Anda di halaman 1dari 18

Al Islam Kemuhammadiyahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap gerakan sosial yang memiliki jaringan organisasi hingga ke tingkat akar rumput
tentu akan memikirkan bagaimana model mengembangkan aktivitas organisasi di tingkat akar
rumput sebagai basis gerakan. Industrialisasi, globalisasi dan kapitalisasi kehidupan sosial
masyarakat telah membawa implikasi sosiologis bagi rapuhnya semangat gotong royong atau
kohesi sosial, sementara elite-elite organisasi sosial keagamaan hanya sibuk memikirkan
persoalan-persoalan besar tanpa mempedulikan basis gerakannya.
Antara kepedulian pada penguatan basis gerakan dengan gagasan mengenai
pemberdayaan masyarakat akar rumput masih terdapat kesenjangan, artinya gagasan ideal
mengenai pembentukan masyarakat ideal (al-madinah al-fadhilah model Al-Farabi) dengan
tindakan konkret untuk mewujudkan yang masih terdapat ruang kosong. Muhammadiyah
sebenarnya telah menggagas tentang penguatan basis gerakan ini sejak awal berdirinya, bahkan
Muktamar tahun 1970-an telah memutuskan untuk menggalang gerakan jamaah dan dakwah
jamaah (GJDJ). Hanya saja, gagasan itu belum maksimal diimplementasikan dalam aktivisme
organisasi.
Kesadaran yang sama muncul pada Muktamar ke-46 Yogyakarta dengan adanya
program revitalisasi cabang dan ranting serta pembentukan Lembaga Pengembangan Cabang
dan Ranting (LPCR) sebagai respons atas kondisi global dan tantangan yang akan dihadapi
Muhammadiyah di masa depan. Meningkatnya kesadaran sosial masyarakat yang disertai
dengan sikap kritis terhadap persoalan politik, hak azasi manusia, lingkungan hidup dan
demokrasi merupakan tuntutan umum yang semakin penting bagi masyarakat hingga ke akar
rumput atau tingkat cabang dan ranting.
Orientasi kebijakan politik di level institusi negara maupun kebijakan dakwah di level
organisasi gerakan sosial Islam yang bersifat sentralistik segera bergeser dengan
memaksimalkan peran masyarakat atau umat di akar rumput. Kebijakan yang bersifat top-down
tidak saja gagal mengadaptasikan dirinya dengan realitas kehidupan masyarakat di akar rumput,
tetapi juga merusak infrastruktur sosial masyarakat itu sendiri. Karena itu, pelibatan aktif
masyarakat akar rumput untuk memaksimalkan potensi lokal menjadi sesuatu yang diharapkan
efektif memperkuat basis masyarakat, sekaligus memperkuat keterlibatan Muhammadiyah di
tingkat basis

1
Al Islam Kemuhammadiyahan

Kesadaran untuk memperhatikan masyarakat di akar rumput merupakan kelanjutan dari


spirit untuk melakukan perubahan formasi sosial dengan terlibat dalam penguatan kesadaran
sosial, politik, ekonomi, dan ideologi yang kini terkooptasi oleh kecendrungan kapitalistik,
birokratis dan pragmatis. Program GJDJ sebagai bagian untuk mengadaptasikan gerakan
Muhammadiyah di akar rumput dengan kecendrungan birokratisasi, politisasio serta kapitalisasi
yang berlangsung secara massif pasca Orde Baru. Memberikan perhatian pada penguatan basis
ini dalam perspektif Muhammadiyah bukanlah yang pertama dilakukan, beberapa dekade yang
lalu, telah dirumuskan mengenai pembinaan jamaah, keluarga sakinah, dan qoriyyah thottibah
menjadi gagasan gerakan untuk memperkuat basis.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini :
1. Apa definisi Gerakan Jamaah?
2. Apa definisi Dakwah Jamaah?
3. Bagaimana pengembangan organisasi dan gerakan jamaah?

1.3 Tujuan
1) Apa definisi Gerakan Jamaah?
2) Apa definisi Dakwah Jamaah?
3) Bagaimana pengembangan organisasi dan gerakan jamaah?

BAB II

PEMBAHASAN

2
Al Islam Kemuhammadiyahan

2.1 Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah


Gagasan mengenai pengembangan cabang dan ranting sebenarnya telah dirumuskan
pada dekade 1970-an ketika konsep GJDJ diputuskan menjadi kebijakan organisasi. Esensi
GJDJ adalah penguatan kesadaran jamaah dan kepedulian mereka terhadap lingkungan
sosialnya. Definisi sederhana mengenai jamaah adalah kumpulan keluarga muslim yang
berada dalam satu lingkungan tempat tinggal (dusun, RW, desa) atau dalam konsep
perkotaan sebagai ikatan ideologi mereka yang berada dalam komunitas yang sama, mereka
disatukan dengan kesadaran yang sama dalam proses pembentukan dilakukan oleh
persyarikatan Muhammadiyah.
Penguatan cabang dan ranting Muhammadiyah dapat dilakukan dengan maksimal
apabila pembinaan jamaah dapat dilakukan secara efektif dan kontinyu, artinya pembinaan
komunitas basis di akar rumput melalui GJDJ tidak menjadi perhatian yang bersifat parsial
dan temporal, tetapi merupakan program organisasi yang terpadu dan terintegrasi dengan
melibatkan berbagai majelis dan lembaga di lingkungan Muhammadiyah. Ajakan dakwah
untuk mengajak warga aktif merupakan landasan gerakan Muhammadiyah sebagaimana
tertuang dalam ayat yang menjadi referensi berdirinya Muhammadiyah yaitu surat Al-Imran
ayat 104 yang intinya menuntut adanya suatu komunitas yang solid dan terorganisir untuk
memperjuangkan tegaknya kebaikan dan menentang segala macam keburukan.
Perhatian utama gerakan jamaah dan dakwah jamaah adalah membina keluarga,
jamaah, dan secara aktif melakukan advokasi terhadap berbagai persoalan yang terjadi di
akar rumput atau di level jamaah. Orientasi dari gerakan ini adalah membangun basis
kehidupan jamaah dengan dakwah bil hal di bidang pendidikan, sosial, ekonomi dan
kesehatan yang instrumen umumnya sudah dimiliki oleh Muhammadiyah, selain itu
tentu saja yang paling penting adalah penguatan pada pembinaan aqidah Islam, membangun
keluarga sakinah, mawadah warahmah.
Melalui penguatan basis tersebut, gerakan jamaah perlu melakukan berbagai langkah
produktif yang dapat mendorong masyarakat di tingkat basis untuk memecahkan persoalan-
persoalan empirik yang mereka hadapi, termasuk usaha-usaha ekonomi produktif yang
digerakkan oleh komunitas/jamaah. Kerja bersama di akar rumput akan maksimal
mendorong perubahan setidaknya melakukan perubahan atas sistem sosial yang tidak
mendorong produktifitas masyarakat. Melalui gerakan jamaah, proses penghimpunan
berbagai potensi sosial, ekonomi dan bahkan politik akan sangat efektif untuk mendorong
perubahan sosial dan penguatan masyarakat sipil.
Pendiri Muhammadiyah dahulu sangat peduli terhadap pembinaan jamaah seperti
yang dilakukan oleh KH Ahmad Dahlan, beliau melakukan perjalanan keliling Jawa untuk

3
Al Islam Kemuhammadiyahan

melakukan pembinaan terhadap jamaah hingga ke Banyuwangi, Jakarta dan seluruh


komunitas Muhammadiyah di Jawa Tengah. Itu artinya, penguatan jamaah sudah menjadi
dasar utama atau platform dari berdiri dan pengembangan gerakan Muhammadiyah. Dengan
penguatan jamaah, tentu akan mudah melakukan dakwah jamaah, akhirnya lebih terarah
pada pemberdayaan di bidang aqidah, ibadah, sosial kemanusiaan dan advokasi.

2.2 Langkah Penguatan Jamaah


Langkah pemberdayaan melalui penguatan institusi cabang dan ranting akan
memberi kontribusi bagi penguatan kohesi sosial/solidaritas antar warga di tengah
meluasnya faham-faham radikal yang cenderung anarkis belakangan ini. Ledakan bom di
Pesantren Umar Bin Khattab Bima NTB bisa menjadi bukti betapa rapuhnya kohesi sosial
warga, suatu komunitas kecil dan pinggiran semacam Bima itu, bisa lahir suatu tindakan
kekerasan. Memperkuat kembali identitas lokal melalui gerakan jamaah dapat dipandang
dalam kerangka penguatan potensi dan basis gerakan untuk digerakkan kepada hal-hal yang
produktif.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menggiatkan cabang dan ranting
Muhammadiyah melalui gerakan jamaah dan dakwah jamaah;
1) Melakukan assesment awal mengenai kehidupan keagamaan di desa atau
komunitas atau ranting
2) Memantapkan konsep dakwah jamaah yang akan dipergunakan agar sesuai
dengan kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat basis;
3) Melakukan sosialisasi dan pelatihan bagi para fasilitator yang akan
menggerakkan cabang dan ranting
4) Melakukan pendampingan dakwah jamaah
5) Memantapkan organisasi gerakan di akar rumput (pimpinan ranting) sebagai
ujung tombak gerakan dakwah jamaah.
Untuk mensinergikan langkah-langkah diatas, diperlukan adanya keterlibatan
berbagai lembaga amal Muhammadiyah seperti sekolah, rumah sakit ataupun masjid yang
tumbuh begitu cepat di berbagai daerah di Indonesia. Pelibatan lembaga amal itu dalam
mempercepat proses pengembangan cabang dan ranting sebagai sentral untuk
mengembangkan Muhammadiyah sebagai organisasi yang bercorak community based
tidak hanya memperkuat infrastruktur Muhammadiyah, tetapi juga memperkuat
infrastruktur masyarakat sehingga terbentuk masyarakat khairah ummah sebagaimana cita-
cita Muhammadiyah.

Sejak tahun 60-an Muhammadiyah menggunakan konsep Gerakan Jama'ah Dakwah


Jamaah, sebagai konsep dakwah yang kini dirasakan kurang pengimplementasiannya baik
dalam induk organisasi Muhammadiyah di tingkat ranting ataupun ORTOM nya. Konsep

4
Al Islam Kemuhammadiyahan

Gerakan ini pada hakekatnya paling efektif dilakukan untuk memberikan wawasan kepada
jama'ah tentang ilmu agama dan ilmu ilmu lain untuk dapat menyelesaikan problematika
yang dialami oleh masyarakat yang hidup di sekeliling ranting Muhammadiiyah atau
ORTOM itu ada. Tidak hanya sekedar ilmu, konsep ini dibentuk untuk bisa membuat
jaringan yang kuat, hubungan persaudaraan yang kokoh dan produktif memahami dan
memberikan solusi terbaik terhadap permasalahan hidup jamaah ,masyarakat dan
lingkungan yang ada disekitarnya

Pada kenyataannya perwujudan konsep ini masih jauh dari apa yang menjadi hakikat
dan harapan konsep ini dibuat, dan kini konsep ini malah bisa dikatakan sering digunakan
oleh kelompok lain untuk menampung dan menaungi masyarakat untuk menjalankan misi
organisasinya. Konsep gerakan seribu ranting sendiri yang tengah digalakkan oleh Pimpinan
pusat Nasyiatul Aisyiyah beberapa waktu yang lalu, menjadi sulit dilakukan mengingat
GJDJ yang menjadi konsep dakwah di tingkat ranting belum diimplementasikan secara
optimal. Setelah diadakan brainstorming dari para kader Nasyiah pada Pelatihan Mubalighot
Nasyiah Kota Yogyakarta pada bulan Desember 2009 yang lalu, didapatkan indikasi bahwa
sebenarnya konsep dakwah tersebut belum sepenuhnya dipahami oleh para Nasyiah,kendala
pada Sumber Daya yang memiliki kemampuan menyampaikan dakwah,manajemen waktu,
dan kreativitas serta sistematika gerakan yang terpadu dan holistic.
Dengan demikian Nasyiatul Aisyiyah Kota Yogyakarta, memiliki suatu kebijakan
untuk mengambil langkah dalam membangun sistematika gerakan yang terpadu dan
holistic, disamping membangun sumber daya yang cakap dan kompeten baik dalam
penguasaan ilmu ataupun dalam sistem perencanaan dan tindakan.

Sesungguhnya dawah kepada agama Allah SWT merupakan jalan yang ditempuh oleh
Rasulullah SAW dan para pengikutnya. Adapun misi dawah itu sesungguhnya adalah
mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, dari
kekufuran menuju keimanan, dari kesyirikan menuju tauhid dan dari neraka menuju syurga
Allah berfirman :

Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, Aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak
(kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan Aku tiada termasuk
orang-orang yang musyrik". ( QS Yusuf : 108 )

Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):

5
Al Islam Kemuhammadiyahan

"Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu", ( QS An Nahl : 36Dan kami tidak
mengutus seorang rasulpun sebelum kamu melainkan kami wahyukan kepadanya:
"Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan aku, Maka sembahlah olehmu
sekalian akan aku". ( QS Al Anbiya : 25 )

Konsepsi dan manifestasi dakwah harus bisa merangkum dimensi kerisalahan,


kerahmatan, dan kesejarahan dalam kehidupan manusia. Sebagai program jangka panjang,
gerakan dakwah membutuhkan banyak sarana, metode, dan penunjang yang mesti
diupayakan berjalan sinergis, integral, dan saling melengkapi dalam upaya mewujudkan
kemaslahatan hidup umat manusia.
Sebagai organisasi Islam, sejak awal Muhammadiyah telah menjadikan dakwah
sebagai salah satu misi dan agenda kerja utama. Dakwah yang dijalankan oleh
Muhammadiyah hingga sekarang tetap berlandas pada AL Quran dan As Sunnah Shahihah.
Motivasi dakwah yang lil-Lahi Taala itu digerakan melalui berbagai media maupun metode,
baik kepada umat ijabah maupun umat dakwah, untuk menghantarkan manusia kepada
kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat. Karena kuatnya misi dakwah yang dilakukan
gerakan ini, maka Muhammadiyah menegaskan identitasnya sebagai gerakan Islam dakwah
amar maruf nahi munkar.
2.3 Empat Langkah Awal Dakwah
Menurut pemikiran KH. Ahmad Dahlan, Muhammadiyah adalah wujud konkret dari
realisasi pesat Al Quran untuk berpegang teguh pada agama Allah, bersikap dan
menifestasikan taqwa, serta selalu mengajak kepada Islam.
Allah berfirman :
Bagaimanakah kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan
kepada kamu, dan rasul-Nya pun berada di tengah-tengah kamu? barangsiapa yang
berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah diberi petunjuk
kepada jalan yang lurus. Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah,
dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu,
lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu
Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya.
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat
petunjuk.

6
Al Islam Kemuhammadiyahan

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung. ( QS Ali Imran : 101 104 )

Dalam keyakinan KH. Ahmad Dahlan, orang yang telah mampu memhami Islam sebagai
risalah Allah, akan mewujudkan ajaran ajaran Islam melalui perjuangan dengan
menggunakan seluruh kemampuannya untuk menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam sebagai konsep hidup ditengah tengah masyarakat, sehingga cita cita mengenai
baldatun thoyyibatun wa rabbun ghafur ( masyarakat utama, adil makmur yang diridlai
Allah SWT) dapat terwujud. Kunci utama dalam keseluruhan usaha tersebut adalah
keharusan bagi umat untuk melaksanakan dakwah Islam amar maruf nahi munkar.
Ayat diatas mengisyaratkan pengarahan Allah berupa empat langkah pokok yang harus
ditempuh dan diupayakan secara terus menerus guna mewujudkan masyarakat utama,
adil dan makmur yang diridlai Allah. Keempat langkah tersebut :

1) Pembinaan masyarakat muslim diatas nilai nilai ketaqwaan yang sebenar


benarnya sehingga seluruh aspek kehidupan manusia mencerminkan keteguhan pada
syariat Islam.
2) Umat harus didorong gar berkemmpuan memahami dan menjabarkan seluruh ajaran
Agama Islam, dan menjadikannya sebagai konsepsi hidup secara konkret, jelas dan
lengkap.
3) Diperlukan usaha keras untuk menghimpun potensi umat secara total, kompak dan
diorganisasi secara baik.
4) Membangun kemampuan melaksanakan dakwah amar maruf nahi munkar terhadap
masyarakat pada umumnya dengan metode yang tepat sehingga ajaran ajaran
agama Islam dapat diwujudkan dalam masyarakat.

Dilatarbelakngi pemikiran dan usaha konkret KH. Ahmad Dahlan yang telah
dikerjakannya itu, maka Muktamar ke 38 tahun 1971 di Makassar akhirnya
menetapkan keputusan dalam membina masyarakat dengan dakwah Islam amar maruf
nahi munkar, untuk mencapai maksud dan tujuannya yang paling tepat adalah
mengadakan gerakan jamaah dan dengan dakwah jamaah.

2.4 Pengertian Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah

7
Al Islam Kemuhammadiyahan

Beberapa point dibawah ini meruapakan pengertian seputar Gerakan Jamaah dan Dakwah
Jamaah ( GJDJ ) :
1. Pengertian Jamaah disini adalah sekelompok keluarga / rumah tangga dalam satu
lingkungan tempat tinggal dan merupakan satu ikatan yang dijiwai kesadaran hidup
berjamaah, yang pembentukan dan pembinaanya diusahakan oleh anggota
Persyarikatan.
2. Jamaah merupakan organisasi informal yang tidak perlu membawa bawa nama
Muhammadiyah, karena jamaah adalah lembaga masyarakat, bukan eselon
Persyarikatan.
3. Inti Jamaah adalah sekelompok anggota Muhammadiyah yang mengambil inisiatif
membentuk dirinya sebagai potensi penggerak.
4. Pembinaan kepada jamaah dilakukan dengan cara dakwah jamaah. Dakwah
jamaah ini menjadi suatu system dakwah, yang aktifitas dakwahnya bertumpu
sepenuhnya kepada mutu, kegiatan, dan pengorganisasian anggota Persyarikatan
seumumnya tanpa kecuali.

Berdasarkan pengertian diatas, maka GJDJ itu bergerak pada basis kelompok kelompok
umat. Dengan kata lain bisa disebutkan, bahwa GJDJ merupakan gerakan dakwah yang
berbasiskan komunitas atau satuan unit masyarakat untuk menata dan mewujudkan alam
kehidupan yang lebih baik, sesuai dengan perintah dan Sunah-Nya. Dihitung berdasarkan
jumlah jamaah, idealnya GJDJ terdapat sepuluh sampai lima belas kepala keluarga.
Melalui dan di dalam komunitas komunitas tersebut, warga dan aktifis Muhammadiyah
bisa menjalankan kewajiban dakwahnya.

2.5 Gerakan Jama'ah dan Dakwah Jama'ah Muhammadiyah


Gerakan yang dimaksud dalam rangka gerakan jama'ah dan dakwah jama'ah di sini
adalah suatu usaha Persyarikatan Muhammadiyah, melalui anggotanya yang tersebar di
seluruh tanah air, untuk secara serempak teratur dan terencana meningkatkan keaktifannya
dalam membina lingkungannya ke arah kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.
Jama'ah adalah suatu bentuk kehidupan bersama sekelompok orang yang
tujuannya membina hidup berjama'ah. Pengertian sekelompok orang yang dimaksud adalah
sekelompok keluarga yang tempat tinggalnya saling berdekatan, tidak membedakan
golongan, baik agama, status sosial maupun mata pencaharian.
Kelompok itu-oleh sekelompok kecil anggota Muhammadiyah yang ada di dalamnya-
diusahakan dapat terwujud suatu kehidupan yang sejahtera, lahir dan batin, bagi segenap

8
Al Islam Kemuhammadiyahan

anggota kelompok, sehingga merupakan satu kesatuan kehidupan bersama dan serasi, yang
selanjutnya dapat menyumbangkan kemampuannya untuk ikut serta membangun bangsa dan
negaranya.
Sekelompok anggota Muhammadiyah yang mengambil inisiatif itu, disebut inti
jama'ah, yang membentuk dirinya sebagai potensi penggerak kelompok (group dinamics).

Alasan untuk menempatkan diri sebagai inti jama'ah bagi anggota Muhammadiyah ini, tidak
lain karena didorong oleh rasa tanggung jawabnya sebagai muslim yang melaksanakan ajaran
agamanya, sebagai ibadahnya kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Oleh karena itu, niat untuk
membentuk jama'ah adalah semata-mata untuk mendapat ridha Allah subhanahu wa ta'ala,
tidak dikerjakan untuk menyusun kekuatan politik atau golongan, tidak pula untuk
kepentingan pribadinya. Kesejahteraan hidup adalah milik dan kepentingan bersama bagi
setiap orang, setiap keluarga, setiap kelompok. Jama'ah sebagai bentuk kehidupan bersama
tidak selalu harus dimulai dengan membentuk organisasi jama'ah yang nyata (kongkrit). Titik
berat gerakan ini adalah menyebarkan dan mengembangkan ide hidup berjama'ah. Bentuk
organisasi jama'ah tidak boleh dipaksakan. Akan tetapi pengelompokan anggota
Muhammadiyah menjadi inti jama'ah menjadi sarana yang paling dekat untuk dicapai oleh
Persyarikatan.
Dengan melalui pertemuan dan lain sebagainya inti-inti jama'ah ini melangkahkan
kakinya untuk memprakarsai hidup berjama'ah di lingkungan tempat tinggalnya dan kalau
situasi dan kondisi setempat mengizinkan, melangkah lebih jauh untuk mewujudkan jama'ah
sebagai lembaga sosial yang terbukti memang dikehendaki dan dibutuhkan masyarakat
(sosial need).

Pengertian tentang Hidup Jama'ah


Bahwa hidup berjama'ah seperti yang dijelaskan di atas bisa tumbuh dan berkembang
dengan sendirinya, apalagi bisa teratur dan berencana mudah kita duga. Manusia sebagai
makhluk sosial, yang secara fitrahnya harus hidup berkelompok karena saling membutuhkan.
Hidup berjama'ah harus dida'wahkan, tetapi tidak cukup hanya dengan khutbah-khutbah di
masjid atau ceramah-ceramah di dalam pengajian-pengajian; pendeknya tidak cukup
diomongkan. Hidup berjama'ah harus diprakarsai muballigh (inti jama'ah) dan umat yang
dida'wahi (calon jama'ah)nya harus merupakan satu pernyataan hidup bersama. Apa yang
dida'wahkan si muballigh - baik materi maupun sasarannya, baik langsung maupun tidak

9
Al Islam Kemuhammadiyahan

langsung akan menyangkut dan mengenai pribadi si muballigh. Oleh karena itu sistem da'wah
dalam rangka menimbulkan hidup berjama'ah ini disebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
Tujuannya antara lain :
a) Menumbuhkan dan membina hidup berjamaah yaitu hidup bersama yang serasi, rukun
dan dinamis;
b) Menumbuhkan dan membina hidup sejahtera, yakni hidup yang terpenuhi kebutuhan
lahir dan batin bagi segenap warga jama'ah;
c) Kesemuanya itu untuk mengantarkan warga jama'ah dalam pengabdiannya kepada
Allah subhanahu wa ta'ala, kepada bangsa dan negara serta kemaslahatan manusia
pada umumnya.

Materinya
a) Bidang pendidikan: menumbuhkan kesadaran dan memberikan pengertian tentang
mutlak perlunya pendidikan bagi anak-anak dan generasi muda, khususnya
pendidikan agamanya, untuk menjadi pegangan hidup dan kehidupannya di masa
depan;
b) Bidang sosial: membina kehidupan yang serasi antara keluarga yang satu dengan yang
lainnya, saling tolong menolong dan bantu membantu mengatasi kesulitan yang
sedang dialami oleh anggota jama'ahnya. Menghilangkan sifat egois dan menutup
diri;
c) Bidang ekonomi: berusaha mencegah kesulitan-kesulitan ekonomi/ penghidupan yang
dialami oleh anggota jama'ahnya, antara lain dengan membantu permodalan,
mencarikan pekerjaan, memberikan latihan ketrampilan/ keahlian dan sebagainya;
d) Bidang kebudayaan: membina kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam
sebagai sarana / alat da'wah dan mengikis/ menghindarkan pengaruh kebudayaan
yang merusak, dari manapun datangnya;
e) Bidang hukum: membina kesadaran dan memberikan pengertian tentang tertib hukum
untuk kebaikan bersama dalam kemasyarakatan. Melaksanakan dan mempraktekkan
ajaran-ajaran agama (Islam) yang berhubungan dengan mu'amalah duniawiyah;
f) Bidang hubungan luar negeri (solidaritas): menumbuhkan rasa setia kawan dan
simpati terhadap sesama umat Islam khususnya dan umat manusia umumnya yang
sedang mengalami musibah, penderitaan, penindasan dan sebagainya kemudian
menyata-laksanakannya dengan mengumpulkan bantuan dan sebagainya.

Metodenya

10
Al Islam Kemuhammadiyahan

Dakwah jama'ah dilaksanakan oleh sekelompok kecil warga jama'ah (inti jama'ah)
yang ditujukan kepada kelompok (jama'ahnya);
Inti jama'ah bertindak sebagai penggerak kelompok yang merencanakan,
melaksanakan dan menilai langkah-langkah dan materi da'wahnya;
Dakwah jama'ah menggunakan teknik-teknik pembinaan masyarakat (community
development).

Sifatnya
Da'wah jama'ah dilaksanakan atas nama pribadi masing-masing muballigh;
Da'wah jama'ah bersifat informil, artinya tidak mengikatkan dirinya kepada instansi /
lembaga yang formil;
Instansi/lembaga-lembaga masyarakat yang ada menjadi tempat menyalurkan
kegiatan warga berjama'ah.

Pengertian tentang inti jama'ah


1) Inti jama'ah terjadi dari anggota Muhammadiyah. Satu inti jama'ah terdiri dari sekitar
3 (tiga) sampai 7 (tujuh orang, dari pria dan wanita;
2) Ruang gerak satu inti jama'ah sekurang-kurangnya meliputi satu rukun tetangga (RT),
seluas-luasnya meliputi satu rukun kampung / warga / dukuh;
3) Tugas inti jama'ah adalah melaksanakan dan merencakan da'wah jama'ah serta dinilai
hasil-hasilnya untuk langkah-langkah perubahan;
4) Inti-inti jama'ah di satu keluarga saling mengkoordinir dan menyeleraskan kegiatan
menjadi satu unit gerakan jama'ah.

Unit-unit ini yang menjadi salauran komunikasi dengan induk organisasi Muhammadiyah;
Keanggotaan inti jama'ah serta pembagian tugas perhatiannya diatur/ dimusyawarahkan
bersama oleh anggota Muhammadiyah dalam satu jama'ah. Apabila di dalam satu jama'ah
terdapat kelebihan anggota Muhammadiyah, tugas inti jama'ah dapat digilirkan secara
periodik. Anggota yang kebetulan tidak menjadi inti jama'ah berfungsi sebagai pendukung
dan pelopor kegiatan jama'ahnya. Kelebihan anggota tersebut dapat ditugaskan untuk
membina tempat lain yang tidak terdapat anggota Muhammadiyah di dalamnya;
1. Apabila bentuk jama'ah sudah gatra (maujud), inti jama'ah mempersiapkan
terbentuknya organisasi jama'ah dengan mempersiapkan pamong jam'ahnya;
2. Di dalam hal organisasi jama'ah belum terwujud, inti jama'ah berfungsi sebagai
pamong jama'ah sementara. Kalau organisasi jama'ah dan pamong jama'ah sudah

11
Al Islam Kemuhammadiyahan

terwujud, inti jama'ah dapat mengintegrasikan diri ke dalamnya atau berdiri di luar
sebagai pembantu, aktif menjadi sumber inspirasi dan kreasi kegiatan jama'ahnya.

2.6 Prinsip Prinsip Pengembangan Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah


Sebagai sebuah konsep dan strategi dakwah, maka untuk menjalankan dan
mengembangkan GJDJ ini dibutuhkan gagasan dan perencanaan yang bisa diterapkan.
Pokok pokok pikiran berikut perlu dipertimbangkan sebagai prinsip prinsip
pemgembangan kegiatan GJDJ dalam rangka pemberdayaan umat dan komunitas
masyarakat :
1. Fokus utama pengembangan kegiatan dan dakwah jamaah harus diarahkan untuk
memperkuat kemampuan masyarakat local ( komunitas ) dalam memobilisasi
sumber sumber local dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Satuan social yang
dipilih adalah berdasarkan lokalitas ( ruang local ), sebab warga akan lebih siap
diberdayakan melalui isu isu lokal. Pengertian lokal adalah tempat orang berada
untuk berkreasi dan mengembangkan diri di sebuah tempat. Dalam konteks lokal ,
warga akan berinteraksi satu dengan yang lain dengan intensitas yang hampir
bersinggungan dan biasanya mereka terikat secara geografis maupun
organisasional. Satuan lokal itu bisa berupa RT, kelompok pengguna air (irigasi)
kelompok tani, kelompok arisan, kelompok pengajian, dan organisasi organisasi
yang menjadi tumbuhnya pengembangan dan interaksi pribadi masyarakat. Inisiatif
dan penentuan kebutuhan warga dibuat di tingkat lokal oleh warga setempat
melalui proses partisipatif.
2. Pengembangkan kegiatan dan dakwah jamaah harus mengakui adanya variasi dan
perbedaan, baik antar aktor yang terlibat maupun variasi potensi dan permasalahan
lokal yang tidak sama. Satuan pengambil keputusan bukanlah sosok yang tunggal,
melainkan prural yang mencakup individu, keluarga, birokrasi local, perusahaan
perusahaan yang berskala kecil, dan organisasi organisasi kemayarakatan lokal.
Semua aktor tersebut akan berpartisipasi dan memobilisasi sumber sumber
pembangunan / potensi lokal yang sangat variatif.
3. Cara mencapai tujuan bersama program pengembangan jamaah dilakukan melalui
proses pembelajaran sosial ( social learning ). Pengembangan kemampuan
dilakukan melalui proses interaksi dalam memecahkan persoalan bersama secara
langsung. Komunitas didorong terus menerus untuk belajar aktif melalui
pengalaman empirik dan aksi sehingga dapat membangun kapasitas komunitas
dalam memahami, mengidentifikasi, serta memformulasikan potensi yang

12
Al Islam Kemuhammadiyahan

dimilikinya, merumuskan permasalahan yang dihadapinya, penyusunan alternatif


alternatif pemecahan masalah yang perlu dilakukan.
Dalam hal ini peran fasilitator adalah sebagai agen perubahan dan organisator
dalam rangka menumbuhkan kesadaran kritis, melatih ketrampilan, dan
meningkatkan kepercayaan diri warga komunitas. Di satu sisi, komunitas
pembelajar demikian akan dapat memunculkan sikap kerja yang dibutuhkan untuk
meningkatkan daya saing mereka dan meningkatkan kecerdasan kolektif
komunitas; disisi lain, dapat memperkokoh solidaritas dan persaudaraan antar
warga dalam komunitas.
4. Untuk menjamin efektifitas program, berbagai bentk kegiatan dan dakwah jamaah
dalam rangka pemberdayaan masyarakat harus terorganisasikan, terkoordinasikan,
dan terintegrasikan dengan rapi, cermat, dan berkelanjutan dalam satuan satuan
sosial wilayah tempat tinggal. Dengan demikian semua kegiatan masyarakat yang
terorganisasikan (organized community activities ), dan bukan merupakan fragmen
fragemen kegiatan yang berserak dan terpisah.

Hidup bermasyarakat itu adalah sunnah (hukum qudrat iradat) Allah atas kehidupan manusia
di dunia ini. Masyarakat yang sejahtera, aman damai, makmur dan bahagia hanyalah dapat
diwujudkan di atas keadilan, kejujuran, persaudaraan dan gotong royong, bertolong-tolongan
dengan bersendikan hukum Allah yang sebenar-benarnya, lepas dari pengaruh syaitan dan
hawa nafsu. Agama Allah yang dibawa dan diajarkan oleh sekalian Nabi yang bijaksana dan
berjiwa suci, adalah satu-satunya pokok hukum dalam masyarakat yang utama dan sebaik-
baiknya. Menjujung tinggi hukum Allah lebih daripada hukum manapun juga, adalah
kewjiban mutlak bagi tiap-tiap orang yang mengaku ber-Tuhan kepada Allah. Untuk
melaksanakan terwujudnya masyarakat yang demikian itu, maka dengan berkat
dan rahmat Allah didorong oleh firman Allah dalam Al-Qur'an:

"Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak kepada ke-Islaman,


menyuruh kepada kebaikan dan mencegah daripada keburukan. Mereka itulah
golongan yang beruntung berbahagia".



13
Al Islam Kemuhammadiyahan

(QS Ali-Imran:104)

Pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah atau 18 Nopember 1912 Miladiyah, oleh almarhum
KHA. Dahlan didirikan suatu persyarikatan sebagai "gerakan Islam" dengan nama
"MUHAMMADIYAH" yang disusun dengan Majelis-Majelis (Bahagian-bahagian)-nya,
mengikuti peredaran zaman serta berdasarkan "syura" yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau Muktamar. Kesemuanya itu perlu untuk
menunaikan kewajiban mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasul-
nya, Nabi Muhammad saw., guna mendapat karunia dan ridha-nya di dunia dan akhirat, dan
untuk mencapai masyarakat yang sentausa dan bahagia, disertai nikmat dan rahmat Allah
yang melimpah-limpah, sehingga merupakan:
"Suatu negara yang indah, bersih suci dan makmur di bawah perlindungan Tuhan
Yang Maha Pengampun".

Maka dengan Muhammadiyah ini, mudah-mudahan umat Islam dapatlah diantarkan ke pintu
gerbang syurga "Jannatun Na'im" dengan keridhaan Allah Yang Rahman dan Rahim.

2.7 Jati Diri Muhammadiyah


Muhammadiyah adalah suatu Persyarikatan yang merupakan "Gerakan Islam". Maksud
gerakan ialah Dakwah Islam dan amar ma'ruf dan nahi munkar yang ditujukan kepada dua
bidang: perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan amar ma'ruf nahi munkar pada bidang
pertama terbagi menjadi dua golongan :
a. Kepada yang telah Islam bersifat pembaruan (tajdid), yaitu mengembalikan
kepada ajaran-ajaran Islam yang asli murni;
b. Kepada yang belum Islam, bersifat seruan dan ajakan untuk memeluk agama
Islam.

Adapun dakwah Islam dan amar ma'ruf nahi munkar bidang kedua ialah kepada masyarakat,
bersifat perbaikan, bimbingan dan peringatan. Kesemuanya itu dilaksanakan dengan
bermusyawarah atas dasar taqwa dan mengharap keridhaan Allah semata-mata. Adapun
keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCH) ialah

1. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar,
beraqidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah, bercita-cita dan

14
Al Islam Kemuhammadiyahan

bekerja untuk terwujudnya masyarakat utama, adil, makmur yang diridhoi Allah
s.w.t. untuk melaksanakan fungsi dan misi manusia sebagai hamba dan khaifah
Allah di muka bumi.
2. Muhammadiyah berkeyakinan bahwa Islam adalah agama Allah yang diwahyukan
kepada RasulNya, sejak Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan seterusnya sampai
kepada Nabi penutup Muhammad s.a.w. sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada
umat manusia sepanjang masa, dan menjamin kesejahteraan hidup materiil dan
spiritual, duniawi dan ukhrawi.
3. Muhammadiyah dalam mengamalkan Islam berdasarkan :
Al-Qur'an : Kitab Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.
Sunnah Rasul : Penjelasan dan pelaksanaan ajaran-ajaran Al-Qur'an yang
diberikan oleh Nabi Muhammad s.a.w, dengan menggunakan akal fikiran
sesuai
dengan jiwa ajaran Islam.
4. Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya ajaran-ajaran Islam yang meliputi
bidang-bidang :

Aqidah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akidah Islam yang murni, bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan, bid'ah dan khurafat, tanpa mengabaikan prinsip
toleransi menurut ajaran Islam.
Akhlak
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya nilai-nilai akhlaq mulia dengan
berpedoman ajaran-ajaran Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW, tidak
bersendi kepada nilai-nilai ciptaan manusia.
Ibadah
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
Rasulullah SAW, tanpa tambahan dan perubahan dari manusia.
Muamalah Duniawiyah
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu'amalat dunyawiyah
(pengelolaan dunia dan pembinaan masyarakat) berdasarkan ajaran Agama
serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai ibadah kepada
Allah SWT.
Muhammadiyah mengajak segenap lapisan bangsa Indonesia yang telah
mendapat karunia Allah berupa tanah air yang mempunyai sumber-sumber
kekayaan, kemerdekaan bangsa dan negara Republik Indonesia yang berdasar
pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, untuk berusaha bersama-

15
Al Islam Kemuhammadiyahan

sama menjadikan suatu negara yang adil dan makmur dan diridhoi Allah SWT

2.8 Kesadaran Berjamah : Antara Tuntutan Syari dan Formalitas Organisasi


Dalam lembar tanfidz keputusan muktamar Muhammadiyah ke-39 terbitan PP
Muhammadiyah tertanggal 29 Muharam 1395 / 10 Februari 1975 yang ditandatangani
oleh pejabat PP Muhammadiyah : H.M. Djindar Tamimy dan H. Djarnawi Hadikusuma
pada halaman 29-33 lampiran I tentang realisasi jama'ah dan dan dakwah jama'ah
dalam konsep Gerakan Jama'ah dan Dakwah Jama'ah, dinyatakan bahwa gerakan yang
dimaksud dalam rangka Gerakan Jama'ah dan Dakwah Jama'ah ialah suatu usaha
Persyarikatan Muhammadiyah melalui anggotanya yang tersebar di seluruh tanah
air untuk secara serempak teratur dan berencana meningkatkan keaktifannya dalam
membina lingkungannya ke arah kehidupan yang sejahtera lahir dan batin.

Namun demikian, gerakan jama'ah dan dakwah jama'ah yang diidealkan sampai saat
ini tampaknya belum menjadi kenyataan yang menggembirakan. Terbaca pada "Pengantar"
buku Gerakan Jama'ah dan Dakwah Jama'ah yang diterbitkan oleh MTDK PPM (2006)
beberapa faktor sebagai berikut; (1) Informasi / penjelasan tak tersebar secara merata; (2)
Pergeseran nilai kegotong-royongan ke individualistis; (3) Masih adanya pengurus
Persyarikatan yang tidak mau melaksanakan gerakan dakwah jama'ah; (4) Masih adanya
sikap mental acuh tak acuh warga Muhammadiyah akan pelakanaan cita-cita luhur
Muhammadiyah; (5) Belum semua warga Muhammadiyah siap melakukan perubahan;
(6)Belum semua warga Muhammadiyah siap ittiba' Rasul dalam hidup berjama'ah/
bermasyarakat.

2.9 Gerakan Dakwah & Gerakan Jama'ah Rasulullah SAW


Untuk membangun sebuah jamaah, Rasulullah SAW mensosialisasikan
prinsip-prinsip Islam dan pokok ajarannya. Syi'arnya ialah :




[15]

16
Al Islam Kemuhammadiyahan

Dalam hal ini Rasulullah SAW menjalankan beberapa hal berikut;


1. Mengintensifkan dakwah perorangan. Dakwah fardiyah ini dilakukan oleh
Rasulullah SAW pada fase dakwah sirriyah. Metode ini sangat relevan untuk
dilakukan pada awal pembentukan jama'ah, ataupun di saat adanya tindakan
refresif dari pihak penguasa.
Dakwah jama'ah, mengintensifkan relasi kepada public (jumhur). Hal ini
dilakukan oleh Rasulullah SAW pada masa dakwah jahriyah.
2. Menata manajemen dakwah.
Menentukan skala prioritas dalam berdakwah. Rasulullah SAW menegaskan
eksistensinya sebagai pembawa risalah tauhid An-Nahl ayat 36 :





3. Setelah jamaah terbentuk, Rasulullah SAW menyiapkan jama'ah tersebut untuk
menyebarkan ajaran yang telah diterimanya.

Pada fase jahriyah : Mengadakan pengajian umum, halaqah kabirah. Juga mengadakan
rihlah dakwah jama'iyyah. Ada pula langkah-langkah untuk mengkondisikan dakwah dengan
ceramah/khutbah, maw'idzah. Pada fase sirriyah : sahabat yang telah menerima dakwah
berkisar antara 3-5 orang. Mereka kumpul setiap hari, tempat dan waktu yang bervariasi.
Langkah berikutnya, mengirim sahabat untuk berdakwah ke luar Makkah. Mush'ab
ibn Umair diutus ke Madinah dalam rangka pengkondisian pra-hijrah. Demikianlah, secara
ringkas, gerakan jamaah dan dakwah jamaah yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam
sirahNya.

BAB III

17
Al Islam Kemuhammadiyahan

PENUTUP

Sebagi gerakan Islam dakwah amar maruf nahi munkar, Muhammadiyah menjadikan
aktifitas dakwah sebagai bagian tak terpisahkan dari selurauh program dan agenda aksinya.
Diera modern ini, Muhammadiyah juga dituntut untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualitas dakwahnya termasuk strategi dan metodenya. Sebab kalau kita berdakwah secara
konvensional ( bertabligh secara umum) maka tentu kita akan ketinggalan dengan dakwahnya
para penentang Syariat Islam melalui media massa. Diperlukan inovasi dan kreasi dalam
mengembangkan dakwah, Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ) adalah salah satu
strategi ( metode ) yang ditemukan oleh Muhammadiyah, namun belum mampu diaplikasikan
di tengah masyarakat karena beberapa factor. Diantara factor tersebut adalah ; kurang percaya
dirinya sebagian kader / aktifis Muhammadiyah untuk melaksanakan program ini, kurangnya
sosialisasi tentang konsep dakwah ini, kurangnya Juklak dan Juknis di tingkat lapangan,
kurangnya pelatihan tentang konsep dakwah ini.

Mudah mudahan sedikit informasi ini mampu membangkitkan semangat dan


memompa potensi kita untuk menjalankan misi gerakan kita sebagai Gerakan Islam amar
maruf nahi munkar sehingga terwujud masyarakt utama, adil makmur yang diridloi Allah.

18

Anda mungkin juga menyukai