Anda di halaman 1dari 49

RANCANG BANGUN MESIN PENCUCI KENTANG TIPE

SILINDER

FRIANDOST YUFAN MADAKARAH

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Rancang Bangun Mesin
Pencuci Kentang Tipe Silinder adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen
Pembimbing Akademik dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2015

Friandost Yufan Madakarah


NIM F14100091
ABSTRAK
FRIANDOST YUFAN MADAKARAH. Rancang Bangun Mesin Pencuci Kentang
Tipe Silinder. Dibimbing oleh DESRIAL.

Tanaman kentang (Solanum tubersosum L.) merupakan salah satu jenis


tanaman hortikultura dan umbinya adalah bagian yang dikonsumsi. Pendayagunaan
kentang saat ini semakin luas. Kentang selain digunakan sebagai bahan pangan,
juga digunakan sebagai bahan baku industri, pakan dan berpotensi untuk
biofarmaka. Prospek kentang di Indonesia cukup baik untuk dikembangkan, tetapi
produktivitas kentang di Indonesia masih tergolong rendah. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan kinerja mesin pencuci kentang dengan cara mendesain
silinder pencuci kentang dengan menambah sikat yang memiliki tekstur halus pada
permukaan dalam silinder pencuci kentang, dengan cara mengelilingi permukaan
dalam silinder pencuci kentang dan mendesain bak penampung air menjadi
berbentuk silinder mengikuti bentuk silinder pencuci kentang. Parameter yang
diukur adalah tingkat kebersihan dan tingkat kerusakan permukaan kulit kentang
terhadap kecepatan putar (rpm) poros silnder, kecepatan putar poros silinder yang
digunakan dalam pengujian adalah 84, 140, 168, 196, dan 224 rpm. Hasil pengujian
menunjukkan bahwa tingkat kebersihan dan tingkat kerusakan yang terbaik adalah
pada 196 rpm.

Kata kunci: kentang, kecepatan putar (rpm), tingkat kebersihan, tingkat kerusakan

ABSTRACT

FRIANDOST YUFAN MADAKARAH. Design of Cylindrical Type Potato


Washing Machine. Supervised by DESRIAL.

Potato plants ( Solanum tubersosum L. ) are a variety of horticulture plant,


which it’s tuber are consumed. These days potatoes are wildly utilized in many
ways. Potatoes, besides used as staple food, it is also used as raw materials for
industrial production, feedstock and potentially for bio pharmacy. Potatoes have a
good prospect being developed in Indonesia, but unfortunately the productivity of
potatoes in Indonesia is still classified as low. The aim of this research is to improve
the performance of the potato washing machine, by way of designing the cylinder
of the potato washing machine by adding brushes that has a smooth texture on the
inner surface of a cylinder and designing the water reservoir of the potato washing
machine into a cylindrical form. The parameters that are measured are the level of
cleanness and the level of injury to the surface of the skin of potatoes against
rotational speed (rpm) of the cylindrical shaft. The rotational speed of the
cylindrical shaft that are used in this research are 84, 140, 168, 196, and 224 rpm.
The results of tests shows that the level of the cleanness and injury is best at 196
rpm.

Keywords: potato, rotational speed (rpm), cleanness, injury


RANCANG BANGUN MESIN PENCUCI KENTANG TIPE
SILINDER

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
RIZKIA INDI NOVITASARI
2015
Judul Skripsi : Rancang Bangun Mesin Pencuci Kentang Tipe Silinder
Nama : Friandost Yufan Madakarah
NIM : F14100091

Disetujui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Desrial, M.Eng


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji syukur atas karunia Allah SWT berkat rahmat dan nikmatnya kepada
penulis, sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Judul pada penelitian ini
adalah Rancang Bangun Mesin Pencuci Kentang Tipe Silinder yang dilaksanakan
di Laboratorium Siswadhi Soepharjo sejak bulan Maret sampai Agustus 2014.
Dengan telah selesainya karya ilmiah ini, penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak, Ibu, adik-adik serta sanak saudara terimakasih atas doa, dukungan dan
semangat positifnya untuk penulis selama pembuatan karya ilmiah ini.
2. Dr. Ir. Desrial, M.Eng selaku pembimbing terimakasih atas bimbingannya serta
saran dan kritik bagi penulis.
3. Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiawan, M.Agr dan Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si
selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun
bagi penulis.
4. Pak Firman, Pak Pharma, dan Pak Darma terima kasih atas bantuannya selama
penelitian berlangsung.
5. Teman-teman Aulya Abrar, Erlin Cahya Putri, Rosma Zumantini Wardhani,
Wenny Sulistyowati, Dima Abdillah, Fachri Hasyim, Yahya Al Mahdi, Arditya
Ilhamsyah, Dian Andriani, Devi Phina, Rifan Bachtiar, Rizky Tri Rubbi, Santos
Adinusa Dhiko Andanu Pratama, Dwi Budi Aswin, Abdullah Taufiq Kharisma,
Ruli Adi Rizkia Indi Novitasari, Asep Andi dan Rhizky Ramadhani terima kasih
atas kebersamaan dan bantuannya selama penelitian berlangsung.
6. Kakak TMB 46: Hafiyyan Naufal terima kasih atas bimbingannya dalam
pelaksanaan penelitian dan penyelesaian skripsi.
7. Febriyana Dwirani, S.P dan teman-teman seperjuangan TMB 47 terima kasih
atas kebersamaan, bantuan dan semangatnya bagi penulis.
8. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu penulis
selama penelitian.
Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan
kontribusi nyata terhadap ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2015

Friandost Yufan Madakarah


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Kentang 2
Pembersihan dan Pencucian 2
Mesin Pencuci (Washing Machine) 3
METODE PENELITIAN 4
Waktu dan Tempat Penelitian 4
Bahan Penelitian 4
Alat Penelitian 4
Tahapan Penelitian 5
ANALISIS RANCANGAN 7
Kriterian Rancangan 7
Rancangan Fungsional 7
Rancangan Struktural 9
Prosedur Pengujian 16
HASIL DAN PEMBAHASAN 17
Struktur Bagian-bagian Mesin Pencuci Kentang 18
Uji Tingkat Kebersihan 19
Uji Tingkat Kerusakan 22
SIMPULAN DAN SARAN 25
Simpulan 25
Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 25
LAMPIRAN 27
DAFTAR TABEL
1 Material rangka dan bak penampung 15
2 Tingkat kebersihan 21
3 Tingkat kerusakan 24

DAFTAR GAMBAR
1 Mesin pencuci tipe drum logam 3
2 Mesin pencuci tipe tangki logam 4
3 Tahapan penelitian 5
4 Perhitungan panjang keliling sabuk 12
5 Reaksi gaya pada rangka 13
6 Von Mises Stress 15
7 Displacement 15
8 Desain rancangan mesin pencuci kentang tipe silinder 17
9 Mesin pencuci kentang tipe silinder 17
10 Rangka dan bak penampung air 18
11 Motor listrik 19
12 Inverter 19
13 Kondisi tingkat kebersihan pada kecepatan putar 84 rpm 20
14 Kondisi tingkat kebersihan pada kecepatan putar 196 rpm 22
15 Kondisi tingkat kerusakan pada kecepatan putar 84 rpm 23
16 Kondisi tingkat kerusakan pada kecepatan putar 224 rpm 24
17 Pembebanan poros dengan gaya 28
18 Diagram momen lentur 29
19 Skema potongan gaya pembebanan rangka bagian depan 32
20 Skema gaya pembebanan rangka bagian depan 33
21 Gambar reaksi gaya dalam untuk potongan (X-X) batang A-B 33
22 Diagram NFD pada batang A-B 34
23 Diagram SFD pada batang A-B 34
24 Skema diagram BMD pada batang A-B 34
25 Skema bentuk rangka 35

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan dragforce mesin pencuci kentang 27
2 Perhitungan daya mesin 27
3 Perhitungan poros silinder 28
4 Perhitungan puli 30
5 Perhitungan sabuk 30
6 Perhitungan rangka 32
7 Perhitungan kekuatan bahan 36
8 Perhitungan bak penampung 36
9 Gambar teknik 38
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karbohidrat merupakan sumber bahan bakar yang penting bagi kelangsungan


sistem biologis manusia. Di Indonesia, sumber utama karbohidrat diperoleh dari
beras. Menurut data dari Departemen Pertanian (2013), konsumsi beras per kapita
di Indonesia tahun 2013 adalah 85.514 kg per tahun dan merupakan yang tertinggi
di Asia. Untuk mengurangi konsumsi beras yang terus meningkat dan mencapai
ketahanan pangan, pemerintah melakukan sosialisasi program diversifikasi pangan
dengan memberikan beberapa alternatif sumber karbohidrat lain seperti umbi-
umbian, jagung, dsb.
Kentang merupakan sumber karbohidrat yang banyak dikonsumsi di dunia
dengan posisi di peringkat ke-4 setelah beras, gandum, dan jagung. Menurut data
dari BPS (2013), produksi kentang tahun 2013 yaitu 1,124,282 ton dengan
produktivitas 16.02 ton per hektar, tetapi konsumsi kentang per kapita di Indonesia
hanya sekitar 2,028 kg per tahun dikarenakan masyarakat Indonesia belum
menjadikan kentang sebagai makanan pokok. Kentang memiliki kandungan gizi
sedikit lebih tinggi dibanding nasi dengan protein dan mineral yang lebih beragam
pula. Mengkonsumsi kentang tanpa membuang kulitnya dapat membantu
mencegah penyakit jantung dan stroke.
Sebelum mengalami sortasi dan grading terlebih dahulu dilakukan proses
pencucian. Umbi kentang yang telah dipanen, dibersihkan dengan cara
memasukkannya kedalam bak air. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan
kotoran, residu pestisida, dan sumber-sumber kontaminasi. Biasanya ditambahkan
suatu bahan kimia yaitu klorin kedalam air pencucian yang bertujuan untuk
mengendalikan mikroorganisme. Klorin efektif bila larutan dijaga pada pH netral.
Perlakuan klorin dengan konsentrasi 100-150 ppm dapat membantu mengendalikan
patogen selama proses lebih lanjut. Setelah itu, bahan dikeringkan dengan cara
meniriskan dan memberikan udara (Muchtadi et al. 1996).
Proses pencucian dilakukan untuk membersihkan ubi jalar dari kotoran
seperti tanah yang masih menempel. Pencucian dilakukan di bawah pancuran air
kran, atau dengan merendamnya dalam suatu wadah selama beberapa waktu.
Apabila kotoran menempel dengan kuat, maka pencucian dapat dikombinasikan
dengan penyikatan dan penyemprotan air (Winarno 1981)
Mesin yang akan dirancang berfungsi untuk menghilangkan kotoran (tanah
dan debu) pada kulit kentang sehingga kentang dapat diolah dengan lebih mudah
ataupun dikonsumsi tanpa membuang kulitnya. Media yang digunakan untuk
membersihkan yaitu air dengan wadah silinder terbuka serta suatu silinder sebagai
wadah kentang dan menerapkan teori gaya sentrifugal. Mesin ini dapat
mempercepat pada proses pembersihan, waktu yang dibutuhkan untuk pembersihan
pun menjadi lebih singkat karena dengan kapasitas yang cukup besar. Oleh karena
itu, mesin ini penting dalam membantu para petani dalam proses pembersihan
kentang tersebut. Masalah yang mendasari pembuatan mesin ini yaitu selain untuk
proses pembersihan, manfaat lainnya agar kentang hasil pembersihan tidak cepat
2

membusuk saat proses penyimpanan yang dikarenakan kotoran yang melekat pada
kentang.

Perumusan Masalah

Mesin pertanian merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi


produktivitas pertanian kentang. Selama ini proses pencucian kentang masih
menggunakan cara manual sehingga memerlukan waktu yang sangat lama dan
tenaga kerja yang banyak pula. Oleh karena itu perlu dibuat mesin yang dapat
mengatasi permasalahan tersebut. Diharapkan peralatan tersebut dapat terjangkau
oleh petani, baik dari harga dan operasionalnya.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kinerja mesin pencuci


kentang dengan cara:
1. Mendesain silinder pencuci kentang dengan menambah sikat yang memiliki
tekstur halus pada permukaan dalam silinder pencuci kentang dengan cara
mengelilingi permukaan dalam silinder pencuci kentang.
2. Mendesain bak penampung air menjadi berbentuk silinder mengikuti bentuk
silinder pencuci kentang.
3. Menguji tingkat kebersihan dan tingkat kerusakan kentang.

TINJAUAN PUSTAKA

Kentang

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan tanaman pangan utama dunia


setelah padi, gandum, dan jagung yang mendapatkan prioritas dalam
pengembangannya di Indonesia. Sebagai salah satu bahan pangan yang
mengandung karbohidrat, mineral dan vitamin yang cukup tinggi, kentang dapat
menggantikan bahan pangan karbohidrat yang berasal dari beras, gandum, atau
jagung tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat (Samanhudi 2001).

Pembersihan dan Pencucian

Pembersihan adalah proses menghilangkan kotoran yang menempel pada


umbi. Tujuannya untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel pada umbi
supaya umbi terlihat menarik. Selama pembersihan, usahakan umbi kentang bebas
dari segala kotoran yang menempel pada umbi seperti tanah, sisa tanaman atau akar
tanaman dengan cara dipangkas, setelah itu dicuci dengan air bersih secara hati-hati.
Untuk mencucinya dapat dilakukan dengan cara memasukkan umbi ke dalam bak
air atau disemprot dengan air bersih.Umbi-umbi yang sudah dibersihkan tersebut
ditaruh pada terpal atau bahan lain untuk dikering anginkan. Dalam pengeringan
3

umbi yang baru dicuci itu jangan dikeringkan langsung pada sinar matahari karena
akan merusak permukaan kulit kentang (Rachmat 2006).
Pencucian (washing) dilakukan pada ubi jalar yang tumbuh dekat tanah untuk
membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan
pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.
Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan pada
air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar disarankan untuk dicuci (Hong
2006).
Cara membersihkan kotoran dan batang tanaman yang terbawa umbi sebagai
berikut:
1. Potong bagian tanaman hingga sampai umbinya saja.
2. Umbi yang telah dipisahkan kemudian dibersihkan menggunakan kain.
Pembersihan umbi harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi
kerusakan fisik pada kulit umbi. Umbi yang lecet akan mudah terinfeksi
oleh pantogen di penyimpanan.
3. Umbi yang telah dibersihkan dari segala kotoran segera dikumpulkan di
tempat penampungan hasil.
Umbi yang bersih dari segala kotoran dapat menghilangkan jasad-jasad renik
yang menempel pada umbi, dengan demikian umbi tidak mudah terserang patogen
di penyimpanan hingga sampai di konsumen. Di samping itu, penampilan umbi
akan lebih menarik sehingga mendorong konsumen untuk membelinya. Kotoran
adalah benda-benda asing bukan umbi seperti tanah, pasir dan benda lainnya yang
menempel pada umbi (Dede 2007).

Mesin Pencuci (Washing Machine)

Menurut Grierson (1987), drum logam dapat digunakan untuk tempat


pencucian sederhana. Drum dipotong sebagian, diberi lobang penyaluran air, dan
semua pinggiran ditutup dengan karet atau selang plastik yang dipecah. Drum
kemudian ditempatkan pada meja kayu miring. Pada bagian meja atas diberi
susunan kayu-kayu tipis (reng) dan digunakan sebagai rak pengering sebelum
dilakukan pengemasan. Karena drum baja biasanya digunakan untuk menyimpan
minyak atau bahan kimia, untuk itu dibersihkan menyeluruh sebelum digunakan
sebagai tempat pencucian. Mesin pencuci tipe drum logam tersebut ditunjukkan
seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Mesin pencuci tipe drum logam (Grierson 1987)


4

Menurut FAO (1989), tangki untuk mencuci produk berikut ini terbuat dari
logam galvanis lembaran. Penyekat terbuat dari logam lembaran terperforasi atau
berlubang ditempatkan dekat pipa pengeluaran air dan membantu mensirkulasikan
air melalui produk. Air segar ditambahkan dengan tekanan melalui pipa terperforasi,
membantu menggerakkan produk yang mengambang ke arah pengeluaran air dari
tangki untuk selanjutnya diangkat setelah bersih. Penyempurnaan rancangan di
bawah ini dapat dilakukan dengan menambahkan jaring kotoran di muka penyekat,
dan suatu sistem re-sirkulasi untuk air pencucian (dengan penambahan klorin).
Mesin pencuci tipe tangki logam tersebut ditunjukkan seperti pada Gambar 2.

Gambar 2 Mesin pencuci tipe tangki logam (FAO 1989)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret – Agustus 2014 di Laboratorium


Lapangan Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Bahan Penelitian

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang yang
didapatkan dari petani di daerah Penggalengan, Bandung. Banyaknya kentang yang
digunakan yaitu 45 kg untuk mengukur tingkat kebersihan dan 45 kg untuk
mengukur tingkat kerusakan. Bahan yang digunakan untuk konstruksi mesin
pencuci adalah stainless steel untuk konstruksi silinder drum pencuci, besi pejal
untuk konstruksi poros as silinder, plat besi untuk bak penampung, besi hollow
untuk konstruksi rangka, serta bearing untuk memutar poros silinder.
5

Alat Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peralatan las dan bengkel
untuk pabrikasi, tachometer, inverter, timbangan digital untuk mengukur berat
kentang, stopwatch untuk mengetahui waktu kerja, software Solidworks Premium
2011, dan software Microsoft Office 2010.

Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode perancangan


secara umum dan dilanjutkan sampai pada proses pabrikasi. Beberapa pendekatan
yang digunakan dalam perancangan adalah pendekatan rancangan fungsional
dan pendekatan rancangan struktural. Tahapan dari penelitian ini disajikan dalam
Gambar 3.

Mulai Identifikasi Masalah

Pengembangan dan
Perumusan Ide Desain

Penetapan Mekanisme

Konseptual Gambar

Analisis Rancangan

Tidak Gambar Teknik

Pembuatan Model Fisik

Pengujian Fungsional dan Kinerja

Berhasil
Ya
Selesai

Gambar 3 Langkah-langkah penelitian


6

Menurut Harsokoesoemo (1999), tahapan penelitian mengacu pada fase


pembangkitan konkuren (concurrent design) dengan mengacu pada sembilan dasar
perancangan konkuren, yaitu:
1. Menggunakan produk atau unit konstruksi yang sudah ada.
2. Menentukan bahan dan metodologi perakitan
3. Menentukan keterbatasan dimensi desain
4. Mengidentifikasi subsistem yang membangun keseluruhan sistem
5. Mengembangkan hubungan berupa konstruksi dudukan dan chasis
6. Merakit dan menggabungkan interface dan komponen – komponen
fungsional sistem
7. Melakukan evaluasi desain
8. Penghalusan bahan dan perakitan
9. Penghalusan bentuk akhir sistem (finishing)

Pengembangan dan Perumusan Ide Desain


Melakukan analisis dari permasalahan yang ada dan pengumpulan ide-ide
pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai aspek yang terkait.
Tahapan ini menghasilkan beberapa desain fungsional dan desain struktural. Dalam
tahapan ini mekanisme, bentuk dan posisi dari berbagai komponen direncanakan
dengan batasan permasalahan yang akan dipecahkan.

Penetapan Mekanisme
Dalam tahapan ini dipilih konsep desain terbaik sesuai dengan kondisi
permasalahan yang akan dipecahkan untuk kemudian dilanjutkan pada tahapan
analisis desain dan pembuatan gambar kerja.

Konseptual Gambar
Dalam proses ini ide desain yang telah dikembangkan akan dikonsepkan
dalam bentuk gambar.

Analisis Rancangan
Dalam tahapan ini dilakukan perhitungan teknik sehingga didapatkan
dimensi komponen, daya penggerak, analisis berat dan titik berat dari
komponen/bagian mesin. Beberapa analisis rancangan mengacu pada:
1) Analisis kekuatan bahan
Analisis kekuatan bahan dilakukan untuk mempertimbangkan kemampuan
maksimum dari komponen yang dirancang. Beberapa analisis kekuatan bahan
diantaranya tekanan dan tarikan, lenturan dan tegangan geser.
2) Analisis daya dan tenaga
Analisis daya dilakukan untuk mengetahui kemampuan mesin pencuci
kentang dalam daya putar untuk memutarkan silinder pencuci kentang.
3) Analisis gaya
Analisis ini dilakukan untuk menentukan gaya yang bekerja pada mesin yang
dirancang seperti yang bekerja pada chasis, gaya yang bekerja pada bak penampung
air, dan gaya yang diterima bak penampung air saat silnder pencuci kentang
berputar. Analisis gaya ini menggunakan persamaan kesetimbangan gaya.
7

Gambar Teknik
Setelah dilakukan analisis rancangan dan didapatkan dimensi atau ukuran dari
tiap komponen struktur maka dilakukan proses gambar teknik. Gambar konseptual
yang telah dibuat dikembangkan menjadi gambar yang telah disesuaikan ukurannya
menurut perhitungan analisis teknik/rancangan. Gambar teknik juga dapat
digunakan untuk proses manufaktur pada tahapan yang lebih lanjut.

ANALISIS RANCANGAN

Kriteria Rancangan

Mesin pencuci umbi-umbian yang ada saat ini menggunakan sikat sebagai
pembersih ditempelkan pada bagian porosnya saja dan memiliki kapasitas 500
kg/jam. Pada proses rancang bangun ini dilakukan pemberian dan penambahan
sikat pada permukaan dalam silinder pencuci kentang untuk meningkatkan tingkat
kebersihan pada kulit kentang. Mesin pencuci kentang difungsikan sebagai
pembersih kulit kentang yang masih menempel tanah pada kulit kentang dari proses
pascapanen, sehingga kentang yang kulitnya sudah bersih dapat dijual ke pasar
seperti fresh market dan dapat juga dijadikan benih kembali dengan menjualnya ke
Balai Pembenihan Kentang. Silinder pencuci membersihkan kentang dengan
kecepatan putar poros silinder yang optimal dan tidak merusak kulit kentang atau
membuat kulit kentang terluka. Desain silinder wadah pencuci kentang disesuaikan
dengan tekstur kentang yang berbentuk bulat agar tidak rusak saat silinder berputar
dengan menambahkan sikat pada permukaan dalam dari silinder pencuci kentang
tersebut.

Pengembangan dan Penyempurnaan Ide Desain

Pengembangan ide desain merupakan tahapan dalam proses desain.


Perubahan yang terjadi pada rancangan dimaksudkan agar desain yang dihasilkan
memiliki mekanisme yang sederhana dan dapat diaplikasikan dengan mudah.
Dalam proses pengembangan desain terjadi beberapa perubahan dan mekanisme
pada mesin pencuci kentang yang dirancang, perubahan ini dipengaruhi kekuatan
bahan dan ketersedian bahan yang ada dipasaran serta penyesuaian pola kegiatan
pencucian. Rancangan yang dilakukan pada mesin pencuci kentang terletak pada
bagian silinder tempat pencuci dan loading kentang, bentuk dan ukuran sikat, dan
rangka bak penampung air.

Rancangan Fungsional

Fungsi utama dari mesin yang dirancang adalah untuk menggantikan fungsi
petani dalam mencuci kentang yang masih mengunakan metode manual dalam
pencucian kentang dengan direndam di dalam bak penampung air dan tanpa
menggunakan sikat. Mesin pencuci umbi-umbian adalah suatu mesin yang
8

digunakan untuk mencuci khususnya dari jenis umbi-umbian yaitu singkong, wortel
dan ubi jalar. Cara kerja mesin ini adalah menggunakan alat penyikat yang berputar
dan menggunakan air untuk membasahi umbi-umbian selama proses pencucian.
Mesin ini berguna sebagai pencucian awal sebelum umbi-umbian tersebut diolah
menjadi produk lain ataupun langsung dijual ke konsumen. Seperti telah diketahui
bahwa jenis umbi-umbian ini buahnya terdapat di dalam tanah sehingga hasil
panennya memerlukan pencucian awal sebelum diolah atau diproses lanjut.
Pencucian yang dimaksud yaitu memisahkan sisa-sisa tanah, daun-daun kering,
ataupun kotoran lain yang menempel pada kulit luar dari umbi-umbian.
Mesin yang dirancang akan diaplikasikan pada proses pencucian dan
pembersihan tanah yang menempel pada bagian kulit kentang. Oleh karena itu
mesin yang dirancang harus memiliki kemampuan untuk membersihkan permukaan
kulit kentang dari tanah yang menempel. Untuk memenuhi kriteria kebersihan
kentang dilakukan dengan menentukan kecepatan putar pada poros motor listrik
yang mempengaruhi kecepatan putaran poros silinder yang optimal agar kentang
dapat bersih dan tidak mengalami kerusakan seperti terkelupas pada bagian kulitnya.
Kapasitas dari mesin yang dirancang dapat diupayakan menampung kentang
dengan jumlah besar. Sehingga perlu didesain bak penampung yang memiliki
kapasitas besar. Untuk mendukung tercapainya fungsi utama tersebut maka
diperlukan fungsi-fungsi turunannya antara lain: fungsi penggerak, fungsi
penampung kentang, fungsi pengatur frekuensi listrik, dan fungsi saluran air
sebagai tempat pembuangan kotoran setelah proses pencucian.
Rangka dirancang agar mampu menahan sebagian besar beban yang ada
dalam mesin pencuci kentang yang dirancang. Fungsi utama rangka adalah
memberikan bentuk dari suatu alat atau mesin dan sebagai tempat terpasangnya
bagian/komponen yang lain. Selain itu rangka juga menentukan dimensi mesin
pencuci kentang yang dirancang. Sehingga lebar dan panjang rangka harus
disesuaikan dengan parameter desain yang ada.
Bak penampung air berfungsi sebagai penampung air untuk melakukan
pencucian kentang, bak penampung ini berbentuk silinder agar tidak terjadi
hempasan air yang berlebihan pada saat silinder pencuci kentang berputar. Silinder
pencuci kentang berfungsi sebagai tempat unloading dan loading kentang sebelum
dan sesudah dicuci, dan tempat menempelnya sikat-sikat pencuci kentang.
Sikat pencuci kentang berfungsi untuk menyikat kulit kentang yang masih
tertempel tanah agar tanah yang menempel tersebut dapat bersih secara menyeluruh
pada saat silinder pencuci kentang berputar, sikat ditempelkan pada permukaan
silinder pencuci kentang. Inverter berfungsi sebagai pengatur frekuensi listrik untuk
menurunkan dan menaikan kecepatan putar dari poros motor listrik. Dengan sistem
terdapat tombol pengaturan menaikkan dan menurunkan nilai frekuensinya pada
layar digital dari inverter tersebut.
Pemilihan motor penggerak didasarkan pada kebutuhan daya yang akan
ditransmisikan. Motor penggerak yang dipilih harus mampu menjaga mesin
pencuci kentang tetap berada dalam performa yang baik agar kegiatan pencucian
kentang berjalan lancar.
Saluran pembuangan air berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran
setelah proses pencucian berupa air bercampur tanah. Saluran pembuangan didesain
untuk mudah dibuka tutup agar memudahkan proses pengeluaran kotoran dan
dirancang agar tidak mengalami kebocoran.
9

Mesin pencuci kentang diaplikasikan untuk mencuci dan membersihkan


kentang untuk petani kentang yang akan menjualnya ke fresh market dan dapat juga
difungsikan untuk pembersihan pada benih kentang dikelola oleh Balai Pembenihan
Kentang yang nantinya akan dijual kembali ke petani kentang.

Rancangan Struktural
Perhitungan Dragforce
Menurut Batchelor (1967), untuk menghitung dragforce pada Lampiran 1 yang
diformulasikan pada Persamaan (1) sebagai berikut:
Fd = × × × � × A ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
kg⁄
= Densitas air m
= Kecepatan m ⁄s
� = Koefisien dragforce
A = Luas penampang m

Perhitungan Daya Mesin


Menurut Mott (2009), untuk menghitung daya mesin terlebih dahulu dihitung
torsinya yang diformulasikan pada Persamaan (2) sebagai berikut:
� = × � ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
F = Gaya putar (N)
R = Jari-jari lingkaran (mm)

Mesin pencuci kentang ini dirancang dengan beban maksimum 50 kg kentang,


kapasitas mesin ini disesuaikan dengan kebutuhan. Nilai torsi yaitu 19.44 Nm, yang
didapatkan dari perhitungan yang disajikan pada Lampiran 2.

Daya mesin menurut Achmad (1999) yang diformulasikan pada Persamaan (3), (4),
dan (5) sebagai berikut:

�= ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

ω= ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

Pd = � × ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

Dimana :
T = Torsi (Nm)
n = Putaran poros (rpm)
fc = Faktor koreksi daya
Pd = Daya rencana (Watt)
P = Daya nominal (Watt)
10

ω = Kecepatan sudut (rad/s)

Berdasarkan hasil perhitungan pada Lampiran 2, maka dapat diketahui daya


yang dibutuhkan untuk melakukan pencucian, adalah sebesar 1.5 Hp. Melihat daya
motor yang ada di pasaran maka digunakan motor listrik dengan daya 1.5 Hp.

Perhitungan Poros
Perhitungan yang digunakan dalam perencanaan poros pencuci disajikan pada
Lampiran 3 dan diformulasikan antara lain:
a. Gaya tarik v-belt pada pembebanan poros dapat dilihat pada Persamaan (6) yang
diformulasikan oleh Sularso dan Suga (2004) sebagai berikut:
T
T − T = ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
R

Keterangan :
T = Torsi motor listrik (kg.mm)
R = Jari-jari puli pada poros (rpm)

b. Tegangan geser ijin menurut Sularso dan Suga (2004) yang diformulasikan pada
Persamaan (7) sebagai berikut:

� = ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
×

Keterangan:
� = Tegangan geser ijin kg⁄mm
� = Kekuatan tarik bahan kg⁄mm
× = Faktor koreksi

c. Diameter poros menurut Sularso dan Suga (2004) yang diformulasikan pada
Persamaan (8) sebagai berikut:

.
≥ [( )√ . + ∙� ] ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

Keterangan :
= Diameter poros (mm)
� = Tegangan geser yang diijinkan kg⁄mm
= Faktor koreksi
= Momen lentur (kg.mm)
= Faktor koreksi
� = Momen puntir (kg.mm)

d. Tegangan maksimal menurut Sularso dan Suga (2004) yang diformulasikan pada
Persamaan (9) sebagai berikut:

� = √ . + ∙� ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

11

Jika � <� maka poros yang digunakan aman


Keterangan:
� = Tegangan pada poros kg⁄mm
= Diameter poros (mm)
= Faktor koreksi
= Momen lentur (kg.mm)
= Faktor koreksi
� = Momen puntir (kg.mm)

Perhitungan Puli
Menurut Sularso dan Suga (2004), untuk menghitung puli pada Lampiran 4
yang diformulasikan pada Persamaan (10) sebagai berikut:

= = ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙

Keterangan:
i = Angka perbandingan reduksi
� = Diameter lingkaran jarak bagi puli yang digerakkan
= Kecepatan putaran (rpm)

Perhitungan Pemilihan Penampang Sabuk


Pemilihan penampang sabuk ini dapat ditentukan dengan cara melihat daya
rencana yaitu sebesar 1.5 HP, dan putaran poros penggerak 84, 140, 168, 196, dan
224 rpm. Berdasarkan perhitungan pemilihan sabuk pada Lampiran 5, maka didapat
penampang sabuk V dengan tipe B.

Perhitungan Diameter Lingkaran Jarak Bagi Puli


Diameter lingkaran jarak bagi puli yang digerakkan (Dp) menurut Sularso dan
Suga (2004) yang diformulasikan pada Persamaan (11) sebagai berikut:
� = � . ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
i = Angka perbandingan reduksi
� = Diameter lingkaran jarak bagi puli yang digerakkan

Perhitungan Diameter Luar Puli


Perhitungan menurut Sularso dan Suga (2004) yang diformulasikan pada
Persamaan (12) dan (13) sebagai berikut:
a). Diameter puli penggerak
= �+ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
= Diameter puli penggerak
� = Diameter lingkaran jarak bagi puli yang digerakkan
b). Diameter luar puli yang digerakkan
= �+ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
= Diameter luar puli penggerak
� = Diameter luar lingkaran jarak bagi puli yang digerakkan
12

Menghitung Kecepatan Linier Sabuk


Kecepatan linier sabuk V dapat ditentukan berdasarkan putaran motor, yaitu
menurut Sularso dan Suga (2004) yang diformulasikan pada Persamaan (14)
sebagai berikut:
�∙
= ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
.
Keterangan:
v = Kecepatan sabuk (m/detik)
� = Diameter puli motor (mm)
= Putaran motor (rpm)

Penentuan Panjang Sabuk


Setelah dirancang dan diperoleh perhitungan pada Lampiran 5 jarak antara
kedua pusat puli yaitu 1016 mm , maka panjang sabuk yang diperlukan dapat
diilustrasikan pada Gambar 4. Sularso dan Suga (2004) memformulasikannya pada
Persamaan (15) sebagai berikut:

Gambar 4 Perhitungan panjang keliling sabuk


(Sularso dan Suga 2004)

= + ( � + �) + � − � ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
L = Panjang sabuk (mm)
C = Jarak sumbu (mm)
� = Diameter puli poros (mm)
� = Diameter puli motor (mm)

Menghitung Jarak Sumbu Poros


Jarak sumbu poros yang sebenarnya menurut Sularso dan Suga (2004) yang
diformulasikan pada Persamaan (16) dan (17) sebagai berikut:
+√ − �− �
= ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Di mana
= − . � + � ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
C = Jarak sumbu (mm)
� = Diameter puli poros (mm)
� = Diameter puli motor (mm)
13

Menghitung Sudut Kontak


Besarnya sudut kontak diberikan menurut Sularso dan Suga (2004) yang
diformulasikan pada Persamaan (18) sebagai berikut:
° �− �
�= − ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
� = Sudut kontak (0)
C = Jarak sumbu (mm)
� = Diameter puli poros (mm)
� = Diameter puli motor (mm)

Perhitungan Rangka
Menurut Nash (1998), reaksi penumpu yang diformulasikan pada Persamaan
(18), (19), dan (20) dan diilustrasikan pada Gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5 Reaksi gaya pada rangka (Nash 1998)

Fx = RHA ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Σ F = − R V + R V ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
M =( . ) – � �. ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
= Gaya horisontal (N)
� = Reaksi horisontal pada titik A (N)
= Gaya vertikal (N)
= Beban (N)
� = Reaksi vertikal pada titik A (N)
� = Reaksi vertikal pada titik B (N)
= Momen inersia(Nmm)
= Luas (mm)
Berdasarkan hasil perhitungan reaksi penumpu didapatkan nilai R V =
. N, R V = . N, perhitungan ditunjukan pada Lampiran 6.

Perhitungan Kekuatan Bahan


Ditinjau dari tegangan lengkung menurut Nash (1998) yang diformulasikan
dalam Persamaan (21) sebagai berikut:
.�
�= ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
� = Tegangan lengkung
14

= Momen lentur
= Momen inersia
� = Titik berat
Berdasarakan hasil perhitungan pada Lampiran 7 karena tegangan akibat beban
�= . ⁄ < dari tegangan ijin bahan � = ⁄ maka
desain aman.

Perhitungan Bak Penampung


Bak penampung digunakan sebagai penampungan air dan membantu dalam
proses pencucian. Menurut Puspito (2006), perhitungan yang digunakan dalam
perancangan bak penampung diformulasikan dalam Persamaan (22), (23), (24) dan
(25) sebagai berikut:
a. Silinder
= × × ℎ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
= × × ℎ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
Keterangan:
= Volume
= Diameter silinder
ℎ = Tinggi silinder
= Jari − jari
= Luas penampang
b. Kubus
= � × × ℎ ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙
= × � × + � × ℎ + × ℎ ∙∙∙∙
Keterangan:
= Volume
� = Panjang
= Lebar
ℎ = Tinggi
= Luas penampang
Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 8 didapatkan volume total bak adalah
183 liter.

Menentukan Struktur Rangka dan Bak Penampung


Perhitungan rangka mesin pencuci kentang menggunakan analisis dari simulasi
stress dan strain pada Solidworks dengan menggunakan fasilitas Simulation Xpress
Analisis Wizard. Nilai material cast carbon steel (SN) dapat ditentukan dengan
melihat Tabel 1.
15

Tabel 1 Material rangka dan bak penampung

Name Cast Carbon Steel (SN)


General Mass Density 7800 kg/m3
Yield Strength 2481768000 N/m2
Ultimate Tensile strength 482549000 N/m2
Stress Young’S Modulus 2e+011 N/m2
Poison Ratio 0.32 N/A
Shear Modulus 7.6e+010 N/m2
Stress Thermal Expansion Coefficient 1.2e-005 /K
Thermal Conductivity 30 W/(m.K)
Specific Heat 500 J/(kg.K)
Sumber: Solidwork 2011

Untuk mengetahui keamanan dari rangka mesin pencuci kentang dilakukan


dengan simulasi. Von mises stress adalah kumpulan gaya pada suatu permukaan
benda. Hasil von mises stress dari simulasi yaitu tegangan maksimum sebesar 921.6
N/m2 dan tegangan minimum 76.8 N/m2, tegangan von mises stress sebesar 921.6
N/m2 < 2481768000 N/m2 yield strength material yang digunakan sehingga
kekuatan struktur dinyatakan aman dapat dilihat pada Gambar 6. Displacement
adalah perubahan bentuk pada benda yang dikenai gaya. Hasil displacement dari
simulasi pada bagian rangka dan bak penampung yaitu sebesar 6.076e-009 mm
ditunjukkan dengan warna biru, rangka dan bak penampung tidak mengalami
perubahan bentuk sehingga dinyatakan aman dapat dilihat pada Gambar 7.

Von mises
(N/m2)

Gambar 6 Von Mises Stress

URES
(mm)

Gambar 7 Displacement
16

Prosedur Pengujian

Pengujian pada mesin pencuci kentang ini dilakukan untuk mengetahui kualitas
alat tersebut. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja semua komponen
yang ada, serta menganalisa kekurangan atau kesalahan dalam penyetelan alat.
Pengujian dilakukan dengan cara menguji setiap komponen sesuai dengan
fungsinya masing-masing.
1. Persiapan Uji Kinerja
Persiapan awal yang dilakukan adalah mempersiapkan mesin, inverter dan
kentang. Kentang yang dipergunakan dalam proses ini adalah kentang yang masih
kotor dengan tanah yang tertempel pada permukaaan kulit kentang dengan jumlah
5 kg setiap kali pengujian dengan tiga kali pengulangan, kemudian kentang tersebut
dimasukan ke dalam silinder pencuci kentang yang telah berisi air pada setengah
silinder pencuci tersebut dengan jumlah 64 liter air.
2. Pelaksanaan dan Hasil Uji Kinerja
Setelah persiapan selesai, kemudian kentang dimasukkan dalam bak
penampung lalu mesin dihidupkan. Kemudian diatur nilai frekuensi dengan
menekan tombol pada inverter untuk mendapatkan nilai kecepatan putar poros
silnder yang diinginkan. Pada pengujian ini ditentukan lima kecepatan putar poros
silinder yang diambil sebagai acuan pada saat pengujian dan pengambilan data yaitu
pada kecepatan putar poros silinder 84, 140, 168, 196, dan 224 rpm. Waktu yang
ditentukan untuk mencuci kentang 5 kg kentang sekitar 3 menit dengan
menggunakan stopwatch.
Selanjutnya dilakukan pemisahan kentang setelah semua proses pencucian
selesai untuk keperluan pengambilan data berdasarkan kecepatan putar poros
silinder yang telah ditentukan menjadi acuan pengambilan data setelah tiga kali
pengulangan pada masing-masing pengujian. Setelah itu dilakukan pengujian
tingkat kebersihan dan pengujian tingkat kerusakan pada permukaan kulit kentang
yang dilakukan untuk mengetahui tingkat kebersihan dan tingkat kerusakan pada
permukaan kulit kentang yang diambil datanya setelah proses pencucian kentang,
sehingga data yang diperlukan dapat diperoleh sesuai kebutuhan. Dalam pengujian
tingkat kebersihan perlu dilakukan pengujian pada kecepatan putar poros silinder
mana yang nanti didapatkan data tingkat kebersihan yang sesuai dan optimal,
dengan masing-masing pengujian dilakukan tiga kali pengulangan. Pengukuran ini
dilakukan dengan pengamatan secara visual pada permukaan kulit kentang dengan
indikasi kentang dinyatakan bersih apabila permukaan kulit kentang tidak lagi
menempel kotoran.
Selanjutnya dalam pengujian tingkat kerusakan juga perlu dilakukan pengujian
pada kecepatan putar poros silinder mana yang nanti didapatkan data tingkat
kerusakan yang sesuai, dengan masing-masing pengujian dilakukan tiga kali
pengulangan. Pengukuran ini dilakukan dengan pengamatan secara visual pada
permukaan kulit kentang dengan indikasi kentang dinyatakan rusak apabila
permukaan kulit kentang terdapat tiga titik kerusakan yang menjadi acuan bahwa
kentang itu mengalami kerusakan pada bagian permukaan kulitnya.
17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil rancang bangun mesin pencuci kentang tipe silinder dapat dilihat pada
Gambar 8 dan 9. Mesin pencuci kentang ini dioperasikan oleh satu orang operator
dengan cara melakukan loading kentang pada saat sebelum dicuci, mengatur
frekuensi listrik dengan menggunakan inverter, dan unloading kentang pada saat
setelah dicuci.
Spesifikasi mesin pencuci kentang berdasarkan perhitungan pada Lampiran
8 memiliki panjang keseluruhan 1090 mm, lebar bak penampung air 660 mm, tinggi
1135 mm. Berdasarkan kriteria desain, lebar unit yang dirancang harus kurang dari
1000 mm, sehingga untuk lebar bak penampung air sudah memenuhi kriteria desain.
Untuk putaran silinder pencuci kentang pada frekuensi listrik di Indonesia 50 Hz
dan kecepatan putar poros motor listrik 1400 rpm dapat diatur dengan
menggunakan inverter pengubah frekuensi listrik, sehingga dengan ratio putaran
motor listrik diasumsikan 84 rpm dapat ditentukan dengan mengubah nilai pada
inverter pengubah frekuensi listrik dengan nilai 6 yang akan ditampilkan pada layar
inverter pengubah frekuensi listrik dan akan didapatkan keluaran kecepatan putar
poros motor listrik menjadi 84 rpm.

Gambar 8 Desain rancangan mesin pencuci kentang tipe silinder

Gambar 9 Mesin pencuci kentang tipe silinder


18

Struktur Bagian-Bagian Mesin Pencuci Kentang

Rangka dan Bak Penampung Air


Rangka dan bak penampung air berfungsi sebagai pemberi bentuk dari suatu
alat atau mesin dan sebagai tempat terpasangnya komponen yang lainnya seperti,
motor penggerak, dan bak penampung air. Rangka juga difungsikan sebagai
penahan beban dari komponen yang berada diatasnya, sehingga pemilihan rangka
harus diperhitungkan secara teliti. Bentuk rangka disajikan dalam Gambar 10.
Berdasarkan analisis rancangan pada Lampiran 6, bahan yang dipilih untuk rangka
adalah besi hollow dengan momen lentur bahan 74311.25 N/mm yaitu bahan
ST 37. Besi hollow yang digunakan adalah besi hollow dengan panjang 60 mm,
lebar 30 mm dan tebal 4 mm. Tegangan lengkung akibat bahan yang terjadi adalah
(σ = 13.977 N/mm2 ) kurang dari tegangan ijin bahan ( σt = 362.97 N/mm2).
Sehingga besi hollow ukuran 60×30×5 mm aman digunakan untuk menopang
beban 100 kg dari berat silinder yang berisikan kentang dan bak penampung
berisikan air.

Gambar 10 Rangka dan bak pencuci kentang

Motor Penggerak
Motor penggerak yang dipilih adalah motor penggerak listrik. Alasan
pemilihan motor listrik adalah kebutuhan mesin pencuci kentang dengan torsi
sedang namun membutuhkan kecepatan tinggi. Torsi yang sedang digunakan besar
untuk menggerakkan silinder pencuci kentang yang berisikan kentang yang cukup
berat dan melawan tegangan permukaan air. Motor listrik juga dapat dioperasikan
lebih lama dan tidak menimbulkan kebisingan. Berdasarkan alasan tersebut maka
motor penggerak yang dipilih adalah FUJITA Y2-8022 (1.5 Hp/1.1 kW) 3 Phasa
380V-50Hz 2 Pole dengan daya 1.5 Hp dan kecepatan putar maksimum 2825 rpm.
Ilustrasi motor penggerak disajikan dalam Gambar 11. Berdasarkan perhitungan
didapatkan diameter puli motor penggerak pada Lampiran 4 sebesar 6 dan 3 inchi.
19

Gambar 11 Motor Listrik

Inverter
Inverter variable frequency drives yang berfungsi untuk mengendalikan
berbagai aplikasi torsi variabel dan konstan. Inverter ini juga berfungsi mengatur
menaikkan dan menurunkan frekuensi listrik dengan menggunakan tombol
pengatur nilai frekuensi pada layar inveter. Mikro-drive pada inverter ini mampu
bekerja dengan magnet permanen (PM) motor, yang memungkinkan fleksibilitas
yang lebih besar dalam memilih motor untuk suatu aplikasi. Ilustrasi inverter
penggerak disajikan dalam Gambar 12.

Gambar 12 Inverter

Uji Tingkat Kebersihan Kentang

Pada tahap ini dilakukan pengukuran tingkat kebersihan kentang dengan


mengatur kecepatan putar poros silinder agar didapatkan data yang sesuai di
kecepatan putar poros silinder mana kentang itu bisa dianggap bersih. Penentuan
tingkat kebersihan kentang dengan cara visualisasi di kecepatan putar poros silinder
mana nantinya tingkat kebersihan kentang tersebut dapat secara optimal. Tingkat
kebersihan kentang ditentukan dalam tiga tingkat dengan kriteria yaitu: (1)
dinyatakan bersih dengan indikasi sudah tidak ada tanah yang menempel
dipermukaan kulit kentang atau hanya tertinggal satu titik tanah saja yang
menempel pada permukaan kulit kentang tersebut, (2) dinyatakan sedang dengan
indikasi hanya tertinggal tiga titik tanah yang menempel pada permukaan kulit
20

kentang tersebut, dan (3) dinyatakan buruk dengan indikasi terdapat lebih dari tiga
titik tanah yang menempel pada permukaan kulit kentang tersebut.
Pengukuran tingkat kebersihan dilakukan dalam lima kali perlakuan dan
dalam 1 kali perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan untuk pengambilan
data. Dalam pengukuran tingkat kebersihan ini ditentukan lima kecepatan putar
poros silinder yang diambil sebagai acuan pada saat pengujian dan pengambilan
data yaitu pada kecepatan putar poros silinder 84, 140, 168, 196, dan 224 rpm.
Pengujian tingkat kebersihan dilakukan dalam waktu 3 menit pada setiap ulangan
agar didapat data yang akurat dan dapat menjadi pembanding dari data yang
didapatkan. Tabel tingkat kebersihan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada
kecepatan putar poros silinder 86 rpm didapat data tingkat kebersihan dengan
persentase (%) pada ulangan pertama yaitu baik 25 %, sedang 47 %, dan buruk
27.5 % (Gambar 13). Ulangan kedua dengan persentase(%) baik 21.62 %, sedang
59.46 %, dan buruk 18.91 %. Ulangan ketiga dengan persentase (%) baik 14.6 %,
sedang 53.65 %, dan 31.70 %.

Gambar 13 Kondisi tingkat kebersihan pada


kecepatan putar poros silinder 86 rpm
Dari data tiga ulangan tersebut didapatkan lebih banyak persentase sedang
yang mendominasi karena dipengaruhi kecepatan putar poros silinder yang
memutarkan silinder pencuci kentang tidak terlalu cepat yang mengakibatkan tidak
meratanya pembersihan oleh sikat pencuci pada permukaan kulit kentang. Tingkat
kebersihan pada kecepatan putar poros silinder 140 rpm diperoleh data pada
ulangan pertama dengan persentase (%) baik 16.32 %, sedang 48,98 %, dan buruk
34.69 %. Ulangan kedua dengan persentase (%) baik 40.50 %, sedang 37.83 %, dan
buruk 21.62 %. Ulangan ketiga dengan persentase (%) baik 20 %, sedang 25 %, dan
buruk 55 %. Dari ketiga data ulangan tersebut dapat disimpulkan persentasenya (%)
lebih merata pada ulangan pertama persentase (%) sedang lebih unggul, ulangan
kedua persentase (%) baik lebih unggul, dan ulangan ketiga persentase (%) buruk
lebih unggul karena kecepatan putar poros silinder yang dinaikan cukup besar dari
86 rpm ke 140 rpm yang mempengaruhi kecepatan putar silinder kentang cukup
cepat yang mengakibatkan mulai meratanya pembersihan oleh sikat pencuci
kentang pada permukaan kulit kentang. Tingkat kebersihan pada kecepatan putar
poros silinder 168 rpm diperoleh data dari tiga ulangan dengan persentasenya (%)
baik 100 %, sedang 0 %, dan buruk 0 %. Tingkat kebersihan pada kecepatan putar
poros silinder 196 rpm diperoleh data dari tiga ulangan dengan persentasenya (%)
21

baik 100 %, sedang 0 %, dan buruk 0 %. Tingkat kebersihan pada kecepatan putar
poros silinder 224 rpm diperoleh data dari tiga ulangan dengan persentasenya (%)
baik 100 %, sedang 0 % dan buruk 0 %. Jadi dapat simpulkan pada kecepatan putar
poros silinder 168, 196, dan 224 rpm tingkat kebersihan kentang diperoleh sudah
baik dan bisa disimpulkan pada kecepatan putar poros silinder 196 rpm menjadi
acuan optimal tingkat kebersihan kentang yang terbaik (Gambar 14)

Tabel 2 Tingkat kebersihan


Kecepatan Kriteria (%)
Waktu
No putar poros Ulangan
(menit)
silinder (rpm) Baik Sedang Buruk
1 1 3 25 47.5 27.5
2 84 2 3 21.62 59.45 18.91
3 3 3 14.63 53.65 31.70
4 Rata-rata 20.42 53.53 26.03
5 1 3 16.32 48.97 34.69
6 140 2 3 40.54 37.83 21.62
7 3 3 20 25 55
8 Rata-rata 25.62 37.26 37.10
9 1 3 100 0 0
10 168 2 3 100 0 0
11 3 3 100 0 0
12 Rata-rata 100 0 0
13 1 3 100 0 0
14 196 2 3 100 0 0
15 3 3 100 0 0
16 Rata-rata 100 0 0
17 1 3 100 0 0
18 224 2 3 100 0 0
19 3 3 100 0 0
20 Rata-rata 100 0 0
22

Gambar 14 Kondisi tingkat kebersihan pada


kecepatan putar poros silinder 196
rpm

Uji Tingkat Kerusakan Kentang


Pada tahap ini dilakukan pengukuran tingkat kerusakan kentang dengan
mengatur kecepatan putar poros silinder agar didapatkan data yang sesuai di
kecepatan putar mana kentang itu bisa dianggap baik dan tidak rusak permukaan
kulit kentangnnya. Penentuan tingkat kerusakan kentang dengan cara visualisasi di
kecepatan putar poros silinder mana nantinya tingkat kerusakan kentang tersebut
dapat secara optimal. Tingkat kerusakan kentang ditentukan dalam tiga tingkat
dengan kriteria yaitu: (1) dinyatakan tidak ada kerusakan dengan indikasi tidak ada
kulit yang terkelupas pada permukaan kentang atau di tidak ada permukaan daging
kentang yang terluka, (2) dinyatakan sedikit dengan indikasi hanya ada tiga titik
permukaan kulit kentang yang terluka atau terkelupas, dan (3) dinyatakan banyak
dengan indikasi terdapat lebih dari tiga titik tanah permukaan kulit kentang yang
terkelupas atau terluka.
Pengukuran tingkat kerusakan dilakukan dalam lima kali perlakuan dan
dalam 1 kali perlakuan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan untuk pengambilan
data. Dalam pengukuran tingkat kerusakan ini ditentukan lima kecepatan putar
poros silnder yang diambil sebagai acuan pada saat pengujian dan pengambilan data
yaitu pada kecepatan putar poros silinder 84, 140, 168, 196, dan 224 rpm. Pengujian
tingkat kerusakan dilakukan dalam waktu 3 menit pada setiap ulangan agar didapat
data yang akurat dan dapat menjadi pembanding dari data yang didapatkan. Tabel
tingkat kerusakan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa pada kecepatan putar poros
silinder 86 rpm didapat data tingkat kerusakan dengan persentase (%) pada ulangan
pertama yaitu tidak ada kerusakan 100 %, sedikit 0 %, dan banyak 0 % (Gambar
15). Ulangan kedua dengan persentase (%) tidak ada kerusakan 100 %, sedikit 0 %,
dan banyak 0 %. Ulangan ketiga dengan persentase (%) tidak ada kerusakan 100 %,
sedikit 0 %, dan banyak 0 %. Dari data tiga ulangan tersebut di dapatkan lebih
banyak persentase tidak ada kerusakan yang mendominasi karena dipengaruhi
kecepatan putar poros silinder yang memutarkan silinder pencuci kentang tidak
terlalu cepat yang mengakibatkan tidak ada kerusakan oleh sikat pencuci pada
permukaan kulit kentang. Tingkat kerusakan pada kecepatan putar poros silinder
140 rpm diperoleh data pada ulangan pertama dengan persentase (%) tidak ada
23

kerusakan 100 %, sedikit 0 %, dan 0 %. Ulangan kedua dengan persentase (%) tidak
ada kerusakan 100 %, sedikit 0 %, dan banyak 0 %. Ulangan ketiga dengan
persentase (%) tidak ada kerusakan 100 %, sedikit 0 %, dan banyak 0 %.

Gambar 15 Kondisi tingkat kerusakan pada


kecepatan putar poros silinder 86
rpm
Dari data tiga ulangan tersebut dapat disimpulkan lebih banyak persentase
tidak ada kerusakan yang mendominasi karena dipengaruhi kecepatan putar poros
silinder yang memutarkan silinder pencuci kentang mulai bertambah cepat yang
belum mengakibatkan adanya kerusakan oleh sikat pencuci pada permukaan kulit
kentang. Tingkat kerusakan pada kecepatan putar poros silinder 168 rpm diperoleh
data dari tiga ulangan dengan persentasenya (%) tidak ada kerusakan 100 %, sedikit
0 %, dan banyak 0 %. Tingkat kerusakan pada kecepatan putar poros silinder 196
rpm diperoleh data dari tiga ulangan dengan persentasenya (%) tidak ada 100 %,
sedikit 0 %, dan banyak 0 %. Tingkat kerusakan pada kecepatan putar poros silinder
224 rpm diperoleh data dari ulangan pertama dengan persentasenya (%) tidak ada
kerusakan 13.33 %, sedikit 8.8 % dan banyak 77.7 %. Ulangan kedua dengan
persentase (%) tidak ada kerusakan 7.89 %, sedikit 31.58 %, dan banyak 60.55 %.
Ulangan ketiga dengan persentase (%) tidak ada kerusakan 10 %, sedikit 12.5 %,
dan 77.5 %. Dari data tiga ulangan tersebut didapatkan lebih banyak persentase
banyak indikasi kerusakan yang mendominasi karena dipengaruhi kecepatan putar
poros silinder yang memutarkan silinder pencuci kentang bertambah cepat yang
mengakibatkan adanya kerusakan oleh sikat pencuci pada permukaan kulit kentang.
Jadi dapat simpulkan pada kecepatan putar poros silinder 140, 168, dan 196 rpm
tingkat kerusakan kentang diperoleh sudah baik dan bisa disimpulkan pada
kecepatan putar poros silinder 196 rpm menjadi acuan optimal tingkat kebersihan
kentang yang baik, dan pada kecepatan putar poros silinder 224 rpm tidak baik
untuk pencucian kentang karena dapat merusak permukaan kulit kentang (Gambar
16).
24

Tabel 3 Tingkat kerusakan


Kecepatan Kriteria (%)
Waktu
No putar poros Ulangan Tidak
(menit)
silinder (rpm) Ada Sedikit Banyak
1 1 3 100 0 0
2 84 2 3 100 0 0
3 3 3 100 0 0
4 Rata-rata 100 0 0
5 1 3 100 0 0
6 140 2 3 100 0 0
7 3 3 100 0 0
8 Rata-rata 100 0 0
9 1 3 100 0 0
10 168 2 3 100 0 0
11 3 3 100 0 0
12 Rata-rata 100 0 0
13 1 3 100 0 0
14 196 2 3 100 0 0
15 3 3 100 0 0
16 Rata-rata 100 0 0
17 1 3 13.33 8.88 77.77
18 224 2 3 7.89 31.57 60.52
19 3 3 10 12.5 77.5
20 Rata-rata 10.40 17.65 71.93

Kulit
terkelupas

Gambar 16 Kondisi tingkat kerusakan pada


kecepatan putar poros silinder 224
rpm
25

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Mesin pencuci kentang yang dirancang dan dibuat dapat digunakan untuk
membersihkan kulit kentang dengan menggunakan sikat yang memiliki tekstur
halus pada permukaan dalam silinder pencuci kentang dan rancangan bak
penampung air didesain berbentuk silinder. Pada pengujian kecepatan putar poros
silinder 168 rpm didapatkan tingkat kebersihan pada tiga kali pengulangan yaitu
baik dengan persentase 100 %, sedangkan tingkat kerusakan yang didapatkan pada
tiga kali pengulangan yaitu buruk dengan persentase 0 %. Kecepatan putar poros
silinder 196 rpm didapatkan tingkat kebersihan pada tiga kali pengulangan yaitu
baik dengan persentase 100 %, sedangkan tingkat kerusakan yang didapatkan yaitu
pada tiga kali pengulangan 0 %. Kecepatan putar poros silinder 224 rpm didapatkan
tingkat kebersihan pada tiga kali pengulangan yaitu baik dengan persentase 100 %
sedangkan tingkat kerusakan yang didapatkan pada tiga kali pengulangan yaitu
tidak ada dengan persentase 77 %, sedikit dengan persentase 60.52 %, dan banyak
dengan persentase 77%. Hal ini menunjukkan kecepatan putar poros silinder dari
mesin pencuci kentang yang terbaik untuk membersihkan dan tidak terjadi
kerusakan pada kulit kentang pada dan 196 rpm.
.

Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada bagian bak penampung agar dapat
dipergunakan pada kecepatan tinggi
2. Perlu juga ada penambahan penutup pada bak penampung agar air tidak habis
ketika kecepatan tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Z. 1999. Elemen Mesin 1. Bandung (ID): Refika Aditama.


[BPS] Badan Pusat Statistik (ID). 2013. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas
Kentang, 2009-2013.
[internet]. [diacu 21 Oktober 2014] Tersedia dari:
http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?kat=3&tabel=1&daftar=1&id_subyek
=55&notab=62
Batchelor GK. 1967. An Introduction to Fluid Dynamics. Cambridge (GB):
Cambridge University Press.
Dede J. 2007. Ubi Jalar, Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Jakarta (ID):
Kanisius.
Departemen Pertanian (ID). 2013. Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga per
Kapita di Indonesia Komoditi Beras.
[internet]. [diacu 21 Oktober 2014] Tersedia dari:
http://aplikasi2.pertanian.go.id/konsumsi/tampil_susenas2.php
26

FAO. 1989. Prevention of Postharvest Food Losses: Fruits Vegetables and Root
Crops a Training Manual. Rome (IT): UNFAO.
Grierson W. 1987. Postharvest Handling Manual: Commercialization of
Alternative Crops Project. Washington (US): Belize Agribusiness Company
USAID Chemonics International Consulting Division.
Harsokoesoemo HD. 1999. Pengantar Perancangan Teknik (Perancangan Produk).
Bandung (ID): Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Hoerner SF. 1965. Fluid-Dynamic Drag Hoerner Fluid Dynamics. New Jersey
(US): Brick Town.
Hong Seok-In. 2006. Packaging Technology for Fresh Produce. One Day
International Seminar “Post-Harvest Losses of Cole Crops (Brassica
vegetables) Causes and Solutions. Bandung (ID): FTIP Unpad.
Lazar I. 1980. Electrical System Analysis and Design for Industrial Plants. New
York (US): McGraw Hill. Inc.
Muchtadi D, Ajarsari B. 1996. Penanganan pasca panen dalam meningkatkan nilai
tambah komoditas sayuran. Prosiding seminar nasional komoditas sayuran.
Bandung (ID): Balai Penelitian Tanaman Sayuran. hlm 91-105.
Mott RL. 2009. Elemen-Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis. Jakarta (ID):
ANDI Yogyakarta.
Nash W. 1998. Strength of Materials. Schaum’s Outlines. New York (US): Mc
Graw Hill company.
Puspito J. 2006. Elemen Mesin Dasar. Yogyakarta (ID): Jurusan Pendidikan Teknik
Mesin FT UNY.
Rachmat M. 2006. Buku Tahunan Hortikultura Seri Tanaman Sayuran. Jakarta
(ID): Direktorat Budidaya Tanaman Sayuran dan Biofarmaka.
Samanhudi. 2001. Seleksi In Vitro Untuk Mendapatkan Klon Kentang Tahan
terhadap Penyakit Layu Fusarium. Surakarta (ID): Fakultas Pertanian UNS.
Solidwork 2011. Simulation Xpress Analisis Wizard.
Sularso, Suga K. 2004. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin.
Jakarta (ID): Pradnya Paramita.
Timoshenko S. 1976. Strength of Materials Part II. New York (US): Krieger
Publishing Co.
Winarno FG. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Jakarta (ID): Sastra Hudaya.
27

Lampiran 1 Perhitungan dragforce mesin pencuci kentang

Menurut Batchelor (1967). Perhitungan dragforce diformulasikan sebagai berikut:


Fd = × × × � ×A
Diketahui r silinder = 0.16 m, n silinder = 224 rpm, jumlah sikat adalah 90 sikat
yang terendam kedalam air, luas penampang sikat = 10.2 cm × 4.2 cm = 42.8 cm2
= 0.00428 m2, ρ air = 1000 kg/m3, dan Cd streamlined half body menurut Hoerner
(1965) adalah = 0.09.
Kemudian dihitung nilai v = r silinder × ω = . × π× = . m⁄s
Dimasukan dalam persamaan Fd = × × × � ×A

Fd = × × . × . × . = . N
nilai F = Fd × jumlah sikat = 2.7 N × 90 sikat = 243 N

Lampiran 2 Perhitungan daya mesin


Mesin pencuci kentang ini dirancang dengan beban maksimum 50 kg
kentang, kapasitas mesin ini disesuaikan dengan kebutuhan. Berdasarkan proses
tersebut, maka nilai dragforce (Fd) pada silinder yang dibutuhkan sebesar 2.7 N,
pada silinder digunakan 90 sikat yang terendam didalam air, factor koreksi daya
( ) sebesar 1.5, putaran poros motor (n) sebesar 448 rpm, r1 = 0.0382 m, r2 =
0.0764 mm, dan r3 = 0.16 m. Daya yang bekerja adalah :
= × sikat = N
� = × = . Nm
.
� = × � = × . = . Nm
.
� �
Jika � = ; Pd = � × ; dan ω =


Maka, � = �
×

� ×
� = . Nm ( )
× .
= . Nm⁄ = .
s
= . Hp
Jadi motor yang digunakan sudah mencukupi kebutuhan daya. Efisiensi
daya motor menggunakan inverter menurut Lazar (1980 ) adalah 90 % berfungsi
untuk mengatur frekuensi listrik, oleh karena itu dipilih motor dengan daya
sebesar 1.5 Hp.
28

Spesifikasi motor listrik yang digunakan:


a. n = 448 rpm
b. P = 1.5 Hp
c. frekuensi = 50 Hz
d. Tegangan = 110/220 V

Lampiran 3 Perhitungan poros silinder

Adapun data yang diperlukan untuk perancangan poros silinder menurut


Sularso dan Suga (2004) diilustrasikan pada Gambar (17) dan (18), dan perhitungan
adalah sebagai berikut:
1. Daya yang ditransmisikan : 1.5 Hp = 1.1 kW
Putaran poros : 224 rpm
2. Momen puntir (T)
� .
�= . × = . × × = . .

3. Pembebanan
Beban gaya merata : 8 kg
Berat puli : 1 kg
� × .
� − = = = . ≈
� .
Beban puli total : 1 + 7 = 8 kg
Pembebanan vertikal

Gambar 17 Pembebanan poros dengan gaya


vertikal
Va + Vb – 8 – 8 = 0
Va + Vb = 8 + 8; Va + Vb = 16 kg
∑ Ma = 0
29

540Vb – 8 × 290 – 8 × 30 = 0; 540Vb – 2320 – 240 = 0; 540Vb – 2560 = 0


Vb = 2560 / 540; Vb = 4.7 kg
Va + Vb = 16; Va + 4.7 = 16; Va = 16 – 4.7; Va = 11.3 kg
4. Momen lentur vertikal dan horizontal
MVa = 11.3 x 30 = 339 kg.mm
MVb = 4.7 x 250 = 1175 kg.mm

Gambar 18 Diagram momen lentur


5. Bahan poros ST 60
Kekuatan tarik bahan poros menurut Timoshenko (1976), � = ⁄
Faktor keamanan untuk bahan S-C adalah 6
Faktor pengaruh diambil 2
6. Untuk mencari tegangan geser yang diijinkan � dengan cara membagi
kekuatan tarik bahan poros � dengan faktor koreksi
� ⁄
� = = = ⁄
× ×
untuk beban puntiran adalah 1.5
untuk beban lenturan adalah 2
8. Diameter poros

.
≥ [( )√ . + ∙� ]


.
≥ [( )√ × + . × ]

≥ .
Jadi diameter poros yang diperbolehkan = 13.6 mm. Maka digunakan
poros dengan diameter 25.4 mm dengan alasan di pasaran diameter poros yang
mendekati 13.6 mm adalah 25.4 mm dan mempermudah mencari ukuran bearing
yang ada di pasaran.
9. Tegangan yang terjadi pada poros dengan diameter 25.4 mm

� = √ . + ∙�

30

� = √ × + . ×
. × .

� = . ⁄

jadi poros dengan diameter 25.4 mm aman untuk digunakan. Hal ini dikarenakan
� <� � . ⁄ < ⁄

Lampiran 4 Perhitungan puli


Mesin pencuci kentang memiliki sistem transmisi dari puli sabuk-V.
Putaran yang direduksi oleh sistem transmisi, yaitu dari 448 rpm menjadi 224 rpm.
Perancangan transmisi disesuaikan dengan penggunaan jenis motor penggerak.
= � ; = �
� �
= = = =
� �


= =

Jadi perbandingan Dp : dp adalah 2 : 1, maka untuk mendapatkan putaran


poros 224 rpm dapat digunakan ukuran puli dengan diameter 6 inchi dan 3inchi.

Lampiran 5 Perhitungan sabuk


Transmisi sabuk V, digunakan untuk mereduksi putaran dari n1 = 448 rpm
menjadi n2 = 224 rpm. Mesin pencuci kentang mempunyai variasi beban sedang
dan diperkirakan mesin akan bekerja setiap 3-5 jam tiap hari, sehingga waktu
koreksinya, yaitu 1.3 (Sularso dan Suga 2004). Data yang diketahui untuk
pemilihan tersebut antara lain:
1. Daya yang ditransmisikan : 1.5 Hp = 1.1 kW

Putaran poros motor : 448 rpm

Putaran poros silinder : 224 rpm

Jarak sumbu poros (C) : 1016 mm

2. Penampang sabuk V : Tipe B

3. Diameter puli

� = 152.4 mm
31

� = 76.2 mm

4. Diameter luar puli ,

= � + × . = . + × . = .

= � + × . = . + × . = .

5. Kecepatan sabuk (v)


�∙
=
.
. × . ×
=
.
= . ⁄
1.786 m/detik < 25 m/detik, baik
6. Panjang sabuk (L)

= + ( � + �) + � − �

= + × . + . + . − .
×

= + × . + .

= + . + .
= 2392.33
Berdasarkan perhitungan didapatkan ukuran belt yang digunakan adalah 94 inchi
7. Jarak sumbu poros

+√ − � − �
=

Di mana
= − . � + �

= . − . . + .
= . − . .
= .
Maka jarak sumbu poros adalah:

+√ − � − �
=
32

. +√ . − . − .
=

. + .
=

= . =
8. Sudut kontak

° � − �
�= −

°
. − .
�= −
°
�= − − .
°
�= + .
�= . °

Lampiran 6 Perhitungan Rangka


1. Rangka Bagian Depan
Menurut Nash (1998), reaksi penumpu yang diformulasikan dan
diilustrasikan pada Gambar 19, 20, 21, 22, 23 dan 24 sebagai berikut:

Gambar 19 Skema gaya pembebanan rangka bagian depan

A. Reaksi penumpu
ΣF = − R V + R V

� F = ,R V +R V = . N

M =( . ) – � �.

M = ,R V × − . × =
R V = . N, R V = . N
33

B. Reaksi gaya dalam (gaya yang terjadi dalam material kontruksi)

Gambar 20 Skema potongan gaya pembebanan


rangka bagian depan
Reaksi gaya luar

Potongan kiri (X-X) batang A-B

Gambar 21 Gambar reaksi gaya dalam untuk


potongan (X-X) batang A-B

N =
VX = . − . ×X

MX = . × X − . X× X

Momen yang terjadi di titik A (x = 0)


N =
V =− . N
M =
Momen yang terjadi di titik B (x = 1000)
N =
V =
M = . × − . × × =
Momen yang terjadidi titik tengah (x = 500)
34

MT = . × − . × × =− . Nmm

C. Diagram gaya dalam


1. NFD

Gambar 22 Diagram NFD pada batang A-B

2. SFD

Gambar 23 Diagram SFD pada batang A-B

3. BMD

Gambar 24 Skema diagram BMD pada batang A-B

2. Momen Inersia Rangka (Hollow)


Menurut Nash (1998), momen inersia rangka (hollow) yang diformulasikan dan
diilustrasikan pada Gambar 25 sebagai berikut:
35

Gambar 25 Skema bentuk rangka

A. Titik berat dan luas penampang


1) Penampang utuh
A = mm × mm = mm
mm
Y = = mm

2) Penampang rongga
A = mm x mm = mm
Y = cm

3) Penampang komplek
� − �
9=

� − � . − .
9= = = mm dari bawah
− −

B. Momen inersia
1) Penampang besar

= + = ℎ +
36

= . + − = .

2) Penampang kecil

= + = ℎ +

= . + . − = .

3) Penampang komplek
= − = − .
= .

Lampiran 7 Perhitungan kekuatan bahan


Bahan rangka ST 37

Tegangan ijin bahan: � = . ⁄

Momen lentur terbesar: = . ⁄


Ditinjau dari tegangan lengkung menurut Nash (1998) yang diformulasikan
dalam sebagai berikut:
.�
�=

. . ×
= = . ⁄ = . ⁄
.
Jadi karena tegangan akibat beban � = . ⁄ < dari tegangan ijin
bahan � = ⁄ maka desain aman.

Lampiran 8 Perhitungan bak penampung


Bak penampung adalah tempat penampung air dan membantu proses
pencucian. Dimensi bak penampung dengan panjang (p) sebesar 1090 mm, radius
lengkung bagian bawah (r) sebesar 150 mm, tinggi bak (h) sebesar 1135 mm.
Volume bak penampung
a. Volume bak I
×� . × ×
= = = =
37

b. Volume bak II
= � × × ℎ= × × = =
Jadi Volume bak = 77 + 113 = 183 liter
Luas permukaan lengkung bawah bak dalam pencucian, bagian bak yang paling
berpengaruh dalam membantu pencucian adalah dasar permukaan lengkung bak.

× =

× = . × =

= × ×�

= × =
38

Lampiran 9 Gambar Teknik


39

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 02 September 1992 dari ayah Ir.
Irfan Dalil dan ibu Yusnita S.H Penulis adalah Putra pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan akademik di SDN 06 Cikarang Utara, SMPN 04
Cikarang Utara, SMAN 2 Cikarang Utara, dan diterima di IPB pada tahun 2010
melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Fakultas Teknologi Pertanian,
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum
Praktikum Terpadu Mekanika dan Bahan Teknik, Teknik Mesin Irigasi dan
Drainase dan Teknik Mesin Budi Daya Pertanian pada tahun ajaran 2013/2014.
Pada bulan Juni-Agustus 2013 penulis melaksanakan Praktik Lapangan di PT
PG Rajawali II Unit PG Jatitujuh, Jawa Barat dengan Judul Mempelajari Aspek
Mekanisasi DI PT PG. RAJAWALI II UNIT PG. JATITUJUH. Sebagai tugas
akhir, penulis melakukan penelitian di Laboratorium Siswadhi Soepardjo dengan
judul “Rancang Bangun Mesin Pencuci Kentang Tipe Silinder” di bawah
bimbingan Dr. Ir. Desrial, M.Eng.

Anda mungkin juga menyukai