Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Analisis Gender
dalam Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor” adalah karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
ABSTRAK
MUHAMMAD YUSUF ERLANGGA NST. Analisis Gender dalam Pengelolaan
Hutan Rakyat dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di
Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI
Pengelolaan hutan yang melibatkan laki-laki dan perempuan akan
memberikan manfaat yang besar dan mendukung tercapainya kesetaraan gender
sebagai bagian dari perwujudan SDGs. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi
pembagian kerja dan partisipasi perempuan dan laki-laki pada pengelolaan hutan
rakyat, serta menganalisis kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga. Data
dikumpulkan dengan cara studi literatur dan wawancara. Responden berjumlah 30
rumah tangga petani hutan rakyat yang diambil dengan cara purposive sampling
dan dikelompokan berdasarkan strata kepemilikan lahan. Suami memiliki curahan
waktu kerja yang lebih besar dan berperan dominan dalam pengambilan
keputusan kegiatan produktif hutan rakyat, masalah pasca produksi pengelolaan
hutan rakyat, pengelolaan keuangan hutan rakyat, dan aktivitas sosial. Sedangkan
istri memiliki curahan waktu kerja yang besar dan berperan dominan dalam
pengambilan keputusan masalah domestik keluarga. Kontribusi pendapatan hutan
rakyat terbesar diperoleh oleh rumah tangga pemilik lahan starta 1. Namun, usaha
hutan rakyat berkontribusi paling kecil terhadap pendapatan total rumah tangga,
sedangkan usaha di luar pertanian (dagang) yang umumnya dilakukan oleh
perempuan berkontribusi paling besar terhadap pendapatan rumah tangga.
Kata kunci : hutan rakyat, pengambilan keputusan, curahan waktu, gender,
pendapatan
ABSTRACT
MUHAMMAD YUSUF ERLANGGA NST. Gender Analysis in Community
Forest Management and Its Contribution to Household Income in Nanggung
District, Bogor Regency. Supervised by LETI SUNDAWATI
Community forest management that involves men and women will provide
enormous benefits and support the gender equality as part of the realization of the
SDGs. This study aims to identify the division of labor and participation of
women and men in community forest management, and to analyze their
contribution to household income. Data were collected by means of literature
studies and interviews. Respondents were 30 farmer households selected
purposively and then grouped based on land ownership strata. Husbands have
high amount of time spent working at community forest and play dominant role
on the decision making for productive activities at community forest, as well as
decision making on post-production , community forest financial management,
and social activities. Meanwhile, the wife has high amount of time spent working
on domestic activities and plays dominant role on the decision making of
domestic family matters. The largest contribution of community forest income
was found received by households with largest land ownership (> 1 ha) . However,
community forest contributed the least to total household income, while non-farm
activity (petty trading) which are generally carried out by women, has the highest
income contribution to the households.
Keywords: community forest, decision making, gender, income, time allocation
ii
iii
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana pada
Program Studi Manajemen Hutan
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang telah dilaksanakan dari
bulan Maret 2020 sampai bulan April 2020 ini ialah “Analisis Gender dalam
Pengelolaan Hutan Rakyat dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah
Tangga di Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor”. Terima kasih penulis
sampaikan kepada kepada ibu, ayah, serta seluruh keluarga penulis atas segala
doa, kasih sayang, dan dukungannya kepada penulis. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada Ibu Dr Ir Leti Sundawati MScFTrop yang telah
membimbing dan memberikan arahan serta masukan kepada penulis sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Terima kasih pula penulis ucapkan
kepada Bapak Atma Wijaya selaku ketua Kelompok Tani Sa‟uyunan, Bapak
Enday Hidayat selaku ketua Kelompok Tani Bina Tani, dan Bapak Encep selaku
pendiri sekaligus penasehat Kelompok Tani Mekar Lestari yang telah berbesar
hati mendampingi penulis dan memberikan penulis tempat tinggal selama
berlangsungnya penelitian, serta penulis ucapkan terimakasih kepada Pemerintah
Desa Curug Bitung dan Kecamatan Nanggung yang telah membantu dalam
pengumpulan data yang dibutuhkan untuk penelitian.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada sahabat penulis sejak SMP
(Alifia) dan teman-teman penulis sejak SMA (Mitha dan Dinda) yang tak pernah
lelah mendengarkan keluh kesah penulis selama masa perkuliahan dan selalu
memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam perjuangan
menuntaskan skripsi disaat masa pandemi Covid-19 sekarang ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada rekan-rekan IFSA LC IPB angkatan 53
khususnya Sylvannisa, Jose, dan Bella, Organisasi Mahasiswa Daerah IMMAM
IPB angkatan 53, rekan sebimbingan ibu, teman-teman Manajemen Hutan dan
Fahutan angkatan 53 atas segala dukungan dan semangat dalam berbagai hal, dan
juga kepada rekan kost (Reva Prahima) yang setia menemani penulis dalam
penyelesaian skripsi selama masa pandemi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun dan
menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pihak.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan 3
1.4 Manfaat 3
II TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Hutan Rakyat 3
2.2 Hutan Rakyat Indonesia 5
2.3 Hutan Rakyat Kabupaten Bogor 5
2.4 Gender 6
2.5 Pengambilan Keputusan 9
2.6 Pendapatan Rumah Tangga 9
III METODE 9
3.1 Kerangka Pemikiran 9
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 10
3.3 Sasaran Penelitian 10
3.4 Alat dan Bahan 11
3.5 Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data 11
3.6 Metode Pemilihan Responden 11
3.7 Metode Pengolahan dan Analisis Data 12
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian 14
4.2 Kondisi Umum Kelompok Tani 16
4.3 Karakteristik Responden 18
4.4 Curahan Waktu Kerja Laki-Laki dan Perempuan dalam Kegiatan
Produktif Hutan Rakyat 27
4.5 Peran Laki-Laki dan Perempuan dalam Kegiatan Domestic 29
4.6 Peran Laki-Laki dan Perempuan dalam Pengelolaan Hutan Rakyat 30
4.7 Pengambilan Keputusan 31
4.8 Pendapatan Rumah Tangga 37
V SIMPULAN DAN SARAN 42
5.1 Simpulan 42
5.2 Saran 42
DAFTAR PUSTAKA 43
LAMPIRAN 47
RIWAYAT HIDUP 54
x
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 Lampiran 1 Jenis, indikator, sumber, dan metode pengumpulan data 47
2 Lampiran 2 Dokumentasi selama penelitian 50
3 Lampiran 3 Struktur Organisasi Kelompok Tani Bina Tani 52
4 Lampiran 4 Struktur Organisasi Kelompok Tani Mekar Lestari 52
5 Lampiran 5 Struktur Organisasi Kelompok Tani Sa‟uyunan 53
xii
1
I PENDAHULUAN
suatu proses untuk menjadi adil terhadap perempuan maupun laki-laki (Inpres No.
9 tahun 2000). Kesetaraan gender merupakan salah satu tujuan dari PBB dalam
programnya Sustainable Development Goals (SDGs) (Komnasham 2018).
Tercapainya kesetaraan gender dalam pengelolaan hutan rakyat dapat mendukung
terwujudnya SDGs.
Kabupaten Bogor memiliki potensi hutan rakyat yang tinggi dengan luas
hutan rakyat sebesar 40.178,87 ha dan merupakan Kabupaten dengan hutan rakyat
terluas keempat di Provinsi Jawa Barat setelah Kabupaten Cianjur, Kabupaten
Sukabumi, dan Kabupaten Tasikmalaya (Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat
2017). Salah satu potensi hutan rakyat terluas di Kabupaten Bogor berada di
Kecamatan Nanggung. Kecamatan Nanggung mempunyai potensi hutan rakyat
seluas 1.875,5 ha yang tersebar kedalam masing-masing desa didalamnya (Safe‟i
dan Sukmara 2019), dimana menurut penelitian Afriantho (2008) Kecamatan
Nanggung memiliki 10 desa. Desa Curug Bitung merupakan salah satu desa di
Kecamatan Nanggung yang mana masyarakatnya melakukan pengelolaan hutan
rakyat.
Berbagai penelitian tentang hutan rakyat di Kecamatan Nanggung telah
dilakukan oleh peneliti lain seperti pada Afriantho (2008) yang meneliti prospek
kontribusi hutan rakyat di Kecamatan Nanggung terhadap pendapatan asli daerah
Kabupaten Bogor, kemudian pada Apriyanto (2016) yang meneliti peningkatan
peran hutan rakyat di Kecamatan Nanggung dalam mendukung ketahanan pangan
dan penanggulangan kemiskinan dan juga pada Setyaningsih (2018) yang meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan petani hutan rakyat di
Kecamatan Nanggung, Kecamatan Leuwiliang, dan Kecamatan Leuwisadeng.
Meskipun sudah dilakukan beberapa penelitian di Kecamatan Nanggung, namun
masih belum diketahui bagaimana peran gender dalam pengambilan keputusan,
serta kontribusinya dalam pengelolaan hutan rakyat terhadap pendapatan rumah
tangga. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis peran gender
dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat.
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi partisipasi laki–laki dan perempuan dalam kegiatan
pengelolaan hutan rakyat.
2. Mengidentifikasi peran laki-laki dan perempuan dalam pengambilan
keputusan dalam rumah tangga petani hutan rakyat
3. Menganalisis kontribusi laki-laki dan perempuan terhadap pendapatan
rumah tangga dari kegiatan pengelolaan hutan rakyat.
1.4 Manfaat
1. Penelitian ini memberikan informasi tentang peranan gender dalam
pengelolaan hutan rakyat dan pengambilan keputusan, serta memberikan
informasi tentang kontribusi pengelolaan hutan rakyat terhadap
pendapatan rumah tangga.
2. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
pemerintah dan masyarakat untuk menentukan strategi pengembangan
hutan rakyat.
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan masyarakat untuk lebih menghargai peran
pria dan wanita dalam mengelola hutan rakyat.
4. Sebagai acuan bagi peneliti lain dengan topik terkait.
II TINJAUAN PUSTAKA
daerah atas (upland areas) (Suharjito 2000). Luas penggunaan lahan kering untuk
kegiatan hutan rakyat di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 mencapai 15 783 ha
dan meningkat pada tahun 2009 menjadi 25 980 ha (BPS 2011). Peningkatan luas
hutan rakyat dapat menunjukan peningkatan minat petani untuk budidaya tanaman
kayu tetapi bukan berarti menjamin kegiatan usaha hutan rakyat yang lestari.
Salah satu potensi hutan rakyat terluas di Kabupaten Bogor berada di
Kecamatan Nanggung. Menurut penelitian Afriantho (2008), Kecamatan
Nanggung mempunyai wilayah seluas 11634,5 Ha. Berdasarkan data monografi
Kecamatan Nanggung tahun 2013 sebagian besar (61,48%) daerahnya berupa
hutan dan memiliki 10 desa, salah satunya adalah Desa Curug Bitung. Menurut
penelitian Afriantho (2008), Desa Curug Bitung memiliki luas wilayah 1397 Ha.
Berdasrkan data monografi desa tahun 2013, tata guna lahan di desa ini
menunjukkan bahwa sebagian besar daerahnya berupa perkebunan negara seluas
500 Ha (35,8%) dan hutan seluas 473,2 Ha (25,1 %).
2.4 Gender
2. Peran Produktif :
a. Pekerjaan produksi menyangkut pekerjaan menghasilkan barang dan jasa
untuk dikonsumsi dan diperdagangkan (pertanian, nelayan, pekerjaan dan
wirausaha).
b. Pembagian kerja dalam peran produktif dapat memperhatikan dengan
jelas perihal perbedaan tanggung jawab antara lelaki dan perempuan.
Sebagai contoh, untuk kegiatan di bidang pertanian maka kegiatan
membajak, bekerja dengan mesin merupakan tanggung jawab lelaki,
sedangkan pekerjaan menanam, menyiangi, memerah susu dan pekerjaan
lainnya yang dianggap ringan merupakan pekerjaan perempuan.
c. Jenis pekerjaan yang dinilai sebagai pekerjaan produktif terkait pada
pekerjaan yang dapat diperhitungkan melalui sistem perhitungan nasional
(GNP ataupun Statistik Sosial Ekonomi).
d. Pekerjaan produktif dapat dilakukan oleh gender lelaki maupun
perempuan, dan diambil (dibayar) dengan uang (tunai) atau natural.
3. Peran Sosial :
a. Peran masyarakat terkait dengan kegiatan jasa dan partisipasi politik.
b. Kegiatan jasa masyarakat banyak bersifat relawan dan biasanya
dilakukan oleh perempuan. Misalnya, membantu pelaksanaan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan (posyandu, karang balita)
pelaksanaan 10 tugas pokok PKK, dan lain-lain.
c. Peran politik dimasyarakat adalah peran yang terkait dengan status atau
kekuasaan seseorang pada organisasi tingkat desa atau tingkat yang lebih
tinggi.
Peran gender berkaitan dengan peran yang dapat dilakukan oleh laki-laki
dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti aspek sosial, ekonomi,
politik, dan budaya. Namun demikian masih banyak pembatasan adat dan
norma masyarakat pada perilaku baik laki-laki maupun perempuan, yang
diawali dari pelabelan / stereotipe / sub-ordinasi (penomorduaan), misalnya :
1. Peran yang pantas dilakukan oleh perempuan adalah sektor domestik;
peran yang pantas dilakukan oleh laki-laki adalah sebagai pemimpin dan
pelindung keluarga, jadi laki-laki bertanggung jawab dan berperan di
sektor publik.
2. Stereotipe berdasarkan adat diidentikkan dengan peran sebagai berikut :
a. Peran perempuan dalam kegiatan domestik (masak, dandan, memuaskan
kebutuhan seksual suami).
b. Posisi perempuan sebagai orang belakang dan nomor dua dalam
pengambilan keputusan dalam keluarga.
c. Peran laki-laki sebagai pemimpin keluarga dan tulang punggung keluarga.
d. Laki-laki tabu melakukan pekerjaan domestik karena itu ”pekerjaan
perempuan”. Laki-laki yang melakukan pekerjaan tersebut dikhawatirkan
dapat menurunkan derajat dan kewibawaan sebagai pemimpin keluarga.
Kondisi pembatasan norma masyarakat semacam itu menempatkan
perempuan pada posisi yang lemah dan terperangkap, karena seharusnya ia
dapat pergi untuk meningkatkan kualitas SDM-nya untuk kemudian dapat
menempati posisi penting sebagai pemimpin masyarakat di kemudian hari
(Sundawati et al. 2008).
9
III METODE
Perempuan Laki-Laki
Peranan
Produktif Domestik
Data yang diperoleh dari lapangan disajikan dalam bentuk tabel dan
dianalisis secara deskriptif, yang meliputi peran perempuan dan laki-laki,
pengambilan keputusan, serta pendapatan rumah tangga.
Tani Bina Tani berada di dusun Cibeber Kulon RW 07. Adapun struktur
organisasi Kelompok Tani Bina Tani terdapat pada Lampiran 4.
Kegiatan rutin yang dilakukan Kelompok Tani Bina Tani adalah rapat
bulanan, membuat program koperasi simpan-pinjam, membuat akulasi dan stek,
membuat persemaian, membuat bibit tanaman palawija, membuat kompos,
membuat cangkok pada salak, dan juga budidaya jamur. Sejak awal didirikan,
kelompok tani ini sudah mengadakan beberapa kegiatan penyuluhan dan pelatihan
pertanian untuk anggota-anggotanya. Beberapa kegiatan penyuluhan dan pelatihan
pertanian tersebut dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian Kelompok Bina Tani
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pelatihan
Cara memilih bibit unggul Pembuatan bibit dipolybag/bedeng
Pembuatan persemaian bibit pohon Pembuatan bokasi (pupuk kompos)
Pembuatan lubang tanam dan stek/cangkok
Manfaat kegiatan penyuluhan yang diadakan Kelompok Tani Bina Tani
adalah untuk menambah ilmu dan pengetahuan dalam bertani, mendekatkan
keakraban antar anggota kelompok tani, berbagi ilmu dan pengalaman,
mengetahui cara membuat bibit unggul dan dapat mengidentifikasi bibit seperti
apa yang dianggap unggul.
Kelompok Tani Mekar Lestari berdiri pada 12 Januari 2006 dan berada di
dusun Teluk Waru RW 12 dengan jumlah anggota 20 orang, serta luas lahan
garapannya adalah 20 ha. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani Mekar
Lestari terdapat pada Lampiran 5.
Kegiatan rutin yang dilakukan Kelompok Tani Mekar Lestari adalah rapat
musyawarah bulanan, membuat banyak jenis bibit persemaian manggis, pete,
rambutan, dan sengon. Kelompok Tani Mekar Lestari sudah mengadakan
beberapa kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian untuk anggota-anggotanya
dari sejak awal terbentuk sampai sekarang. Beberapa kegiatan penyuluhan dan
pelatihan pertanian tersebut dapat dilihat seperti yang disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian Kelompok Mekar Lestari
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pelatihan
Program dari perhutani dan PT. Antam Cara memperoleh dan memilih bibit
cara membudidayakan pohon dan ternak yang bagus, cara merawat /
menanam pohon dimasing - masing memelihara ternak yang baik, dan
lahan milik sendiri yang ada menangani ternak yang sakit
Penyuluhan peternakan
Manfaat kegiatan penyuluhan yang diadakan Kelompok Tani Mekar Lestari
adalah untuk menambah serta berbagi ilmu, pengetahuan dalam beternak dan
budidaya pohon kepada sesama petani, mendekatkan keakraban antar sesama
anggota kelompok tani, dan mengetahui tata cara mengelola ternak yang baik dan
efektif, untuk meningkatkan penghasilan dalam bertani, serta manfaat lainnya juga
sebagai bentuk kerja sama perhutani dan PT. Antam dengan kelompok tani disini.
18
Kelompok Tani Sa‟uyunan berdiri pada tahun 2000 dan berada di dusun
Teluk Waru RW 13 dengan jumlah anggota 30 orang. Luas lahan garapan
kelompok tani ini adalah 30 ha. Adapun struktur organisasi Kelompok Tani
Sa‟uyunan terdapat pada Lampiran 6.
Kegiatan rutin yang dilakukan Kelompok Tani Sa‟uyunan adalah rapat
musyawarah bulanan (3 bulan sekali), membuat program menabung rutin setiap
15 hari sekali, membuat banyak jenis bibit persemaian seperti pohon durian, pala,
kapulaga dan jambu. Kelompok Tani Sa‟uyunan sudah mengadakan beberapa
kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian untuk anggota-anggotanya dari sejak
awal terbentuk sampai sekarang. Beberapa kegiatan penyuluhan dan pelatihan
pertanian tersebut dapat dilihat seperti yang disajikan pada Tabel 9.
Tabel 9 Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pertanian Kelompok Sa‟uyunan
Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Pelatihan
Cara merawat dan budidaya pohon kayu dan Cara budidaya kapulaga, aren,
non kayu dari mulai bibitnya, cara pemberian padi dan tanaman sayuran
pupuk pada pohon yang benar, menanggulangi (palawija), serta cara membuat
hama dan penyakit, serta mengatasi kegagalan kompos yang benar dan efektif
panen pada tanaman pertanian.
Manfaat kegiatan penyuluhan yang diadakan Kelompok Tani Sa‟uyunan
adalah untuk menambah dan saling berbagi ilmu, pengetahuan serta pengalaman
dalam bertani dan budidaya pohon antar sesama anggota, mendekatkan keakraban
antar anggota, mengetahui tata cara budidaya pohon yang baik dan efektif
sehingga dapat mengembangkan cara bertani semakin maju, dan dapat
meningkatkan penghasilan dalam bertani.
Adapun kegiatan pelatihan pertanian yang diadakan masing-masing dari
ketiga kelompok tani hutan rakyat tersebut memiliki manfaat yang sama, yaitu
untuk menambah ilmu, pengetahuan, serta pengalaman yang dapat diterapkan
pada kehidupan bertani sehari-hari agar semakin maju dan sebagai cara untuk
dapat meningkatkan penghasilan dalam bertani.
Responden
Kategori n %
Suami Istri Suami Istri
Pendidikan
Tidak sekolah 9,0 11,0 30,0 36,7
SD 14,0 9,0 46,7 30,0
SMP 3,0 6,0 10,0 20,0
SMA 3,0 4,0 10,0 13,3
Perguruan tinggi 1,0 0,0 3,3 0,0
Pekerjaan Utama
Petani 29,0 24,0 96,7 80,0
Guru 1,0 0,0 3,3 0,0
Jualan nasi uduk 0,0 1,0 0,0 3,3
Jualan baju 0,0 1,0 0,0 3,3
Jualan pisang goring 0,0 1,0 0,0 3,3
Jualan sembako dan makanan ringan 0,0 2,0 0,0 6,7
Parut kelapa 0,0 1,0 0,0 3,3
Pekerjaan Sampingan
Petani 1,0 6,0 3,3 20,0
Buruh pikul kayu 5,0 0,0 16,7 0,0
Supir angkot 1,0 0,0 3,3 0,0
Rental mobil angkutan karyawan PT. Antam 1,0 0,0 3,3 0,0
Jual ayam broiler potong 1,0 0,0 3,3 0,0
Kuli bangunan 2,0 0,0 6,7 0,0
Bengkel motor 3,0 0,0 10,0 0,0
Jual beli motor bekas 0,0 1,0 0,0 3,3
Penyewaan kandang dan perawatan ayam broiler
1,0 0,0 3,3 0,0
dari supplier
Ketua RT & buruh pikul kayu 2,0 0,0 6,7 0,0
Ketua RT 2,0 0,0 6,7 0,0
Tidak punya 11,0 23,0 36,7 76,7
Jumlah Total Responden 30,0 30,0 100,0 100,0
4.3.1 Umur
Responden di Desa Curug Bitung merupakan petani hutan rakyat yang
terdiri dari suami dan istri. Berdasarkan Tabel 10, umur responden berkisar
antara umur 28-78 tahun. Responden laki-laki dan perempuan paling banyak
berumur dari 15 tahun sampai 64 tahun yaitu sebanyak 22 orang (73,3%) untuk
20
4.3.2 Pendidikan
Berdasarkan Tabel 10, mayoritas responden laki-laki berpendidikan
terakhir lulusan SD yaitu berjumlah 14 orang (46,7%), sedangkan responden
perempuan paling banyak adalah tidak pernah sekolah yaitu berjumlah 11
orang (36,7%), selebihnya responden ada juga yang lulusan dari Sekolah
Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan
tinggi. Dengan demikian sebagian besar responden di Desa Curug Bitung
berpendidikan rendah.
4.3.3 Pekerjaan
Berdasarkan Tabel 10, mayoritas responden pekerjaan utamanya adalah
sebagai petani, yaitu sebanyak 29 orang (96,7%) responden laki-laki dan
sebanyak 24 orang (80%) responden perempuan. Selain sebagai petani,
sebagian kecil pekerjaan utama responden laki-laki adalah sebagai guru,
sedangkan responden perempuan adalah sebagai pedagang seperti jualan nasi
uduk, jualan baju, usaha parut kelapa, jualan pisang goreng serta jualan
sembako dan makanan ringan.
Selain mempunyai pekerjaan utama sebagian besar responden laki-laki
juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebanyak 19 orang (63,3%),
namun data pada Tabel 10 menunjukkan sebagian besar dari responden
perempuan tidak mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebanyak 23 orang
(76,7%). Sebagian besar responden laki-laki pekerjaan sampingannya adalah
sebagai buruh pikul kayu yaitu sebanyak 5 orang (16,7%), sedangkan
responden perempuan paling banyak memiliki pekerjaan sampingan sebagai
petani yaitu sebanyak 6 orang (20%). Selain itu, pekerjaan sampingan yang
dimiliki responden laki-laki lainnya yaitu sebagai ketua RT, kuli bangunan,
usaha bengkel motor, jual ayam boriler potong, supir angkot, rental mobil
karyawan PT. Antam, usaha penyewaan kendang dan perawatan ayam broiler
dari supplier, dan ada juga beberapa responden laki-laki memiliki dua macam
pekerjaan sampingan sekaligus yaitu sebagai buruh pikul kayu dan menjadi
ketua RT, sedangkan pekerjaan sampingan yang dimiliki responden perempuan
lainnya yaitu berupa usaha jual beli motor bekas.
pada lahan kebun (31,3%) dan sebanyak 3 responden pada lahan sawah
(15,8%). Distribusi responden berdasarkan status pemilikan setiap jenis lahan
non hutan rakyat sesuai dengan kelas luas lahan nya dapat dilihat pada Tabel
13 berikut ini.
Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan status pemilikan setiap jenis lahan
non hutan rakyat sesuai dengan kelas luas pemilikan lahan
Status Kelas luas pemilikan lahan non hutan rakyat
Total
Pemilikan I II III
Lahan n % n % n % n %
Kebun
Milik 6,0 37,4 5,0 31,3 0,0 0,0 11,0 68,7
Garapan
1
0,0 0,0 5,0 31,3 0,0 0,0 5,0 31,3
Sawah
Milik 11,0 57,9 1,0 5,3 4,0 21,0 16,0 84,2
2Garapan
1
0,0 0,0 3,0 15,8 0,0 0,0 3,0 15,8
Pekarangan
Milik 27,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 27,0 100,0
Garapan
1
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Kolam
Milik 6,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 6,0 100,0
Garapan
1
0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Berdasarkan hasil pada Tabel 13 secara keseluruhan, setiap jenis lahan
non hutan rakyat yang dimiliki responden sebagian besar berstatus lahan milik
yaitu sebanyak 11 responden pada lahan kebun (68,7%), sebanyak 16
responden pada lahan sawah (84,2%), dan seluruh responden yang memiliki
pekarangan dan kolam (100%).
jawab untuk wajib turut serta melestarikan lingkungan sekitar desa dengan cara
melakukan penghijauan dengan penanam kembali hutan-hutan yang gundul.
Adapun beberapa alasan responden yang memutuskan tidak menjadi anggota
kelompok tani yaitu beberapa menganggap bahwa kelompok tani kurang jelas
kepengurusannya, tidak jelas kegiatannya dan tidak terlihat dampaknya
kemasyarakat sekitar, ada yang disebabkan tidak pernah diajak ikut bergabung
dan kurangnya informasi yang didapatkan untuk menjadi anggota kelompok
tani, ada yang dikarenakan tidak pernah diberikan bantuan pertanian dan tidak
mendapatkan manfaat serta dampak apapun dari kelompok tani.
Adapun manfaat adanya kelompok tani bagi responden anggota
kelompok tani yaitu meningkatkan tingkat perekonomian atau penghasilan
petani, mendapatkan bantuan pertanian rutin dari pemerintah (pupuk, bibit-
bibit pohon dan sebagainya), menambah ilmu dan pengalaman pertanian yang
dapat diterapkan langsung dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuat cara
bertani semakin maju, dapat mempererat tali silaturahmi antar sesama anggota
kelompok tani. Selain itu, kelompok tani juga memberikan pengaruh yang
besar pada kehidupan responden anggota kelompok tani yaitu membuat cara
bertani semakin maju sebab banyak mendapatkan ilmu dan hal baru tentang
bertani dan pengelolaan hutan rakyat yang tidak diketahui sebelumnya dari
kegiatan pelatihan pertanian maupun kegiatan sharing antar sesama petani,
pengaruh lainnya yaitu hasil panen pertanian dan hutan rakyat yang didapatkan
semakin bagus dan meningkat sehungga meningkatkan penghasilan. Tingkat
keaktifan anggota ditentukan dari banyaknya kegiatan rutin, kegiatan
penyuluhan, dan kegiatan pelatihan yang telah diadakan kelompok tani yang
dapat diikuti. Responden yang aktif selalu mengikuti seluruh kegiatan rutin,
kegiatan penyuluhan dan juga kegiatan pelatihan yang telah diadakan
kelompok taninya masing-masing, responden yang kurang aktif hanya dapat
mengikuti beberapa macam kegiatan rutin, kegiatan penyuluhan dan kegiatan
pelatihan yang telah diadakan kelompok taninya masing-masing, sedangkan
responden yang tidak aktif tidak pernah dapat mengikuti apapun kegiatan rutin,
kegiatan penyuluhan dan kegiatan pelatihan yang telah diadakan kelompok
taninya masing-masing karena alasan tertentu.
Beberapa alasan responden tersebut memutuskan masih aktif menjadi
anggota kelompok tani adalah karena beberapa responden ingin bersama
anggota lainnya untuk tetap mempertahankan wadah dimana mereka
mendapatkan bantuan, ilmu dan pengalaman tambahan dalam bertani sehingga
membuat kehidupan dalam bertani semakin maju, beberapa responden ingin
aktif agar kelompok tani dapat tetap berjalan dan tetap terlihat pergerakannya
dimasyarakat sekitar karena jika anggotanya banyak yang aktif maka kelompok
taninya pun akan tetap aktif dan berjalan semakin maju, beberapa responden
juga beralasan untuk aktif karena ingin bersama-sama membangun pertanian
dilingkungan desa dan membantu meningkatkan perekonomian petani disekitar
lingkungan tempat tinggal dan selain itu ingin mempererat jalinan silaturahmi
antar sesama petani dan juga ingin tetap memiliki wadah untuk dapat
menyalurkan aspirasi, mendapatkan informasi, mendapatkan ilmu dan
pengalaman pertanian lebih banyak, serta mendapat bantuan pertanian dari
pemerintah.
27
dalam pengelolaan hutan rakyat cenderung berat atau pekerjaan laki-laki. Hal
tersebut sesuai dengan beberapa penelitian yang menyatakan bahwa ada pelibatan
perempuan dan laki-laki secara bersama-sama di pembersihan lahan (Sudrajat
2015, Muis 2014, Suwardi 2010) dan pada pemanenan hasil hutan bukan kayu
(Aini 2014) walaupun HOK istri lebih kecil dibandingkan suami karena kegiatan
istri cenderung hanya untuk membantu pekerjaan suami.
Curahan waktu kerja pada kegiatan pemasaran hasil panen pada seluruh
responden istri tidak ada sama sekali. Selain itu, seluruh responden dari strata
pemilikan lahan I memperoleh bibit melalui pembelian bibit saja sehingga
curahan waktu kerja pada seluruh responden istri dari strata pemilikan lahan I
dalam kegiatan pengadaan bibit juga tidak ada sama sekali. Hal tersebut karena
menurut responden semua yang berkaitan dengan hal penjualan dan pembelian
dalam kegiatan produktif hutan rakyat termasuk pemasaran hasil hutan rakyat dan
pembelian bibit untuk kebun hutan rakyat seluruhnya mutlak dilaksanakan dan
tanggung jawab suami dimana suami lebih paham mengenai segala hal terkait
pembelian untuk kebutuhan kebun hutan rakyat dan pemasaran hasil hutan rakyat
dan istri tidak paham sama sekali mengenai seluruh hal yang berkaitan dengan
pembelian serta pemasaran tersebut dan menyerahkan seluruh hal tersebut kepada
suami yang dianggap lebih mengetahui keadaan pasar, sehingga seluruh
responden istri tidak menghasilkan curahan waktu kerja sama sekali pada kedua
kegiatan tersebut. Selain itu, curahan waktu kerja yang dihasilkan oleh seluruh
responden istri dari strata pemilikan lahan III pada kegiatan penanaman tidak ada
sama sekali karena menurut para responden tersebut kegiatan penanaman adalah
pekerjaan yang cukup berat dan memakan waktu yang banyak untuk
menyelesaikannya sehingga lebih cocok dilakukan oleh suami saja dan juga istri
memiliki banyak tanggung jawab diluar urusan kebun yaitu mengurus segala
urusan dan pekerjaan dirumah. Rata-rata curahan waktu kerja responden dalam
setiap kegiatan produktif hutan rakyat berdasarkan golongan pola tanam dan strata
pemilikan lahannya terdapat pada Tabel 15.
Tabel 15 Rata-rata curahan waktu kerja laki-laki (L) dan perempuan (P) dalam
kegiatan produktif hutan rakyat
Curahan waktu kerja (HOK/tahun)
Kegiatan Produktif Rata-rata
Strata I Strata II Strata III
Hutan Rakyat
L P L P L P L P
Pengadaan bibit 0,8 0,0 4,8 1,6 7,1 4,4 4,2 2,0
Persiapan lahan 15,9 8,7 15,8 7,8 13,3 1,5 15,0 6,0
Penanaman 28,5 9,4 17,5 4,1 11,6 0,0 19,2 4,5
Pemeliharaan 14,7 8,2 14,1 5,6 13,8 4,3 14,2 6,1
Pemanenan kayu 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Pemanenan non kayu 28,8 20,8 16,9 8,8 8,6 0,4 18,1 10,0
Pemasaran 7,5 0,0 7,4 0,0 4,4 0,0 6,4 0,0
Total 96,2 47,1 76,5 27,9 58,8 10,6 77,1 28,6
rakyat, kecuali pada kegiatan pengadaan bibit. Hal ini disebabkan karena curahan
waktu kerja pada setiap kegiatan produktif yang paling besar dihasilkan oleh
responden di strata pemilikan lahan I kecuali pada kegiatan pengadaan bibit
dimana besar curahan waktu kerja yang dihasilkan oleh responden di strata
pemilikan I pada kegiatan tersebut yang paling kecil dari responden pada strata
lain karena pengadaan bibit yang dilakukan responden pada strata pemilikan I
seluruhnya dengan cara pembelian bibit, sedangkan pada responden di strata lain
beberapa responden ada yang melakukan pengadaan bibit dengan cara pembuatan
persemaian. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Suratiyah (2005), bahwa
petani akan cenderung menambah waktu kerjanya apabila luas lahan yang digarap
semakin luas sehingga semakin luas lahan yang digarap petani maka akan
semakin tinggi curahan waktu kerja yang dihasilkan.
Adapun pada curahan waktu kerja yang dihasilkan dari masing-masing
responden suami dan istri pada kegiatan pemanenan kayu tidak ada sama sekali
karena kegiatan penebangan dan penyaradan untuk setiap kali memanen kayu
tidak pernah dilakukan oleh seluruh responden petani melainkan kegiatan tersebut
diserahkan langsung dan dikerjakan sendiri oleh pemborong kayu yang ingin
membeli kayu pada setiap responden petani tersebut. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan dalam ketersediaan alat yang dimiliki petani untuk melakukan
penebangan dan penyaradan kayu dan keterbatasan pengetahuan petani mengenai
cara melakukan penebangan dan penyaradan kayu.
perempuan memiliki posisi ganda dalam keluraga karena selain perempuan aktif
dalam kegiatan produktif juga aktif dalm melakukan kegiatan domestic.
Tabel 17 Rata-rata curahan waktu kerja total laki-laki (L) dan perempuan (P)
dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat
Strata Pemilikan Lahan
Rata-rata
Kegiatan Strata I Strata II Strata III
L P L P L P L P
Produktif
HOK/tahun 96,2 47,1 76,5 27,9 58,8 10,6 77,1 28,6
% 100,0 8,9 100,0 5,1 100,0 2,1 100,0 5,4
Domestic
HOK/tahun 0,0 483,6 0,0 520,2 0,0 506,3 0,0 503,3
% 0,0 91,1 0,0 94,9 0,0 97,9 0,0 94,6
Total
HOK/tahun 96,2 530,7 76,5 548,1 58,8 516,9 77,1 531,9
% 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0
juga ikut dalam melakukan kegiatan produktif hutan rakyat dan melakukan
kegiatan pemanenan dan pemasaran hasil dari hutan rakyatnya bersama suami.
Berdasarkan hasil pada Tabel 18, suami adalah yang paling berperan
dalam pengambilan keputusan pada pengelolaan hutan rakyat karena mereka
menganggap suami merupakan kepala keluarga dan tulang punggung keluarga,
sehingga segala tanggung jawab tentang pengelolaan hutan rakyat diserahkan
kepada suami, walaupun ada beberapa keluarga yang memutuskan sesuatu
secara bersama-sama.
Tabel 18 Pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat dan masalah keuangan
Tingkatan pengambilan keputusan
Mutlak Bersama didominasi Total
Pernyataan Bersama
Istri Suami Istri Suami
n % n % n % n % n % n %
Pengambilan keputusan dalam kegiatan pengelolaan hutan rakyat
Kegiatan produktif pengelolaan hutan rakyat :
Penetuan jenis tanaman 0,0 0,0 22,0 73,3 5,0 16,7 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Struktur dan pola tanam 0,0 0,0 22,0 73,3 5,0 16,7 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Penggunaan sarana bertani 0,0 0,0 22,0 73,3 5,0 16,7 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Investasi peralatan untuk bertani 0,0 0,0 22,0 73,3 5,0 16,7 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Kegiatan pemeliharaan tanaman 0,0 0,0 22,0 73,3 5,0 16,7 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Kegiatan pemupukan tanaman 0,0 0,0 22,0 73,3 5,0 16,7 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Kegiatan pasca produksi pengelolaan hutan rakyat :
Penentuan pemanfaatan hasil panen 0,0 0,0 24,0 80,0 5,0 16,7 0,0 0,0 1,0 3,3 30,0 100,0
Penentuan pelaku kegiatan penjualan hasil panen 0,0 0,0 24,0 80,0 5,0 16,7 0,0 0,0 1,0 3,3 30,0 100,0
Pengambilan keputusan dalam masalah keuangan
Pengelolaan keuangan hutan rakyat :
Merencanakan biaya usaha dalam pengelolaan hutan rakyat 0,0 0,0 20,0 66,7 10,0 33,3 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Mengelola uang untuk usaha pengelolaan hutan rakyat 0,0 0,0 20,0 66,7 10,0 33,3 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Meminjam uang / kredit untuk usaha 0,0 0,0 20,0 66,7 10,0 33,3 0,0 0,0 3,0 10,0 30,0 100,0
Pengelolaan keuangan rumah tangga :
Merencanakan keuangan keluarga 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0
Mengelola keuangan keluarga 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0
Memutuskan untuk membelanjakan uang keluarga 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0
Meminjam uang untuk keperluan keluarga 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0
Mencari jalan keluar permasalahan keuangan keluarga 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0
34
Tabel 19 Pengambilan keputusan dalam kegiatan sosial dan urusan domestik keluarga
Tingkatan pengambilan keputusan
Keputusan Bersama
Keputusan mutlak Keputusan Total
Pernyataan didominasi
Bersama
Istri Suami Istri Suami
n % n % n % n % n % n %
Kegiatan sosial :
Bertanggung jawab atas aktivitas sosial 0,0 0,0 30,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0
Menghadiri pertemuan di desa 0,0 0,0 30,0 100,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 30,0 100,0
(15,9%). Hal ini mengindikasikan bahwa semakin luas lahan hutan rakyatnya,
maka hasil panen hutan rakyat yang didapatkan dalam setiap tahunnya
kemungkinan akan semakin banyak, sehingga pendapatan yang diperoleh dari
penjualan hasil panen tersebut akan semakin besar juga.
Tabel 21 Rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari pertanian non
hutan rakyat
Rata-rata pendapatan rumah tangga dari
Strata
pertanian non hutan rakyat Total
Pemilikan
Berkebun Beternak
Lahan
Rp/tahun % Rp/tahun % Rp/tahun %
Strata I 7.344.444 49,5 7.477.778 50,5 14.822.222 100,0
Strata II 1.046.154 22,5 3.611.538 77,5 4.657.692 100,0
Strata III 2.842.500 24,1 9.000.000 75,9 11.842.500 100,0
Rata-rata 3.744.366 35,9 6.696.439 64,1 10.440.805 100,0
Pendapatan yang diperoleh dari kegiatan diluar pertanian non hutan
rakyat antara lain di bidang jasa, berdagang, sebagai kuli bangunan dan buruh
pikul kayu. Tidak semua rumah tangga memperoleh pendapatan dari kegiatan
diluar pertanian non hutan rakyat ini, karena kegiatan tersebut merupakan
pekerjaan sampingan responden saja selain menjadi petani. Jenis pekerjaan
sampingan responden di bidang jasa antara lain sebagai guru honor SD, supir
angkot, rental mobil untuk mengantar karyawan PT. Antam, dan sebagai ketua
RT. Selain itu, bentuk pekerjaan sampingan responden yang berdagang
diantaranya seperti usaha toko sembako dan jajanan, bengkel motor,
pemotongan dan penjualan daging ayam broiler, jual beli motor bekas, pemarut
dan penjual kelapa, jualan pisang goreng, jualan nasi uduk, serta jualan pakaian
keliling.
Rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dari
kegiatan berdagang terdapat pada responden pemilikan lahan strata III yaitu
sebesar Rp. 143.852.500/tahun. Hal ini disebabkan karena mayoritas responden
rumah tangga yang memiliki pekerjaan sampingan di bidang berdagang adalah
yang memiliki lahan strata III dan juga responden yang berdagang berupa
usaha pemotongan dan penjualan daging ayam broiler hanya pada kelompok
pemilik lahan strata III dimana pendapatan harian yang diperoleh dalam bentuk
usaha berdagang tersebut yang paling besar, sehingga mengakibatkan
pendapatan yang diperoleh setiap tahunnya paling besar dibandingkan dengan
bentuk usaha di bidang berdagang lainnya.
Rata-rata pendapatan rumah tangga paling besar yang diperoleh dari
buruh/kuli terdapat pada responden pemilikan lahan strata II yaitu sebesar Rp.
5.760.000/tahun. Hal ini dikarenakan mayoritas responden yang memiliki
pekerjaan sampingan sebagai buruh pikul kayu adalah yang memiliki lahan
strata II, sedangkan pada responden pemilikan lahan strata I & III terdapat
responden yang memiliki pekerjaan sampingan kuli bangunan dimana
pendapatan setiap tahun yang diperoleh dari buruh pikul kayu lebih besar dari
pada kuli bangunan sebab frekuensi waktu pekerjaan yang dilakukan
responden dengan pekerjaan buruh pikul kayu lebih banyak (sering) dalam
setiap minggu dan setiap tahunnya meskipun pendapatan harian yang diperoleh
kuli bangunan lebih besar dari buruh pikul kayu.
Adapun rata-rata pendapatan rumah tangga yang diperoleh dari sumber
pendapatan lainnya pada responden pemilikan lahan strata II lebih besar dari
pada responden pemilikan lahan I yaitu sebesar Rp. 9.938.462/tahun dimana
pendapatan tersebut diperoleh dari pekerjaan sampingan di bidang jasa. Hal ini
disebabkan karena terdapat responden di pemilikan lahan strata II yang
40
5.1 Simpulan
1. Dalam pengelolaan hutan rakyat di Desa Curug Bitung, curahan waktu
kerja laki-laki (77,1 HOK/tahun) lebih besar dari pada curahan waktu kerja
perempuan (28,6 HOK/tahun), dimana perempuan berpartisipasi pada
kegiatan pembuatan persemaian bibit, persiapan lahan, penanaman,
pemeliharaan, serta pemanenan hasil non kayu. Sedangkan kegiatan
domestic (rumah tangga) hanya dilakukan oleh perempuan dengan curahan
waktu kerja sebesar 503,3 HOK/tahun. Hal ini menunjukkan bahwa
perempuan memiliki peran ganda dalam rumah tangga karena selain
perempuan aktif dalam kegiatan produktif juga aktif dalam kegiatan
domestic.
2. Suami memiliki peran yang lebih dominan pada pengambilan keputusan
yang dilakukan rumah tangga petani hutan rakyat yaitu dalam
pengambilan keputusan untuk kegiatan produktif hutan rakyat (73,3%),
pasca produksi (80%), pengelolaan keuangan hutan rakyat (66,7%), dan
aktivitas sosial (100%). Sedangkan pengambilan keputusan untuk
pengelolaan keuangan dalam rumah tangga dilakukan secara bersama
sesuai dengan kesepakatan yang setara antara suami dan istri. Istri
memiliki peran yang lebih dominan pada pengambilan keputusan yang
dilakukan seluruh responden rumah tangga dalam masalah domestik
keluarga, sehingga kesetaraan gender dalam pengambilan keputusan sudah
cukup baik.
3. Kontribusi pendapatan hutan rakyat terbesar diperoleh oleh rumah tangga
petani pemilik lahan strata I (> 1 Ha) yaitu sebesar Rp. 16.035.000/tahun.
Namun, usaha hutan rakyat berkontribusi paling kecil (11,4%) terhadap
pendapatan total rumah tangga dibandingkan usaha lainnya.. Kontribusi
pendapatan paling besar (76,5%) adalah dari usaha di luar pertanian
(dagang) yang umumnya dilakukan oleh perempuan. Hal ini menunjukkan
bahwa partisipasi perempuan dalam kegiatan produktif berpengaruh besar
terhadap pendapatan keluarga.
5.2 Saran
1. Untuk meningkatkan hasil panen dan pendapatan ruamh tangga petani
hutan rakyat, maka perlu dilakukan pelatihan-pelatihan pengelolaan hutan
rakyat yang dapat diikuti para petani laki-laki maupun perempuan
terutama pelatihan tentang pembuatan persemaian , persiapan lahan,
penanaman, pemeliharaan baik untuk produk kayu maupun non kayu, dan
pelatihan pemanenan hasil non kayu untuk para petani perempuan.
2. Perlu meningkatkan keterlibatan perempuan dalam kepengurusan
kelompok tani.
3. Perlu dilakukannya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor
apa saja yang mempengaruhi besarnya curahan waktu kerja yang
dihasilkan responden di Desa Curug Bitung.
43
DAFTAR PUSTAKA
Mindawati NA, Widiarti, B Rustaman. 2006. Hutan rakyat, pusat penelitian dan
pengembangan hutan tanaman [Review Hasil Penelitian]. Bogor : Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.
Muis A. 2014. Peran gender dalam pengelolaan hutan rakyat dan kesejahteraan
keluarga petani di Desa Sukamahi Kabupaten Cianjur [skripsi]. Bogor :
Institut Pertanian Bogor.
Narsiki. 2017. Peran gender dan kontribusi hutan rakyat terhadap pendapatan
rumah tangga petani [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Nur H. 2005. Motivasi petani dalam pengelolaan kahuma di areal hutan rakyat.
[tesis]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
[PEMKAB]. Pemerintah Kabupaten Bogor. 2013. Profil Desa Curug Bitung
Kecamatan Nanggung Kabupaten Bogor. Bogor : Pemerintah Kabupaten
Bogor.
Presiden Republik Indonesia. 1999. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999
Tentang Kehutanan. Jakarta : Sekretaris Negara Republik Indonesia.
Purwanto CSA, DR Indrawati, dan Wardoyo. 2004. Model-Model Pengelolaan
Hutan Rakyat (Private Forestry Models). Kebumen : Prosiding Ekspose
BP2TPDAS-IBB Surakarta.
Pusat Penyuluhan Kehutanan. 1996. Materi Penyuluhan Kehutanan I. Jakarta :
Pusat Penyuluhan Kehutanan Departemen Kehutanan.
Puspitawati H, Krisnatuti D. Gender dalam Keluarga. Soeryo Adiwibowo, editor,
Dalam: Buku Ekologi Manusia. Bogor : Fakultas Ekologi Manusia IPB.
Rianse U, Abdi. 2009. Metode Penelitian Sosial dan Ekonomi, Teori dan Aplikasi.
Bandung : Alfabeta.
Roslinda E. 2009. Peranan Perempuan dalam Usaha Konservasi Hutan Pada
Sistem Wanatani Berbasis Karet, Dalam: Prosiding Penelitian Agroforestri
di Indonesia Tahun 2006-2009. Bandar Lampung : ISBN 978-979-18755-8-
5.
Safe‟i , Sukmara MDP. 2019. Analisis spasial potensi hutan rakyat di Kabupaten
Bogor. Jurnal Belantara [JBL]. 2(1): 1-9.
Sajogyo P. 1990. Peranan Wanita dalam Perhutanan Sosial Suatu Studi Integrasi
Wanita dalam Pembangunan Kehutanan Menuju Era Tinggal Landas.
Bogor : Pusat Studi Wanita IPB.
Setiajiati F. 2012. Sejarah perkembangan hutan rakyat wilayah Bogor Barat
[skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Setyaningsih E. 2018. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan petani hutan rakyat (studi kasus: Kecamatan Leuwiliang,
Kecamatan Leuwisadeng, dan Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat) [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Simatauw M, L Simanjuntak, dan P.T. Kuswardono. 2001. Gender dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam: Sebuah Panduan Analisis. Kupang :
Yayasan Penguatan Institusi dan Kapasitas Lokal (PIKUL).
Simon H. 1995. Pokok-pokok Pikiran Tinjauan Ekonomi Pengembangan Hutan
Rakyat, Dalam: Proceeding Seminar Pengembangan Hutan Rakyat. Riau :
10-11 April.
Simon H. 2010. Dinamika Hutan Rakyat di Indonesia. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.
Siregar UJ, Rachmi A, Massijaya MY, Ishibashi N, Ando K. 2006. Economic
analysis of sengon (Paraserianthes falcataria) community forest plantation,
46
LAMPIRAN
Metode
Jenis data / Sumber
No. Indikator pengumpulan
Variabel data
data
Data Primer
1. Nama
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Umur
5. Tingkat pendidikan Responden
6. Jumlah anggota ( Rumah
Wawancara
keluarga tangga
Karakteristik dan
1. 7. Luas dan status anggota
responden observasi
pemilikan lahan hutan kelompok
lapang
rakyat dan non hutan tani hutan
rakyat rakyat )
8. Status pekerjaan (pokok
/ sampingan)
9. Status keanggotan
dalam kelompok tani
1. Sejak kapan petani
melakukan kegiatan
pengelolaan hutan
rakyat / budidaya pohon
?
2. Pola tanam yang
Responden
dilakukan pada kegiatan
( Rumah
pengelolaan hutan Wawancara
tangga
Potensi lahan rakyat dan
2. anggota
hutan rakyat 3. Luas lahan hutan rakyat observasi
kelompok
? lapang
tani hutan
4. Jenis tanaman yang
rakyat )
ditanam
5. Jarak tanam
6. Bentuk hutan yang di
kelola
7. Jumlah tanaman yang
ditanam
3. Sistem dalam Responden
Kegiatan apa saja yang
pengelolaan ( Rumah
ada dalam pengelolaan Wawancara
hutan rakyat dan tangga
hutan rakyat ? dan siapa dan
Peran produktif anggota
saja anggota rumah observasi
dalam kelompok
tangga yang ikut lapang
pengelolaan tani hutan
berperan ?
hutan rakyat rakyat )
48
Metode
Jenis data / Sumber
No. Indikator pengumpulan
Variabel data
data
Data Primer
Responden
Pekerjaan apa saja yang ( Rumah
Wawancara
Peran domestik biasanya dilakukan oleh tangga
dan
4. dalam rumah seluruh peran anggota anggota
observasi
tangga keluarga dalam rumah kelompok
lapang
tangga ? tani hutan
rakyat )
1. Curahan waktu setiap
anggota keluarga pada Responden
kegiatan produktif ( Rumah
Wawancara
pengelolaan hutan tangga
Curahan Waktu dan
5. rakyat anggota
Kerja observasi
2. Curahan waktu setiap kelompok
lapang
anggota keluarga pada tani hutan
kegiatan domestic rakyat )
rumah tangga
Pengambilan keputusan
pada setiap peran dalam
kegiatan produktif
pengelolaan hutan rakyat,
peran dalam kegiatan
domestic rumah tangga,
kegiatan sosial serta
pengambilan keputusan
dalam keuangan keluarga
masing masing
dikelompokkan kedalam
salah satu dari lima Responden
tingkatan pengambilan ( Rumah
Wawancara
Pengambilan keputusan, yaitu : tangga
6. dan
Keputusan 1. Pengambilan keputusan anggota
observasi
mutlak oleh istri. kelompok
lapang
2. Pengambilan keputusan tani hutan
mutlak oleh suami. rakyat )
3. Pengambilan keputusan
bersama didominasi
istri.
4. Pengambilan keputusan
bersama didominanasi
suami.
5. Pengambilan keputusan
bersama tanpa ada
salah satu yang
dominan.
49
Metode
Jenis data / Sumber
No. Indikator pengumpulan
Variabel data
data
Data Primer
1. Pendapatan dari
pengelolaan hutan
rakyat.
2. Pendapataan dari
Total
pertanian non hutan Responden
pendapatan
rakyat. ( Rumah
rumah tangga Wawancara
3. Pendapatan dari non tangga
dan Kontribusi dan
7. pertanian dan non hutan anggota
hutan rakyat observasi
rakyat. kelompok
terhadap lapang
4. Pendapatan total rumah tani hutan
pendapatan
tangga petani hutan rakyat )
rumah tangga
rakyat.
5. Persentase pendapatan
dari pengelolaan hutan
rakyat.
Data Sekunder
1. Kondisi geografis (letak
dan luas topografi,
kondisi fisik areal
lingkungan dan iklim),
dan data kondisi sosial
ekonomi (jumlah
penduduk, tingkat
Dinas
pendidikan, dan mata
Kehutanan
pencaharian) ,
Kabupaten
Demografi dan Potensi
Bogor, Data
Desa Curug Bitung. Studi
Kondisi umum Monografi
2. Luas dan potensi hutan pustaka,
lokasi penelitian Desa Curug
1. rakyat Desa Curug observasi
dan kelompok Bitung,
Bitung. lapang, dan
tani Sekretariat
3. Sarana dan prasarana wawancara
kelompok
serta aksesbilitas yang
tani Desa
ada.
Curug
4. Jumlah kelompok tani
Bitung
yang ada di Desa Curug
Bitung dan jumlah
anggota, tanggal
berdirinya, dan macam-
macam kegiatan dari
masing-masing
kelompok tani.
50
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(a) (b)
Gambar 3 Dokumentasi lahan pertanian non hutan rakyat yang dikelola responden
(a) lahan sawah, (b) lahan kebun non hutan rakyat.
Gambar 4 Dokumentasi lahan hutan rakyat yang dikelola responden (a) lahan
hutan rakyat dengan pola tanam agroforestri, (b) lahan hutan rakyat
dengan pola tanam monokultur, (c) lahan hutan rakyat dengan pola
tanam polikultur.
(a) (b)
Ketua
Enday Hidayat
Bendahara Sekretaris
Anggota
Ketua
Sukandar
Sekretaris
Bendahara
Yusuf
Karim Hermansyah
Anggota
53
Ketua
Atma Wijaya
Bendahara Sekretaris
Sukarna Saidi
Anggota
54
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Medan pada tanggal 5 April 1998 dan merupakan
anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Junaidi Nasution dan Ibu
Herlina Batubara. Pendidikan sekolah menengah atas ditempuh di SMA N 13
Medan yang lulus pada tahun 2016 dan diterima sebagai mahasiswa program
sarjana (S-1) di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB pada
tahun yang sama melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi, yakni
sebagai wakil ketua komisi Public Relation IFSA LC-IPB pada tahun 2018-2019,
sebagai anggota divisi apresiasi dan seni BEM Fakultas Kehutanan pada tahun
2018-2019, sebagai pengurus Ikatan Mahasiswa Muslim Asal Medan pada tahun
2018-2019, pengurus Komunitas Seni Budaya Masyarakat Rumput pada tahun
2018-2019, anggota PSM Agria Swara IPB pada tahun 2017, dan menjadi anggota
Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) sejak tahun 2018. Penulis telah
melaksanakan Praktik Umum Kehutanan (PUK) pada tahun 2018 di Suaka
Margasatwa Gunung Sawal, Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pangandaran,
dan Hutan Pendidikan Gunung Walat, serta telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata
Tematik (KKN-T) di Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung Jawa Barat.
Penulis pernah menjadi anggota delegasi dalam acara Asia-Pasific Rainforest
Summit (APRS) di Yogyakarta pada tahun 2018. Penulis juga pernah mengikuti
lomba teater di IPB Art Contest pada tahun 2018 dan 2019, dan mengikuti
program Bina Cinta Lingkungan IPB di Desa Purasari tahun 2017.
Selain dalam organisasi, penulis juga aktif dalam beberpa kepanitiaan,
antara lain sebagai wakil ketua acara Forestry International Expo and Seminar
tahun 2018, sebagai anggota divisi Photography-Design-Decoration (PDD) pada
tahun 2017 dalam acara IPB Goes To School Medan, Forestry International Expo
and Seminar, dan Seminar Nasional Manajemen Hutan, pada tahun 2018 dalam
acara Managers Night, serta pada tahun 2019 dalam acara Forester Cup, anggota
divisi acara dalam acara Forest Management Cup tahun 2017, anggota divisi
Design-Decoration-Ticketing acara Semarak Kehutanan 2017, anggota divisi
konsumsi acara Fahutan Awarding Night tahun 2019, dan sebagai ketua acara
Managers Night tahun 2017.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi berjudul Analisis Gender dalam Pengelolaan Hutan Rakyat dan
Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumah Tangga di Kecamatan Nanggung
Kabupaten Bogor dibawah bimbingan: Dr Ir Leti Sundawati MSc F Trop.