Keagamaan
Organisasi Muhammadiyah adalah organisasi pergerakan. Daya juang para kader
organisasi dalam mendalami dunia dakwah demi tersebarnya syariat-syariat Islam
merupakan sebuah isyarat bahwa gerakan Muhammadiyah telah menembus batas-
batas tradisi dan budaya. Khususnya di Indonesia, tempat dimana organisasi ini
berkembang dan mewujud, setiap kader dituntut agar bergerak dinamis, dapat
menjiwai nilai-nilai organisasi dan khatam secara ideologi.
Sebuah Gerakan
Secara harfiah terdapat perbedaan antara kata gerak, gerakan dan pergerakan.
Gerak sendiri merupakan perubahan suatu materi dari tempat yang satu ke tempat
lainnya[3], sedangkan gerakan berarti perbuatan atau keadaan bergerak, dan
pergerakan adalah usaha atau kegiatan. Pergerakan identik dengan kegiatan dalam
ranah sosial. Dengan demikian, kata gerakan atau pergerakan mengandung arti,
unsur, dan esensi yang dinamis tidak statis.
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104)
Seruan gerakan dakwah tanpa putus ini dapat dilihat pada Mukaddimah Anggaran
Dasar Muhammadiayah, Pokok Pikiran ke-enam. Terdapat 3 (tiga) hal yang
membedakan gerakan sosial Muhammadiyah dengan yang lainnya. Dimana secara
garis besar tersirat bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam, amar
marut nahi munkar dan tadjid yang bersumber pada Al-Quran dan Sunnah.
Tiga hal pembeda tersebut menjadi perihal penting untuk didalami, dimengerti dan
dipahami, karena hakikat dan identitas Muhammadiyah termaktub pada poin-poin
tersebut. Hingga dalam perjalannya, para kader organisasi diharapkan dapat
terhindar dari ke-salah kaprah-an dalam menyebarkan gerakan Islam dan tetap
patuh pada rambu jalur organisasi.
Makna Kehadiran
Mernurut K.H. Ahmad Dahlan: Islam yang masuk di Indonesia sangat berbeda
bahkan dianggap bertentangan dengan Islam yang dipahaminya. Agama Islam
adalah agama yang diturunkan oleh Allah melalui para Nabi utusan-Nya. Maka,
secara sederhana, dapat disimpulkan bahwa: semua agama yang dibawa oleh
Nabiullah itulah yang disebut Agama Islam. Adapun agama Islam yang berlaku
sekarang ini, adalah agama yang dibawa oleh Nabi terakhir (Muhammad SAW) yang
menyempurnakan agama Islam yang dibawa oleh Nabi dan utusan Allah
sebelumnya. Wujud agama Islam seluruhnya adalah berupa wahyu syariat Allah.[3]
Dalam teori perubahan sosial (sosial movement theory) sebuah pergerakan atau
gerakan, selalu lahir dengan makna perubahan/change, yakni: kehadirannya untuk
melakukan perubahan yang evolusiner dan revolusioner. Gerakan sosial
kemasyarakatan adalah suatu bentuk kolektif berkelanjutan yang mendorong atau
menghambat perubahan dalam masyarakat atau organisasi, yang merupakan bagian
dari masyarakat tersebut (Turner dan Killian, 2000)
Menurut David A. Locher (2000) terdapat tiga hal yang membedakan gerakan sosial
(sosial movement) dari bentuk perilaku kolektif lainnya, yaitu: (1) Organized, bahwa
gerakan sosial itu terorganisasi, sedangkan kebanyakan perilaku kolektif tidak
terorganisir, baik pemimpinnya, pengikutnya, maupun proses pergerakannya; (2)
Deliberate, gerakan sosial itu direncanakan dengan penuh pertimbangan dan
perencanaan; (3) Enduring, gerakan sosial itu keberadaanya untuk jangka waktu
yang panjang hingga beberapa dekade. Artinya sebuah gerakan sosial, terlebih
gerakan keagamaan harus memiliki karakter yang kuat agar dapat bergerak secara
terorganisir, terencana dan berkelanjutan. Sehingga, tidak mudah tertelan atau
terhempas badai zaman yang tak terduga.
Inilah Islam yang modern, Islam yang melintasi batas-batas kaku tradisional dan
budaya, Islam yang senantiasa melangkah maju ke depan. Sebagaimana semangat
dasar gerakan Muhammadiyah dalam menyebarkan panji-panji agama Islam dan
menghadapi pergolakan arah global dunia.
Oleh karena itu, aktor-aktor gerakan dakwah wajib masuk dalam lingkaran
organisasi agar dapat terorganisir dan memiliki power yang kuat. Sehingga,
kelelahan dan keteteran dalam menyebarkan nilai-nilai ke-Islam-an dapat teratasi
sejak dini dan secara organisatoris. Dalam hal ini, para pendahulu Muhammadiyah
memaknainya dengan kaidah fiqhiyah ma layatim al-wajib Illa bihi da huma wajib.
Artinya: organisasi menjadi wajib adanya, karena keniscayaan dakwah memerlukan
perangkat-perangkat organisasi.
Di sisi lain: Muhammadiyah bertujuan untuk mencetak ummat terbaik atau ummat
yang unggul. Sebagaimana pokok pikiran keenam Anggaran Dasar Muhammadiyah.
Disebutkan bahwa: organisasi adalah satu-satunya alat atau cara perjuangan yang
sebaik-baiknya. Ciri-cirinya adalah: a) Muhammadiyah adalah subjek atau
pemimpin, dan masyarakat semuanya adalah objek atau yang dipimpinnya; b)
Lincah (dinamis), maju (progresif), selalu dimuka dan militan; c) Revolusioner; d)
Mempunyai pemimpin yang kuat, cakap, tegas dan berwibawa; dan e) Mempunyai
organisasi yang susunannya lengkap dan selalu tepat atau up to date (PP
Muhammadiyah, Manhaj Gerakan Muhammadiyah, 2000; 19-30).