Oleh:
TYANDRA
(201610320311082)
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN – PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
i
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3. Tujuan........................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Taman Nasional Baluran............................................................................ 3
2.2. Sejarah Kerbau dan Penyebaranya............................................................ 4
2.3. Klasifikasih Kerbau................................................................................... 5
2.4. Kerbau Rawa............................................................................................. 6
2.5. Pertumbuhan dan Perkembangan ............................................................. 7
2.6. Hubungan Bobot Badan dan Ukuran – Ukuran Tubuh.............................. 7
BAB III METODOLOGI KERJA
3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................................. 8
3.2. Alat dan Bahan.......................................................................................... 8
3.3. Metode Kerja............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 9
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tyandra
201610320311082
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
diamati dan didata berupa aktivitas pola perilaku kerbau pada saat pengamatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengamati perilaku kerbau liar
(Bubalus bubalis arnee) di Taman Nasional Baluran pada waktu pagi dan sore
hari.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang ini yaitu untuk
mengetahui dan mempelajari perilaku kerbau liar (Bubalus bubalis arnee) saat
pagi dan sore hari di Resort Bekol Taman, Nasional Baluran.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
(Cuon alpinus), satwa lainnya yang terdapat di TNB adalah babi hutan (Sus sp.),
kijang (Muntiacus muntjak), rusa (Cervus timorensis), macan tutul/kumbang
(Felis pardus), kerbau liar (Bubalus bubalis), lutung (Presbytis cristata), kera abu-
abu (Macaca fascicularis), merak (Pavomuticus), ayam hutan (Gallus sp), dan
lain-lain. Selain terumbu karang dan ikan hias, daerah ini juga memiliki berbagai
jenis mollusca, crustaceae, echinodermata serta biota laut lainnya, sehingga
kawasan ini mempunyai daya tarik sendiri (BTNB, 2007).
4
melingkar atau lurus memanjang ke belakang. Kerbau ini merupakan kerbau tipe
perah (Sudono,1999). Ternak kerbau berfungsi triguna yaitu sebagai ternak perah,
penghasil daging dan ternak kerja. Kerbau Sungai adalah tipe kerbau yang
diternakkan sebagai ternak perah dan penghasil daging (Toelihere,1978). Kerbau
dapat memanfaatkan hijauan yang berkualitas rendah dan tahan terhadap musim
kering yang panjang. Kapasitasnya sebagai ternak kerja merupakan potensi bagi
peternak kerbau, disamping dagingnya yang memiliki nilai cukup tinggi (Pathak
dan Ranjhan, 1979). Penemuan-penemuan arkeologis di India menyatakan bahwa
kerbau didomestikasi selama periode kehidupan di lembah Indus, Kira-kira 4500
tahun yang lalu. Berbagai data menunjukkan bahwa telah terjadi hubungan antar
manusia dan kerbau sejak dahulu kala. Dalam cerita jawa diungkapkan bahwa
pada tahun 1612 seorang raja Hindu pertama di Padjadjaran menggunakan kerbau
untuk pertama kalinya sebagai hewan kerja, hingga kini belum ada petunjuk yang
tepat kapan kerbau di Indonesia mulai diternakkan.
5
dengan kerbau tipe sungai. Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa kerbau rawa
merupakan kerbau yang pendek, gemuk dan bertanduk panjang. Kerbau rawa
memiliki konformasi tubuh yang berat dan padat. Kerbau berdasarkan habitatnya
digolongkan menjadi dua tipe yaitu Kerbau Rawa (Swamp Buffalo) dan Kerbau
Sungai (River Buffalo). Kerbau tipe sungai menyukai air yang mengalir dan
bersih, sedangkan Kerbau Rawa suka berkubang atau berlumpur
(Bhattacharya,1993). Kerbau Rawa dapat beradaptasi secara luas terhadap
lingkungan rawa yang banyak ditumbuhi semak dan rumput. Kerbau Rawa sering
dijumpai di daerah lembah-lembah sungai dan dataran rendah sampai pegunungan
dengan ketingian 230 m dpl (Toelihere,1978). Fahimuddin (1975) menyatakan
bahwa kerbau rawa jantan memilik bobot dewasa 500 kg dan kerbau betina 400
kg dengan tinggi pundak jantan dan betina adalah 135 dan 130 cm. Penelitian
Chantalakhana (1981) menyatakan kerbau rawa dewasa di Indonesia memiliki
tinggi rata-rata 127130 cm untuk kerbau jantan dan 124-125 cm pada kerbau
betina. Kerbau Sungai Kerbau sungai tersebar dari India sampai ke Eropa.
Fahimuddin (1975) menyatakan bahwa kerbau sungai merupakan ternak besar
dengan lingkar badan yang lebih kecil, dada yang dalam dan bentuk tanduk yang
bervariasi sesuai dengan bangsa dan tipenya Beberapa bangsa kerbau sungai India
yang diketahui adalah Jaffarabadi, Surati atau Surti, Murrah, Kundhi, Nili, Ravi,
Nagpuri, Parlakimedi dan Toda.
6
panjang badan dan lingkar dada. Kombinasi berat badan dan ukuran tubuh
umumnya di pakai sebagai ukuran pertumbuhan (Rachma,
2006).
Kerbau merupakan ternak yang lambat dewasa. Kerbau mencapai dewasa
tubuh setelah umur 3 tahun (Fahimmudin, 1975) sedangkan Camoens (1976)
menyebutkan bahwa pertumbuhan kerbau berlangsung dengan cepat baik jantan
maupun betina sampai rata-rata umur sekitar 4 tahun, setelah itu pertumbuhan
berlangsung kurang cepat.
7
METODOLOGI KERJA
DAFTAR PUSTAKA
1
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid 1. Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Pusat Antar
Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hernowo, J. B. 2011. Ekologi Merak Hijau (Pavo muticus) Linnaeus 1758 pada
Beberapa Tipe Habitat di Ujung Timur Penyebarannya Jawa Timur,
Indonesia. Disertasi. Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sekolah
Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Mulyana. 1988. Studi Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus 1766) di
Resort Bekol, Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. Skripsi Jurusan
Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Palita, Y. 2002. Kajian Penyebaran Lokal, Habitat dan Perilaku Merak Hijau
(Pavo muticus Linnaeus 1758) Di Taman Nasional Meru Betiri. Jawa Timur.
Skripsi Program Diploma IV Kehutanan, Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.
Winarto, R. 1993. Beberapa Aspek Ekologi Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus
1766) Pada Musim Berbiak Pada Taman Nasional Baluran, Jawa Timur.
Skripsi Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor. Bogor. Tidak Diterbitkan.