BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut EPA/U.S Environmental Protection Agancy, limbah medis adalah
semua bahan buangan yang dihasilkan dari fasilitas pelayanan kesehatan, seperti
rumah sakit, klinik, bank darah, praktek dokter gigi, klinik hewan, serta fasilitas
penelitian medis dan laboratorium. Sedangkan menurut Depkes RI (2002) limbah
medis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi,
penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-
bahan yang beracun, infeksius, berbahaya atau membahayakan kecuali jika
dilakukan pengamanan tertentu. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus
pula memperhatikan keterkaitan tersebut. Sarana pelayanan kesehatan merupakan
tempat bertemunya kelompok masyarakat penderita penyakit, kelompok
masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan kelompok lingkungan
sekitar. Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya penyakit bila
tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter (Paramita,
2007). Limbah rumah sakit tersebut apabila terjangkau oleh binatang pengganggu
atau serangga seperti lalat, kecoa, tikus dan lain-lain dapat menularkan penyakit
(Depkes RI, 2002).
Pengelolaan limbah rumah sakit di Indonesia masih dalam kategori belum
baik. Berdasarkan kriteria WHO, pengelolaan limbah rumah sakit yang baik bila
presentase limbah medis 15%, namun kenyataannya di Indonesia mencapai
23,3%, melakukan pewadahan 20,5% dan pengangkutan 72.2%. Rumah sakit
yang sudah melakukan pengolahan limbah cair sebesar 53,4% dan 51,1%
melakukan pengelolaan dengan instalasi IPAL atau septic tanc(Arifin,2008).
Pengelolaan limbah medis padat harus dilakukan secara khusus. Pewadahan
harus menggunakan tempat khusus yang kuat, anti bocor, anti tusuk, dan tidak
mudah untuk dibuka sehingga orang lain tidak dapat membukanya. Pemusnahan
menggunakan insenerator dengan suhu tinggi sekitar 1.200ºC setelah itu residu
yang sudah aman dibuang ke landfill (Ditjen P2MPL, 2002:18). Suatu kebijakan
2
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk
mengetahui penanganan limbah medis padat di Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina Kota Pekanbaru
2. Tujuan khusus
a. Menjelaskan bagaimana cara rumah sakit tersebut menangani
limbah medis padat.
b. Memastikan bahwa limbah medis di Rumah Sakit Islam Ibnu
Sina sudah di tangani menurut syarat sanitasi yang sudah
ditetapkan.
c. Memastikan bahwa warga yang tinggal disekitaran rumah sakit
dan pasien yang sedang dirawat di rumah sakit tidak terkena
pengaruh dari limbah medis tersebut.
D. Manfaat
1. Untuk Rumah Sakit Islam Ibnu Sina
Dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan untuk melengkapi
dokumen internal guna akreditasi rumah sakit dan menentukan kebijakan
terkait manajemen pengelolaan limbah medis padat di rumah sakit serta
melengkapi data yang sudah ada.
2. Untuk Institusi
Dapat dijadikan referensi untuk diadakannya penelitian selanjutnya
serta menambah wawasan dan pengetahuan pembaca guna referensi bahan
bacaan
3. Untuk Penelitian
Dapat dijadikan sarana penerapan dan pengembangan ilmu yang
secara teoritik di dapat dalam perkuliahan sehingga menambah pengetahuan
serta digunakan untuk syarat tugas akhir.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui cara penanganan limbah medis
padat di rumah sakit islam ibnu sina kota pekanbaru
4
F. Penelitian Sejenis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah pustaka
1. Rumah Sakit
a. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang
menyelenggarakan sarana kesehatan yang menyertakan upaya
kesehatan rujukan, dan dalam ruang lingkup ilmu kesehatan
masyarakat, termasuk didalamnya upaya pencegahan penyakit mulai
dari diagnosis dini dan pengobatan yang tepat, perawatan intensif dan
rehabilitatsi orang sakit sampai tingkat penyembuhan optimal (Wiku
Adisasmito. 2009:33)
2. Limbah
1. Pengertian Limbah
Menurut WHO memberikan pengertian bahwa limbah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak
terjadi dengan sendirinya (Madelan, 2003).
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004
Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, limbah
adalah semua limbah yang dihasilkan dari suatu kegiatan dalam
bentuk padat, cair, dan gas. Limbah adalah hasil buangan dari suatu
kegiatan yang juga merupakan suatu bentuk materi yang menurut jenis
dan kategorinya mempunyai manfaat atau daya perusak untuk
manusia dan lingkungannya (Permenkes RI, 2004).
Menurut Kepmenkes RI No. 1204 (2004) pengelolaan limbah
medis yaitu rangkaian kegiatan mencakup segregasi, pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan, pengolahan dan penimbunan limbah
medis. Menurut WHO (2005) beberapa bagian penting dalam
pengelolaan limbah rumah sakit yaitu minimasi limbah, pelabelan dan
6
b) Limbah patologis
Limbah patologis terdiri dari jaringan organ, bagian
tubuh, janin manusia dan bangkai hewan, darah, dan
cairan tubuh (A. Pruss, dkk, 2005:4)
c) Limbah benda tajam
Limbah benda tajam mempunyai potensi bahaya
tambahan yang dapat menyebabkan infeksi dan cidera
karena mengandung bahan kimia bercaun atau radioaktif
(DepKes, 2002:72) yaitu seperti jarum suntik, pisau bedah,
peralatan infuse, gergaji, pecahan kaca dan paku, baik
terkontaminasi maupun tidak karena berpotensi menularka
penyakit. Dala pedoman bersama International Labour
Organization Dan World Health Organization (ILO DAN
WHO) tentang pelayanan kesehatan dan HIV/AIDS
disebutkan bahwa rumah sakit harus membuat prosedur
untuk menangani dan membuang benda tajam, termasuk
alat suntik, da memastikan bahwa pelatihan,pemantauan,
dan evaluasi penerapannya dilaksanakan dengan baik (ILO
dan WHO 2005:26)
d) Limbah farmasi
Mencakup semua produk obat, farmasi, vaksin, dan
serum yang sudah kadaluarsa, tidak digunakan, tumpah,
terkontaminasi, yang tidak diperlukan lagi dan harus
dibuang dengan tepat termasuk barang yang akan dibuang
setelah digunakan untuk menangani produk farmasi (A.
Pruss, dkk, 2005:4).
e) Limbah sitotoksis
Limbah yang berasal dari bahan yang
terkontaminasi dari persiapan obat sitotoksis untuk
kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk
membunuh atau menghambat pertumbuhan sel hidup, urin,
8
(PAK), menjaga agar alat dan bahan yang dipergunakan dalam proses
kegiatan yang hasilnya dapat dipakai dan dimanfaatkan secara benar,
efisien, serta produktif (Hamzah Hayim, 2005:62).
Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan kebijakan
keselamatan kerja, yaitu :
1. meingkatkan pengetahuan keselamatan kerja karyawan,
2. penggunaan alat pelindung diri (APD),
3. penataan tempat kerja yang baik dan aman,
4. pertolongan pertama pada kecelakaan,
5. pencegahan kebakaran, dan
6. perijinan untuk kegiatan yang dapat menimbulkan bahaya.
1. Pelatihan Petugas Dalam Pengelolaan Limbah Rumah Sakit
Perilaku yang didasari dengan pengetahuan dan kesadaran akan
lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan dan kesadaran. Rogers (dalam Notoatmojo, 2003)
mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang
berurutan, yaitu:
1. Awareness, orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).
2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.
3. Evaluation, menimbang-nimbang terhadap baik dan
tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4. Trial, telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Tujuan pokok diadakannya pelatihan adalah untuk menggugah
kesadaran permasalahan kesehatan, keselamatan, dan lingkungan yang
berkaitan dengan limbah rumah sakit atau layanan kesehatan lainnya.
Informasi yang diberikan adalah mengenai risiko yang berkaitan
dengan penanganan limbah, prosedur penanganan limbah, instruksi
pemakaian alat pelindung diri (APD), dan pedoman jika terjadi
22
B. Kerangka teori
Limbah Medis
Padat
Sistem Sistem
Manajemen Pengelolaan Manajemen
Kesehatan Dan Limbah Medis Lingkungan
Keselamatan Kerja Padat Rumah Sakit
Rumah Sakit
Kepmenkes RI No.
1204MENKES/SK/
X/2004
Sumber : A.Pruss dkk, 2005 , Bastari Alamsyah, 2007 , Ditjen P2MPL, 2004, Hamzah
Hasyim, 2005, Juli Soemirat Slamet, 2002, Kepmenkes RI No.4322007, Permenkes No.
340/2010, Wiku Adisasmito, 2008, Wiku Adisasmito, 2009.
C. Kerangka berfikir
Input Proses Output
1. Sumber (KepMenKes
2. Jenis RI No
3. Jumlah 1204/Menkes/
4. Pemilahan Sk/II/2004)
5. Pewadahan
6. Pengumpulan
7. pengangkutan
25
BAB III
METODE PENELITIAN
D. Instrument Penelitian
Instrument penelitian adalah perangkat yang digunakan untuk pengumpulan
data (Soekidjo Notoadmodjo, 2006:48). Instrument utama dalam penelitian
kualitatif adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan pedoman observasi,
pedoman wawancara mendalam.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman wawancara semi
terstruktur, yaitu bermula ditanyakan pertanyaan yang sudah terstruktur,
kemudian satu per satu diperdalam dengan mengorek keterangan lebih lanjut
(Suharsimi Arikunto, 2006:227) dan juga dibantu dengan alat perekam suara
untuk memudahkan peneliti dalam mengingat pada saat mencatat kembali hasil
wawancara dan kamera untuk mendokumentasikan kegiatan selama penelitian
dalam bentuk foto.
E. Pengolahan Data
Sistem pengolahan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini
adalah menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan dokumentasi serta
observasi langsung dan juga menggunakan sumber data yang diperoleh dari data
primer dan data sekunder yang selanjutnya diolah menjadi informasi sesuai yang
dibutuhkan. Data yang sudah diperoleh kemudian diolah melalui proses dan
kemudian melalui tahap pemeriksaan untuk mendapatkan hasil akhir yang
diharapkan. Agar validitas data terjangkau perlu dilakukan triangulasi data, yaitu :
1. Triangulasi sumber yaitu proses untuk menguji kebenaran data
(validitas) yang diperoleh dengan cara membandingkan hasil
wawancara mendalam antara jawaban informan utama dengan
27
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan, perhatian,
pengabstraksian, dan pentransformasi data kasar dari lapangan yang
dilakukan dari awal sampai akhir penelitian. Pada proses reduksi ini, jika
dirasa kebenaran data belum valid, maka data akan dicek ulang dengan
informan lain yang dirasa peneliti lebih mengetahui (Basrowi dan Suwandi,
2008:209). Pada tahap ini peneliti memilah data mana yang akan disajikan
pada ulasan dan hasil penelitian. Data tersebut dipilah berdasarkan fakta
yang ditemukan oleh peneliti serta didukung oleh dokumentasi pada saat
pengamatan berlangsung.
2. Penyajian data
Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam
proses ini peneliti mengelompokkan hal yang serupa menjadi kategori dan
data yang diklasifikasikan berdasarkan tema ini (Basrowi dan Suwandi,
2008:209).
3. Simpulan
Simpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang
utuh. Simpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada tahap
ini, mahasiswa membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip
logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan
dengan mempelajari secara berulang terhadap data yang ada,
pengelompokan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah
dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu pelaporan hasil penelitian secara
lengkap (Basrowi dan Suwandi, 2008:209).
29
DAFTAR PUSTAKA