Anda di halaman 1dari 53

LEMBAR PENGESAHAN

DESAIN PERKADERAN IMM MALANG RAYA (DPM)

2022

Telah disetujui pada tanggal 28 Februari 2023

Ketua Bidang Kader Sekretaris Bidang Kader

Manda Intan Danastri Nur Arifin


NIA- NIA-
Mengetahui,
Ketua Umum

Kokoh Dwi Putera


NIA-
i
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya. Shalawat serta salam tak lupa senantiasa tercurah
limpahkan kepada Nabiyullah Muhammad SAW, kerabat, dan sahabatnya
hingga akhir zaman.

Alhamdulillah wa syukurillah, kami selaku Tim Penyusun dapat


menyelesaikan Desain Perkaderan IMM Malang Raya (DPM) Edisi 2022 ini
dengan sebaik-baiknya. Harapan kami DPM 2022 ini dapat menjawab
tantangan kaderisasi yang kian dinamis seiring berjalannya waktu.

Pengerjaan DPM 2022 merupakan amanah besar yang dipercayakan


pada PC IMM Malang Raya periode 2021-2022, dimana hal ini tertuang
pada Uraian Kebijakan Program Bidang Kader, yang berbunyi,
“Mengembangkan grand design IMM malang raya dan mengawal
transformasinya di tataran komisariat.”

Kami menyadari bahwa DPM 2022 ini tidak akan mampu kami
selesaikan tanpa dukungan moril yang begitu besar dari berbagai pihak,
baik internal maupun eksternal PC IMM Malang Raya. Kami juga sangat
berterima kasih kepada seluruh personalia Tim Penyusun yang telah
bekerja keras merancang dan menyelesaikan DPM 2022 ini. Semoga
kebaikan dan bantuan yang diberikan mendapat berkah dari Allah SWT.

Dengan amanah dan misi yang besar yang kami emban, kami berupaya
untuk mensinergikan berbagai komponen perkaderan di IMM Malang
Raya. Namun demikian, dalam penyusunan DPM 2022 ini, kami menyadari
masih terdapat banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga tentunya
kritik dan saran sangat kami harapkan.

iii
Semoga DPM 2022 ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman
bagi seluruh perangkat perkaderan se-Malang Raya. Abadi perjuangan,
abadi perkaderan.

Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khoirot

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Malang, 28 Februari 2023

Tim Penyusun

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................ iii
Bab I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.................................................................................................... 2
B. Urgensi Perkaderan bagi IMM .................................................................... 4
C. Kebutuhan terhadap DPM 2022 ................................................................ 6
Bab II PARADIGMA ISLAM ............................................................................................... 10
Bab III SITUASI UMUM MASYARAKAT KONTEKS GLOBAL ............................. 14
Bab IV KONSEP DASAR PERKADERAN IMM MALANG RAYA ......................... 17
A. Status Anggota dan Kader.......................................................................... 18
B. Pengertian Desain Perkaderan IMM Malang Raya ........................ 19
C. Visi dan Misi Perkaderan ........................................................................... 20
D. Situasi Perkaderan IMM Malang Raya ................................................. 21
Bab V POLA PERKADERAN IMM MALANG RAYA ................................................. 23
A. Arah Perkaderan ............................................................................................ 24
B. Target Perkaderan......................................................................................... 25
C. Strategi Pencapaian ...................................................................................... 27
Bab VI KURIKULUM PERKADERAN IMM MALANG RAYA ................................ 28
A. Profil dan Kompetensi Kader ................................................................... 29
B. Struktur dan Muatan Kurikulum Perkaderan .................................. 31
C. Metodologi Pembelajaran .......................................................................... 33
Bab VII OPERASIONAL PERKADERAN IMM MALANG RAYA .......................... 35
A. Perangkat Perkaderan ................................................................................. 36
B. Tim Instruktur / Fasilitator Perkaderan Teknis ............................. 38
C. Fasilitas Perkaderan ..................................................................................... 39
v
D. Proses Penyelenggaraan............................................................................. 39
E. Proses Evaluasi ............................................................................................... 40
Bab VIII PENUTUP ............................................................................................................... 42

vi
Bab I

PENDAHULUAN

1
A. Latar Belakang

Pada Bab II Pola Dasar dan Kebijakan bagian Sasaran Personal yang
dirumuskan dalam Musycab PC IMM Malang Raya ke-XXV, terdapat poin
mengenai pembinaan dan pengembangan kepribadian serta sumber daya
kader guna terciptanya keteladanan, baik secara batiniyah maupun
lahiriyah.

Pembinaan dan pengembangan aspek batiniyah diarahkan pada:


1. Tercapainya kualitas kader dan pimpinan IMM yang siap
menampilkan diri sebagai seorang muslim hakiki dalam seluruh
tindakannya.
2. Terciptanya kualitas kader dan pimpinan IMM yang siap berjuang
dan berani menghadapi segala macam tantangan dalam
kehidupannya, baik dalam rangka pengambilan peran institusional
maupun dalam pemenuhan klasifikasi personalnya.
3. Terciptanya kader dan pimpinan IMM yang memiliki tingkat
pemahaman yang tepat tentang fungsi dan perannya dalam
membangun cita-cita ikatan menuju masyarakat utama adil dan
Makmur yang di ridhoi Allah SWT.
4. Terciptanya kesadaran dan tanggung jawab kader dan pimpinan
IMM sebagai bentuk militansi dan progresifitas kader ikatan.

Pembinaan dan pengembangan aspek lahiriyah diarahkan pada:


1. Terbinanya kualitas kader dan pimpinan IMM yang terlatih dan
terampil dalam menjalankan perannya di tengah-tengah
masyarakat sesuai dengan spesifikasi program, keahlian dan
pilihan kerjanya.
2. Terbinanya kualitas kader dan pimpinan IMM yang mampu
menampilkan daya tarik yang tepat bagi generasi muda, khususnya
mahasiswa untuk terlibat dalam aktivitas ikatan.
3. Terbinanya kualitas kader dan pimpinan yang cakap menjalankan
organisasi sehingga memenuhi standar kualitas anggota dan
pimpinan yang memenuhi aturan konstitusi ikatan.

2
Sebagai alat verifikasi dari pencapaian sasaran kebijakan diatas, maka
digunakanlah Sasaran Utama dan Sasaran Khusus sebagai salah satu
landasan dalam mengambil tindakan atas nama ikatan. Hal ini termaktub
dalam Bab III Pola Umum Kebijakan Jangka Panjang serta Bab IV Pola
Umum Kebijakan IMM Malang Raya Periode 2021-2022.

Adapun Sasaran Utama Kebijakan PC IMM Malang Raya adalah


diarahkan pada penguatan orientasi perkaderan, serta kemandirian kader
dan organisasi yang lebih berpihak pada kepentingan umum, dalam rangka
mencetak kader-kader berkualitas dan siap memberikan kontribusi nyata
bagi kemandirian bangsa. Ada dua maksud penting dari gerakan ini: 1)
upaya menghadapi isu krisis eksistensi manusia; serta 2) perwujudan
gerakan pembebasan dan keberpihakan terhadap kaum mustadh’afin.

Dari pemaparan diatas, dapat dikatakan bahwa perkaderan, baik


berbentuk program maupun kegiatan, merupakan komponen pendukung
yang vital bagi pencapaian tujuan organisasi. Perhatian terhadap
perkaderan menjadi hal yang penting dan bermakna, terutama apabila
melihat sepak terjang IMM dari awal kelahiran hingga kini.

Secara khusus, kebijakan agenda perkaderan PC IMM Malang Raya


hingga periode Musycab XXV adalah diarahkan pada penguatan nilai-nilai
ideologi ikatan yang secara dinamis mampu menempatkan diri sebagai
pelaku gerakan pembebasan dan keberpihakan terhadap kaum
mustadh’afin. Maka untuk menciptakan perkaderan yang berkelanjutan,
kebijakan diuraikan ke dalam empat rincian program, yakni:
1. Optimalisasi peran dan fungsi Korps Instruktur Cabang.
2. Perkaderan diarahkan pada paradigma berbasis realitas,
humanitas, intelektualitas dan religiusitas.
3. Pengembangan grand design perkaderan IMM Malang Raya dan
mengawal transformasi serta penerapannya di tataran komisariat.
4. Bersama bidang terkait, menciptakan sistem dan mengelola
database kader berbasis teknologi.

Mengutip pernyataan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof. Dr. K.H.


Haedar Nashir, M.Si., “kalau ada orang yang mengatakan kurang tajdidnya
Muhammadiyah, maka yang bertanggungjawab adalah IMM”. Pernyataan
3
tersebut merupakan tanda bahwa wajah dan masa depan Persyarikatan
akan ditentukan pula oleh kualitas kader-kader ikatan.
Kewajiban dan tanggung jawab moril untuk menaruh perhatian
terhadap kader dan perkaderan dinyatakan dalam Q.S. an-Nisa’ ayat 9 yang
berbunyi:
‫سدِيدًا‬ ‫علَ ْي ِه ْام فَ ْل َيتَقُواا ٱّللََا َو ْل َيقُولُواا قَ ْو ً ا‬
َ ‫ل‬ ِ ‫ن َخ ْل ِف ِه ْام ذُ ِريَةًا‬
َ ‫ض َٰ َعفًا خَافُواا‬ ‫ش ٱلَذِينَا لَ ْاو ت ََركُواا مِ ْا‬
‫َو ْل َي ْخ َا‬

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya


meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”

B. Urgensi Perkaderan bagi IMM

Enam penegasan IMM:


1. Bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam.
2. Bahwa kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan
IMM.
3. Bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahasiswa dalam
Muhammadiyah.
4. Bahwa IMM adalah organisasi mahasiswa yang sah mengindahkan
segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah
negara.
5. Bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah.
6. Bahwa amal IMM adalah lillahi ta’ala dan senantiasa diabdikan
untuk kepentingan rakyat.

Mengingat tujuan IMM yakni, “Mengusahakan terbentuknya akademisi


Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan
Muhammadiyah” serta enam poin penegasan di atas, maka perkaderan
menjadi program penting dan strategis bagi IMM. Hal ini berarti IMM ada
untuk Muhammadiyah, selayaknya Muhammadiyah ada untuk umat dan
bangsa.
4
Dalam buku Manifesto Gerakan Intelektual Profetik karya Abdul Halim
Sani, IMM tidak hanya berfokus pada aspek perkaderan saja melainkan
juga pergerakan. Maka untuk menciptakan gerakan yang masif dan
progresif, keberadaan kader-kader yang bermutu dan konsisten memiliki
urgensi bagi ikatan.

Keberadaan kader bukan hanya mengenai regenerasi di setiap


periodenya maupun suksesi kepemimpinan yang terjaga, namun juga
peningkatan anggota guna memperkuat barisan dakwah dan jihad IMM
yang terorganisir, melawan segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-
wenangan dan kemungkaran. Hal ini dinyatakan dalam Q.S. as-Saff ayat 4
yang berbunyi:
‫إ ِ َنا ّللاَ َا ي ُحِ با ا ل َ ذِ ي نَا ي ُ ق َ ا ت ِ ل ُ و نَا ف ِ يا س َ ب ِ ي ل ِ هِا صَ ف ًّ ا ك َأ َن َ ه ُ مْا ب ُ ن ْ ي َ انا َم ْر ص ُ وصا‬

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya


dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu
bangunan yang tersusun kokoh.”

Kontekstualisasi ayat di atas terhadap perwujudan gerak IMM adalah


mengenai kesatuan antara peran dan fungsi pimpinan (imamah),
partisipasi anggota (jama’ah) serta program yang sistemik dan sistematik.
Setidaknya hal ini merupakan upaya pemantapan identitas IMM di tengah-
tengah masyarakat. Identitas IMM yang dimaksud yakni:

a. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah adalah organisasi kader yang


bergerak di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan
kemahasiswaan dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
b. Sesuai dengan gerakan Muhammadiyah, maka Ikatan Mahasiswa
Muhammadiyah memantapkan gerakan dakwah di tengah-tengah
masyarakat khususnya di kalangan mahasiswa.
c. Setiap anggota Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah harus mampu
memadukan kemampuan ilmiah dan akidahnya.
d. Oleh karena itu setiap anggota harus tertib dalam ibadah, tekun
dalam studi dan mengamalkan ilmunya untuk menyatalaksanakan
ketakwaan dan pengabdiannya kepada Allah SWT.

5
Lebih lanjut perkaderan IMM berorientasi terhadap masa depan,
karena selain IMM secara keorganisasian membutuhkan sumber daya
kader yang bermutu, IMM juga sekaligus menyiapkan generasi penerus
yang dapat mengemban amanah dan selalu dapat lebih baik dari generasi
sebelumnya. Maka, setiap aktivitas perkaderan harus selalu dilandasi oleh
Nilai Dasar Ikatan, yakni:

1. IMM adalah gerakan mahasiswa yang bergerak di tiga bidang, yaitu


keagamaan, kemahasiswaan dan kemasyarakatan.
2. Segala bentuk gerakan IMM tetap berlandaskan pada agama Islam
yang hanif dan berkarakter rahmat bagi sekalian alam.
3. Segala bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan dan
kemungkaran adalah lawan besar gerakan IMM, dan perlawanan
adalah kewajiban bagi setiap kader IMM.
4. Sebagai gerakan mahasiswa yang berlandaskan Islam dan
berangkat dari individu-individu mukmin, maka kesadaran
melakukan syariat Islam adalah suatu kewajiban dan sekaligus
mempunyai tanggungjawab untuk mendakwahkan kebenaran di
tengah masyarakat.
5. Kader IMM merupakan inti masyarakat utama, yang selalu
menyebarkan cita-cita kemerdekaan, kemuliaan dan kemaslahatan
masyarakat sesuai dengan semangat pembebasan dan pencerahan
yang dilakukan Nabiyullah Muhammad SAW.

C. Kebutuhan terhadap DPM 2022

Perkaderan merupakan program yang akan terus berlangsung dan


tidak pernah berhenti. Itu berarti selamanya IMM akan terus menjaring,
mendidik dan mencetak kader-kader yang nantinya akan
ditransformasikan ke dalam ruang Persyarikatan, Umat, dan Bangsa.

Berkenaan dengan hal tersebut, maka IMM memerlukan sistem


perkaderan yang terstruktur namun fleksibel dengan perubahan zaman,
serta tenaga keinstrukturan yang memadai. Terhitung sejak 1969, peran

6
instruktur sudah dinilai penting dalam IMM, karena tanpa kehadirannya
sistem yang sebagus apapun akan sulit untuk diaktualisasikan.
Instruktur berpegang teguh pada Sistem Perkaderan IMM (SPI).
Setelah melalui beberapa kali perubahan, SPI edisi 2021 mulai digunakan
oleh IMM hingga hari ini. Konsep dan materi dalam SPI 2021 terbilang rapi
dan runtut, namun dikarenakan kondisi yang khas di Malang Raya, maka
secara khusus PC IMM Malang Raya berinisiatif mengadakan Desain
Perkaderan Malang Raya (DPM).

DPM sebenarnya sudah beberapa kali juga mengalami perubahan.


Terakhir adalah edisi 2019 yang diadakan setelah serangkaian kajian dan
lokakarya perkaderan pada 23 – 31 Maret 2019. Poin pokok perubahan
adalah pada Bab IV Situasi Perkaderan IMM Malang Raya dan Bab V Pola
Perkaderan. Untuk pertama kalinya PC IMM Malang Raya membentuk
Satgas Perkaderan yang melakukan riset mengenai kondisi perkaderan
IMM Malang Raya dan kebutuhan hingga tingkat komisariat.

Persoalan yang menyebabkan harus diadakan kembali edisi revisi


adalah hilangnya Situasi Umum Masyarakat dalam DPM 2019. Berkaca dari
buku Pendidikan Kaum Tertindas karya Paulo Freire, maka konsep
pendidikan yang baik seyogyanya adalah pendidikan yang hadap masalah.
Hal ini menjadi semakin lengkap dengan pemikiran Kuntowijoyo dalam
bukunya Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, dimana penekanan
adalah pada nafas profetisme dari teorisasi hingga transformasi.

Selain itu, melihat variasi pelaksanaan perkaderan di lingkup


komisariat se-Malang Raya, maka DPM 2019 yang masih berlandaskan SPI
2011 dengan muatannya juga belum mampu untuk ditransformasikan
secara utuh. Banyak perubahan dalam DPM 2019 hanya pada aspek
metodologi pembelajaran, sedangkan aspek muatan belum begitu
tersentuh.
Analoginya adalah tidak semua kader dalam satu angkatan yang sama
dan satu komisariat yang sama dapat mencapai Profil Kader Dasar, apalagi
Madya dan Paripurna. Hal ini dikarenakan kebijakan beberapa kampus
atau fakultas sehingga sedari pelaksanaan Darul Arqom Dasar (DAD),
komisariat se-Malang Raya sudah menginternalisasikan muatan secara
7
berbeda atau rata-rata hanya 23,92% ditinjau dari 66 sub materi dalam SPI
2011.
Hal ini berlanjut pada fase follow up, dimana muatan pokok sesuai SPI
2011 yang tidak dapat terlaksana ketika DAD hanya digunakan oleh 10%
komisariat, itu pun dengan catatan bahwa muatan telah mengalami proses
modifikasi. Sedangkan sisanya, yakni 90% komisariat hanya menggunakan
sebagian saja dari total muatan yang ada.
Berangkat dari kesadaran atas dinamika perkaderan tersebut, maka PC
IMM Malang Raya mengambil tanggung jawab untuk merapikan
perkaderan sesuai amanah dalam Sasaran Utama pada Bab III Pola Umum
Kebijakan Jangka Panjang dan Bab IV Pola Umum Kebijakan IMM Malang
Raya Periode 2021-2022. Fresh ijtihad yang dihasilkan yakni:

1. Mendorong terciptanya Desain Perkaderan Malang Raya (DPM)


yang kontekstual dengan kondisi zaman serta kebutuhan di tingkat
komisariat se-Malang Raya, sehingga dapat digunakan untuk
jangka waktu yang panjang.
2. Mendorong terciptanya Pedoman Pelaksanaan Perkaderan Malang
Raya (P3M) sebagai pelengkap dari DPM 2022 yang diharapkan
dapat semakin mempermudah Pimpinan Komisariat untuk
mentransformasikan muatan pokok perkaderan.
3. Mendorong terciptanya tertib administrasi mulai fase pra,
pelaksanaan hingga pasca dari program Darul Arqom Dasar (DAD)
dengan optimalisasi peran instruktur cabang serta penyediaan
Buku Saku Kader dan Form Monitoring-Evaluasi yang seragam.

Ketiga upaya diatas bukan bermaksud untuk mematikan potensi


kelokalan dari komisariat, melainkan justru membantu menjawab
persoalan keberagaman output kader IMM Malang Raya yang sulit
mencapai Profil Kader Ikatan. Selain itu, upaya ini juga dapat mendorong
komisariat untuk semakin meningkatkan local wisdom sehingga perspektif
kader menjadi semakin kaya sesuai dengan potensi keilmuan dan
keprofesian masing-masing.
Hal tersebut senada dengan orientasi perkaderan yang termaktub
dalam SPI 2021, yakni “diarahkan pada terbentuknya kader yang siap
8
berkembang sesuai dengan spesifikasi profesi yang ditekuninya, kritis, logis,
terampil, dinamis dan utuh”. Dengan demikian, perkaderan IMM harus
bermuatan materi yang berprinsip pada kedalaman, keluasan, keluwesan
dan kelokalan. Kualitas kader demikian adalah harapan ikatan, serta
menjadi masa depan persyarikatan, umat, dan bangsa.

9
Bab II

PARADIGMA ISLAM

10
Misi utama Islam adalah kemanusiaan sebab tauhid yang berpusat
pada Tuhan harus diaktualisasikan dan ujung aktualisasinya adalah
manusia. Islam harus menjadi kekuatan yang memotivasi secara terus
menerus dan mentransformasikan masyarakat dengan berbagai aspeknya
ke dalam skala-skala besar bersifat teoretis maupun praktisi yang
perhatian utamanya pada masalah-masalah sosial-ekonomi,
pengembangan masyarakat, penyadaran hak hak politik rakyat, orientasi
keadilan sosial, dan sebagainya, bukan pada aspek-aspek doktrinasi dan
teologi Islam.
Ajaran Islam harus menjadi kekuatan yang membebaskan manusia dan
masyarakat dari belenggu kemiskinan, kebodohan, ketidakadilan dan
keterbelakangan. Agama harus terus menerus merumuskan apakah
sesungguhnya yang sedang bergolak dalam sejarah, dalam pergumulan
umat manusia di satu tempat sehingga agama tetap menemukan pesan
dasarnya untuk menekan terjadinya dehumanisasi dan melakukan aksi
emansipatoris. Agama dalam hal ini tidak boleh berhenti melakukan
pembacaan terhadap problematika umat (dengan bantuan ilmu-ilmu
sosial), sebab hanya dengan itu, wahyu Tuhan bisa ditafsirkan maknanya
berkaitan dengan apa arti agama bagi perjuangan hidup.
Perspektif ini disebut dengan perspektif transformatif. Tugas agama
dengan bantuan teori sosial (kritis), menurut perspektif ini adalah
menciptakan ruang dan kesempatan agar masyarakat terlibat dalam satu
proses dialog “penciptaan struktur” yang secara fundamental baru, lebih
baik dan lebih adil. Itu sebabnya muncul gagasan tentang ilmu sosial
transformatif yang tidak seperti ilmu-ilmu sosial akademis, tidak berhenti
hanya untuk menjelaskan fenomena sosial namun berusaha
mentransformasikannya.

Untuk memerankan kembali misi rasional dan empiris Islam, maka


diajukan beberapa program pembaharuan pemikiran untuk reaktualisasi
Islam yang dapat dilaksanakan. Program pertama adalah perlunya
dikembangkan penafsiran sosial struktural lebih daripada penafsiran
individual ketika memahami ketentuan-ketentuan tertentu dalam Al
Qur’an. Sebagai contoh, ketika sebuah ayat menyatakan larangan hidup
berfoya-foya, maka penafsiran individual cenderung mengutuk perbuatan
11
tersebut. Namun yang lebih mendasar sebenarnya adalah mencari sebab-
sebab struktural kenapa gejala hidup mewah dan berlebihan itu muncul
dalam konteks sistem sosial dan ekonomi. Dengan cara inilah dapat
ditemukan akar masalahnya yang paling esensial yakni terjadinya
konsentrasi kapital, akumulasi kekayaan, dsn. Gejala-gejala inilah yang
sebenarnya harus dirobak.

Program kedua adalah mengubah cara berpikir subjektif ke cara


berpikir objektif. Tujuannya adalah untuk menyuguhkan Islam pada cita-
cita objektif. Misalnya adalah ketentuan zakat. Secara subjektif, tujuan
zakat memang diarahkan untuk pembersihan harta, juga pembersihan
jiwa. Namun sesungguhnya sisi objektif tujuan zakat adalah tercapainya
kesejahteraan sosial. Kesejahteraan sosial itulah yang menjadi sasaran
objektif dikeluarkannya ketentuan untuk berzakat. Dari reorientasi
semacam ini dapat dilihat bahwa Islam benar-benar berupaya
memperjuangkan tercapainya kesejahteraan sosial yang didalamnya zakat
merupakan salah satu sarananya. Ketentuan itu misalnya perlu diberi
konteks pada cita-cita egalitarianism ekonomi untuk tercapainya
kesejahteraan sosial.

Program ketiga adalah mengubah Islam yang normatif menjadi teoritis.


Selama ini berlangsung penafsiran ayat-ayat Al Qur’an pada level normatif,
dan kurang memperhatikan adanya kemungkinan untuk mengembangkan
norma-norma itu menjadi kerangka-kerangka teori ilmu. Secara normatif,
mungkin persoalan fuqara’ dan masakin hanya dilihat sebagai orang-orang
yang perlu dikasihani sehingga wajib diberi sedekah, infaq atau zakat.
Sebenarnya dengan pendekatan teoritis, bisa saja ditemukan pemahaman
konsep yang lebih baik mengenai kaum fakir dan kaum miskin. Dengan
cara ini dapat dikembangkan pula konsep yang lebih tepat: pada kelas
sosial dan ekonomi apa mereka berada dalam suatu masyarakat, dsb.
Demikianlah formulasi Islam secara teoritis yang dapat menghasilkan
banyak disiplin ilmu yang orisinil dan tetap berlandaskan konsep-konsep
Al Qur’an.
Program keempat adalah mengubah pemahaman yang a-historis
menjadi historis. Selama ini pemahaman mengenai kisah-kisah yang ditulis
dalam Al Qur’an cenderung bersifat a-historis, padahal maksud aslinya
12
adalah berpikir historis. Misalnya tentang bangsa Israel yang tertindas
pada zaman Fir’aun sering dipahami hanya pada konteks zaman itu. Sedikit
saja yang berpikir bahwa apa yang disebut kaum tertindas itu sebenarnya
ada di sepanjang zaman dan ada pada setiap sistem sosial. Pada zaman
feodalisme, kapitalisme atau sosialisme selalu terdapat yang disebut
sebagai kaum mustadh’afin. Oleh karena itu, sebenarnya perlu dijelaskan
siapakah golongan-golongan yang berada pada posisi tertindas itu,
termasuk pada saat sekarang, dimana sistem ekonomi politik
memungkinkan terjadinya konsentrasi kapital di tangan segelintir elit.
Program kelima adalah merumuskan formulasi-formulasi wahyu yang
bersifat umum menjadi formulasi-formulasi yang spesifik dan empiris.
Dalam sebuah ayat disebutkan bahwa Allah mengecam orang-orang yang
melakukan sirkulasi kekayaan hanya pada kalangan kaum kaya.
Pernyataan ini jelas bersifat umum dan normatif. Oleh karena itu, perlu
diartikan pernyataan ini pada pengertiannya yang spesifik dan empiris. Itu
berarti harus dilakukan penerjemahan pernyataan itu ke dalam realitas
hari ini: bahwa Allah mengecam adanya monopoli dan oligopoli dalam
kehidupan ekonomi politik, adanya penguasaan kekayaan oleh kalangan
tertentu di lingkungan elit yang berkuasa. Dengan cara ini, maka
pemahaman terhadap Islam akan selalu menjadi kontekstual, sehingga ia
dapat menumbuhkan kesadaran mengenai realitas sosial. Dan hal ini akan
menyebabkan Islam menjadi agama yang lebih mengakar di tengah-tengah
gejolak sosial sekarang ini.

13
Bab III

SITUASI UMUM MASYARAKAT KONTEKS GLOBAL

14
Hasrat modernisasi modernitas memang memberikan dampak yang
begitu besar terhadap percepatan arus revolusi teknologi, dan revolusi
teknologi sedikit banyaknya berdampak pula terhadap perubahan-
perubahan kualitatif di masyarakat menuju apa yang disebut sebagai
masyarakat digital. Hasrat modernisasi pada masyarakat lapis konsumen
terfasilitasi dengan baik oleh produk-produk digital yang ditawarkan,
sehingga perilaku konsumtif meningkat dan mampu menghasilkan
lonjakan demand terhadap produk-produk lainnya. Sudah tidak ada lagi
standar baku, karena semua terpacu untuk terus memiliki,
mempertahankan, lalu menggantinya dengan produk lain yang lebih baru.
Sehingga tren silih berganti tanpa jangka yang pasti.
Tanpa bermaksud menolak kehadiran masyarakat digital, namun
sebagai kader-kader IMM, perlu kiranya untuk mengantisipasi pergeseran
menuju masyarakat resiko yang dikatakan oleh Ulrich Beck sebagai situasi
dimana bayang-bayang resiko dan ketidakstabilan semakin meluas,
sehingga bermunculan nilai-nilai baru atas nama ‘detradisioanalisasi’ dan
‘individualisasi’ yang dianut oleh masyarakat dan tertanam dalam
identitasnya.

Banyak pengamat sosial menyebut ‘detradisionalisasi’ dan


‘individualisasi’ sebagai api, karena mampu memicu imitasi perilaku.
Detradisionalisasi bukan berarti hilangnya tradisi. Tradisi tersebut masih
ada, namun tradisi bukan lagi satu-satunya dasar pengadaan keputusan
dalam bertindak. Apabila masyarakat tidak terpuaskan oleh tradisi, maka
mereka boleh jadi akan berpaling dan mencari yang baru. Sedangkan
individualisasi adalah stereotip yang yang menuntutnya membangun
kehidupannya sendiri. Yang menarik dari kedua nilai ini adalah bahwa
segala sensasi hidup tidak lagi disebabkan oleh minimnya akumulasi
pengetahuan, melainkan pengetahuan yang berlebihan.
Resiko yang tengah terjadi ini tampaknya juga menggerogoti autentitas
kader-kader IMM Malang Raya dan mengancam keberlangsungan
organisasi ke depan. Apalagi dengan adanya serangan dari sektor lain
yakni kapitalisasi pendidikan, mulai dari liberalisasi, privatisasi hingga
komersialisasi, sehingga menjadikan nalar kader-kader IMM berpotensi

15
menjadi kian impoten dan sedikit banyak telah memunculkan sejumlah
krisis.
Krisis pertama yakni krisis ke-Tuhan-an, yang dapat dilihat dari
semakin minimnya pengetahuan tentang Allah, dimana esensi ilahi hanya
dipandang ketika beribadah, sehingga hal itu semakin samar, abstrak
bahkan semakin tidak jelas dalam kehidupan. Kemudian, semakin
minimnya kesadaran tentang Allah. Ditandai dengan tidak dihadirkannya
Allah dalam setiap bertingkah laku. Manusia seakan-akan bisa hidup
sendiri tanpa tergantung kepada Allah SWT. Dan semakin minimnya
pengalaman tentang Allah. Ditandai dengan kedangkalan memahami
realitas. Segala sesuatu diukur dengan materi dan kekayaan. Sehingga
menafikan adanya realitas yang mutlak dan tidak terbatas, yakni Allah sang
pemilik segala.

Krisis kedua yakni krisis kecendekiawanan, yang dapat dilihat dari


semakin terpisahnya manusia dari masyarakat. Banyak dari manusia
dewasa ini justru tidak peka terhadap permasalahan sosial. Ironinya lagi,
sebagian menggunakan kecerdasannya untuk mengelabui kelompok
masyarakat yang lebih besar. Tercerabutnya konsep organik dalam motif
perilaku manusia menjadi penyebab degradasi moral yang kian meningkat.
Dan alih-alih perbaikan, krisis ini telah membawa manusia menuju
kehancuran dunia.
Krisis ketiga yakni krisis ke-manusia-an, yang dapat dilihat dari
banyaknya psikopatologis yang kian menjamur di masyarakat, sebagai
buah kegagalan individu mengejawantahkan high level of personality
functioning. Jangankan sensitifitas interpersonal, mengidentifikasi dirinya
sendiri saja banyak yang belum berhasil. Banyak individu akhirnya
terjebak pada pengalaman threat emotions state atau negative affectivities,
seperti anxiousness, separation insecurity, submissiveness, depressivity, dsb.

16
Bab IV

KONSEP DASAR PERKADERAN IMM MALANG RAYA

17
A. Status Anggota, Kader dan Sistem Perkaderan IMM

Sebelumnya perlu dipahami terlebih dahulu perbedaan Anggota dan


Kader secara substansial. Anggota adalah orang yang menjadi bagian atau
masuk dalam suatu golongan, sedangkan Kader adalah Anggota Inti yang
terpilih untuk mendampingi Pimpinan. Ini berarti bahwa secara posisi,
Kader memiliki kedudukan yang lebih tinggi serta dapat menentukan
kekuatan dari sebuah organisasi.
Definisi Kader lebih jelas tertuang dalam Sistem Perkaderan
Muhammadiyah (SPM) tahun 2016 Pasal 1 Ayat 4 yang berbunyi, “Kader
adalah anggota inti yang terlatih serta memiliki komitmen terhadap
perjuangan dan cita-cita Persyarikatan.” Dengan demikian, maka syarat
dasar menjadi seorang Kader adalah memiliki daya juang tinggi dan
kontribusi yang konsisten.

Dari pemaparan di atas, status Anggota justru jangan sampai


dipandang sempit. Anggota dalam Anggaran Dasar (AD) IMM Bab IV Pasal
9 dibagi menjadi 3, yakni:
1. Anggota Biasa atau mahasiswa Islam yang menyetujui asas dan
tujuan IMM.
2. Anggota Luar Biasa atau alumni IMM yang tetap setiap kepada IMM
dan Muhammadiyah.
3. Anggota Kehormatan atau orang-orang yang dipandang berjasa
mengembangkan dan melestarikan IMM.

Lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga (ART) IMM Bab II Pasal 3
disebutkan bahwa syarat dasar menjadi anggota biasa adalah telah
mengikuti dan dinyatakan lulus DAD, dengan status kemahasiswaan aktif
atau bahkan yang telah menyelesaikan perkuliahan paling lambat 2 tahun
setelah yudisium dan berusia dibawah 31 tahun.

Mengingat definisi Kader tidak dijelaskan secara konkret dalam SPI


2011, maka rujukan utama kembali pada SPM 2016. Apabila Anggota yang
dimaksud adalah Anggota Biasa sesuai definisi dalam AD/ART IMM, maka
Kader yang dimaksud adalah Angguta Inti sesuai definisi dalam SPM.

18
Karena sistem perkaderan di Muhammadiyah selain bersifat vertikal
juga bersifat horizontal, maka sejatinya sistem perkaderan yang dimiliki
masing-masing ortom (‘Aisyiyah, Nasyiatul ‘Aisyiyah, Hizbul Wathan,
Tapak Suci, Pemuda Muhammadiyah, IPM dan IMM) adalah turunan dari
SPM. Artinya bahwa sistem dikembangkan oleh masing-masing ortom
sesuai kekhasan yang dimiliki, namun tetap harus mengacu pada konsep
dasar dan prinsip dalam SPM.

B. Pengertian Desain Perkaderan IMM Malang Raya


Desain Perkaderan IMM Malang Raya (DPM) 2022 merupakan turunan
dari Sistem Perkaderan IMM (SPI) tahun 2021. Seperti yang sudah
dijelaskan pada Bab I, PC IMM Malang Raya berinisiatif mengadakan DPM
karena melihat perkembangan zaman dan kondisi perkaderan yang
semakin rumit.
Kata “desain” secara etimologi dapat dimaknai sebagai kata kerja,
dimana berasal dari bahasa latin yaitu “designare” yang artinya membuat,
membentuk, menandai dan menunjuk. Selain itu kata “desain” juga dapat
dimaknai sebagai kata benda, yaitu hasil akhir dari serangkaian proses
kreatif, baik berwujud rencana atau benda nyata.
Sedangkan kata “perkaderan” berasal dari kata dasar kader (bahasa
latin: cadre) yang ditambahkan imbuhan per- dan -an, sehingga memiliki
makna sebagai suatu hal yang berkaitan dengan kader itu sendiri. Kata
“perkaderan” berbeda dengan “pengaderan”, karena “pengaderan” berarti
proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi
kader. Dalam hal ini “perkaderan” menempatkan kader sebagai subjek
(menjadi kader), sedangkan “pengaderan” menempatkan kader sebagai
objek (dikader).

Dengan demikian, maka Desain Perkaderan IMM Malang Raya (DPM)


adalah seperangkat unsur yang secara menyeluruh saling berkaitan dan
teratur terkait kader dan kaderisasi di IMM lingkup Malang Raya. Unsur-
unsur yang terkandung dalam DPM ini antara lain: Konsep Dasar
Perkaderan; Pola Perkaderan; Kurikulum Perkaderan; dan Operasional

19
Perkaderan. Dalam hal ini, DPM tetap merupakan bagian dari SPI yang
diadaptasi dan disesuaikan dengan kondisi perkaderan IMM Malang Raya.

C. Visi dan Misi Perkaderan IMM Malang Raya


Visi: Mampu melahirkan Kader IMM Malang Raya yang berpihak dan
futuristik.
Kata Kunci
Mampu Kuasa (bisa, sanggup) melakukan
sesuati; dapat.
Melahirkan Mengeluarkan (perasaan,
pendapat, pikiran, dsb);
mengadakan; menjadikan;
menimbulkan.
Kader IMM Malang Raya Anggota inti yang terlatih serta
memiliki komitmen terhadap
perjuangan mewujudkan tujuan
IMM, khususnya Target
Perkaderan IMM Malang Raya.
Berpihak Keberpihakan IMM adalah pada
kaum yang dilemahkan
(mustadh’afin). Sebagai aktivis,
sudah selayaknya IMM
mengambil jalan kritis menentang
status quo dengan berada di
barisan masyarakat yang kerap
tidak beruntung karena kebijakan
pemerintah dan penguasa.
Futuristik Terarah; tertuju ke masa depan.

Misi:
1. Meneguhkan paradigma perkaderan berbasis realitas dan tri
kompetensi dasar.
2. Membumikan gagasan profetisme melalui berbagai aktivitas
perkaderan sesuai trilogi.
3. Menerapkan model creative minority sebagai arena pertumbuhan
kader.

20
4. Mengupayakan terciptanya kompetensi kader IMM Malang Raya
serta kurikulum perkaderan berjenjang.

D. Situasi Perkaderan IMM Malang Raya


Terdapat beberapa persoalan urgent yang terjadi di perkaderan IMM
tingkat komisariat. Persoalan ini meliputi persoalan ketika pandemi
maupun pasca pandemi, dimana setiap komisariat mengalami kesulitan
dalam menyesuaikan kondisi dari perkaderan model daring menuju model
luring maupun sebaliknya.
Adapun beberapa dampak yang terjadi diantaranya adalah
menurunnya minat anggota dalam berorganisasi. Hal ini dikarenakan
lamanya fase perkaderan yang harus dilakukan secara daring, sehingga
ketika memasuki fase transisi ke model luring, banyak anggota yang belum
terbiasa. Selain itu, ternyata pimpinan komisariat juga mengalami
kesulitan dalam memobilisasi anggota-anggotanya, maupun
pendampingan-pendampingan kultural yang kian minim dilakukan.
Sedikit banyak hal ini juga memberikan dampaknya pada perkaderan di
komisariat, yakni menurunnya kapasitas keilmuan kader dan kurang
tertanamnya ideologi IMM, yang padahal dua hal tersebut merupakan hal
pokok bagi tiap anggota. Lain lagi ketika berbicara mengenai aspek
komunikasi, dimana jaringan komunikasi informal juga semakin sepi di
internal. Komunikasi antar anggota seolah-olah hanya berlangsung ketika
ada kegiatan saja. Tentu hal ini cukup mengkhawatirkan, karena antar
anggota menjadi kurang solid dan bahkan memunculkan sifat individualis-
apatis di dalam diri mereka.

Ketidakaktifan anggota dalam berorganisasi juga dapat dilihat melalui


pisau analisis lainnya. Seperti banyaknya anggota yang turut berproses di
lembaga intra, apalagi mengemban rangkap jabatan, menjadikannya sulit
berkontribusi penuh di IMM. Lambat laun semangat ber-IMM dan sense of
belonging terhadap organisasi mengalami penurunan. Dalam analisis
lainnya, kebijakan-kebijakan kampus yang lebih berorientasi pada agenda
akademik ternyata turut berpengaruh terhadap menurunnya minat
anggota untuk bisa aktif di IMM. Tidak sedikit pimpinan komisariat yang
21
harus kehilangan banyak personalianya dikarenakan kebijakan-kebijakan
yang berlaku, dan pada akhirnya berpengaruh terhadap effort dan jumlah
SDM yang terlibat dalam upaya penjaringan kader.

Kebijakan wajib lulus 4 tahun juga membuahkan ancaman bagi


perkaderan di komisariat, apalagi bagi komisariat-komisariat yang biasa
menerapkan jenjang kaderisasi hingga 4 tahun menuju pimpinan umum.
Saat ini, tren anggota IMM ketika sudah memasuki tahun keempat adalah
sudah banyak yang lulus dan bahkan diterima bekerja. Ini mengharuskan
pimpinan komisariat untuk melakukan pemotongan angkatan atau jenjang
kaderisasi dalam kepemimpinan. Namun demikian, hal ini nyatanya belum
begitu dikaji mendalam, sehingga yang terjadi justru kurangnya
tranformasi dalam proses perkaderan. Implikasi nyata adalah pimpinan
yang baru terpilih harus meraba-raba dikarenakan kurangnya
pengetahuan dan pengalaman untuk menjalankan proses perkaderan
selanjutnya, serta belum terbentuknya value secara utuh.

Melihat situasi demi situasi seperti yang disebutkan di atas, maka


menjadi sebuah keharusan bagi IMM Malang Raya untuk merapikan desain
perkaderannya. Hal ini tidak lain ditujukan agar Target Perkaderan IMM
Malang Raya dapat dicapai secara optimal dan konsisten, sehingga turut
berkontribusi terhadap perwujudan cita-cita Ikatan dan Persyarikatan.
Allah berfirman dalam Q.S. al-Ahzab ayat 23:
‫ى نَحْ بَ اهُۥ َومِ ْن ُهم َمن يَنتَظِ ُاراۖ َو َما بَدَلُواا‬ َ َ‫علَ ْي ِاهاۖ فَمِ ْن ُهم َمن ق‬
‫ض َٰا‬ َ ‫ع َهدُواا ٱّللََا‬ َ ‫مِّنَا ْٱل ُمؤْ مِ نِينَا ِر َجالا‬
َ َٰ ‫صدَقُواا َما‬
ً ‫تَ ْبد‬
‫ِيلا‬

“Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati


apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka
ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-
nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya),”

22
Bab V

POLA PERKADERAN IMM MALANG RAYA

23
A. Arah Perkaderan

Mengadopsi dari SPI, arah perkaderan IMM Malang Raya adalah


“menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kapasitas akademik
sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman, serta berakhlakul
karimah dengan proyeksi sikap yang mandiri, bertanggungjawab dan
memiliki komitmen serta kompetisi perjuangan dakwah amar ma’ruf nahi
munkar.” Arah perkaderan tersebut dilandasi oleh falsafah perkaderan
IMM yakni uswatun hasanah, pedagogi-kritis, dan bil hikmah. Allah
berfirman dalam Q.S. an-Nahl ayat 125:
‫ج ا دِ ل ْ هُ ْما ب ِ ا ل َ ت ِ يا ه ِ يَا أ َ ْح س َ نُا‬
َ ‫ح س َ ن َ ة ِااۖا َو‬َ ْ ‫ا ا د ْ عُا إ ِ ل َ َٰىا س َ ب ِ ي ِلا َر ب ِ كَا ب ِ ا ل ْ ِح ك ْ َم ةِا َو ا ل ْ َم ْو عِ ظ َ ةِا ا ل‬
‫إ ِ َنا َر ب َ كَا ه ُ َوا أ َ ع ْ ل َ مُا ب ِ مَ ْنا ض َ لَا ع َ ْنا س َ ب ِ ي ل ِ ه ِااۖا َو ه ُ َوا أ عْ ل َ مُا ب ِ ا ل مُ هْ ت َ دِ ي نَا‬
ْ َ

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk.”

Falsafah perkaderan yang demikian adalah untuk mewujudkan


gerakan IMM sesuai falsafah gerakannya yaitu IMM sebagai gerakan
intelektual. Gerakan intelektual yang dimaksud adalah Gerakan Intelektual
Profetik, yang dalam buku Abdul Halim Sani dimaknai sebagai gerakan
tranformatif dengan pemaksimalan akal dalam membaca fenomena yang
didasarkan pada cita-cita etik (humanisasi, liberasi, transedensi). Misi ini
terkandung dalam Q.S. Ali Imran ayat 110 yang berbunyi:
‫او نَا ع َ ِنا ا ل ْ مُ ن ْ ك َِرا َو ت ُ ْؤ ِم ن ُ و نَا‬ ْ َ ‫اسا ت َأ ْمُ ُر و نَا ب ِ ا ل ْ مَ ع ْ ُر و فِا َو ت َ ن ْ ه‬
ِ َ ‫ك ُ ن ْ ت ُمْا أ ُ مَ ةا أ ُ ْخ ِر جَ تْا ل ِل ن‬
‫خ ي ْ ًر ا ل َ هُ ْمااا ِم ن ْ هُ مُا ال ْ مُ ْؤ ِم ن ُ و نَا َو أ َ ك ْ ث َ ُر ه ُ مُا‬ َ ‫ب ِ اّللَ ِااا َو ل َ ْوا آ َم نَا أ َ ه ْ لُا ال ْ كِ ت َا بِا ل َ ك َا نَا‬
‫ا ل ْ ف َا سِ ق ُ و ن َ خَ ي ْ َرا‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab berfirman, tentulah itu lebih
baik baik mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.”

24
Dalam SPI dijelaskan pula bahwa sebagai sebuah proses organisasi,
maka perkaderan di IMM diarahkan pada upaya transformasi ideologis
dalam bentuk pembinaan dan pengembangan kader, baik aspek kerangka
ideologis maupun teknis manajerial. Pada tahapan yang lebih praktis,
proses perkaderan IMM diarahkan dalam rangka transformasi dan
regenerasi kepemimpinan di setiap levelnya, dari komisariat hingga pusat.

B. Target Perkaderan

Target Perkaderan diproyeksikan pada terbentuknya sumber daya


kader struktural dan fungsional yang profesional. Sumber daya kader
struktrual adalah pimpinan, sedangkan sumber daya kader fungsional
adalah instruktur. Guna terwujudnya target perkaderan tersebut, IMM
menjalankan tiga komponen perkaderan, yakni:

1. Perkaderan utama
Perkaderan utama adalah komponen pokok dalam perkaderan di IMM.
Komponen ini bersifat mengikat dan secara struktural menjadi
prasyarat kepemimpinan di level tertentu. Dalam konteks IMM Malang
Raya, perkaderan utama yang dimaksud adalah Darul Arqom Dasar
(DAD), yang menjadi prasyarat kepemimpinan di level komisariat.
2. Perkaderan khusus
Perkaderan khusus adalah komponen perkaderan yang ditujukan
dalam rangka mencetak tenaga-tenaga keinstrukturan yang
mendukung kerja dari pimpinan. Komponen ini bersifat mengikat bagi
instruktur yang dinyatakan lolos atau diterima. Dalam konteks IMM
Malang Raya, Pelatihan instruktur Dasar (PID) yang menjadi prasyarat
tenaga instruktur di tingkat cabang.
3. Perkaderan pendukung
Perkaderan pendukung adalah komponen perkaderan yang
dilaksanakan untuk meningkatkan potensi kader sesuai minat, bakat
dan keterampilan sehingga mendukung keberhasilan perkaderan
secara utuh. Komponen perkaderan pendukung dilaksanakan secara

25
integral dengan pelaksanaan aktivitas dan program kerja organisasi.
Komponen perkaderan pendukung terdiri dari:

a. Perkaderan pendukung pokok


Yakni perkaderan yang diatur, dikembangkan dan ditetapkan oleh
masing-masing bidang. Terkhusus di IMM Malang Raya,
perkaderan pendukung pokok berisikan muatan DAD yang tidak
termasuk ke dalam materi saat pelaksanaan maupun follow up
jangka pendek. Sehingga perkaderan pendukung pokok IMM
Malang Raya adalah wujud dari follow up DAD jangka menengah,
sesuai dengan ketentuan SPI yakni 6 bulan dan klasifikasi materi
Ideologi, Keorganisasian, Wawasan, Terapan dan Muatan Lokal.
Bersamaan dengan itu, dihadirkan pula aktivitas-aktivitas untuk
membantu setiap anggota mencapai high level of personality
functioning, yakni dengan upaya mengidentifikasi self-identity dan
self-direction. Upaya ini dapat dilakukan dengan model konseling
sebaya, baik secara individual maupun kelompok, dengan
ketentuan maksimum 6 anggota per kelompok.
b. Perkaderan pendukung tambahan
Yakni perkaderan yang tidak diatur secara khusus atau bersifat
terbuka dan bebas. IMM Malang Raya mewujudkan perkaderan
pendukung tambahan dengan berpedoman pada Sifat Tindak
Lanjut Perkaderan (Bab IV SPI), antara lain:
- Silaturahim. Bertujuan untuk menumbuhkembangkan daya
refleksi dan solution making kader atas problematika yang
terjadi baik di internal IMM maupun masyarakat pada
umumnya. Silaturahim dapat dilakukan secara personal
maupun kelompok.
- Jaringan informal kualitatif. Bertujuan untuk menyambung
komunikasi antara anggota, kader, pimpinan, instruktur,
demisioner dan alumni menyangkut masa depan keprofesian
maupun hal lainnya yang tidak berkaitan dengan aktivitas
formal organisasi. Jaringan informal kualitatif dapat dilakukan
secara personal maupun profesional.
- Promosi atau transformasi. Bertujuan sebagai ruang diaspora
anggota, kader, pimpinan dan instruktur ke depan sehingga
26
dapat menjadi perpanjangan tangan Muhammadiyah dalam
urusan dakwah amar ma’ruf nahi munkar. Promosi atau
transformasi yang dimaksud adalah melanjutkan perjuangan di
Persyarikatan, mengurus ke-ummat-an maupun bergerak lebih
jauh dalam kontestasi kebangsaan.
c. Perkaderan pendukung khusus
Dalam konteks IMM Malang Raya, perkaderan pendukung khusus
adalah Latihan Instruktur Komisariat (LIK), yakni perkaderan yang
diatur, dikembangkan dan ditetapkan oleh Bidang Kader
Komisariat bersama Bidang Kader Cabang. Latihan instruktur
Komisariat (LIK) menjadi prasyarat tenaga instruktur di tingkat
komisariat.

C. Strategi Pencapaian
Strategi Pencapaian merupakan langkah-langkah yang dijalankan oleh
IMM Malang Raya untuk mencapai Target Perkaderan. Strategi ini
mencakup fase Masa Ta’aruf Mahasiswa (MASTAMA), DAD, follow up
jangka pendek, perkaderan pendukung (follow up jangka menengah) dan
perkaderan jenjang ke-2 (follow up jangka panjang; dijelaskan di Bab VII).
Bagan Strategi Pencapaian
Follow up jangka
MASTAMA DAD
pendek

Perkaderan Perkaderan Jenjang ke-


Pendukung (follow up 2 (follow up jangka
jangka menengah) panjang)

Ideologi, Keorganisasian, Wawasan, Terapan

Konseling Sebaya

27
Bab VI
KURIKULUM PERKADERAN IMM MALANG RAYA

28
A. Profil dan Kompetensi Kader

Profil Kader Ikatan adalah citra ideal yang diharapkan oleh organisasi
untuk dimiliki dan dapat ditunjukkan kader-kadernya dalam kehidupan
sehari-hari. Sebagai output dari sebuah perkaderan, maka Profil Kader
Ikatan berprinsip pada kedalaman, keluasan, keluwesan dan kelokalan.

Prinsip kedalaman adalah pembinaan keyakinan dan sikap kader


berdasarkan tri kompetensi dasar. Prinsip keluasan adalah pengembangan
wawasan dan kemampuan berpikir kader secara kritis. Prinsip keluwesan
adalah peningkatan keterampilan yang relevan dengan kondisi zaman.
Prinsip kelokalan adalah pembentukan sikap kader berdasarkan tanggung
jawab intelektual.
Dari keempat prinsip di atas, maka IMM memiliki Profil Kader Ikatan
seperti berikut:

1. Memiliki keyakinan dan sikap keagamaan yang tinggi agar


keberadaan di Ikatan di masa yang akan datang mampu memberi
warna masyarakat yang mulai meninggalkan nilai-nilai agamawi.
2. Memiliki wawasan dan kecakapan memimpin karena keberadaan
kader Ikatan bagaimanapun merupakan potensi kepemimpinan
umat dan kepemimpinan.
3. Memiliki kecendekiawanan, mengingat spesialisasi dan
profesionalisasi mempersempit cakrawala berpikir dalam sub-
bidang kehidupan yang sempit.
4. Memiliki wawasan dan keterampilan berkomunikasi, mengingat
bahwa masa yang akan datang industri informasi akan
mendominasi sistem budaya kita. Hal ini juga inhern dengan watak
Islam yang dalam keadaan apapun juga selalu siap melaksanakan
amar ma’ruf nahi munkar sebagai esensi dari komunikasi
islamisasi.
Untuk mencapai Profil Kader Ikatan di atas, maka kader IMM harus
memiliki nilai yang relevan serta kompetensi kader Ikatan. Kompetensi
kader adalah kemampuan bersikap, berpikir dan bertindak selayaknya
kader Ikatan secara konsisten sebagai implementasi dari proses kognitif,
afektif dan psikomotorik dalam perkaderan.
29
Dalam SPI, kompetensi kader ditunjukkan melalui Profil Kader Dasar,
Madya dan Paripurna. Namun dengan kompleksitas perkaderan di IMM
Malang Raya, maka kompetensi tersebut harus diterjemahkan ulang dan
dikontekstualisasikan dengan kondisi khas Malang Raya.
Oleh karena kompetensi yang dimaksud adalah pada tingkat cabang,
maka pembentukan Kompetensi Kader IMM Malang Raya didasari oleh
terjemahan Profil Kader Dasar. Berikut adalah Kompetensi Kader IMM
Malang Raya:
Jenjang 1 (Anggota)
Keagamaan Kemahasiswaan Kemasyarakatan
d. Tartil g. Memiliki etos i. Memiliki
membaca Al Qur’an belajar yang tinggi pengetahuan
dan dapat h. Progresif dalam seputar situasi
menuliskannya mengembangkan umum masyarakat
e. Ibadah mahdhah potensi pribadi
sesuai Mejelis
Tarjih
f. Memahami ideologi
Muhammadiyah
Jenjang 2 (Kader)
Keagamaan Kemahasiswaan Kemasyarakatan
j. Menguasai ayat- m. Memiliki o. Memiliki sikap
ayat perkaderan penguasaan empati terhadap
dan pergerakan terhadap disiplin situasi umum
k. Memahami ilmu masyarakat
kandungan n. Progresif dalam
Himpunan Putusan berkarya
Tarjih
l. Mampu
mengontekskan
ideologi
Muhammadiyah

30
B. Struktur dan Muatan Kurikulum Perkaderan
Jenjang 1 (Anggota)
a. Darul Arqam Dasar (DAD)
Ideologi
1. Peran Tauhid dalam Kehidupan
2. Sejarah dan Ideologi Muhammadiyah
3. Landasan Perjuangan IMM
Keorganisasian
1. Hakikat Organisasi IMM
Wawasan
1. Gerakan Mahasiswa Indonesia
2. Globalisasi
Terapan
1. Manajemen Diri
2. Musyawarah dan Teknik Persidangan
Muatan Lokal
(ditentukan dan disusun oleh Pimpinan Komisariat terkait)

b. Perkaderan Pendukung Pokok


Ideologi
1. Hakikat Islam (1): Sejarah Ilmu Tauhid
2. Hakikat Islam (2): Akal dan Wahyu
3. Ibadah dan Tuntunan Praktis
4. Memahami Ideologi Muhammadiyah
5. Kelahiran IMM yang Dipersoalkan
Keorganisasian
1. Kepimpinan dalam IMM
Wawasan
1. Gender dan Budaya Patriakhi
2. Filsafat (1): Ilmu Pengetahuan
3. Filsafat (2): Esensi dan Eksistensi Manusia
Terapan
1. Analisis Sosial
2. Manajemen Massa
3. Manajemen Konflik
4. Inisiatif dan Keberanian Beropini
Konseling Sebaya
1. Self-identity
31
2. Self-direction
*dilakukan secara kondisional sesuai kebutuhan dari kader
Muatan Lokal
(ditentukan dan disusun oleh Pimpinan Komisariat terkait)

c. Pendukung Pokok Tambahan


Silaturahim Jaringan Informal Promosi /
Kualitatif Transformasi
(ditentukan dan disusun oleh Pimpinan Komisariat terkait)

Jenjang 2 (Kader)
a. Perkaderan Pendukung Pokok
Ideologi
1. Memahami Q.S. ali Imran: 104 & 110
2. Teologi al Ma’un
3. Teologi al Ashr
4. Himpunan Putusan Tarjih (HPT)
5. Muhammadiyah Abad Kedua
Keorganisasian
1. Manifesto Gerakan Intelektual Profetik
Wawasan
1. Krisis Eksistensi Manusia (1): Masyarakat Resiko
2. Krisis Eksistensi Manusia (2): Kapitalisme & Industrialisme
3. Krisis Eksistensi Manusia (3): Degradasi Lingkungan

Terapan
1. Metodologi Kritis
2. Metodologi Empiris
3. Komunikasi Efektif & Persuasif
Muatan Lokal
(ditentukan dan disusun oleh Pimpinan Komisariat terkait)

b. Perkaderan Pendukung Tambahan


Silaturahim Jaringan Informal Promosi /
Kualitatif Transformasi
(ditentukan dan disusun oleh Pimpinan Komisariat terkait)

32
c. Perkaderan Pendukung Khusus
Pelatihan Instruktur Komisariat
Ideologi
1. Memahami Ayat-Ayat Perkaderan
2. Desain Perkaderan IMM Malang Raya (DPM)
Keorganisasian
1. Instruktur sebagai Fasilitator Perkaderan
Wawasan
1. Perkembangan Psikososial Mahasiswa
Terapan
1. Manajemen Kelas & Micro Teaching
2. Konseling Sebaya
3. Sistematika Monitoring-Evaluasi
Muatan Lokal
(ditentukan dan disusun oleh Tim Fasilitator yang bertugas)

Perkaderan Khusus
Pelatihan Instruktur Dasar (PID)
Ideologi
1. Sistem Perkaderan Rasulullah & Muhammadiyah
2. Sistem Perkaderan Ikatan
3. Bedah Desain Perkaderan IMM Malang Raya (DPM)
Keorganisasian
1. Keinstrukturan Tingkat Cabang
Wawasan
1. Filsafat Pendidikan & Psikologi Belajar
Terapan
1. Strategi Pendampingan Instruktur Komisariat
2. Bedah Pedoman Pelaksanaan Perkaderan IMM Malang Raya
(P3M)
Muatan Lokal
(ditentukan dan disusun oleh Tim Instruktur yang bertugas)

33
C. Metodologi Pembelajaran

Sebagai sebuah proses pembelajaran, maka perkaderan harus memiliki


metodologi yang efektif dan efisien. Diperlukan landasan teoritik, model
pembelajaran dan strategi yang berisikan metode serta teknik
pembelajaran.

Teori belajar yang digunakan dalam perkaderan IMM Malang Raya


adalah teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan teori yang
menempatkan proses belajar sebagai rekonstruksi pengetahuan bagi
kader berdasarkan pengalaman dan interaksi.
Model pembelajaran yang digunakan dalam perkaderan IMM Malang
Raya adalah model pegagogi kritis. Secara literal, pedagogi berarti sebuah
ilmu dan seni mengajar peserta didik. Sehingga pedagogi merupakan
model pendidikan yang berfokus pada pemantik materi. Sedangkan kritis
berarti tidak mudah meyakini suatu informasi tanpa data yang lebih dapat
dipertanggungjawabkan.

Ini menjadikan pedagogi kritis memiliki makna sebagai pendidikan


yang berpusat pada pemantik materi atau dalam hal ini adalah instruktur
untuk membentuk nalar kritis pada kader. Guna mendukung upaya
pembentukan nalar kritis kader, maka IMM Malang Raya menggunakan
strategi active learning dan contextual learning.

Active learning adalah aktivitas belajar dimana semua potensi kader


dikerahkan. Active learning tidak hanya berfokus di aspek kognitif saja,
melainkan juga afektif bahkan psikomotorik. Dalam pelaksanaannya,
kader diarahkan agar mampu terlibat secara aktif dan kontributif. Teknik
yang digunakan dalam active learning adalah communication dan
collaboration (penjelasan di P3M).
Contextual learning adalah aktivitas belajar secara holistik dan
bertujuan agar kader mampu memahami makna dari materi yang telah
diberikan serta mengontekskannya dengan kehidupan sehari-hari. Sama
halnya dengan active learning, pada contextual learning aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik juga dianggap penting. Teknik yang digunakan

34
dalam contextual learning adalah critical thinking, creativity, problem
solving dan citizenship (penjelasan di P3M).

35
Bab VII

OPERASIONAL PERKADERAN IMM MALANG RAYA

36
A. Perangkat Perkaderan

Perangkat perkaderan adalah susunan komposisi yang terlibat dalam


menjalankan proses perkaderan. Di lingkup IMM Malang Raya, perangkat
perkaderan yang dimaksud diantaranya adalah: 1) Pimpinan Cabang
Bidang Kader; 2) Pimpinan Komisariat Bidang Kader; 3) Instruktur
Cabang; 4) Instruktur Komisariat; dan 5) Koordinator Komisariat Komisi
Kaderisasi.
Penjelasan mengenai perangkat perkaderan IMM Malang Raya adalah
sebagai berikut:
1. Pimpinan Cabang (PC) Bidang Kader adalah pimpinan yang berada
satu tingkat lebih tinggi dari Pimpinan Komisariat. Tanggung jawab
Pimpinan Cabang Bidang Kader adalah membuat kebijakan
organisasi yang sesuai dengan kebutuhan komisariat serta
melakukan pendampingan kepada Pimpinan Komisariat Bidang
Kader agar dapat menjalankan perkaderan dengan maksimal.
2. Koordinator Komisariat (Korkom) Komisi Kaderisasi adalah
lembaga otonom (LO) yang dibentuk oleh Pimpinan Cabang dan
bertanggung jawab dalam mengoordinasikan komisariat-
komisariat di universitas tertentu, terkait pelaksanaan dan
penguatan perkaderan di masing-masing teritori komisariat.
3. Pimpinan Komisariat (PK) Bidang Kader adalah pimpinan yang
berada satu tingkat di bawah Pimpinan Cabang dan merupakan
tingkat kepemimpinan yang langsung bersentuhan dengan kader.
Pimpinan Komisariat bertanggung jawab untuk melakukan
pendampingan terhadap kader masing-masing komisariat,
sehingga kebijakan yang diambil harus memiliki kesesuaian
dengan kebutuhan kader serta kebutuhan organisasi, sehingga
perkaderan dapat dilakukan secara maksimal.
4. Instruktur Cabang adalah lembaga semi otonom (LSO) Pimpinan
Cabang Bidang Kader yang bertanggung jawab dalam monitoring –
evaluasi perkaderan yang dilakukan di komisariat. Monitoring –
evaluasi yang dimaksud mencakup muatan materi serta
pelaksanaan perkaderan oleh fasilitator komisariat.

37
5. Instruktur Komisariat adalah lembaga semi otonom (LSO)
Pimpinan Komisariat Bidang Kader yang bertanggung jawab untuk
melakukan pengelolaan perkaderan di masing-masing komisariat
dari fase pra, pelaksanaan hingga pasca. Pengelolaan yang
dimaksud mencakup penentuan muatan materi serta
pendampingan kader yang dikoordinasikan dengan Instruktur
Cabang.
Berangkat dari Amanah Musycab XXV, maka ada tiga poin pokok yang
menjadi wilayah kerja dari Bidang Kader PC IMM Malang Raya, yakni:

1. Formulasi Sistem, merupakan wilayah kerja langsung PC


Bidang Kader.
2. Pengawalan Grand Design, merupakan wilayah kerja Korps
Instruktur Cabang yang terdiri atas: a) monitoring – evaluasi
muatan perkaderan; dan b) monitoring – evaluasi pelaksanaan
perkaderan.
3. Penguatan Nilai Ideologis, merupakan wilayah kerja PK Bidang
Kader serta Fasilitator Komisariat.

Dalam hal ini, Instruktur Komisariat di monitoring oleh Korps


Instruktur Cabang dan PK Bidang Kader masing-masing. Korps Instruktur
Cabang di monitoring oleh PC Bidang Kader. PK Bidang Kader di
monitoring oleh PC Bidang Kader melalui mediasi oleh Korkom Komisi
Kaderisasi. Sehingga dalam aktualisasi Amanah Musycab XXV, PC Bidang
Kader menjadi komponen teratas yang bertugas untuk mengawal seluruh
komponen lain di bawahnya.

38
Bagan Interkoneksi Antar Perangkat Perkaderan

Amanah Musycab

Formulasi Sistem Pengawalan Grand Design Penguatan Nilai Ideologis

Bidang Kader PC Instruktur Cabang Instruktur Komisariat Bidang Kader PK

Komisi Kaderisasi Korkom

B. Tim Instruktur / Fasilitator Perkaderan Formal


1. Master of Training (MoT)
MoT adalah instruktur yang mendapat tugas memimpin dan secara
umum bertanggungjawab atas pelaksanaan program perkaderan. Jika
diperlukan, dapat diadakan pula Vice Master of Training (VoT) yang
bertugas membantu atau dalam keadaan tertentu dapat menggantikan
MoT.
2. Imam Training (IT)
IT adalah instruktur yang mendapat tugas memandu aktivitas program
perkaderan dalam aspek pelaksanaan syariat Islam dan akhlaqul
karimah.

3. Anggota Tim
Anggota Tim adalah sekelompok instruktur yang secara bersama-sama
menjalankan tugas perkaderan dan secara spesifik bertanggung jawab
atas aktivitas tertentu sesuai penugasan dari MoT. Pembagian peran
Anggota Tim dapat disesuaikan dengan kebutuhan struktur antara
lain: 1) Observer, sekelompok instruktur yang bertugas melakukan
monitoring dan evaluasi perkembangan peserta secara personal dan
39
kolektif; 2) Secretary of Training, instruktur yang bertugas mengawal
adminstrasi sejak pra, in, dan pasca kegiatan; 3) Tim Monitoring dan
Evaluasi, sekelompok instruktur yang bertugas mendesain sistem
penilaian sejak pra, in, hingga pasca kegiatan; 4) Instruktur Materi,
merupakan sekelompok instruktur yang bertugas mendesain struktur
materi yang akan disampaikan pada Perkaderan Formal, umumnya
terdapat penanggungjawab pada tiap desain materi. Dan peran lain
sebagainya.

C. Fasilitas Perkaderan

Fasilitas perkaderan adalah hal-hal yang berfungsi untuk


memudahkan dan memperlancar pelaksanaan sebuah agenda perkaderan.
Mengenai teknis pengadaan dan penggunaan fasilitas disesuaikan dengan
kepentingan dan kemampuan masing-masing penyelenggara, baik di
tingkat komisariat maupun cabang, dengan pertimbangan berupa
kelayakan dan efektifitas dalam mendukung pelaksanaan perkaderan.
Fasilitas yang tidak dimiliki oleh organisasi, maka bisa diupayakan
pengadaannya dari pihak eksternal dengan kerjasama yang bersifat
insidental (tidak mengikat).

D. Proses Penyelenggaraan
1. Pra
a) Membangun konsolidasi di internal Badan Pimpinan Harian (BPH)
dan menentukan Steering Committee.
b) Bersama Pimpinan Cabang terkait membentuk tim instruktur.
c) Tim Instruktur melakukan analisa kebutuhan dan analisa masalah
sebagai langkah awal penyusunan ToR.
d) Tim Instruktur menyusun Term of Reference (ToR): latar belakang;
tujuan dan target; peserta; kurikulum.
e) Tim Instruktur melakukan pemetaan calon peserta, termasuk di
dalamnya adalah proses seleksi.
f) Tim Instruktur menyiapkan narasumber yang relevan dengan
materi dalam kurikulum.
40
2. Pelaksanaan
a) Koordinasi penyempurnaan persiapan di lokasi perkaderan.
b) Upacara pembukaan.
c) Orientasi dan kontrak belajar.
d) Pembelajaran sesuai ToR dan silabus.
e) Monitoring dan evaluasi setiap harinya.
f) Upacara penutupan.
3. Pasca
a) Memberikan laporan penyelenggaraan kepada Steering
Committee.
b) Pemetaan lanjutan kader berdasarkan hasil evaluasi.
c) Melakukan follow up jangka pendek (materi-materi yang tidak
digunakan sesuai standart IMM Malang Raya atau kurang optimal
ketika tahap pelaksanaan) dan jangka menengah (perkaderan
pendukung).

E. Evaluasi Perkaderan

Untuk membantu proses evaluasi perkaderan, maka IMM Malang Raya


menggunakan model evaluasi Taksonomi Bloom (kognitif, afektif,
psikomotorik), CIPP (context, input, process, product) dan Discrepancy
(standard & performance).

Taksonomi Bloom diperkenalkan oleh Benjamin S. Bloom yang merupakan


model evaluasi dengan pendekatan yang berorientasi pada proses kognitif,
afektif dan psikomotorik peserta didik:

1. Evaluasi kognitif, yaitu mengarah pada aspek pengetahuan,


pemahaman dan keterampilan berpikir.
2. Evaluasi afektif, yaitu mengarah pada aspek emosi yang terwujud
dalam bentuk sikap, apresiasi dan cara beradaptasi.
3. Evaluasi psikomotorik, yaitu mengarah pada aspek keterampilan
motorik yang dapat disesuaikan dalam berbagai situasi.
CIPP diperkenalkan oleh Daniel L. Stuffelbeam yang merupakan model
evaluasi dengan pendekatan yang berorientasi pada manajemen:

41
1. Evaluasi context, yaitu mengarah pada kesesuaian program dengan
konstitusi dalam IMM.
2. Evaluasi input, yaitu mengarah pada pengadaan fasilitas dan
perangkat perkaderan, serta rekrutmen kader.
3. Evaluasi process, yaitu mengarah pada pengelolaan aktivitas dan
proses pembelajaran kader.
4. Evaluasi product, yaitu mengarah pada prestasi belajar kader
secara individual dalam jangka pendek, menengah dan panjang.

Discrepancy diperkenalkan oleh Malcolm Provus yang merupakan model


evaluasi yang berorientasi pada kesenjangan atau ketidaksesuaian:

1. Evaluasi standard, yaitu mengarah pada rencana aktivitas dalam


program yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Evaluasi performance, yaitu mengarah pada kesesuaian aktivitas
dalam program dengan yang telah direncanakan sebelumnya.

42
Bab VIII

PENUTUP

43
Demikian Desain Perkaderan IMM Malang Raya (DPM) Edisi 2022 ini
kami susun dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan berbagai
kemungkinan kondisi-kondisi ke depan. Besar harapan kami, perkaderan
IMM Malang Raya dapat kian maju dan selalu relevan dengan kebutuhan
kader-kader se-Malang Raya.

Selaku tim penyusun, kami menyadari bahwa mentransformasikan


DPM 2022 ini bukanlah pekerjaan yang mudah bagi setiap perangkat
perkaderan IMM Malang Raya. Oleh sebab itu, diperlukan kajian-kajian
serta diskusi kultural dalam jumlah besar agar grand design perkaderan ini
dapat terartikulasi dengan baik hingga perkaderan akar rumput.

Abadi perjuangan, abadi perkaderan


Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat

44
45

Anda mungkin juga menyukai