Anda di halaman 1dari 14

AL ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN III

MUHAMMADIYAH SEBGAI GERKAN ISLAM YANG BERWATAK TAJDID

DISUSUN OLEH :

Ramdhan Noor Putra Wira Utama (201610070311011)

Ari Andika (201610070311012)

Neni Dwi Anggraini ( 201610070311013)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNVERSITAS MUHAMMDIYAH MALANG

TAHUN AJARAN 2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
yang berjudul MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN TAJDID
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
matakuliah yang bersangkutan, yaitu mata kuliah “KEMUHAMMADIYAHAN”. Kami
menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat
kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Malang , 15 Oktober 2018

2
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Dan Latar Belakang Gerakan Tajdid 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajdid 6
B. Model model Tajdid 12
BAB. III
Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Sejarah Dan Latar Belakang Gerakan Tajdid

Dua faktor yang melandasi atau yang menjadi latar belakang berdirinya
Muhammadiyah yaitu faktor internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan faktor
internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi keagamaan kaum muslimin di
Indonesia sendiri yang karena berbagai sebab telah menyimpang dari ajaran Islam yang
benar. Faktor eksternal adalah faktor yang berkaitan dengan: (a) politik Islam Belanda
terhadap kaum muslimin di Indonesia; dan (b) pengaruh ide dan gerakan pembaharuan
Islam dari Timur Tengah. Sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk memahami
kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai
standard Islam yang benar. Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah
pembaharuan (tajdid) pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan
pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar
Tamimy: Maksud dari kata-kata “tajdid” (bahasa Arab) yang artinya “pembaharuan”
adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari pada/menurut sasarannya :

a. Pertama yang berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada keasliannya


atau kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip
perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.
b. Kedua yang berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu
sasarannya mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik
perjuangan, dan lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah,
disesuaikan dengan situasi dan kondisi/ruang dan waktu.

Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran
Islam itu sendiri dalam perjuangannya. Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu
tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan tetapi juga memurnikan, membersihkan
yang bukan ajaran. rakan Muhammadiyah adalah gerakan purifikasi (pemurnian) dan
modernisasi ( pembaharuan) atau dalam bahasa arab “tajdid” keduanya memiliki
perbedaan yang cukup mendasar. Pada mulanya, Muhammadiyah dikenal dengan

4
gerakan purifikasi, yaitu kembali kepada semangat dan ajaran Islam yang murni dan
membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid’ah dan Khurafat. Cita-cita dan gerakan
pembaharuan yang dipelopori Muhammadiyah sendiri sebenarnya menghadapi konteks
kehidupan keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan tradisional. Sebagai sebuah
gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri khusus dengan yang lain,
tetapi ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka, melainkan berpijak pada
proses yang sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat. Meskipun
Muhammadiyah melakukan purifikasi keagaaman, namun Muhammadiyah dalam waktu
yang bersamaan sangat menyadari ketergantungan pada lingkungan sosial- budaya di
tempat Muhammadiyah berada.

Muhammadiyah tercermin dari 2 hal yaitu : 1) bentuk keteladanan seorang pemimpin


yang simpatik, 2) pemikiran pembaharuan Islam yang disebarluaskan oleh
Muhammadiyah dalam bentuk amal nyata dengan tindakan yang moderat. Dalam
Muhammadiyah, purifikasi adalah gerakan pembaharuan untuk memurnikan agama
darisyirk yang pada dasarnya merupakan rasionalisasi yang berhubungan dengan ide
mengenai transformasi sosial dari masyarakat agraris ke masyarakat industrial, atau
masyarakat tradisional ke masyarakat modern.

Muhammadiyah tampak sekali dengan sadar melakukan berbagai upaya


pembaharuan demi mencapai cita-cita transformasi sosialnya. Perlu digaris bawahi
terlebih dahulu di sini bahwa program purifikasi adalah ciri yang cukup menonjol dari
Persyarikatan Muhammadiyah generasi awal, dan hingga sampai saat sekarang ini.
Namun harus disadari pula bahwa program purifikasi memang lebih terfokus pada
aspek aqidah. Pemberantasan TBC (Takhayul, Bid’ah dan Churafat) merupakan respon
konkrit Muhammadiyah terhadap Budaya setempat yang dianggap menyimpang dari
aturan aqidah islamiyah. Bahwa sesuatu yang berbau mistik harus dijauhkan dari sikap
umat Islam keseharian dengan cara mengubah sesuatu yang berasal dari sufisme
menjadi akhlak. Gerakan purifikasi Muhammadiyah sampai saat ini masih melakukan
penguatan dan penyadaran terhadap pola kehidupan manusia.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tajdid

Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama


Islam ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-
benarnya. Islam sebagai agama terakhir, tidaklah memisahkan masalah rohani dan
persoalan dunia, tetapi mencakup kedua segi ini. Sehingga Islam yang memancar ke
dalam berbagai aspek kehidupan tetaplah merupakan satu kesatuan suatu keutuhan.
Pembaharuan Islam sebagai satu kesatuan inilah yang ditampilkan Muhammadiyah itu
sendiri. Sehingga dalam perkembangan sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri
sebagai pengembangan dari pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh
KH. Ahmad Dahlan sebagai karya amal shaleh. Usaha pembaharuan Muhammadiyah
secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga bidang garapan, yaitu : bidang keagamaan,
pendidikan, dan kemasyarakatan.

B. Model Model Tajdid Muhammadiyah


1. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau prinsip
dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi, mungkin
menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh kebiasaan dan
pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam bidang
keagamaan adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada keasliannya. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan agama baik menyangkut aqidah (keimanan) ataupun ritual
(ibadah) haruslah sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana diperintahkan oleh Allah
dalam Al-Quran dan dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW, lewat sunah-sunahnya.
Dalam masalah aqidah Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah Islam yang
murni, bersih dari gejala-gejala kemusyrikan, bid’ah dan khufarat tanpa mengabaikan
prinsip-prinsip toleransi menurut ajaran Islam, sedang dalam ibadah Muhammadiyah

6
bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah SAW
tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada Al-Qur’an
dan Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam tambahan yang
datang kemudian dalam agama. Memang di Indonesia keadaan ini terasa sekali, bahwa
keadaan keagamaan yang nampak adalah serapan dari berbagai unsur kebudayaan yang
ada.
Di antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama Islam antara
lain : pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat, berbagai macam upacara
dan selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu pada waktu hamil, pada waktu puput
pusar, khitanan, pernikahan, dan kematian. Upacara dan do’a yang diadakan pada hari
ke-3, ke-5, ke-40, ke-100, ke-1000 setelah meninggal. Peristiwa penting yang berssfat
sosial yang berhubungan dengan kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada bulan
Sya’ban dan Ruwah. Berziarah ke makam orang-orang suci dan minta dido’akan.
Begitu pula orang sering kali meminta nasehat dan bantuannya kepada petugas agama di
desa (seperti modin, rois, kaum) dalam hal-hal yang berhubungan dengan takhayul,
misal untuk menolak pengaruh penyakit, yang untuk itu biasanya mereka
diberi/dibacakan do’a-do’a dalam bahasa Arab, yang di antara do’a tersebut tidak jarang
bagian-bagian yang berbau Agama Hindu atau animisme dari zaman kuno, dan
sebagainya.
Terhadap tradisi dan kepercayaan di atas banyak orang Islam yang menganggap
bahwa hal tersebut termasuk amalan-amalan keagamaan, atau setidak-tidaknya hal
tersebut tidak bertentangan. Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan berbagai macam
kepercayaan di atas banyak kaum muslimin yang melakukannya tanpa reserve, bahkan
mereka menganggap bahwa hal di atas termasuk keharusan menurut agama.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan memberantas
segala bentuk bid’ah dan khurafat sepeti bentuk di atas. Usaha Muhammadiyah untuk
memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia, ialah Muhammadiyah telah mengenalkan
penelaahan kembali dan pengubahan drastis, jika diperlukan, menuju penafsiran yang
benar terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits. Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat
disebut :

7
a. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai kebalikan dari
kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah Barat.
b. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan
puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas
agama.
c. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam,
Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa dalam jumlah
jama’ah yang lebih kecil, yang diselengarakan di Masjid. Hal ini dilakukan dengan
tujuan laian agar para wanita yang sedang agar dapat bisa bergabung bersama
(walaupun tidak ikut sholat) karena hal ini tidak mungkin dapat dilakukan apabila di
dalam Masjid.
d. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya tersebut di atas,
oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan
sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai
atau petugas agama (penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
e. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah
dalam bahasa Arab.
f. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan
dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis darinya.
g. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan. Dari Jabir -
Radhiyallaahu ‘anhu-, dimana dia berkata: “Rasulullah -Shallallaahu ‘alaihi
wasallam- telah melarang menembok kuburan, duduk di atasnya, dan membuat
bangunan di atasnya!”.(Hadits Riwayat Muslim, Ahmad, An-Nasa’i dan Abu
Dawud).
h. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
i. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh para
kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari pemujaan terhadap mereka.
j. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan perempuan
dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.

2. Bidang Pendidikan

8
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah mempelopori
dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi
Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih
dalam, pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang
Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.

Pembaharuan pendidikan ini meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik
pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin
membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas dalam pandangan
dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan
masyarakatnya. Adapun teknik, adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara
penyelenggaraan pengajaran.

Gagasan pendidikan Muhammadiyah adalah untuk mendidik sejumlah banyak orang


awam dan meningkatkan pengetahuan masyarakat. Dalam usaha merealisasi gagasan
tersebut, Muhammadiyah sejak masa kepemimpinan Ahmad Dahlan, telah berusaha
keras untuk mengawinkan antara dua sistim pendidikan, pesantren (pendidikan agama
pedesaan di bawah tuntunan kyai/ulama) dan sekolah model barat, dengan
menghilangkan kelemahan dari keduanya. Menurut Muhammadiyah, pendidikan
pesantren tradisional membutuhkan waktu terlalu banyak bagi santri untuk
menyelesaikannya, juga kurang adanya sistim kelas atau penjenjangan. Pesantren
biasanya hanya terbatas pada sejumlah kecil mata pelajaran tertentu, sehingga santri
harus memasuki dan tinggal di beberapa pesantren agar sempurna ilmunya.

Pesantren tradisional tidak cukup membekali santrinya dalam memecahkan masalah-


masalah keduniawian, karena lembaga-lembaga tersebut tidak mengajarkan pelajaran-
pelajaran sekuler. Di pihak lain, pendidikan model Barat hanya mengajarkan
ketrampilan praktis, pengetahuan dan ilmu umum, tetapi tidak mengajarkan ketrampilan
akhlak, budi pekerti, dengan bersandar kepada ajaran Islam. Muhammadiyah merasa
perlu menggabungkan keduanya : pendidikan untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan
akherat. Atau dengan kata lain, bahwa dengan sistim pendidikannya itu,
Muhammadiyah ingin membentuk ulama intelek dan atau intelek yang ulama.

9
Dengan mengambil unsur-unsurnya yang baik dari sistim pendidikan Barat dan
sistim pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistim pendidikan
sendiri, seperti sekolah model Barat, tetapi dimasuki pelajaran agama di dalamnya,
sekolah dengan menyertakan pelajaran sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan dan
lain-lain.

Dalam cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan
di masjid atau langgar, tetapi di gedung khusus, yang di lengkapi dengan meja, kursi
dan papan tulis, tidak lagi duduk di lantai. Selain pembaharuan dalam lembaga
pendidikan formal, Muhammadiyah pun telah memperbaharui bentuk pendidikan
tradisional non formal, yaitu pengajian.

Semula pengajian di lakukan di mana orang tua atau guru privat mengajar anak-anak
kecil membaca Al-Qur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian
disistematiskan ke dalam bentuk pendidikan agama non formal, di mana pesertanya
lebih banyak juga isi pengajian diserahkan pada masalah-masalah kehidupan sehari-hari
umat Islam.

10
Begitu pula Muhammadiyah dalam usaha pembaharuan ini telah berhasil
mewujudkan bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang
diperlukan dan mungkin bersifat pribadi, seperti Muhammadiyah telah memelopori
mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di kota-kota besar. Dengan
menyelenggarakan pengajian dan nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat
ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.

11
3. Bidang Kemasyarakatan

Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh Muhammadiyah
adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang dikelola melalui
lembaga-lembaga dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada
umumnya di dalam memelihara anak yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial
di dalam Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada
kaitannya dengan bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat
ditangani sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.

Usaha pemaharuan dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan


didirikannya Pertolongan Kesengsaraan Oemoem (PKO) pada tahun 1923. Ide di balik
pembangunan dalam bidang ini karena banyak di antara orang Islam yang mengalami
kesengsaraan, dan hal ini merupakan kesempatan bagi kaum muslimin untuk saling
tolong-menolong. Perhatian pada kesengsaraan umum dan kewajiban menolong sesama
muslim, tidak hanya sekedar karena rasa cinta kasih pada sesama, tetapi juga ada
tuntunan agama yang jelas untuk beramar ma’ruf. Sebagai perwujudan sosial dari
semangat beragama. Hal ini merupakan gerakan sosial dengan ilham keagamaan.
Contohnya ialah pengamalan firman Tuhan dalam Surat Al-Ma’un (terjemahannya) :

“Tahukah engkau orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tiada menganjurkan menyantuni orang miskin. Celakalah orang-orang yang
shalat, yaitu lalai dari shalatnya, orang-orang yang riya’ dan tiada mau menolong
dengan barang-barang yang berguna.”

Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian rumah yatim, klinik,
rumah sakit dan juga melalui pembaharuan cara mengumpulkan dan mendistribusikan
zakat. Dapatlah disimpulkan, bahwa pembaharuan sosial kemasyarakatan yang
dilakukan Muhammadiyah, merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama, dalam
dimensi sosialnya, atau dimaksudkan untuk mencapai tujuan keagamaan.

12
BAB III
KESIMPULAN

Muhammadiyah Lahir oleh Proses Panjang, paduan semangat dan perickan


permenungan yang tak Cuma dimiliki oleh seseorang . jika kemudian Muhammadiyah
menjadi moderenis itu bukan sebuah kebetulan dan isengnya para Pimpinan yang
mengkonsepkan hal tesebut. Modernitas Muhammadiyah lahir sebagai respon atas
sejarah dan bukan sebuah spontanitas. Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan
kebodohan semasa colonial, Muhammadiyah lahir dengan banyak respon pendidikan
modern dan mengmbangkan spirit penolong kesengsaraan Umum (PKO), ketika
masyrakat terlena delam tradisional dan mencampuradukan ajaran agama,
Muhammadiyah memberikan wacana dan spirit baru yaitu tajdid dan Purifikasi.

Kini sudah sekita 1 abad sejak Muhammadiyah lahir dari tangan Kh.Ahmad Dahlan,
sebagai gerkan tajdid dan purifikasi berbuah manis, sudah banyak perubahan dan
pembaharuan diberbagai aspek dan bidang-bidang yang menjadi focus perbuahan
Muhammadiyah, yakni aspek tajdid dalam bidang agama, pendidkan dan bidang sosial
kemasyarakatan, walaupun masih ada atau belum secara total berhasil namun pencapain
ini patut diapresiasi dan terus digencarkan dan dikembangkan.

13
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Nurdin , dkk. Al Islam – Kemuhammadiyahan III : kemuahammadiyahan. Umm
Press. 2012. Malang.
Arifin, MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam Pendidikan. Dunia.
Jakarta.1987

Sumber web : TIDAK BOLEH MENEMBOK KUBURAN 13 Oktober 2018. Oleh


AJARAN ISLAM YANG HAQ! MEMPELAJARI AJARAN ISLAM LEBIH DALAM DAN
SESUAI DOGMA!,

Wikipedia,arti tajdid secara harafiah : id.Wikipedia.org/tajdid

Sumber web : Pengertian dan Urgensi Muhammadiyah Sebagai Gerakan Tajdid


dan Purifikasi, ditulis pada 6 november 2014

14

Anda mungkin juga menyukai