Anda di halaman 1dari 35

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENEBANGAN MENGGUNAKAN

CHAINSAW DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN


SAMPAN DARAT DI PT WIRAKARYA SAKTI

AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas dan Biaya
Penebangan Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan Menggunakan Sampan
Darat di PT Wirakarya Sakti adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016

Agus Saeful Rizal Nuryanto


NIM E14110067
ABSTRAK
AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO. Produktivitas dan Biaya Penebangan
Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan Menggunakan Sampan Darat di PT
Wirakarya Sakti. Dibimbing oleh UJANG SUWARNA.

Kebutuhan industri khususnya bahan baku pulp and paper dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Hutan Tanaman Industri (HTI) sebagai salah satu penyuplai bahan
baku tersebut dituntut untuk dapat meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan
pasar. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung produktivitas alat dan analisis biaya
dari kegiatan penebangan menggunakan chainsaw dan penyaradan menggunakan
sampan darat. Hasil penelitian menunjukan produktivitas kegiatan penebangan
sebesar 8.75 m3/jam dengan waktu kerja total rata-rata 112.38 detik/pohon atau
0.032 jam/pohon dan biaya operasional kegiatan penebangan sebesar Rp 11
131.94/m3. Produktivitas kegiatan penyaradan menggunakan sampan darat yang
ditarik excavator sebesar 16.67 m3/jam dengan waktu kerja rata-rata 2 594.31
detik/trip atau 0.72 jam/trip dan biaya operasional kegiatan penyaradan sebesar Rp
10 528.85/m3.

Kata kunci: biaya, hutan tanaman industri, penebangan, penyaradan, produktivitas

ABSTRACT

AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO. Productivity and Cost of Felling Using


Chainsaw and Skidding Using Sampan Darat in PT Wirakarya Sakti. Supervised
by UJANG SUWARNA.

The industry needs raw materials, especially pulp and paper from year to year
increasingly soared. Forest plantation (HTI) as one of the suppliers of the raw
materials required to be able to increase production to meet market demand. This
study aimed to quantify the productivity tools and cost analysis of felling using
chainsaws and skidding using sampan darat. The results showed felling
productivity is 8.75 m3 / hours with total working time on average 112.38 seconds
/ tree or 0.032 hours / tree and operational costs Rp 11 131.94 / m3. Skidding
Productivity by sampan darat pulled excavator is 16.67 m3 / hours with an average
working time of 2 594.31 seconds / trip or 0.72 hours / trip and skidding operating
costs Rp 10 528.85/ m3.

Keywords: cost, forest plantation, felling, skidding, productivity


PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENEBANGAN MENGGUNAKAN
CHAINSAW DAN PENYARADAN MENGGUNAKAN
SAMPAN DARAT DI PT WIRAKARYA SAKTI

AGUS SAEFUL RIZAL NURYANTO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini telah berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus-September 2015
ini ialah Produktivitas dan Analisis Biaya dengan judul Produktivitas dan Biaya
Penebangan Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan Menggunakan Sampan
Darat di PT Wirakarya Sakti.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ujang Suwarna sebagai dosen
pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
Bapak Surya dan Ibu Neneng Nurfalah selaku orang tua yang telah memberikan
dukungan moril maupun materil. Adik-adik tersayang Agnes Nuraini, Lusi
Nurazizah dan Saskia Nurulfadilah serta Sunflower atas segala dukungan perhatian
dan semangat yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Rezky Pratama sebagai Kepala HRD PT Wirakarya Sakti, Bapak Sitepu
sebagai Manajer Distrik Enam PT. Wirakarya Sakti, Bang Andreas dan seluruh staf
Distrik Enam PT Wirakarya Sakti, Bapak Faisal sebagai Mandor Kontraktor PT
Okydo Jaya Makmur dan Bapak Anen sebagai Mandor Kontraktor PT Intan
Permata Sejati dimana penelitian ini dilaksanakan yang telah banyak membantu
dalam melakukan pengumpulan data selama berlangsungnya penelitian.
Selanjutnya ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayu Naditia dan
Wahyu Angga Mursita Aji teman seperjuangan dalam pelaksaan penelitian ini,
kepada teman-teman Manajemen Hutan Angkatan 48 terutama Adi wiyardinata dan
Rinaldo Pratama yang telah menemani dan banyak membantu selama proses
penyusunan skripsi serta tidak lupa kepada Fahutan Angkatan 48 atas segala
dukungan dan bantuannya kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Agus Saeful Rizal Nuryanto


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii


DAFTAR GAMBAR vii
DAFTAR LAMPIRAN vii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 1
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Lokasi dan Waktu Penelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Jenis Data 2
Prosedur Penelitian 3
Pengolahan Data 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Keadaan Umum Lokasi Penelitian 6
Teknik Penebangan dan Penyaradan 7
Waktu Kerja dan Produktivitas 9
Analisis Biaya Kegiatan Penebangan, Delimbing dan Bunching, Bagi Batang
(Bucking) dan Penyaradan 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 20
DAFTAR PUSTAKA 21
RIWAYAT HIDUP 25
DAFTAR TABEL

1 Waktu kerja aktual penebangan per pohon menggunakan chainsaw 10


2 Waktu kerja standar penebangan per pohon 10
3 Produktivitas penebangan pohon 10
4 Waktu kerja aktual delimbing dan bunching per pohon menggunakan
excavator 11
5 Waktu kerja standar delimbing dan bunching per pohon menggunakan
excavator 11
6 Produktivitas delimbing dan bunching 12
7 Waktu kerja aktual bucking per pohon menggunakan chainsaw 13
8 Waktu kerja standar bucking per pohon menggunakan chainsaw 13
9 Produktivitas kegiatan bucking 13
10 Waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per
pohon 14
11 Produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per pohon dengan
faktor kelonggaran 14
12 Waktu kerja aktual penyaradan menggunakan excavator-sampan
darat 16
13 Waktu kerja standar penyaradan menggunakan excavator-sampan
darat 17
14 Produktivitas kegiatan penyaradan 17
15 Analisis biaya operasional alat kegiatan penebangan, delimbing dan
bunching, bagi batang (bucking) dan penyaradan 19

DAFTAR GAMBAR
1 Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw 8
2 Sampan darat 9
3 Excavator ZX 110 9
4 Kegiatan delimbing dan bunching 12
5 kayu hasil delimbing dan bunching 12
6 Kegiatan penyaradan dengan sampan darat yang ditarik excavator 18

DAFTAR LAMPIRAN
1 Spesifikasi alat tebang (chainsaw), alat delimbing dan bunching serta
sarad (excavator) 22
2 Klasifikasi kelonggaran 23
3 Data curah hujan 24
1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hutan Tanaman Industri (HTI) adalah salah satu sumber utama pemasok
kebutuhan industri khususnya bahan baku pulp and paper. Sebagai salah satu
pemasok utama kebutuhan industri, HTI harus mampu memenuhi kebutuhan pasar
yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Suryandari (2008) menyatakan bahwa
produksi pulp pada tahun 1996/1997 sebesar 685 393 m3, kemudian berkembang
pesat hingga tahun 2005 yaitu sebesar 2 593 926 m3. Salah satu faktor penting yang
mempengaruhi jumlah produksi kayu yaitu kegiatan pemanenan kayu. Pemanenan
kayu sebagai salah satu faktor penting merupakan usaha pemanfaatan kayu dengan
mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen (kayu bulat) dan
mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai peruntukannya dengan
tujuan memaksimalkan nilai kayu, mengoptimalkan pasokan kayu industri,
meningkatkan kesempatan kerja serta mengembangkan ekonomi regional
(Yuniawati dan Sona Suhartana 2014). Terdapat empat komponen utama kegiatan
pemanenan kayu diantaranya penebangan (felling), penyaradan (skidding), muat
bongkar (loading dan unloading) dan pengangkutan (hauling) (Matangaran et al.
2013). Kegiatan penebangan dan penyaradan merupakan tahapan awal dari
kegiatan pemanenan kayu yang mempengaruhi produksi kayu yang dikeluarkan
dari dalam hutan.
Pada prakteknya, tidak hanya sistem dan tahapan pemanenan saja tetapi
jumlah, jenis serta kemampuan alat-alat yang digunakan dalam kegiatan
pemanenan kayu juga dapat mempengaruhi besar produksi kayu. Suhartana dan
Yuniawati (2008) menyatakan bahwa perlu adanya pemilihan alat yang tepat guna,
ekonomis dan sesuai dengan kondisi pekerjaan agar tujuan produksi dapat dicapai.
Penggunaan dan jumlah peralatan pemanenan kayu perlu disesuaikan dengan
rencana produksi yang ditetapkan sehingga memungkinkan dihasilkan produksi
kayu yang dapat menutup biaya produksi yang dikeluarkan. Oleh karena itu, baik
sistem maupun alat yang digunakan dalam kegiatan pemanenan, keduanya harus
beroperasi semaksimal mungkin agar dapat mencapai target produksi yang
direncanakan. Kegiatan penebangan pohon di PT Wirakarya Sakti menggunakan
chainsaw, sedangkan kegiatan penyaradan menggunakan sampan darat yang ditarik
dengan bantuan excavator. Penghitungan produktivitas dan analisis biaya
penggunaan kedua alat tersebut perlu dilakukan untuk menghitung besar produksi
dan biaya yang dikeluarkan perusahaan agar tetap mencapai target produksi yang
optimal.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah menghitung produktivitas kerja alat dan
biaya operasional alat pada kegiatan penebangan menggunakan chainsaw dan
penyaradan menggunakan sampan darat.
2

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi kepada perusahaan


guna mengetahui produktivitas alat dan biaya operasional alat kegiatan penebangan
menggunakan chainsaw dan penyaradan menggunakan sampan darat.

Ruang Lingkup Penelitian

Pengambilan data penelitian terbatas pada tegakan Akasia (Acacia


crassicarpa) dengan umur tanam 6 tahun di Distrik Enam PT Wirakarya Sakti.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Pengambilan data penelitian dimulai dari bulan Agustus - September tahun


2015 di petak tebang SKD0001200 distrik enam PT Wirakarya Sakti (WKS),
Provinsi Jambi. Pengolahan data dan penyusunan tugas akhir dimulai dari bulan
September tahun 2015 sampai bulan Mei tahun 2016 di Kampus Dramaga IPB.

Bahan

Bahan penelitian ini adalah tegakan Acacia crassicarpa dan daftar rincian
biaya produksi kegiatan penebangan dan penyaradan berupa harga alat, pemakaian
bahan bakar, pelumas dan spare part. Penelitian ini juga ditunjang oleh data
sekunder berupa data kondisi umum areal penelitian.

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Chainsaw Stihl 070,
sampan darat, Excavator Hitachi ZX 110, stopwatch, meteran jahit, pita ukur 30 m,
tambang 30 m, tally sheet, suunto clinometer, kamera, alat tulis, kalkulator dan
laptop.

Jenis Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data
primer didapatkan dari pengukuran langsung di lapangan. Data primer penebangan
yaitu jumlah pohon yang ditebang, volume pohon yang ditebang, serta waktu kerja
efektif dan tidak efektif dari kegiatan penebangan. Data primer penyaradan yaitu
jarak sarad, volume kayu yang disarad, serta waktu kerja efektif dan tidak efektif
dari kegiatan penyaradan. Data sekunder didapat dari wawancara dan menganalisis
3

dokumen perusahaan. Data yang dikumpulkan meliputi kondisi umum lokasi


penelitian, harga alat penebangan dan penyaradan yang digunakan, biaya
pemeliharaan dan perawatan alat, kebutuhan bahan bakar dan pelumas, nilai suku
bunga bank serta upah operator dan upah pembantu operator penebangan dan
penyaradan.

Prosedur Penelitian

1. Penebangan Pohon
Pengukuran panjang pohon, diameter ujung dan diameter pangkal, serta
tinggi tunggak dilakukan terhadap 100 pohon contoh untuk mendapatkan rata-rata
volume pohon. Tahapan, teknik dan elemen kerja penebangan diamati secara
langsung di lapangan pada saat kegiatan berlangsung, kemudian dicatat dan dibuat
dokumentasinya.
Pengukuran waktu kerja penebangan dilakukan terhadap 50 pohon yang
ditebang. Metode yang digunakan dalam pengamatan waktu kerja tersebut adalah
metode berhenti dan kembali ke nol. Pengukuran waktu kerja dimulai saat kegiatan
bergerak sampai dengan kegiatan selesai. Waktu kerja total penebangan dibagi
menjadi waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja total
selanjutnya akan disebut waktu kerja aktual.
a. Waktu kerja efektif
Waktu kerja efektif penebangan merupakan jumlah waktu dalam detik
yang dipergunakan untuk melakukan unsur-unsur kerja sebagai berikut:
1) Pre Harvesting : kegiatan pembersihan areal sekitar pohon yang akan
ditebang (imas). Pengukuran waktu kerja dihitung dari operator tebang
menghidupkan chainsaw, berjalan menuju pohon sampai selesai melakukan
kegiatan pembersihan areal sekitar pohon.
2) Felling : kegiatan penebangan, pemindahan pohon dari tempat tumbuh,
pembuatan takik rebah dan takik balas untuk menumbangkan pohon secara
cepat, tepat, aman dan kualitas pohon terjaga. Pengukuran waktu kerja
dihitung dari operator menentukan arah rebah pohon, membuat takik rebah
dan takik balas sampai kegiatan merobohkan pohon.
3) Delimbing dan Bunching : kegiatan pemangkasan cabang atau ranting pohon
dan kegiatan pengumpulan sortimen sebelum dilakukan kegiatan bucking.
Pengukuran waktu kerja dihitung dari excavator berjalan menuju pohon rebah,
pemangkasan tajuk, cabang dan ranting pohon rebah sampai penumpukan
pohon.
4) Bucking : kegiatan pembagian atau pemotongan batang ke dalam ukuran-
ukuran tertentu yang telah ditetapkan atau diinginkan. Pengukuran waktu
kerja dihitung dari operator berjalan menuju tumpukan pohon rebah sampai
pembagian batang per pohon rebah selesai.
b. Waktu kerja tidak efektif
Waktu kerja tidak efektif penebangan merupakan waktu diluar waktu kerja
efektif yang dapat terjadi karena adanya waktu mengobrol, merokok, melepas
lelah, mesin rusak atau kejadian tidak terduga lainnya.
4

2. Penyaradan Kayu
Pengukuran panjang sortimen, diameter ujung dan diameter pangkal
dilakukan terhadap 100 sortimen contoh untuk mendapatkan rata-rata volume
sortimen. Tahapan, teknik dan elemen kerja penebangan diamati secara langsung di
lapangan pada saat kegiatan berlangsung kemudian mencatat dan membuat
dokumentasi. Jarak sarad diukur dari lokasi tunggak hingga tempat pengumpulan
kayu sementara (TPn) dengan menggunakan pita ukur dan tambang.
Pengukuran waktu kerja penyaradan dilakukan terhadap 25 trip penyaradan.
Metode yang digunakan dalam pengamatan waktu kerja adalah metode berhenti dan
kembali ke nol. Pengukuran waktu kerja dimulai saat kegiatan bergerak sampai
dengan kegiatan selesai. Waktu kerja total penyaradan kayu dibagi menjadi waktu
kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Waktu kerja total selanjutnya akan
disebut waktu kerja aktual.
a. Waktu kerja efektif
Waktu kerja efektif penyaradan merupakan jumlah waktu dalam satuan detik
yang dipergunakan untuk melakukan unsur-unsur kerja sebagai berikut:
1) Penyaradan kosong : waktu dihitung dari titik nol ketika alat sarad berjalan
kosong (tanpa muatan) dijalan sarad yang telah ada dari TPn sampai ujung
jalan sarad.
2) Pemuatan pada sampan : waktu ketika kayu dimuat ke sampan. Waktu kerja
dihitung dari mulai pemuatan kayu ke bak sampan darat sepanjang jalan
sarad sampai di TPn.
3) Penyaradan muatan : waktu memindahkan kayu dari lokasi tunggak ke
tempat pengumpulan kayu sementara (TPn). Waktu kerja dihitung dari titik
nol ketika alat sarad mulai berjalan dengan muatan sampai ke TPn.
4) Pembongkaran : melepaskan muatan kayu dari sampan darat. Waktu kerja
dihitung dari titik nol ketika alat sarad mulai membongkar muatan kayu dari
bak sampan di TPn sampai kegiatan selesai.
b. Waktu kerja tidak efektif
Waktu kerja tidak efektif penyaradan merupakan waktu diluar waktu kerja
efektif yang dapat terjadi karena adanya waktu mengobrol, merokok, melepas
lelah, mesin rusak atau kejadian tidak terduga lainnya.

3. Waktu Kerja Standar


Waktu kerja standar merupakan waktu kerja kegiatan dengan
mempertimbangkan faktor kelonggaran (allowance factor). Kelonggaran
merupakan penambahan jam kerja yang dialokasikan untuk beberapa kegiatan
tambahan yang tidak termasuk dalam kegiatan utama (waktu kerja efektif).
Kelonggaran diklasifikasikan berdasarkan acuan dari Niebel dan Freivalds (1999).

Pengolahan Data

1. Penghitungan Volume Pohon


Penghitungan volume pohon yang ditebang menggunakan rumus Brereton :
𝑉 = 0.25 × 𝜋 𝐷2 × 𝐿
Keterangan:
V = volume pohon rebah (m³)
𝜋 = konstanta (3.14)
5

L = panjang pohon rebah (m)


D = diameter rata-rata (m)
2. Penghitungan Volume Sortimen
Penghitungan volume sortimen dengan menggunakan rumus Brereton :
𝑉 = 0.25 × 𝜋 𝐷2 × 𝐿
Keterangan:
V = volume sortimen (m³)
𝜋 = konstanta (3.14)
L = panjang sortimen (m)
D = diameter rata-rata (m)

3. Penghitungan Volume Sarad


Penghitungan volume sarad adalah sebagai berikut :
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑟𝑎𝑑 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑜𝑟𝑡𝑖𝑚𝑒𝑛 × 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑎𝑡𝑎𝑛𝑔

4. Penghitungan Produktivitas
Produktivitas alat dapat dihitung dengan menggunakan rumus (ILO 1975) :

𝑉𝑡
𝑃𝑡 =
𝑊𝑡
Keterangan:
Pt = produktivitas penyaradan (m³/jam)
Vt = volume kayu yang disarad (m³)
Wt = waktu kerja penyaradan (jam)

5. Analisis Biaya
Pengumpulan data biaya produksi penebangan dan penyaradan dengan
mencatat dan menghitung semua variabel yang terkait dengan pengeluaran biaya
baik secara langsung maupun tidak langsung. Indikator penghitungan yang
digunakan untuk mengetahui biaya usaha alat penyaradan adalah sebagai berikut
(FAO 1992):
𝑀−𝑅
1. Depresiasi (Penyusutan) 𝐷 = 𝑁
(𝑀−𝑅)(𝑁+1)
2. Bunga modal 𝐵 = [ 2 ×𝑁 + 𝑅] × 0.0𝑝
3. Pajak 𝑖 = 𝑛% × 𝑀
4. Biaya tetap 𝐵𝑇 = 𝐷 + 𝐵 + 𝑖
5. Biaya variabel 𝐵𝑉 = 𝐵𝜊 + 𝐵𝐵 + 𝐵𝑝𝑝
6. Biaya mesin 𝐵𝑀 = 𝐵𝑉 + 𝐵𝑇
7. Biaya usaha 𝐵𝑈 = 𝐵𝑀 + 𝑈𝑝
6

Keterangan:
D = penyusutan (Rp/jam)
M = harga alat (Rp)
R = nilai sisa alat pada akhir umur ekonomi (Rp)
N = umur ekonomis alat (tahun)
B = bunga modal (Rp/jam)
0.0p = tingkat bunga yang ditetapkan (%)
i = pajak (Rp/jam)
n = nilai pajak (%)
BT = biaya tetap (Rp/jam)
BV = biaya variabel (Rp/jam)
Bo = biaya oli (Rp/jam)
BB = biaya bahan bakar (Rp/jam)
Bpp = biaya pemeliharaan dan perawatan (Rp/jam)
BM = biaya mesin (Rp/jam)
BU = biaya usaha (Rp/jam)
Up = upah tenaga kerja (Rp)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Letak Geografis
PT Wirakarya Sakti merupakan salah satu perusahaan yang mendapatkan Izin
Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) seluas 293
812 ha (berdasarkan SK Menhut No 346/Menhut-II/2004). Secara geografis PT
Wirakarya Sakti terletak antara 0˚45’00” - 01˚36’00” LS dan 102˚46’00” -
103˚49’00” BT. Areal PT WKS berada pada 8 distrik yang tersebar di 5 Kabupaten
di Provinsi Jambi, yaitu : Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur, Batanghari,
Muaro Jambi dan Tebo.

Jenis Tanah dan Topografi


Kondisi tanah di PT Wirakarya Sakti terdiri dari dua jenis tanah yaitu tanah
mineral dan tanah organik. Tanah organik mempunyai ordo histosol, sedangkan
tanah mineral mempunyai ordo ultisol, incepsol dan spodosol. PT Wirakarya Sakti
memiliki kondisi topografi datar 70.55%, landai 17.09%, bergelombang 11.55%,
serta agak curam 0.81%. Daerah datar, datar agak cekung melandai ke arah pantai
dan sungai memiliki kemiringan 0% - 5% dengan ketinggian 0 - 15 meter dari
permukaan laut (mdpl). Daerah bergelombang hingga berbukit memiliki
kemiringan 5% - 25% dengan ketinggian dibawah 50 mdpl.

Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, areal PT Wirakarya Sakti awalnya
termasuk bertipe iklim A (sangat basah), namun sekarang berubah menjadi tipe B
(basah) bahkan ada yang bertipe iklim C (kering). Hal ini dikarenakan adanya
penambahan HTI dan pembukaan hutan primer menjadi areal-areal lain seperti
pemukiman, perkebunan sawit dan perladangan penduduk. Tipe hutannya termasuk
7

hutan tropika basah dengan kondisi tempat kering sampai basah. Curah hujan di
areal hutan PT WKS termasuk kategori tinggi karena antara musim hujan dan
musim kemarau tidak ada perbedaan yang terlihat jelas. Banyaknya curah hujan
sepanjang tahun menyebabkan daerah tersebut dapat dikatakan daerah basah
meskipun terkadang suhu sangat panas. Hal ini disebabkan karena arealnya
didominasi oleh areal rawa dan sedikit dataran tinggi.

Kondisi Hutan
PT Wirakarya Sakti memiliki tiga jenis tanaman pokok yaitu Acacia mangium,
Acacia crassicarpa dan Eucaliptus pelita. Luasan untuk tanaman pokok tersebut ±
70% dari total luas wilayah. Selain itu, pada total luasan tersebut juga ditanami
tanaman unggulan seperti Meranti, Sungkai, Pulai, Jabon, Bulian atau Ulin,
Jelatung dan kacang-kacangan seluas ± 10% dari total areal. Tanaman kehidupan
seperti Nangka, Pinang, Kemiri, Durian dan Sukun seluas ± 5% dari total luas
wilayah. Selebihnya digunakan sebagai kawasan lindung ± 10% dan sarana dan
prasarana ± 5%.

Teknik Penebangan dan Penyaradan

Penebangan Pohon
Penebangan pohon merupakan langkah awal dari serangkaian kegiatan
pemanenan kayu dengan salah satu tujuannya yaitu untuk memperoleh bahan baku
bagi industri perkayuan (Suhartana dan Yuniawati 2010). PT Wirakarya Sakti
dalam kegiatan penebangannya menggunakan alat mekanis berupa chainsaw
dengan merk Stihl 070 yang dibeli pada tahun 2015 sehingga kondisinya masih baik.
Alat tersebut adalah milik pribadi operator tebang. Hasil pengamatan menunjukan
bahwa kegiatan penebangan dilakukan secara beregu dengan jumlah delapan orang
per regu. Empat orang melakukan kegiatan penebangan pohon, sedangkan empat
orang lainnya melakukan kegiatan bagi batang. Sistem silvikultur yang diterapkan
yaitu Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) dengan jenis tanaman Acacia
crassicarpa tahun tanam 2009 dengan jarak tanam 2 m x 2.5 m.
Kegiatan penebangan dilakukan secara cut to length system (short wood
method) dimana kayu yang diangkut ke tempat pengumpulan kayu sementara (TPn)
dalam bentuk sortimen, sehingga kegiatan pembagian batang dilakukan di petak
tebang. Tahapan kegiatan penebangan yang dilakukan diantaranya persiapan alat,
berjalan menuju pohon, imas, penentuan arah rebah, pembuatan takik tebah dan
takik balas serta merobohkan pohon. Kegiatan lanjutan setelah penebangan pohon
berupa kegiatan delimbing dan bunching dengan bantuan alat excavator sebelum
dilakukan kegiatan bucking. Excavator yang digunakan dalam kegiatan delimbing
dan bunching adalah excavator merk Hitachi ZX 110 yang dibeli pada tahun 2012
dengan kondisi masih cukup baik. Alat tersebut merupakan milik kontraktor PT
Okydo Jaya Makmur yang bekerja sama dengan PT Wirakarya Sakti, sedangkan
untuk kegiatan pembagian batang menggunakan alat berupa chainsaw, sama seperti
dalam kegiatan penebangan. Gambar 1 menggambarkan kegiatan penebangan
pohon di lokasi penelitian menggunakan chainsaw.
8

Gambar 1 Kegiatan penebangan menggunakan chainsaw

Penyaradan Kayu
Penyaradan adalah kegiatan pemindahan kayu dari tempat penebangan atau
petak tebang ke tepi jalan angkutan. Penyaradan diperlukan untuk mengeluarkan
kayu dari petak tebang ke tepi jalan angkutan atau tempat pengumpulan kayu (TPn),
sehingga dapat diangkut oleh kendaraan pengangkut ke tempat penimbunan kayu
(TPK) atau langsung ke tempat pengolahan (Suhartana dan Yuniawati 2015). Alat
yang digunakan dalam kegiatan penyaradan berupa sampan darat atau ponton darat,
seperti gerobak besi yang dirancang khusus untuk kegiatan penyaradan yang ditarik
dengan alat excavator menggunakan tambang, kawat besar atau tali sling. Satu unit
sampan darat dapat memuat sekitar 6 - 8 ton kayu per trip. Berdasarkan pengukuran
manual di lapangan, ukuran sampan darat memiliki panjang ± 500 cm, lebar ± 200
cm dan tinggi ± 70 cm yang diukur dari sisi terluar sampan seperti yang
digambarkan pada Gambar 2. Pancang kayu dipasang pada keempat sisi sampan
darat sebagai penahan supaya kayu dapat ditumpuk dalam bak. Gambar 3
menunjukan excavator yang digunakan untuk menarik sampan darat. Excavator
yang digunakan adalah excavator yang sama dalam kegiatan delimbing dan
bunching yaitu excavator ZX 110. Kayu yang disarad adalah sortimen dengan
panjang rata-rata sortimen ± 4 m dan memiliki volume rata-rata 0.08 m3. Tahapan
penyaradan dimulai dengan persiapan alat dan pemasangan tali sling pada sampan
darat, berjalan kosong, memuat sortimen, berjalan isi serta kegiatan bongkar di TPn.
Perbedaan dengan tahapan penyaradan alat lain (seperti skidder) terletak pada
kegiatan memuat sortimen, dimana kegiatan muat dilakukan sepanjang jalur atau
track sarad oleh excavator. Jumlah excavator dan sampan darat yang digunakan
sebanyak empat unit yang dioperasikan oleh delapan orang, terdiri atas empat
operator dan empat orang helper. Operator bertugas dalam mengoperasikan dan
merawat alat serta melaporkan apabila terjadi keruksakan kepada mekanik. Helper
bertugas membantu operator, diantaranya membantu memasangkan tambang atau
kawat besar pada sampan ketika awal dan akhir melakukan kegiatan penyaradan,
serta menggantikan operator mengoperasikan alat ketika sedang istirahat.
9

Gambar 2 Sampan darat Gambar 3 Excavator ZX 110

Waktu Kerja dan Produktivitas

Waktu kerja adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu


pekerjaan tertentu. Waktu kerja dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu
waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif. Menurut Suhartana et al. (2009)
waktu kerja efektif didefinisikan sebagai waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan setiap elemen kerja, sedangkan waktu tidak efektif terdiri dari unsur
kerja tidak efektif yaitu adanya gangguan ketika kegiatan berlangsung.
Kelonggaran merupakan penambahan jam kerja yang dialokasikan untuk beberapa
kegiatan tambahan yang tidak termasuk dalam kegiatan utama atau unsur kerja
efektif karena kondisi tertentu sebagai akomodasi dari keterbatasan fisiologis dan
psikologis manusia, sehingga penghitungan standar produktivitas atau standar
prestasi kerja yang dihasilkan adalah standar prestasi kerja optimal. Waktu dan
produktivitas standar didapatkan berdasarkan hasil penghitungan yang mengacu
pada klasifikasi kelonggaran dari Niebel dan Freivalds (1999). Kelonggaran yang
diberikan meliputi kelonggaran personal, kelonggaran kelelahan, kelonggaran
postur kerja, kelonggaran berat alat kerja, kelonggaran monotomi, kelonggaran
postur kerja berulang, kelonggaran berdiri dan kelonggaran kondisi suhu (lihat
Tabel 1, Tabel 2, Tabel 3).
Suhartana et al. (2013) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan
produktivitas adalah hasil kerja suatu kegiatan dalam waktu tertentu. Produktivitas
pemanenan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: dimensi kayu, waktu kerja,
jarak sarad, keterampilan kerja serta kondisi lapangan. Produktivitas ini erat
hubungannya dengan biaya pemanenan. Semakin besar produktivitas, semakin
rendah biaya pemanenannya, demikian juga sebaliknya.
10

Penebangan Pohon
Tabel 1 Waktu kerja aktual penebangan per pohon menggunakan chainsaw
No Unsur kerja Waktu rata-rata Persentase (%)
(detik/pohon)
1 Unsur kerja efektif
- Imas 14.34 28.64
- Penebangan 14.08 35.88
- Berjalan 17.64 29.17
Total unsur kerja efektif 46.06 93.69
2 Unsur kerja tidak efekif
- Membuat jalan 0.24 5.82
- Melepas lelah 2.86 0.49
Total unsur kerja tidak efektif 3.10 6.31
Jumlah total 49.16 100

Tabel 2 Waktu kerja standar penebangan per pohon


Item Unit (satuan) Nilai
Waktu kerja efektif Menit 0.77
Kelonggaran personal % 5
Kelonggaran kelelahan % 40
Kelonggaran postur kerja % 2
Kelonggaran berat alat % 4
Kelonggaran monotomi % 4
Kelonggaran postur kerja berulang % 5
Kelonggaran berdiri % 2
Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 2.31
Total kelonggaran menit 2.79
Waktu standar menit 3.56

Tabel 3 Produktivitas penebangan pohon


Penebangan standar
Kegiatan Penebangan aktual (Niebel dan Freivalds,
1999)
Waktu kerja rata-rata (detik) 49.16 213.60
Diameter rata-rata (cm) 17.23 17.23
Tinggi total rata-rata (m) 16.57 16.57
Volume rata-rata (m³) 0.28 0.28
Produktivitas (m³/jam) 20.65 4.72

Waktu kerja efektif kegiatan penebangan terdiri dari berjalan menuju pohon,
pembersihan areal sekitar pohon (imas) dan kegiatan merobohkan pohon. Waktu
kerja kegiatan merebahkan pohon meliputi kegiatan penentuan arah rebah pohon
serta pembuatan takik rebah dan takik balas dikarenakan waktunya yang sangat
cepat dan sulit dibedakan saat kegiatan berlangsung. Waktu tidak efektif yang
terjadi pada kegiatan penebangan pohon yaitu membuat jalan atau pembersihan
semak belukar atau pohon tumbang dan melepas lelah.
11

Tabel 1 menunjukan hasil pengukuran waktu efektif rata-rata penebangan


sebesar 46.06 detik per pohon atau 93.69% dari total waktu kerja dan waktu tidak
efektif rata-rata sebesar 3.10 detik per pohon atau 6.31% dari total waktu kerja,
sehingga waktu total kegiatan penebangan rata-rata sebesar 49.16 detik per pohon
atau 0.014 jam/pohon. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu
kerja total atau waktu standar kegiatan penebangan per pohon adalah sebesar 3.56
menit/pohon atau 0.059 jam/pohon seperti yang ditunjukan pada Tabel 2.
Produktivitas penebangan pohon aktual yaitu sebesar 20.65 m3/jam dengan volume
rata-rata per pohon yaitu sebesar 0.28 m3, tinggi rata-rata pohon 16.57 m, diameter
rata-rata 17.23 cm dan kisaran tinggi pohon yang ditebang yaitu 10.66 - 20.55 m
seperti yang ditunjukan pada Tabel 3, sedangkan produktivitas penebangan standar
yang dihasilkan dengan memperhitungkan faktor kelonggaran adalah sebesar 4.72
m3/jam yang menunjukan bahwa produktivitas penebangan standar lebih rendah
dibandingkan dengan produktivitas penebangan aktual.

Tabel 4 Waktu kerja aktual delimbing dan bunching per pohon menggunakan
excavator
No Unsur kerja Waktu rata-rata Persentase (%)
(detik/pohon)
1 Unsur kerja efektif
- Pembersihan cabang dan ranting 18.42 74.32
- Berjalan 3.39 7.10
Total unsur kerja efektif 21.81 81.42
2 Unsur kerja tidak efekif
- Membersihkan jalan 1.22 13.66
- Manuver 1.76 4.92
Total unsur kerja tidak efektif 2.98 18.58
Jumlah total 24.78 100

Tabel 5 Waktu kerja standar delimbing dan bunching per pohon menggunakan
excavator
Item Unit (satuan) Nilai
Waktu efektif menit 0.36
Kelonggaran personal % 5
Kelonggaran kelelahan % 20
Kelonggaran postur kerja % 0
Kelonggaran berat alat % 0
Kelonggaran monotomi % 4
Kelonggaran postur kerja berulang % 5
Kelonggaran berdiri % 0
Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 1.08
Total kelonggaran menit 1.22
Waktu standar menit 1.58
12

Tabel 6 Produktivitas delimbing dan bunching


Delimbing dan bunching
Delimbing dan standar
Kegiatan
bunching aktual (Niebel dan Freivalds,
1999)
Waktu kerja rata-rata (detik) 24.78 94.80
Diameter rata-rata (cm) 17.23 17.23
Tinggi total rata-rata (m) 16.57 16.57
Volume rata-rata (m³) 0.28 0.28
Produktivitas (m³/jam) 40.96 10.63

Tabel 4 dan Tabel 6 menunjukan hasil pengukuran waktu kerja dan


produktivitas kegiatan delimbing dan bunching per pohon dengan alat excavator.
Kegiatan lanjutan dari rangkaian kegiatan penebangan ini berupa kegiatan
pemangkasan cabang dan ranting serta pemotongan tajuk pohon yang dilakukan
oleh alat excavator, kemudian ditumpuk sepanjang jalur sarad. Waktu kerja efektif
rata-rata yaitu sebesar 21.81 detik/pohon atau 81.42% dari total waktu kerja dan
waktu kerja tidak efektif rata-rata sebesar 2.98 detik/pohon atau 18.58% dari total
waktu kerja, sehingga total waktu kerja rata-rata yaitu sebesar 24.78 detik per pohon
atau 0.0068 jam. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu kerja
total atau waktu standar dari kegiatan delimbing dan bunching adalah sebesar 1.58
menit/pohon atau sebesar 0.026 jam/pohon. Volume rata-rata pohon yaitu 0.28 m3
dengan diameter rata-rata 17.23 cm sehingga produktivitas aktual yang dihasilkan
yaitu sebesar 40.96 m3/jam, sedangkan produktivitas kegiatan delimbing dan
bunching dengan memperhitungkan faktor kelonggaran adalah sebesar 10.63
m3/jam yang menunjukan bahwa produktivitas kegiatan delimbing dan bunching
standar lebih rendah dibandingan dengan produktivitas aktual. Produktivitas yang
dihasilkan cukup besar dikarenakan kegiatan dilakukan oleh mesin yang memiliki
daya atau tenaga yang besar daripada tenaga manusia ataupun hewan sehingga
waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan lebih cepat.

Gambar 4 Kegiatan delimbing dan Gambar 5 Kayu hasil delimbing dan


bunching bunching
13

Tabel 7 Waktu kerja aktual bucking per pohon menggunakan chainsaw


No Unsur kerja Waktu rata-rata Persentase (%)
(detik/pohon/5 batang)
1 Unsur kerja efektif
- Membagi
batang 36.04 93.76
Total unsur kerja efektif 36.04 93.76
2 Unsur kerja tidak efekif
- Melepas lelah 0.82 3.12
- Slip 0.38 0.99
- Isi BBM 1.2 2.13
Total unsur kerja tidak efektif 2.4 6.24
Jumlah total 38.44 100

Tabel 8 Waktu kerja standar bucking per pohon menggunakan chainsaw


Item Unit (satuan) Nilai
Waktu efektif menit 0.60
Kelonggaran personal % 5
Kelonggaran kelelahan % 40
Kelonggaran postur kerja % 2
Kelonggaran berat alat % 4
Kelonggaran monotomi % 4
Kelonggaran postur kerja berulang % 5
Kelonggaran berdiri % 2
Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 1.8
Total kelonggaran menit 2.17
Waktu standar menit 2.77

Tabel 9 Produktivitas kegiatan bucking


Bucking standar
Kegiatan Bucking aktual (Niebel dan Freivalds,
1999)
Waktu kerja rata-rata (detik) 38.44 166.20
Diameter rata-rata (cm) 15.63 15.63
Tinggi total rata-rata (m) 4.12 4.12
Volume rata-rata (m³) 0.08 0.08
Produktivitas (m³/jam) 7.48 1.73

Kegiatan pembagian batang (bucking) dilakukan di petak tebang setelah kayu


ditumpuk pada kegiatan delimbing dan bunching sebelum dilakukan kegiatan
penyaradan. Satu pohon rebah menghasilkan 5 potong batang/sortimen dengan
diameter sortimen rata-rata 15.63 cm dan panjang sortimen rata-rata 4.12 m. Waktu
kerja efektif rata-rata yaitu sebesar 36.04 detik/pohon/5 batang atau 93.76% dari
total waktu kerja dan waktu kerja tidak efektif rata-rata sebesar 2.4 detik/pohon/5
batang atau 6.24% dari total waktu kerja. Waktu tidak efektif ini disebabkan karena
adanya waktu kegiatan diluar elemen kerja seperti melepas lelah, slip dan isi ulang
bahan bakar saat kegiatan berlangsung. Total waktu kerja kegiatan pembagian
14

batang sebesar 38.44 detik/pohon/5 batang atau 0.011 jam/pohon/5 batang. Namun
jika memperhitungkan faktor kelonggaran, waktu kerja total atau waktu standar dari
kegiatan bagi batang adalah sebesar 2.77 menit/pohon/5 batang atau sebesar 0.046
jam/pohon/5 batang. Produktivitas yang dihasilkan dari kegiatan bagi batang aktual
yaitu 7.48 m3/jam dengan rata-rata volume sortimen sebesar 0.08 m3, sedangkan
produktivitas kegiatan bagi batang dengan memperhitungkan faktor kelonggaran
menghasilkan produktivitas yang lebih rendah yaitu sebesar 1.73 m3/jam yang
menunjukan bahwa produktivitas kegiatan bucking standar lebih rendah
dibandingkan dengan produktivitas aktual.

Tabel 10 Waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per pohon
Waktu kerja Waktu kerja Produktivitas
Volume
Kegiatan rata-rata rata-rata penebangan
(m3/pohon)
(detik/pohon) (jam/pohon) (m3/jam)
Penebangan 49.16 0.014 0.28
Delimbing dan
bunching 24.78 0.007 0.28
bucking 38.44 0.011 0.28
Jumlah total 112.38 0.032
Rata-rata 0.28 8.75

Tabel 10 menunjukan hasil perhitungan waktu kerja dan produktivitas


rangkaian kegiatan penebangan. Waktu kerja total rata-rata rangkaian kegiatan
penebangan yaitu 112.38 detik/pohon atau 0.032 jam/pohon dengan produktivitas
yang dihasilkan yaitu sebesar 8.75 m3/jam.

Tabel 11 Waktu kerja dan produktivitas rangkaian kegiatan penebangan per pohon
dengan faktor kelonggaran
Waktu kerja Waktu kerja Produktivitas
Volume
Kegiatan rata-rata rata-rata penebangan
(m3/pohon)
(menit/pohon) (jam/pohon) (m3/jam)
Penebangan 3.56 0.059 0.28
Delimbing
dan bunching 1.58 0.026 0.28
bucking 2.77 0.046 0.28
Jumlah total 7.91 0.131
Rata-rata 0.28 2.14

Tabel 11 menunjukan hasil perhitungan waktu kerja dan produktivitas


rangkaian kegiatan penebangan dengan memperhitungkan faktor kelonggaran.
Waktu kerja total rata-rata yaitu 7.91 menit/pohon atau 0.131 jam/pohon dengan
produktivitas yang dihasilkan yaitu sebesar 2.14 m3/jam. Jadi, baik waktu kerja total
maupun produktivitas, pengukuran secara aktual menunjukan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan dengan hasil yang memperhitungkan faktor kelonggaran.
Penelitian Setiawan (2001) di HPHTI Inhutani III, Kalimantan Selatan,
menerapkan dua sistem penebangan yang menggunakan chainsaw berbeda dengan
penelitian ini yaitu chainsaw Husqvarna. Penelitian tersebut menghasilkan
produktivitas yang lebih kecil dibandingkan produktivitas aktual pada penelititan
15

ini. Sistem pertama yaitu dimana kegiatan pembagian batang dilakukan setelah
penebangan per pohon, sedangkan sistem kedua kegiatan pembagian batangnya
dilakukan setelah penebangan kolektif dari beberapa pohon. Produktivitasnya yaitu
2.75 m3/jam pada sistem pertama dan 5.97 m3/jam pada sistem yang kedua. Hal itu
terjadi karena pada sistem yang kedua waktu yang dipergunakan relatif lebih
singkat dibandingkan dengan sistem yang pertama sehingga produktivitas yang
dihasilkan lebih besar. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah jenis alat yang
digunakan pada kegiatan delimbing dan bunching. Kegiatan tersebut dilakukan
dengan menggunakan chainsaw dan helper sehingga produktivitas yang dihasilkan
rendah karena terbatasnya tenaga manusia.
Hasil penelitian lain juga yang hanya melakukan pengukuran waktu kerja
pada kegiatan penebangan dengan menggunakan teknik penebangan RIL (Reduce
Impact Loging), memiliki waktu kerja lebih lama serta produktivitas lebih rendah.
Suhartana dan Yuniawati (2011) di PT Kalimantan Subur Permai (PT KSP)
Kalimantan Barat, memperoleh waktu kerja penebangan rata-rata sebesar 0.128
jam/pohon dan menghasilkan produktivitas sebesar 7.863 m3/jam dan rata-rata
volume kayu 1.004 m3. Begitu pula pada kegiatan penebangan dengan
menggunakan teknik setempat, waktu kerja penebangan rata-rata yang dihasilkan
sebesar 0.118 jam/pohon dan menghasilkan produktivitas 6.917 m3/jam dengan
volume rata-rata kayu 0.817 m3 pada kisaran diameter 22.1 - 30.5 cm .
Teknik penebangan RIL (Reduce Impact Loging) dilaksanakan dengan
meninggalkan tunggak serendah mungkin ± 10 cm dari permukaan tanah dan
memanfaatkan batang sampai batas diameter 5 cm, sedangkan pada penelitian ini
memanfaatkan batang sampai batas diameter 8 cm dengan tinggi rata-rata tunggak
yang ditinggalkan ± 15 cm dari permukaan tanah. Selain itu, perbedaan
produktivitas penelitian ini disebabkan karena kondisi areal hutan dan keterampilan
operator tebang. Kondisi areal hutan di PT KPS memiliki kelerengan 0% - 8% dan
15% - 25%, sedangkan di PT WKS memiliki kelerengan 0% - 8%. Kondisi lereng
yang lebih curam mengakibatkan kegiatan penebangan lebih sulit dilakukan oleh
operator tebang. Seperti yang disebutkan oleh Suhartana dan Yuniawati (2011)
disamping kerapatan tegakan, topografi juga mempengaruhi produktivitas, di mana
kelerengan >15% membutuhkan keterampilan operator chainsaw yang handal.
Dengan demikian, kondisi hutan (kerapatan tegakan dan topografi) dan
keterampilan operator chainsaw merupakan faktor yang mempengaruhi
produktivitas. Suhartana dan Yuniawati (2011) juga menambahkan keragaman
jenis dan diameter pohon pada areal petak tebang dapat menghambat penebangan
sehingga waktu yang digunakan untuk menyelesaikan penebangan menjadi lebih
lama. Variasi vegetasi tegakan di PT KSP terdiri dari jenis kayu bulat, kelompok
meranti dan rimba campuran, berbeda dengan vegetasi tegakan di PT WKS Jambi
yang cenderung homogen, memiliki jenis seragam dengan diameter yang relatif
kecil sehingga mempermudah kegiatan penebangan.
Hasil lainnya seperti pada penelitian Suhartana dan Yuniawati (2010)
kegiatan penebangannya yang membandingan teknik penebangan RIL dengan
teknik penebangan setempat di Jambi dan Riau juga menghasilkan waktu kerja
lebih lama dan produktivitas lebih kecil, dimana waktu tebang rata-rata yang
dihasilkan lebih cepat dan produktivitas yang dihasilkan lebih tinggi. Waktu kerja
penebangan rata-rata dengan teknik RIL di Jambi sebesar 0.057 jam/pohon dan
produktivitas yang dihasilkan 6.201 m3/jam dengan volume rata-rata pohon 0.367
16

m3. Waktu kerja penebangan rata-rata di Riau sebesar 0.052 jam/pohon dan
menghasilkan produktivitas sebesar 10.022 m3/jam dengan volume rata-rata pohon
0.548 m3. Waktu kerja rata-rata dengan teknik setempat di Jambi 0.054 jam/pohon
dan produktivitas yang dihasilkan 5.219 m3/jam dengan volume pohon rata-rata
0.273 m3, sedangkan waktu kerja rata-rata di Riau sebesar 0.044 jam/pohon yang
menghasilkan produktivitas 9.694 m3/jam dan volume pohon rata-rata 0.421 m3
dengan kisaran diameter 14.7 - 25.0 cm. Perbedaan ini disebabkan karena jenis
chainsaw yang digunakan operator berbeda, dimana jenis chainsaw yang digunakan
di Riau yaitu Stihl 038, sedangakan di Jambi menggunakan merek chainsaw
Husqvarna. Dalam penjelasannya Suhartana dan Yuniawati (2010) juga
menambahkan bahwa penggunaan jenis chainsaw dapat mempengaruhi
produktivitas penebangan. Penggunaan chainsaw Stihl 038 dengan besar daya 4.9
HP dan berat 6.6 kg memiliki daya serta berat yang lebih besar daripada chainsaw
Husqvarna tipe 365 yang memiliki besar daya sebesar 4.6 HP dan berat 6.0 kg,
artinya merk Stihl memiliki kapasitas kerja lebih tinggi daripada merek chainsaw
Husqvarna. Walaupun chainsaw penelitian Suhartana dan Yuniawati (2010) di
Riau memiliki merek yang sama dan HP yang hampir sama dengan chainsaw stihl
070 yang digunakan dalam penelitian ini, tetapi waktu kerja rata-rata yang
dibutuhkan lebih lama sehingga memiliki produktivitas yang lebih kecil.
Pada penelitian Ningrum (2014) juga didapatkan hasil yang berbeda di
IUPHHK-HA, Papua Barat. Produktivitas penebangan yang dihasilkan 12.66
m3/jam dengan rata-rata volume log 3.77 m3 dan waktu kerja tebang per pohon
17.89 menit menggunakan chainsaw Stihl MS 72. Hasil produktivitas tebang lebih
kecil serta membutuhkan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penelitian
ini.

Penyaradan Kayu
Tabel 12 Waktu kerja aktual penyaradan menggunakan excavator-sampan darat
No Unsur kerja Waktu rata-rata (detik) Persentase (%)
1 Unsur kerja efektif
- Berjalan kosong 349.72 13.48
- Muat 984.96 37.97
- Berjalan isi 551.64 21.26
- Bongkar 456.12 17.58
- Manuver 97.64 3.76
Total unsur kerja efektif 2440.08 94.05
2 Unsur kerja tidak efekif
- Melepas lelah 34.28 1.32
- Merapihkan log 25.32 0.98
- Membuat jalan 78.40 3.02
- Mesin mati 0.40 0.02
- Slip 1.16 0.04
- Mengobrol 0.52 0.02
- Ganti operator 2.24 0.09
- Pasang pancang 9.28 0.36
- Gangguan asap 2.64 0.10
Total unsur kerja tidak efektif 154.24 5.95
Jumlah total 2594.32 100
17

Tabel 13 Waktu kerja standar penyaradan menggunakan excavator-sampan darat

Item Unit (satuan) Nilai


Waktu efektif menit 40.67
Kelonggaran personal % 5
Kelonggaran kelelahan % 20
Kelonggaran postur kerja % 0
Kelonggaran berat alat % 1
Kelonggaran monotomi % 4
Kelonggaran postur kerja berulang % 5
Kelonggaran berdiri % 0
Kelonggaran kondisi suhu dan kelembaban menit 122.01
Total kelonggaran menit 135.84
Waktu standar menit 176.91

Tabel 14 Produktivitas kegiatan penyaradan


Penyaradan standar
Kegiatan Penyaradan aktual (Niebel dan Freivalds,
1999)
Jarak rata-rata (m) 183.04 183.04
Volume batang rata-rata (m3) 0.08 0.08
Waktu kerja rata-rata (menit) 43.24 176.91
Waktu kerja rata-rata (jam) 0.72 2.95
Jumlah batang rata-rata per trip 150 150
Volume rata-rata per trip (m3) 12.56 12.56
Produktivitas (m3/jam) 16.67 4.07

Tabel 13 dan Tabel 14 menunjukan hasil pengukuran waktu kerja dan


produktivitas penyaradan menggunakan sampan darat yang ditarik excavator.
Waktu kerja efektif rata-rata sebesar 2440.08 detik/trip atau 0.68 jam/trip,
sedangkan waktu tidak efektif rata-rata sebesar 154.24 detik/trip atau 0.043
jam/trip. Hal ini terjadi karena adanya waktu yang digunakan untuk kegiatan diluar
elemen kerja penyaradan seperti melepas lelah, merapihkan log, membuat jalan,
mesin mati, slip, mengobrol, ganti operator, pasang pancang dan gangguan asap.
Total waktu kerja penyaradan adalah sebesar 2 594.32 detik/trip atau 43.24
menit/trip atau 0.72 jam/trip. Namun jika memperhitungkan faktor kelonggaran,
waktu kerja total atau waktu standar dari kegiatan penyaradan adalah sebesar
176.91 menit/trip atau sebesar 2.95 jam/trip. Produktivitas aktual yang dihasilkan
lebih besar dibandingkan produktivitas dengan memperhitungkan faktor
kelonggaran yaitu sebesar 16.67 m3/jam dengan jarak rata-rata 183.04 m dan jumlah
rata-rata batang yang diangkut per trip sebanyak 150 batang dengan volume rata-
rata per trip sebesar 12.56 m3, sedangkan produktivitas kegiatan penyaradan
dengan memperhitungkan faktor kelonggaran sebesar 4.07 m3/jam.
Suhartana et al. (2009) dalam penelitiannya di salah satu perusahaan hutan
tanaman di Riau menunjukan produktivitas penyaradan mekanis dengan
menggunakan sampan darat yang ditarik oleh excavator adalah sebesar 13.68
m3/trip dengan ukuran diameter rata-rata sortimen 16.5 cm dan panjang 2.5 m.
18

Jumlah batang yang disarad per trip sebanyak 273 batang. Waktu kerja rata-rata per
trip yaitu sebesar 57.02 menit/trip atau 0.95 jam/trip dengan jarak sarad rata-rata
200 m. Penelitian Suhartana et al. (2009) memiliki waktu kerja lebih besar dan
produktivitas lebih kecil. Perbedaan tersebut terjadi karena jarak sarad rata-rata
kegiatan penyaradan lebih panjang sehingga membutuhkan waktu kerja penyaradan
yang lebih lama yang menyebabkan penurunan tingkat produktivitas penyaradan.
Selain itu, penelitian Suhartana et al. (2009) juga memiliki luas petak tebang yang
lebih besar yaitu 25 ha dibandingkan dengan luasan petak tebang di PT WKS
tempat penelitian berlangsung yaitu sebesar 21.23 ha. Hal tersebut sesuai dengan
Suhartana et al. (2013) yang menyatakan besar kecilnya ukuran petak tebang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya produktivitas
penyaradan. Semakin besar ukuran petak tebang maka kegiatan penyaradan akan
semakin sulit dilakukan, sehingga akan menyebabkan penurunan terhadap
produktivitas penyaradan.
Hasil berbeda juga ditunjukan oleh hasil penelitian Suhartana dan Yuniawati
(2011). Produktivitas sarad dengan teknik RIL sebesar 21.10 m3/jam, memiliki
jarak sarad rata-rata 206 m dan waktu kerja 0.679 jam/trip dan juga produktivitas
sarad dengan teknik setempat sebesar 18.65 m3/jam, memiliki jarak sarad rata-rata
200 m dan waktu kerja selama 0.767 jam/trip. Penelitian Suhartana dan Yuniawati
(2011) memiliki waktu kerja lebih lama dan jarak sarad rata-rata lebih jauh sehingga
produktivitas yang dihasilkan lebih kecil.
Berdasarkan hasil penelitian Ningrum (2014) di IUPHHK-HA, Papua Barat,
produktivitas kegiatan penyaradan sebesar 8.97 m3/jam dengan jarak sarad rata-rata
311.4 m dan waktu kerja sebesar 29.9 menit/log/trip atau 0.49 jam. Walaupun
memiliki waktu kerja lebih cepat tetapi produktivitas yang dihasilkan lebih kecil
karena alat yang digunakan berbeda yaitu bulldozer Caterpillar D527 yang hanya
memuat rata-rata satu log per satu kali penyaradan.

Gambar 6 Kegiatan penyaradan dengan sampan darat yang ditarik excavator


Analisis Biaya Kegiatan Penebangan, Delimbing dan Bunching, Bagi Batang
(Bucking) dan Penyaradan

Elias (1987) menyatakan biaya merupakan jumlah uang yang dibayarkan


untuk penggunaan faktor-faktor produksi atau jasa dan merupakan komponen
dalam menjalankan usaha suatu perusahaan. Biaya-biaya yang dihitung untuk
19

analisis biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi
biaya penyusutan alat (depresiasi) dan suku bunga bank, sedangkan biaya variabel
meliputi biaya pemeliharaan dan perawatan serta biaya bahan bakar dan pelumas.
Biaya mesin merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya
usaha adalah hasil jumlah dari biaya mesin dengan upah operator atau pekerja.
Alat yang digunakan dalam kegiatan penebangan dan bagi batang yaitu
chainsaw Stihl 070 yang dibeli pada tahun 2015. Biaya pengadaan chainsaw Stihl
070 sebesar Rp 15 038 000 dengan masa pakai ekonomis selama 3 tahun. Pada
kegiatan delimbing dan bunching serta penyaradan, alat yang digunakan yaitu
excavator Hitachi ZX 110 yang dibeli pada tahun 2012 serta sampan darat sebagai
alat penyaradan dibeli pada tahun 2015. Biaya pengadaan alat excavator ZX 110
sebesar Rp 636 852 123.4 dengan masa pakai 8 tahun. Biaya pengadaan sampan
darat sebesar Rp 13 500 000 dengan masa pakai 3 tahun. Tingkat suku bunga bank
yaitu sebesar 10.58%, nilai sisa alat 10% dari harga pembelian alat dan pajak 10%.
Biaya yang dihitung terdiri dari deperesiasi atau penyusutan, bunga modal, biaya
tetap, biaya variabel, biaya mesin, upah operator, biaya usaha serta biaya kegiatan
(penebangan, delimbing dan bunching, bagi batang dan penyaradan). Waktu kerja
per hari selama 8 jam dan 26 hari per bulan. Hasil analisis biaya operasional alat
kegiatan penebangan, delimbing dan bunching, pembagian batang serta penyaradan
dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 15 Analisis biaya operasional alat kegiatan penebangan, delimbing dan


bunching, bagi batang (bucking) dan penyaradan
Excavator
Komponen Chainsaw Chainsaw Excavator-
delimbing dan
biaya penebangan bucking Sampan darat
bunching
Biaya
depresiasi
(Rp/jam) 1 807.45 28 743.66 1 807.45 28 743.66
Bunga modal
(Rp/jam) 446.20 16 351.00 446.20 16 351.00
Biaya tetap
(Rp/jam) 2 253.65 70 609.57 2 253.65 70 609.57
Biaya variabel
(Rp/jam) 11 356.26 96 868.29 11 356.26 96 868.29
Biaya mesin
(Rp/jam) 13 609.91 167 477.85 13 609.91 167 477.85
Upah operator
(Rp/jam) 23 848.03 64 584.15 9 083.59 5 863.59
Biaya usaha
(Rp/jam) 37 457.93 232 062.00 22 693.49 175 515.92
Biaya
rangkaian
penebangan
(Rp/m3) 11 131.94 -
Biaya
penyaradan
(Rp/m3) - 10 528.85
20

Biaya usaha penebangan menggunakan chainsaw Stihl 070 sebesar Rp 37


457.93/jam, sedangkan biaya usaha bucking sebesar Rp 22 693.49/jam, sehingga
biaya usaha total penggunaan chainsaw yaitu sebesar Rp 60 151.42/jam. Biaya
usaha delimbing dan bunching menggunakan excavator ZX 110 sebesar Rp 232
062.00/jam. Total biaya seluruh rangkaian kegiatan penebangan sebesar Rp 11
131.94/m3.
Biaya dalam penelitian ini lebih rendah dibandingkan dengan biaya pada
penelitian Setiawan (2001) yang menghasilkan biaya penebangan sebesar Rp 14
700/m3 pada sistem penebangan pertama. Hal itu disebabkan karena perbedaan alat
yang digunakan sehingga menghasilkan perbedaan jumlah biaya yang dikeluarkan.
Jenis chainsaw yang digunakan yaitu Husqvarna. Chainsaw tersebut digunakan
juga pada kegiatan delimbing atau pemangkasan cabang dan pemotongan ujung
pohon atau pemangkasan tajuk, sedangkan untuk kegiatan bunching atau
pengumpulan kayu dilakukan oleh helper.
Biaya usaha penyaradan pada penelitian ini yang menggunakan sampan
darat-excavator sebesar Rp 175 515.92/jam dan biaya penyaradan Rp 10 528.85/m3.
Penelitian Suhartana et al. (2013) di Riau dan Jambi memiliki biaya lebih besar
yang masing-masing menghasilkan biaya rata-rata Rp 22 843/m3 di Jambi dan Rp
23 158/m3. Hal tersebut terjadi karena biaya pengadaan alat yang berbeda yaitu
sebesar Rp 750 000 000 per unit walaupun jenis alat yang digunakan sama, sehingga
mempengaruhi hasil penghitungan dari analisis biaya kegiatan penyaradan. Selain
itu, produktivitas penyaradan yang dihasilkan dalam penelitian Suhartana et al
(2013) lebih kecil yang menyebabkan biaya lebih besar. Suhartana et al. (2013)
menyatakan bahwa semakin besar produktivitas, maka biaya pemanenannya akan
semakin rendah, demikian juga sebaliknya.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produktivitas kegiatan penebangan menggunakan chainsaw yaitu sebesar


8.75 m3/jam dengan waktu kerja total rata-rata 112.38 detik/pohon atau 0.032
jam/pohon dan biaya operasional kegiatan penebangan sebesar Rp 11 131.94/m3.
Produktivitas kegiatan penyaradan menggunakan sampan darat yang ditarik
excavator yaitu sebesar 16.67 m3/jam dengan waktu kerja total rata-rata 2 594.31
detik/trip atau 0.72 jam/trip dan biaya operasional kegiatan penyaradan sebesar Rp
10 528.85/m3.

Saran

Pengambilan data sub kegiatan penebangan sebaiknya dilakukan secara


berturut-turut sehingga menghasilkan pengukuran waktu kerja serta produktivitas
yang menyeluruh per siklus. Perlu dilakukan penelitian lanjutan guna mengetahui
produktivitas dan biaya total untuk seluruh rangkaian kegiatan pemanenan kayu
mulai dari penebangan, penyaradan, muat bongkar serta pengangkutan.
21

DAFTAR PUSTAKA

Elias. 1987. Analisis Biaya Eksploitasi Hutan. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB.
Fandi, Christopher, Ratna. 2013. Pembuatan Program Analisis Biaya dalam
Pengambilan Keputusan Beli-Sewa Backhoe. Jurnal Dimensi Teknik Sipil. 2(2).
[FAO]. Food and Agriculture Organization. 1992. Cost Control In Forest Harvesting
and Road Construction. FAO Forestry Paper No. 99. FAO of the UN. Rome.
HEXINDO. 2006. Hitachi Construction Machinery. [Internet]. [diunduh 2016 April
14]. Tersedia pada: http://www.hexindo-tbk.co.id/products/excavator/
medium/index.html
[ILO]. International Labour Office. 1975. Penelitian Kerja dan Produktivitas. Wetik
JL, penerjemah Sadiman J, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari
Introduction to work study.
INDOTEKNIK. 2015. Stihl Chainsaw Bensin 070. [Internet]. [diunduh 2016 April 14].
Tersedia pada : http://indoteknik.co.id/v1/pi/070-chain-saw-bensin-bar-36
Matangaran JR, Tian P, Dwi RP. 2013. Faktor Eksploitasi dan Kuantifikasi Limbah
Kayu dalam Rangka Peningkatan Efisiensi Pemanenan Hutan Alam. Jurnal Bumi
Lestari. 13(2).
Niebel BW, Freivalds A. 1999. Methods, Standards, and Work Design. Singapure:
McGraw-Hill Co.
Ningrum W. (2014). Produktivitas Alat Berat dan Efisiensi Waktu Kerja Kegiatan
Pemanenan Kayu di IUPHHK HA di Papua Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Setiawa H. 2001. Prestasi Kerja Penebangan Sistem Semi Mekanis Short Wood Method
(Studi Kasus di HPHTI Inhutani III, Kalimantan Selatan). [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Suhartana S, Sukanda, Yuniawati. 2009. Produktivitas dan Biaya Penyaradan Kayu di
Hutan Tanaman Rawa Gambut: Studi Kasus di Salah Satu Perusahaan Hutan di Riau.
27(4).
Suhartana S, Yuniawati. 2008. Penggunaan Peralatan Pemanenan Kayu yang Efisien
pada Perusahaan Hutan Tanaman di Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Hasil
Hutan. 26(3).
Suhartana S, Yuniawati. 2010. Studi Komparasi Aplikasi Penebangan Ramah
Lingkungan di Riau dan Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 28(2).
Suhartana S, Yuniawati. 2011. Peningkatan Produktivitas Pemanenan Kayu Melalui
Teknik Pemanenan Kayu Ramah Lingkungan: Kasus di Satu Perusahaan Hutan
Rawa Gambut di Kalimantan Barat. 29(4).
Suhartana S, Yuniawati. 2015. Penerapan RIL Guna Meningkatkan Produktivitas dan
Meminimalkan Biaya Penyaradan di Hutan Tanaman Rawa gambut. 33(3).
Suhartana S, Yuniawati, Dulsalam. 2013. Biaya dan Produktivitas Penyaradan dan
Pembuatan/Pemeliharaan Kanal di HTI Rawa Gambut di Riau dan Jambi. 31(1).
Suhartati, Yeni A, Avri P, Yanto R. 2013. Kajian Dampak Penurunan Daur Tanam
Acacia crassicarpa A. Cunn Terhadap Nilai Produksi dan Sosial. Jurnal Penelitian
Hutan Tanaman. 10(2).
Suryandari EY. 2008. Analisis Permintaan Kayu Bulat Industri Pengolahan Kayu.
Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kebijakan Kehutanan Indonesia. 5(1).
Yuniawati, Sona Suhartana. 2014. Potensi Karbon pada Limbah Pemanenan Kayu
Acacia crassicarpa. Jurnal Ilmu Lingkungan. 12(1).
22

LAMPIRAN

Lampiran 1 Spesifikasi alat tebang (chainsaw), alat delimbing dan bunching serta
sarad (excavator)
Spesifikasi chainsaw
Uraian Spesifikasi
Jam kerja 8 jam/hari
Jenis Chainsaw
Tipe 070
Merek STIHL
Tahun pembelian 2015
Tahun pemakaian 1 tahun
Kondisi Baik
Harga beli Rp 14 950 000
Mesin 2 tak
Isi slinder 105.7 cc
Kekuatan mesin 4.8 kW (6.5 bhp)
Kapasitas tank oli rantai 0.53 liter
Kapasitas tank bahan bakar 1.2 liter
Berat mesin 10.7 kg
Berat pengiriman 16 kg
Masa pakai 3 tahun
Umur pakai 1 tahun
Kecepatan max 7 500 rpm
Sumber : www.indoteknik.com

Spesifikasi excavator
Uraian Spesifikasi
Jam kerja 8 jam/hari
Jenis Excavator
Tipe ZX 110
Merek Hitachi
Tahun pembelian 2012
Tahun pemakaian 2015
Kondisi baik
Harga beli Rp 700.000.000*
Pajak 10%
Model engine Isuzu BB-4BG1T
Bore & stroke 105 mm x 125 mm
Kecepatan maksimal 3.4 mph
Kecepatan minimal 2.2 mph
Masa pakai 8 tahun
Umur pakai 3 tahun
Kapasitas cengkram 700 – 1 000 kg
Berat 1 430 kg
Sumber : www.hexindo-tbk.co.id
* Jurnal Dimensi Teknik Sipil
23

Lampiran 2 Klasifikasi kelonggaran


Jenis kelonggaran Kisaran (%) Keterangan
Kelonggaran personal 5 Diberikan untuk memberikan
kesempatan bagi pekerja
melakukan kegiatan personal
seperti pergi ke toilet, dll.
Kelonggaran kelelahan 4-50 Diberikan untuk memberi
kesempatan pekerja memulihkan
tenaga setelah mengeluarkan
energi yang besar saat bekerja.
Kelonggaran postur kerja 2% jika postur kerja agak Diberikan sebagai kompensasi
janggal (membungkuk) bekerja dengan lebih nyaman
7% jika sangat janggal pada posisi/postur tertentu.
(berbaring, jongkok,
meregang)
Kelonggaran berat alat kerja 1% jika berat alat < 5 kg Diberikan sebagai kompensasi
2% jika berat alat < 7.5 kg bekerja dengan alat
3% jika berat alat < 10 kg kerja/material kerja yang berat.
4% jika berat alat < 12.5 kg
5% jika berat alat < 15 kg
7% jika berat alat 17.5 kg
9% jika berat alat 20 kg
11% jika berat alat < 22.5 kg
Berat alat/beban > 23 kg
tidak direkomendasikan
Kelonggaran monotomi 1% jika kegiatan agak Bekerja dengan gerakan tubuh
monoton yang berulang pada dasarnya
4% jika kegiatan sangat menimbulkan kebosanan mental.
monoton Pada kegiatan dengan risiko
tinggi, kebosanan mental ini
akan meningkatkan risiko
kecelakaan.
Kelonggaran postur kerja 2% jika postur kerja agak Melakukan gerakan yang
yang berulang berulang berulang menggunakan anggota
5% jika postur kerja sangat tubuh tertentu akan
berulang menimbulkan tekanan kelelahan
yang lebih besar
Kelonggaran berdiri 2% jika kegiatan dilakukan Bekerja sambil berdiri
dengan posisi berdiri memberikan tekanan terhadap
otot secara lebih besar dibanding
postur kerja yang paling
direkomendasikan yakini duduk.
Kelonggaran kondisi suhu Sebagai perbandingan, Kegiatan untuk kegiatan
pekerja yang bekerja pada tebangan akan lebih besar,
suhu udara 32 0C dengan mengingat kegiatan ini
tingkat pengeluaran energi senderung dilakukan saat
80% dari kapasitas energi, kemarau.
maka pekerja seharusnya
mendapat waktu istirahat
sebesar 45 menit untuk setiap
15 menit kerja
(Niebel dan Freivalds 1999)
24

Lampiran 3 Data curah hujan

Bulan Curah Hujan (mm/hari) Hari hujan (hari) Hari kerja (hari)
Agustus 24.3 4 25
September 24 1 29
Oktober 30.5 2 28
November 26.8 5 25
Desember 24.7 3 26
Januari 26.7 3 26
Februari 0 0 27
Maret 27.3 3 27
April 24 3 26
Mei 38 3 25
Juni 42 1 28
Juli 0 0 17
Jumlah 288.3 28 309
Rata-rata 24.025 2.33 25.75
25

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 6 Agustus 1993. Penulis


merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Surya dan Ibu
Nurfalah. Penulis lulus dari SDN Haurkuning pada tahun 2005, kemudian lulus dari
SMPN 1 Paseh pada tahun 2008, serta SMAN 1 Cimalaka pada tahun 2011 dan
melanjutkan pendidikan di Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor pada tahun yang sama melalui jalur SNMPTN (Seleksi
Nasional Masuk Perguruan Tinggi) Undangan.
Selama menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor, penulis aktif di
beberapa kegiatan di luar akademik. Tahun 2012 penulis terpilih menjadi ketua
umum OMDA (Organisasi Mahasiswa Daerah) Wapemala Sumedang. Penulis juga
aktif di Himpunan Profesi FMSC (Forest Management Student Club) sebagai ketua
KS (Kelompok Studi) Pemanfaatan Hutan pada tahun 2013-2014. Selain aktif di
beberapa organisasi, penulis juga pernah terlibat dalam beberapa kepanitiaan
kegiatan mahasiswa, seperti pada kegiatan ESM (Ecologocal Social Maping) 2014
di Citorek, Lebak-Banten sebagai Koordinator Tim Peneliti bidang Pemanfaatan
Hutan. Penulis telah melakukan kegiatan Praktik Kerja Lapangan di APHR
(Asosiasi Pemilik Hutan Rakyat) Wonosobo pada tahun 2015.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan Institut
Pertanian Bogor penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Produktivitas dan
Analisis Biaya Kegiatan Penebangan Menggunakan Chainsaw dan Penyaradan
Menggunakan Sampan Darat di PT Wirakarya Sakti” dibawah bimbingan Dr Ujang
Suwarna, SHut MSc FTrop.

Anda mungkin juga menyukai