Anda di halaman 1dari 107

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG

RISALAH HUTAN JATI


DI RESORT PEMANGKUAN HUTAN WUNGU
BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN DUNGUS
KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN MADIUN
PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

OLEH

KONRADUS RIEZKY AVIANO NGOLE


NIM. 112385020

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2014

1
LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANG

RISALAH HUTAN JATI


DI RESORT PEMANGKUAN HUTAN WUNGU
BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN DUNGUS
KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN MADIUN
PERUM PERHUTANI UNIT II JAWA TIMUR

OLEH
KONRADUS RIEZKY AVIANO NGOLE
NIM. 112385020

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar


Ahli Madya Pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Hutan

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN


JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI KUPANG
KUPANG
2014

2
LEMBAR PENGESAHAN

Risalah Hutan Jati Di Resort Pemangkuan Hutan Wungu Bagian Kesatuan


Pemangkuan Hutan Dungus Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur

Konradus Riezky Aviano Ngole


NIM :112385020

Telah dipertahankan di depan Komisi Penguji dan Pembimbing pada tanggal


29 Agustus 2014
Susunan Komisi Pembimbing dan Penguji

Menyetujui,
Pembimbing I Penguji I

Blasius Paga, S Hut., M. Si Flora Evalina Ina Kleruk, S. Hut, M. Sc


NIP : 19730429 200312 1 001 NIP : 19830423 200912 2 004
Pembimbing II Penguji II

Meilyn Renny Pathibang, S.Hut., MP. Yudhistira A. N. R. Ora, S. Hut, G. Dip. For, M. For
NIP : 19790516 200912 2 001 NIP : 19780914 200312 2 003
Penguji III

Dr. Melewanto Patabang, S. Hut., M. Si


NIP : 19730909 200812 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Ketua Program Studi


Manajemen Pertanian Lahan Kering Manajemen Sumberdaya Hutan

Maria Susana Medho SP,.MP Fransiskus Xaverius Dako, S.Hut., M.Sc


NIP : 19671013 199702 2 001 NIP : 19751227 2002121 1 002

Mengesahkan,
Direktur Politeknik Pertanian Negeri Kupang

Ir. Joseph Prawira Ticoalu, M.Si


NIP. 19590214 198703 1 010

3
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu


sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan, dan
hikmat dalam dunia orang mati, kemana engkau akan pergi”.
(Pengkhotbah 9 : 10)

PERSEMBAHAN

Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,


Kedua Orang Tua Tercinta : Bapak Stefanus Ignatius Ngole
Ibu Sartlotha Huki
Adik-adik Tersayang : Ansel, Cici, Timy, Eka, dan Caca.
Terima kasih untuk kekasih tercinta, yang selalu membantu dan mendukung
penulis dalam menyelesaikan laporan ini, teman-teman “RIMBAWAN Angkatan
2011”, Program Studi Manajemen Sumber Daya Hutan, Jurusan Manajemen
Pertanian Lahan Kering.
Almamater Tercinta : Politeknik Pertanian Negeri Kupang.

4
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Melolo, Kabupaten Sumba


Timur pada tanggal 9 April 1991 sebagai putera pertama dari
enam bersaudara, dari ayah bernama Stefanus Ignatius
Ngole, dan ibu Sarlotha Huki. Penulis masuk pendidikan
dasar pada tahun 1997 di SD Negeri 1 Mondu di Desa
Mondu, Kecamatan Kanatang, Kabupaten Sumba Timur dan
lulus pada tahun 2003. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan
pada SMP Negeri 2 Waingapu, selanjutnyan pindah ke SMP Katolik Andaluri di
Kota Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun
2006 penulis melanjutkan pendidikan pada SMA Katolik Andaluri di Kota
Waingapu, Kabupaten Sumba Timur, dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun
2011, penulis diterima di Poiteknik Pertanian Negeri Kupang, Jurusan Manajemen
Pertanian Lahan Kering, Program Studi manajemen Sumberdaya Hutan hingga
saat ini.

5
Risalah Hutan Jati Di Resort Pemangkuan Hutan Wungu Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan Dungus Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur, Konradus Riezky Aviano Ngole, Di bawah
bimbingan Blasius Paga dan Meilyn Renny Pathibang.

ABSTRAK
Perum Perhutani merupakan perusahaan pengelola hutan di Pulau Jawa.
Salah satu jenis pohon yang diusahakan Perum Perhutani adalah jati (Tectona
grandis L. f.). Potensi tanaman jati di Jawa merosot dimana kelas-kelas hutan
umur muda (KU I-III) semakin mendominasi sedangkan kebutuhan akan kayu jati
yang berkualitas terus meningkat setiap waktu. Pengelolaan sumber daya hutan
berkelanjutan identik dengan pengelolaan hutan yang terencana. Pembuatan
perencanaan membutuhkan data dan informasi mengenai potensi hutan melalui
kegiatan risalah. Tujuan risalah hutan jati adalah untuk mengetahui aspek-aspek
yang terkait dengan kegiatan risalah hutan jati yang meliputi aspek perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi pustaka. Hasil
risalah hutan menunjukkan bahwa kondisi tegakan baik, bentuk lapangan landai,
jenis tanah margalit agak berbatu, dan tumbuhan bawah yang dominan tumbuh di
bawah tegakan yaitu kirinyuh (Chromolaena odorata), otok/songgolangit (Tridax
procumbens), kacang kara bunga ungu (Canavalia cathartica) dan kacang hijau
(Phaseolus radiatus L.). Berdasarkan hasil analisis data, hutan jati petak 235
seluas 37,7 ha masuk dalam kelas bonita 3 dengan volume rata-rata per ha adalah
234,75 m3. Data dan informasi hasil risalah hutan jati digunakan sebagai bahan
informasi dalam penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)
untuk jangka pengelolaan hutan 10 tahun.

Kata Kunci: Risalah, Hutan, Jati

6
An Inventory of Teak in Forest Resort of Wungu, Forest Sub Division of Dungus,
Forest Division of Madiun, Perum Perhutani Unit II of East Java, Konradus
Riezky Aviano Ngole, Supervised by Blasius Paga and Meilyn Renny Pathibang.

ABSTRACT

Perum Perhutani is a company who manages forest areas in Java Island.


One of species managed by Perum Perhutani is teak (Tectona grandis L. f). Teak
potency in Java has been declinning which can be seen from domination of young
age stantds (Class Age I-III). On the other hand, the needs of high quality teak
wood have been increasing. Sustainable forest management is related to planning
of forest management. The planning requires data and information about the
potency of forests through inventories. The aim of this teak inventory is to
understand aspects related to teak inventory which comprise of planning,
organizing, implementing, controlling, and evaluation. The methods used were
observation, interviws, and literature studies. The results show that the stands are
in good condition topography is sloping, the soil type in the area is rocky and the
dominant understorey plants are kirinyuh (Chromolaena odorata),
otok/sonnggolangit (Tridax procumbens), kacang kara bunga ungu (Canavalia
cathatica) and mung bean (Phaseolus radiatus L.). Based on the data analysis, it
is shown that teak forest in plot 235, an area of 37,7 Ha include in the site index 3
with an average volume per Ha 234,75 m3. Data and information from the
inventory are used for the arrangement of Forest Sustainable Arrangement Plan
(RPKH) for years management period.

Keywords: Inventory, Forest, Teak

7
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
oleh karena kasih dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) dan penyusunan laporan PKL berjudul
“Risalah Hutan Jati Di Resort Pemangkuan Hutan Wungu Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan Dungus Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur”. Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini
dapat diselesaikan dengan baik berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Blasius Paga, S. Hut., M. Si, selaku Pembimbing I, dan Meilyn Renny
Pathibang, S. Hut., M.P, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan saran
dan arahan dalam menyelesaikan laporan ini.
2. Flora Evalina Ina Kleruk, S. Hut, M. Sc, selaku Penguji utama, Yudhistira A.
N. R. Ora, S. Hut, G. Dip. For, M. For, dan Dr. Melewanto Patabang, S. Hut.,
M. Si, selaku anggota Penguji yang telah memberikan banyak masukan demi
penyempurnaan laporan ini.
3. Seluruh staf Seksi Perencanaan Hutan II Madiun, Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Saradan, dan KPH Madiun yang telah membimbing,
mengarahkan serta memberikan banyak ilmu kepada penulis selama kegiatan
PKL.
4. Fransiskus Xaverius Dako, S. Hut., M. Sc, selaku Ketua Program Studi
Manajemen Sumber Daya Hutan yang selalu memberikan motovasi kepada
penulis.
5. Maria Susana Medho, SP, M.P, sebagai Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Lahan Kering.
6. Ir. Joseph Prawira Ticoalu, M. Si, sebagai Direktur Politeknik Pertanian
Negeri Kupang.
7. Seluruh staf pengajar, teknisi dan administrasi Program Studi Manajemen
Sumber Daya Hutan.

8
8. Bapak Stefanus Ignatius Ngole dan Ibu Sarlotha Huki yang selalu
mendukung, memotivasi, membiayai dan senantiasa mendoakan keberhasilan
penulis.
9. Adik-adik tersayang, Ansel, Cici, Timy, Eka, dan Caca yang menjadi sumber
motivasi untuk penulis terus berjuang.
10. Seseorang yang teristimewa yang telah banyak membantu penulis selama
perkliahan dan penyusunan laporan ini.
11. Teman-teman seangkatan Program Studi Manajemen Sumber Daya Hutan
yang selalu membantu dan mendukung selama perkuliahan sampai pada
selesainya penyusunan laporan ini.
12. Almamater tercinta Politeknik Pertanian negeri kupang, tempat penulis
selama tiga tahun menimba ilmu.
Penulis menyadari bahwa laporan PKL ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu diharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak, demi penyempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan serta manfaat bagi
setiap pihak yang membutuhkannya.

Kupang, Agustus 2014

Penulis

9
DAFTAR ISI

Hal
COVER .......................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL...................................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ v
ABSTRAK ..................................................................................................... vi
ABSTRACT ................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2. Tujuan .................................................................................................. 2
1.3. Manfaat ................................................................................................ 3
II. GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANG ...... 4
2.1. Manajemen Organisasi ......................................................................... 4
2.1.1. Gambaran Umum Perum Perhutani ........................................... 4
2.1.2. Gambaran Umum Perum Perhutani Unit II Jawa Timur .......... 9
2.1.3. Gambaran Umum Seksi Perencanaan Hutan Madiun ................ 10
2.1.4. Gambaran Umum Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan ......... 10
2.1.5. Gambaran Umum Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun ......... 14
2.1.6. Gambaran Umum Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
Wilangan Utara ........................................................................... 18
2.1.7. Gambaran Umum Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
Dungus ....................................................................................... 19
2.1.8. Gambaran Umum Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
Sukun ......................................................................................... 20
2.1.9. Gambaran Umum Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun................ 21
2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia ..................................................... 22
2.2.1. Struktur Organisasi Perum Perhutani ......................................... 22
2.2.2. Struktur Organisasi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur ......... 22
2.2.3. Struktur Organisasi Seksi Perencanaan Hutan II Madiun .......... 28
2.2.4. Struktur Organisasi Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan
dan Madiun ................................................................................. 29
2.2.5. Struktur Organisasi Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
Wilangan Utara, Dungus, Dan Sukun ........................................ 30
2.2.6. Struktur Organisasi Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun ............. 31
III. METODE PELAKSANAAN ................................................................ 33
3.1. Waktu dan Tempat ............................................................................... 33
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 34
3.3. Metode Pelaksanaan Praktek................................................................ 34
3.3.1. Pengumpulan Data ..................................................................... 34

10
3.3.2. Prosedur Pelaksanaan Praktek ................................................... 35
3.4. Analisis Data ........................................................................................ 35
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 38
4.1. Uraian Umum Kegiatan Praktek Kerja Lapang ................................... 38
4.1.1. Perencanaan Hutan di Seksi Perencanaan Hutan Madiun ......... 38
4.1.2. Persemaian Stek Pucuk Jati Plus Perhutani ............................... 40
4.1.3. Persemaian Kayu Putih .............................................................. 46
4.1.4. Persemaian Mahoni .................................................................... 47
4.1.5. Persemaian Kesambi .................................................................. 47
4.1.6. Persemaian Sengon .................................................................... 48
4.1.7. Persemaian Sonokeling .............................................................. 49
4.1.8. Pengolahan Minyak Kayu Putih ................................................ 50
4.1.9. Patroli ......................................................................................... 52
4.1.10. Tebangan A2 Jati ..................................................................... 52
4.1.11. Tebangan B1 Jati...................................................................... 53
4.1.12. Pembuatan Petak Coba Penjarangan ........................................ 54
4.2. Bioekologi Jati ..................................................................................... 55
4.3. Risalah Hutan Jati Di Petak 235 dan 292 ............................................. 57
V. PENUTUP ................................................................................................ 74
5.1. Simpulan .............................................................................................. 74
5.2. Saran ..................................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 75
LAMPIRAN .................................................................................................. 77

11
DAFTAR TABEL

No Teks Hal
1. Luas Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Setiap Unit ................... 6
2. Bagian Hutan KPH Saradan ............................................................... 12
3. Komposisi Tegakan KPH Saradan ..................................................... 13
4. Sejarah Pengukuran Wilayah KPH Madiun ....................................... 14
5. Letak dan Batas Kawasan Hutan KPH Madiun ................................. 16
6. Luas Hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan WilanganUtara
Berdasarkan Kelas Hutan ................................................................... 19
7. Jadwal Kegiatan PKL ......................................................................... 33
8. Bonita petak 292, anak petak 235a dan 235c ..................................... 67
9. Jumlah pohon/ha petak 292, anak petak 235a dan 235c .................... 68
10. Kepadatan Bidang Dasar petak 292, anak petak 235a dan 235c ........ 69
11. Derajat Kesempurnaan Normal petak 292, anak petak 23a dan
235c .................................................................................................... 69
12. Penentuan Kelas Hutan Jati petak 292, anak petak 235a dan 235c .... 70
13. Volume Pohon Per Petak Ukur .......................................................... 71

12
DAFTAR GAMBAR

No Teks Hal
1. Peta Kelas Perusahaan Perum Perhutani ....................................... 5
2. Luas Kawasan Hutan KPH Saradan Menurut Fungsi ................... 11
3. Peta Kawasan Hutan KPH Saradan ............................................... 12
4. Pembagian Wilayah KPH Madiun ................................................ 15
5. Struktur Organisasi Perum Perhutani ............................................ 24
6. Struktur Organisasi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur ............ 27
7. Struktur Organisasi Seksi Perencanaan Hutan II Madiun ............. 39
8. Struktur Organisasi Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan dan
Madiun ........................................................................................... 30
9. Struktur Organisasi Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
WilanganUtara, Dungus dan Sukun .............................................. 31
10. Struktur Organisasi Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun ................. 32
11. Kondisi Pal Batas Normal dan Tidak Normal ............................... 40
12. Pucuk Ortotrop JPP ....................................................................... 41
13. Perendaman Pucuk JPP dengan Hormon IBA ............................... 42
14. Bedeng Induksi Akar ..................................................................... 43
15. Seleksi Akar Stek Pucuk JPP ........................................................ 44
16. Kondisi bibit stek pucuk JPP di bedeng shading area .................. 45
17. Pemeliharaan Bibit Stek Pucuk JPP .............................................. 46
18. Proses Pengisian Media Tanam di Persemaian Kayu Putih .......... 47
19. Pembuatan Bedeng Tabur Untuk Persemaian Mahoni .................. 47
20. Pembuatan Bedeng Tabur Untuk Persemaian Kesambi ................ 48
21. Pembuatan Bedeng Tabur Untuk Persemaian Sengon .................. 49
22. Pembuatan Bedeng Tabur Untuk Persemaian Sonokeling ............ 50
23. Proses Pemungutan Daun Kayu Putih ........................................... 51
24. Proses Kegiatan Tebangan A2 Jati ................................................ 53
25. Proses Kegiatan Tebangan B1 Jati ................................................ 54
26. Penulisan Data Pohon Tengah Tanaman Jati ................................ 55
27. Alur Kegiatan Risalah Hutan ......................................................... 61
28. Pengukuran keliling pohon dan penomoran pohon Jati
yang masuk dalam PU ................................................................... 64
29. Penulisan data pohon tengah dalam kegiatan simulasi risalah
hutan jati KU XI ............................................................................ 65

13
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Hal
1. Desain Pembuatan Titik Systematik Sampling With Random
Start ............................................................................................. 77
2. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Petak Jati 292
PU 1 dan 2 ................................................................................... 78
3. Rekapitulasi Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati
Petak 292 ..................................................................................... 79
4. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 1 .......... 80
5. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 1a ........ 81
6. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 3 .......... 82
7. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 4 .......... 83
8. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 5 .......... 84
9. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 6 .......... 85
10. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 7 .......... 86
11. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 8 .......... 87
12. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 9 .......... 88
13. Rekapitulasi Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Anak
Petak 235a ................................................................................... 89
14. Rekapitulasi Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Anak
Petak 235c ................................................................................... 90
15. Perhitungan Jumlah Pohon Per Ha, Derajat Kesempurnaan
Normal dan Kerapatan Bidang Dasar Petak 292 dan 235 ........... 91
16. Perhitungan Volume Hutan Jati Petak 235 ................................. 92

14
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perum Perhutani merupakan perusahaan pengelola hutan di Pulau


Jawa. Salah satu jenis yang diusahakan oleh Perum Perhutani adalah Jati
(Tectona grandis L. f.). Sampai saat ini produk hutan jati berupa kayu jati
masih banyak diminati oleh konsumen karena sifat-sifatnya yang baik seperti
keawetan dan keindahannya. Kayu jati merupakan kayu yang sangat disukai
untuk bahan bangunan, alat rumah tangga dan keperluan lainnya. Nilai kayu
jati yang sangat tinggi tersebut diperoleh melalui daur yang panjang. Daur
yang digunakan dalam pengelolaan hutan jati adalah 40-90 tahun (Anggraini,
2006).
Potensi hutan jati saat ini diduga semakin menurun sehingga
menimbulkan kekhawatiran serius bagi pihak Perum Perhutani untuk
mempertahankan eksistensi hutan jati dan meningkatkan hasil produksi kayu
jati. Wali (2008), menyatakan bahwa potensi tanaman jati di Jawa merosot
dimana kelas-kelas hutan umur muda semakin mendominasi sedangkan
kebutuhan akan kayu jati yang bekualitas terus meningkat dari waktu ke
waktu.
Pengelolaan sumberdaya hutan yang berkelanjutan identik dengan
pengelolaan hutan yang terencana, di mana pengelolaannya mengarah kepada
pemanfaatan secara rasional, optimal, sesuai daya dukung, serta tidak hanya
berorientasi kepada pemanfaatan masa kini, tetapi juga untuk menjamin
kelangsungannya di masa depan (Harbagung dan Imanuddin, 2009).
Pembuatan rencana pengelolaan hutan membutuhkan ketersediaan beragam
data dan informasi tentang kondisi tegakan, serta data riap atau pertumbuhan
tegakan. Data dan informasi tersebut mutlak harus tersedia karena merupakan
dasar utama penentuan strategi pengelolaan, yang antara lain meliputi
panjang daur atau rotasi tebang, jatah tebangan tahunan, serta perlakuan-
perlakuan manajemen yang sesuai dan perlu, dalam upaya memaksimumkan
manfaat yang diperoleh tanpa mengesampingkan azas kelestarian
sumberdaya.

15
Informasi tersebut di atas dapat diketahui melalui kegiatan
perencanaan kelestatarian hutan. Salah satu kegiatan untuk menyusun
perencanaan kelestarian hutan jati di Jawa oleh Perum Perhutani adalah
risalah hutan. Risalah hutan adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan dalam
rangka memantau proses perkembangan keadaan tegakan hutan tanaman dan
perubahan-perubahan atau kerusakan-kerusakan yang timbul akibat berbagai
hal selama pengelolaan. Kegiatan risalah sangat penting peranannya, karena
dapat memberikan gambaran yang jelas tentang potensi dan keadaan hutan
jati. Data dan informasi hasil kegiatan risalah hutan tersebut merupakan
bahan utama penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH)
untuk jangka waktu pengelolaan hutan 10 tahunan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan kegiatan risalah hutan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas
hasil hutan jati.

1.2. Tujuan
Tujuan umum Peraktek Kerja Lapangan (PKL) yaitu :
1. Mempelajari kegiatan pengelolaan hutan secara lestari di Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Saradan, Perum Perhutani Unit II Jawa Timur
melalui beberapa aspek yaitu mulai dari kegiatan perencanaan,
implementasi, monitoring, dan evaluasi serta pelaksanaan teknik lapangan.
2. Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi di Program
Studi Manajemen Sumber Daya Hutan, Jurusan Manajemen Pertanian
Lahan Kering, Politeknik Pertanian Negeri Kupang.
Tujuan khusus PKL yaitu :
1. Mempelajari kegiatan umum pengelolaan hutan jati di Perum Perhutani
Unit II Jawa Timur
2. Mengetahui aspek-aspek risalah hutan jati yang meliputi perencanaan
(planning), pengorganisasian (organization), pelaksanaan (action),
pengawasan (controlling) dan evaluasi (evaluation).

16
1.3. Manfaat
Manfaat umum PKL adalah :
Sebagai bahan informasi pengelolaan hutan secara lestari di KPH Saradan,
Perum Perhutani Unit II Jawa Timur melalui beberapa aspek yaitu mulai dari
kegiatan perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi serta
pelaksanaan teknik lapangan.
Manfaat khusus PKL adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat dalam
melakukan kegiatan risalah hutan untuk pengelolaan hutan lestari.
2. Sebagai sarana pembelajaran bagi mahasiswa untuk bekerja dalam bidang
kehutanan.

17
II. GAMBARAN UMUM LOKASI PAKTEK KERJA LAPANG

2.1. Manajemen Organisasi


2.1.1. Gambaran Umum Perum Perhutani
1. Sejarah Perum Perhutani
Perum Perhutani sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) telah
berdiri sejak tahun 1972 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.15 Tahun
1972 dan telah mengalami beberapa kali perubahan dasar hukum. Awal
pendirian, wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara
Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tahun 1978 wilayah kerjanya
diperluas mencakup kawasan hutan negara Provinsi Jawa Barat dan Banten,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1978. Dasar pengelolaan
hutan Jawa dan Madura oleh Perum Perhutani mengalami perubahan pada
tahun 1986 sebagaimana Peraturan Pemerintah No.36 Tahun 1986 tentang
Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani). Tahun 1998
disempurnakan kembali melalui Peraturan Pemerintah No.53 Tahun 1999.
Tahun 2001 pemerintah menetapkan Perhutani sebagai BUMN Perseroan
Terbatas (PT) berdasarkan Peraturan Pemerintah No.14 Tahun 2001.
Namun berdasarkan desakan dari berbagai pihak atas keberadaan Perhutani
sebagai perseroan, maka pemerintah mengembalikan bentuk badan hukum
Perum Perhutani menjadi perum sebagaimana Peraturan Pemerintah No.30
Tahun 2003 tentang Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum
Perhutani).
Terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah No.30 Tahun 2003
Perum Perhutani mengemban tugas dan tanggung jawab dalam pengelolaan
hutan di Pulau Jawa, dengan wilayah hutan yang dikelola seluas 2,426 juta
hektar, terdiri atas hutan produksi seluas 1,767 juta hektar dan sisanya
sebagai hutan lindung. Secara struktural Perum Perhutani di bawah
Kementrian BUMN dengan pembinaan teknis Kementrian Kehutanan.

18
2. Wilayah dan unit kerja Perum Perhutani
Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi kawasan hutan negara yang
terdapat di wilayah Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, serta Jawa Barat
dan Banten, kecuali kawasan hutan konservasi seluas 2.426.206 ha. Wilayah
kerja Perum Perhutani terdiri dari Hutan Produksi (HP) 1.767.304 ha (73%)
dan Hutan Lindung (HL) 658.902 ha (27%). Wilayah kerja Perum Perhutani
dibagi dalam unit-unit yaitu :
1. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Tengah yang disebut
Unit I Jawa Tengah.
2. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Timur yang disebut
Unit II Jawa Timur.
3. Wilayah kerja kawasan hutan negara Propinsi Jawa Barat dan Banten
yang disebut Unit III Jawa Barat dan Banten.

Sumber : Perum Perhutani (1999)

Gambar 1. Peta Kelas Perusahaan Perum Perhutani

Tiap-tiap unit kerja memiliki luas HP dan HL yang berbeda. Berikut ini
merupakan tabel yang menunjukan luas HP dan HL di masing-masing unit.

19
Tabel 1. Luas Hutan Produksi dan Hutan Lindung di Setiap Unit
Unit Kerja Provinsi Hutan Hutan Total Luas
Produksi Lindung (Ha)
(Ha) (Ha)
Unit I Jawa Tengah 546.290 84.430 630.720
Unit II Jawa Timur 809.959 326.520 1.136.479
Unit III Jawa Barat 349.649 230.708 580.357
Banten 61.406 17.244 78.650
Jumlah 1.767.304 658.902 2.426.206
Sumber : Perum Perhutani (2003)

3. Bidang kegiatan perusahaan


Perum Perhutani sebagai BUMN mengemban tugas dan tanggung
jawab dalam pengelolaan hutan di Pulau Jawa, mulai dari kegiatan
perencanaan hutan, reboisasi dan rehabilitasi hutan, pemeliharaan hutan,
perlindungan hutan, pemungutan hasil hutan, pemasaran hasil hutan,
pemberdayaan masyarakat melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat
(PHBM) dan perencanaan pengembangan sumber daya manusia. Dalam
mengemban tugas dan tanggung jawab tersebut, Perum Perhutani berupaya
menjaga keseimbangan fungsi sumber daya hutan baik ekologis, sosial, dan
ekonomi.
Visi dari Perum Perhutani adalah menjadi pengelola hutan lestari
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan misi dari Perum
Perhutani adalah sebagai berikut :
a. Mengelola sumberdaya hutan dengan prinsip pengelolaan hutan lestari
berdasarkan karakteristik wilayah dan daya dukung Daerah Aliran
Sungai (DAS) serta meningkatkan manfaat hasil hutan kayu dan bukan
kayu, ekowisata, jasa lingkungan, agroforestri serta potensi usaha
berbasis kehutanan lainnya guna menghasilkan keuntungan untuk
menjamin pertumbuhan perusahaan secara berkelanjutan.
b. Membangun dan mengembangkan perusahaan, organisasi serta
sumberdaya manusia perusahaan yang modern, profesional dan handal
serta memberdayakan masyarakat desa hutan melalui pengembangan
lembaga perekonomian koperasi masyarakat desa hutan atau koperasi
petani hutan.

20
c. Mendukung dan turut berperan serta dalam pembangunan wilayah secara
regional dan nasional, serta memberikan kontribusi secara aktif dalam
penyelesaian masalah lingkungan regional, nasional dan internasional.
1). Perencanaan hutan
Pengelolaan hutan diawali dengan kegiatan perencanaan
hutan yang meliputi :
a). Rencana Umum Perusahaan (RUP) yang merupakan rencana
jangka panjang bersifat menyeluruh yang memuat kebijakan dan
strategi optimalisasi sumber daya guna mencapai tujuan
perusahaan.
b). Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan yang merupakan rencana
untuk mewujudkan pengelolaan hutan secara lestari untuk masing-
masing kelas perusahaan sebagai acuan penyusunan rencana guna
terjaminnya kelestarian hutan. Guna penyusunan RPKH perlu
dilakukan penataan hutan, meliputi tata batas, pembagian hutan,
risalah/inventarisasi hutan, pembuatan/perbaikan alur, pengukuran,
dan perpetaan.
c). Rencana Lima Tahun Perusahaan (RLTP) adalah rencana yang
memuat kebijakan operasional dan pelaksanaan upaya-upaya
mencapai sasaran perusahaan dalam 5 tahun.
d). Rencana Kerja Tahunan Perusahaan (RKTP) adalah rencana
kegiatan secara rinci dalam satu tahun sebagai dasar penyusunan
Rencana Anggaran Kerja Perusahaan (RAKP).
e). Rencana Teknik Tahunan (RTT) adalah rencana tahunan yang
disusun mengacu pada RPKH.
2). Reboisasi dan rehabilitasi hutan
Reboisasi dan rehabilitasi hutan dilaksanakan di lokasi bekas
tebangan maupun kawasan tidak produktif. Pelaksanaan reboisasi
melibatkan partisipasi aktif masyarakat dengan sistem PHBM baik
dengan tanam tumpangsari atau banjar harian, penetapan pola tanam,
optimalisasi ruang, maupun pengembangan usaha produktif lainnya.

21
3). Pemeliharaan hutan
Pemeliharaan hutan bertujuan untuk mendapatkan tegakan
yang berkualitas dan bernilai ekonomi tinggi pada akhir daur.
Kegiatan pemeliharaan hutan meliputi penyiangan, wiwil/pembersihan
tunas air, pruning/pemangkasan cabang, penjarangan, pencegahan
terhadap hama dan penyakit, pencegahan gangguan pengembalaan,
dan perlindungan hutan lainnya.
4). Perlindungan hutan
Perlindungan hutan merupakan upaya untuk mencegah
kerusakan dari gangguan keamanan hutan, kawasan hutan dan hasil
hutan meliputi; pencurian pohon, okupasi lahan/bibrikan,
penggembalaan liar, kebakaran hutan dan bencana alam.
5). Pemungutan hasil hutan
Pemungutan hasil hutan kayu meliputi kegiatan teresan,
penebangan, pembagian batang, pengangkutan dan penimbunan di
Tempat Penimbunan Kayu (TPK). Hasil hutan kayu meliputi; jenis
kayu jati (Tectona grandis L. f), pinus (Pinus merkusi), mahoni
(Swietenia macrophila), damar (Agathis dammara), akasia (Acacia
mangium Willd), sengon (Paraserianthes falcataria) dan rimba
lainnya. Sedangkan untuk pemungutan hasil hutan non kayu berupa
getah pinus (Pinus merkusi), getah damar (Agathis dammara), minyak
kayu putih (Melaleuca leucadendron), madu (Apis melifera), lak
butiran (seed lak) dan murbei (Morus indica L.) untuk pakan ulat
sutera (Bombyx mori), minyak atsiri (ilang-ilang, mimbo),
penangkaran buaya (Crocodylus porosus), dan sebagainya.
6). Industri hasil hutan
Perum Perhutani memiliki industri hasil hutan yakni industri
pengolahan kayu di Cepu, Brumbung, Gresik, dan 12 unit
penggergajian dengan produk antara lain Garden Furniture (GF),
housing component, veener sayat, Teak Overlay Plywood (TOP),
paket block, dan flooring. Selain itu Perum Perhutani juga memiliki

22
delapan pabrik pengolahan gondorukem dan terpentin, 12 pabrik
minyak kayu putih, pabrik seed lak, dan pabrik pemin
talan benang sutera.
7). Pemasaran hasil hutan
Sasaran pasar produk Perum Perhutani untuk pasar dalam
negeri umumnya berupa kayu bulat, sedangkan untuk pasar luar negeri
berupa kayu gergajian, produk jadi, gondorukem dan terpentin.
Mekanisme pemasaran berupa; kontrak, penjualan langsung, dan
lelang. Perum Perhutani bekerja sama dengan World Wide Fund
(WWF) dan Tropical Forest Trust (TFT) untuk mendapatkan
sertifikasi Sustainable Forest Management (SFM) dan Chain of
Custody (CoC), yang merupakan standar pengelolaan hutan, industri
perkayuan dan perdagangan kayu yang disyaratkan para pembeli dari
Eropa dan Amerika.

2.1.2. Gambaran Umum Perum Perhutani Unit II Jawa Timur


Wilayah kerja Perum Perhutani unit II Jawa Timur adalah seluas
1.136.479 ha. Sebagai pengelolaan kawasan hutan dengan luasan tersebut,
Perum Perhutani mempunyai fungsi yang sangat penting terutama bagi
kesejahteraan masyarakat, yaitu menjaga serta meningkatkan daya dukung
dan kualitas lingkungan agar tersedia cukup kuantitas dan kualitasnya.
Fungsi-fungsi tersebut meliputi :
1. Melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati khususnya flora
dan fauna khas Jawa Timur.
2. Menjaga dan melestarikan sumber daya alam sebagai bagian dari sistem
pengendalian bencana banjir, tanah longsor maupun kekeringan.
3. Menghasilkan produksi berupa hasil hutan, pertanian, flora maupun
fauna yang bermanfaat berupa potensi wisata dan pendidikan alam
terbuka.
4. Menyediakan lapangan kerja dan kesempatan usaha menunjang
pendidikan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan berbagai
industri berbasis hasil hutan, wisata maupun pendidikan.

23
2.1.3. Gambaran Umum Seksi Perencanaan Hutan II Madiun
` Seksi Perencanaan Hutan (SPH) bertugas melaksanakan proses
penyusunan, penilaian dan pertimbangan berbagai jenis rencana pada sub
sistem perencanaan sumber daya hutan yaitu pada Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) yang berada di wilayah rayonnya. Perum Perhutani Unit II
Jawa Timur dibagi dalam lima rayon/wilayah kerja yang terdiri dari
Bojonegoro (SPH I), Madiun (SPH II), Jombang (SPH III), Malang (SPH
IV) dan Jember (SPH V). Wilayah kerja SPH II Madiun terdiri dari empat
wilayah kerja yaitu KPH Madiun, KPH Saradan, KPH Lawu Ds dan KPH
Ngawi.
Seksi Perencanaan Hutan II Madiun terdiri dari delapan wilayah
administrasi/Kabupaten yaitu; Madiun, Magetan, Ponorogo, Pacitan,
Nganjuk, Ngawi, Bojonegoro, dan Blora.
- Tugas dan fungsi SPH II Madiun yaitu; melaksanakan proses
penyusunan, penilaian, dan pertimbangan berbagai jenis rencana pada
sub sistem perencanaan sumber daya hutan pada KPH yang berada pada
wilayah rayonnya.
- Kegiatan perencanaan di SPH II Madiun meliputi; penataan hutan,
penilaian RTT, dan perencanaan lainnya. Secara sederhana kegiatan
perencanaan di Perum Perhutani merupakan pengawalan tiga syarat
dasar kelestarian hutan yaitu; kawasan yang jelas dan diakui semua
pihak, tebangan yang tidak melebihi etat dan permudaan yang berhasil.

2.1.4. Gambaran Umum Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan


1. Data Pokok
Wilayah kerja Perum Perhutani KPH Saradan ditetapkan sebagai
kelas perusahaan jati pada tahun 1918. Kantor KPH Saradan berkedudukan
di Jalan Rimba Mulya No.8 Madiun, Kelurahan Kartoharjo, Kecamatan
Kartoharjo, Kota Madiun.

24
a. Wilayah kawasan hutan KPH Saradan seluas 37.936,6 ha yang terletak
pada empat wilayah administratif, yaitu :
- Kabupaten Madiun : 24.869,0 Ha
- Kabupaten Ngawi : 5.200,9 Ha
- Kabupaten Nganjuk : 566,9 Ha
- Kabupaten Bojonegoro : 7.299,8 Ha
Jumlah 37.936,6 Ha
b. Batas wilayah KPH Saradan yaitu :
- Sebelah Utara : KPH Padangan dan KPH Bojonegoro.
- Sebelah Timur : KPH Nganjuk.
- Sebelah Selatan : KPH Madiun.
- Sebelah Barat : KPH Ngawi
c. Luas kawasan hutan KPH Saradan menurut fungsi yaitu:
- Kawasan hutan dengan fungsi produksi : 29.999,5 Ha
- Kawasan hutan dengan fungsi lindung : 4.092,7 Ha
- Kawasan penggunaan lain : 3,844,4 Ha
Jumlah 37.936,6 Ha

Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi

10%
11% Kawasan dengan
fungsi produksi
Kawasan dengan
fungsi lindung
Kawasan
79% penggunaan lain

Sumber: Perum Perhutani KPH Saradan (2007)

Gambar 2. Luas Kawasan Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan


Menurut Fungsi

25
d. Menurut bagian hutannya, KPH Saradan terbagi menjadi enam bagian
hutan sebagai berikut :
Tabel 2. Bagian Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan
No Bagian Hutan Kelas Perusahaan Luas (Ha)
1 Rejuno Jati 4.910,5
2 Notopuro Jati 6.256,5
3 Tulung Jati 8.088,9
4 Pajaran Jati 7.396,4
5 Wilangan Jati 6.405,4
6 Jatiketok Jati 4.878,9
Jumlah Total 37.936,6
Sumber: Perum Perhutani KPH Saradan (2007)

Sumber : Perum Perhutani KPH Saradan (1999)

Gambar 3. Peta Kawasan Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan saradan

26
2. Potensi Hutan
1). Komposisi tegakan
Komposisi tegakan berdasarkan berdasarkan kelas hutan di KPH
Saradan tahun 2007-2016 tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3. Komposisi Tegakan Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan
Tahun 2007-2016
No Kelas Hutan Luas (Ha)
1. Untuk produksi
a). Untuk produksi kelas perusahaan (Tebang
habis)
- Produktif

1 KU I 12.095,15
2 KU II 2.567,70
3 KU III 822,50
4 KU IV 1.209,40
5 KU V 194,80
6 KU VI 445,60
7 KU VII 255,80
8 KU VIII 125,40
9 KU IX 1,50
10 Miskin Riap 280,50
Jumlah produktif 17.998,35
- Tidak produktif
11 Tanaman Jenis Kayu Lain 135,60
12 Tanaman Kayu Lain 1.473,60
13 Tanah Kosong 959,00
14 Hutan Alam Kayu Lain 19,30
15 Tanaman Jati Bertumbuhan Kurang 7,832,20
16 Hutan Alam Jati Bertumbuhan Kurang 0,70
Jumlah tidak produktif 10.420,40
b). Untuk kelas perusahaan (Tidak Baik Untuk
Tebang Habis)
17 Tak Baik untuk Perusahaan Tebang Habis 2,50
c). Bukan untuk kelas perusahaan
18 Tanaman Jati Merana 83,30
19 Tanaman Jenis Kayu Lain 1.394,10
20 Hutan Lindung Terbatas 237,40
Jumlah bukan untuk KP 1.714,80
2. Bukan untuk produksi
21 Tak Baik untuk Produksi 274,70
22 Lapangan Dengan Tujuan Istimewa 5.304,05
23 Hutan Lindung 2.221,80
Jumlah bukan untuk produksi 7.800,55
Total 37.936,60
Sumber : Perum Perhutani Register Kelas Hutan KPH Saradan (2007).

2). Secara geografis wilayah KPH Saradan terletak pada 4045’-501’ BT dan
7022’-7042’ LS.

27
3). Keadaan lapangan
Topografi KPH Saradan datar sampai dengan landai (0%-25%). Kisaran
ketinggian 125 m dpl sampai dengan 650 m dpl.
4). Daerah Aliran Sungai (DAS)
Wilayah hutan KPH Saradan termasuk dalam dua bagian DAS yaitu
DAS Begawan Solo seluas 24.797,2 ha dan DAS Brantas seluas 13.139,9
ha.
5). Iklim
Tipe iklim wilayah hutan KPH Saradan adalah tipe D dengan nilai Q
sebesar 94%. Berdasarkan kondisi dan tipe iklim ini maka KPH Saradan
di tetapkan sebagai kelas perusahan jati.
6). Sosial ekonomi
Sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan dalam banyak hal akan
memberikan pengaruh pada keberhasilan pengelolaan hutan di wilayah
KPH Saradan. Wilayah KPH Saradan dikelilingi oleh 46 Desa yang
termasuk dalam sembilan Kecamatan dan empat Kabupaten.

2.1.5. Gambaran Umum Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun


1. Sejarah Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun
Awal terbentuknya KPH Madiun yaitu tahun 1906-1909. Wilayah KPH
Madiun terbentang dari Caruban sampai Pagotan sesuai pengukuran pertama
(aAfbegening). Wilayah ini kemudian berkembang sampai Ponorogo. Sejarah
pengukuran wilayah Perum Perhutani KPH Madiun diuraikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Sejarah Pengukuran Wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun
Tahun Wilayah Uraian
1905-1909 Caruban-Pagotan Pengukuran pertama/aAfbegening
1906-1907 Ponorogo Timur-Barat Pengukuran pertama/aAfbegening
1932-1933 Caruban-Pagotan Pengukuran kedua/penataan tetap
1919-1920 Ponorogo Timur-Barat Pengukuran kedua/penataan tetap
1952-1952 Ponorogo Timur-Barat Pengukuran ketiga/penataan ulang
1958-1962 KPH Madiun Pengukuran keempat/penataan ulang
1980-1981 KPH Madiun Pengukuran kelima/ penataan ulang
1989-1990 KPH Madiun Pengukuran keenam/ penataan ulang
1999-2000 KPH Madiun Pengukuran ketujuh/ penataan ulang
Sumber : KPH Madiun, (Perum perhutani 2008).

28
2. Letak dan Luas Kawasan Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun
Kawasan hutan KPH Madiun terdiri dari Kelas Perusahaan (KP) jati
dengan luasan 27.485,52 ha dan KP kayu putih seluas 3.736,1 ha, yang dibagi
menjadi lima bagian hutan yaitu :
 Bagian hutan Caruban : 11.953,6 Ha (KP Jati)
 Bagian hutan Pagotan : 4.076,0 Ha (KP Jati)
 Bagian hutan Ponorogo Barat : 6.260,3 Ha (KP Jati)
 Bagian hutan Ponorogo Timur : 5.193,7 Ha (KP Jati)
 Bagian hutan Sukun : 3.736,1 Ha (KP Kayu Putih)
Jumlah : 31.119,7 Ha

Pembagian wilayah kawasan hutan KPH Madiun dapat dilihat pada Gambar 4.

Pembagian Wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun


Berdasarkan Bagian Hutan

12%

38%
17% BH Caruban
BH Pagotan
BH Ponorogo Barat
BH Ponorogo Timur
20% BH Sukun
13%

Sumber : KPH Madiun, (Perum perhutani 2008).

Gambar 4. Pembagian Wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun


Keterangan : BH = Bagian Hutan

29
Letak dan batas kawasaan hutan KPH Madiun tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Letak dan Batas Kawasan Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun
Uraian Keterangan
111º17’51” – 111º42’43” BT
Letak geografis 7º34’36” – 7º58’12” LS
 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Madiun
 Dinas Pertanian, Bidang Kehutanan Kabupaten
Ponorogo
Wilayah pemangkuan hutan  Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Magetan
 Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur
Daerah Aliran Sungai (DAS) Sub DAS Madiun
Batas wilayah :
 Sebelah Utara KPH Saradan
 Sebelah Timur KPH Saradan dan KPH Lawu Ds
 Sebelah Selatan KPH Lawu Ds
 Sebelah Barat KPH Lawu Ds dan KPH Ngawi
Sumber : KPH Madiun (Perum perhutani 2008).

Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun dibagi menjadi dua Sub Kesatuan


Pemangkuan Hutan (SKPH) yaitu SKPH Madiun Utara dan SKPH Madiun
Selatan, masing-masing dibagi menjadi beberapa BKPH dengan luas sebagai
berikut :
1). Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Utara membawahi enam BKPH
dengan luas masing-masing BKPH yaitu ; BKPH Brumbun seluas 1.764,7 ha,
BKPH Caruban seluas 3.152,2 ha, BKPH Dagangan seluas 2.230,1 ha, BKPH
Dungus seluas 3.496,1 ha, BKPH Mojorayung 2.835,4 ha, dan BKPH
Ngadirejo seluas 2.251,9 ha. Jumlah luas keseluruhan wilayah Sub KPH
Madiun Utara adalah 15.730,4 ha.
2). Sub Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun Selatan membawahi lima BKPH
dengan luas masing-masing BKPH yaitu ; BKPH Bondrang seluas 2.925,5
ha, BKPH Pulung seluas 2.207,4 ha, BKPH Sampung seluas 3.596,0 ha,
BKPH Sukun seluas 3.701,1 ha, dan BKPH Somoroto seluas 2.589,7 ha.
Jumlah luas keselutuhan wilayah Sub KPH Madiun Selatan adalah 15.019,7
ha.
3. Tujuan dan Manfaat Pengelolaan Hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun
1). Tujuan pengelolaan hutan
Tujuan pengelolaan hutan sesuai Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2003
adalah turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka
pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang kehutanan.

30
2). Manfaat pengelolaan hutan
a. Bagi pemrakarsa (Perum Perhutani)
- Sumber informasi mengenai keadaan lingkungan areal yang dibebani
pengusahaan hutan tanaman, baik komponen fisik, kimia dan biologi
maupun sosisal ekonomi budaya setempat.
- Sumber informasi mengenai dampak besar dan penting yang mungkin
akan timbul dari berbagai komponen kegiatan pengusahaan hutan
tanaman.
- Masukan untuk penyusunan desain teknis rencana kegiatan
pengusahaan hutan tanaman.
- Sebagai masukan untuk penyusunan rencana pengelolaan dan
pemantauan lingkungan oleh Perum Perhutani
b. Bagi masyarakat
- Bahan informasi mengenai perubahan beberapa komponen lingkungan
akibat dilaksanakannya kegiatan pengusahaan hutan oleh Perum
Perhutani
- Dapat ikut mengetahui dan manfaat dampak positif yang mungkin
timbul oleh rencana kegiatan pengusahaan hutan serta menghindari
dampak negatif yang mungkin timbul.
c. Bagi pemerintah
- Bahan bagi perencanaan pembangunan wilayah.
- Bahan bagi proses pengambilan keputusan tentang kelayakan
lingkungan dari rencana kegiatan yang dilakukan oleh Perum
Perhutani.
4. Komitmen Lingkungan
Kesatuan Pemangkuan Hutan Madiun memiliki komitmen dalam
pengelolaan hutan lestari yang memiliki aspek sosial, ekonomi, dan
lingkungan. Komitmen selanjutnya adalah berusaha mempertahankan fungsi
khusus dari suatu kawasan hutan dan meningkatkan fungsi lingkungan.
a. Iklim
Tipe iklim di KPH Madiun menurut klasifikasi Schmidt dan
Ferguson terdiri dari dua tipe yaitu tipe C dengan nilai Q 33,3% meliputi

31
sebagian kecil wilayah sub Madiun Selatan. Tipe iklim yang kedua adalah
tipe D dengan nilai Q = 60,6% meliputi sebagian besar wilayah sub Madiun
Utara (berdasarkan peta iklim Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG)
Jakarta dengan skala 1:20.000).
b. Tanah
Berdasarkan peta tanah tinjau, jenis tanah yang terdapat di wilayah
KPH Madiun adalah aluvial kelabu tua, aluvial coklat kekelabuan, litosol,
asosiasi litosol dan mediteran coklat, grumusol kelabu tua, mediteran coklat
kemerahan dengan tingkat kesuburan yang bervariasi dari satu lokasi ke
lokasi lainnya. Ciri-ciri tanah alluvial yaitu; berwarna kelabu, dan peka
terhadap erosi. Ciri-ciri tanah litosol yaitu; tekstur tanah beraneka ragam,
dan pada umumnya berpasir, warna kandungan batu, kerikil dan kesuburan
bervariasi. Ciri-ciri tanah grumusol yaitu; tekstur liat, warna kelabu hingga
hitam, pH netral hingga alkalis dan mudah pecah pada saat musim kemarau.
Sedangkan ciri-ciri tanah mediteran yaitu; warna putih kecoklatan, keras
dan tak subur.

2.1.6. Gambaran Umum Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilangan


Utara
Secara umum Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Wilangan
Utara terletak di Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara : BKPH Petung
- Sebelah Timur : KPH Nganjuk
- Sebelah Barat : BKPH Wilangan Selatan
- Sebelah Selatan : BKPH Jati Ketok Utara
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilangan Utara berada pada
ketinggian 104 m dpl dengan luas kawasan hutan yang dikelola yaitu 3228,30 ha
yang dibagi dalam tiga RPH yaitu :
1. RPH Wilangan : 1015,1 Ha
2. RPH Sambiroto : 1171,8 Ha
3. RPH Sugih Waras : 1041,4 Ha
Luas hutan BKPH Wilangan Utara berdasarkan kelas hutan tersaji pada Tabel 6.

32
Tabel 6. Luas Hutan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilangan Utara
Berdasarkan Kelas Hutan.
Nomor Kelas Hutan Luas Hutan Prosentase
(Ha) (%)
1 KU I 1343,8 41,6
2 KU II 284,9 8,8
3 KU III 254,9 7,9
4 KU I 96,6 3,0
5 KU V 64,3 2,0
6 KU VI 94 2,9
7 KU VII 14,9 0,5
8 KU VIII 52,4 1,6
9 LDTI 204,2 6,3
10 MR 5,2 0,2
11 TBP 27,3 0,8
12 TJBK 673,8 20,9
13 TJKL 50,3 1,6
14 TKL 61,7 1,9
Jumlah 3228,3 100
Sumber : Perum Perhutani BKPH Wilangan Utara (2007).
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) BKPH Wilangan Utara yaitu :
1. Lembaga Masyarakat Desa Hutan Wono Subur : Desa Sugih Waras,
Kecamatan Saradan
2. Lembaga Masyarakat Desa Hutan Jati Kuning : Desa Nampu, Kecamatan
Gemarang
3. Lembaga Masyarakat Desa Hutan Kedung Mulyo : Desa Nampu, Kecamatan
Gemarang
4. Lembaga Masyarakat Desa Hutan Rimba Makmur : Desa Wilangan,
Kecamatan Wilangan Kabupaten Nganjuk

2.1.7. Gambaran Umum Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Dungus


Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Dungus merupakan bagian
dari KPH Madiun yang masuk dalam BH Caruban dan secara administratif masuk
dalam wilayah Kecamatan Kare, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun. Luas
wilayah hutan BKPH Dungus adalah 3294.0 ha, yang terdiri dari empat wilayah
RPH yaitu; RPH Wungu, RPH Kuwiran, RPH Randualas, dan RPH Dawung.
Batas-batas wilayah BKPH Dungus adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : BKPH Ngadirejo dan BKPH Mojorayung.
- Sebelah Timur : BKPH Caruban dan KPH Lawu Ds.
- Sebelah Selatan : BKPH Brumbun.
- Sebelah Barat : Desa Dungus, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun.

33
Wilayah BKPH Dungus mempunyai karakteristik yang hampir 75%
merupakan daerah pegunungan dengan kemiringan rata-rata 20% serta
mempunyai solum tanah yang tipis. Hal tersebut merupakan tantangan dalam hal
pembuatan hutan tanaman dan pengamanan hutan, mengingat kurangnya
kesuburan tanah dan aksesibilitas yang rendah. Sementara letak BKPH Dungus
berbatasan langsung dengan tanah desa yang sering kali dijadikan perlintasan
kayu hasil illegal logging yang berasal dari KPH Saradan maupun KPH Madiun
sendiri.

2.1.8. Gambaran Umum Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukun


Secara umum BKPH Sukun terletak di lereng Gunung Wilis tepatnya di
daerah Sukun, Kelurahan Sidohardjo, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo,
11 kilo meter ke arah Timur Ponorogo dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Nglayang
- Sebelah Timur : Sidohardjo
- Sebelah Barat Tambaksari
- Sebelah Selatan : Depok
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukun merupakan suatu daerah
yang ditanami tanaman kayu putih. Selain itu juga, dekat dengan pemukiman
penduduk sehingga mudah untuk mencari tenaga kerja di sekitar desa tersebut dan
dekat dengan jalan raya sehingga proses pengangkutan Bahan Baku Industri (BBI)
lebih lancar.
Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Sukun berada pada ketinggian
antara 360 m dpl dengan luas tempat produksi yaitu 603,5 ha. Luas lahan BKPH
Sukun adalah 3.736,1 ha, dan dibagi menjadi lima RPH yaitu :
a. RPH Depok : 683,4 Ha
b. RPH Sidoharjo : 692,8 Ha
c. RPH Nglayang : 856,4 Ha
d. RPH Sukun : 804,5 Ha
e. RPH Tambaksari : 663,9 Ha

34
Potensi hutan yang dimiliki oleh BKPH Sukun yaitu :
a. Hutan produktif KU I s/d KU VII : 2316,4 Ha
b. Tidak produktif : 781,1 Ha (Tkl,Tjbk)
c. Bukan untuk produksi : 603,5 Ha (Hl, Ldti)

2.1.9. Gambaran Umum Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun


1. Gambaran Umum Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun
Pabrik Minyak Kayu Putih (PMKP) Sukun adalah pabrik yang bergerak
di bidang produksi minyak kayu putih. Pabrik ini bekerja di bawah naungan
Perum Perhutani Kesatuan Bisnis Mandiri Industri Non Kayu (KBM INK) Unit
II Jawa Timur, jalan Margo Mulyo nomor 1 Tandes Surabaya.
Secara umum PMKP Sukun terletak di lereng Gunung Wilis tepatnya di
daerah Sukun, Kelurahan Sidohardjo, Kecamatan Pulung, Kabupaten
ponorogo, 11 kilo meter ke arah Timur Ponorogo dengan batasan sebagai
berikut:
- Sebelah Utara : Nglayang
- Sebelah Timur : Sidohardjo
- Sebelah Barat : Tambaksari
- Sebelah Selatan : Depok
Pabrik ini sangat strategis karena dekat dengan hutan yang hampir
semua ditanami tanaman kayu putih. Selain itu juga, dekat dengan pemukiman
penduduk sehingga mudah untuk mencari tenaga kerja di sekitar desa tersebut
dan dekat dengan jalan raya sehingga proses pengangkutan Bahan Baku
Industri (BBI) lebih lancar. Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun berada pada
ketinggian antara 360-630 m dpl dengan luas tempat produksi yaitu 3 ha.
2. Sejarah Terbentuknya Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun
Tahun 1936, pabrik melakukan percobaan penyulingan daun kayu
putih dengan luas lahan untuk tanaman kayu putih adalah 60,8 ha dengan
instalasi yang sangat sederhana. Kemudian tahun 1939, didirikan sebuah
bangunan dan instalasi sederhana yang terdiri dari dua buah los untuk
penyulingan dengan dilengkapi peralatan dua buah ketel daun yang terbuat dari
besi beserta dapur/tungku dan pendingin dalam kolam dari batu sungai yang

35
disusun dengan tanah liat. Tahun 1957, didirikan pabrik minyak kayu putih
yang permanen dengan peralatan yang terdiri dari:
1) Tiga buah ketel uap boiler yang mempunyai kapasitas 1 ton uap yang berarti
dalam 1 jam dapat memproduksi uap air sebanyak 3 ton uap. Ketel ini
dibuat di Amerika pada tahun 1910.
2) Enam buah tangki daun yang berkapasitas 1,5 ton Daun Kayu Putih (DKP)
yang terbuat dari baja dan bagian dalam dilapisi dengan Porland Cement
(PC) yaitu satu jenis semen yang tahan asam sehingga membantu menjaga
kualitas minyak terhadap preaksi dari plat baja.
3) Pipa pendingin dari pipa tembaga yang dipasang di dalam kolam atau bak
pendingin.
4) Mesin agreguat untuk penerangan pabrik dan kompleks perumahan yang
pada saat ini tergabung dengan pabrik gondorukem.
Tahun 1974, pabrik melakukan penyempurnaan enam buah tangki
daun yang berkapasitas 1,5 ton dan dilapisi dengan aluminium dengan harapan
dapat meningkatkan kualitas produksi. Dalam ketel daun sudah terpasang
keranjang besi yang berguna untuk mempermudah pengambilan limbah daun
kayu putih, dengan cara hanya mengatrol keranjang besi.
Tahun 1986, dalam rangka meningkatkan kualitas mutu Minyak Kayu
Putih (MKP) dibuatlah keseluruhan tangki dan instalasi perpipaan serta semua
peralatan terbuat dari stainlees steal (besi). Pendinginan dengan sistem
kondensasi menggunakan tangki kondensor enam buah dan penyempurnaan
pendinginan air melalui cooling tower, serta pemisahan antara minyak dan air
sudah menggunakan tangki sparator hingga sekarang.

2.2. Manajemen Sumber Daya Manusia


2.2.1. Stuktur Organisasi Perum Perhutani
Pengelolaan hutan di Jawa dilaksanakan oleh Perum Perhutani yang
dipimpin oleh seorang direktur utama dengan membawahi beberapa direktur
teknis. Direktur utama bertanggungjawab terhadap tiga satuan unit pengelolaan
hutan di Jawa yaitu Unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa Timur, serta Unit III Jawa
Barat dan Banten. Direktur utama dibantu oleh beberapa anggota dewan direksi
yakni:

36
1. Direktur industri dan pemasaran bertugas menjalankan semua kegiatan baik
yang berasal dari luar maupun dari dalam perusahaan Perum Perhutani itu
sendiri.
2. Direktur produksi bertugas menjalankan semua kegiatan produksi baik
produksi hasil hutan kayu maupun hasil hutan bukan kayu yang ada di
wilayah kerja Perum Perhutani baik jangka waktu pendek maupun untuk
waktu jangka panjang dengan tetap menjaga aspek kelestarian.
3. Direktur pemasaran bertugas menjalankan semua kegiatan pemasaran dari
hasil produksi baik kayu maupun bukan kayu untuk pembangunan nasional,
pemasaran dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakt akan kayu
yang berkualitas. Pemasaran dilaksanakan baik dalam skala nasional
maupun skala internasional.
4. Direktur keuangan bertugas mengatur bagian keuangan baik produksi kayu
maupun bukan kayu.
Pelaksanaan pengelolaan hutan di Jawa dilakukan oleh KPH yang ada di
setiap unit pengelolaan hutan di Jawa. Kesatuan Pemangkuan Hutan di setiap unit
bertanggungjawab kepada kepala unit sesuai dengan laporan pertanggungjawaban
yang dibuat dan berpedoman pada panduan pelaksanaan pengelolaan dari
Biro/Seksi Perencanaan Hutan (SPH). Sedangkan unit-nit yang ada
bertanggungjawab langsung kepada direktur utama terhadap hasil pengelolaan
hutan yang ada di tiap-tiap unit dalam satuan kerja Perum Perhutani. Unit yang
dimaksud adalah Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM). Semua hasil pengelolaan hutan
yang dikelola oleh KBM ini langsung dipasarkan kepada masyarakat. Struktur
organisasi Perum Perhutani dapat dilihat pada Gambar 5.

37
DIREKTUR UTAMA

DIR DIR DIR DIR


UMUM PRODUKSI PEMASARAN KEUANGAN

DIVISI DIVISI DIVISI


DIVISI

DIVISI DIVISI
DIVISI DIVISI DIVISI

Ka. SPI DIVISI

KEPALA KEPALA KEPALA


UNIT I UNIT II UNIT III

B B B B B B B B B B B B
I I I I I I I I I I I I
R R R R R R R R R R R R
O O O O O O O O O O O O

ADM ADM ADM


KPH KPH KPH

KKPH KIPK. I KKPH KIPK. I KKPH KIPK. I

Gambar 5. Struktur Organisasi Perum Perhutani


Keterangan : DIR = Direktur
ADM = Administratur/Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan
KKPH = Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan

2.2.2. Struktur Organisasi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur


Perum Perhutani Unit II Jawa Timur dipimpin oleh seorang Kepala Unit
(Kanit) dibantu Wakil Kepala Unit (Wakanit) dan enam Kepala Biro (Karo) yang
membawahi 29 unit kerja terdiri dari 23 KPH dan enam KBM. Sejak tahun 2006

38
struktur organisasi Perum Perhutani telah berubah dengan kebijakan spin off
dengan memisahkan fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Fungsi produksi
ditangani oleh KPH. Masing-masing KPH ditangani oleh seorang administratur
atau kepala KPH, dan fungsi pemasaran maupun industrinya dilaksanakan oleh
KBM di bawah pimpinan seorang manejer yang meliputi KBM pemasaran kayu
serta KBM bukan kayu.
Tugas dan wewenang dari masing-masing jabatan seperti yang terdapat
pada struktur organisasi adalah sebagai berikut :
- Kepala unit memiliki tugas pokok untuk memimpin dan mengurus Perum
Perhutani Unit II Jawa Timur dan berwewenang mendapatkan cara-cara
pelaksanaan kebijaksanaan direksi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur.
Kepala unit bertanggung jawab kepada direksi atau tugas yang telah
dilaksanakannya.
- Wakil kepala unit memiliki tugas pokok untuk membantu kepala unit dalam
melaksanakan tugas-tugas pimpinan unit dan melaksanakan tugas-tugas
lainnya yang diberikan kepada unit. Wakil kepala unit berwewenang
mengkoordinasi/membina dan bidang produksi, industri, keamanan dan
agraria serta membawahi kepala biro perencanaan.
- Kepala biro perencanaan memiliki tugas pokok untuk membantu kepala unit
dalam perencanaan hutan dan perencanaan pembangunan hutan berdasarkan
asas kelestarian.
- Kepala biro produksi memiliki tugas pokok untuk memberikan saran dan
pertimbangan kepada kepala unit dalam mengatur dan mengkoordinasi
bidang produksi. Kepala biro prosuksi berwewenang mengatur dan memberi
petunjuk dan mengawasi biro produksi dan melakukan pembinaan eksploitasi
hutan dan pembangunan lingkungan serta bertanggungjawab kepada kepala
unit.
- Kepala biro industri memiliki tugas pokok untuk memberi syarat dan
pertimbangan kepada kepala unit dalam mengatur dan mengkoordinasi
bidang industri dan membantu kepala unit dalam bidang pemikiran,
pengembangan dan pengelolaan hasil hutan. Kepala biro industri berwewenag

39
mengatur, membimbing, dan mengawasi biro industri dan bertanggungjawab
kepada kepala unit.
- Kepala biro pengamanan, agraria, dan humas memiliki tugas pokok untuk
memberi saran dan pertimbangan kepada kepala unit dalam mengatur dan
mengkoordinasi bidang keamanan agraria. Kepala biro pengamanan, agraria,
dan humas berwewenang mengatur, membimbing, mengawasi biro keamanan
agraria dan humas serta bertanggungjawab kepada kepala unit.
- Kepala biro pemasaran memiliki tugas pokok untuk memberi saran dan
pertimbangan kepada kepala unit dalm mengatur dan mengkoordinasi bidang
pemasaran dan membantu kepala unit dalam hal pemasaran, penjualan hasil
hutan, pengujian hasil hutan, dan masing-masing pasar. Kepala biro
pemasaran berwewenang mengatur, membimbing, dan mengawasi di biro
pemasaran serta bertanggungjawab kepada kepala unit.
- Kepala biro teknik perlengkapan memiliki tugas pokok untuk memberi saran
dan pertimbangan kepada kepala unit dalam mengatur dan mengkoordinasi
bidang teknik dan perlengkapan serta melaksanakan pengawasan terhadap
administrasi dalam pelaksanaan pengadaan barang, penyimpanan,
pemeliharaan, dan penghapusan barang-barang. Kepala biro teknik
perlengkapan berwewenang mengatur, membimbing, dan mengawasi dalam
biro teknik dan perlengkapan dan bertanggungjawab kepada kepala unit.
- Kepala biro keuangan memiliki tugas pokok untuk memberi saran dan
pertimbangan kepada kepala unit dalam mengatur dan mengkoordinasi
bidang keuangan. Kepala biro keuangan berwewenang mengatur,
membimbing, dan mengawasi biro keuangan dan menyusun anggaran dan
pendapatan perusahaan, administrasi keuangan dan pembangunan serta
pemeriksaan keuangan dan bertanggungjawab kepada kepala unit.
- Kepala biro umum memiliki tugas pokok untuk memberi saran dan
pertimbangan kepada kepala unit dalam mengatur dan mengkoordinasi
bidang tatalaksana dan administrasi. Kepala biro umum berwewenang
mengatur, membimbing, dan mengawasi dalam biro umum dan
bertanggungjawab kepada kepala unit. Struktur organisasi Perum Perhutani
Unit II Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 6.

40
KEPALA UNIT

WAKIL KEPALA UNIT

KEPALA BIRO KEPALA BIRO KEPALA BIRO KEPALA BIRO


PERENCANAAN PEMASARAN UMUM PENGAMANAN

KEPALA BIRO KEPALA BIRO KEPALA BIRO KEPALA BIRO


PRODUKSI INDUSTRI TEKNIK KEUANGAN
Perec. Umum

Umum
Pengujian

Keamanan
Perdagangan

Humas
Pengkuk/Perp

Perum/AGR
Analisa Pasar

Personalia
Pemb. Hutan

Perlengkapan
Eksploitasi

Pemb. Lingk

Bangunan
Industri Kayu

Angg/Perb

And. Keuangan
Waktu
Industri Kayu

Instalasi

ADMINISTRATUR PERHUTANI/KEPALA KESATUAN PEMANGKUAN


HUTAN

K.S.P.H
Bojonegoro

Bojonegoro

Mojokerto
Padangan

Rerengan
Jombang

Pasuruan
Jombang
Nganjuk
Saradan
Jatirogo
Madiun

Madiun

Madura
Malang

Jember

Ngawi
Tuban

Kediri

Blitar
Lawu
Adm.Pern/KIP
KPE Tandes
Probolinggo

Bondowoso

BWI Utara

BWI Barat

KI
Jember

Gambar 6. Struktur Organisasi Perum Perhutani Unit II Jawa Timur


Keterangan : Perenc = Perencanaan
Pemb. Lingk = Pemberdayaan Lingkungan
AGR = Agraria
Angg/Perb = Anggaran Perbelanjaan
Pengkuk = Pengukuran
KSPH = Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan

41
2.2.3. Sruktur Organisasi Seksi Perencanaan Hutan II Madiun
Seksi Perencanaan II Hutan Madiun memiliki fungsi dan manfaat
melaksanakan proses penyusunan, penilaian, dan pertimbangan berbagai jenis
rencana pada sub sistem perencanaan sumber daya hutan pada KPH yang berada
pada wilayah rayonnya.
Tugas masing-masing bagian dalam lingkup SPH yaitu Kepala Seksi
Perencanaan Hutan (KSPH) bertugas untuk menyusun dan menyelenggarakan
kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan hutan sesuai kebijaksanaan yang
ditetapkan. Wakil KSPH memiliki tugas untuk membantu KSPH mengatur
pelaksanaan tugas yang meliputi perencanaan hutan. Wakil KSPH berwewenang
terhadap pembinaan dan pengawasan kerja yang ada di wilayah kerja.
Kepala Sub Seksi (KSS) statistik memiliki tugas mengelolah data yang
berhubungan dengan data perencanaan, baik data yang akan dibuat rencana
maupun data yang akan dilakukan sesuai perencanaan. Kaur dan staf
bertanggungjawab terhadap KSS statistik. Kepala Sub Seksi wilayah memiliki
wewenang mengatur pelaksanaan tugas dalam wilayah kerja SPH II Madiun.
Kepala Sub Seksi wilayah bertanggungjawab terhadap KSPH. Kaur dan staf
bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan yang ada dalam wilayah
kerjanya.
Kepala Tata Usaha (KTU) memiliki tugas untuk mengatur pelaksanaan
ketatausahaan, yang meliputi; pembinaan, pengelolaan perkantoran/umum,
perlengkapan, pemasaran, keuangan, statistik, hasil hutan, dan personalia. Kepala
Tata Usaha bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan hasil kerja bawahannya
serta berwewenang terhadap petugas pelaksana yang dipimpinnya untuk bidang
ketatausahaan. Struktur organisasi SPH II Madiun dapat dilihat pada Gambar 7.

42
KSPH

WAKIL
KSPH

KSS KSS KSS


STATISTIK WILAYAH WILAYAH

KAUR KAUR KAUR KTU

STAF STAF STAF STAF

Gambar 7. Struktur Organisasi Seksi Perencanaan Hutan II Madiun


Keterangan : KSPH = Kepala Seksi Perencanaan Hutan
KSS = Kepala Sub Seksi
KTU = Kepala Tata Usaha.
2.2.4. Struktur Organisasi Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan Dan
Madiun
Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan dan Madiun dipimpin oleh
seorang administratur/kepala KPH yang membawahi beberapa BKPH. Bagian
Kesatuan Pemangkuan Hutan dipimpin oleh seorang asper yang membawahi
beberapa RPH. Kepala tata usaha memiliki tugas untuk mengatur pelaksanaan
ketatausahaan, yang meliputi pembinaan dan pengelolaan perkantoran/umum,
perlengkapan, pemasaran, keuangan, statistik, hasil hutan, dan personalia
administratur umum. Bertanggungjawab atas hasil kerja bawahannya serta
berwenang terhadap petugas pelaksana yang dipimpinannya untuk bidang
ketatausahaan.
Asisten Perhutani (Asper)/kepala BKPH memiliki tugas untuk mengatur
pelaksanaan ketatausahaan yang meliputi pembinaan pengelolaan
perkantoran/umum, perlengkapan, pemasaran, keuangan, statistik, hasil hutan,
personalia, dan administratur umum. Asisten Perhutani bertanggungjawab kepada
KKPH.
Kepala Sub Seksi (KSS) sarana prasarana dan optimalisasi asset memiliki
tugas untuk mengatur pelaksaan tugas yang meliputi bidang pengelolaan
pekerjaan bangunan-bangunan, teknik perlengkapan, sarana dan prasarana,
keamanan, personalia, pekerja, dan administrasi. Kepala Sub Seksi

43
bertanggungjawab atas tugas yang diberikan KKPH dan berwenang terhadap
pelaksanaan tugas yang diberikan KKPH. Kepala Resort Pemangkuan Hutan atau
mantri memiliki tugas dan bertanggungjawab terhadap pelaksanaan kegiatan di
kawasan RPH. Struktur organisasi KPH Saradan dan Madiun dapat dilihat pada
Gambar 8.
ADMINISTRATUR

AJUN AJUN
ADMINISTRATUR ADMINISTRATUR

KEPALA
TPK
ASPER ASPER ASPER ASPER KTK

ASTEK
KRPH KRPH KRPH KRPH KMEJA

Gambar 8. Struktur Organisasi Kesatuan Pemangkuan Hutan Saradan Dan


Madiun.
Keterangan : Administratur = Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan
Ajun Administratur = Wakil Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan
TPK = Tempat Penimbunan Kayu
Asper = Asisten Perhutani/Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
KRPH = Kepala Resort Pemangkuan Hutan

2.2.5. Struktur Organisasi Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilangan


Utara, Dungus dan Sukun
Struktur organisasi BKPH Wilangan Utara, Dungus dan Sukun terdiri
dari beberapa bagian. Tugas dan fungsi dari masing-masing bagian adalah sebagai
berikut:
1. Asisten perhutani atau kepala BKPH, bertugas sebagai penanggung jawab atas
segala aktivitas/kegiatan Perhutani yang dilakukan dalam kawasan hutan
teritorial BKPH yang dipimpinnya.
2. Tata usaha, bertugas dalam bidang administrasi, melakukan pencatatan, dan
pembenahan administrasi RPH.
3. Kepala Resort Pemangkuan Hutan (KRPH) atau mantri bertangung jawab
terhadap pelaksanaan kegiatan di kawasan RPH.
4. Mandor bertugas mengawasi segala aktivitas produksi seperti penanaman,
persemaian, pemungutan hasil, dan menjaga keamanan kawasan hutan.

44
Struktur organisasi BKPH Wilangan Utara, Dungus dan Sukun dapat dilihat pada
Gambar 9.

ASISTEN
PERHUTANI

KAUR TUTK

TUASPER

KRPH KRPH KRPH KRPH KRPH


Depok Sidoharjo Nglayang Sukun T. Sari

Mdr Mdr Mdr Mdr Mdr


Polter Pungut Pungut Pungut Tanam

Mdr Mdr Mdr Mdr Mdr


Pungut Tanam Persemaian Persemaian Pungut

Mdr Mdr
Tanam Tanam

Gambar 9. Struktur Organisasi Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Wilangan


Utara, Dungus dan Sukun.
Keterangan : Asisten Perhutani = Asper/Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan
TU. Asper = Tata Usaha
KRPH = Kepala Resort Pemangkuan Hutan
Mdr = Mandor

2.2.6. Struktur Organisasi Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun


Struktur organisasi PMKP Sukun terdiri dari beberapa bagian. Tugas dan
fungsi dari masing-masing bagian adalah sebagai berikut :
1. Manager bertugas mengawasi dan mengendalikan semua kegiatan proses
produksi daun kayu putih menjadi minyak kayu putih.
2. ASSMAN (Asisten Manager) yang bertugas mengawasi dan melaporkan
semua kegiatan produksi daun kayu putih ke manager.
3. Kaur produksi yang bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan semua
kegiatan baik teknis maupun administrasi di pabrik minyak kayu putih dan
selanjutnya dikirim ke KBM INK II Surabaya.

45
4. Tata usaha yang bertugas untuk merekap dan melaporkan semua administrasi
kegiatan ke kaur produksi dan di kirim ke KBM INK II Surabaya.
5. Produksi dan teknis yang bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan
semua kegiatan produksi serta peralatan produksi.
6. Persediaan bertugas untuk mengawasi semua persediaan bahan baku daun
kayu putih dan minyak kayu putih.
7. Mandor briket yang bertugas untuk mengawasi dan mengendalikan semua
kegiatan yang berhubungan dengan briket.
8. Operator boiler yang bertugas untuk mengawasi dan mengoperasikan tangki
boiler.
9. Pembantu bertugas untuk membantu semua kegiatan proses produksi daun
kayu putih menjadi minyak kayu putih.
10. Penerima yang bertugas untuk mengatur semua kegiatan penerimaan bahan
baku daun kayu putih.
11. Cleanning service bertugas membersihkan semua lokasi pabrik minyak kayu
putih.
12. Penjaga malam bertugas menjaga dan mengawasi lokasi pabrik.
13. Juru air bertugas mengawasi dan mengendalikan air untuk proses produksi.
Struktur organisasi PMKP Sukun dapat dilihat pada Gambar 10.

MANAGER

ASISTEN MANAGER

KAUR PRODUKSI

Tata Usaha Produksi & Teknik Persediaan

Cleanning service Mandor Proses


Mandor Briket

Penjaga Malam Operator Boiler


Penerima Daun Kayu
Juru Air Pembantu Putih

Gambar 10. Struktur Organisasi Pabrik Minyak Kayu Putih Sukun

46
III. METODA PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan PKL dilaksanakan dari 11 Maret-11 Juni 2014 di SPH II
Madiun, KPH Madiun, KPH Saradan, dan PMKP Sukun. Kegiatan PKL di
KPH Madiun meliputi dua BKPH yaitu BKPH Dungus dan BKPH Sukun.
Kegiatan praktek di BKPH Dungus dilaksanakan di RPH Wungu sedangkan
di BKPH Sukun dilaksanakan di RPH Sukun, RPH Nglayang, dan RPH
Tambaksari. Kegiatan PKL di KPH Saradan dilaksanakan di BKPH Wilangan
Utara yang terdiri dari tiga RPH yaitu RPH Wilangan, RPH Sugihwaras, dan
RPH Sambiroto. Jadwal kegiatan PKL tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Jadwal Kegiatan Praktek Kerja Lapang
Waktu Kegiatan Lokasi
(Minggu ke-)
II Maret 2014  Teori perencanaan sumber daya hutan SPH II Madiun
III Maret 2014  Pengecekkan pal batas SPH II Madiun
 Risalah/inventarisasi hutan
IV Maret 2014  Persemaian stek pucuk jati RPH Sukun, RPH
 Persemaian kayu putih Nglayang, dan
 Pemungutan daun kayu putih PMKP Sukun
 Pengamatan pola tanam tanaman kayu putih
 Penyulingan minyak kayu putih.
I April 2014  Simulasi penyulingan minyak kayu putih PMKP Sukun,
 Pengamatan pola tanam tanaman kayu putih RPH Tambaksari,
 Persemaian stek pucuk jati dan RPH Sukun
II April 2014  Persemaian mahoni RPH Wilangan
III April 2014  Patroli RPH Wilangan,
 Klem untuk rencana tebangan B1 jati dan RPH
Sambiroto
IV April 2014  Klem untuk rencana tebangan B1 jati RPH Sambiroto
 Tebangan A2 jati dan RPH
 Patroli Sugihwaras
I Mei 2014  Patroli RPH Sugihwaras
 Petak Coba Penjarangan (PCP) dan RPH
 Tebangan B1 jati Wilangan
II Mei 2014  Tebangan B1 jati RPH Wilangan
 Persemaian kesambi
III Mei 2014  Persemaian sengon RPH wilangan
 Persemaian sonokling.
IV Mei 2014  Teresan untuk rencanan tebangan A2 jati RPH Sugihwaras
I Juni 2014  Teresan untuk rencana tebangan A2 jati RPH Sugihwaras

47
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam kegiatan PKL meliputi alat tulis menulis,
sepatu boot, sabit, parang, cangkul, gunting, cutter, dan timbangan serta
peralatan dalam kegiatan risalah hutan yang meliputi peta kerja skala 1:10.000,
kalkulator, alat tulis menulis, kertas milimeter, tabel random, busur derajat,
kompas, clinometers, haga hypsometer, pita meter, Global Posittioning Sistem
(GPS), parang, tali/tambang, kuas, tally sheet, tabel tegakan hutan buatan jati,
tabel konversi keliling ke bidang dasar, tabel koreksi jarak datar, dan alat
pelindung diri.
Bahan yang digunakan dalam kegiatan PKL meliputi, kertas karton,
polybag, dan media (pasir, tanah dan kompos), serta bahan dalam kegiatan
risalah hutan yang meliputi cat kayu warna hitam, dan perlengkapan P3K.

3.3. Metode Pelaksanaan Praktek


3.3.1. Pengumpulan data
Data primer ialah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan oleh peneliti dan digunakan sebagai dalam penyusunan laporan.
Data primer dalam kegiatan ini yaitu data hasil risalah hutan jati.
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan dari
sumber-sumber yang telah ada untuk mendukung bahan kajian laporan ini.
Data sekunder meliputi; bahan pustaka, literatur, dan penelitian terdahulu.
Metode pengumpulan data meliputi; metode wawancara,
observasi/pengamatan, dan studi pustaka. Wawancara adalah teknik
pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan langsung oleh pewawancara
kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam. Teknik
wawancara dalam kegiatan ini adalah wawancara tidak terstruktur yakni
dengan cara menggali data dari pekerja baik karyawan Perum Perhutani dan
petani maupun masyarakat disekitar lokasi dengan tidak menggunakan
kuesioner tetapi susunan pertanyaan dan urutannya disesuaikan dengan ciri-
ciri setiap sumber informan dan keadaan setempat. Metode ini digunakan
untuk memperoleh informasi-informasi yang belum diketahui sebelumnya.
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung pada objek kajian. Observasi dalam kegiatan ini yaitu

48
membuat petak ukur, mengukur keliling pohon, tinggi pohon, menomori
pohon yang masuk dalam petak ukur, menulis data petak ukur pada pohon
tengah.
Studi pustaka dilakukan untuk memperkaya pengetahuan mengenai
berbagai konsep yang akan digunakan sebagai dasar atau pedoman dalam
proses penulisan. Studi pustaka dalam hal ini yaitu mempelajari literatur dan
hasil penelitian terdahulu mengenai risalah hutan.
3.3.2. Prosedur pelaksanaan praktek
Tahapan kegiatan praktek sebagai berikut :
1. Mempelajari tentang kegiatan umum PKL yang meliputi perencanaan
sumber daya hutan, pengecekan pal batas, risalah/inventarisasi hutan,
persemaian stek pucuk jati, persemaian kayu putih, pemungutan daun kayu
putih, penyulingan minyak kayu putih, persemaian mahoni, persemaian
sonokeling, persemaian sengon, patroli pengamanan kawasan hutan, petak
coba penjarangan, penebangan B1 jati, dan penebangan A2 jati.
2. Mempelajari tentang aspek-aspek manajemen risalah hutan jati yang
meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi

3.4. Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami dan diinformasikan kepada orang lain.
1. Penentuan intensitas sampling
∑P Luas P
IS = x 100%
Luas petak anak petak

Keterangan : PU = Petak Ukur


2. Penentuan jumlah pohon per ha.
n1 n2 np 1
N= x
p L
Keterangan:
N = jumlah pohon per ha
n1 = jumlah pohon petak ukur ke-1
n2 = jumlah pohon petak ukur ke-2
p = jumlah petak ukur
L = luas PU

49
3. Derajat Keseimbangan Normal
n lapangan
DKN =
n tabel

Keterangan :
n lapangan = jumlah pohon lapngan
n tabel = jumlah pohon dalam tabel tegakan (interpolasi) hutan buatan jati
4. Kepadatan Bidang Dasar
Kepadatan Bidang Dasar (KBD) adalah perbandingan bidang dasar
lapangan hasil sampling (B) dengan bidang dasar dalam tabel (Bt).
B
KBD =
Bt
Bidang dasar lapangan per ha
B1 B2 Bp
B= x
p
Keterangan:
B = bidang dasar lapngan hasil sampling
Bt = bidang dasar dalam tabel tabel tegakan (interpolasi) hutan buatan jati
B1 = bidang dasar petak ukur ke-1
B2 = bidang dasar petak ukur ke-2
Bp = bidang dasar petak ukur ke-p (petak ukur terakhir).
P = jumlah pu
C = luas PU
5. Volume
V = r2 t
Keterangan :
V = volume
r = radius/jari-jari pohon
t = tinggi
f = angka bentuk (0,8)
∑ i
6. Volume rata-rata per petak ukur =
n

olume rata-rata per P


7. Taksiran volume rata-rata per Ha =
Luas P

∑ i2 - ∑ i 2⁄n
8. Ragam (Variance), S2 = n-1

9. Simpangan baku (Standard deviation), S = √S2

S
10. Galat baku (Standard error), S ̅ = √ 1-Nn
√n

11. Kesalahan pengambilan contoh (Sampling error), t 2 .S̅

50
12. Volume rata-rata dan volume total hutan jati untuk tingkat kepercayaan
95% dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
a. Taksiran volume rata-rata tegakan per PU
̅ P ̅ t 2 S̅
b. Taksiran volume rata-rata per Ha
1
̅ Ha (̅ t 2 S̅ )
Luas P
t.S̅
d. Kesalahan taksiran (galat) dalam persen, ̅
100

51
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Uraian Umum Kegiatan Pratek Kerja Lapang


4.1.1. Perencanaan Hutan di Seksi Perencanaan Hutan II Madiun
1. Perencanaan Sumber Daya Hutan
Penerimaan teori di SPH II Madiun dilaksanakan dari tanggal 14-15
Maret 2014. Secara garis besar, toeri-teori tentang perencanaan sumberdaya
hutan yang diterima meliputi :
1) Penataan hutan
a) Tata batas/rekonstruksi batas
b) Pembagian Hutan
c) Risalah/inventarisasi hutan
d) Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan
2) Penilaian Rencana Teknik Tahunan
Rencana Teknik Tahunan berisi rincian pengelolaan hutan untuk jangka
waktu satu tahun yang merupakan penjabaran dari RPKH dan rencana-
rencana induk lainnya, dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang
terjadi di lapangan (antara lain berupa perubahan kelas hutan, tanaman
gagal, pencurian, bencana alam dan lain-lain), ketersediaan tenaga kerja
atau kemajuan daerah, sarana dan prasarana.
3) Perencanaan lainnya
a) Penilaian tanaman lepas kontrak
b) Evaluasi potensi sumber daya hutan
c) Penyusunan buku obor (Buku pegangan KRPH tentang kondisi hutan)
d) Penyusunan tabel volume local
Pengelolaan hutan yang optimal pada hakekatnya hanya mungkin
dilaksanakan jika didasarkan pada suatu perencanaan yang baik dan benar.
Perencanaan yang baik dan benar adalah perencanaan yang dapat
mengakomodir dan merefleksikan potensi atau daya dukung dari sumberdaya
hutan yang menjadi obyek pengelolaan.

52
2. Tata Batas Kawasan Hutan
Praktek tata batas kawasan hutan di RPH Wungu, BKPH Dungus
dilaksanakan pada tanggal 17 Maret 2014. Kegiatan ini dilaksanakan untuk
memperoleh kejelasan dan kepastian hukum di lapangan, berupa
penetapan/pengecekan titik-titik batas kawasan hutan dengan luar kawasan hutan.
Komponen kegiatannya adalah pemeriksanaan/onderzoek pal batas, pengukuran
pal batas (dilakukan SPP SPH) , dan pemancangan pal batas (termasuk peleteran).
Dari tiga komponen kegiatan di atas, yang dilaksanakan adalah
pemeriksaan/onderzoek pal batas sebanyak 11 pal. Alat dan bahan yang
digunakan dalam praktek ini yaitu peta kawasan hutan berskala 1: 10.000, GPS,
busur derajat, penggaris, pensil, pena dan kertas serta kamera untuk
mendokumentasi pal batas.
Urutan pelaksanaan praktek di lapangan adalah membuat titik ikat di pal
batas pertama dengan menggunakan GPS. Titik ikat yang di buat bertujuan untuk
memudahkan pencarian pal batas berikutnya. Mengukur jarak di atas peta antara
pal batas pertama ke pal batas ke dua, kemudian mengkonversi ke jarak
sesungguhnya di lapangan. Mencari besarnya sudut azimuth dengan menggunakan
busur derajat untuk mengetahui arah ke pal batas berikutnya. Setelah menentukan
arah dan jarak, selanjutnya berjalan menuju ke pal batas berikut dengan
menggunakan panduan kompas dan GPS. Setelah ditemukan pal batas tersebut
didokumentasi untuk melaporkan keadaan pal batas di lapangan. Pal batas yang
berada dalam keadaan tidak normal (miring, jatuh, cat pudar) akan diperbaiki,
sedangkan pal batas yang hilang perlu pengadaan baru. Data hasil pengecekan pal
batas digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki batas kawasan hutan.

53
Kondisi pal batas yang berada dalam keadaan normal dan tidak normal dapat
dilihat pada Gambar 11.

A B C D

Gambar 11. Kondisi pal batas normal dan tidak normal


Keterangan : A = Kondisi pal batas normal
B = Kondisi pal batas tidak normal (jatuh)
C = Kondisi pal batas tidak normal (miring)
D = Kondisi pal batas tidak normal (cet pudar)

4.1.2. Persemaian stek pucuk Jati Plus Perhutani


Praktek persemaian stek pucuk Jati Plus Perhutani (JPP) dilaksanakan di
petak 1a dengan luas 22 Ha dari tanggal 24 Maret-4 April 2014 bertempat di RPH
Sukun, BKPH Sukun, KPH Madiun. Luas areal persemaian stek pucuk JPP adalah
0,5 ha. Jati Plus Perhutani yaitu jati produk Perum Perhutani yang menggunakan
sistem pemuliaan pohon plus berdasarkan seleksi. Persemaian stek pucuk jati
dibuat untuk menghasilkan bibit stek pucuk yang akan digunakan untuk
pembuatan hutan tanaman jati. Dalam kegiatan praktek persemaian stek pucuk
JPP, ada dua kegiatan yang dilakukan secara langsung dan dua kegiatan yang
dilakukan secara simulasi. Kegiatan yang dilakukan secara langsung yaitu seleksi
akar, dan pemeliharaan (penyiraman dan penyiangan). Sedangkan kegiatan yang
dilakukan secara simulasi yaitu pemanenan pucuk jati dari kebun pangkas dan
perendaman pucuk JPP. Tahapan kegiatan yang dilakukan di persemaian stek
pucuk JPP yaitu :
a. Pemanenan pucuk JPP dari kebun pangkas
Pemanenan pucuk jati dari kebun pangkas merupakan merupakan
suatu kegiatan untuk menyediakan atau mempersiapkan benih untuk di stek.
Persyaratan pucuk yang siap dipanen yaitu bertunas ortotrof, memiliki tiga atau
empat pasang daun (internodia), panjang batang ± 5 cm, minimal sudah
berumur dua minggu dari pecahnya mata tunas, berbatang silindris, lurus,

54
berbuluh halus, warna hijau cerah, berbatang juvenil (tidak terlalu lunak dan
tidak terlalu keras), serta kuncup masih kaku dan berwarna coklat. Pemanenan
pucuk JPP dilakukan pada pagi (sampai dengan pukul 10.00) atau sore hari
(mulai pukul 15.00) untuk menghindari penguapan bahan stek yang
menyebabkan layu/kering. Pemanenan menggunakan gunting pangkas yang
tajam dan diusahakan dalam sekali iris bahan stek sudah terpotong. Pucuk yang
sudah dipanen dimasukkan ke dalam ember yang sudah berisi air dan dibawa
ke bedeng induksi akar.

Gambar 12. Pucuk ortotrof JPP.


b. Perendaman pucuk JPP
Perendaman pucuk merupakan kegiatan merendam pangkal batang
pucuk dalam larutan hormor perangsang tumbuh. Hal ini dilakukan untuk
merangsang pertumbuhan akar stek pucuk jati. Perendaman pucuk jati
menggunakan hormon IBA (Indole-3 Butyric Acid) sebanyak 0,02 gram yang
kemudian dilarutkan ke dalam air sebanyak 1 liter untuk merendam 1000
pucuk JPP. Sebelum direndam, daun dipangkas menggunakan gunting dan
sisakan 1/3 saja, serta merapihkan potongan melintang pangkal batang stek
agar hormon IBA dapat meresap secara merata. Perendaman dilakukan selama
5-10 menit. Setelah 10 menit, stek pucuk jati ditanam ke dalam polybag yang
telah disiapkan.

55
Gambar 13. Perendaman pucuk JPP dengan hormon IBA

c. Pemeliharaan di bedeng iduksi akar


Bedeng induksi akar adalah bedeng yang disiapkan untuk dilakukan
seleksi akar. Pada bedeng induksi, stek pucuk jati yang pertumbuhannya akan
diketahui dari munculnya akar dalam polybag. Hal-hal yang perlu diperhatikan
selama pemeliharaan di bedeng induksi akar adalah : kelembaban harus
dipertahankan 79-83 % dan suhu dalam bedeng induksi akar sekitar 40-50 ºC.
Kecepatan berakarnya bibit tergantung pada kualitas pucuk dan kondisi
lingkungan.
Selama pemeliharaan di bedeng induksi akar, pengamatan harus
dilakukan setiap hari karena setelah berumur 2 minggu sudah ada beberapa
bibit yang mulai berakar. Penyiraman dilakukan pagi dan sore dengan
penyiraman sistem pengkabutan menggunakan sprayer. Apabila kondisi media
terlalu lembab maka penyiraman cukup satu kali (pada pagi hari).
Pemeliharaan lain yang harus dilakukan saat bibit di bedeng induksi akar
adalah penyiangan gulma dan pembersihan daun layu/busuk serta bibit yang
mati dikeluarkan dari bedeng induksi akar. Media bekas bibit yang mati tidak
boleh langsung digunakan/ditanami pucuk yang baru. Media bekas dapat
digunakan lagi dengan syarat media tersebut diberi perlakuan sterilisasi dengan
cara dijemur di bawah sinar matahari. Setelah penyiraman, plastik sungkup
harus segera ditutup . Bedeng induksi akar dapat dilihat pada Gambar 14.

56
Gambar 14. Bedeng induksi akar
d. Seleksi akar
Seleksi akar adalah kegiatan yang dilakukan untuk menyeleksi akar
stek pucuk JPP dari bedeng induksi akar dan akan dipindahkan ke bedeng
aklimatisasi. Seleksi akar mulai dilaksanakan setelah stek pucuk JPP berumur
dua minggu. Pada bedeng induksi, stek pucuk JPP yang tumbuh akan diketahui
dari munculnya akar dalam polybag. Selama berada dalam bedeng induksi
akar, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah : kelembaban harus dipertahankan
79-83% dan suhu dalam bedeng induksi akar sekitar 40-50ºC, kecepatan
berakarnya bibit tergantung pada kualitas pucuk dan kondisi lingkungan.
Jumlah stek pucuk yang diseleksi adalah 431 stek.
Berdasarkan hasil PKL di RPH Sukun, BKPH Sukun, KPH Madiun,
bibit dari bedeng induksi tidak dipindahkan ke bedeng aklimatisasi tetapi hanya
dilakukan perhitungan jumlah bibit yang masuk dalam proses aklimatisasi dan
dicatat jumlahnya. Jadi, pemeliharaan untuk induksi akar dan aklimatisasi
dilakukan dalam satu bedeng yaitu bedeng induksi akar. Bibit tidak
dipindahkan dengan alasan agar tidak mengganggu perakaran bibit dalam
polybag yang dapat memperlambat proses pertumbuhan bibit, bahkan dapat
mengakibatkan bibit mati. Pada tahap aklimatisasi (dua minggu setelah
penanaman stek pucuk JPP) plastik penutup sungkup mulai dibuka tahap demi
tahap agar bibit dapat menyesuaikan dengan kondisi luar. Apabila keadaan
bibit tidak memungkinkan maka plastik dapat ditutup kembali. Bibit-bibit yang

57
dihitung untuk proses aklimatisasi (pendewasaan) adalah bibit yang dalam
waktu dua minggu telah berakar. Seleksi stek pucuk JPP dapat dilihat pada
Gambar 15.

Gambar 15. Seleksi akar stek pucuk JPP.

e. Pemeliharaan di bedeng shading area.


Pemeliharaan di bedeng shading area merupakan proses
pemeliharaan lanjutan setelah aklimatisasi untuk proses penyesuaian yang lebih
tinggi dengan suhu bebas. Pemeliharaan di shading area/di bawah naungan
adalah sebagai berikut : penyiraman dilakukan pagi dan sore hari, pembersihan
daun layu/busuk, penyiangan gulma, memisahkan bibit yang mati (media bekas
bibit yang mati tidak boleh digunakan/ditanami pucuk yang baru), pemberian
insektisida dan nematisida bila terserang hama dan penyakit serta penambahan
media pada polybag yang medianya mulai berkurang. Bibit stek pucuk JPP
dipelihara selama dua minggu, selanjutnya bibit yang pertumbuhanya baik
(daun hijau dan segar) di pindahkan ke open area. Kondisi bibit stek pucuk JPP
di bedeng shading area dapat dilihat pada Gambar 16.

58
Gambar 16. Kondisi bibit stek pucuk JPP di bedeng shading area.
f. Pemeliharaan di bedeng open area
Pemeliharaan di open area adalah tahap akhir penyeleksian bibit
untuk siap tanam. Hal-hal yang harus di perhatikan selama pemeliharaan di
open area adalah sebagai berikut : bibit langsung menerima pancaran sinar
matahari minimal selama dua bulan sebelum ditanam, bibit yang mati segera
dipisahkan, media bekas bibit yang mati tidak boleh digunakan/ditanami pucuk
yang baru karena ada kemungkinan media tersebut sudah terserang hama dan
penyakit. Kegiatan pemeliharaan di bedeng open area yaitu penyiraman,
pemupukan, pembersihan daun mati, gulma, dan pemupukan. Penyiraman
dilakukan tidak boleh terlalu lembab (secukupnya) untuk mencegah terjadinya
pembusukan akar. Membersihkan gulma yang tumbuh dalam polybag dan
gulma yang tumbuh di sekitar bedeng. Pembersihan gulma dilakukan agar
tidak terjadi perebutan unsur hara antara gulma dan stek pucuk JPP sehingga
bibit stek pucuk JPP dapat tumbuh baik. Pemupukan dilakukan setiap satu
bulan sekali menggunakan NPK cair dengan dosis 20 ml dicampur 10 liter air.
Pemeliharaan stek pucuk pucuk JPP di bedeng open area dapat dilihat pada
Gambar 17.

59
A B

Gambar 17. Pemeliharaan bibit stek pucuk JPP


Keterangan : A = Penyiraman bibit stek pucuk JPP
B = Penyiangan gulma

4.1.3. Persemaian Kayu Putih


Praktek persemaian kayu putih (Melaleuca leucadendron) dilaksanakan
pada tanggal 25 Maret 2014 yang bertempat di RPH Nglayang, BKPH Sukun,
KPH Madiun. Persemaian kayu putih dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan
bibit-bibit tanaman kayu putih yang berkualitas untuk pembuatan hutan tanaman
kayu putih. Kegiatan persemaian kayu putih meliputi; persiapan bedeng tabur,
penaburan benih, persiapan media sapih, penyapihan bibit kayu putih, dan
pemeliharan.
Kegiatan praktek yang dilakukan di persemaian kayu putih yaitu
mempersiapan media untuk penyapihan bibit kayu putih. Alat yang digunakan
dalam kegiatan ini adalah skop, cangkul, ember, dan gerobak. Media yang
digunakan untuk mengisi polybag yaitu top soil dan kompos (komposisi 3:2).
Polybag yang digunakan adalah polybag berwarna hitam dengan ukuran 10 x 15
cm. Kegiatan pengisian polybag biasanya dilakukan oleh tenaga borongan dengan
upah tenaga kerja Rp 20,-/polybag. Proses pengisian media tanam di persemaian
kayu putih dapat dilihat pada Gambar 18.

60
Gambar 18. Proses pengisian media tanam di persemaian kayu putih.

4.1.4. Persemaian Mahoni


Praktek persemaian mahoni dilaksanakan pada tanggal 11 April 2014 di
RPH Wilangan, BKPH Wilangan Utara, KPH Saradan. Persemaian mahoni
dilakukan untuk menghasilkan bibit-bibit mahoni yang berkualitas untuk
pembuatan hutan tanaman mahoni.
Kegiatan praktek yang dilakukan di persemaian mahoni adalah membuat
bedeng tabur dan mengamati tanaman mahoni yang berada di bedeng open area.
Setiap sisi bedeng tabur disanggah/ditopang dengan menggunakan batubata merah
dengan ukuran 5 m x 1 m. Media yang digunakan untuk pembuatan bedeng tabur
adalah top soil, pasir, dan kompos (komposisi 3 : 2 : 1). Kegiatan pembuatan
bedeng tabur dapat dilihat pada Gambar 19.

A B

Gambar 19. Pembuatan bedeng tabur untuk persemaian mahoni.


Keterangan : A = Meratakan media di atas bedeng tabur
B = Bibit tanaman mahoni di bedeng open area

4.1.5. Persemaian Kesambi


Kegiatan praktek persemaian kesambi (Schleisera oleosa) dilaksanakan
pada tanggal 16 Mei 2014 di RPH Wilangan, BKPH Wilangan Utara, BKPH
Saradan. Persemaian kesambi dibuat dengan tujuan untuk menghasilkan bibit
tanaman kesambi yang berkualitas untuk pembuatan hutan. Tanaman kesambi

61
biasanya dijadikan sebagai tanaman pengisi. Hal ini dibuat dengan tujuan agar
pada saat pemanenan lahan tidak dalam keadaan kosong (masih terlihat seperti
hutan). Persyaratan areal persemaian antara lain mudah dijangkau, sumber air
(ketersediaan air) cukup, topografi relatif datar, tenaga kerja relatif mudah
diperoleh, terhindar dari penggembalaan dan terdapat saluran (drainase)
pembuangan air yang baik.
Kegiatan praktek yang dilakukan di persemaian kesambi adalah membuat
bedeng tabur. Setiap sisi bedeng tabur disanggah/ditopang dengan menggunakan
batu bata merah dengan ukuran 5 m x 1 m. Media yang digunakan untuk
pembuatan bedeng tabur adalah top soil, pasir, dan kompos (komposisi 3 : 2 : 1).
Kegiatan pembuatan bedeng tabur dapat dilihat pada Gambar 20.

A B
Gambar 20. Pembuatan bedeng tabur untuk persemaian kesambi.
Keterangan : A = Menata batu bata merah di setiap sisi bedeng tabur
B = Meratakan media di dalam bedeng tabur

4.1.6. Persemaian Sengon


Praktek persemaian sengon (Paraserianthes falcataria) dilaksanakan pada
tanggal 19 Mei 2014 yang bertempat di RPH Wilangan, BKPH Wilangan Utara,
KPH Saradan. Pembuatan persemaian sengon bertujuan untuk menghasilkan
bibit-bibit yang digunakan untuk membuat hutan tanaman guna meningkatkan
produksi hasil hutan kayu. Bibit tanaman sengon biasanya digunakan sebagai
tanaman tepi dengan tujuan untuk meningkatkan penghasilan dari hasil hutan
kayu selain kayu jati.
Kegiatan praktek yang dilakukan di persemaian sengon membuat bedeng
tabur dan menabur benih sengon di atas bedeng tabur yang telah disiapkan. Setiap
sisi bedeng tabur disanggah/ditopang dengan menggunakan batu bata merah
dengan ukuran 5 m x 1 m. Media yang digunakan untuk pembuatan bedeng tabur

62
yaitu pasir dan top soil (komposisi 3 : 2). Alat yang digunakan dalam kegiatan
praktek ini adalah gerobak, ember, dan skop. Benih yang telah disiapkan, dicuci
menggunaikan air bersih selanjutnya tabur di atas bedeng tabur secara merata.
Benih yang telah ditabur di tutup dengan menggunakan pasir setinggi 2 cm
kemudian disiram. Kegiatan pembuatan bedeng tabur dapat dilihat pada
Gambar 21.

A B

Gambar 21. Pembuatan bedeng tabur untuk persemaian sengon.


Keterangan : A = Menyanggah sisi bedeng tabur menggunakan batu bata merah
B = Menabur benih sengon ke atas bedeng tabur

4.1.7. Persemaian Sonokeling


Praktek persemaian sonokeling (Dalbergia latifolia) dilaksanakan pada
tanggal 21 Mei 2014 di RPH Wilangan, BKPH Wilangan Utara, KPH Saradan.
Pembuatan persemaian sonokeling bertujuan untuk menghasilkan bibit yang
digunakan untuk pembuatan hutan tanaman sonokeling. Persyaratan areal
persemaian antara lain; mudah dijangkau, sumber air (ketersediaan air) cukup,
topografi relatif datar, tenaga kerja relatif mudah diperoleh, terhindar dari
penggembalaan dan terdapat saluran (drainase) pembuangan air yang baik.
Kegiatan praktek yang dilakukan di persemaian sonokeling adalah
membuat bedeng tabur. Sebelum membuat bedeng tabur, terlebih dahulu
membersihkan tempat yang akan dibuat bedeng tabur. Setiap sisi bedeng tabur
disanggah menggunakan batu bata merah dengan ukuran 5 m x 1 m. Media yang
digunakan untuk pembuatan bedeng tabur adalah top soil, pasir, dan kompos
(komposisi 3 : 2 : 1). Kegiatan pembuatan bedeng tabur dapat dilihat pada
Gambar 22.

63
A B

Gambar 22. Pembuatan bedeng tabur untuk persemaian sonokeling.


Keterangan : A = Mencangkul areal yang akan dibuat bedeng tabur
B = Meratakan media di dalam bedeng tabur

4.1.8. Pengolahan Minyak Kayu Putih


1. Pemungutan Daun Kayu Putih
Praktek pemungutan daun kayu putih dilaksanakan pada tanggal 28
Maret 2014 di RPH Tambaksari, BKPH Sukun, KPH Saradan. Pemungutan
daun kayu putih adalah kegiatan pemanenan/pengambilan daun kayu putih dari
hutan produksi kayu putih yang akan diolah menjadi minyak kayu putih. Setiap
awal pemungutan di masing-masing anak petak, petugas wajib membuat uji
petik (percobaan) dengan jumlah 30 pohon dengan kriteria pohon gemuk
(lebat), pohon sedang, dan pohon kurus dengan tujuan untuk menafsir hasil
produksi dalam suatu anak petak. Untuk dapat memperoleh aliran uap air yang
sama maka di samping daun diikut sertakan ranting, dengan diameter ranting
yang diterima yaitu maksimal 0,5 cm.
Pemungutan daun kayu putih merupakan tahap awal sebelum
melakukan penyulingan minyak kayu putih. Tahapan kegiatan yang
dilaksanakan dalam praktek ini adalah mempersiapkan alat dan bahan,
memangkas daun kayu putih, membersihkan ranting, dan menimbang bobot
daun kayu putih yang di panen. Alat dan bahan yang digunakan dalam praktek
pemungutan daun kayu putih adalah timbangan, sabit, dan karung. Jumlah
daun yang dipungut sebanyak 1 karung dengan bobot 20 kg. Pemangkasan
ranting dilakukan dengan menggunakan sabit dan menyisahkan 5 cm dari
pangkal ranting (menyisakan 2-3 mata tunas). Hal ini dibuat dengan tujuan
agar tanaman kayu putih yang telah dipanen dapat bertunas kembali guna

64
keberlanjutan produksi daun kayu putih. Proses pemungutan daun kayu putih
dapat dilihat pada Gambar 23.

A B C D
Gambar 23. Proses pemungutan daun kayu putih
Keterangan : A = Pemangkasan ranting
B = Memisahkan daun dari ranting
C = Memasukkan daun kayu putih ke dalam karung untuk ditimbang
D = Menimbang bobot daun kayu putih yang telah dipenen.

2. Penyulingan Minyak Kayu Putih


Kegiatan praktek simulasi penyulingan minyak kayu putih dilaksanakan
pada tanggal 29 Maret 2014 dan 1 April 2014 yang bertempat di Pabrik Minyak
Kayu Putih (PMKP) Sukun. Penyulingan minyak kayu putih bertujuan untuk
menghasilkan minyak kayu putih yang berkualitas untuk meningkatkan produksi
hasil hutan non kayu. Untuk meningkatkan pendapatan perusahaan maka hasil
hutan selain kayu harus dapat dioptimalkan secara baik. Minyak kayu putih adalah
hasil destilasi dari tanaman kayu putih yang merupakan tanaman asli Indonesia
yang cukup penting bagi industri minyak atsiri. Minyak atsiri adalah produk hasil
penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Manfaat dari minyak
kayu putih adalah sebagai bahan industri farmasi/obat dan minyak wangi. Tinggi
rendahnya rendemen minyak kayu putih salah satunya dipengaruhi oleh kwalitas
daun kayu putih. Sekali proses penyulingan membutuhkan 9 ton daun kayu putih
atau sekitar 27-36 ton daun kayu putih dalam sehari untuk tiga kali proses
penyulingan.
Proses penyulingan minyak kayu putih yaitu mulai dari menerima daun
kayu putih yang dianggkut dari lapangan, ditimbang dan dikumpulkan, masukkan
ke tangki pemasak, mengalirkan uap panas dari boiler ke tangki pemasak, setelah
6 jam uap dialirkan ke tangki kondensor (didalam tangki kondensor suhu
diturunkan menjadi 500C), alirkan ke tangki sparator, alirkan ke tangki dehidrator,

65
alirkan ke tangki penampung minyak, alirkan ke jerigen, dan kemudian alirkan ke
mesin pengisi untuk di kemas.

4.1.9. Patroli
Kegiatan praktek patroli dilaksanakan pada tanggal 14 April, 19 April
dan 1 Mei 2014 di RPH Sugihwaras, BKPH Wilangan Utara, KPH Saradan.
Patroli bertujuan untuk mengamankan kawasan hutan dari gangguan-gangguan
keamanan hutan salah satunya yaitu pencurian kayu. Dengan tingginnya
pencurian kayu maka patroli dilakukan secara terus menerus.
Alat yang digunakan dalam melakukan patroli adalah peta, pentungan,
senter, borgol, dan pita meter. Beberapa hal yang dilakukan dalam kegiatan patroli
yaitu; melakukan pemantauan dari pos Patroli Tunggal Mandiri (PTM), berjalan
mengelilingi kawasan hutan dengan menggunakan kenderaan bermotor,
mengamati dan mencatat kerusakan-kerusakan hutan seperti kayu roboh dan
pohon yang dicuri.

4.1.10. Tebangan A2 Jati


Kegiatan praktek tebangan A2 jati dilaksanakan di petak 17c RPH
Sugihwaras, BKPH Wilangan Utara, KPH Saradan dari tanggal 26-28 April,
2014. Kegiatan penebangan bertujuan menghasilkan kayu gelondongan yang
kemudian dipasarkan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan. Kegiatan
penebangan dilakukan 2 tahun setelah klem dan her klem. Klem dilakukan 2
tahun sebelum penebangan sedangkan her klem dilakukan 1 tahun sebelum
penebangan.
Alat yang digunakan untuk menebang adalah gergaji chainsaw. Untuk
memperoleh kayu hasil tebangan yang maksimal dan kualitas kayu yang tinggi,
diupayakan memperhatikan arah rebah pohon, pemotongan tunggak diusahakan
serendah-rendahnya, serta pembagian batang harus dilakukan secermat mungkin.
Pohon yang akan ditebang harus ditentukan arah rebahnya terlebih dahulu untuk
mengantisipasi kayu pecah atau patah pada saat roboh. Pemotongan tunggak
diusahakan serendah-rendahnya agar menghasilkan produksi kayu yang sebesar-
besarnya. Setelah pohon ditebang dan dibagi dalam beberapa potongan, petugas
mengukur panjang, diameter kemudian menulis data pada batang agar mudah

66
dikontrol pada saat pengangkutan dan perhitungan volume kayu. Gelondongan
yang sudah ditulis data, diangkut ke TPK untuk dilakukan pengujian. Proses
kegiatan tebangan A2 jati dapat dilihat pada Gambar 24.

A B C

Gambar 24. Proses kegiatan tebangan A2 jati


Keterangan : A = Merobohkan pohon
B = Pembagian batang
C = Pengangkutan kayu dari Tempat Pengumpulan Kayu (TPn) ke TPK.

4.1.11. Tebangan B1 Jati


Kegiatan praktek tebangan B1 jati dilaksanakan di petak 22a RPH Sugih
Waras, BKPH Wilangan Utara, KPH Saradan dari tanggal 9-13 Mei 2014.
Tebangan B1 adalah tebang habis bidang-bidang yang jelek untuk jati, yaitu
penebangan habis pada lapangan yang tidak baik untuk jati meliputi tanah kosong,
hutan jati, dan hutan jenis kayu lain.
Tahapan kegiatan penebangan meliputi; perencanaan, persiapan dan
pelaksanaan tebangan. Sebelum kegiatan penebangan dilakukan, harus
mempersiapkan surat perintah tebang yang berisi peta petak yang akan
dilaksanakan kegiatan penebangan. Selanjutnya, berdasarkan peta tersebut,
petak/anak petak dibagi menjadi beberapa blok dan menentukan arah rebah pohon
untuk memudahkan kegiatan penebangan serta mengantisipasi kerusakan kayu
pada saat roboh. Persiapan dalam kegiatan penebangan yaitu mempersiapkan alat
dan tenaga kerja (operator chainsaw dan tenaga pikul). Pelaksanaan kegiatan
tebangan yaitu meliputi; menebang pohon, membagi batang dalam beberapa
potongan, mengukur panjang dan diameter batang serta menulis data batang. Data
setiap batang dicatat atau diadministrasikan ke dalam blanko-blanko tertentu,
kemudian diangkut TPK untuk dilakukan pengujian. Proses kegiatan tebangan B1
jati dapat dilihat pada Gambar 25.

67
A B C D

Gambar 25. Proses kegiatan tebangan B1 jati.


Keterangan : A = Merobohkan pohon
B = Pembagian batang
C = Penulisan data batang
D = Pengangkutan kayu dari TPn ke TPK

4.1.12. Pembuatan Petak Coba Penjarangan


Praktek pembuatan Petak Coba Penjarangan (PCP) dilaksanakan di petak
21b RPH Wilangan, BKPH Wilangan Utara, KPH Saradan dari 5-9 Mei 2014.
Tujuan pembuatan PCP yaitu untuk memperoleh data tegakan dari lapangan yang
digunakan sebagai bahan perencanaan kegiatan penjarangan.
Prosedur kerja pembuatan PCP yaitu mempersiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, peta petak yang akan dibuat PCP, membuat PU di lapangan,
menentukan pohon yang masuk dalam PU, mengukur keliling pohon yang masuk
dalam PU, menulis data pohon yang masuk dalam PU, membuat ring batas tepi,
mengukur tinggi pohon, serta menulis data pohon tengah. Alat dan bahan yang
digunakan dalam pembuatan PCP dalah kompas, cat, kuas, pita meter, kompas,
haga hypsometer, dan tabel tegakan normal. Petak ukur yang gunakan berbentuk
lingkaran dengan jari-jari 17,8 m. Jumlah pohon yang masuk dalam petak ukur
adalah 98 pohon. Data yang harus ditulis pada pohon tengah yaitu petak, nomor
PCP, peninggi, umur, bonita, banyaknya pohon normal (Nn), banyaknya pohon
dalam PCP (Np), banyaknya pohon penjarangan normal (Nmn), banyaknya pohon
penjarangan dalam PCP (Nmp), nama mandor, dan tanggal pembuatan. Penulisan
data pohon tengah dapat dilihat pada Gambar 26.

68
Gambar 26. Penulisan data pohon tengah tanaman jati

4.2. Bioekologi Jati


1. Sistematika Jati
Menurut Sumarna (2002) dalam Sadewo (2010), sistematika tanaman
jati digolongkan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Sub Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Verbenales
Famili : Verbeneceae
Genus : Tectona
Species : Tectona grandis Linn.f

2. Morfologi
Menurut Sulaksana & Dadang (2002) dalam Siregar (2008), secara
morfologis, tanaman jati memiliki tinggi yang dapat mencapai sekitar 30-45 m.
Dengan pangkasan, batang-batang bebas cabang dapat mencapai antara 15-20
meter. Diameter batang dapat mencapai 220 cm. Kulit kayu berwarna
kecoklatan atau abu-abu yang mudah terkelupas. Pangkal batang berakar papan
pendek dan bercabang sekitar empat daun berbentuk opposite (berbentuk
jantung yang bulat dan ujung meruncing), berukuran panjang 20-50 cm dan
lebar 15-40 cm, permukaannya berbulu. Daun muda (petiola) berwarna hijau
kecoklatan. Sedangkan daun tua ke abu-abuan.

69
Bunga jati bersifat majemuk yang berbentuk dalam malai bunga
(inflorence) yang tumbuh terminal di ujung atau di cabang. Panjang malai
antara 60-90 cm dan lebar antara 10-30 cm. Bunga jantan (benang sari) dan
betina (putik) berada dalam sate bunga (monoceus). Bunga bersifat asitimerfik,
berwarna putih, berukuran 4-5 mm (lebar) dan 6-8 mm (panjang). Kelopak
bunga (calyx) berjumlah 5-7 dan berukuran 3-5 mm. Mahkota bunga (corolla)
tersusun melingkar sekitar 10 mm. Tangkai putik (stamen) berjumlah 5-6 buah
dengan filamen berukuran 3 mm, antenna memanjang berukuran 1-5 mm,
ovariummembula berukuran sekitar 2 mm. Bunga yang terjadi akan
menghasilkan buah 1-1,5 cm (Sumarna, 2001 dalam Siregar 2008).
3. Syarat tumbuh
a. Iklim
Secara umum, tanaman membutuhkan iklim dengan curah hujan
minimum 750 mm/tahun, optimum 1000-1500 mm/tahun dan maksimum
2500 mm/tahun (walaupun demikian, jati masih dapat tumbuh di daerah
dengan curah hujan 3750 mm/tahun). Suhu udara yang dibutuhkan tanaman
jati minimum 13-170C. Pada suhu optimal, 32-420C, tanaman jati akan
menghasilkan kualitas kayu yang baik. Adapun kondisi kelembaban
lingkungan tanaman jati yang optimal sekitar 80% untuk fase vegetatif dan
antara 60-70% untuk fase generatif (Sumarna, 2001 dalam Siregar 2008).
b. Tanah
Tanaman jati akan tumbuh baik pada lahan dengan kondisi fraksi
lempung berpasir, atau pada lahan liat berpasir. Sesuai sifat fisiologisnya
untuk menghasilkan pertumbuhan optimal jati memerlukan kondisi solum
lahan yang dalam dan kemasaman tanah atau pH optimum sekitar 6.0.
Namun kasus pada beberapa kawasan hutan jati dengan tingkat pH rendah
(4-5), dijumpai tanaman jati dengan pertumbuhan yang baik. Tanaman jati
sensitif terhadap nilai rendahnya nilai pertukaran oksigen dalam tanah maka
pada lahan yang berporositas dan memiliki drainase baik akan menghasilkan
pertumbuhan baik pula karena akar tanaman jati akan mudah menyerap
unsur hara (Widyastuti & Sumardi, 2004 dalam Siregar 2008).

70
Kesuburan lahan juga akan berpengaruh terhadap perilaku
fisiologis tanaman yang ditunjukkan oleh pertumbuhan/riap (tinggi dan
diameter). Unsur kimia pokok (macroelemen) yang penting dalam
mendukung pertumbuhan yaitu; kalsium (Ca), posfor (P), kalium (K), dan
nitrogen (N) (Sumarna, 2001 dalam Siregar, 2008).
4. Daur
Daur atau rotasi adalah suatu periode (dalam tahun) yang diperlukan
untuk menanam dan memelihara suatu jenis pohon sampai mencapai umur
yang dianggap masak untuk keperluan tertentu. Daur di Perum Perhutani yaitu
40 tahun sampai dengan 90 tahun.

4.3. Risalah Hutan Jati Di Petak 235 dan 292.


Praktek risalah hutan jati dilaksanakan di RPH Wungu, BKPH Dungus,
KPH Madiun. Praktek risalah dilakukan secara simulasi di petak 292 karena
kegiatan risalah di Perum Perhutani dilakukan setiap 10 tahun sekali. Praktek
simulasi bertujuan untuk mengetahui teknik risalah hutan di lapangan. Untuk
kebutuhan penyusunan laporan ini digunakan data risalah tahun 2009, di petak
235 yang telah melalui proses pengolahan data elektronik dan telah dimasukan ke
dalam buku RPKH untuk periode 2011-2020.
Kegiatan risalah dalam pengelolaan hutan jati sangat penting peranannya,
karena kegiatan risalah dapat memberikan gambaran yang jelas tentang potensi
dan keadaan hutan. Data dan informasi hasil kegiatan risalah hutan merupakan
bahan utama penyusunan rencana pengelolaan hutan untuk menghasilkan hutan
jati yang lestari.
Aspek-aspek yang terkait dengan kegiatan risalah hutan jati meliputi
aspek perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.
Uraian aspek-aspek tersebut di atas adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan merupakan susunan langkah-langkah secara sistematik
atau teratur untuk mencapai tujuan atau memecahkan masalah, dapat berbentuk
grafis atau visual atau gambar bangunan dan lingkungannya atau dapat juga
verbal berupa rangkaian kata-kata. Perencanaan dalam kegiatan risalah hutan
jati adalah sebagai berikut :

71
a. Persiapan data
Persiapan data meliputi :
1). Pengolahan Data Elektronik (PDE) 2 awal jangka Rencana Pengaturan
Kelestarian Hutan (RPKH) dan atau hasil evaluasi potensi sumber
daya hutan yang terkini.
2). Rencana Teknik Tahunan (RTT) meliputi teresan, tebangan dan
tanaman pada tahun pelaksanaan risalah dan satu tahun berikutnya.
3). Berita acara pemeriksaan perubahan kelas hutan.
4). Laporan definitif selama jangka sebelum risalah.
5). Data agraria yang meliputi tukar menukar (tanah masuk dan tanah
keluar) ataupun penghapusan yang telah definitif berdasarkan Berita
Acara Tata Batas (BATB) maupun yang masih berupa Berita Acara
Tukar Menukar (BATM).
b. Persiapan sarana kerja
Persiapan sarana kerja meliputi :
1). Peta kerja skala 1:10.000 digunakan untuk mengetahui petak/anak
petak yang akan dirisalah.
2). Penggaris digunakan untuk mengukur jarak di atas peta kemudian
dikonversi ke jarak sesungguhnya dilapangan.
3). Kalkulator digunakan untuk perhitungan atau analisis data.
4). Alat tulis menulis digunakan untuk menulis data pada tally sheet.
5). Kertas millimeter digunakan untuk menggambar peta petak yang akan
dirisalah.
6). Tabel random digunakan untuk menentukan angka random.
7). Busur derajat digunakan untuk menentukan besarnya sudut azimuth.
8). Kompas digunakan untuk menentukan arah letak obyek.
9). Clinometer digunakan untuk mengukur tinggi dan kemiringan lereng.
10). Haga hypsometer digunakan untuk mengukur tinggi pohon.
11). Pita meter digunakan untuk mengukur keliling pohon.

72
12). GPS digunakan untuk menentukan titik ikat, titik koordinat PU, dan
melihat ketinggian tempat.
13). Tabel koreksi jarak datar digunakan untuk mengkonversi kemiringan
lapangan ke jarak datar.
14). Parang digunakan untuk merintis jalan dan membersihkan semak-
semak yang masuk dalam PU.
15). Tali/tambang sepanjang 30 meter yang diberi tanda pada panjang : 25
m; 20 m; 17,8 m; 15 m; 11,28 m; 7,94 m digunakan untuk
menentukan panjang jarak dari suatu titik ke titik berikutnya.
16). Cat kayu warna hitam digunakan untuk menulis data pada pohon dan
memberi tanda pada pohon tepi dan pohon tengah.
17). Tally sheet dan blangko ekstrak digunakan untuk menulis data hasil
risalah.
18). Tabel luas bidang dasar digunakan untuk mengkonversi keliling
pohon ke bidang dasar.
19). Alat pelindung diri dan perlengkapan P3K digunakan untuk
melindungi diri dan mengobati luka apabila terjadi kecelakan.
c. Persiapan petugas risalah
Petugas risalah harus mempunyai kemampuan dalam melakukan kegiatan
risalah hutan. Petugas risalah dibantu oleh 3-5 orang pekerja.
d. Perencanaan petak ukur
1). Penentuan intensitas sampling
Intensitas sampling yang digunakan untuk risalah hutan jati kelas umur
III yaitu 1%. Luas areal hutan yang akan dirisalah yaitu 37,7 ha. Petak
ukur yang digunakan adalah petak ukur berbentuk lingkaran dengan jari-
jari 11,28 m dengan luas 0,04 ha atau 400 m2. Setiap 1 PU, mewakili
populasi seluas 4 ha.
2). Penentuan banyaknya petak ukur
Banyak petak ukur ditentukan dari besarnya IS yang telah ditentukan.
Luas areal yang akan dijadikan sampel adalah 0,377 ha atau 3770 m2.
Jadi jumlah petak ukur yang akan dibuat di lapangan adalah 9 buah PU.

73
3). Membuat jaringan PU dengan menggunakan tabel random
 Membuat garis singgung tegak lurus berdasarkan batas petak paling
Barat sebagai ordinat (sumbu y) dan batas petak paling Selatan
sebagai absis (sumbu x).
 Membuat angka digit dimulai dari 0 diujung sumbu x dan sumbu y,
dan seterusnya (1 digit = 3 mm).
Pembuatan jaringan PU dapat dilihat pada Lampiran 1.
4). Membuat titik Random Start (RS) dengan metode Systematic Sampling
With Random Start (SSWRS), yang ditulis RS 1 (titik RS sekaligus
menjadi PU nomor 1). Pembuatan titik random start dapat dilihat pada
Lampiran 1.
5). Membuat jaringan PU secara sistematis yang membentuk bujur sangkar
dengan panjang sisi 2 cm kemudian diberi nomor urut dari arah barat laut
searah jarum jam. Pembuatan jaringan PU secara sistematis dapat dilihat
pada Lampiran 1. Perlu diperhatikan supaya semua potensi petak/anak
petak masuk kedalam rencana pembuatan PU. Diupayakan letak titik PU
minimal berjarak 3 mm dari tepi batas petak/anak petak. Apabila jumlah
PU dibandingkan luasan petak/anak petak tidak mencukupi, maka
ditambah titik PU pada jaringan PU dari jarak 200 meter menjadi 100
meter dan atau tempat yang dipandang perlu. Nomor PU dibuat dengan
menambahkan huruf abjad dari nomor PU terdekat, misalnya PU 1 dan
PU 1a.
e. Menempelkan peta jaringan PU pada buku tally sheet setelah terlebih
dahulu diberi nomor PU secara berurutan sesuai dengan rencana jumlah PU
yang akan dibuat pada petak/anak petak tersebut.

2. Pengorganisasian
Kegiatan risalah hutan dilaksanakan oleh SPH, mulai dari tahap
persiapan, perencanaan PU, pembuatan PU di lapangan, pengukuran SDH,
pengisian tally sheet, penandaan pohon data, pengolahan data, perhitungan
DKN, penentuan kelas hutan, pisah/gabung petak/anak petak, dan penyusunan
ekstak risalah. Kepala SPH sebagai penaggung jawab kegiatan risalah hutan
untuk penyusunan RPKH. Dalam pelaksanaannya SPH berkoordinasi dengan

74
KPH, untuk menilai/mengoreksi hasil risalah hutan. Hasil risalah yang telah
dibuat dalam bentuk draft ekstrak diserahkan kepada KPH untuk dikoreksi.
Hasil risalah hutan yang dianggap telah sesuai/tidak ada kesalahan akan
kembalikan kepada SPH. Hasil risalah hutan yang telah dikoreksi oleh KPH,
dikirim ke Biro Perencanaan untuk dikoreksi dan mendapat pengesahan.
Apabila telah sesuai, maka kepala Biro Perencanaan mengesahkan hasil risalah
hutan. Hasil tersebut dikembalikan kepada SPH guna penyusunan RPKH untuk
jangka pengelolaan hutan 10 tahun. Alur kegiatan risalah hutan dapat dilihat
pada Gambar 27.
SPH KPH BIRO PERENCANAAN

MULAI

Persiapan Pengolahan Data

Perencanaan PU Perhitungan DKN

Koordinasi Penentuan Kelas


Hutan
dengan KPH

Pisah/Gabung
Pembuatan PU Petak/Anak Petak
di Lapangan

Penyusunan Draft
Pengukuran Ekstraksi Risalah Ekstrak
SDH
Koreksi

Pengisian tally
sheet
Sesuai

Koreksi
Penandaan
Pohon Data
Sesuai

Ekstrak
Pengesahan

SELESAI

Gambar 27. Alur Kegiatan Risalah Hutan

75
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan merupakan kerja, atau usaha untuk mewujudkan tujuan dari
rencana yang telah dibuat/disusun. Pelaksanaan dalam kegiatan risalah hutan
jati yaitu :
a. Pembuatan petak ukur di lapangan
1). Sebelum melakukan risalah hutan, petugas berkoordinasi dengan
Asper/KBKPH dan KRPH tentang kegiatan risalah hutan dan melakukan
pencatatan kondisi hutan terkini berdasarkan laporan KRPH (Buku
Obor/Buku pegangan KRPH tentang kondisi hutan) kemudian dibuat
sketsa pada peta kerja dengan menggunakan pensil sebagai data
sementara.
2). Pembuatan PU di lapangan
 Menentukan titik ikat yang dijadikan sebagai acuan membuat PU
pertama berupa pal batas, pal HM, maupun Pal petak, yang terpasang
secara benar, dan atau tanda-tanda alam yang tetap dan tergambar di peta.
Batas anak petak tidak dibenarkan digunakan sebagai titik ikat.
 Menentukan azimuth dan jarak dari titik ikat ke PU pertama di atas peta
dengan busur derajat dan penggaris yang kemudian dikonversi menjadi
jarak lapangan.
 Membuat tanda arah masuk (verklijker) menuju PU pertama pada pohon
terdekat dengan titik ikat mengguanakan cat yang membuat informasi
nomor petak, nomor PU, jarak (meter), dan azimuth (derajat). Pada
pohon verklijker dibuat gelangan dengan cat hitam selebar 10 cm pada
ketinggian 170 cm dari permukaan tanah. Apabila tidak dijumpai pohon,
maka verklijker dapat dibuat pada batu atau benda-benda permanen
lainnya.
 Pembuatan PU pertama tidak selalu dimulai dari PU nomor 1 atau PU
pada RS (apabila digunakan tabel random).
 Apabila titik as PU tidak tepat mengenai pohon, maka dibuat patok
setinggi 1,5 meter yang atasnya dicat warna hitam sepanjang 10 cm.
 Pohon data dipilih yang terdekat dengan as PU yang kondisinya sehat
dan merupakan salah satu pohon peninggi.

76
 Informasi ketinggian tempat dan koordinat titik pusat PU menggunakan
GPS, sedangkan kelerengan diukur dengan menggunakan clinometer.
 Menentukan dan memberi tanda pohon batas tepi yaitu pohon terjauh
dari as PU yang masih masuk dalam lingkaran PU. Tanda dibuat dengan
cat hitam selebar 10 cm dan tinggi 170 cm dari permukaan tanah
sebanyak minimal 4 pohon menurut arah mata angin. Apabila jumlah
pohon dalam PU kurang dari 4 pohon, maka tanda batas tepi dibuat
secukupnya, bahkan bila tidak memungkinkan penyebaran tegakannya
tidak perlu dibuat ring batas tepi.
 Menentukan jumlah pohon dalam PU (nPU)
Pohon-pohon yang masuk hitungan adalah semua pohon yang
ada dalam PU dengan ketentuan sebagai berikut : setengah diameter
pohon atau lebih masuk dalam jari-jari PU; Apabila pohon-pohon
bercabang pada ketinggian kurang dari 1,30 meter, maka cabang-cabang
tersebut dihitung sebagai jumlah pohon dalam PU tetapi bila tinggi
cabang lebih dari 1,30 meter dihitung 1 pohon.
 Mengukur keliling pohon dan memberi nomor pohon yang masuk dalam
PU.
Pengukuran keliling pohon dilakukan dilakukan pada ketinggian
130 cm dari permukaan tanah. Pengukuran keliling hanya dilakukan pada
pohon yang berumur lebih dari lima tahun (simulasi risalah hutan di
petak 292). Pada pohon yang tumbuh di tempat yang miring, pengukuran
dilaksanakan pada sisi yang lebih tinggi. Apabila pada ketinggian 130 cm
diatas permukaan tanah bagian tersebut tidak normal (cacat), maka
pengukuran keliling dilakukan 10 cm di atas cacat atau sampai batang
normal. Pemberian nomor pohon dan keliling dimulai dari pohon tengah
sebagai pohon nomor 1 kemudian pohon nomor 2 dimulai dari barat laut
dan seterusnya searah jarum jam. Pengukuran keliling pohon dan
penomoran pohon yang masuk dalam PU dapat dilihat pada Gambar 28.

77
A B

Gambar 28. Pengukuran keliling pohon dan penomoran pohon jati yang masuk
dalam PU.
Keterangan : A = Pengukuran Keliling pohon
B = Penomoran pohon yang masuk dalam PU

 Pengukuran tinggi pohon


Pengukuran tinggi pohon menggunakan haga hypsometer.
Pengukuran dilakukan dengan cara menentukan jarak bidik yang
terdapat dalam haga hypsometer, membidik bagian tertinggi dari pohon
(pucuk), dan kemudian membidik bagian pangkal pohon. Hasil bidikan
bagian tertinggi dari pohon (pucuk) ditambah dengan hasil bidikan
pangkal untuk mendapatkan tinggi keseluruhan pohon. Data tinggi
pohon yang diambil sebagai peninggi, masing-masing ditulis dengan
menggunakan cat di bawah data keliling pohon.
 Menulis data PU pada pohon tengah
Data yang ditulis pada pohon tengah yaitu petak (Ptk), nomor
PU (PU), jumlah pohon dalam PU (n), peninggi (P), jari-jari PU (r),
umur (U), azimuth dan jarak pohon tengah menuju patok as PU (as PU)
bila titik tengah PU tidak bertepatan pada pohon, azimuth dan jarak
menuju PU berikutnya, serta nomor urut dan keliling pohon. Penulisan
nomor petak pada pohon data menggunakan petak/anak petak yang
digunakan pada jangka berlaku. Penulisan data pada pohon dibuat pada
ketinggian 155 cm dengan lebar kotak 20 cm x 30 cm atau disesuaikan
dengan diameter pohon. Pada pohon data dibuat ring pohon setinggi

78
170 cm dengan lebar 10 cm. Penulisan data pohon tengah dapat dilihat
pada Gambar 29.

Gambar 29. Penulisan data pohon tengah dalam kegiatan simulasi


risalah hutan jati KU XI.

b. Pengisian buku tally sheet


1). Semua data PU dicatat pada blanko tally sheet model 1 (F-
SMPTH.01-004-009) atau tally sheet risalah potensi tegakan hutan.
2). Melengkapi blanko tally sheet model 2 (F-SMPHT.01-004-010) atau
rekapitulasi tally sheet risalah potensi tegakan hutan.
3). Pengisian blanko model 2 dilakukan setelah 1 anak petak selesai
dirisalah.
4). Menetapkan bonita dengan cara membaca tabel bonita berdasarkan
data peninggi dan umur.
5). Menetapakan Derajat Kesempurnaan Normal (DKN) dengan cara
membandingkan jumlah rata-rata pohon per ha lapangan dengan
jumlah pohon per ha pada tabel tegakan normal.
6). Menetapkan Kerapatan Bidang Dasar (KBD) dengan cara
membandingkan luas bidang dasar per ha lapangan dengan luas
bidang dasar per ha menurut tabel luas bidang dasar per satuan
keliling.

79
7). Membuat ekstrak risalah hutan meliputi mutasi anak petak, luas,
umur, tahun tanam, DKN, KBD, kelas hutan dan keterangan penting
lainnya.
8). Menyalin peta hasil risalah ke dalam fotocopy peta skala 1:10.000
yang telah disiapkan sebagai bahan laporan perisalah. Peta baru hasil
risalah diisi dengan menggunakan tinta warna merah. Data lama
dicoret (tidak dihapus) serta data baru dituliskan. Hal-hal yang harus
dicatat sebagai kesan umum berupa data kualitatif tentang lapangan,
tanah, tegakan, tumbuhan bawah, hama dan penyakit, tingkat
kerawanan hutan, daerah administratif pemerintahan (desa
pengakuan/terdekat ) termasuk jarak antara desa dengan hutan.
c. Uraian hasil risalah hutan jati
Petak 235 memiliki luas baku 37,7 ha, terdiri atas tiga anak petak
dengan luas masing-masing anak petak 235a seluas 9,30 ha, 235b seluas
2,40 ha, dan petak 235c seluas 26,0 ha. Sesuai dengan tujuan risalah, maka
dalam kegiatan risalah hutan jati terdapat beberapa data yang harus diambil
yaitu kondisi lapangan, tumbuhan bawah, bonita, dan kondisi tegakan.
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan, pengukuran dan analisis data,
maka dapat diuraikan kondisi lapangan, tumbuhan bawah, bonita, dan
kondisi tegakan petak 292 dan petak 235 yaitu sebagai berikut :
1). Kondisi lapangan
Kondisi lapangan petak 235 berdasarkan data hasil risalah yaitu
topografi berlereng (11%), dan arah lereng ke arah barat. Jenis tanah
margalit, warna coklat, solum tanah dalam, sarang, agak berbatu dan
berhumus.
2). Tumbuhan bawah
Tumbuhan bawah yang dominan tumbuh di petak 235 yaitu Otok
atau songgolangit (Tridax procumbens), kirinyuh (Chromolaena
odorata), kacang kara bunga ungu (Canavalia cathartica) dan kacang
hijau (Phaseolus radiatus L.).

80
3). Bonita
Bonita adalah kelas kemampuan tempat tumbuh dalam
memberikan hasil bagi suatu jenis tanaman tertentu. Berdasarkan hasil
risalah, bonita petak 292, anak petak 235a dan 235c masuk dalam kelas
bonita 3. Sedangkan hasil register tahun 1999, anak petak 235a dan 235c
masuk dalam bonita 3,5. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan
tanaman atau kemampuan tempat tumbuh menurun. Bonita petak 292
anak petak 235a, dan 235c dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Bonita petak 292, anak petak 235a dan 235c
No Petak/anak petak Bonita
1 293 3
2 235a 3
3 235c 3
4). Kondisi tegakan
Kondisi tegakan jati petak 235 berdasarkan hasil pengamatan
sehat, pertumbuhannya baik, kerataan tajuknya rata, ukuran batang
normal, dan bentuk batang silindris dengan jarak tanam 3 m x 1 m.
Kerataan tegakan dibagi dalam tiga kategori yaitu rata, agak rata, dan
tidak rata. Pertumbuhan tegakan juga di bagi lagi menjadi tiga kategori
yaitu baik, cukup, dan buruk.
(a). Jumlah pohon per ha
Hasil perhitungan jumlah pohon per ha petak 292 adalah
100 pohon. Sesuai dengan tabel tegakan (interpolasi) hutan buatan
jati, seharusnya jumlah pohon per ha hutan jati umur 107 tahun
adalah 160 pohon tetapi keadaan jumlah pohon petak 292 tidak
mencapai 160 pohon. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pohon per
ha petak 292 tidak normal (tidak sesuai dengan tabel tegakan
(interpolasi) hutan buatan jati. Jumlah pohon dalam petak 292
berkurang karena dipengaruhi oleh gangguan keamanan hutan
seperti pencurian kayu.
Hasil rekapitulasi potensi tegakan hutan, jumlah pohon/ha
anak petak 235a adalah 400 pohon. Berdasarkan tabel tegakan
(interpolasi) hutan buatan jati, normalnya jumlah pohon per ha hutan
jati umur 27 tahun adalah 580 pohon. Jumlah pohon berkurang

81
karena dalam proses pemeliharaan hutan tanaman jati, khususnya jati
umur 27 tahun telah melalui 7 kali penjarangan yaitu pada umur 3, 6,
9, 12, 15, 20 dan 25 tahun. Jumlah pohon berkurang juga disebabkan
karena gangguan keamanan hutan salah satunya adalah pencurian
kayu. Sama halnya petak 235c, jumlah pohon per ha di lapangan
adalah 350 pohon. Sedangkan normalnya jumlah pohon per ha hutan
jati umur 27 tahun berdasarkan tabel tegakan (interpolasi) hutan
buatan jati adalah 580 pohon. Bila dibandingkan dengan tabel,
jumlah pohon di lapangan sangat kurang atau dapat dikatakan tidak
dalam keadaan normal. Hal ini disebabkan oleh kegiatan
penjarangan dan faktor lain yaitu pencurian kayu. Jumlah pohon per
ha petak 292, anak petak 235a dan 235c dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 9. Jumlah pohon/ha petak 292, anak petak 235a dan 235c.
Petak/anak petak Jumlah pohon/ha
292 100
235a 400
235c 350
(b). Kepadatan Bidang Dasar
Kepadatan Bidang Dasar (KBD) adalah suatu angka yang
menunjukkan tingkat kesempurnaan bidang dasar tegakan di
lapangan dibandingkan dengan tabel hasil. Kepadatan Bidang Dasar
lapngan petak 292 adalah 2,56, sedangkan KBD tabel adalah 22,6.
Hasil perbandingan KBD lapangan terhadap KBD tabel adalah
0,113. Kepadatan Bidang Dasar lapangan anak petak 235a adalah
12,7 sedangkan KBD tabel adalah 13,7. Perbandingan antara KBD
lapangan dan KBD tabel adalah 0,93. Kepadatan Bidang Dasar anak
petak 235c adalah 14,75 dan KBD tabel adalah 13,7. Hasil
perbandingan antara KBD lapangan terhadap KBD tabel adalah 1,08.
Nilai KBD dalam lingkup Perum Perhutani digunakan untuk
menggolongkan potensi hutan apakah produktif atau tidak produktif.
Hutan jati yang nilai KBD ≤ 0,6 diaggap tidak produkti . Kepadatan
Bidang Dasar petak 292, anak petak 235a dan 235c dapat dilihat
pada Tabel 10.

82
Tabel 10. Kepadatan Bidang Dasar petak 292, anak petak 235a dan
235c.
Petak/anak petak Kepadatan Bidang Dasar (m2)
292 0,113
235a 0,93
235c 1,08
(c). Derajat Kesempurnaan Normal
Derajat Kesempurnaan Normal (DKN) adalah suatu angka
yang menunjukkan tingkat kesempurnaan jumlah pohon di lapangan
dibandingkan dengan tabel hasil. Derajat Kesempurnaan Normal
lapangan petak 292 adalah 100 pohon sedangkan DKN tabel adalah
160 pohon. Hasil perbandingan DKN lapangan terhadap DKN tabel
adalah 0,625. Nilai 0,625 menunjukkan bahwa jumlah pohon petak
292 masih berda dalam keadaan normal. Derajat Kesempurnaan
Normal anak petak 235a ditentukan oleh hasil perbandingan antara
DKN lapangan terhadap DKN tabel. Derajat Kesempurnaan Normal
lapangan anak petak 235a adalah 400 pohon sedangkan DKN tabel
adalah 580 pohon. Hasil perbandingan antara DKN lapangan
terhadap DKN tabel adalah 0,69. Nilai DKN 0,69 menunjukkan
bahwa anak petak 235a memiliki potensi produktif. Sama halnya
untuk menentukan DKN anak petak 235c. Derajat Kesembangan
Normal lapangan anak petak 235c adalah 350 pohon, sedangkan
DKN tabel adalah 580 pohon. Hasil perbandingan DKN lapangan
terhadap DKN tabel adalah 0,60. Hal ini menunjukkan bahwa anak
petak 235c memiliki potensi produktif.
Tabel 11. Derajat Kesempurnaan Normal petak 292, anak petak 23a
dan 235c.
Petak/anak petak Derajat Kesempurnaan Normal
292 0,625
235a 0,69
235c 0,60

(d). Penentuan Kelas Hutan


Berdasarkan kombinasi faktor KBD/Kepadatan Bidang
Dasar, DKN/Derajat Kesempurnaan Normal dan umur (dapat dilihat
pada Lampiran 16), petak 292 masuk dalam kelas perusahaan TBK
(Tanaman Pertumbuhan Kurang). Hal ini dilihat dari jumlah pohon

83
per ha kurang dari 160 pohon dan kepadatan bidang dasar lapangan
kurang dari KBD tabel (22,6 m2). Tanaman bertumbuhan kurang
adalah lapangan-lapangan yang berisi tanaman jenis kelas
perusahaan dengan potensi atau pertumbuhan yang kurang baik.
Kondisi ini pada umumnya disebabkan oleh kerusakan hutan, kurang
baiknya pemeliharaan maupun kegagalan tanaman, bukan karena
faktor tanah atau lahan.
Hasil kombinasi faktor KBD, DKN dan umur, anak petak
235a dengan nilai DKN 0,69 dan KBD 0,93, dikategorikan dalam
kelas perusahaan KU (Kelas Umur). Karena umur tanaman jati
adalah 27 tahun, maka anak petak 235a masuk dalam kelas
perusahaan KU III. Begitu pula anak petak 235c karena hasil
perhitungan nilai KBD 1,08 dan DKN 0,60, maka anak petak 235c
dikategorikan ke dalam kelas perusahaan KU III, mengingat umur
tanaman jati telah mencapai 27 tahun.
Hasil risalah anak petak 235b yaitu Lapangan Dengan
Tujuan Istimewa (LDTI). Lapangan dengan tujuan istimewa ini
merupakan areal yang tidak dapat dikembangkan tanaman jati untuk
produksi. Lapangan Dengan Tujuan Istimewa adalah lapangan-
lapangan yang telah diberi tujuan istimewa yang agak tetap dan
dalam kawasan tersebut tidak disediakan untuk menghasilkan kayu
secara teratur. LDTI meliputi alur, Saluran Udara Tegangan Tinggi
(SUTT), jalan rel, jalan mobil, pekarangan dinas, dan kuburan.
Lapangan dengan tujuan istimewa dalam anak petak 235b berupa
SUTT, sehingga apabila dikembangkan tanaman jati untuk produksi
akan berdampak buruk. Karena dalam masa pertumbuhan tanaman
jati akan merusak kawat listrik dan akan berakibat fatal bagi
masyarakat sekitar hutan tersebut.
Tabel 12. Penentuan Kelas Hutan Jati petak 292, anak petak 235a
dan 235c.
Petak/anak petak Kelas hutan Umur (tahun)
292 TBK 107
235a KU III 27
235c KU III 27

84
(e). Volume hutan jati
Perhitungan volume menggunakan hasil perkalian antara
LBDS, tinggi pohon dan faktor koreksi. Faktor koreksi yang
digunakan untuk perhitungan volume kayu jati adalah 0,8 karena
hutan tanaman jati dikelola secara intensif sehingga bentuk batang
hampir mendekati bentuk batang normal (nilai bentuk batang normal
= 1).
Tabel 13. Volume Pohon Per Petak Ukur
Nomor PU Jumlah pohon Volume pohon per
PU (m3)
1 12 12,3
1a 15 8,9
3 16 8,1
4 16 7,9
5 15 9,8
6 14 6,6
7 15 12,8
8 16 9,6
9 10 8,5
Rata-rata 9,39

Berdasarkan tabel diatas maka dapat dihitung taksiran


volume per ha, ragam (S2), simpangan baku (S), galat baku ̅ ), dan
kesalahan pengambilan contoh (Se). Taksiran volume rata-rata per
ha petak 235 adalah 234,75 m3. Ragam (S2) adalah jumlah kuadrat
dari semua nilai simpangan data. Hasil perhitungan nilai ragam (S2)
adalah 4,126. Simpangan baku (S) adalah nilai ragam yang
diakarkan untuk mendapatkan kembali satuan asal dari variabel.
Hasil perhitungan nilai simpangan baku (S) adalah 2,03. Galat baku
̅) adalah selisih antara nilai sebenarnya dan nilai taksiran. Selisih
anatara nilai sebenarnya di lapangan (hasil pengukuran) dengan nilai
taksiran yaitu 0,677. Kesalahan pengambilan contoh (Se) adalah
1,561. Nilai 1,561 merupakan perbedaan antara nilai taksiran dengan
nilai sebenarnya di dalam populasi (hutan jati). Semakin kecil nilai
perbedaan tersebut maka penarikan contoh yang dilakukan semakin
teliti. Dari nilai-nilai di atas maka dapat dihitung volume rata-rata
dan volume total hutan jati petak 235 seluas 37,7 ha untuk tingkat
kepercayaan 95%. Hasil perhitungan taksiran volume rata-rata per

85
petak ukur yaitu 7,829 m3 ( ̅ / PU) 10,951 m3, taksiran volume
rata-rata per ha 195,725 m3 ( ̅ / ha) 273,775 m3. Taksiran
jumlah volume untuk keseluruhan hutan jati seluas 37,7 ha berkisar
antara 7378,83 m3 sampai 10.321,31 m3. Kesalahan taksiran (galat)
adalah 16,6% . Nilai galat menunjukkan bahwa kesalahan dalam
menaksir volume hutan jati. Kesalahan terjadi karena kekeliruan
menyalin data atau kesalahan dalam pengukuran di lapangan.
Perhitungan-perhitungan nilai taksiran diatas dapat dilihat pada
Lampiran 16.
5). Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan
Hasil pengamatan lapangan dan hasil analisis data diatas
merupakan bahan utama dalam penyusunan RPKH. Rencana Pengaturan
Kelestarian Hutan adalah dokumen yang berisi rencana pengelolaan
hutan selama 10 tahun untuk daur menengah/panjang atau 5 tahun untuk
daur pendek, yang berazaskan kelestarian sumber daya hutan dengan
mempertimbangkan keseimbangan lingkungan dan sosial, yang disusun
menurut kelas perusahaan pada setiap bagian hutan dari suatu KPH.
Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan Hutan memuat rencana
pengelolaan hutan yang meliputi persemaian, tanaman, pemeliharaan
tanaman, perawatan hutan dan penjarangan, pemberantasan hama dan
penyakit, pemeliharaan kebun benih, teresan (untuk jenis jati), produksi
hasil hutan kayu dan bukan kayu, sarana dan prasarana hutan.
4. Pengawasan
Pengawasan merupakan tindakan preventif, agar hasil suatu pekerjaan
atau pelaksanaan rencana tidak menyimpang dari tujuan yang direncanakan
semula dan berkelanjutan. Pengawasan kegiatan risalah hutan jati di lapangan
dilakukan oleh Wakil Kepala Seksi Perencanaan Hutan (Wakil KSPH) dalam
hal ini memberikan arahan, pengawasan dan pengendalian terhadap
pelaksanaan risalah hutan agar berjalan secara efektif dan efisien. Sebelum
melakukan kegiatan risalah hutan, Wakil KSPH memberikan pengarahan
singkat mengenai hal teknis lapangan dan pemgambilan data serta pengolahan
data hasil risalah hutan. Wakil KSPH mengawasi dan mengendalikan jalannya

86
kegiatan di lapangan yang meliputi pembuatan PU, pengukuran keliling dan
tinggi pohon, penentuan pohon tepi, penulisan data pohon yang masuk dalam
PU dan pohon tengah serta pengolahan data hasil risalah hutan. Hal ini
dilakukan agar pelaksanaan kegiatan risalah hutan di lapangan tidak
menyimpang dari tujuan yang telah direncanakan. Wakil KSPH bertanggung
jawab kepada KSPH atas jalannya kegiatan dilapangan serta data dan informasi
hasil risalah hutan.
5. Evaluasi
Evaluasi dalam kegiatan risalah hutan jati yaitu penilaian kegiatan
lapangan dan data hasil risalah hutan oleh Biro Perencanaan. Penilaian ini
bertujuan untuk menilai apakah kegiatan risalah hutan sudah berjalan sesuai
dengan rencana yang ditetapkan atau belum serta data hasil risalah sudah benar
sesuai dengan keadaan/kondisi dilapangan atau tidak sesuai. Hal-hal yang perlu
dievaluasi dalam kegiatan lapangan yaitu penentuan jari-jari petak ukur,
pengukuran tinggi pohon, dan batas petak yang dirisalah sudah benar atau
tidak. Sedangkan data hasil risalah yang perlu dievaluasi yaitu perhitungan
jumlah pohon per ha, KBD, DKN, dan penentuan kelas hutan. Apabila ada
kesalahan dalam kegiatan lapangan dan data serta informasi hasil risalah maka
tim dari Biro Perencanaan akan bersama-sama dengan pihak SPH dan KPH
untuk meninjau kembali kondisi atau keadaan di lapangan. Apabila hasil
risalah telah benar maka hasil tersebut akan disahkan oleh Kepala Biro
Perencanaan dan dikembalikan ke SPH. Hasil risalah hutan yang telah
disahkan akan dimasukkan kedalam buku RPKH untuk rencana pengelolaan
hutan selama 10 tahun.

87
V. PENUTUP

5.1. Simpulan
Berdasarkan hasil PKL dapat disimpulkan bahwa untuk
meningkatkan kelestarian hutan membutuhkan perencanaan pengeloaan
sumber daya hutan teratur, permudaan tanaman yang berkualitas melalui
kegiatan persemaian, pemeliharaan hutan yang intensif, dan pemanenan hasil
hutan yang tidak melebihi etat.
Risalah hutan jati merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data
dan informasi tentang sumber daya hutan. Aspek-aspek kegiatan risalah hutan
meliputi perencanaan risalah, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan
dan evaluasi. Perencanaan risalah meliputi persiapan data, persiapan sarana
kerja, perencanaan patak ukur. Pengorganisasian meliputi pembagian tugas
dalam pelaksanaan kegiatan risalah hutan. Pelaksanaan meliputi pembuatan
petak ukur dilapangan dan pengisian buku tally sheet. Pengawasan kegiatan
risalah dilapangan dilakukan oleh Wakil KSPH. Evaluasi dalam kegiatan
risalah hutan jati berupa penilaian hasil kegiatan lapangan dan data hasil
risalah hutan oleh Biro Perencanaan.

5.2. Saran
Kegiatan risalah hutan jati yang sudah berjalan beberapa periode ini
sudah bagus, perlu dipertahankan dan selanjutnya ditingkatkan lagi sehingga
data hasil risalah realisasinya dilapangan mendekati 100%.

88
DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, D. 2006. Kajian Kelestarian Produksi Hasil Hutan Kayu Jati Di KPH
Jatirogo Perum Perhutani,Unit II Jatim. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Skripsi.

Benyamin. 2013. Modul Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Sub Bidang Persemaian.
Madiun. Perhutani.

Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Kehutanan, 1974. Surat Keputusan


Dirjen Kehutanan, No 143/KPTS/DJ/I/1974 tentang Peraturan Inventarisasi
Hutan Jati dan Peraturan Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian
Hutan Khusus Perusahaan Tebang Habis. PHT 19 Seri Produksi 11.
Departemen Pertanaian. Jakarta.

Harbagung dan Imanuddin R. 2009. Penentuan Ukuran Optimal Petak Ukur


Permanen Untuk Hutan Tanaman Jati. Jurnal Penelitian Hutan dan
Konservasi Alam. Vol. VI No. 1: 57-68.

Iqbal Hasan. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya,


Jakarta: Ghalia Indonesia.

Malamassam D. 2012. Membedah Potensi Hutan. IPB Press. Bogor

Martono Nanang. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Isi dan Analisis
Data Sekunder. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Nawardana H. 2008. Tebangan. Materi Pembelajaran Untuk Siswa Pendidikan


dan Penelitian Dasar Teknis Kehutanan (DDTK). Jakarta. Perum Perhutani.

Perhutani. 1995. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Perencanaan.


Jakarta. Perum Perhutani.

Perhutani. 2010. Prosedur Kerja Inventarisasi Hutan. PK-SMPTH.01-004. Perum


Perhutani.

Perhutani. 2002. Petunjuk Teknis Inventarisasi Hutan. Malang. PT. Perhutani Unit
II Jawa Timur. Surabaya.

89
Purwanto, R. H. dan Rohman. 2005. Buku Ajar Matakuliah Inventarisasi Sumber
Daya Hutan. Jogjakarta. Fakultas Kehutanan Universitas Gadja Mada.

Perum Perhutani. 1980. Kumpulan Surat Keputusan Bidang Perencanaan. Jakarta.


Perum Perhutani.

Siregar, A. 2008. Hama-Hama Dominan Jati. Universitas Sumatera Utara. Medan.


Skripsi.

Wali V. K. 2008. Kajian Kelestarian Tegakan Dan Produksi Kayu Jati Jangka
Panjang Di KPH Jatirogo Perum Perhutani Unit II Jatim. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. Skripsi.

90
LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain Pembuatan Titik Systematik Sampling With Random Start

91
Lampiran 2. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 292 PU1 dan PU 2.
No. Pohon Keliling (Cm) Bidang Dasar (M2) Peninggi (M)
1 216 0,371 30
2 227 0,410 30,5
3 191 0,290
4 180 0,258 25,5
5 203 0,328
6 157 0,196 28,5
7 148 0,174
8 172 0,235
Jumlah 1494 2,262 144,5
Rata-rata 186,75 0,283 28,625

Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 292 PU 2.


No. Pohon Keliling (Cm) Bidang Dasar (M2) Peninggi (M)
1 173 0,238 25
2 195 0,302 31
3 128 0,130
4 160 0,204
5 166 0,219
6 196 0,306
7 132 0,139
8 160 0,204 31
9 161 0,206 25
10 208 0,344
11 184 0,269
12 148 0,174
Jumlah 2011 2,735 112
Rata-rata 167,58 0,228 28

92
Lampiran 3. Rekapitulasi Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 292
No Bidang Dasar Peninggi (m) Jumlah Pohon
(m2)
1 0,283 28,62 8
2 0,228 28 12
Jumlah 0,511 56,62 20
Rata-rata 0,256 28,31 10

93
Lampiran 4. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 1.
Petak/anak petak : 235 Luas Petak Ukur (R/Luas Ha) :
Luas Baku : 11,28/0,04
Ha.
Kelas Hutan (Awal jangka) :
Nomor Petak Ukur : 1
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar Total (m) (KW) petak ukur
(m2) (m3)
1 2 3 4 5 6 7
1 90 0,064 23,5 Tanggal inventrisasi : April 2009
2 96 0, 037 SDH kayu :
3 80 0,051 Peninggi : 22,9
4 87 0,060 23 Bonita :
5 69 0,038 Tahun : 1982
6 82 0,053 Umur (Th) : 27
7 80 0,051 Kelas hutan :
8 85 0,057 22 Jenis tanaman pokok : Jati
9 74 0,044 Jenis tanaman pencampur :
10 90 0,064 23 Jarak tanam :
Jenis tanaman sela :
11 81 0,052
Pertumbuhan tegakan : Baik
12 88 0,062
Kerataan tegakan : Rata
Jumlah 1002 0,669 91,5
Kemurnian tegakan : Murni
Rata-
rata 83,5 0,056 22,9
Bentuk lapangan (topografi) : Lereng
Kemiringan lapangan : Landai
Arah lereng : Utara
Jenis tanah : Margalit
Kedalaman tanah : Dalam
Kesarangan tanah : Sarang
Kemantapan tanah : Mantap
Batuan tanah : Agak
berbatu
Kandungan humus : Berhumus
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : otok,
kirinyuh, dan kacangan
c. Perawatan kelak : Pertahankan

94
Lampiran 5. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 1a.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas baku : Ha.
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur : 1a
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
(m2)
1 2 3 4 5 6 7
1 85 0,057 19,5 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 75 0,045 21 SDH kayu :
3 65 0,034 Peninggi : 20,1
4 69 0,038 Bonita :
5 55 0,024 Tahun tanam : 1982
6 79 0,050 Umur (Th) : 27
7 61 0,030 Kelas hutan :
8 76 0,046 Tanaman pokok : Jati
9 60 0,029 Jenis tan. pencampur :
10 76 0,046 Jarak tanam :3x1
11 75 0,045 20 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
12 65 0,034
Kerataan tegakan : rata
13 57 0,026
Kemurnian tegakan : murni
14 63 0,032
15 40 0,013 20 Bentuk lapangan : Lereng
Jumlah 1001 0,549 80,5 (Topografi)
Rata- 66,73 0,40 20,1 Kemiringan lapangan : Landai
rata Arah lereng : Utara
Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : Kirinyu dan otok
c. Perawatan kelak :

95
Lampiran 6. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 3.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas baku : Ha.
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur :3
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
(m2)
1 2 3 4 5 6 7
1 63 0,032 21 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 55 0,024 SDH kayu :
3 70 0,039 Peninggi : 20,1
4 50 0,020 Bonita :
5 53 0,022 Tahun tanam : 1982
6 58 0,027 Umur (Th) : 27
7 58 0,027 Kelas hutan :
8 63 0,032 Tanaman pokok : Jati
9 60 0,029 Jenis tan. pencampur :
10 53 0,022 Jarak tanam :3x1
11 56 0,023 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
12 88 0,062 21
Kerataan tegakan : rata
13 71 0,040
Kemurnian tegakan : murni
14 70 0,039 19
15 59 0,028 19,5 Bentuk lapangan : Lereng
16 68 0,037 (Topografi)
Jumlah 937 0,505 80,5 Kemiringan lapangan : Landai
Rata- 58,56 31,56 20,1 Arah lereng : Barat
rata Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : Kirinyu dan otok
c. Perawatan kelak :

96
Lampiran 7. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 4.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas baku : Ha.
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur :4
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
(m2)
1 2 3 4 5 6 7
1 69 0,038 20 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 77 0,047 19 SDH kayu :
3 52 0,022 Peninggi : 19,4
4 48 0,018 Bonita :
5 63 0,032 Tahun tanam : 1982
6 52 0,022 Umur (Th) : 27
7 79 0,050 19,5 Kelas hutan :
8 63 0,032 Tanaman pokok : Jati
9 55 0,024 Jenis tan. pencampur :
10 65 0,034 Jarak tanam :3x1
11 50 0,020 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
12 80 0,051
Kerataan tegakan : rata
13 62 0,031
Kemurnian tegakan : murni
14 53 0,022
15 65 0,034 19 Bentuk lapangan : Lereng
16 66 0,035 (Topografi)
Jumlah 999 0,512 77,5 Kemiringan lapangan : Landai
Rata- 62,44 0,032 19,4 Arah lereng : Utara
rata Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : Kirinyu
c. Perawatan kelak :

97
Lampiran 8. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 5.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas baku : Ha.
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur :5
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
(m2)
1 2 3 4 5 6 7
1 66 0,035 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 80 0,051 19,5 SDH kayu :
3 70 0,039 Peninggi : 20,1
4 80 0,051 19 Bonita :
5 85 0,057 Tahun tanam : 1982
6 77 0,047 Umur (Th) : 27
7 61 0,030 21 Kelas hutan :
8 75 0,045 Tanaman pokok : Jati
9 79 0,050 21 Jenis tan. pencampur :
10 51 0,021 Jarak tanam :3x1
11 74 0,044 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
12 58 0,027
Kerataan tegakan : rata
13 55 0,024
Kemurnian tegakan : murni
14 65 0,034
15 85 0,057 Bentuk lapangan : dataran
Jumlah 1061 0,612 80,5 (Topografi)
Rata- 70,73 40,8 20,1 Kemiringan lapangan : landai
rata Arah lereng : utara
Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : Kirinyu
c. Perawatan kelak :

98
Lampiran 9. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 6.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas baku : Ha.
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur :6
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
(m2)
1 2 3 4 5 6 7
1 77 0,047 18 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 54 0,023 SDH kayu :
3 61 0,030 17,5 Peninggi : 17,9
4 45 0,016 Bonita :
5 50 0,020 Tahun tanam : 1982
6 76 0,046 Umur (Th) : 27
7 71 0,040 17,5 Kelas hutan :
8 66 0,035 Tanaman pokok : Jati
9 66 0,035 Jenis tan. pencampur :
10 60 0,029 Jarak tanam :3x1
11 75 0,045 18,5 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
12 67 0,036
Kerataan tegakan : rata
13 70 0,039
Kemurnian tegakan : murni
14 54 0,023
Jumlah 892 0,464 71,5 Bentuk lapangan : dataran
Rata- 63,71 33,142 17,9 (Topografi)
rata Kemiringan lapangan : landai
Arah lereng : barat
Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : Kirinyu,
rerumputan, dan kacangan
c. Perawatan kelak :

99
Lampiran 10. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 7.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) :
Luas baku : Ha. 11,28/0,04
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur :7
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
2
(m )
1 2 3 4 5 6 7
1 75 0,045 22 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 74 0,044 SDH kayu :
3 75 0,045 20,5 Peninggi : 21,6
4 61 0,030 Bonita :
5 70 0,039 Tahun tanam : 1982
6 64 0,033 Umur (Th) : 27
7 82 0,053 Kelas hutan :
8 93 0,069 22,52 Tanaman pokok : Jati
9 94 0,70 Jenis tan. pencampur :
10 73 0,042 Jarak tanam :3x1
11 81 0,052 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
12 76 0,046
Kerataan tegakan : rata
13 82 0,053 21,5
Kemurnian tegakan : murni
14 91 0,066
15 81 0,052 Bentuk lapangan : dataran
Jumlah 1172 0,739 86,5 (Topografi)
Rata- 78,133 0,049 21,6 Kemiringan lapangan : landai
rata Arah lereng : utara
Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : Kirinyu, otok,
dan rerumputan
c. Perawatan kelak :

100
Lampiran 11. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 8.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas baku : Ha.
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur :8
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
(m2)
1 2 3 4 5 6 7
1 74 0,044 20,5 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 67 0,036 SDH kayu :
3 65 0,034 Peninggi : 20
4 55 0,024 Bonita :
5 86 0,059 20 Tahun tanam : 1982
6 59 0,028 Umur (Th) : 27
7 58 0,027 Kelas hutan :
8 72 0,041 Tanaman pokok : Jati
9 67 0,036 19 Jenis tan. pencampur :
10 22 0,067 Jarak tanam :3x1
11 68 0,037 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
12 67 0,036
Kerataan tegakan : rata
13 55 0,024
Kemurnian tegakan : murni
14 63 0,032 20,5
15 74 0,044 Bentuk lapangan : Lereng
16 65 0,034 (Topografi)
Jumlah 1087 0,603 80 Kemiringan lapangan : Landai
Rata- 67,94 0,04 20 Arah lereng : Utara
rata Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : Kirinyu, rumput,
dan kacangan
c. Perawatan kelak :

101
Lampiran 12. Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Petak 235 PU 9.
Petak/anak petak : 235 Luas petak ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas baku : Ha.
Kelas hutan (awal jangka) :
Nomor petak ukur :9
No. KLL Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
Pohon (Cm) Dasar total (m3) (m) (KW) petak ukur
(m2)
1 2 3 4 5 6 7
1 89 0,063 21 Tanggal inventarisasi : April 2009
2 77 0,047 SDH kayu :
3 76 0,046 Peninggi : 20,9
4 57 0,026 Bonita :
5 81 0,057 21 Tahun tanam : 1982
6 99 0,070 22 Umur (Th) : 27
7 85 0,057 Kelas hutan :
8 69 0,038 Tanaman pokok : Jati
9 86 0,059 19,5 Jenis tan. pencampur :
10 73 0,042 Jarak tanam :3x1
Jumlah 787 0,505 83,5 Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : baik
Rata- 78,7 0,050 20,9
Kerataan tegakan : rata
rata
Kemurnian tegakan : murni

Bentuk lapangan : Lereng


(Topografi)
Kemiringan lapangan : Landai
Arah lereng : Utara
Jenis tanah :
Warna tanah :
Kedalaman tanah :
Kesarangan tanah :
Kemantapan tanah :
Batuan tanah :
Kandungan humus :
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : kacangan
c. Perawatan kelak :

102
Lampiran 13. Rekapitulasi Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Anak Petak 235a.
Petak/anak petak : 235a Luas Petak Ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas Baku : 9,30 Ha.
Kelas Hutan (Awal jangka) :
No. PU Jumlah Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
pohon/ Dasar Total (m) (KW) petak ukur
2
PU (m ) (m3)
1 2 3 4 5 6 7
3 16 0,505 20,1 10% Tanggal inventrisasi : April 2009
4 16 0,512 19,4 12% SDH kayu :
Jumlah 32 1,017 39,5 22% Peninggi : 19,8
Rata- 16 0,509 19,8 11% Bonita :3
rata Tahun : 1982
Umur (Th) : 27
Kelas hutan : KU III
Jenis tanaman pokok : Jati
Jenis tanaman pencampur :
Jarak tanam :
Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : Baik
Kerataan tegakan : Rata
Kemurnian tegakan : Murni
Bentuk lapangan (topografi) : dataran
Kemiringan lapangan : landai
Arah lereng : Barat
Jenis tanah : Margalit
Kedalaman tanah : Dalam
Kesarangan tanah : Sarang
Kemantapan tanah : Mantap
Batuan tanah : Agak
berbatu
Kandungan humus : Berhumus
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : otok,
kirinyuh, dan kacangan
c. Perawatan kelak : Pertahankan

103
Lampiran 14. Rekapitulasi Tally Sheet Risalah Potensi Tegakan Jati Anak Petak 235c.
Petak/anak petak : 235c Luas Petak Ukur (R/Luas Ha) : 11,28/0,04
Luas Baku : 26,0 Ha.
Kelas Hutan (Awal jangka) :
No. PU Jumlah Bidang Volume PNG KWB Risalah umum di dalam dan di sekitar
pohon/ Dasar Total (m) (KW) petak ukur
2
PU (m ) (m3)
1 2 3 4 5 6 7
1 12 0,669 22,9 12 Tanggal inventrisasi : April 2009
1a 15 0,549 20,1 9 SDH kayu :
5 15 0,612 20,1 9 Peninggi : 20,5
6 14 0,464 17,9 12 Bonita :3
7 15 0,739 21,6 11 Tahun : 1982
8 16 0,603 20 8 Umur (Th) : 27
9 10 0,5 20,9 9 Kelas hutan : KU III
Jumlah 97 4,136 143,5 70 Jenis tanaman pokok : Jati
Rata- 14 0,59 20,5 10 Jenis tanaman pencampur :
rata Jarak tanam :
Jenis tanaman sela :
Pertumbuhan tegakan : Baik
Kerataan tegakan : Rata
Kemurnian tegakan : Murni
Bentuk lapangan (topografi) : dataran
Kemiringan lapangan : landai
Arah lereng : Barat
Jenis tanah : Margalit
Kedalaman tanah : Dalam
Kesarangan tanah : Sarang
Kemantapan tanah : Mantap
Batuan tanah : Agak
berbatu
Kandungan humus : Berhumus
Kemasaman/pH :
Keterangan :
a. Tingkat erosi :
b. Tumbuhan bawah : Sedang
Jenis : otok,
kirinyuh, dan kacangan
c. Perawatan kelak : Pertahankan

104
Lampiran 15. Perhitungan Jumlah Pohon Per Ha, Derajat Kesempurnaan Normal
Dan Kerapatan Bidang Dasar Petak 292 dan Petak 235.

1. Perhitungan Jumlah pohon per Ha, DKN dan KBD petak 292

N/Ha = 10 x 10 = 100 Pohon/Ha


100
DKN 0,625
160
0,256 10 2,56
KBD = = 0,113
22,6 22,6

2. Perhitungan Jumlah pohon per Ha, DKN dan KBD petak 235a

N/ha = 16 x 25 = 400 pohon/ha


400
DKN 0,69
580
12,7
KBD = 0,93
13,7

3. Perhitungan Jumlah pohon per Ha, DKN dan KBD petak 235c

N/Ha = 14 x 25 = 350 P/Ha


350
DKN 0,60
580
14,75
KBD = 1,08
13,7

105
Lampiran 16. Perhitungan Volume Hutan Jati Petak 235
Melalui pengukuran pada 9 petak ukur masing-masing dengan luas 0,04 ha pada
petak 235 yang luasnya 37,7 Ha, diperoleh data volume pohon setiap petak ukur sebagai
berikut :
No PU 1 1a 3 4 5 6 7 8 9
Volume
12,3 8,9 8,1 7,9 9,8 6,6 12,8 9,6 8,5
pohon/PU (m3)

Berdasarkan data pada tabel tersebut dapat diperoleh :

∑ i 12,3 8, 8,1 7, ,8 6,6 12,8 ,6 8,5


Volume rata-rata per petak ukur = =
n
84,5
= = 9,39 m3

olume P
Taksiran volume rata-rata per Ha =
Luas P
,3
= = 234,75 m3
0,04

Tahapan perhitungan nilai taksiran adalah sebagai berikut :

∑ i2 - ∑ i 2⁄n
Ragam (Variance) S2 =
n-1

826,37-7 3,36
= = = 4,126
-1

Simpangan baku (Standard deviation), S = √S2 = √4,126 = 2,031

S 2,031
Galat baku (Standard error), S ̅ = √ 1-Nn = √1
√n √ 400

= x 1 = 0,677

Kesalahan pengambilan contoh (Sampling error)


t 2. ̅ = 2,306 x 0,677 = 1,561

106
Lampiran (Lanjutan)
Volume rata-rata dan volume total hutan jati seluas 37,7 Ha untuk tingkat
kepercayaan 95% adalah sebagai berikut :
Taksiran volume rata-rata tegakan per PU
̅P ̅ t 2 S̅
= 9,39 1,561
= (7,829) m3 (10,951) m3
Taksiran volume rata-rata per Ha
1
̅ Ha ( ̅ t 2 S̅ )
0,04

= (195,725) m3 (273,755) m3

Jumlah volume untuk keseluruhan hutan jati seluas 37,7 Ha adalah :


Taksiran minimum = 37,7 x 195,725 = 7378,83 m3
Taksiran maksimum = 37,7 x 273,775 = 10.321,31 m3

Kesalahan taksiran (galat)dalam persen :


t.S̅ 1,561
100 = ,3
x 100 %
̅

= 16,6 %.

107

Anda mungkin juga menyukai