Anda di halaman 1dari 3

Nama : Dedi hindarto

Nim : 2210611039
Kelas : B

 SOAL
1.Jelaskan pengertian tajrid dan tajdid
2.Bagaimana model tajrid dan tajdid yang dilakukan muhammadiyah
3.Jelaskan model Gerakan keagamaan Muhammadiyah pada abad pertama usianya
 JAWABAN
1. Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar "Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan"
yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar
terlepas dari Bid'ah, Takhayyul dan Khurafat. At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada
menghidupkan, membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran tentang
tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian dihidupkan dan
dikembalikan.
Tajrid, berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian, pengupasan, Pelepasan atau
pengambil alihan dan tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se populer ketika
menyebut istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang bersifat husus.
Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi saw. dan tidak ada pembaruan.
2. Model-model tajdid
Secara garis besar, prinsip dasar pembaharuan Islam termasuk Muhammadiyah setidaknya terdapat dua
unsur yang saling berkaitan. Pertama, seruan terhadap skriptualisme (Al-Qur'an dan Sunnah) dengan
menekankan otoritas mutlak teks suci dengan menemukan substansi ajaran baik yang bersifat aqidah
maupun dengan penerapan praksisnya. Kedua, upaya untuk mereinterpretasi ajaran-ajaran Islam yang
sesuai dengan pemahaman-pemahaman baru seiring dengan tuntutan zaman yang kontemporer.
Dalam kaitan dengan pembaharuan (tajdid), terdapat lima agenda penting yang menjadi fokus
Muhammadiyah dengan melakukan gerakannya, yaitu:
a) Tajdid al-Islam yang menyangkut tandhifal-aqidah yaitu purifikasi terhadap ajaran Islam (Sujarwanto
1990: 232).Tandhifal-aqidah ini berusaha untuk membersihkan ajaran-ajaran Islam dari unsur takhayul,
bid’ah dan khurafat (TBC).
b) Pembaharuan yang menyangkut masalah teologi. Dalam bidang teologi, Muhammadiyah sudah
sewajarnya untuk mengkaji ulang konsep-konsep teologi yang lebih responsif dan tanggap terhadap
persoalan zaman. Pembaharuan yang dilakukan adalah untuk membicarakan persoalan-persoalan
kemanusiaan, di samping persoalan-persoalan-persoalan-persoalan ke-Tuhanan.
c) Karena Islam menyangkut persoalan dunia dan akherat, ideologi dan pengetahuan serta dimensi yang
menyangkut kehidupan manusia, maka tajdid diorientasikan pada pengembangan serta peningkatan
kualitas kemampuan sumber daya manusia (Islam).
d) Pembaharuan Islam menyangkut organisasi. Gerakan umat Islam harus rapi, terorgansir dan memiliki
manajemen yang professional, sehingga mampu bersaing dengan yang lainnya.
e) Pembaharuan dalam bidang etos kerja. Point ini juga menjadi focus perhatian Muhammadiyah karena
etos kerja umat Islam saat berdirinya Muhammadiyah sangat rendah.
Model-model tajrid
a) Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat dan bid’ah. Khurafat adalah
kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Hanya ikut-ikutan orang tua atau
nenek moyang. Sedangkan bid’ah biasanya muncul karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan
Islamnya kurang luas, sehingga yang dilakukan adalah bukan dari ajaran Islam. Misalnya selamatan
dengan kenduri dan tahlil dengan menggunakan lafal Islam.
b) Realitas sosio-agama yang dipraktikkan masyarakat inilah yang mendorong Ahmad Dahlan melakukan
pemurnian melalui organisasi Muhammadiyah. munawir Syazali mengatakan bahwa Muhammadiyah
adalah gerakan pemurnian yang menginginkan pembersihan Islam dari semua unsur singkretis dan daki-
daki tidak Islami lainnya
Muhammadiyah memandang tajdid sebagai salah satu watak dari ajaran Islam. Tajdid dalam pandangan
Muhammadiyah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemurnian (purifikasi) dan dimensi peningkatan,
pengembangan, modernisasi atau yang semakna dengan itu (dinamisasi). Dalam arti “pemurnian” tajdid
dimaksudkan sebagai pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-
Qu’ran dan As- Sunnah Ash-Shahihah sedangkan dalam pengertian “peningkatan atau pengembangan”
tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan dan perwujudan ajaran Islam dengan tetap berpegang
teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah.
3. Muhamadiyah sebenarnya telah menggagas tentang penguatan basis gerakan sejak awal berdirinya,
bahkan dalam Muktamar tahun 1970-an telah diputuskan untuk menggalang jama’ah dan dakwah jamaah
(GJDJ). Hanya saja gagasan tersebut belum maksimal diimplemetasikan dalam aktivisme organisasi.
Dalam konstitusi Muhammadiyah terdapat tiga model gerakan Muhammadiyah ; pertama,
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, kedua, sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, dan
ketiga, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid. Fokus kajian dalam makalah ini pada kajian yang pertama
yaitu Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
Kesadaran yang sama muncul pada Muktamar ke 46 Yogyakarta dengan adanya program revitalisasi
cabang dan ranting serta pembentukan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR) sebagai
respons atas kondisi global dan tantangan yang dihadapi. Kesadaran untuk memperhatikan masyarakat di
akar rumput merupakan kelanjutan dari spirit perubahan formasi sosial dengan terlibat dalam penguatan
kesadaran sosial, politik, ekoomi dan ideology yang kini terkooptasi oleh kecenderungan kapitalistik,
birokratisasi, politisasi yang berlangsung secara massif pasca Orde Baru.
Beberapa dekade yang lalu, telah di rumuskan pembinaan Jamaah, keluarga sakinah, dan qaryah
thoyyibah untuk memperkuat basis.

1. Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GDJD)


Esensi GDJD adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian mereka terhadap lingkungan sosialnya.
Definisi sederhana tentang jamaah adalah kumpulan keluarga muslim yang berada dalam suatu
lingkungan tempat tinggal. Ajakan warga aktif merupakan landasan gerakan Muhammadiyah yang
menuntut adanya komunitas yang solid dan terorganisir untuk memperjuangkan tegaknya kebaikan
menentang segala macam keburukan. Orientasi dari gerakan ini adalah membangun basis kehidupan
dakwah bil halal di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan kesehatan.
KH. Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan beberapa sahabatnya sangat peduli terhadap
pembinaan jamaah. Beliau melakukan perjalanan keliling Jawa untuk melakukan pembinaan hingga ke
Banyuwangi, Jakarta dan Jawa Tengah. Itu artinya, penguatan jamaah sudah menjadi platform dari berdiri
dan pengembangan gerakan Muhamaadiyah.
2. Langkah Penguatan Jama’ah
Langkah pemberdayaan melalui penguatan institusi cabang dan ranting akan memberi kontribusi bagi
penguatan kohesi sosial/solidaritas antar warga di tengah meluasnya faham-faham radikal yang cenderung
anarkis belakangan ini. Ledakan bom di Pesantren Umar Bin Khattab Bima NTB bisa menjadi bukti
betapa rapuhnya kohesi sosial warga, suatu komunitas kecil dan pinggiran semacam Bima itu, bisa lahir
suatu tindakan kekerasan. Memperkuat kembali identitas lokal melalui gerakan jamaah dapat dipandang
dalam kerangka penguatan potensi dan basis gerakan untuk digerakkan kepada hal-hal yang produktif.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menggiatkan cabang dan ranting Muhammadiyah melalui gerakan
jamaah dan dakwah jamaah; 1). Melakukan assesment awal mengenai kehidupan keagamaan di desa atau
komunitas atau ranting; 2). Memantapkan konsep dakwah jamaah yang akan dipergunakan agar sesuai
dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat basis; 3). Melakukan sosialisasi dan pelatihan
bagi para fasilitator yang akan menggerakkan cabang dan ranting; 5). Melakukan pendampingan dakwah
jamaah; 6). Memantapkan organisasi gerakan di akar rumput (pimpinan ranting) sebagai ujung tombak
gerakan dakwah jamaah.
Untuk mensinergikan langkah-langkah diatas, diperlukan adanya keterlibatan berbagai lembaga amal
Muhammadiyah seperti sekolah, rumah sakit ataupun masjid yang tumbuh begitu cepat di berbagai
daerah di Indonesia. Pelibatan lembaga amal itu dalam mempercepat proses pengembangan cabang dan
ranting sebagai sentral untuk mengembangkan Muhammadiyah sebagai organisasi yang bercorak
community based¸ tidak hanya memperkuat infrastruktur Muhammadiyah, tetapi juga memperkuat
infrastruktur masyarakat sehingga terbentuk masyarakat khairah ummah sebagaimana cita-cita
Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai