Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PRAKTEK MAGANG

PEMANFAATAN PROSEDUR PELAKSANAAN


PERLINDUNGAN IKAN HIU PAUS (Rhincodon Typus) DI
BALAI PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT
(BPSPL) PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Oleh :
FAZRIYAH MANULLANG
21030004

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN TAPANULI TENGAH
2024
PROPOSAL PRAKTEK MAGANG

PEMANFAATAN PROSEDUR PELAKSANAAN


PERLINDUNGAN IKAN HIU PAUS (Rhincodon Typus) DI
BALAI PENGELOLAAN SUMBER DAYA PESISIR DAN
LAUT (BPSPL) PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan praktek


magang pada Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli

Oleh :
FAZRIYAH MANULLANG
21030004

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN


SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PANDAN TAPANULI TENGAH
2024
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI
SEKOLAH TINGGI PERIKANAN DAN KELAUTAN MATAULI
PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

PENGESAHAN PROPOSAL PRAKTEK MAGANG

Judul : Pemanfaatan Prosedur Pelaksanaan Perlindungan


Ikan Hiu Paus (Rhincodon Typus) di Balai Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang-
Sumatera Barat. DILURUSKAN
Nama : Fazriyah Manullang
Nim : 21030004
Program Studi : Sosial Ekonomi Perikanan

Disetujui oleh,

Pandan, Januari 2024


Ketua Program Studi Pembimbing

Husnul Yaqin Harahap S.Pi.,M.Si Husnul Yaqin Harahap S.Pi.,M.Si


NIDN 0108099302 NIDN 0108099302
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pengasih

dan lagi Maha Penyayang, berkat karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan

proposal magang yang berjudul “Pemanfaatan Prosedur Pelaksanaan

Perlindungan Ikan Hiu Paus (Rhincodon Typus)” diselenggarakan di Balai

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang-Sumatera Barat,

dengan baik. Proposal ini dibuat untuk dapat memenuhi syarat dalam menjalani

magang agar lulus tepat waktu dan memperoleh gelar sarjana di Sekolah Tinggi

Perikanan dan Kelautan Matauli.

Proposal ini tidak akan selesai jika tidak adanya bantuan dari para pihak

yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan proposal ini. Terima kasih

penulis ucapkan kepada Dosen Pembimbing Praktek Magang, Bapak Husnul

Yaqin Harahap S.Pi.,M.Si yang telah banyak membantu penulis untuk

menyelesaikan proposal magang ini.

Saling mengharapkan para pembaca untuk memberikan kritik dan saran

yang memotivasi agar penulis menjadikan hal ini sebagai pembelajaran menuju ke

arah yang lebih baik lagi.

Pandan, Januari 2024


Fazriyah Manullang
DAFTAR ISI

Isi Halaman

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................... i

KATA PENGANTAR............................................................................. ii

DAFTAR ISI............................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv

DAFTAR TABEL.................................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vi

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..........................................................................
1.2. Tujuan Praktek Magang............................................................
1.3. Manfaat Praktek Magang..........................................................

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Ikan Hiu Paus (Rhincodon Typus)............................................
2.2. Morfologi dan Taksonomi Ikan Hiu Paus................................
2.3. Habitat Ikan Hiu Paus...............................................................
2.4. Pemanfataan Ikan Hiu Paus......................................................
2.5. Prosedur Perlindungan Ikan Hiu Paus......................................
2.6. Pelaksanaan Perlindungan Ikan Hiu Paus................................

III. METODOLOGI PRAKTEK


3.1. Waktu dan Tempat....................................................................
3.2. Bahan dan Alat.........................................................................
3.3. Metode Praktek.........................................................................
3.4. Analisis Data.............................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................

LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Ikan Hiu paus (Rhincodon Typus)................................


DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang ............................................


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman

1. Peta BPSPL Padang..............................................................................

2. Organisasi Praktek Magang..................................................................

3. Outline Sementara ...............................................................................


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Padang adalah kota terbesar di pantai barat Pulau Sumatera sekaligus

ibu kota dari provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini merupakan pintu

gerbang barat Indonesia dari Samudra Hindia. Padang memiliki wilayah seluas

694,96 km² dengan kondisi geografi berbatasan dengan laut dan dikelilingi

perbukitan dengan ketinggian mencapai 1.853 mdpl. Berdasarkan data dari Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Kota Padang tahun 2014, kota

ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.000.096 jiwa. Padang merupakan kota

inti dari pengembangan wilayah metropolitan Palapa.

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang

merupakan salah satu unit pelaksana teknis (UPT) dibawah naungan Direktorat

Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (DJPRL) Kementerian Kelautan dan Perikanan,

Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang memiliki peran

dalam pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (WP3K) yang

berorientasi menyukseskan rencana pembangunan nasional Kementerian Kelautan

dan Perikanan (KKP) yang termasuk dalam prioritas nasional yaitu lingkungan

hidup, penanggulangan bencana yang dilaksanakan melalui konservasi dan

pemanfaatan lingkungan laut, pesisir dan pulau-pulau kecil disertai penguasaan

dan pengelolaan resiko (BPSPL Padang, 2022).


Salah satu instansi yang melakukan kegiatan konservasi dan Pelayanan

Perizinan Pemanfaatan Jenis Ikan Dilindungi dan/atau Appendiks CITES adalah

Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang. Salah satu jenis

ikan yang di lindungi termasuk ikan Hiu. Diperkirakan lebih dari 75 jenis hiu

ditemukan di perairan Indonesia dan sebagian besar dari jenis tersebut potensial

untuk dimanfaatkan. Ikan Hiu memiliki jenis dan rupa yang beragam. Masing-

masing memiliki kelebihan-kelebihan tersendiri. Terdapat setidaknya 116

beragamjenis hiuyangditemukan dan tersebar luas di wilayah perairan bumi, baik

dari bibir pantai hingga kedalaman 150 meter atau lebih. Dalam perairan

Indonesia tercatat 54jenis hiu yang tersebar dibeberapa daerah (Fahmi dan

Dharmadi 2013).

Perbedaan ukuran tubuh antara hiu jantan dan hiu betina disebabkan oleh

kondisi lingkungan perairan yang mempengaruhi pola pertumbuhan panjang ikan,

perubahan panjang dapat disebabkan oleh faktor kondisi air

(ketersediaanmakanan, suhu, faktor fisikokimia air) dan faktor biologis (faktor

fisiologis, genetik, umur, jenis kelamin). Hiu paus adalah salah satu spesies

kharismatik (Cisneros-Montemayor et al. 2013) yang dapat berperan penting

dalam struktur dan dinamika ekosistem pantai dan estuari dalam kapasitasnya

sebagai planktivora dan ikan terbesar di dunia (CITES 2002). Hiu paus juga

memiliki nilai ekonomi (Cisneros-Montemayor et al. 2013, Gallagher &

Hammerschlag 2011) dengan menjadi spesies utama dalam industri pariwisata

bahari (Craven 2013,Ziegler et al. 2013). Industri wisata hiu paus terdapat pada

banyak lokasi di dunia (Penketh et al. 2021), juga di berbagai wilayah perairan

Indonesia.
Potensi ini memberikan dampak kerentanan terhadap hiu paus termasuk

penurunan populasi (Prihadi et al. 2017). Spesies ini masuk dalam daftar

Appendix II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild

Fauna and Flora (CITES) atau perdagangannya harus berdasarkan asas

pemanfaatan berkelanjutan dan tidak akan mengancam kelestarian hiu paus di

alam liar (CITES 2002). Hiu paus juga telah masuk dalam daftar Merah untuk

spesies terancam International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan

status genting (endangered) yang artinya statusnya di alam akan menghadapi

resiko kepunahan di masa yang akan datang bila tidak terdapat pengelolaan yang

tepat (Pierce & Norman 2016).

Hiu paus dilindungi secara teknis, namun menurut Li et al. (2012)

penangkapannya tidak diawasi dan penegakannya masih belum optimal sehingga

hiu paus tetap rentan mengalami kepunahan. Karena itu, negara kita telah

menetapkan hiu paus sebagai jenis ikan yang dilindungi berdasarkan Keputusan

Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18/MEN-KP/2013 (KKP 2013).

Kepadatan hiu paus dan perahu wisata yang tinggi (baik yang bermotor maupun

yang tidak bermotor) membuat hiu paus semakin berisiko terkena kontak dan

berpotensi cedera (Penketh et al. 2021). Banyak R. typus memiliki bekas luka di

tubuh dan sirip (Meekan et al. 2016, Penketh et al. 2021, Tania 2015).

1.2 Tujuan Praktek Magang


Adapun tujuan praktek magang ini yaitu agar mahasiswa dapat

mengetahui pemanfaatan ikan hiu paus melalui prosedur yang tepat. Selain itu

mahasiswa dapat mengetahui prosedur – prosedur perlindungan ikan hiu paus

yang dilaksanakan di BPSPL Padang.


Kemudian mahasiswa juga dapat mengetahui teknik yang dilakukan saat

perlindungan ikan hiu paus dan pelaksanaan perlindungan tersebut sehingga

mampu memahami hal – hal tersebut sampai dengan mengedukasi pihak lainnya.

1.3 Manfaat Praktek Magang

Manfaat dari pelaksanaan praktek magang ini sebagai berikut :

1 . Sebagai sarana latihan serta penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.

2. Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman di

dunia kerja.

3. Menambah wawasan mengenai dunia kerja.

4. Terciptanya hubungan yang baik dan adanya pertukaran informasi antara Balai

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang dengan mahasiswa/i

Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli (STPKM) Pandan.


II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Hiu Paus (Selachiphorma)


Menurut Muller dan Henle (1829) klasifikasi ikan hiu paus adalah

sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Fillum : Chordata

Kelas : Chondrichtthyes

Subkelas : Elasmobranchii

Superordo : Selachimorpha

Ordo : Orectolobiformes

Famili : Rhincodontidae

Genus : Rhincodon

Spesies : R.Typus

Gambar 1. Ikan Hiu Paus (Rhincodon Typus)

Hiu paus (whale shark/Rhincodon typus Smith, 1828) merupakan spesies

ikan epipelagis terbesar di dunia dengan panjang sekitar 4-12 m dan pola tutul
putih pada hampir seluruh tubuhnya sebagai pola identifikasi (Cruz et al., 2013).

Sementara itu, Convention on International Trade in Endengered

Species(CITES) memasukkan hiu paus dalam Apendiks II yang artinya

perdagangan untuk hiu paus ini harus melalui aturan yang menjamin

pemanfaatanya tidak akan mengancam kelestariannya. Sejak tahun 2013,

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia Nomor 18/Kepmen-KP/2013 yang menetapkan

perlindungan penuh terhadap hiu paus ini.

2.2 Morfologi dan Taksonomi Ikan Hiu Paus

Berbeda dengan paus lainnya, hiu paus bukanlah mamalia laut. Satwa ini

tidak menyusui seperti berbagai jenis paus. Hiu paus disebut paus karena memiliki

tubuh yang besar. Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan

Nomor 18/KEPMEN-KP/2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan

Hius Paus (Rhincodon typus) berikut ini morfologinya. Memiliki tubuh yang

sangat besar, hiu paus dewasa dapat mencapai ukuran panjang hingga 20 (dua

puluh) meter. Kepala lebar dan datar, mata kecil, dan mempunyai 5 (lima) celah

insang sangat besar. Mulut sangat lebar, dengan posisi yang hampir terminal (di

depan kepala). Pangkal ekor pipih dengan keel (tonjolan pada bagian belakang

awal sirip ekor/caudal penduncle) di kedua sisinya. Memiliki 2 (dua) sirip

punggung dan 2 (dua) sirip dada, cuping sirip ekor bagian atas lebih besar dari

cuping sirip ekor bagian bawah. Tubuh berwarna abu-abu dengan corak bulatan

(totol) dan garis-garis yang berwarna putih/kuning serta memiliki kulit yang tebal

dan pada bagian atas sisi tubuhnya terdapat guratan-guratan yang menonjol.
2.3 Habitat Ikan Hiu Paus

Hiu paus memiliki habitat pelagis yang berarti bahwa hiu paus lebih

banyak menghabiskan waktu di permukaan atau kolom perairan (Colman, 2017),

tetapi sering juga dijumpai di perairan lepas hingga perairan pantai, bahkan

kadang masuk ke daerah laguna. Secara umum distribusi dan kelimpahan hiu

paus dipengaruhi oleh proses oseanografi seperti peristiwa umbalan, arus pantai

dan daerah pertemuan arus, dimana terjadi peningkatan produktivitas disekitar

lingkungan tersebut (Wilson et al., 2001; Duffy, 2002). Beberapa lokasi

kemunculan hiu paus di perairan Indonesia antara lain: perairan Derawan -

Kalimantan Timur; Kepulauan Spermonde - Sulawesi Selatan, perairan pantai

Kenjeran-Jawa Timur dan di beberapa lokasi lainnya pada periode berbeda.

Hasil studi hiu paus di wilayah Taman Nasional Teluk Cendrawasih

menunjukkan bahwa hiu paus sering muncul di sekitar bagan karena tertarik

dengan sekumpulan ikan yang terperangkap dalam bagan (Tania, 2014).

2.4 Pemanfaatan Ikan Hiu Paus

Hampir seluruh bagian tubuh hiu dapat dijadikan komoditi, dagingnya

dapat dijadikan bahan pangan bergizi tinggi (abon, bakso, sosis, ikan kering dan

sebagainya), siripnya untuk ekspor dan kulitnya dapat diolah menjadi bahan

industri kerajinan kulit berkualitas tinggi (ikat pinggang, tas, sepatu, jaket, dompet

dan sebagainya) serta minyak hiu sebagai bahan baku farmasi atau untuk ekspor.

Tanpa kecuali gigi, empedu, isi perut, tulang, insang dan lainnya masih dapat
diolah untuk berbagai keperluan seperti bahan lem, ornamen, pakan ternak, bahan

obat dan lain-lain.

Selain menjaga keseimbangan ekosistem atau rantai makanan perairan

laut, mereka memberikan manfaat ekonomi masyarakat melalui pengembangan

pariwisata bahari berbasis hiu. Kegiatan wisata hiu paus di Indonesia bisa

ditemukan di Taman Nasional Teluk Cenderawasih dan Pantai Bentar,

Probolinggo. Pemanfaatan ikan hiu paus sebagai objek wisata telah dilakukan di

beberapa daerah. Salah satu daerah yang telah menerapkan wisata ikan hiu paus

adalah di perairan Desa Botubarani, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi

Gorontalo. Kemunculan ikan hiu paus di perairan Desa Botubarani diduga kuat

karena ketersediaan makanan, serta kondisi perairannya berdasarkan beberapa

parameter kualitas air dan perbandingan kondisi lingkungan di beberapa lokasi

kemunculan ikan hiu paus (Rahman et al., 2017).

Ikan hiu paus muncul ke permukaan diduga karena tertarik dengan larva

ikan bermigrasi, yang disebut “nike” (Djunaidi, 2019), berbeda dengan lokasi lain.

Umumnya ikan hiu paus yang muncul berada di dekat bagan untuk mencari

makan, seperti kemunculan dan interaksi ikan hiu paus di perairan Kwatisore,

Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC), Kabupaten Nabire sangat erat

dengan ketersediaan bagan sebagai tempat untuk bermain atau mencari makan

dalam waktu yang relatif lama (Suruan et al., 2018).

2.5 Prosedur Perlindungan Ikan Hiu Paus

Kementerian Kelautan dan Perikanan akhirnya setelah melalui proses

panjang tetapkan ikan hiu paus (Rhincodon typus) sebagai jenis ikan yang
dilindungi secara penuh melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

18 Tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu

Paus (Rhincodon typus).

Proses penetapan status perlindungan ikan hiu paus ini sudah melalui

tahapan yang diatur dalam Permen KP No. 03 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Penetapan Status Perlindungan Jenis Ikan, yang meliputi Usulan Inisiatif,

Verifikasi Usulan, Analisis Kebijakan, Rekomendasi Ilmiah, dan Penetapan.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas untuk menghindari ancaman

kepunahan ikan hiu paus di habitat alam dan menjaga keanekaragaman hayati

jenis ikan di Indonesia, Kementerian Kelautan dan Perikanan menetapkan ikan hiu

paus sebagai jenis ikan dilindungi. Dengan penetapan ini, pemerintah Indonesia

telah menunjukan komitmennya sebagai negara yang serius dalam upaya

konservasi hiu di tingkat nasional. Seluruh upaya serius pengelolaan konservasi

hiu ini diharapkan memberi dampak positif bagi pencitraan dunia perikanan dan

pariwisata Indonesia di mata dunia. Kemudian sebagai tindak lanjut dari

penetapan hiu paus sebagai ikan yang dilindungi, Kementerian Kelautan dan

Perikanan akan melakukan kegiatan sosialisasi, pengawasan, penyusunan rencana

pengelolaan dan monitoring populasi. Literatur prosedur ditambahi

2.6 Pelaksanaan Perlindungan Ikan Hiu Paus

RAN Konservasi Hiu Paus yang ditetapkan tidak sekedar menjadi

dokumen perencanaan, tetapi dilaksanakan secara serius oleh para pihak, terutama

oleh instansi yang menjadi penanggung jawab kegiatan.


Sehingga kondisi hiu paus di alam menjadi Iebih baik dalam 5 tahun

mendatang. Hiu paus meskipun dilindungi penuh, aktivitas pemanfaatan non

ekstraktif berupa wisata bahari masih dimungkinkan dan terbukti telah berjalan

dengan cukup baik seperti di NTB dan Gorontalo. Kegiatan pengelolaan dan

pemanfataan berkelanjutan Hiu Paus ini semuanya telah tertuang dalam Rencana

Aksi Nasional Konservasi Hiu Paus. Coral Triangle Initiative on Coral Reefs,

Fisheries and Food Security (CTI-CFF) terus memberikan dukungannya untuk

konservasi hiu dan pari di kawasan segitiga karang dunia. Salah satunya dengan

melakukan peningkatan kapasitas SDM pengelola hiu dan pari melalui Training of

Trainers (ToT) WWF Shark and Ray: Marine Protected Area (MPA) for Sharks &

Rapid Assessment Tool (RAT). Pelatihan yang ditujukan untuk perwakilan dari

negara CTI-CFF, yaitu Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, dan

Kepulauan Salomon digelar secara virtual, pada Senin-Selasa (5-6/4/2021).

Pelatihan yang didukung oleh Yayasan WWF Indonesia ini merupakan bagian

dari rangkaian kegiatan Simposium Hiu dan Pari di Indonesia ke-3. Tambahin

Literatur pelaksanaan
III. METODE PRAKTEK MAGANG

3.1 Waktu dan Tempat


Praktek magang dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2024 sampai
dengan 22 Februari 2024 di Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut
(BPSPL) Padang Provinsi Sumatera Barat dengan topik Pemanfaatan Prosedur
Pelaksanaan Perlindungan Ikan Hiu di Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan
Laut (BPSPL) Padang.

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktek Magang


No Kegiatan Bulan Keterangan
1 2 3 4
1 Pengumpulan X Dilakukan di STPK Matauli
proposal magang
2 Mentorial pelaksanaan X X Dilaksanakan di BPSPL Padang
magang
3 Pengamatan dan X X Dilaksanakan di BPSPL Padang
pelaksanaan praktek
magang
4 Penyusunan laporan X X Dilaksanakan di STPK Matauli
5 Seminar hasil magang X Dilaksanakan di STPK Matauli

3.2 Metode Praktek Magang


Adapun metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah sebagai

berikut :

1) Metode pengarahan (Mentorial) yaitu pemberian arahan mengenai

praktek magang yang disampaikan langsung oleh dosen pembimbing

di Sekolah Tinggi Perikanan dan Kelautan (STPK) Matauli


2) Praktek langsung, yaitu mahasiswa langsung belajar tentang

pemanfaatan prosedur pelaksanaan perlindungan ikan hiu paus ke

lapangan untuk mengetahui, memahami, dan mampu menangani objek

yang diberikan langsung dibawah arahan mentor atau pembimbing

dilokasi magang.

3.3 Prosedur Praktek Magang

Prosedur praktek magang di Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut

(BPSPL) Padang, Sumatera Barat dengan topik Strategi Pemanfaatan Sumber

Daya Ikan Sidat adalah sebagai berikut :

 Konsultasi dengan dosen pembimbing di kampus mengenai judul

pengamatan.

 Penyusunan proposal magang dan melakukan revisi kepada dosen

pembimbing dan Ketua Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan.

 Melengkapi administrasi ke Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan

STPK Matauli.

 Mengajukan permohonan untuk melaksanakan magang ke Program Studi

Sosial Ekonomi Perikanan.

 Melakukan persiapan dan melaksanakan praktek magang ke Balai

Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Padang, Sumatera

Barat.

 Menyusun laporan magang.

 Konsultasi kepada pembimbing tentang laporan praktek magang.


 Persetujuan untuk ujian magang, pengajuan ujian magang dan

penyelesaian administrasi ujian magang ke Prodi Sosial Ekonomi

Perikanan STPK Matauli.

3.4 Analisis Data

Analisis data merupakan suatu kegiatan untuk menginterpretasikan data

yang didapat dan dipelajari selama dilokasi praktek magang dalam bentuk yang

lebih mudah dibaca dan dipahami.

Analisis data yang akan digunakan selama praktek magang yaitu data

diperoleh, diolah dan disajikan sebagai informasi dalam bentuk laporan kemudian

data yang dikerjakan dan dipahami tersebut merupakan indikator pencapaian

terhadap keberhasilan praktek magang yang dilaksanakan.


DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar TNTC. 2013. Statistik Balai Besar Taman Nasional Teluk
Cenderawasih. Manokwari. 108 hal.

Craven S. 2013. Whale shark of Oslob. A report on the status of the whale shark
watching tourist industry in Tan-awan, Oslob, Cebu.48 pp.

Cisneros-Montemayor AM, Barnes-Mauthe M, Al-Abdulrazzak D, Navarro-Holm


E, Sumaila UR. 2013. Global economic value of shark ecotourism:
implications for conservation. Oryx 47 (3): 381 – 388.

Colman, J.G. 2017. A review of the biology and ecology of the whale shark. J. of
Fish Biology, 51(6): 1219-1234.

Djunaidi, A., J. Jompa, Nadiarti, A. Bahar, A. Sianipar , A.W. Hasan, I.S.


Alaydrus, & M. Erdmann. 2019. Potential tourism development for
whale shark (Rhincodon typus) watching in eastern Indonesia. IOP
Conf. Ser.: Earth Environ. 7-8 Agustus 2018. 1-12 pp.

Fahmi & Dharmadi (2013). Buku Saku Pengenalan Jenis – Jenis Hiu Indonesia.
Direktorat Jendral Kawasan dan Jenis Ikan, KP3K, KKP. Jakarta.

Fahmi & Dharmadi (2013). Tinjauan status perikanan hiu dan upaya
konservasinya di Indonesia (p.179). Direktorat Konservasi Kawasan dan
Jenis Ikan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil,
Jakarta.

Huffard CL, Erdmann MV, Gunawan TRP (Eds). 2013a. Geographic Priorities for
Marine Biodiversity Conservation in Indonesia. Ministry of Marine
Affairs and Fisheries and Marine Protected Areas Governance
Program. JakartaIndonesia. 105 pp.
KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan). 2013. Keputusan Menteri Kelautan
dan Perikanan Nomor 18/MEN-KP/2013 tentang penetapan status
perlindungan penuh ikan hiu paus (Rhincodon typus). 3 pp.

Meekan MG, Bradshaw CJA, Press M, McLean C, Richards A, Quashnichka S,


Taylor JG. 2016. Population size and structure of whale sharks
Rhincodon typus at Ningaloo Reef, Western Australia. Marine
Ecology Progress Series 319: 275-285. doi:10.3354/meps319275

Penketh L, Schleimer A, Labaja J, Snow S, Ponzo A, Araujo G. 2021. Scarring


patterns of whale sharks, Rhincodon typus, at a provisioning site in the
Philippines. Aquatic Conservation: Marine Freshwater Ecosystem 31 (1):
99–111.

Pierce SJ, Norman B. 2016. Rhincodon typus. The IUCN Red List of Threatened
Species2016:e.T19488A2365291.

Rahman, A., J. Haryadi, A.A. Sentosa, & Mujiyanto. 2017. Kajian awal
kemunculan hiu paus (Rhicodon typus, Smith 1828) di Teluk Tomini
dihubungkan dengan faktor fisik dan biologi perairan. J. Akuatika, 2: 128-
136.

Suruan, S.S., M. M. Kamal, R. Bawole, C. Tania, & Mulyadi. 2018. Distribution


of the whale shark population (Rhincodon typus, smith 1828) in
Kwatisore waters, Nabire District, Papua Province. Prosiding Simposium
Nasional Hiu Pari Indonesia Ke-2 23-32 pp.

Tania C. 2014a. Pemantauan dan studi hiu paus di Taman Nasional Teluk
Cenderawasih. Laporan pemantauan dan studi tahun 2011-2013,
WWFIndonesia, Wasior

Tania C. 2014b. Pemantauan dan studi hiu paus di Taman Nasional Teluk
Cenderawasih. Laporan pemantauan tahun 2013-2014. WWF-Indonesia,
Wasior
Tania C, Blæsbjerg M, Himawan MR, Noor BA, Suruan SS, Pranata B, Stewart
BS. 2016. Characteristics of whale sharks (Rhincodon typus) in Teluk
Cenderawasih National Park, Indonesia. QSCIENCE Proceedings. (May):
5339.

Lampiran 1

PETA PROVINSI SUMATERA BARAT dari map


Lampiran 2

ORGANISASI MAGANG

1. Pelaksana Praktek Magang

Nama : Fazriyah Manullang


NIM : 21030004

Pekerjaan : Mahasiswa Program Studi Akuakultur Sekolah

Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli

Jurusan : Sosial Ekonomi Perikanan

Alamat : Jl. Budi Luhur, LK.II, Kecamatan Pandan,

Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

2. Dosen Pembimbing

Nama : Husnul Yaqin Harahap S.Pi.,M.Si


NIP : 19650930 198903 1 002

Pekerjaan : Ketua Prodi Sosial Ekonomi Perikanan Sekolah

Tinggi Perikanan dan Kelautan Matauli Pandan

Alamat : Kampus Stpk Matauli


Lampiran 3

OUTLINE SEMENTARA

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan Praktek Magang
1.3. Manfaat Praktek Magang

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Ikan Hiu Paus (Cromileptes altivelis)
2.2. Morfologi dan Taksonomi Ikan Hiu Paus
2.3. Habitat Ikan Hiu Paus
2.4. Pemanfaatan Ikan Hiu Paus
2.5. Prosedur Perlindungan Ikan Hiu Paus
2.6 Pelaksanaan Perlindungan Ikan Hiu Paus

III. METODE PENELITIAN


3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Metode Praktek
3.4. Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai