Anda di halaman 1dari 85

ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN WILLINGNESS TO PAY

PENGUNJUNG WISATA GOA PINDUL GUNUNGKIDUL

DESY SAFITRI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Estimasi Nilai Ekonomi
dan Willingness to Pay Pengunjung Wisata Goa Pindul Gunungkidul adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2019

Desy Safitri
NIM H44140096
ABSTRAK
DESY SAFITRI. Estimasi Nilai Ekonomi dan Willingness to Pay Pengunjung Wisata
Goa Pindul Gunungkidul. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA.

Wisata alam Goa Pindul merupakan salah satu tujuan wisata di Kabupaten
Gunungkidul yang memiliki daya tarik serta nilai ekonomi sebagai penghasil jasa
wisata berbasis alam. Daya tarik ini membuat jumlah kunjungan wisata tinggi,
terutama saat peak season. Tingginya jumlah kunjungan dikhawatirkan dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan di sekitar Goa Pindul yang dapat mengancam
keberlanjutan kegiatan wisata tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
menganalisis persepsi wisatawan terhadap kondisi wisata Goa Pindul, mengestimasi
nilai ekonomi jasa wisata, serta menghitung besaran tarif masuk sesuai Willingness
to Pay (WTP) pengunjung untuk mengontrol jumlah kunjungan Goa Pindul.
Mayoritas responden menyatakan bahwa kondisi alam, fasilitas serta aksesibilitas
Goa Pindul dalam kondisi baik untuk aktivitas wisata, meski toilet dan tempat parkir
masih dinilai buruk. Total biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung merupakan
faktor yang secara signifikan memengaruhi permintaan wisata alam Goa Pindul.
Berdasarkan hasil estimasi dengan metode Individual Travel Cost Method (ITCM),
diketahui nilai ekonomi wisata Goa Pindul yang cukup besar, yang akan hilang jika
fungsi jasa wisata tidak berkelanjutan. Agar jasa wisata berkelanjutan, maka perlu
diatur jumlah kunjungan terutama saat peak season sehingga dapat meminimalkan
terjadinya kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pengunjung. Penelitian ini
menggunakan metode pengaturan tarif masuk wisata untuk mengatur jumlah
kunjungan. Penentuan tarif masuk wisata yang sesuai, ditetapkan berdasarkan
besarnya WTP pengunjung. Tarif masuk wisata sesuai WTP pengunjung ini dapat
dijadikan alternatif solusi untuk mengontrol jumlah pengunjung jika terjadi over
carrying capacity.

Kata kunci: Contingent Valuation Method, Goa Pindul, Individual Travel Cost
Method, nilai ekonomi wisata, Willingness to Pay
ABSTRACT

DESY SAFITRI. Economic Value Estimation and Willingness to Pay of Goa Pindul
Gunungkidul Natural Tourism. Supervised by METI EKAYANI and NUVA.

Goa Pindul natural tourism is one of tourism destinations in Gunungkidul


Regency which possess several attraction and ecological value as a nature-based
tourism services provider. The attractions escalates number of visitors who visits the
location, especially during peak season. The high number of visits is feared to cause
damage to the environment around Goa Pindul which can threaten the sustainability
of tourism activities itself. Therefore, this study aims to analyze visitors’ perceptions
for Goa Pindul tourism conditions, to estimate economic value of tourism services,
and to calculate the amount of visiting tariff according to visitors’ Willingness to Pay
(WTP) to control the number of visits. The majority of respondents stated that the
natural conditions, facilities and accessibility of Goa Pindul were in good condition
for tourism activities, even though toilets and parking lots were still considered bad.
Factor that significantly affect Goa Pindul tourism demand is travel costs paid by
visitors. Based on the estimation with the Individual Travel Cost Method (ITCM), it
is known that the economic value of Goa Pindul tourism is quite large, which will be
lost if the function of tourism services is not sustainable. To achieve sustainable
tourism services, it is necessary to regulate the number of visits, especially during
peak season so the occurence of environmental damage can be minimized. This
research uses tariff adjustment method to control tourist visit. Appropriate tariff
adjustment considered based on tourist’s willingness to pay. The visitor's WTP
average can be used as an alternative solution to control the overcarried capacity of
the visitors to destination area.

Keywords: Contingent Valuation Method, Goa Pindul, Individual Travel Cost


Method, the economic value of tourism, Willingness to Pay
ESTIMASI NILAI EKONOMI DAN WILLINGNESS TO PAY
PENGUNJUNG WISATA GOA PINDUL GUNUNGKIDUL

DESY SAFITRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini
ialah ekonomi wisata, dengan judul Estimasi Nilai Ekonomi dan Willingness to Pay
Pengunjung Goa Pindul Gunungkidul.
Penulis menyampaiakan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orangtua Bapak Subandi dan Ibu Suwarsiti yang selalu memberikan
doa serta motivasi yang membangun,
2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc.F.Trop dan Ibu Nuva, S.P, M.Sc sebagai
dosen pembimbing yang telah mencurahkan waktu, pikiran dan
mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan baik,
3. Rekan-rekan satu angkatan dalam program studi Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan 51 yang telah melengkapi kehidupan kampus penulis,
4. Sahabat-sahabat penulis Citta Ariestistya Hanifa, Vina Yolanda, Sissy
Nagita, Desviyana Pratiwi, rekan sebimbingan serta rekan-rekan penghuni
Wisma Shinta yang selalu memberi dan menerima kekurangan penulis,
mendorong penulis dalam keadaan apapun,
5. Beasiswa Yayasan Karya Salemba Empat yang telah memberikan bantuan
finansial serta pelatihan nasional sehingga penulis dapat mengembangkan
diri dengan lebih baik,
6. Organisasi Young On Top (YOT) Bogor, Dewan Perwakilan Mahasiswa
FEM Dewan Pilar Peradaban, Pengurus Yayasan KSE, Organisasi
Mahasiswa Daerah Surakarta, Jamaah Wardimin atas pelajaran berharga
selama penulis menjalani kehidupan kampus,
7. Iqbal Abiyoga yang telah banyak membantu penulis dalam penelitian ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari pembaca. Semoga skripsi
ini dapat memberikan informasi yang lebih banyak bagi pembaca.
Bogor, Januari 2019
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ vii
PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1
Latar Belakang ...................................................................................................... 1
Rumusan Masalah ................................................................................................. 3
Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4
Ruang Lingkup Penelitian .................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................ 7
Pariwisata .............................................................................................................. 7
Permintaan Wisata ................................................................................................ 8
Wisatawan............................................................................................................. 9
Wisata Alam ......................................................................................................... 9
Wisata yang Berkelanjutan ................................................................................. 11
Nilai Ekonomi SDAL ......................................................................................... 11
Willingness to Pay .............................................................................................. 12
Penelitian Terdahulu ........................................................................................... 13
KERANGKA PENELITIAN .................................................................................. 19
METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 21
Lokasi dan Waktu Penelitian .............................................................................. 21
Jenis dan Sumber Data........................................................................................ 21
Metode Penentuan Sampel ................................................................................. 21
Metode Analisis Data ......................................................................................... 22

GAMBARAN UMUM ............................................................................................ 33


Keadaan Umum Wilayah .................................................................................... 33
Gambaran Umum Wisata ................................................................................... 35
Karakteristik Responden Wisatawan Goa Pindul ............................................... 37
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 42
Persepsi Responden Terhadap Wisata Alam Goa Pindul ................................... 43
Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Wisata
Alam Goa Pindul ................................................................................................ 44
Estimasi Tarif Masuk Sesuai WTP Pengunjung Goa Pindul.............................. 49
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 53
Kesimpulan ......................................................................................................... 53
Saran ................................................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 55
LAMPIRAN ............................................................................................................ 59
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................. 71
DAFTAR TABEL
No. Halaman
1. Jumlah kunjungan objek wisata Kabupaten Gunungkidul ................................. 2 
2. Penelitian terdahulu .......................................................................................... 15 
3. Rincian pembagian responden .......................................................................... 23 
4. Metode analisis data.......................................................................................... 24 
5. Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan
lingkungan wisata Goa Pindul .......................................................................... 25 
6. Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan
aksesibilitas wisata Goa Pindul......................................................................... 26 
7. Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola dari tarif masuk ......... 33 
8. Karakteristik sosial ekonomi responden pengunjung Goa Pindul .................... 40 
9. Karakteristik kunjungan wisata alam Goa Pindul............................................. 42 
10. Persepsi terhadap kondisi alam dan lingkungan Goa Pindul tahun 2018 ......... 45 
11. Hasil analisis regresi fungsi permintaan wisata alam Goa Pindul .................... 47 
12. Estimasi nilai ekonomi wisata alam Goa Pindul .............................................. 51 
13. Kesediaan pengunjung meningkatkan tarif masuk objek wisata Goa
Pindul tahun 2018 ............................................................................................. 52 
14. Distribusi nilai WTP pengunjung terhadap harga tiket Goa Pindul ................. 53 
15. Estimasi penerimaan pengelola dengan penetapan tarif masuk sesuai
WTP pengunjung wisata Goa Pindul ................................................................ 54 

DAFTAR GAMBAR
No. Halaman
1. Alur kerangka penelitian................................................................................... 22
2. Lokasi Goa Pindul ............................................................................................ 35
3. Sarana wisata Goa Pindul ................................................................................. 38
4. Bagian dalam Goa Pindul ................................................................................. 39 

DAFTAR LAMPIRAN
No. Halaman
1. Data sosial ekonomi responden pengunjung wisata Goa Pindul 2018 ............. 65 
2. Karakteristik kunjungan wisata Goa Pindul 2018 ............................................ 68 
3. Output analisis regresi fungsi permintaan wisata alam Goa Pindul ................. 71 
4. Uji Normalitas : Uji One-Sampel Kolmogorov- Smirnov ................................. 72 
5. Uji Autokorelasi ................................................................................................ 72 
6. Uji Glejser......................................................................................................... 73 
7. Hasil analisis regresi jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan ................... 73 
8. Estimasi penerimaan pengelola dengan tarif masuk wisata sesuai bid
pada WTP ......................................................................................................... 74 
49

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya sumber daya alam (SDA),
budaya, sejarah dan adat istiadat. Kekayaan tersebut menjadikan berbagai daerah
di Indonesia memiliki daya tarik untuk dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan
nusantara maupun mancanegara. Daya tarik wisata ini mendorong pemerintah
untuk membangun industri pada sektor pariwisata. Sektor pariwisata Indonesia
memiliki peran bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Sektor ini sangat diharapkan
oleh banyak negara berkembang, termasuk Indonesia sebagai sumber invisible
export (ekspor yang tidak tampak) untuk menambah devisa negara (Nurhidayati
dan Fandeli, 2012).
Kekayaan alam dan budaya berperan penting dalam pembangunan atraksi
dan daya tarik wisata alam di Indonesia (Butarbutar dan Soemarno, 2013). Namun,
sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) yang memiliki nilai sebagai penghasil
jasa wisata sering dianggap sebagai jasa lingkungan tak bernilai (undervalue)
(Wanti et al, 2014). Nilai ekonomi wisata kadang tidak dapat diukur secara nyata
dalam bentuk nominal dan tidak terbentuk dalam mekanisme pasar (Kemenpar,
2017; Fauzi 2014). Nilai ekonomi dari suatu objek wisata tidak dapat dinilai dari
perolehan penjualan tiket semata, namun juga harus mempertimbangkan “harga”
dari jasa lingkungan sebenarnya (Wanti et al, 2014; Fauzi, 2014).
Pengelola wisata alam yang kurang memahami adanya nilai ekonomi
lingkungan sebagai penghasil jasa wisata seringkali mengeksploitasi lingkungan
akibat adanya permintaan wisata yang tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat
mengancam keberlangsungan kegiatan wisata alam yang memanfaatkan
lingkungan. Melihat hal tersebut, pelestarian terhadap SDAL diperlukan agar
wisata alam dapat dirasakan manfaatnya hingga kemudian hari. Hal ini sejalan
dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut menyatakan perlunya
upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pecemaran atau kerusakan yang
meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan
dan penegakan hukum.
2
2

Kabupaten Gunungkidul merupakan salah satu kabupaten yang turut serta


mendukung undang-undang tersebut. Hal ini dibuktikan dengan adanya Peraturan
Daerah Nomor 3 Tahun 2014 tentang Rencana Induk Pembangunan
Kepariwisataan Daerah (RIPPARDA) Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014-2045
(Dispar, 2017). Peraturan daerah tersebut menjelaskan enam Kawasan Strategis
Pariwisata (KSP) sebagai strategi pengembangan daya tarik wisata. Salah satu
prinsip pengembangannya adalah upaya konservasi untuk menjaga kelestarian
dan keberlanjutan sumber daya pariwisata.
Beberapa daya tarik wisata alam di Kabupaten Gunungkidul masuk ke
dalam cakupan situs geopark Gunung Sewu, sehingga menambah nilai tawar dari
objek-objek wisata tersebut (Gunung Sewu Goepark, 2016). Lebih lanjut, situs
Gunung Sewu Geopark (2016) menjelaskan bahwa geopark merupakan kawasan
geografis dimana memiliki situs-situs warisan geologis menjadi bagian dari
perlindungan, pendidikan dan pembangunan berkelanjutan. Pembangunan
berkelanjutan ini memiliki konsep manajemen pembangunan kawasan yang
memadukan tiga keragaman alam yaitu geodiversity, biodiversity dan cultural
diversity. Data jumlah kunjungan wisata alam yang terletak di Kabupaten
Gunungkidul dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah kunjungan objek wisata Kabupaten Gunungkidul
No DTW 2012 2013 2014 2015
1 Desa Wisata Pindul 415.885 759.142 1.183.983 484.374
2 Pantai Ngrenehan 34.986 41.268 161.917 110.945
3 Pantai Wedi Ombo 35.150 44.715 143.122 147.725
4 Goa Cerme 1.800 3.000 16.308 4.096
5 Pantai Sadeng 24.342 23.116 104.200 24.080
6 Pantai Siung 34.183 52.487 159.963 189.160
Sumber: Dispar DIY 2016
Tabel 1 menunjukkan bahwa Desa Wisata Pindul memiliki jumlah
kunjungan tertinggi di antara objek wisata lain. Desa wisata ini dibagi menjadi
beberapa destinasi wisata. Salah satunya adalah Goa Pindul yang masuk kedalam
situs Gunung Sewu Geopark. Permintaan wisata ke Goa Pindul dapat digunakan
untuk menghitung nilai ekonomi wisata melalui proksi besaran biaya yang
dikeluarkan wisatawan selama berwisata. Nilai ekonomi wisata ini dikhawatirkan
akan hilang apabila kondisi alam dan lingkungan di sekitar lokasi wisata
mengalami kerusakan. Upaya penanggulan kerusakan lingkungan dapat dilakukan
3

dengan menetapkan tarif tiket masuk yang telah mempertimbangkan harga dari
jasa lingkungan wisata alam Goa Pindul. Penetapan harga ditentukan berdasarkan
kemauan membayar (willingness to pay) dari pengunjung. Oleh sebab itu,
penelitian mengenai nilai ekonomi dan willingness to pay pengunjung wisata alam
Goa Pindul penting untuk dilakukan.
Rumusan Masalah
Goa Pindul merupakan salah satu destinasi wisata yang terletak di Desa
Wisata Bejiharjo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Goa
Pindul ditetapkan oleh UNESCO sebagai bagian dari Global Geoparks Networks
pada September 2015 sehingga harus dilindungi kelestariannya (Gunung Sewu
Geopark, 2016). Kegiatan wisata di Goa Pindul merupakan kegiatan wisata massal
(mass tourism). Permasalahan dari mass tourism adalah adanya ancaman terhadap
lingkungan karena pemanfaatan lingkungan melebihi kapasitas daya dukung
kawasan (Vanhove, 2005).
Berdasarkan data rekpitulasi tiket wisata dalam Desa Bejiharjo 2018, rata-
rata jumlah kunjungan ke Goa Pindul dari tahun 2015-2017 mencapai 154.238
kunjungan per tahun (Desa Bejiharjo, 2018). Menurut Sabar (2016), jumlah
kunjungan Goa Pindul pada tahun 2015 telah over carrying capacity terutama saat
peak season. Terjadinya over carrying capacity dapat merusak kelestarian
lingkungan yang membahayakan keamanan dan mengurangi kenyamanan
wisatawan sehingga diperlukan upaya pencegahan terhadap kelebihan daya
dukung lingkungan (Desy, 2017; Lucyanti et al, 2013; Sasmita et al, 2014). Hal
ini tentu menjadi ancaman tersendiri bagi keberlanjutan wisata alam Goa Pindul
karena pemanfaatan yang melebihi daya dukung fisiknya. Apabila kegiatan wisata
tidak berlanjut, maka nilai ekonomi Goa Pindul sebagai penghasil jasa wisata akan
hilang.
Salah satu aspek dalam kegiatan wisata adalah adanya wisatawan yang
mengunjungi lokasi wisata. Karakteristik wisatawan yang berbeda-beda secara
tidak langsung memengaruhi permintaan wisatawan terhadap objek wisata.
Persepsi wisatawan mengenai kondisi alam wisata Goa Pindul dapat digunakan
sebagai masukan bagi pengelola dalam melakukan pengelolaan di Goa Pindul.
Selain itu, persepsi wisatawan mengenai kondisi alam dan lingkungan Goa Pindul
4
4

perlu diketahui untuk mencari apakah variabel kondisi alam dan lingkungan
berpengaruh terhadap permintaan wisata Goa Pindul.
Wisata alam Goa Pindul mampu menarik wisatawan untuk mengunjunginya,
sehingga diperlukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan wisata Goa Pindul. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
wisatawan dalam satu kali kunjungan digunakan sebagai proksi untuk
mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata. Nilai ekonomi wisata tersebut
menunjukkan besarnya nilai yang dihasilkan Goa Pindul sebagai penghasil jasa
wisata. Nilai ini akan hilang apabila kegiatan wisata alam Goa Pindul tidak
berkelanjutan. Namun, nilai ekonomi Goa Pindul sebagai penghasil jasa wisata
hingga saat ini belum dihitung secara pasti, sehingga hal ini penting untuk
dilakukan agar tidak terjadi undervalue terhadap SDAL yang ada di Goa Pindul.
Permasalahan mengenai jumlah kunjungan wisata alam Goa Pindul yang
sudah mengalami over carrying capacity akan menimbulkan ancaman kerusakan
lingkungan dalam waktu panjang. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya untuk
mengantisipasi hal tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
melakukan kontrol terhadap jumlah kunjungan. Kontrol jumlah kunjungan dapat
dilakukan dengan meningkatkan besaran tarif masuk wisata Goa Pindul.
Penetapan besaran tarif masuk disesuaikan dengan kemauan membayar
pengunjung atau biasa disebut willingness to pay (WTP), sehingga perlu diketahui
besaran WTP pengunjung wisata alam Goa Pindul.
Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa aspek
kajian sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi pengunjung terhadap wisata alam Goa Pindul?
2. Berapa estimasi nilai ekonomi dan faktor-faktor yang memengaruhi
permintaan wisata alam Goa Pindul Gunungkidul?
3. Berapa tarif masuk sesuai WTP pengunjung wisata alam Goa Pindul?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah, tujuan utama dari
penelitian ini adalah mengkaji pengembangan wisata alam Goa Pindul yang
berkelanjutan serta dapat menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini dapat dilihat dari penjabaran berikut:
5

1. Mengidentifikasi persepsi pengunjung terhadap wisata alam Goa Pindul,


2. Mengestimasi besarnya nilai ekonomi dan faktor-faktor yang
memengaruhi permintaan wisata alam Goa Pindul,
3. Mengestimasi besarnya tarif masuk berdasarkan WTP pengunjung wisata
alam Goa Pindul.

Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Wilayah penelitian
dibatasi pada kawasan wisata Goa Pindul yang terletak di Desa Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul; (2) Responden dari penelitian
ini adalah wisatawan nusantara maupun mancanegara; (3) Kelebihan pemanfaatan
lingkungan terhadap daya dukung lingkungan Goa Pindul mengacu pada
penelitian sebelumnya; (4) Terjadinya over carrying capacity yang dapat merusak
SDA dalam jangka panjang merupakan dasar perlunya dikaji tarif masuk sesuai
WTP pengunjung. Tarif masuk ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif
untuk mengontrol jumlah kunjungan Goa Pindul.
6
6
7

TINJAUAN PUSTAKA
Pariwisata
Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu
kata “pari” yang berarti seluruh, semua, berkeliling dan kata “wisata” yang berarti
perjalanan. Kata tersebut apabila dirangkai akan melahirkan makna berkeliling
untuk melakukan perjalanan (Utama, 2017). Sedangkan menurut Undang-undang
Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengertian pariwisata adalah
berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan
yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Leiper (1981) dalam Yoeti (2008) menyatakan bahwa pariwisata adalah
suatu sistem terbuka dari unsur-unsur yang saling berinteraksi dalam suatu
lingkungan yang luas, mulai dari unsur manusia seperti wisatawan hingga unsur
geografis meliputi negara asal wisatawan, negara yang dijadikan tempat transit,
dan daerah tujuan wisata serta unsur ekonomi, yaitu perusahaan-perusahaan
kelompok industri pariwisata. Pariwisata sendiri identik dengan usaha pariwisata
yang mengandung pengertian kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa
pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, sarana prasarana
pariwisata, dan usaha lain yang memiliki keterkaitan dengan bidang tersebut
(Yoeti, 2008). Dalam perjalanan wisata, pengunjung akan terfokus untuk mencari
kepuasan sebanyak-banyaknya dengan cara melihat, menyaksikan maupun
melakukan sesuatu yang dapat mendatangkan kegembiraan (Yoeti, 2008).
Tidak dapat dipungkiri bahwa pariwisata telah menimbulkan dampak positif
dan dampak negatif. Dampak positif pariwisata antara lain; pertukaran valuta
asing, pendapatan pemerintah, penyerapan tenaga kerja, pembangunan
infrastruktur serta peningkatan perekonomian masyarakat (Utama, 2017). Lebih
lanjut Utama (2017) menyebutkan beberapa dampak negatif pariwisata yaitu;
terjadinya kebocoran atau leakage, kecolongan, beban biaya pembangunan
infrastruktur, terjadinya inflasi, kerusakan lingkungan dan sumberdaya hayati
baik di laut, hutan atau Taman Nasional yang menyebabkan Indonesia kehilangan
daya tariknya untuk jangka panjang.
8
8

Permintaan Wisata
Permintaan wisata adalah banyaknya kesempatan berwisata yang
diinginkan oleh masyarakat atau gambaran keseluruhan partisipasi masyarakat
dalam kegiatan rekreasi secara umum yang dapat diharapkan bila fasilitas-fasilitas
yang tersedia cukup memadai dan dapat memenuhi keinginan masyarakat
(Douglas, 1970). Pada dasarnya, permintaan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi
ekonomi dan sisi sosial psikologis. Sisi ekonomi menyangkut gejala-gejala
permintaan dalam hubungannya dengan keseluruhan faktor-faktor ekonomi,
sedangkan sisi sosial psikologis meninjau persoalan dari sisi manusia sebagai
konsumen dalam menentukan pilihannya untuk membeli barang atau jasa yang
dibutuhkannya (Utama, 2017).
Menurut Medlik (1980) dalam Utama (2017), faktor-faktor utama dan faktor
pendukung yang dapat mendorong permintaan wisata yaitu;
1. Harga: harga atau biaya yang tinggi pada suatu destinasi wisata akan
berpengaruh terhadap wisatawan yang berpergian, sehingga permintaan
wisata pun akan berkurang begitu pula sebaliknya,
2. Pendapatan: apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecenderungan
untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan
semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha
pada daerah tujuan wisata (DTW) jika dianggap menguntungkan,
3. Intensitas keluarga: banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan
dalam permintaan wisata.
Menurut Middleton dan Clarke (2001) dalam Vanhove (2005), terdapat
sembilan faktor yang memengaruhi permintaan wisata yaitu, 1) faktor ekonomi
(harga, pendapatan, dan waktu), 2) faktor persaingan harga, 3) faktor demografi,
4) faktor geografi (iklim, klimat, urbanisasi), 5) faktor sosial budaya, 6) mobilitas,
7) faktor media komunikasi (publiksi, promosi), 8) faktor teknologi komunikasi,
dan 9) peraturan pemerintah. Sedangkan Yoeti (2008), menyatakan bahwa faktor-
faktor yang akan menentukan permintaan khusus terhadap DTW yang akan
dikunjungi antara lain, harga (price), daya tarik wisata, fasilitas yang tersedia,
pelayanan (services), kemudahan-kemudahan untuk berkunjung (accesibilities),
informasi, dan gambar yang menunjukkan citra dari lokasi wisata yang dituju.
9

Wisatawan
Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan untuk berlibur, berobat,
berbisnis, berolahraga serta menuntut ilmu dan mengunjungi tempat-tempat yang
indah di suatu negara (Suryadana, 2015). Spillane JJ (1993) mendefinisikan
wisatawan sebagai orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk
berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanannya itu. Undang-Undang
No 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menyebutkan bahwa wisatawan
adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Wisatawan tersebut berlaku
sebagai konsumen yang melakukan permintaan terhadap daya tarik wisata.
Menurut batasan yang diberikan OECD dalam Yoeti (2010), orang asing
yang bekerja atau belajar pada suatu negara dan mereka yang melakukan
perjalanan tanpa berhenti atau singgah pada suatu negara tidak dapat dianggap
sebagai wisatawan. Namun, mereka yang melakukan usaha (business), para
diplomatik dapat dikategorikan sebagai wisatawan.
Yoeti (2010) membagi wisatawan atas tiga bagian yaitu:
1. Wisatawan mancanegara (wisman), yaitu wisatawan asing yang
berkunjung pada suatu negara (In-Bound-Tourist).
2. Wisatawan nasional (wisnas), wisatawan yang tidak lain adalah warga
negara sendiri yang melakukan perjalanan wisata ke luar negeri (Out-
Bound-Tourist).
3. Wisatawan nusantara (wisnus), yaitu wisatawan dalam negeri (domestic
tourist) yang melakukan perjalanan wisata di dalam negeri. Wisnus dari
sisi ekonomi dibagi atas dua yaitu; pertama, Domestic In-Bound Tourist,
yakni wisnus yang datang berkunjung ke suatu propinsi lain yang bukan
propinsi dimana biasanya ia tinggal atau menetap. Kedua, Domestic Out-
Bound Tourist, yaitu wisnus yang melakukan perjalanan wisata ke propinsi
lain yang bukan propinsi dimana biasanya ia tinggal atau menetap.

Wisata Alam
Menurut Suwantoro (1997), wisata alam merupakan bentuk kegiatan wisata
yang memanfaatkan potensi sumber daya alam serta tata lingkungan yang ada.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 Pasal 1 tentang
Pengusahaan Pariwisata Alam di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman
10
10

Hutan Raya dan Taman Wisata Alam, menyatakan bahwa wisata alam adalah
kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara
sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati keunikan dan keindahan alam
di taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Sumber daya alam
yang dimaksudkan adalah sumber daya alam yang berpotensi serta mempunyai
daya tarik bagi wisatawan. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki
keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam,
budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan
wisatawan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan)
Goa Pindul merupakan salah satu wisata alam dengan komponen penawaran
(supply) dalam industri pariwisata yang bersumber dari alam (natural resources).
Berdasarkan pengelompokkan daya tarik bagi wisatawan yang datang pada suatu
tempat wisata, Goa Pindul termasuk kedalam kelompok natural attraction.
Natural attraction merupakan daya tarik wisata yang bersifat alamiah yang mana
atraksi wisata ini disediakan sudah oleh alam (Yoeti, 2008).
Goa Pindul juga termasuk kedalam wisata mass tourism. Permasalahan dari
mass tourism adalah adanya ancaman terhadap lingkungan karena pemanfaatan
yang melebihi daya dukung lingkungan (Vanhove, 2005). Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI, 2018) memberikan pengertian terhadap daya dukung sebagai
jumlah maksimum populasi yang mendukung kelangsungan kehidupan di alam.
Organisasi Wisata Dunia atau World Tourism Organisation (WTO) memberi
pengertian daya dukung wisata sebagai jumlah maksimum orang yang boleh
mengunjungi tempat satu wisata pada saat bersamaan tanpa menyebabkan
kerusakan lingkungan fisik, ekonomi, sosial budaya dan penurunan kualitas yang
merugikan bagi kepuasan wisatawan (Livina, 2009 dalam Siswantoro et al, 2012).
Kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan yang melebihi daya dukung
lingkungan akan berbahaya bagi pengunjung serta mengancam keberlanjutan
kegiatan wisata. Apabila kegiatan wisata tidak berlanjut, maka nilai ekonomi
suatu kawasan wisata alam sebagai penghasil jasa wisata akan hilang.
11

Wisata yang Berkelanjutan


Wisata merupakan industri wisata yang keberlangsungannya ditentukan
oleh kondisi lingkungan. Berdasarkan data UNWTO pada tahun 2005
menunjukkan adanya tren positif pertumbuhan pariwisata global dari tahun 1950
sampai dengan tahun 2020 (Utama, 2017). Munculnya isu pengelolaan pariwisata
berkelanjutan adalah sebagai hal yang dinamis dalam perencanaan dan
pembangunan sebuah destinasi pariwisata.
Melanjutkan konsep pembangunan berkelanjutan, terdapat hubungan antara
ekonomi dan lingkungan yang sangat erat (Utama, 2017). Wisata yang
berkelanjutan (sustainable tourism) adalah salah satu kegiatan wisata yang
mengusahakan agar kegiatan tersebut seminimal mungkin tidak memberikan
dampak yang negatif bagi lingkungan dan budaya lokal (Hall, 2000). Selain itu,
dapat membantu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar dan dapat
menjaga kelestarian ekosistem. Wisatawan juga dituntut untuk bisa menjaga
lingkungan dan kebudayaan lokal. Wisata yang berkelanjutan mengarah kepada
periode jangka panjang dengan adanya potensi wisata alam yang lestari bagi
aktivitas manusia (Utama, 2017).

Nilai Ekonomi SDAL


Pengertian nilai yang menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh
SDAL dapat berbeda apabila dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Secara umum,
nilai ekonomi diartikan sebagai korbanan maksimum barang atau jasa seseorang
untuk mendapatkan barang atau jasa lainnya (Fauzi, 2010). Meskipun berbagai
tipe nilai lainnya penting, nilai ekonomi berguna sebagai pertimbangan ketika
membuat pilihan-pilihan ekonomi yang melibatkan pengorbanan dalam
mengalokasikan suatu sumber daya. Nilai ekonomi didasarkan pada apa yang
diinginkan manusia (King dan Mazotta, 2000).
SDAL memberikan layanan berupa barang dan jasa yang bernilai bagi
kehidupan manusia (Fauzi, 2014). Lebih lanjut Fauzi (2014) menjelaskan bahwa
sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat dikonsumsi
secara langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasa-jasa
lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya
manfaat amenity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut
12
12

sering kita sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak
terkuantifikasikan dalam perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya.
Nilai tersebut tidak saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya
melainkan juga nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut
(Fauzi, 2014).
Lipton et al (1995) menyatakan bahwa pengukuran nilai ekonomi
didasarkan pada preferensi individu. Individu mengekspresikan preferensi mereka
melalui pilihan dan pengorbanan yang mereka lakukan saat menghadapi
keterbatasan. Nilai ekonomi adalah ukuran jumlah maksimal barang dan jasa yang
dikorbankan oleh individu untuk mendapatkan barang, jasa, atau suatu keadaan
tertentu. Menurut Wen (1996) dalam Tiesdell (2001), konsep total nilai ekonomi
mampu mengukur secara moneter nilai total dari penggunaan lingkungan baik
nilai-nilai pasar maupun non pasar. Nilai-nilai tersebut meliputi keberadaan
(existence), pilihan (option) dan warisan (bequest).
SDAL menyediakan berbagai layanan barang dan jasa yang sangat bernilai
bagi manusia. Layanan tersebut sebagian mampu ditangkap oleh mekanisme pasar.
Namun, tidak semua layanan mampu ditangkap oleh mekanisme pasar. Menurut
Fauzi (2014), salah satu metode yang digunakan untuk mengukur nilai dari
sumber daya alam dan jasa lingkungan adalah Revealed Preference Method
(RPM) atau preferensi yang terungkap. RPM dapat diartikan sebagai penilaian
komponen SDAL yang tidak terpasarkan melalui pengeluaran yang dikeluarkan
oleh seseorang melalui mekanisme pasar (Pearce et al, 2006 dalam Fauzi, 2014).
Lebih lanjut, Pearce et al (2006) dalam Fauzi (2014) menyatakan bahwa salah
satu kekuatan pendekatan RPM adalah karena metode ini didasarkan pada
keputusan aktual yang dilakukan seseorang atau rumah tangga. Salah satu metode
dalam kelompok RPM adalah metode biaya perjalanan atau Travel Cost Method
(TCM). Metode ini biasanya digunakan untuk menilai komponen non guna dari
tempat rekreasi dengan mengamati biaya perjalanan yang dikeluarkan seseorang
menuju tempat rekreasi tersebut.
Willingness to Pay
Konsep mengenai besaran korbanan maksimum barang atau jasa seseorang
untuk mendapatkan barang atau jasa lain disebut keinginan membayar
13

(willingness to pay) seseorang terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh
sumber daya alam dan lingkungan (Fauzi, 2014). Willingness to Pay (WTP) juga
diartikan sebagai jumlah maksimal seseorang mau membayar untuk menghindari
terjadinya penurunan terhadap sesuatu (Fauzi, 2010). Metode ini merupakan
metode yang langsung ditanyakan pada pengunjung mengenai nilai atau harga
yang bersedia mereka berikan terhadap barang dan jasa yang tidak memiliki harga
pasar seperti sumber daya alam. Nilai WTP dapat menggambarkan manfaat dari
suatu kebijakan yang akan diajukan seperti perbaikan lingkungan (Fauzi, 2014).
WTP biasanya dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada
responden tentang kesediaan seseorang untuk membayar pihak lain sebagai
kompensasi untuk tetap memelihara sumber daya alam tersebut (Yakin, 1997).
Metode WTP dapat digunakan sebagai dasar dalam penetapan tarif masuk wisata
karena besarnya tarif masuk yang sebenarnya bersedia dibayarkan oleh
pengunjung tidak selalu sama dengan harga tiket existing. Kenaikan tarif tiket
existing dapat digunakan untuk mengurangi jumlah kunjungan sehingga beban
yang diterima lingkungan untuk kegiatan wisata dapat berkurang.
Terdapat beberapa cara untuk mendapatkan besaran WTP dari seseorang.
Menurut Fauzi (2014), metode untuk memunculkan nilai WTP disebut metode
elisitasi, yaitu teknik mengekstrak informasi kesanggupan membayar dari
responden dengan menanyakan besaran pembayaran melalui format tertentu.
Format tersebut umumnya terdiri dari lima format, antara lain: Open Endeed
(pertanyaan terbuka), Bidding Game (permainan lelang), Payment Card (kartu
pembayaran), Single Bounded Dischotomus dan Double Bounded Dischotomus.

Penelitian Terdahulu
Penelitian terkait persepsi wisatawan, estimasi nilai ekonomi, faktor-
faktor yang memengaruhi permintaan wisata, WTP pengunjung wisata dan wisata
alam Goa Pindul telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Ringkasan
penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
14
14

Tabel 2. Penelitian terdahulu

Peneliti dan Judul


No Metode Hasil
Penelitian
1. Sabar M (2016): Mengadaptasi dari Jumlah kunjungan di Goa Pindul
Carrying Capacity and rumus Yulianda sudah melebihi carrying capacity.
Visitors’ Satisfaction of (2007) Jumlah ideal pengunjung wisata
The Ecotourism Object Goa Pindul adalah sebesar 1.120
of Cave Pindul Tubing orang / hari.
Gunung Kidul,
Yogyakarta, Indonesia

2. Sinaga F (2014): Travel Cost Method Nilai ekonomi Curug Cigamea


Estimasi Nilai dan sebesar Rp3.886.099.200
Dampak Wisata Alam
Curug Cigamea Dampak ekonomi yang ditimbulkan
dari kegiatan wisata dengan nilai
keynesian income multiplier sebesar
Keynesian Multiplier 2,9, nilai ratio income multiplier
tipe I sebesar 1,5, dan nilai ratio
income multiplier tipe II sebesar
1,7.

Nilai WTP pengunjung Curug


Cigamea adalah sebesar Rp10.112.
Penerapan tarif tersebut dapat
Willingness to Pay mengurangi jumlah kunjungan
namun disisi lain juga dapat
meningkatkan penerimaan
penerimaan pengelola untuk upaya
konservasi lingkungan.

3. Ermayanti F 2012: Travel Cost Method Rata-rata biaya perjalanan


Valuasi Ekonomi Objek pengunjung berkisar antara
Wisata Ndayu Park Rp7.500 hingga Rp96.000.
dengan Metode Biaya
Perjalanan dan Metode Contingent Valuation Surplus konsumen objek wisata
Valuasi Kontingensi Method Ndayu Park sebesar Rp260.841.380
dengan WTP sebesar Rp4.033.

4. Baskoro (2013): Analisis Regresi Linier Nilai koefisien determinasi arau R-


Analisis Kunjungan Berganda dengan lima square sebesar 0.8106. Hal ini
Objek Wisata Lawang variabel yaitu: Biaya berarti 81,06% wisatawan di objek
perjalanan ke Lawang wisata Lawang Sewu dapat di
Sewu di Kota Semarang
Sewu, biaya jelaskan variabel independen.
perjalanan ke objek Sedangkan Fstat 2,46 dan angka
wisata lain, signifikan sebesar 0,0013 (0,000 <
penghasilan, jarak 0,05) dapat disimpulkan bahwa
tempuh dan fasilitas kelima variabel independen
berpengaruh signifikan wisatawan
ke Lawang Sewu
15

Tabel 2. Penelitian terdahulu (lanjutan)

No Peneliti dan Judul


Metode Hasil
Penelitian
5. Hanifah (2018): Analisis pendapatan Estimasi manfaat ekonomi wisata
Analisis Keberlanjutan 1. Share (kontribusi) alam Goa Pindul bagi masyarakat
dalam Penerapan pendapatan wisata menunjukkan rata-rata pendapatan
Community Based terhadap pendapatan wisata dengan kontribusi tinggi pada
Tourism Wisata Alam total share terhadap pendapatan total rata-
Goa Pindul, Kabupaten 2.Covering rata (73,72%) dan kontribusi sangat
Gunungkidul, pendapatan wisata tinggi pada covering pendapatan
Yogyakarta terhadap pengeluaran wisata terhadap pengeluaran RT
RT (115.81%)

Secara umum, stakeholders


Analisis stakeholders kegiatan wisata alam Goa Pindul
dan kelembagaan sudah mendukung kegiatan wisata
alam yang memberikan manfaat
sosial, ekonomi maupun ekologi.

Analisis keberlanjutan Nilai indeks keberlanjutan wisata


(Multidimensional Goa Pindul adalah 72,85 berarti
Scaling) cukup berkelanjutan.

6. Ekayani et al (2014): Travel Cost Method Nilai ekonomi total dari tiga objek
Wisata Alam Taman wisata yang paling banyak
Nasional Gunung dikunjungi wisatawan
Halimun Salak: Solusi Rp12.781.131.349/ tahun.
Kepentingan Ekologi
dan Ekonomi Kontribusi terhadap konservasi jika
Perhitungan Dana menerapkan tarif saat berlaku
Konservasi dan WTP sebesar Rp286.720.000 jika
pengunjung menggunakan WTP Rp515.145.075

Dampak ekonomi langsung sebesar


Rp 91.000.000 dampak ekonomi
tidak langsung sebesar
Multiplier Effect Rp48.000.000 dampak ekonomi
lanjutan sebesar Rp24.000.000
keynesian income multiplier : 2,97;
ratio income multiplier tipe I: 1,86;
ratio income multiplier Tipe II:
2,20.
7. Latifah N (2017): Analisis Regresi Linier Nilai ekonomi wisata Pantai Klayar
Estimasi Nilai dan Berganda sebagai penghasil jasa wisata
Dampak Ekonomi sebesar
Wisata Pantai Klayar Rp104.324.199.874 per tahun.
Pacitan, Jawa Timur
Travel Cost Method Dampak ekonomi langsung,
dampak ekonomi tidak langsung,
dan dampak ekonomi lanjutan
perbulan masing-masing sebesar
Rp536.412.300,
Rp239.795.660, dan
Rp46.927.102.
16
16

Tabel 2. Penelitian terdahulu (lanjutan)

Peneliti dan Judul


No Metode Hasil
Penelitian
Multiplier Effect Nilai Keynesian Income Multiplier
sebesar 0,74, sedangkan nilai Ratio
Income Multiplier Tipe I dan Ratio
Income Multiplier Tipe II masing-
masing sebesar 1,45 dan 1,53

8. Nurita (2016): Strategi Willingness to pay Pengunjung Desa Temajuk


Pengembangan Wisata memiliki kecenderungan
Alam Penyu Berbasis mendukung pengembangan wisata
Masyarakat Lokal Di alam penyu dengan nilai WTP
Pantai Temajuk Rp15 000 per tiket per orang.
Kabupaten Sambas
Kalimantan Barat Masyarakat lokal memberikan
Skala likert dengan respon yang baik terhadap wisata
teknik skoring ini yang ditunjukkan dari hasil
penelitian yaitu 40 persen
masyarakat menyatakan sangat
bersedia mengubah pola mencari
nafkah dari penjual telur penyu ke
usaha di bidang wisata

Pendapatan masyarakat lokal yang


Analisis pendapatan bekerja di bidang wisata lebih
tinggi dari hasil menjual telur
penyu dengan selisih Rp12.670.350
per tahun per orang

Adapun strategi yang dapat


Analisis SWOT diterapkan antara lain:
(1) pemanfaatan keberadaan
aktivitas penyu sebagai salah satu
objek wisata alam yang melibatkan
masyarakat dan digabungkan
dengan objek wisata lainnya,
(2) penyediaan sarana dan
prasarana yang mendukung wisata
dan konservasi penyu,
(3) pelatihan untuk masyarakat
lokal di bidang wisata,
(4) pemberdayaan masyarakat lokal
sebagai pengefektifan peraturan
perlindungan penyu,
(5) sosialisasi terhadap pengunjung
berkaitan dengan usaha pelestarian
dan potensi penyu sebagai objek
wisata, dan
(6) pemberdayaan masyarakat lokal
di bidang wisata sebagai usaha
peningkatan kualitas SDM
pengelola wisata.
17

Tabel 2. Penelitian terdahulu (lanjutan)

Peneliti dan Judul


No Metode Hasil
Penelitian
9. Ningsih C (2013): Trend Linier Data PDRB Kecamatan
Kontribusi Objek Karangmojo sebelum dan sesudah
Wisata Goa Pindul dibukanya Objek Wisata Goa
Terhadap Pindul yaitu periode tahun 2008 –
Perekonomian 2011, menunjukkan laju
Masyarakat pertumbuhan ekonomi beberapa
sektor di Kecamatan Karangmojo
yang bergerak positif atau dengan
kata lain mengalami peningkatan.

Laju pertumbuhan ekonomi di


beberapa sektor tersebut semakin
meningkat pada saat dibukanya Goa
Pindul sebagai objek wisata,
khususnya pada sektor jasa-jasa
swasta di bidang hiburan dan
rekreasi.

Berdasarkan analisis data-data


sekunder dan primer yang telah
dilakukan, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa objek Wisata
Goa Pindul merupakan objek wisata
yang patut dikembangkan untuk
menunjang perekonomian
kecamatan Karangmojo,
Gunungkidul.

Perbedaan penelitian ini dari penelitian-penelitian sebelumnya yaitu dari


segi masalah yang dikaji. Penelitian ini mencoba mereplika penelitian tentang
persepsi pengunjung wisata, estimasi nilai ekonomi wisata dari penelitian
sebelumnya. Selain itu, penggunaan variabel bebas dalam analisis faktor-faktor
yang memengaruhi permintaan wisata berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Penelitian sebelumnya di lokasi wisata alam Goa Pindul Gunungkidul belum
mencari berapa besar nilai ekonomi wisata alam Goa Pindul serta besaran tarif
masuk yang sesuai agar over carrying capacity dapat dikurangi. Oleh sebab itu,
penelitian ini mencoba melengkapi penelitian sebelumnya pada lokasi penelitian
yang sama.
18
18
19

KERANGKA PENELITIAN
Goa Pindul merupakan salah satu destinasi wisata alam yang ada di
Gunungkidul tepatnya di Desa Wisata Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo,
Kabupaten Gunungkidul. Goa Pindul memiliki jumlah kunjungan yang cukup
tinggi terutama saat peak season. Tingginya jumlah kunjungan ini sudah melebihi
kapasitas daya dukung lingkungan (Sabar, 2016). Hal ini dikhawatirkan dapat
merusak kelestarian lingkungan Goa Pindul yang mana dapat menghilangkan nilai
ekonomi Goa Pindul sebagai penghasil jasa wisata.
Wisata alam Goa Pindul berhubungan erat dengan pengunjung karena nilai
ekonomi wisata muncul dari adanya biaya perjalanan dan belanja pengunjung
(travel cost). Oleh karena itu kelestarian alam di wisata alam goa pindul penting
untuk dijaga karena merupakan daya tarik utama bagi pengunjung, sehingga
penting untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan
lingkungan serta fasilitas wisata di Goa Pindul. Persepsi pengunjung mengenai
kondisi alam dan lingkungan digunakan untuk mengetahui dampak keberadaan
wisata terhadap kondisi alam Goa Pindul. Persepsi pengunjung mengenai fasilitas
dan aksesibilitas menuju wisata juga perlu diketahui agar pengelola dapat
meningkatkan pelayanan terhadap pengunjung tanpa merusak kelestarian sumber
daya alam di Goa Pindul.
Goa Pindul memiliki nilai ekonomi wisata. Nilai ekonomi tersebut
diestimasi dengan pendekatan besarnya biaya perjalanan yang dikeluarkan
pengunjung dalam berwisata (Fauzi, 2010). Lebih lanjut, Fauzi (2010)
menyatakan bahwa biaya perjalanan yang dikeluarkan tersebut merupakan
besarnya nilai yang diberikan pengunjung kepada sumber daya alam dan
lingkungan di lokasi wisata. Oleh karena itu, nilai ekonomi perlu diestimasi untuk
melihat seberapa besar nilai ekonomi wisata Goa Pindul sehingga dapat diketahui
nilai yang hilang apabila objek wisata tersebut mengalami kerusakan.
Tingginya jumlah kunjungan di objek wisata alam Goa Pindul
dikhawatirkan akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang serius dalam
jangka waktu panjang. Oleh karena itu, perlu diestimasi tarif masuk sesuai WTP
pengunjung yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengontrol jumlah
kunjungan. Tarif masuk ini diestimasi melalui pendekatan Willingness to Pay
20
20

(WTP) pengunjung terhadap harga tiket masuk karena tarif masuk lokasi wisata
tidak selalu sama dengan harga sebenarnya yang bersedia dibayarkan. Penerapan
tarif masuk sesuai WTP tersebut juga dapat digunakan untuk mengestimasi
besarnya jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola dengan harga yang baru.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu acuan pengembangan
wisata alam yang dapat menjaga kelestarian sumber daya alam di Goa Pindul.
Alur penelitian ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 1.

Ancaman terjadinya kerusakan SDAL

Estimasi jumlah
pengunjung dan
penerimaan pengelola pada
tarif tiket sesuai WTP

Penerapan tarif tiket masuk yang dapat mengontrol


jumlah pengunjung agar beban lingkungan terhadap kegiatan
wisata dapat berkurang

Gambar 1. Alur kerangka penelitian


21

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di objek wisata Goa Pindul yang terletak di Desa
Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Pemilihan
lokasi dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan Goa Pindul merupakan
objek wisata yang ditetapkan UNESCO sebagai bagian dari Global Geoparks
Networks sehingga harus dilindungi kelestariannya. Menurut Sabar (2016),
kegiatan wisata Goa Pindul memiliki jumlah kunjungan yang melebihi daya
dukung kawasan sehingga dikhawatirkan menyebabkan kerusakan lingkungan di
Goa Pindul. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juni-Juli 2018.

Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan responden
melalui bantuan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner). Sedangkan data
sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Nasional, Dinas Pariwisata
DIY, Dinas Pariwitasa Kabupaten Gunungkidul, jurnal, buku, internet, maupun
sumber lain yang dapat menyediakan data yang menunjang penelitian ini.

Metode Penentuan Sampel


Pengambilan responden terhadap pengunjung menggunakan metode
nonprobability sampling yaitu kemungkinan seorang untuk dipilih menjadi
anggota sampel tidak diketahui (Rahayu, 2005). Responden dipilih secara
purposive sampling dimana sampel dipilih berdasarkan keterwakilan aspek
demografi serta karakteristik kunjungan wisata. Besaran responden wisatawan
yang diambil sebanyak 100 responden mengacu pada pernyataan Fraenkel dan
Wallen (1993) dalam Rahayu (2005) yang menyarankan besar sampel minimum
dalam sebuah penelitian deskriptif adalah sebanyak 100 sampel. Rincian
pembagian sampel responden dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rincian pembagian responden
No Kategori Jumlah
1 Responden wisatawan nusantara 70
2 Responden wisatawan mancanegara 30
Total 100
22
22

Metode Analisis Data


Analisis data diperlukan agar data yang sudah dikumpulkan peneliti dapat
diinterpretasikan sehingga mudah untuk dipahami. Metode analisis data dalam
penelitian ini disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Metode analisis data
Sumber dan data yang Metode analisis
No Tujuan penelitian
dibutuhkan data
1. Mengetahui persepsi Wawancara dengan pengunjung Analisis
pengunjung wisata Goa Pindul mengenai persepsi terhadap deskriptif
fasilitas dan kondisi wisata Goa kuantitatif, skala
Pindul likert

2. Mengestimasi besarnya nilai Wawancara dengan ITCM, Regresi


ekonomi wisata Goa Pindul pengunjunng mengenai Linier Berganda
besarnya biaya perjalanan yang
dikeluarkan pengunjung

3. Mengestimasi besarnya tarif Wawancara dengan pengunjung Willingness to


masuk sesuai WTP pengunjung mengenai besarnya WTP Pay, Contingent
wisata Goa Pindul terhadap tarif masuk Valuation Method

Analisis Persepsi Pengunjung Terhadap Goa Pindul


Persepsi pengunjung terhadap obyek wisata alam Goa Pindul perlu
dilakukan sebagai pertimbangan untuk mengembangkan pengelolaan wisata
tersebut. Persepsi pengunjung terhadap wisata Goa Pindul diestimasi
menggunakan teknik pengukuran skala likert. Jumlah kategori dalam penelitian
ini adalah sebanyak empat kategori. Keputusan menggunakan jumlah kategori
genap karena peneliti percaya akan terdapat kemungkinan jawaban netral atau
tidak memihak dari responden (Rahayu, 2005). Menurut Budiaji (2013), bias
sosial menjadi pertimbangan saat menentukan jumlah titik respon. Jumlah titik
respon genap (jumlah titik 4) lebih disarankan daripada jumlah titik respon ganjil
(jumlah titik 5) karena bias sosial dapat dikurangi. Bias sosial yang dimaksud
adalah keinginan responden menjawab dengan memilih netral (titik di tengah).
Analisis indikator ini dihitung dengan skala likert dengan rumus berikut:
1. Sangat buruk: diberi skor 1 2. Buruk : diberi skor 2
3. Baik : diberi skor 3 4. Sangat baik : diberi skor 4
Total skor minimum : 100 x 1 = 100 Total skor maksimum : 100 x 4 = 400
Setiap item atau indikator yang menunjukkan persepsi dianalisis berdasar
nilai skor yang diberikan pengunjung dengan cara menghitung frekuensi jawaban
23

responden untuk masing-masing kategori respon (Sugiyono, 2010). Cara


menentukan jawaban persepsi responden dapat dilihat dari hasil interval yang
diperoleh dengan rumus sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑥 100%
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Interval sangat buruk = 0% s/d 25% Interval buruk = 25,1% s/d 50%
Interval baik = 50,1% s/d 75% Interval sangat baik= 75,1% - 100%
Persepsi pengunjung terhadap wisata Goa Pindul dibagi dua aspek yakni
aspek lingkungan dan aspek fasilitas. Aspek lingkungan mencakup kondisi wisata
Goa Pindul, kondisi gua untuk hewan, kualitas air yang mengalir di aliran Goa
Pindul serta kebersihan lokasi wisata dari sampah plastik. Beberapa kategori dan
indikator persepsi pengunjung terhadap aspek lingkungan wisata Goa Pindul
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap kondisi alam dan
lingkungan wisata Goa Pindul
No Kategori Indikator Keterangan
1. Kondisi Goa Sangat Buruk Kondisi dimana kondisi gua buruk dan
Pindul wisatawan tidak tertarik untuk datang
kembali
Buruk Kondisi dimana kondisi gua biasa saja dan
wisatawan kurang tertarik untuk datang
kembali
Baik Kondisi dimana kondisi gua biasa saja
namun tetap menarik minat wisatawan untuk
datang kembali
Sangat Baik Kondisi dimana kondisi gua indah dan
menarik minat wisatawan untuk datang
kembali
2. Kondisi gua untuk Sangat Buruk Tidak ada hewan didalam gua
hewan Buruk Hewan yang tinggal sangat sedikit
Baik Hewan yang tinggal banyak
Sangat Baik Hewan yang tinggal banyak dengan
bermacam jenis
2. Kualitas air Sangat Buruk Kotor, berwarna, dan berbau
Buruk Keruh, bersih, sedikit berbau
Baik Jernih, bersih, tidak berbau
Sangat Baik Sangat jernih, bersih, tidak berbau
3. Kebersihan Sangat Buruk Sampah yang berserakan sangat banyak
Buruk Sampah yang berserakan cukup banyak
Baik Terdapat sedikit sampah berserakan
Sangat Baik Tidak ada sampah yang berserakan
24
24

Persepsi pengunjung terhadap aspek alam dan lingkungan diperlukan untuk


mengetahui bagaimana kondisi alam dan lingkungan di lokasi wisata alam Goa
Pindul saat ini. Apabila kondisi alam dan lingkungan wisata dinilai baik, maka
terdapat peluang pengunjung untuk kembali mengunjungi lokasi wisata semakin
tinggi. Semakin tinggi intensitas kegiatan wisata di lokasi wisata akan
menyebabkan semakin tingginya gangguan atau kerusakan terhadap lingkungan
di lokasi wisata. Sebaliknya, apabila kondisi alam dan lingkungan buruk yang
diduga karena akibat adanya aktivitas wisata yang tidak memerhatikan kondisi
alam dan lingkungan, maka intensitas pengunjung untuk mengunjungi kembali
lokasi wisata Goa Pindul juga akan berkurang. Hal ini dikhawatirkan dapat
menyebabkan manfaat wisata bagi masyarakat akan hilang.
Persepsi pengunjung terhadap aspek fasilitas dan aksesibilitas wisata juga
dilakukan dalam penelitian ini. Beberapa kategori dan indikator dalam
menganalisis persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan aksesibilitas di wisata
Goa Pindul dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kategori dan indikator persepsi pengunjung terhadap fasilitas dan
aksesibilitas wisata Goa Pindul
No Kategori Indikator Keterangan
A. Fasilitas 1. Sangat Jumlah fasilitas tidak memenuhi kebutuhan,
Buruk kondisi sangat tidak terawat
Jumlah fasilitas kurang memenuhi kebutuhan,
2. Buruk
kondisi kurang terawat
Jumlah fasilitas memenuhi kebutuhan dan
3. Baik
kondisinya terawat dengan baik
4. Sangat Jumlah fasilitas sangat memenuhi kebutuhan dan
Baik kondisinya terawat dengan sangat baik
B. Aksesibilitas 1. Sangat Ketersediaan informasi minim, jalan menuju
Buruk lokasi wisata sangat buruk
Informasi tentang lokasi wisata tersedia, jalan
2. Buruk
menuju lokasi wisata buruk
Informasi tentang lokasi wisata tersedia, jalan
3. Baik
menuju lokasi wisata baik
4. Sangat Informasi tentang lokasi wisata mudah
Baik diperoleh, jalan menuju lokasi wisata sangat baik

Persepsi pengunjung terhadap fasilititas dan aksesibilitas diperlukan untuk


mengetahui kondisi fasilitas dan aksesibilitas saat ini. Hal ini diperlukan sebagai
bahan pertimbangan untuk pengembangan fasilitas dan aksesibilitas baik oleh
25

pengelola maupun pemerintah setempat. Keterangan masing-masing indikator


dalam kategori dibentuk berdasarkan penilitian terdahulu dengan modifikasi
sesuai kondisi di lapang. Hal ini juga bertujuan menyamakan persepsi masing-
masing indikator antara peneliti dengan responden.

Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Wisata


Alam Goa Pindul
Menurut Fauzi (2010), pengertian nilai atau value, khususnya yang
menyangkut barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam dan
lingkungan dapat berbeda apabila dipandang dengan berbagai ilmu yang berbeda,
oleh karena itu diperlukan suatu persepsi yang sama untuk melakukan estimasi
nilai ekonomi ekosistem tersebut. Nilai ekonomi kawasan wisata dapat diperoleh
dengan membentuk fungsi permintaan wisata (Fauzi, 2014). Nilai ekonomi wisata
alam Goa Pindul diestimasi dengan pendekatan Travel Cost Method (TCM).
Secara umum terdapat tiga pendekatan TCM yang digunakan dalam analisis
valuasi ekonomi, yakni Individual Travel Cost Method (ITCM), Zone Travel Cost
Method (ZTCM), dan Random Travel Cost Method (RUM). Penelitian ini
menggunakan ITCM yang digunakan untuk menghitung nilai ekonomi dengan
rumus sebagai berikut (Fauzi, 2010):
N2
NE = SK x TP = 2b1 x TP .............(1)

Keterangan :
NE = Nilai ekonomi kawasan wisata dalam satu tahun (rupiah)
SK = Surplus konsumen
N = Jumlah kunjungan individu i
b1 = Koefisien dari biaya perjalanan
TP = Total kunjungan dalam satu tahun (orang)
Metode TCM atau biaya perjalanan mendasarkan pada asumsi bahwa
konsumen menilai tempat rekreasi berdasarkan pada biaya yang dikeluarkan
untuk dapat sampai ke tempat tujuan (Nurfatriani, 2006). Metode biaya perjalanan
digunakan untuk menduga besarnya surplus konsumen (SK) yang diterima
konsumen (wisatawan). Surplus konsumen menunjukkan keuntungan yang
diperoleh konsumen karena mereka membeli suatu komoditas (Sugiarto et al.
26
26

2002). Surplus konsumen dalam ITCM menunjukkan seberapa besar seseorang


menilai suatu tempat wisata yang didasarkan pada kunjungan yang dilakukan
(Fauzi, 2014).
Analisis ITCM dibentuk dengan memasukkan lima variabel bebas diduga
memengaruhi jumlah kunjungan ke Goa Pindul dalam lima tahun terakhir.
Variabel bebas tersebut antara lain biaya perjalanan, pendapatan total rumah
tangga, jarak yang ditempuh, jumlah tanggungan dan kondisi alam dan lingkungan
yang dirasakan pengunjung. Variabel kondisi alam dan lingkungan yang dirasakan
responden didapat melalui persepsi responden terhadap aspek lingkungan. Alat
analisis yang digunakan untuk mengolah data adalah regresi linier berganda.
Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan taraf
signifikansi sebesar 5% karena dilakukan pada ilmu sosial yang menggunakan
responden manusia dengan karakteristik serta keberagaman yang tinggi. Selain itu,
objek penelitian berupa permintaan terhadap objek wisata yang dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Adapun fungsi permintaan wisata Goa Pindul adalah
sebagai berikut:
Y = b0 + X1 + X2 + X3 + X4 + X5 + ℮ ............... (2)
Keterangan:
Y = Frekuensi kunjungan dalam 5 tahun terakhir (kali)
X1 = Biaya yang dikeluarkan responden ke lokasi wisata (ribu rupiah)
X2 = Pendapatan total responden (ribu rupiah/bulan)
X3 = Jarak yang ditempuh responden menuju lokasi wisata (KM)
X4 = Jumlah anggota keluarga (orang)
X5 = Kondisi alam dan lingkungan menurut responden (Dummy)
e = error
Hasil regresi tersebut dapat digunakan untuk melihat faktor-faktor yang
berpengaruh positif dan negatif terhadap permintaan wisata Goa Pindul. Hipotesis
yang digunakan yakni biaya perjalanan (X1), jarak yang ditempuh responden
menuju lokasi wisata (X2), jumlah anggota keluarga (X4) berpengaruh negatif
terhadap permintaan wisata, sedangkan pendapatan total responden (X2) dan
dummy kondisi alam dan lingkungan menurut persepsi pengunjung (X5)
bepengaruh positif terhadap permintaan wisata. Tanda positif dari suatu variabel
menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai suatu variabel akan meningkatkan atau
27

berpengaruh positif terhadap jumlah permintaan wisata. Sebaliknya, tanda negatif


suatu variabel menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai suatu variabel akan
menurunkan atau berpengaruh negatif terhadap jumlah permintaan wisata.
Pemenuhan asumsi dalam regresi linier berganda perlu dilakukan untuk
mengetahui kebaikan dari suatu model. Adapun beberapa pengujian statistik yang
perlu dilakukan ialah (Priyatno, 2014):
1. Uji t
Uji t (uji koefisien regresi secara parsial) digunakan untuk mengetahui
apakah secara parsial variabel-variabel independen berpengaruh secara signifikan
atau tidak terhadap variabel dependen. Pengujian menggunakan tingkat
signifikansi 0,05. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan hipotesis
H0 : variabel independen secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
dependen.
H1 : variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
b. Menentukan t hitung dan nilai Signifikansi
Nilai ini dapat dilihat dari tabel output coefficients hasil regresi linier
c. Menentukan t tabel
T tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada signifikansi 0,05/2 = 0,025 dengan
derajat kebebasan df = n-k-1 atau 100-5-1= 94
d. Kriteria pengujian
- Jika -t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima,
- Jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 tidak diterima.
Berdasarkan Signifikansi :
- Jika signifikansi > 0,05 maka H0 diterima
- Jika signifikansi < 0,05 maka H0 tidak diterima
e. Membuat kesimpulan
2. Uji F
Uji F merupakan uji koefisien regresi secara bersama-sama untuk menguji
signifikansi pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05. Berikut adalah langkah-
langkah uji F:
28
28

a. Merumuskan hipotesis
H0 : semua variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen.
H1 : semua variabel independen secara bersama-sama berpengaruh terhadap
variabel dependen.
b. Menentukan F hitung dan nilai signifikansi
c. Menentukan F tabel
F tabel dapat dilihat pada tabel statistik pada tingkat signifikansi 0,05 dengan df 1
(jumlah variabel-1) dan df 2 (n-k-1).
d. Kriteria Pengujian
- Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima.
- Jika F hitung > F tabel maka Ho tidak diterima.
e. Membuat Kesimpulan
3. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah nilai residual yang
dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki nilai residual terdistribusi secara normal. Uji tersebut
dapat dilakukan dengan “normality test” pada residual hasil persamaan model.
Jika dalam grafik hasil uji tersebut keberadaan titik-titik pada garis berbentuk
linier atau didapat P-value lebih besar dari taraf nyata, maka asumsi kenormalan
dapat terpenuhi.
4. Uji Multikolinieritas
Menurut Ghozali (2013), uji multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui
apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara
variabel bebasnya. Deteksi ada tidaknya multikolinieritas dapat dilihat dari output
regresi, dengan melihat Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance. Jika VIF
kurang dari 10 dan tolerance lebih dari 0,1, maka dapat dikatakan tidak terdapat
multikolinieritas dalam model.
5. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam terjadi
ketidaksamaan variasi dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
29

(Ghozali, 2013). Regresi yang baik seharusnya ptidak terjadi heteroskedastisitas


(Ghozali, 2013; Priyatno, 2014). Asumsi dari model regresi linier adalah bahwa
ragam sisaan (εi) sama atau homogen. Jika ragam sisaan tidak sama atau Var (εi)
= E(εi2) = σi2 untuk tiap pengamatan ke-i dari peubah-peubah bebas dalam model
regresi, maka dikatakan ada masalah heteroskedastisitas. Deteksi adanya
heteroskedastisitas pada penelitian ini melalui uji Glejser.
6. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya korelasi
antara serangkaian data menurut waktu (time series) atau menurut ruang (cross
section) (Priyatno, 2014). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
autokorelasi. Pendeteksi autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan
metode pengujian Run Test. Run Test digunakan untuk melihat apakah data
residual terjadi secara random (Ghozali, 2013). Kesimpulan diambil apabila Run
Test didapatkan nilai lebih dari taraf nyata yang digunakan, maka tidak terjadi
autokorelasi.
Estimasi Tarif Masuk Sesuai WTP Pengunjung Goa Pindul
Harga yang dibayarkan oleh pengunjung untuk memperoleh kepuasan tidak
selalu sama dengan tarif masuk suatu lokasi wisata. Tarif masuk sesuai dengan
keinginan pengunjung dapat diestimasi dengan pendekatan WTP terhadap tarif
masuk lokasi wisata. Menurut Hanley dan Spash (1993) dalam Fauzi (2010), tahap
pertama pendekatan WTP dengan Contingent Valuation Method (CVM) adalah
membuat pasar hipotetik. Pasar hipctetik tersebut membangun suatu alasan
mengapa pengunjung seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa
lingkungan (Ismail et al, 2011). Pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam
skenario sebagai berikut:
“ Goa Pindul merupakan wisata alam yang memiliki daya tarik susur goa
bawah tanah atau Pindul cave tubing dengan keindahan stalaktit dan stalagmit
yang unik. Goa Pindul juga memiliki gua vertikal yang jarang ditemukan di
tempat lain. Daya tarik ini menyebabkan tingginya minat pengunjung, terutama
saat peak season sehingga dikhawatirkan terjadi kerusakan di lingkungan wisata
Goa Pindul. Terjadinya kerusakan lingkungan Goa Pindul dikhawatirkan dapat
membahayakan pengunjung serta mengancam keberlanjutan wisata Goa Pindul.
30
30

Untuk mengatasi masalah ini maka perlu dilakukan upaya pelestarian SDAL
wisata dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah kunjungan melalui
peningkatan tarif masuk Goa Pindul. Adanya upaya ini diharapkan dapat
mengurangi beban yang diterima lingkungan akibat terjadinya over carrying
capacity terutama saat peak season. Selain itu, peningkatan tarif masuk lokasi
wisata dapat membantu pendanaan pengembangan dan pelestarian ekosistem
objek wisata Goa Pindul. Apabila upaya ini dilakukan, maka berapa besaran
dana yang ingin anda keluarkan terhadap tarif tiket masuk yang berlaku saat ini
sebagai wujud kontribusi agar wisatawan tetap bisa menikmati Goa Pindul?”.
Langkah selanjutnya adalah memperkirakan nilai dari penawaran. Nilai
penawaran tersebut diperoleh dengan melakukan wawancara yang bertujuan
untuk memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari pengunjung
menggunakan teknik payment card. Teknik mendapatkan nilai WTP ini dilakukan
dengan cara memberikan opsi nilai yang sudah ditentukan, sehingga responden
hanya memilih salah satu nilai yang tersedia. Metode ini dipilih untuk
memudahkan pengunjung menentukan pilihan besaran kemauan membayar sesuai
dengan yang mereka inginkan. Harga terendah merupakan harga tiket existing
yakni Rp50.000 sedangkan harga tertinggi yaitu Rp200.000 diperoleh dari batas
kemauan responden mau membayarkan harga tiket.
Langkah terakhir adalah memperkirakan nilai rataan WTP responden
dihitung berdasarkan data distribusi WTP responden, yaitu didapatkan dengan
jumlah responden yang membayar WTP ke-i (frekuensi) dibagi dengan jumlah
relatif responden (frekuensi relatif) kemudian dikalikan dengan nilai WTP
masing-masing. Nilai rataan WTP diestimasi menggunakan rumus Hanley dan
Spash (1993) dalam Fauzi (2010):
∑𝑛=1
𝑖=1 𝑊𝑖
𝐸𝑊𝑇𝑃 = ......... (3)
n

Keterangan :
EWTP = Nilai rataan WTP (Rp)
Wi = Nilai WTP ke-i (Rp)
n = Jumlah responden (orang)
i = Responden ke-i yang bersedia membayar tarif masuk lokasi
wisata (i= 1,2,…,n)
31

Hasil estimasi rataan WTP digunakan untuk mengestimasi besarnya tarif


masuk baru sesuai WTP pengunjung. Tarif masuk digunakan untuk mengestimasi
jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola saat menggunakan tarif masuk
sesuai WTP pengunjung. Estimasi jumlah pengunjug diperoleh dari presentase
jumlah pengunjung yang bersedia membayar harga lebih dari tiket awal dikalikan
dengan populasi kunjungan wisata. Estimasi penerimaan pengelola diestimasi
dengan mengalikan jumlah kunjungan saat tarif sesuai WTP dikalikan dengan
besarnya tiket masuk sesuai WTP. Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan
pengelola dengan tarif masuk sesuai WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Estimasi jumlah kunjungan dan penerimaan pengelola dari tarif masuk
Jumlah kunjungan per Estimasi Penerimaan
Harga Tiket (Rp) (a)
tahun (orang) (b) Pengelola (Rp) (c=a x b)
T0 JK0 P0

T1 JK1 P1

Sumber: Sinaga 2014

Keterangan :
T0 = Tarif awal
T1 = Tarif sesuai WTP
JK0 = Jumlah kunjungan saat tarif awal
JK1 = Jumlah kunjungan saat tarif sesuai WTP
P0 = Penerimaan saat tarif awal
P1 = Penerimaan saat tarif awal
32
32
33

GAMBARAN UMUM
Keadaan Umum Wilayah
Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah
Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukota Wonosari. Luas wilayah Kabupaten
Gunungkidul 1.485,36 km2 atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta. Wilayah dengan jumlah penduduk sebanyak 748.199 jiwa
ini, dibagi menjadi 18 kecamatan dan 144 desa (Desa Bejiharjo, 2018).

Sumber: Google maps (2018)

Gambar 2 Lokasi Goa Pindul


Kabupaten Gunungkidul memiliki strategi pembangunan daya tarik wisata
yang diwujudkan dalam enam Kawasan Strategis Pariwisata (KSP). KSP I
memiliki daya tarik wisata unggulan alam pantai dengan pendukung wisata
budaya. KSP II memiliki daya tarik wisata unggulan pantai dengan pendukung
wisata kuliner. KSP III memiliki daya tarik wisata unggulan alam pantai dengan
pendukung wisata petualangan. KSP IV memiliki daya tarik wisata unggulan alam
pegunungan dengan pendukung wisata pendidikan, konservasi, dan petualangan.
KSP V memiliki daya tarik wisata unggulan alam bentang karst dengan
pendukung wisata petualangan dan KSP VI memiliki daya tarik wisata unggulan
34
34

alam pegunungan dengan pendukung wisata budaya (Dispar Kabupaten


Gunungkidul, 2017).
Goa Pindul merupakan satu dari sekian banyak tujuan wisata masuk
kedalam strategi untuk pengembangan KSP 5. Goa Pindul ditetapkan sebagai
salah satu geosite dalam jajaran Gunung Sewu Global Geopark Network oleh
UNESCO pada tahun 2015. Goa Pindul terletak di kawasan Desa Wisata Bejiharjo,
Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Desa dengan luas wilayah 1.825.4825 ha ini memiliki jumlah penduduk lebih dari
16.000 orang. Sebagian besar penduduk merupakan petani, namun banyak pula
yang menjadi pengrajin, PNS, maupun berwiraswasta.
Adapun batas-batas wilayah Desa Bejiharjo adalah sebagai berikut:
- Sebelah selatan : Desa Bendungan dan Desa Wiladeg
- Sebelah barat : Kecamatan Wonosari
- Sebelah utara : Kecamatan Nglipar
- Sebelah timur : Desa Ngawis dan Wiladeg
Objek wisata Goa Pindul dikelola oleh Dinas Pariwisata Kabupaten
Gunungkidul bekerja sama dengan pemerintah Desa Bejiharjo. Pemerintah desa
membuat Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Maju Mandiri yang mengelola
berbagai macam unit usaha, salah satunya adalah Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis). Sebelum dibuka menjadi tujuan wisata, lokasi adanya Goa Pindul
merupakan milik perseorangan. Lokasi tersebut kemudian dibeli oleh Dinas
Pariwisata Kabupaten Gunungkidul untuk dijadikan lokasi tujuan wisata.
Menurut cerita sejarah yang beredar di masyarakat, nama Goa Pindul
berasal dari kisah perjalanan Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan yang
diutus oleh Panembahan Senopati di Mataram untuk membunuh bayi laki-laki
buah cinta putri Panembahan Senopati yakni Pembayun, dengan musuh bebuyutan
Panembahan Senopati yaitu Mangir Wonoboyo. Dalam perjalanannya, kedua abdi
tersebut sepakat untuk tidak membunuh sang bayi. Keduanya lalu pergi ke arah
timur (arah Gunungkidul) hingga tiba di suatu dusun di daerah Karangmojo. Di
desa tersebut, keduanya menggelar tikar dan alas tempat tidur bekas persalinan
sang bayi kemudian menguburkannya. Sementara itu, sang bayi terus saja
menangis. Kedua utusan pun memutuskan untuk memandikan sang bayi. Ki Juru
35

Mertani naik ke salah satu bukit dan menginjak tanah di puncak bukit. Dengan
kesaktiannya, tanah yang diinjak pun runtuh dan mengangalah sebuah lubang
besar dengan aliran air di bawahnya. Sang bayi kemudian dibawa turun ke dan
dimandikan di dalam gua di bawah lubang tadi. Saat dimandikan, pipi sang bayi
terbentur (Jawa: kebendhul) batu yang ada di dalam. Karena peristiwa tersebut,
akhirnya goa itu diberi nama Goa Pindul.
Harga tiket masuk Goa Pindul yang ditetapkan oleh BUMDes Maju Mandiri
dan disepakati bersama dengan kelompok sadar wisata adalah sebesar Rp50.000
per orang per kunjungan. Harga ini mencakup retribusi masuk kawasan wisata
sebesar Rp10.000, asuransi keselamatan pengunjung sebesar Rp5.000, serta biaya
operasional Rp35.000. Lokasi wisata Goa Pindul juga menyediakan lahan parkir
dengan tarif bervariasi. Tarif parkir untuk kendaraan dibandrol dengan harga
Rp2.000 per sepeda motor dan Rp10.000 per mobil atau minibus. Khusus
penggunaan toilet dikenakan tarif sebesar Rp2.000 sampai dengan Rp3.000 dan
penggunaan ruang ganti pakaian dikenakan tarif sebesar Rp1.000 per orang.
Pengunjung juga dapat menitipkan barang bawaan seperti tas dan barang berharga
lainnya di tempat penitipan barang dengan tarif sebesar Rp2.000 per tas.

Gambaran Umum Wisata


Goa Pindul adalah gua di daerah Gunungkidul yang dialiri aliran sungai
dibawah tanah. Air yang mengalir di Goa Pindul adalah peredaran dari sumber
mata air Gedong Tujuh. Panjang total aliran sungai yang melalui Goa Pindul
sepanjang 350 meter dan lebar rata-ratanya 5-6 meter, kedalaman air antara 4
sampai dengan 7 meter, tinggi permukaan air ke langit-langit gua sekitar 4,5 meter,
waktu tempuh sekitar 45-60 menit. Aliran air di dalam gua cukup tenang, sehingga
tidak diperlukan keterampilan yang tinggi untuk menyusurinya. Di dalam Goa
Pindul terdapat batuan stalaktit dan stalagmit. Perbedaan antara stalaktit dan
stalagmit yaitu stalaktit merupakan batangan kapur yang terdapat pada langit-
langit gua dengan ujung meruncing ke bawah, sedangkan stalagmit adalah
susunan batu kapur berbentuk kerucut berdiri tegak di lantai gua (KBBI, 2018).
Menurut perkembangan sistem gua, Goa Pindul termasuk dalam gua stadia
dewasa.
36
36

Wisatawan dapat menikmati keindahan Goa Pindul dengan melakukan


susur gua melalui aliran air bawah tanah yang melewati gua. Susur gua ini
dilakukan dengan cara wisatawan menaiki ban (tube) yang memiliki diameter
selebar 1 meter serta dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan lain seperti
pelindung kepala, sepatu dan pelampung. Wisatawan yang sudah dibentuk
kelompok (terdiri dari 5 sampai dengan 10 orang) akan didampingi oleh seorang
pemandu wisata atau tour guide untuk menarik ban agar bisa berjalan melalui gua
serta menjelaskan berbagai hal mengenai kondisi Goa Pindul. Atraksi wisata Goa
Pindul ini dimulai dari pintu masuk Goa dan berakhir di DAM Gelaran. Kegiatan
ini juga dikenal dengan nama Pindul cave tubing.

Sumber: Dokumentasi pribadi (2018)

Gambar 3. Sarana wisata Goa Pindul


Goa Pindul terbagi menjadi tiga zona yang dibagi berdasarkan intensitas
cahaya yang masuk yakni zona terang, zona remang, dan zona gelap abadi. Zona
terang memiliki beberapa stalaktit dan juga batu pilar yaitu pertemuan dari batu
stalaktit dan batu stalagmit. Memasuki zona remang, pengunjung akan disuguhi
pemandangan stalaktit dan stalagmit yang masih aktif. Di dalam zona remang juga
terdapat kelelawar pemakan buah-buahan. Sebelum memasuki zona gelap abadi,
pengunjung akan disambut dengan batu pilar yang merupakan pertemuan stalaktit
dan stalagmit dengan lebar mencapai lima rentangan tangan orang dewasa
sehingga hanya dapat dilewati oleh satu ban secara bergantian. Zona gelap abadi
banyak dihuni oleh kelelawar pemakan serangga. Setelah melalui zona gelap
abadi, terdapat lubang besar diatas gua. Lubang ini juga disebut sebagai gua
vertikal. Gua vertikal sering digunakan sebagai jalan masuk vertikal oleh anggota
tim SAR untuk melakukan latihan penyelamatan. Zona yang terdapat didalam Goa
Pindul dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
37

Gambar 4. Bagian dalam Goa Pindul


Karakteristik Responden Wisatawan Goa Pindul

Karakteristik responden wisatawan Goa Pindul pada penelitian ini


dijelaskan berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) dan karakteristik
kegiatan wisata. Faktor sosial ekonomi (demografi) meliputi jenis kelamin, usia,
pendidikan, jumlah anggota keluarga, jenis pekerjaan dan total pendapatan rumah
tangga. Data mengenai karakteristik responden pengunjung Goa Pindul
berdasarkan faktor sosial ekonomi (demografi) dapat dilihat pada Tabel 8.
38
38

Tabel 8. Karakteristik sosial ekonomi responden pengunjung Goa Pindul


Karakteristik Jumlah (orang) Presentase (%)
1. Jenis Kelamin
Laki-laki 45 45
Perempuan 55 55
100 100
2. Usia (tahun)
17 – 27 43 43
28 – 38 33 33
39 – 49 11 11
> 50 13 13
100 100
3. Asal Daerah
-Dalam Negeri
Gunungkidul 4 4
Luar Gunungkidul 66 66
-Luar Negeri 30 30
100 100
4. Pendidikan
SMA 33 33
Perguruan Tinggi 67 67
100 100
5. Pekerjaan Utama
PNS 11 11
Wiraswasta 63 63
Pelajar / Mahasiswa 20 20
Lainnya 6 6
100 100
6. Jumlah Anggota Keluarga (orang)
1-2 15 15
3-4 54 54
5-6 29 29
7-8 2 2
100 100
7. Pendapatan (Rupiah / Rumah Tangga)
< 5.000.000 31 31
5.000.000-10.000.000 42 42
10.000.001-15.000.000 10 10
15.000.001-20.000.000 6 6
>20.000.000 11 11
100 100
Sumber : Data Primer (diolah) 2018
39

Tabel 8 menunjukkan bahwa presentase responden berjenis kelamin


perempuan lebih banyak dengan presentase 55% daripada responden berjenis
kelamin laki-laki dengan presentase 45%. Dari data tersebut menunjukkan bahwa
sebagian besar responden yang diteliti berjenis kelamin perempuan. Hal ini
dikarenakan peneliti mengasumsikan bahwa populasi perempuan lebih banyak
daripada populasi laki-laki.
Mayoritas responden berusia 17-27 tahun dengan presentase 43%.
Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa mayoritas pengunjung yang
datang masih muda dengan asumsi memiliki energi yang masih tinggi untuk
melakukan petualangan menyusuri gua. Penyebaran informasi yang pesat
menyebabkan Goa Pindul tidak hanya dikenal di daerah Gunungkidul, namun juga
ke luar daerah bahkan hingga luar negeri. Hal ini dibuktikan dari presentase
reponden pengunjung Goa Pindul yang berasal dari daerah luar Gunungkidul
sebesar 66% dan luar negeri sebesar 30%.
Responden pengunjung wisata dalam penelitian ini memiliki latar belakang
yang berbeda-beda. Mayoritas responden memiliki jenjang pendidikan perguruan
tinggi baik diploma, sarjana, maupun magister dengan presentase sebesar 67%,
sehingga disimpulkan bahwa pengunjung Goa Pindul mempunyai latar belakang
pendidikan cukup baik. Selain itu, mayoritas responden memiliki pekerjaan
sebagai wiraswastawan dengan presentase sebesar 63%. Jumlah anggota keluarga
responden mayoritas sebanyak 3 sampai dengan 4 orang dengan presentase
sebesar 54%. Mayoritas jumlah pendapatan responden berkisar antara
Rp5.000.000 sampai dengan Rp10.000.000 dengan presentase sebesar 42%. Hal
ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas pengunjung wisata Goa Pindul berada di
atas taraf kesejahteraan rakyat Indonesia (BPS, 2013). Data lebih rinci dapat
dilihat pada Lampiran 1.
Selain karakteristik sosial ekonomi, terdapat karakteristik kunjungan wisata
meliputi frekuensi kunjungan selama lima tahun terakhir, tujuan berkunjung,
sumber informasi tentang tujuan wisata alam Goa Pindul, alasan memilih Goa
Pindul sebagai tujuan wisata, lama menghabiskan waktu di Goa Pindul serta sifat
kunjungan wisatawan ke wisata alam Goa Pindul. Data karakteristik kunjungan
wisata responden dapat dilihat dari Tabel 9.
40
40

Tabel 9. Karakteristik kunjungan wisata alam Goa Pindul


Karakteristik Jumlah (Orang) Presentase (%)
1. Kunjungan selama 5 tahun terakhir
1 81 81%
2 14 14%
>3 5 5%
100 100%
2. Tujuan berkunjung
Rekreasi 100 100%
100 100%
3. Sumber informasi
Internet 48 48%
Keluarga 12 12%
Teman 40 40%
100 100%
4. Alasan memilih lokasi wisata
Atraksi yang ditawarkan 66 66%
Keunikan tempat 21 21%
Pemandangan yang menarik 13 13%
100 100%
5. Lama menghabiskan waktu di lokasi wisata (jam)
2-3 47 47%
3,1-4 37 37%
> 4,1 16 16%
100 100%
6. Datang ke lokasi wisata
Sendiri 9 9%
Keluarga 55 55%
Teman 36 36%
100 100%
Sumber: Data primer (diolah) 2018
Pengunjung wisata Goa Pindul bersifat musiman, artinya kunjungan
cenderung meningkat pada hari-hari tertentu, seperti hari raya, tahun baru, liburan
sekolah dan akhir pekan. Kebanyakan pengunjung baru pertama kali mengunjungi
lokasi wisata Goa Pindul. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9 yang menunjukkan
bahwa sebesar 81% pengunjung melakukan kunjungan ke Goa Pindul sebanyak
satu kali dalam lima tahun terakhir. Potensi peningkatan jumlah pengunjung akan
memberikan dampak terhadap besaran penerimaan aktivitas wisata alam Goa
Pindul dan berdampak pada tingkat beban lingkungan yang diterima Goa Pindul.
Tabel 9 menunjukkan bahwa tujuan berkunjung dari semua responden
adalah untuk rekreasi. Sebagian besar responden mengetahui lokasi wisata Goa
41

Pindul melalui internet dengan presentase sebesar 48%. Hal ini dapat
menunjukkan bahwa internet mampu menjadi sarana penyebaran informasi
wisata alam Goa Pindul.
Alasan mayoritas responden (66%) memilih lokasi wisata Goa Pindul
sebagai tujuan wisata karena atraksi yang ditawarkan begitu menarik. Mayoritas
responden menghabiskan waktu di Goa Pindul selama kurang lebih 2-3 jam
dengan presentase sebesar 47%. Sifat kunjungan responden juga berbeda-beda.
Responden yang datang seorang diri ke wisata alam Goa Pindul sangat sedikit
yakni hanya 9%. Sebaliknya, responden dengan sifat kunjungan tertinggi yakni
mereka yang datang bersama dengan teman sebesar 55%. Responden wisatawan
mancanegara memiliki presentase sebesar 100% dengan sifat kunjungan bersama
teman. Data lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.
42
42
43

HASIL DAN PEMBAHASAN


Persepsi Responden Terhadap Wisata Alam Goa Pindul
Persepsi pengunjung terhadap objek wisata Goa Pindul perlu diketahui
guna mendukung pengembangan kawasan wisata tersebut. Persepsi pengunjung
dapat dijadikan sebagai informasi dan pertimbangan bagi pengambil keputusan
dalam melakukan pengelolaan wisata yang diinginkan oleh pengunjung tanpa
merusak sumber daya alam di Goa Pindul. Persepsi pengunjung terhadap objek
wisata Goa Pindul dibagi menjadi dua aspek, yakni aspek alam dan lingkungan
dan aspek fasilitas. Hasil dari wawancara kepada responden terhadap kedua aspek
tersebut dapat dilihat pada Tabel 10 berikut.
Tabel 10. Persepsi terhadap kondisi alam dan lingkungan Goa Pindul tahun 2018
Sangat Sangat Total
Buruk Baik Index
Uraian Buruk Baik Skor Kategori
Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ % Ʃ %
A. Aspek Alam dan
Lingkungan
Kondisi wisata Goa Pindul 0 0 6 6 60 60 34 34 328 82 Sangat Baik
Kondisi gua untuk hewan 3 3 30 30 50 50 17 17 281 70 Baik
Kualitas air 7 7 22 22 43 43 28 28 292 73 Baik
Kebersihan 7 7 22 22 43 43 28 28 292 73 Baik
Total 1193 75 Baik
B. Aspek Fasilitas
Toilet 28 28 50 50 22 22 0 0 194 49 Buruk
Tempat sampah 7 7 36 36 48 48 9 9 259 65 Baik
Tempat ibadah 22 22 38 38 36 36 4 4 222 56 Baik
Tempat istirahat 3 3 31 31 56 56 10 10 273 68 Baik
Kios 4 4 67 67 22 22 7 7 232 58 Baik
Parkir 26 26 54 54 20 20 0 0 194 49 Buruk
Papan interpretasi 17 17 40 40 33 33 10 10 236 59 Baik
Pelayanan 3 3 13 13 49 49 35 35 316 79 Sangat baik
Aksesibilitas 7 7 40 40 47 47 6 6 252 63 Baik
Total 1610 58 Baik
Sumber: Data Primer (diolah) 2018
Tabel 10 menunjukkan bahwa persepsi pengunjung mengenai kondisi alam
lingkungan wisata Goa Pindul bervariasi. Hal ini menunjukkan bahwa persepsi
responden berbeda-beda tergantung dari apa yang dirasakan responden.
Responden memberi penilaian sangat baik (82%) terhadap kondisi wisata alam
Goa Pindul, nilai baik (73%) bagi kualitas air dan kebersihan di objek wisata Goa
Pindul. Penilaian terhadap kondisi gua untuk tempat tinggal hewan menempati
penilaian terkecil meski masih dalam kategori baik (70%). Hal ini disebabkan
44
44

terdapat beberapa responden yang menilai bahwa kondisi gua kurang baik akibat
adanya kegiatan wisata dirasa mengganggu hewan-hewan yang tinggal di dalam
gua. Namun, secara umum dapat disimpulkan bahwa kondisi Goa Pindul dari
aspek lingkungan dinilai baik oleh responden. Hal ini menunjukan bahwa sumber
daya alam di objek wisata Goa Pindul saat ini belum mengalami kerusakan akibat
dari kegiatan wisata menurut persepsi responden wisatawan.
Berdasarkan Tabel 10 juga dapat diketahui bahwa persepsi pengunjung
mengenai aspek fasilitas yang dirasakan responden sangat bervariasi. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal seperti keadaan fasilitas yang dirasakan oleh
responden saat itu. Berdasarkan Tabel 10, secara umum kondisi fasilitas serta
aksesibilitas dinilai baik oleh responden terutama mengenai pelayanan oleh
pengelola yang sangat baik. Responden menilai pengelola sangat ramah dan
banyak membantu wisatawan dalam melaksanakan aktivitas wisata. Namun,
terdapat penilaian terendah sebesar 49% yakni toilet dan tempat parkir. Hal ini
disebabkan masih terdapat beberapa toilet yang kurang bersih serta lokasi parkir
yang kurang luas dan belum tertata dengan rapi. Oleh karena itu, pengelola
diharapkan dapat memperbaiki fasilitas dengan penilaian yang masih rendah agar
kepuasan yang dirasakan pengunjung dapat meningkat.

Nilai Ekonomi dan Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan


Wisata Alam Goa Pindul
Nilai ekonomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan wisata
merupakan salah satu hal yang penting diketahui dari suatu kawasan wisata. Nilai
ekonomi menunjukan besarnya manfaat keberadaan wisata Goa Pindul. Faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan wisata digunakan untuk melihat faktor apa
saja yang mempengaruhi permintaan wisata Goa Pindul dari pengunjung.
Fungsi permintaan wisata Goa Pindul dibentuk dengan memasukkan lima
variabel bebas diduga mempengaruhi variabel terikat yaitu jumlah kali kunjungan
dalam lima tahun terakhir. Variabel bebas tersebut antara lain biaya perjalanan,
pendapatan total rumah tangga, jarak yang ditempuh, jumlah anggota keluarga,
dan kondisi alam dan lingkungan yang dirasakan pengunjung. Berdasarkan hasil
output analisis regresi linier berganda diperoleh output fungsi permintaan wisata
Goa Pindul sebagai berikut :
45

LnY = 2,802-0,586 LnX1+ 0,207 Ln X2-0,085 Ln X3-0,061 Ln X4+0,129 X5

LnY = Frekuensi kunjungan dalam 5 tahun terakhir (kali)


LnX1 = Biaya yang dikeluarkan responden ke lokasi wisata (ribu rupiah)
LnX2 = Pendapatan total responden (ribu rupiah/bulan)
LnX3 = Jarak yang ditempuh responden menuju lokasi wisata (KM)
LnX4 = Jumlah anggota keluarga (orang)
X5 = Kondisi alam dan lingkungan menurut responden (dummy)
Output data hasil analisis regresi linier berganda dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Hasil analisis regresi fungsi permintaan wisata alam Goa Pindul
Unstandardized Standardized Collinierity
Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
(Constant) 2,802 1,784 1,571 ,136
**
Ln_X1 -,279 ,120 -,586 -2,335 ,033 ,582 1,719
Ln_X2 ,120 ,123 ,207 ,977 ,343 ,819 1,222
Ln_X3 ,043 ,111 -,085 -,386 ,705 ,750 1,333
Ln_X4 -,082 ,329 -,061 -,250 ,805 ,626 1,596
X5 (dummy) ,699 1,044 ,129 ,670 ,513 ,986 1,015
a. R = 64%
b. R2 (adj) = 29%
c. DW = 1,743
Keterangan : ** signifikan pada taraf nyata 5%

Hasil estimasi model regresi menunjukkan bahwa terdapat variabel yang


signifikan dan variabel yang tidak signifikan dalam memengaruhi permintaan
wisata pengunjung Goa Pindul. Dari data pada Tabel 11, diketahui bahwa nilai
koefisien kerelasi (R) sebesar 64%. Menurut Sugiyono (2007), koefisien korelasi
ini menunjukkan adanya hubungan yang kuat (60%-79,9%) antara variabel-
variabel independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel diatas juga
diperoleh nilai adj R2 sebesar 29%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel
independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan sebesar 29%
variasi dependen. Sedangkan 71% sisanya dipengaruhi atau dijelaskan oleh
variabel lain diluar model. Hasil regresi dapat dilihat pada Lampiran 3.
Analisis regresi linier berganda diharapkan dapat menghasilkan model
regresi yang terbaik yang bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Hasil
46
46

yang dimaksud yakni terbebas dari masalah sebaran data yang tidak normal,
multikolinieritas, autokorelasi, dan heteroskedatisitas. Oleh karena itu pengujian
statistik perlu dilakukan untuk mengetahui kebaikan dari model yang telah
dibentuk. Berikut uji yang dilakukan untuk membuktikan kebaikan dari model:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian dengan menggunakan Uji One Sample
Kolomogorov Smirnov. Dalam hal ini, apakah distribusi residual terdistribusi
normal atau tidak. Residual terdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari
0,05 (Priyatno, 2014). Pada penelitian ini, output dari hasil Uji One Sample
Kolomogorov Smirnov diketahui bahwa nilai signifikansi (Asymp.Sig 2-Tailed)
sebesar 0,2. Karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti
terdistribusi normal, maka model regresi layak dipakai untuk prediksi faktor-
faktor yang mempengaruhi permintaan kunjungan wisata alam Goa Pindul
berdasar masukan variabel independennya. Output Uji One Sample Kolomogorov
Smirnov dapat dilihat pada Lampiran 4.
2. Uji Multikolinieritas
Cara untuk mengetahui ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dalam
penelitian ini dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance.
Menurut Ghozali (2013), apabila nilai VIF kurang dari 10 dan Tolerance lebih
dari 0,1, maka dinyatakan tidak terdapat multikolinieritas. Berdasarkan Output
Coeffitients (Lampiran 3) dapat diketahui bahwa nilai Tolerance kelima variabel
lebih dari 0,10 dan VIF kurang dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi multikolinieritas atas variabel bebas dalam model penelitian ini.
3. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota observasi yang disusun
menurut waktu atau tempat. Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan uji Run Test. Hipotesis yang akan di uji yakni H0 apabila tidak
terjadi masalah autokorelasi dan H1 apabila terjadi masalah autokorelasi.
Berdasarkan hasil uji Run Test (Lampiran 5) didapat nilai P-value sebesar 0,827
lebih besar dari taraf nyata yang digunakan sehingga hipotesis H0 diterima yang
berarti tidak terdapat masalah Autokorelasi.
47

4. Uji Heteroskedastisitas.
Regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Pengujian
heteroskedastisitas dalam penelitian ini menggunakan Uji Glejser. Berdasarkan
output Uji Glejser hasil olahan data menunjukkan keseluruhan nilai P-value lebih
besar dari taraf yata yang digunakan yakni sebesar 0,05. Hal ini mengartikan
bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil Uji Glejser dapat dilihat
pada Lampiran 6.
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan variabel independen
yang berpengaruh nyata terhadap variabel dependen yakni total biaya perjalanan
(X1) dengan p-value lebih kecil dari taraf nyata sebesar 5%. Hasil pengolahan
data dapat dilihat pada Lampiran 1. Berikut merupakan faktor yang berpengaruh
secara signifikan terhadap permintaan wisata Goa Pindul pada taraf nyata 5%
hanya total biaya perjalanan (X1) yang dikeluarkan pengunjung.
Variabel total biaya perjalanan (X1) berpengaruh negatif secara signifikan
terhadap permintaan wisata pengunjung Goa Pindul pada taraf nyata 5%. Output
regresi menghasilkan koefisien pendapatan total sebesar -0,586. Nilai ini berarti
jika total biaya perjalanan meningkat sebesar 1%, maka akan menurunkan
permintaan wisata Goa Pindul sebesar 0,586%, dengan asumsi peubah lain tetap
(cateris paribus). Intepretasi dalam bentuk elastisitas karena persamaan dalam
model logaritma natural (Ghozali, 2013). Kondisi ini sesuai dengan teori
permintaan dalam ilmu ekonomi yang menyatakan bahwa semakin tinggi harga
yang ditawarkan akan mengurangi permintaan konsumen terhadap barang atau
jasa tersebut. Teori tersebut ternyata juga berlaku pada permintaan wisata Goa
Pindul.
Berdasarkan hasil analisis regresi jumlah kunjungan dengan biaya
perjalanan (Lampiran 7), diperoleh koefisien sebesar 0,00007263 satuan.
Koefisien ini digunakan untuk mengestimasi besarnya nilai ekonomi wisata alam
Goa Pindul. Estimasi nilai ekonomi wisata alam Goa Pindul dapat dilihat pada
Tabel 12.
48
48

Tabel 12. Estimasi nilai ekonomi wisata alam Goa Pindul


Keterangan Nilai Satuan
Jumlah responden (a) 100 Orang
Jumlah kunjungan responden (b) 111 Kali/tahun
Jumlah rata-rata kunjungan tahun 2017 (c) 145.084 Orang/tahun
Koefisien biaya perjalanan (d) 0,00007263 Satuan
Surplus konsumen (SK) total (e) = b2/2d 84.820.322 Rupiah
SK/ kunjungan (f) = e/b 764.147 Rupiah
Nilai ekonomi (g) = c x f 110.865.510.120 Rupiah
Sumber : Data primer diolah (2018) dan C: Desa Bejiharjo (2018)
Tabel 12 menunjukkan terdapat surplus konsumen yang diperoleh sebesar
Rp764.174 per kunjungan. Nilai surplus konsumen tersebut menunjukkan bahwa
wisatawan mendapatkan kepuasan yang lebih besar dibandingkan dengan harga
yang telah mereka bayarkan untuk menikmati keindahan suatu objek wisata
(Sugiarto et al. 2002 dalam Wijayanti 2008). Kondisi ini dapat dimanfaatkan
untuk meningkatkan harga tiket masuk agar jumlah kunjungan dapat berkurang.
Berkurangnya jumlah kunjungan berdampak pada berkurangnya beban yang
diterima lingkungan sebagai penyedia jasa wisata.
Tabel 12 menunjukkan jumlah kunjungan wisata alam Goa Pindul pada
tahun 2017 adalah sebanyak 145.084 kunjungan. Oleh karena itu, diperoleh total
surplus konsumen wisata alam Goa Pindul dalam satu tahun sebesar
Rp110.865.510.120. Angka tersebut menunjukkan bahwa nilai ekonomi wisata
alam Goa Pindul sebagai penghasil jasa wisata adalah sebesar Rp110.865.510.120.
Nilai ekonomi tersebut dikarenakan sebanyak 96% responden wisatawan Goa
Pindul berasal dari luar Kabupaten Gunungkidul, sehingga travel cost yang
dikeluarkan pengunjung juga besar. Selain itu, adanya jumlah kunjungan
wisatawan dalam satu tahun yakni sebesar 145.084 kunjungan pada tahun 2017.
Besarnya nilai surplus konsumen tersebut dapat dimanfaatkan dengan
mengoptimalkan harga tiket serta memaksimalkan belanja wisatawan di lokasi
wisata sehingga manfaat yang didapatkan pengelola dan masyarakat sekitar
kawasan bisa lebih optimal (Ekayani et. al, 2014). Besaran nilai ekonomi wisata
alam Goa Pindul mengartikan bahwa lokasi wisata tersebut memiliki manfaat
sebagai penghasil jasa wisata. Hal ini dapat dirasakan secara terus menerus apabila
keberadaan lokasi wisata Goa Pindul dapat dijaga dengan baik. Sebaliknya, jika
kondisi alam dan lingkungan Goa Pindul tidak terjaga atau mengalami kerusakan,
maka minat wisatawan untuk berkunjung akan menurun. Kondisi yang lebih
49

ekstrem, yakni tidak akan ada lagi kegiatan wisata yang artinya Goa Pindul akan
kehilangan nilai jasa wisata sebesar Rp110.865.510.120 tersebut. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pembatasan jumlah pengunjung agar tidak merusak lingkungan
wisata Goa Pindul. Pembatasan ini dapat dilakukan melalui sistem ticketing oleh
pemerintah terhadap pengelola yang lebih ketat baik secara online maupun offline.
Estimasi Tarif Masuk Sesuai WTP Pengunjung Goa Pindul
Jumlah pengunjung yang tinggi pada objek wisata Goa Pindul
dikhawatirkan dapat menjadi salah satu ancaman bagi kelestarian sumber daya
alam objek wisata tersebut. Oleh karena itu, jumlah kunjungan tersebut harus
dikontrol agar tidak menjadi ancaman bagi kelestarian lingkungan di sekitar lokasi
wisata Goa Pindul. Salah satu alat yang dapat digunakan untuk mengontrol jumlah
kunjungan adalah melalui peningkatan tarif tiket masuk wisata. Peningkatan tarif
tiket masuk wisata dapat menurunkan jumlah pengunjung, dimana pengunjung
yang tidak menghendaki kenaikan tarif tiket masuk akan mencari alternatif wisata
lain sesuai dengan WTP nya. Disisi lain, penurunan jumlah pengunjung dapat
menurunkan pendapatan bagi pengelola wisata, sehingga perlu dilihat WTP
pengunjung terhadap tiket masuk yang sebaiknya dapat diberlakukan.
Berdasarkan data pada Tabel 13, terdapat sebanyak 86% wisatawan baik
wisatawan nusantara (wisnus) maupun wisatawan mancanegara (wisman) yang
bersedia membayar lebih terhadap tarif masuk di objek wisata Goa Pindul dari
harga tarif existing, sedangkan 14% sisanya tidak bersedia meningkatkan besaran
tarif tiket masuk. Alasan pengunjung yang tidak bersedia membayar cukup
bervariasi, antara lain: merasa konservasi lingkungan adalah tanggung jawab
pemerintah dan pengelola, merasa sudah cukup terhadap harga tiket wisata yang
saat ini berlaku. Kesediaan pengunjung membayar lebih tinggi dari tarif masuk
saat ini di objek wisata Goa Pindul dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kesediaan pengunjung meningkatkan tarif masuk objek wisata Goa
Pindul tahun 2018
Kesediaan Wisatawan nusantara (Wisnus) Wisatawan mancanegara (Wisman)
meningkatkan tarif Frekuensi Proporsi Frekuensi Proporsi
masuk (orang) (%) (orang) (%)
Ya 56 80 30 100
Tidak 14 20 0 0
Total 70 100 30 100
Sumber: Data Primer (diolah) 2018
50
50

Tabel 13 menunjukkan bahwa sebanyak 80% responden wisnus dan 100%


responden wisman setuju dengan adanya kenaikan harga tiket masuk wisata alam
Goa Pindul. Sedangkan sisanya, tidak menghendaki adanya kenaikan harga tiket
masuk. Responden yang tidak mengehendaki adanya kenaikan harga pada tiket
masuk beranggapan bahwa kelestarian lingkungan di area wisata Goa Pindul
merupakan tanggung jawab pemerintah. Selain itu, beberapa responden
menyatakan bahwa harga tiket saat ini sudah dirasa cukup.
Nilai rataan WTP responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP
responden. Nilai ini didapatkan dari jumlah responden yang membayar WTP ke-i
(frekuensi) dibagi dengan jumlah kumulatif responden kemudian dikalikan
dengan nilai WTP masing-masing. Data distribusi nilai WTP pengunjung wisata
Goa Pindul dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Distribusi nilai WTP pengunjung terhadap harga tiket Goa Pindul
Frekuensi EWTP (Rp)
WTP (Rp)
No Wisnus Wisman Wisnus Wisman
(a) (b1) (b2) ((b1/c1)*a) ((b2/c2)*a)
1 55.000 6 - 5.893 -
2 60.000 13 5 13.929 10.000
3 65.000 24 2 27.857 4.333
4 70.000 9 - 11.250 -
5 75.000 2 - 2.679 -
6 80.000 1 4 1.429 10.677
7 100.000 1 6 1.786 20.000
8 120.000 - 1 - 4.000
9 150.000 - 2 - 10.000
10 200.000 - 10 - 66.677
56(c1) 30(c2) 64.821 125.667
Sumber: Data Primer (diolah) 2018
Tabel 14 menunjukkan bahwa nilai rataan WTP pengunjung nusantara
terhadap tarif masuk Goa Pindul adalah sebesar Rp64.821 per kunjungan. Selain
itu, dapat dilihat pula nilai rataan WTP pengunjung mancanegara terhadap tarif
masuk Goa Pindul adalah sebesar Rp125.667 per kunjungan. Penetapan tarif tiket
masuk Goa Pindul dapat diterapkan berdasarkan nilai rataan WTP pengunjung
sesuai dengan Tabel 14. Namun, tidak semua pengunjung bersedia membayar
tiket sebesar nilai tersebut. Dari total responden, terdapat 37 pengunjung wisnus
yang bersedia membayar pada tarif tiket masuk Rp64.821 per kunjungan per orang.
Dari sisi pengunjung wisman juga terdapat 12 responden yang bersedia membayar
tiket pada harga Rp125.667 per kunjungan per orang. Sementara sisanya, tidak
51

bersedia membayar pada tarif tiket masuk sesuai rataan WTP pengunjung. Hal ini
dapat diartikan bahwa dengan penetapan tarif tiket wisata alam Goa Pindul sesuai
rataan WTP pengunjung dapat mengurangi jumlah pengunjung. Pengunjung yang
tidak bersedia membayar di bawah WTP rataan tidak akan berwisata di tempat
tersebut. Peningkatan tarif masuk sesuai rataan WTP pengunjung ini dapat
digunakan sebagai alat untuk mengontrol jumlah kunjungan agar beban yang
diterima lingkungan sebagai lokasi wisata dapat berkurang.
Penerapan tarif masuk sesuai rataan WTP pengunjung dapat digunakan
untuk mengestimasi jumlah pengunjung dan penerimaan pengelola. Data
mengenai besarnya jumlah pengunjung dan estimasi penerimaan pengelola
berdasarkan WTP pengunjung sebelum dan setelah ditetapkan tarif masuk sesuai
WTP pengunjung dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Estimasi penerimaan pengelola dengan penetapan tarif masuk sesuai
WTP pengunjung wisata Goa Pindul
Wisnus Wisman Total
Kondisi Revenue Revenue Revenue
Tiket Kunjungan Tiket Kunjungan Kunjungan
(Rp Juta) (Rp Juta) (Rp Juta)
(P1) (Q1) (I1) (P2) (Q2) (I2) (P1+P2) ∆% (I1+I2) ∆%
a. 50.000 144.289 7.214,45 50.000 795 39,75 145.084 7.254,20
b. 64.821 95.334 6.179,63 125.667 318 39,96 95.652 -34 6.219,59 -14
c. 60.000 128.829 7.729,77 200.000 265 53,00 129.094 -11 7.782,76 7
Sumber: Data Primer (diolah) 2018
Keterangan :
a = Kondisi existing
b = WTP rataan
c = Tarif baru yang disarankan (WTP Optimum)

Berdasarkan data pada Tabel 15, tarif tiket masuk Goa Pindul existing
sebesar Rp50.000/tiket. Jika nilai ini diterapkan sebagai tarif tiket masuk wisata
Goa Pindul, maka pengunjung yang memberikan nilai WTP Rp50.000 ke atas
akan ikut berwisata. Oleh sebab itu, dapat diestimasikan penerimaan pengelola
wisata sebesar Rp7.254.200.000/tahun. Estimasi penerimaan tersebut lebih besar
jika dibandingkan estimasi penerimaan dengan penerapan tarif wisata sesuai
rataan WTP pengunjung (Rp64.821/tiket/wisnus dan Rp125.667/tiket/wisman),
yaitu Rp6.219.594.587/tahun. Penetapan tarif ini berakibat pada total jumlah
kunjungan yang mengalami penurunan sebesar 34% dalam satu tahun. Namun,
penetapan tarif ini juga berakibat pada total penerimaan pengelola yang
52
52

mengalami penurunan sebesar 14% dalam satu tahun jika dibandingkan dengan
penerimaan saat penerapan harga tarif tiket existing. Penurunan penerimaan
pengelola ini dikhawatirkan akan menyebabkan pengelolaan wisata alam Goa
Pindul yang tidak berlanjut. Hal ini dikarenakan pengelola enggan menerima
penerimaan yang lebih rendah dari penerapan harga tiket existing.
Estimasi penurunan pengunjung dengan penerimaan pengelola wisata alam
Goa Pindul terbesar adalah pada penerapan tarif masuk sebesar Rp60.000 untuk
wisatawan nusantara dan Rp200.000 per wisatawan mancanegara per kunjungan
(Lampiran 8). Penerapan tarif ini dapat meningkatkan total penerimaan pengelola
hingga 7% per tahunnya. Selain itu, penerapan tarif ini juga dapat menurunkan
total kunjungan sebesar 11% per tahunnya. Meskipun pada penelitian terdahulu
(Sabar, 2016) menyarankan agar jumlah penurunan mencapai 40%, namun
penetapan tarif ini dapat digunakan sebagai alat untuk mengurangi jumlah
kunjungan agar beban yang diterima lingkungan akibat adanya aktivitas wisata
dapat berkurang. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan tiket masuk yang
diterapkan sesuai WTP pengunjung dapat digunakan sebagai alat untuk
mengontrol jumlah pengunjung terutama saat peak season, jika kondisi kunjungan
sudah mengalami over carrying capacity. Selain itu, penetapan tarif ini dapat
memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal dalam potensi pendapatan
tambahan dari adanya kegiatan wisata alam Goa Pindul.
Jumlah kujungan per tahun diperoleh dari proporsi wisatawan yang bersedia
membayar tarif pada harga tersebut dikalikan dengan jumlah kunjungan setahun
Goa Pindul pada tahun 2017 (145.084 kunjungan). Harga yang ditetapkan dalam
penelitian ini masih dalam kurun waktu satu tahun. Oleh karena itu, perlu
penelitian lebih lanjut untuk menghitung besarnya jumlah pengunjung saat peak
season dan low season. Besarnya biaya konservasi terhadap kawasan wisata Goa
Pindul belum diestimasi secara jelas, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut
mengenai estimasi biaya konservasi kawasan wisata Goa Pindul.
53

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan atas permasalahan yang telah dijelaskan


sebelumnya, maka dapat dirumuskan kesimpulan sebagai berikut:
1. Wisatawan menyatakan bahwa kondisi wisata alam Goa Pindul secara umum
masih baik, yang secara tidak langsung dapat dinyatakan bahwa sampai saat
ini aktivitas wisata belum memberikan dampak negatif terhadap Goa Pindul.
Kondisi sarana prasarana pendukung kegiatan wisata juga dinilai baik oleh
wisatawan, namun, terdapat beberapa sarana pendukung wisata yang masih
perlu diperhatikan oleh pengelola seperti toilet dan tempat parkir.
2. Goa Pindul memiliki nilai ekonomi jasa wisata sebesar Rp 110.865.510.120
yang dapat hilang jika jasa wisata alam tersebut tidak berkelanjutan. Hal ini
menunjukkan bahwa keberadaan Goa Pindul penting untuk dijaga
kelestariannya. Faktor yang secara signifikan memengaruhi permintaan
wisata Goa Pindul hanya biaya perjalanan yang dikeluarkan pengunjung.
3. WTP pengunjung dapat digunakan untuk menerapkan tarif masuk guna
mengontrol jumlah kunjungan yang diharapkan dapat diterapkan apabila
terjadi over carrying capacity sehingga terhindar dari kerusakan lingkungan
akibat dari kegiatan wisata terutama pada saat peak season.
4. Tarif masuk wisata Goa Pindul yang ditetapkan sesuai WTP pengunjung
dapat mengurangi jumlah kunjungan pertahun. Namun penetapan tarif ini
dapat mengurangi jumlah penerimaan pengelola.
54
54

Saran

Berdasarkan pembahasan serta kesimpulan sebelumnya, saran yang dapat


disampaikan guna meningkatkan pengembangan wisata yang tetap menjaga
kelestarian lingkungan di Goa Pindul antara lain:
1. Perlunya perbaikan toilet dan lokasi parkir sesuai harapan pengunjung wisata
Goa Pindul,
2. Berdasarkan adanya nilai ekonomi wisata, perlu mengontrol jumlah
pengunjung yang dapat mengurangi dampak negatif dari kegiatan wisata
terhadap lingkungan sekitar Goa Pindul dengan menerapkan tiket masuk
sesuai WTP,
3. Perlu ada arah kebijakan pemerintah yang lebih tegas terhadap penyedia jasa
wisata dalam pembatasan jumlah pengunjung melalui sistem ticketing baik
secara online maupun offline,
4. Perlu penelitian lebih lanjut terkait besaran biaya konservasi Goa Pindul serta
besarnya jumlah kunjungan saat peak season dan low season.
55

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2018. Kamus Besar Bahasa Indonesia Online [Internet]. [diunduh 2018
Oktober 2]; Tersedia pada: http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi.index.php

Baskoro H. 2013. Analisis kunjungan objek wisata Lawang Sewu di Kota


Semarang [skripsi]. Semarang (ID). Universitas Diponegoro

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Indikator Kesejahteraan Rakyat 2013. Jakarta
(ID): Badan Pusat Statistik (BPS)

Budiaji W. 2013. The Measurement Scale and The Number of Responses in Likert
Scale. Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan (JIPP). Vol 2(2): 127-133

Butarbutar R dan Soemarno. 2013. Environmental Effects of Ecotourism. Journal


of Indonesian Tourism and Development Studies.Vol 1(3): 97-107

Desa Bejiharjo. 2018. Rekapitulasi Tiket Wisata. Gunungkidul (ID). Tidak


dipublikasikan

Desy E. 2017. Manfaat ekonomi dan daya dukung Kawasan Wisata Laut Pasir
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor

[Dispar] Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. 2016. Statistik


Kepariwisataan Jogja Istimewa 2015. Yogyakarta (ID): Dinas Pariwisata
Daerah Istimewa Yogyakarta

[Dispar] Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. 2017. Potensi Pariwisata


Kabupaten Gunungkidul. Wonosari (ID)

Douglas JR. 1970. Forest Recreation. New York (US): McGraw-Hill Book
Company

Ekayani M, Nuva, Yasmin R, Sinaga F, Maaruf L. 2014. Wisata Alam Taman


Nasional Gunung Halimun Salak: Solusi Kepentingan Ekologi dan Ekonomi.
Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia (JIPI). Vol 19(1): 29-37

Ermayanti F. 2012. Valuasi ekonomi objek wisata Ndayu Park dengan metode
biaya perjalanan dan metode valuasi kontingensi [skripsi]. Surakarta (ID):
Universitas Sebelas Maret

Fandeli C. 2000. Pengertian dan Konsep Dasar Ekowisata. Yogyakarta (ID):


Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada

Fauzi A. 2010. Ekonomi Sumber daya Alam dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): P.T Gramedia Pustaka Utama Jakarta
56
56

Fauzi A. 2014. Valuasi Ekonomi dan Penilaian Kerusakan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan. Bogor (ID): PT IPB Press

Ghozali I. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21


Update PLS Regresi. Semarang (ID): Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Google Maps. 2018. Peta Kabupaten Gunungkidul [Internet]. [diunduh 2018


Oktober 28]. Tersedia pada: https://www.google.com/KabupatenGunungkidul

Gunung Sewu Geopark. 2016. Gunung Sewu Resmi Menjadi Global Geopark.
Sekretariat Geopark Gunung Sewu [Internet]. [diunduh 2018 Agustus 20].
Tersedia pada: http://gunungsewugeopark.org/

Hall CM. 2000. Tourism Planning: Policies, Processes and Relationship.


England: Pearson Education

Hanifah E. 2018. Analisis Keberlanjutan dalam Penerapan Community Based


Tourism Wisata Alam Goa Pindul, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta
[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Ismail A, Nuva, dan Pekasa LA. 2011. Estimasi Nilai Kerugian Ekonomi dan
Willingness to Pay Masyarakat Akibat Pencemaran Air Tanah (Studi Kasus di
Kelurahan Kapuk Muara, Jakarta Utara). Jurnal Ekonomi Lingkungan VoI
15(2): 51-69

[Kemenpar] Kementerian Pariwisata. 2017. Neraca Satelit Pariwisata Nasional


2017. Jakarta (ID): Kementerian Pariwisata Deputi Bidang Pengembangan
Kelembagaan Kepariwisataan

King DM dan Mazzotta MJ. 2000. Ecosystem Valuation. US Department of


Agriculture Natural Resources Conservation Service and National
Oceanographic and Atmospheric Administration [Internet]. [diunduh 2018 Mei
15]. Tersedia pada: http://www.ecosystemvaluation.org/1-01.htm.

Latifah N. 2017. Estimasi nilai dan dampak ekonomi wisata Pantai Klayar Pacitan
Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Lipton DW, Wellman K, Sheifer IC, and Weiher RF. 1995. Economic Valuation
of Natural Resources-A Handbook for Coastal Resource Policymakers. East
West Highway (US): National Oceanic and Atmospheric Adminstration

Lucyanti S, Hendrarto B, dan Izzati M. 2013. Penilaian Daya Dukung Wisata di


Obyek Wisata Bumi Perkemahan Palutungan Taman Nasional Gunung
Ciremai Propinsi Jawa Barat. Di dalam: Prosiding Seminar Nasional
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2013. Malang (ID):
Universitas Diponegoro.

Ningsih C. 2013. Kontribusi Objek Wisata Goa Pindul Terhadap Perekonomian


Masyarakat. Jurnal Ekonomi dan Studi Pembangunan. Vol 14(1): 67-79
57

Nurfatriani F. 2006. Konsep Nilai Ekonomi Total dan Metode Penilaian


Sumberdaya Hutan. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Vol
3(1): 1-16

Nurhidayati SE dan Fandeli C. 2012. Penerapan Prinsip Community Based


Tourism (CBT) dalam Pengembangan Agrowisata di Kota Batu Jawa Timur.
Jejaring Administrasi Publik. Vol 4(1): 36-46

Nurita. 2016. Strategi pengembangan wisata alam penyu berbasis masyarakat


lokal di Pantai Temajuk Kabupaten Sambas Kalimantan Barat [tesis]. Bogor
(ID). Institut Pertanian Bogor

Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2010 tentang Pengusahaan Pariwisata


Alam Di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman
Wisata Alam

Priyatno D. 2014. SPSS 22 Pengolah Data Terpraktis. Yogyakarta (ID): ANDI


Yogyakarta

Rahayu S. 2005. SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran. Bandung (ID):
ALFABETA Bandung

Sabar M. 2016. Carrying Capacity And Visitors’ Satisfaction Of The Ecotourism


Object Of Cave Pindul Tubing Gunung Kidul, Yogyakarta, Indonesia.
Academy of Strategic Management Journal. Vol 15 (3): 126-136

Sasmita E, Darsiharjo, dan Rahmafitria F. 2014. Analisis Daya Dukung Wisata


Sebagai Upaya Mendukung Fungsi Konservasi dan Wisata di Kebun Raya
Cibodas Kabupaten Cianjur. Jurnal Manajemen Resort & Leisure. Vol 11(2):
71-84

Sinaga F. 2014. Estimasi nilai dan dampak ekonomi wisata alam Curug Cigamea
di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor

Siswantoro H, Anggoro S, dan Sasongko DP. 2012. Strategi Optimasi Wisata


Massal di Kawasan Konservasi Taman Wisata Alam Grojogan Sewu. Jurnal
Ilmu Lingkungan. Vol 10 (2) : 100-110

Spillane JJ. 1993. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta


(ID). Kanisius

Sugiarto T, Herlambang, Brastoro R, Sudjana, Kelana S. 2002. Ekonomi Mikro –


Sebuah kajian Komprehensif. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID): CV. Alfabeta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung


(ID): Alfabeta
58
58

Suwantoro G. 1997. Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi

Suryadana L. 2015. Sosiologi Pariwisata: Kajian Kepariwisataan dalam


Paradigma Intergratif-Transformatif menuju Wisata Spiritual. Bandung (ID):
Humaniora

Tiesdell C. 2001. Tourism Economics, the Environment and Development.


Cheltenham (UK): Edward Elgar Publishing, Inc

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan


Lingkungan Hidup

Utama R. 2017. Pemasaran Pariwisata. Yogyakarta (ID) : CV Andi Offset

Vanhove N. 2005. The Economics of Tourism Destination. Elsevier, Burlington.

Wanti W, Syaukat Y, dan Juanda B. 2014. Analisis Nilai Ekonomi Wisata Kebun
Kina Bukit Unggul Kabupaten Bandung. Jurnal Ekonomi Pertanian,
Sumberdaya Dan Lingkungan. Vol 1 (2): 44-55

Wijayanti P, Novianti T, dan Hastuti. 2008. Analisis Ekonomi dan Strategi


Pengelolaan Ekowisata (Studi Kasus Kawasan Wisata Gunung Salak Endah
Kabupaten Bogor). Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia. VoI 13 (3): 173-181

Wirawisata. 2018. Goa Pindul di Wirawisata [Internet]. [diunduh 2018 Oktober


22]. Tersedia pada: www.goapindulwirawisata.com

Yakin A. 1997. Ekonomi Sumber Daya dan Lingkungan: Teori dan Kebijakan
Berkelanjutan. Jakarta (ID): Akademika Presindo

Yoeti OA. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi, dan Implementasi.


Jakarta (ID): Kompas.

Yoeti OA. 2010. Dasar-Dasar Pengertian Hospitaliti dan Pariwisata. Bandung


(ID): PT Aumni.
59

LAMPIRAN
60
60
61

Lampiran 1. Data sosial ekonomi responden pengunjung wisata Goa Pindul 2018
Total
Jumlah
No Alamat JK Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
Keluarga
(RP)
1 Sukoharjo L 49 13 4 Swasta 2.000.000
2 Cilacacap P 45 16 4 PNS 5.000.000
3 Semarang L 50 17 4 Swasta 5.000.000
4 Klaten P 39 19 2 PNS 10.000.000
5 Malang L 42 16 2 Swasta 4.600.000
6 Cilegon L 33 14 3 Swasta 5.000.000
7 Banten P 32 13 3 Swasta 5.000.000
8 Serang P 37 13 3 IRT 3.258.000
9 Wonosari P 37 16 4 Swasta 15.000.000
10 Bandung L 54 17 5 Swasta 4.000.000
11 Jogjakarta P 25 13 3 Swasta 16.000.000
12 Cianjur P 34 17 4 Swasta 18.500.000
13 Malang P 24 17 4 Swasta 10.000.000
14 Surabaya L 53 17 4 Swasta 15.000.000
15 Sukoharjo P 20 17 5 Pelajar 11.000.000
16 Bandung L 34 13 4 Wirausaha 16.000.000
17 Bandung P 32 13 4 Swasta 3.000.000
18 Semanu P 30 17 5 Swasta 2.000.000
19 Bekonang L 27 17 4 Swasta 12.000.000
20 sukoharjo L 29 13 5 Swasta 4.000.000
21 Polokarto L 33 13 4 Swasta 3.800.000
22 Tasikmalaya L 61 17 2 Swasta 16.000.000
23 Tasikmalaya P 28 17 4 Swasta 3.950.000
24 Jakarta L 60 18 6 Pensiunan 5.000.000
25 Jakarta L 29 18 5 PNS 4.000.000
26 Pasuruan L 22 13 2 Swasta 3.500.000
27 Surabaya L 25 13 6 Swasta 3.450.000
28 Bantul L 25 13 3 Swasta 7.000.000
29 Mojokerto L 26 13 5 Swasta 3.300.000
30 Surabaya L 52 17 4 Swasta 10.000.000
31 Bondowoso P 32 17 3 PNS 10.000.000
32 sukoharjo L 28 13 3 Swasta 4.000.000
33 Bondowoso P 35 13 5 PNS 10.000.000
34 Gunungkidul L 25 13 5 Swasta 3.000.000
35 Gunungkidul L 23 12 7 Swasta 3.000.000
36 Bekasi P 32 17 2 Swasta 6.500.000
37 Bekasi L 33 17 2 PNS 6.500.000
38 Tegal P 51 13 5 Swasta 2.400.000
39 Lamongan L 32 17 4 Swasta 10.000.000
62
62

Lampiran 1. Data sosial ekonomi responden pengunjung Goa Pindul 2018 (lanjutan)
Total
Jumlah
No Alamat JK Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
Keluarga
(RP)
40 Tegal P 38 16 5 Swasta 5.000.000
41 Gunungkidul P 19 14 5 Pelajar 8.000.000
42 Bekasi P 23 18 4 Pelajar 7.000.000
43 Gunungkidul L 55 17 5 PNS 8.000.000
44 Surabaya L 25 13 4 Swasta 3.400.000
45 Bondowoso P 51 17 4 PNS 10.000.000
46 Semarang P 21 16 4 Pelajar 10.000.000
47 Tangerang P 48 15 3 Swasta 8.000.000
48 Kaliwungu P 22 17 4 Pelajar 10.000.000
49 Majalengka L 23 17 4 Pelajar 4.000.000
50 Jogjakarta P 23 17 3 Swasta 10.000.000
51 Jogjakarta P 23 17 5 Swasta 4.000.000
52 Jogjakarta L 52 16 4 PNS 7.000.000
53 Jogjakarta P 23 17 5 Swasta 5.000.000
54 Padang P 25 17 4 Swasta 1.500.000
55 Bawen P 36 17 4 Swasta 3.000.000
56 Jogjakarta P 36 20 4 Swasta 10.000.000
57 Jakbar P 50 14 3 Swasta 10.000.000
58 Padang P 25 19 3 Pelajar 1.000.000
59 Bangka L 35 17 4 Swasta 14.000.000
60 Tegal L 42 16 5 Swasta 5.000.000
61 Pasuruan L 22 13 2 Swasta 3.000.000
62 Jogja P 23 17 4 Swasta 4.500.000
63 Klaten L 45 17 3 Wirausaha 6.500.000
64 Boyolali P 49 13 4 Swasta 4.500.000
65 Sleman L 22 14 4 Pelajar 15.000.000
66 Jaktim L 20 14 4 Pelajar 6.000.000
67 Cirebon L 23 17 5 PNS 9.000.000
68 Sragen P 22 17 5 Pelajar 10.000.000
69 Sleman L 54 17 5 Swasta 4.000.000
70 Bantul P 25 13 3 Swasta 16.000.000
71 Germany P 28 17 3 Swasta 39.934.700
72 Malaysia P 26 18 1 Pelajar 2.000.000
73 UK P 21 16 5 Pelajar 9.544.500
74 Italia L 34 19 2 Swasta 59.122.000
75 Malaysia P 21 14 4 Pelajar 15.000.000
76 Germany P 24 19 5 Pelajar 9.986.940
77 Singapore L 34 15 4 Swasta 10.000.000
78 Filipina P 55 17 2 Wirausaha 27.100.000
79 Germany L 28 17 1 Swasta 42.000.000
63

Lampiran 1. Data sosial ekonomi responden pengunjung Goa Pindul 2018 (lanjutan)
Total
Jumlah
No Alamat JK Usia Pendidikan Pekerjaan Pendapatan
Keluarga
(RP)
80 Malaysia P 26 18 3 Pelajar 2.200.000
81 Germany P 24 19 5 Pelajar 9.986.940
82 Germany P 25 19 2 Pelajar 8.322.450
83 Malaysia P 41 19 8 PNS 42.684.000
84 Germany P 28 17 3 Swasta 49.934.700
85 Malaysia P 27 17 5 Swasta 10.679.757
86 Germany L 34 15 1 Swasta 51.599.190
87 UK L 27 20 4 Swasta 9.444.784
88 Malaysia P 40 13 6 Swasta 8.899.797
89 Singapore L 28 17 4 Swasta 3.325.000
90 Scotland P 17 13 3 Pelajar 6.448.987
91 UK P 22 17 5 Pelajar 5.425.727
92 Singapore P 25 17 5 Swasta 3.230.000
93 Italia L 34 19 2 Swasta 35.000.000
94 Scotland P 22 17 4 Swasta 12.328.940
95 Italia P 33 19 2 Swasta 38.000.000
96 Korea L 26 17 4 Swasta 12.000.000
97 Malaysia P 22 15 5 Pelajar 18.000.000
98 Thailand L 28 17 4 Swasta 8.021.600
99 Malaysia P 38 17 5 Wiraswasta 28.456.000
100 Malaysia L 45 17 4 Wiraswasta 32.724.400
64
64

Lampiran 2. Karakteristik kunjungan wisata Goa Pindul 2018

Lama
Sumber Kunjungan Cara
No Tujuan Alasan memilih lokasi Kunjungan
informasi 5 Tahun Berkunjung
(jam)
1 Teman 2 Rekreasi Pemandangan yang menarik 3,5 Keluarga
2 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 3 Keluarga
3 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Keluarga
4 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Sendiri
5 Keluarga 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
6 Internet 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 3,5 Keluarga
7 Internet 2 Rekreasi Pemandangan yang menarik 3,5 Keluarga
8 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2,5 Keluarga
9 Internet 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Sendiri
10 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
11 Teman 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Teman
12 Internet 3 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Keluarga
13 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Keluarga
14 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Teman
15 Keluarga 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
16 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Teman
17 Keluarga 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Keluarga
18 Keluarga 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 3 Keluarga
19 Keluarga 1 Rekreasi Keunikan tempat 4 Keluarga
20 Keluarga 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 4 Teman
21 Keluarga 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 3 Keluarga
22 Internet 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Keluarga
23 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Keluarga
24 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 3 Keluarga
25 Teman 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Keluarga
26 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
27 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Teman
28 Teman 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Sendiri
29 Internet 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Teman
30 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 5 Teman
31 Keluarga 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
32 Keluarga 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 4 Teman
33 Keluarga 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
34 Teman 6 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Sendiri
35 Teman 2 Rekreasi Keunikan tempat 4 Sendiri
36 Teman 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 4 Teman
37 Keluarga 1 Rekreasi Keunikan tempat 4 Keluarga
38 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 6 Keluarga
39 Teman 2 Rekreasi Keunikan tempat 3 Keluarga
40 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 2 Teman
65

Lampiran 2. Karakteristik kunjungan wisata Goa Pindul 2018 (lanjutan)


Lama
Sumber Kunjungan Cara
No Tujuan Alasan memilih lokasi Kunjungan
informasi 5 Tahun Berkunjung
(jam)
41 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Sendiri
42 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
43 Teman 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Keluarga
44 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
45 Keluarga 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
46 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 5 Keluarga
47 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Keluarga
48 Teman 3 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Teman
49 Teman 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 4 Keluarga
50 Teman 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 2,5 Keluarga
51 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2,5 Keluarga
52 Internet 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 3 Sendiri
53 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2,5 Sendiri
54 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 4 Teman
55 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 4 Keluarga
56 Internet 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 3,5 Teman
57 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Keluarga
58 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Keluarga
59 Teman 1 Rekreasi Pemandangan yang menarik 5 Keluarga
60 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 2 Teman
61 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Teman
62 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Keluarga
63 Internet 3 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Sendiri
64 Internet 4 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Keluarga
65 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 6 Teman
66 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 2 Keluarga
67 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 2 Keluarga
68 Teman 1 Rekreasi Keunikan tempat 5 Keluarga
69 Tnternet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Keluarga
70 Teman 2 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Keluarga
71 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
72 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 4 Teman
73 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
74 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Teman
75 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 4 Teman
76 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
77 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
78 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
79 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
80 Internet 1 Rekreasi Keunikan tempat 4 Teman
81 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
66
66

Lampiran 2. Karakteristik kunjungan wisata Goa Pindul 2018 (lanjutan)


Lama
Sumber Kunjungan Cara
No Tujuan Alasan memilih lokasi Kunjungan
informasi 5 Tahun Berkunjung
(jam)
82 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
83 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4,5 Teman
84 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
85 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
86 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
87 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
88 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
89 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Teman
90 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
91 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
92 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Teman
93 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 2 Teman
94 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
95 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
96 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
97 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 4 Teman
98 Teman 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 5 Teman
99 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
100 Internet 1 Rekreasi Atraksi yang ditawarkan 3 Teman
67

Lampiran 3. Output analisis regresi fungsi permintaan wisata alam Goa Pindul

Model Summaryb,c
Adjusted R
Model R R Square Square Std. Error of the Estimate

1 ,644a ,414 ,231 ,25767


a. Predictors: (Constant), X5, Ln_X2Incme, Ln_X3Dstnc, Ln_X4Mmb, Ln_X1C
b. Dependent Variable: Ln_Y

ANOVAa,b
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,752 5 ,150 2,264 ,098c
Residual 1,062 16 ,066
Total 1,814 21
a. Dependent Variable: Ln_Y
b. Predictors: (Constant), X5, Ln_X2Incme, Ln_X3Dstnc, Ln_X4Mmb, Ln_X1C

Coeficienta,b

Unstandardized Standardized Collinierity


Coefficients Coefficients Statistics
Model t Sig.
Std.
B Beta Tolerance VIF
Error
(Constant)
2,802 1,784 1,571 ,136
Ln_X1 **
-,279 ,120 -,586 -2,335 ,033 ,582 1,719
Ln_X2
-,120 ,123 -,207 -,977 ,343 ,819 1,222
Ln_X3
,043 ,111 ,085 ,386 ,705 ,750 1,333
Ln_X4
-,082 ,329 -,061 -,250 ,805 ,626 1,596
X5 (dummy)
,699 1,044 ,129 ,670 ,513 ,986 1,015
a. R = 64%
b. R2 (adj) = 29%
c. DW = 1,743
Keterangan : ** signifikan pada taraf nyata 5%
68
68

Lampiran 4. Uji Normalitas : Uji One-Sampel Kolmogorov- Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized
Residual
N 22
Normal Parametersa,b Mean -,1075224
Std. Deviation ,29182703
Most Extreme Differences Absolute ,116
Positive ,097
Negative -,116
Test Statistic ,116
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Lampiran 5. Uji Autokorelasi

Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -,13997
Cases < Test Value 11
Cases >= Test Value 11
Total Cases 22
Number of Runs 13
Z ,218
Asymp. Sig. (2-tailed) ,827
a. Median
69

Lampiran 6. Uji Glejser

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 1,585 ,420 3,778 ,012
Ln_X1C -,091 ,026 -,562 -3,511 ,013
Ln_X2Incme -,088 ,039 -,367 -2,289 ,036
Ln_X3Dstnc -,016 ,031 -,087 -,511 ,616
Ln_X4Mmb ,118 ,074 ,248 1,599 ,129
X5 -,138 ,090 -,255 -1,543 ,142
a. Dependent Variable: ABS_RES

Lampiran 7. Hasil analisis regresi jumlah kunjungan dengan biaya perjalanan

Coefficientsa
Unstandardized Standardized Collinierity
Model Coefficients Coefficients t Sig. Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) 1,147 ,048 23,747 ,000
cost -0,00007263 ,000 -,111 -1,107 ,271 0,976 1,27
a. Dependent Variable: Kunjungan

Y = 1,147 - 0,00007263C

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
1 ,111a ,012 ,002 ,34470 1,875
a. Predictors: (Constant), cost
b. Dependent Variable: Kunjungan
70
70

Lampiran 8. Estimasi penerimaan pengelola dengan tarif masuk wisata sesuai


bid pada WTP
Wisnus Wisman
No ∑ ∑
Bid Revenue Bid Revenue
Kunjungan Kunjungan
1 50.000 144.289 7.214.450.000 50.000 795 39.750.000
2 64.821 95.334 6.179.632.481 125.667 318 39.962.106
3 60.000 128.829 7.729.767.857 80.000 610 48.760.000
4 70.000 33.496 2.344.696.250 100.000 504 50.350.000
5 75.000 10.306 772.976.786 120.000 342 41.022.000
6 80.000 5.153 412.254.286 150.000 318 47.700.000
7 100.000 2.577 257.658.929 200.000 265 53.000.000
Lampiran 8 menunjukkan bahwa penurunan pengunjung yang diiringi
penerimaan pengelola tertinggi terdapat pada bid Rp60.000 untuk wisatawan
nusantara dan Rp200.000 untuk wisatawan mancanegara. Sedangkan bid pada
baris kedua merupakan besar rataan WTP pengunjung terhadap tarif tiket masuk
Goa Pindul. Besaran tarif ini dapat menurunkan jumlah kunjungan, namun juga
dapat menurunkan jumlah penerimaan pengelola wisata.
5
1 71

5
1 RIWAYAT HIDUP

5
1Penulis dilahirkan di Kabupaten Semarang pada tanggal 06 Desember 1996
dari ayah Subandi dan ibu Suwarsiti. Penulis adalah anak pertama dari dua
5
bersaudara.
1 Pada tahun 2011 penulis lulus dari SMP IT Nurul Islam Tengaran,
kemudian melanjutkan studi di Boarding School MAN 1 Surakarta dan lulus pada
tahun 2014. Selanjutnya penulis diterima di IPB melalui jalur Seleksi Bersama
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) Program Studi Ekonomi
Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Selama menjalani masa kuliah, penulis aktif di berbagai organisasi dan
kepanitiaan. Penulis tergabung dalam Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA)
AYUMAS Surakarta dan menjabat sebagai bendahara periode 2015-2016. Penulis
juga menjabat sebagai bendahara umum Dewan Perwakilan Mahasiswa FEM
Kabinet Pilar Peradaban periode 2016-2017. Selain itu, penulis juga tergabung
dengan organisasi diluar kampus yakni Young On Top (YOT) Bogor dan
menjabatsebagai bendahara umum periode 2015-2016. Penulis juga pernah
menjabat sebagai staf eksternal Paguyuban Karya Salemba Empat IPB Kabinet
Sinergi di tahun 2016-2017 dan tahun selanjutnya menjabat sebagai kepala divisi
Pengembangan Bisnis Kabinet Harmoni Mandiri.
Penulis juga aktif diberbagai kepanitiaan seperti Essential 2015, Love
Donation 2016, The 9th and 10th Sportakuler, Seminar Nasional Bisma, Last
Gathering KSE 2017, Welcoming Scholarship 2017, Kepanitiaan Dewan
Perwakilan Mahasiswa FEM, dan lain-lain. Penulis juga dinobatkan sebagai
peserta terbaik ORANGE FEM 2015. Sejak tahun 2016 penulis berkesempatan
mendapatkan beasiswa Karya Salemba Empat hingga tamat kuliah.

Anda mungkin juga menyukai