Anda di halaman 1dari 62

KINERJA PENGABUT GENDONG BERMOTOR UNTUK

LIQUID FERTILIZING PADA SISTEM BUDIDAYA


VERTIKULTUR TANAMAN TERUNG

AHMAD JAELANI SIDIK

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kinerja Pengabut


Gendong Bermotor untuk Liquid Fertilizing pada Sistem Budidaya Vertikultur
Tanaman Terung adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2019

Ahmad Jaelani Sidik


NIM F14150053
ABSTRAK
AHMAD JAELANI SIDIK. Kinerja Pengabut Gendong Bermotor untuk Liquid
Fertilizing pada Sistem Budidaya Vertikultur Tanaman Terung. Dibimbing oleh
GATOT PRAMUHADI

Penggunaan pengabut gendong bermotor sebagai alat pemupukan cairan


(liquid fertilizing) dapat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi tanaman.
Penelitian ini bertujuan menentukan dan menganalisis kinerja dua tipe pengabut
gendong bermotor untuk liquid fertilizing pada sistem budidaya vertikultur tanaman
terung di lahan kering (tegalan). Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret
hingga Juni 2019 di Laboratorium Alat dan Mesin Proteksi untuk menentukan
diameter droplet, kerapatan droplet, lebar penyemprotan efektif, dan debit
penyemprotan efektif. Penelitian juga dilaksanakan di lahan percobaan
Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo untuk menentukan bobot hasil panen
(yield) tanaman terung. Alat dan bahan untuk penyemprotan adalah pengabut
gendong bermotor tipe A (Shandong 3WF-3), pengabut gendong bermotor tipe B
(Tasco MD-160) dan pupuk cair. Hasil penelitian menunjukkan kinerja pengabut
gendong bermotor tipe A mampu menghasilkan diameter droplet 301.51 µm dan
kerapatan droplet 264.63 droplet/cm2 dengan ketinggian penyemprotan efektif
adalah 50.26 cm. Penggunaan sprayer tipe A ini optimal pada dosis pupuk cair 2
liter/ha dengan kecepatan maju aplikasi 0.92 m/s. Hal ini diindikasikan oleh
pemunculan bunga dalam 47 HST dengan bobot buah 96.22 gram/buah. Kinerja
pengabut gendong bermotor tipe B mampu menghasilkan diameter droplet 331.12
µm dan kerapatan droplet 181.28 droplet/cm2 dengan ketinggian penyemprotan
efektif adalah 56.54 cm. Penggunaan sprayer ini optimal pada dosis pupuk cair 2
liter/ha dengan kecepatan maju aplikasi 1 m/s. Hal ini diindikasikan oleh
pemunculan bunga dalam 48 hari dan bobot buah 61.66 gram/buah.

Kata kunci: droplet, kecepatan maju aplikasi, liquid fertilizing, pengabut gendong
bermotor, terung
ABSTRACT
AHMAD JAELANI SIDIK. Performance of Knapsack Mist Blower for Liquid
Fertilizing Utilized on Eggplant Vertical Culture Cultivation System. Supervised
by GATOT PRAMUHADI

The use of knapsack mist blower as a machine for liquid fertilizing can affect plant
growth and yield. The objective of the research is to determine and to analyse
performance of two types knapsack mist blower on eggplants vertical culture
cultivation system. The research was conducted from March to June 2019 at the
Laboratory of Protection Machinery and Equipment to determine parameters of
droplet diameter, droplet density, effective spraying width, and effective spraying
debit. The research was also conducted on the field of Siswadhi Soepardjo Field
Laboratory to determine harvested weight (yield) of eggplants. Spraying tools and
material are knapsack mist blower type A (Shandong 3WF-3), knapsack mist
blower type B (Tasco MD-160), and liquid fertilizer. The results showed the
performance of type A knapsack mist blower capable of producing a diameter of
droplet 301.51 µm and droplet density 264.63 droplet/cm2 with an effective
spraying height of 50.26 cm. The use of this type A sprayer is optimal at a dose of
liquid fertilizer 2 liters/ha with an walking forward speed of 0.92 m/s. This is
indicated by the appearance of flowers in 47 DAP (Days after plant) with a fruit
weight of 96.22 grams/eggplant. The performance of a type B knapsack mist blower
is capable of producing a 331.12 µm diameter droplet and a droplet density of
181.28 droplet/cm2 with an effective spraying height of 56.54 cm. The use of this
sprayer is optimal at a dose of liquid fertilizer of 2 liters/ha with an walking forward
speed of 1 m/s. This is indicated by the appearance of flowers in 48 DAP and fruit
weight 61.66 grams/eggplant.

Keyword: droplet, eggplant, knapsack mist blower, liquid fertilizing, walking


forward speed
KINERJA PENGABUT GENDONG BERMOTOR UNTUK
LIQUID FERTILIZING PADA SISTEM BUDIDAYA
VERTIKULTUR TANAMAN TERUNG

AHMAD JAELANI SIDIK

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2019 ini ialah perancangan
dan aplikasi sistem mekanisasi untuk budidaya tanaman, ternak, dan ikan, dengan
judul Kinerja Pengabut Gendong Bermotor untuk Liquid Fertilizing pada Sistem
Budidaya Vertikultur Tanaman Terung.
Terima kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan dan dukungan selama kegiatan penelitian dan penulisan, diantaranya
1. Orang tua dan keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan, doa, dan
kasih sayangnya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
2. Dr Ir Gatot Pramuhadi, MSi selaku dosen pembimbing akademik serta Dr Agus
Ghautsun Niam, STP MSi dan Dr Ir Dyah Wulandani MSi sebagai dosen penguji
atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis.
3. Program beasiswa Bidikmisi yang telah membiayai studi penulis
4. Pak Trisnadi, pak Tohir, pak Kodir, pak Darma, pak Udin, pak Yayan, pak
Firman, pak Ahmad dan seluruh staf Laboratorium Lapangan Siswadhi
Soepardjo yang telah membantu penulis melaksanakan penelitian.
4. Rusdi, Arjun, Nur, Ita, Made, Syafiq, Agus, Ichan, Rizky, dan teman-teman
seperjuangan TMB’52 atas bantuan dan kerjasamanya dalam membantu
penyelesaian skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang terbaik untuk setiap bantuan
yang penulis terima, dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat serta menjadi bagian
dari pengembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, September 2019

Ahmad Jaelani Sidik


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI xiii


DAFTAR TABEL xiv
DAFTAR GAMBAR xiv
DAFTAR LAMPIRAN xv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Tanaman Terung (Solanum melongena) 2
Sprayer 4
Liquid Fertilizing 5
Vertikultur 5
METODOLOGI 6
Waktu dan Tempat 6
Alat dan Bahan 7
Prosedur Penelitian 8
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Hasil Uji Kinerja Sprayer 13
Hasil Budidaya Terung dengan Sistem Vertikultur 20
SIMPULAN DAN SARAN 26
Simpulan 26
Saran 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 44
DAFTAR TABEL

1 Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian 7


2 Perlakuan penelitian 13
3 kecepatan aliran angin pengabut gendong bermotor 14
4 Perbandingan debit penyemprotan dua jenis pengabut gendong
bermotor 15
5 Perbandingan diameter droplet dua jenis pengabut gendong bermotor 18
6 Perbandingan kerapatan droplet dua jenis pengabut gendong bermotor 19
7 Perbandingan kinerja pengabut gendong bermotor 19
8 Penentuan dosis aplikasi setiap perlakuan 20

DAFTAR GAMBAR

1 Terung Ziyad (Adnamazida 2013) 3


2 Bangunan vertikultur : disusun vertikal (a), disusun horizontal (b)
(Sutarminingsih 2003) 6
3 Pengabut gendong bermotor (a) Shandong 3WF-3 ; (b) Tasco MD-160 7
4 Diagram alir pengujian kinerja sprayer 8
5 Pengambilan data menggunakan patternator 9
6 Diagram kegiatan budidaya vertikultur terung 10
7 Rancangan bangunan vertikultur 11
8 Bentuk dan posisi tuas gas ketika penggunaan pengabut gendong
bermotor (a) tipe A dan (b) tipe B 14
9 Pola distribusi penyemprotan pengabut gendong bermotor tipe A 15
10 Pola distribusi penyemprotan pengabut gndong bermotor tipe B 16
11 Tumpang tindih pengabut gendong bermotor tipe B 17
12 Tumpang tindih pengabut gendong bermotor tipe B 17
13 Sebaran droplet pengabut gendong bermotor (a) tipe A (b) tipe B 18
14 Pertumbuhan jumlah daun terung 21
15 Perbandingan daun tanaman (a) menguning (b) normal 22
16 Pertumbuhan tinggi tanaman terung 22
17 Perbandingan hari pemunculan bunga setiap perlakuan 23
18 Kerusakan pada bunga akibat (a) walang sangit dan (b) kutu daun 23
19 Hasil bobot rata-rata buah terung setiap perlakuan 24
20 Hasil volume rata-rata buah terung setiap perlakuan 25
21 Nilai densitas buah setiap perlakuan 25
22 Potongan buah terung perlakuan (a) A secara horizontal ; (b) A secara
vertikal juga perlakuan (c) B secara horizontal ; (d) B secara vertikal 26
DAFTAR LAMPIRAN

1 Spesifikasi pengabut gendong bermotor yang digunakan 29


2 Data hasil pengukuran pola penyemprotan dan debit menggunakan
patternator 30
3 Data penentuan LPT, LPE, dan TPE 31
4 Hasil pengujian diameter dan kerapatan droplet 33
5 Hasil pengukuran kondisi lingkungan sekitar tanaman 35
6 Penentuan kecepatan penyemprotan kedua Pengabut gendong bermotor 36
7 Data hasil pengukuran jumlah daun tanaman 37
8 Data hasil pengukuran tinggi tanaman 39
9 Hari pemunculan bunga, bobot, volume dan densitas buah 41
10 Pertumbuhan tanaman dan hasil buah setiap perlakuan 43
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Terung (Solanum melongena) merupakan salah satu sayuran semusim yang


banyak diminati oleh berbagai kalangan masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik
Indonesia (2016), Indonesia mampu memproduksi terung hingga 547 769 ton
dengan produktivitasnya yang mencapai 112.01 ton/ha. Sayangnya, produksi
terung di Indonesia tidak mengalami kenaikan yang cukup signifikan setiap
tahunnya. Hal ini dapat terjadi karena sarana dan prasarana budidaya yang kurang
menunjang, teknik budidaya yang belum optimal, varietas tanaman yang belum
tepat, luas area penanaman yang sempit, ataupun rendahnya minat petani dalam
menanam terung.
Budidaya terung secara konvensional biasa dilakukan pada lahan guludan
dengan jarak tanam 60 x 70 cm, sehingga untuk produksi yang tinggi memerlukan
luas lahan yang tidak sedikit. Penerapan sistem budidaya vertikultur termasuk untuk
tanaman terung dapat menjadi solusi dari sempitnya luas lahan untuk kegiatan
pertanian. Vertikultur adalah sistem tanam di dalam pot atau polibag yang
disusun/dirakit horisontal dan vertikal atau bertingkat pada lahan terbatas atau
halaman rumah (Nurmawati dan Kadarwati 2016).
Aspek pemeliharaan tanaman yang kerap menjadi poin peningkatan hasil
produksi adalah pengairan, pemupukan, pengendalian hama penyakit, dan
pemantauan kondisi lingkungan tumbuh (Maulana 2018). Pemupukan secara
konvensional biasa diberikan pupuk anorganik seperti urea, ZA, ZK, dan NPK
disekitar tanaman. Pemberian (aplikasi) pupuk cair (liquid fertilizing) pada tanaman
merupakan salah satu solusi dalam memberikan nutrisi secara optimal untuk
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemberian pupuk cair ini dapat
dilakukan dengan pemanfaatan prinsip tekanan cairan dan udara. Prinsip ini
bertujuan untuk memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai
kabut, sehingga penyebaran cairan dapat efektif dan merata pada daun atau stomata
tanaman (Azhari 2011).
Saat ini alat sprayer yang banyak digunakan oleh masyarakat masih bersifat
manual, sehingga membutuhkan waktu yang lama juga intensitas dan jarak
penyemprotan yang sangat terbatas. Akibatnya sebaran penyemprotan air sprayer
menjadi tidak merata (Rahman dan Yamin 2014). Pengabut gendong bermotor atau
mist blower merupakan salah satu jenis sprayer yang cukup efektif diterapkan pada
tanaman di lahan kering karena sprayer ini mampu mengatasi pengaruh angin
lingkungan, memiliki tekanan yang konstan dan lebar penyemprotan yang cukup
besar.
Kecepatan maju aplikasi menjadi dasar dalam penggunaan pengabut gendong
bermotor. Kecepatan yang terlalu rendah dapat menghasilkan dosis pupuk yang
terlalu besar mengakibatkan pemborosan pupuk cair ataupun stresnya tanaman.
Sebaliknya ketika kecepatan maju operasi tinggi dapat menyebabkan dosis pupuk
pada daun menjadi rendah, sehingga pemupukan tidak berjalan optimal. Selain
kecepatan maju aplikasi, tipe dan merk pengabut gendong bermotor yang
digunakan juga turut menentukan kinerja liquid fertilizing. Luaran (output) kinerja
pengabut gendong bermotor seperti diameter dan kerapatan droplet akan
2

menentukan kualitas pertumbuhan dan hasil produksi (yield) tanaman. Oleh sebab
itu, penelitian kinerja pengabut gendong bermotor untuk liquid fertilizing pada
tanaman terung digunakan untuk menganalisis pengaruhnya terhadap pertumbuhan
tanaman.

Perumusan Masalah

Pengabut gendong bermotor (knapsack mist blower) mampu menghasilkan


hembusan udara dalam kecepatan tertentu sehingga ketika aliran cairan melewati
nosel dapat bercampur denga aliran udara bertekanan tinggi membentuk butiran
halus (droplet). Selain dosis aplikasi pupuk cair, ukuran (diameter) dan kerapatan
droplet menjadi parameter penting dalam pemasukan droplet pada stomata daun.
Dosis aplikasi pupuk cair (liquid fertilizing dosage) menggunakan pengabut
gendong bermotor ditentukan berdasarkan lebar penyemprotan, debit
penyemprotan, dan kecepatan maju aplikasi. Perbedaan kecepatan maju aplikasi
dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan hasil produksi (yield) tanaman
terung. Dengan demikian dapat dilakukan penelitian untuk menentukan dan
menganalisis kinerja liquid fertilizing menggunakan dua tipe pengabut gendong
bermotor pada berbagai kecepatan maju aplikasi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menentukan dan menganalisis kinerja dua tipe


pengabut gendong bermotor untuk liquid fertilizing pada sistem budidaya
vertikultur tanaman terung di lahan kering (tegalan).

TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman Terung (Solanum melongena)

Terung (Gambar 1) merupakan salah satu tanaman horikultura yang banyak


digemari oleh berbagai kalangan masyarakat. Kandungan gizi buah ini dinilai
sangat bermanfaat bagi kondisi tubuh manusia, seperti menjaga kestabilan tekanan
darah, menurunkan kadar kolesterol, mencegah rematik, mencegah infeksi bakteri,
meningkatkan gairah seksual pria, sumber antioksidan, dan antikanker (Lingga
2010). Secara biologi, menurut Rubatzky dan Yamaguchi (1997) tanaman terung
diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivis : Angiosspermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Tubiflorae
Familia : Solanaceae
Genus : Solanum
Spesies : Solanum melongena L.
3

Gambar 1 Terung Ziyad (Adnamazida 2013)

Tanaman terung mampu tumbuh dengan baik pada kondisi lingkungan


tertentu. Jenis tanah yang cocok untuk tanaman ini adalah tanah dengan tekstur
lempung sampai lempung berpasir yang mengandung banyak bahan organik dan
topsoil tebal dengan pH 5.5 - 5.8. Tanaman yang berasal dari India ini baik ditanam
pada suhu 20 – 30 °C ketinggian 100 - 800 mdpl dengan drainase yang lancar,
terbuka sinar matahari dan bukan merupakan bekas tanaman sejenis seperti tomat,
cabai, dan tembakau. Nilai evapotranspirasi siklus musim tanam
tanaman terong adalah 118.43 mm (Wahyudi 2011).
Terung ziyad merupakan salah satu terung ungu yang dijadikan sebagai
lalapan. Tanaman ini mampu beradaptasi pada dataran rendah dan menengah di
musim hujan dan kemarau. Tanaman ini juga toleran terhadap penyakit kuning
(bulai) dan layu bakteri. Buah berbentuk bulat berwarna ungu gelap ini memiliki
daging buah berwarna putih dengan bobot per buah dapat mencapai 300 gram.
Terung ini termasuk tanaman berumur genjah yang dapat dipanen mulai umur 65
HST (Triasagro 2018)
Kegiatan budidaya tanaman terung terdiri dari pembibitan, pengolahan media
tanam, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Tanaman terung diperbanyak
dengan menggunakan biji. Bibit terung tumbuh pada bedengan ataupun tray dengan
media berupa tanah dan pupuk kandang. Bibit terung dapat dipindah tanam pada
umur 1.5 bulan setelah semai. Penanaman bibit terung secara konvensional
dilakukan pada bedengan dengan lebar 140, tinggi 30 cm, dan jarak antar bedengan
30 cm. Pemeliharaan tanaman terung setelah tanam meliputi penyiraman,
penyiangan, pemupukan, dan penanggulangan hama dan penyakit. Pemanenan
terung dilakukan setelah terung berumur 2 bulan setelah tanam (Setyaningrum dan
Saparinto 2012). Penanaman terung di dalam pot hanya berbeda pada media
penanamannya yang terdiri dari tanah, pupuk kandang, dan pasir di dalam pot
ataupun polibag.
Pemupukan terung secara konvensional dilakukan pada umur 1-2 minggu
setelah tanam. Pupuk buatan yang digunakan diantaranya urea 65 kg/ha yang
dicampur ZA dan ZK 10 gram/tanaman. Pemupukan berikutnya dilakuakan 2.5 – 3
bulan setelah tanam yang terdiri dari ZA dan ZK masing-masing 150 kg/ha dan
NPK 500 kg/ha (Sumpena 2016). Sementara pemupukan terung menggunakan
pupuk cair dianjurkan diberikan 2 liter/ha yang diberikan setiap minggunya
(Hidayat 2016).
4

Sprayer

Sprayer merupakan salah satu alat pemeliharaan tanaman yang banyak


digunakan oleh para petani. Penggunaan alat ini biasanya bertujuan dalam
penyemprotan air, insektisida, fungisida, herbisida, pupuk cair, ataupun hormon
tertentu pada tanaman. Fungsi utama sprayer adalah memecah cairan yang
disemprotkan menjadi tetesan kecil (droplet) dan mendistribusikan secara merata
pada permukan tanaman atau ruangan yang harus dilindungi. Pemecahan cairan
tersebut dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu tekanan cairan (cairan ditekan
langsung ke nosel dengan ukuran lubang tertentu), arus udara (cairan dialirkan pada
arus udara sehingga menghasilkan semprotan udara yang mengandung butiran
cairan halus), dan sentrifusi (Daywin et al. 2008)
Bagian-bagian utama pada sprayer yaitu nosel yang berfungsi untuk
memecah larutan semprotan menjadi tetes-tetes dengan ukuran yang diinginkan dan
memecahnya ke permukaan yang harus disemprot, tangki yang berfungsi untuk
menampung larutan yang akan digunakan ketika penyemprotan, selang penyalur
(hose) yang berfungsi untuk mengalirkan larutan bertekanan menuju nosel, cut of
valve yang berfungsi untuk mengatur larutan mengalir dari selang menuju nosel,
extension tube, tali penggendong (shoulder straps), penutup tangki, batang
penggerak (operating lever), dan penyaring (Filaini 2012).
Terdapat banyak jenis sprayer yang beredar dipasaran. Berdasarkan daya
penggeraknya sprayer terdiri dari sprayer penggerak tangan, sprayer bermotor, dan
sprayer elektrik. Sprayer dengan penggerak tangan (manual) dapat berupa hand
sprayer, sprayer otomatis, sprayer semi otomatis, bucket sprayer, barrel sprayer,
wheel barrow sprayer, dan slide pump sprayer. Beberapa jenis sprayer yang
termasuk sprayer bermotor diantaranya hidroulik sprayer, blower sprayer, hidro
pneumatic sprayer, dan aerosol generator. Berdasarkan jenis pompanya, sprayer
terdiri dari pompa tekanan udara, pompa cairan dan pompa penghembusan udara.
Jenis sprayer yang menggunakan pompa tekanan udara adalah sprayer otomatis,
dan hidro pneumatic sprayer. Sementara sprayer yang menggunakan pompa cairan
adalah sprayer semi otomatic, bucket sprayer, barrel sprayer, wheel barrel sprayer,
slide pump sprayer, dan power hidroulic sprayer. Dan jenis sprayer dengan pompa
penghembus udara adalah hand sprayer dan power blower sprayer (Daywin et al.
2008).
Pengabut gendong bermotor adalah penghembus kabut bahan padat (tepung)
atau bahan kimia cair menjadi partikel halus yang dihembuskan oleh aliran udara
dari blower yang digerakkan oleh motor penggerak dan selama pengoperasiannya
digendong di punggung (BSN 2018). Kipas yang terpasang pada pengabut gendong
bermotor mampu menghasilkan aliran udara berkecepatan tinggi yang dialihkan
melalui siku 90° ke tabung keluaran fleksibel. Ketika aliran udara tersebut melewati
nosel, aliran air dari tangki keluar melalui selang dan terpecah menjadi tetesan
memasuki aliran udara yang disempotkan (Pal dan Gupta 1996). Pada
penerapannya pengabut gendong dapat digunakan sebagai alat penyemprot atau
pengabut cairan dalam kegiatan pemupukan, penanganan hama dan penyakit
tanaman, ataupun penanganan gulma. Selain itu dapat juga digunakan sebagai alat
penyebaran bahan padat berbentuk bubuk atau tepung dalam kegiatan pertanian..
Dan Pemanfaatan aliran udara yang keluar dari blower sebagai alat pembersih
sampah kering seperti dedaunan.
5

Liquid Fertilizing

Pupuk merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan


pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Penggunaan pupuk merupakan bagian
penting bagi tanaman untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan menjaga
keseimbangan hara yang tersedia selama siklus pertumbuhan tanaman (Rachman et
al. 2008). Pupuk organik cair atau disebut juga sebagai pupuk cair daun
mengandung unsur hara makro dan mikro esensial yang biasa diterapkan melalui
daun. Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat di antaranya dapat
mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil
akar pada tanaman leguminosae, sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis
tanaman, dapat meningkatkan vigor tanaman, sehingga tanaman menjadi kokoh dan
kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca, dan
serangan patogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi,
serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi
gugurnya daun, bunga, dan bakal buah (Marpaung et al. 2014).
Penggunaan pengabut gendong bermotor dalam kegiatan liquid fertilizing
memiliki beberapa kekurangan diantaranya, jarak penyemprotan yang tidak tepat
dapat kecepatan hembusan angin yang tinggi dapat melukai tanaman, pemberian
pupuk perlu dilakukan beberapa kali, tingginya nilai kebisingan, dan biaya
operasional yang lebih tinggi.

Vertikultur

Vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal


atau bertingkat, baik indoor (di dalam ruangan) maupun outdoor (di luar ruangan).
Cara tanam ini sangat sesuai diusahakan pada lahan terbatas atau halaman rumah.
Munculnya vertikultur dapat dipandang tidak hanya sekedar kebun bersusun, tetapi
dapat memberikan inspirasi untuk menciptakan dan mengembangkan khasanah
biodiversitas di pekarangan terbatas. Desain bangunan vertikultur harus dibuat
sedemikian rupa, sehingga memudahkan dalam kegiatan pemeliharaan tanaman.
(Liferdi dan Saparinto 2016)
Cara penanaman pada sistem vertikultur dapat menggunakan rak bertingkat,
menggantung, atau disusun dengan beberapa jenis wadah tanam. Beberapa wadah
tanam dapat berupa kolom wadah media tanam yang disusun secara vertikal, kolom
wadah media disusun secara horizontal, wadah menggantung, ataupun pot susun
seperti Gambar 2 (Sutarminingsih 2003).
Budidaya tanaman secara vertikultur memiliki beberapa kelebihan dibanding
budidaya secara konvensional, diantaranya kualitas produk lebih baik, kuantitas
hasil lebih tinggi, meningkatkan nilai estetika halaman, meningkatkan pendapatan
rumah tangga, dan efisiensi lahan, pupuk, air, benih, dan tenaga kerja. Sayangnya
terdapat kekurangan dalam budidaya ini diantaranya, membutuhkan investasi awal
yang cukup tinggi, rawan terhadap serangan jamur, dan perlu sistem irigasi khusus
untuk perawatan tanaman (Rasapto 2006).
Jenis tanaman yang dapat dibudidayakan dengan teknik vertikultur pada
dasarnya tidak terbatas. Umumnya jenis sayuran dan bunga akan lebih mudah
ditangani dan lebih cepat panen. Tanaman berbunga yang dapat ditanam
6

diantaranya begonia, impatiens, petunia, coleus, paku-pakuan, geranium, lantana,


marigold, portaluca, tapak dara, dan zinnia kerdil. Sementara itu, jenis tanaman
sayuran dan buah-buahan yang dapat dipilih antara lain seledri, caisim, pakcoi,
baby kalian, tomat, cabai hias, cabai keriting, kemangi, bayam, kangkung cabut,
selada, daun ginseng, dan strawberi (Desiliyarni et al. 2003).

(a)

(b)

Gambar 2 Bangunan vertikultur : disusun vertikal (a), disusun horizontal (b)


(Sutarminingsih 2003)

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2019 hingga bulan Juni 2019.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Alat dan Mesin Proteksi dan lahan
percobaan Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin
dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
7

Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ditunjukkan pada Tabel 1
berikut ini. Pengabut gendong bermotor yang digunakan ditunjukkan pada Gambar
3.
Tabel 1 Alat dan bahan yang digunakan untuk penelitian
Alat dan Bahan Kegunaan
Pengabut gendong bermotor Mesin yang akan digunakan dan
Shandong 3WF-3 dan Tasco MD-160 diuji
Kertas concord Sebagai media untuk mengetahui
droplet dari sprayer
Pengukur waktu Mengukur waktu
Timbangan Mengukur bobot
Gelas ukur Mengukur volume cairan
Penggaris Mengukur panjang
Busur derajat Mengukur besar sudut
Patternator Mengukur lebar dan tinggi
penyemprotan
Bambu Bahan bangunan vertikultur
Paku Pengencang bangunan vertikultur
Polybag Wadah media tanaman
Tanaman terung Tanaman yang di teliti
Pupuk cair organik Nutrisi bagi tanaman
Tangki air Penampung air
Pipa PVC Saluran distribusi air
Selang aerator Saluran air
Roller clamp set Pengatur jumlah aliran air yang
keluar
Director Penghubung pipa PVC dan selang
Flok sok Pengatur aliran aliran air menuju
tangki
L Bow Mengatur arah gerak cairan
Termometer Pengukur suhu lingkungan
Lux meter Pengukur Intensitas cahaya
Tanah, pupuk, dan arang sekam Media tanam

(a) (b)
Gambar 3 Pengabut gendong bermotor (a) Shandong 3WF-3 ; (b) Tasco MD-160
8

Prosedur Penelitian

Proses penelitian, dilakukan dengan menentukan dan menganalisis kinerja


pengabut gendong bermotor yang diterapkan pada liquid fertilizing vertikultur
tanaman terung. Terdapat beberapa tahapan dalam penelitian ini, yaitu pengujian
kinerja sprayer, pelaksanaan budidaya terung dengan sistem vertikultur, dan
pengambilan data selama proses budidaya.

Uji Kinerja Sprayer


Pengujian kinerja sprayer dilakukan untuk mengetahui beberapa data yang
akan digunakan sebagai dasar dalam penerapan pupuk cair pada tanaman. Menurut
Hermawan (2014) jenis sprayer yang paling baik digunakan dalam pemupukan
(liquid fertilizing) adalah sprayer yang mampu menghasilkan droplet yang halus
dan merata pada tanaman. Kehalusan droplet ditandai dengan diameter droplet
yang dihasilkan. Semakin kecil diameter droplet, maka semakin halus semprotan
sprayer tersebut. Meratanya penyemprotan ditandai dengan kerapatan droplet
tersebut. Semakin besar nilai kerapatan droplet tersebut, semakin merata hasil
penyemprotannya. Skema tahapan pengujian sprayer dijelaskan pada Gambar 4
dibawah ini.

Mulai

Identifikasi sprayer

Penyemprotan dengan Penyemprotan dengan


pengabut gendong pengabut gendong
bermotor tipe A bermotor tipe B

Debit dan sudut Tinggi, lebar, dan debit Diameter dan


penyemprotan penyemprotan efektif kerapatan droplet

Selesai

Gambar 4 Diagram alir pengujian kinerja sprayer


Debit dan sudut penyemprotan merupakan parameter penting dalam
pengujian kinerja sprayer. Pengukuran debit dilakukan untuk mengetahui
banyaknya cairan yang digunakan per satuan waktu pengoperasian. Pengukuran
debit penyemprotan dilakukan dengan mengukur jumlah cairan yang tertampung
dalam wadah berdasarkan besarnya waktu yang telah ditentukan. Nilai debit ini
dapat menjadi acuan bagi operator sprayer dalam menentukan lamanya
9

pengoperasian di lapangan. Sudut semprot merupakan besarnya ruang antara kedua


sisi aliran yang terbentuk ketika penyemprotan. Parameter ini diukur manual
menggunakan busur derajat. Nilai sudut ini menjadi dasar dalam penentuan
besarnya tinggi penyemprotan efektif.
Tinggi penyemprotan efektif (TPE) dan lebar penyemprotan efektif (LPE)
merupakan posisi atau titik yang optimal dalam melakukan kegiatan penyemprotan.
Besarnya nilai ini menjadi dasar bagi operator dalam menentukan jarak yang terbaik
antara nosel dengan tanaman sehingga distribusi cairan menjadi optimal.
Pengukuran TPE dan LPE dilakukan menggunakan patternator yang ditunjukkan
pada Gambar 5. Nilai LPE didapat berdasarkan grafik sebaran volume yang dibuat
tupang tindih (overlapping) pada bagian sisi kanan dan kiri. Nilai coefisien of
varians (CV) ditentukan dari setiap penjumlahan volume kurva tumpang tindih.
LPE diperoleh dari menghubungkan grafik volume bahan yang mempunyai CV
terkecil dari beberapa kali overlapping. Nilai TPE ditentukan menggunakan
persamaan 1. Banyaknya cairan yang ditampung pada patternator pada jarak LPE
per satuan waktu merupakan debit penyemprotan efektif (DPE).
1
𝐿𝑃𝐸
𝑇𝑃𝐸 = 2
1 (1)
tan⁡( 𝛼)
2

Keterangan : TPE = Tinggi penyemprotan efektif (cm)


LPE = Lebar penyemprotan efektif (cm)
α= Sudut penyemprotan

Gambar 5 Pengambilan data menggunakan patternator


Diameter dan kerapatan droplet merupakan parameter utama dalam pengujian
kinerja sprayer. Pengukuran kedua parameter ini dilakukan melalui beberapa
tahapan. Cairan dalam tangki sprayer merupakan larutan tinta dan air. Cairan
tersebut kemudian disemprotkan pada kertas concord dengan ketinggian nosel sama
dengan nilai TPE. Kertas concord tersebut dipotret menggunakan scanner dipotong
berukuran 10 x 10 cm2 menggunakan Corel Draw. Setelah itu, potongan gambar
tersebut dimasukan kedalam program komputer (Sharp Develop 4.4) yang dapat
menganalisis luasan kertas, luasan terbasahi, dan luasan setiap droplet dari
pembacaan RGB pixel. Data tersebut kemudian diolah sehingga diketahui besarnya
diameter droplet dan kerapatan droplet
10

Budidaya Terung dengan Sistem Vertikultur


Urutan kegiatan dalam penelitian yang berkenaan dengan sistem budidaya
vertikultur, pengamatan pertumbuhan, dan hasil panen ditunjukkan pada Gambar 6.

Mulai

Persiapan alat dan bahan

Pembuatan bangunan vertikultur

Persiapan media tanam

Pembuatan jaringan irigasi

Bibit terung

Penanaman

Pemeliharaan Pengamatan pertumbuhan tanaman

Tinggi Jumlah Pemunculan


tanaman daun bunga

Pemanenan

Bobot Volume Densitas


buah buah buah

Selesai

Gambar 6 Diagram kegiatan budidaya vertikultur terung


Persiapan alat dan bahan dalam kegiatan budidaya vertikultur adalah semua
kegiatan sebelum dilakukannya pembuatan bangunan atau rak vertikultur. Kegiatan
tersebut meliputi perencanaan rancangan, gambar teknik, perizinan lahan dan
pengadaan alat dan bahan untuk pembuatan bangunan. Semua kegiatan tersebut
merupakan aspek dasar dalam budidaya vertikultur.
11

Jenis vertikultur yang diterapkan dalam penelitian ini adalah rak bertingkat
atau media tanam secara horizontal. Pembuatan bangunan vertikultur dilakukan
melalui penyambungan beberapa batang bambu dan kayu membentuk tangga
dengan sudut kemiringan 45°. Nilai tersebut merupakan sudut yang baik dalam
bangunan vertikultur dengan media tanam horizontal (Suhaili dan Solikin 2010).
Setelah rangka bangunan tersebut dibuat, kemudian dilengkapi dengan sejumlah
pot tanaman untuk satu rak bangunan vertikultur. Rancangan bangunan vertikultur
yang direncanakan digambarkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Rancangan bangunan vertikultur


Setelah bangunan vertikultur selesai dibuat, maka kegiatan selanjutnya adalah
pembuatan jaringan irigasi. Jenis irigasi yang diterapkan dalam sistem budidaya ini
adalah irigasi tetes. Hal ini dikarenakan irigasi tetes dinilai lebih efektif untuk
budidaya vertikultur tanaman terung. Air di dalam tangki air dialirkan melalui,
selang, dan roller clamp. Jumlah tanaman yang diterapkan adalah 12 pot tanaman.
Persiapan media tanam merupakan pengadaan beberapa bahan sebagai media
untuk terung ditanam. Terung ditanam dalam sebuah pot dengan diameter 20 cm
dengan media tanam berupa campuran sekam, tanah, pupuk kandang. Perbandingan
yang baik menurut Supriati dan Herliana (2010) adalah 1:1:1 dengan masing-
masing perbandingan tersebut adalah sekam, tanah, dan pupuk kandang. Media
tanam tersebut harus dalam kondisi gembur dan halus agar tanah tersebut memiliki
porositas yang tinggi sehingga pertumbuhan tanaman berjalan lebih optimal.
Bahan tanaman yang dipersiapkan dalam penelitian ini adalah bibit tanaman
terung berumur 1 bulan setelah semai. Alasan penggunaan bibit daripada benih
sebagai bahan penelitian adalah penerapan liquid fertilizing dilakukan dalam
kegiatan pemeliharaan tanaman, sehingga kegiatan pemupukan dalam kegiatan
persemaian ataupun pada media tanam tidak menjadi fokus utama (dibuat seragam)
dalam penelitian ini. Penamanam bibit terung pada media tanam dilakukan setelah
semua sistem vertikultur siap digunakan. Jumlah terung yang ditanam dalam satu
pot adalah satu bibit
Pemelihaan tanaman pada kegiatan budidaya vertikultur tanaman terung
meliputi penyulaman, penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemangkasan, dan
pengendalian hama dan penyakit. Setiap kegiatan tersebut dilakukan tergantung
pada kondisi tanaman yang tumbuh pada media tanam. Gulma yang tumbuh segera
dicabut, pemupukan dilakukan menggunakan pupuk cair dan pengabut gendong
bermotor, pemangkasan cabang dilakukan untuk mengoptimalkan pertumbuhan
buah, jaringan irigasi tetes harus dipastikan berjalan setiap saat, dan pemberian
fungisida ataupun insektisida dilakukan ketika kondisi tanaman memerlukannya.
12

Selain pemeliharaan, pengamatan terhadap parameter pertumbuhan tanaman


terung juga dilakukan setiap 7 hari setelah bibit terung ditanam. Parameter tersebut
adalah tinggi tanaman, jumlah daun, dan waktu pemunculan bunga. Parameter
tersebut menjadi dasar untuk melihat pengaruh penggunaan pengabut gendong
bermotor dan kecepatan maju aplikasi terhadap pertumbuhan tanaman.
Kegiatan pemanenan terung dilakukan setelah beberapa syarat terung yang
siap dipanen terpenuhi, meliputi warna buah, ukuran buah, dan kondisi pangkal
batang pada buah mulai mengering. Kegiatan pemanenan ini dilakukan pada pagi
hari. Setelah kegiatan pemanenan dilakukan kegiatan berikutnya adalah
pengukuran beberapa parameter hasil panen yang meliputi bobot buah, volume
buah, dan densitas buah tersebut.

Perlakuan

Terdapat enam perlakuan yang diberikan pada tanaman oleh sprayer.


Perlakuan tersebut diantaranya penggunaan pengabut gendong bermotor tipe A
dengan tiga tingkat kecepatan maju aplikasi. Juga pengabut gendong bermotor tipe
B dengan tiga tingkat kecepatan maju aplikasi. Setiap kecepatan maju aplikasi
tersebut menggambarkan dosis aplikasi (DA) pada kegiatan liquid fertilizing. DA
merupakan banyaknya larutan (pupuk + air) yang diterapkan pada lahan. Nilai DA
ditetapkan menggunakan persamaan 2 dibawah ini.

𝐷𝐴𝑃
𝐷𝐴 = + 𝐷𝐴𝑃
𝐶𝑟 (2)
Keterangan
DA = dosis aplikasi, liter/ha
DAP = dosis aplikasi pupuk, liter/ha
Cr = konsentrasi larutan, 0.003 liter / 1 liter air

Menurut Pramuhadi (2012) tingkat kecepatan maju aplikasi dalam


penggunaan sprayer ditentukan berdasarkan kebutuhan dosis yang diterapkan.
Selain dosis tersebut, kecepatan maju aplikasi juga dipengaruhi oleh debit
penyemprotan efektif dan lebar penyemprotan efektif. Penentuan kecepatan maju
aplikasi dapat menggunakan persamaan 3 dibawah ini. Tabulasi perlakuan yang
diberikan terhadap tanaman ditunjukkan pada Tabel 2.

𝐷𝑃𝐸
𝐷𝐴 = (3)
0.36 × 𝐿𝑃𝐸 × 𝐾𝑀𝐴
Keterangan
DA = dosis aplikasi, liter/ha
DPE = debit penyemprotan efektif (indoor testing di laboratorium), liter/jam
LPE = lebar penyemprotan efektif (indoor testing di laboratorium), m
KMA = kecepatan maju aplikasi (outdoor testing di lapangan), m/detik
0.36 = faktor konversi dari m2/detik ke ha/jam
13

Tabel 2 Perlakuan penelitian


Jenis Catatan untuk Dosis
Perlakuan KMA (m/s) DAP (l/ha)
Sprayer aplikasi pemupukan
Lebih dari DAP yang
A1 0.62 3.0
direkomendasikan
Shandong Sama dengan DAP yang
A2 0.92 2.0
3WF-3 direkomendasikan
Kurang dari DAP yang
A3 1.22 1.5
direkomendasikan
Lebih dari DAP yang
B1 0.75 2.7
direkomendasikan
Tasco Sama dengan DAP yang
B2 1 2.0
MD-160 direkomendasikan
Kurang dari DAP yang
B3 1.25 1.6
direkomendasikan
Keterangan : KMA = Kecepatan maju aplikasi
DAP = Dosis Aplikasi Pupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Kinerja Sprayer

Kinerja suatu sprayer merupakan tigkat keberhasilan suatu alat penyemprot


dalam melaksanakan tugasnya. Parameter utama dalam kinerja sprayer meliputi
debit penyemprotan, sudut penyemprotan, lebar penyemprotan efektif, tinggi
penyemprotan efektif, debit penyemprotan efektif, diameter droplet, dan kerapatan
droplet.

Kondisi Pengabut Gendong Bermotor


Pengabut gendong bermotor sebagai salah satu alat pemeliharaan tanaman
merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa komponen utama seperti motor
bensin 2 tak, tangki air, blower, pipa penghembus, selang air, dan nosel. Setiap
komponen saling terkait sehingga dapat memecah aliran air menjadi droplet. Kedua
tipe pengabut gendong bermotor secara konstruksi pada dasarnya tidak jauh
berbeda. Perbedaan antara keduanya secara konstuksi adalah bentuk tuas pengatur
gas dan tingkat kecepatan angin. Bentuk tuas gas pada pengabut gendong bermotor
tipe A (Shandong 3WF-3) merupakan tuas yang biasa terdapat pada beberapa merk
sejenis. Sementara pengabut gendong tipe B (Tasco MD-160) memiliki bentuk
pengatur gas yang khas, sehingga pengaturan tekanan gas yang rendah relatif lebih
sulit untuk konstan. Bentuk tuas dan posisi pengatur gas pada kedua tipe
ditunjukkan pada gambar 8. Selain itu perbedaan konstruksi juga terdapat pada
ukuran nosel dan jumlah baling-baling nosel. Bentuk nosel tipe A berupa 12 baling-
baling yang tanpa adanya lubang disekitar baling-baling, sementara nosel tipe B
berupa 8 baling-baling dengan 8 lubang kecil di sekitarnya.
14

(a) (b)
Gambar 8 Bentuk dan posisi tuas gas ketika penggunaan pengabut gendong
bermotor (a) tipe A dan (b) tipe B
Tabel 3 kecepatan aliran angin pengabut gendong bermotor
No Kecepatan angin A Kecepatan angin B
(m/s) (m/s)
1 22.4 34.5
2 19.2 34.0
3 24.0 32.2
4 20.4 33.9
5 18.6 34.6
Rata-rata 20.9 33.8

Posisi tuas gas dan tuas kecepatan angin sangat menentukan kinerja sprayer
secara keseluruhan. Pengaturan posisi kedua tuas ini harus diatur berdasarkan jenis
tanaman yang diaplikasikan. Tanaman pangan dan tanaman perkebunan pada
dasarnya memiliki struktur yang kuat, sehingga kondisi full throtlle yang diterapkan
terhadap tanaman tidak akan merusak daun ataupun batang tanaman. Berbeda
dengan tanaman sayuran memiliki struktur yang mudah rusak, sehingga kecepatan
angin yang tinggi dapat merusak daun dan batang tanaman. Tanaman terung
sebagai salah satu sayuran tentunya memiliki struktur yang tidak kuat terhadap
kecepatan angin yang tinggi. Posisi tuas gas dan tuas kecepatan angin diatur
sedemikian rupa yang ditunjukkan pada Gambar 8 agar hembusan udara yang
keluar dari pengabut gendong bermotor tidak merusak struktur tanaman. Posisi
tersebut menghasilkan tingkat kecepatan udara yang ditunjukkan pada tabel 3.

Debit dan Sudut Penyemprotan


Besarnya debit penyemprotan pada dasarnya dipengaruhi oleh kecepatan
aliran dan luas penampang aliran. Nilai debit penyemprotan pengabut gendong
bermotor dipengaruhi oleh kecepatan aliran udara yang terhembus dari blower.
Kecepatan aliran udara pada pengabut gendong bermotor dipengaruhi oleh kinerja
engine dan bentuk nosel yang terpasang pada sprayer.
15

Tabel 4 Perbandingan debit penyemprotan dua jenis pengabut gendong bermotor


Ulangan DPTA (l/mnt) DPEA (l/mnt) DPTB (l/mnt) DPEB (l/mnt)
1 2.70 2.40 3.46 3.21
2 2.67 2.20 3.21 2.87
3 2.81 2.51 3.05 2.94
Rata-rata 2.73 2.37 3.24 3.00
Keterangan
DPTA = Debit penyemprotan total pengabut gendong tipe A
DPEA = Debit penyemprotan efektif pengabut gendong tipe A
DPTB = Debit penyemprotan total pengabut gendong tipe B
DPEB = Debit penyemprotan efektif pengabut gendong tipe B

Debit pengabut gendong bermotor yang ditunjukkan pada Tabel 4 diukur


menggunakan patternator dan gelas ukur. Debit Penyemprotan total adalah
banyaknya cairan yang keluar dari nosel dalam satuan waktu. Debit penyemprotan
efektif adalah banyaknya cairan yang efektif diterima oleh media penyemprotan.
Besarnya debit penyemprotan total dan efektif ditentukan berdasarkann banyaknya
cairan yang tertampung dalam gelas per satuan waktu. Perbedaan nilai debit
penyemprotan total ataupun efektif pada Tabel 4 pada dasarnya disebabkan karena
perbedaan posisi tuas gas pada masing-masing pengabut gendong bermotor
sehingga menghasilkan nilai kecepatan aliran angin yang berbeda. Selain itu,
perbedaan nilai lebar penyemprotan efektif menyebabkan debit penyemprotan
efektif berbeda pula. Meski nilai kecepatan angin yang berbeda, sudut
penyemprotan kedua tipe memiliki nilai yang sama yakni 65°. Hal ini disebabkan
bentuk nosel dan kecepatan aliran udara mempengaruhi besarnya sudut
penyemprotan.

Lebar Penyemprotan Efektif


Nilai lebar penyemprotan efektif (LPE) pada penerapannya dapat menjadi
dasar dalam penyesuaian penggunaan sprayer berdasarkan pola dan jarak tanam
yang telah ada ataupun penetapan pola tanam sebelum kegiatan penananaman
sehingga kegiatan pemeliharaan menjadi optimal. Nilai ini didapatkan berdasarkan
penggambaran pola distribusi penyemprotan (Lampiran 1) yang sesuai dengan
penyebaran yang merata dalam penerapannya terhadap tanaman di lahan. Pola
distribusi penyemprotan kedua jenis pengabut gendong bermotor tersebut
digambarkan pada Gambar 9 dan Gambar 10 dibawah ini.
120
Volume air tertampung (ml)

100

80

60 Ulangan 1

40 Ulangan 3
Ulangan 2
20

0
-12 -9 -6 -3 0 3 6 9 12
Nomor gelas

Gambar 9 Pola distribusi penyemprotan pengabut gendong bermotor tipe A


16

140
Volume air tertampung (ml)
120
100
80
Ulangan 1
60
Ulangan 2
40
Ulangan 3
20
0
-12 -9 -6 -3 0 3 6 9 12
Nomor gelas

Gambar 10 Pola distribusi penyemprotan pengabut gndong bermotor tipe B


Berdasarkan Gambar 9 dan Gambar 10 diatas terlihat bahwa pola distribusi
penyemprotan kedua sprayer memiliki karakteristik atau bentuk yang tidak jauh
berbeda. Penyebaran cairan yang pada kedua sprayer terpusat disekitar arah
datangnya aliran, yaitu tegak lurus nosel. Sementara di area yang cukup jauh dari
nosel, distribusi cairan yang keluar semakin menurun dengan kemiringan tertentu.
Perbedaan dari kedua sprayer ini adalah kemiringan atau gradien dan
besarnya lebar penyemprotan total. Gradien pada pengabut gendong bermotor tipe
A lebih besar daripada tipe B sehingga besarnya lebar penyemprotan total nya pun
menjadi lebih kecil daripada pengabut gendong bermotor yang lain. Beberapa hal
yang menyebabkan perbedaan ini adalah debit penyemprotan, bentuk nosel, serta
kecepatan angin lingkungan dan blower. Debit penyemprotan yang lebih besar
mampu meningkatkan keseragaman yang cukup besar, sehingga setiap gelas yang
tertampung dapat terisi seragam. Bentuk nosel pada pengabut gendong bermotor
sangat berpengaruh pada arah gerakan angin atau sudut penyemprotan. Gerakan
putaran pada nosel yang berbentuk baling-baling mampu meningkatkan sebaran
arah angin yang keluar dari blower sehingga dapat mendistribusikan cairan yang
keluar dari nosel dan melebar. Kecepatan angin yang tinggi juga mampu
meningkatkan penyebaran cairan yang merata sehingga distribusi air melebar yang
menyebabkan gradien pada pola distribusi penyemprotan menurun.
Lebar penyemprotan efektif didapat berdasarkan grafik tumpang tindih pola
distribusi penyemprotan original dengan grafik yang di geser ke berbagai titik
sehingga didapat perpotongan yang menghasilkan sebaran volume cairan
tertampung yang paling seragam. Penentuan tingkat keseragaman ini didasarkan
pada nilai koefisien variasi (CV) yang paling kecil diantara beberapa posisi grafik
tumpang tindih. Grafik tumpang tindih yang didapat pada kedua pengabut gendong
bermotor digambarkan pada Gambar 11 dan Gambar 12 dibawah ini
17

120

Volume cairan tertampung (ml)


100

80

60

40

20

0
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10
Nomor gelas

Original Overlap 1 Overlap 2 Overlap 3

Gambar 11 Tumpang tindih pengabut gendong bermotor tipe B

140
Volume cairan tertampung (ml)

120
100
80
60
40
20
0
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10
Nomor gelas

Original Overlap 1 Overlap 2 Overlap 3

Gambar 12 Tumpang tindih pengabut gendong bermotor tipe B


Berdasarkan Gambar 11 dan Gambar 12 di atas, kedua grafik memiliki posisi
yang memiliki CV minimum yang sama, yaitu pada overlapping 1. Hal ini
disebabkan karena pola distribusi penyemprotan memiliki bentuk yang mirip satu
sama lain. Nilai LPE pengabut gendong bermotor tipe A dan B (Lampiran 2)
masing-masing adalah 64 cm dan 72 cm. Perbedaan ini pada dasarnya dipengaruhi
oleh sudut penyemprotan dan bentuk pola distribusi penyemprotan. Semakin besar
sudut penyemprotan mengakibatkan besarnya nilai LPE. Bentuk pola distribusi
penyemprotan dengan gradien yang rendah juga dapat menambah besarnya nilai
LPE.

Tinggi Penyemprotan Efektif


Tinggi Penyemprotan Efektif (TPE) menjadi dasar dalam penentuan posisi
nosel di atas tanaman atau media yang akan disemprotkan. Nilai tinggi
penyemprotan yang besar dapat menyebabkan kegiatan penyemprotan tidak efektif
karena beberapa bagian yang jauh dari pusat keluaran nosel memiliki kerapatan
droplet (butiran semprot) menjadi sangat kecil. Sementara nilai tinggi
penyemprotan yang rendah dapat menyebabkan kerapatan droplet yang tinggi
sehingga tanaman dapat mengalami stres ataupun tingginya kecepatan angin yang
18

merusak kondisi tanaman. Besarnya nilai TPE dipengaruhi oleh sudut


penyemprotaan dan besarnya LPE. Nilai sudut penyemprotan yang sama
menyebabkan nilai TPE untuk kedua sprayer tidak jauh berbeda. Nilai TPE
pengabut gendong bermotor masing-masing adalah 50.26 cm dan 56.54 cm.

Diameter Droplet
Sebaran droplet kedua tipe pengabut gendong bermotor kedua tipe
ditunjukkan pada Gambar 13.

(a)

(b)
Gambar 13 Sebaran droplet pengabut gendong bermotor (a) tipe A (b) tipe B
Butiran semprot atau droplet merupakan besarnya ukuran air yang keluar dari
nosel pada jarak di area yang sejajar dengan nilai TPE. Besarnya diameter droplet
ini menggambarkan sulit atau mudahnya cairan masuk kedalam stomata pada daun.
Semakin kecil ukuran droplet, menyebabkan semakin mudahnya cairan masuk ke
dalam daun tanaman. Besarnya droplet yang keluar dari pengabut gendong
bermotor dipengaruhi oleh bentuk nosel, jarak semprot, debit penyemprotan,
kecepatan angin yang keluar dari blower, sifat bahan penyemprotan, dan keadaan
udara lingkungan (Yuwana 2014). Gambar 13 merupakan sebaran droplet pada
beberapa ulangan. Sebaran droplet pada pengabut gendong bermotor tipe A
memiliki ukuran yang lebih gelap dan rapat, Berbeda dengan itu, sebaran droplet
pada pengabut gendong bermotor tipe B, memiliki kerapatan dan tingkat kegelapan
warna droplet yang lebih rendah.

Tabel 5 Perbandingan diameter droplet dua jenis pengabut gendong bermotor


Ulangan Diameter droplet A (ØA) (µm) Diameter droplet B (ØB) (µm)
1 300.94 339.67
2 279.63 317.04
3 305.95 336.64
Rata-rata 301.51 331.12
19

Berdasarkan Tabel 5 di atas diameter droplet pengabut gendong bermotor tipe


B memiliki ukuran yang lebih besar daripada tipe A. Hal ini dapat disebabkan oleh
kecepatan angin debit penyemprotan yang lebih kecil dan jenis nosel atau
banyaknya baling-baling pada nosel pengabut gendong bermotor. Nosel pengabut
gendong bermotor dengan baling baling yang lebih banyak mampu menghasilkan
diameter dan kerapatan droplet yang lebih baik.

Kerapatan Droplet
Kerapatan droplet merupakan parameter yang penting dalam penggunaan
sprayer termasuk pengabut gendong bermotor. Sebaran droplet yang rapat dan
merata mampu meningkatkan banyaknya cairan yang masuk ke dalam stomata
tanaman. Besarnya nilai ini pada dasarnya dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
ketinggian penyemprotan, debit penyemprotan, pola distribusi penyemprotan, jenis
cairan, kecepatan angin yang keluar dari blower, dan kondisi udara luar.
Berdasarkan tabel 6 di bawah terlihat bahwa kerapatan droplet pengabut gendong
bermotor tipe B mermilik nilai yang lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan oleh pola
distribusi penyemprotan yang terbentuk memiliki gradien yang rendah sehingga
penyebaran droplet tidak terpusat pada sekitar nosel saja. Selain itu, juga dapat
disebabkan karena nilai TPE yang lebih tinggi daripada tipe A.
Tabel 6 Perbandingan kerapatan droplet dua jenis pengabut gendong bermotor
Ulangan Kerapatan droplet tipe A (µm) Kerapatan droplet tipe B (µm)
1 270.98 169.72
2 250.37 210.66
3 272.54 163.47
Rata-rata 264.63 181.28

Hasil tabulasi kinerja pengabut gendong bermotor secara keseluruhan


ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Perbandingan kinerja pengabut gendong bermotor


Nilai parameter dalam rata-rata
Tipe sprayer DPE pd
LPE (m) TPE (m) Ød (µm)
(l/menit) (droplet/cm2)
A 2.3736 0.64 50.26 301.51 264.63
B 3.0072 0.72 56.54 331.12 181.28
Keterangan : DPE = Debit penyemprotan efektif Ød = Diameter droplet
LPE = Lebar Penyemprotan efektif pd = Kerapatan droplet
TPE = Tinggi penyemprotan efektif

Setiap parameter kinerja sprayer pada dasarnya dapat saling mempengaruhi.


Debit penyemprotan efektif (DPE) yang tinggi dapat meningkatkan nilai lebar
penyemprotan efektif (LPE). Tingginya debit ini dapat meningkatkan keseragaman
pada pola distribusi penyemprotan yang menyebabkan LPE meningkat, meskipun
yang lebih dominan dalam menentukan nilai tersebut adalah sudut dan pola
distribusi penyemprotan. Nilai LPE menentukan besarnya tinggi penyemprotan
efektif (TPE). Besarnya diameter dan kerapatan droplet dapat dipengaruhi DPE,
LPE, dan TPE. Tinginya DPE dapat meningkatkan nilai diameter dan kerapatan
20

droplet. LPE yang tinggi dapat meningkatkan nilai kerapatan droplet. Dan TPE
yang besar dapat menurunkan nilai diameter dan kerapatan droplet. Diameter
droplet yang rendah dapat meningkatkan nilai kerapatan droplet.

Hasil Budidaya Terung dengan Sistem Vertikultur

Kondisi Lingkungan
Besarnya tingkat keberhasilan dalam budidaya tanaman dapat berupa
pertumbuhan tanaman dan hasil produksi. Tingkat keberhasilan ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya pemilihan varietas yang baik, teknik budidaya
yang tepat, pemilihan sarana dan prasarana yang efektif dan efisien, dan kondisi
lingkungan yang mendukung. Kondisi lingkungan antara tanaman satu dan lainnya
tentunya tak selalu sama. Beberapa parameter yang menggambarkan kondisi
lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah suhu
udara, kelembaban, dan intensitas cahaya.
Lahan percobaan Leuwikopo sebagai salah satu bagian dari wilayah
Kecamatan Dramaga berada pada 250 mdpl dengan suhu lingkungan rata-rata
25.5°C dan kelembaban udara harian rata-rata 85 % dengan curah hujan 8 mm/hari
(Farihah 2016). Kelembaban udara disekitar lahan juga mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. Nilai kelembaban di lahan tersebut tinggi di sore hingga
pagi ataupun ketika hujan (diatas 80%). Mulai siang hari kelembaban turun
(dibawah 80%). Suhu lingkungan lahan terdapat pada rentang 20 – 40°C dan
intensitas cahaya bernilai 0 – 74 300 lux (Lampiran 4).

Perlakuan
Dosis aplikasi (DA) merupakan parameter dasar dalam penggunaan sprayer
termasuk pengabut gendong bermotor terhadap tanaman. Dosis aplikasi antara
tanaman satu dengan yang lain tidak selalu sama, tergantung pada varietas tanaman
dan kondisi tanah. Nilai KMA yang ditunjukkan pada Tabel 9 merupakan perlakuan
yang diterapkan saat penyemprotan. KMA pada dosis aplikasi yang sesuai
rekomendasi merupakan hasil perhitungan yang didasarkan pada dosis aplikasi 2
liter/ha dan persamaan 2 (Lampiran 5) . Penentuan nilai KMA untuk perlakuan
lainnya ditentukan berdasarkan selisih yang sama di sekitar kecepatan dengan dosis
pemupukan sesuai rekomendasi.

Tabel 8 Penentuan dosis aplikasi setiap perlakuan


No Perlakuan DPE (L) LPE (m) KMA (m/s) DA (l/ha) DAP (l/ha)
1 A1 2.37 0.64 0.62 1030.2 3.0
2 A2 2.37 0.64 0.92 686.8 2.0
3 A3 2.37 0.64 1.22 515.1 1.5
4 B1 3.00 0.72 0.75 928.1 2.7
5 B2 3.00 0.72 1.00 696.1 2.0
6 B3 3.00 0.72 1.25 556.9 1.6
Keterangan : DPE = Debit penyemprotan efektif
LPE = Lebar penyemprotan efektif
KMA = Kecepatan maju aplikasi
DA = Dosis aplikasi
DAP = Dosis aplikasi pupuk
21

Nilai KMA yang telah ditetapkan mempengaruhi besarnya dosis aplikasi


pemupukan yang diterapkan pada tanaman. Penentuan DA yang didasarkan pada
persamaan 2 ditunjukkan pada Tabel 9. DA menunjukkan banyaknya larutan
(pupuk + air) yang diterapkan pada tanaman dan DAP menunjukkan penggunaan
pupuk dalam satu hektare lahan

Jumlah Daun
Grafik pertumbuhan tanaman berdasarkan jumlah daun ditunjukkan pada
gambar di bawah ini.
20.00
Jumlah daun (helai)

15.00
A1
10.00 A2
A3
5.00 B1
B2
0.00 B3
0 20 40 60 80 100
Umur tanaman (HST)

Gambar 14 Pertumbuhan jumlah daun terung


Banyaknya jumlah daun dapat meningkatkan kemampuan tanaman dalam
menghasilkan makanan sebagai hasil dari proses fotosintesis. Berdasarkan Gambar
14 pengukuran jumlah daun yang dilakukan sejak satu hari setelah tanam (HST)
hingga 11 minggu setelah tanam (MST) (Lampiran 6). Penerapan pupuk cair
menggunakan pengabut gendong bermotor yang dilakukan 7 hari setelah tanam
belum memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah daun tanaman terung
sampai tiga minggu setelah tanam. Hal ini dapat disebabkan karena umur terung
yang masih muda dan belum mampu menyerap nutrisi secara optimal. Peningkatan
jumlah daun yang tinggi mulai terjadi ketika tanaman berumur 4 MST hingga 9
MST. Hal ini dapat disebabkan oleh kodisi tanaman yang sudah mulai dewasa
semakin responsif terhadap pemberian nutrisi melalui daun. Peningkatan jumlah
daun yang tidak meningkat besar setelah tanaman berumur 9 MST dapat terjadi
karena pada masa tersebut merupakan waktu pembungaan tanaman terong. Pada
proses pembungaan, tanaman cenderung mengalami hambatan dalam pertumbuhan
vegetatifnya, termasuk pembentukan tunas dan daun (Waskito et al. 2017).
Perlakuan yang menunjukkan jumlah daun paling tinggi adalah B2. Hal ini
menunjukkan banyaknya pupuk organik cair yang diberikan cukup optimum dalam
menambah unsur hara bagi tanaman. Berbeda dengan perlakuan lainnya, perlakuan
dengan kecepatan penyemprotan yang rendah menunjukkan tanaman mengalami
stres sehingga pertumbuhan tanaman terganggu. Daun pada tanaman tersebut
sedikit mengalami perubahan warna menguning setelah penyemprotan seperti yang
ditunjukkan dalam Gambar 15. Warna menguning ini disebabkan oleh tanaman
kekurangan unsur Nitrogen (Nugroho 2015). Hal ini juga dapat disesabkan karena
pemberian aplikasi pupuk cair tidak tepat. Dosis yang berlebihan akan
menyebabkan daun terbakar (Belajartani.com 2018). Perlakuan penyemprotan
dengan kecepatan yang tinggi menyebabkan sebaran droplet pada tanaman tidak
merata sehingga penyerapan nutrisi tidak optimal.
22

(a) (b)
Gambar 15 Perbandingan daun tanaman (a) menguning (b) normal
Tinggi Tanaman
Nilai tinggi tanaman menunjukkan respon tanaman terhadap nutrisi baik dari
tanah maupun penyemprotan pupuk cair ke daun. Berdasarkan data pada Gambar
16 menunjukkan pula tanaman dengan kecepatan yang sesuai dengan dosis aplikasi
rekomendasi memiliki pertumbuhan yang lebih baik. Hal ini juga disebabkan oleh
banyaknya nutrisi yang diterima daun cukup baik. Pemupukan cairan dengan dosis
yang tinggi ataupun rendah dapat menyebabkan gangguan yang terjadi pada daun
sehingga pertumbuhan tanaman terhadap tinggi tanaman menjadi terhambat.
40.00

35.00

30.00
Tinggi tanaman

A1
25.00
A2
20.00
A3
15.00
B1
10.00 B2
5.00 B3
0.00
0 20 40 60 80 100
Umur tanaman (HST)

Gambar 16 Pertumbuhan tinggi tanaman terung


Penggunaan pengabut gendong bermotor pada tanaman hortikultura memang
cukup berdampak baik terhadap pertumbuhan tanaman. Sayangnya bagi tanaman
hortikultura yang memiliki batang yang kurang kokoh menyebabkan tanaman lebih
mudah mengalami rebah. Pertumbuhan tanaman seperti ini menyebabkan
tumbuhnya cabang yang tumbuh pada batang karena efek penyinaran matahari yang
tinggi pada salah satu bagian tanaman. Percabangan pada tamanan dapat
menghambat pertumbuhan bunga ataupun buah. Oleh sebab itu, penggunaan
pengabut gendong bermotor dengan kecepatan angin yang terlalu tinggi ataupun
jarak penyemprotan yang terlalu dekat dapat menyebabkan rebahnya tanaman.

Hari Pemunculan Bunga


Pemunculan bunga pada tanaman terung merupakan parameter pertumbuhan
secara generatif. Bunga tanaman terung tumbuh pada ketiak daun tanaman yang
telah dewasa. Hari pemunculan bunga ditandai dengan munculnya kelopak bunga
yang masih muda dan menutupi seluruh bagian bunga. Kecepatan tumbuhnya
23

bunga ini pada dasarnya dipengaruhi oleh kondisi kesehatan tanaman. Berdasarkan
Gambar 17 pemunculan bunga yang cepat dalam penelitian ini ditunjukkan pada
perlakuan A2 dan B2. Hal ini dapat disebabkan karena pertumbuhan dengan
perlakuan kecepatan pemupukan cairan tersebut cukup baik dalam meningkatkan
kecepatan masa generatif. Pemunculan bunga yang terlambat ataupun tidak
munculnya bunga dapat disebabkan karena pertumbuhan tanaman yang tidak
normal dan pertumbuhan daun yang terlalu tinggi sehingga masa vegetatif tanaman
menjadi jauh lebih panjang.

60 54.8 54.8 55.2


Hari pemunculan bunga (HST)

50.3 48.3
50 47

40

30

20

10

0
A1 A2 A3 B1 B2 B3
Perlakuan

Gambar 17 Perbandingan hari pemunculan bunga setiap perlakuan


Nilai hari pemunculan bunga (Lampiran 8) dan jumlah bunga yang tumbuh
tidak selalu berbanding lurus terhadap kecepatan pemunculan buah. Beberapa
bunga yang muncul pada tanaman terung yang diteliti mengalami kerusakan akibat
beberapa faktor seperti walang sangit dan kutu daun. Hama walang sangit seperti
Gambar 18 menyerang tangkai bunga dan menghisap cairan yang terdapat
didalamnya, sebagai akibatnya tangkai bunga setelah beberapa saat akan mengering
dan jatuh. Kutu daun yang bersarang disekitar bunga juga dapat menghambat
bahkan menghentikan pertumbuhan bunga terung. Kutu daun tersebut bertelur di
sekitar bunga sehingga bunga dapat tidak tumbuh dan mati. Hembusan angin yang
kencang dari pengabut gendong bermotor juga dapat menyebabkan bunga terlepas
dari tangainya. Tangkainya yang rapuh juga dapat disebabkan oleh serangan hama
walang sangit yang menyerang tanaman.

(a) (b)
Gambar 18 Kerusakan pada bunga akibat (a) walang sangit dan (b) kutu daun
24

Bobot buah
Bobot buah merupakan indikasi kualitas buah setelah dipanen dalam kegiatan
budidaya tanaman buah. Pemanenan buah terung dalam penelitian dilakukan 80
hari setelah tanam. Bobot buah yang ditunjukkan pada Gambar 19 menggambarkan
banyaknya kandungan air dan senyawa organik yang terdapat di dalamnya. Bobot
terung yang ditanam secara konvensional biasanya 50-300 gram. Pertumbuhan
tanaman dengan perlakuan A2 menunjukkan kondisi tanaman yang paling baik
diantara yang lain. Hal ini tentunya menyebabkan Pembuatan cadangan makanan
tanaman terung pada buahnya menjadi lebih baik. Kerapatan dan diameter droplet
memang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Ukuran droplet yang
semakin kecil mempermudah nutrisi masuk ke dalam daun melalui stomata.
Semakin besar kerapatan droplet meningkatkan jumlah stomata yang menerima
nutrisi dari penyemprotan pupuk cair tersebut. Dengan jumlah daun yang paling
tinggi juga menyebabkan pemasukan bahan organik ke dalam buah menjadi jauh
lebih baik dari pada perlakuan lainnya. Perlakuan lain memiliki bobot buah yang
jauh lebih kecil. Hal ini dapat disebabkan karena hari pemunculan bunga yang
terlambat ataupun proses fertilisasi pada tanaman terganggu akibat OPT (organisme
pengganggu tanaman), Selain itu, juga terdapat beberapa tanaman yang tidak
berbuah yang disebabkan oleh OTP ataupun stres akibat pertumbuhan yang
terhambat.

120

100 96.22
Bobot buah (gram)

80

58.14 61.66
60
42.73 43.75
40 34.6

20

0
A1 A2 A3 B1 B2 B3
Perlakuan

Gambar 19 Hasil bobot rata-rata buah terung setiap perlakuan


Volume Buah
Volume buah pada tanaman terung menggambarkan besar kecilnya ukuran
buah secara keseluruhan yang meliputi buah utama dan kelopak buah. Nilai ini tidak
selalu berbanding lurus terhadap bobot buah. Tergantung pada varietas tanaman,
tingkat kematangan, dan kondisi lingkungan. Secara keseluruhan yang ditunjukkan
pada Gambar 20, perlakuan A2 memiliki nilai volume buah rata-rata yang jauh lebih
besar dari lainnya yang pada dasarnya disebabkan oleh efektivitas pemupukan yang
dilakukan sama halnya seperti pengaruhnya terhadap bobot buah.
25

140
119.27
120

100
Volume buah (ml)

75.5 75.5
80
53.5 57.8
60
43.5
40

20

0
A1 A2 A3 B1 B2 B3
Perlakuan

Gambar 20 Hasil volume rata-rata buah terung setiap perlakuan

Densitas Buah
Densitas merupakan perbandingan nilai bobot buah terhadap volumenya.
Nilai ini dapat menggambarkan tingkat kandungan air, bahan organik, dan rongga
udara di dalamnya. Hasil densitas buah pada tanaman terung yang diteliti
digambarkan pada Gambar 21.

1.6
1.34
1.4 1.22 1.26
1.2
Densitas (g/ml)

1
0.77 0.8 0.75
0.8
0.6
0.4
0.2
0
A1 A2 A3 B1 B2 B3
Perlakuan

Gambar 21 Nilai densitas buah setiap perlakuan


Berdasarkan Gambar 21 diatas menunjukkan terdapat perbedaan yang terlihat
antara penggunaan pengabut gendong bermotor tipe A dan tipe B. Hal ini dapat
disebabkan karena kadar air yang terkandung dalam buah terung tersebut berbeda.
Karena secara visualisasi seperti Gambar 22, potongan terung antara hasil pengabut
gendong bermotor tipe A dan B tidak menggambarkan perbedaan yang besar.
26

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 22 Potongan buah terung perlakuan (a) A secara horizontal ; (b) A secara
vertikal juga perlakuan (c) B secara horizontal ; (d) B secara vertikal

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kinerja pengabut gendong bermotor tipe A mampu menghasilkan diameter


droplet 301.51 µm dan kerapatan droplet 264.63 droplet/cm2 dengan ketinggian
penyemprotan efektif adalah 50.26 cm. Penggunaan sprayer ini optimal dalam pada
dosis pupuk cair 2 liter/ha dengan kecepatan maju aplikasi 0.92 m/s. Hal ini
diindikasikan oleh pemunculan bunga dalam 47 HST dengan bobot buah 96.22
gram/buah, dan volume buah 119.27 ml/buah.
Kinerja pengabut gendong bermotor tipe B mampu menghasilkan diameter
droplet 331.12 µm dan kerapatan droplet 181.28 droplet/cm2 dengan ketinggian
penyemprotan efektif adalah 56.54 cm. Penggunaan sprayer ini optimal pada dosis
pupuk cair 2 liter/ha dengan kecepatan maju aplikasi 1 m/s. Hal ini diindikasikan
oleh pemunculan bunga dalam 48 hari, bobot buah 61.66 gram/buah, dan volume
buah 75.51 ml/buah.
Kinerja pengabut gendong bermotor yang menghasilkan diameter droplet
yang kecil dan kerapatan droplet yang besar akan menghasilkan yield (hasil
produksi) tanaman terung lebih besar dibandingkan dengan kinerja pengabut
gendong yang memilik diameter droplet lebih besar dan kerapatan droplet lebih
kecil.

Saran

Penggunaan alat yang dapat mengatur dan menyeimbangkan ketinggian


penyemprotan perlu digunakan dalam kegiatan liquid fertilizing, agar nosel
dipastikan tetap pada posisi seharusnya. Selain itu, penggunaan nosel dengan
jumlah baling-baling nosel (vane number) yang berbeda perlu diteliti lebih lanjut
untuk memperkecil diameter droplet dan memperbesar kerapatan droplet sehingga
kinerja pengabut gendong bermotor meningkat.
27

DAFTAR PUSTAKA

Adnamazida R. 2013. 8 Nutrisi di dalam terung. [Internet]. [diakses tanggal 24 Juli


2019]. Tersedia pada https://www.merdeka.com/sehat/8-nutrisi-tersembunyi-
di-balik-terung.html
Azhari I. 2011. Analisis tekno ekonomi alat semprot semi-otomatis tipe sandang
(knapsack sprayer) dengan beberapa variasi jumlah nozzle [Skripsi]. Padang
(ID): Universitas Andalas.
Badan Pusat Statistik. 2016. Indikator Pertanian 2015/2016. Jakarta (ID) : BPS.
Badan Standarisasi Nasional. 2018. Alat Pemeliharaan Tanaman – Pengabut
Gendong (Knapsack Mist Blower) Bermotor – Syarat Mutu dan Metode Uji.
Jakarta (ID): BSN.
Belajartani.com. 2018. Akibat aplikasi pupuk daun yang tidak tepat, daun cabai
nampak terbakar. [diakses tanggal 1 Agustus 2019] Tersedia pada
https://belajartani.com/akibat-aplikasi-pupuk-daun-yang-tidak-tepat-daun-
cabai-nampak-terbakar/
Daywin FJ, Sitompul RG, Imam H. 2008. Mesin-mesin Budidaya Pertanian. Bogor
(ID): JICA-DGHE/IPBProject.
Desiliyarni T, Astuti Y, Fauzy F, Endah J. 2003. Vertikultur Teknik Bertanam di
Lahan Sempit. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.
Filaini R. 2012. Analisis beban kerja petani pada pengoprasian sprayer gendong
semi-otomatis di Kecamatan Wedung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Farihah AW. 2016. Identifikasi perubahan suhu udara dan curah hujan di Bogor
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Hermawan W. 2012. Kinerja sprayer bermotor dalam aplikasi pupuk daun di
perkebunan tebu. Jurnal Keteknikan Pertanian. 26(2):91-98.
Hidayat V. 2016. Efektivitas pemberian pupuk anorganik dan pupuk kotoran ayam
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung hibrida (Solanum molongena
L.) [Skripsi] Pekanbaru (ID): UIN Suska.
Lingga L. 2010. Cerdas Memilih Sayuran. Jakarta (ID): Agromedia.
Liferdi L, Saparinto C. 2016. Vertikultur Tanaman Sayur. Jakarta (ID): Swadaya.
Marpaung AE, Karo B, Tarigan R. 2014. Pemanfaatan pupuk organic cair dan
teknik penanaman dalam peningkatan pertumbuhan dan hasil kentang. J.Hort.
(24(1): 49-55.
Maulana MI. 2018. Manajemen produksi tanaman tomat (Solanum lycopersicum
L.) sistem hidroponik di PT Momenta Agrikultura Amazing Farm, Bandung
[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nawawi NH. 2016. Uji kinerja modifikasi bagian pengabut mist blower untuk
tanaman padi sawah sistem legowo [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Nugroho WS. 2015. Penetapan standar warna daun sebagai upaya identifikasi status
hara (N) tanaman jagung (Zea mays L.) pada tanah regosol. Planta Tropika
Jurnal of Agro Science. 3(1): 8-15.
Nurmawati, Kadarwati S. 2016. Vertikultur median pralon sebagai upaya
memenuhi kemandirian pangan di wilayah Peri Urban Kota Semarang. Jurnal
Pendidikan Sains. 4(2): 19-25.
28

Pal SK, Gupta SKD. Pesticide Application. Andhra Pradesh (IN): Icrisat.
Pramuhadi G. 2012. Aplikasi herbisida di kebun tebu lahan kering. Pangan 21(3):
221-231.
Rachman IA, Djuniwati S, Idris K. 2008. Pengaruh bahan organik dan pupuk NPK
terhadap serapan hara produksi jagung di Inceptisol Ternate. Jurnal Tanah
dan Lingkungan. 10(1): 7-13.
Rahman MN, Yamin M. 2014. Modifikasi nosel pada sistem penyemprotan untuk
pengendalian gulma menggunakan sprayer gendong elektrik. Jurnal
Keteknikan Pertanian. 2(1):2014.
Rasapto PW. 2006. Budidaya Sayuran dengan Verikultur. Semarang (ID): Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah.
Rubatzky VE, Yamaguchi M. 1997. Sayuran Dunia 3 Prinsip Produksi dan Gizi
Edisi Kedua. Bandung (ID): ITB.
Setyaningrum HD, Saparinto C. 2011. Panen Sayur Secara Rutin di Lahan Sempit.
Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Suhaili, Solikin M. 2010. Sistem vertikultur irigasi tetes pada budidaya hortikultura
di lahan perumahan Kota Kabupaten Gresik. Jurnal Agrofish. 6(2): 108-115.
Sumpena U. 2016. Budidaya Terung. Bandung (ID): Agro Inovasi.
Supriati Y, Herliana E. 2010. Bertanam 15 Sayur Organik dalam Pot. Jakarta (ID):
Penebar Swadaya.
Sutarminingsih L. 2003. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertikal. Yogyakarta
(ID): Kanisius.
Triasagro. 2018. Benih terong lalap ungu Ziyad [internet]. Bogor (ID): Triasagro
Seed; [diunduh pada 2019 Juli 10]. Tersedia pada:
https://triasagro.com/shop/benih-terong-lalap-ungu-ziyad-10-gr/
Wahyudi. 2011. Meningkatkan Hasil Panen Sayuran dengan Teknologi EMP.
Jakarta (ID): Agromedia.
Waskito K, Aini N, Koesriharti. 2017. Pengaruh media tanam dan pupuk nitrogen
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terong (Solanum melongat L.).
Jurnal Produksi Tanaman. 5(101): 1586-1593.
Yuwana NAJ. 2014. Desain dan konstruksi grid patternator untuk pengujian kinerja
penyemprotan sprayer [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
29

LAMPIRAN

Lampiran 1 Spesifikasi pengabut gendong bermotor yang digunakan

Pengabut gendong bermotor


No Variabel Identifikasi Satuan
Tipe A Tipe B
1 Merk - Shandong Tasco
2 Model - 3WF-3 MD-160
3 Negara pembuat - China Indonesia
4 Dimensi
a. Panjang total mm 485 420
b. Lebar total mm 312 500
c. Tinggi total mm 645 800
5 Bobot kosong Kg 11 12.5
6 Kapasitas tangki Liter 14 16
7 Nosel
Diameter luar mm 36 43
Diameter dalam mm 26 29
Diameter lubang mm 8 7
Diameter rongga udara mm 50 70
Jumlah baling-baling buah 12 8
Foto -

7 Daya mesin kW 2.13 2.13


8 Kecepatan putaran kipas rpm 7500 7000
9 Kecepatan angin keluaran m/s 20.9 33.8
10 Jangkauan penyemprotan m 12 15
11 Debit penyemprotan
l/mnt 2.37 3.00
efektif
12 Lebar Penyemprotan
mm 640 720
efektif
13 Tinggi Penyemprotan
mm 502.6 565.4
efektif
14 Diameter droplet µm 301.51 331.12
15 Kerapatan droplet droplet/cm2 264.63 181.28
30

Lampiran 2 Data hasil pengukuran pola penyemprotan dan debit menggunakan


patternator

VA (ml) VB (ml)
No Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan Ulangan
1 2 3 1 2 3
-9 - - - 0 2 0
-8 0 0 0 1 4 1
-7 0.2 2 2 6 5 1
-6 4.6 5.4 5.2 10 7 2
-5 10 21.4 9.6 14 10 4
-4 19 25 24 15 11 11
-3 48 52 39 27 22 28
-2 73 89 56 48 34 65
-1 100 102 92 80 63 97
0 86.4 81 103 116 93 107
1 44.4 38.6 75 108 104 84
2 30.8 24.4 38 70 73 51
3 18.8 22.2 15 41 45 27
4 9.8 10.2 4.8 19 23 12
5 2.8 4.4 3 11 15 8.6
6 2.2 2 2 7 10 5
7 0.4 1 1 3 6 4.2
8 0 0 0 1 5 1.4
9 - - - 0 3 0
DPT
2.7024 2.6748 2.8176 3.462 3.21 3.0492
(l/mnt)
DPE
2.4084 2.2044 2.508 3.21 2.868 2.9436
(l/mnt)
31

Lampiran 3 Data penentuan LPT, LPE, dan TPE


A. Pengabut gendong bermotor tipe A

Σ grafik tumpang tindih


originall Overlap Overlap Overlap
No
(ml) 1 (ml) 2 (ml) 3 (ml) Overlap Overlap Overlap
1 (ml) 2 (ml) 3 (ml)
-8 0 86.4 44.4 100 86.4 44.4 100
-7 0.2 44.4 30.8 86.4 44.6 31 86.6
-6 4.6 30.8 18.8 44.4 35.4 23.4 49
-5 10 18.8 9.8 30.8 28.8 19.8 40.8
-4 19 9.8 2.8 18.8 28.8 21.8 37.8
-3 48 2.8 2.2 9.8 50.8 50.2 57.8
-2 73 2.2 0.4 2.8 75.2 73.4 75.8
-1 100 0.4 0 2.2 100.4 100 102.2
0 86.4 0 0.2 0.4 86.4 86.6 86.8
1 44.4 0.2 4.6 0 44.6 49 44.4
2 30.8 4.6 10 0.2 35.4 40.8 31
3 18.8 10 19 4.6 28.8 37.8 23.4
4 9.8 19 48 10 28.8 57.8 19.8
5 2.8 48 73 19 50.8 75.8 21.8
6 2.2 73 100 48 75.2 102.2 50.2
7 0.4 100 86.4 73 100.4 86.8 73.4
8 0 86.4 44.4 100 86.4 44.4 100
average 58.07 55.60 58.87
SD 26.81 27.08 28.97
CV 0.461 0.487 0.491

LPT = λ nt =8 cm x 15 = 120 cm
LPE = λ ne =8 cm x 8 = 64 cm
TPE = 0.5 LPE/tan(0.5α) =0.5 x 64 cm / tan (0.5 x 65°) = 50.26 cm
32

B. Pengabut gendong bermotor tipe B

Σ grafik tumpang tindih


original Overlap Overlap Overlap
No Overlap Overlap Overlap
l (ml) 1 (ml) 2 (ml) 3 (ml)
1 (ml) 2 (ml) 3 (ml)
-9 0 116 108 80 116 108 80
-8 1 108 70 116 109 71 117
-7 6 70 41 108 76 47 114
-6 10 41 19 70 51 29 80
-5 14 19 15 41 33 29 55
-4 15 15 7 17 30 22 32
-3 27 7 3 15 34 30 42
-2 48 3 1 7 51 49 55
-1 80 1 0 3 81 80 83
0 116 0 1 1 116 117 117
1 108 1 6 0 109 114 108
2 70 6 10 1 76 80 71
3 41 10 14 6 51 55 47
4 19 14 11 10 33 30 29
5 11 11 27 14 22 38 25
6 7 27 48 11 34 55 18
7 3 48 80 27 51 83 30
8 1 80 116 48 81 117 49
9 0 116 108 80 116 108 80
average 66.84 66.42 64.84
SD 33.49 33.89 32.84
CV 0.501 0.510 0.506
LPT = λ nt =8 cm x 17 = 136 cm
LPE = λ ne =8 cm x 9 = 72 cm
TPE = 0.5 LPE/tan(0.5α) =0.5 x 72 cm / tan (0.5 x 65°) = 56.54 cm
33

Lampiran 4 Hasil pengujian diameter dan kerapatan droplet


A. Pengabut gendong bermotor tipe A

Pixel
Luas Ø ρ(
Luas Jumlah
No Luas Luas 1 droplet droplet droplet/
kertas droplet
terbasahi droplet (m2) (µm) cm2)
10*10
1 1394636 261861 13 9.3E-08 20143 344.59 201.43
2 1394636 261861 8 5.7E-08 32733 270.32 327.33
3 1394636 261861 13 9.3E-08 20143 344.59 201.43
4 1394636 261861 9 6.5E-08 29096 286.72 290.96
5 1394636 261861 10 7.2E-08 26186 302.23 261.86
1
6 1394636 261861 11 7.9E-08 23806 316.98 238.06
7 1394636 261861 10 7.2E-08 26186 302.23 261.86
8 1394636 261861 10 7.2E-08 26186 302.23 261.86
9 1394636 261861 7 5.0E-08 37409 252.86 374.09
10 1394636 261861 9 6.5E-08 29096 286.72 290.96
1 1395845 230837 8 5.7E-08 28855 270.20 288.55
2 1395845 230837 17 1.2E-07 13579 393.89 135.79
3 1395845 230837 7 5.0E-08 32977 252.75 329.77
4 1395845 230837 9 6.4E-08 25649 286.59 256.49
5 1395845 230837 13 9.3E-08 17757 344.44 177.57
2
6 1395845 230837 7 5.0E-08 32977 252.75 329.77
7 1395845 230837 9 6.4E-08 25649 286.59 256.49
8 1395845 230837 8 5.7E-08 28855 270.20 288.55
9 1395845 230837 11 7.9E-08 20985 316.84 209.85
10 1395845 230837 10 7.2E-08 23084 302.10 230.84
1 1394729 267820 12 8.6E-08 22318 331.06 223.18
2 1394729 267820 8 5.7E-08 33478 270.31 334.78
3 1394729 267820 10 7.2E-08 26782 302.22 267.82
4 1394729 267820 9 6.5E-08 29758 286.71 297.58
5 1394729 267820 11 7.9E-08 24347 316.97 243.47
3
6 1394729 267820 16 1.1E-07 16739 382.28 167.39
7 1394729 267820 13 9.3E-08 20602 344.58 206.02
8 1394729 267820 8 5.7E-08 33478 270.31 334.78
9 1394729 267820 7 5.0E-08 38260 252.85 382.60
10 1394729 267820 10 7.2E-08 26782 302.22 267.82
rata-rata 301.51 265
34

B. Pengabut gendong bermotor tipe B

Pixel
Luas Ø ρ(
Luas Jumlah
No Luas Luas 1 droplet droplet droplet/
kertas droplet
terbasahi droplet (m2) (µm) cm2)
10*10
1 1394614 205857 12 8.6E-08 17155 331.08 171.55
2 1394614 205857 15 1.1E-07 13724 370.16 137.24
3 1394614 205857 11 7.9E-08 18714 316.98 187.14
4 1394614 205857 19 1.4E-07 10835 416.60 108.35
5 1394614 205857 11 7.9E-08 18714 316.98 187.14
1
6 1394614 205857 14 1.0E-07 14704 357.60 147.04
7 1394614 205857 10 7.2E-08 20586 302.23 205.86
8 1394614 205857 13 9.3E-08 15835 344.60 158.35
9 1394614 205857 8 5.7E-08 25732 270.32 257.32
10 1394614 205857 15 1.1E-07 13724 370.16 137.24
1 1395915 226497 9 6.4E-08 25166 286.59 251.66
2 1395915 226497 9 6.4E-08 25166 286.59 251.66
3 1395915 226497 12 8.6E-08 18875 330.92 188.75
4 1395915 226497 13 9.3E-08 17423 344.44 174.23
5 1395915 226497 13 9.3E-08 17423 344.44 174.23
2
6 1395915 226497 8 5.7E-08 28312 270.20 283.12
7 1395915 226497 14 1.0E-07 16178 357.44 161.78
8 1395915 226497 11 7.9E-08 20591 316.83 205.91
9 1395915 226497 12 8.6E-08 18875 330.92 188.75
10 1395915 226497 10 7.2E-08 22650 302.09 226.50
1 1394710 198339 11 7.9E-08 18031 316.97 180.31
2 1394710 198339 12 8.6E-08 16528 331.07 165.28
3 1394710 198339 10 7.2E-08 19834 302.22 198.34
4 1394710 198339 12 8.6E-08 16528 331.07 165.28
5 1394710 198339 13 9.3E-08 15257 344.58 152.57
3
6 1394710 198339 17 1.2E-07 11667 394.05 116.67
7 1394710 198339 14 1.0E-07 14167 357.59 141.67
8 1394710 198339 14 1.0E-07 14167 357.59 141.67
9 1394710 198339 9 6.5E-08 22038 286.71 220.38
10 1394710 198339 13 9.3E-08 15257 344.58 152.57
rata-rata 331.12 181
35

Lampiran 5 Hasil pengukuran kondisi lingkungan sekitar tanaman

A. Suhu lingkungan
Suhu lingkungan (°C)
No Waktu
T1 T2 T3 T4 T5 T6 T7 T8 T9
1 5.00 26.0 25.0 24.5 - - - - - -
2 6.00 25.0 24.5 25.0 21.0 21.0 21.0 21.0 21.0 21.0
3 7.00 26.0 25.0 25.0 23.0 22.0 21.5 23.0 22.0 22.5
4 8.00 32.0 32.0 28.0 26.0 27.0 24.0 29.0 28.0 29.0
5 9.00 37.0 38.0 34.0 35.0 35.0 30.0 32.0 32.0 32.5
6 10.00 33.0 34.5 32.5 33.0 34.0 32.0 33.0 34.0 34.0
7 11.00 36.0 38.5 40.0 35.0 37.0 35.0 35.0 36.0 35.0
8 12.00 37.0 39.0 41.5 35.5 35.0 33.0 35.5 35.0 34.0
9 13.00 37.0 40.0 42.0 35.0 35.0 34.0 35.0 35.0 35.0
10 14.00 36.0 39.0 41.0 35.0 34.5 35.0 33.5 33.5 34.0
11 15.00 37.0 41.0 43.5 34.0 34.0 34.0 32.0 32.0 33.0
12 16.00 36.0 38.0 38.0 34.0 33.0 33.0 32.0 32.0 32.0
13 17.00 33.0 32.0 32.5 31.0 30.0 30.0 29.0 28.0 29.0
14 18.00 27.0 27.0 26.0 27.0 26.0 25.5 25.0 25.0 25.5
15 19.00 26.0 25.0 25.0 - - - - - -

B. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya (lux)
No Waktu
Iv1 Iv2 Iv3 Iv4 Iv5 Iv6 Iv7 Iv8 Iv9
1 5.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 6.00 732 716 741 477 441 486 297 323 328
3 7.00 9320 9620 9590 5320 5420 5480 6300 5580 5640
4 8.00 23100 23200 22900 15760 15680 17730 18070 17680 17910
5 9.00 44800 43000 41300 36000 32300 40000 35200 34300 32500
6 10.00 22800 25100 27400 42800 37300 40600 45000 42500 41900
7 11.00 72000 74300 71200 45800 41800 48900 53100 49300 49300
8 12.00 74000 74200 69900 46100 49200 50600 51500 50800 52300
9 13.00 68900 70300 67300 48000 43500 53300 44900 44300 46800
10 14.00 58200 57800 56000 41100 38900 40800 34700 36900 34000
11 15.00 42400 46500 43900 31300 31400 32800 19550 18640 22600
12 16.00 19300 20800 21000 11500 11800 9870 11310 13140 12780
13 17.00 4120 4420 4200 3020 3370 3340 2670 3040 2790
14 18.00 0 0 0 35 38 34 23 24 25
15 19.00 0 0 0 0 0 0 0 0 0
36

Lampiran 6 Penentuan kecepatan penyemprotan kedua Pengabut gendong


bermotor

Mist blower
No Parameter Satuan Persamaan
Tipe A Tipe B
1 Konsentrasi ml pupuk - 3 3
larutan (C) /l air
2 Dosis aplikasi l/ha - 2 2
pupuk (DAP)
3 Dosis aplikasi l/ha DAP/C 666.7 666.7
air (DAA)
4 Dosis aplikasi l/ha DAA + DAP 668.7 668.7
(DA)
5 DPE l/jam V/t 142.2 180.4
6. LPE M - 0.64 0.72
7. KMA m/s DPE/(0.36xLPExDA) 0.92 1.04
37

Lampiran 7 Data hasil pengukuran jumlah daun tanaman

HST
No.
1 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77
1 5 4 5 6 8 10 9 15 13 13 15 14
2 5 5 5 5 7 9 10 11 11 12 13 13
3 4 5 6 7 8 9 10 12 14 13 13 14
4 4 5 6 5 6 7 9 12 13 15 13 14
5 5 5 6 6 7 6 7 9 10 11 13 12
A1 6 5 5 5 6 8 9 9 10 11 15 17 17
7 4 5 5 6 4 4 6 9 9 9 11 14
8 5 5 6 7 6 6 7 9 8 7 8 8
9 6 6 5 5 6 6 8 6 8 8 9 10
10 5 4 4 5 5 4 5 7 6 7 8 14
x̄ 4.8 4.9 5.3 5.8 6.5 7.0 8.0 10.0 10.3 11.0 12.0 13.0
1 6 5 6 7 8 10 11 12 13 13 12 9
2 4 4 5 6 8 11 10 11 13 13 13 12
3 5 4 5 6 10 16 24 21 23 23 21 24
4 5 6 5 5 6 7 10 8 11 13 15 14
5 5 5 6 6 9 13 18 21 24 19 16 20
6 5 5 5 6 6 7 9 13 16 17 18 19
A2
7 4 4 5 7 10 14 17 19 19 18 18 19
8 5 5 5 6 7 8 10 13 13 15 15 16
9 5 5 5 7 8 10 11 14 19 19 19 20
10 5 5 5 6 8 11 14 15 16 17 18 22
11 5 5 6 8 9 12 15 17 19 22 25 26
x̄ 4.9 4.8 5.3 6.4 8.1 10.8 13.5 14.9 16.9 17.2 17.3 18.3
1 5 4 5 5 6 7 9 11 11 10 10 12
2 3 4 4 7 10 12 18 15 17 18 17 22
3 5 5 5 5 6 8 13 14 17 19 21 24
4 5 3 5 6 6 8 10 10 10 13 13 13
5 5 4 5 5 6 9 16 16 18 18 17 20
A3 6 6 4 6 6 7 9 11 11 13 13 13 15
7 4 5 6 5 6 7 9 11 10 11 13 14
8 4 5 7 6 7 8 8 10 10 8 8 9
9 5 4 5 6 8 8 8 10 10 9 10 10
10 4 5 4 5 6 6 7 8 8 11 16 17
x̄ 4.6 4.3 5.2 5.6 6.8 8.2 10.9 11.6 12.4 13.0 13.8 15.6
38

HST
No.
1 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77
1 4 6 5 6 7 9 10 10 9 11 12 14
2 4 5 6 6 7 8 12 13 14 14 14 14
3 5 4 4 5 6 7 6 8 7 7 6 9
4 5 5 6 5 6 8 8 10 10 11 11 11
5 4 5 4 5 4 5 6 6 6 7 8 11
B1 6 3 4 4 5 5 5 7 8 7 11 18 22
7 4 5 6 6 7 7 8 10 10 10 10 8
8 5 5 5 6 6 5 6 7 11 11 9 14
9 4 5 6 6 7 7 6 8 11 13 11 13
10 4 5 5 6 6 8 8 8 7 10 13 11
x̄ 4.2 4.9 5.1 5.6 6.1 6.9 7.7 8.8 9.2 10.5 11.2 12.7
1 4 4 5 5 6 7 12 11 9 11 14 16
2 4 4 5 6 6 6 10 10 8 10 11 13
3 4 5 6 7 9 10 12 14 13 14 13 12
4 6 6 7 6 7 8 8 15 17 17 15 17
5 5 4 6 8 9 10 9 10 11 14 17 18
6 4 4 6 5 5 6 8 11 11 13 12 12
B2 7 5 4 5 7 8 10 15 14 12 13 12 15
8 4 4 5 6 6 8 9 12 12 15 17 22
9 4 4 5 7 9 12 16 16 18 17 15 18
10 4 5 6 7 7 8 11 12 10 15 18 20
11 4 4 4 6 7 8 12 14 18 19 17 25
12 4 4 5 6 6 8 10 11 14 19 24 29
x̄ 4.0 4.0 4.5 6.0 6.5 8.0 11.0 12.5 16.0 19.0 20.5 27.0
1 5 4 5 6 6 7 12 14 16 16 15 15
2 5 4 6 5 6 6 8 9 10 13 16 18
3 4 5 7 7 8 8 10 11 17 17 18 21
4 5 5 4 5 7 6 7 9 10 13 14 13
5 5 5 4 4 4 5 8 8 7 12 15 20
6 4 4 5 5 6 7 15 16 15 14 10 18
B3 7 5 4 5 6 5 7 8 8 8 11 12 14
8 4 4 4 5 6 8 7 8 10 15 17 16
9 5 4 4 5 7 6 8 14 16 18 21 25
10 4 6 4 4 6 7 15 14 14 15 13 17
11 5 4 5 6 5 7 9 10 12 13 16 15
12 3 2 5 5 6 7 10 8 13 20 28 34
x̄ 4.5 4.3 4.8 5.3 6.0 6.8 9.8 10.8 12.3 14.8 16.3 18.8
39

Lampiran 8 Data hasil pengukuran tinggi tanaman

HST
No.
1 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77
1 10 11 12.5 14 15 17 22 28 28 31 33 34
2 11.5 13 14 15 16 18 22 25 29 31 34 35
3 10.5 11 11.5 13 16 19 25 30 32 33 35 35
4 12 13 15.5 17 17 19 22 26 28 31 36 40
5 14 15.5 18 17 18 19 21 24 24 29 31 33
A1 6 13 14.5 15 16 17 19 21 25 26 30 35 37
7 10 12 13 13.5 14 15 15 20 20 28 32 35
8 12.5 14 13.5 14 15 17 19 22 22 25 26 26
9 12 13.5 12.5 13 13 15 15 19 19 26 28 30
10 11 14 15.5 15 16 17 17 17 16 19 23 24
x̄ 11.7 13.2 14.3 14.8 15.7 17.5 19.9 23.6 24.4 28.3 31.3 32.9
1 11.5 13 13 16 18 20 24 28 29 31 29 29
2 9.5 10 11.5 13 15 17 17 18 26 28 29 30
3 10.5 12 13 15 17 20 22 28 30 30 31 31
4 13 15 15.5 16 17 17 19 23 24 28 31 32
5 12.5 13 14.5 16 19 22 22 27 28 31 33 33
6 12 14.5 15.5 17 18 20 22 28 31 35 36 37
A2
7 12.5 14 16 17 19 21 26 32 24 29 31 33
8 14 15 15 16 16 18 20 24 28 36 40 42
9 12.5 14 15 17 19 22 26 30 32 33 35 36
10 13 16 17.5 18 20 23 24 29 30 29 28 28
11 10 13.5 15 16 18 21 24 22 26 31 33 33
x̄ 11.9 13.6 14.7 16.1 17.8 20.1 22.4 26.3 28.0 31.0 32.4 33.1
1 11.5 12 14 15 16 18 20 22 28 30 31 31
2 14 16.5 17 18 20 22 23 26 28 33 34 35
3 13 14 15 17 18 20 21 25 28 34 35 37
4 13 13.5 14 14 17 19 22 25 29 33 35 37
5 12 12.5 14.5 15 16 19 19 24 25 28 29 29
A3
6 14 16.5 17.5 18 19 22 25 30 33 35 34 35
7 15 16.5 17.5 17 20 21 24 29 32 33 34 36
8 14.5 15.5 17.5 19 21 21 24 29 30 31 31 32
9 12.5 13.5 15 15 16 17 20 23 28 30 31 32
10 14 15 17 16 17 18 19 21 25 29 31 33
x̄ 13.4 14.6 15.9 16.4 18.0 19.7 21.7 25.4 28.6 31.6 32.5 33.7
40

HST
No.
1 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77
1 4 6 5 6 7 9 10 10 9 11 12 14
2 4 5 6 6 7 8 12 13 14 14 14 14
3 5 4 4 5 6 7 6 8 7 7 6 9
4 5 5 6 5 6 8 8 10 10 11 11 11
5 4 5 4 5 4 5 6 6 6 7 8 11
B1 6 3 4 4 5 5 5 7 8 7 11 18 22
7 4 5 6 6 7 7 8 10 10 10 10 8
8 5 5 5 6 6 5 6 7 11 11 9 14
9 4 5 6 6 7 7 6 8 11 13 11 13
10 4 5 5 6 6 8 8 8 7 10 13 11
x̄ 4.2 4.9 5.1 5.6 6.1 6.9 7.7 8.8 9.2 10.5 11.2 12.7
1 4 4 5 5 6 7 12 11 9 11 14 16
2 4 4 5 6 6 6 10 10 8 10 11 13
3 4 5 6 7 9 10 12 14 13 14 13 12
4 6 6 7 6 7 8 8 15 17 17 15 17
5 5 4 6 8 9 10 9 10 11 14 17 18
6 4 4 6 5 5 6 8 11 11 13 12 12
B2 7 5 4 5 7 8 10 15 14 12 13 12 15
8 4 4 5 6 6 8 9 12 12 15 17 22
9 4 4 5 7 9 12 16 16 18 17 15 18
10 4 5 6 7 7 8 11 12 10 15 18 20
11 4 4 4 6 7 8 12 14 18 19 17 25
12 4 4 5 6 6 8 10 11 14 19 24 29
x̄ 4.0 4.0 4.5 6.0 6.5 8.0 11.0 12.5 16.0 19.0 20.5 27.0
1 5 4 5 6 6 7 12 14 16 16 15 15
2 5 4 6 5 6 6 8 9 10 13 16 18
3 4 5 7 7 8 8 10 11 17 17 18 21
4 5 5 4 5 7 6 7 9 10 13 14 13
5 5 5 4 4 4 5 8 8 7 12 15 20
6 4 4 5 5 6 7 15 16 15 14 10 18
B3 7 5 4 5 6 5 7 8 8 8 11 12 14
8 4 4 4 5 6 8 7 8 10 15 17 16
9 5 4 4 5 7 6 8 14 16 18 21 25
10 4 6 4 4 6 7 15 14 14 15 13 17
11 5 4 5 6 5 7 9 10 12 13 16 15
12 3 2 5 5 6 7 10 8 13 20 28 34
x̄ 4.5 4.3 4.8 5.3 6.0 6.8 9.8 10.8 12.3 14.8 16.3 18.8
41

Lampiran 9 Hari pemunculan bunga, bobot, volume dan densitas buah

Hari
pemunculan Bobot buah Volume buah Densitas buah
No
(g) (ml) (g/ml)
bunga (HST)
1 49 118.6 152 0.78
2 50 73.6 89 0.83
3 49 96.3 114 0.84
4 48 61.9 77 0.80
5 51 20 27 0.74
A1 6 52 15.9 26 0.61
7 51 28.9 31 0.93
8 57 12.1 19 0.64
9 75 0 0 -
10 66 0 0 -
x̄ 54.8 42.73 53.5 0.77
1 45 100.3 120 0.84
2 47 97.2 119 0.82
3 46 110.7 135 0.82
4 52 97.4 123 0.79
5 45 107.5 130 0.83
A2 6 46 97.6 129 0.76
7 45 93 110 0.85
8 48 112.1 133 0.84
9 47 92.9 122 0.76
10 51 32.3 43 0.75
11 45 117.4 148 0.79
x̄ 47 96.22 119.27 0.80
1 50 62.4 78 0.80
2 50 28.6 36 0.79
3 53 34.6 51 0.68
4 49 32.9 45 0.73
5 47 91.8 116 0.79
A3 6 48 90.4 106 0.85
7 50 75.7 106 0.71
8 50 69.1 87 0.79
9 52 82.2 107 0.77
10 54 13.7 23 0.60
x̄ 50.3 58.14 75.5 0.75
42

Hari
pemunculan Bobot buah Volume buah Densitas buah
No
(g) (ml) (g/ml)
bunga (HST)
1 50 69.6 90 1.29
2 48 105.9 140 1.32
3 65 0 0 -
4 48 109.1 137 1.26
5 75 0 0 -
B1 6 55 0 0 -
7 54 21.5 30 1.40
8 52 0 0 -
9 50 83.9 115 1.37
10 51 47.5 66 1.39
x̄ 54.8 43.75 57.8 1.34
1 49 89.9 121 1.35
2 52 57.1 55 0.96
3 45 94.9 129 1.36
4 47 39.6 48 1.21
5 48 0 0 -
B2 6 49 69.6 76 1.09
7 47 80.4 93 1.16
8 50 24.3 33 1.36
9 45 94.5 117 1.24
10 51 66.3 83 1.25
x̄ 48.3 61.66 75.5 1.22
1 49 63.4 86 1.36
2 49 0 0 -
3 52 67.2 79 1.18
4 46 45.2 59 1.31
5 57 31.4 39 1.24
6 60 29.6 36 1.22
B3
7 60 0 0 -
8 57 0 0 -
9 68 0 0 -
10 56 54.4 66 1.21
11 53 88.9 114 1.28
x̄ 48 105.9 140 1.32
43

Lampiran 10 Pertumbuhan tanaman dan hasil buah setiap perlakuan

A. Pertumbuhan tanaman

A1 A2 A3

B1 B2 B3

B. Hasil buah

A1 A2 A3

B1 B2 B3
44

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Garut pada tanggal 26 Januari 1997 dari ayah Yoyo dan
ibu Sumiati. Penulis adalah putra kedua dari tiga bersaudara. Penulis mengawali
pendidikan formal di SDN Neglasari 2 tahun 2003 – 2009, dan melanjutkan ke
SMPN 1 Selaawi pada tahun 2009 – 2012, kemudian meneruskan ke SMAN 13
Garut pada tahun 2012 – 2015. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk
Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN dan diterima di Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanain. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis menjadi asisten praktikum Alat dan Mesin Budidaya Pertanian,
Hubungan Tanah dan Alsintan, dan Mekanisasi Perkebunan pada tahun 2019.
Penulis juga pernah aktif sebagai Staf Himpunan Teknik Pertanian (HIMATETA)
pada tahun 2017/2018 dan Himpunan Mahasiswa Garut (HIMAGA). Pada bulan
Juli – Agustus 2018 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT. Perkebunan
Nusantara XI PG Jatiroto dengan judul Kinerja Penyiapan Lahan Replanting Cane
(RPC) pada Budidaya Tebu Lahan Kering di PT Perkebunan Nusantara XI PG
Jatiroto, Lumajang.

Anda mungkin juga menyukai