HEALING GARDEN
(STUDI KASUS: SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL)
RACHMA KANIA
Ruang terbuka hijau dirancang untuk beberapa fungsi. Salah satu dari
fungsi ini adalah menyembuhkan atau mengandung nilai-nilai pengobatan bagi
penggunanya (terapeutik). Namun, perhatian terhadap fungsi tersebut masih
kurang. Penelitian yang lebih mendalam yang memperhitungkan taman sebagai
elemen yang penting dalam proses penyembuhan terhadap penggunanya masih
diabaikan. Pemanfaatan ruang terbuka hijau yang bersifat menyembuhkan tersebut
sangatlah dibutuhkan khususnya di Indonesia dengan kondisi masyarakat sedang
dihimpit oleh berbagai tekanan fisik, psikis, dan kebutuhan hidup. Salah satu area
yang telah menerapkan konsep healing garden adalah Rumah Sakit Internasional
Santosa yang berada di daerah pusat kota Bandung, Jawa Barat. Rumah sakit ini
menyediakan healing garden sebagai bagian yang bersinergi dengan pelayanan
perangkat klinik, dokter, dan paramedis serta fasilitas dalam mewujudkan fungsi
cure and care.
Penelitian ini bertujuan mengevaluasi konsep dan desain berdasarkan
fungsi healing garden di Santosa Bandung International Hospital, Bandung, Jawa
Barat. Tujuan selanjutnya adalah mengamati pengaruh dari keberadaaan healing
garden terhadap pengguna berdasarkan konsep dan fungsi healing garden
tersebut, dan yang terakhir adalah menyusun suatu usulan pemecahan masalah
berupa rekomendasi dan saran apabila ditemukan ketidaksesuaian. Hasil dari
penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memahami peran dari keberadaan
suatu ruang terbuka hijau yang bersifat menyembuhkan yang diwujudkan dalam
bentuk healing garden. Rekomendasi yang diajukan dalam studi ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan rancangan dari healing
garden yang sejenis di tempat lainnya. Penelitian dilakukan di Bandung, Jawa
Barat, tepatnya di Santosa Bandung International Hospital (SBIH) pada tiga tapak
healing garden, dua tapak pada lantai empat dan satu tapak pada lantai sembilan.
Waktu pengumpulan data dilakukan dari bulan Agustus hingga Oktober 2009.
Penelitian dilakukan dalam lima tahap, yaitu persiapan, inventarisasi,
analisis, evaluasi, dan sintesis. Pada tahap pertama dilakukan desk study untuk
menyusun konsep dan kriteria evaluasi berdasarkan studi pustaka yang terkait
dengan permasalahan, serta mempersiapkan masalah administrasi yang
diperlukan. Pada tahap selanjutnya pengumpulan data di lapangan dilakukan
dengan cara observasi lapang dan wawancara. Kemudian pada tahap analisis
dilakukan penilaian area, elemen desain dan elemen taman berdasarkan kriteria
desain fungsional healing garden pada ketiga taman dengan pengamatan,
pencatatan, dan penilaian terhadap desain healing garden aktual. Analisis yang
digunakan menggunakan analisis deskriptif dan kualitatif dengan menggunakan
metode KPI (Key Performance Index). Pada tahap evaluasi dibandingkan desain
healing garden dan kriteria desain fungsional, konfirmasi, dan verifikasi fungsi
berdasarkan program aktivitas terapi yang dilakukan terhadap kesesuaian desain
taman dengan kriteria standar dan pengaruh keberadaan healing garden di
lingkungan rumah sakit. Nilai KPI yang diperoleh menggambarkan perbedaan
kualitas dari healing garden, antara kondisi aktual dan kualitas standar untuk
setiap indikator. Aspek terapi yang terdapat pada healing garden SBIH ditinjau
dari fasilitas dan keberadaan program terapi yang dilakukan di taman. Pada tahap
terakhir dikembangkan hasil analisis dan evaluasi mengenai kesesuaian desain
taman dan bagaimana pengaruh healing garden terhadap penggunanya. Hasil
yang didapatkan berupa kesimpulan apakah healing garden tersebut sesuai atau
tidak secara desain dan apakah keberadaannya berpengaruh terhadap
penggunanya. Jika terdapat ketidaksesuaian, diusulkan pemecahan masalah.
Solusi berupa suatu usulan program mengenai pemanfaatan tapak secara
maksimal, usulan perbaikan rancangan, atau tambahan rancangan pada healing
garden.
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, healing garden lantai sembilan
SBIH memiliki nilai KPI 0,72, lantai empat utara memiliki nilai KPI 0,63, dan
lantai empat selatan 0,67. Pengaruh yang dirasakan oleh pengguna setelah
kedatangan mereka ke taman menunjukkan bahwa sebagian besar pengguna
merasakan efek kedatangan ke taman dengan hasil yang baik dan positif.
Sebanyak 95,24% dari keseluruhan pengguna menyetujui bahwa dengan datang
ke taman, stress-nya hilang dan 4,76% merasa tidak yakin; sebesar 90,48%
berpendapat bahwa mereka merasakan efek positif dari kedatangan ke taman ini
dan sisanya 9,52% merasa tidak yakin. Aktivitas pengguna taman yang dominan
berupa berjalan mengelilingi taman, duduk-duduk, dan mencoba fasilitas refleksi.
Hasil verifikasi melalui pengamatan perilaku diperoleh bahwa konsentrasi
pergerakan pengguna dominan dilakukan pada jalur area tempat duduk atau area
pasif.
Nilai KPI yang dihasilkan dari evaluasi ketiga healing garden, diperoleh nilai
KPI<1. Berdasarkan konfirmasi terhadap nilai KPI tersebut melalui pendapat
responden dan verifikasi pengamatan perilaku pengguna healing garden SBIH
dapat disimpulkan bahwa healing garden SBIH kurang sesuai dengan kriteria
desain fungsional taman terapeutik berdasarkan kriteria desain menurut Marcus
(1999, 2000), McDowell & McDowell (1998), dan Stigsdotter & Grahn (2002).
Beberapa usulan rekomendasi diajukan untuk menyempurnakan fungsi healing
garden pada aspek-aspek yang kurang sesuai tersebut, yaitu pada aspek fisik dan
desain, aspek kualitas, aspek ruang, dan aspek elemen.
Kata kunci: healing garden, taman rumah sakit, key performance index, evaluasi
taman
EVALUASI TAMAN RUMAH SAKIT SEBAGAI
HEALING GARDEN
(STUDI KASUS: SANTOSA BANDUNG INTERNATIONAL HOSPITAL)
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada
Departemen Arsitektur Lanskap
RACHMA KANIA
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui,
Ketua Departemen Arsitektur Lanskap
Tanggal lulus:
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya sehingga pembuatan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Skripsi yang berjudul Evaluasi Taman Rumah Sakit sebagai Healing Garden
(Studi Kasus: Santosa Bandung International Hospital) membahas tentang
healing garden yang berada di Santosa Bandung International Hospital, Bandung,
Jawa Barat.
Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan
merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur
Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Pada pelaksanaan
penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan baik materi
maupun spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada
1. keluarga tercinta, kedua orang tua Ayah dan Bunda, serta adik atas segala
dukungan dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis;
2. Ir. Qodarian Pramukanto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas
bimbingan, arahan, dan nasihatnya dalam penyusunan skripsi ini;
3. Prof. Dr. Ir. Wahju Qamara Mugnisjah, M.Agr. dan Dr. Ir. Afra DN
Makalew, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan
masukannya untuk skripsi ini;
4. Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik
atas bimbingan, dukungan, dan nasihatnya dalam pengarahan akademik;
5. Dr. Danny Widjaja, yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian ini
dan membimbing selama pengambilan data berlangsung, serta Dr. Toto
Tanumihardja, SpRM dan Dr. Kiki, SpPDJ atas kesediaannya untuk
diwawancara;
6. Ibu Panca, Ibu Naziyah, Bapak Adam, dan pihak SBIH lainnya yang telah
membantu pencarian data dan tidak dapat disebutkan satu per satu;
7. keluarga di Cikutra (Opung Djalil, Nini Djuju, Om Fardin, dll.) yang telah
menerima penulis dengan tangan terbuka selama penulis tinggal di Bandung;
8. teman seperjuangan bimbingan (Handika, Dina, Nurina, dan Azi);
9. Nurina, Resa, Mega W., dan Cindy atas kebersamaannya yang berarti;
10. teman-teman ARL 42 (Arsyad, Azi, Bayu, Chandra, Cindy, Danand, Dara,
Dian, Diar, Dina, Dewi, Eka Chandra, Endah, Fajar, Ferbi, Fran, Hadrian,
Handika, Hernando, Heru, Hudi, Ian, Jania, Kalla, Kartika, Kartika Sari, Lia,
Lisa, Lya, M. Iqbal, M. Mudhofir, M. Rizki, M. Saepulloh, M. Zaini, Mega
A., Mega W., Munawir, Nanang, Nurina, Nur Farida, Puput, Rakhmat,
Ramanda, Resa, Rina, Rindha, Rizka, Samuel, Uut, Vabianto, Vella, Yulianti,
Yosep, Yolla dan Yuni) atas kebersamaannya dalam empat tahun terakhir,
dan kakak kelas ARL 39, 40 dan 41, serta adik kelas ARL 43, 44, dan 45;
11. teman-teman kost Harmoni 2 (Astrid, Febriona, Megawati, Avissa, Santi,
Atika, Mutiara, Anggi) atas suka, duka, dan cerita yang dibagi bersama;
12. Arief Rachman, atas doa, dukungan, dan inspirasinya.
Semoga dukungan dan kebaikan yang telah diberikan menjadi amal baik
dan mendapat balasan setimpal dari Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak yang berkepentingan.
Rachma Kania
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1. Latar belakang ......................................................................... 1
1.2. Tujuan ..................................................................................... 2
1.3. Manfaat ................................................................................... 3
Halaman
Tabel 3.1 Jenis, Bentuk dan Sumber Data .................................................... 18
Tabel 3.2 Kriteria Desain Fungsional Berdasarkan Para Ahli ...................... 19
Tabel 3.3 Kriteria Standar Healing Garden Modifikasi dari McDowell
dan McDowell (1998), Marcus (1999), Marcus (2000) serta
Stigsdotter dan Grahn (2002) ....................................................... 22
Tabel 4.1 Dominasi Taman yang Sering Didatangi ...................................... 48
Tabel 4.2 Kondisi dan Aktivitas Pengunjung Healing Garden SBIH .......... 50
Tabel 4.3 Kondisi Pengunjung Setelah Kunjungan ke Healing Garden SBIH 51
Tabel 4.4 Elemen Taman dan Permasalahan di Healing Garden SBIH ....... 53
Tabel 4.5 Nilai Penting Taman ..................................................................... 54
Tabel 4.6 Penjelasan Pasien tentang Nilai Penting Taman ........................... 54
Tabel 4.7 Persepsi terhadap Nilai Fungsi dan Elemen Taman...................... 55
Tabel 4.8 Kesan dan Pesan Pengunjung Taman ........................................... 56
Tabel 4.9 Daftar Elemen Lunak di Ketiga Healing Garden ......................... 63
Tabel 4.10 Daftar Elemen Keras di Ketiga Healing Garden ........................ 66
Tabel 4.11 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat
Bagian Utara Berdasarkan Kriteria Standar ................................ 68
Tabel 4.12 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat
Bagian Selatan Berdasarkan Kriteria Standar ............................. 70
Tabel 4.13 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Sembilan
Berdasarkan Kriteria Standar ...................................................... 72
Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan
Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai
Empat Bagian Utara .................................................................... 82
Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan
Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai
Empat Bagian Selatan ................................................................. 84
Tabel 4.16 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan
Perilaku Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai
Sembilan...................................................................................... 86
Tabel 4.17 Evaluasi dan Rekomendasi untuk Ketiga Healing Garden SBIH 88
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Halaman
1.2. Tujuan
Penelitian ini bertujuan
1. mengevaluasi konsep dan desain taman berdasarkan fungsi healing garden
di Santosa Bandung International Hospital, Bandung, Jawa Barat;
2. mengamati pengaruh dari keberadaaan healing garden terhadap pengguna
berdasarkan konsep dan fungsi healing garden tersebut;
3
1.3. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah pemahaman
mengenai peran ruang terbuka hijau untuk penyembuhan yang diwujudkan dalam
bentuk healing garden. Rekomendasi yang diajukan dalam studi ini digunakan
sebagai bahan acuan dalam penyusunan rancangan healing garden yang sejenis di
tempat lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
lebih tidak gelisah dan penggunaan obat pengurang rasa sakit yang lebih sedikit
(Ulrich, 2000).
Studi mengenai hasil medis lainnya yang dilakukan Ulrich pada tahun
1984 membandingkan catatan kesembuhan dari pasien operasi kandung empedu
yang memiliki akses pandangan keluar jendela yang memperlihatkan pepohonan
dan yang menghadap dinding bata. Metode ini meyakinkan bahwa kelompok yang
menghadap pepohonan dan yang menghadap dinding bata memiliki umur, berat
badan, frekuensi merokok, dan riwayat medis yang serupa untuk menjaga agar
factor lainnya tetap dalam keadaan konstan. Hasilnya menunjukkan bahwa
kelompok pasien dengan akses pandang menghadap pepohonan memiliki jumlah
hari rawat inap yang lebih pendek dan mengalami komplikasi pasca operasi yang
lebih ringan (seperti pusing dan sesak napas) dibandingkan dengan kelompok
pasien yang menghadap dinding bata.
Selanjutnya, pasien yang menghadap pemandangan alam ini lebih sering
menerima komentar positif dari karyawan mengenai kondisi dalam catatan
medisnya (contohnya, pasien dalam kondisi baik). Sementara itu, mereka yang
termasuk dalam kelompok pasien yang kamarnya menghadap dinding bata
mendapat komentar evaluasi yang negatif (contohnya, pasien butuh dukungan).
Perbedaan signifikan lainnya adalah pasien yang menghadap ke pemandangan
alam membutuhkan obat penahan rasa sakit yang jauh lebih sedikit dibandingkan
dengan pasien yang menghadap ke dinding bata (Ulrich, 2002).
Selain itu, Dannenmaier (1995) juga menerangkan tentang Patrick
Mooney, seorang profesor arsitektur lanskap di Universitas British Columbia,
yang membangun taman di Cedarview Lodge, sebuah fasilitas tempat tinggal
untuk pasien Alzheimer di Vancouver, Canada. Taman tersebut meliputi trellis
sebagai orientasi pusat taman dan rimbunan pohon yang mengarahkan jalan yang
berbelok dan kembali ke tempat masuk tanpa mengalami rintangan atau halangan.
Mooney membandingkan keefektifan tamannya dalam mengurangi
perilaku kekerasan dengan taman yang terdapat pada fasilitas bagi Alzheimer
lainnya dan fasilitas bagi Alzheimer yang tidak memiliki taman. Hasil yang
didapatkan mengejutkan, karena pasien pada fasilitas yang terdapat taman,
perilaku kekerasan yang terjadi menurun sebesar 19 persen antara tahun 1989 dan
7
1990. Pada fasilitas yang tidak memiliki taman, kekerasan tersebut meningkat
sebesar 681 persen.
Marcus dan Barnes (1999) menyatakan beberapa prinsip desain healing garden,
yaitu sebagai berikut:
1. Menyediakan keragaman ruang
Ruang untuk berkumpul dan ruang untuk menyendiri. Dengan tersedianya
pilihan atas beberapa ruang, akan menciptakan rasa pengendalian pengguna
terhadap sekelilingnya yang akan menurunkan tingkat stress. Ruang untuk
menyendiri tersedia bagi mereka yang ingin menjauh dari lingkungan rumah
sakit. Sedangkan ruang untuk kelompok kecil (seperti anggota keluarga atau
penunjang) menyediakan dukungan sosial kepada pasien.
2. Meratanya tanaman
Material keras dikurangi dan material tanaman mendominasi taman.
Tujuannya adalah untuk meminimalisasi penggunaan dari material keras
menjadi sepertiga dari keseluruhan taman. Melalui tanaman yang terdapat
pada lanskap sekitarnya, pasien dapat merasakan kemajuan pada
kesehatannya.
3. Mendukung aktivitas
Taman yang mendukung untuk aktivitas berjalan sebagai bentuk latihan yang
berkaitan dengan penurunan tingkat depresi.
4. Menyediakan pengalihan yang positif
Pengalihan yang alami seperti tanaman, bunga, water features menurunkan
tingkat stress. Kegiatan lainnya seperti bekerja dengan tanaman dan berkebun
juga dapat menyediakan pengalihan yang positif di taman.
5. Meminimalisasi gangguan
Faktor-faktor yang negatif seperti kebisingan kota, asap dan cahaya buatan
diminimalisasi di taman. Pencahayaan yang alami dan bunyi merupakan
tambahan dari efek positif pada taman.
6. Meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu)
Lingkungan yang abstrak (seperti tempat-tempat yang misterius dan rumit)
dapat menarik dan menantang bagi orang yang sehat, tetapi tidak kepada
orang yang sakit. Sejumlah studi menunjukkan bahwa keabstrakan sebuah
desain tidak dapat diterima oleh orang yang sakit atau stress. Fitur-fitur dan
10
elemen taman yang dapat diidentifikasi haruslah terdapat pada desain taman.
Seni yang abstrak pada fasilitas dan taman seringkali tidak tepat.
Menurut Stigsdotter dan Grahn (2002), sebuah healing garden memiliki kriteria
sebagai berikut:
1. mempertimbangkan siapa pengguna utama dan tingkat kekuatan mentalnya;
2. menstimulasi kelima panca indra;
3. mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif;
4. memiliki kemampuan berkomunikasi dengan pengguna melalui cara yang
suportif dan positif;
5. memiliki akses yang mudah dicapai.
McDowwel dan McDowwel (1998) menyatakan bahwa elemen desain pada
healing garden adalah
1. pembuatan pintu masuk khusus yang mengundang dan mengajak pengunjung
ke taman;
2. penyediaan elemen air untuk efek psikologi, spiritual, dan fisik;
3. penggunaan warna dan pencahayaan yang kreatif (dapat dengan tanaman atau
cahaya buatan) untuk mendatangkan emosi, ketenangan dan kekaguman
kepada pengunjung;
4. penekanan (emphasis) terhadap aspek alami, seperti penggunaan material
batu, kayu, pagar alami, atau angin, suara, dan lain-lain;
5. penggabungan dengan seni untuk meningkatkan keseluruhan nilai taman;
6. penggunaan elemen pada taman yang menarik binatang liar dan menyediakan
habitat bagi keanekaragaman jenis binatang tersebut.
Penting untuk mengingat bahwa healing (penyembuhan) tidak sama dengan cure
(menyembuhkan). Menurut Marcus (2007), sebuah taman tidak dapat
memperbaiki kaki yang patah atau menyembuhkan kanker, tapi manfaat yang
dapat diperoleh, antara lain, adalah
a. memfasilitasi pengurangan stress yang dapat membantu tubuh untuk meraih
keadaan yang lebih seimbang;
b. membantu pasien membangkitkan daya sembuh yang berasal dari dalam diri;
c. membantu pasien menenangkan diri dalam kondisi medis yang tidak dapat
disembuhkan;
11
Pertimbangan juga harus mencantumkan misi dari institusi dan hubungan dengan
komunitasnya, serta
1. memiliki area masuk yang mudah ditemukan dan sirkulasi yang jelas;
2. memiliki aksesibilitas yang baik;
3. memiliki akses ke area pribadi;
4. memiliki tempat duduk yang memfasilitasi interaksi social;
5. memiliki kesempatan untuk berlatih;
6. memiliki kontak dengan alam;
7. mendukung rasa akan bermasyarakat;
8. meningkatkan kesan yang baik terhadap institusi;
9. meningkatkan kualitas keseluruhan dari ruang.
BAB III
METODOLOGI
Peta
Tanpa Skala
Jl. Pasir Kaliki
Sumber gambar:
Situs Indotravelers
dan situs SBIH,
April (2009)
2. Konsep dan denah rancangan awal dari healing garden diperoleh untuk
mengetahui kesesuian konsep taman dengan konsep dari healing garden yang
memiliki kriterianya tersendiri. Denah rancangan awal diperoleh untuk
membandingkan perubahan yang terjadi antara rancangan awal dengan
rancangan yang terdapat pada saat ini (aktual).
19
3. Data zonasi, ruang, kualitas, dan elemen pada tapak diamati dari observasi
lapang. Data tersebut memberi gambaran mengenai aspek desain tapak secara
keseluruhan agar dapat dievaluasi kesesuaiannya dengan konsep dari healing
garden.
20
3.3.3. Analisis
Pada tahap ini dilakukan pengamatan, penilaian, dan pencatatan terhadap
desain healing garden aktual yang terdapat di tapak. Hasil tersebut kemudian
dibandingkan kesesuaiannya dengan kualitas standar healing garden dan
komponennya menurut kriteria McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999,
2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002). Analisis yang digunakan dalam
penilaian kriteria desain fungsional healing garden ini menggunakan analisis
deskriptif. Analisis kondisi aktual taman dilakukan dengan format yang
dimodifikasi dari penilaian Key Performance Index (KPI) menurut Arifin,
Munandar, Arifin, Pramukanto, dan Damayanti (2008).
KPI didapatkan berdasarkan perbandingan nilai aktual (lapang) dengan
nilai standar. Nilai aktual memiliki kisaran nilai dari 1 sampai 3. Sedangkan nilai
standar adalah 3. Kisaran nilai dari hasil pembagian tersebut adalah 0,33 hingga 1.
Kisaran tersebut memiliki kriteria kesesuaian standar, dimana 0,33 KPI < 0,67
berarti Tidak sesuai kriteria standar, dan kisaran KPI 0,67 berarti Sesuai
dengan standar. Cara penilaian adalah dengan membubuhkan angka pada kolom
Nilai Aktual antara 1 sampai 3, dimana nilai 1 berarti Tidak sesuai menurut
22
kriteria, nilai 2 berarti Kurang sesuai menurut kriteria, dan nilai 3 berarti
Sesuai menurut kriteria.
Penilaian kriteria standar desain fungsional healing garden menggunakan
tabel checklist (Tabel 3.3). Indikator dari komponen-komponen healing garden
disusun berdasarkan kualitas standar yang ditetapkan menurut McDowell dan
McDowell (1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002).
Penilaian dilakukan berdasarkan interpretasi penulis terhadap setiap komponen
indikator. Interpretasi tersebut dinyatakan berdasarkan acuan standar tersebut.
Pada Tabel 3.3 terdapat contoh penilaian dan perhitungannya untuk komponen
pertama (Fisik) dengan nilai KPI sebesar 0,6.
Tabel 3.3 Kriteria Standar Healing Garden Modifikasi dari McDowell dan
McDowell (1998), Marcus (1999, 2000), Stigsdotter dan Grahn (2002)
3.3.4. Evaluasi
Setelah analisis dilakukan, selanjutnya adalah evaluasi desain healing
garden dengan kriteria desain yang fungsional menurut McDowell dan McDowell
(1998), Marcus (1999, 2000), serta Stigsdotter dan Grahn (2002). Evaluasi ini
dilakukan untuk mendapatkan nilai KPI yang menggambarkan perbedaan kualitas
dari healing garden, bagian atau komponen tamannya antara kondisi aktual
dengan kualitas standar bagi setiap indikator. Nilai KPI diperoleh dari perhitungan
yang dilakukan, yaitu membagi jumlah nilai yang berada di kolom Nilai Lapang
dengan jumlah nilai yang berada di kolom Nilai Standar (Tabel 3.3). Nilai lapang,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, merupakan nilai yang didapatkan
melalui pengamatan kondisi aktual healing garden terhadap semua indikator.
25
Nilai standar adalah nilai maksimum yang terdapat pada setiap indikator. Hasil
penilaian KPI berupa nilai selang antara nilai terendah 0,33 dan nilai tertinggi 1.
Konfirmasi atau verifikasi dilakukan terhadap fungsi yang berdasarkan ada
atau tidaknya program aktivitas terapi yang dilakukan terhadap proses
penyembuhan pasien, tinjauan pustaka terhadap kriteria desain taman yang
seharusnya, dan konsultasi dengan dokter spesialis mengenai aspek terapi. Aspek
terapi yang dikonfirmasi adalah mengenai jenis terapi yang dapat dibawa ke ruang
luar dan fasilitas yang dibutuhkannya. Hasil yang akan didapatkan berupa
simpulan apakah healing garden tersebut sesuai atau tidak secara keseluruhan dan
apakah terdapat pengaruh terhadap penggunanya dengan keberadaan healing
garden tersebut.
3.3.5. Sintesis
Tahapan ini dilakukan dengan mengembangkan hasil analisis dan evaluasi
yang telah dilakukan mengenai kesesuaian desain taman menurut definisi dari
healing garden menurut para ahli dan bagaimana pengaruh healing garden
terhadap penggunanya. Simpulan diperoleh berdasarkan hasil analisis dan evaluasi
terhadap penilaian kriteria standar desain fungsional healing garden, keadaan
sosial dari pengguna taman yang diperoleh dari hasil survei dengan kuesioner
sederhana serta data dari aspek terapi, serta adanya potensi dan kendala dari
healing garden yang mempengaruhi penggunanya. Hasil simpulan tersebut dapat
berupa sesuai atau tidaknya healing garden tersebut dengan kriteria desain yang
fungsional menurut McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000) serta
Stigsdotter dan Grahn (2002) dan peran healing garden tersebut dalam
keberadaannya di lingkungan rumah sakit.
Jika hasil yang didapatkan menyatakan bahwa healing garden tersebut
sesuai menurut kriteria desain yang fungsional menurut para ahli dan adanya
pengaruh yang positif dari keberadaan taman tersebut di lingkungan rumah sakit,
sintesis yang akan dihasilkan adalah upaya mempertahankan konsep tersebut dan
dapat menjadikannya acuan bagi pembuatan healing garden serupa di tempat
lainnya. Sedangkan, sintesis untuk mencari solusi pemecahan masalah dilakukan
jika dari hasil analisis dan evaluasi ditemukan ketidaksesuaian yang diperoleh
menurut kriteria desain yang fungsional menurut McDowell dan McDowell
26
(1998), Marcus (1999, 2000) serta Stigsdotter dan Grahn (2002) serta tidak
terdapatnya pengaruh positif yang didapatkan dari keberadaan tapak. Solusi dapat
berupa suatu usulan program mengenai pemanfaatan tapak secara maksimal atau
berupa usulan rancangan healing garden.
Taman
Healing garden
Evaluasi
Wawancara mengenai
aspek terapi
Pengamatan pola dan
Konfirmasi perilaku pengguna
Survei pengguna
Konfirmasi
Verifikasi
Tanpa Skala
Stasiun Bandung
Pusat Pemukiman
Tekstil Penduduk
Bandung
Director
Medical Advisory
Council IT
K3RS Marketing
Committees Quality
Medical Accounting
Service Maintenance
Medikolega Manager GA
Keterangan:
IT : Information Technology
Training Education
K3RS : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Rumah Sakit
SM : Senior Manager Manager
HR-GA : Human Resources and General Affairs Housekeeping
HRD : Human Resources Development
ISS : Integrated Service Solution (Outsource
maintenance)
Sumber: Situs SBIH, April (2009) Sumber: Situs SBIH, April (2009)
(c) Helipad (d) Studio apartment
Gambar 4.3 Fasilitias dan Layanan Unggulan SBIH
30
Berbeda dengan bagian utara, batas taman lantai empat bagian selatan sisi
utara dan timurnya berbatasan dengan gedung rumah sakit yang merupakan area
unit bersalin dan kamar bayi, serta sisi selatan dan baratnya merupakan ujung
gedung. Pada taman lantai sembilan, sisi utara dan selatan berbatasan dengan
pintu darurat A dan B, serta ujung gedung, dan sisi timur dan sebagian dari sisi
barat merupakan ujung dari gedung, serta sebagian sisi barat lainnya berbatasan
dengan gedung rumah sakit.
Berdasarkan aksesibilitas dan lokasi tapaknya, pada taman lantai empat
bagian utara dan selatan, pintu masuk hanya terdapat satu buah serta terdapat
pintu di dalam taman yang menuju area pekerja maintenance taman (Gambar 4.6
dan Gambar 4.7). Terdapat pintu darurat yang berada di dekat pintu masuk pada
kedua taman tersebut, tetapi kedua taman ini berada di area khusus, yaitu bagian
kamar bersalin untuk bagian selatan dan bagian kamar bayi untuk bagian utara.
Akses dari tangga dan lift tidak langsung menuju taman, sehingga untuk mencapai
taman harus melalui bagian tersebut. Selain itu, pintu masuk pada kedua taman
tersebut kurang mengundang minat pengunjung selain disebabkan oleh letaknya
yang kurang strategis, pintu masuk ini tidak terlalu menarik pengguna untuk
datang dan masuk ke area taman serta tidak semua pengguna mengetahui tentang
taman di lantai empat karena dari media informasi yang ada hanya
mempromosikan healing garden di lantai sembilan. Pada taman yang berada di
lantai sembilan, akses dari lift ataupun tangga langsung menuju taman melalui
pintu masuk utama yang letaknya tidak terlalu jauh dari lift dan tangga, terdapat
dua pintu darurat, yang salah satu pintu darurat tersebut terhubung dengan pintu
darurat yang berada pada lantai empat dekat taman bagian utara (Gambar 4.8).
34
35
36
Healing
garden
bagian Utara
Akses pada taman di lantai empat dan sembilan juga tersedia bagi
pengguna taman yang handicap. Hal ini dapat tercapai dengan adanya ramp dari
pintu masuk taman dan di area sekitar tempat duduk yang mengakomodasi pasien
dengan keterbatasan fisik sehingga kenyamanan dan keamanannya dapat terjamin
(Gambar 4.9).
c. Kualitas tapak
Kualitas yang diamati di healing garden ini berupa kualitas visual, kualitas
audio, dan kualitas aromatik. Kualitas visual taman pada lantai empat bagian utara
terlalu terbuka dengan jarak pandang yang jelas dan luas karena area yang terlalu
kosong pada bagian tengah namun terdapat good view ke arah pegunungan dan
berlatarkan langit terbuka yang luas sehingga pada saat cuaca cerah
pemandangannya bagus, lalu terdapat beberapa good view lainnya yang mengarah
39
ke taman. Bad view yang terdapat pada taman disebabkan oleh banyaknya mesin
AC yang merusak keindahan pemandangan taman. Taman lantai empat bagian
selatan ditunjang dengan kondisi taman yang didominasi oleh hijauan dan dengan
jarak pandang yang cukup nyaman, tidak terlalu jauh ataupun terlalu luas. Good
view mengarah ke dalam tapak diperoleh dari pemandangan taman dan terdapat
bad view yang mengarah keluar tapak karena kondisi sekeliling yang tidak
mendukung seperti adanya pembangunan gedung atau gedung yang tidak terawatt
(Gambar 4.11).
Kualitas visual pada taman di lantai sembilan didukung dengan
pemandangan lantai paling atas yang dapat melihat ke berbagai arah dan good
view berupa pegunungan namun terdapat pula bad view karena terhalang oleh
gedung. Pada taman di lantai ini, pemandangan di dalam tamannya cenderung
mengarah ke satu sisi karena bentuk tapaknya yang memanjang. Selain itu,
terdapat visual bayangan cahaya matahari pada pagi dan siang hari dari ketiga
taman. Pandangan bayangan ini berpotensi sebagai rangsangan indera penglihatan
sebagai bagian dari proses terapi ruang luar. Akan tetapi, pada malam hari
pencahayaan di taman sangat kurang sehingga untuk malam hari tidak ada
rangsangan bagi indera penglihatan (Gambar 4.12).
40
41
42
Kualitas audio pada taman lantai empat bagian utara didominasi dengan suara
bising dari stasiun yang berada dekat dengan SBIH. Pada taman lantai empat
bagian selatan, pada waktu-waktu tertentu terdengar suara bising yang berasal dari
mesin AC yang membuat tidak nyaman dan suara bising kendaraan dari jalan raya
yang berada di bagian depan SBIH. Secara spasial, kualitas audio pada kedua
taman lantai empat dapat dilihat pada Gambar 4.13. Pada taman lantai sembilan,
suara bising samar terdengar dengan suara bising dari stasiun yang tetap
mendominasi. Namun, pada ketiga taman tersebut suara alami seperti angin yang
bertiup, daun yang bergesekan dan kicauan burung masih dapat terdengar dan
dapat menjadi potensi yang masih dapat dikembangkan lagi. Selain itu, pada
taman lantai sembilan, di dalam bangunan peneduh terdapat speaker yang
memasang lagu-lagu tradisional sunda dan musik klasik, hal ini menjadi potensi
dalam merangsang indera pendengaran yang bersifat menenangkan. Bentuk
spasial dari kualitas audio pada taman lantai sembilan dapat dilihat pada Gambar
4.14.
Kualitas aromatik taman tidak tercapai di taman ini. Aspek aroma dari
tanaman sendiri tidak terasa, padahal terdapat tanaman aromatic seperti Pandanus
sp. Hal ini disebabkan oleh kurang tepatnya penempatan desain tanaman.
Tanaman aromatic diletakkan secara terpisah dari jangkauan mengindra sehingga
aromanya tidak cukup kuat untuk menstimulasi indera penciuman. Oleh karena
itu, diperlukan penataan tanaman yang ada dengan tepat.
43
44
45
dan kodok menggambarkan makhluk hidup yang harmonis dengan alam, seperti
yang dapat dilihat pada Gambar 4.16.
Elemen lunak (soft material) yang terdapat pada taman secara umum
berupa tanaman yang mencirikan lanskap di Cina, namun terdapat beberapa
tanaman yang tidak sesuai dengan konsep tersebut seperti Agave (Agave
attenuata), Dracaena sp., dan Palem Botol (Mascarena lagenicaulis). Tanaman
yang tidak cocok dengan konsep taman Cina tersebut umumnya terdapat pada
taman dengan konsep taman country, mediterania, minimalis atau taman kering
(Lestari dan Kencana, 2008). Selain itu, beberapa vegetasi mengalami
penyesuaian terhadap lokasi area yang merupakan taman atap sehingga beberapa
tanaman, terutama pohon, tidak sesuai dengan spesifikasi seperti tinggi dan
percabangannya. Tanaman yang sesuai dengan konsep antara lain tanaman air
Lotus (Nelumbo nucifera) dan pohon Pinus (Pinus merkusii), dapat dilihat pada
Gambar 4.17.
47
Lalu mengenai pendapat para pengguna tentang healing garden yang dapat
menghilangkan stress, sebanyak 95,24% dari keseluruhan pengguna menyetujui
bahwa dengan datang ke taman, stressnya hilang sementara 4,76% merasa tidak
yakin (Tabel 4.3). Sedangkan ketika ditanya apakah merasakan efek positif dari
kedatangan di taman, sebanyak 90,48% berpendapat bahwa mereka merasakan
efek positif dari kedatangan ke taman ini, dan sisanya 9,52% merasa tidak yakin
(Tabel 4.3). Efek positif yang dirasakan oleh pengguna dapat dilihat pada Tabel
4.3.
sculpture). Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. Sementara itu,
berdasarkan elemen taman yang dirasakan mirip dengan taman yang lain dengan
nuansa yang sama (bersifat menenangkan dan menyembuhkan), mayoritas
memilih tanaman, pepohonan, dan nuansa alami kemudian memilih pemandangan
atau area tertentu, dan bunyi dan udara yang segar dengan nilai yang sama. Nilai
persentase yang sama juga dipilih oleh pengunjung untuk tidak terdapatnya
elemen taman yang dirasa sama dengan taman lain dengan nuansa yang sama.
Selain itu, elemen taman sebagai fungsinya untuk berkumpul dan fitur lainnya
memperoleh jumlah suara yang kecil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Sementara itu, untuk preferensi pengunjung terhadap warna yang ingin
ditambahkan ke dalam taman, warna hijau dipilih oleh mayoritas responden,
menyusul dengan yang menjawab pilihan lainnya yang semua menjawab tidak ada
warna yang ingin ditambahkan. Warna putih, biru, dan merah dipilih dengan nilai
yang sama yaitu sebesar 11,9%. Warna ungu sebesar 9,52%, dan warna jingga dan
kuning dengan nilai yang sama yaitu sebesar 7,14%. Warna yang mayoritas
dipilih menunjukkan bahwa responden menginginkan ketenangan dan area yang
bersifat kontemplatif karena warna hijau dapat menenangkan secara fisik dan
mental, mengurangi rasa deperesi, gugup dan cemas, serta penekanan terhadap
aspek alami dengan warna hijau yang menyimbolkan ekologi yaitu tumbuhan dan
memang merupakan warna yang menempati ruang banyak dalam spektrum sinar
tampak dalam penglihatan manusia (Smith, 2009). Persentase untuk pilihan warna
lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Bagi faktor permasalahan yang ditemui di taman, mayoritas responden
berpendapat bahwa tidak adanya permasalahan yang ditemui pada taman,
menunjukkan bahwa mereka cukup puas dengan keadaan taman yang sekarang.
Sedangkan ada yang merasa akses menuju taman sulit dan info yang ada kurang,
lalu selanjutnya merasa bahwa polusi udara dan suara masih menjadi masalah.
Sedangkan responden yang menjawab pilihan lainnya berupa area yang sempit,
tanaman yang terlalu rimbun, dan area yang kurang luas, serta sisanya merasa
keamanan di area taman masih kurang. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
53
penting, dan kisaran empat hingga lima bernilai penting hingga sangat penting.
Hasilnya seperti yang tertera pada Tabel 4.5, seluruh responden setuju bahwa
keberadaan healing garden di SBIH penting. Lalu para responden diminta
menuliskan apa yang menurut mereka menjadi nilai kepentingan dari keberadaan
healing garden di rumah sakit ini, tidak semuanya mengisi pendapat mereka,
tetapi yang memberi gambaran nilai penting taman di mata penggunanya
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 4.6.
ruangan dan agar merasa tenang, hal ini menunjukkan bahwa pengguna yang
datang ke healing garden ini mencari kesegaran di ruangan terbuka hijau dan
merasa rileks karenanya. Tetapi, secara keseluruhan pada tiap fungsi taman,
hampir dari setengah responden berpendapat bahwa fungsi-fungsi tersebut
termasuk dalam kisaran penilaian empat sampai lima, yang menunjukkan bahwa
pengguna merasakan semua fungsi taman dengan baik.
Selain itu, terdapat penilaian terhadap elemen-elemen di taman yaitu
cahaya, warna, suara atau bunyi-bunyian, wangi, dan tanaman, dengan penilaian
berdasarkan nilai sangat penting, penting dan tidak begitu penting, hasilnya
dapat dilihat pada Tabel 4.7. Elemen yang menunjukkan nilai tertinggi pada
penilaian sangat penting adalah elemen tanaman, menegaskan bahwa elemen
tanaman yang membuat pengguna merasakan nilai vital tanaman sebagai elemen
taman. Sementara nilai tertinggi dalam kisaran nilai tidak begitu penting adalah
elemen wangi, hal ini menunjukkan bahwa para pengguna tidak begitu
mempermasalahkan perlunya wangi yang harum, selama bau-bauan yang ada
tidak mengganggu atau tidak sedap
Tabel 4.7 Persepsi terhadap Nilai Fungsi dan Elemen Taman
Hasil Kuesioner Persentase (%)
Kisaran Nilai
Persepsi terhadap Nilai Fungsi Taman
1-2 3 4-5
Memiliki suasana yang berbeda dari
2,48 23,81 73,81
indoor
Untuk dilihat dari jendela/ruangan 7,14 30,95 61,9
Untuk dikunjungi ketika cuaca
7,14 14,29 78,57
cerah/kondisi baik
Untuk dikunjungi bersama
4,76 23,81 71,43
keluarga/teman
Untuk mendapatkan waktu seorang
21,43 26,19 52,38
diri/pribadi
Untuk berada di luar ruangan&merasa
2,38 9,52 88,1
tenang
Untuk merasakan sinar matahari, angin
4,76 9,52 85,71
dan daun
56
hal ini dikarenakan area tempat duduk yang terletak di tengah taman terlalu
terbuka yang menimbulkan rasa tidak nyaman ketika duduk karena angin yang
kuat ataupun matahari yang terlalu panas dan menyilaukan. Pada bagian selatan,
pengguna berkumpul di area tempat duduk yang berada di bagian tengah taman
dan di samping pintu masuk maintenance bagi karyawan, lalu titik dimana dapat
memandang sculpture utama pada taman dengan jelas, serta titik untuk duduk di
pinggiran taman yang ternaungi oleh bayangan gedung. Pada lantai sembilan,
mayoritas penggunanya berkumpul di gazebo dan sekitar fasilitas refleksi, serta di
dalam gedung yang terdapat tempat duduk. Terdapat pengguna lainnya yang
duduk-duduk di pinggiran taman pada beberapa titik.
59
60
61
b. Pengelola
Ketika SBIH dibangun, pihak pengusul, perencana, dan perancang taman
berasal dari SBIH sendiri. Hal ini menunjukkan adanya pemahaman pihak pemilik
akan pentingnya keberadaan ruang terbuka hijau sebagai bagian integral dari
fasilitas rumah sakit melalui penyediaan healing garden. Penempatan fasilitas
yang berupa taman atap merupakan siasat dalam penggunaan lahan yang terbatas
dan memberi suasana yang berbeda dari rumah sakit lainnya.
Pembangunan taman menggunakan jasa kontraktor. Setelah pembangunan
taman dan gedung rumah sakit selesai, dilakukan pengecekan ulang terlebih
dahulu terhadap taman agar ketika rumah sakit sudah beroperasi taman dan
healing garden dapat digunakan pula. Aktivitas pemeliharaan dilakukan oleh
perusahaan jasa ISS (Integrated Service Solution) yang merupakan perusahaan
outsource dalam pengelolaan keseluruhan di SBIH. Perusahaan tersebut memiliki
tim konsultan lanskap dalam melakukan pengelolaan taman. Pada pemeliharaan
fisik, satu orang pekerja bertanggung jawab dalam menangani satu healing
garden. Selama masa pengelolaan, terdapat perubahan khususnya desain
penanaman tanaman, dengan tetap berusaha memperhatikan tema dan konsep
taman pada awalnya. Terdapat pula kendala dalam masa pengelolaan ini, antara
lain, hama yang resisten terhadap insektisida yang diberikan, dan payung penaung
pada taman lantai empat bagian utara yang beberapa kali terjatuh karena tiupan
angin kencang. Kendala mengenai payung diatasi dengan membuat penyangga
yang permanen agar tidak terjatuh lagi.
1
Hasil wawancara dengan salah satu dokter spesialis SBIH.
62
menjalani pemulihan. Agar proses adaptasi dari kondisi penyembuhan (cure) dan
perawatan (care) dapat berjalan baik, diperlukan program pemulihan yang dapat
dilakukan di healing garden ataupun ruang luar lainnya. Namun, program ini
belum dilaksanakan sebagai bagian dari terapi di SBIH, kecuali atas inisiatif dari
dokter rehabilitasi yang menyarankan atau keinginan dari pasien tersebut2. Tidak
terdapatnya program terapi yang dilakukan di luar luar di SBIH tidak menutup
kemungkinan disusunnya program tersebut, terutama dengan adanya permintaan
dari beberapa pasien yang lebih nyaman dalam menjalankan terapi di healing
garden.
Proses pemulihan bagi pasien terdiri dari beberapa tahap. Banyaknya tahap
ini bergantung pada kondisi pasien tersebut, semakin lama waktu pasien
berbaring, tahap pemulihan dimulai dari paling dasar. Tahapan pemulihan tersebut
dimulai dari latihan mobilisasi untuk bangun atau berdiri yang merupakan tahap
dasar, latihan di dalam ruang, kemudian berpindah ke gym khusus di unit
rehabilitasi medik untuk melatih pergerakan motorik secara keseluruhan hingga
sembuh total. Selain fasilitas ruang gym, tersedia juga kursi roda, berbagai macam
jenis alat bantu berjalan (kruk), dan bola sebagai alat bantu melatih pergerakan
motorik. Kondisi pasien menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan dalam
menjalani terapi. Pasien harus berada dalam kondisi yang stabil, mampu
berkomunikasi dan sadar, serta tanda-tanda kondisi tubuhnya yang tidak
membahayakan. Selain itu, terdapat koordinasi dengan spesialis bidang lain yang
menyatakan bahwa kondisi pasien tersebut dapat menjalankan terapi2.
2
Hasil wawancara dengan Ketua Rehabilitasi Medik SBIH
63
4.2.5. Fasilitas
Tidak terdapat fasilitas khusus atau tertentu pada kedua taman di lantai
empat. Fasilitas yang terdapat di taman lantai sembilan berupa fasilitas jalur
refleksi yang terdapat handrail di sepanjang salah satu sisinya untuk memudahkan
67
pengguna dalam berpijak dan bangunan peneduh atau gazebo dengan tempat
duduk, speaker untuk mendengarkan lagu yang dilengkapi dengan tombol volume
suara yang dapat diatur dan lampu.
4.3. Evaluasi
Pada saat pengamatan di lapang, dilakukan evaluasi penilaian pada kondisi
aktual taman dengan menggunakan tabel penilaian kriteria standar menurut
McDowell dan McDowell (1998), Marcus (1999, 2000), serta Stigsdotter dan
Grahn (2002). Ketiga tapak dinilai masing-masing secara terpisah sehingga akan
dapat dilihat taman yang lebih sesuai dengan konsep dan desain dari healing
garden. Evaluasi pada healing garden SBIH ini dilakukan untuk mendapatkan
nilai KPI (Key Performance Index) dari keterkaitan komponen dan kualitas
standar healing garden terhadap pemanfaatan atau penggunaannya pada taman
aktual. Nilai lapang yang didapatkan memiliki kisaran yang menentukan apakah
nilai tersebut sesuai atau tidak dengan kriteria standar. Kemudian dari nilai lapang
tersebut akan dibagi dengan nilai standar untuk mendapatkan nilai KPI yang
menentukan apakah taman tersebut sudah memenuhi standar healing garden.
Terdapat kisaran nilai yang menentukan kesesuaian taman. Kisaran tersebut
memiliki kriteria kesesuaian standar, dimana nilai 0,33 KPI < 0,67 berarti
Tidak sesuai kriteria standar, dan kisaran nilai KPI 0,67 berarti Sesuai
dengan standar. Evaluasi penilaian kondisi aktual terhadap ketiga healing garden
dapat dilihat pada Tabel 4.11, Tabel 4.12, dan Tabel 4.13 berikut.
68
Tabel 4.11 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat Bagian Utara
Berdasarkan Kriteria Standar
Jumlah 5 6 0,83
Total Komponen (1+2+3+4+5) 81 129 0,63
70
Tabel 4.12 Penilaian Kondisi Aktual Healing Garden Lantai Empat Bagian
Selatan Berdasarkan Kriteria Standar
Jumlah 5 6 0,83
Total Komponen (1+2+3+4+5) 87 129 0,67
72
Jumlah 5 6 0,83
Total Komponen (1+2+3+4+5) 93 129 0,72
74
jarak penglihatan pada taman yang cukup nyaman. Pada taman lantai empat
bagian selatan memiliki luasan yang cukup. Sementara itu, pada taman lantai
sembilan, bentuk area yang memanjang membuat taman terkesan sempit, jarak
penglihatan taman terkesan memanjang hanya ke salah satu sisi saja namun masih
cukup nyaman. Penilaian aspek luasan mendapat nilai yang sama pada ketiga
taman yaitu nilai 2.
Setelah dijumlahkan semua nilai lapang komponen pada aspek fisik dan
kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil sebesar 0,67
masing-masing untuk kedua taman di lantai empat dan hasil sebesar 0,8 untuk
taman lantai sembilan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai KPI aspek fisik
pada ketiga taman sesuai dengan standar kriteria karena nilai KPI 0,67. Selain
itu, terdapat konfirmasi dan verifikasi dari kuesioner mengenai aspek fisik kepada
pengguna taman. Konfirmasi dan verifikasi tersebut adalah sebagai berikut:
a. akses menuju taman lantai sembilan relatif mudah, tetapi informasinya
masih kurang sehingga banyak pasien atau pengunjung yang tidak tahu;
b. taman lantai empat kurang diketahui keberadaan atau lokasinya jika tidak
dirawat inap di kamar pada lantai yang sama atau menghadap ke taman
tersebut;
c. pemberitahuan informasi tentang taman kepada pasien yang di kamar;
d. kurangnya variasi tanaman, terutama taman lantai empat bagian utara yang
masih terkesan kosong;
e. pada taman lantai empat bagian utara yang lebih luas dari bagian selatan,
bagian tengah area yang terlalu kosong membuat pengguna taman merasa
kurang nyaman;
f. taman lantai sembilan diperluas.
taman lantai sembilan cukup terlihat, akan tetapi kurangnya naungan menjadikan
area pada healing garden ini silau dan panas pada siang hari. Penilaian terhadap
aspek alami dan adanya pengalihan yang positif pada ketiga taman mendpatkan
nilai masing-masing 2 dan 3.
Sinar matahari yang terlalu terik pada siang hari dan hampir sebagian
besar tersinari matahari dan hanya sebagian kecil yang berada di bawah bayangan
gedung, membuat pencahayaan pada taman lantai empat bagian utara menjadi
berlebihan atau silau sehingga nilainya adalah 1. Perpaduan warna dan cahaya
dari tanaman dengan kondisi sekitar masih kurang dan mendapat nilai 1 untuk
penilaiannya. Pada taman lantai empat bagian selatan, areanya memiliki waktu
teduh yang relatif lama dikarenakan berada di balik bayangan gedung sehingga
minim pencahayaan, nilai evaluasi lapangnya adalah 2. Perpaduan kualitas cahaya
dengan kualitas elemen lain masih kurang dalam menonjolkan taman, sehingga
penilaiannya 1. Sementara itu, sinar matahari pada taman lantai sembilan yang
tidak terhalang bayang-bayang gedung karena berada pada lantai atas cukup
nyaman. Akan tetapi, sinar matahari terlalu terik menjelang siang hari hingga
pukul dua siang membuat silau dan daerah berteduh hanya ada di di gazebo.
Karena itu, penilaian bagi aspek pencahayaan mendapat nilai 3, sedangkan untuk
perpaduan warna dan cahaya yang kurang mendapat nilai 2.
Variasi warna di ketiga taman tidak terlalu monoton, tapi masih kurang
tambahan warna lainnya, serta perpaduan dengan kualitas atau elemen lain masih
dapat dikembangkan lagi. Pemecah kemonotonan hanya beberapa tanaman
berbunga atau daun yang berwarna, tapi tidak banyak. Perpaduan dengan kualitas
atau elemen lain pun masih bisa dikembangkan lagi. Berdasarkan evaluasi
tersebut, penilaian yang diberikan terhadap warna adalah 1.
Berdasarkan penilaian menurut kualitas penciuman yang terdapat di tapak,
tidak terdapat tanaman atau sumber lain yang mengeluarkan bau-bauan tertentu
pada ketiga taman. Hal tersebut berkaitan dengan tidak adanya stimulasi terhadap
indera penciuman. Nilai yang diberikan pada masing-masing penilaian taman
adalah 1.
Suara yang berasal dari stasiun kereta api dan kendaraan yang lalu lalang
menyebabkan suara yang agak bising di taman lantai empat bagian utara, namun
77
terdapat pula suara alami seperti gesekan dedaunan dan kicauan burung yang
dapat merangsang indera pendengaran. Sementara itu, di taman lantai empat
selatan terdapat suara bising yang berasal dari kendaraan yang lalu lalang dan
suara mesin pendingin suhu ruangan atau AC (air conditioner) yang menyala pada
saat-saat tertentu, serta terdapat pula suara alami seperti gesekan dedaunan dan
kicauan burung. Kualitas suara di kedua taman lantai empat tersebut merangsang
indera pendengaran, tetapi pengalihan tersebut kurang bersifat positif dengan
suara gaduh yang ada. Kualitas suara pada taman lantai sembilan tidak begitu
bising, hanya sayup-sayup suara yang berasal dari stasiun kereta api dan jalan raya
karena letaknya yang lebih tinggi dari lantai empat, terdapat pula suara alami
seperti gesekan dedaunan dan kicauan burung. Pada gazebo ada alunan musik
yang diputar, umumnya instrumental musik tradisional sunda dan musik klasik.
Adanya pengalihan positif yang merangsang indera pendengaran. Nilai yang
diberikan pada penilaian masing-masing taman adalah 2.
Secara keseluruhan, tekstur dari material yang ada pada ketiga taman
kurang beragam, tidak ada material keras yang disediakan secara khusus untuk
diraba, hanya bangku taman dengan tekstur kayu yang umum ditemui. Lainnya
berupa material hijau dalam bentuk tanaman. Tidak ada pengalihan yang bersifat
positif ataupun negatif disini. Pada ketiga taman diberikan nilai 1 masing-masing
untuk penilaian macam tekstur dan untuk tidak adanya pengalihan yang bersifat
positif.
Peraturan atau tata tertib yang terdapat pada ketiga taman mampu menjaga
keamanan dan ketertiban bagi para pengunjungnya sehingga terbebas dari
vandalisme dan minimal gangguan. Daerah pinggiran yang diberi pembatas
berupa dinding kaca sehingga membatasi tetapi tidak menghalangi pandangan
keluar tapak dan tentunya menjaga keamanan bagi pengguna taman di lantai atas
tersebut. Adanya akses ke area pinggiran yang khusus bagi petugas maintenance
sehingga para pengguna tidak sembarangan mendekat ke pinggiran. Nilai atas
evaluasi ini adalah 3 untuk masing-masing penilaian pada ketiga taman.
Suhu yang nyaman pada pagi hari dan menjelang matahari terbenam di
taman lantai empat bagian utara, namun tidak nyaman pada siang hari karena
teriknya sinar matahari serta tidak adanya shelter atau naungan sehingga
78
mendapat nilai 1 untuk kenyamanan. Hal tersebut berbeda pada taman bagian
selatan dimana hampir sepanjang hari mendapat bayangan dari gedung,
menjadikan area ini teduh. Sementara pada taman lantai sembilan hampir mirip
dengan lantai empat bagian utara yang nyaman pada pagi hari dan menjelang
matahari terbenam dan tidak nyaman pada siang hari, namun terdapat shelter atau
naungan berupa gazebo yang ada di taman sehingga cukup memadai bagi
pengguna. Karena itu, penilaian yang diberikan adalah 2 pada kedua taman
tersebut. Bagi aspek kenyamanan dalam desain, desain yang ada pada ketiga
taman cukup jelas dan tidak abstrak sehingga pengguna tidak akan kebingungan,
penilaian lapangnya mendapat nilai 3. Ketenangan yang ada pada ketiga taman
karena berada di lantai yang tinggi sehingga suara bising kendaraan kurang
berpengaruh. Taman lantai empat bagian utara dan taman lantai sembilan kurang
tenang karena suara bising dari stasiun kereta api dan kendaraan. Pada taman
lantai empat bagian selatan dengan adanya suara bising dari jalan raya dan mesin
pendingin ruangan (AC), serta angin yang cukup kencang. Penilaian pada ketiga
taman adalah 2.
Setelah dijumlahkan semua nilai lapang komponen pada aspek kualitas
taman dan kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil
sebesar 0,61 pada taman lantai empat bagian utara, 0,67 untuk taman lantai empat
bagian selatan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai KPI pada aspek kualitas
pada kedua taman kurang sesuai dengan standar kriteria karena berada pada
kisaran nilai 0,34 hingga 0,67. Sementara itu, taman lantai sembilan mendapatkan
hasil sebesar 0,69 yang menunjukkan nilai KPI aspek kualitas taman yang sesuai
dengan standar kriteria karena berada pada kisaran nilai 0,68 hingga 1. Terdapat
pula hasil konfirmasi dan verifikasi dengan pengguna taman mengenai kualitas
tapak, hasilnya dapat dilihat berikut ini:
a. penambahan variasi bunga agar indah dan menambah wangi serta sejuk;
b. pepohonan yang kurang rimbun;
c. penambahan pohon sebagai tempat berteduh;
d. penambahan warna lainnya terutama warna hijau pada taman.
Desain area dan ruang pada kedua taman lantai empat cukup jelas dan
tidak abstrak, namun masih membingungkan dengan tidak terdapat batasan yang
jelas antara ruang aktif dan pasifnya sehingga nilai evaluasi lapangnya adalah 2.
Sementara itu, pada taman lantai sembilan adanya gazebo memberi penegasan
pada area ruang pasif dan aktif, penilaiannya adalah 3.
Terdapat tempat duduk berupa bangku taman yang terpisah-pisah untuk
pengguna pada tapi tidak ada batasan dalam memberi ruang untuk privasi atau
untuk terjadinya sosialisasi sehingga penilaian lapangnya adalah 2 untuk masing-
masing kriteria., yang cukup besar memberi peluang sosialisasi bagi pengguna,
sementara ruang untuk privasi ada beberapa titik pada taman namun tidak tersedia
bangku taman sehingga nilai lapang keseluruhannya. Jenis ruang kurang beragam,
tapi terdapat akomodasi untuk kegiatan aktif terbatas seperti pergerakan fisik dan
untuk kegiatan pasif seperti duduk-duduk, melihat-lihat atau membaca. Karena
itu, penilaian untuk keragaman ruang dan akomodasi pergerakan fisiknya 2.
Mengenai aspek ruang taman yang berkaitan dengan luasnya, luasan ruang
taman pada taman lantai empat bagian utara terlalu luas sehingga ada beberapa
bagian yang sebenarnya tidak efisien dan kosong, sedangkan pada bagian selatan,
luasnya cukup pas, tidak terlalu luas, tapi juga tidak sempit, membuat jarak
penglihatan taman yang nyaman. Sementara itu, taman lantai sembilan dengan
bentuknya yang memanjang, meski kurang luas, namun dengan penglihatan taman
yang mengarah ke satu sisi sehingga terkesan luas. Penilaian lapang yang
diberikan secara keseluruhan adalah 2.
Sirkulasi yang jelas dan tidak membingungkan serta tidak ada hambatan
membuat pergerakan antara ruang satu dan yang lainnya mudah dalam ketiga
tapak. Namun, ketika siang hari menjadi panas dan bahan yang memantulkan
cahaya membuatnya jadi silau karena dominan perkerasan. Taman lantai empat
bagian selatan tidak terlalu panas karena daerah yang berbayang hampir sepanjang
hari. Karena itu, penilaian lapang secara keseluruhan adalah 2.
Setelah dijumlahkan semua nilai lapang komponen pada aspek ruang
taman dan kemudian dibagi dengan jumlah nilai standarnya, didapatkan hasil
sebesar 0,61 untuk taman di lantai empat bagian utara. Lalu taman lantai empat
bagian selatan sebesar 0,77, dan untuk taman lantai Sembilan sebesar 0,78. Nilai
80
KPI aspek ruang taman pada taman lantai empat bagian utara kurang sesuai
dengan kriteria taman, berada pada kisaran 0,34-0,66. Sementara nilai KPI taman
lantai empat bagian selatan dan taman lantai empat sesuai dengan standar kriteria
karena berada pada kisaran nilai 0,67 hingga 1. Hasil konfirmasi dan verifikasi
dengan pengguna taman mengenai ruang taman, diusulkan untuk perluasan taman
lantai sembilan dan penambahan fasilitas toilet.
dengan standar kriteria karena berada pada kisaran 0,33 KPI < 0,67. Sementara
taman lantai sembilan berada di kisaran KPI 0,67 yang berarti sesuai dengan
standar kriteria. Terdapat pula hasil konfirmasi dan verifikasi dengan pengguna
taman mengenai elemen pada tapak, hasilnya dapat dilihat berikut ini:
a. perbanyak variasi bunga agar indah dan menambah wangi serta sejuk;
b. penambahan pohon sebagai tempat berteduh;
c. penambahan pohon bunga yang dapat menarik hewan (kupu-kupu,
burung);
d. penyemenan batu-batuan pada fasilitas terapi agar tidak berbahaya;
e. penambahan kolam ikan atau taman air.
4.4 Sintesis
Hasil evaluasi healing garden SBIH terhadap fungsi terapeutik
menyatakan jumlah total nilai lapang adalah 87 dan nilai standar sama dengan 129
sehingga nilai KPI yang dihasilkan yaitu 0,67. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
healing garden SBIH sesuai menurut kriteria standar yang telah ditentukan karena
nilai KPI 0,67, akan tetapi belum mencapai nilai 1. Aktivitas yang dominan
berupa berjalan mengelilingi taman dan menggunakan fasilitas refleksi. Hasil
verifikasi terhadap pengamatan perilaku diperoleh terdapat konsentrasi pergerakan
pengguna pada area pasif, yaitu area tempat duduk pada taman sebagai perilaku
dominan. Berdasarkan hasil evaluasi yang menyatakan nilai KPI kurang dari 1
(KPI= 0,67), konfirmasi persepsi pengunjung dan verifikasi pengamatan perilaku
pengguna healing garden SBIH, dapat disimpulkan bahwa healing garden SBIH
sesuai menurut kriteria desain fungsional dari healing garden berdasarkan Marcus
(1999, 2000), McDowell & McDowell (1998) dan Stigsdotter & Grahn (2002).
Pada Tabel 4.14, Tabel 4.15 dan Tabel 4.16 dapat dilihat hasil rekapitulasi
penilaian aktual, konfirmasi responden, dan verifikasi pengamatan perilaku
pengguna dari ketiga taman.
Tabel 4.14 Hasil Rekapitulasi Penilaian Aktual, Verifikasi Pengamatan Perilaku
Pengguna, dan Konfirmasi Responden Taman Lantai Empat Utara
Eva-
Indikator Standar Kriteria KPI a b
luasi*
Aspek Fisik Taman
Aksesibiltas Akses yang mudah dicapai, aksesibilitas 0,67 Tidak Tidak E1
Pintu masuk khusus yang mengundang 0,33 Tidak Tidak E2
dan mengajak pengunjung ke taman
Tidak berbahaya, dapat dilalui oleh 1 Ya Ya
pengunjung dengan keterbatasan fisik
Area Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Tidak E3
alami, bersentuhan dengan alam dan
meratanya material hijau
Luasan Tidak terlalu sempit, jarak penglihatan 0,67 Tidak Tidak E4
pada taman nyaman
Aspek Kualitas Taman
Pemandangan Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Tidak Ya E3
alami
Menyediakan pengalihan yang positif, 1 Ya
menstimulasi kelima panca indra
Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan 0,33 Tidak Tidak E5
alami dan sinar matahari cukup/tidak
berlebihan
Penggunaan warna dan pencahayaan 0,33 Tidak E5
yang kreatif
83
luasi *
Aspek Kualitas Taman
Pemandangan Penekanan (emphasis) terhadap aspek 0,67 Ya Ya
alami
Menyediakan pengalihan yang positif, 1 Ya Ya
menstimulasi kelima panca indra
Pencahayaan Tidak terlalu gelap/terang, bayangan 1 Ya Tidak E5
alami dan sinar matahari cukup/tidak
berlebihan
Penggunaan warna dan pencahayaan 0,67 Ya Ya E5
yang kreatif
Warna Tidak monoton, perpaduan yang kreatif 0,33 Tidak Tidak E5
dengan kualitas lain
Penciuman Menimbulkan wangi yang menenangkan 0,33 Tidak Tidak E6
Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 E6
menstimulasi kelima panca indra
Pendengaran Tidak gaduh, suara alami 0,67 Tidak Tidak E7
Menyediakan pengalihan yang positif, 0,67 E7
menstimulasi kelima panca indra
Perabaan Tekstur dari material yang beragam 0,33 Tidak Tidak E8
Menyediakan pengalihan yang positif, 0,33 E8
menstimulasi kelima panca indra
Keamanan Memberi rasa aman, tidak 1 Ya Ya
membahayakan
Bebas vandalisme 1 Ya Ya
Meminimalisasi gangguan 1
Kenyamanan Suhu nyaman, kenyamanan fisiologis 0,67 Ya Ya
Desain jelas dan tidak abstrak, 1 Ya Ya
meminimalisasi ketidakjelasan (ambigu)
Ketenangan, keakraban 0,67
Aspek Ruang Taman
Desain area Desain yang jelas dan tidak abstrak, 1 Ya Ya
dan ruang tidak disorientasi
Jenis/macam Kesempatan untuk membuat pilihan dan 0,67 Tidak Tidak E10
mencari ruang privasi
Kesempatan yang mendukung untuk 1
bersosialisasi
Keragaman ruang, kesempatan untuk 0,67 Ya Ya
pergerakan fisik dan gerak tubuh,
mengakomodasi kegiatan aktif dan pasif
Luasan Tidak sempit, nyaman 0,67 Ya Ya
Sirkulasi Nyaman, tidak panas 0,67 Ya Ya
Aspek Elemen Lunak
Jenis tanaman lokal 0,67 Tidak E12
Bentuk ornamental dan tidak abstrak 0,67 Ya
Pertumbuhan sepanjang tahun 1 Ya
Aman, tidak toksik, tidak berduri 1 Ya
Lokasi sesuai dengan fungsinya 0,67 Ya
Mudah dipelihara 0,33 Tidak E13
luasi *
Aspek Elemen Keras
Jenisnya berupa jalur jalan dan site 1 Ya Ya
furniture (bangku taman, tempat sampah,
dll.)
0,67 Ya Ya
Bentuk ornamental, bertekstur, tidak
abstrak
Aman, tidak licin, dilengkapi handrails 1 Tidak Ya E14
Tidak memantulkan cahaya panas, tidak 0,33 Tidak Tidak E11
mudah pecah
Adanya fasilitas terapi (jalur refleksi, 1 Ya Ya
dll.)
Aspek Elemen Pendukung
Elemen air untuk efek psikologi, 0,33 Tidak Tidak E16
spiritual, dan fisik
Penggabungan dengan seni, benda seni 0,67 Ya
yang tidak abstrak dan ambigu
Aspek Pengguna dan Aktivitas
Pengunjung Mempertimbangkan siapa pengguna 1 Ya
utama dan tingkat kekuatan mentalnya
(pasien, pengunjung dan karyawan)
Jenis Aktivitas Mendukung aktivitas aktif dan pasif 0,67 Ya Ya
Keterangan :
a : Pengamatan peneliti
b : Responden
E : kode evaluasi ke-n
* Rekomendasi diberikan jika nilai KPI: 0.33 KPI < 0.67, hasil pengamatan dan pendapat
responden menampilkan ketidaksesuaian.
E2. Pintu masuk kurang mengundang dan menarik minat pengguna menambah variasi tanaman
pada area yang masih terlalu kosong
E5. Kurangnya warna dan pencahayaan yang menarik pada taman
E6. Tidak ada aroma tertentu yang bernilai postif dan menstimulasi indera penciuman
E7. Suara bising yang masih terdengar dari jalan raya dan stasiun kereta
E8. Tidak ada material yang beragam untuk menstimulasi indera peraba
E10. Tidak adanya pemisahan ruang yang jelas untuk kegiatan aktif-pasif ataupun untuk area
pribadi-sosial
E11. Material yang memantulkan cahaya sehingga area menjadi silau dan panas
E12. Tanaman yang tidak semuanya lokal dan kurang sesuai konsep desain
E13. Pemeliharaan yang intensif karena taman merupakan taman atap yang butuh pemeliharaan
yang intensif
E14. Tidak adanya handrails bagi pasien yang datang
E16. Tidak ada elemen air yang dapat member efek positif pada pengguna taman
4.5 Rekomendasi
Rekomendasi disusun berdasarkan pengelompokan terhadap setiap
komponen nilai KPI yang tergolong kurang sesuai (0,33 KPI < 0,67)
sebagaimana yang disajikan pada Tabel 4.17 berikut.
Tabel 4.17. Evaluasi dan Rekomendasi untuk Ketiga Healing Garden SBIH
Evaluasi Rekomendasi
89
lokal dan kurang sesuai konsep dengan konsep desain taman (R13).
desain (E13).
14. Pemeliharaan yang intensif karena 14. Menanam tanaman yang cukup
taman merupakan taman atap yang mudah dipelihara, khususnya untuk
butuh pemeliharaan yang intensif taman atap (R14).
(E14).
15. Tidak adanya handrails bagi 15. Menyediakan handrails yang sesuai
pasien yang datang (E15). kriteria bagi pasien yang datang
(R15).
16. Fasilitas terapi tidak tersedia di 16. Membuat jalur refleksi yang sesuai
tiap taman, dan kalaupun ada kriteria pada tiap taman;
kurang sesuai dengan kriteria Mengusulkan suatu program terapi
(E16). yang mengaplikasikan interaksi
manusia dengan tanaman seperti
terapi hortikultur (R16).
17. Tidak ada elemen air yang dapat 17. Menyediakan elemen air sederhana
memberi efek positif pada yang disesuaikan dengan kondisi
pengguna taman (E17). kapasitas atap bangunan (R17).
Gambar rekomendasi pada ketiga tapak healing garden SBIH dapat dilihat
pada Gambar 4.21, Gambar 4.22, dan Gambar 4.23. Rekomendasi terbagi menjadi
rekomendasi aspek umum, rekomendasi aspek konsep dan desain, serta
rekomendasi aspek terapi.
91
92
93
94
5.1 Simpulan
1. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan, dilengkapi dengan konfirmasi
dan verifikasi, healing garden yang terdapat di SBIH healing garden lantai
sembilan dan healing garden lantai empat selatan SBIH sesuai dengan
standar healing garden karena masing-masing memiliki nilai KPI Total
0,72 dengan nilai KPI 0,67. Sementara itu, healing garden lantai empat
utara memiliki nilai KPI Total 0,63 yang berarti kurang sesuai dengan
standar karena nilai tersebut berada di kisaran 0,33 KPI < 0,67.
2. Pengaruh yang yang dirasakan oleh penggunanya setelah kedatangan
mereka ke taman menunjukan bahwa sebagian besar pengguna merasakan
efek kedatangan ke taman dengan hasil yang baik dan positif. Sebanyak
95,24% dari keseluruhan pengguna menyetujui bahwa dengan datang ke
taman, stressnya hilang sementara 4,76% merasa tidak yakin, serta 90,48%
berpendapat bahwa mereka merasakan efek positif dari kedatangan ke
taman ini dan sisanya 9,52% merasa tidak yakin.
3. Untuk setiap nilai KPI pada komponen evaluasi yang tergolong kurang
sesuai dengan standar (0,33 KPI < 0,67), diajukan usulan rekomendasi
untuk menyempurnakan fungsi healing garden. Usulan tersebut diajukan
pada aspek umum, aspek konsep dan desain, serta aspek terapi.
5.2 Saran
Hasil evaluasi healing garden SBIH dapat menjadi acuan bagi
perancangan atau pembangunan dari pemanfaatan ruang terbuka hijau lainnya,
khususnya area rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
Lestari G dan Kencana IP. 2008. Galeri Tanaman Hias Lanskap. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Marcus CC. 2000. Garden and health. International Academy for Design and
Health, 61-69.
_________ . 2007. Healing Gardens in hospitals. Design and Health, 1(1): 1-27.
Marcus CC dan Barnes M. 1999. Gardens in Healthcare Facilities: Uses,
Therapeutic Benefits, and Design Recommendations. The Center for Health
Design, Inc. CA.
McDowell CF dan McDowell TC. 1998. The Sanctuary Garden. New York:
Fireside Books.
Plsek M. 2009. Network Recycling. [terhubung berkala].
http://www.panoramio.com [11 April 2009]
Precision Paving. 2007. Precision Paving, The Paving Specialist In Dunedin, New
Zealand. [terhubung berkala]. http://www.precisionpaving.co.nz [11 April
2009]
Puri Pantai Beach House. 2007. Beachside Accommodation Byron Bay.
[terhubung berkala]. http://www.photoready.co.uk [11 April 2009]
Simonds JO. 1983. Landscape Architecture. New York: McGraw-Hill Book
Company, 250-253.
Smith J. 2007. Health and Nature: The Influence of Nature on Design of the
Environment of Care. Environmental Standards Council of The Center for
Health Design, The Center for Health Design, 1-20.
Stigsdotter UA. dan P. Grahn. 2002. What makes a garden a healing garden.
American Horticultural Therapy Association, Journal of Therapeutic
Horticulture, 60-68.
Sulistyantara B, Sinta M, dan Joga N. 2009. Taman Atap Konservasi Hijau di
Atas Gedung. Jakarta: Pustaka Bina Swadaya.
Taylor LH. 2009. Small Garden Idea:Use Bamboo For Privacy. [terhubung
berkala]. http://www.apartmenttherapy.com [11 April 2009]
Tree J. 2009. Plant Shadow Pictures From Deserts. [terhubung berkala].
http://www.flickr.com [20 Agustus 2009]
Tyson Martha M. (1998). The Healing Landscape: Therapeutic Outdoor
Environments. New York: McGraw-Hill.
Ulrich RS. 1984. View Through a window may influence recovery from surgery.
Science, 224: 420-421.
________ . 1999. Effects of Gardens on Health Outcomes: Theory and Research.
New York: Wiley, pp: 27-86.
________ . 2000. Effects of Healthcare Environmental Design on Medical
Outcomes. International Academy for Design and Health, pp: 49-59.
104
Lampiran 1
Kuesioner untuk Survey
Lampiran 2
Pertanyaan untuk Wawancara
Pertanyaan:
1. Terapi seperti apakah yang biasa dilakukan bagi pasien yang anda
tangani?
2. Apa saja kriteria atau ketentuan aktivitas terapi yang dilakukan pasien?
3. Apa saja fasilitas yang diperlukan dalam terapi tersebut?
4. Adakah terapi yang dapat dilakukan di ruang luar seperti di Healing
Garden yang ada pada rumah sakit ini?
5. Jika jawabannya Ya pada soal nomor 4, apakah dapat disusun suatu
program terapi yang dapat dilakukan pada Healing Garden yang ada pada
rumah sakit ini? Bila dapat disusun, bagaimana contohnya?
6. Kalau di Healing Garden secara umum bagaimana? Apakah terdapat
perbedaan perlakuan dengan Healing Garden di SBIH yang berada di
atap?
7. Bagaimana kalau kasusnya pada taman kota biasa, bukan Healing Garden
khusus di rumah sakit? Adakah perbedaan?
Jawaban: