Anda di halaman 1dari 39

1

NILAI EKONOMI LAHAN DAN PENGARUH AKTOR


DALAM PENGGUNAAN LAHAN KOMODITAS
KEHUTANAN DAN PERTANIAN:
Kasus di Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Kabupaten
Wonosobo

MUFRI WANDIRA PARASDYA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN


SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Nilai Ekonomi Lahan
dan Pengaruh Aktor dalam Penggunaan Lahan Komoditas Kehutanan dan
Pertanian: Kasus di Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo
adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2019

Mufri Wandira Parasdya


NIM E14150021
ii
iii

ABSTRAK
MUFRI WANDIRA PARASDYA. Nilai Ekonomi Lahan dan Pengaruh Aktor
dalam Penggunaan Lahan Komoditas Kehutanan dan Pertanian: Kasus di Desa
Sedayu, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Dibimbing oleh HANDIAN
PURWAWANGSA.

Lahan memiliki nilai ekonomi yang berbeda. Para pemilik lahan


cenderung menggunakan lahan untuk tujuan yang memberikan harapan untuk
diperolehnya penghasilan yang tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
menentukan nilai ekonomi lahan tertinggi dalam satu tahun/daur berdasarkan pola
penggunaan lahan produk hutan rakyat dan produk pertanian di Desa Sedayu,
Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo dan menentukan nilai ekonomi lahan
tertinggi dalam satu daur dan satu tahun berdasarkan jenis komoditas di Desa
Sedayu dan mengetahui peranan aktor yang terlibat di dalamnya. Nilai ekonomi
lahan tertinggi dimiliki oleh komoditas sengon dengan rata-rata sebesar
Rp9.559/m²/daur dan Rp1.895/m²/tahun. Terdapat 5 aktor dominan yaitu kepala
desa, penyuluh pertanian, ketua kelompok tani, tengkulak, dan pemilik lahan.
Kepala desa memiliki pengaruh paling besar dibanding aktor lainnya.

Kata kunci : aktor center power, lahan, nilai ekonomi, penggunaan lahan.

ABSTRACT
MUFRI WANDIRA PARASDYA. Value of Land Economy and Effect of Actors
in Land Use of Forestry and Agriculture Commodities: Case in Sedayu Village,
Sapuran District, Wonosobo Regency. Supervised by HANDIAN
PURWAWANGSA.

Land has different economic values. Land owners tend to use land for
purposes that provide hope for the highest income. This study aims to determine
the highest land economic value in one year/cycle based on land use patterns of
community forest products and agricultural products in Sedayu Village, Sapuran
District, Wonosobo Regency and determine the highest land economic value in
one cycle and one year based on the type of commodities in Sedayu Village and
knows the role of the actors involved in it. The highest land economic value is
owned by sengon varieties of Rp9.559/m²/cycle and Rp1.895/m²/year. There are 5
dominant actors, namely the village head, agricultural extension officer, head of
farmer groups, middlemen, and farmers.

Keywords : actor centred power, economic value of land, land, land use.
1

NILAI EKONOMI LAHAN DAN PENGARUH AKTOR


DALAM PENGGUNAAN LAHAN KOMODITAS
KEHUTANAN DAN PERTANIAN:
Kasus di Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Kabupaten
Wonosobo

MUFRI WANDIRA PARASDYA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
2
4
5

PRAKATA

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT karena atas karuniaNya penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai Ekonomi Lahan dan Pengaruh
Aktor dalam Penggunaan Lahan Komoditas Kehutanan dan Pertanian: Kasus di
Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Skripsi ini ditulis untuk
memenuhi persyaratan penyelesaian Program Sarjana pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua dan keluarga yang
telah memberi dukungan baik secara moriil dan materiil kepada penulis. Terima
kasih kepada Handian Purwawangsa, S Hut, M Si selaku dosen pembimbing yang
senantiasa mengarahkan dan memberikan ilmu sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi. Terima kasih penulis ucapkan kepada dosen, staff dan
seluruh civitas akademik Fakultas Kehutanan dan Departemen Manajemen Hutan
serta Institut Pertanian Bogor yang menjadi bagian penting selama penulis
menuntut ilmu. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman seperjuangan
Fahutan 52 dan MNH 52 yang telah berjuang bersama selama menempuh
pendidikan di bangku kuliah. Terima kasih kepada teman seperjuangan skripsi
Dinar Rias Melati, Pauzi Pratama, dan Restu Dini Amalia yang telah berjuang
bersama dalam menyelesaikan skripsi. Terima kasih kepada masyarakat Desa
Sedayu dan pihak yang telah membantu dalam penyelesaian data dan skripsi.
Terima kasih kepada sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini belum sempurna dan masih
mempunyai banyak kesalahan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari para pembaca
sangat diharapkan demi perbaikan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini
berguna bagi para pembaca.

Bogor, Oktober 2019

Mufri Wandira Parasdya


vi
vii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI i
DAFTAR TABEL i
DAFTAR LAMPIRAN ii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 1
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Alat dan Bahan 2
Prosedur Penelitian 2
Analisis Data 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Karakteristik Responden 4
Nilai Ekonomi Lahan Berdasarkan Pola Penggunaan Lahan 4
Keuntungan dan Nilai Ekonomi Lahan Berdasarkan Pola Penggunaan Lahan 5
Nilai Ekonomi Lahan Berdasarkan Jenis Komoditas 6
Keuntungan dan Nilai Ekonomi Lahan Berdasarkan Jenis Komoditas 7
Pengaruh Aktor dalam Penentuan Pola Penggunaan Lahan 10
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 12
RIWAYAT HIDUP 25

DAFTAR TABEL

1 Elemen kekuasaan, fakta lapangan, dan contoh tindakan 3


2 Responden berdasarkan kelompok usia 4
3 Responden berdasarkan tingkat pendidikan 4
4 Status kepemilikan lahan 5
5 Komposisi pola penggunaan lahan 5
6 Luas lahan rata-rata, jumlah produksi rata-rata, dan harga jual komoditas 6
7 Nilai ekonomi lahan berdasarkan pola penggunaan lahan 6
8 Nilai ekonomi lahan berdasarkan jenis komoditas 7
9 Nilai ekonomi lahan sengon 8
10 Nilai ekonomi lahan kopi 8
11 Nilai ekonomi lahan sengon dan kopi 9
viii

12 Nilai ekonomi lahan jagung 9


13 Nilai ekonomi lahan padi 10
14 Pengaruh aktor dalam penggunaan lahan 11

DAFTAR LAMPIRAN

1 Nilai ekonomi lahan sengon 14


2 Nilai ekonomi lahan kopi 16
3 Nilai ekonomi sengon dan kopi 17
4 Nilai ekonomi lahan jagung 18
5 Nilai ekonomi lahan padi 20
6 Kuesioner penelitian 22
7 Dokumentasi 24
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lahan merupakan modal pembangunan yang apabila dikelola dengan


optimal dapat memberikan manfaat ekonomi, sosial, dan ekologi. Lahan dapat
dipandang sebagai sumber daya dalam hubungannya dengan aktivitas manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (Worosuprojo 2007). Lahan memiliki nilai
ekonomi dan nilai pasar yang berbeda. Para pemilik lahan cenderung
menggunakan lahan untuk tujuan mendapatkan penghasilan tertinggi. Mereka
akan menggunakan lahan sesuai dengan konsep penggunaan yang terbaik. Konsep
ini memperhitungkan semua faktor yang mempengaruhi kemampuan lahan,
seperti aksesibilitas serta kualitas sumberdaya lahan dan lingkungan.
Daya dukung lahan secara ekonomi dapat dijelaskan dengan pendekatan
nilai ekonomi lahan atau land rent. Pendekatan land rent dapat memberikan
gambaran terkait perkembangan penduduk disertai usaha untuk meningkatkan
kesejahteraannya yang seringkali berdampak terhadap daya dukung suatu wilayah
(Rustiadi et al. 2008). Faktor yang mempengaruhi pola penggunaan lahan antara
lain faktor fisik-biologis, pertimbangan ekonomi, dan faktor institusi atau
kelembagaan (Pambudi 2008).
Kompetisi antar aktor juga menjadi faktor penting dalam penggunaan
lahan. Aktor akan membawa kepentingannya sebagai tujuan dalam melakukan
kegiatan untuk memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Actor Centered Power
(ACP) merupakan bentuk hubungan sosial dimana aktor A mengubah perilaku
aktor B tanpa mengenali keinginan B. Aktor yang mampu mengubah kebiasaan
aktor lain disebut potante dan aktor lainnya disebut subordinate. Identifikasi dan
kategorisasi aktor yang sangat kuat merupakan hal yang sangat penting dalam
pengelolaan sumber daya alam. Relasi kekuasaan tersebut seperti individual,
kelompok, tenaga kerja kantor, pemerintah, negara dan sebagainya (Krott et al.
2014).

Tujuan Penelitian

1. Menentukan nilai ekonomi lahan tertinggi dalam satu daur dan satu tahun
berdasarkan jenis komoditas dan pola penggunaan lahan di Desa Sedayu.
2. Mengetahui pengaruh aktor dalam penggunaan lahan di Desa Sedayu.

Manfaat Penelitian

1. Bagi pemilik dan penggarap lahan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
mengetahui penggunaan lahan dan komoditas yang memberikan nilai
ekonomi lahan paling optimal.
2. Bagi pemerintah daerah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk mengoptimalkan kerjasama dan mendukung sarana
produksi.
2

3. Bagi mahasiswa, hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan


pengetahuan serta referensi.

METODE

Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan pada bulan Maret-April 2019 di
Desa Sedayu, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo.

Alat dan Bahan


Alat yang digunakan antara lain laptop dengan program Microsoft Word
dan Microsoft Excel, kuesioner penelitian, dan kamera digital, sedangkan bahan
yang digunakan adalah data yang berhubungan dengan penelitian ini yaitu data
primer dan data sekunder.

Prosedur Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer nilai ekonomi lahan diperoleh dari wawancara langsung
kepada pemilik lahan dengan metode stratified purposive sampling kepada 30
orang responden untuk mengetahui nilai ekonomi lahan dan metode snowball
kepada 5 tokoh kunci (key person) untuk mengetahui peran aktor dalam
penggunaan lahan. Unit contoh lahan dibedakan berdasarkan pola penggunaan
lahan, yaitu lahan hutan rakyat (Pola A) yang terdiri dari agroforestri sengon dan
kopi serta lahan pertanian (Pola B) yang terdiri dari monokultur jagung dan
monokultur padi dalam satu tahun dan satu daur. Penentuan pola penggunaan
lahan yang diamati untuk penelitian dipilih secara sengaja (purposive)
berdasarkan pola tanam dan penggunaan lahan yang dominan di wilayah
penelitian tersebut. Setiap penggunaan lahan diamati sebanyak 10 unit contoh
sebagai pewakil karena penggunaan lahan di Desa Sedayu cenderung homogen.
Selain itu unit contoh juga diuraikan secara purposive berdasarkan masing-masing
penggunaan lahannya, yaitu (1) sengon, (2) kopi, (3) jagung, (4) padi selama satu
tahun dan satu daur. Data sekunder diperoleh dari studi pustaka dengan
mempelajari literatur, hasil penelitian, karya ilmiah, dan data instansi yang terkait
dengan penelitian.

Analisis Data

Nilai Ekonomi Lahan


Analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan nilai ekonomi lahan dan
pengaruh aktor dalam penggunaan lahan di Desa Sedayu. Analisis kuantitatif
digunakan untuk menganalisis nilai ekonomi pemanfaatan lahan dan menentukan
3

nilai ekonomi lahan yang paling optimal untuk memaksimalkan pemanfaatan


lahan. Secara sistematis dapat dirumuskan pada persamaan 1 (Nurmalina et al.
2010).

Keuntungan = (∑ PV Pendapatan) – (∑ PV Total Biaya).............(1)


Land rent adalah nilai ekonomi yang diperoleh pada suatu bidang lahan
apabila lahan tersebut digunakan untuk kegiatan proses produksi. Land rent dapat
dijadikan dasar untuk menjelaskan bagaimana suatu usaha menekan dan
menggantikan posisi penggunaan lahan tertentu menjadi penggunaan lahan bentuk
lain yang berlangsung pada lahan yang sama.
Pengolahan data pada nilai ekonomi lahan dilakukan dengan cara
menghitung keuntungan komoditas per hektar. Keuntungan komoditas diperoleh
dari total produksi dikali harga jual dan dikurangi biaya. Biaya yang dikeluarkan
merupakan biaya operasional seperti pengadaan bibit, penggunaan pupuk, upah
tenaga kerja, serta biaya investasi dari PBB (Pajak Bumi dan Bangunan) per
tahun. Secara sistematis nilai ekonomi lahan dapat dirumuskan pada persamaan 2
(Nilawati 2002).

( 𝑃1 𝑥𝐻1 −𝐵1 + 𝑃2 𝑥𝐻2 −𝐵2 +⋯+ 𝑃𝑛 𝑥𝐻𝑛 −𝐵𝑛


Land rent = ...............(2)
𝑚 2 𝐿𝑎ℎ𝑎𝑛

Keterangan : P = Produksi (kg/ha)


H = Harga komoditas yang dihasilkan (rp/kg atau rp/pohon)
B = Biaya (Rp)

Actor Centered Power (ACP)

Tabel 1 Elemen kekuasaan, fakta lapangan dan contoh tindakan


Elemen Definisi Fakta yang tampak Contoh
Koersi Mengubah Tindakan fisik, Regulasi
perilaku ancaman perizinan dan
subordinate sanksi
dengan paksaan

(Dis-) Mengubah Pemberian atau Dukungan


Insentif perilaku mengancam dengan finansial dan
subordinate pencabutan sumber pencabutan
dengan pemberian keuntungan materiil subsidi
keuntungan atau atau non materiil
kerugian

Informasi Mengubah Memberikan atau Kemampuan


Dominan perilaku mengancam dengan para ahli dalam
subordinate mencabut sumber mengelola
melalui informasi informasi hutan
yang terverifikasi
Sumber: Diacu dari Suprapto et al. 2018.
4

Tabel 1 menunjukkan penjelasan elemen inti, fakta lapangan, dan contoh


tindakan. Penelitian ini juga menggunakan pendekatan Actor Centered Power
(ACP) untuk mengidentifikasi dan mengobservasi pengaruh aktor dalam
penggunaan lahan di Desa Sedayu. Pendekatan ACP terdiri dari tiga elemen
kekuasaan yaitu koersi, (dis-)insentif, dan informasi dominan (Krott et al. 2014).
Pendekatan ACP fokus pada pengaruh setiap aktor dan potensi penggunaan
pengaruh tersebut untuk menciptakan, menjalankan bahkan melakukan
pemblokiran terhadap agenda yang mereka lakukan sendiri atau aktor lain
(Suprapto et al. 2018).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini merupakan anggota dan pengurus
kelompok tani di Desa Sedayu yang menjadi pemilik dan menggarap lahannya
sendiri. Pemilik lahan adalah orang atau badan hukum yang memiliki hak
menguasai tanah, sedangkan penggarap lahan adalah orang yang menggarap lahan
milik orang lain dengan sistem bagi hasil (Pasal 1b UU Nomor 2 Tahun 1960
Tentang Perjanjian Bagi Hasil).
Tabel 2 Responden berdasarkan kelompok usia
Kelompok Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)
40–49 3 10,00
50–59 19 63,33
60–69 8 26,67
Total 30 100,00

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa responden didominasi oleh


kelompok usia produktif pada kisaran usia 50–59 sebesar 63,33% dan 60–69
tahun sebesar 26,67%, serta usia sangat produktif pada kisaran usia 40–49 tahun
sebesar 10%. BPS tahun 2017 mendefinisikan usia produktif dibagi menjadi 2
kategori, yaitu kategori sangat produktif pada rentang usia 15–49 tahun dan
kategori usia produktif pada rentang usia 50–64 tahun. Mayoritas responden
berada pada kategori usia produktif. Seseorang di usia produktif masih memiliki
tenaga untuk berusaha pada bidang lainnya sehingga dapat meningkatkan hasil
pendapatan (Tjiptoherijanto 2001).

Tabel 3 Responden berdasarkan tingkat pendidikan


Pendidikan terakhir Jumlah (Orang) Persentase (%)
SD 14 46,67
SMP/MTS 7 23,33
SMA/SMK 9 30,00
Total 30 100,00
5

Data pada Tabel 3 menunjukkan tingkat pendidikan terakhir responden


yaitu SD sebesar 46,67%, SMP/MTS sebesar 23,33%, dan SMA/SMK sebesar
30%. Tingkat pendidikan yang masih rendah dipengaruhi oleh faktor kemampuan
ekonomi dan pengetahuan untuk melanjutkan jenjang pendidikan. Menurut UU
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, tingkat pendidikan
dibedakan menjadi pendidikan dasar/rendah (SD–SMP/MTS), pendidikan
menengah (SMA/SMK), dan pendidikan tinggi (Diploma, Sarjana, Magister, dan
Doktor). Mayoritas responden berada pada tingkat pendidikan dasar/rendah.
Pengaruh tingkat pendidikan terhadap penelitian adalah keterbukaan responden
terhadap temuan baru dan bersedia mengaplikasikannya.

Tabel 4 Status kepemilikan lahan


Kepemilikan Lahan Jumlah (Orang) Presentase (%)
Beli 7 23,33
Warisan 23 76,67
Total 30 100,00

Data pada Tabel 4 menunjukkan status kepemilikan lahan. Sebanyak 23


responden memiliki lahan yang berasal dari warisan, sedangkan 7 responden
memiliki lahan hasil dari pembelian. Biaya pembelian lahan pribadi diasumsikan
Rp 0/m² karena jangka waktu investasi yang digunakan selama satu tahun dan
pembelian lahan sudah lebih dari satu tahun sebelum penelitian ini dilaksanakan
serta biaya pajak bumi dan bangunan (PBB) sebesar Rp200.000/ha/tahun.

Nilai Ekonomi Lahan Berdasarkan Pola Penggunaan Lahan


Tabel 5 Komposisi pola penggunaan lahan
Kelompok dan Jenis
No Pola
Tanaman
Kayu Buah Pangan
Sengon
Agroforestri Kopi (Coffea
1 (Falcataria -
(A) canephora)
mollucana)

Monokultur - - Jagung (Zea mays)


2
(B)
- - Padi (Oryza sativa)

Terdapat 2 pola penggunaan pada lahan seperti disajikan pada Tabel 5.


Komoditas kehutanan diwakili oleh hutan rakyat dengan pola tanam agroforestri
yang terdiri dari sengon dan kopi. Komoditas pertanian diwakili oleh jagung dan
padi yang ditanam secara monokultur. Alasan masyarakat Desa Sedayu menanam
kopi di lahan hutan rakyat mereka untuk mendapat penghasilan tambahan serta
komoditas kopi cocok ditanam di bawah tegakan sengon. Pola penggunaan lahan
monokultur jagung dan padi merupakan komoditas yang dominan di Desa
Sedayu.
Komoditas hasil panen responden seluruhnya dijual kepada tengkulak
setempat. Seluruh responden menjual sengon dengan harga per pohon, hal ini
6

dikarenakan kurangnya pengetahuan dan kemampuan untuk menebang sendiri


hasil kayu yang akan dijual sehingga responden menyerahkan penebangan kepada
tengkulak. Petani menjual komoditas kopi dalam bentuk kering (greenbean)
setelah melalui proses penjemuran dan pengupasan kulit luar sekitar 14 hari yang
selanjutnya dijual kepada tengkulak. Harga jual seluruh komoditas mengacu pada
harga tengkulak setempat. Luas lahan rata-rata, jumlah produksi rata-rata, dan
harga jual komoditas dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas lahan rata-rata, jumlah produksi rata-rata, dan harga jual komoditas
Luas
Jumlah
Lahan
No Komoditas Produksi Rata- Harga Jual Komoditas
Rata-rata
rata/Tahun
(Ha)
Pohon Kg Rp/pohon Rp/kg
200.000–
1 Sengon 0,13 77 - -
250.000
2 Kopi 0,13 - 163,4 - 18.000

3 Jagung 0,29 - 2.900 - 3.000–3.200


4 Padi 0,38 - 3.975 - 4.400–4.600

Keuntungan dan Nilai Ekonomi Lahan Berdasarkan Pola


Penggunaan Lahan
Tabel 7 Nilai ekonomi lahan berdasarkan pola penggunaan lahan
Nilai Ekonomi
Keuntungan Manajemen
Pola Komoditas Lahan
(Rp/ha/tahun) Pengelolaan
(Rp/m²/th)
Sengon dan Tidak
A 26.482.353–41.153.846 2.648–4.115
Kopi Intensif

B Jagung 8.280.000–18.210.811 828–1.821 Intensif

Padi 3.553.333–7.873.962 355–787 Intensif


Keterangan : A=Agroforestri, B=Monokultur

Data pada Tabel 7 menunjukkan bahwa pola A yang terdiri dari komoditas
sengon dan kopi memiliki keuntungan sebesar Rp26.482.353/ha/tahun–
Rp41.153.846/ha/tahun dan nilai ekonomi lahan sebesar Rp2.648/m²/tahun–
Rp4.115/m²/tahun. Pola A dipilih oleh sebagian responden dengan alasan kecilnya
modal dan biaya operasional serta manajemen pengelolaan yang tidak intensif.
Pola B komoditas jagung memiliki keuntungan sebesar Rp8.280.000/ha/tahun–
Rp18.210.811/ha/tahun dan nilai ekonomi lahan sebesar Rp828/m²/tahun–
Rp1.821/m²/tahun. Komoditas padi memiliki keuntungan dan nilai ekonomi lahan
paling rendah jika dibandingkan komoditas lainnya dengan keuntungan sebesar
7

Rp3.553.333/ha/tahun–Rp7.873.962/ha/tahun dan nilai ekonomi lahan sebesar


Rp355/m²/tahun–Rp787/m²/tahun. Rendahnya nilai ekonomi lahan pada
komoditas padi dipengaruhi oleh besarnya modal dan biaya operasional untuk
pembelian bibit, pupuk, obat, serta upah tenaga kerja dengan manajemen
pengelolaan yang intensif. Manajemen pengelolaan intensif menggunakan
masukan dalam ukuran besar dan relatif dengan luas lahan seperti penggunaan
pupuk, pestisida, benih unggul, mesin berefisiensi tinggi, dan perawatan dengan
jumlah produksi panen yang tinggi (Mubyarto 1985).

Nilai Ekonomi Lahan Berdasarkan Jenis Komoditas


Nilai Ekonomi Lahan dalam Satu Daur dan Satu Tahun
Komoditas sengon memiliki nilai ekonomi lahan tertinggi dalam satu daur
sebesar Rp7.220/m²/daur–Rp12.705/m²/daur. Komoditas sengon menjadikan
keuntungan jangka panjang dengan modal dan biaya operasional yang tidak
terlalu tinggi dibandingkan komoditas lain yang berpengaruh terhadap nilai
ekonomi lahan dalam satu daur, namun untuk mendapatkan keuntungan yang
besar responden harus menunggu produksi sengon selama 4–5 tahun. Komoditas
kopi menghasilkan 1 kali panen dalam setahun dengan nilai ekonomi lahan
sebesar Rp1.019/m²/tahun–Rp1.949/m²/tahun. Komoditas jagung menghasilkan 2
kali panen dalam setahun dengan nilai ekonomi lahan sebesar Rp441/m²/daur–
Rp901/m²/daur dan Rp828/m²/tahun–Rp1.821/m²/tahun. Komoditas padi
menghasilkan 2 kali panen dalam setahun dengan nilai ekonomi lahan
Rp178/m²/daur–Rp392/m²/daur dan Rp355/m²/tahun–Rp787/m²/tahun. Nilai
ekonomi lahan berdasarkan jenis komoditas disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Nilai ekonomi lahan berdasarkan jenis komoditas


Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi
Penggunaan Lahan
Lahan(Rp/m²/daur) Lahan(Rp/m²/tahun)
Sengon 7.220–12.705 1.385–2.517
Kopi 1.023–1.680 1.019–1.949
Jagung 441–901 828–1.821
Padi 178–392 355–787

Nilai Ekonomi Sengon


Nilai ekonomi rata-rata lahan sengon dari 10 responden sebesar
Rp1.895/m²/tahun dan Rp9.559/m²/daur. Sistem penjualan di Desa Sedayu,
sengon dijual dengan harga Rp200.000/pohon–Rp250.000/pohon setelah berumur
4–5 tahun dengan rata-rata diameter 15–20 cm dan tinggi 10–15 meter.
Responden menyerahkan penebangan kepada tengkulak yang menjadikan biaya
penebangan sebesar Rp0/pohon. Perbedaan nilai ekonomi lahan dari 10 responden
ini terletak pada biaya operasional dan pembibitan sehingga berpengaruh terhadap
keuntungan responden yang kemudian dikonversi menjadi nilai ekonomi lahan.
Biaya operasional untuk kegiatan pengelolaan dan pembibitan dipengaruhi oleh
luas lahan, upah tenaga kerja, dan jumlah bibit yang ditanam. Seluruh responden
melakukan tebang habis di tahun ke 4–5 dengan pertimbangan harga optimal di
pasar. Kayu dari komoditas sengon sebagian besar digunakan untuk furniture
8

seperti meja, kursi, almari, dll. Nilai ekonomi lahan sengon disajikan pada Tabel
9 dan Lampiran 1.

Tabel 9 Nilai ekonomi lahan sengon


Penggunaan Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi
Responden
Lahan Lahan(Rp/m²/daur) Lahan(Rp/m²/tahun)
1 8.650 1.710
2 10.178 2.016
3 7.220 1.424
4 12.705 2.517
Sengon 5 7.762 1.532
6 10.931 2.166
7 11.365 2.253
8 8.265 1.385
9 9.886 2.155
10 9.064 1.793
Rata-rata 9.559 1.895

Nilai Ekonomi Kopi


Rata-rata nilai ekonomi lahan kopi dari 10 responden adalah
Rp1.408/m²/tahun. Kopi dijual dengan harga Rp18.000/kg dalam bentuk
greenbean atau kopi kering yang sebelumnya telah diolah dahulu melalui proses
pengeringan dan pengupasan kulit luar sehingga mengalami penyusutan berat 4–5
kali dari kopi basah. Kopi yang ditanam di Desa Sedayu seluruhnya merupakan
jenis kopi robusta dengan produktivitas kering 0,8–1 kg/pohon menyesuaikan
umur kopi. Kopi mulai berproduksi pada umur 4 tahun dan memiliki puncak
produktivitas saat berumur 20 tahun. Masyarakat lebih memilih menjual kopi
kering dengan alasan rendahnya harga jual saat kopi masih dalam kondisi
basah/setelah petik. Kopi selanjutnya dijual kepada tengkulak setempat untuk
dipasarkan kembali. Nilai ekonomi lahan kopi disajikan pada Tabel 10 dan
Lampiran 2.
Tabel 10 Nilai ekonomi lahan kopi
Penggunaan
Responden Nilai Ekonomi Lahan(Rp/m²/tahun)
Lahan
1 1.322
2 1.211
3 1.483
4 1.505
Kopi 5 1.519
6 1.949
7 1.052
8 1.019
9 1.306
10 1.646
Rata-rata 1.408
9

Nilai Ekonomi Sengon dan Kopi


Nilai ekonomi rata-rata lahan sengon dan kopi dari 10 responden sebesar
Rp3.306/m²/tahun. Perbedaan daur antara sengon dan kopi menyebabkan masa
panen yang berbeda. Masyarakat lebih memilih sengon dengan alasan manjemen
pengelolaan tidak intensif serta biaya operasional yang tidak terlalu tinggi.
Komoditas kopi dipilih masyarakat karena perawatan yang relatif mudah dengan
harga jual yang stabil. Jarak tanam yang digunakan untuk komoditas sengon
adalah 4x4 meter dengan produktivitas 800 pohon/ha, sedangkan untuk komoditas
kopi adalah 2x3 meter dan menyesuaikan jarak tanam sengon dengan
produktivitas 1500 pohon/ha. Nilai ekonomi lahan sengon dan kopi disajikan pada
Tabel 11 dan Lampiran 3.

Tabel 11 Nilai ekonomi lahan sengon dan kopi


Penggunaan Lahan Responden Nilai Ekonomi Lahan(Rp/m²/tahun)
1 3.120
2 3.227
3 2.907
4 4.022
Sengon dan Kopi 5 3.052
6 4.115
7 3.305
8 2.648
9 3.265
10 3.439
Rata-rata 3.306

Nilai Ekonomi Jagung

Tabel 12 Nilai ekonomi lahan jagung


Penggunaan Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi
Responden
Lahan Lahan(Rp/m²/daur) Lahan(Rp/m²/tahun)
11 828 1.676
12 631 1.282
13 615 1.249
14 901 1.821
Jagung 15 524 1.069
16 874 1.767
17 842 1.704
18 837 1.693
19 631 1.283
20 441 828
Rata-rata 760 1.537

Nilai ekonomi rata-rata lahan jagung dari 10 responden sebesar


Rp760/m²/daur dan Rp1.537/m²/tahun seperti yang disajikan pada Tabel 12 dan
Lampiran 4. Masa tanam jagung adalah 3–4 bulan dan menghasilkan 2 kali panen
dalam setahun. Penggunaan pupuk kandang, urea, phonska, dan ZA yang
mengikuti luas lahan berpengaruh terhadap biaya operasional. Pupuk kandang
10

dengan kotoran ternak berupa sapi dan kambing memiliki porsi penggunaan
paling besar dengan harga Rp15.000–Rp20.000 per karung dengan berat setiap
karung 40–50 kg. Jumlah produksi dipengaruhi oleh luas lahan setiap responden,
yaitu berkisar antara 700 kg–2.550 kg dalam sekali panen.

Nilai Ekonomi Padi


Nilai ekonomi rata-rata lahan padi sebesar Rp261/m²/daur dan
Rp552/m²/tahun. Nilai ekonomi lahan untuk komoditas padi merupakan yang
terkecil jika dibandingkan dengan komoditas lainnya. Faktor tersebut dipengaruhi
oleh biaya operasional yang besar berupa biaya persiapan lahan, pembelian bibit,
obat dan upah tenaga kerja dengan intensifitas berbeda yang mengikuti luas lahan.
Hal tersebut menjadikan keuntungan komoditas padi hanya sebesar
Rp1.776.489/ha–Rp3.992.808/ha dalam sekali panen meskipun harga jual relatif
stabil. Komoditas padi dipilih karena kebutuhan untuk konsumsi masyarakat Desa
Sedayu dimana semua responden mengonsumsi hasil panen padi mereka. Nilai
ekonomi lahan padi ditunjukkan pada Tabel 13 dan Lampiran 5.

Tabel 13 Nilai ekonomi lahan padi


Penggunaan Nilai Ekonomi Nilai Ekonomi
Responden
Lahan Lahan(Rp/m²/daur) Lahan(Rp/m²/tahun)
21 255 510
22 392 787
23 178 355
24 192 397
Padi 25 194 388
26 236 474
27 374 750
28 283 566
29 308 615
30 201 402
Rata-rata 261 552

Pengaruh Aktor dalam Penentuan Pola Penggunaan Lahan


Hasil wawancara terhadap 5 responden dianalisis menggunakan metode
pendekatan Actor Centered Power. Pendekatan analisis Actor Centered Power
(ACP) merupakan pendekatan analisis untuk memahami sumber daya empiris
aktor dalam hubungan sosial politik dan berkontribusi terhadap pengidentifikasian
kelompok aktor kuat secara empiris. Pendekatan Actor Centered Power terdiri
dari tiga elemen kekuasaan yaitu koersi, (dis-)insentif, dan informasi dominan
(Krott et al. 2014). Konsep Actor Centered Power memandang bagaimana aktor
dengan sumber daya yang dimilikinya digunakan untuk memperkuat kekuasaan
(Syahputra 2018). Penilaian aktor menggunakan interval nilai 1–5 dimana
semakin tinggi nilai, maka kekuatan setiap elemen aktor semakin kuat. Aktor yang
memiliki peran dalam penggunaan lahan adalah kepala desa, yang juga
merupakan tokoh masyarakat di Desa Sedayu, penyuluh pertanian, ketua
kelompok tani, tengkulak, dan pemilik lahan.
11

Tabel 14 Pengaruh aktor dalam penggunaan lahan


Nilai
No Aktor (Dis-) Informasi Total
Koersi
Insentif Dominan
1 Kepala desa 2 4 4 10

2 Penyuluh pertanian 1 3 4 8

3 Ketua kelompok tani 1 3 4 8

4 Tengkulak 1 4 3 8

5 Pemilik lahan 1 2 2 5

Hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 14 dimana aktor yang paling


berpengaruh dalam penggunaan lahan di Desa Sedayu adalah Kepala Desa yang
memiliki kuasa atas ketiga nilai yaitu koersi, (dis-)insentif, dan informasi dominan
dengan total nilai 10. Adapun rincian nilai koersi bernilai 2, (dis-)insentif bernilai
4, dan informasi dominan bernilai 4. Kepala desa mempunyai wewenang terkait
regulasi perizinan, subsidi, dan informasi penting desa. Kepala desa menjadi
elemen koersi karena memiliki hak atas peraturan yang terkait dengan penertiban
mengenai pendataan administrasi legalitas lahan garapan. Kepala desa berada
pada posisi yang mempunyai pengaruh dan memiliki kemampuan untuk
memberikan informasi penting desa serta menyampaikan rekomendasi pengadaan
bibit. Kepala desa merupakan tokoh symbolic power, memiliki kharisma, dan
sebagai panutan masyarakat yang mampu melakukan inisiasi dan mobilisasi aksi
kolektif dalam pengelolaan sumber daya (Suharti 2016).
Penyuluh pertanian memiliki total nilai 8 dengan rincian koersi bernilai 1,
(dis-)insentif bernilai 3 dan informasi dominan bernilai 4. Penyuluh pertanian
memiliki peran menyampaikan informasi terverifikasi dari pemerintah setempat
yang akan disampaikan dalam pertemuan rutin dengan kelompok tani serta
melakukan pendampingan dan penyedia data terkait kelompok tani untuk
pemerintah setempat yang digunakan untuk penyaluran subsidi tani yang telah
diketahui oleh kepala desa. Subsidi yang diberikan berupa peralatan penunjang
pertanian, pupuk, obat, dan bibit. Ketua kelompok tani memiliki total nilai 8
dengan rincian koersi bernilai 1, (dis-)insentif bernilai 3, dan informasi dominan
bernilai 4. Ketua kelompok tani melakukan kerja sama serta membantu penyuluh
pertanian dalam melakukan pendampingan, penyampaian informasi terverifikasi,
dan penyedia data terkait kelompok tani.
Tengkulak memiliki total nilai 8 dengan rincian koersi bernilai 1, (dis-)
insentif bernilai 4 dan informasi dominan bernilai 3. Tengkulak berpengaruh
terhadap perekonomian pemilik lahan karena hasil panen dari pemilik lahan akan
dibeli oleh tengkulak dan tengkulak akan memasarkan kembali. Informasi harga
komoditas disampaikan oleh tengkulak kepada pemilik lahan berdasarkan
ketersediaan hasil panen di pasar, sehingga harga komoditas mengacu pada harga
12

pasar. Pemilik lahan memiliki total nilai 5 dengan rincian koersi bernilai 1, (dis-
)insentif bernilai 2 dan informasi dominan bernilai 2. Pemilik lahan memiliki nilai
rendah karena ketergantungannya kepada tengkulak. Ketergantungan tersebut
meliputi penjualan dan informasi harga pasar. Keterbatasan kemampuan dalam
pemasaran dan akses ke pasar induk yang cukup jauh juga membuat pemilik lahan
lebih memilih menjual produknya kepada tengkulak.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Nilai ekonomi lahan tertinggi dalam satu tahun dan satu daur dimiliki oleh
komoditas sengon yang diperoleh nilai ekonomi lahan rata-rata sebesar
Rp1.895/m²/tahun dan Rp9.559/m²/daur. Penggunaan lahan pertanian dengan
komoditas padi memiliki nilai ekonomi paling rendah dengan rata-rata
Rp522/m²/tahun. Aktor dalam penentuan pola penggunaan lahan di Desa Sedayu
saling mempengaruhi dengan kuasa masing-masing. Terdapat 5 aktor dominan
yaitu Kepala Desa Sedayu, penyuluh pertanian, ketua kelompok tani, tengkulak,
dan pemilik lahan. Kepala desa mempunyai pengaruh terbesar dibandingkan aktor
lainya.

Saran
Penggunaan pola agroforestri merupakan langkah yang tepat untuk
mendapatkan nilai ekonomi lahan yang maksimal dengan modal yang tidak terlalu
besar, pemilik lahan dapat menanam lebih dari satu komoditas dalam satu lahan
dengan daur yang berbeda. Sengon menjadi produk jangka panjang yang baik
untuk mendapatkan keuntungan dengan manajemen pengelolaan yang tidak
intensif. Sebaiknya dilakukan peningkatan mutu panen kopi dengan petik
matang/merah untuk meningkatkan nilai jual kopi.

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Tenaga Kerja. Badan Pusat Statistik Nasional
Krott M, Bader A, Schusser C, Devkota R, Maryudi A, Giessen , Aurenhammer
H. 2014. Actor-centred power: The driving force in decentralized
community based forest governance. Forest Policy and Economics 49:
34–42.
Mubyarto. 1985. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): LP3ES.
Nilawati. 2002. Analisis potensi lahan, kelayakan finansial dan nilai ekonomi
lahan (land rent) beberapa pola tanam tanaman holtikultura utama (studi
kasus tanah regosol di Desa Ciputri Kecamatan Pacet Kabupaten Cianjur)
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
13

Nurmalina R, Satianti T, Karyadi A. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor (ID):


Departemen Agribisnis FEM-IPB.
Pambudi A. 2008. Analisis nilai ekonomi lahan (land rent) pada lahan pertanian
dan pemukiman di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rustiadi E, Panuju DR, Trisasongko BH. 2008. Environmental impacts of
urbanization in Jabodetabek Area. Bogor (ID): Joint JIRCAS-ICALRD
Symposium.
Suharti S. 2016. Kemandirian pengelolaan sumber daya mangrove melalui
penguatan modal sosial masyarakat: pembelajaran dari Sinjai Timur
Sulawesi Selatan. [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor.
Suprapto S, Awang SA, Maryudi A, Wardhana W. 2018. Kontestasi aktor dalam
proses Revisi Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRWP) di Indonesia
(studi kasus: revisi RTRW Provinsi Riau). Jurnal Wilayah dan
Lingkungan. 6(3): 193-214.
Syahputra OH. 2018. Kelembagaan pengelolaan hutan mangrove berbasis
masyarakat: kasus KPH Wilayah 3 Provinsi Aceh [disertasi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Tjiptoherijanto P. 2001. Proyeksi penduduk, angkatan kerja, tenaga kerja, dan
peran serikat pekerja dalam peningkatan kesejahteraan. Majalah
Perencanaan Pembangunan. Edisi 23:4
Undang-Undang Republik Indonesia. 1960. Nomor 2 Tahun 1960 Tentang
Perjanjian Bagi Hasil. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.
Undang-Undang Republik Indonesia. 2003. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta (ID): Sekretariat Negara
Worosuprojo, Suratman. 2007. Pengelolaan sumber daya lahan berbasis spasial
dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia [skripsi]. Yogyakarta
(ID): Universitas Gadjah Mada.
14

Lampiran 1 Nilai ekonomi lahan sengon


Nilai ekonomi lahan sengon per tahun
Tahun Jumlah Biaya Jumlah Biaya
Jumlah Pohon Harga/pohon
Penggunaan Lahan Responden Luas Lahan(ha) tebang Investasi Operasional
(N) (Rp)
(Tahun) (Rp) (Rp)
1 0,10 60 5 250.000 20.000 1.270.000
2 0,14 81 5 250.000 27.000 1.302.000
3 0,15 90 4 200.000 30.000 1.434.000
4 0,10 60 5 250.000 20.000 459.000
Sengon 5 0,17 102 4 200.000 34.000 1.441.000
6 0,13 78 5 250.000 26.000 1.058.000
7 0,17 102 5 250.000 34.000 1.236.000
8 0,09 51 5 250.000 20.000 1.145.000
9 0,11 66 5 250.000 20.000 1.125.000
10 0,13 75 5 250.000 25.000 1.484.000
Rata-rata 0,13 77 4,8 240.000 25.600 1.195.400

Total biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Nilai Ekonomi Lahan


Penggunaan Lahan Responden
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp/ha/th) Rp/m²/th)
1 1.290.000 3.000.000 1.710.000 17.100.000 1.710
2 1.329.000 4.050.000 2.721.000 20.155.556 2.016
3 1.464.000 3.600.000 2.136.000 14.240.000 1.424
4 483.000 3.000.000 2.517.000 25.170.000 2.517
Sengon 5 1.475.000 4.080.000 2.605.000 15.323.529 1.532
6 1.084.000 3.900.000 2.816.000 21.661.538 2.166
7 1.270.000 5.100.000 3.830.000 22.529.412 2.253
8 1.165.000 2.550.000 1.385.000 13.850.000 1.385
9 1.145.000 3.300.000 2.155.000 21.550.000 2.155
10 1.509.000 3.750.000 2.241.000 17.928.000 1.793
Rata-rata 1.221.400 3.633.000 2.411.600 18.950.804 1.895
15

Nilai ekonomi lahan sengon per daur


Tahun Jumlah Biaya Jumlah Biaya
Penggunaan Jumlah Pohon Harga/pohon
Responden Luas Lahan(ha) tebang Investasi Operasional
Lahan (N) (Rp)
(Tahun) (Rp) (Rp)
1 0,10 60 5 250.000 100.000 6.350.000
2 0,14 81 5 250.000 135.000 6.510.000
3 0,15 90 4 200.000 120.000 7.170.000
4 0,10 60 5 250.000 100.000 2.295.000
Sengon 5 0,17 102 4 200.000 136.000 7.205.000
6 0,13 78 5 250.000 130.000 5.290.000
7 0,17 102 5 250.000 170.000 6.180.000
8 0,09 51 5 250.000 85.000 5.725.000
9 0,11 66 5 250.000 110.000 5.625.000
10 0,13 75 5 250.000 125.000 7.420.000
Rata-rata 0,13 77 4,8 240.000 122.400 5.977.000

Penggunaan Total biaya Keuntungan Nilai Ekonomi Lahan


Responden Pendapatan(Rp) Keuntungan(Rp)
Lahan (Rp) (Rp/ha/th) Rp/m²/th)
1 6.450.000 15.000.000 8.650.000 86.500.000 8.650
2 6.645.000 20.250.000 13.740.000 101.777.778 10.178
3 7.290.000 18.000.000 10.830.000 72.200.000 7.220
4 2.395.000 15.000.000 12.705.000 127.050.000 12.705
Sengon 5 7.341.000 20.400.000 13.195.000 77.617.647 7.762
6 5.420.000 19.500.000 14.210.000 109.307.692 10.931
7 6.350.000 25.500.000 19.320.000 113.647.059 11.365
8 5.810.000 12.750.000 7.025.000 82.647.059 8.265
9 5.735.000 16.500.000 10.875.000 98.863.636 9.886
10 7.545.000 18.750.000 11.330.000 90.640.000 9.064
Rata-rata 6.099.400 18.165.000 12.188.000 95.592.157 9.559
16

Lampiran 2 Nilai ekonomi lahan kopi

Jumlah
Produktivitas/ Jumlah Biaya
Penggunaan Luas Lahan Usia Harga Jual Biaya
Responden Jumlah Pohon(N) pohon Investasi
lahan (ha) (Tahun) (Rp) Operasional
(Kg) (Rp)
(Rp)
1 0,1 150 17 1 18.000 20.000 1.358.500
2 0,14 200 10 0,8 18.000 27.000 1.217.500
3 0,15 225 10 0,8 18.000 30.000 985.000
4 0,1 150 15 0,8 18.000 20.000 635.000
Kopi 5 0,17 255 10 0,8 18.000 34.000 1.055.000
6 0,13 195 18 1 18.000 26.000 950.000
7 0,17 255 15 0,8 18.000 34.000 1.850.000
8 0,09 120 8 0,8 18.000 17.000 845.000
9 0,11 165 12 0,8 18.000 22.000 917.500
10 0,13 185 18 1 18.000 25.000 1.247.500
Rata-rata 0,13 190 13,3 0,86 18.000 25.500 1.106.100

Penggunaan Total biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Nilai Ekonomi


Responden
lahan (Rp) (Rp) (Rp) (Rp/ha/th) Lahan (Rp/m²/th)
1 1.378.500 2.700.000 1.321.500 13.215.000 1.322
2 1.244.500 2.880.000 1.635.500 12.114.815 1.211
3 1.015.000 3.240.000 2.225.000 14.833.333 1.483
4 655.000 2.160.000 1.505.000 15.050.000 1.505
Kopi 5 1.089.000 3.672.000 2.583.000 15.194.118 1.519
6 976.000 3.510.000 2.534.000 19.492.308 1.949
7 1.884.000 3.672.000 1.788.000 10.517.647 1.052
8 862.000 1.728.000 866.000 10.188.235 1.019
9 939.500 2.376.000 1.436.500 13.059.091 1.306
10 1.272.500 3.330.000 2.057.500 16.460.000 1.646
Rata-rata 1.131.600 2.926.800 1.795.200 14.080.000 1.408
17

Lampiran 3 Nilai ekonomi lahan sengon dan kopi


Jumlah Jumlah Nilai
Penggunaan Luas Biaya Biaya Total biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Ekonomi
Responden
lahan Lahan(ha) Investasi Operasional (Rp) (Rp) (Rp) (Rp/ha/th) Lahan
(Rp) (Rp) (Rp/m²/th)
1 0,10 20.000 2.540.000 2.580.000 5.700.000 3.120.000 31.200.000 3.120
2 0,14 27.000 2.519.500 2.573.500 6.930.000 4.356.500 32.270.370 3.227
3 0,15 30.000 2.419.000 2.479.000 6.840.000 4.361.000 29.073.333 2.907
4 0,10 20.000 1.094.000 1.138.000 5.160.000 4.022.000 40.220.000 4.022
Sengon dan Kopi 5 0,17 34.000 2.496.000 2.564.000 7.752.000 5.188.000 30.517.647 3.052
6 0,13 26.000 2.008.000 2.060.000 7.410.000 5.350.000 41.153.846 4.115
7 0,17 34.000 3.086.000 3.154.000 8.772.000 5.618.000 33.047.059 3.305
8 0,09 17.000 1.990.000 2.027.000 4.278.000 2.251.000 26.482.353 2.648
9 0,11 22.000 2.042.500 2.084.500 5.676.000 3.591.500 32.650.000 3.265
10 0,13 25.000 2.731.500 2.781.500 7.080.000 4.298.500 34.388.000 3.439
Rata-rata 0,13 25.500 2.292.650 2.344.150 6.559.800 4.215.650 33.063.922 3.306
18

Lampiran 4 Nilai ekonomi lahan jagung


Nilai ekonomi lahan jagung per tahun
Jumlah Jumlah Nilai
Luas
Penggunaan Biaya Biaya Total biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Ekonomi
Responden Lahan
Lahan Investasi Operasional (Rp) (Rp) (Rp) (Rp/ha/th) Lahan
(ha)
(Rp) (Rp) (Rp/m²/th)
11 0,51 102.000 6.650.000 6.752.000 15.300.000 8.548.000 16.760.784 1.676
12 0,26 52.000 4.414.000 4.466.000 7.800.000 3.334.000 12.823.077 1.282
13 0,24 48.000 4.634.000 4.682.000 7.680.000 2.998.000 12.491.667 1.249
14 0,37 74.000 4.288.000 4.362.000 11.100.000 6.738.000 18.210.811 1.821
Jagung 15 0,14 28.000 2.676.000 2.704.000 4.200.000 1.496.000 10.685.714 1.069
16 0,27 54.000 3.814.000 3.868.000 8.640.000 4.772.000 17.674.074 1.767
17 0,40 80.000 5.106.000 5.186.000 12.000.000 6.814.000 17.035.000 1.704
18 0,35 70.000 4.503.000 4.573.000 10.500.000 5.927.000 16.934.286 1.693
19 0,21 42.000 3.564.400 3.606.400 6.300.000 2.693.600 12.826.667 1.283
20 0,15 30.000 3.228.000 3.258.000 4.500.000 1.242.000 8.280.000 828
Rata-rata 0,29 58.000 4.287.740 4.345.740 8.802.000 4.456.260 15.366.414 1.537
19

Nilai ekonomi lahan jagung per daur


Jumlah Jumlah Nilai
Luas Total
Penggunaan Biaya Biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Ekonomi
Responden Lahan biaya
Lahan Investasi Operasional (Rp) (Rp) (Rp/ha/daur) Lahan
(ha) (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp/m²/daur)
11 0,51 102.000 3.325.000 3.427.000 7.650.000 4.223.000 8.280.392 828
12 0,26 52.000 2.207.000 2.259.000 3.900.000 1.641.000 6.311.538 631
13 0,24 48.000 2.317.000 2.365.000 3.840.000 1.475.000 6.145.833 615
14 0,37 74.000 2.144.000 2.218.000 5.550.000 3.332.000 9.005.405 901
Jagung 15 0,14 28.000 1.338.000 1.366.000 2.100.000 734.000 5.242.857 524
16 0,27 54.000 1.907.000 1.961.000 4.320.000 2.359.000 8.737.037 874
17 0,40 80.000 2.553.000 2.633.000 6.000.000 3.367.000 8.417.500 842
18 0,35 70.000 2.251.500 2.321.500 5.250.000 2.928.500 8.367.143 837
19 0,21 42.000 1.782.200 1.824.200 3.150.000 1.325.800 6.313.333 631
20 0,15 30.000 1.614.000 1.589.000 2.250.000 661.000 4.406.667 441
Rata-rata 0,29 58.000 2.143.870 2.196.370 4.401.000 2.204.630 7.602.172 760
20

Lampiran 5 Nilai ekonomi lahan padi


Nilai ekonomi lahan padi per tahun
Jumlah Jumlah Nilai
Penggunaan Luas Lahan Biaya Biaya Total biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Ekonomi
Responden
Lahan (ha) Investasi Operasional (Rp) (Rp) (Rp) (Rp/ha/th) Lahan
(Rp) (Rp) (Rp/m²/th)
21 0,25 50.000 10.285.000 10.385.000 11.660.000 1.275.000 5.100.000 510
22 0,53 106.000 20.694.000 20.906.000 25.079.200 4.173.200 7.873.962 787
23 0,30 60.000 13.124.000 13.244.000 14.310.000 1.066.000 3.553.333 355
24 0,42 84.000 16.775.000 16.943.000 18.609.360 1.666.360 3.967.524 397
Padi 25 0,19 38.000 8.250.000 8.326.000 9.063.000 737.000 3.878.947 388
26 0,60 120.000 25.535.000 25.775.000 28.620.000 2.845.000 4.741.667 474
27 0,43 86.000 16.660.000 16.832.000 20.055.200 3.223.200 7.495.814 750
28 0,31 62.000 13.236.000 13.360.000 15.115.600 1.755.600 5.663.226 566
29 0,50 100.000 20.045.000 20.245.000 23.320.000 3.075.000 6.150.000 615
30 0,22 44.000 9.755.000 9.843.000 10.727.200 884.200 4.019.091 402
Rata-rata 0,38 75.000 15.435.900 15.585.900 17.655.956 2.070.056 5.520.149 552
21

Nilai ekonomi lahan padi per daur


Jumlah Jumlah Nilai
Penggunaan Luas Lahan Biaya Biaya Total biaya Pendapatan Keuntungan Keuntungan Ekonomi
Responden
Lahan (ha) Investasi Operasional (Rp) (Rp) (Rp) (Rp/ha/daur) Lahan
(Rp) (Rp) (Rp/m²/daur)
21 0,25 50.000 5.142.500 5.192.500 5.830.000 637.500 2.550.000 255
22 0,53 106.000 10.347.000 10.453.000 12.539.600 2.086.600 3.922.808 392
23 0,30 60.000 6.562.000 6.622.000 7.155.000 533.000 1.776.489 178
24 0,42 84.000 8.387.500 8.471.500 9.304.680 833.180 1.916.314 192
Padi 25 0,19 38.000 4.125.000 4.163.000 4.531.500 368.500 1.938.310 194
26 0,60 120.000 12.767.500 12.887.500 14.310.000 1.422.500 2.361.350 236
27 0,43 86.000 8.330.000 8.416.000 10.027.600 1.611.600 3.738.912 374
28 0,31 62.000 6.618.000 6.680.000 7.557.800 877.800 2.831.613 283
29 0,50 100.000 10.022.500 10.122.500 11.660.000 1.537.500 3.075.000 308
30 0,22 44.000 4.877.500 4.921.500 5.363.600 442.100 2.009.545 201
Rata-rata 0,38 75.000 7.717.950 7.792.950 8.827.978 1.035.028 2.612.034 261
22

Lampiran 6 Kuesioner Penelitian


Nama responden :
Usia responden :
Pendidikan terakhir :
Status : Pemilik lahan/Penggarap lahan
Sumber lahan : Beli/Sewa/Warisan

a. Penggunaan Lahan
- Pola tanam : .....................
Parameter Jenis tanaman
............... ............... ...............
Luas tanam (ha)
Produktivitas (kg/ha)
Daur tanaman (bulan)
Jumlah yang dijual (%)
Jumlah yang dikonsumsi (%)
Harga jual satuan (Rp)

b. Pembibitan
Parameter Jenis tanaman
................ ................ ................
Sumber bibit
Komoditas
Jumlah (kg)
Harga satuan (Rp/Kg)
Harga Total (Rp)
Mati (%)

c. Penggunaan Pupuk
Jenis Pupuk Kebutuhan pupuk tiap tanaman Harga Luas Harga
(kg/ha) (Rp/Kg) (Ha) (Rp)
............... .............. ...............
1. Urea
2. TSP
3. KCL
4. ZA
5. Kandang
23

6. Kapur
7. .....
d. Pengendalian Hama, Penyakit, dan Gulma
- Apakah anda melakukan pengendalian hama? 1 = ya, 2 = tidak
- Bila ya, berapa kali untuk setiap tanaman? 1 = satu kali, 2 = dua kali, 3 = tiga
kali, 4 = tidak tentu
Jenis Jenis tanaman Harga/Kg Luas Harga
................ ............... .............. (Rp/Kg) (Ha) (Rp)
Pestisida
1.
2.
3.
Herbisida
1.
2.
3.

e. Input Tenaga Kerja


Kegiatan Jenis tanaman
.............. .............. .............
Jumlah TK Jumlah TK Jumlah TK
Pria Wanita Pria Wanita Pria Wanita
Pengolahan/
pembibitan
Penanaman
Pemupukan
Penyiraman
PHT
Penyiangan
Panen
Total
Upah (Rp/hari) :
HOK Pria :
HOK Wanita :
HOK Anak-anak :

f. Biaya pajak lahan/bagi hasil : Rp......................./tahun


g. Cara memperoleh sarana produksi
................................................
................................................
24

Lampiran 7 Dokumentasi

Gambar 1 Lahan jagung Desa Sedayu Gambar 2 Agroforestri sengon dan kopi

Gambar 3 Wawancara dengan petani Gambar 4 Wawancara dengan tengkulak

Gambar 5 Lahan Padi di Desa Sedayu Gambar 6 hasil panen kopi


25

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kabupaten Wonosobo, pada tanggal 13
Januari 1997 yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Muhlikun dan Ibu Rina Suryaningsih. Penulis
menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri 1 Wonosobo pada tahun
2009, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 2 Wonosobo pada
tahun 2012 , dan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Wonosobo
tahun 2015. Selama menempuh pendidikan SD hingga SMA, penulis aktif
di beberapa organisasi diantaranya menjadi ketua OSIS pada tahun 2011–
2012 dan dewan pengurus pramuka pada tahun 2011–2014. Penulis
diterima di Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2015. Selama menempuh pendidikan di
IPB, penulis aktif di beberapa organisasi kemahasiswaan seperti Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM), kepanitiaan kegiatan kampus, organisasi
mahasiswa daerah, kegiatan komunitas luar kampus seperti komunitas
Trash Hero Bogor dan Wonosobo Muda, menjadi pelatih Muay Thai dan
aktif berwirausaha.

Anda mungkin juga menyukai