Zaitun
UIN Sultan Syarif Kasim Riau
E-mail: zaitun.syahbudin@yahoo.com
Abstrak:
Pendidikan karakter adalah proses yang senantiasa mengarah pada penyempurnaan diri individu
tanpa henti, terutama dalam membentuk masyarakat Islami madani. Keluarga dan sekolah
merupakan wadah pendidikan karakter tidak sedetikpun bisa terlepas dari usaha moral sebagai
proses pengembangan dan pemberdayaan fitrah peserta didik.
Kata kunci: Pendidikan karakter, sekolah berkarakter, Islami madani
198
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
kebiasaan dan pola hidup masyarakat, kenamaan, Robert N. Bellah (1976). Bellah
untuk itu diperlukan berbagai terobosan mengakui bahwa masyarakat yang
dan penyusunan konsep serta paradigma dipimpin Rasulullah itu merupakan
baru dalam menghadapi tuntutan baru. masyarakat yang sangat modern untuk
zaman dan tempatnya. Masyarakat ini telah
Apa Itu Masyarakat Madani? melakukan lompatan jauh ke depan dalam
Beberapa ahli memberi batasan kecanggihan tata sosial dan pembangunan
pengertian di antaranya, Nurcholis Madjid sistem politiknya.
mengartikan masyarakat madani sebagai Upaya Ahmad Hatta merujuk pada
masyarakat yang berperadaban (ber- komunitas zaman Nabi itu tentu bukan
“madaniyyah”) karena tunduk dan patuh sekadar mengada-ada serta bukan sebuah
(dana-yadinu) kepada ajaran kepatuhan sikap pembelaan yang tanpa alasan. Sebab
(din) yang dinyatakan dalam supremasi kecanggihan masyarakat yang pernah
hukum dan peraturan. Ia pada hakikatnya dibangun Nabi itu juga masih bisa dirunut
adalah reformasi total terhadap masyarakat jejaknya melalui sebuah piagam tertulis
tak kenal hukum (lawless), Arab jahiliyah, yang disebut dengan Piagam Madinah
dan terhadap supremasi kekuasaan pribadi (Mitsaqul Madinah). Inilah dokumen
seorang penguasa seperti yang selama ini penting yang membuktikan betapa sangat
menjadi pengertian umum tentang negara. majunya masyarakat yang dibangun kala
Namun bagi Ahmad Hatta, secara itu, di samping juga memberikan
terminologis, masyarakat madani adalah penegasan mengenai kejelasan hukum dan
komunitas muslim pertama di kota konstitusi sebuah masyarakat.
Madinah yang dipimpin langsung oleh Secara formal Piagam Madinah
Rasulullah SAW dan diikuti oleh keempat mengatur hubungan sosial antar komponen
Khulafaur-Rasyidin. Masyarakat yang masyarakat. Pertama, antar sesama
dibangun pada zaman Rasul tersebut muslim, bahwa sesama muslim adalah satu
identik dengan civil society, karena secara ummat walaupun mereka berbeda suku.
sosio-kultural mengandung substansi Kedua, hubungan antara komunitas muslim
keadaban (civility). Karena itu model dengan non muslim didasarkan pada prinsp
masyarakat ini sering dijadikan model bertetangga baik, saling membantu dalam
sebuah masyarakat modern, sebagaimana menghadapi musuh bersama, membela
yang juga diakui oleh seorang sosiolog mereka yang teraniaya, saling menasihati
199
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
200
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
al-Madinah yang berati kota, maka civil of 1. Memperkokoh hubungan kaum muslim
society diterjemahkan sebagai masyarakat dengan Tuhannya dengan membangun
madani yang mengandung tiga hal, yaitu: masjid.
agama yang merupakan sumbernya, 2. Memperkokoh hubungan intern umat
peradaban adalah prosesnya, serta Islam dengan mempersaudarakan kaum
masyarakat kota adalah hasilnya. pendatang Muhajirin dari Mekah
dengan penduduk asli Madinah, yaitu
Bagaimana Rasulullah SAW
kaum Anshor.
Membangun Masyarakat Madani?
3. Mengatur hubungan umat Islam dengan
Rasulullah mencanangkan empat
orang-orang di luar Islam, baik yang
sendi. Pertama, akidah Islam sebagai titik
ada di dalam maupun di sekitar kota
tolak menuju tersebarnya Islam ke seluruh
dengan cara mengadakan perjanjian
dunia. Kedua, masyarakat Islam sebagai
perdamaian.
titik tolak menuju terciptanya masyarakat
terbaik dan moderat. Ketiga, perundang-
undangan Islam sebagai awal perubahan
Karakteristik Masyarakat Madani
menuju kehidupan sejahtera masa kini dan
1. Masyarakat yang beriman dan
mendatang. Keempat, kekuatan Islam
bertaqwa kepada Tuhan YME, yang
sebagai titik tolak menuju perdamaian
memiliki pemahaman agama secara
internasional.
mendalam serta hidup berdampingan
Sendi kedua, yakni masyarakat dan menghargai perbedaan agama
Islam, merupakan sendi terpenting dalam masing-masing.
melakukan perubahan. Akidah, bila tidak 2. Masyarakat yang beriman dan
ada masyarakat yang mengamalkannya, berakhlak.
akan menjadi barang mati. Masyarakat 3. Persatuan dan kesatuan umat, tidak
inilah yang dibangun Rasulullah sejak di fanatis terhadap ikatan-ikatan
Mekah dan diteruskan di Madinah. kesukuan.
Rasulullah saw telah meletakkan tiga 4. Tegaknya hak-hak asasi manusia dan
hal yang menjadi tonggak pembentukan tidak adanya kesewenang-wenangan.
masyarakat baru di Yatsrib, yaitu: 5. Egaliterisme, anti-feodalistik, anti-
otoriterisme, ruang publik yang luas,
201
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
202
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
203
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
hidupnya baik bersifat maupun rohani. b. Model pendidikan Islam yang tetap
Dengan demikian, model pendidikan mengkhususkan pada desain
ini diharapkan dapat mencetak manusia pendidikan keagamaan, yaitu benar-
pragmatik yang sadar akan kebutuhan benar sesuai dengan konsep-konsep
hidupnya dan peka terhadap masalah Islam.
sosial kemanusiaan. c. Model pendidikan agama Islam tidak
d. Pendidikan yang Berakar dari Budaya hanya dilaksanakan di sekolah formal,
Pendidikan yang tidak tetapi juga di luar sekolah seperti di
meninggalkan akar sejarah baik secara lingkungan keluarga masyarakat
kemanusiaan umumnya maupun sehingga pendidikan agama dapat
sejarah kebudayaan suatu bangsa. ditanamkan dan disosialisasikan yang
Pendidikan ini diharapkan dapat menjadi kebutuhan peserta didik,
membentuk manusia yang mempunyai akhirnya pendidikan agama Islam
kepribadian, harga diri dan percaya bukan lagi berupa pengetahuan yang di
pada diri sendiri untuk membangun hafal tetapi menjadi kebutuhan dan
peradaban berdasarkan budaya. perilaku aktual.
d. Desain pendidikan diarahkan pada dua
Dengan konsep pendidikan di atas dimensi. Dimensi itu meliputi: a)
akhirnya dapat dijadikan desain model dimensi dialektika (horisontal)
pendidikan Islam untuk membangun pendidikan hendaknya dapat
masyarakat madani. Dalam bentuk mengembangkan pemahaman tentang
operasionalnya sebagai berukut: kehidupan manusia dalam
a. Mendesain model pendidikan umum hubungannya dengan alam/lingkungan
Islami yang handal dan mampu sosialnya, akhirnya manusia mempu
bersaing dengan lembaga pendidikan mengatasi tantangan dan kendala
yang lain. Dengan demikian, visi misi melalui pengembangan iptek. b)
dan tujuan pendidikan, kurikulum, dimensi vertikal, hal ini pendidikan
materi pembelajaran, metode sebagai jembatan dalam memahami
pembelajaran, manajemen pendidikan fenomena dan misteri kehidupan yang
harus disesuaikan dengan tuntutan abadi.
zaman.
204
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
205
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
budaya bangsa Indonesia, dalam rangka "Sesungguhnya telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
membina kepribadian generasi bangsa (Sri (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia
Narwanti, 2011: 14). Daniel Goleman
banyak menyebut Allah".
menyatakan bahwa keberhasilan seseorang
di masyarakat, ternyata 80% dipengaruhi Begitu pentingnya akhlak dalam
oleh kecerdasan emosi dan hanya 20% Islam, karena Islam adalah rahmatan lil
ditentukan oleh IQ. Anak-anak yang alamin. Akhlak (karakter) adalah
mempunyai masalah dalam kecerdasan manifestasi dari ibadah dan keimanan,
emosinya akan mengalami kesulitan merupakan sikap yang mendalam dalam
belajar, bergaul, dan tidak dapat jiwa yang menimbulkan perbuatan secara
mengontrol emosinya terlihat sejak dini mudah, bisa diubah, dan diperkuat melalui
sampai usia dewasa (Sofyan Amri, dkk, pendidikan dan latihan. Akhlak dalam
2011: 54). Untuk itu perlu ditangani Islam telah dicantumkan dan diarahkan
dengan baik oleh semua pihak termasuk oleh syariat Islam yang dicontohkan oleh
keluarga, sekolah maupun masyarakat. nabi dan rasul serta orang-orang shaleh
Pendidikan karakter tidak saja merupakan yang bisa diteladani. Karakter bersifat
tuntutan undang-undang dan peraturan universal, seimbang, sederhana, realistis,
pemerintah, tetapi juga oleh agama. Islam mudah, namun tidak memudahkan urusan
mengajarkan karakter atau akhlak pada agama dan mengangap remeh syariat yang
206
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
207
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
masyarakat, mereka perlu belajar dengan anggota keluarga lainnya dan juga
menyesuaikan diri dan mengadopsi nilai, masyarakat sekitarnya. Ibnu Kaldun
norma, perilaku, akhlak yang sesuai mengatakan sebagai berikut:
dengan harapan masyarakat. Fenomena “Barangsiapa tidak terdidik oleh orang tuanya,
maka akan terdidik oleh zaman. Sehingga
yang ada anak terombang ambing dan mereka mampu dan dapat berhasil dalam
terbawa arus perkembangan global sehinga menghadapi segala macam tantangan,
termasuk tantangan untuk berhasil secara
ada indikasi bahwa anak tidak mampu akademik" (Masnur Muclich: 30).
merencanakan masa depan mereka dengan
Keluarga, yang dalam hal ini orang
baik menjadi abdun dan khalifah fi al-ardh
tua, merupakan wadah primer dalam
sebagaimana tujuan pendidikan Islam. Hal
membentuk karakter (akhlak) anak. Orang
tersebut mendasari dan suatu keniscayaan
tua memberikan pendidikan iman yang
penanaman karakter yang dimulai dari
mengikat anak dengan dasar-dasar iman,
keluarga sebagai lembaga pendidikan
rukun Islam dan dasar-dasar syariah, sejak
primer hingga sekolah sebagai satuan
anak mulai mengerti dan dapat memahami
pendidikan formal pelanjut pendidikan
sesuatu (Ulwan, 1981: 151). Para ahli
yang telah ditanamkan keluarga.
pendidikan dan akhlak meyakini bahwa
Keluarga Sebagai Basis Awal sejak anak dilahirkan, ia telah dilahirkan
Pendidikan Karakter Bagi Anak berdasarkan fitrah tauhid. Hakekat fitrah
Keluarga merupakan lingkungan keimanan ini telah ditetapkan dalam al-
pendidikan informal. Sebagai institusi Qur’an surat al-Rum ayat 30:
informal, dituntut mampu membentuk
tsÜsù ©ÉL©9$# «!$# |NtôÜÏù 4 $Z‹ÏΖym È⎦⎪Ïe$#Ï9 y7yγô_uρ óΟÏ%r'sù
segala perilaku dan pola asuh yang
diterapkan dalam keluarga pasti šÏ9≡sŒ 4 «!$# È,ù=y⇐Ï9 Ÿ≅ƒÏ‰ö7s? Ÿω 4 $pκön=tæ }¨$¨Ζ9$#
berpengarauh dalam pembentukan
Ÿω Ĩ$¨Ζ9$# usYò2r& ∅Å3≈s9uρ ÞΟÍhŠs)ø9$# Ú⎥⎪Ïe$!$#
kepribadian atau karakter anak (Ratna
Megawangi: 95). Keluarga dalam hal ini ∩⊂⊃∪ tβθßϑn=ôètƒ
orang tua, menurut Ibnu Khaldun memiliki
peran yang sangat penting dalam “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus
memberikan pendidikan terhadap anak- kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah
Allah yang Telah menciptakan manusia
anaknya. Dalam keluarga mestinya anak menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada
fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
mendapat pengarahan bagaimana kebanyakan manusia tidak mengetahui.”
berperilaku, bertutur kata, dan bersikap
208
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
Yang dimaksud fitrah di sini adalah ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-
fitrah tauhid, akidah iman kepada Allah Tahrim ayat 6:
SWT. Hal ini dikuatkan oleh hadits
#Y‘$tΡ ö/ä3‹Î=÷δr&uρ ö/ä3|¡àΡr& (#þθè% (#θãΖtΒ#u™ t⎦⎪Ï%©!$# $pκš‰r'¯≈tƒ
Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh
Bukhari dari Abu Hurairah r.a. bahwa ÔâŸξÏî îπs3Íׯ≈n=tΒ $pκön=tæ äοu‘$yfÏtø:$#uρ â¨$¨Ζ9$# $yδߊθè%uρ
209
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
Sekolah: Pondasi Kedua Dalam diharapkan, bahkan ada orang tua yang
Penanaman Karakter
gagal dalam melakukannya. Untuk itu
Sekolah sebagai lembaga pendidikan sekolah sangat berperan penting dalam
formal, pelanjut pendidikan keluarga membantu menanamkan pendidikan
menjadi sangat penting peran dan karakter karena sekolah merupakan
fungsinya. Salah satu fungsi sekolah adalah miniatur kehidupan masyarakat.
wadah transmisi Afektif (attitude) yang Ada 3 proses yang dialami oleh anak
tercermin pada kualitas keimanan, disekolah, yaitu sosialisasi, akulturasi dan
ketakwaan, akhlak, dan kepribadian yang enkulturisasi (Masnur Muclich: 44).
unggul dan kompetensi estetis; Kognitif Sosialisasi; proses membimbing individu
(pengetahuan) tercermin pada kapasitas memasuki dunia sosial, anak dapat
berpikir dan daya intelektualitas untuk berperilaku, berinteraksi sesuai dengan
menggali dan mengembangkan serta standar norma yang ada dalam masyarakat
penguasaan IPTEK; dan Psikomotorik tertentu. Akulturasi; proses perubahan
(keterampilan) yang tercermin pada budaya yang lahir dari proses sosialisasi
kemampuan mengembangkan kemampuan yang ditandai dengan penyerapan,
teknis, kecakapan praktis, dan kemampuan pengadopsian kebudayaan baru yang
kinestetis. Proses tersebut terselenggara berkonsekuensi hilangnya kekhasan
melalui pembiasaan melalui proses budaya anak terdahulu, sedangkan
pembelajaran, keteladanan semua enkulturisasi, proses sosial manusia
komponen sekolah terutama pendidik sebagai makhluk bernalar dan
(guru). Pendidik adalah ujung tombak berkemampuan reflektif serta intelegenci
dalam mencapaikan penanaman karakter hingga mampu memahami, mengadopsi
pada peserta didik disamping komponen pola pikir, pengetahuan, dan kebudayaan
lain seperti kepala sekolah dan staf orang lain.
sekolah. Ketiga proses tersebut berlangsung
Pendidikan karakter di sekolah secara dinamis dan bersenyawa
sangat diperlukan, walaupun dasar dari diberlakukan dalam wadah pendidikan di
pendidikan karakter adalah keluarga. sekolah sebagai lembaga yang tidak berada
Namun, orang tua juga tidak serta merta dalam ruang hampa, saling berinteraksi,
mampu mengantarkan anak-anak mereka dan saling menyerap budaya dan nilai-nilai
kepada pembentukan karakter yang yang beragam serta beradaptasi secara
210
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
211
Kutubkhanah: Jurnal Penelitian sosial keagamaan, Vol.17, No.2 Juli-Desember 2014
212
Zaitun : Penanaman Pendidikan Karakter
213