100.00

Sebagian besar petani mengelola hutan rakyat dengan luasan kurang dari
0.25 ha (Tabel 6). Luas lahan yang dikelola oleh petani tergolong rendah. Hal ini
dapat disebabkan oleh petani sulit untuk menambah luas lahan untuk mengelola
hutan rakyat sehingga terdapat beberapa petani melakukan kerjasama dengan petani
hutan rakyat lainnya.

Tabel 6 Distribusi luas lahan milik petani hutan rakyat


Luas Lahan (ha) Responden (orang) Persentase (%)
< 0.25 37 40.22
0.25 – 0.5 27 29.35
0.5 - 1 12 13.04
1 – 2.5 11 11.96
2.5 - 5 3 3.26
>5 2 2.17
Jumlah 92 100.00

Petani mengelola hutan rakyat dengan pola campuran. Tanaman pokok yang
dominan diusahakan, yaitu sengon (Paraserianthes falcataria) dan kayu afrika
(Maesopsis eminii). Tanaman sela yang ditanam petani adalah manggis (Garcinia
mangostana), durian (Durio zibethinus), dan tanaman pisang. Hasil yang diperoleh
dari hutan rakyat tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar petani.
8

Gambar 2 Keanggotaan kelompok tani hutan


Menurut Ruhimat (2015), kelompok tani hutan berperan sebagai wahana
belajar, wahana kerja sama, dan unit produksi bersama. Peran tersebut dapat
meningkatkan keterampilan, pengalaman belajar dan pengetahuan petani dalam
mengelola hutan rakyat. Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar petani ikut
menjadi anggota kelompok tani hutan sebesar 83.70% dan 16.30% lainnya tidak
ikut menjadi anggota kelompok tani hutan.

Gambar 3 Keikutsertaan kegiatan penyuluhan


Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh anggota kelompok tani hutan
adalah kegiatan penyuluhan. Kegiatan tersebut dapat menambah pengetahuan
petani dalam mengelola hutan rakyat. Gambar 3 menunjukkan bahwa sebagian
besar petani hutan rakyat sebesar 79.35% pernah mengikuti kegiatan penyuluhan
dan 20.65% lainnya belum pernah mengikuti kegiatan penyuluhan. Adanya petani
hutan rakyat yang belum pernah mengikuti kegiatan penyuluhan dapat disebabkan
oleh rendahnya akses informasi yang dimiliki petani hutan rakyat tersebut terhadap
kegiatan penyuluhan.
9

Analisis Model Pengukuran dan Model Struktural

Analisis Model Pengukuran


Analisis model pengukuran terdiri atas evaluasi validitas konvergen, validitas
diskriminan, dan reliabilitas konstruk. Evaluasi validitas konvergen pada model
reflektif konstruk dilakukan melalui loading factor indikator. Validitas konvergen
merupakan ukuran korelasi antara indikator model reflektif dengan konstruk (Hair
et al. 2017). Validitas konvergen terpenuhi jika loading factor indikator lebih besar
dari 0.4 (Burhanuddin 2013) dan memiliki Average Variance Extracted (AVE)
lebih dari 0 (Aurizella 2017). Hasil analisis tahap pertama disajikan pada Lampiran
1.

Gambar 4 Hasil pls algorithm


Keterangan: indikator umur (in1), pendidikan (in2), luas lahan hutan rakyat
(in3), keterampilan budidaya tanaman (in4), jumlah anggota
rumah tangga (in5), mengikuti kegiatan penyuluhan (eks1),
akses informasi (eks2), menjadi anggota kelompok tani hutan
(eks3), tujuan mengelola hutan rakyat (m1), pendapatan dari
usaha hutan rakyat (m2), dan pendapatan diluar usaha hutan
rakyat (m3).

Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa nilai loading factor indikator umur


(in1), jumlah anggota rumah tangga (in5), dan pendapatan diluar usaha hutan rakyat
(m3) kurang dari 0.4. Hal ini menunjukkan bahwa validitas konvergen belum
terpenuhi sehingga indikator tersebut dapat dihapus. Indikator lain yang dihapus
adalah pendidikan (in2). Indikator tersebut dihapus untuk meningkatkan Average
Variance Extracted (AVE) konstruk sehingga validitas konvergen dapat terpenuhi
(Hair et al. 2017). Hasil evaluasi tersebut disajikan pada Lampiran 2.
10

Gambar 5 Hasil evaluasi pls algorithm


Keterangan: indikator luas lahan hutan rakyat (in3), keterampilan budidaya tanaman
(in4), mengikuti kegiatan penyuluhan (eks1), akses informasi (eks2),
menjadi anggota kelompok tani (eks3), tujuan mengelola hutan rakyat
(m1), dan pendapatan dari usaha hutan rakyat (m2).

Gambar 5 menunjukkan hasil evaluasi model pengukuran. Berdasarkan


Gambar 4 dapat diketahui bahwa loading factor pada indikator setiap variabel laten
lebih besar dari 0.4. Nilai AVE variabel laten disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan
Tabel 7, diketahui bahwa nilai AVE lebih besar dari 0. Hal ini menunjukkan bahwa
kriteria validitas konvergen telah terpenuhi.
Tabel 7 Loading factor dan nilai AVE
Variabel Laten Kode Loading Factor AVE
in3 0.851
Intrinsik 0.707
in4 0.702
eks1 0.890
Ekstrinsik eks2 0.766 0.608
eks3 0.861
m1 0.595
Motivasi 0.523
m2 0.832
Keterangan: in3 = luas lahan hutan rakyat, in4 = keterampilan budidaya tanaman, eks1 = mengikuti
kegiatan penyuluhan, eks2 = akses informasi, eks3 = menjadi anggota kelompok tani,
m1 = tujuan mengelola hutan rakyat, m2 = pendapatan dari usaha hutan rakyat, dan
AVE = Average Variance Extracted.

Validitas diskriminan dapat diketahui melalui cross loading yang disajikan


pada Tabel 8. Berdasarkan hasil cross loading indikator pada variabel laten yang
sama lebih besar dibandingkan dengan cross loading indikator pada variabel laten
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa indikator pada model dapat menjelaskan
konstruk (variabel laten) dan indikator antar konstruk (variabel laten) tidak
memiliki korelasi kuat. Hasil ini menunjukkan bahwa kriteria validitas diskriminan
terpenuhi.
11

Tabel 8 Nilai cross loading


Variabel Laten
Kode
Ekstrinsik Intrinsik Motivasi
eks1 0.890 0.389 0.363
eks2 0.766 0.437 0.304
eks3 0.861 0.279 0.171
in3 0.220 0.851 0.500
in4 0.551 0.702 0.369
m1 0.266 0.313 0.595
m2 0.265 0.485 0.832
Keterangan: eks1 = mengikuti kegiatan penyuluhan, eks2 = akses informasi, eks3 = menjadi
anggota kelompok tani, in3 = luas lahan hutan rakyat, in4 = keterampilan budidaya
tanaman, m1 = tujuan mengelola hutan rakyat, dan m2 = pendapatan dari usaha
hutan rakyat.

Nilai composite reliability disajikan pada Tabel 9. Berdasarkan Tabel 9,


diketahui bahwa nilai composite reliability lebih besar dari 0.6. Hal ini
menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari kuesioner (Lampiran 3) konsisten dan
memenuhi kriteria reliabilitas.

Tabel 9 Nilai composite reliability


Variabel Laten Composite Reliability Keterangan
Ekstrinsik 0.878 Reliabel
Intrinsik 0.755 Reliabel
Motivasi 0.681 Reliabel
Keterangan: reliabel = composite reliability > 0.6.

Analisis Model Struktural


Analisis model struktural dilakukan melalui evaluasi terhadap koefisien
model struktural, koefisien determinasi model (R2) dan nilai Stone-Geisser Q2.
Hubungan antar variabel disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Hubungan antar variabel laten


Koefisien Total T
Variabel Laten R2 Q2 Keterangan
Jalur Effect hitung
Tidak
Ekstrinsik → Motivasi 0.130 1.568 1.554
0.332 0.11 signifikan
Intrinsik → Motivasi 0.505 6.168 6.214 Signifikan
Keterangan: critical value = 1.65, tingkat signifikansi = 5%.

Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa koefisien varibel laten ekstrinsik


dan intrinsik bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten ekstrinsik
dan intrinsik memiliki hubungan positif terhadap variabel laten motivasi. Total
effect merupakan jumlah dari direct effect dan indirect effect variabel bebas
terhadap variabel terikat (Detilleux et al. 2012). Nilai total effect variabel laten
intrinsik lebih besar dari nilai total effect variabel laten ekstrinsik (Tabel 10). Hal
12

ini menunjukkan bahwa variabel laten intrinsik merupakan faktor yang berpengaruh
terhadap motivasi petani hutan rakyat dalam mengelola hutan rakyat.
Variabel laten motivasi memiliki nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0.332 atau 33.2% (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten motivasi
dapat dijelaskan oleh variabel laten ekstrinsik dan intrinsik sebesar 33.2%,
sedangkan 66.8% dijelaskan oleh variabel laten lainnya. Nilai Stone-Geisser Q2
model sebesar 0.11 (Q2 > 0) (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten
yang dibangun dapat memprediksi model dengan baik (Nurwullan et al. 2015).

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Faktor yang memengaruhi motivasi petani dalam mengelola hutan rakyat


adalah faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intriksik terdiri atas luas lahan hutan
rakyat dan keterampilan budidaya tanaman. Faktor ekstrinsik terdiri atas mengikuti
kegiatan penyuluhan, akses informasi, dan keikutsertaan petani dalam kelompok
tani hutan. Faktor intrinsik memiliki pengaruh nyata terhadap motivasi petani hutan
rakyat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, diperlukan penelitian lanjutan untuk


mengetahui faktor-faktor lain yang memengaruhi motivasi petani dalam mengelola
hutan rakyat di Kabupaten Bogor. Penelitian tersebut dapat dilakukan dengan cara
menambahkan indikator lain pada konstruk intrinsik, ekstrinsik, dan motivasi
sehingga dapat diketahui faktor yang berpengaruh terhadap motivasi petani hutan
rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Amallia D. 2010. Potensi pengembangan hutan rakyat di Desa Hegarmanah


Kecamatan Cicantayan Kabupaten Sukabumi Provinsi Jawa Barat [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Anuraga G, Sulistiyawan E, Munadhiroh S. 2017. Sturctural equation modeling-
partial least square untuk pemodelan indeks pembangunan kesehatan
masyarakat (IPKM) di Jawa Timur. Di dalam: Raharjana IK, Damayanti A,
Werdiningsih I, Taufik. Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya
2017; 2017 Okt 21; Surabaya, Indonesia. Surabaya (ID): Universitas
Airlangga. hlm 257-263.
Arifin Z, Cepriadi, Muwardi D. 2015. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
motivasi petani dalam meningkatkan produksi padi di Desa Bungaraya
Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak. Jom Faperta. 2(2): 1-9.
13

Aurizella D. 2017. Application of structural equation modeling – partial least square


and mediation analysis in determining factors of human development index
in Indonesia [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Burhanuddin FM. 2013. Peran faktor-faktor motivasi kerja terhadap produktivitas
karyawan di PT. Condong Garut [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Cahyaningrum E, Hoyyi A, Mukid MA. 2015. Analisa faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja perusahaan menggunakan pendekatan partial least
square (studi kasus pada PT Telkom Indonesia Divisi Regional Jawa
Tengah-DIY dan PT Telekomunikasi Semarang). Jurnal Gaussian. 4(4):
805-814.
Detilleux J, Theron L, Beduin JM, Hanzen C. 2012. A structural equation model to
evaluate direct and indirect factors associated with a latent measure of
mastitis in Belgian dairy herds. PREVET. 107(3-4): 170-
179.doi:10.1016/j.prevetmed.2012.06.005.
Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat. 2016. Statistik Kehutanan Jawa Barat
Tahun 2016 [internet] [diunduh pada 2018/01/26]. Terdapat pada:
http://dishut.jabarprov.go.id/data/Statistik/STATISTIK%202016.pdf.
Haenlein M, Kaplan AM. 2004. A beginer’s guide to partial least square analysis.
Understanding Statistics. 3(4): 283-297
Hair JF, Hult GTM, Ringle CM, Sarstedt M. 2017. A Primer on Partial Least
Squares Structural Equation Modeling (PLS-SEM). Second Edition. Los
Angeles (US): SAGE Publications.
Hardjanto. 2017. Pengelolaan Hutan Rakyat. Bogor (ID): IPB Press.
Kusumedi P, Jariyah NA. 2010. Analisis finansial pengelolaan 13 groforestry
dengan pola sengon kapulaga di Desa Tirip, Kecamatan Wadasilintang,
Kabupaten Wonosobo. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan.
7(2): 93-100.
Martin E, Galle FB. 2009. Motivasi dan karakteristik sosial ekonomi rumah tangga
penanam pohon penghasil kayu pertukangan: studi kasus menanam kayu
bawang (Disoxylum molliscimum BL) oleh masyarakat Kabupaten
Bengkulu Utara, Bengkulu. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi
Kehutanan. 6(2): 117-134.
Nurwullan E, Suharno, Tinaprilla N. 2015. Aplikasi partial least square dalam
pengujian implikasi jaringan kerjasama dan inovasi usaha mikro kecil
pengolahan kedelai. Informatika Pertanian. 24(2): 205-214.
Qadri M, Hardjanto, Hero Y. 2016. Kontribusi pendapatan dan kebutuhan lahan
minimum dalam pengembangan hutan rakyat cendana di Kabupaten
Kupang. Jurnal Silvikultur Tropika. 7(3): 174-180.
Rimbawati DEM, Fatchiya A, Sugihen BG. 2018. Dinamika kelompok tani hutan
agroforestry di Kabupaten Bandung. Jurnal Penyuluhan. 14(1): 106-117.
14

Ruhimat IS. 2015. Tingkat motivasi petani dalam penerapan sistem agroforestry.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. 12(2): 1-11.
Sholiha EUN, Salamah M. 2015. Structural equation modeling-partial least square
untuk pemodelan derajat kesehatan kabupaten/kota di Jawa Timur (studi
kasus data indeks pembangunan kesehatan masyarakat Jawa Timur 2013).
Jurnal Sains dan Seni ITS. 4(2): 169-174.
Sudrajat A, Hardjanto, Sundawati L. 2016. Partisipasi petani dalam pengelolaan
hutan rakyat lestari: Studi kasus di Desa Cikeusal dan Desa Kananga
Kabupaten Kuningan. Jurnal Silvikultur Tropika. 7(1): 8-17.
Suherdi, Amanah S, Muljono P. 2014. Motivasi petani dalam pengelolaan usaha
hutan rakyat Desa Cingambul, Kecamatan Cingambul, Majalengka. Jurnal
Penyuluhan. 10(1): 85-93.
Suranto. 2015. Pengaruh motivasi, suasana lingkungan dan sarana prasarana belajar
terhadap prestasi belajar siswa (studi kasus pada SMA Khusus Putri SMA
Islam Dipenogoro Surakarta). Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial. 25(2): 11-19.
Waluyo M. 2016. Mudah Cepat Tepat Penggunaan Tools Amos dalam Aplikasi
(SEM). Surabaya (ID): Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur.
Widarti A. 2015. Kontribusi hutan rakyat untuk kelestarian lingkungan dan
pendapatan. Di dalam: Hernawan UE, Pitoyo A, Raqib SM, Rosleine D,
Setyawan AD, Sugiyarto, Sutomo, Suwandhi I, Widiastuti A, editor.
Prosiding Seminar Nasional Masyarakat Biodiversitas Indonesia; 2015 Jun
13; Bandung, Indonesia. Bandung (ID): Masyarakat Biodiversitas Indonesia.
Hlm 1622-1626.doi:10.13057/psnmbi/m010714.
Yani RWE. 2011. Uji validitas dan reliabilitas dalam penelitian epidemiologi
kedokteran gigi. Stomatognatic (JKG Unej). 8(1): 27-34.
Zulkarnain E. 2008. Analisis tingkat keberhasilan hutan rakyat dan strategi
pembangunan hutan rakyat di Kabupaten Purwakarta [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
15

Lampiran 1 Hasil model pengukuran dan model struktural


Outer Loading
Indikator Original Sample T hitung Keterangan
eks1 ← Ekstrinsik 0.904 8.350 Signifikan
eks2 ← Ekstrinsik 0.740 4.282 Signifikan
eks3 ← Ekstrinsik 0.874 7.519 Signifikan
in1 ← Intrinsik -0.070 0.259 Tidak Signifikan
in2 ← Intrinsik 0.534 2.455 Signifikan
in3 ← Intrinsik 0.782 3.160 Signifikan
in4 ← Intrinsik 0.596 2.614 Signifikan
in5 ← Intrinsik -0.689 2.942 Signifikan
m1 ← Motivasi 0.447 1.370 Tidak Signifikan
m2 ← Motivasi 0.914 6.767 Signifikan
m3 ← Motivasi 0.372 1.180 Tidak Signifikan
Keterangan: signifikan = T hitung > 1.65; indikator umur (in1), pendidikan (in2), luas lahan
hutan rakyat (in3), keterampilan budidaya tanaman (in4), jumlah anggota rumah
tangga (in5), mengikuti kegiatan penyuluhan (eks1), akses informasi (eks2),
menjadi anggota kelompok tani hutan (eks3), tujuan mengelola hutan rakyat
(m1), pendapatan dari usaha hutan rakyat (m2), dan pendapatan diluar usaha
hutan rakyat (m3).

Cross Loading
Kode Ekstrinsik Intrinsik Motivasi
eks1 0.904 0.414 0.350
eks2 0.740 0.406 0.256
eks3 0.874 0.345 0.174
in1 -0.060 -0.070 -0.032
in2 0.065 0.534 0.272
in3 0.218 0.782 0.515
in4 0.542 0.596 0.325
in5 -0.430 -0.689 -0.394
m1 0.256 0.245 0.447
m2 0.267 0.561 0.914
m3 -0.105 0.048 0.372
Keterangan: indikator umur (in1), pendidikan (in2), luas lahan hutan rakyat (in3), keterampilan
budidaya tanaman (in4), jumlah anggota rumah tangga (in5), mengikuti kegiatan
penyuluhan (eks1), akses informasi (eks2), menjadi anggota kelompok tani hutan
(eks3), tujuan mengelola hutan rakyat (m1), pendapatan dari usaha hutan rakyat
(m2), dan pendapatan diluar usaha hutan rakyat (m3).

Hubungan antar Variabel Laten


Koefisien Total
Variabel Laten T hitung Keterangan
Jalur Effect
Ekstrinsik → Motivasi 0.069 0.069 0.663 Tidak signifikan
Intrinsik → Motivasi 0.559 0.559 2.946 Signifikan
Keterangan: signifikan = T hitung > 1.65.
16

Analisis Model Pengukuran


Variabel Laten AVE Composite Reliability
Ekstrinsik 0.709 0.879
Intrinsik 0.346 0.290
Motivasi 0.392 0.622
Keterangan: AVE = Average Variance Extracted.

Analisis Model Struktural


Variabel Laten R2 Q2
Motivasi 0.354 0.125
Keterangan: R2 = koefisien determinasi, Q2 = predictive relevance.

Lampiran 2 Hasil evaluasi model pengukuran dan model struktural


Outer Loading
Indikator Original Sample T hitung Keterangan
eks1 ← Ekstrinsik 0.890 13.928 Signifikan
eks2 ← Ekstrinsik 0.766 5.215 Signifikan
eks3 ← Ekstrinsik 0.861 9.931 Signifikan
in3 ← Intrinsik 0.851 11.575 Signifikan
in4 ← Intrinsik 0.702 4.791 Signifikan
m1 ← Motivasi 0.595 2.418 Signifikan
m2 ← Motivasi 0.832 7.624 Signifikan
Keterangan: signifikan = T hitung > 1.65; indikator luas lahan hutan rakyat (in3), keterampilan
budidaya tanaman (in4), mengikuti kegiatan penyuluhan (eks1), akses informasi
(eks2), menjadi anggota kelompok tani hutan (eks3), tujuan mengelola hutan
rakyat (m1), dan pendapatan dari usaha hutan rakyat (m2).

Cross Loading
Kode Ekstrinsik Intrinsik Motivasi
eks1 0.890 0.389 0.363
eks2 0.766 0.437 0.304
eks3 0.861 0.279 0.171
in3 0.220 0.851 0.500
in4 0.551 0.702 0.369
m1 0.266 0.313 0.595
m2 0.265 0.485 0.832
Keterangan: indikator luas lahan hutan rakyat (in3), keterampilan budidaya tanaman (in4),
mengikuti kegiatan penyuluhan (eks1), akses informasi (eks2), menjadi anggota
kelompok tani hutan (eks3), tujuan mengelola hutan rakyat (m1), dan pendapatan
dari usaha hutan rakyat (m2).
17

Hubungan antar Variabel Laten


Koefisien Total
Variabel Laten T hitung Keterangan
Jalur Effect
Ekstrinsik → Motivasi 0.130 0.130 1.573 Tidak signifikan
Intrinsik → Motivasi 0.505 0.505 6.227 Signifikan
Keterangan: signifikan = T hitung > 1.65.

Analisis Model Pengukuran


Variabel Laten AVE Composite Reliability
Ekstrinsik 0.707 0.878
Intrinsik 0.608 0.755
Motivasi 0.523 0.681
Keterangan: AVE = Average Variance Extracted.

Analisis Model Struktural


Variabel Laten R2 Q2
Motivasi 0.332 0.110
Keterangan: R2 = Koefisien determinasi, Q2 = predictive relevance.

Lampiran 3 Kuesioner penelitian hutan rakyat


KUESIONER PENELITIAN
Motivasi Petani dalam Mengelola Hutan Rakyat di Kabupaten Bogor
(Studi Kasus: Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan Leuwisadeng, Kecamatan
Nanggung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Nomor Responden :
Tanggal :
1. Identitas Responden
a. Nama : …………………………………………….
b. Jenis Kelamin : …………………………………………….
c. Umur : …………………………………………….
d. Pendidikan : …………………………………………….
e. Pekerjaan : …………………………………………….
f. Alamat : …………………………………………….
g. Jumlah Anggota Keluarga : …………………………………………….
h. Jumlah Tanggungan : …………………………………………….
 < 3 jiwa  3 - 4 jiwa  > 4 jiwa
i. Pengalaman Kerja : …………………………………………….
 < 1 tahun  1 – 5 th  5 – 10 th  > 10 th
2. Data Rumah Tangga
a. Pendapatan Total : ……………………………………
 < 5 juta/th  15 – 20 juta/th  > 30 juta/th
 5 – 10 juta/th  20 – 25 juta/th
 10 – 15 juta/th  25 – 30 juta/th
b. Pendapatan dari Hutan Rakyat : ……………………………………
 < 5 juta/th  5 – 10 juta/th  10 – 15 juta/th
18

 15 – 20 juta/th  25 – 30 juta/th
 20 – 25 juta/th  > 30 juta/th
c. Pendapatan dari sayuran : ……………………………………
 < 5 juta/th  15 – 20 juta/th  > 30 juta/th
 5 – 10 juta/th  20 – 25 juta/th
 10 – 15 juta/th  25 – 30 juta/th
d. Pendapatan dari buah-buahan : ……………………………………
 < 5 juta/th  15 – 20 juta/th  > 30 juta/th
 5 – 10 juta/th  20 – 25 juta/th
 10 – 15 juta/th  25 – 30 juta/th
e. Pendapatan dari hijauan ternak : ……………………………………
 < 5 juta/th  15 – 20 juta/th  > 30 juta/th
 5 – 10 juta/th  20 – 25 juta/th
 10 – 15 juta/th  25 – 30 juta/th
f. Pendapatan dari kayu : ……………………………………
 < 5 juta/th  5 – 10 juta/th  10 – 15 juta/th
 15 – 20 juta/th  25 – 30 juta/th
 20 – 25 juta/th  > 30 juta/th
g. Pendapatan Lainnya : ……………………………………
 < 5 juta/th  15 – 20 juta/th  > 30 juta/th
 5 – 10 juta/th  20 – 25 juta/th
 10 – 15 juta/th  25 – 30 juta/th
h. Pengeluaran Total : ……………………………………
 < 5 juta/th  15 – 20 juta/th  > 30 juta/th
 5 – 10 juta/th  20 – 25 juta/th
 10 – 15 juta/th  25 – 30 juta/th
i. Pengeluaran per Kapita per Tahun : ……………………………………

3. Aset Kepemilikan
a. Kepemilikan tanah : ……………………………………
 Milik sendiri  Milik orang lain  Milik Negara
b. Luas Tanah Total : ……………………………………
 < 0,25 ha  0,5 – 1 ha  2,5 – 5 ha
 0,25 – 0,5 ha  1 – 2,5 ha  > 5 ha
c. Jumlah ternak kambing/domba : ……………………………………
 tidak punya  3 – 5 ekor  > 10 ekor
 1 – 3 ekor  5 – 10 ekor
d. Jumlah ternak sapi/kerbau : ……………………………………
 tidak punya  3 – 5 ekor  > 10 ekor
 1 – 3 ekor  5 – 10 ekor
e. Luas Hutan Rakyat : ……………………………………
 < 0,25 ha  0,5 – 1 ha  2,5 – 5 ha
 0,25 – 0,5 ha  1 – 2,5 ha  > 5 ha
19

f. Jarak menuju ke Hutan Rakyat : ……………………………………


 < 1 km  1 – 2 km  2 – 4 km  > 4 km

4. Partisipasi dalam Pengelolaan Hutan Rakyat


a. Curahan waktu untuk Hutan Rakyat : ……………………………………
 < 1000 HOK/th  3000 – 4000 HOK/th
 1000 - 2000 HOK/th  4000 – 5000 HOK/th
 2000 – 3000 HOK/th  > 5000 HOK/th
b. Keikutsertaan dalam kelompok tani : ……………………………………
 Ikut  Tidak ikut
c. Keikutsertaan dalam penyuluhan : ……………………………………
 Pernah  Tidak pernah
d. Pengetahuan budidaya Hutan Rakyat : ……………………………………
 Menguasai  Tidak menguasai
e. Keterampilan budidaya Hutan Rakyat: ……………………………………
 Terampil  Tidak terampil
f. Akses Informasi : ……………………………………
 Ada  Tidak ada
g. Motivasi mengelola Hutan Rakyat : ……………………………………
 Tidak ada  Memenuhi kebutuhan
h. Tingkat Kemandirian : ……………………………………
 Mandiri  Tidak mandiri
i. Status Kesejahteraan : ……………………………………
20

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Subang, Jawa Barat pada tanggal 14 November 1996. Penulis
merupakan anak tunggal dari pasangan Bapak Carta Cahyadi dan Ibu Nanih
Nalistiani. Penulis menyelesaikan pendidikan formal SD Negeri 2 Ciruluk (2003-
2009), SMP Negeri 1 Kalijati (2009-2011), SMA Negeri 1 Subang (2011-2014).
Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen Hutan, Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN pada tahun 2014.
Penulis mengikuti Praktik Umum Kehutanan (PUK) pada tahun 2016.
Kegiatan ini terdiri atas pengenalan ekosistem hutan di Sancang Barat – Gunung
Papandayan, Jawa Barat dan kegiatan pengelolaan hutan di Hutan Pendidikan
Gunung Walat, Sukabumi, Jawa Barat. Penulis mengikuti kegiatan Praktik Kerja
Lapang (PKL) di IUPHHK-HT PT. Korintiga Hutani, Pangkalan Bun, Kalimantan
Tengah. Penulis juga aktif dalam kegiatan akademik sebagai asisten praktikum
Mata Kuliah Biometrika Hutan, Teknik Inventarisasi Sumberdaya Hutan, dan
Analisis Biaya Pengelolaan Hutan pada tahun 2018.
Penulis mengikuti organisasi Dewan Gedung Asrama Putra C1 sebagai
Sekretaris dan Bendahara pada tahun 2014-2015. Penulis juga mengikuti di
organisasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Kehutanan IPB sebagai anggota
pada tahun 2015-2016 dan tahun 2016-2017. Penulis pernah menjadi anggota tim
peneliti Ekspedisi Manajemen Hutan pada tahun 2017 di Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan, Lampung.
Penulis menyusun skripsi yang berjudul Analisis Motivasi Petani Hutan
Rakyat dengan Structural Equation Model (SEM) di Kabupaten Bogor yang
dibimbing oleh Dr Ir Budi Kuncahyo, MS untuk memperoleh gelar Sarjana
Kehutanan IPB.

Anda mungkin juga menyukai