DISUSUN OLEH :
PENDIDIKAN BIOLOGI
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
yang berjudul MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN TAJDID
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen
matakuliah yang bersangkutan, yaitu mata kuliah “KEMUHAMMADIYAHAN”. Kami
menyadari sepenuhnya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak terdapat
kesalahan baik dari segi penulisan maupun pembahasan, oleh karena itu kami
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
2
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Sejarah Dan Latar Belakang Gerakan Tajdid 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajdid 6
B. Model model Tajdid 12
BAB. III
Kesimpulan 13
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Dua faktor yang melandasi atau yang menjadi latar belakang berdirinya
Muhammadiyah yaitu faktor internal dan eksternal. Yang dimaksud dengan faktor
internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi keagamaan kaum muslimin di
Indonesia sendiri yang karena berbagai sebab telah menyimpang dari ajaran Islam yang
benar. Faktor eksternal adalah faktor yang berkaitan dengan: (a) politik Islam Belanda
terhadap kaum muslimin di Indonesia; dan (b) pengaruh ide dan gerakan pembaharuan
Islam dari Timur Tengah. Sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk memahami
kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap sebagai
standard Islam yang benar. Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah
pembaharuan (tajdid) pemahaman agama. Adapun yang dimaksudkan dengan
pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah yang seperti yang dikemukakan M. Djindar
Tamimy: Maksud dari kata-kata “tajdid” (bahasa Arab) yang artinya “pembaharuan”
adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari pada/menurut sasarannya :
Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran
Islam itu sendiri dalam perjuangannya. Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu
tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan tetapi juga memurnikan, membersihkan
yang bukan ajaran. rakan Muhammadiyah adalah gerakan purifikasi (pemurnian) dan
modernisasi ( pembaharuan) atau dalam bahasa arab “tajdid” keduanya memiliki
perbedaan yang cukup mendasar. Pada mulanya, Muhammadiyah dikenal dengan
4
gerakan purifikasi, yaitu kembali kepada semangat dan ajaran Islam yang murni dan
membebaskan umat Islam dari Tahayul, Bid’ah dan Khurafat. Cita-cita dan gerakan
pembaharuan yang dipelopori Muhammadiyah sendiri sebenarnya menghadapi konteks
kehidupan keagamaan yang bercorak ganda, sinkretik dan tradisional. Sebagai sebuah
gerakan sosial keagamaan, Muhammadiyah mempunyai ciri khusus dengan yang lain,
tetapi ciri tersebut dibuat bukan atas dasar teoritik belaka, melainkan berpijak pada
proses yang sesuai dengan lingkungan dan budaya masyarakat. Meskipun
Muhammadiyah melakukan purifikasi keagaaman, namun Muhammadiyah dalam waktu
yang bersamaan sangat menyadari ketergantungan pada lingkungan sosial- budaya di
tempat Muhammadiyah berada.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tajdid
6
bekerja untuk tegaknya ibadah tersebut sebagaimana yang dituntunkan Rasulullah SAW
tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Dengan kembali kepada ajaran dasar ini yang populernya disebut pada Al-Qur’an
dan Hadits, Muhammadiyah berusaha menghilangkan segala macam tambahan yang
datang kemudian dalam agama. Memang di Indonesia keadaan ini terasa sekali, bahwa
keadaan keagamaan yang nampak adalah serapan dari berbagai unsur kebudayaan yang
ada.
Di antara praktek-praktek dan kebiasaan yang bukan berasal dari agama Islam antara
lain : pemujaan arwah nenek moyang, benda-benda keramat, berbagai macam upacara
dan selamatan, seperti pada waktu-waktu tertentu pada waktu hamil, pada waktu puput
pusar, khitanan, pernikahan, dan kematian. Upacara dan do’a yang diadakan pada hari
ke-3, ke-5, ke-40, ke-100, ke-1000 setelah meninggal. Peristiwa penting yang berssfat
sosial yang berhubungan dengan kepercayaan seperti kenduri/ slametan pada bulan
Sya’ban dan Ruwah. Berziarah ke makam orang-orang suci dan minta dido’akan.
Begitu pula orang sering kali meminta nasehat dan bantuannya kepada petugas agama di
desa (seperti modin, rois, kaum) dalam hal-hal yang berhubungan dengan takhayul,
misal untuk menolak pengaruh penyakit, yang untuk itu biasanya mereka
diberi/dibacakan do’a-do’a dalam bahasa Arab, yang di antara do’a tersebut tidak jarang
bagian-bagian yang berbau Agama Hindu atau animisme dari zaman kuno, dan
sebagainya.
Terhadap tradisi dan kepercayaan di atas banyak orang Islam yang menganggap
bahwa hal tersebut termasuk amalan-amalan keagamaan, atau setidak-tidaknya hal
tersebut tidak bertentangan. Terhadap tradisi, adat kebiasaan dan berbagai macam
kepercayaan di atas banyak kaum muslimin yang melakukannya tanpa reserve, bahkan
mereka menganggap bahwa hal di atas termasuk keharusan menurut agama.
Untuk itu Muhammadiyah berusaha meluruskan kembali dengan memberantas
segala bentuk bid’ah dan khurafat sepeti bentuk di atas. Usaha Muhammadiyah untuk
memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia, ialah Muhammadiyah telah mengenalkan
penelaahan kembali dan pengubahan drastis, jika diperlukan, menuju penafsiran yang
benar terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits. Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat
disebut :
7
a. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai kebalikan dari
kebiasaan sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah Barat.
b. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan
puasa (hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas
agama.
c. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam,
Idul Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa dalam jumlah
jama’ah yang lebih kecil, yang diselengarakan di Masjid. Hal ini dilakukan dengan
tujuan laian agar para wanita yang sedang agar dapat bisa bergabung bersama
(walaupun tidak ikut sholat) karena hal ini tidak mungkin dapat dilakukan apabila di
dalam Masjid.
d. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya tersebut di atas,
oleh panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan
sebelumnya dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai
atau petugas agama (penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
e. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah
dalam bahasa Arab.
f. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan
dan pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis darinya.
g. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan. Dari Jabir -
Radhiyallaahu ‘anhu-, dimana dia berkata: “Rasulullah -Shallallaahu ‘alaihi
wasallam- telah melarang menembok kuburan, duduk di atasnya, dan membuat
bangunan di atasnya!”.(Hadits Riwayat Muslim, Ahmad, An-Nasa’i dan Abu
Dawud).
h. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
i. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh para
kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari pemujaan terhadap mereka.
j. Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan perempuan
dalam pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.
2. Bidang Pendidikan
8
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah mempelopori
dan menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi
Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih
dalam, pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang
Islam dapat diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.
Pembaharuan pendidikan ini meliputi dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik
pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin
membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam agama, luas dalam pandangan
dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang untuk kemajuan
masyarakatnya. Adapun teknik, adalah lebih banyak berhubungan dengan cara-cara
penyelenggaraan pengajaran.
9
Dengan mengambil unsur-unsurnya yang baik dari sistim pendidikan Barat dan
sistim pendidikan tradisional, Muhammadiyah berhasil membangun sistim pendidikan
sendiri, seperti sekolah model Barat, tetapi dimasuki pelajaran agama di dalamnya,
sekolah dengan menyertakan pelajaran sekuler, bermacam-macam sekolah kejuruan dan
lain-lain.
Dalam cara penyelenggaraannya, proses belajar mengajar itu tidak lagi dilaksanakan
di masjid atau langgar, tetapi di gedung khusus, yang di lengkapi dengan meja, kursi
dan papan tulis, tidak lagi duduk di lantai. Selain pembaharuan dalam lembaga
pendidikan formal, Muhammadiyah pun telah memperbaharui bentuk pendidikan
tradisional non formal, yaitu pengajian.
Semula pengajian di lakukan di mana orang tua atau guru privat mengajar anak-anak
kecil membaca Al-Qur’an dan beribadah. Oleh Muhammadiyah diperluas dan pengajian
disistematiskan ke dalam bentuk pendidikan agama non formal, di mana pesertanya
lebih banyak juga isi pengajian diserahkan pada masalah-masalah kehidupan sehari-hari
umat Islam.
10
Begitu pula Muhammadiyah dalam usaha pembaharuan ini telah berhasil
mewujudkan bidang bimbingan dan penyuluhan agama dalam masalah-masalah yang
diperlukan dan mungkin bersifat pribadi, seperti Muhammadiyah telah memelopori
mendirikan Badan Penyuluhan Perkawinan di kota-kota besar. Dengan
menyelenggarakan pengajian dan nasihat yang bersifat pribadi tersebut, dapat
ditunjukkan bahwa Islam menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia.
11
3. Bidang Kemasyarakatan
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh Muhammadiyah
adalah didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang dikelola melalui
lembaga-lembaga dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada
umumnya di dalam memelihara anak yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial
di dalam Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada
kaitannya dengan bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat
ditangani sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.
“Tahukah engkau orang yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak
yatim, dan tiada menganjurkan menyantuni orang miskin. Celakalah orang-orang yang
shalat, yaitu lalai dari shalatnya, orang-orang yang riya’ dan tiada mau menolong
dengan barang-barang yang berguna.”
Ajaran ini direalisasikan oleh Muhammadiyah melalui pendirian rumah yatim, klinik,
rumah sakit dan juga melalui pembaharuan cara mengumpulkan dan mendistribusikan
zakat. Dapatlah disimpulkan, bahwa pembaharuan sosial kemasyarakatan yang
dilakukan Muhammadiyah, merupakan salah satu wujud dari ketaatan beragama, dalam
dimensi sosialnya, atau dimaksudkan untuk mencapai tujuan keagamaan.
12
BAB III
KESIMPULAN
Kini sudah sekita 1 abad sejak Muhammadiyah lahir dari tangan Kh.Ahmad Dahlan,
sebagai gerkan tajdid dan purifikasi berbuah manis, sudah banyak perubahan dan
pembaharuan diberbagai aspek dan bidang-bidang yang menjadi focus perbuahan
Muhammadiyah, yakni aspek tajdid dalam bidang agama, pendidkan dan bidang sosial
kemasyarakatan, walaupun masih ada atau belum secara total berhasil namun pencapain
ini patut diapresiasi dan terus digencarkan dan dikembangkan.
13
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Nurdin , dkk. Al Islam – Kemuhammadiyahan III : kemuahammadiyahan. Umm
Press. 2012. Malang.
Arifin, MT. Gagasan Pembaharuan Muhammadiyah dalam Pendidikan. Dunia.
Jakarta.1987
14