MUHAMMADIYAH DAN
DASAR DASAR
METODOLOGI PEMAHAMAN
ISLAM
OLEH :
1.202110380211007 RISTA CHOIRUN NISAQ
2.202110380211029 LEIDYANA WIDIYAKUSUMA
3.202110380211039 MUHAMMAD KHUSNUL IBAD
4.202110380211052 FIRZA RATRI SEKARDINI
5.202110380211023AHMADA RIVQY VIRDAUSA
POINT PAPARAN
• Prinsip Islam yang lain yang ditekankan oleh Muhammadiyah adalah prinsip akhlak.
Prinsip ini menunjukan kualitas jiwa yang secara spontan mendorong perbuatan baik
atau buruk. Para Pemimpin Muhammadiyah memandang akhlak yang mulai sebagai
aspek penting dalam membangun karakter setiap individu
• Kualitas moral yang lain seperti amanah, kebajikan, cinta sesama, konsisten dalam
menepati janji dan keikhlasan merupakan komponen komponen penting dari etika ini
dalam pandangan muhammadiyah
• Ciri menonjol etika muhammadiyah ialah seruannya kepada setiap muslim untuk
mengabdi kepada Tuhan dan sesama umat manusia. Di dalam sebuah keluarga atau
mesyarakat setiap individu berada dalam hubungan sosial dengan tuhan dan
masyarakat manusia. Hubungan ganda ini termotivasi tanggung jawab sosialnya dan
mlalui hubungan ini diakitkan dengan keseluruhan kehidupan masyarakat
PRINSIP PRINSIP MEMAHAMI AGAMA
• Ahmad Dahlan mengkritisi tendensi umum kaum muslim pada masanya yang
menganggap diri mereka sebagai pihak yang paling benar.
• Klaim yang seacam ini adalah keliru karena mereka bedasar pada persepsi kelompok
mereka sendiri dan penolakannya terhadap ide-ide orang lain.
• Ahmad Dahlan menegaskan bahwa sangat penting untuk belajar dari orang lain,
kerena dari mereka sebagaian kebenaran mungkin bisa diperoleh.
FILSAFAT KETERBUKAAN
• Menurut Ahmad Dahlan “yang benar dan baik harus dicari, tidak secara buta diterima,
karena yang pertama mendorong semangat aktivitas dan kreatifitas, sedangkan yang
kedua menyebabkan sikap pasif yang melahirkan kebodohan”.
• “Manusia umumnya membenci apa yang tidak mereka ketahui”. Dahlan menegaskan
bahwa ketertutupan agama itu terjadi karena kenyataan bahwa manusia dilahirkan
dalam tradisi mereka sendiri. Kaum muslim sebagai muslim, kaum kristen sebagai
kristen dan kaum yahudi sebagai yahudi.
FONDASI MUHAMMADIYAH OLEH AHMAD
DAHLAN
• Tauhid yang murni sebagai sumber kekuatan hidup yang membentuk manusia berjiwa merdeka.
• Memahami Al Quran dan As Sunnah secara mendalam, untuk mendapatkan kemudahan, kelapangan
dan keterbukaan dalam beragama.
• Melembagakan amal saleh yang fungsional dan solutif, sebagai pancaran iman yang sempurna dan
untuk merefleksikan ajaran Islam yang memberikan rahmat / kasih sayang bagi seluruh alam semesta
(rahmatan lil ‘alamin).
• Bersikap toleran, moderat dan suka bekerja sama, sehingga Muhammadiyah mudah diterima di mana-
mana.
MENURUT KUNTOWIJOYO
• Didirikannya Muhammadiyah oleh Ahmad Dahlan, dapat dianalisis sebagai lahirnya sebuah kesadaran teosentrik,
yakni kesadaran baru terhadap nilai-nilai keagamaan (Islam) yang muncul dari dalam.
• Menurut Kuntowijoyo, Ahmad Dahlan telah mewariskan dua daya hidup yang kemudian menjadi pegangan para
aktivis Muhammadiyah, yaitu teosentrisme dan aktivisme sosial.
• Dengan teosentrisme, segala sesuatu harus dikembalikan kepada Al Quran dan As Sunnah. Hal ini berarti, yang tidak
bertentangan dengan keduanya boleh diambil sekalipun berkebalikan dengan tradisi.
• Sementara dengan aktivisme sosial, Ahmad Dahlan mendirikan berbagai perhimpunan kesukarelaan (voluntary
association), mulai dari organisasi Muhammadiyah, sekolah-sekolah Muhammadiyah, majalah-majalah untuk
keperluan dakwah, dll, yang bertentangan dengan kebiasaan cara beragama orang pada waktu itu.
KETERBUKAAN AHMAD DAHLAN
• Keterbukaan dalam menerima gagasan-gagasan pembaruan Islam dari para ulama Timur Tengah.
• Keterbukaan untuk berkomunikasi dengan berbagai kalangan.
• Terbukti, merujuk pandangan A. Munir Mulkhan, Ahmad Dahlan selaku Ketua Muhammadiyah
mempunyai hubungan pergaulan yang sangat luas, sehingga donatur Muhammadiyah terdiri dari
berbagai kalangan di antaranya dari para politisi dan para birokrat, seperti pegawai kereta api dan
irigasi.
• Bahkan, Ahmad Dahlan mempunyai hubungan yang cukup baik dengan para pastur Katholik,
sebagian besar di antaranya terlibat dalam diskusi dan perdebatan teologis yang hangat.
MENURUT MUNIR MULKHAN
• Prinsip relativisme dalam memahami agama melahirkan sikap yang menghargai ide-
ide lain karena diakui bahwa seseorang tidak bisa mencapai pemahaman yang
sempurna terhadap agama dengan pengetahuan yang terbatas.
AGAMA ISLAM
• Dalam salah satu Putusan Tarjih Muhammadiyah disebutkan bahwa Agama (yakni
Agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW) ialah apa yang diturunkan
Allah di dalam Al-Qur’an dan yang tersebut dalam sunnah yang shahih, berupa
perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan
manusia di dunia dan akhirat.
DASAR PEMAHAMAN ISLAM DALAM
MUHAMMADIYAH
• Muhammadiyah dalam mengamalkan ajaran Islam berdasarkan Al-Quran dan Sunnah
Rasul. Al-Quran yaitu Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW
dan Sunnah Rasul adalah penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Quran yang
diberikan oleh Nabi dengan menggunakan akal-fikiran sesuai dengan jiwa ajaran
Islam.
• Bahwa dasar mutlak untuk berhukum dalam agama Islam adalah Al-Quran dan Al-
Hadits.
• — Putusan Muktamar Tarjih pada tahun 1954/1955
ISLAM MENURUT SUDUT PANDANG
MUHAMMADIYAH
• Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah dinyatakan bahwa Muhammadiyah merupakan
Gerakan Islam, berasas Islam, bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi, yang
gerakannya melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan tajdid, dengan maksud
dan tujuan menjunjung tinggi agama Islam sehinga terwujudnya masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya. Rumusan tersebut merupakan formulasi dari esensi dan eksistensi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang bersifat pemurnian dan pembaruan. Faham
Islam dalam Muhammadiyah adalah kembali kepada Al-Qur’an dan As Sunnah. Ialah
faham Islam yang murni yang merujuk kepada sumber ajaran yang utama yaitu Al-
Qur’an dan Sunnah yang Shohihah dan Maqbulah serta berorientasi kepada kemajuan.
PEMAHAMAN ISLAM MENURUT
MUHAMMADIYAH
• 1. Hal yang menarik dari paham agama menurut Muhammadiyah selain sumber
ajarannya yang otentik (asli) karena berasal dari Allah dan dibawa oleh para Nabi-
Nya, juga menyangkut aspek ajarannya
• 2. Mengandung larangan-larangan (al-nawâhi)
3. Mengandung perintah-perintah (al-awâmir)
4. Dan juga mengandung petunjuk-petunjuk
(al-irsyâdat)
• Dengan dasar dan cara memahami agama yang seperti itu, Muhammadiyah
berpendirian bahwa ajaran Islam merupakan kesatuan ajaran yang tidak boleh dipisah-
pisahkan, dan juga meliputi aqidah, akhlak, ibadah, dan mu’amalat. Yang semuanya
bertumpu dan untuk mencerminkan kepercayaan tauhid dalam hidup dan kehidupan
manusia, dalam wujud dan bentuk hidup serta kehidupan yang semata-mata beribadah
kepada Allah dalam arti luas dan juga penuh.
Paham Islam dalam Muhammadiyah dan Dasar-dasar
Metodologi Pemahaman Islam
MANHAJ TARJIH MUHAMMADIYAH : Frasa “manhaj tarjih” secara harfiah
berarti cara melakukan tarjih (metode melakukan istinbath).
Tarjih dalam ilmu usul fikih: melakukan penilaian terhadap dalil-dalil syar’i yang
secara dzahir tampak saling bertentangan atau evaluasi terhadap pendapat-pendapat
(qaul) fikih untuk menentukan mana yang lebih kuat.
Dalam lingkungan Muhammadiyah tarjih diartikan sebagai setiap aktivitas intelektual
untuk merespons permasalahan sosial dan kemanusiaan dari sudut pandang agama
Islam.
UNSUR-UNSUR DALAM MANHAJ TARJIH
2. Sumber ajaran
3. Pendekatan
a. Asumsi metode
1) Asumsi integralistik: memandang adanya kolaborasi dan saling mendukung di antara berbagai elemen dalil guna
melahirkan suatu norma.
2) Asumsi hirarkis: anggapan bahwa norma itu berjenjang dari norma yang paling bawah hingga norma paling atas.
Jika dilihat dari atas ke bawah, maka jenjang norma itu ialah:
a) Prinsip-prinsip (nilai-nilai) dasar( )القي ام األسس يةdiambil dari nilai-nilai universal Islam seperti tauhid, akhlak karimah,
keadilan, persamaan, kebebasan, persaudaraan dsb yang bersumber kepada al Qur’an dan as-Sunnah.
b) Asas-asas al kulliyah ( )األسس الكليةyang diambil dari dua sumber pokok dan merupakan deduksi dari prinsip nilai dasar.
1) Metode bayani (interpretasi), digunakan untuk menangani kasus-kasus yang sudah terdapat nas langsung
mengenainya, hanya saja nas itu bersifat masih kabur sehingga perlu diperjelas.
2) Metode ta’lili (kausasi), digunakan untuk memecahkan masalah yang tidak terdapat nash langsung mengenainya.
Jika terjadi ta’arudl al-adillah, diselesaikan dengan urutan cara-cara sebagai berikut:
a) Al-Jam’u wat taufiq, yakni sikap menerima semua dalil yang walaupun zahirnya ta‘ārud. Sedangkan pada dataran
pelaksanaan diberi kebebasan untuk memilihnya (takhyīr).
b) At-Tarjih, yakni memilih dalil yang lebih kuat untuk diamalkan dan meninggalkan dalil yang lemah.
d) At-Tawaqquf, yakni menghentikan penelitian terhadap dalil yang dipakai dengan cara mencari dalil baru.
PERUBAHAN HUKUM