Anda di halaman 1dari 127

DESKRIPSI TANAMAN TROPIS JENIS POHON, PALEM,

DAN SEMAK BESAR YANG SERING DIJUMPAI


DI KAWASAN PERKOTAAN

GABRIELLA NATALINGRUM NUGRAHANTO

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Deskripsi Tanaman


Tropis Jenis Pohon, Palem dan Semak Besar yang Sering Dijumpai di Kawasan
Perkotaan adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, April 2014

Gabriella Natalingrum N
NIM A44090089
ABSTRAK
GABRIELLA NATALINGRUM NUGRAHANTO. Deskripsi Tanaman Tropis
Jenis Pohon, Palem dan Semak Besar yang Sering Dijumpai di Kawasan
Perkotaan. Dibimbing oleh BAMBANG SULISTYANTARA.

Tanaman merupakan salah satu elemen utama dalam lanskap. Sangat


penting bagi perancang, perencana dan pengelola untuk mengerti lingkungan
tumbuh dan karakteristik tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik
dan tumbuh sesuai dengan fungsinya. Meskipun begitu, kurangnya informasi
mengenai tanaman menghambat perencana dalam melakukan pemilihan tanaman
lanskap. Penelitian ini dilakukan dengan survei di Kota Bogor dan Kota Bandung
serta studi literatur untuk mendapatkan informasi mengenai tanaman. Setelah
survei lapang dilanjutkan dengan analisis tanaman dalam lanskap dengan
menggunakan metode Semantic Differential untuk mengetahui kualitas tanaman
dalam lanskap, kemudian dilakukan uji Chi-square dan diketahui bahwa kualitas
tanaman di kedua kota tersebut cenderung berbeda. Dapat disimpulkan bahwa
penampilan tanaman dalam lanskap perkotaan dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan tersedianya ruang penanaman. Dibutuhkan ruang penanaman yang
cukup luas dan pemilihan tanaman yang tepat agar tanaman dapat tumbuh dengan
baik di kawasan perkotaan.
Kata kunci: Identifikasi tanaman, kawasan perkotaan, semantic differential,
tanaman tropis
ABSTRACT
GABRIELLA NATALINGRUM NUGRAHANTO. Tropical Plants Description
to Trees, Palms, and Tall Shrubs Usually Found in Urban Area. Supervised by
BAMBANG SULISTYANTARA.

Plants is one of the main element in the landscape. Very important for
designers, planners or organizer to know the nature and characteristics of the
plants, so plants can grow up and be able to grow in accordance with function.
However, lack of information obstruct the planners in selecting landscape plants.
This study was carried out with field observations in Bogor City and Bandung
City combined with literature study to obtain scientific information related the
object under study. After field survey the study was followed by analysis of plants
in the landscape by using the Semantic Differential method to know the quality of
plants in the lansdscape, then tested with chi-square and it is known that both of
the city tend to be different. As conclusion, plants in urban area are influence by
environmental condition and planting space. It takes fairly wide planting space
and the selection of the right plants so that the plants can grow well in urban areas.
Key words: Plant Identification, semantic differential, tropical plants, urban area
DESKRIPSI TANAMAN TROPIS JENIS POHON, PALEM,
DAN SEMAK BESAR YANG SERING DIJUMPAI
DI KAWASAN PERKOTAAN

GABRIELLA NATALINGRUM NUGRAHANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Deskripsi Tanaman Tropis Jenis Pohon, Palem dan Semak Besar
yang Sering Dijumpai di Kawasan Perkotaan
Nama : Gabriella Natalingrum Nugrahanto
NIM : A44090089

Disetujui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan YME atas limpahan berkat dan anugerah-Nya,
sehingga penelitian yang berjudul “Deskripsi Tanaman Jenis Pohon, Semak
Besar dan Palem yang Sering Dijumpai di Kawasan Perkotaan” ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Ucapan terima
kasih penulis ditujukan kepada :
1. Bapak, Mama, dan Bram, serta keluarga besar yang selama ini memberi
bantuan dan semangat dalam proses penyelesaian penelitian dan penulisan
skripsi.
2. Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan
penulisan skripsi.
3. Fitriyah Nurul H Utami, ST, MT, selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan bibingan selama masa kuliah serta Dosen dan Staf Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor, khususnya Departemen Arsitektur
Lanskap atas ilmu yang telah diberikan.
4. Dr Ir Tati Budiarti, MS dan Dr Kaswanto, SP, Msi selaku dosen penguji yang
telah memberi pengarahan untuk penulisan skripsi yang lebih baik lagi.
5. Sahabat-sahabat terbaik (Sry Wahyuni, Herawaty Pare, Damaria Widasari,
Amanda Fauziah, Mentari Ramadhan) atas bantuan, semangat, dukungan, doa,
dan kebersamaannya selama ini.
6. Teman-teman seperguruan, Mentari Ramadhan, Monika Agustia, dan Prasetyo
Ariwibowo atas bantuan, semangat, dan dukungannya.
7. Nisa, Irma, Yaomi, Tari, Dedek, Azis, Wida, Dini, Dila, Kak Ifa, dan Kak Rio
yang telah membantu dalam pengambilan data penelitian hingga penelitian ini
akhirnya dapat selesai.
8. Keluarga dan teman-teman Arsitektur Lanskap Angkatan 46 atas semangat,
dukungan, dan kebersamaannya.
9. Teman-teman terbaik di Kelompok Kecil (Kak Rara, Faithy, Gloria, Lisa, dan
Santika) dan PMK khususnya KPA yang tidak dapat disebutkan satu persatu
atas dukungan, doa, semangat dan kebersamaannya.
10. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian dan penulisan karya
ilmiah ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan
kelemahan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari para pembaca. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, April 2014

Gabriella Natalingrum Nugrahanto


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xiii


DAFTAR GAMBAR xiii
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Kerangka Pikir 2
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Bahan 5
Alat 5
Prosedur 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum 8
Frekuensi Jenis Tanaman di Kota Bogor dan Bandung 9
Basis Data dan Perancangan Basis Data 19
Deskripsi Tanaman 20
Evaluasi Tanaman 60
SIMPULAN DAN SARAN 87
DAFTAR PUSTAKA 88
LAMPIRAN 89
RIWAYAT HIDUP 112
DAFTAR TABEL
1 Kuisioner penilaian semantic differential (SD) 7
2 Frekuensi spesies tanaman yang dijumpai di Kota Bogor 11
3 Frekuensi spesies tanaman yang dijumpai di Kota Bandung 15
4 Tanaman milik pihak swasta/privat yang dijjumpai di Kota Bogor 17
5 Foto lanskap Kota Bogor berdasarkan Kualitas 82
6 Foto lanskap Kota Bandung berdasarkan Kualitas 83
7 Frekuensi tanaman kualitas tinggi Kota Bogor dan Kota Bandung 83
8 Uji chi-square tanaman kualitas tinggi 83
9 Frekuensi tanaman kualitas sedang Kota Bogor dan Kota Bandung 83
10 Uji chi-square tanaman kualitas sedang 84
11 Frekuensi tanaman kualitas rendah Kota Bogor dan Kota Bandung 84
12 Uji chi-square tanaman kualitas rendah 84
13 Tanaman dan lebar ruang penanaman 85

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka Pikir 3
2 Peta Orientasi Lokasi Penelitian 4
3 Perbandingan jenis tanaman di Kota Bogor dan Kota Bandung 10
4 Contoh tampilan layout pada FileMaker Pro 21 19
5 Acacia auriculiformis 21
6 Adenanthera spp. 21
7 Agathis dammara 22
8 Annona muricata 23
9 Araucaria heterophylla 23
10 Artocarpus heterophyllus 24
11 Averhoa carambola 24
12 Bauhinia purpurea 25
13 Canarium indicum 26
14 Casuarina junghuhniana 26
15 Casuarina sumatrana 27
16 Cerbera manghas 27
17 Delonix regia 28
18 Dimocarpus longan 28
19 Erithrina cristagali 29
20 Ficus benjamina 29
21 Ficus lyrata 30
22 Gmenlia arborea 31
23 Hibiscus tilaeus 31
24 Hura crepitans 32
25 Lagerstromia speciosa 32
26 Mangifera indica 33
27 Mangifera kemanga 34
28 Maniltoa grandiflora 34
29 Mimusoph elengi 35
30 Muntingia calabura 35
31 Nephelium lappaceum 36
32 Paraserianthes falcataria 37
33 Pithecelobium dulce 37
34 Plumeria rubra 38
35 Polyalthia fragrans 39
36 Polyalthia longifolia 39
37 Psidium guajava 40
38 Pterocarpus indicus 41
39 Samanea saman 41
40 Shcefflera sp. 42
41 Spatodea campanulata 42
42 Swietenia mahogani 43
43 Syzygium aquaeum 44
44 Syzygium malaccense 45
45 Syzygium oleina 45
46 Tabebuia chrysantha 46
47 Tectona grandis 46
48 Terminalia cattapa 47
49 Thuja accidentalis 48
50 Areca catechu 48
51 Caryota cumingii 49
52 Cocos nucifera var. Capitata 49
53 Elaeis guineensis 50
54 Elaeis oleifera 50
55 Hyophorbe lagenicaulis 51
56 Licuala grandis 51
57 Phoenix roebelleni 52
58 Pritchardia pacifica 52
59 Ptychosperma macarthurii 53
60 Roystonia regia 54
61 Veitchia merrilii 54
62 Wodyetia bifurcata 55
63 Acalypha macrophylla 55
64 Bougainvillea glabra 56
65 Caesalpinia pulcherima 57
66 Calliandra 57
67 Hibiscus rosa sinensis 58
68 Ixora coccinea 59
69 Mussaenda sp. 59
70 Nerium oliander 60
71 Pohon kenari (Canarium indicum) di berbagai jalan di Kota Bogor 62
72 Pohon beringin (Ficus benjamina) di berbagai jalan di Kota Bogor 62
73 Pohon mahoni (Swietenia mahogani) di berbagai jalan di Kota Bogor 63
74 Pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) di berbagai jalan di Kota
Bogor 63
75 Pohon kersen (Muntingia calabura) di berbagai jalan di Kota Bogor 63
76 Pohon flamboyan (Delonix regia) di berbagai jalan di Kota Bogor 64
77 Pohon ki hujan (Samanea saman) di berbagai jalan di Kota Bogor 64
78 Pohon akasia (Acacia auriculiformis) di berbagai jalan di Kota Bogor 65
79 Pohon berbuah d berbagai jalan di Kota Bogor 65
80 Tanaman nusa indah (Mussaenda sp.) 66
81 Jenis palem soliter yang dijumpai di berbagai jalan di Kota Bogor 67
82 Jenis palem berumpun yang dijumpai di berbagai jalan di Kota Bogor 67
83 Jenis palem soliter yang dijumpai di berbagai jalan di Kota Bandung 68
84 Jenis palem berumpun yang dijumpai di berbagai jalan di Kota
Bandung 68
85 Pohon angsana (Pterocarpus indicus) di berbagai jalan di Kota
Bandung 68
86 Pohon mahoni (Swietenia mahogani) di berbagai jalan di Kota Bandung 68
87 Pohon beringin (Ficus benjamina) di berbagai jalan di Kota Bandung 69
88 Tanaman semak besar di Kota Bandung 69
89 Contoh pola tanam RTH jalur pejalan kaki 70
90 Tanaman dengan kualitas tinggi di Kota Bogor 71
91 Nilai Semantic Differential Kota Bogor 72
92 Modifikasi akar banir pada kenari (Canarium Indicum) 72
93 Beberapa tanaman dengan kualitas sedang di Kota Bogor 73
94 Tanaman dengan kualitas rendah di Kota Bogor 76
95 Tanaman dengan kualitas tinggi di Kota Bandung 78
96 Beberapa tanaman dengan sedang rendah di Kota Bandung 79
97 Nilai Semantic Differential Kota Bandung 81
98 Tanaman dengan kualitas rendah di Kota Bandung 72

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar pengamatan 89
2 Format kuisioner 90
3 Hasil pemotretan untuk penilaian kuisioner 91
4 Nilai Semantic Differential Kota Bogor dan Kota Bandung 95
5 Contoh hasil tampilan deskripsi singkat pada FileMaker 97
6 Hasil tampilan deskripsi singkat masing-masing spesies pada FileMaker 101
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman merupakan elemen penting dalam lanskap, di kawasan perkotaan


tanaman berfungsi untuk memberi keindahan, keperluan arsitektural, merekayasa
kualitas lingkungan, dan menciptakan kenyamanan. Menurut Booth (1983),
tanaman memberi sentuhan keindahan di lingkungannya. Kegunaan tanaman
dalam lanskap antara lain, keunikan karakter, kegunaan fungsional, arsitektural
dan pengaturan fungsi ruang, karakter visual, serta estetika. Dalam Pokorny
(1992), pohon juga dapat berkontribusi dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat, beberapa kelebihan adanya pohon di kawasan perkotaan yaitu,
penahan angin, menghambat jatuhnya air hujan ke permukaan, meningkatkan
umur aspal jalan raya dengan naungan pohon, mengurangi polusi udara, serta
menjadi habitat satwa.
Di samping beberapa kelebihan tanaman, pohon juga dapat menjadi
ancaman. Pohon yang memiliki resiko ini adalah pohon yang mengalami
kerusakan dan akan berpotensi tumbang, merugikan, menghancurkan gedung-
gedung di sekitarnya, utilitas jalan, mobil, dan manusia. Pohon yang terdapat di
kawasan yang berpolusi biasanya dalam keadaan fisik yang stres dibandingkan
pohon yang ada di hutan. Pohon di kawasan perkotaan memiliki potensi yang
lebih tinggi untuk tumbang karena kondisi stres. Resiko kerusakan pohon dapat
ditanggulangi dengan deteksi dini dan perbaikan lingkungan untuk meningkatkan
kesehatan pohon (Isa dan Othman 2010).
Keadaan lanskap jalan kawasan perkotaan Kota Bogor dan Bandung saat ini
masih ada yang tidak memenuhi standar, masih terlihat tanaman yang ditanam
tidak sesuai pada tempatnya dan menghalangi pejalan kaki, keadaan ini
mempengaruhi penampilan lanskap perkotaan. Tampilan buruk tanaman
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu faktor genotip dan faktor fenotip. Fenotip
adalah tampilan pohon seperti yang kita lihat, fenotip ditentukan oleh faktor
genotip dan lingkungan. Genotip adalah potensi tampilan pohon yang ditentukan
oleh susunan gen yang terdapat pada pohon. Pohon dengan genotip yang baik
akan menghasilkan keturunan yang baik (Mulawarman et al. 2002). Faktor-faktor
lingkungan akan mempengaruhi fungsi fisiologis tanaman. Respon tanaman
sebagai akibat faktor lingkungan akan terlihat pada penampilan tanaman.
Berdasarkan aspek faktor lingkungan, terdapat macam-macam faktor lingkungan
yang mempengaruhi penampilan tanaman, seperti faktor abiotik (iklim, geografis,
dan edafis) dan faktor biotik (tumbuhan, hewan, dekomposer, dan manusia)
(Eksata 2011).
Tanaman dapat tumbuh maksimal dan sesuai fungsinya bila ditanam pada
lingkungan yang sesuai. Lestari dan Kencana (2002) menyatakan bahwa tanaman
yang tampil prima adalah tanaman yang sehat. Tanaman akan tumbuh sehat jika
kondisi lingkungannya ideal. Syarat lingkungan ideal adalah memperhatikan
ketinggian tempat, suhu, kelembaban, cahaya, kandungan air, dan kandungan
unsur hara yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.
Dalam pekerjaan lanskap, tanaman merupakan salah satu material penting
dalam pekerjaan perancangan, perencanaan, dan pengelolaan. Sangat penting bagi
2

perencana dan perancang untuk mengerti bentuk maupun karakteristik tanaman


agar dalam pekerjaan proses perancangan dapat memilih dan menempatkan
tanaman yang tepat sesuai dengan tujuan fungsinya maupun tempat dimana
tanaman tersebut akan ditanam, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik.
Dalam proses perancangan sangat dibutuhkan infomasi mengenai tanaman.
Informasi tersebut digunakan perancang lanskap untuk pertimbangan pemilihan
dan penggunaan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan maksimal.
Kurangnya informasi lengkap mengenai tanaman secara deskriptif menjadi
kendala dalam proses perancangan. Untuk mengumpulkan informasi tersebut
diperlukan identifikasi tanaman dan studi pustaka. Penulis membatasi tanaman
yang diamati adalah tanaman yang digunakan di kawasan perkotaan. Oleh karena
itu ciri fisik, ciri ekologis (adaptasi dengan lingkungan) dan hortikultura perlu
diketahui untuk pertimbangan pemilihan tanaman dalam lanskap.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:


1. menyusun deskripsi tanaman jenis pohon, semak besar, dan palem; dan
2. mengidentifikasi serta mengevaluasi penggunaan tanaman di kawasan
perkotaan berdasarkan kesesuaian sifat fisik dan sifat ekologi.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi bagi perancang


lanskap agar mengetahui sifat dan karakteristik tanaman yang akan dipilih dalam
proses perancangan. Selain itu memberi informasi ciri ekologis dan ciri fisik, agar
tanaman yang dipilih dapat tumbuh dengan optimal dan memunculkan
karakteristiknya.

Kerangka Pikir

Penelitian ini berawal dari kebutuhan perancang lanskap akan deskripsi sifat
dan karakteristik tanaman lanskap dalam pemilihan tanaman. Saat ini berbagai
jenis vegetasi digunakan di kawasan perkotaan, namun terdapat kendala dalam
pemilihan jenis tanaman dan ciri lingkungan yang sesuai, yaitu kurangnya
informasi mengenai tanaman. Penelitian ini berguna untuk menghimpun informasi
tanaman yang ada di lokasi penelitian dan informasi ilmiah yang sudah ada
sebelumnya. Setelah melakukan pengumpulan data dan pengolahan data, deskripsi
tanaman yang sudah dihimpun disajikan dengan lengkap berisi penjelasan
informasi dan gambar secara deskriptif dengan menggunakan aplikasi basis data.
Diagram kerangka pikir dapat dilihat pada Gambar 1.
3

Penggunaan vegetasi jenis


pohon, palem, dan semak besar
di kawasan perkotaan

Kebutuhan informasi tanaman


bagi perancang lanskap

Pemilihan jenis tanaman Penempatan tanaman

Kendala

Kurangnya informasi sifat dan


karakteristik tanaman untuk
perancangan lanskap

Metode deskriptif ilmiah

Klasifikasi pohon, palem, dan


semak besar

Penyusunan ke dalam
basis data

Informasi secara deskriptif

Gambar 1 Kerangka Pikir


4

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung mulai akhir bulan Februari 2013 sampai bulan
November 2013. Penelitian ini dilakukan dengan mengidentifikasi tanaman jenis
pohon, palem, dan semak besar yang dijumpai di kawasan Kota Bogor dan
Bandung. Tanaman yang diidentifikasi merupakan tanaman yang ditanam atau
berada di kawasan perkotaan. Lokasi pengambilan data tanaman dilakukan di
kawasan tepi jalan dan median jalan arteri sekunder dimana jalan arteri sekunder
merupakan jalan yang ada dalam skala perkotaan. Tanaman yang diambil datanya
dapat merupakan tanaman yang dikelola oleh pemerintah maupun privat.
Berdasarkan UU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, jalan arteri sekunder
merupakan jalan kota yang menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota,
menghubungkan pusat pelayanan dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta
menghubungkan antarpusat pemukiman yang berada di dalam kota. Jalan arteri
sekunder yang terdapat di Kota Bogor, yaitu JL. Siliwangi, JL. Ir. Juanda, JL.
Jendral Sudirman, JL. Pemuda, JL. Merdeka, JL. Surya Kencana, JL. Kapten
Muslihat, JL. Veteran, JL. Gunung Batu, JL. Sindang Barang, JL. Jalak Harupat,
JL. R.E Martadinata, JL. Ahmad Yani, JL. Bangbarung, JL. Otto Iskandardinata,
JL. Semeru, JL. Lawang Gintung JL. Merdeka, JL. Pahlawan, JL. Pandu Raya, JL.
Pandawa, JL. Batu Tulis, dan JL. Dadali. Jalan arteri yang terdapat di Kota
Bandung, yaitu JL. Ir. Juanda, JL. Asia Afrika, JL. Jendral Sudirman, JL. Ahmad
Yani, JL. Junjunan, dan JL. Surapati.

Gambar 2 Peta orientasi lokasi penelitian


Sumber : (www.google.com)
5

Penelitian lalu dilanjutkan dengan penyebaran kuesioner Semantic


Differential (SD) yang dilakukan pada bulan Desember 2013 kepada mahasiswa
arsitektur lanskap. Diharapkan mahasiswa arsitektur lanskap memiliki
pemahaman terhadap kondisi lanskap perkotaan dan penggunaan tanaman dalam
lanskap perkotaan.
Bahan

Bahan yang digunakan merupakan tanaman yang terdapat pada jalan arteri
sekunder yang terdapat di Kota Bogor dan Kota Bandung, kemudian tanaman
terpilih diambil gambarnya. Gambar tanaman merupakan foto yang dapat
merepresentasikan bentuk tanaman. Data atribut berupa informasi mengenai
deskripsi dan klasifikasi jenis pohon, palem dan semak besar yang mencakup
klasifikasi botani-lanskap (sifat morfologi, sifat ekologi, karakteristik dan fungsi)
serta klasifikasi umum, data ini dapat diperoleh di Perpustakaan Kebun Raya Kota
Bogor, Perpustakaan Fakultas Pertanian IPB, dan Perpustakaan Arsitektur
Lanskap IPB. Data atribut lain juga dapat diperoleh dengan pengamatan langsung
pada lokasi penelitian.
Setelah survei lapang, dilakukan penyebaran kuesioner Semantic
Differential untuk mengetahui kualitas tanaman dalam lanskap. Kuesioner
berjumlah 100 eksemplar yang telah disebarkan kepada mahasiswa arsitektur
lanskap. Terdapat 40 foto tanaman yang akan dinilai oleh responden, masing-
masing 20 foto untuk tiap kota. Foto didominasi oleh jenis pohon karena kedua
kota tersebut didominasi oleh tanaman jenis pohon.

Alat

Alat yang digunakan terdiri dari kamera digital untuk mengambil gambar
tanaman, klinometer untuk mengukur ketinggian pohon, laptop untuk input dan
pengolahan data, meteran untuk mengukur diameter pohon, lembar pengamatan
(Lampiran 1), program FileMaker Pro 12 untuk memasukkan informasi terkait
tanaman dan membuat layout.
Alat yang digunakan untuk kuesioner Semantic Differential adalah
Microsoft Excel 2007 untuk input data, data diolah hingga mendapatkan nilai
kuantitatif dan kualitatif. Setelah itu dilakukan uji statistik berupa analisis chi-
square untuk menguji apakah terdapat perbedaan proporsi antara kualitas tanaman
di Kota Bogor dan Kota Bandung dengan menggunakan SPSS Statistics 17.0.

Prosedur

Prosedur Survei
Kegiatan yang dilakukan dalam penyusunan deskripsi tanaman ini dimulai
dari pengumpulan data primer dan sekunder melalui observasi lapang dan studi
literatur. Data yang diperoleh dicatat pada lembar pengamatan dan penilaian
kesehatan tanaman. Pada saat survei, hal yang diamati adalah kondisi fisik dan
morfologi tanaman yang terlihat.
Data tanaman yang sudah diperoleh melalui identifikasi tanaman dan studi
literatur kemudian diklasifikasikan untuk dimasukkan ke dalam basis data. Basis
data menggunakan program FileMaker Pro 12. Basis data dapat menghimpun
6

informasi suatu data, mengatur, memperbaharui, menyortir, memilih data yang


diinginkan, dan mencetak bila perlu. Suatu basis data dapat berisi satu atau lebih
records, dimana records adalah integrasi dari database tables dan field. Fields
adalah dasar dari database table, fields berfungsi untuk menunjukkan data saat
anda masuk ke dalam records, setiap informasi yang terdapat di dalam records
dimasukkan ke dalam fields dan setiap records dapat menginformasikan satu
objek data. Berikut merupakan tahapan pada prosedur survei:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengambilan gambar
menggunakan kamera digital pada lokasi penelitian saat melakukan observasi
lapang (survei) dan menggunakan lembar pengamatan. Informasi yang harus
didapatkan berupa bentuk pohon, bentuk tajuk, karakteristik tanaman yang
menonjol, keunikan tanaman, dan karakteristik lain yang dapat berguna dalam
pengidentifikasian tanaman. Pengambilan gambar harus dilakukan dengan
benar agar dapat merepresentasikan bentuk tanaman dan letak penanaman
sehingga dapat memberikan informasi yang jelas yang dapat memperlihatkan
perbedaan bentuk morfologi maupun fisiologinya di tiap tempat penanaman
yang berbeda.
2. Studi pustaka
Pencarian informasi lainnya dilakukan dengan studi pustaka. Studi pustaka
dilakukan untuk mencari informasi lanjutan yang bersifat ilmiah terkait spesies
pohon, palem, dan semak besar.
3. Identifikasi objek
Informasi dan gambar yang sudah didapatkan dicocokkan dengan karakteristik
gambar dan informasi literatur tanaman. Dengan demikian dapat diketahui
klasifikasi tanaman dan informasi mengenai karakteristik tanaman.
4. Klasifikasi objek
Objek dari penelitian ini adalah pohon, palem, dan semak besar. Klasifikasi
objek berguna untuk menentukan rancangan basis data dan data yang akan
dihimpun ke dalam basis data.
5. Penentuan rancangan basis data
Penentuan data input yang akan dimasukkan ke dalam basis data, basis data
dibangun dengan menggunakan FileMaker.
6. Pemasukan dan Pengelolaan Basis Data
Proses pemasukan data dalam FileMaker sesuai dengan sifat dan jenis data
yang diklasifikasikan, serta pengaturan tampilan untuk pengguna.
7. Penyajian hasil
Pembuatan program tampilan dengan menggunakan FileMaker agar data
memiliki tampilan yang informatif dan mudah dipahami oleh pengguna.
Prosedur Evaluasi
Untuk menilai kualitas estetika suatu lanskap digunakan metode Semantic
Differential (SD), metode SD merupakan metode penilaian dengan menggunakan
sifat saling berlawanan sebagai dasar penilaian. Tahapan awal yang dilakukan
adalah pengumpulan foto tanaman dalam lanskap yang diambil di jalan arteri
sekunder Kota Bogor dan Kota Bandung. Objek berupa tanaman atau lanskap
dimana tanaman tersebut ditanam. Tahap selanjutnya adalah melakukan
pemilahan foto yang sudah diambil, pemilahan foto berdasarkan kondisi yang
7

baik, cukup baik, dan buruk menurut peneliti. Kemudian foto diseleksi menjadi 20
foto yang mewakili bentuk lanskap tiap kota.
Penilaian dilakukan dengan kuesioner (Lampiran 2) dan 40 foto terpilih
ditampilkan dengan bantuan slide. Responden diminta untuk menilai kualitas
penggunaan tanaman di lanskap perkotaan dengan memberi nilai berdasarkan foto
dan skala pada kuesioner. Penayangan dilakukan 60 detik untuk tiap foto. Untuk
teknik pengisian kuesioner SD, berupa pemberian skor -3 sampai 3 pada kata
bipolar terpilih. Enam pasang kata bipolar yang digunakan, yaitu Tidak nyaman x
Nyaman (K1); Sempit x Luas (K2); Gersang x Teduh (K3); Elemen lanskap
berantakan x Elemen lanskap teratur (K4); Panas x Sejuk (K5); Buruk x Indah
(K6). Enam kata bipolar yang dipilih merupakan kata yang dapat menggambarkan
kondisi foto tanaman dalam lanskap. Setiap kata bipolar dapat memperlihatkan
tinggi/rendah setiap kriteria yang dinilai. K1 digunakan untuk mengukur tingkat
kenyamanan adanya tanaman dalam lanskap. K2 digunakan untuk mengukur
tersedianya ruang penanaman. K3 digunakan untuk melihat kondisi lanskap di
sekitar tanaman. K4 digunakan untuk mengukur keteraturan elemen penyusun
lanskap di sekitar tanaman. K5 digunakan untuk melihat tingkatan suhu dengan
adanya tanaman. K6 digunakan untuk melihat nilai estetika tanaman dalam
lanskap.
Tabel 1 Kuesioner penilaian Semantic Differential (SD)
-3 -2 -1 0 1 2 3
Tidak nyaman Nyaman
Sempit Luas
Gersang Teduh
Elemen lanskap berantakan Elemen lanskap teratur
Panas Sejuk
Buruk Indah
Contoh:
-3 -2 -1 0 1 2 3
Buruk X Baik
1 1 2 2 3 4 5 x6 7
Keterangan:
3 = sangat sesuai -1 = kurang sesuai
2 = sesuai -2 = tidak sesuai
1 = agak sesuai -3 = sangat tidak sesuai
0 = bukan kedua-duanya

Data yang telah didapatkan diolah dengan menggunakan metode SD. Data
setiap foto dinilai dengan kata-kata bipolar yang mewakilkan setiap kondisi
lanskap dan diurutkan berdasarkan tiap skala yang diberi bobot 1 sampai 7 dari
kiri ke kanan seperti contoh diatas. Langkah pengolahannya yang pertama
menghitung jumlah dan rata-rata dari setiap kata pada setiap lanskap kemudian
membandingkan nilai setiap kata pada lanskap yag berbeda dalam bentuk grafik,
kemudian di dapatkan proporsi kualitas tanaman tinggi, sedang dan rendah pada
masing-masing kota. Untuk mengetahui perbedaan proporsi kualitas tanaman
antara kedua kota dilakukan uji statistik berupa analisis Chi-square dengan
menggunakan program SPSS Statistics 17.0 .
8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Letak Geografis, Luas, dan Jalan Arteri Sekunder


Kota Bogor dan Bandung terletak di wilayah Jawa Barat namun memiliki
kondisi biofisik yang berbeda. Secara geografis Kota Bogor terletak di antara 106’
48’ BT dan 6’ 26’ LS, kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah
Kabupaten Bogor. Luas wilayah Kota Bogor adalah 11 850 ha yang letaknya
sangat dekat dengan Kota Jakarta (Bappeda Kota Bogor 2013).
Berdasarkan UU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, sistem jaringan jalan
sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan pelayanan distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di dalam kawasan perkotaan. Sistem jaringan
jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder.
Jalan arteri sekunder merupakan jalan yang berada di kawasan perkotaan, terdapat
23 jalan arteri sekunder, yaitu JL. Siliwangi, JL. Ir. Juanda, JL. Jendral Sudirman,
JL. Pemuda, JL. Merdeka, JL. Surya Kencana, JL. Kapten Muslihat, JL. Veteran,
JL. Gunung Batu, JL. Sindang Barang, JL. Jalak Harupat, JL. R.E Martadinata,
JL. Ahmad Yani, JL. Bangbarung, JL. Otto Iskandardinata, JL. Semeru, JL.
Lawang Gintung JL. Merdeka, JL. Pahlawan, JL. Pandu Raya, JL. Pandawa, JL.
Batu Tulis, dan JL. Dadali.
Secara geografis Kota Bandung terletak di antara 107’ BT dan 6’55’ LS.
Kedudukan Kota Bandung secara geografis dikelilingi daerah Kabupaten
Bandung (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung 2013). Luas
kawasan Kota Bandung adalah 167.7 km2. Terdapat 9 jalan arteri sekunder di
Kota Bandung, yaitu JL. Ir. Juanda, JL. Asia Afrika, JL. Jendral Sudirman, JL.
Ahmad Yani, JL. Junjunan, dan JL. Surapati.
Topografi
Secara topografis Kota bogor memiliki topografi yang bervariasi antara
datar dan berbukit-bukit, antara 0-200 m dpl dan 330 m dpl. Kemiringan Kota
Bogor berkisar antara 0-15 % dan sebagian kecil daerahnya mempunyai
kemiringan antara 15-30 % (Bappeda Kota Bogor 2013).
Berbeda dengan Kota Bandung, secara topografis Kota Bandung terletak
pada ketinggian 768 m dpl. Titik tertinggi di utara dengan ketinggian 1050 m dpl.
Di wilayah selatan, permukaan tanah relatif datar, sedangkan di wilayah utara
permukaan tanah berbukit-bukit (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Bandung 2013).
Iklim
Kota Bogor memiliki udara yang sejuk dengan suhu rata-rata tiap bulan
26 ºC dengan suhu terendah 21.8 ºC dan suhu tertinggi 30.4 ºC. Kelembaban
udara 70 %, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar 3.500-4000 mm dengan
curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari (Bappeda Kota Bogor
2013).
Iklim Kota Bandung dipengaruhi oleh iklim pegunungan yang lembab dan
sejuk. Berdasarkan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Bandung (2013),
Kondisi iklim Kota Bandung suhu rata-rata tiap bulan 25 ºC dengan suhu
9

terendah 19.1 ºC dan suhu tertinggi 29.2 ºC. Curah hujan rata-rata setiap tahun
sekitar 191.75 mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Februari dan April.
Tanah
Jenis tanah di seluruh wilayah Kota Bogor adalah latosol coklat kemerahan
dengan kedalaman efektif tanah lebih dari 90 cm dan tekstur tanah yang halus
serta bersifat agak peka terhadap erosi (Bappeda Kota Bogor 2013).
Keadaan tanah yang ada di Kota Bandung merupakan lapisan alluvial hasil
dari letusan Gunung Tangkuban Perahu, jenis material di bagian utara dan pusat
kota merupakan jenis andosol, di bagian selatan serta timur tersebar jenis alluvial
kelabu dengan bahan endapan tanah liat (Badan Pelayanan Perijinan Terpadu
Kota Bandung 2013).

Frekuensi Jenis Tanaman di Kota Bogor dan Bandung

Kawasan perkotan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan


pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pemukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan
kegiatan ekonomi.
Untuk memenuhi fungsi suatu kawasan perkotaan salah satu hal yang
penting untuk ditingkatkan adalah ruang terbuka hijau (RTH), saat ini kualitas dan
kuantitas ruang terbuka publik terutama RTH mengalami penurunan dan
diperlukan pengaturan ruang kawasan perkotaan yang aman, nyaman, produktif,
dan berkelanjutan. RTH jalur hijau jalan dan RTH ruang pejalan kaki perlu
diperhatikan agar memberi kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat.
Pemilihan tanaman untuk ruang penanaman pada RTH jalur hijau jalan dan ruang
pejalan kaki perlu diperhatikan agar tanaman tidak mengganggu dan
menimbulkan bahaya bagi masyarakat. Sangat penting untuk mengetahui karakter
tanaman agar tanaman yang digunakan dapat tumbuh dengan baik dan fungsional.
Penelitian dilakukan di jalan arteri sekunder Kota Bogor dan Bandung.
Pada jalan tersebut, pengambilan sampel tanaman dilakukan di tepi kanan-kiri
jalan dan median jalan. Sampel tanaman yang diambil merupakan tanaman yang
dapat mewakili jenis tanaman yang digunakan di jalan arteri sekunder, jenis
tanaman sampel yang diteliti hanya tiga yaitu, jenis pohon, palem dan semak
besar.
Jenis pohon yang paling banyak dijumpai di jalan arteri kawasan kota
Bogor dilihat dari frekuensinya antara lain kenari (Canarium indicum) 7.06 %,
beringin (Ficus benjamina) 5.29 %, dan mahoni (Swietenia mahogani) 4.71 %.
Sedangkan untuk semak antara lain bugenvil (Bougainvilea sp.) 1.18 % dan nusa
indah (Mussaenda sp.) 1.8 %, serta untuk jenis palem yang banyak dijumpai
antara lain palem putri (Veitchia merillii) 5.29 %, palem raja (Roystonea regia)
4.12 % dan palem jepang (Ptychosperma macarthurii) 2.94 %. Frekuensi spesies
tanaman yang dijumpai di 23 jalan arteri sekunder Kota bogor dapat dilihat pada
Tabel 2.
Beberapa jenis pohon yang paling banyak dijumpai di jalan arteri kawasan
kota Bandung dilihat dari frekuensinya antara lain mahoni (Swietenia mahogani
Jacq.) 9.76 % dan angsana (Pterocarpus indicus Willd.) 9.76 %. Sedangkan untuk
semak antara lain soka (Ixora sp.) 4.88 % dan bugenvil (Bougainvillea sp.)
4.88%, serta untuk jenis palem yang banyak dijumpai adalah palem putri
10

(Veitchia merrilii) 7.32 %. Frekuensi spesies tanaman yang dijumpai di 7 jalan


arteri sekunder Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 3. Tanaman pada Tabel 2
dan Tabel 3 tersebut merupakan tanaman yang terdapat di kawasan perkotaan
namun beberapa tanaman merupakan tanaman milik pihak swasta/privat (non-
pemerintah), beberapa tanaman tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Berbagai macam jenis tanaman yang digunakan di kawasan perkotaan
sangat bervariasi mulai dari tanaman rendah hingga tinggi yang disesuaikan
dengan fungsinya. Ditemukan 45 spesies jenis pohon, 13 spesies jenis palem, dan
4 spesies jenis semak besar di Kota Bogor, serta 14 spesies jenis pohon, 5 spesies
jenis palem, dan 5 spesies jenis semak besar. Terdapat perbedaan jumlah spesies
yang ditemukan pada Kota Bogor dan Kota Bandung, hal ini dapat disebabkan
dari perbedaan jumlah tempat pengambilan sampel karena sampel diambil hanya
di jalan arteri sekunder saja, di Kota Bogor terdapat 23 sampel jalan namun di
Kota Bandung hanya 7 sampel jalan.
Terdapat perbedaan penggunaan tanaman di kedua kota tersebut, di jalan
arteri sekunder kota Bogor penggunaan palem lebih banyak terlihat sedangkan di
Kota Bandung lebih banyak dijumpai semak besar. Perbandingan tersebut dapat
dipengaruhi oleh perbedaan jumlah sampel jalan yang diambil dan perbedaan
kondisi biofisik ke dua kota yang dapat mempengaruhi persebaran jenis spesies
tanaman. Jumlah perbandingan jenis tanaman yang di temukan di jalan arteri
kedua kota tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

Perbandingan Jenis Tanaman


di Kota Bogor dan Kota Bandung
50
45
40
35
30
Total

25
20
15
10
5
0
Pohon Palem Semak Besar
Bogor 43 13 4
Bandung 14 5 6

Gambar 3 Perbandingan jenis tanaman di Kota Bogor dan Kota Bandung


11

Tabel 2 Frekuensi Spesies Tanaman yang Dijumpai di Kota Bogor


Lokasi

JL. Lawang Ginutng


JL. Kapten Muslihat

JL. RE. Martadinata


JL. Sindang Barang
JL. Surya Kencana

JL. Jalak Harupat


JL. Gunung Batu

JL. Ahmad Yani


JL. Bangbarung
Jl. Ir. H. Juanda

Persentase (%)
JL. Batu Tulis
JL. Pahlawan
JL. Sudirman
JL. Siliwangi
Nama Botani Nama Lokal

JL. Pandawa
JL. Merdeka
JL. Emapng

JL. Pemuda

JL. Veteran
JL. Semeru

JL. Dadali

JL. Pandu
JL. Otista
POHON
Acacia auriculiformis Akasia • • • • 2.35
Adenanthera spp Saga • 0.59
Annona muricata Nangka belanda • 0.59
Araucaria heterophylla Cemara norflok • • 1.18
Artocarpus heterophyllus Nangka • • • • • • • 4.12
Averrhoa carambola Belimbing • 0.59
Bauhinia purpurea Bunga kupu-kupu • • • • 2.35
Canarium indicum Kenari • • • • • • • • • • • • 7.06
Casuarina junghuhniana Red moutain ru • 0.59
Casuarina sumatrana Cemara balon • 0.59
Cerbera manghas Bintaro • • • 1.76
Delonix regia Flamboyan • • • • • 2.94
Dimocarpus longan Kelengkeng • 0.59
Erythrina cristagali Dadap merah • • • • 2.35
Ficus benjamina Beringin • • • • • • • • • 5.29

11
12

12
Tabel 2 (Lanjutan)
Lokasi

JL. Lawang Ginutng


JL. Kapten Muslihat

JL. RE. Martadinata


JL. Sindang Barang
JL. Surya Kencana

JL. Jalak Harupat


JL. Gunung Batu

JL. Ahmad Yani


JL. Bangbarung
Jl. Ir. H. Juanda

Persentase (%)
Nama Botani Nama Lokal

JL. Batu Tulis


JL. Pahlawan
JL. Sudirman
JL. Siliwangi

JL. Pandawa
JL. Merdeka
JL. Emapng

JL. Pemuda

JL. Veteran
JL. Semeru

JL. Dadali

JL. Pandu
JL. Otista
POHON
Ficus lyrata Biola cantik • • 1.18
Gmelina arborea Jati putih • 0.59
Hibiscus tiliaceus Waru • 0.59
Hura crepitans Kerawitan • 0.59
Lagerstomia speciosa Bungur • • 1.18
Mangifera indica Mangga • • • 1.76
Mangifera kemanga Kemang • 0.59
Maniltoa grandiflora Pohon sapu tangan • 0.59
Mimusoph elengi Tanjung • • 1.18
Muntingia calabura Kersen • • • • • • 3.53
Nephelium lappaceum Rambutan • 0.59
Paraserianthes falcataria Sengon • • 1.18
Plumeria sp. Kamboja • 0.59
Polyalthia fragrans Glodokan bulat • • • • 2.35
Psidium guajava Jambu • • 1.18
Pterocarpus indicus Angsana • • • • 2.35
13

Tabel 2 (Lanjutan)
Lokasi

JL. Lawang Ginutng


JL. Kapten Muslihat

JL. RE. Martadinata


JL. Sindang Barang
JL. Surya Kencana

JL. Jalak Harupat


JL. Gunung Batu

JL. Ahmad Yani


JL. Bangbarung
Jl. Ir. H. Juanda

Persentase (%)
Nama Botani Nama Lokal

JL. Batu Tulis


JL. Pahlawan
JL. Sudirman
JL. Siliwangi

JL. Pandawa
JL. Merdeka
JL. Emapng

JL. Pemuda

JL. Veteran
JL. Semeru

JL. Dadali

JL. Pandu
JL. Otista
POHON
Samanea saman Ki hujan • • 1.18
Schefflera sp. Wali songo • 0.59
Spatodea sp. Kecrutan • • 1.18
Swietenia mahogani Mahoni • • • • • • • • 4.71
Syzygium aquaeum Jambu air • 0.59
Syzygium malaccense Jambu bol • 0.59
Syzygium oleina Pucuk merah • • • 1.76
Tabebuia chrysantha Tabebuya kuning • • 1.18
Tectona grandis Jati • 0.59
Terminalia cattapa Ketapang • • • 1.76
Thuja accidentatalis Cemara kipas • • • • 2.35
PALEM
Areca catechu Pinang jambe • 0.59
Caryota cumingii Palem ekor ikan • • 1.18
Cocos nucifera var. Capitata Kelapa • • • 1.76
Elaeis guinensis Kelapa sawit • 0.59
Elaeis oleifera Kelapa sawit amerika • • • 1.76
Hyophorbe lagenicaulis Palem botol • • 1.18

13
14

14
Tabel 2 (Lanjutan)
Lokasi

JL. Lawang Ginutng


JL. Kapten Muslihat

JL. RE. Martadinata


JL. Sindang Barang
JL. Surya Kencana

JL. Jalak Harupat


JL. Gunung Batu

JL. Ahmad Yani


JL. Bangbarung
Jl. Ir. H. Juanda

Persentase (%)
Nama Botani Nama Lokal

JL. Batu Tulis


JL. Pahlawan
JL. Sudirman
JL. Siliwangi

JL. Pandawa
JL. Merdeka
JL. Emapng

JL. Pemuda

JL. Veteran
JL. Semeru

JL. Dadali

JL. Pandu
JL. Otista
PALEM
Licuala grandis Palem kol • • • 1.76
Phoenix roebelenii Dwarf date palm • • 1.18
Pritchardia pacifica Fiji fan palm • 0.59
Ptychosperma macarthurii Palem jepang • • • • • 2.94
Roystonia regia Palem raja • • • • • • • 4.12
Veitchia merrillii Palem putri • • • • • • • • • 5.29
Wodyetia bifurcata Palem ekor tupai • • 1.18
SEMAK BESAR
Bougainvillea sp. Bugenvil • • 1.18
Calliandra Kaliandra • • 1.18
Caesalpinia pulcherrima Bunga merak • 0.59
Hibiscus rosa sinensis Kembang sepatu • 0.59
Ixora sp. Soka • 0.59
Mussaenda sp. Nusa indah • • 1.18
TOTAL 100
15

Tabel 3 Frekuensi Spesies Tanaman yang Dijumpai di Kota Bandung


Lokasi

JL. PH. H. Mustofa


JL. Ir. H. Juanda

JL. Ahmad Yani

JL. Asia Afrika

Persentase (%)
JL. Sudirman
Nama Botani Nama Lokal

JL. Junjunan
JL. Surapti
POHON
Agathis dammara Pohon damar raja • 2.44
Cerbera manghas Bintaro • • 4.88
Erythrina cristagali Dadap merah • • 4.88
Ficus benjamina Beringin • • • 7.32
Lagerstromia speciosa Bungur • 2.44
Muntingia calabura Kersen • 2.44
Pithecelobium dulce Asam kranji • 2.44
Plumeria sp. Kamboja • • 4.88
Polyalthia fragrans Glodokan bulat • 2.44
Polyalthia longifolia Golokan tiang • 2.44
Pterocarpus indicus Angsana • • • • 9.76
Samanea saman Ki hujan • • 4.88
Swietenia mahogani Mahoni • • • • 9.76
Syzygium oleina Pucuk merah • • 4.88

15
16

16
Tabel 3 (Lanjutan)
Lokasi

JL. PH. H. Mustofa


JL. Ir. H. Juanda

JL. Ahmad Yani

JL. Asia Afrika

Persentase (%)
JL. Sudirman
Nama Botani Nama Lokal

JL. Junjunan
JL. Surapti
POHON
Tabebuia chrysantha Tabebuya kuning • • 4.88
PALEM
Hyophorbe lagenicaulis Palem botol • 2.44
Licuala grandis Palem kol • 2.44
Roystenia regia Palem raja • 2.44
Veitchia merrillii Palem putri • • • 7.32
Wodyetia bifurcata Palem ekor tupai • 2.44
SEMAK BESAR
Acalypha macrophylla Teh-tehan • 2.44
Bougainvillea sp. Bugenvil • • 4.88
Ixora sp. Soka • • 4.88
Nerium oliander Oliander • 2.44
Total 100
17

Tabel 4 Tanaman milik pihak swasta/privat yang dijumpai di Kota Bogor


Lokasi

JL. Lawang Ginutng


JL. Kapten Muslihat

JL. RE. Martadinata


JL. Sindang Barang
JL. Surya Kencana

JL. Jalak Harupat


JL. Gunung Batu

JL. Ahmad Yani


JL. Bangbarung
Jl. Ir. H. Juanda

JL. Batu Tulis


JL. Pahlawan
JL. Sudirman
JL. Siliwangi
Nama Botani Nama Lokal

JL. Pandawa
JL. Merdeka
JL. Emapng

JL. Pemuda

JL. Veteran
JL. Semeru

JL. Dadali

JL. Pandu
JL. Otista
POHON
Acacia auriculiformis Akasia •
Araucaria heterophylla Cemara norflok •
Artocarpus heterophyllus Nangka • • • •
Cerbera manghas Bintaro •
Delonix regia Flamboyan • •
Dimocarpus longan Kelengkeng •
Erythrina cristagali Dadap merah • •
Ficus benjamina Beringin • •
Gmelina arborea Jati putih •
Hibiscus tiliaceus Waru •
Hura crepitans Kerawitan •
Mimusoph elengi Tanjung •
Muntingia calabura Kersen • • •
Nephelium lappaceum Rambutan •
Paraserianthes falcataria Sengon •
Plumeria sp. Kamboja •
Psidium guajava Jambu • •

17
18

18
Tabel 4 (Lanjutan)
Lokasi

JL. Lawang Ginutng


JL. Kapten Muslihat

JL. RE. Martadinata


JL. Sindang Barang
JL. Surya Kencana

JL. Jalak Harupat


JL. Gunung Batu

JL. Ahmad Yani


JL. Bangbarung
Jl. Ir. H. Juanda

JL. Batu Tulis


JL. Pahlawan
JL. Sudirman
JL. Siliwangi
Nama Botani Nama Lokal

JL. Pandawa
JL. Merdeka
JL. Emapng

JL. Pemuda

JL. Veteran
JL. Semeru

JL. Dadali

JL. Pandu
JL. Otista
POHON
Samanea saman Ki hujan •
Spatodea sp. Kecrutan • •
Syzygium aquaeum Jambu air •
Syzygium malaccense Jambu bol •
Syzygium oleina Pucuk merah •
Tectona grandis Jati •
Thuja accidentatalis Cemara kipas •
PALEM
Areca catechu Pinang jambe •
Cocos nucifera var. Capitata Kelapa • •
Elaeis oleifera Kelapa sawit amerika • •
Hyophorbe lagenicaulis Palem botol •
Pritchardia pacifica Fiji fan palm •
Ptychosperma macarthurii Palem jepang •
Roystonia regia Palem raja • • • •
Veitchia merrillii Palem putri • • • • •
Wodyetia bifurcata Palem ekor tupai • •
19

Dari spesies-spesies tanaman yang telah diperoleh, akan dimasukkan ke


dalam program basis data. Basis data digunakan untuk memudahkan pengelolaan
data. Basis data tanaman ini disusun untuk menghimpun informasi yang diperoleh
di lapang dan memberi informasi tentang jenis tanaman, serta memudahkan untuk
mencari jenis pohon yang terdapat di jalan arteri sekunder Kota Bogor dan Kota
Bandung. Program ini juga dapat membantu para pekerja dan perancang lanskap
agar dapat memilih tanaman.

Basis Data dan Perancangan Basis Data

Tanaman-tanaman yang sudah diperoleh dari pengambilan data lapang akan


dihimpun ke dalam suatu basis data. Basis data yang digunakan adalah program
FileMaker Pro 12. Basis data adalah program pengumpul informasi, dimana
menghimpun data-data yang telah diperoleh melalui survei lapang dan studi
pustaka. Satu spesies tanaman terhimpun dalam satu record dimana terdapat
banyak fields, di dalam fields terdapat informasi mengenai nama lokal dan botani
tanaman, ukuran tanaman, karakteristik tanaman, dan kondisi lingkungan
tanaman.

Record

Fields

Gambar 4 Contoh tampilan layout pada FileMaker Pro 12

Perancangan basis data merupakan tahapan awal sebelum melakukan input data.
Pada proses ini dilakukan penentuan data input yang akan dihimpun ke dalam
20

basis data. Basis data ini dirancang agar dapat menampilkan data dan informasi
mengenai tanaman yang ada di kawasan perkotaan secara sederhana. Informasi di
dalam basis data menampilkan bentuk fisik tanaman dan dapat membantu dalam
menentukan jenis pohon agar sesuai dengan kriteria yang diharapkan. Informasi
yang dihimpun ke dalam basis data adalah jenis tanaman, nama botani, nama
lokal, bentuk tajuk, tempat penanaman, sifat ekologi, fungsi tanaman, morfologi
biji, morfologi buah, morfologi bunga, morfologi daun, morfologi batang,
morfologi akar, dan gambar setiap tanaman pada tapak.
Terdapat 66 tanaman yang dapat diidentifikasi. Basis data yang pertama
dibuat berdasarkan hasil pengamatan tanaman jenis pohon, palem, dan semak
besar yang berada di tiap jalan arteri sekunder. Basis data yang kedua dibuat
berdasarkan spesies yang dijumpai di jalan arteri sekunder. Masing-masing
tanaman atau tiap objek tanaman di-input informasinya ke dalam File Maker
(Lampiran 3).

Deskripsi Tanaman

Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan dalam sistem tanaman
yang berhubungan dengan hasilnya adalah pertumbuhan. Perubahan penampilan
tanaman dengan pertambahan umur seperti dalamnya ukuran keseluruhan tubuh
tanaman atau bagian tanaman. Pertumbuhan merupakan konsep yang besar dalam
bidang biologi dan merupakan resultan dari integrasi berbagai reaksi biokimia,
peristiwa biofisik, dan proses fisiologis, (Sitompul dan Guritno 1995).
Deskripsi tanaman ini ditujukan untuk memberi penjelasan mengenai satu
spesies tanaman. Deskripsi disini merupakan upaya dalam penggabungan dan
pembandingan dari hasil penelitian dengan data penelitian yang sudah ada, upaya
dalam pengolahan hasil penelitian dan data sekunder menjadi suatu deskripsi
mengenai tanaman yang berisi informasi mengenai karakteristik tanaman.
Deskripsi di bawah ini merupakan deskripsi tanaman jenis pohon, palem, dan
semak besar yang dijumpai di kawasan Kota Bogor dan Kota Bandung. Terdapat
total 66 spesies tanaman yang akan diuraikan, tanaman terdiri dari 45 jenis pohon,
13 jenis palem, dan 8 jenis semak besar.
Jenis Pohon
Pohon merupakan tanaman yang paling banyak dijumpai di kawasan
perkotaan. Pohon adalah tanaman berkayu yang memiliki batang utama dan
percabangannya tidak dekat dengan tanah (Chin 2003). Pohon menurut Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum Nomor 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan
Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan adalah semua
tumbuhan berbatang pokok tunggal berkayu keras. Pohon terbagi menjadi pohon
kecil, pohon sedang, dan pohon besar. Pohon kecil adalah pohon yang memiliki
ketinggian sampai 7 m. Pohon sedang adalah pohon yang memiliki ketinggian
dewasa 7-12 m. Pohon besar adalah pohon yang memiliki ketinggian dewasa lebih
dari 12 m.
1. Acacia auriculiformis
(a) Nama: akasia atau Acacia auriculiformis A. Cunn. Ex Benth., merupakan
tanaman evergreen (hijau di sepanjang tahun) yang persebarannya di
21

Indonesia, Australia, dan Papua Nugini. Pohon ini tingginya dapat


mencapai 30 m.
(b) Famili: leguminosae.
(c) Habitat: dataran rendah, bantaran sungai, dan daerah pesisir
(d) Bentuk tajuk: percabangan tidak teratur, tajuk pohon ini menyebar. Namun
bentuknya dapat tidak merata atau rapat.
(e) Morfologi daun: susunan daun berseling, bentuk daun menyerupai kurva
(melengkung), ujung daun runcing, tepi daun rata, dan tulang daun sejajar.
Daunnya memiliki permukaan daun yang sedikit berbulu. Daun yang
sebernarnya terlihat pada saat tanaman dewasa, susunan daun majemuk
menyirip ganda.
(f) Morfologi bunga: bunga terletak di bagian pucuk, berwarna kuning.
(g) Fungsi: dapat diambil kayunya, bubur kayu, penawar racun, dan tanaman
peneduh.
(h) Perbanyakan: biji dan stek batang.

Gambar 5 Acacia auriculiformis


Sumber : (Lapang)

2. Adenanthera spp.
(a) Nama: saga atau Adenanthera spp., merupakan tanaman asli India, China
bagian tenggara dan Timur Malaysia. Biasanya tanaman ini banyak
dijumpai di perdesaan dan tepi jalan. Saga merupakan tanaman musiman,
tingginya mencapai 25 m namun ada beberapa pohon yang dapat mencapai
40 m.

Gambar 6 Adenanthera spp.


Sumber : (Lapang)

(b) Famili: leguminosae.


(c) Habitat: dataran rendah, bantaran sungai, dan daerah pesisir
(d) Bentuk tajuk: bertajuk bulat.
22

(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk menyirip ganda, bentuk daun
bulat telur, ujung daunnya tumpul dan bertepi rata.
(f) Morfologi bunga: bunga biseksual, ukurannya kecil (2 mm), berwarna
putih, putiknya berwarna kuning dan dapat menjadi oranye.
(g) Fungsi: tanaman ornamental, bagian daunnya dapat dimakan dan bijinya
dapat dimanfaatkan untuk mainan anak atau kerajinan lainnya.
(h) Perbanyakan: biji.

3. Agathis dammara
(a) Nama: pohon damar raja atau Agathis dammara (Lamb.) I.C. Rich.
Termasuk pohon tinggi, tingginya dapet mencapai 60 m. Persebarannya di
Indonesia (Jawa Barat) dan Filipina.
(b) Famili: araucariaceae.
(c) Habitat: hutan hujan tropis, daerah berbatu atau berpasir. 0-1 200 m dpl.
(d) Bentuk tajuk : oval.
(e) Morfologi daun: berdaun majemuk berlawanan, susunan daun majemuk
menyirip ganda. Tepi daunnya rata, bentuk daun memanjang, dan
pertulangan daun sejajar.
(f) Morfologi batang: batang utama tegak ke atas, percabangannya lurus,
diameter batang dapat mencapai 1 m. Batangnya berwarna abu kecoklatan
dan lepasnya kerak.
(g) Fungsi: dapat diambil kayunya dan resin.
(h) Perbanyakan: biji.

Gambar 7 Agathis dammara


Sumber : (Lapang)

4. Annona muricata
(a) Nama: sirsak, nangka belanda atau Annona muricata L. Sirsak merupakan
tanaman evergreen dan tanaman asli Amerika di daerah tropis. Pohon ini
dapat mencapai ketinggian 10 m.
(b) Famili: annonaceae.
(c) Habitat: daerah tropis.
(d) Bentuk tajuk: bulat.
(e) Morfologi daun: letak daunnya berseling, bentuknya bulat telur, dan tepian
rata.
(f) Morfologi bunga: bunga biseksual dan bulat, kelopak bunga tipis dan
berwarna kuning.
(g) Morfologi biji: biji bulat telur berwarna hijau gelap.
23

(h) Morfologi buah: permukaan buahnya bersisik, buahnya besar dan daging
buahnya berwarna putih.
(i) Fungsi: tanaman berbuah.
(j) Perbanyakan: biji, cangkok.

Gambar 8 Annona muricata


Sumber : (Lapang)

5. Araucaria heterophylla
(a) Nama: cemara norflok atau pohon arukaria norfok atau Araucaria
heterophylla (Salisb.) Franco., persebarannya di Pulai Norfok (daerah
pasifik) dan merupakan tanaman evergreen.
(b) Famili: araucariaceae.
(c) Habitat: daerah lembab, cahaya penuh dan tanah yang teraliri air dengan
baik. Tingginya dapat mencapai 60 m.
(d) Bentuk tajuk: piramidal.
(e) Morfologi daun: berbentuk jarum dan memiliki bentuk yang berbeda saat
muda dan dewasa.
(f) Fungsi: dapat diambil kayunya dan sebagai tanaman ornamental.
(g) Perbanyakan: benih dan stek.

Gambar 9 Araucaria heterophylla


Sumber : (Lapang)

6. Artocarpus heterphyllus
(a) Nama: nangka atau Artocarpus heterophyllus adalah pohon sedang
evergreen dan tingginya dapat mencapai 20 m.
(b) Famili: moraceae.
(c) Habitat: daerah tropis.
(d) Bentuk tajuk: bulat.
(e) Morfologi daun: duduk daun berseling, bertepi rata dan bentuknya jorong.
24

(f) Morfologi bunga: dapat berbunga jantan atau betina, berukuran kecil, dan
bergerombol.
(g) Morfologi biji: biji berwarna kuning kecoklatan.
(h) Morfologi buah: bentuk buahnya lonjong besar dan berwarna hijau, buah
muncul di batang atau cabang yang sudah dewasa.
(i) Morfologi batang: batangnya bulat, permukaan daun kasar dan berwarna
coklat gelap.
(j) Fungsi: tanaman berbuah, obat-obatan, dan kayu.
(k) Perbanyakan: biji.

Gambar 10 Artocarpus heterophyllus


Sumber : (Lapang)

7. Averrhoa carambola
(a) Nama: belimbing atau Averrhoa carambola merupakan pohon evergreen
banyak ditemui di daerah Jawa, dan kemungkinan di Filipina dan Borneo.
(b) Famili: oxalidaceae.
(c) Habitat: daerah tropis dan subtropis.
(d) Bentuk tajuk: tajuknya bulat dan kerapatannya padat.
(e) Morfologi daun: duduk daun berseling, susunan daunnya majemuk
meyirip, tepi rata dan daunya berwarna hijau gelap. Jumlah daunnya
ganjil, dan daun yang paling ujung ukurannya paling besar dari tiap
percabangan.

Gambar 11 Averrhoa carambola


Sumber : (Lapang)

(f) Morfologi bunga: bunga biseksual, ukuran bunga kecil, letaknya di


percabangan dan berwarna ungu.
(g) Morfologi biji: biji berukuran kecil dan berwarna gelap.
(h) Morfologi buah: buah bila dipotong melintang bentuknya akan
menyerupai bintang, permukaannya berwarna kuning, lembut dan manis.
25

(i) Morfologi batang: permukaan batang berwarna abu-abu dan halus.


(j) Fungsi: tanaman berbuah dan obat-obatan.
(k) Perbanyakan: biji dan stek.

8. Bauhinia purpurea
(a) Nama: pohon bunga kupu-kupu atau Bauhinia purpurea Linn. merupakan
pohon rendah yang tingginya hanya 2-6 m.
(b) Famili: papilionaceae.
(c) Habitat: dataran rendah dan daerah pantai.
(d) Bentuk tajuk: bulat.
(e) Morfologi daun: bentuk daunnya seperti kupu-kupu yang merentangkan
sayap. Permukaan daunnya sedikit berbulu, bertepi rata, dan pertulangan
daunnya sejajar.
(f) Morfologi bunga: bunga tunggal, di pucuk dan berwarna ungu kadang
putih.
(g) Fungsi: tanaman pengarah, tanaman peneduh dan point of interest.
(h) Perbanyakan: biji dan cangkok.

Gambar 12 Bauhinia purpurea


Sumber : (Lapang)

9. Canarium indicum
(a) Nama: kenari atau Canarium indicum L. Merupakan pohon tinggi yang
tingginya hingga 40 m, persebarannya di Asia Tenggara dan Papua Nugini
(b) Famili: burseraceae.
(c) Habitat: dapat tumbuh di hutan sekunder atau primer juga area yang
terdrainase dengan baik ataupun buruk.
(d) Bentuk tajuk: oval.
(e) Morfologi daun: susunan daunnya spiral, bentuknya bulat telur, runcing,
dan bertepi rata.
(f) Morfologi bunga: bunga majemuk, terletak di ujung atau ketiak, warna
bunganya putih pucat.
(g) Morfologi biji: bijinya berminyak dan berwarna coklat.
(h) Morfologi buah: buahnya berwarna biru gelap, berbentuk bulat.
(i) Morfologi batang: permukaan batang halus dan berwarna abu-abu hingga
kuning kecoklatan.
(j) Fungsi: kayu dan tanaman obat.
(k) Perbanyakan: biji.
26

Gambar 13 Canarium indicum


Sumber : (Lapang)

10. Casuarina junghuhniana


(a) Nama: mountain ru atau Casuarina junghuhniana adalah tanaman asal
pulau Jawa.
(b) Famili: casuarinaceae.
(c) Habitat: dataran rendah dan dataran tinggi .
(d) Bentuk tajuk: piramidal atau kerucut.
(e) Morfologi daun: daunnya halus berwarna hijau dan memanjang namun
tidak runcing.
(f) Morfologi bunga: majemuk bulir berwarna keputih-putihan.
(g) Fungsi: tanaman peneduh (tajuk lebar) dan tanaman pengarah jalan jika
ditanam massal.
(h) Perbanyakan: biji dan pemisahan anakan dari akar.

Gambar 14 Casuarina junghuhniana


Sumber : (Lapang)

11. Casuarina sumatrana


(a) Nama: cemara sumatra atau Casuarina sumatrana merupakan tanaman
yang berasal dari Pulau Sumatra.
(b) Famili: casuarinaceae.
(c) Habitat: dapat tumbuh di daerah pantai hingga dataran tinggi.
(d) Bentuk tajuk: piramidal.
(e) Morfologi daun: daun halus dan berbentuk seperti jarum.
(f) Fungsi: tanaman peneduh.
(g) Perbanyakan: biji dan cangkok
27

Gambar 15 Casuarina sumatrana


Sumber : (Lapang)

12. Cerbera manghas


(a) Nama: bintaro atau Cerbera manghas L. Termasuk pohon rendah yang
tingginya mencapai 12 m. Evergreen. Persebarannya di Kalimantan,
Madagaskar, Tenggara Jepang, China hingga Pasifik Barat (termasuk
Australia).
(b) Famili: apocynaceae.
(c) Habitat: pesisir, dataran rendah (70 m dpl).
(d) Bentuk tajuk: bulat.
(e) Morfologi daun: daunnya terlihat licin, berwarna hijua tua, dan lonjong,
susunan daun berseling.
(f) Morfologi bunga: bunga berwarna putih.
(g) Morfologi buah: buahnya berbentuk bulat telur 5-10 cm, akan berwarna
merah saat matang.
(h) Fungsi: tanaman ornamental, namun tanaman ini beracun.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 16 Cerbera manghas


Sumber : (Lapang)

13. Delonix regia


(a) Nama: flamboyan atau Delonix regia (Hook.) Raf., merupakan tanaman
pohon asli Madagaskar. Tingginya mencapai 16 m.
(b) Famili: leguminosae.
(c) Habitat: hutan kering, tanaman ini dapat tumbuh hingga 2000 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: tajuk berbentuk seperti payung dan menyebar.
(e) Morfologi daun: susunan daunnya majemuk menyirip ganda panjangnya
20-60 cm. Letak daun bersebrangan 9-24 pasang tiap cabang. Daunnya
berukuran kecil, satu helai berukuran 0.8-1.2 x 0.4 cm, bentuk daun bulat
terlut, bertepi rata, dan ujungnya tumpul.
28

(f) Morfologi bunga: bunga majemuk, berwarna merah cerah.


(g) Morfologi batang: permukaan batang berwarna abu kecoklatan dan tampak
retakan kecil serta memperlihatkan lentisel. Diameter batang dapat
mencapai 2 m, yang berguna untuk menopang tajuk yang lebar.
(h) Fungsi: tanaman ornamental, tanaman obat, dan dapat diambil kayunya.
(i) Perbanyakan: stek dan benih.

Gambar 17 Delonix regia


Sumber : (Lapang, http://imabungacantik.blogspot.com)

14. Dimocarpus longan


(a) Nama: kelengkeng (Lengkeng) atau Dimocarpus longan Lour., merupakan
pohon berbuah yang persebarannya di Cina bagian tenggara. Tinggi pohon
ini dapat mencapia 40 m.
(b) Famili: spindaceae.
(c) Habitat: di ketinggian 300-900 m dpl.
(d) Morfologi daun: bentuk daun lanset, daunnya majemuk, dan bertepi rata.
(e) Morfologi biji: biji berwarna hitam dan berbentuk bulat.
(f) Morfologi buah: buahnya bulat, berdiameter antara 1-3 cm, buahnya putih
transparan dan manis.
(g) Morfologi batang: permukaan batang berwarna kecoklatan, dan terlihat
retakan.
(h) Fungsi: pohon berbuah, obat-obatan dan tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji.
(j)

(a) (b) (c)


Gambar 18 Dimocarpus longan
Sumber : (Lapang (a), http://manajer-jiplak.blogspot.com (b),
http://www.yousaytoo.com (c))
29

15. Erythrina cristagali


(a) Nama: dadap merah atau Erithrina cristgalali L. Merupakan pohon rendah
yang tingginya mencapai 10 m. Banyak dijumpai di Argentina, Uruguay,
Brazil, dan Amerika bagian selatan.
(b) Famili: leguminoceae.
(c) Habitat: hutan, dapat juga bertahan di rawa dan lahan basah hingga dataran
tinggi.
(d) Bentuk tajuk: menyebar.
(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk menyirip ganjil dan berwarna
hijau, bentuk daun bulat telur dan bertepi rata.
(f) Morfologi bunga: bunga berwarna merah atau merah darah. Bunga tumbuh
berkelompok membentuk tandan dan muncul pada ranting yang gundul.
(g) Morfologi biji: biji berwarna kecoklatan.
(h) Fungsi: tanaman ornamental, peneduh dan pengarah jalan jika di tananam
massal.
(i) Perbanyakan: biji dan cangkok.

Gambar 19 Erithrina cristagali


Sumber : (Lapang)

16. Ficus benjamina


(a) Nama: beringin atau Ficus benjamina L. Banyak dijumpai di Sumatra,
Jawa, Bali, India, Malay Peninsula dan Pulau Solomon. Beringin termasuk
pohon tinggi, tingginya hingga 35 m.

Gambar 20 Ficus benjamina


Sumber : (Lapang)

(b) Famili: moraceae.


(c) Habitat: hutan hujan, hingga 1300 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: menjurai.
30

(e) Morfologi daun: daun ganjil, letak daun spiral, permukaannya licin,
bertepi rata, berbentuk bulat telur dan daun berubah warna dari merah
muda atau merah kecoklatan menjadi hijau tua.
(f) Morfologi batang: batangnya berwarna coklat terang dan sedikit gelap.
(g) Fungsi: tanaman peneduh, tanaman untuk taman, dan makan bagi
furgivore.
(h) Perbanyakan: biji, stek, dan cangkok.

17. Ficus lyrata


(a) Nama: biola cantik atau Ficus lyrata Warbs. Persebarannya di Afrika
barat. Pohon ini dapat mencapai ketinggian 15 m.
(b) Famili: moraceae.
(c) Habitat: hutan hujan tropis di dataran rendah.
(d) Bentuk tajuk: bulat.
(e) Morfologi daun: daun berbentuk bulat telur, kaku, permukaannya licin
berwarna hijau gelap.
(f) Morfologi buah: buahnya berukuran kecil, 2.5-3 cm.
(g) Morfologi batang: permukaan batang kasar dan berwarna gelap.
(h) Fungsi: tanaman peneduh dan tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji dan stek batang.

Gambar 21 Ficus lyrata


Sumber : (Lapang)

18. Gmelina arborea


(a) Nama: jati putih atau Gmelina arborea merupakan pohon deciduous.
(b) Famili: lamiaceae.
(c) Habitat: hutan tropis, hingga ketinggian 1 200 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: oval terbuka dengan percabangannya yang pendek.
(e) Morfologi daun: daunnya lebar, duduk daunnya berselang-seling, dan
permukaannya yang rata.
(f) Morfologi biji: biji berwarna putih oval.
(g) Morfologi batang: permukaan batang berwarna abu-abu atau coklat.
(h) Fungsi: penghasil kayu, obat-obatan, dan tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji dan stek.
31

Gambar 22 Gmenlia arborea


Sumber : (Lapang)

19. Hibiscus tiliaeus


(a) Nama: waru atau Hibiscus tiliaceus L. Merupakan tanaman daerah tropis
Asia dan Polinesia. Waru adalah pohon evergreen yang tingginya dapat
mencapai 15 m.

(a) (b) (c)


Gambar 23 Hibiscus tiliaeus
Sumber : (Lapang, http://wildlifeofhawaii.com)

(b) Famili: malvaceae.


(c) Habitat: biasanya ditemukan di daerah berbatu dan berpasir.
(d) Bentuk tajuk: tajuknya spread atau bulat menyebar.
(e) Morfologi daun: susunan daunnya spiral, bertepi rata, lebarnya 7.5-15 cm,
pertulangan menjari, dan sedikit bergelombang. Bentuk daun menyerupai
bentuk hati, serta permukaan bawah daunnya sedikit berbulu.
(f) Morfologi bunga: bunga biseksual, ukuran bunga besar berwarna kuning,
kira-kira 10 cm. Bunga akan terbuka sempurna jika terkena matahari,
bunganya berwarna kuning dan bagian tengah berwarna merah marun.
Sebelum matahari terbenam bunga menutup dan warnanya berubah
menjadi oranye dan saat malam berwarna merah muda.
(g) Morfologi buah: buahnya berbentuk bulat, berukuran 1.8 cm. Bagian buah
terbagi menjadi 5 bagian, beberapa berisi banyak atau sedikit biji.
(h) Morfologi batang: permukaan batang berwarna keabu-abuan dan halus.
(i) Perbanyakan: biji.

20. Hura crepitans


(a) Nama: kerawitan atau Hura crepitans merupakan tanaman asli di daerah
tropis Amerika dan India bagian barat. Pohon ini termasuk pohon sedang
yang tingginya dapat mencapai 16 m.
32

(b) Famili: euphorbiaceae.


(c) Bentuk tajuk: tajuknya menyebar dan sangat padat.
(d) Morfologi daun: susunan daunnya spiral, berbentuk hati, berwarna hijau
tua, pertulangan sangat terlihat dan menyirip.
(e) Morfologi bunga: bunga uniseksual dan tidak berkelopak, bunga terletak
di ujung cabang berwarna merah.
(f) Morfologi buah: buahnya tunggal dan berbentuk bulat. Saat matang bunga
akan terbuka dan mengeluarkan biji.
(g) Morfologi batang: permukaan batangnya berwana abu-abu dan terdapat
banyak duri. Pada cabang juga akan terlihat duri-duri, namun hanya pada
cabang dewasa saja.
(h) Fungsi: tanaman ornamental dan tanaman peneduh.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 24 Hura crepitans


Sumber : (Lapang)

21. Lagerstromia speciosa


(a) Nama: bungur atau Lagerstomia speciosa biasanya tumbuh di daerah
tropis seperti India, Cina Selatan dan Asia Tenggara hingga Australia.

Gambar 25 Lagerstromia speciosa


Sumber : (Lapang)

(b) Famili: lythraceae.


(c) Habitat: daerah tropis.
(d) Bentuk tajuk: tajuknya bulat dan padat.
(e) Morfologi daun: duduk daun berhadapan, bertepi rata, 10-25 x 6.5-10 cm.
(f) Morfologi bunga: biseksual, lebarnya 5-6.5 cm, kelopak bunga berwarna
merah mudah atau ungu. Bunga terletak di ujung cabang secara
bergerombol.
(g) Morfologi buah: buahnya berbentuk bulat namun berkayu.
33

(h) Fungsi: penghasil kayu, obat-obatan.


(i) Perbanyakan: biji dan stek.

22. Mangifera indica


(a) Nama: mangga atau Mangifera indica merupakan pohon evergreen yang
tinggi dapat mencapai 40 m. Mangga merupakan tanaman asli Indonesia
dan Myanmar.
(b) Famili: anacardiaceae.
(c) Bentuk tajuk: tajuknya bulat besar dan padat.
(d) Morfologi daun: susunan daun spiral, bertepi rata, dan pertulangannya
menyirip.
(e) Morfologi bunga: bunga kecil berwarna hijau kekuningan hampir
berwarna putih, krem atau merah muda. Bunganya padat dan terletak di
ujung cabang hingga 60 cm.
(f) Morfologi biji: biji terdapat di dalam buah, satu buah terdapat satu biji
besar yang pipih.
(g) Morfologi buah: buah besar berukuran 10 x 30 cm, bentuknya hampir
bulat atau lonjong, buahnya berwarna hijau dan akan berubah menjadi
kuning atau oranye saat matang.
(h) Fungsi: penghasil buah dan obat-obatan.
(i) Perbanyakan: biji dan stek.

(a) (b) (c)


Gambar 26 Mangifera indica
Sumber : (http://www.infogranja.com.ar (a), http://www.123rf.com (b),
http://luirig.altervista.org (c))

23. Mangifera kemanga


(a) Nama: kemang atau Mangifera kemanga Blume dapat dijumpai di
Sumatra, Kalimantan, Malay Peninsula dan Papua Nugini. Kemang
merupakan pohon tinggi, tingginya dapat mencapai 30 m.
(b) Famili: anacardiaceae.
(c) Habitat: daerah tropis basah dan dataran rendah, dibawah 400 m dpl
(sangat jarang hingga 800 m dpl).
(d) Bentuk tajuk: tajuknya bulat dan rapat.
(e) Morfologi daun: bentuk daun lanset, bertepi rata, dan permukaan daun
sedikit berbulu.
(f) Morfologi bunga: pembungaannya di cabang, ketika bagian cabang
terbelah akan muncul beberapa bunga. Bunga berwarna ungu atau merah
muda.
34

(g) Morfologi buah: buah kemang berukuran besar dan berbentuk ellips,
berwana kuning kecoklatan.
(h) Fungsi: penghasil kayu dan penghasil buah.
(i) Perbanyakan: biji.

(a) (b)
Gambar 27 Mangifera kemanga
Sumber : (Lapang (a), http://tomybetawi.xtgem.com (b))

24. Maniltoa grandiflora


(a) Nama: pohon sapu tangan atau Maniltoa grandiflora Scheff. pohon ini
tingginya dapat mencapai 15 m.
(b) Famili: fabaceae.
(c) Habitat: daerah tropis.
(d) Bentuk tajuk: bulat menyebar.
(e) Morfologi daun: bentuk daun memanjang, tepi daunnya bergelombang,
dan saat muda daun-daunnya terlihat terkulai seperti lipatan saputangan.
Warna daun berubah-ubah dari hijau muda, kuning kemerahan hijau,
hingga akhirnya hijau tua.
(f) Morfologi bunga: bunga berwarna putih.
(g) Morfologi batang: permukaan batang kasar dan berwarna gelap.
(h) Fungsi: tanaman peneduh.
(i) Perbanyakan: biji dan cangkok.

Gambar 28 Maniltoa grandiflora


Sumber : (Lapang)

25. Mimusoph elengi


(a) Nama: tanjung atau Mimusoph elengi adalah tanaman asli India,
Myanmar dan Sri Lanka. Pohon tanjung adalah pohon evergreen yang
tingginya daapat mencapai 10 m.
(b) Famili: sapotaceae.
35

(c) Bentuk tajuk: bulat dan kerapatan daun yang padat.


(d) Morfologi daun: daun berwarna hijau gelap, susunan daunnya spiral,
memanjang dan runcing. Tepian daunnya sedikit bergelombang.
(e) Morfologi bunga: Biseksual, bunga berukuran kecil 1.2 cm terletak di
ketiak daun.
(f) Morfologi biji: biji didalam buah berwarna coklat gelap.
(g) Morfologi buah: buahnya bulat, lunak, dan berubah dari oranye ke merah
saat matang.
(h) Morfologi batang: permukaan batang berwarna abu kecoklatan dan terlihat
bercelah sejalan dengan umurnya.
(i) Fungsi: tanaman tepi jalan yang banyak digunakan karena memiliki
bentuk yang indah dan bunga.
(j) Perbanyakan: biji.

(a) (b) (c)


Gambar 29 Mimusoph elengi
Sumber : (Lapang (a dan b), http://herbalsatt.blogspot.com (c))

26. Muntingia calabura


(a) Nama: kersen atau Muntingia calabura L. Kersen adalah pohon yang
berbuah kecil.

Gambar 30 Muntingia calabura


Sumber : (Lapang)

(b) Famili: muntingiaceae.


(c) Habitat: daerah tropis.
(d) Bentuk tajuk: menyebar seperti payung.
(e) Morfologi daun: daunnya jorong berwarna hijau, tepi daun bergerigi, daun
berbentuk bulat telur dan ujungnya runcing. Permukaan daunnya halus dan
terdapat bulu halus.
36

(f) Morfologi bunga: bunganya kecil berwarna putih, bunga terletak di ujung
cabang.
(g) Morfologi buah: buah dari pohon ini berukuran kecil, berwarna merah
cerah dan manis.
(h) Morfologi batang: permukaan batangnya berwarna cokelat gelap,
batangnya saat dewasa tidak lebih dari 30 cm.
(i) Fungsi: tanaman peneduh
(j) Perbanyakan: biji.

27. Nephelium lappaceum


(a) Nama: rambutan atau Nephelium lappaceum L. Persebaran tanaman ini di
daerah Cina bagian selatan
(b) Famili: sapindaceae.
(c) Habitat: daerah tropis lembab di dataran rendah. Pada permukaan hingga
600 m dpl.
(d) Morfologi daun: susunan daun rambutan majemuk menyirip genap dengan
anak daun genap, tulang daun menyirip, ujung daun bulat, daun berbentuk
jorong, dan permukaan daunnya licin.
(e) Morfologi biji: biji berbentuk seperti kapsul berwarna cokelat muda. Biji
terdapat di dalam daging buah dan permukaannya sedikit kasar.
(f) Morfologi buah: buah rambutan berbentuk bulat oval, buahnya berwarna
merah dan permukaan buah ditutupi rambut halus. Daging buahnya
berwarna putih dan manis rasanya.
(g) Morfologi batang: batangnya tegak lurus, permukaan batang kasar,
batangnya berbentuk bulat, batang berwarna cokelat dengan bercak-bercak
putih, dan percabangannya simpodial.
(h) Fungsi: tanaman obat dan tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji

(a) (b)
Gambar 31 Nephelium lappaceum
Sumber : (Lapang, http://www.frutasdelmundo.inriodulce.com)

28. Paraserianthes falcataria


(a) Nama: sengon atau Paraserianthes facataria L. pohon ini dapat tumbuh
sangat cepat, terlihat dari tingginya yang dalam setahun dapat mencapai
ketinggian 7 m dan pada saat dewasa dapat mencapai 40 m.
(b) Famili: fabaceae.
(c) Bentuk tajuk: tajuknya menyebar.
37

(d) Morfologi daun: susunan daun majemuk meyirip ganda, anak daunnya
berukuran kecil, berbentuk bulat telur dan mudah rontok.
(e) Morfologi bunga: bunga berukuran kecil, putih kekuningan dan berbulu.
Bunganya majemuk dan terletak di ketiak daun.
(f) Morfologi biji: terdapat 16 atau kurang biji di dalam polong.
(g) Morfologi buah: buah polong tipis, lurus, polong memecah saat sudah tua.
(h) Morfologi batang: batang utama sangat lurus, dan saat dewasa batang
bebas cabangnya mencapai 20 m. Permukaan batangnya berwarna abu-
abu, licin dan bertekstur agak kasar.
(i) Fungsi: penghasil kayu
(j) Perbanyakan: biji.

Gambar 32 Paraserianthes falcataria


Sumber : (Lapang)

29. Pithecelobium dulce


(a) Nama: asam kranji atau Pithecellobium dulce (Roxb.) Benth. adalah pohon
berbunga yang berasal dari Meksiko dan Amerika. Pohon ini tingginya
dapat mencapai 10-15 m.

Gambar 33 Pithecelobium dulce


Sumber : (Lapang)

(b) Famili: leguminosae.


(c) Habitat: mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi.
(d) Bentuk tajuk: menyebar.
(e) Morfologi daun: daunnya berbentuk bulat telur, duduk daunnya
berhadapan, susunan daunnya majemuk menyirip ganjil.
(f) Morfologi bunga: bunga majemuk berwarna putih dan terletak di ketiak
daun.
(g) Morfologi biji: biji berukuran kecil dan berwarna hitam. Biji dapat
bertahan di lahan kering.
38

(h) Morfologi buah: buahnya berbentuk polongan pipih. Setiap polong


terdapat 1-10 biji.
(i) Morfologi batang: permukaan batang cokelat kehitaman dan kasar.
(j) Fungsi: tanaman peneduh, pengarah jalan dan dapat menjadi point of
interest.
(k) Perbanyakan: biji dan cangkok.

30. Plumeria rubra


(a) Nama: kamboja atau Plumeria rubra merupakan tanaman asli Meksiko,
Amerika Tengah, Kolombia, dan Venezuela. Kamboja dapat tumbuh
hingga 8 m.
(b) Famili: apocynaceae.
(c) Habitat: toleran di hampir semua jenis tanah, mulai tanah asam hingga
alkali dan tanah berpasir hingga berliat. Berada hingga 2000 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: bulat menyebar.
(e) Morfologi daun: duduk daunnya berhadapan namun daun spiral di bagian
ujung cabang, berbentuk lanset, menyirip dan bertepi rata.
(f) Morfologi bunga: bunga banyak terletak di bagian ujung batang. Bunga
berwarna merah muda dan untuk spesies lain ada variasi warnanya.
Biasanya bunga berkelopak 5.
(g) Morfologi batang: permukaan batangnya berwarna abu-abu dan halus.
Bagian batang bergetah dan beracun.
(h) Fungsi: tanaman ornamental, obat-obatan, dan biasa terdapat di
perkuburan atau pura.
(i) Perbanyakan: biji dan stek.

Gambar 34 Plumeria rubra


Sumber : (Lapang)

31. Polyalthia fragrans


(a) Nama botani: glodokan bulat atau Polyalthia fragrans. Tanaman ini
merupakan tanaman evergreen asli India dan Sri Lanka. Tingginya dapat
mencapai 20 m.
(b) Famili: annonaceae.
(c) Bentuk tajuk: tajuk berbentuk bulat.
(d) Morfologi daun: duduk daunnya berselingan, mengkilat, bentuk daun
memanjang, tepi daunnya berombak.
(e) Morfologi bunga: bunga terletak pada ketiak daun atau ranting, bunganya
tersebut akan menghasilkan buah.
(f) Morfologi biji: biji terdapat di dalam buah.
39

(g) Morfologi buah: buahnya kecil, ukurannya 2 cm berbentuk bulat dan


berwarna kuning kehijauan.
(h) Morfologi batang: batang bulat, permukaan batangnya berwarna abu-abu
dan akan terlihat retakan saat dewasa.
(i) Fungsi: tanaman obat dan penghasil kayu.
(j) Perbanyakan : biji.

Gambar 35 Polyalthia fragrans


Sumber : (Lapang)

32. Polyalthia longifolia


(a) Nama botani: glodokan tiang atau Polyalthia longifolia. Tanaman ini
merupakan tanaman evergreen asli India dan Sri Lanka. Tingginya dapat
mencapai 20 m.
(b) Famili: annonaceae.
(c) Habitat: dapat tumbuh di bawah ketinggian 1 200 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: tajuk berbentuk piramidal dan cabang-cabangnya menjurai
ke bawah.
(e) Morfologi daun: duduk daunnya berselingan, bentuk daun memanjang,
tepi daunnya berombak.
(f) Morfologi bunga: bunga menyerupai bintang, berwarna hijau pucat dan
terletak pada ketiak daun.
(g) Morfologi biji: biji terdapat di dalam buah, tiap buah terdapat 2 baris biji
kecil.
(h) Morfologi buah: buahnya kecil, berbentuk ellips, halus dan mengkilat.
(i) Morfologi batang: batang bulat, permukaan batangnya berwarna abu-abu
dan akan terlihat retakan saat dewasa.
(j) Fungsi: tanaman obat dan penghasil kayu.
(k) Perbanyakan: biji.
(l)

Gambar 36 Polyalthia longifolia


Sumber : (Lapang)
40

33. Psidium guajava


(a) Nama: jambu atau Psidium guajava L. Merupakan pohon rendah yang
dijumpai di Meksiko Selatan hingga Amerika Tengah. Tingginya dapat
mencapai 10 m.
(b) Famili: myrtaceae.
(c) Habitat: daerah iklim tropis, dataran rendah hingga 1 500 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: menyebar.
(e) Morfologi daun: susunan daunnya berselingan, bentuk daun oval, bertepi
rata, permukaan daun sedikit berbulu dan akan mengeluarkan bau bila
daun gugur.
(f) Morfologi bunga: bunga terletak dibagian ujung, daun tunggal atau
majemuk 2-3 bunga. Bunga berwarna putih.
(g) Morfologi biji: biji banyak terdapat didalam daging buah, bentuk bulat
pipih dan berukuran kecil.
(h) Morfologi buah: buahnya berbentuk bulat atau seperti bentuk pir.
(i) Morfologi batang: permukaan batangnya halus dan kecoklatan, kulit
batang bisanya terkelupas saat dewasa.
(j) Fungsi: penghasil buah dan tanaman obat.
(k) Perbanyakan: biji, stek, dan cangkok.

Gambar 37 Psidium guajava


Sumber : (Lapang)
34. Pterocarpus indicus
(a) Nama: angsana atau Pterocarpus indicus Willd. Merupakan tanaman
deciduous Persebarannya di Asia Timur dan Tenggara, serta daerah Pasifik.
Angsana termasuk pohon tinggi, tingginya hingga 40 m.
(b) Famili: leguminosae.
(c) Habitat: daerah tropis dan subtropis, daerah lembab dan dataran rendah, hingga
1 300 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: oval.
(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk tunggal, duduk daunnya berhadapan.
(f) Morfologi buah: buah bulat, berukuran 3-6 cm, sedikit pipih, dan saat kering
buah berwarna ungu.
(g) Morfologi bunga: bunga berjumlah majemuk atau tunggal di ujung
percabangan.
(h) Fungsi: penghasil kayu, resin, obat-obatan dan tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji dan stek.
41

Gambar 38 Pterocarpus indicus


Sumber : (Lapang)

35. Samanea saman


(a) Nama botani: ki hujan atau Samanea saman (Jacq.) Merr. merupakan
tumbuhan pohon besar dan tinggi.
(b) Famili: mimisaceae.
(c) Habitat: di kawasan hutan hujan tropis.
(d) Bentuk tajuk: tajuk menyebar dan dapat mencapai 40-60 m.
(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk menyirip genap, berbentuk bulat
telur, berwarna hijau tua, dan permukaan bawah daunnya lembuh seperti
beludru. Daunnya akan melipat saat hujan ataupun di malam hari.
(f) Morfologi bunga: pohon ini berbunga pada bulan Mei dan Juni. Bunganya
berwarna putih dan terdapat bercak merah muda pada bagian bulu atasnya.
(g) Morfologi biji: bijinya berukuran 1.3 cm, terdapat di dalam daging buah,
berwarna cokelat kemerahan, sangat lengket dan manis.
(h) Morfologi buah: buah berbentuk panjang lurus dan agak melengkung.
Buahnya berwarna cokelat kehitaman ketika masak.
(i) Morfologi batang: batangnya bulat, namun kadang bengkok dan
menggelembung besar. Permukaan batang saat dewasa kecoklatan,
permukaan batang sangat kasar dan terkelupas. Pada saat muda batangnya
berwarna abu kecoklatan.
(j) Fungsi: tanaman peneduh, namun akarnya yang meluas dapat merusak
jalan dan bangunan di sekitarnya.
(k) Perbanyakan: biji.

Gambar 39 Samanea saman


Sumber : (Lapang)

36. Schefflera sp.


(a) Nama: wali songo atau Schefflera sp. J.R.Forst & G.Forst merupakan
tanaman asli dari Malaysia.
42

(b) Famili: araliaceae.


(c) Habitat: habitat alaminya di daerah subtropis atau tropis dan hutan hujan
tropis.
(d) Bentuk tajuk: bulat dan sangat padat.
(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk, bentuk daunnya memanjang dan
sedikit melengkung. Susunan daunnya spiral, tebal, licin dan mengkilat.
(f) Morfologi batang: permukaan batangnya berwarna cokelat kehitaman dan
diameternya dapat mencapai 60 cm.
(g) Fungsi: tanaman peneduh.
(h) Perbanyakan: biji, stek dan cangkok.

Gambar 40 Shcefflera sp.


Sumber : (Lapang)

37. Spatodea sp.


(a) Nama: kecrutan atau Spatodea Campanulata P.Beauv merupakan tanaman
asli daerah tropis Afrika tingginya dapat mencapai 35 m.

(a) (b)
Gambar 41 Spatodea campanulata
Sumber : (Lapang (a), http://www.botanicalgarden.ubc.ca (b))

(b) Famili: bignoniceae.


(c) Habitat: darerah tropis, memerlukan matahari penuh, dapat tumbuh di
taran rendah hinga ketingian 1 200 m dpl dan daunnya berwarna hijau.
(d) Bentuk tajuk: bulat.
(e) Morfologi daun: daunnya jorong, tulang daunnya menyirip, berwarna
hijau, daun.
(f) Morfologi bunga: bunga berbentuk cangkir, panjangnya 8-15 cm, merah,
oranye dengan pinggiran kuning, bunga terletak di ujung percabangan.
(g) Morfologi biji: biji pipih berukuran 1.5 x 2 cm.
(h) Fungsi: penghasil kayu, obat-obatan dan tanaman ornamental.
43

(i) Morfologi batang: batangnya berwarna abu kehitaman dan terlihat retakan.
(j) Perbanyakan: biji.

38. Swietenia mahogani


(a) Nama: mahoni atau Swietenia mahogani Jacq. merupakan pohon sedang
yang tingginya 30-35 m.
(b) Famili: meliaceae.
(c) Habitat: pohon ini dapat ditemukan di hutan ataupun tempat yang dekat
dengan pantai.
(d) Bentuk tajuk: oval.
(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk menyirip ganda, duduk daun
beseling, daunnya berwarna hijau muda pada awal pertumbuhan dan hijau
tua saat dewasa.
(f) Morfologi buah: permukaan buah mahoni berwarna coklat muda dan buah
berbentuk bulat.
(g) Morfologi biji: biji berbentuk pipih berwarna kehitaman atau cokelat.
(h) Morfologi batang: batang lurus silindris, dapat berukuran 40-125 cm.
Permukaan batangnya berwarna abu-abu dan halus ketika masih muda,
berubah menjadi cokelat tua, beralur dan mengelupas setelah tua.
(i) Fungsi: tanaman pelindung dan tanaman tepi jalan.
(j) Perbanyakan: biji.

Gambar 42 Swietenia mahogani


Sumber : (Lapang)

39. Syzygium aquaeum


(a) Nama: jambu air atau Syzygium aquaeum (Burm.f.) Alston persebarannya
di Asia Tenggara dan Selatan, Trinidad, Hawaii, dan Puerto rico. Pohon
ini hanya mencapai ketinggian 10 m.
(b) Famili: myrtaceae.
(c) Habitat: daerah tropis, 1 200 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: terbuka tidak rapat dan menyebar.
(e) Morfologi daun: daunnya memanjang, tipis, dan permukaan bagian
bawahnya sedikit berbulu. Permukaan daun rata dan pertulangan daun
meyirip.
(f) Morfologi bunga: bunga majemuk 3-7 bunga, terletak di bagian ujung
percabangan atau ketiak daun.
(g) Morfologi biji: biji bulat, berukuran kecil, biasanya tunggal, namun
terkadang dalam satu buah terdapat 2 atau lebih biji atau tidak ada sama
sekali.
44

(h) Morfologi buah: permukaan buah berwarna hijau terang, daging buahnya
merah muda, seperti spons, dan manis.
(i) Morfologi batang: batangnya rendah, percabangannya dekat dengan tanah,
permukaan batangnya halus dan terkelupas.
(j) Fungsi: pernghasil buah.
(k) Perbanyakan: stek, cangkok, dan biji.

Gambar 43 Syzygium aquaeum


Sumber : (Lapang)

40. Syzygium malaccense


(a) Nama: jambu bol atau Syzygium malaccence (L.) Merr. tanaman ini
merupakan tanaman asli Malaysia, Indonesia (Sumatera dan Jawa) dan
Vietnam. Tingginya mencapai 15 m.
(b) Famili: myrtaceae.
(c) Habitat: pohon ini sangat sering dijumpai hampir disetiap tempat,
penyebarannya hingga ketinggian 1 200 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: bulat.
(e) Morfologi daun: duduk daun berhadapan, tebal dan kemerahan saat muda.
Helaian daun lonjong, besar dan menjorong 15-38 cm x 7-20 cm, tebal dan
agak kaku.
(f) Morfologi bunga: bunga terletak di ketiak ranting yang tidak berdaun atau
pada cabang utama, bertangkai pendek dan bergerombol, berisi 1-12
kuntum. Bunga berwarna merah keunguan atau merah muda, helai
mahkota merah lonjong, bulat telur atau bundar, 1,5-2 cm.
(g) Morfologi biji: bijinya bulat berwarna kecoklatan, berukuran besar 2,5-3,5
cm.
(h) Morfologi buah: buah berbentuk bulat hingga menjorong, permukaan
buahnya berarna merah, bentuknya mirip dengan jambu air, namun daging
buahnya lebih lembut dan lebih padat daripada jambu air.
(i) Morfologi batang: batangnya rendah, percabangannya dekat dengan tanah,
permukaan batangnya halus dan terkelupas.
(j) Fungsi: tanaman penghasil buah yang biasanya ditanam di pekarangan.
(k) Perbanyakan: biji dan cangkok.
45

Gambar 44 Syzygium malaccense


Sumber : (Lapang)

41. Syzygium oleina


(a) Nama: pucuk merah atau Syzygium oleina merupakan tanaman evergreen
yang mirip dengan pohon.
(b) Famili: myrtaceae.
(c) Habitat: daerah tropis dan tanaman ini memerlukan cahaya matahari yang
cukup agar tunas mudanya tetap berwarna merah
(d) Bentuk tajuk: oval.
(e) Morfologi daun: susunan daunnya majemuk menyirip ganjil, ujung daun
mudanya yang berwarna oranye dan merah. Daunnya berbentuk lanset,
pertulangan daun menyirip dan bertepi data.
(f) Morfologi batang : meskipun memiliki tajuk yang cukup besar, ukuran
diameter batang dari pohon ini kecil, tidak mencapai 10 cm.
(g) Fungsi: tanaman pembatas, focal point, pengarah dan dapat ditanam dalam
pot.
(h) Perbanyakan: cangkok.

Gambar 45 Syzygium oleina


Sumber: (Lapang)

42. Tabebuia chrysantha


(a) Nama: tabebuia atau Tabebuia chrysantha merupakan pohon asli Amerika
Selatan, dari daerah tropis yang toleran pada daerah pesisir. Pohon ini
dapat tumbuh 6-12 m.
(b) Famili: bignoniaceae.
(c) Habitat: daerah tropis yang mendapatkan matahari penuh.
(d) Bentuk tajuk: menyebar.
(e) Morfologi daun: duduk daun bersebrangan, bentuk daun lanset, bertepi
rata dan berwarna hijau muda.
46

(f) Morfologi bunga: bunga berukuran besar, berwarna kuning dan biasanya
mekar di antara bulan Februari hingga April sebelum daun dari pohon ini
bertumbuh.
(g) Morfologi batang: permukaan batang berwarna cokelat muda dan
bertekstur halus.
(h) Fungsi: tanaman peneduh, tanaman pembatas dan cocok untuk taman di
daerah pesisir.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 46 Tabebuia chrysantha


Sumber : (Lapang)

43. Tectona grandis


(a) Nama: jati atau Tectona grandis L.f. persebarannya di daerah Afrika,
India, Srilanka, Indocina, Guam dan Fiji. Pohon jati merupakan pohon
deciduous yang tingginya dapat mencapai 40 m.
(b) Famili: lamiaceae.
(c) Habitat: hutan tropis, hingga ketinggian 1 200 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: oval terbuka dengan percabangannya yang pendek.
(e) Morfologi daun: daunnya lebar, duduk daunnya berselang-seling dan
permukaannya yang rata.
(f) Morfologi biji: biji berwarna putih oval.
(g) Morfologi batang: permukaan batang berwarna abu-abu atau coklat.
(h) Fungsi: penghasil kayu, obat-obatan dan tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji dan stek.

Gambar 47 Tectona grandis


Sumber : (Lapang)

44. Terminalia cattapa


(a) Nama: ketapang atau Terminalia cattapa L. merupakan tanaman pantai
yang rindang.
47

(b) Famili: combretaceae.


(c) Habitat: daerah pantai berpasir dan dataran rendah hingga ketinggian 400
m dpl.
(d) Bentuk tajuk: bertingkat-tingkat dan menyebar.
(e) Morfologi daun: daun berbentuk jantung, berwarna hijau, dan akan
berwarna kemerahan bila akan rontok, permukaan licin dan sedikit
bergelombang. Ukuran daun lebar dengan runcingan dan pangkal yang
menyempit perlahan.
(f) Morfologi bunga: bunga berukuran kecil, terkumpu dalam bulir dekat
ujung ranting, bunga berwarna hijau kekuningan, bunga tidak berkelopak
dan berbentuk seperti lonceng.
(g) Morfologi biji: biji berukuran kecil di dalam buah, pipih dan berwarna
kecoklatan.
(h) Morfologi buah: buahnya bulat, memiliki lapisan gabus sehingga dapat
terapung di air.
(i) Morfologi batang: batang berbentuk bulat, berwarna kecoklatan dan
permukaan batang halus.
(j) Fungsi: tanaman peneduh.
(k) Perbanyakan: biji.

Gambar 48 Terminalia cattapa


Sumber : (Lapang)

45. Thuja accidentalis


(a) Nama: cemara kipas atau Thuja accidentalis L. Merupakan tanaman asli
Cina bagian barat dan utara. Tingginya dapat mencapai 20 m.
(b) Famili: cupressaceae.
(c) Habitat: dapat tumbuh di hampir semua jenis tanah, 300-2 300 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: piramidal.
(e) Morfologi daun: daunnya berwarna hijau muda atau hijau kekuningan.
(f) Morfologi batang: permukaan batang berwarna coklat keabu-abuan atau
coklat kemerahan, diameter tidak lebar, dan beralur.
(g) Fungsi: penghasil kayu, tanaman obat dan tanaman ornamental.
(h) Perbanyakan: stek dan biji.
48

Gambar 49 Thuja accidentalis


Sumber : (Lapang)

Jenis Palem
Palem merupakan tanaman yang dapat tumbuh di daerah tropis dan subtropis,
palem dapat ditemui tumbuh di daerah pantai hingga pegunungan di tanah yang
subur/gersang. Tanaman hias dari keluarga Arecaceae (Palmae) ini bentuknya
indah dan eksotik. Palem sangat mudah ditanam dan tidak membutuhkan
perawatan yang sulit. Tanaman ini tidak terlalu menuntut kondisi syarat tumbuh
yang spesifik, lebih suka ditanam di tanah yang mengandung pasir dan tidak suka
tergenang air (Redaksi Agromedia 2007).

1. Areca catechu
(a) Nama: pinang sirih atau Areca catechu L. Merupakan jenis palem soliter
yang berasal dari Asia Tenggara.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: dataran rendah hingga ketinggian 750 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: tajuk bentuk palem, tidak bercabang.
(e) Morfologi daun: daun tunggal, duduk daunnya berhadapan, bertepi rata,
pertulangannya sejajar, dan runcing. Percabangannya melengkung. Ukuran
tiap cabang hingga 2 m.
(f) Morfologi buah: buahnya berwarna oranye kemerahan dan berbentuk
bulat.
(g) Morfologi batang: batangnya dapat mencapai 15-20 m, batang awalnya
berwarna hijau kemudian akan berubah keabu-abuan. Batang utama
berbuku dengan interval 15-20 cm.
(h) Fungsi: tanaman ornamental dan obat-obatan.
(i) Perbanyakan: Sangat mudah tumbuh dari biji.

Gambar 50 Areca catechu


Sumber: (Lapang)
49

2. Caryota cumingii
(a) Nama: palem ekor ikan atau Caryota cumingii Lodd. ex Mart. Merupakan
tanaman asli Filipina.
(b) Famili: arecaceae .
(c) Habitat: hutan hujan di dataran rendah.
(d) Bentuk tajuk: tajuk bentuk palem.
(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk menyirip ganda, letak daunnya
berselang-seling. Daunnya berbentuk seperti ekor ikan, tulang daun
sejajar, dan bertepi rata.
(f) Morfologi bunga: uniseksual, bunga bergerombol dan bergantung dari
batang utamanya.
(g) Morfologi batang: batangnya dapat mencapai 15 m dan berbuku.
(h) Fungsi: tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 51 Caryota cumingii


Sumber: (Lapang)

3. Cocos nucifera var. Capitata


(a) Nama: kelapa gading atau Cocos nucifera var. Capitata.

Gambar 52 Cocos nucifera var. Capitata


Sumber: (Lapang)

(b) Famili: arecaceae.


(c) Habitat: dataran rendah.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem.
(e) Morfologi daun: daun tunggal, duduk daunnya berhadapan, bertepi rata,
pertulangannya sejajar, dan runcing. Percabangannya melengkung.
(f) Morfologi buah: buahnya berwarna kuning, dan bentuknya mirip dengan
buah pohon kelapa (Cocos nucifera).
(g) Morfologi batang: batangnya berbuku dan berwarna keabu-abuan.
50

(h) Fungsi: tanaman ornamental.


(i) Perbanyakan: biji.

4. Elaeis guineensis
(a) Nama: kelapa sawit atau Elaeis guineensis merupakan palem soliter yang
tingginya dapat mencapai 30 m.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: daerah tropis.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem dan daun menyebar pada satu pangkal.
(e) Morfologi daun: Susunan daun tunggal berhadapan, bentuknya
melengkung, bertepi rata dan runcing.
(f) Morfologi buah: buahnya berbentuk bulat telur, berwarna oranye
kemerahan dan sedikit gelap, buahnya berwarna kuning hingga oranye.
(g) Morfologi biji: biji ada di dalam buah, berwarna hitam.
(h) Fungsi: pohon penghasil minyak.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 53 Elaeis guineensis


Sumber : (Lapang)

5. Elaeis oleifera
(a) Nama: kelapa sawit amerika atau Elaeis oleifera (Kunth.) Cortez,
merupakan palem yang ada di daerah tropis Amerika Tengah hingga
selatan.

Gambar 54 Elaeis oleifera


Sumber: (Lapang)

(b) Famili: arecaceae.


(c) Habitat: daerah basah atau lembab.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem.
51

(e) Morfologi daun: susunan daun tunggal berhadapan, bentuknya


melengkung, bertepi rata dan runcing.
(f) Morfologi buah: buahnya berbentuk bulat, berwarna oranye kemerahan.
(g) Fungsi: penghasil minyak dan tanaman ornamental.
(h) Perbanyakan: biji.

6. Hyophorbe lagenicaulis
(a) Nama: palem botol atau Hyophorbe lagenicaulis merupakan tanaman
palem soliter.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: dataran redah dan tinggi, dapat juga di daerah pesisir.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem.
(e) Morfologi daun: susunan daun tunggal berhadapan, bentuknya
melengkung, bertepi rata dan runcing.
(f) Morfologi batang: batangnya berwarna abu-abu, bentuknya menyerupai
botol, terlihat menggelembung di bawah dan menyempit di bagian atas.
(g) Fungsi: tanaman ornamental.
(h) Perbanyakan: biji.

Gambar 55 Hyophorbe lagenicaulis


Sumber: (Lapang)

7. Licuala grandis
(a) Nama: palem kol atau Licuala grandis H. Wendl. Merupakan palem soliter
dari pulau Solomon.

Gambar 56 Licuala grandis


Sumber: (Lapang)

(b) Famili: arecaceae.


(c) Habitat: hutan hujan di dataran rendah.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem.
52

(e) Morfologi daun: batangnya melengkung, susunan daun tunggal


berhadapan, bentuknya melengkung, bertepi rata dan runcing. Bentuk
daunnya bulat.
(f) Morfologi buah: Buahnya kecil (1.5 cm) berwarna merah terang.
(g) Fungsi: Tanaman ornamental.
(h) Perbanyakan: Biji.

8. Phoenix roebelenii
(a) Nama: dwarf date palm atau Phoenix roebelenii O'Brien. Merupakan
tanaman soliter asal Laos.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: dataran rendah dan tinggi.
(d) Bentuk tajuk: daun melengkung, tajuk pohon palem.
(e) Morfologi daun: Bentuk daunnya menyirip dan berkumpul pada ujung
batang.
(f) Morfologi batang: batangnya kokoh dan tingginya dapat mencapai 2-3 m.
(g) Fungsi: tanaman ornamental.
(h) Perbanyakan: biji.

Gambar 57 Phoenix roebelleni


Sumber: (Lapang)

9. Pritchardia pacifica
(a) Nama: palem sedeng atau Pritchardia pacifica merupakan palem soliter.

Gambar 58 Pritchardia pacifica


Sumber: (Lapang)

(b) Famili: arecaceae.


(c) Habitat: dataran rendah.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem.
53

(e) Morfologi daun: daun berbentuk bulat, runcing dan bertepi rata, ujung
daun menjurai ke bawah.
(f) Morfologi batang: batang berwarna abu-abu dan kasar.
(g) Fungsi: tanaman ornamental.
(h) Perbanyakan: biji.

10. Ptychosperma macarthurii


(a) Nama: palem jepang atau Ptychosperma macarthurii (H. Wendl. Ex H.J.
Veitch) H. Wendl. Ex Hook.f. merupakan palem yang bergerombol yang
berasal dari Papua Nugini hingga Queensland.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: daerah tropis dan dataran rendah hingga 1 900 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: daunnya muncul dari batang, sehingga bentuknya sedikit
Oval.
(e) Morfologi daun: daun tunggal, susunan daun majemuk menyirip genap.
Ujung daunnya tidak rata namun bertepi rata.
(f) Morfologi bunga: uniseksual, bunga jantan berukuran kecil namun bunga
betinanya berukuran lebih kecil.
(g) Morfologi buah: buahnya bulat telur dan berwarna oranye kemerahan.
(h) Fungsi: tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji

Gambar 59 Ptychosperma macarthurii


Sumber: (Lapang)

11. Roystonia regia


(a) Nama: palem raja atau Roystonea regia (Kunth) O.F. Cook merupakan
palem tinggi yang persebarannya di selatan Florida hingga amerika bagian
tengah. Tingginya dapat mencapai 7-25 m dan diameternya 40-55 cm saat
dewasa.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: daerah kering dan savana, di dataran rendah hingga 400 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: bentuk tajuk palem.
(e) Morfologi daun: Daun tunggal, susunan daun majemuk menyirip genap,
ujung daunnya runcing, bertepi rata dan tulang daunnya sejajar.
(f) Morfologi bunga: berbunga, bunga jantannya berwarna putih.
(g) Morfologi batang: permukaan batang saat dewasa berwarna abu-abu dan
beralur.
(h) Fungsi: tanaman ornamental (untuk luar ruangan).
(i) Perbanyakan: biji
54

Gambar 60 Roystonia regia


Sumber: (Lapang)

12. Veitchia merrilii


(a) Nama: palem putri atau Veitchia merrilii atau Adonidia merrillii (Becc.)
Becc adalah palem yang persebarannya di Filipina, tingginya 10-15 m dan
diameternya 25 cm saat dewasa.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: daerah berbatu dan pesisir.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem.
(e) Morfologi daun: daun tunggal, susunan daun majemuk menyirip genap,
letaknya berhadapan, ujung daunnya runcing, bertepi rata dan tulang
daunnya sejajar.
(f) Morfologi bunga: bunga menggantung dengan panjang hingga 60 cm,
bunga berwarna kuning cerah.
(g) Morfologi batang: permukaan batang saat dewasa berwarna abu-abu dan
beralur.
(h) Fungsi: tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 61 Veitchia merrilii


Sumber: (Lapang)

13. Wodyetia bifurcata


(a) Nama: palem ekor tupai atau Wodyetia bifurcata A.K. Irvine,
persebarannya di Australia dan merupakan palem soliter. Tingginya dapat
mencapai 20 m dan diameternya 20-25 cm.
(b) Famili: arecaceae.
(c) Habitat: woodlamds, dataran rendah hingga 400 m dpl.
(d) Bentuk tajuk: tajuk pohon palem yang melengkung.
55

(e) Morfologi daun: letak daun berselang-seling, runcing, bertepi rata dan
pertulangan daunnya sejajar. Daun tungga, perawakan seperti ekor tupai,
sehingga palem ini disebut palem ekor tupai.
(f) Morfologi bunga: berbunga, bunga berwarna krem kehijauan.
(g) Morfologi batang: permukaan batang saat dewasa berwarna abu-abu dan
beralur.
(h) Fungsi: tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 62 Wodyetia bifurcata


Sumber: (Lapang)

Jenis Semak Besar


Semak besar menurut Booth (1983), merupakan tanaman yang memiliki
ketinggian maksimum 3-4.5 m. Dilihat dari perbandingkan dengan pohon rendah,
semak besar tidak hanya memiliki tinggi yang juga rendah namun juga dibedakan
dari bentuk tajuknya. Secara karakteristik, daun-daun semak besar padat dan
menyebar dari atau mendekati dengan tanah, berbeda dengan pohon rendah yang
daun-daunnya terletak diatas tanah dan jaraknya tidak dekat dengan tanah.

1. Acalypha macrophylla
(a) Nama: teh-tehan atau Acalypha macrophylla merupakan semak besar yang
tingginya dapat mencapai 4 m. Bagian daunnya merupakan karakteristik
utama karena tanaman ini tidak berbunga.

Gambar 63 Acalypha macrophylla


Sumber: (Lapang)

(b) Famili: euphorbiaceae.


(c) Habitat: tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi
dan terkena matahari.
(d) Bentuk tajuk: oval.
56

(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk genap, duduk daun berhadapan,
daun berukuran kecil, berbentuk jorong, berwarna hijau tua. Tepi daunnya
bergerigi dan ujungnya tumpul.
(f) Morfologi batang: batang berukuran kecil dan percabangannya sangat
dekat dengan tanah.
(g) Fungsi: tanaman pangkas (topiari) pembatas dan pengarah.
(h) Perbanyakan: stek batang.

2. Bougainvillea glabra
(a) Nama: bugenvil atau Bougainvillea glabra Choisy persebarannya di
daerah Brazil. Bugenvil merupakan tanaman semak juga dapat tumbuh
merambat.
(b) Famili: nyctaginaceae.
(c) Habitat: memerlukan cahaya penuh dan di daerah kering.
(d) Bentuk tajuk: menyebar.
(e) Morfologi daun: daun melengkung, halus dan tipis.
(f) Morfologi bunga: bunga berukuran kecil, warna bunga bermacam-macam,
merah muda, ungu, lila, dan putih. Bunga bermekaran terus-menerus
sehingga cabang melengkung ke bawah.
(g) Morfologi batang: percabangannya menyebar ke segala arah dan ukuran
diameter cabang kecil.
(h) Fungsi: tanaman pembatas, tanaman dalam pot, dan tanaman untuk
pergola.
(i) Perbanyakan: stek dan cangkok

Gambar 64 Bougainvillea glabra


Sumber: (Lapang)

3. Caesalpinia pulcherrima
(a) Nama: bunga merak atau Caeasalpinia pulcherrima (L.) Sw.
Persebarannya di Amerika Selatan dan India Barat, tingginya dapat
mencapai 4 m.
(b) Famili: leguminosae.
(c) Habitat: hutan terbuka.
(d) Bentuk tajuk: menyebar.
(e) Morfologi daun: duduk daun berhadapan, susunan daun majemuk
menyirip ganda.
(f) Morfologi buah: buangnya berwarna coklat kehitaman dan bulat.
(g) Morfologi bunga: bunga terletak di ujung cabang atau di ketiak daun.
Bunganya berwarna merah-oranye-kuning dengan stamen yang panjang.
57

(h) Morfologi biji: biji bulat, berwarna cokalt atau abu-abu, dalam satu buah
terdapat 6-9 biji.
(i) Fungsi: tanaman ornamental dan obat-obatan.
(j) Perbanyakan: stek dan biji.

Gambar 65 Caesalpinia pulcherrima


Sumber : (Lapang)

4. Calliandra
(a) Nama: kaliandra atau Calliandra Benth. merupakan pohon sedang yang
berasal dari daerah tropis dan subtropis di Asia bagian selatan, Afrika,
Australia dan Amerika. Kaliandra dapat tumbuh hingga 6 m.
(b) Famili: fabaceae.
(c) Habitat: daerah tropis dan sibtropis.
(d) Bentuk tajuk: menyebar.
(e) Morfologi daun: susunan daun majemuk menyirip ganda, duduk daun
berhadapan, daunnya berbentuk bulat telur, berwarna hijau tua dan bertepi
rata.
(f) Morfologi bunga: bunga muncul dari pembungaan bulat kecil berwarna
merah dan memiliki banyak benang sari. Bunganya berwarna merah atau
merah muda bentuknya ramping sehingga sering disebut powder puff.
(g) Morfologi biji: biji berbentuk ellips, pipih, coklat tua 5-7 mm dan
berbintik-bintik.
(h) Fungsi: tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji.

Gambar 66 Calliandra
Sumber : (Lapang)

5. Hibiscus rosa sinensis


(a) Nama: kembang sepatu atau Hibiscus rosa sinensis L. Persebarannya di
daerah Asia Ternggara. Kembang sepatu termasuk semak besar yang
58

perawakannya mirip dengan pohon rendah karena letak percabanganya


dekat dengan tanah dan tingginya dapat mencapai 4.5m.
(b) Famili: malvaceae.
(c) Habitat: toleran terhadap naungan, dapat tumbuh di dataran 100-500 m
dpl.
(d) Bentuk tajuk: bulat menyebar.
(e) Morfologi daun: duduk daunnya berseling, daun berwarna hijau tua, shiny
dan tepi yang bergerigi.
(f) Morfologi bunga: bunga tunggal di ketiak daun, bentuk bunga menyerupai
bel.
(g) Morfologi buah: buahnya berbentuk seperti kapsul berukuran hingga 2 cm.
(h) Morfologi batang: percabangan banyak dan rapat.
(i) Fungsi: tanaman ornamental.
(j) Perbanyakan: cangkok dan stek.

Gambar 67 Hibiscus rosa sinensis


Sumber: (Lapang)

6. Ixora coccinea
(a) Nama: soka atau Ixora coccinea L. Persebarannya di Asia Tenggara dan
Selatan. Soka termasuk tanaman evergreen yang dapat tumbuh tinggi
hingga 4 m.
(b) Famili: rubiaceae.
(c) Habitat: daerah yang tanahnya baik dan terkena matahari penuh, dapat
tumbuh hingga 250 m dpl.
(d) Morfologi daun: duduk daun berhadapan, bertepi rata, glossy, daun
berwarna hijau.
(e) Morfologi bunga: bunga kecil, terletak di percabangan dan bunga
berwarna scarlet hingga oranye.
(f) Morfologi buah: buahnya bulat, kecil dan ukurannya tidak lebih dari 1.2
cm.
(g) Morfologi batang: batang banyak, rapat dan percabangannya sangat dekat
dengan tanah.
(h) Fungsi: tanaman ornamental.
(i) Perbanyakan: biji dan stek.
59

Gambar 68 Ixora coccinea


Sumber: (Lapang)

7. Musaenda sp.
(a) Nama: nusa indah atau Mussaenda sp. Merupakan tanaman evergreen
pohon rendah atau semak besar yang dapat tumbuh hingga 3.5 m.
(b) Famili: rubiaceae.
(c) Habitat: dapat tumbuh di tanah yang dapat terdrainase dengan baik.
(d) Morfologi daun: susunan daun majemuk menyirip tunggal, duduk daunnya
berseling, permukaan daun halus, tulang daunnya menyirip dan bentuk
daunnya jorong.
(e) Morfologi bunga: bunga berukuran kecil, bentuknya menyerupai terompet
berwarna kuning keemasan, dan terletak di ujung percabangan.
(f) Morfologi batang: permukaan batangnya berwarna coklat gelap dan
percabangannya merunduk.
(g) Fungsi: tanaman ornamental.
(h) Perbanyakan: stek.

Gambar 69 Mussaenda sp.


Sumber: (Lapang)

8. Nerium oliander
(a) Nama: oliander atau Nerium oliander L. Persebarannya di daerah
mediterania, iran, dan Cina bagian tenggara. Oliander termasuk semak
evergreen dan perawakannya menyerupai pohon rendah, tingginya dapat
mencapai 6 m.
(b) Famili: apocynaceae.
(c) Habitat: daerah kering juga berbatu, dapat tumbuh di ketinggian 20-1 500
m dpl.
(d) Morfologi daun: bentuk daunnya lanset, berwarna hijau tua, tebal dan
berbulu.
60

(e) Morfologi bunga: bunga terletak di ujung pecabangan,bunga berwarna


putih ke merah mudaan dan diameternya 2.5-5 cm.
(f) Morfologi biji: bentuk biji bulat telur dan berambut di salah satu sisinya.
(g) Morfologi buah: buahnya berbentuk kapsul dan panjang.
(h) Morfologi batang: permukaan batangnya berwarna abu-abu dan
cabangannya sangat banyak.
(i) Fungsi: tanaman ornamental, obat-obatan namun tanaman ini sangat
beracun.
(j) Perbanyakan: biji dan stek.

Gambar 70 Nerium oliander


Sumber: (Lapang)

Evaluasi Tanaman

Setelah melakukan pengumpulan data mengenai tanaman yang meliputi


morfologi tanaman, data, dan informasi yang tersedia mengenai pertumbuhan dan
perkembangan secara lengkap bagaimana suatu tanaman tumbuh belum cukup
untuk menggambarkan suatu tanaman, masih dibutuhkan survei langsung di
lapangan untuk mengetahui kondisi tanaman karena tanaman dapat berkelakukan
atau tumbuh dengan bentuk yang berbeda. Perbedaan kelakuan tanaman
dipengaruhi oleh lingkungan dan faktor lainnya (Sitompul dan Guritno 1995).
Penampilan tanaman terbentuk oleh faktor genetik dan faktor lingkungan.
Penampilan tanaman yang beragam disebabkan oleh faktor genetiknya.
Lingkungan bukan faktor tunggal yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Faktor lingkungan merupakan gabungan dari berbagai macam unsur yang dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian, yaitu unsur penyusun lingkungan di atas
tanah dan lingkungan di dalam tanah. Berdasarkan ruangnya lingkungan terbagi
atas lingkungan di atas tanah dan dalam tanah (edaphic factors). Lingkungan di
dalam tanah seperti kemasaman (pH), aerase, kandungan unsur kimia, dll.
Lingkungan di atas tanah seperti radiasi matahari, temperatur, dan kelembaban
(Sitompul dan Guritno 1995).
Setelah melakukan survei lapang, diperoleh 66 spesies tanaman dari jenis
pohon, palem, dan semak besar yang digunakan di kawasan perkotaan. Jenis
pohon adalah yang paling banyak digunakan untuk tanaman di kawasan tepi jalan
dibandingkan dengan jenis palem dan semak besar (Gambar 3). Jenis pohon yang
ditemui di Kota Bogor lebih bervariasi dibandingkan yang ditemui di Kota
Bandung. Hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan setempat yang kurang
memungkinkan untuk beberapa spesies tumbuh optimal. Untuk melihat kondisi
61

fisik tanaman dilakukan pembandingan dari masing-masing spesies yang


ditemukan di kedua kota dan dilihat kondisi kesehatan tanaman tersebut.
Menurut Permen PU Nomor 5 tahun 2013 tentang Pedoman Penanaman
Pohon pada Sistem Jaringan Jalan, tanaman jalan adalah tanaman yang digunakan
di dalam perencanaan lanskap jalan, yang mempunyai akar yang tidak merusak
konstruksi jalan, percabangan tidak mudah patah, dan mudah dalam
pemeliharaan. Lanskap jalan adalah wajah dari karakter jalan yang terbentuk dari
berbagai elemen dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan
serta diusahakan untuk menciptakan lingkungan jalan yang indah, serasi dan
memenuhi fungsi kenyamanan.
Karakteristik lingkungan jalan di dalam kota, biasanya merupakan
kawasan yang telah terbangun dengan rapi dan teratur dengan ruang-ruang
terbuka yang terbatas, penuh aktivitas, adanya trotoar dan fasilitas utilitas jalan.
Material lanskap yang terdapat pada kawasan ini terdiri dari perkerasan beton,
aspal, batu bata, dengan pohon-pohon di beberapa tempat (Hakim 2006).
Pembangunan yang pesat di kawasan perkotaan menghimpit ruang terbuka hijau,
kurangnya ruang penanaman bagi tanaman mempengaruhi kebutuhan ruang
tumbuh tanaman dan kenyamanan pengguna jalan raya maupun pejalan kaki.
Menurut Pokorny (1992), hal yang paling sering terjadi adalah terhimpitnya ruang
penanaman oleh jalur pejalan kaki, trotoar, dan perkerasan. Terbatasinya ruang
tumbuh tanaman membatasi volume akar, lebar tajuk tanaman, dan membatasi
ketinggian tanaman (jika di atas ruang penanaman terdapat utilitas). Ruang
penanaman yang terbuka setidaknya harus selebar 3 m agar dapat menyediakan
ruang tumbuh pohon hingga dewasa dan hal ini juga dipertimbangkan untuk
keamanan publik.
Evaluasi Tanaman Jenis Pohon dan Semak Besar di Kota Bogor
Hasil pengamatan di Kota Bogor dan Kota Bandung diketahui bahwa
terdapat beberapa tanaman yang sering dan jarang dijumpai di kawasan perkotaan.
Tanaman jenis pohon yang paling sering dijumpai adalah pohon kenari
(Canarium indicum) dengan frekuensi 7.06 %. Pohon kenari (Canarium
indicum) yang dijumpai terlihat rimbun dan terlihat dalam kondisi yang baik
(Gambar 71). Ruang penanaman yang cukup lebar dapat memberi ruang tumbuh
dan tidak mengganggu diameter batang maupun diameter tajuk, tajuk pohon
meneduhkan dan tidak mengganggu jalur sirkulasi. Dilihat dari habitatnya pohon
ini dapat tumbuh di area yang terdrainase baik maupun buruk, sehingga tampilan
pohon kenari (Canarium indicum) tetap terlihat baik di berbagai tempat di
kawasan perkotaan Kota Bogor dengan curah hujan yang cukup tinggi. Hal ini
membuktikan pohon kenari (Canarium indicum) dapat tumbuh dengan baik di
kawasan Kota Bogor.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)


62

(g) (h) (i) (j) (k) (l)


Gambar 71 Pohon Kenari (Canarium indicum) di berbagai jalan di Kota Bogor

Pohon beringin (Ficus benjamina) merupakan tanaman yang juga sering


dijumpai dengan frekuensi 5.29 %. Tampilan pohon beringin (Ficus benjamina) di
berbagai jalan terlihat tajuknya lebar dan terlihat sehat, pohon ini dapat tumbuh
dengan baik di kawasan perkotaan. Tersedianya ruang penanaman juga
berpengaruh untuk ruang tumbuh tanaman, karena pohon ini dapat tumbuh besar
diameternya dapat mencapai lebih dari 1 m. Seperti pada Gambar 72b di JL.
Gunung Batu, tanaman ini sebaiknya tidak ditanam di dalam pot, karena akan
mempengaruhi ruang pertumbuhan tanaman. Dilihat dari fungsinya pohon ini
dapat menjadi tanaman peneduh, namun lebih cocok sebagai tanaman untuk
taman, perakaran pohon yang menjalar dan diameter yang sangat lebar seperti di
JL. Kapten muslihat (Gambar 72c), JL. Juanda (Gambar 72g), dan JL. Semeru
(Gambar 72i) melebihi ruang penanaman yang lebarnya antara 1.5-2 m. Pohon
beringin (Ficus benjamina) kurang cocok bila dijadikan sebagai tanaman tepi
jalan untuk kawasan perkotaan karena karakteristiknya yang tidak memenuhi
fungsi pohon di tepi jalan, meskipun pohon ini dapat tumbuh dengan baik.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

(g) (h) (i)


Gambar 72 Pohon beringin (Ficus benjamina) di berbagai jalan di Kota Bogor
Pohon mahoni (Swietenia mahogani) merupakan tanaman yang cukup
sering dijumpai, dengan frekuensi 4.71 % pohon ini dilihat dari fungsinya sebagai
tanaman tepi jalan. Penampilan pohon ini di beberapa tempat berbeda karena
umur pohon yang berbeda-beda, di JL. Siliwangi (Gambar 73d) pohon ini tampak
tumbuh besar, tajuknya lebar dan rapat. Kurangnya ruang penanaman di kawasan
perkotaan Kota Bogor menjadi kendala karena pohon ini sesuai dengan deskripsi
tanaman, diameternya dapat mencapai 125 cm.
63

(a) (b) (c) (d)

(e) (f) (g)


Gambar 73 Pohon mahoni (Swietenia mahogani) di berbagai jalan di Kota Bogor
Pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) merupakan pohon berbuah yang
cukup sering dijumpai dengan frekuensi 4.12 %. Biasanya pohon berbuah tidak
disarankan sebagai tanaman tepi jalan di kawasan perkotaan, namun buahnya
yang terletak di batang utama atau batang yang sudah dewasa tidak mengganggu
pengguna jalan. Tampilan pohon ini di berbagai jalan sudah baik, dilihat dari
ukuran tajuk dan kerapatan tajuk dan tidak terlihat adanya batang mati. Hal ini
membuktikan pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) dapat tumbuh dengan
baik di kawasan Kota Bogor.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)


Gambar 74 Pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) di berbagai jalan
di Kota Bogor
Selain pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) terdapat pohon kersen
(Muntingia calabura) yang juga merupakan pohon penghasil buah yang banyak
dijumpai dengan frekuensi 3.53 %. Pohon berbuah kecil ini termasuk ke dalam
pohon rendah yang meneduhkan karena memiliki tajuk yang menyebar, tajuknya
yang tidak terlalu melebar kadang menghalangi pandangan pengguna jalan.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)


Gambar 75 Pohon kersen (Muntingia calabura) di berbagai jalan di Kota Bogor
64

Untuk kawasan perkotaan tidak disarankan memilih jenis tanaman yang


tajuknya ekstensif karena dapat mengganggu pandangan dan untuk kondisi Kota
Bogor yang curah hujan tinggi, cabang pohon yang berukuran kecil dapat jatuh
sehingga mengganggu pengguna jalan karena ruang penanaman yang tidak terlalu
lebar. Dilihat dari tampilannya, pohon ini di berbagai jalan memiliki tampilan
yang baik, tajuknya menyebar, cukup rapat dan tidak terihat batang mati.
Pohon flamboyan (Delonix regia) tidak terlalu banyak digunakan di
kawasan perkotaan dengan frekuensi 2.94 % bentuk karakteristik flamboyan
(Delonix regia) mirip dengan pohon ki hujan (Samanea saman). Ki hujan
(Samanea saman) juga tidak banyak digunakan dengan frekuensi 1.18 %.
Tampilan pohon flamboyan (Delonix regia) ini tidak terlalu baik, dilihat dari
ukuran tajuk yang tidak terlalu besar, tajuk yang tidak rapat, dan tidak
menampilkan tajuk yang menyebar seperti payung (Gambar 76). Dilihat dari
fungsinya tanaman ini berfungsi sebagai tanaman ornamental karena memiliki
bunga yang indah. Berbeda dengan pohon ki hujan (Samanea saman), pohon ini
tidak memiliki bunga yang menarik, kelebihannya terdapat di bentuk tajuk yang
lebar sehigga dapat menjadi penaung yang sangat baik (Gambar 77a). Kekurangan
dari kedua pohon ini adalah bentuk tajuk yang melebar dapat menghalangi
pandangan dan bersinggungan dengan utilitas, sehingga tanaman ini tidak begitu
disarankan sebagai tanaman tepi jalan.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 76 Pohon flamboyan (Delonix regia) di berbagai jalan di Kota Bogor

(a) (b)
Gambar 77 Pohon ki hujan (Samanea saman) di berbagai jalan di Kota Bogor
Penampilan pohon akasia (Acacia auriculiformis) dengan frekuensi
2.35 % di JL. Ahmad yani (Gambar 78a) tampak terhimpit dengan pohon di
sampingnya, dan pohon ini tumbuh melengkung. Tidak terlihat adanya batang
mati, namun bentuk pohon akasia (Acacia auriculiformis) tidak tampak sehat
karena tajuknya jarang dan tidak rapat seperti pada Gambar 78c dan Gambar 78d,
berbeda dengan pohon di JL. Gunung batu (Gambar 78b), ukuran tajuk lebar
meskipun tidak rapat, bentuk pohon sudah tampak baik. bila dibandingkan pohon
pada Gambar 78b batu tidak di tanam di antara pohon sedangkan pada Gambar
78a,78c, dan 78d pohon ditanam di antara pohon lain, hal ini dapat mempengaruhi
ruang rumbuh tanaman, batang pohon tidak dapat tumbuh menyebar dengan baik
karena sesuai dengan deskripsi tanaman pohon ini memiliki arah percabangan
65

yang tidak teratur, sehingga bentuk tanaman tidak optimal bila jarak antara pohon
terlalu dekat.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 78 Pohon akasia (Acacia auriculiformis) di berbagai jalan di Kota Bogor
Selain pohon nangka (Artocarpus heterophyllus) terdapat beberapa pohon
berbuah yang terdapat di tepi jalan Kota Bogor, yaitu jambu biji (Psidium
guajava), nangka belanda (Annona muricata), belimbing (Averrhoa carambola),
kelengkeng (Dimocarpus longan), mangga (Mangifera indica), rambutan
(Nephelium lappaceum), jambu air (Syzygium aquaeum), dan jambu bol
(Syzygium malaccense). Tanaman berbuah ini masing-masing dengan frekuensi
0.59 % dan rata-rata dijumpai di kawasan perbatasan wilayah kota dan kabupaten.
Penempatan pohon kelengkeng (Dimocarpus longan) misalnya, pohon ini ditanan
di planter box (Gambar 79c) dan dilihat dari deskripsi tanamannya pohon ini
merupakan pohon tinggi yang diameter batangnya cukup besar dan perakarannya
melebar. Sesuai dengan karakteristiknya tanaman berbuah memang tidak
disarankan sebagai tanaman tepi jalan, karena buahnya dapat mengganggu
pengguna jalan dan membahayakan dan untuk tanaman berbuah dengan tinggi
sedang seperti pohon jambu (Psidium guajava) pada Gambar 79a dan jambu air
(Syzygium aquaeum) pada Gambar 79f juga tidak memenuhi standar pohon untuk
wilayah perkotaan yang sebaiknya tajuk tanaman berjarak minimal 2 m di atas
tanah.

(a) (b) (c) (d) (e) (f) (g)


Gambar 79 Pohon berbuah di berbagai jalan di Kota Bogor
Variasi spesies tanaman jenis pohon di Kota Bogor yang tidak terlalu
banyak digunakan adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), dadap merah
(Erythrina cristagali), glodokan bulat (Polyalthia fragrans), angsana
(Pterocarpus indicus), dan cemara kipas (Thuja accidentalis) dengan frekuensi
2.35 %. Bintaro (Cerbera manghas), pucuk merah (Syzygium oleina), dan
ketapang (Terminalia cattapa) dengan frekuensi 1.76 %. Cemara norflok
(Araucaria heterophylla), biola cantik (Ficus lyrata), bungur (Lagerstromia
speciosa), tanjung (Mimusoph elengi), sengon (Paraserianthes falcataria),
kecrutan (Spatodea sp.) dan tabebuia kuning (Tabebuia chrysantha) dengan
frekuensi 1.18 %. Tanaman yang paling jarang ditemui adalah saga (Adenanthera
spp), red mountai ru (Casuarina junghuhniana), cemara balon (Casuarina
66

sumatrana), jati putih (Gmelina arborea), waru (Hibiscus tiliaeus), kerawitan


(Hurea crepitans), kemang (Mangifera indica), pohon sapu tangan (Maniltoa
grandiflora), kamboja (Plumeria sp.), wali songo (Schefflera sp.), dan jati
(Tectona grandis) dengan frekuensi 0.59 %. Beberapa pohon tersebut yang
memiliki karakteristik pohon berbunga adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia
purpurea), dadap merah (Erythrina cristagali), waru (Hibiscus tiliaeus), dan
kamboja (Plumeria sp.) dapat berbunga di kawasan Kota Bogor, bila dilihat dari
habitat aslinya bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea) dan waru (Hibiscus
tiliaeus) tumbuh di dataran rendah dan Kota Bogor berada di dataran yang
berbukit-bukit lebih kurang cocok untuk tanaman ini dapat tumbuh berbeda
dengan dadap merah (Erythrina cristagali) dan kamboja (Plumeria sp.) yang
dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran tinggi.
Tanaman jenis pohon lainnya yang jarang dijumpai rata-rata sudah tumbuh
dengan baik dan penampilan pohon sudah baik, ukuran tajuk yang cukup lebar
dan tajuk yang cukup rapat sudah dapat memenuhi tanaman sebagai pohon tepi
jalan, namun yang harus lebih di perhatikan adalah penyediaan ruang penanaman
yang ideal dan tertatanya elemen di sekitar tanaman sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik tanpa merusak infrastruktur maupun utilitas di sekitarnya.
Jenis semak besar merupakan tanaman yang jarang digunakan di kawasan
perkotaan, hanya terdapat 6 spesies semak besar yang dijumpai di kawasan Kota
Bogor dan semak besar yang dijumpai memiliki bunga yang indah, yaitu bugenvil
(Bougainvillea sp.), kaliandra (Calliandra), dan nusa indah (Mussaenda sp.)
dengan frekuensi 1.18% serta bunga merak (Caesalpinia pulcherrima), kembang
sepatu (Hibiscus rosa sinensis), dan soka (Ixora sp) dengan frekuensi 0.59%.
Semak besar kebanyakan digunakan sebagai tanaman tanaman estetik bukan
sebagai peneduh, karena percabangannya dekat dengan tanah maka jenis ini
jarang digunakan sebagai tanaman tepi jalan. Menurut Permen PU Nomor 5 tahun
2008, jenis semak besar dapat digunakan sebagai tanaman untuk median jalan dan
dapat ditanam di bawah pohon tinggi. Sebagai tanaman berbunga maka tanaman
jenis ini membutuhkan lingkungan yang baik agar dapat tumbuh optimal dan
berbunga.

(a) (b)
Gambar 80 Tanaman nusa indah (Mussaenda sp.) di Kota Bogor
Perbedaan penampilan terlihat pada tanaman nusa indah (Mussaenda sp.)
di JL. Juanda dan JL. Kapten Muslihat, Kota Bogor. Tanaman nusa indah
(Mussaenda sp.) di JL. Juanda berpenampilan baik, bunganya rimbun, tertanam di
ruang penanaman yang cukup lebar dan ukuran tajuk cukup rapat (Gambar 80a),
berbeda dengan di JL. Kapten Muslihat tanaman ini berbunga, tajuk jarang (tajuk
terlihat di bagian atas percabangan), dan ruang penanaman sempit(Gambar 80b).
Dilihat dari deskripsinya tanaman ini akan baik jika di tanam di tempat yang
terdrainase dengan baik, di JL. Kapten Muslihat ruang penanaman sempit dan
67

terhimpit oleh perkerasan pejalan kaki sehingga hampir tidak ada ruang untuk
meresapnya air, sedangkan di JL. Juanda ruang penanaman yang lebar dapat
menampung air dan mengalirkan air ke sekitar ruang penanaman.
Evaluasi Tanaman Jenis Palem di Kota Bogor dan Kota Bandung
Selain pohon jenis palem juga banyak digunakan di kawasan perkotaan,
terdapat 13 spesies palem yang dijumpai di Kota Bogor dan 5 spesies palem yang
dijumpai di Kota Bandung. Jenis palem yang yang paling banyak dijumpai
merupakan jenis palem soliter dibandingkan yang berumpun. Palem soliter
merupakan palem berbatang tunggal, yaitu pinang sirih (Areca catechu), palem
ekor ikan (Caryota cumingii), kelapa gading (Cocos nucifera var. Capitata),
kelapa sawit (Elaeis guineensis), kelapa sawit amerika (Elaeis oleifera), palem
botol (Hyophorbe lagenicaulis), dwarf date palem (Phoenix roebelenii), palem
sedeng (Pritchardia pacifica), palem raja (Roystonea regia), palem putri (Veitchia
merrilii), dan palem ekor tupai (Wodyetia bifurcata). Palem berumpun, yaitu
palem kol (Licuala grandis), dwarf date palem (Phoenix roebelenii), dan palem
jepang (Ptychosperma macarthurii). Jenis palem-paleman bila dilihat dari
fungsinya merupakan tanaman ornamental, terlihat di beberapa tempat tanaman
jenis ini di kawasan perkotaan jenis palem soliter seperti palem putri (Veitchia
merrilii) paling sering dijumpai.

(a) (b) (c) (d) (e) (f)

(g) (h) (i) (j) (k)


Gambar 81 Jenis palem soliter yang dijumpai di berbagai jalan di Kota Bogor
Dilihat dari tampilannya di Kota Bogor (Gambar 81 dan Gambar 82) dan
Kota Bandung (Gambar 83 dan Gambar 84) tanaman jenis ini sudah memiliki
tampilan yang baik, jenis palem mudah di tanam dan tidak terlalu membutuhkan
kondisi syarat tumbuh yang spesifik. Hal yang perlu diperhatikan dalam
penanaman palem adalah ruang penanaman, untuk palem raja (Roystonea regia)
membutukan ruang yang lebih besar dibandingkan spesies yang lain karana
diameter batangnya besar dapat mencapai 40-55 cm dan jenis berumpun
membutuhkan ruang agar tunas tanaman dapat tumbuh dengan baik. Masih
terlihat ruang penanaman terhimpit oleh perkerasan sehingga tanaman tidak dapat
tampil prima dan indah. Menurut Kaligis, Komalig dan Pangemanan (2008),
palem yang eksotis maupun tumbuhan asli dapat dipergunakan untuk mengisi
68

ruang terbuka hijau di kota-kota. Pemanfaatan ini harus disesuaikan dengan


perawakan serta syarat tumbuh tumbuhan tersebut.

(a) (b)
Gambar 82 Jenis palem berumpun yang dijumpai di berbagai jalan di Kota Bogor

(a) (b) (c) (d)


Gambar 83 Jenis palem soliter yang dijumpai di berbagai jalan di Kota Bandung

Gambar 84 Jenis palem berumpun yang dijumpai di berbagai jalan di Kota


Bandung
Evaluasi Tanaman Jenis Pohon dan Semak Besar di Kota Bandung
Pohon yang paling banyak dijumpai di Kota bandung adalah pohon
angsana (Pterocarpus indicus) dan mahoni (Swietenia mahogani) dengan
frekuensi 9.76 %. Tampilan kedua tanaman ini sudah baik, di beberapa tempat
terlihat pohon yang sudah dewasa, ukuran tajuk lebar, tajuk rapat, tidak terlihat
adanya batang yang mati (Gambar 85 dan Gambar 86).

(a) (b) (c)


Gambar 85 Pohon angsana (Pterocarpus indicus) di berbagai jalan di Kota
Bandung
Pohon akan tumbuh baik bila ruang pertumbuhannya cukup, di Kota Bandung
masih terlihat ruang penanaman yang sempit. Mahoni (Swietenia mahogani)
memerlukan ruang penanaman yang lebar karena diameter batangnya rata-rata
69

dapat mencapai 80 cm (Gambar 86c). Kurangnya ruang penanaman dapat


berakibat pada kondisi tanaman dan kondisi lanskap di sekitar tanaman tersebut di
tanaman, pohon dapat tidak tumbuh dengan baik dan perkerasan menjadi
bergelombang akibat akar tanaman. Terlihat pada Gambar 85a dan Gambar 86c
tanaman di tanam di jalur pejalan kaki, pohon merusak perkerasan jalan dan
menghalangi jalur pejalan kaki.

(a) (b) (c) (d)


Gambar 86 Pohon mahoni (Swietenia mahogani) di berbagai jalan di Kota
Bandung
Pohon beringin (Ficus benjamina) di kawasan Kota Bandung tidak di tanam
di ruang penanaman yang lebar (Gambar 87), sama seperti di Kota Bogor pohon
ini juga tidak cocok sebagai tanaman tepi jalan karena tajuknya besar dan
membutuhkan ruang penanaman yang sangat lebar untuk memenuhi ruang
tumbuhnya.

(a) (b) (c)


Gambar 87 Pohon beringin (Ficus benjamina) di berbagai jalan di Kota Bandung
Selain tanaman jenis pohon di atas, jenis pohon lainnya yang tidak terlalu
banyak digunakan adalah ki hujan (Samanea saman), pucuk merah (Syzygium
oleina), tabebuia kuning (Tabebuia chrysantha), kamboja (Plumeria sp.), bintaro
(Cerbera manghas), dan dadap merah (Erythrina cristagali) dengan frekuensi
4.88%. Tanaman dengan frekuensi 2.44 %, yaitu pohon damar raja (Agathis
dammara), bungur (Lagerstromia speciosa), kersen (Muntingia calabura),asam
kranji (Pithecelobium dulce), glodokan bulat (Polyalthia fragrans), dan glodokan
tiang (Polyalthia longifolia). Beberapa pohon di atas yang memiliki karakteristik
yang berbunga indah adalah tabebuia kuning (Tabebuia chrysantha), kamboja
(Plumeria sp.), bungur (Lagerstromia speciosa), dan dadap merah (Erythrina
cristagali). Dilihat dari habitatnya pohon berbunga tersebut dapat tumbuh dengan
baik di dataran tinggi, kondisi yang harus diperhatikan adalah tanaman
membutuhkan matahari penuh khususnya tabebuia kuning (Tabebuia chrysantha).
Pohon dengan ukuran tajuk lebar seperti ki hujan (Samanea saman),
glodokan bulat (Polyalthia fragrans), dan asam kranji (Pithecelobium dulce) tidak
disarankan sebagai tanaman tepi jalan karena tajuknya yang melebar dapat
mengganggu pandangan dan menghimpit utilitas disekitarnya. Pohon tersebut
70

membutuhkan ruang tumbuh yang lebar pula untuk memenuhi ruang tumbuh
diameter batang dan tajuk pohon serta perakaran yang menjalar di atas tanah.
Pohon dengan tajuk yang tidak terlalu lebar dan cukup meneduhkan adalah
pucuk merah (Syzygium oleina), bintaro (Cerbera manghas), damar raja (Agathis
dammara), dan glodokan tiang (Polyalthia longifolia). Pohon tersebut juga tidak
terlalu membutuhkan ruang penanaman yang lebar, karena perakarannya jarang
yang terlihat menjalar di atas tanah dan ukuran diameter batang yang tidak terlalu
lebar. Ukuran tinggi tanaman dan tajuk yang tidak melebar cocok sebagai
tanaman tepi jalan karena tidak begitu mengganggu utilitas di sekitarnya namun
harus tetap di tanam di ruang penanaman yang tertata dengan baik dengan
infrastruktur di sekitarnya.
Sama seperti di Kota Bogor tanaman jenis semak besar hanya 4 spesies,
yaitu teh-tehan (Acalypha macrophylla), bugenvil (Bougainvillea sp.), soka (Ixora
sp.), dan oliander (Nerium oliander). Semak besar kebanyakan digunakan sebagai
tanaman tanaman estetik bukan sebagai peneduh, karena percabangannya dekat
dengan tanah maka jenis ini jarang digunakan sebagai tanaman tepi jalan.
Tanaman di Kota bandung penampilannya sudah cukup baik tanaman tumbuh
dengan rimbun dan berbunga. Tanaman oliander (Nerium oliander) meskipun di
bawah naungan pohon masih tetap tumbuh dengan baik, dilihat dari habitatnya
tanaman ini dapat tumbuh di tempat kering dan dataran tinggi sehingga tanaman
ini masih dapat tumbuh dengan baik dan berbunga (Gambar 88a).

(a) (b) (c) (d)


Gambar 88 Tanaman semak besar di Kota Bandung
Tanaman semak besar seperti teh-tehan (Acalypha macrophylla) dan soka
(Ixora sp.) memiliki bentuk percabangan yang sangat rapat dan bentuk tanaman
yang kolumnar cocok untuk digunakan sebagai tanaman pembatas. Sesuai dengan
fungsinya tanaman ini digunakan pada median jalan, percabangannya yang rapat
tidak membuat tanaman mudah patah dan tajuk tanaman mudah di pangkas
(Gambar 88c dan Gambar 88d).
Evaluasi Tanaman Berdasarkan Kualitas Estetika dengan menggunakan
Metode Semantic Differential (SD)
Tanaman dapat mempengaruhi nilai kualitas suatu lanskap bila ditata
dengan baik. Untuk melihat nilai kualitas suatu tanaman pada lanskap perkotaan
digunakan metode Semantic Differential, kualitas estetika diukur berdasarkan
persepsi manusia. Penilaian suatu tanaman dalam lanskap dilakukan melalui
pengamatan foto lapang yang sudah dipilah (Lampiran 2) dengan menggunakan
kuesioner dan terdapat enam pasang kata bipolar yang dapat membantu penilaian.
Enam pasang kata bipolar yang digunakan, yaitu Tidak nyaman x Nyaman (K1);
Sempit x Luas (K2); Gersang x Teduh (K3); Elemen lanskap berantakan x Elemen
lanskap teratur (K4); Panas x Sejuk (K5); Buruk x Indah (K6).
71

Lanskap dengan kualitas tinggi didominasi oleh gambaran lanskap dengan


elemen lanskap teratur dimana terdapat perkerasan jalan raya, perkerasan jalur
pejalan kaki, dan cukupnya ruang penanaman untuk pohon. Elemen lanskap di
sekitar tanaman yang tertata dengan baik dan rapi terlihat dari adanya jarak yang
cukup antara perkerasan dan ruang penanaman. Ruang penanaman yang cukup
lebar (1-1.5 m) sehingga area perkerasan jalan tidak mengganggu ruang
penanaman. Tanaman bertajuk besar seperti bungur (Lagerstromia speciosa),
angsana (Pterocarpus indicus), glodokan bulat (Polyalthia fragrans), dan cemara
balon (Casuarina sumatrana) cukup rimbun dan terkesan sejuk, teduh, serta
nyaman. Keempat foto (foto ke-1, Foto ke-14, Foto ke-19 dan Foto ke-20) yang
bernilai tinggi tersebut juga memiliki nilai estetika yang tinggi dibandingkan
dengan yang lainnya (Gambar 92), proporsi antara tanaman dan perkerasan cukup
seimbang, adanya ruang penanaman yang lebar tidak mengganggu jalur pejalan
kaki dan sebaliknya pejalan kaki tidak menggangu ruang penanaman. Ruang
penanaman dengan lebar antara 1-15 m dan jalur pejalan kaki dengan lebar
0.8-1.5 m ini sedikit tidak sesuai dengan contoh pola tanam RTH jalur pejalan
kaki yang tertera pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umun Nomor 5 tahun 2008
tentang Peedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di
Kawasan Perkotaan (Gambar 89).

Gambar 89 Contoh pola tanam RTH jalur pejalan kaki


(Sumber: Permen PU Nomor 5 tahun 2008)

Berdasarkan peraturan tersebut pola tanam RTH untuk jalur pejalan kaki
dengan jalur pejalan kaki selebar 2 m dan ruang penanaman pohon selebar 4 m.
Kriteria tersebut juga harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan di sekitarnya
dan kondisi ketersediaan ruang di kawasan perkotaan. Pohon yang ditanam
merupakan pohon pelindung atau yang bertajuk besar yang memiliki tajuk di atas
tinggi manusia, dapat melindungi dari matahari dan tidak mengganggu pergerakan
pejalan kaki. Ciri-ciri tanaman dalam lanskap yang bernilai tinggi (Gambar 90)
bila dilihat dari hasil penilaian responden adalah tanaman jenis pohon yang
terdapat di tepian jalan perkotaan yang memiliki tajuk lebar, batang tegak, dan
tidak merusak elemen perkerasan di sekitarnya. Lanskap yang memiliki jalur
pejalan kaki yang nyaman, tidak terhalangi oleh penghambat fisik, dan ditanami
pepohonan rindang sehingga memberikan kenyamanan. Gambaran tanaman di
Kota Bogor yang mendapatkan nilai tertinggi dapat dilihat pada Gambar 90c.
72

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 90 Tanaman dengan Kualitas Tinggi di Kota Bogor
(Sumber: Lapang)
Dilihat segi ruang penanaman keempat foto yang mendapatkan nilai
rendah pada kriteria K2 (Luas x Sempit) seperti yang sudah dijelaskan
sebelumnya, kurang sesuainya ukuran ruang penanaman di lokasi penelitian
dengan standar ukuran ideal yang dikeluarkan oleh Menteri Pekerjaan Umum.
Dilihat dari masing-masing jenisnya, pohon memiliki diameter batang yang
berbeda-beda saat dewasa. Pohon dapat memiliki diameter batang lebih dari
0.5 m, perakaran yang menjalar di sekitar batang dan perakaran yang dapat
termodifikasi saat dewasa, contohnya yang banyak terlihat adalah akar banir pada
Canarium indicum (Kenari) di JL. Ahmad Yani (Gambar 91), sehingga
dibutuhkan ruang penanaman yang cukup lebar agar tidak mengganggu dan
merusak sekitarnya.

Gambar 91 Modifikasi akar banir pada kenari (Canarium Indicum)


(Sumber : Lapang)
73

Penilaian Kualitas Tanaman di Kawasan Kota Bogor


7,00

Foto 1
6,00 Foto 2
Foto 3
Foto 4
5,00 Foto 5
Foto 6
Foto 7
Foto 8
4,00
Foto 9
Rata-rata

Foto 10
Foto 11
3,00 Foto 12
Foto 13
Foto 14
2,00 Foto 15
Foto 16
Foto 17
Foto 18
1,00
Foto 19
Foto 20

0,00
K1 K2 K3 K4 K5 K6
Gambar 92 Nilai Semantic Differential Kota Bogor

Dilihat dari masing-masing spesies pohonnya, pohon angsana


(Pterocarpus indicus), bungur (Lagerstromia speciosa), dan glodokan bulat
(Polyalthia fragrans), dapat memiliki diameter yang dapat berukuran lebih dari
0.5 m dan perakarannya terkadang terlihat menjalar di atas tanah sehingga ruang
penanaman yang dibutuhkan harus direncanakan yang lebih lebar dari ukuran
diameter batang agar tidak menembus perkerasan di sekelilingnya. Berbeda
dengan cemara balon (Casuarina sumatrana) ukuran diameter batang pada saat
dewasa tidak terlalu lebar, memiliki batang yang tegak lurus dan perakarannya
tidak menjalar di atas tanah sehingga ruang penanaman dapat direncanakan hanya
dengan mengetahui ukuran diameter batang.
Kondisi tanaman di kawasan Kota Bogor didominasi oleh tanaman dengan
kualitas sedang, terbukti dari hasil penilaian responden 70 % dari foto
mendapatkan nilai bobot di antara 3 hingga 5. Foto tersebut adalah foto ke-2, Foto
74

ke-3, Foto ke- 4, Foto ke-5, Foto ke-6, Foto ke-7, Foto ke-8, Foto ke-10, Foto ke-
11, Foto ke-12, Foto ke-15, Foto ke-16, Foto ke-17, dan Foto ke-18 (Lampiran 2).
Beberapa foto berkualitas sedang terlihat pada Gambar 93.

(a) (b)

(c)

(d) (e)
Gambar 93 Beberapa tanaman dengan kualitas sedang di Kota Bogor
Lanskap dengan kualitas sedang didominasi oleh gambaran lanskap yang
sedikit kurang teratur, beberapa tersedia ruang penanaman yang terpisah dengan
jalur pejalan kaki, dan tanaman yang teduh. Tanaman yang mendominasi adalah
tanaman jenis pohon dengan tajuk yang besar. Elemen lanskap di sekitar tanaman
kurang tertata dengan baik dan penempatan tanaman yang kurang sesuai dengan
ruang penanaman. Tersedianya ruang penanaman pada tanaman dengan kualitas
sedang terlihat pada Gambar 93a (Foto ke-5), 93d (Foto ke-11) dan 93e (Foto ke-
16).
75

Gambar 93a termasuk ke dalam kualitas sedang namun mendapatkan nilai


rata-rata kriteria tertinggi dari semua gambar kualitas sedang (Lampiran 3). Dari
rentang kriteria dengan bobot 3 hingga 4.9, masing-masing kriterianya
mendapatkan nilai 4.13 (K1), 4.82 (K2), 4.98 (K3), 4.53 (K4), 5.04 (K5), dan 4.70
(K6). Dilihat dari jenisnya tanaman Mimusoph elengi (Tanjung) (Gambar 93a)
merupakan jenis tanaman yang disarankan untuk digunakan di tepi jalan karena
memiliki tajuk yang lebar dan berbunga. Tanaman ini juga tidak memiliki ukuran
diameter batang yang terlalu besar, dengan ruang penanaman berukuran 1-1.5 m
sudah cukup untuk memenuhi ruang tumbuh tanaman. Persepsi responden
terhadap gambar 91a mendapat nilai rata-rata terendah pada kriteria K4 yaitu
tentang elemen lanskap, bila dilihat elemen lanskap sebenarnya sudah baik,
terpisahnya ruang penanaman dengan jalur pejalan kaki, dan ruang tanaman
maupun tanaman tidak mengganggu jalan raya. Kekurangan dari Gambar 91a
adalah gersangnya tempat tanaman ditanam.
Gambar 93b termasuk ke dalam kualitas sedang yang mendapatkan nilai
tidak terlalu tinggi dan rendah (Lampiran 3). Dari rentang kriteria dengan bobot 3
hingga 4.9, masing-masing kriterianya mendapatkan nilai 4.18 (K1), 4.12 (K2),
3.85 (K3), 3.79 (K4), 2.76 (K5), dan 3.85 (K6). Pada gambar tanaman Nephelium
lappaceum (Rambutan) yang memiliki tajuk besar sehingga memberi keteduhan,
terlihat banyak orang-orang berkumpul di bawah pohon tersebut. Kekurangannya
adalah elemen lanskap yang tidak lengkap, tidak terpisahnya antara perkerasan
dan ruang penanaman, sehingga batang tanaman dikelilingi oleh perkerasan
(semen) namun masih dapat tumbuh dengan baik, batangnya masih tegak,
tajuknya cukup rapat, tidak telihat banyak batang yang mati dan pohon masih
dapat memproduksi buah. Karakteristik bentuk tampilan tanaman masih seperti
pohon Nephelium lappeceum (Rambutan) yang di tanam di tempat dengan kondisi
yang berbeda seperti terlihat pada tanaman palem Wodyetia bifurcata (Palem
ekor tupai) yang masih dapat tumbuh dengan memperlihatkan karakteristiknya
meskipun ruang penanaman sangat kecil. Hal ini membuktikan kedua tanaman di
atas memiliki faktor lingkungan dan faktor genetik yang baik dan cocok dengan
kebutuhan lingkungan tumbuh tanaman sehingga dapat tetap tumbuh meskipun
keadaan ruang tumbuhnya sempit. Berbeda dengan Ficus benjamina (Beringin)
yang berada di JL. Dr. Ir. Juanda di Kota Bogor (Gambar 93d), ruang penanaman
dengan lebar hampir 2.5 m masih belum memenuhi kebutuhan ruang tumbuh
tanaman agar tanaman tumbuh dengan baik dan memperlihatkan karakteristik
yang baik. Kelebihan dari pohon ini adalah tajuknya yang lebar serta tinggi dapat
membuat lingkungan menjadi sejuk. Pohon Ficus benjamina (Beringin) biasanya
memiliki ukuran diameter batang yang sangat lebar, tajuknya bentuk dome dengan
sulur yang menjurai. Kekurangan dari Ficus benjamina sebagai tanaman tepi jalan
adalah ruang penanam pohon masih kurang memenuhi kebutuhan ruang tumbuh
tanaman. Dilihat dari karakteristiknya, tanaman ini memiliki diameter yang sangat
luas pada saat dewasa dan sulur yang menjurai kebawah sehingga menghalangi
dan perakaran menjalar di permukaan tanah dapat merusak kondisi jalur pejalan
kaki maupun perkerasan di sekitarnya. Dilihat dari fungsinya, tanaman ini
memang berfungsi sebagai tanaman peneduh namun lebih cocok bila ditanam di
taman dibandingkan di tepi jalan kawasan perkotaan.
Sedangkan Gambar 93c tidak terlihat tersedianya ruang penanaman yang
cukup luas untuk pohon Maniltoa grandiflora (Sapu Tangan) tumbuh. Pada
76

Gambar 93c tanaman tertanam pada jalur pejalan kaki, tanaman yang sudah
tumbuh dewasa memiliki diameter batang yang cukup lebar, perakarannya mulai
merusak dan menghalangi jalur pejalan kaki. Tanaman seharusnya diberi ruang
tumbuh tersendiri sehingga tidak menghalangi jalur pejalan kaki. Kelebihan dari
Maniltoa grandiflora (Sapu tangan) sebagai pohon tepi jalan adalah tanaman
memberikan kesan yang sangat teduh dan sejuk. Tajuk tanaman yang sangat rapat
dan besar membuat lingkungan disekitar menjadi nyaman. Terlihat dari kriteria
K3 dan K5 yang mendapatkan nilai tinggi. Dari rentang kriteria dengan bobot 3
hingga 4,9, masing-masing kriterianya mendapatkan nilai 3.45 (K1), 2.78 (K2),
5.66 (K3), 2.71 (K4), 5.84 (K5), dan 4.76 (K6). Kekurangan dari tanaman ini
adalah elemen lanskap yang sangat tidak teratur, perkerasan yang rusak akibat
akar pohon dan jalur pejalan kaki menjadi lebih sempit karena pohon
menghalangi jalur pejalan kaki. Hal ini mengurangi tingkat kenyamanan pejalan
kaki, sehingga sedikit orang yang melewati jalur tersebut. Batang Maniltoa
grandiflora (Sapu tangan) berwarna cokelat gelap dan tajuk tanaman yang sangat
rimbun membuat cahaya tidak dapat masuk sehingga terkesan gelap.
Lanskap dengan kualitas rendah didominasi oleh gambaran lanskap yang
tidak teratur, tidak sejuk, gersang, elemen lanskap tidak tertata dengan rapi dan
baik, ruang penanaman terlihat tidak indah dan tidak nyaman untuk pejalan kaki.
Tanaman tidak memiliki tajuk yang besar atau menyebar, sehingga tidak membuat
rindang lingkungan di sekitar tanaman. Ruang penanaman tidak terlihat pada
Gambar 94a, elemen lanskap di sekitarnya berantakan terlihat dari tumpukan batu
memberi kesan lanskap di sekitar tanaman yang sangat gersang dan kabel listrik
yang tepat di atas tajuk tanaman menambah kesan berantakan. Dilihat dari
jenisnya Syzygium malaccense (Jambu bol), pohon ini lebih cocok ditanam di
pekarangan (penghasil buah) rumah dibandingkan sebagai tanaman tepi jalan.
Syzygium malaccense (Jambu bol) memiliki karakteristik tanaman yang kurang
cocok untuk memenuhi kriteria tanaman perkotaan dimana tanaman tepi jalan
perkotaan idelanya memiliki fungsi sebagai tanaman peneduh, peredam
kebisingan dan penyerap polusi udara. Tanaman yang direkomendasikan untuk
ditanam di kawasan perkotaan adalah pohon atau tanaman yang tinggi,
percabangannya 2 m di atas tanah, tidak mudah tumbang, dan kerapatan daun
padat. Sedangkan Syzygium malaccense (Jambu bol) memiliki percabangan yang
dekat dengan tanah sehingga tajuk tanaman dapat menghalangi pengguna jalan.

(a) (b)
Gambar 94 Tanaman dengan kualitas rendah di Kota Bogor
Sumber : (Lapang)
77

Pada Gambar 94b pohon Dimocarpus longan (Kelengkeng) terlihat


gersang dan panas. Ruang penanaman tidak tertata dengan baik dan tidak
diletakkan dengan rapi. Tidak adanya ruang untuk ruang penanaman hampir
disepanjang JL.Gunung Batu, Kota Bogor, membuat kebanyakan tanaman
ditanam di plantter box (Gambar 94b) dan di tanam di pinggir bagian badan jalan.
Dilihat dari fungsinya pohon Dimocarpus longan (Kelengkeng) merupakan
tanaman ornamental namun tidak direkomendasikan sebagai tanaman tepi jalan di
kawasan perkotaan, hal ini dikarenakan kelengkeng merupakan tanaman berbuah
dan memerlukan pemeliharaan yang lebih intensif.
Berdasarkan hasil pengolahan data seperti terlihat pada Tabel 6, terdapat
65 % tanaman di Kota Bandung menurut responden termasuk ke dalam tanaman
dalam lanskap yang berkualitas sedang. Lebih sedikitnya lokasi jalan penelitian
di Kota Bandung membuat sampel foto pilihan terambil pada jalan yang sama
sehingga foto tanaman lanskap jalan kurang bervariasi dan beberapa foto diambil
dari sampel jalan arteri sekunder yang sama sehingga mendapatkan nilai yang
hampir sama.
Lanskap dengan kualitas tinggi didominasi elemen lanskap yang teratur,
ruang penanaman yang luas, teduh, indah, terpisahnya ruang penanaman dengan
jalur pejalan kaki membuat pejalan kaki nyaman. Karakteristik bentuk tanaman
yang terlihat memiliki tajuk yang besar, pohon Pterocarpus indicus (Ansana)
pada Gambar 95a merupakan pohon tinggi dan memiliki tajuk yang besar (Oval)
sehingga dapat memberi keteduhan lingkungan di sekelilingnya dan
Pithecelobium dulce (Asam kranji) pada Gambar 95b memiliki tajuk yang sangat
lebar dan percabangannya tinggi di atas tanah. Pohon Cerbera manghas (Bintaro)
Gambar 95c termasuk ke dalam jenis pohon dengan tinggi sedang, namun di JL.
Asia Afrika, Kota Bandung, Cerbera manghas (Bintaro) ditanam di planter box.
Telihat berbagai variasi ruang penanaman tanaman untuk menambah ruang
terbuka hijau. Beberapa terpisah dengan jalur pejalan kaki (Gambar 95a) dimana
terlihat ukuran ruang penanaman yang hampir 4 m lebarnya, dimensi ukuran ini
sangat baik untuk ruang tumbuh tanaman dengan ukuran diameter batang yang
besar (±0.8 m) dan perakarannya yang menjalar di atas tanah seperti pohon
Pterocarpus indicus (Angsana), ukuran ini juga hampir memenuhi standar yang
dikeluarkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum seperti yang terlihat pada
Gambar 89.

(a) (b)
78

(c)
Gambar 95 Tanaman dengan kualitas tinggi di Kota Bandung

Sangat banyak tanaman yang ditanam di dekat jalur pejalan kaki


keadaan ini sedikit mengganggu bagi pejalan kaki bila jalur pejalan kaki dengan
lebar 0.5-1 m karena pohon akan menghalangi jalur jalan, namun bila lebar jalur
pejalan kaki lebih dari 2 m (Gambar 95b), pohon tidak akan mengganggu jalur
pejalan kaki, sebaliknya pohon berfungsi sebagai tanaman penaung. Tanaman
juga ditanam planter box, planter box merupakan salah satu bentuk ruang
penanaman di atas perkerasan. Planter box seperti pada Gambar 96c di JL. Asia
Afrika, Kota Bandung, tidak menghalangi jalur pejalan kaki karena lebar jalur
pejalan kaki lebih dari 2 m. Tanaman yang ditanam seperti Cerbera manghas
(Bintaro) dan Plumeria rubra (Kamboja) termasuk ke dalam pohon dengan tinggi
sedang dan tidak memiliki diameter batang yang terlalu lebar sehingga dalam
waktu lama tanaman dapat tumbuh dengan baik pada planter box.
Kondisi tanaman di kawasan Kota Bandung didominasi oleh tanaman
dengan kualitas sedang, terbukti dari hasil penilaian responden 70 % dari foto
mendapatkan nilai bobot diantara 3 hingga 5 (Gambar 97). Foto tersebut adalah
foto ke-1, Foto ke-3, Foto ke- 4, Foto ke-7, Foto ke-10, Foto ke-12, Foto ke-3,
Foto ke-15, Foto ke-16, Foto ke-17, Foto ke-18, Foto ke-19, dan Foto ke-20
(Lampiran 2). Beberapa foto berkualitas sedang terlihat pada Gambar 95.
Lanskap dengan kualitas sedang didominasi oleh gambaran lanskap yang

(a) (b)
79

(c) (d)
Gambar 96 Beberapa Tanaman dengan Kualitas Sedang di Kota Bandung

Tidak begitu teratur, gersang, elemen lanskap tidak tertata dengan rapi dan baik,
ruang penanaman terlihat tidak indah, dan tidak nyaman untuk pejalan kaki.
Beberapa tanaman tidak memiliki tajuk yang besar atau menyebar, sehingga tidak
membuat rindang lingkungan di sekitar tanaman.
Pada Gambar 96a (Foto-10) merupakan salah satu gambaran tanaman
dalam lanskap yang bernilai sedang, namun memiliki nilai yang mendekati
tanaman dalam lanskap dengan kualitas tinggi. Dari rentang kriteria dengan bobot
3 hingga 4.9, masing-masing kriterianya mendapatkan nilai 4.75 (K1), 3.75 (K2),
5.32 (K3), 4.04 (K4), 5.13 (K5), dan 4.12 (K6). Dilihat dari karakteristik pohon
Pterocarpus indicus (Angsana) pada Gambar 96a, pohon ini memiliki tajuk yang
sangat besar, dapat memberi keteduhan, juga efektif sebagai penyerap polusi
udara, namun ruang penanaman yang tidak memenuhi ruang tumbuh pohon
menjadi kendala. Kekurangan dari tanaman ini adalah kurangnya ruang
penanaman, Pohon Pterocarpus indicus (Angsana) memiliki diameter batang
yang lebar (±0.8 m) membutuhkan ruang penanaman yang lebar agar
perakarannya yang menjalar di atas tanah tidak merusak perkerasan sekelilingnya
seperti yang terlihat pada Gambar 96a, orang yang berdiri di bawah pohon
mendapatkan naungan namun ruang dimana orang tersebut berdiri sangat sempit,
hal ini mengurangi kenyamanan dan juga keamanan pejalan kaki dari kendaraan
bermotor yang melintas di jalan. Kelebihannya dapat terlihat dari penilaian yang
mendapat kan penilaian tinggi pada kriteria K3 (Gersang x Teduh) dan K5 (panas
x Sejuk), tanaman ini memberikan keteduhan dari tajuknya yang padat dan besar,
kenyamanan pejalan kaki dalam melintas karena percabangannya yang tinggi di
atas tanah, sehingga percabangan tidak mengenai pejalan kaki.
Pada Gambar 96b (Foto-12) merupakan salah satu gambaran tanaman
dalam lanskap yang benilai sedang, namun memiliki nilai yang mendekati
tanaman dalam lanskap dengan kualitas rendah. Dari rentang kriteria dengan
bobot 3 hingga 4.9, masing-masing kriterianya mendapatkan nilai 3.46 (K1), 3.29
(K2), 3.51 (K3), 2.9 (K4), 3.62 (K5), dan 3.21 (K6). Terlihat pada gambar,
tanaman tidak ditanam di ruang penanaman yang layak, pohon Ficus benjamina
(Beringin) di tanam di tempat yang miring dan tidak ada ruang penanamn khusus,
pohon terlihat memiliki tajuk yang lebar namun tidak memberi keteduhan
sekitarnya, sekitar tanaman terlihat gersang dan panas. Elemen sekitar tanaman
yang sangat tidak teratur mengurangi keindahan tanaman dan lanskap sekitarnya,
pohon Ficus benjamina (Beringin) memiliki diameter batang yang lebar, tajuk
80

pohon yang besar dan sulur yang menjurai membuat tanaman terlihat berantakan
dan tidak terawat. Seperti di Kota Bogor, pohon ini tidak cocok untuk tanaman di
kawasan perkotaan, walaupun memiliki tajuk yang besar dan lebar Ficus
benjamina (Beringin) lebih cocok sebagai tanaman pada taman, contohnya
sebagai focal point pada suatu taman.
Pada Gambar 96c dan 96d (Foto-15 dan Foto-18) merupakan salah satu
gambaran tanaman dalam lanskap yang benilai sedang, namun memiliki nilai
yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Terlihat dari Grafik 4,
penumpukan terlihat pada nilai sedang dan kebanyakan kualitas tanaman dalam
lanskap di Kota Bandung mendapatkan nilai sedang. Dari rentang kriteria dengan
bobot 3 hingga 4.9, Gambar 96c (Foto-15) masing-masing kriterianya
mendapatkan nilai 4.09 (K1), 3.92 (K2), 4.41 (K3), 3.72 (K4), 4.24 (K5), dan
3.93 (K6) serta Gambar 94d (Foto-18) masing-masing kriterianya mendapatkan
nilai 4.06 (K1), 3.57 (K2), 4.02 (K3), 4.21 (K4), 3.77 (K5), dan 4.05 (K6).
Terlihat gambaran tanaman dalam lanskap yang elemen lanskap cukup teratur,
terpisahnya ruang penanaman dan jalur pejalan kaki, tanaman merupakan pohon
tinggi yang tidak memiliki tajuk besar dan menyebar, namun lanskap sekitarnya
cukup ternaungi dan sejuk. Kekurangan dari pohon Agathis dammara (Damar
raja) adalah penempatan pohon (Gambar 96c) yang sejajar dengan tiang listrik
sehingga kabel mengenai tajuk pohon, pohon terlihat tidak indah, hal ini
mengurangi keindahan lanskap, selain itu pohon ini di tanam sangat dengat
dengan perkerasan jalur pejalan kaki, sehingga perkerasan menjadi bergelombang
akibat diameter batang yang bertambah besar. Kelebihan pohon Agathis dammara
(Damar raja) adalah percabangannya yang jauh di atas tanah sehingga pejalan kaki
dapat dengan nyaman berjalan kaki. Kelebihan dari pohon Polyalthia longifolia
(Glodokan tiang) yang ditanam di planter box adalah tajuk yang berbentuk
piramidal menjurai tidak mengganggu sekelilingnya, ruang penanaman sudah
cukup untuk memenuhi kebutuhan tumbuh tanaman, karena tanaman ini tidak
memiliki ukuran diameter batang yang terlalu besar dan tajuknya yang menjurai
sehingga tidak memerlukan ukuran ruang penanaman yang lebar (Gambar 96d).
Kekurangan dari Polyalthia longifolia (Glodokan tiang) sebagai tanaman di
kawasan perkotaan adalah tajuknya yang tidak menyebar, untuk jalur pejalan kaki
lebih disarankan tanaman yang dapat memberi naungan agar suhu di sekitarnya
menjadi sejuk dan memberi kenyamanan bagi pengguna jalan. Dilihat dari
karakteristik tanaman, Polyalthia longifolia (Glodokan tiang) lebih cocok sebagai
tanaman pengarah atau screen, karena tajuknya tidak jauh dari tanah dan memiliki
tinggi hingga 20 m.
81

Kualitas Tanaman di Kawasan Kota Bandung


7

Foto 1
6
Foto 2
Foto 3
Foto 4
5 Foto 5
Foto 6
Foto 7
Foto 8
4
Foto 9
Rata-rata

Foto 10
Foto 11
3 Foto 12
Foto 13
Foto 14

2 Foto 15
Foto 16
Foto 17
Foto 18
1
Foto 19
Foto 20

0
K1 K2 K3 K4 K5 K6

Gambar 97 Nilai Semantic Differential Kota Bandung

Lanskap dengan kualitas rendah didominasi oleh tanaman yang tidak


indah, lanskap sekitar tanaman lanskap yang gersang, panas, ruang penanaman
yang tersedia namun tanaman tidak terlihat sehat. Tanaman tidak memilki tajuk
yang besar, ukuran tajuk tidak rapat sehingga tidak dapat memberikan keteduhan
dan kenyamanan pengguna jalan. Terlihat tersedianya ruang penanaman yang
cukup baik pada Gambar 98b dan 98c, dan ruang penanaman yang kurang baik
pada gambar 98a. Meskipun tanaman sudah tersedia ruang penanaman, namun
belum menentukan tanaman dapat tumbuh dengan baik dan memunculkan
karakteristiknya, karena tanaman dapat tumbuh dengan baik jika lingkungan
tumbuhnya sesuai. Elemen lanskap yang kurang teratur pada Gambar 98a,
tanaman menghalangi jalur pejalan kaki dan perkerasan sudah rusak tidak nyaman
untuk dilalui.
82

(a)

(b) (c)
Gambar 98 Tanaman dengan kualitas rendah di Kota Bandung

Pada Gambar 98b nilai keindahan tanaman dalam lanskap berkurang


karena tanaman dijadikan sebagai penyangga iklan, iklan yang dipaku di batang
pohon dapat merusak batang dan mengurangi kesehatan tanaman. Kerusakan
tanaman dapat disebabkan oleh perilaku manusia yang tidak memelihara tanaman
dengan baik, ketika tanaman rusak dikhawatirkan tanaman dapat tumbang karena
tidak dapat menahan beban. Pada Gambar 98c ruang penaman sudah tersedia di
planter box tidak mengganggu ruang pejalan kaki, namum tanaman tersebut tidak
dapat menambahkan keindalan lanskap di sekitarnya, dan memperlihatkan kesan
lanskap yang gersang dan sangat panas, tanaman sudah tidak terlihat memiliki
daun dan karakteristik tanaman tidak dapat terlihat dan sulit untuk diidentifikasi.
Setelah digabungkan didapatkan persentase kualitas tanaman di tiap kota,
di Kota Bogor terdapat 20 % tanaman kualitas tinggi, 70 % tanaman kualitas
sedang, dan 10 % tanaman kualitas rendah. Di Kota Bandung terdapat 15 %
tanaman kualitas tinggi, 65 % kualitas sedang, dan 20 % kualitas rendah. Bila
dibandingkan persentase kedua kota tidak terlalu berbeda, untuk mengetahui
perbedaan proporsi kualitas tanaman dilakukan uji analisis statistik berupa chi-
square dengan menggunakan program SPSS Statistics 17.0.
Tabel 5 Foto Lanskap Kota Bogor berdasarkan Kualitas
Kualitas Foto ke- Jumlah Persentase
Tinggi (5 ˃ Kx 7) 1,14,19,20 4 20 %
Sedang (3 ˃ Kx 5) 2,3,4,5,6,7,8,10,11,12,15,16,17,18 14 70 %
Rendah (1 Kx 3) 9,13 2 10 %
83

Tabel 6 Foto Lanskap Kota Bandung Berdasarkan Kualitas


Kualitas Foto ke- Jumlah Persentase
Tinggi (5 ˃ Kx 7) 2,5,6 3 15 %
Sedang (3 ˃ Kx 5) 1,3,4,7,9,10,12,13,15,16,17,18,19,20 14 70 %
Rendah (1 Kx 3) 8,11,14 3 15 %
Setelah dilakukan pengujian kualitas yang sama antara kedua kota
didapatkan bahwa untuk tanaman kualitas tinggi (Tabel 7) di antara kedua kota
tidak terdapat perbedaan jumlah proporsi yang signifikan, dari hasil uji chi-square
didapatkan nilai p (0.143) ˃ 0.05 (Tabel 8) maka terima H0 (tidak terdapat
perbedaan proporsi tanaman berkualitas tinggi di Kota Bogor dan Kota Bandung).
Hal ini juga dapat terlihat dari hasil Semantic Differential terdapat persamaan ciri-
ciri tanaman berkualitas tinggi di kedua kota tersebut menurut responden.
Tanaman berkualitas tinggi di kedua kota adalah tanaman yang bertajuk lebar,
rapat, dapat menaungi, percabangannya tidak mengganggu pengguna jalan,
elemen lanskap teratur, dan terdapat ruang penanaman yang cukup lebar untuk
tanaman.
Tabel 7 Frekuensi tanaman kualitas tinggi Kota Bogor dan Kota Bandung
Observed N Expected N Residual
Bogor 4 3.5 .5
Bandung 3 3.5 -.5
Total 7

Tabel 8 Uji chi-square tanaman kualitas tinggi


Kualitas Kota
Chi-Square .143a
Df 1
Asymp.Sig. .705

Proporsi tanaman kualitas sedang (Tabel 9) di Kota Bogor dan Kota


Bandung juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan, namun dari hasil uji chi-
square didapatkan nilai p (0.000) ˂ 0.05 (Tabel 10) maka tolak H0 (terdapat
perbedaan jumlah proporsi tanaman berkualitas sedang di Kota Bogor dan Kota
Bandung). Bila dilihat dari hasil Semantic Differential terdapat persamaan dan
perbedaan ciri-ciri tanaman menurut responden. Ciri-ciri tanaman berkualitas
sedang bertajuk lebar, rapat, dan di beberapa tempat sudah terdapat ruang
penanaman meskipun tidak terlalu lebar, namun dari hasil statistik tanaman
berkualitas sedang di kedua kota tersebut cenderung berbeda. Perbedaan dari
tanaman kualitas sedang di Kota Bogor dan Kota bandung adalah tersedianya
ruang penanaman, ruang penanaman di Kota Bogor relatif lebih lebar dari pada
ruang penanaman di Kota Bandung. Menurut responden kualitas tanaman di Kota
Bogor lebih baik dibandingkan dengan kualitas tanaman di Kota bandung.
Tabel 9 Frekuensi tanaman kualitas sedang Kota Bogor dan Kota Bandung
Observed N Expected N Residual
Bogor 14 14 .0
Bandung 14 14 .0
Total 28
84

Tabel 10 Uji chi-square tanaman kualitas sedang


Kualitas Kota
Chi-Square .000a
Df 1
Asymp.Sig. 1.00

Proporsi tanaman kualitas rendah (Tabel 11) di Kota Bogor dan Kota
Bandung juga tidak terdapat perbedaan yang signifikan, dari hasil uji chi-square
didapatkan nilai p (0.200) ˃ 0.05 (Tabel 12) maka terima H0 (tidak terdapat
perbedaan proporsi tanaman berkualitas tinggi di Kota Bogor dan Kota Bandung).
Bila dilihat dari hasil Semantic Differential terdapat persamaan dan perbedaan
ciri-ciri tanaman berkualitas sedang. Persamaan tanaman berkualitas sedang pada
kedua kota tersebut adalah tanaman yang tajuknya tidak terlalu lebar dan jarang,
lanskap lebih didominasi oleh perkerasan dari pada ruang terbuka hijau.
Perbedaan tanaman berkualitas sedang pada kedua kota tersebut adalah ruang
penanaman, di Kota bogor pada tanaman berkualitas rendah tidak terlihat adanya
ruang penanaman yang ideal, sedangkan di Kota Bandung tanaman sudah
memiliki ruang penanaman meskipun tidak terlalu lebar namun tampilan tanaman
tidak baik, ukuran tajuk yang kecil dan jarang sehingga membuat lanskap di
sekitarnya terkesan panas, tidak indah, dan tidak nyaman.
Tabel 11 Frekuensi tanaman kualitas rendah Kota Bogor dan Kota Bandung
Observed N Expected N Residual
Bogor 2 2.5 -.5
Bandung 4 2.5 .5
Total 5

Tabel 12 Uji chi-square tanaman kualitas rendah


Kualitas Kota
Chi-Square .200a
Df 1
Asymp.Sig. .655

Dari hasil evaluasi dan analisis diketahui bahwa tidak semua tanaman
yang dijumpai di kawasan perkotaan dapat tumbuh dengan baik dan menambah
estetika lanskap perkotaan, beberapa tanaman memerlukan ruang penanaman yang
sangat lebar dan beberapa memiliki karakteristik yang mengganggu visual dan
utilitas disekitarnya. Tidak seperti tanaman jenis pohon tanaman jenis palem dan
semak yang dijumpai di kawasan perkotaan berfungsi sebagai penambah estetika
lanskap serta tidak memerlukan ruang penanaman yang lebar karena perakaran
palem masuk ke dalam tanah dan untuk jenis semak perakarannya tidak begitu
mengganggu utilitas disekitarnya namun tetap perlu pemeliharan agar
tampilannya tetap baik. Di bawah ini (Tabel 13) rekomendasi tanaman dan lebar
ruang penanaman tanaman yang dijumpai di kawasan perkotaan berdasarkan
karakteristik tanaman, meskipun begitu tanaman jenis pohon seperti beringin
(Ficus benjamina) dan ki hujan (Samanea saman) tidak direkomendasikan karena
perakarannya dapat merusak utilitas dan tajuk yang ekstensif.
85

Tabel 13 Tanaman dan lebar ruang penanaman


Lebar ruang penanaman Nama tanaman
3-4 m Kenari (Canarium indicum)
Mountain ru (Casuarina junghuhniana)
Flamboyan (Delonix regia)
Beringin (Ficus benjamina)
Biola cantik (Ficus lyrata)
Bungur (Lagerstromia speciosa)
Mangga (Mangifera indica)
Kemang (Mangifera kemanga)
Sapu tangan (Maniltoa grandiflora)
Asam kranji (Pithecelobium dulce)
Glodokan bulat (Polyalthia fragrans)
Angsana (Pterocarpus indicus)
Ki hujan (Samanea saman)
Wali songo (Schefflera sp.)
Kecrutan (Spatodea sp.)
2-3 m Akasia (Acacia auriculiformis)
Saga (Adenanthera spp.)
Damar (Agathis dammara)
Sirsak (Annona muricata)
Cemara norflok (Araucaria heterophylla)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Belimbing (Averrhoa carambola)
Bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea)
Pucuk meerah (Syzygium oleina)
Bintaro (Cerbera manghas)
Kelengkeng (Dimocarpus longan)
Dadap merah (Erythrina cristagali)
Jati putih (Gmelina arborea)
Waru (Hibiscus tilaeus)
Kerawitan (Hura crepitans)
Tanjung (Mimusoph elengi)
Kersen (Muntingia calabura)
Rambutan (Nephelium lappaceum)
Sengon (Paraserianthes falcataria)
Kamboja (Plumeria rubra)
Glodokan tiang (Polyalthia longifolia)
Jambu (Psidium guajava)
Mahoni (Swietenia mahogani)
Jambu air (Syzygium aquaeum)
Jambu bol (Syzygium malaccense)
Tabebuia (Tabebuia chrysabtha)
Jati (Tectona grandis)
Ketapang (Terminalia cattapa)
Cemara kipas (Thuja accidentalis)
1-2 m Pinang sirih (Areca catechu)
Palem ekor ikan (Caryota cumingii)
Kelapa gading (Cocos nucifera var. capitata)
Kelapa sawit (Elaeis guineensis)
Kelapa sawit amerika (Elaeis oleifera)
86

Lanjutan (Tabel 13)


Palem botol (Hyophorbe lagenicaulis)
Palem kol (Licuala grandis)
Dwarf date palm (Phoenix roebelenii)
Palem sedeng (Pritchardia pacifica)
Palem jepang (Ptychosperma macarthurii)
Palem raja (Roystonia regia)
Palem putri (Veitchia merrilii)
Palem ekor tupai (Wodyetia bifucata)
Teh-tehan (Acalypha macrophylla)
Bugenvil (Baugainvillea glabra)
Kaliandra (Calliandra)
Bunga merak (Caesalpinia pulcherrima)
Kembang sepatu (Hibiscus rosa sinensis)
Soka (Ixora sp.)
Nusa indah (Mussaenda sp)
Oliander (Nerium oliander)
87

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian diketahui terdapat 62 spesies tanaman di Kota
Bogor yang terdiri dari 45 jenis pohon, 13 jenis palem, dan 4 jenis semak besar
serta 24 spesies tanaman di Kota Bandung yang terdiri dari 14 jenis pohon, 5 jenis
palem, dan 5 jenis semak besar. Tanaman yang paling sering dijumpai di Kota
Bogor antara lain kenari (Canarium indicum), beringin (Ficus benjamina), mahoni
(Sweitenia mahogani), palem putri (Veitchia merillii), palem raja (Roystonea
regia), palem jepang (Ptychosperma macarthurii), bugenvil (Bougainvilea sp.),
dan nusa indah (Mussaenda sp.).Tanaman yang paling sering dijumpai di Kota
Bandung antara lain mahoni (Swietenia mahogani Jacq.), angsana (Pterocarpus
indicus Willd.), soka (Ixora sp.), bugenvil (Bougainvillea sp.), dan palem putri
(Veitchia merilii).
Berdasarkan hasil pengolahan data menurut responden dapat disimpulkan
bahwa tanaman dalam lanskap di kawasan perkotaan yang baik adalah tanaman
yang memiliki tajuk yang besar sehingga dapat menaungi dan memberi kesejukan,
tanaman yang percabangannya jauh di atas tanah, tanaman yang mempunyai
ruang penanaman khusus ataupun ditanam pada planter box sehingga dapat
tumbuh dengan baik dan dapat tampil prima, dan elemen lanskap yang tidak
berantakan sehingga dapat menambah keindahan lanskap. Penting untuk
memahami karakteristik tanaman dalam pemilihan dan peletakan tanaman dalam
lanskap agar tanaman dapat tampil prima. Dari hasil nilai Semantic Differential
dan uji chi-square dapat diketahui kualitas tanaman di Kota Bogor dan Kota
Bandung cenderung berbeda meskipun kedua kota tersebut didominasi oleh
tanaman dengan kualitas sedang.
Untuk menaikkan kualitas tanaman dalam lanskap di kedua kota tersebut
dibutuhkan ruang penanaman yang dapat memenuhi ruang tumbuh suatu tanaman
dan tergantung dari ukuran tanaman yang akan ditanam, atau disesuaikan dengan
tanaman yang akan di tanam. Tanaman yang disarankan adalah tanaman yang
tajuknya tidak melebar (ekstensif), rimbun, ranting dan percabangan tidak mudah
patah, dan perakarannya tidak merusak infrastruktur. Tanaman yang
percabangannya tidak ekstensif seperti tanjung (Mimusoph elengi), bungur
(Lagerstromia speciosa), mahoni (Swietenia mahogani), kere payung (Filicium
decipiens), damar (Agathis dammara), dan glodokan tiang (Polyalthia longifolia).
Memperhatikan ruang penanaman yang ideal selebar 4 m berdasarkan Permen PU
nomor 5 tahun 2008, untuk RTH dengan jalur pejalan kaki serta penyediaan ruang
penanaman selebar 20-30 % dari ruang milik jalan (RUMIJA), lebar ini
diasumsikan yang dapat memenuhi ruang tumbuh tanaman. Selain dapat
memenuhi ruang tumbuh, ruang penanaman yang lebar juga dapat menjadi buffer,
memberi kenyamanan pengguna jalan maupun pejalan kaki, berkontribusi dalam
menambah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan dan memperbaiki
kualitas lingkungan sekitarnya. Jika tidak memungkinkan menyediakan ruang
penanaman di kawasan perkotaan yang padat dan sudah banyak terbangun,
tanaman untuk tepi jalan maupun median jalan dapat ditanam di ruang penanaman
selebar 0.9-1.5 m yang disesuaikan dengan fungsi dan karakteristik tanaman
maupun karakteristik jalan arteri.
88

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Z 2008. Penyusunan Basis Data Pohon Kebun Raya Bogor dengan
Visualisasi Komputer. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
[BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2013. Materi Teknis
Rebcana Tata Ruang Wilayah Kota Bogor. Bogor (ID): Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah.
Booth NK. 1983. Basic Elements of Landscape Architectural Design.
Illinois(US): Waveland Press, Inc.
[BPPT] Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Jawa Barat. 2013. Geografi,
Iklim, dan Topografi [internet]. [diunduh 20 November 13]. Tersedia pada
http://www.boss.or.id/portal_bppt_bandung/index.php?.
Chin WY. 2003. Tropical Trees and Shrubs : “A Selection for Urban Planting”.
USA(US): Sun Tree Publishing.
Lestari G dan Kencana IP. 2002. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta(ID):
Penebar Swadaya.
[LIPI] Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2013. 3500 Plant Species of The
Botanic Gardens of Indonesia. Jakarta(ID): LIPI
Hakim R. 2006. Rancangan Visual Lansekap Jalan: “Panduan Estetika Dinding
Penghalang Kebisingan”. Jakarta(ID): Bumi Aksara
Halle F, Oldeman RAA, dan Tomlinson PB. 1978. Tropical Trees and Forest:
”An Architectural Analysis”. Berlin Heidenberg New York(US): Springer-
Verlag.
Isa M M dan Othman N. 2012. Using Geographic Information System for Trees
Assessment at Public Park. Elsevier. 42(2012) : 248-258.
Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan. Jakarta(ID): Sekretariat Negara
[PERMEN] Pekerjaan Umum. 2008. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka
Hijau di Kawasan Perkotaan. Jakarta(ID).
[PERMEN] Pekerjaan Umum. 2013. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor
5 Tahun 2012 tentang Pedoman Penanaman Pohon pada Sistem Jaringan
Jalan. Jakarta(ID).
Pokorny JD. 1992. Urban Tree Risk Management: A Communuty Guide to
Program Desain and Implementation. St.Paul (US): Folwell Ave.
Redaksi Agromedia. 2007. Agar Tanaman Hias Tampil Cantik. Jakarta(ID):
Agromedia Pustaka.
Rukmono BS. 2004. Penyusunan Basis Data Tanaman Lanskap. Bogor(ID):
Institut Pertanian Bogor.
Sitompul SM dan Guritno B. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman.
Yogyakarta(ID): Gajah Mada University Press
89

Lampiran 1 Lembar pengamatan


Lembar Pengamatan

Kota Bogor / Bandung


LOKASI JALAN
TANGGAL / WAKTU
JENIS POHON / SEMAK BESAR / PALEM
NAMA TANAMAN
TINGGI
DIAMETER
BENTUK TAJUK BULAT / MENJURAI / OVAL /
PIRAMIDAL / Lainnya :
TEMPAT PENANAMAN MEDIAN JALAN / PINGGIR JALAN /
PLANTER BOX
SIFAT EKOLOGI
TERNAUNGI / TIDAK TERNAUNGI TERLIHAT / TIDAK TERLIHAT HAMA
PENYAKIT
FUNGSI TANAMAN ESTETIS / ARSITEKTURAL /
MEMPERBAIKI LINGKUNGAN
KETERANGAN LAIN
(Daya tarik, lingkungan tumbuh,
manfaat)

MORFOLOGI TERTUTUP / TERBUKA


BIJI
MORFOLOGI SEMU / SEJATI / TIDAK BERBUAH
BUAH
MORFOLOGI Jumlah bunga : TUNGGAL / BANYAK
BUNGA Letak bunga : UJUNG BATANG / KETIAK DAUN / PANGKAL/
CABANG
Warna bunga : MERAH / PUTIH / LAINNYA :
MORFOLOGI Bentuk daun : BULAT / MEMANJANG / JORONG / LANSET /
DAUN PERISAI / BULAT TELUR / LAINNYA :
Tulang daun : MENYIRIP / MENJARI / MELENGKUNG / SEJAJAR
/ LAINNYA :
Ujung daun : RUNCING / TUMPUL / MERUNCING / MEMBULAT
/ RAMPANG / TERBELAH / BERDURI
Tepi daun : RATA / BERGERIGI / BERGIRI / BERINGGIT /
BERLEKUK / BEROMBAK / LAINNYA :
Warna daun : HIJAU TUA / HIJAU / MERAH / LAINNYA :
Permukaan daun : LICIN / BERBULU / BERSISIK / LAINNYA :
MORFOLOGI Bentuk batang : BULAT / PERSEGI / LAINNYA :
BATANG Permukaan batang : LICIN / KASAR / BERALUR/ BERSISIK /
BERDURI / LAINNYA :
Percabangan : MONOPODIAL / SIMPODIAL
MORFOLOGI Sistem perakaran : AKAR TUNGGANG / SERABUT
AKAR
Modifikasi akar : AKAR UDARA / PEMBELIT / NAFAS /
TUNJANG / LUTUT / BANIR
90

Lampiran 2 Format kuesioner


DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Kuisioner Penelitian
DESKRIPSI TANAMAN TROPIS JENIS POHON, PALEM DAN
SEMAK BESAR YANG SERING DIJUMPAI DI KAWASAN PERKOTAAN
Oleh : Gabriella N.N (A44090089)
Tanggal Pengambilan : ..............................
Terimakasih atas partisipasi Anda menjadi salah satu responden dan
bersedia mengisi kuisioner ini. Tujuan dari kuisioner ini adalah untuk mengetahui
penilaian kualitas penggunaan tanaman pada lanskap perkotaan oleh responden.
Hasil dari kuisioner ini akan digunakan untuk menyusun laporan skripsi.
A. Karakteristik Responden
1. Nama (Boleh tidak diisi) : ……………………………………
2. Jenis kelamin :  Laki-Laki  Perempuan
3. Asal : ........................................................
4. Mahasiswa Semester : .........................................................

B. Penilaian Semantik Differential


Petunjuk Pengisian
Berilah tanda silang seperti contoh pada kotak yang anda anggap sesuai
dengan kesan yang ditangkap saat mengamati gambar yang disajikan.
Contoh:
-3 -2 -1 0 1 2 3
Tidak nyaman Nyaman
Sempit Luas
Gersang Teduh
Elemen Lanskap Elemen Lanskap
Berantakan Teratur
Kesan panas Sejuk
Buruk Indah

-3 -2 -1 0 1 2 3
Buruk x Baik

Keterangan:
3 = sangat sesuai
2 = sesuai
1 = agak sesuai
0 = bukan kedua-duanya
-1 = kurang sesuai
-2 = tidak sesuai
-3 = sangat tidak sesuai
91

Lampiran 3 Hasil pemotretan untuk penilaian kuesioner


Kota Bogor
Foto 1 Foto 2 Foto 3

Foto 4 Foto 5 Foto 6

Foto 7 Foto 8 Foto 9

Foto 10 Foto 11 Foto 12


92

Lampiran 3 Lanjutan
Foto 13 Foto 14 Foto 15

Foto 16 Foto 17 Foto 18

Foto 19 Foto 20

Kota Bandung
Foto 1 Foto 2 Foto 3
93

Lampiran 3 Lanjutan
Foto 4 Foto 5 Foto 6

Foto 7 Foto 8 Foto 9

Foto 10 Foto 11 Foto 12

Foto 13 Foto 14 Foto 15


94

Lampiran 3 Lanjutan
Foto 16 Foto 17 Foto 18

Foto 19 Foto 20
95

Lampiran 4 Nilai Semantic Differential Kota Bogor dan Kota Bandung


Foto Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai
Kota Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- Kualitas
Bogor rata K1 rata K2 rata K3 rata K4 rata K5 rata K6
Foto 1 5,40 3,91 5,56 5,31 5,52 5,17 Tinggi
Foto 2 4,18 4,05 3,68 4,30 3,77 4,17 Sedang
Foto 3 3,84 3,51 3,84 3,83 3,84 3,77 Sedang
Foto 4 4,50 4,34 3,90 4,97 4,00 4,67 Sedang
Foto 5 4,13 4,82 4,98 4,53 5,04 4,70 Sedang
Foto 6 4,37 4,06 4,54 3,84 4,25 4,14 Sedang
Foto 7 4,73 4,45 4,90 4,43 4,82 4,49 Sedang
Foto 8 3,45 2,78 5,66 2,71 5,84 2,86 Sedang
Foto 9 2,09 2,62 1,95 1,81 1,98 1,86 Rendah
Foto 10 3,49 2,92 3,02 4,32 2,97 4,18 Sedang
Foto 11 4,06 3,46 5,26 3,25 5,29 3,88 Sedang
Foto 12 4,18 4,12 3,85 3,79 2,76 3,85 Sedang
Foto 13 2,97 2,81 2,88 2,97 2,79 2,83 Rendah
Foto 14 5,70 4,53 6,06 5,24 6,14 5,43 Tinggi
Foto 15 4,58 4,55 4,89 3,67 4,91 4,16 Sedang
Foto 16 3,66 3,95 2,90 4,19 2,86 4,16 Sedang
Foto 17 4,54 4,32 4,55 4,18 4,58 4,24 Sedang
Foto 18 3,94 3,54 4,27 3,62 4,24 3,84 Sedang
Foto 19 5,53 4,58 6,22 5,35 6,17 5,36 Tinggi
Foto 20 5,29 4,74 5,19 5,26 5,21 5,06 Tinggi

Foto Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai Nilai


Kota Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- Rata- Kualitas
Bandung rata K1 rata K2 rata K3 rata K4 rata K5 rata K6
Foto 1 3,46 3,72 2,93 3,58 2,82 3,52 Sedang
Foto 2 5,57 4,49 5,92 4,86 5,93 5,1 Tinggi
Foto 3 3,74 3,81 3,06 3,85 3,26 3,81 Sedang
Foto 4 4,87 4,81 3,06 3,85 3,26 3,81 Sedang
Foto 5 5,68 5,06 5,63 5,66 5,48 5,57 Tinggi
Foto 6 5,2 4,68 4,4 5,92 4,57 5,57 Tinggi
Foto 7 4,4 3,94 4,68 3,8 4,52 4,23 Sedang
Foto 8 3,1 3,2 2,77 2,86 2,93 3,05 Rendah
Foto 9 3,15 2,76 2,85 3,2 2,99 3,09 Sedang
Foto 10 4,75 3,75 5,32 4,04 5,13 4,12 Sedang
Foto 11 3,14 3,88 2,66 2,84 2,63 2,88 Rendah
Foto 12 3,46 3,29 3.51 2,9 3,62 3,21 Sedang
Foto 13 3,78 3,72 3,2 3,68 3,3 3,99 Sedang
Foto 14 2,36 3,12 1,88 2,76 1,83 2,45 Rendah
Foto 15 4,09 3,92 4,41 3,72 4,24 3,93 Sedang
Foto 16 3,87 3,32 3,96 4,11 3,95 3,81 Sedang
Foto 17 4,03 3,98 3,4 4,42 3,52 4,29 Sedang
Foto 18 4,06 3,57 4,02 4,21 3,77 4,05 Sedang
Foto 19 4,02 3,6 3,36 4,52 3,34 4,24 Sedang
Foto 20 3,74 3,69 3,19 4,72 4,72 4,03 Sedang
96

Keterangan :
Bobot nilai 1 hingga 7 (Semakin tinggi nilai bobot semakin tinggi kualitas)
K1 : Tidak nyaman – Nyaman
K2 : Sempit – Luas
K3 : Gersang – Teduh
K4 : Elemen lanskap berantakan – Elemen lanskap teratur
K5 : Panas – Sejuk
K6 : Buruk – Indah
97

Lampiran 5 Contoh hasil tampilan deskripsi singkat pada FileMaker


98

Lampiran 5 Lanjutan
99

Lampiran 5 Lanjutan
100

Lampiran 5 Lanjutan
Lampiran 6 Hasil tampilan deskripsi singkat masing-masing spesies pada FileMaker
101
Lampiran 6 Lanjutan 102
Lampiran 6 Lanjutan
103
Lampiran 6 Lanjutan
104
Lampiran 6 Lanjutan
105
Lampiran 6 Lanjutan
106
Lampiran 6 Lanjutan
107
Lampiran 6 Lanjutan
108
Lampiran 6 Lanjutan
109
Lampiran 6 Lanjutan 110
Lampiran 6 Lanjutan
111
112

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Solo, pada tanggal 24 Desember 1991. Penulis adalah


anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ir. Agustinus Nugrahanto dan
Dra. Sri Wulan Natalingrum.
Penulis memulai pendidikan di TK Tunas Harapan 1 Prabumulih, Propinsi
Palembang. Penulis menamatkan Sekolah Dasar di SD YKPP 1 Bajubang,
Propinsi Jambi, Sekolah Menengah Pertama di SMP Kristen BPK Penabur
Cirebon, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Kristen 1 BPK Penabur Cirebon.
Pada tahun 2009 penulis menamatkan pendidikan di SMA dan pada tahun yang
sama di terima di Institut Pertanian Bogor, Departemen Arsitektur Lanskap
melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri).
Selama menuntut ilmu di IPB, penulis sempat aktif di paduan suara IPB
(Agriaswara), aktif dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di Komisi
Pelayanan Anak (KPA), menjadi asisten mata kuliah Dasar-dasar Arsitektur
Lanskap pada tahun ajaran 2013/2014 dan asisten mata kuliah Ruang Terbuka
Hijau pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis sempat mengikuti workshop yang
dibuat oleh HIMASKAP (Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap) yaitu LPGE
(Landscape Project for Good Environment) dan ILASW (Indonesia Landscape
Architetur Student Workshop). Penulis juga mengikuti kegiatan Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang Karsa Cipta (2011) dan berbagai seminar.
Penulis menyelesaikan skripsi berjudul Deskripsi Tanaman Jenis Pohon,
Palem, dan Semak Besar yang Banyak Dijumpai di Kawasan Perkotaan sebagai
syarat menjadi Sarjana Pertanian IPB dibawah bimbingan Dr. Ir. Bambang
Sulistyantara,M.Agr.

Anda mungkin juga menyukai