LAPORAN PRAKTIKUM
MEKANISASI PERTANIAN
“IDENTIFIKASI DAN KALIBRASI ALAT TANAM”
Disusun oleh:
1. MOHAMMAD ALFIANUR R
2. PIPIT ELOK NIKMATUS SOLIKAH
3. HARKI HERMAWAN
4. BAGUS RAHMATULLOH
5. HAFIDZ NUR SALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
MATERI II
IDENTIFIKASI DAN KALIBRASI ALAT TANAM
1. TUJUAN
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenalkan peralaan mekanis
yang digunakan sebagai alat tanam beberapa biji-bijian, mengetahui karakteristik serta
menghitung efisiensi alat tanam, dan untuk memprediksi biji yang dibutuhkan untuk
penanaman pada suatu lahan.
2. DASAR TEORI
a. Pengertian Penanaman (3 Sitasi)
Penanaman merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam
budidaya tanaman padi. Penanaman berarti menanam benih atau bibit pada suatu
lahan/yang telah disediaka (Harnel, 2012). Sedangkan menurut Satriawan et al.,
(2019). Penanaman adalah kegiatan memindahkan bibit dari tempat penyemaian ke
lahan pertanaman untuk di dapatkan hasil produk dari tanaman yang dibudidayakan.
Penanaman merupakan salah satu rangkaian yang dilakukan untuk
menempatkan biji atau benih dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan
biji diatas permukaan tanah serta menanamkan dalam tanah yang bertujuan untuk
mendapatkan perkecambahan dan pertumbuhan biji yang baik (Aini & Ichwan, 2017).
.
Korelasi jarak tanam dan petumbuhan tanaman dapat dilihat apabila pada
tanaman diatur kerapatannya maka akan meminimalkan kompetisi intrapopulasi agar
kanopi taaman dan akar memanfaatkan lingkungan dengan optimal. Akan tetapi, jika
jarak tanam jarang juga dapat memperbaiki kualitas tanaman serta memberikn peluang
terhadap perkembangan gilma yang berdampal negative karena terjadi kompetisi
dengan tanaman utama (Erawati & Hipi, 2016). Sedangkan Menurut Abadi et al. (2013)
jarak tanam yang disesuaikan dan diatur berdasarkan sifat tanaman dan faktor
lingkungan akan menyebabkan hasil produksi yang semaksimal mungkin, namun jika
penambahan penambahan kepadatan tanam di atas maksimum maka akan menurunkan
hasil produksi tanaman.
Menurut pendapat Marliah, (2012) hubungan jarak tanama dengan pertumbuhan
tanaman adalah jika Jarak tanam yang terlalu jarang mengakibatkan besarnya proses
penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses pertumbuhan dan perkembangan
terganggu. Sebaliknya jarak tanam yang terlalu rapat menyebabkan terjadinya
persaingan tanaman dalam memperoleh air, unsur hara dan intensitas matahari.
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut:
Alat dan Bahan Fungsi
Saklar Mengontrol hidup dan mati arus listrik
Control panel Mengontrol hidup dan mati seed table
Hopper pasir Menampung pasir kuarsa
Pasir kuarsa Menampung jatuhnya biji
Kran Membuka dan menutup hopper pasir
Metering device Mengatur keluaran biji
Mulut mekanis Tempat keluarnya biji
Roller Menggerakkan pulley
Pulley Menggerakan matering device
V-belt Mentransmisikan daya dari roller ke metering device
Belt konveyor Tempat jatuhnya pasir dan biji
Bak penampung Penampung biji dan pasir setelah dari belt konveyor
Filter Memisahkan pasir dan biji
Motor Penggerak mesin
Penyangga Penyangga alat seed table
Biji sampel Bahan perlakuan
RPM control Pengatur kecepatan mesin
Penggaris Pengukur jarak antar biji
Stopwatch Penghitung waktu
B. Prosedur Transplanter
- Gambar Tangan
Gambar 1. Trasnplanter
- Gambar Literatur
Ulangan 1 Ulangan 2
Jarak (cm) Jumlah biji Jarak (cm) Jumlah biji
32,5 1 44 1
18 1 30,5 1
63 1 68 1
15 1 61 1
21,5 1 66 1
13 1 29,5 1
17,5 1 30 1
66 1 21 1
17 1 17,5 1
14 1 15,5 1
53 2 50,5 1
17 1 14 1
27,5 1 32,5 1
26 1 15,5 1
13,5 1 16 1
13,5 1 16,5 1
17,5 1
32 1
16 1
10 1
21,5 1
20 1
Rata-rata
a) Ulangan 1
Jarak : 37,56 cm
Biji :1
t : 28 detik
b) Ulangan 2
Jarak : 33 cm
Biji :1
t : 25 detik
Ulangan 1 Ulangan 2
Jarak (cm) Jumlah biji Jarak (cm) Jumlah biji
6 1 13,5 3
15,5 1 19 2
32 1 33 2
50 1 17 2
32 1 49 1
19 2 16,5 2
20 2 11,5 2
32,5 1 15 2
16 1 14,5 1
17 2 17 2
20,5 2 49,5 2
13 1 14 2
34 1 18,5 2
134 2 15,5 2
17,5 1 34,5 1
39,5 1 23,5 1
21,5 2 94,5 2
19,5 3 15,5 2
12 1
7 1
11 3
31,5 2
13,5 1
24 1
Rata-rata
a) Ulangan 1
Jarak : 30,3 cm
Biji : 1,5 biji
t : 25 detik
b) Ulangan 2
Jarak : 24,06 cm
Biji : 1,75
t : 25,6 detik
Berdasarkan tabel DHP matering device 8 mm dan 13 mm, diperoleh rata-rata dari
ulangan 1 dan 2. Pada matering device 8 mm ulangan 1 diperoleh rata-rata dari jaraknya
adalah 37,56 cm, biji sebanyak 1 biji, dan waktunya 28 detik. Sedangkan pada ulangan 2
diperoleh rata-rata dari jaraknya adalah 33 cm, biji sebanyak 1 biji, dan waktunya 25
detik.
Pada metering device 13 mm ulangan 1 diperoleh rata-rata dari jaraknya adalah 30,3
cm, biji sebanyak 1,5 biji, dan waktunya 25 detik. Sedangkan pada ulangan 2 diperoleh
rata-rata dari jaraknya adalah 24,06 cm, bijinya sebanyak 1,75 biji, dan waktunya 25,6
detik.
2. Kebutuhan Biji
a. Jarak rata-rata antarlubang (x) g. kebutuhan massa biji
total x = (x1 + x2) : 2 Mtot = (Gtot :100) x
0,023
= (30,3 cm + 24,06 cm) : 2 = (38,41 : 100) x 0,023
= 27,18 cm = 0,0088 kg
= 0,2718 m
b. Jumlah biji rata-rata per lubang
(g) g = (g1 + g2) : 2
= (1,5 + 1,75) : 2
= 1,625 biji
c. Jumlah lubang per meter alur
(h) h = (s : x) : s
= (6,17 : 0,2718) : 6,17
= 3,68 lubang
d. Panjang alur lahan
total Rtot = (L: LK)
xp
= (0,22 : 0,2) x 5,84
= 6,424 m
e. Jumlah lubang
total Htot = h
x Rtot
= 3,68 x 6,424
= 23,64 lubang
f. Kebutuhan Biji
total Gtot = g
x Htot
= 1,625 x 23,64
= 38,41 biji
Praktikum Identifikasi dan Kalibrasi Alat Tanam – Mekanisasi Pertanian 2020/2021
d. Analisa Perhitungan
e. Grafik
2
Jumlah biji
1,5
1
Series 1
0,5
0
13.5
17.5
21.5
27.5
32.5
14
15
16
10
13
17
18
20
26
32
53
63
66
Jarak
1
Jumlah biji
0,8
0,6
0,4 Series 1
0,2
0
15.5
16.5
17.5
29.5
30.5
32.5
50.5
16
14
21
30
44
61
66
68
Jarak
2,5
Jumlah biji
2
1,5
Series 1
1
0,5
0
15.5
134
17.5
19.5
20.5
21.5
32.5
39.5
6
13
16
17
19
20
32
34
50
Jarak
2,5
Jumlah biji
1,5
Series 1
1
0,5
0
7 11.5 13.5 14 15 16.5 18.5 23.5 31.5 34.5 49.5
Jarak
Hasil analisa grafik diatas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan dari bentuk
grafik antara matering device 8mm dan 13 mm, yaitu pada ulangan 1 ataupun ulangan 2.
Pada metering device 8 mm ulangan 1, jumlah biji yang jatuh hampir seragam pada
semua jarak tanam, namun terdapat pertambahan saat jarak tanam diubah menjadi 53
cm. Sehingga dapat menyebabkan grafik yang semula jumlah bijinya 1 buah mengalami
pertambahan menjadi 2 buah. Pada metering device 8 mm ulangan 2, jumlah biji yang
jatuh seragam yaitu 1 buah. Sehingga bentuk grafik pada ulangan 2 ini hanyalah garis
lurus.
g. Hubungan Antara Diameter Metering Device Terhadap Jumlah Biji Yang Keluar
Dibandingkan Dengan Literature (2 Sitasi)
Berdasarkan hasil responsi, jumlah biji yang keluar pada metering device
berukuran 8 mm menghasilkan 1 biji, sedangkan pada metering device 13 mm jumlah biji
yang jatuh beragam dari 1,2 hingga 3 biji. Hal ini terjadi karena semakin besar ukuran
metering device yang digunakan, maka jumlah biji yang keluar juga semakin banyak.
Menurut Mu’minin et al., (2018) mengatakan bahwa adanya perbedaan nilai rata-rata
serta jumlah benih yang jatuh pada setiap jalur dipengaruhi oleh karakteristik benih yang
dimensi (metering device) nya berbeda-beda. Hal serupa juga dinyatakan oleh Umar et al,
(2017) bahwa semakin kecil ukuran diameter pada matering device maka kemungkinan
jumlah biji yang keluar akan semakin kecil pula.
Jika rpm dipercepat maka waktu akan menjadi lebih singkat, dan jumlah biji yang
dikeluarkan menjadi lebih banyak. Hal tersbut sesuai dengan pernyataan Huda, (2016)
bahwa kecepatan putar yang lebih tinggi akan meningkatkan kemungkinan benih yang
terangkat hal ini disebabkan oleh tekanan hisap yang juga meningkat seiring dengan
kecepatan putar. Atau denngan kata lain semakin besar kecepatan maka semakin besar
pula konsumsi tenaga atau daya mesinnya.
Adapun kesimpulan dari kegiatan praktikum ini adalah perbedaan metering device
dapat mempengaruhi jumlah dan jarak tanam biji. Semakin besar ukuran yang digunakan,
maka biji yang keluar juga banyak dan jarak tanamnya rapat. Sedangkan semakin kecil
diameter metering device, maka jumlah biji yang keluar juga sedikit dan jarak tanamnya
lebar. Apabila rpm dipercepat, maka jarak antar biji makin rapat, waktu yang diperlukan
singkat serta jumlah biji yang keluar banyak. Sebagai contoh pada praktikum yaitu hasil
responsi, jumlah biji yang keluar pada metering device berukuran 8 mm menghasilkan 1
biji, sedangkan pada metering device 13 mm jumlah biji yang jatuh beragam dari 1,2
hingga 3 biji.
b. Saran
Untuk pembelajaran tentang materi ini sangat jelas, asisten sudah baik dalam
menyampaikan materi. Namun penulis berharap kegiatan belajar daring dapat segera
deganti dengan luring untuk pemahaman yang lebih baik. .
Aini, F. N., & Ichwan, M. Y.2017. Mesin Penanaman dan Alat Penanam Tradisional. In
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik.
Erawati, B. T. R., & Hipi, A.2016. Pengaruh Jarak Tanam terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Beberapa Varietas Jagung Hibrida di Kawasan Pengembangan Jagung
Kabupaten Sumbawa. 608–616.
Farizan, Fauzi, T., & Makmur, T.2018. Analisis Kelayakan Finansial Mesin Tanam Padi (
Rice Transplanter ) di Desa Piyeung Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pertanian Unsyiah, 3(2), 160–172.
Fitriani Riza, S.Y. Tyasmoro, dan Suryanto Agus. 2017. Pengaturan Jarak Tanam Jumlah
Bibit Perlubang Pada Mesin Tanam Rice Transplanter Terhadap Padi Sawah
varietas Ciherang. JJurnal Produksi Tanaman. Vol 5(6).
Hatta Muhammad. 2012. Uji Jarak Tanam Sistem Legowo Terhadap Pertumbuhan Dan
Hasil Beberapa Varietas Padi Pada Metode SR. Jurnal Agrista. Vol 16(2).
Hermawan, Wawan., dkk. 2015. Evaluasi Sistem Penggerak dan Modifikasi Mesi
Penanam Jagung Bertenaga Traktor Tangan. Jurnal Keteknikan Pertanian, Vol 3
(1) : 25-32.
Lestari, N. L. T. D., Murad, & Priyati, A.2017. Uji Performansi Rice Transplanter Tipe
Walking Model PF48 (2 ZS-4A) di Desa Tanjung Kecamatan Tanjung Kabupaten
Lombok Utara-NTB (Performance Test of Walking Type Rice Transplanter PF48
(2 ZS-4A) Model in Tanjung Village, Tanjung Subdistrict, North Lombok. Jurnal
Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 5(2), 395–407.
Marliah Ainun, Hidayat Taufan, dan Husna Nasliyah. 2012. Pengaruh Varietas Dan Jarak
Tanam Terhadap Pertumbuhan Kedelai [Glycine Max (L.) Merrill. Jurnal Agrista.
Vol 16(1).
Rahma, S. A. R. E., & Darma, A. B. R.2017. Rancang Bangun Alat Penanam Benih
Kacang Tanah. Jurnal Inotera, 2(2).
Saleh S.A. dan Hasyim M.RA. 2017. Rekayasa Alat Tanam Bibit Padi (Transplanter)
Sederhana dengan Sistem Crank Untuk Empat Baris yang Ergonomis,
Terjangkau, dan Memotivasi Pemenuhan Kelangkaan Energi Bidang Pertanian.
Seminar Nasional Hasil Penelitian 2017, ISBN : 978-602-14917-5-1.
Satriawan,H., Irfannur., Gaznur,Z. M., Rahmi,E., dan Akmal,A. 2019. Pelatihan Teknik
Penanaman Tabulampot Kepada Masyarakat BTN Kupala Indah Kota Juang
Kabupaten Bireuen. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 2 (2): 56-59.
Suhendrata, T.2013. Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi dalam
Rangka Mengatasi Kelangkaan Tenaga Kerja Tanam Bibit Padi. Jurnal SEPA,
10(1), 97–102.
Umar,S., Hidayat,A,R., dan Pangaribuan,S. 2017. Pengujian Mesin Tanam Padi Sistem
Jajar Legowo (Jarwo Transplanter) di Lahan Rawa Pasang Surut. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung Vol 6 (1): 63-72.
Wibowo, D.H., Salahudin,X., dan Widodo,S. 2017. Pengaruh Kecepatan Putar Mesin
Pengupas Kacang Tanah Tipe Ruji Vertikal Terhadap Kupasan. Jurnal of
Mechanical Engineering Vol 1 (1): 25-33
Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung pada Berbagai Jarak
Tanam. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 3(7).