Anda di halaman 1dari 13

DAKWAH

PENCERAHAN
BERBASIS
KOMUNITAS
MAJELIS PENDIDIKAN KADER PIMPINAN WILAYAH MUHAMMADIYAH JAWA TIMUR
BIDANG DAKWAH KOMUNITAS
Makalah ini disusun sebagai presentasi dan kajian dalam Rapat Kerja Majelis Pendidikan Kader Pimpinan
Wilayah Muhamadiyah Jawa Timur, di Sarangan, Magetan, 5 7 Februari 2016

BIDANG DAKWAH KOMUNITAS

MAJELIS PENDIDIKAN KADER PIMPINAN


WILAYAH MUHAMMADIYAH JAWA TIMUR
BIDANG DAKWAH KOMUNITAS

Abstrak
Muhammadiyah pada
tahun 2016 telah
mencapai usia 108
tahun. Tantangan akan
selalu muncul
berbanding lurus dengan

waktu dan perubahan


dunia yang mencakup
sosial, ekonomi, politik,
hankam, maupun
teknologi. Perubahan

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

DAKWAH
PENCERAHAN
BERBASIS
KOMUNITAS

tersebut membuat
Muhammadiyah mau
tidak mau harus
berjibaku dengan

tantangan dakwah yang


juga berubah. Dakwah
Pencerahan berbasis
komunitas salah satu
solusi menghadapi
perubahan tersebut.

Pendahuluan
Halaman 3

Situasi dan Konteks (terkait dengan pengkaderan)


Halaman 5

Strategi Pelaksanaan Pengkaderan


DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Halaman 9

Program dan Materi Pengkaderan berbasis Komunitas


Halaman 10

Jadwal kegiatan Pengkaderan


Halaman 11

Penutup
Halaman 12

Muhammadiyah adalah gerakan yang sudah ada di negeri Indonesia pada tahun 1912.
Perjalanan Muhammadiyah tidak bisa dihindarkan dari nihilisme sejarah dunia.
Komunitas yang dimulai dari sebua surau kecil di Jogjakarta ini juga melewati sejarah
perkembangan dunia. Kita tidak bisa memisahkan munculnya Muhammadiyah dengan
sejarah Dunia. Walaupun kontribusi utama dalam perkembangan dunia patut
dipertanyakan, namun paling tidak Muhammadiyah telah melewati tahun tahun
dimana dunia sedang membentuk dunianya sendiri. Mengkonstruk sebuah dunia yang
baru. Dunia yang bermula dari revolusi industri lalu menuju perang dunia hingga dunia
yang kita rasakan saat ini. Dunia yang telah melewati lintasan waktu dan menjadi
sejarah perkembangan dunia.
Sejarah adalah rekonstruksi kejadian yang berulang, berotasi, berputar dan akhirnya
kembali kepada titik dimana manusia pernah melewati kejadian tersebut. Di mulai dari
Perseteruan qobil dan habil yang dikenal sebagai perseteruan pertama di dunia ini
memperebutkan wanita dan tentu saja harta kepemilikan. Perseteruan yang berakhir
dengan pembunuhan itu menjadi sebuah simbol kebaikan dan keburukan pertama
manusia yang berkembang hingga masa kini dan membentuk elaborasi komunitas
komunitas yang sebenarnya bertumpu pada simbol tersebut. Yaitu simbol kebaikan
maupun keburukan.
Sejenak kita lihat sejarah dunia kita dimana Nabi Ibrahim dan keluarganya yang harus
meninggalkan lingkungannya dan berhijrah di tempat yang sepi dari hiruk pikuk
manusia. Dimana Nabi Ibrahim bersama keluarganya diperintahkan Allah SWT untuk
berkomunitas mengajak menyeru kepada amar maruf nahi mungkar dengan bertauhid
yang satu yaitu menyembah kepada Allah SWT. Dilanjutkan pula pada kisah Nabi
musa dan pengikutnya yang harus berkomunitas mencari tanah yang baru, tanah
pembebasan bagi kaum yahudi yang diusir oleh Raja Firaun. Tanah yang dijanjikan
Allah agar mereka bisa beribadah kepada Allah. Walaupun pada akhirnya komunitas
tersebut mengingkari nikmat Allah dan berbalik dari komunitas yang berasal dari
simbol kebaikan menjadi simbol keburukan.
Komunitas Nabi Muhammad pun pada awalnya adalah sebuah komunitas kecil di
Makkah. Tidak lain pada awalnya hanya terdiri dari keluarga dekat saja. Lalu
berkembang kuantitasnya karena ada motivasi dari orang orang yang tertidas untuk
bergabung dengan Nabi Muhammad SAW karena membawa kepada sebuah ajaran
yang membebaskan, membawa kepada pencerahan.

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Pendahuluan

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Di sisi lain, komunitas yang dianggap menjadi sisi lain dari simbol kebaikan yaitu
gerakan Freemason and the new world order semakin meneguhkan diri menjadi
gerakan yang menguasai dunia. Gerakan dimana pada awalnya adalah sebuah
komunitas yahudi yang kecil pada akhirnya notabene menguasai dunia. Simbolnya pun
terlihat jelas pada Uang satu dolar dan bila kita berkunjung ke Washington DC kita
akan menemukan markas besar komunitas freemason tersebut yang dikenal dengan
The House of the Temple. Sebagai sebuah komunitas yang pada awalnya merupakan
komunitas rahasia komunitas ini menjadi tersangka pematik dalam pertempuran perang
dunia pertama sebagaimana diterangkan dalam Transactions of the Grand Lodge of
Wisconsin, 1919. Foreign Correspondence, halaman 36. Walau sebagaimana dalam
sejarah yang muncul berbicara bahwa pertempuran perang dunia pertama bahwa
terjadinya perang dunia pertama akibat dibunuhnya Pangeran Ferdinand pewaris tahta
kerajaan Austria.
Mengapa kita melihat kembali sejarah? Karena sejarah tersebut berkaitan erat dengan
komunitas. Dimana dunia ini dibetuk oleh komunitas yang awalnya kecil dan kemudian
mampu merubah dunia, bahkan hingga saat ini dunia ini dikendalikan oleh elit manusia
yang menguasai dunia.
Dalam buku yang ditulis oleh Prof. Amien Rais yaitu Selamatkan Indonesia, Joseph
Stiglitz yang melakukan kritik terhadap WTO. Baginya WTO adalah symbol yang
paling jelas dari kesenjangan global dan kemunafikan (hipokrisi) Negara-negara maju.
Negara-negara maju selalu memaksa Negara berkembang untuk membuka pasarnya
bagi produk Negara maju, sementara Negara maju menutup pasarnya bagi produk
Negara berkembang terutama hasil pertanian dan tekstil. Negara maju selalu
menghimbau agar Negara berkembang tidak memberikan subsidi di sector industry,
sedangkan mereka memberikan subsidi milyaran dolar bagi para petaninya, sehingga
mustahil negara berkembang dapat bersaing dengan Negara maju. Sebuah contoh jelas
mengenai komunitas yang menguasai dunia saat ini. Proposisi diatas menunjukkan
bahwa sejarah merujuk hal yang sama, kekuatan komunitas dapat bertahan lama
bahkan dapat menguasai dunia.
Pada Muktamar ke-37 tahun 1968 Muhammadiyah menggagas dan merumuskan
program Gerakan Jamaah dan Dakwah Jamaah (GJDJ). Gerakan Jamaah dan Dakwah
Jamaah tersebut dirumuskan untuk mengembalikan Muhammadiyah (Re-Tajdid
Muhammadiyah) ke jalur dakwah di basis akar-rumput yang disebut jamaah atau dalam
istilah mutakhir dikenal dengan sebutan komunitas (community).

Dakwah komunitas adalah sebuah konsep dan strategi dakwah yang disusun sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan komunitas yang menjadi objek dakwahnya. Misalnya,
untuk di kalangan masyarakat kelas menengah-atas yang secara ekonomi mapan dan
memeliki latar pendidikan yang relatif tinggi, kebutuhan mereka akan identitas sosialkeagamaan berbeda dengan kelompok kelas menengah-bawah. Pemahaman dan
intepretasi kelas-menegah terhadap konsep-konsep dasar keagamaan islam yang
menjadi pegangan mereka juga berbeda. Boleh jadi kelas menengah lebih kosmopolit,
dan melihat fungsi agama sebagai pendorong untuk melakukan amal kebajikan dalam
ranah sosial, ekonomi dan politik yang lebih luas. Sementara itu, di kalangan kelompok
masyarakat kelas menengah-bawah, keberislaman menjadi bagian dari upaya
meningkatkan spirit dan ethos kerja guna memperbaiki taraf hidup. Bagi kelompok
marjinal, Islam menjadi sarana perjuangan untuk mendapatkan kembali hak-hak
mereka sebagai warga negara yang telah diabaikan oleh negara. Karena itu, konsep
Model Dakwah Pencerahan Bebasis Komunitas atau Dakwah Komunitas yang
dikembangkan Muhammadiyah harus dimaknai sebagai bentuk dakwah yang fleksibel
dan dinamis, yang tidak hanya menyampaikan pesan-pesan keagamaan melainkan juga
disertai aktivisme yang bersifat praksis.
Wujud kegiatan dakwah dengan model Gerakan Jamaah untuk bebagai kelompok
komunitas yang bertujuan sesuai dengan tujuan Muhammadiyah yaitu
menyebarluaskan dan mewujudkan ajaran Islam dalam kehidupan masyarakat sehingga
terbentuk Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Dakwah Komunitas
menggunakan prinsip-prinsip GJDJ dengan pengayaan konsep, pemikiran, pendekatan,
strategi, metode, dan pelaksanaan yang lebih bervariasi sesuai dengan ragam komunitas
yang menjadi sasaran dakwah.

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Situasi dan Konteks (terkait dengan pengkaderan)

Beragam komunitas berkembang di masyarakat yang dapat dikategorisasikan ke dalam


komunitas kelompok atas, menengah, bawah, marjinal, dan komunitas-komunitas
khusus yang diikat oleh kesamaan minat, hobi, dan kepentinhan lainnya. Bahkan lahir
komunitas virtual, yang sering disebut kelompok sosial-media (sosmed) sebagai
realitas baru dalam hubungan antarsesama melalui media virtual yang sangat masif.

Dalam pelaksanaan pengkaderan berbasis komunitas ini maka perlu didefinisikan


kriteria sasaran pengkaderan / komunitas yang ada saat ini yaitu:

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

1. Komunitas Atas

Model Dakwah Komunitas Atas memerlukan pendekatan khusus yaitu


pendekatan Fungsionalus Partisipatoris. Mereka ini disebut kelas atas karena
mereka berada di puncak dari masing-masing profesi: birokrasi, politik,
ekonomi, sosial, budaya: para birokrat (sipil maupun militer), anggota dewan
dan petinggi partai, pengusaha kakap, publik figur, dan para artis-selebritis.
Pendekatan dakwah yang dilakukan harus bersifat fungsionalis, yaitu dengan
mendorong perbaikan perilaku baik secara individual, dalam kehidupan
keluarga, dalam kehidupan kelompok, maupun kehidupan sosial
kemasyarakatan.
2. Komunitas Menengah

Muhammadiyah dalam melaksanakan dakwah bagi komunitas menengah perlu


mengembangkan model Pendekatan Interaksionis. Dalam kehidupam di
masyarakat, kelompok ini biasanya diwakili oleh: Dosen, Guru, PNS,
Wirausahawan, Profesional, dan Aktivis. Golongan kelas menengah memiliki
karakter dinamis, oleh karena itu sifat ini harus ditonjolkan dalam pendekatan
dakwah kepada kelompok ini. Dalam orientasi dakwahnya, perlu dibuat porsi
yang seimbang antara upaya memperbaiki perilaku dengan upaya mengkritik
memperbaiki sistem kehidupan yang ada.
3. Komunitas Bawah

Kelompok kelas bawah dapat diartikan sebagai kelompok yang masih memiliki
pekerjaan atau sumber penghasilan yang rutin namun karena minimnya
penghasilan yang mereka dapatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari, maka mereka secara ekonomi rentan. Masyarakat yang termasuk dalam
kategori kelompok bawah ini antara lain buruh, buruh tani, nelayan, pedagang
kecil, pengrajin dan juga pegawai rendahan. Dalam melaksanakan dakwah bagi
komunitas bawah dapat mengembangkan dengan model dakwah Strategi
populis dan praktis. Pendekatan populis yang dimaksudkan adalah dakwah
Islam yang merakyat dengan materi-materi yang mudah dipahami dan bersifat
memotivasi. Sedangkan pendekatan praktis adalah dakwah Islam yang sifat

materi dakwahnya sesuai dengan kebutuhan dan problematika kehidupan


sehari-hari yang mereka hadapi.

Mereka termasuk kelompok masyarakat miskin dalam berbagai aspeknya,


sehingga masuk dalam kategori dhuafa dan mustadhafin, yakni lemah dan
dilemahkan atau tertindas oleh sistem yang memarjinalkan dirinya. Sebagian
besar mereka bekerja pada sektor informal atau berprofesi sebagai buruh,
seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan, pemulung, anak jalanan, buruh
termasuk buruh perempuan, kelompok masyarakat yang tergusur oleh
pembangunan, PSK (Pekerja Seks Komersial), pengemis, gelandangan, dan lain
sebagainya. Selain itu, kelompok marjinal yang hidup di pedesaan dan pesisir,
mereka adalah para petani kecil dan buruh tani, nelayan, dan bahkan masyarakat
yang tidak punya alternatif untuk bekerja atau pengangguran. Kelompok
marjinal lainnya adalah buruh migran, mereka yang mengadu nasib ke luar
negeri sebagai TKI dan TKW yang jumlahnya sangat besar dengan permasalah
yang kompleks. Kelompok marjinal ini telah keluar atau dikeluarkan dari
sistem kehidupan bermasyarakat yang normal. Dalam masyarakat Indonesia
saat ini terdapat beberapa kelompok marjinal, seperti orang-orang miskin,
gelandangan, pengemis, anak jalanan, buruh, korban penjualan manusia
(human traficking), pengidap HIV & AIDS, pecandu narkoba, penghuni
penjara, dan pekerja seks komersial.
Pengembangan model dakwah bagi komunitas marjinal diperlukan pendekatan
dakwah yang lebih bersifat humanistik dan menekankan pada keterlibatan
organisasi dakwah dalam memperbaiki pola kehidupan sosial dan ekonomi
mereka.
5. Komunitas Virtual
Perkembangan relasi sosial melalui teknologi komunikasi dan informasi yang
demikian pesat itu dikenal sebagai realitas dunia maya (virtual reality) di mana
orang tidak hanya sekadar menggunakan perangkat komunikasi dan sistem
internet untuk berkomunikasi, melainkan dapat menciptakan identitas diri yang
baru yang agak berbeda atau sangat berbeda dengan identias dunia sosial nyata
yang selama ini hidup dalam masyarakat. Komunitas virtual itu heterogen,
mereka bergabung dalam jamaah Facebookers, Tweeters, Bloggers, Monitor
(Pendengar Radio), Online News, Sineas, dan lain-lain. Dalam rangka
melaksanakan dakwah komunitas virtual diperlukan Pendekatan yang

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

4. Komunitas Marginal

menggunakan Metode Partisipatoris untuk mendorong perubahan perilaku,


artinya kelompok ini karena berada dalam ruang sosial yang cair maka
diperlukan model dakwah yang menekankan pada perubahan orientasi
pengetahuan, sikap, dan tindakan sesuai dengan pesan dakwah Islam yang tentu
saja bermuatan pencerahan. Mereka dapat disasar sesuai dengan
pengelompokan jenis kelamin, usia, minat, kepentingan, identitas kelompok,
dan lain-lain.

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

6. Komunitas Khusus yang terdiri atas:

a. Komunitas Hobi :
motor, olahraga, minat, bakat dsb.
b. Komunitas Kepentingan :
Majelis Taklim, Jamaah Taswuf, Komunitas Blood for Life, dan LGBT
(Lesbian, Gay, Biseksual dan Transjender)
c. Komunitas Kelompok identitas
d. komunitas orang tua berusia lanjut (lansia) dan para difabel
Hampir sama dengan komunitas Virtual, Komunitas Khusus ini menggunakan
Metode Partisipatoris untuk mendorong perubahan perilaku, artinya kelompok
ini karena berada dalam ruang sosial yang cair maka diperlukan model dakwah
yang menekankan pada perubahan orientasi pengetahuan, sikap, dan tindakan
sesuai dengan pesan dakwah Islam yang tentu saja bermuatan pencerahan.
Mereka dapat disasar sesuai dengan pengelompokan jenis kelamin, usia, minat,
kepentingan, identitas kelompok, dan lain-lain.

Strategi Pelaksanaan Pengkaderan

1. Jama`ah adalah sekelompok orang atau keluarga dalam satu lingkungan tempat
tinggal yang merupakan satu ikatan yang pembentukannya diusahakan oleh
seorang atau beberapa orang anggota Muhammdiyah dalam lingkungan itu;
2. Jama`ah merupakan Dawah dengan menggunakan sistem pembinaan
masyarakat dengan menggiatkan anggota Muhammadiyah dalam tugasnya
sebagai muballigh;
3. Jama`ah dibentuk dengan wewenang Persyarikatan;
4. Kegiatan Jama`ah meliputi segi-segi kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang ditujukan kepada pembinaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga dan
masyarakat serta menjadi warga negara yang baik;
5. Secara operasional terbentuknya Jama`ah menjadi tanggungjawab Pimpinan
Persyarikatan, yaitu Pimpinan Ranting Muhammadiyah;
6. Jama`ah dipimpin oleh Pamong Jama`ah, terdiri dari seorang ketua, yang
disebut Bapak/Ibu Jama`ah, yang dipilih oleh Jama`ah, dan beberapa orang
pembantunya yang ditunjuk oleh Bapak/Ibu Jama`ah.
Mengacu pada Pedoman Pokok Pembentukan Jamaah diatas maka MPK memiliki
strategi pelaksanaan pengkaderan sebagai berikut:
1. Membentuk Jamaah berdasarkan komunitas yang ada.
2. Melakukan peningkatan kapasitas diri pada setiap anggota MPK.
3. Melakukan FGD yang berkesinambungan berkaitan dengan permasalahan
yang muncul pada Gerakan Berbasis Komunitas.
4. Melakukan Evaluasi yang berkesinambungan.

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Dalam Pedoman Pokok Pembentukan Jamaah (1977) yang diterbitkan oleh Pimpinan
Pusat Muhammadiyah (1977) dijelaskan tentang makna Jamaah dengan segala
kaitannya sebagai berikut:

Program dan Materi Pengkaderan berbasis Komunitas

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Dengan Strategi Pelaksanaan Pengkaderan maka dapat di-elaborasi menjadi Program


dan Materi sebagai berikut :

10

1. Program Peningkatan Kapasitas Anggota MPK


Melakukan Workshop peningkatan kapasitas diri pada setiap anggota MPK di
tingkat daerah dengan materi sebagai berikut:
a. Pengantar Materi Dasar Ilmu Sosial (Ekonomi, Hukum, Sosiologi dan
Antropologi)
b. Pengantar Komunikasi
c. Pengantar Analysis Gerakan Sosial (Pengorganisasisan Komunitas)
d. Analisis Sosial(Ansos)
e. Analisis Pemetaan Lingkungan
f. CBD (Community Based Development)
g. Analisis Perubahan Sosial(Social Change Analysis)
h. Analisis Wacana Kritis
i. Analisis Pemecahan Masalah(Problem Solving Analysis)
j. Pengembangan Jaringan
k. Advokasi
l. Pemberdayaan Ekonomi
2. Program Pembentukan Komunitas tingkat Wilayah dan Daerah
Setelah meningkatkan kapasitas diri Anggota MPK Tingkat Daerah,
selanjutnya adalah mendorong MPK Daerah membentuk struktur Jamaah /
Komunitas di tingkat wilayah lalu komunitas di masing-masing Daerah.
Pembentukan Komunitas yang disesuaikan dengan segmen krtiteria sasaran
komunitas yang ada di setiap daerah
3. Program FGD berkesinambungan
Melakukan FGD yang berkesinambungan berkaitan dengan permasalahan
yang muncul pada Gerakan Berbasis Komunitas yang ditetapkan dalam kala
tertentu (6 Bulan Sekali)
4. Melakukan Evaluasi yang berkesinambungan.
Melakukan evaluasi yang ditetapkan dalam kala tertentu (6 Bulan Sekali)

Jadwal kegiatan Pengkaderan

PROGRAM
KERJA

Tempat

PELAKSANAAN

Program
Peningkatan
Kapasitas Anggota
MPK

Jember

Tahun Pertama

Program
Pembentukan
Komunitas Tingkat
Wilayah dan
Daerah

Jember
dan
Daerah
Masingmasing

Tahun Pertama

Program FGD
berkesinambungan

Kondisional

Setiap Tahun

Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Kondisional Setiap Tahun


Melakukan
Evaluasi yang
berkesinambungan.

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

NO

Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

11

Penutup

DAKWAH PENCERAHAN BERBASIS KOMUNITAS

Dalam lima tahun ke depan (periode 2015-2020) Muhammadiyah dituntut untuk


mewujudkan gerakan pencerahan yang mengandung misi dakwah yang membebaskan,
memberdayakan, dan memajukan kehidupan masyarakat di segala bidang ke dalam
berbagai model dakwah pencerahan yang benar-benar aktual. Di antaranya ialah
dakwah pencerahan dalam model dakwah komunitas yang dapat membawa perubahan
yang bersifat membebaskan, memberdayakan, dan memajukan kehidupan kelompokkelompok sosial di berbagai segmen sosial yang tumbuh pesat di Indonesia kurun
mutakhir.

12

Keragaman komunitas mensyaratkan tersedianya kader-kader dakwah dengan


kemampuan dan keterampilan khusus dan tidak konvensional dalam berdakwah.
Dengan kata lain, dakwah komunitas perlu didukung oleh kader-kader dakwah yang
dinamis, memiliki visi pembaruan, serta kemampuan analisa dan mobilisasi sosial yang
baik serta mampu merumuskan kepentingan komunitas dan memperjuangkannya.
Dalam konteks inilah, konsep dakwah komunitas Muhammadiyah memliki ruang yang
lebih luas untuk diimplementasikan di abad kedua ini.

Anda mungkin juga menyukai