Anda di halaman 1dari 22

IDENTIFIKASI EKOWISATA DI UNIT SADENGAN TAMAN NASIONAL

ALAS PURWO BANYUWANGI

PROPOSAL PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh :

MOCH. ARIEF YUSRIL MAHENDRA

201610320311016

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Identifikasi Ekowisata di Unit Sadengan Taman Nasional Alas Purwo


Banyuwangi

Nama : Mochammad Arief Yusril Mahendra

NIM : 201610320311016

Laporan Praktik Kerja Lapang oleh Mochammad Arief Yusril Mahendra


ini telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan.

Pembimbing Materi Pelaksana

Febri Arif C W.,S.Hut.,M.Sc Moch. Arief Yusril Mahendra


NIP. 1809110211993 NIM. 201610320311016

Menyetujui,
Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian – Peternakan UMM

Tatag Muttaqin, S.Hut, M.Sc., IPM


NIP. 10509070473

KATA PENGANTAR

2
Puji syukur atas kehadirat Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-nya, sehingga penulis mampu menulis laporan praktik kerja lapangan
dengan judul “Identifikasi Ekowisata di Unit Sadengan Taman Nasional Alas
Purwo Banyuwangi” ini dengan lancar. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan,
pelaksanaan, hingga penyelesaian laporan praktik kerja lapangan ini, khususnya
kepada:

1. Bapak Damat selaku Dekan yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan
Praktik Kerja Lapang.
2. Bapak Tatag Muttaqin, S.Hut. ,M.Sc, IPM sebagai Ketua Jurusan
Kehutanan yang telah memberikan pengarahan dan dorongan kepada
mahasiswa untuk melakukan praktik kerja lapang.
3. Bapak Febri Arif S.W., S.Hut., M.Sc sebagai pembimbing materi yang
telah memberikan bimbingan terhadap penulisan laporan hasil praktik
kerja lapang.
Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dari proposal ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat masih kurangnya pengetahuan
dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun guna menyempurnakan proposal.

3
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan.............................................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3
2.1 Taman Nasional.........................................................................................3
2.2 Ekowisata.......................................................................................................4
BAB III METODELOGI KERJA............................................................................6
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan.....................................................................6
3.2 Alat dan Bahan...............................................................................................6
3.3 Metode Pengambilan Data.............................................................................6
3.4 Jadwal Kegiatan.............................................................................................6
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................................8
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian...................................................................8

4.2. Resort Rowobendo.........................................................................................8

4.3 Unit Sadengan.................................................................................................9

4.4 Tabel Parameter Pengamatan........................................................................10

BAB V PENUTUP.................................................................................................13

5.I Kesimpulan....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

4
5
ABSTRAK
Mochammad.Arief.Yusril.Mahendra..201610320311016..Identifikasi
Ekowisata di Unit Sadengan Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi.
Pembimbing akademik: Febri Arif C W.,S.Hut.,M.Sc Pembimbing Lapangan:
Hartono

Taman Nasional Alas Purwo ditetapkan berdasarkan SK Menteri Kehutanan


No. 283/Kpts11/1992 pada tanggal 26 Februari 1992 memiliki kawasan seluas
43.320 ha. Taman Nasional Alas Purwo ini dibagi menjadi dua kawasan yaitu
Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Wilayah Tegaldlimo. Sadengan
merupakan savana dengan luas ± 84 Ha. Melihat dari segi manfaat keberadaan
taman nasional, selain sebagai sarana edukasi, penelitian , dapat juga dilakukan
utuk kegiatan ekowisata. Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola
dengan pendekatan konservasi. Ekowisata dapat dimanfaatkan untuk sarana
wisata yang selain untuk menikmati keindahan alam juga dapat memberikan
peluang pendapatan untuk masyarakat sekitar.Kegiatan Praktik kerja lapang yang
dilakukan di taman nasinal alas purwo pada tanggal 15 Januari sampai 15 Februari
2019 dengan pengambilan data yaitu identifikasi karakteristik pengunjung taman
nasional alas purwo.Dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis wisata yang datang
dengan tujuan kegitan wisata yang berbeda-beda. Kedatangan wisatawan mulai
dari orang dewasa sampai dengan anak-anak. Wisatawan yang datang ke unit
sadengan tidak hanya untuk melakukan kegiatan berwisata, melainkan ada yang
sembahyang, penelitian, dan preweeding. Fasilitas yang ada di unit sadengan fasilitas
yang ada berupa kamar mandi, tempat duduk, parkiran, warung, tempat sampah,
dan jalan. Selain fasilitas yang memadai, akses jalan mulai di perbaiki sehingga
memudahkan pengunjung atau wisatawan untuk melewati, sehingga para
pengunjung merasa puas dengan fasilitas yang ada di unit sadenga. Orang yang
wisata bertujuan untuk melihat banteng, rusa, merak dan satwa lainnya agar
manfaat saat melakukan ekowisata yakni adanya sarana edukasi sehingga dalam
berwisata tidak hanya tentang keindahan melainkan edukasi, edukasi berwisata
dengan menerapkan sistem ekologi dimana dengan adanya ekowisata mampu
memberikan wawasan mengenai konservasi dan pelestarian alam yang terdapat
pada ekowisata Unit Sadengan.

6
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Taman Nasional Alas Purwo ditetapkan berdasarkan SK Menteri
Kehutanan No. 283/Kpts11/1992 pada tanggal 26 Februari 1992 memiliki
kawasan seluas 43.320 ha. Kawasan yang dikenal sebagai semenanjung
Blambangan ini merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah
di Jawa. Berdasarkan tipe ekosistemnya hutan di TN Alas Purwo dapat
dikelompokan menjadi hutan bambu, hutan pantai, hutan bakau, hutan tanaman,
hutan alam, dan padang penggembalaan. Berdasarkan administratif pemerintahan
TN Alas Purwo terletak di Kecamatan Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo,
Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis kawasan ini terletak di ujung timur
pulau Jawa wilayah pantai selatan antara 8° 26' 45" - 8° 47' 00" LS dan 114° 20'
16" - 114° 36' 00" BT ekosistemnya (Balai Taman Nasional Alas Purwo, 2008).

Taman Nasional Alas Purwo ini dibagi menjadi dua kawasan yaitu Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 1 Wilayah Tegaldlimo dan Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) 2 Wilayah Muncar. SPTN 1 Wilayah
Tegaldlimo merupakan wilayah yang kaya akan flora fauna, dimana pada SPTN 1
ini dibagi menjadi 6 resort yaitu Resort Rowobendo, Resort Pancur, Resort
Plengkung, Resort Ngagelan, Resort Grajakan dan Unit Sadengan. Sadengan
merupakan savana dengan luas ± 84 Ha, dimana savana ini menjadi tempat hidup
seperti Banteng (Bos javanicus), Rusa (Cervus timorensis), Merak (Pavo
muticus) dan beberapa serangga seperti Kupu-kupu.
Melihat dari segi manfaat keberadaan taman nasional, selain sebagai
sarana edukasi, penelitian , dapat juga dilakukan utuk kegiatan ekowisata.
Ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan pendekatan konservasi.
Ekowisata dapat dimanfaatkan untuk sarana wisata yang selain untuk menikmati
keindahan alam juga dapat memberikan peluang pendapatan untuk masyarakat
sekitar. Sadengan merupakan savana indah yang terdapat di TNAP, dimana
tempat tersebut dikelola oleh petugas TNAP selain sebagai breeding alami dari
satwa-satwa yang ada juga sebagai tempat wisata untuk mengenal fauna yang ada

7
di kawasan savana. Praktik Kerja Lapang ini dilakukan di Unit Sadengan guna
mengetahui seberapa banyak minat pengunjung untuk melakukan kegiatan baik
itu pendidikan maupun rekreasi dikawasan tersebut.
1.1 Rumusan masalah
Adapun rumusan maslah dalam laporan praktik kerja lapang ini adalah
1. Mengetahui minat wisatawan di resort sadengan.

2. Mengetahui penerapan sistem ekowisata di resort sadengan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktik kerja lapang ini adalah

1. Untuk mengidentifikasi minat wisatawan yang berkunjung ke resort


sadengan.
2. Untuk mengetahui penerapan sistem ekowisata di resort sadengan.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktik kerja lapang yang dilaksanakan di taman
nasional alas purwo (TNAP) memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
a. Mampu menerapkan ilmu yang sudah di dapatkan saat perkuliahan.
b. Menambah wawasan dan pengalaman tentang ilmu yang sudah di
pelajari dalam perkuliahan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Taman Nasional


Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai
ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan
penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan
rekreasi. Taman Nasional merupakan salah satu kawasan konservasi yang
mengandung aspek pelestarian dan aspek pemanfaatan sehingga kawasan ini dapat
dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata dan minat khusus. Kedua bentuk
pariwisata tersebut yaitu ekowisata dan minat khusus, sangat prospektif dalam
penyelematan ekosistem hutan (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28
tahun 2011).
Menurut Halimah 2010 Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) terletak di
Kecamatan Muncar, Tegaldlimo dan Puroharjo yang secara administratif termasuk
dalam Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kawasan Alas Purwo yang
secara geografis terletak antara 8°26'45''-8°47'00'' LS dan 114°20'16''-114°36'00''
BT ini oleh pemerintah ditetapkan sebagai Taman Nasional pada tahun 1993
melalui SK Menteri Kehutanan No. 283/Kpts-II/92 dengan luas keseluruhan
sekitar 43.420 ha yang dibagi menjadi empat zona, yaitu: (1) zona inti (sanctuary
zone) seluas 17.200 ha; (2) zona rimba (wilderness zone) seluas 24.767 ha; (3)
zona pemanfaatan (intensive zone) seluas 250 ha; dan (4) zona penyangga (buffer
zone) dengan luas sekitar 1.203 ha. Taman Nasional Alas Purwo yang merupakan
salah satu perwakilan ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa, secara
umum memiliki kondisi topografi yang bergelombang, berbukit dan bergunung-
gunung dengan variasi mulai dari dataran pantai sampai dengan ketinggian + 322
meter di atas permukaan air laut (Gunung Linggamanis). Sedangkan iklimnya
termasuk tipe B dengan curah hujan antara 1000-1500 mm/tahun, temperatur
udara 22° - 31° C dan kelembaban udara 40-85%. (Halimah, 2010)

9
2.2 Ekowisata
Dijelaskan oleh Zaluku bahwa pariwisata adalah aktivitas perjalanan yang
dilakukan untuk sementara waktu dari tempat tinggal semula ke daerah tujuan
dengan alasan bukan untuk menetap atau mencari nafkah melainkan hanya untuk
bersenangsenang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang atau
waktu libur serta tujuantujuan lainnya. Sedangkan menurut UU No.10/2009
tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai
macam kegiatan wisata dan didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang
disediakan masyarakat, pengusaha, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah (Zalukhu,
2009).
Menurut Fadeli ekowisata merupakan bentuk wisata yang dikelola dengan
pendekatan konservasi. Apabila ekowisata pengelolaan alam dan budaya
masyarakat yang menjamin kelestarian dan kesejahteraan, sementara konservasi
merupakan upaya menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya alam untuk
waktu kini dan masa mendatang.. Sementara itu destinasi yang diminati
wisatawan ecotour adalah daerah alami. Kawasan konservasi sebagai obyek daya
tarik wisata dapat berupa Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Cagar Alam,
Suaka Margasatwa, Taman Wisata dan Taman Buru. Tetapi kawasan hutan yang
lain seperti hutan lindung dan hutan produksi bila memiliki obyek alam sebagai
daya tarik ekowisata dapat dipergunakan pula untuk pengembangan ekowisata.
Area alami suatu ekosistem sungai, danau, rawa, gambut, di daerah hulu atau
muara sungai dapat pula dipergunakan untuk ekowisata. Pendekatan yang harus
dilaksanakan adalah tetap menjaga area tersebut tetap lestari sebagai areal alam
(Fadeli, 2000).

Dijelaskan ulang oleh WWF bahwa ekowisata berbasis masyarakat


(community-based ecotourism) Pola ekowisata berbasis masyarakat adalah pola
pengembangan ekowisata yang mendukung dan memungkinkan keterlibatan
penuh oleh masyarakat setempat dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
pengelolaan usaha ekowisata dan segala keuntungan yang diperoleh. Ekowisata
berbasis masyarakat merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif
komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki
pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual

10
sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Pola
ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal dalam mengelola
kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat ataupun sebagai
pengelola (WWF-Indonesia, 2009).

Sedangkan menurut Qomariah ekowisata dapat menciptakan nilai ekonomi


untuk kawasan konservasi seperti taman nasional. Wisatawan mengunjungi
kawasan taman nasional untuk memahami dan menghargai nilai-nilai dimana
taman nasional tersebut didirikan dan wisatawan mendapatkan keuntungan berupa
pengetahuan dan pengalaman pribadi. Adanya kunjungan dari wisatawan ke
kawasan taman nasional tentu saja memberikan keuntungan secara finansial bagi
taman nasional yang dapat dimanfaatkan taman nasional untuk biaya operasional.
Berbasis masyarakat berarti haruslah ada peranan dari masyarakat dalam setiap
kegiatan ekowisata dan masyarakat haruslah memperoleh manfaat dari
pengusahaan ekowisata, ada kendali atas pengembangan ekowisata dalam rangka
mengurangi dampak negatif terhadap kawasan, budaya dan kehidupan sosial
mereka serta terlibat dalam pengelolaan aktifitas ekowisata (Qomariah, 2009).

11
BAB III
METODELOGI KERJA

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Praktik kerja lapang (PKL) ini akan dilaksanakan pada tanggal 15 Januari
2019 – 15 Februari 2019. Praktik kerja lapang (PKL) dilaksanakan di Kawasan
Resort Pancur Taman Nasional Alas Purwo Banyuwangi Jawa Timur

3.2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan adalah kuisioner, kamera (untuk mendokumentasi)
dan alat tulis, serta literatur tentang ekowisata
3.3 Metode Pengambilan Data
Dalam proses pengambilan data lapangan praktek kerja lapang
menggunakan beberapa metode yakni:
a. Data Primer
Data primer ini menjadi data utama yang dijadikan acuan dalam
pembahasan dengan melakukan pengambilan data. Pengambilan data
dilakukan dengan menyebarkan kuisioner.
b. Data Sekunder
Data skunder ini merupakan data pendukung dan penguat dari data primer
yang memperjelas data yang didapat dalam observasi lapang. Data skunder ini
didapatkan dari studi literatur dari berbagai refrensi yang relevan.
3.4 Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
No. Hari/Tanggal Kegiatan
1. 15 Januari 2019 Presentasi Kegiatan di Kantor
SPTN I Wilayah Tegaldlimo.
2. 16 Januari – 05 Februari 2019 Pelayanan pengunjung dan
pembagian kuisioner kepada
pengunjung
3. 06 Februari – 15 Februari 2019 Pelaporan dan Penilaian Pihak
Lokasi PKL

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Taman Nasional Alas Purwo merupakan salah satu kawasan konservasi di
Indonesia sebagai perwakilan tipe hutan hujan tropis berdataran rendah untuk
habitat satwa liar yang telah dilindungi maupun yang belum dilindungi, antara lain
banteng (Bos javanicus) dan rusa jawa (Cervus timorensis). Pengelolaan satwa
liar dalam kawasan konservasi tidak terlepas dari pembinaan habitat. Dari segi
kualitas habitat, makanan merupakan salah satu faktor pembatas bagi
perkembangbiakan satwa liar. Banteng dan rusa merupakan satwa liar herbivora
yang digolongkan sebagai pemakan rumput (grasser), sehingga keberadaan
padang penggembalaan Sadengan sebagai sumber makanan dan pusat aktivitas
satwa sangat menetukan kelestarian populasi satwa ini. Kualitas padang
penggembalaan harus dapat dipertahankan agar populasi satwa yang ada dapat
hidup secara normal dan terus menerus. Untuk itu perlu diketahui daya dukung
suatu padang penggembalaan terutama dari segi kuantitas maupun kualitas hijauan
makanan satwa.

Gambar 1. Peta kawasan taman nasional alas purwo

4.2. Resort Rowobendo


Pudyatmoko menyatakan bahawa” Taman Nasional Alas Purwo (TNAP)
merupakan kawasan yang menjadi habitat alami. Banteng yang tersisa di Pulau
Jawa, Perilaku aktif banteng dalam memilih sumberdaya lingkungan hingga
keluar kawasan TNAP menyebabkan satwa ini diburu oleh penduduk. Ancaman

13
lain dari dalam kawasan TNAP adalah ajak (Cuon alpinus) yang
membunuhanakan, banteng umur muda dan betina yangsedang bunting
menyebabkan terganggunya struktur populasi” (Pudyatmoko, 2004).
ResortRowobendo merupakan resort yang masuk pada wilayah SPNT 1 Taman
NasionalAlas Purwo. Kawasan hutanResort Rowobendo memiliki tipe habitat
yang paling lengkap karena terdapat tujuh tipe ekosistem, antara lain: savana,
hutan dataran rendah, hutan bambu, mangrove, hutan pantai, rawa, dan hutan
tanaman.

4.3 Unit Sadengan

Sadengan merupakan lokasi yang dipilih dalam pengelolaan sebagai


habitat bagi para satwa termasuk Banteng dalam merumput / mencari makan dan
berinteraksi. Di Sadengan waktu terbaik untuk mengamati Banteng yaitu pagi
sekitar pukul 06.00 WIB – 09.00 WIB atau sore hari sekitar pukul 15.30 WIB –
17.00WIB. Disarankan bila ingin mengamati Banteng di Sadengan untuk
membawa peralatan seperti Binokuler untuk lebih jelas dalam pengamatan.
Beragam jenis satwa beraktivitas di padang penggembalaan Sadengan
mulai dari beragam jenis burung, Kijang, Rusa, Banteng, Babi Hutan, Lutung dan
lain-lain. Dari 302 jenis burung yang ada di Taman Nasional Alas Purwo
beberapa family terdapat di Sadengan seperti Elang Jawa, Elang Ular Bido, Elang
Ikan Kepala Kelabu, Elang Laut Perut Putih, Peregam, Srigunting, Ayam Hutan
Merah, Jalak Putih, Bangau Sendang Lawe, Blekok Sawah, Merak Hijau,dan
masih banyak lagi.

Dalam pengelolaannya Sadengan juga dibagi kedalam blok-blok. Adapun


pembagian blok yang ada di Sadengan yakni Blok A1 seluas 7,29 Ha, Blok A2
seluas 15,60 Ha, Blok A3 seluas 14,20 Ha, Blok B1 seluas 13,17 Ha dan Blok B2
seluas 15,96 Ha, Blok B3 seluas 18 Ha dengan total luas pengelolaan Sadengan
kurang lebih 84,220 Ha. Tujuan dari pembagian blok-blok ini adalah untuk
mempermudah pengelolaan dan monitoringnya. Tiap-tiap blok mendapatkan
perlakuan yang berbeda tergantung pada kebutuhan kawasan bagi masing-masing
blok.

14
4.4 Tabel Parameter Pengamatan
JUMLAH
TANGGAL TOTAL
WISATA STUDI RELIGI LAIN-LAIN
16-01-2019 37 - - - 37
17-01-2019 12 - - - 12
18-01-2019 47 - - - 47
19-01-2019 174 - - - 174
20-01-2019 222 8 4 13 247
21-01-2019 23 3 - - 26
22-01-2019 68 34 - 8 110
23-01-2019 69 - - - 69
24-01-2019 33 - - - 33
25-01-2019 33 - - - 33
26-01-2019 93 - 15 42 150
27-01-2019 407 - - - 407
28-01-2019 40 - - 1 41
29-01-2019 17 - - - 17
30-01-2019 70 - - - 70
31-01-2019 17 - - - 17
01-02-2019 20 - - - 20
02-02-2019 158 - - - 158
03-02-2019 496 - - 10 506
04-02-2019 102 - - - 102

Tabel parameter pengamatan merupakan tabel yang berisikan jumlah


kedatang wisatawan ke unit sadengan. Kedatangan wisatawan mulai dari orang
dewasa sampai dengan anak-anak. Wisatawan yang datang ke unit sadengan tidak
hanya untuk melakukan kegiatan berwisata, melainkan ada yang sembahyang,
penelitian, dan preweeding. Orang yang wisata bertujuan untuk melihat banteng,
rura, merak dan satwa lainnya agar manfaat saat melakukan ekowisata yakni
adanya sarana edukasi sehingga dalam berwisata tidak hanya tentang keindahan
melainkan edukasi, edukasi berwisata dengan menerapkan sistem ekologi dimana
dengan adanya ekowisata mampu memberikan wawasan mengenai konservasi dan
pelestarian alam yang terdapat pada ekowisata Unit Sadengan. Ritual dimana

15
sebagian orang datang tidak hanya berwisata melihat banteng, melainkan
melakukan ritual yang berada disekitar Unit Sadengan yakni melaksanakan ritual
di Goa Bashori, dimana hal ini pengunjung melakukan kepercayaan bagi umat
agama hindu. Studi lapang dimana pengunjung yang datang ke Unit Sadengan
untuk melihat tempat satwa yang akan dijadikan penelitian, pengujian, dan lain-
lain yang berhubungan dengan dilakukannya oleh mahasiswa, organisasi, pecinta
alam, dan lain-lain.

900

800

700

600

500 WISATA
RELIGI
400 STUDI
LAIN-LAIN
300

200

100

0
MINGGU KE-MINGGU KE-MINGGU

Gambar 1. Grafik jumlah pengunjung per-minggu

Pengamatan dilakukan mulai dari tanggal 16 Januari sampai 04 Februari


2019. Berdasarkan hasil dari pembahasan jumlah wisata paling banyak pada
minggu ke 3, jumlah orang yang datang paling banyak untuk studi pada minggu
ke 2, jumlah orang religi paling banyak pada minggu ke 2. Jumlah wisatawan
yang datang dari tahun ke tahun semakin meningkat, di karenakan fasilitas yang di
berikan semakin mencukupi. Fasilitas yang ada berupa kamar mandi, tempat
duduk, parkiran, dan tempat sampah. Selain fasilitas yang memadai, akses jalan
mulai di perbaiki sehingga memudahkan pengunjung atau wisatawan untuk
melewati. Pengembangan ekowisata savanna sadengan sudah cukup baik sehingga
pengunjung sudah merasa nyaman dan puas.

16
30

25

20

puas
15 sangat puas
tidak puas
sangat tidak puas
10

0
parkir toilet warung tempat jalan
sampah
G
ambar 2. Grafik kepuasan pengunjung terhadap fasilitas yang ada

pengamatan dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada pengunjung yang


berada di unit sadengan, jumlah kuesioner yang diberikan yaitu berjumlah 30 kuesioner
untuk mendapatkan hasil kepuasan dari pengunjung, dari 30 kuesioner yang diberikan
kepada pengunjung rata-rata pengunjung puas dengan fasilitas yang ada di unit sadengan
fasilitas yang ada berupa kamar mandi, tempat duduk, parkiran, warung, tempat
sampah, dan jalan. Selain fasilitas yang memadai, akses jalan mulai di perbaiki
sehingga memudahkan pengunjung atau wisatawan untuk melewati, sehingga para
pengunjung merasa puas dengan fasilitas yang ada di unit sadengan.

4.5 Penerapan Sistem Ekowisata di Unit Sadengan

Sistem wisata yang diterapkan di Unit Sadengan masih menggunakan


mass tourism. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung yang datang pada
hari libur atau akhir pekan. Pada hari-hari biasa, pengunjung di Unit Sadengan
hanya warga lokal atau masyarakat yang ingin mengunjungi savana sadengan. Hal
ini pun berdampak pada pengawasan di Unit Sadengan yang kurang optimal pada
musim liburan akibat dari banyaknya pengunjung yang datang. Selama tanggal 16
Januari sampai 04 Februari 2019 saja pengunjung yang datang berwisata di resort
pancur mencapai 2.249. Pengunjung yang datang pada hari libur juga dipersulit
dengan terbatasnya lahan parkir yang berada di Unit Sadengan. Apabila Unit

17
Sadengan atau taman nasional alas purwo secara umum menerapkan sistem
ekowisata, maka penumpukan pengunjung pada hari libur dapat lebih terkontrol.
Sehingga wisatawan dapat lebih menikmati suasana alam alas purwo tanpa harus
kebingungan dengan banyaknya pengunjung saat musim liburan tiba. Sisi lain dari
penerapan ekowisata di Unit Sadengan akan mengurangi minat pengunjung untuk
datang ke karena disekitar taman nasional alas purwo terdapat beberapa destinasi
wisata lainnya seperti tanam nasional merubetiri, taman nasional baluran, kawah
ijen dan pulau bali.

18
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada bab
sebelumnya diambil kesimpulanya yaitu:

1. Minat wisatawan yang datang ke Unit Sadengan yang paling


banyak adalah untuk kegiatan berwisata, hanya minim sekali yang
melakukan kegiatan religi, studi, dan lain-lain.

2. Resort Pancur Taman Nasional Alas Purwo Masih belum


menerapkan sistem ekowisata, Resort Pancur masih menerapkan
sistem mass tourism yang berdampak pada kepadatan pengunjung
saat akhir pekan atau musim liburan tiba

19
DAFTAR PUSTAKA

Arida Sukma Nyoman.2009 . Meretas Jalan Ekowisata Bali. Udayana University.


Denpasar
Balai Taman Nasional Alas Purwo. (2008). Buku Informasi Taman Nasional Alas
Purwo. Banyuwangi: Balai Taman Nasional ALas Purwo.
Fandeli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan Ekowisata.Universitas Gadjah
Mada.Yogyakarta
Halimah, Uun. 2010. Online http://uun-halimah.blogspot.co.id/2010/02/taman-
nasional-alas-purwo-provinsi-jawa.html (diakses pada tanggal 9 Januari
2018
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 28 tahun 2011
Taman Nasional Alas Porwo. Online http://tnalaspurwo.org/tn-alas-purwo
(diakses pada tanggal 9 Januari 2018)
WWF Indonesia.2009.Prinsip Ekowisata berbasis Masyarakat. Online.
https://www.wwf.or.id. Diakses pada 9 Januari 2018.
Zalukhu, Sukawati. 2009. Ekowisata : Panduan Dasar Pelaksanaan.
Jakarta:UNESCO
http://unesdoc.unesco.org/images/0018/001855/185506IND.pdf

20
LAMPIRAN

Membagikan dan mengisikan kuisioner kepada wisatawan

Mengisi buku tamu bagi wisatawan yang baru datang

Salah satu fasilitas yang ada di Unit sadengan yaitu toilet umum

Fasilitas tempat parkir yang luas bagi wisatawan

21
Fasilitas tempat duduk untuk wisatawan beristirahat dan tulisan agar tidak
membuang sampah sembarangan

22

Anda mungkin juga menyukai