Anda di halaman 1dari 16

PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER:

SUATU KEHARUSAN MENUJU MASYARAKAT ISLAMI MADANI

Zaitun
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
E-mail: zaitun.syahbudin@yahoo.com

Abstrak:
Pendidikan karakter adalah proses yang senantiasa mengarah pada penyempurnaan diri individu
tanpa henti, terutama dalam membentuk masyarakat Islami madani. Keluarga dan sekolah
merupakan wadah pendidikan karakter tidak sedetikpun bisa terlepas dari usaha moral sebagai
proses pengembangan dan pemberdayaan fitrah peserta didik.
Kata kunci: Pendidikan karakter, sekolah berkarakter, Islami madani

Pendahuluan kesetaraan, penegakan hukum,


Sektor pendidikan memiliki peran kemajemukan (pluralisme) serta
yang strategis dalam membangun perlindungan terhadap kaum minoritas.
masyarakat madani. Pendidikan senantiasa Kondisi kehidupan seperti ini terlihat
berusaha untuk menjawab kebutuhan dan dalam konsep masyarakat madani yang ada
tantangan yang muncul dalam masyarakat. pada zaman Rasulullah SAW. Hal ini juga
Oleh karena itu, peran pendidikan sangat merupakan sebuah tuntutan dalam al-
diperlukan untuk mempersiapkan individu Qur’an kepada manusia, untuk memikirkan
dan masyarakat, sehingga memiliki merekonstruksi suatu masyarakat ideal
kemampuan dan motivasi serta berdasarkan petunjuk al-Qur’an.
berpartisipasi secara aktif dalam meng Konsep masyarakat madani
aktualisasikan masyarakat madani. merupakan konsep yang bersifat universal,
Pada saat ini banyak masyarakat yang sehingga perlu adaptasi dan
menginginkan suatu perubahan dalam disosialisasikan apabila konsep ini akan
semua aspek kehidupan, yakni kehidupan diwujudkan. Hal ini terjadi karena konsep
yang memiliki suatu komunitas masyarakat madani memiliki latar
kemandirian aktivitas warga belakang sosial budaya yang berbeda.
masyarakatnya, yang berkembang sesuai Apabila konsep ini akan diaktualisasikan
dengan potensi budaya, adat istiadat, dan maka diperlukan suatu perubahan
agama. Dengan mewujudkan dan kehidupan. Langkah yang kontiniu dan
memperlakukan nilai-nilai keadilan, sistematis yang dapat merubah paradigma

198
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

kebiasaan dan pola hidup masyarakat, kenamaan, Robert N. Bellah (1976). Bellah
untuk itu diperlukan berbagai terobosan mengakui bahwa masyarakat yang
dan penyusunan konsep serta paradigma dipimpin Rasulullah itu merupakan
baru dalam menghadapi tuntutan baru. masyarakat yang sangat modern untuk
zaman dan tempatnya. Masyarakat ini telah
Apa Itu Masyarakat Madani? melakukan lompatan jauh ke depan dalam
Beberapa ahli memberi batasan kecanggihan tata sosial dan pembangunan
pengertian di antaranya, Nurcholis Madjid sistem politiknya.
mengartikan masyarakat madani sebagai Upaya Ahmad Hatta merujuk pada
masyarakat yang berperadaban (ber- komunitas zaman Nabi itu tentu bukan
“madaniyyah”) karena tunduk dan patuh sekadar mengada-ada serta bukan sebuah
(dana-yadinu) kepada ajaran kepatuhan sikap pembelaan yang tanpa alasan. Sebab
(din) yang dinyatakan dalam supremasi kecanggihan masyarakat yang pernah
hukum dan peraturan. Ia pada hakikatnya dibangun Nabi itu juga masih bisa dirunut
adalah reformasi total terhadap masyarakat jejaknya melalui sebuah piagam tertulis
tak kenal hukum (lawless), Arab jahiliyah, yang disebut dengan Piagam Madinah
dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi (Mitsaqul Madinah). Inilah dokumen
seorang penguasa seperti yang selama ini penting yang membuktikan betapa sangat
menjadi pengertian umum tentang negara. majunya masyarakat yang dibangun kala
Namun bagi Ahmad Hatta, secara itu, di samping juga memberikan
terminologis, masyarakat madani adalah penegasan mengenai kejelasan hukum dan
komunitas muslim pertama di kota konstitusi sebuah masyarakat.
Madinah yang dipimpin langsung oleh Secara formal Piagam Madinah
Rasulullah SAW dan diikuti oleh keempat mengatur hubungan sosial antar komponen
Khulafaur-Rasyidin. Masyarakat yang masyarakat. Pertama, antar sesama
dibangun pada zaman Rasul tersebut muslim, bahwa sesama muslim adalah satu
identik dengan civil society, karena secara ummat walaupun mereka berbeda suku.
sosio-kultural mengandung substansi Kedua, hubungan antara komunitas muslim
keadaban (civility). Karena itu model dengan non muslim didasarkan pada prinsp
masyarakat ini sering dijadikan model bertetangga baik, saling membantu dalam
sebuah masyarakat modern, sebagaimana menghadapi musuh bersama, membela
yang juga diakui oleh seorang sosiolog mereka yang teraniaya, saling menasihati

199
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014

dan menghormati kebebasan beragama. berdimensi akidah, ibadah, dan akhlak.


Akan tetapi secara umum, sebagaimana "Karena itu iman dan moralitas menjadi
terbaca dalam teks, Piagam Madinah landasan dasar Piagam Madinah,"
mengatur kehidupan sosial penduduk paparnya. Semua prinsip dan nilai di atas
Madinah secara lebih luas. Ada dua nilai menjadi dasar semua aspek kehidupan,
dasar yang tertuang dalam Piagam baik politik, ekonomi, dan hukum masa itu,
Madinah, yang menjadi dasar bagi sehingga masyarakat madani yang
pendirian sebuah negara Madinah kala itu. diidealkan itu secara empiris pernah
Pertama, prinsip kesederajatan dan terwujud di muka bumi ini, bukan sekedar
keadilan (al-musawwah wal-'adalah). sebuah impian.
Kedua, inklusivisme atau keterbukaan. Terminologi masyarakat madani
Oleh sebab itu, dalam negeri Madinah saat pertama kali dipopulerkan oleh
itu, walaupun penduduknya heterogen Muhammad Nuqaib al-Attas, yaitu
(baik dalam arti agama, ras, suku dan mujtamak madani yang secara etimologi
golongan-golongan) kedudukannya sama, mempunyai dua arti: pertama, masyarakat
masing-masing memiliki kebebasan untuk kota. Kedua, masyarakat yang beradap
memeluk agama dan melaksanakan (masyarakat tamaddun). Dalam bahasa
aktivitas dalam bidang sosial ekonomi. Inggris dikenal dengan civilty atau
Setiap pihak mempunyai kebebasan yang civilation, dalam makna ini masyarakat
sama untuk membela Madinah tempat madani dapat berarti dengan Civil Society,
tinggal mereka. yaitu masyarakat yang menjunjung
Mungkin yang menjadi pertanyaan, peradaban.
bagaimana Rasulullah SAW bisa Hal di atas bukan berarti antara civil
membangun sebuah masyarakat modern di society dan masyarkat madani memiliki
tengah padang gersang dan dalam sebuah makna yang sama karena civil society
lingkungan yang dicitrakan tak beradab merupakan perkembangan pemikiran yang
itu? Menurut Ahmad Hatta, masyarakat ada di dunia Barat, yang tentu berbeda
Madinah bernilai peradaban itu dapat dengan budaya sosial masyarakat Islam.
dibangun hanya setelah Rasulullah Dalam perspektif Islam, social society
melakukan reformasi dan transformasi ke lebih mengacu kepada penciptaan
dalam (inner reformation and peradaban. Berkaitan mengenai makna
transformation) pada individu yang Tamaddun yang berarti peradaban dengan

200
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

al-Madinah yang berati kota, maka civil of 1. Memperkokoh hubungan kaum muslim
society diterjemahkan sebagai masyarakat dengan Tuhannya dengan membangun
madani yang mengandung tiga hal, yaitu: masjid.
agama yang merupakan sumbernya, 2. Memperkokoh hubungan intern umat
peradaban adalah prosesnya, serta Islam dengan mempersaudarakan kaum
masyarakat kota adalah hasilnya. pendatang Muhajirin dari Mekah
dengan penduduk asli Madinah, yaitu
Bagaimana Rasulullah SAW
kaum Anshor.
Membangun Masyarakat Madani?
3. Mengatur hubungan umat Islam dengan
Rasulullah mencanangkan empat
orang-orang di luar Islam, baik yang
sendi. Pertama, akidah Islam sebagai titik
ada di dalam maupun di sekitar kota
tolak menuju tersebarnya Islam ke seluruh
dengan cara mengadakan perjanjian
dunia. Kedua, masyarakat Islam sebagai
perdamaian.
titik tolak menuju terciptanya masyarakat
terbaik dan moderat. Ketiga, perundang-
undangan Islam sebagai awal perubahan
Karakteristik Masyarakat Madani
menuju kehidupan sejahtera masa kini dan
1. Masyarakat yang beriman dan
mendatang. Keempat, kekuatan Islam
bertaqwa kepada Tuhan YME, yang
sebagai titik tolak menuju perdamaian
memiliki pemahaman agama secara
internasional.
mendalam serta hidup berdampingan
Sendi kedua, yakni masyarakat dan menghargai perbedaan agama
Islam, merupakan sendi terpenting dalam masing-masing.
melakukan perubahan. Akidah, bila tidak 2. Masyarakat yang beriman dan
ada masyarakat yang mengamalkannya, berakhlak.
akan menjadi barang mati. Masyarakat 3. Persatuan dan kesatuan umat, tidak
inilah yang dibangun Rasulullah sejak di fanatis terhadap ikatan-ikatan
Mekah dan diteruskan di Madinah. kesukuan.
Rasulullah saw telah meletakkan tiga 4. Tegaknya hak-hak asasi manusia dan
hal yang menjadi tonggak pembentukan tidak adanya kesewenang-wenangan.
masyarakat baru di Yatsrib, yaitu: 5. Egaliterisme, anti-feodalistik, anti-
otoriterisme, ruang publik yang luas,

201
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014

dan partisipasi masyarakat dalam Untuk dapat merealisasikan sebuah


penyelenggaraan kekuasaan. tatanan masyarakat di atas, maka banyak
6. Masyarakat yang memiliki hukum dan pemikir Islam yang menyatakan perlu
taat hukum, tidak barbarian, dan adanya tingkat pendidikan yang memadai
tegaknya supremasi hukum. dan berkualitas dalam membangun sumber
7. Masyarakat yang inklusif, toleran daya manusia. Pendidikan memiliki peran
dalam perbedaan, dan kemampuan yang strategis dalam membangun
untuk bekerjasama dalam menggapai masyarakat madani, terutama pendidikan
tujuan bersama yang dicita-citakan. Islam. Oleh karena itu, diperlukan
8. Keadilan sosial bagi seluruh umat. terobosan pemikiran kembali suatu konsep
9. Masyarakat kota yang berperadaban pendidikan Islam yang disesuaikan dengan
dan mampu menciptakan peradaban. fungsinya untuk memberdayakan manusia
10. Masyarakat yang memiliki pola dan masyarakat. Pendidikan Islam perlu
kehidupan yang benar. melakukan perubahan untuk mewujudkan
11. Masyarakat yang terbuka, pluralistik misi baru yang sesuai dengan tuntutan
menjamin kebebasan beragama, jujur, perubahan dalam mewujudkan masyarakat
adil, mandiri, dan menghormati hak madani.
asasi manusia.
12. Masyarakat demokratis dan beradab Pembaharuan Paradigma Pendidikan
Islam
yang menghargai perbedaan pendapat.
13. Masyarakat yang menghargai hak asasi Perubahan paradigma pendidikan
manusia dan sadar akan hukum. Islam dari peradigma yang berorientasi
14. Masyarakat yang kreatif, mandiri, pada pendidikan masa lalu (abad
percaya diri untuk memiliki orientasi pertengahan) ke paradigma yang
kuat dalam penguasaan ilmu berorientasi ke masa depan. Seperti
pengetahuan dan teknologi. paradigma dualisme pendidikan Islam,
15. Masyarakat yang memiliki suasana yaitu adanya dikotomi ilmu yang menjadi
yang kompetitif dan penuh bidang garapan pendidikan Islam yakni
persaudaraan dengan bangsa lain ilmu agama dan ilmu umum. Paradigma
disertai semangat kemanusiaan yang mengawetkan kemajuan ke
universal. paradigma yang merintis kemajuan,
paradigma yang sentralistik ke paradigma

202
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

yang desentralistik, proses pendidikan yang a. Konsep Pendidikan Integralistik.


berorientasi teacher center ke student Pendidikan yang diorientasikan
center, pendidikan yang selama ini pada komponen kehidupan meliputi
difokuskan dengan pengajaran (teaching) orientasi rabbaniyyah (ketuhanan),
harus difokuskan ke pendidikan (learning). insaniyyah (kemanusiaan), dan
Dengan adanya perubahan paradigma alamiyah. Sebagai sesuatu yang
di atas diharapkan dapat memberikan integralistik bagi perwujudan
rekonstruksi terhadap asas yang mendasar kehidupan yang baik serta pendidikan
atau arah pendidikan di dalam usaha yang menganggap manusia sebagai
meletakkan dasar yang paling rasional pribadi jasmani, rohani, intelektual,
untuk mengubah praksis pendidikan di perasaan, dan individu sosial yang akan
dalam rangka membangun masyarkat yang menghasilkn manusia yang memiliki
demokratis, religius, dan tangguh integritas yang tinggi.
menghadapi tantangan internal maupun b. Konsep Pendidikan Humanistik.
global menuju masyarakat madani (An Pendidikan yagn berorientasi
Sanaqi, 2003: 30). dengan memandang manusia sebagai
manusia yakni makhluk ciptaan Tuhan
Konsep Pendidikan Islam dalam dengan fitrahnya, manusia makhluk
Membangun Masyarakat Madani
hidup yang harus mampu
Konsep pendidikan adalah sebuah melangsungkan dan mempertahankan
pemikiran yang akan menjadi dasar hidupnya. Posisi pendidikan dapat
pengaplikasian kegiatan pendidikan atau menghasilkan manusia yang
model desain suatu lembaga pendidikan. manusiawi, mengembangkan dan
Sebagai konsep pendidikan Islam yang membentuk manusia yang berpikir,
telah ditawarkan oleh Hasyim Amir yang berasa, dan berkemauan untuk
dikutip oleh A.Malik Fajar, untuk bertindak sesuai dengan nilai luhur
menghadapi perubahan pendidikan dalam kemanusiaan.
masyarakat madani adalah pendidikan c. Konsep Pendidikan Pragmatik.
yang idealistik, yaitu suatu konsep Pendidikan yang memandang
pendidikan yang integralistik, humanistik, manusia sebagai makhluk hidup yang
pragmatik yang berdasarkan pada budaya selalu membutuhkan sesuatu untuk
yang kuat. melangsungkan dan mengembangkan

203
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014

hidupnya baik bersifat maupun rohani. b. Model pendidikan Islam yang tetap
Dengan demikian, model pendidikan mengkhususkan pada desain
ini diharapkan dapat mencetak manusia pendidikan keagamaan, yaitu benar-
pragmatik yang sadar akan kebutuhan benar sesuai dengan konsep-konsep
hidupnya dan peka terhadap masalah Islam.
sosial kemanusiaan. c. Model pendidikan agama Islam tidak
d. Pendidikan yang Berakar dari Budaya hanya dilaksanakan di sekolah formal,
Pendidikan yang tidak tetapi juga di luar sekolah seperti di
meninggalkan akar sejarah baik secara lingkungan keluarga masyarakat
kemanusiaan umumnya maupun sehingga pendidikan agama dapat
sejarah kebudayaan suatu bangsa. ditanamkan dan disosialisasikan yang
Pendidikan ini diharapkan dapat menjadi kebutuhan peserta didik,
membentuk manusia yang mempunyai akhirnya pendidikan agama Islam
kepribadian, harga diri dan percaya bukan lagi berupa pengetahuan yang di
pada diri sendiri untuk membangun hafal tetapi menjadi kebutuhan dan
peradaban berdasarkan budaya. perilaku aktual.
d. Desain pendidikan diarahkan pada dua
Dengan konsep pendidikan di atas dimensi. Dimensi itu meliputi: a)
akhirnya dapat dijadikan desain model dimensi dialektika (horisontal)
pendidikan Islam untuk membangun pendidikan hendaknya dapat
masyarakat madani. Dalam bentuk mengembangkan pemahaman tentang
operasionalnya sebagai berukut: kehidupan manusia dalam
a. Mendesain model pendidikan umum hubungannya dengan alam/lingkungan
Islami yang handal dan mampu sosialnya, akhirnya manusia mempu
bersaing dengan lembaga pendidikan mengatasi tantangan dan kendala
yang lain. Dengan demikian, visi misi melalui pengembangan iptek. b)
dan tujuan pendidikan, kurikulum, dimensi vertikal, hal ini pendidikan
materi pembelajaran, metode sebagai jembatan dalam memahami
pembelajaran, manajemen pendidikan fenomena dan misteri kehidupan yang
harus disesuaikan dengan tuntutan abadi.
zaman.

204
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

Keempat model pendidikan Islam di potensi dirinya untuk memiliki kekuatan


atas perlu diupayakan untuk membangun spiritual keagamaan, pengendalian diri,
masyarakat madani. Dengan demikian, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
apapun model pendidikan Islam yang serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
ditawarkan untuk membangun masyarakat masyarakat bangsa dan Negara.
madani pada dasarnya harus berfungsi Menjawab UU di atas, jelas bahwa
untuk memberi kaitan antara peserta didik pendidikan sesungguhnya adalah proses
dengan nilai-nilai ilahiyah, pengetahuan, yang senantiasa mengarah pada
dan keterampilan. Nilai-nilai demokrasi penyempurnaan tiada henti. Sebagaimana
dan sosial kultural harus berfungsi untuk dikemukakan oleh Muhammad Fadhil al-
memberi kaitan secara operasional antara Jamaly, pendidikan Islam terutama
peserta didik dengan masyarakatnya. berupaya mengembangkan, mendorong,
serta mengajak manusia lebih maju
Pendidikan Karakter: Suatu berlandaskan nilai-nilai tinggi dan
Keniscayaan
kehidupan mulia, sehingga terbentuk
Pendidikan pada hakikatnya pribadi yang sempurna, baik yang
merupakan usaha sadar yang dilakukan berkaitan dengan akal, perasaan maupun
secara sistematis, terencana, dan bertujuan perbuatan (Ismail SM, 2009: 35).
yakni meningkatkan kualitas sumber daya Al-Ghazali juga mengemukakan
manusia, baik intelektual, sosial, maupun bahwa tujuan pendidikan Islam yaitu
spiritual. Pembentukan manusia yang tercapainya kesempurnaan insani yang
berkuliatas secara intelek mutlak harus bermuara pada kebahagiaan dunia dan
diiringi dengan upaya peningkatan kualitas akhirat. Keberhasilan penyelenggaraan
keimanan sebagai salah satu komitmen pendidikan secara umum diindikasikan jika
bangsa yang tertuang dalam sistem mampu membentuk pola tingkah laku
pendidikan nasional. Sebagaimana peserta didik. Pola tingkah laku tersebut
termaktub dalam UU Sisdiknaas No.20 dapat dibentuk dengan cara penanaman
tahun 2003 pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa nilai karakter dalam kehidupan sehari-hari.
pendidikan adalah usaha sadar dan Pendidikan karakter menurut Zainal Aqib
terencana untuk mewujudkan suasana dan Sujak (2011: 3) adalah suatu sistem
belajar dan proses pembelajaran agar penanaman nilai-nilai karakter kepada
peserta didik secara aktif mengembangkan warga sekolah meliputi komponen

205
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014

pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan umatnya. Akhlak merupakan salah satu


tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai dari tiga kerangka dasar disamping aqidah
tersebut. Pendidikan memiliki esensi dan dan syariah. Nabi Muhammad SAW
makna yang sama dengan pendidikan kehadirannya di permukaan bumi
moral dan pendidikan akhlak yang membawa misi pokok untuk
bertujuan untuk membentuk pribadi anak menyempurnakan akhlak manusia yang
supaya menjadi manusia yang baik, tercermin melalui pengamalan al-Qur`an
sebagai masyarakat dan warga negara yang dan hadist. Seperti yang termaktub dalam
baik. firman Allah SWT dalam Q.S. Al-
Pada hakikatnya pendidikan karakter Ahzab:21:
dalam konteks pendidikan di Indonesia
⎯yϑÏj9 ×πuΖ|¡ym îοuθó™é& «!$# ÉΑθß™u‘ ’Îû öΝä3s9 tβ%x. ô‰s)©9
adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan
nilai-nilai luhur yang bersumber dari ∩⊄⊇∪ #ZÏVx. ©!$# tx.sŒuρ tÅzFψ$# tΠöθu‹ø9$#uρ ©!$# (#θã_ötƒ tβ%x.

budaya bangsa Indonesia, dalam rangka "Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
membina kepribadian generasi bangsa (Sri (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
Narwanti, 2011: 14). Daniel Goleman
banyak menyebut Allah".
menyatakan bahwa keberhasilan seseorang
di masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi Begitu pentingnya akhlak dalam
oleh kecerdasan emosi dan hanya 20% Islam, karena Islam adalah rahmatan lil
ditentukan oleh IQ. Anak-anak yang alamin. Akhlak (karakter) adalah
mempunyai masalah dalam kecerdasan manifestasi dari ibadah dan keimanan,
emosinya akan mengalami kesulitan merupakan sikap yang mendalam dalam
belajar, bergaul, dan tidak dapat jiwa yang menimbulkan perbuatan secara
mengontrol emosinya terlihat sejak dini mudah, bisa diubah, dan diperkuat melalui
sampai usia dewasa (Sofyan Amri, dkk, pendidikan dan latihan. Akhlak dalam
2011: 54). Untuk itu perlu ditangani Islam telah dicantumkan dan diarahkan
dengan baik oleh semua pihak termasuk oleh syariat Islam yang dicontohkan oleh
keluarga, sekolah maupun masyarakat. nabi dan rasul serta orang-orang shaleh
Pendidikan karakter tidak saja merupakan yang bisa diteladani. Karakter bersifat
tuntutan undang-undang dan peraturan universal, seimbang, sederhana, realistis,
pemerintah, tetapi juga oleh agama. Islam mudah, namun tidak memudahkan urusan
mengajarkan karakter atau akhlak pada agama dan mengangap remeh syariat yang

206
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

telah ditetapkan, sesuai antara perkataan manusia Indonesia dan meningkatkan


dan perbuatan (Said Aqil al-Munawwar, martabat manusia Indonesia serta
2005: 4). mewujudkan tujuan nasional melalui
Nabi Muhammad SAW sebagai suri manusia-manuisa Indonesia. Upaya
tauladan, tidak menghilangkan semua pencapaian tujuan nasional tersebut adalah
budaya dan tradisi lama secara dengan menciptakan masyarakat madani
keseluruhan, namun hanya mengganti dan (Muhyi Batubara, 2004: 116).
menyempurnakan. Islam menginginkan Masyarakat madani, suatu
umatnya mempunyai hubungan vertikal masyarakat yang berperadaban yang
yang baik dalam wujud habl min Allah menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan,
yang melahirkan kesalehan individual dan yang sadar akan hak dan kewajibannya,
diikuti oleh hubungan horizontal yang baik demokratis, bertanggung jawab,
terhadap sesama manusia dalam rangka berdisiplin, menguasai sumber informasi
habl min al-nas yang melahirkan kesalihan dalam bidang IPTEK, seni, budaya, dan
sosial dalam bermuamalah. agama (H.A.R. Tilaar, 2000). Dengan
Undang-undang Sisdiknas No.20 demikian, proses pendidikan yang harus
tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa menciptakan arah yang segaris dengan
pendidikan Nasional berfungsi upaya pencapaian masyarakat madani
mengembangkan kemampuan dan tersebut.
membentuk watak serta peradaban bangsa Realitas pendidikan kita belum
yang bermartabat dalam rangka menyentuh penanaman berdimensi
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan karakter, belum menghargai fitrah anak.
mengembangkan potensi peserta didik agar Sekolah misalnya banyak terjadi perilaku
menjadi manusia yang beriman dan bullying, baik dari guru, teman sebaya
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, maupun karyawan sekolah. Banyak lagi
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, penyimpangan perilaku yang terjadi di
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara mana pelakunya adalah pihak-pihak yang
yang demokratis serta bertanggung jawab. terkait dengan sekolah sebagai lembaga
Jelaslah bahwa pendidikan Indonesia pendidikan nota bene salah satu wadah
diselenggarakan adalah untuk membentuk karakter atau akhlak tersebut.
mengembangkan kemampuan manusia Anak dalam perkembangan
Indonesia, meningkatkan mutu kehidupan sosialnya, akan selalu berinteraksi dengan

207
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014

masyarakat, mereka perlu belajar dengan anggota keluarga lainnya dan juga
menyesuaikan diri dan mengadopsi nilai, masyarakat sekitarnya. Ibnu Kaldun
norma, perilaku, akhlak yang sesuai mengatakan sebagai berikut:
dengan harapan masyarakat. Fenomena “Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya,
maka akan terdidik oleh zaman. Sehingga
yang ada anak terombang ambing dan mereka mampu dan dapat berhasil dalam
terbawa arus perkembangan global sehinga menghadapi segala macam tantangan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara
ada indikasi bahwa anak tidak mampu akademik" (Masnur Muclich: 30).
merencanakan masa depan mereka dengan
Keluarga, yang dalam hal ini orang
baik menjadi abdun dan khalifah fi al-ardh
tua, merupakan wadah primer dalam
sebagaimana tujuan pendidikan Islam. Hal
membentuk karakter (akhlak) anak. Orang
tersebut mendasari dan suatu keniscayaan
tua memberikan pendidikan iman yang
penanaman karakter yang dimulai dari
mengikat anak dengan dasar-dasar iman,
keluarga sebagai lembaga pendidikan
rukun Islam dan dasar-dasar syariah, sejak
primer hingga sekolah sebagai satuan
anak mulai mengerti dan dapat memahami
pendidikan formal pelanjut pendidikan
sesuatu (Ulwan, 1981: 151). Para ahli
yang telah ditanamkan keluarga.
pendidikan dan akhlak meyakini bahwa
Keluarga Sebagai Basis Awal sejak anak dilahirkan, ia telah dilahirkan
Pendidikan Karakter Bagi Anak berdasarkan fitrah tauhid. Hakekat fitrah
Keluarga merupakan lingkungan keimanan ini telah ditetapkan dalam al-
pendidikan informal. Sebagai institusi Qur’an surat al-Rum ayat 30:
informal, dituntut mampu membentuk
tsÜsù ©ÉL©9$# «!$# |NtôÜÏù 4 $Z‹ÏΖym È⎦⎪Ïe$#Ï9 y7yγô_uρ óΟÏ%r'sù
segala perilaku dan pola asuh yang
diterapkan dalam keluarga pasti šÏ9≡sŒ 4 «!$# È,ù=y⇐Ï9 Ÿ≅ƒÏ‰ö7s? Ÿω 4 $pκön=tæ }¨$¨Ζ9$#
berpengarauh dalam pembentukan
Ÿω Ĩ$¨Ζ9$# usYò2r& ∅Å3≈s9uρ ÞΟÍhŠs)ø9$# Ú⎥⎪Ïe$!$#
kepribadian atau karakter anak (Ratna
Megawangi: 95). Keluarga dalam hal ini ∩⊂⊃∪ tβθßϑn=ôètƒ
orang tua, menurut Ibnu Khaldun memiliki
peran yang sangat penting dalam “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
memberikan pendidikan terhadap anak- kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia
anaknya. Dalam keluarga mestinya anak menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
mendapat pengarahan bagaimana kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
berperilaku, bertutur kata, dan bersikap

208
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

Yang dimaksud fitrah di sini adalah ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-
fitrah tauhid, akidah iman kepada Allah Tahrim ayat 6:
SWT. Hal ini dikuatkan oleh hadits
#Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
Bukhari dari Abu Hurairah r.a. bahwa ÔâŸξÏî îπs3Íׯ≈n=tΒ $pκön=tæ äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ

Rasulullah SAW bersabda:


$tΒ tβθè=yèøtƒuρ öΝèδttΒr& $! tΒ ©!$# tβθÝÁ÷ètƒ ω ׊#y‰Ï©
‫ أو‬,‫ ﻓﺄﺑﻮاﻩ ﻳﻬﻮداﻧﻪ‬,‫آﻞ ﻣﻮﻟﻮد ﻳﻮﻟﺪ ﻋﻠﻰ اﻟﻔﻄﺮة‬
∩∉∪ tβρâsΔ÷σãƒ
‫ﻳﻨﺼﺮاﻧﻪ أو ﻳﻤﺠﺴﺎﻧﻪ‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
“Setiap anak yang dilahirkan itu telah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang
membawa fitrah beragama (perasaan percaya bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah penjaganya malaikat-malaikat yang kasar,
yang menjadikan anak tersebut beragama keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
Yahudi, Nasrani ataupun Majusi” apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang
Dari hadis di atas dapat dipahami diperintahkan.”
bahwa tanggung jawab menjadikan fitrah
Oleh karena itu, kedua orang tua
tauhid tetap pada anak adalah orang tua.
hendaklah menjaga anaknya agar tetap
Al-Ghazali dalam Abdullah Nashih Ulwan
pada agama Allah dengan memberikan
(1981: 157) mengatakan bahwa anak
kebiasaan-kebiasaan baik, yaitu kebiasaan
adalah amanat bagi kedua orang tuanya.
yang membawa anak pada amalan-amalan
Dan hatinya yang suci itu adalah permata
kebaikan, iman kepada Allah dan Rasul-
yang mahal. Apabila ia diajar dan
Nya. Dan tentunya kebiasaan ini harus
dibiasakan pada kebaikan, maka ia akan
dimulai sejak kelahiran anak. Bahkan
tumbuh pada kebaikan itu dan akan
Abdullah Nashih Ulwan menganggap
mendapat kebahagiaan di dunia dan di
bahwa pendidikan terhadap anak sudah
akhirat. Tetapi apabila ia dibiasakan untuk
dimulai sejak masa memilih jodoh dan
melakukan kejahatan dan dibiarkan seperti
meminang calon istri. Yaitu dengan
binatang-binatang, maka ia akan sengsara
memilih wanita shalehah dan laki-laki yang
dan binasa. Dan untuk memeliharanya
shaleh.
adalah dengan mendidik dan mengajarkan
akhlak-akhlak yang mulia kepadanya.
Kewajiban menjaga anak agar tetap
pada fitrahnya terletak pada orang tua. Hal

209
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014

Sekolah: Pondasi Kedua Dalam diharapkan, bahkan ada orang tua yang
Penanaman Karakter
gagal dalam melakukannya. Untuk itu
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sekolah sangat berperan penting dalam
formal, pelanjut pendidikan keluarga membantu menanamkan pendidikan
menjadi sangat penting peran dan karakter karena sekolah merupakan
fungsinya. Salah satu fungsi sekolah adalah miniatur kehidupan masyarakat.
wadah transmisi Afektif (attitude) yang Ada 3 proses yang dialami oleh anak
tercermin pada kualitas keimanan, disekolah, yaitu sosialisasi, akulturasi dan
ketakwaan, akhlak, dan kepribadian yang enkulturisasi (Masnur Muclich: 44).
unggul dan kompetensi estetis; Kognitif Sosialisasi; proses membimbing individu
(pengetahuan) tercermin pada kapasitas memasuki dunia sosial, anak dapat
berpikir dan daya intelektualitas untuk berperilaku, berinteraksi sesuai dengan
menggali dan mengembangkan serta standar norma yang ada dalam masyarakat
penguasaan IPTEK; dan Psikomotorik tertentu. Akulturasi; proses perubahan
(keterampilan) yang tercermin pada budaya yang lahir dari proses sosialisasi
kemampuan mengembangkan kemampuan yang ditandai dengan penyerapan,
teknis, kecakapan praktis, dan kemampuan pengadopsian kebudayaan baru yang
kinestetis. Proses tersebut terselenggara berkonsekuensi hilangnya kekhasan
melalui pembiasaan melalui proses budaya anak terdahulu, sedangkan
pembelajaran, keteladanan semua enkulturisasi, proses sosial manusia
komponen sekolah terutama pendidik sebagai makhluk bernalar dan
(guru). Pendidik adalah ujung tombak berkemampuan reflektif serta intelegenci
dalam mencapaikan penanaman karakter hingga mampu memahami, mengadopsi
pada peserta didik disamping komponen pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan
lain seperti kepala sekolah dan staf orang lain.
sekolah. Ketiga proses tersebut berlangsung
Pendidikan karakter di sekolah secara dinamis dan bersenyawa
sangat diperlukan, walaupun dasar dari diberlakukan dalam wadah pendidikan di
pendidikan karakter adalah keluarga. sekolah sebagai lembaga yang tidak berada
Namun, orang tua juga tidak serta merta dalam ruang hampa, saling berinteraksi,
mampu mengantarkan anak-anak mereka dan saling menyerap budaya dan nilai-nilai
kepada pembentukan karakter yang yang beragam serta beradaptasi secara

210
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

sosial. Pendidikan karakter pada tingkatan mental psikologis, maupun spiritual


institusi sekolah mengarah pada sehingga tercipta kegiatan pembelajaran
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai- yang efektif, nyaman, dan aman. Terdapat
nilai yang melandasi perilaku, tradisi, dua aspek kultur dan lingkungan
keseharian dan simbol-simbol yang pendidikan yaitu suasana keislaman dan
dipraktikkan oleh semua warga sekolah, suasana sosial (Supiana, 2008: 66).
dan masyarakat sekitar sekolah. Penciptaan Suasana keislaman adalah kondisi
budaya sekolah islami merupakan ciri pembentukan karakter keislaman terhadap
khas, karakter atau watak, dan citra sekolah siswa baik secara fisik maupun dalam
tersebut dimata masyarakat luas. Kultur bentuk kegiatan yang bernuansa keislaman.
(budaya) sekolah didefenisikan sebagai Sedangkan suasana sosial, yaitu suatu
suatu manifestasi nilai-nilai dan keyakinan usaha menjalin hubungan antara sekolah
yang dimiliki bersama anggota-anggota dengan masyarakat, hubungan sekolah
organisasi tersebut. Nilai-nilai dan dengan lembaga pendidikan lain dan peran
keyakinan yang melandasi kultur komite sekolah.
organisasi merupakan landasan-landasan Sebuah lembaga pendidikan baik
yang tak tampak, sedangkan manifestasi dari segi kerangka sistem maupun dari segi
yang tampak adalah kata-kata yang kerangka budaya selalu memiliki hubungan
digunakan, prilaku yang dijalankan, interaktif dengan lingkungan. Sebagai
bangunan-bangunan serta fasilitas yang suatu sistem yang saling mempengaruhi
diadakan (Caldwell, 1992) proses bermuara pada tujuan yang dicita-citakan.
penciptaan kultur dalam organisasi Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari
dilakukan dengan menetapkan norma dan nilai-nilai ajaran Islam itu sendiri. Oleh
nilai-nilai, mengartikulasi filosofi-filosofi, karena itu, pada hakikatnya realisasi nilai-
menciptakan simbol-simbol, upacara- nilai ajaran Islam itulah tujuan akhir
upacara, ritual-ritual; serta intaraksi pendidikan Islam. Sedangkan nilai-nilai
komunitas dan parenthal yang mendukung Islam bukan saja mengandung aspek ritual
pencapaian tujuan-tujuan sekolah dan sosial, tetapi juga aspek sains dan
(Leitwood & D. Janzi, 1997: 35). teknologi yang dijiwai dengan ajaran Islam
Kultur dan lingkungan sekolah (Supiana, 2008: 74).
adalah situasi kondusif untuk kegiatan Lingkungan yang baik (biah solihah)
pembelajaran baik secara fisik, sosial, juga merupakan salah satu kriteria penting

211
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014

bagi sekolah Islam. Lingkungan yang sejak dini mengenai pentingnya


bersih, rapi, sehat, dan nyaman merupakan membangun tatanan hidup
syarat mutlak bagi sekolah Islam dan bermasyarakat yang didalamnya
senantiasa diberi petunjuk (hidayah) Allah terdapat entitas sosial.
SWT. Sejalan dengan dengan Firman Allah 3. Pendidikan merupakan wahana efektif
SWT yang berbunyi: untuk memperkuat integrasi sosial
politik (Doni Koesoema, 2010: 45-46).
⎯tΒ “ωöκu‰ ©!$# £⎯Å3≈s9uρ |Mö6t7ômr& ô⎯tΒ “ωöκsE Ÿω y7¨ΡÎ)

Penanaman karakter pada peserta


š⎥⎪ωtFôγßϑø9$$Î/ ãΝn=÷ær& uθèδuρ 4 â™!$t±o„
didik, dilakukan dengan cara memberi
keteladanan yang nyata, guru menampilkan
"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu diri dengan nilai-nilai tertentu sebagai role
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih model bagi peserta didik. Selain pendidik,
mengetahui orang-orang yang mau menerima sekolah perlu melibatkan pendayagunaan
petunjuk" (QS. al-Qashash: 56).
kurikulum holistik berbasis karakter, yaitu
Pendidikan karakter di sekolah mengembangkan aspek fisik, emosi, sosial,
dilakukan oleh guru dengan tujuan untuk kreativitas, spiritual, dan intelektual siswa
membentuk peserta didik memiliki moral secara optimal, serta membentuk manusia
yang luhur, berakhlak mulia, agar kelak yang long life learning. Hal ini akan
berguna bagi bangsa dan negara. Program mendorong peserta didik menjadi diri
pendidikan karakter diwujudkan sendiri, mampu berbuat keputusan terbaik,
terintegrasi dalam semua mata pelajaran belajar mandiri, mempunyai kecakapan
yang ada. sosial, serta dapat mengembangkan
Ada tiga alasan sekolah dipandang karakter dan emosionalnya (Sudarwan
tepat sebagai wahana transformasi nilai- Danim dan Khairil, 2010: 98).
nilai budaya, yaitu: Ada empat pilar penting sekolah
1. Melalui pendidikan, kemampuan yang telah memiliki komitmen
kognitif dan daya intelektual individu melaksanakan pendidikan karakter, yaitu:
dapat ditumbuhkembangkan dengan 1) kegaiatan belajar mengajar di kelas, 2)
baik. kegiatan keseharian dalam bentuk budaya
2. Melalui sistem pendidikan satuan pendidikan (school nature);
persekolahan setiap anak diperkenalkan kegiatan ko-kurikuler dan/atau ekstra

212
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter

kurikuler, 3) kegiatan keseharian dirumah, Muhyi Batubara. (2004). Sosiologi


Pendidikan. Jakarta: Ciputat Press.
dan 4) dalam masyarakat (Direktorat
Ratna Megawangi. Pendidikan Karakter:
Pendidikan Dasar, 2011: 13-14).
Solusi yang tepat untuk Membangun
Bangsa. Indonesia Heritage
Foundation.
Said Aqil Husin al-Munawar. (2005).
Daftar Kepustakaan Aktualisasi Nilai-nilai Qur`aniy
dalam system Pendidikan Islam.
Jakarta: Ciputat Press.
Caldwell, B.J., Spinks, M. (1992). Leading
the Self Managing School. London: Sofan Amri dkk. (2011). Implementasi
The Falmer Press. Pendidikan Karakter dalam
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi
Direktorat Pendidikan Dasar. (2011). Pustaka Publisher.
Policy Brief: Pendidikan Karakter
untuk Membangun Karakter Bangsa. Sri Narwanti. (2011). Pendidikan Karakter.
Edisi 4. Jakarta: Kemdiknas. Yogyakarta: Familia, Group Relasi
Inti Media.
Doni Koesoema A. (2010). Pendidikan
Karakter: Strategi Mendidik anak di Sudarwan Danim dan Khairil. (2010).
Zaman Global. Jakarta: Grasindo. Psikologi Pendidikan dalam
Perspektif Baru. Bandung: Alfabeta.
H.A.R Tilaar. (2000). Pendidikan,
Kebudayaan dan Masyarakat Supiana. (2008). Sistem Pendidikan
Madani Indonesia. Bandung: Madrasah Unggulan. Jakarta:
Remaja Rosdakarya. Badan Litbang & Diklat Depag RI.
Ismail SM. (2009). Strategi Pembelajaran Ulwan, Abdullah Nashih. (1981). Tarbiyah
Agama Islam Berbasis PAIKEM. al-aulad fi al-Islam. Diterjemahkan
Cet.IV. Semarang: Rasail Media oleh Saifullah Kamalie dan Hery
Group. Noer Ali. cet. 3. jld. 1. Semarang:
Asy-Syifa.
Leitwood, K & Janzi, D. (1997).
"Explaining Variation in teachers’ UU. No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas.
Perception of Principal Laedership: (2008). Jakarta: Visi Media.
A Replication". Journal of Zainal Aqib dan Sujak. (2011). Panduan
Education Administration. dan Aplikasi Pendidikan Karakter.
Masnur Muclich. Pendidikan Karakter Bandung: Yrama Widya.
Menjawab Tantangan Multi
Dimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

213

Anda mungkin juga menyukai