Anda di halaman 1dari 5

TUGAS AIK

RESUM GERAKAN PEMBAHARUAN ISLAM

DISUSUN OLEH :

NAMA : NUR RAHMAH


NIM : A22020197

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
2021
PEMURNIAN DAN PEMBAHARUAN DI DUNIA MUSLIM

Nasution (1992: 11) mengatakan bahwa pembaruan dalam bahasa Indonesia dipakai
(disepadankan) dengan kata modern, modernisasi dan modernism. Medernisasi dalam
masyarakat Barat mengandung arti pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah
paham-paham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk disesuaikan dengan
suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Harun Nasution mendifinisikan pembaruan Islam sebagai upaya-upaya untuk menyesuaikan
paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi modern. Dengan demikian menurutnya, pembaruan dalam Islam
bukan berarti mengubah, mengurangi atau menambah teks al-Qur’an maupun teks al-Hadits,
melainkan hanya mengubah atau menyesuaikan paham atas keduanya sesuai dengan
perkembangan zaman (Nasution, 1992: 10).

A. Kemuduran Islam
Pada permulaan abad XX umat Islam Indonesia menyaksikan munculnya gerakan
pembaharuan pemahaman dan pemikiran Islam yang pada esensinya dapat dipandang sebagai
salah-satu mata rantai dari serangkaian gerakan pembaharuan Islam yang telah dimulai sejak
dari Ibnu Taimiyah di Siria, diteruskan Muhammad Ibnu Abdul Wahab di Saudi Arabia dan
kemudian Jamaluddin al Afghani bersama muridnya Muhammad Abduh di Mesir.
Munculnya gerakan pembaharuan pemahaman agama itu merupakan sebuah fenomena yang
menandai proses Islamisasi yang terus berlangsung. Dengan proses Islamisasi yang terus
berlangsung -meminjam konsep Nakamura- dimaksudkan suatu proses dimana sejumlah
besar orang Islam memandang keadaan agama yang ada, termasuk diri mereka sendiri,
sebagai belum memuaskan. Karenanya sebagai langkah perbaikan diusahakan untuk
memahami kembali Islam, dan selanjutnya berbuat sesuai dengan apa yang mereka anggap
sebagai standard Islam yang benar.
Peningkatan agama seperti itu tidak hanya merupakan pikiran-pikiran abstrak tetapi
diungkapkan secara nyata dan dalam bentuk organisasi-organisasi yang bekerja secara
terprogram. Salah satu organisasi itu di Indonesia adalah Muhammadiyah yang didirikan oleh
KH. Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijah 1330 H bertepatan dengan 18
Nopember 1912 M. KH. Ahmad Dahlan yang semasa kecilnya bernama Muhammad Darwis
dilahirkan di Yogyakarta tahun 1968 atau 1969 dari ayah KH. Abu Bakar, Imam dan Khatib
Masjid Besar Kauman, dan Ibu yang bernama Siti Aminah binti KH. Ibrahim penghulu besar
di Yogyakarta. KH. Ahmad Dahlan kemudian mewarisi pekerjaan ayahnya menjadi khatib
masjid besar di Kauman. Disinilah ia melihat praktek-praktek agama yang tidak memuaskan
di kalangan abdi dalem Kraton, sehingga membangkitkan sikap kristisnya untuk
memperbaiki keadaan.
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan oleh Dahlan pada mulanya bersifat lokal,
tujuannya terbatas pada penyebaran agama di kalangan penduduk Yogyakarta. Pasal dua
Anggaran Dasarnya yang asli berbunyi (dengan ejaan baru):
Maka perhimpunan itu maksudnya :
a. Menyebarkan pengajaran Agama Kanjeng Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi
Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residentie Yogyakarta.
b. Memajukan hal Agama Islam kepada anggota-anggotanya.
Misi utama yang dibawa oleh Muhammadiyah adalah pembaharuan (tajdid) pemahaman
agama. Adapun yang dimaksudkan dengan pembaharuan oleh Muhammadiyah ialah yang
seperti yang dikemukakan M. Djindar Tamimy: Maksud dari kata-kata “tajdid” (bahasa Arab)
yang artinya “pembaharuan” adalah mengenai dua segi, ialah dipandang dari pada/menurut
sasarannya :
Pertama : berarti pembaharuan dalam arti mengembalikan kepada
keasliannya/kemurniannya, ialah bila tajdid itu sasarannya mengenai soal-soal prinsip
perjuangan yang sifatnya tetap/tidak berubah-ubah.
Kedua : berarti pembaharuan dalam arti modernisasi, ialah bila tajdid itu sasarannya
mengenai masalah seperti: metode, sistem, teknik, strategi, taktik perjuangan, dan
lain-lain yang sebangsa itu, yang sifatnya berubah-ubah, disesuaikan dengan situasi dan
kondisi/ruang dan waktu.
Tajdid dalam kedua artinya, itu sesungguhnya merupakan watak daripada ajaran Islam itu
sendiri dalam perjuangannya.
Dapat disimpulkan bahwa pembaharuan itu tidaklah selamanya berarti memodernkan, akan
tetapi juga memurnikan, membersihkan yang bukan ajaran.
Muhammadiyah adalah gerakan keagamaan yang bertujuan menegakkan agama Islam
ditengah-tengah masyarakat, sehingga terwujud masyarakat Islam sebenar-benarnya.
Sehingga dalam perkembangan sekarang ini Muhammadiyah menampakkan diri sebagai
pengembangan dari pemikiran perluasan gerakan-gerakan yang dilahirkan oleh KH. Ahmad
Dahlan sebagai karya amal shaleh.
Usaha pembaharuan Muhammadiyah secara ringkas dapat dibagi ke dalam tiga bidang
garapan, yaitu : bidang keagamaan, pendidikan, dan kemasyarakatan.

1. Bidang keagamaan
Pembaharuan dalam bidang keagamaan ialah penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar
yang berlaku abadi, yang karena waktu, lingkungan situasi dan kondisi, mungkin
menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas tampak dan tertutup oleh kebiasaan dan
pemikiran tambahan lain.
Di atas telah disebutkan bahwa yang dimaksud pembaharuan dalam bidang keagamaan
adalah memurnikan kembali dan mengembalikan kepada keasliannya. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan agama baik menyangkut aqidah (keimanan) ataupun ritual (ibadah) haruslah
sesuai dengan aslinya, yaitu sebagaimana diperintahkan oleh Allah dalam Al-Quran dan
dituntunkan oleh Nabi Muhammad SAW, lewat sunah-sunahnya.

2. Bidang Pendidikan
Dalam kegiatan pendidikan dan kesejahteraan sosial, Muhammadiyah mempelopori dan
menyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi yang lebih nyata. Bagi
Muhammadiyah, yang berusaha keras menyebarluaskan Islam lebih luas dan lebih dalam,
pendidikan mempunyai arti penting, karena melalui inilah pemahaman tentang Islam dapat
diwariskan dan ditanamkan dari generasi ke generasi.Pembaharuan pendidikan ini meliputi
dua segi, yaitu segi cita-cita dan segi teknik pengajaran. Dari segi cita-cita, yang dimaksud
K.H. Ahmad Dahlan ialah ingin membentuk manusia muslim yang baik budi, alim dalam
agama, luas dalam pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, dan bersedia berjuang
untuk kemajuan masyarakatnya. Adapun teknik, adalah lebih banyak berhubungan dengan
cara-cara penyelenggaraan pengajaran.

3. Bidang Kemasyarakatan
Di bidang sosial dan kemasyarakatan, maka usaha yang dirintis oleh Muhammadiyah adalah
didirikannya rumah sakit poliklinik, rumah yatim piatu, yang dikelola melalui lembaga-
lembaga dan bukan secara individual sebagaimana dilakukan orang pada umumnya di dalam
memelihara anak yatim piatu. Badan atau lembaga pendidikan sosial di dalam
Muhammadiyah juga ikut menangani masalah-masalah keagamaan yang ada kaitannya
dengan bidang sosial, seperti prosedur penerimaan dan pembagian zakat ditangani
sepenuhnya oleh P.K.U., yang sekaligus berwenang sebagai badan ‘amil.saha pemaharuan
dalam bidang sosial kemasyarakatan ditandai dengan didirikannya Pertolongan Kesengsaraan
Oemoem (PKO) pada tahun 1923. Ide di balik pembangunan dalam bidang ini karena banyak
di antara orang Islam yang mengalami kesengsaraan, dan hal ini merupakan kesempatan bagi
kaum muslimin untuk saling tolong-menolong.

B. Perlunya pemurnian dan pembaharuan


Usaha Muhammadiyah untuk memurnikan keyakinan umat Islam Indonesia, ialah
Muhammadiyah telah mengenalkan penelaahan kembali dan pengubahan drastis, jika
diperlukan, menuju penafsiran yang benar terhadap Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Usaha pemurnian tersebut antara lain dapat disebut :


1. Penentuan arah kiblat yang tepat dalam bersembahyang, sebagai kebalikan dari kebiasaan
sebelumnya, yang menghadap tepat ke arah Barat.
2. Penggunaan perhitungan astronomi dalam menentukan permulaan dan akhir bulan puasa
(hisab), sebagai kebalikan dari pengamatan perjalanan bulan oleh petugas agama.
3. Menyelenggarakan sembahyang bersama di lapangan terbuka pada hari raya Islam, Idul
Fitri dan Idul Adha, sebagai ganti dari sembahyang serupa dalam jumlah jama’ah yang lebih
kecil, yang diselengarakan di Masjid.
4. Pengumpulan dan pembagian zakat fitrah dan korban pada hari raya tersebut di atas, oleh
panitia khusus, mewakili masyarakat Islam setempat, yang dapat dibandingkan sebelumnya
dengan memberikan hak istimewa dalam persoalan ini pada pegawai atau petugas agama
(penghulu, naib, kaum. modin, dan sebagainya).
5. Penyampaian khutbah dalam bahasa daerah, sebagai ganti dari penyampaian khutbah
dalam bahasa Arab.
6. Penyederhanaan upacara dan ibadah dalam upacara kelahiran, khitanan, perkawinan dan
pemakaman, dengan menghilangkan hal-hal yang bersifat politheistis darinya.
7. Penyerderhanaan makam, yang semula dihiasi secara berlebihan.
8. Menghilangkan kebiasaan berziarah ke makam orang-orang suci (wali).
9. Membersihkan anggapan adanya berkah yang bersifat ghaib, yang dimiliki oleh para
kyai/ulama tertentu, dan pengaruh ekstrim dari pemujaan terhadap mereka.
10.Penggunaan kerudung untuk wanita, dan pemisahan laki-laki dengan perempuan dalam
pertemuan-pertemuan yang bersifat keagamaan.
Dalam rangka usaha tersebut, tidak sedikit rintangan yang dialami. Beberapa tafsir
Muhammadiyah tentang Al-Qur’an dan Al-Hadits menimbulkan debat theologis di antara
ulama.Tetapi kemudian, beberapa hal yang dipelopori oleh Muhammadiyah menjadi umum
di kalangan umat Islam di Indonesia.
Untuk membahas, apakah adat istiadat/tradisi serta kepercayaan berlaku di masyarakat itu
sesuai dengan Al-Qur’an dan Hadits atau tidak, dalam Muhammadiyah dibicarakan oleh
suatu lembaga yang bernama “Lajnah Tarjih”. Tarjih ini adalah merupakan realisasi dari
prinsip, bahwa pintu ijtihad tetap terbuka.

Majlis Tarjih didirikan atas dasar keputusan kongres Muhammadiyah ke- XVI pada tahun
1927, atas usul dari K.H. Mas Mansyur.
Tokoh -Tokoh pembaharuan dalam dunia Islam

. Tokoh-Tokoh Pembaharu dalam Islam Di Mesir.


1. Muhammad Ali Pasya. Seorang keturunan Turki yang lahir di Kawalla, Yunani pada tahun
1765 dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Ia merupakan Sultan Usmani yang resmi pada
tahun 1805 Meseh

2. Rifa’ah Badawi Rafi’ Al-Tahtawi atau dikenal dengan sebutan Al-Tahtawi. Lahir di Tahta
pada tahun 1801 Masehi dan meninggal di Kairo pada tahun 1873 Masehi. Ia adalah pelajar
yang sangat pandai dan cerdas, dan merupakan murid kesayangan Syaikh Hasan Al-Attar.

3. Jamaluddin Al-Afghani. Ia lahir di Afghanistan pada tahun 1839 dan meninggal di Istanbul
pada tahun 1897.

4. Muhammad Abduh. Ia lahir di Mesir pada tahun 1849. Tahun 1866, ketika belajar ke Al-
Azhar, adalah tahun pertemuan pertama kalinya dengan Jamaluddin Al-Afghani.

. Tokoh-Tokoh Pembaharu dalam Islam Di Turki.

1. Sultan Mahmud II. Ia adalah raja Usmani yang lahir pada tahun 1785. Diangkat menjadi
sultan Usmani pada tahun 1807 dan meninggal dunia pada tahun 1839

2. Mustafa Rasyid Pasya. Lahir di Istanbul pada tahun 1800. Tahun 1834 ia dikirim menjadi
Duta Besar Kerajaan Usmani di Paris, Prancis.

3. Ziya Pasa. Ia adalah anak pegawai kantor cukai di Istanbul. Lahir pada tahun 1825 dan
meninggal pada tahun 1880. Ia adalah pemuka Usmani Muda atau Yeni Osmanlilar atau
Young Ottoman.

Tokoh-Tokoh Pembaharu dalam Islam Di India-Pakistan

1 .Sayyid Ahmad Syahid. Ia lahir pada tahun 1786 di Rae Bareli, Lucknow, India. Ia adalah
pemimpin Gerakan Mujahidin.

2. Sayyid Ahmad Khan. Ia lahir di Delhi, India, pada tahun 1817. Ia termasuk keturunan Nabi
Muhammad Saw. dari jalur Husein.

3. Sayyid Amir Ali. Lahir dari keluarga Syi’ah pada tahun 1849. Meninggal pada tahun 1928
dalam usia 79 tahun

4. Muhammad Iqbal. Lahir pada tahun 1876 di Sialkot, India

5. Muhammad Ali Jinnah. Ia lahir di Karachi, India, pada tahun 1876. Ia belajar di London
untuk bidang hukum dan menyelesaikan studinya di sana pada tahun 1896. Ia adalah
pemimpin Liga Muslimin yang sangat berpengaruh di India.

Anda mungkin juga menyukai