Anda di halaman 1dari 18

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAAN

MUHAMMADIYAH SEBAGAI GERAKAN DAKWAH DAN TAJDID

Kelompok 5
Ulfayanti Syahruddin

Husnul Mutmainnah Syahruni

Maisya Hurin Mawaddah

Fidyah Septiani Mansur

Fatria Junita
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Modernitas muhammadiyah lahir sebagai respon atas sejarah, pukan spontanitas.
Ketika rakyat tenggelam dalam kemiskinan dan kebodohan semasa rezim kolonial,
muhammadiyah lahir dengan banyak respon; pendidikan modern dan mengembangkan spirit
PKO ( Pertolongan Kesengsaraan Oemoem) ketika massyarakat teklena dalam tradisional
dan pencampuradukan ajaran agama, muhammadiyah memberikan wacana dan spirit baru,
tajdid dan purifikasi.
Muhammadiyah sebagai gerakan islam merumuskan gerakan pembaharuannya dalam
bentuk purifikasi dan dinamisasi. Purifikasi didasarkan pada sumsi bahwa kemunduran umat
islam terjadi karena umat islam tidak mengembangkan aqidah islam yang benar, sehingga
harus dilakukan purifikasi dalam bidang aqidah-ibadah dengan teori “ segala sesuatu dalam
ibadah madlah dilaksanakan bila ada perintah dalam Al-Qur’an dan Hadist” sedangkan
dinamisasi dilakukan dalam bidang muamalah, dengan melakukan gerakan modernisasi
sesuai dengan teori “ segala sesuatu boleh dikerjakan selama tak ada larangan dala Al-qur’an
dan Hadist”.
Muhammadiyah dalam gerakan pembaharuannya di lakukan bersamaan antara gerakan
purifikasi dengan gerakan muamalah. Purifikasi dalam bidang aqidah yang dilakukan oleh
muhammadiyah adalah aqidah yang memiliki keterkaitan dengan aspek sosial
kemasyarakatan.

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah "Muhammadiyah Sebagai Gerakan Dakwah dan Tajdid"
adalah untuk menyampaikan pemahaman yang mendalam tentang peran dan
kontribusi Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid dalam konteks
sejarah, konsep, tujuan, metode, tantangan, dan upaya penyelesaiannya.
BAB II
ISI
Konsep Gerakan Dakwah dalam Islam

A. Definisi Dakwah
Dakwah menurut Muhammadiyah adalah upaya menyampaikan ajaran Islam
kepada individu atau masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman,
keimanan, dan amalan mereka sesuai dengan ajaran Islam. Beberapa ahli
Muhammadiyah memberikan definisi dakwah sebagai berikut:
• Ahmad Dahlan: Pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan, mengartikan
dakwah sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain
dengan cara yang mudah dipahami dan diterima, serta memberikan contoh
nyata dalam kehidupan sehari-hari.
• Muhammad Abduh: Salah seorang tokoh penting dalam pemikiran
Muhammadiyah, Muhammad Abduh, memandang dakwah sebagai upaya
untuk memperjuangkan reformasi dalam pemahaman dan praktik Islam, serta
memerangi kekakuan dan penyalahgunaan ajaran agama.
• K.H. Ibrahim Saleh: Tokoh Muhammadiyah lainnya, K.H. Ibrahim Saleh,
mendefinisikan dakwah sebagai upaya untuk menyampaikan ajaran Islam
secara bijaksana dan menginspirasi, serta memberikan solusi bagi berbagai
masalah sosial dan moral dalam masyarakat.
• Buya Hamka: Ulama dan intelektual Muhammadiyah, Buya Hamka,
mengartikan dakwah sebagai usaha untuk menegakkan kebenaran dan
keadilan berdasarkan ajaran Islam, serta mengajak manusia untuk meraih
keselamatan dunia dan akhirat.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa dakwah menurut para ahli
Muhammadiyah adalah upaya menyebarkan ajaran Islam dengan cara yang bijaksana,
inspiratif, dan membawa manfaat bagi individu dan masyarakat, serta memperjuangkan
kebenaran, keadilan, dan keselamatan bagi seluruh umat manusia.
Dakwah merupakan salah satu prinsip fundamental dalam Islam yang mengandung
makna penyampaian pesan atau ajakan kepada orang lain untuk memahami dan
mengamalkan ajaran Islam. Gerakan dakwah merupakan upaya sistematis dan terorganisir
untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat luas dengan tujuan membawa mereka
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berikut adalah beberapa konsep utama gerakan
dakwah dalam Islam:
• Kewajiban Dakwah: Menurut ajaran Islam, dakwah bukanlah hanya tugas para ulama
atau pemimpin agama, tetapi merupakan tanggung jawab setiap muslim untuk
menyampaikan ajaran Islam kepada orang lain. Hal ini berdasarkan pada ayat Al-
Quran Surah Ali Imran [3:110], yang berarti, "Kamu adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk (mengerjakan) amar makruf dan nahi munkar dan beriman kepada
Allah."
• Metode Dakwah: Dakwah dilakukan dengan berbagai metode yang sesuai dengan
konteks dan situasi masyarakat yang dituju. Metode ini dapat berupa dakwah lisan,
tulisan, atau tindakan nyata yang memberikan contoh nyata dari prinsip-prinsip Islam.
• Rahmatan lil-Alamin: Konsep dakwah dalam Islam juga mencakup prinsip bahwa
Islam adalah rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil-alamin). Ini mengimplikasikan
bahwa dakwah harus dilakukan dengan kasih sayang, kedamaian, dan keadilan, serta
dengan sikap yang ramah dan penuh pengertian terhadap orang lain.
• Tatap Muka dan Berdialog: Salah satu prinsip penting dalam dakwah Islam adalah
interaksi langsung dan dialog dengan orang lain. Ini memungkinkan pertukaran ide,
penjelasan yang lebih baik, dan membangun pemahaman yang lebih baik antara
pemuka agama dan masyarakat.
• Keadilan dan Keterbukaan: Dakwah harus dilakukan dengan prinsip keadilan,
menghormati pluralitas masyarakat, dan mempromosikan keterbukaan terhadap
perbedaan pendapat serta pemahaman.
• Konsistensi dan Kesabaran: Gerakan dakwah membutuhkan konsistensi dan
kesabaran yang tinggi. Perubahan sosial dan pemahaman butuh waktu, oleh karena
itu, dakwah harus dilakukan secara berkesinambungan dan sabar dalam menghadapi
tantangan.
Dengan memahami konsep-konsep ini, gerakan dakwah dalam Islam dapat menjadi
alat yang efektif untuk menyebarkan pesan-pesan kebaikan, kedamaian, dan keadilan kepada
masyarakat luas.

B. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah dalam Islam meliputi berbagai aspek yang dirancang untuk
membawa manusia mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mewujudkan kebaikan
dalam kehidupan mereka. Beberapa tujuan utama dakwah dalam Islam antara lain:

• Menyebarkan Ajaran Tauhid: Salah satu tujuan utama dakwah adalah


menyebarkan ajaran tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah SWT. Ini
mencakup mengajak manusia untuk menyadari dan mengakui bahwa hanya
Allah lah yang berhak disembah dan ditaati.
• Menyampaikan Pesan Islam: Dakwah bertujuan untuk menyampaikan pesan-
pesan Islam kepada masyarakat luas, termasuk prinsip-prinsip moral, etika,
hukum, dan ajaran-ajaran spiritual yang dijelaskan dalam Al-Quran dan
Sunnah.
• Membimbing Manusia Menuju Kebenaran: Dakwah bertujuan untuk
membimbing manusia menuju jalan yang benar dan menjauhkan mereka dari
kesesatan. Ini melibatkan memberikan penjelasan yang benar dan jelas
tentang ajaran Islam untuk membantu orang-orang memahami dan
mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.
• Mendorong Perbaikan Sosial: Dakwah juga bertujuan untuk menciptakan
perubahan sosial yang positif dalam masyarakat, termasuk memerangi
kejahatan, kemiskinan, ketidakadilan, dan berbagai bentuk ketidakberesan
lainnya. Dakwah mengajak manusia untuk berbuat kebaikan, memperbaiki
lingkungan, dan memperjuangkan hak-hak asasi manusia.
• Meningkatkan Kesadaran Spiritual: Salah satu tujuan dakwah adalah
meningkatkan kesadaran spiritual dan keimanan individu serta masyarakat
secara keseluruhan. Dakwah mengajak manusia untuk mendekatkan diri
kepada Allah SWT, merawat hubungan spiritual dengan-Nya, dan
menginternalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
• Mewujudkan Kesejahteraan dan Kedamaian: Dakwah juga bertujuan untuk
mewujudkan kesejahteraan dan kedamaian baik di dunia maupun di akhirat.
Ini mencakup memperjuangkan perdamaian, harmoni antarumat beragama,
serta menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera berdasarkan prinsip-
prinsip Islam.
Dengan demikian, tujuan dakwah dalam Islam tidak hanya terbatas pada
menyebarkan ajaran agama, tetapi juga mencakup aspek-aspek perbaikan sosial, moral, dan
spiritual yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan individu dan masyarakat
secara keseluruhan.

C. Metode Dakwah
Muhammadiyah mengakui pentingnya menggunakan metode dakwah yang
efektif dan relevan dengan kondisi masyarakat serta perkembangan zaman. Berikut
adalah beberapa metode dakwah yang sering digunakan oleh Muhammadiyah:
• Dakwah Lisan: Metode dakwah ini melibatkan penggunaan kata-kata dan
lisan dalam menyampaikan pesan-pesan agama kepada individu atau
kelompok. Hal ini dapat dilakukan melalui ceramah, pengajian, khotbah,
pengajaran agama di sekolah-sekolah, dan diskusi-diskusi keagamaan.
• Penggunaan Media Massa: Muhammadiyah memanfaatkan media massa,
seperti radio, televisi, surat kabar, majalah, dan media sosial, untuk
menyebarkan pesan-pesan agama kepada masyarakat luas. Ini termasuk
pembuatan program-program religi, siaran dakwah, artikel-artikel
keagamaan, dan kampanye-kampanye sosial yang dilakukan melalui media
massa.
• Dakwah Melalui Tulisan: Metode ini mencakup penulisan buku-buku, artikel,
pamflet, dan risalah-risalah keagamaan yang berisi penjelasan tentang ajaran
Islam, pemikiran Muhammadiyah, dan berbagai topik terkait agama. Tulisan-
tulisan ini dapat dijadikan referensi dan sumber pembelajaran bagi individu-
individu yang ingin memperdalam pemahaman agama.
• Dakwah Interaktif dan Dialogis: Muhammadiyah mendorong penggunaan
metode dakwah yang interaktif dan dialogis, di mana terjadi pertukaran
pikiran dan pemahaman antara pemuka agama dan masyarakat. Ini dapat
dilakukan melalui forum-forum diskusi, pertemuan-pertemuan keagamaan,
dan kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
• Dakwah Melalui Pendidikan: Metode dakwah ini mengacu pada pendidikan
agama yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga pendidikan
Muhammadiyah, seperti madrasah, pesantren, sekolah agama, dan perguruan
tinggi Islam. Melalui pendidikan, Muhammadiyah berusaha untuk
menyebarkan ajaran Islam dan membentuk karakter generasi muda sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
• Dakwah Aksi: Muhammadiyah juga menggunakan metode dakwah aksi atau
dakwah melalui tindakan nyata yang berlandaskan pada ajaran Islam. Ini
mencakup kegiatan-kegiatan sosial, kemanusiaan, dan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh Muhammadiyah sebagai wujud
implementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

D. Definisi Tajdid
Tajdid, atau pembaruan dalam Islam, merupakan konsep yang penting dalam
pemikiran Muhammadiyah. Para ahli Muhammadiyah memiliki pemahaman yang
mendalam tentang tajdid dan menempatkan konsep ini sebagai bagian integral dari
upaya mereka untuk meningkatkan pemahaman dan praktik umat Islam. Berikut
adalah beberapa pandangan para ahli Muhammadiyah tentang tajdid:
• Ahmad Dahlan: Sebagai pendiri Muhammadiyah, Ahmad Dahlan
menganggap tajdid sebagai suatu keharusan dalam menjawab tuntutan zaman.
Baginya, tajdid mencakup pembaruan dalam pemikiran, praktik, dan institusi
Islam untuk menjadikan agama sebagai sumber kekuatan dan keberhasilan
umat.
• Muhammad Abduh: Walaupun bukan anggota Muhammadiyah, pemikiran
Muhammad Abduh memiliki pengaruh besar dalam gerakan tajdid di dunia
Islam, termasuk di Muhammadiyah. Abduh menganggap tajdid sebagai
proses reformasi yang bertujuan untuk membawa Islam kembali ke akar-
akarnya yang murni, sesuai dengan ajaran asli Nabi Muhammad SAW.
• K.H. Ibrahim Saleh: Salah seorang tokoh Muhammadiyah, K.H. Ibrahim
Saleh, mengartikan tajdid sebagai upaya untuk merevitalisasi dan
mereformasi pemikiran, institusi, dan praktik umat Islam agar sesuai dengan
nilai-nilai ajaran Islam yang universal dan progresif.
• Buya Hamka: Buya Hamka, ulama dan intelektual Muhammadiyah,
menganggap tajdid sebagai suatu kewajiban bagi umat Islam dalam
menghadapi perubahan zaman. Baginya, tajdid mencakup pembaruan dalam
berbagai bidang kehidupan, termasuk pemahaman agama, ilmu pengetahuan,
dan sosial-budaya.
• K.H. Ahmad Dahlan: K.H. Ahmad Dahlan, cucu dari pendiri Muhammadiyah,
juga memberikan kontribusi dalam pemahaman tajdid dalam konteks
Muhammadiyah. Baginya, tajdid mencakup penyesuaian ajaran Islam dengan
perkembangan zaman serta pembaharuan dalam berbagai aspek kehidupan
umat Islam.
Melalui pandangan-pandangan para ahli tersebut, Muhammadiyah berupaya
untuk terus melakukan tajdid sebagai bagian dari upaya mereka untuk membawa
umat Islam mendekatkan diri kepada ajaran Islam yang murni, serta menjawab
tantangan-tantangan yang dihadapi dalam masyarakat modern.
E. Pemahaman Muhammadiyah terhadap Dakwah dan Tajdid
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dan tajdid dimulai pada akhir abad ke-
19 di tanah Jawa, Indonesia. Gerakan ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan pada tanggal
8 November 1912 di Yogyakarta. Pada masa itu, masyarakat Indonesia, terutama di Jawa,
mengalami berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan politik. Islam, sebagai agama
mayoritas, seringkali tidak mampu menjawab tantangan-tantangan tersebut secara
efektif. Kehidupan Ahmad Dahlan: Ahmad Dahlan, seorang ulama yang memiliki latar
belakang pendidikan Islam tradisional, menyadari pentingnya melakukan pembaruan
dalam praktik keagamaan agar dapat menjawab tantangan zaman. Pendirian
Muhammadiyah: Dengan semangat untuk melakukan pembaruan (tajdid) dalam Islam,
Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah. Gerakan ini bertujuan untuk menyebarkan
ajaran Islam yang murni dan melakukan pembaruan dalam berbagai aspek kehidupan
umat Islam.
Fokus Dakwah: Salah satu fokus utama Muhammadiyah adalah dakwah, yaitu
upaya menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat luas. Ahmad Dahlan dan para
pengikutnya aktif dalam menyelenggarakan pengajian, khotbah, dan kegiatan dakwah
lainnya. Pendidikan Salah satu upaya tajdid yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah
di bidang pendidikan. Gerakan ini mendirikan madrasah, pesantren, dan sekolah-sekolah
Islam untuk memberikan pendidikan yang berkualitas dengan nilai-nilai Islam yang kuat.
Kesehatan: Muhammadiyah juga terlibat dalam bidang kesehatan dengan mendirikan
rumah sakit, klinik, dan pelayanan kesehatan lainnya. Upaya ini sejalan dengan ajaran
Islam yang mengutamakan kesehatan dan kesejahteraan umat. Pemberdayaan Ekonomi
dan Sosial: Selain itu, Muhammadiyah juga aktif dalam bidang pemberdayaan ekonomi
dan sosial. Gerakan ini mendirikan koperasi, yayasan sosial, dan program-program
bantuan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan.
Perkembangan dan Perluasan: Seiring berjalannya waktu, Muhammadiyah terus
berkembang dan meluas ke berbagai wilayah di Indonesia. Gerakan ini juga aktif dalam
berbagai bidang, termasuk dalam pengembangan kebudayaan dan pembangunan
masyarakat.
Pemahaman Muhammadiyah terhadap dakwah dan tajdid mencerminkan visi dan
misi organisasi tersebut dalam memperjuangkan pembaruan dalam pemahaman dan praktik
Islam, serta memperkuat peran umat Islam dalam membangun masyarakat yang berdasarkan
pada nilai-nilai Islam.
Dakwah sebagai Tugas Fundamental,Muhammadiyah memandang dakwah sebagai
tugas fundamental umat Islam untuk menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat luas.
Dakwah dipandang sebagai upaya untuk membawa manusia mendekatkan diri kepada Allah
SWT dan mewujudkan kebaikan dalam kehidupan mereka.Dakwah yang Berbasis pada
Tauhid Muhammadiyah menekankan pentingnya dakwah yang berbasis pada tauhid, yaitu
keyakinan akan keesaan Allah SWT. Dakwah ini bertujuan untuk menyadarkan manusia akan
keberadaan dan keesaan Allah SWT serta mengajak mereka untuk mengesakan-Nya dalam
segala aspek kehidupan.Dakwah yang Bersifat Inklusif dan Toleran Pemahaman
Muhammadiyah terhadap dakwah mencakup nilai-nilai inklusif dan toleran, di mana
umat Islam diajak untuk berdialog dan bekerja sama dengan umat lain dalam menciptakan
masyarakat yang harmonis dan damai. Dakwah sebagai Upaya Pemberdayaan:
Muhammadiyah melihat dakwah sebagai upaya untuk memberdayakan masyarakat, terutama
melalui pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan pemberdayaan sosial lainnya. Dakwah ini tidak
hanya bersifat spiritual, tetapi juga praktis dalam memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat. Tajdid sebagai Proses Pembaruan Tajdid dalam pemahaman Muhammadiyah
bukan hanya sekedar reformasi institusi keagamaan, tetapi juga pembaruan dalam pemikiran
dan praktik umat Islam sesuai dengan tuntutan zaman. Tajdid mencakup pengembangan
intelektual, moral, dan spiritual umat Islam untuk menjawab tantangan-tantangan yang
dihadapi dalam masyarakat kontemporer. Pentingnya Pendidikan dan Literasi Dakwah:
Muhammadiyah menekankan pentingnya pendidikan dan literasi dakwah dalam mencapai
tujuan-tujuan dakwah dan tajdid. Melalui pendidikan dan literasi dakwah, umat Islam
diharapkan dapat memahami ajaran Islam dengan baik dan mampu menyebarkannya kepada
masyarakat dengan cara yang efektif.
Dengan pemahaman ini, Muhammadiyah berupaya untuk memperkuat peran umat
Islam dalam menyebarkan ajaran Islam dan membangun masyarakat yang berlandaskan pada
nilai-nilai Islam, serta menjawab berbagai tantangan yang dihadapi dalam konteks zaman
modern.
F. Konsep Dakwah dan Tajdid dalam Muhammadiyah
Dakwah dalam Muhammadiyah dipahami sebagai upaya menyebarkan ajaran
Islam kepada masyarakat luas dengan tujuan untuk membawa mereka mendekatkan diri
kepada Allah SWT serta memperbaiki kondisi sosial, moral, dan spiritual masyarakat.
Berikut adalah konsep dakwah dalam Muhammadiyah:Tauhid dan Keesaan Allah:
Dakwah dalam Muhammadiyah berakar pada konsep tauhid dan keesaan Allah SWT.
Para pengikut Muhammadiyah menekankan pentingnya mengesakan Allah SWT dalam
segala aspek kehidupan serta menjauhi segala bentuk syirik dan kesyirikan.
Pendidikan Agama dan Moral: Muhammadiyah menganggap pendidikan agama
dan moral sebagai bagian penting dari dakwahnya. Melalui lembaga-lembaga
pendidikan, seperti madrasah, pesantren, dan sekolah agama, Muhammadiyah berusaha
untuk menyebarkan ajaran Islam dan membentuk karakter generasi muda sesuai dengan
nilai-nilai agama.
Pemberdayaan Masyarakat: Dakwah dalam Muhammadiyah juga mencakup
upaya untuk memberdayakan masyarakat melalui program-program sosial, ekonomi, dan
kemanusiaan. Melalui berbagai kegiatan seperti bantuan sosial, pengembangan ekonomi
kerakyatan, dan pembangunan infrastruktur, Muhammadiyah berupaya untuk
meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian masyarakat.
Partisipasi Aktif dalam Kehidupan Sosial dan Politik: Muhammadiyah
mendorong partisipasi aktif umat Islam dalam kehidupan sosial dan politik dengan cara
yang konstruktif dan berlandaskan pada nilai-nilai Islam. Dakwah dalam Muhammadiyah
mencakup upaya untuk membentuk pemimpin-pemimpin yang adil dan bertanggung
jawab serta memperjuangkan kepentingan umat secara beradab.
Konsep tajdid (pembaruan) dalam Muhammadiyah mencerminkan upaya untuk
merevitalisasi dan memperbarui pemahaman dan praktik umat Islam sesuai dengan
tuntutan zaman dan nilai-nilai ajaran Islam yang murni. Berikut adalah beberapa poin
penting dalam konsep tajdid Muhammadiyah:
• Kembali ke Ajaran Asal: Muhammadiyah memandang tajdid sebagai upaya untuk
kembali kepada ajaran Islam yang murni dan asli, sebagaimana yang diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Ini mencakup penekanan pada
kesederhanaan, keadilan, dan toleransi dalam menjalankan ajaran Islam.
• Penyesuaian dengan Perubahan Zaman: Muhammadiyah percaya bahwa ajaran
Islam adalah abadi dan relevan untuk semua zaman. Namun, dalam konteks
perubahan zaman yang cepat, tajdid memerlukan penyesuaian dalam pemahaman
dan penerapan ajaran Islam agar tetap relevan dan dapat diterima oleh masyarakat
modern.
• Reformasi Institusi Keagamaan: Tajdid dalam Muhammadiyah mencakup
reformasi institusi keagamaan, seperti masjid, madrasah, dan lembaga-lembaga
pendidikan Islam lainnya, untuk meningkatkan efektivitas dan relevansinya
dalam menyebarkan ajaran Islam dan membentuk karakter umat.
• Pendidikan dan Pemberdayaan: Muhammadiyah menempatkan pendidikan
sebagai salah satu aspek utama dalam tajdid. Ini mencakup pendidikan formal dan
non-formal untuk meningkatkan pengetahuan, moralitas, dan keterampilan umat
Islam agar menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat.
• Perbaikan Sosial dan Moral: Tajdid dalam Muhammadiyah juga melibatkan
upaya untuk memperbaiki kondisi sosial dan moral masyarakat. Ini termasuk
penolakan terhadap praktik-praktik yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam,
seperti kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidakadilan sosial.
• Pengembangan Pemimpin: Muhammadiyah memandang tajdid sebagai proses
untuk mengembangkan pemimpin yang berintegritas, kompeten, dan
berkomitmen dalam menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan
bermasyarakat. Ini mencakup pembinaan karakter dan kepemimpinan yang baik
di kalangan anggota Muhammadiyah.
G. Peran Muhammadiyah dalam Gerakan Dakwah dan Tajdid
Peran Muhammadiyah dalam gerakan dakwah dan tajdid dapat diamati melalui
berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kebudayaan,
dan penyebaran agama. Berikut adalah penjabaran peran Muhammadiyah dalam setiap
bidang tersebut:
• Pendidikan: Mendirikan lembaga pendidikan Islam, seperti madrasah, pesantren,
sekolah agama, dan perguruan tinggi, yang memberikan pendidikan formal dan
informal yang berlandaskan pada ajaran Islam. Mengembangkan kurikulum yang
memadukan antara pendidikan agama dan ilmu pengetahuan umum untuk
membentuk generasi yang beriman dan berakhlak mulia, serta memiliki
kompetensi dalam berbagai bidang. Menyelenggarakan program-program
pendidikan non-formal untuk masyarakat yang kurang mampu dan terpinggirkan,
seperti program literasi, kursus keterampilan, dan bimbingan belajar.
• Kesehatan :Membangun dan mengelola fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit,
puskesmas, dan klinik, yang memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau
dan berkualitas kepada masyarakat, dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam
dalam pelayanan medis. Mengadakan program-program kesehatan preventif dan
promotif, seperti imunisasi, penyuluhan kesehatan, dan kampanye penyakit
tertentu, untuk meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan kesehatan masyarakat.
• Pemberdayaan Masyarakat Melakukan program-program pemberdayaan
ekonomi masyarakat, seperti pelatihan kewirausahaan, pemberian modal usaha,
dan pengembangan koperasi, untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan
mengurangi kemiskinan.Memberikan bantuan sosial dan kemanusiaan kepada
masyarakat yang membutuhkan, seperti bantuan pangan, bantuan kebutuhan
dasar, dan bantuan dalam situasi darurat atau bencana alam. Menggalang
partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pembangunan lokal
melalui forum-forum partisipatif, dialog publik, dan program-program
pembangunan yang berbasis pada kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
• Kebudayaan : Memelihara dan mengembangkan budaya Islam dan budaya lokal
yang bernilai positif melalui kegiatan-kegiatan seni, sastra, dan budaya, seperti
festival budaya, pertunjukan seni, dan pameran budaya. Mengadakan program-
program dakwah dan penyuluhan kebudayaan Islam, seperti seminar, diskusi, dan
workshop, untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi masyarakat terhadap
nilai-nilai kebudayaan Islam.
• Penyebaran Agama :Menyelenggarakan kegiatan dakwah dan pengajaran agama
Islam, seperti pengajian, ceramah, kajian kitab, dan pelatihan keislaman, untuk
meningkatkan pemahaman dan keimanan umat Islam. Menerbitkan dan
mendistribusikan literatur keagamaan, seperti buku, majalah, dan media cetak
lainnya, yang memuat informasi dan pemahaman yang mendalam tentang ajaran
Islam.
Dengan peran aktif dalam bidang-bidang tersebut, Muhammadiyah berupaya
untuk menjadi agen perubahan yang positif dalam masyarakat dan memperkuat peran
umat Islam dalam memajukan kebaikan dan kesejahteraan bersama.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat difahami, bahwa tajdid dalam Muhammadiyah


mengalami perubahan yang sangat berarti. Tajdid dalam Muhammadiyah pada tataran
praktis dan gerakan aksi yang mengarah pada pemurnian akidah dan ibadah, sebagai reaksi
terhadap penyimpangan yang dilakukan oleh umat Islam.
Model model Tajdid dalam Muhammadiyah digolongkan dalam tiga bidang
diantaranya (a) bidang keagarmaan yaitu Pembaharuan dalam bidang keagamaan adalah
penemuan kembali ajaran atau prinsip dasar yang berlaku abadi, yang karena waktu
lingkungan situasi dan kondisi mungkin menyebabkan dasar-dasar tersebut kurang jelas dan
tertutup oleh kebiasan dan pemikiran tambahan lain. (b) bidang pendidikan yaitu
Muhammadiyah mempelopori dan meyelenggarakan sejumlah pembaharuan dan inovasi
yang lebih nyata dimana bidang pendidikan dipandang sangat penting dalam penyebaran
ajaran agama islam. (c) bidang sosial masyarakat Muhammadiyah merintis bidang sosial
kemasyarakatan dengan mendirikan rumah sakit, piklinik, panti auhan, rumah singgah, panti
jompo, Pusat kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), posyandu lansia yang dikelola melalui
amal usahanya dan bukan secara individual sebagai mana dilakukan orang pada umumnya.

B. Saran
Tajdid atau pembaharuan dalam Islam khususnya dalam Muhammadiyah memang
perlu terus dilakukan oleh kader–kader Muhammadiyah. Hal ini untuk melindungi ajaran–
ajaran agama yang semakin hari luntur oleh fenomena modern yang berkembang di
masyarakat. Pola kehidupan masyarakat modern yang memiliki budaya baru yang lebih
bebas cenderung melupakan ajaran – ajaran agama yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai