Anda di halaman 1dari 130
5 oa g8 OAL x <8 ag 2 #8 3a : az “as z a3 Bas 52% zee a ges gaz a Za68 g ge SZE g S age zg ze § 3 z ge £33 3 55 ag a Ze D ae = Za © Hak cipta milk IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hake Cipta Dilindungi Undang-Undang jlarang menguttp sebagian atau seluruh karya tulls ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ‘6. Péhgutipan hanya untuk kepentingan pendiditzan, peneltian, penulisan karya ilmich, penyusunan laporan, penulisan kritit atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2.Dilorang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuke apapun tanpa izin IPB, Uubaj6nv0w yopn uDdANBud "G fom BUD4 uDBunUed: /Dy Ynunyes noyo ubI6Oqas YoKuBqued\weLU UDP UDYWNUUNBUaLL BUDD Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} ‘yojesOW nyONs UoNo{UR NEW yA UOs|NUEd “uDJodo) UDUNENéuDd “Yo ‘no upjBoqas diynBuews UDO} “L adig YOH uopUN-BuBpU !GuNpI PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas tesis mengenai “Analisis nbayaran Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten a Ampat”, adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah jukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber ormasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak sbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam ~ Rar Pustaka di-bagian akhirfesis ini eadio 4e1 Bogor, Januari 2010 Maurits Kristian Rumfaker NRP. H351070051 (060g ueueyed ymnsul) dal AyssaAiun |esnynouby 1060g z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uox!6MIAUL Yop) yeuad ‘ur ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWuNyUODuEWI DduD} uad upBuRuedsy yun EAUBY UBdANBUad & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul NOY Up|Boqas diynBuews BUDO} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ABSTRACT \URITS KRISTIAN RUMFAKER. A payment analysis of environmental sices in Raja Ampat Marine Conservation Area, Under supervision AKHMAD UZI and SUZY ANNA. ‘This research is aiming to asses the environmental services with produced the Raja Ampat Marine Conservation Area, by implementing the economic (@rrument of the environment services payments. The results of research show “2: (1) total willingness to pay (WTP) of all components (fisherman, dive Eerators, local and intemational tourists) is IDR. 7,139,780,000 pet year, which ‘Sotains IDR 473,282,500 per month from fishermen; IDR 1,100,000 per month Sm dive operators; IDR 98,000,000 per year from local tourists; and IDR 49,190,000 per year of the international tourists; (2) based on the analysis, Fors which influence WTP of fisherman are gender, income, and operational gets, while on WTP of local tourists are education background and incomes; (B the operational budgets of environment and resources management in the Raja Gupat Marine Conservation Area in one year is IDR 6,986,800,000. Thus, WIP Zeential value is higher than operational budgets. Or in other word, the Syironment services payments can be used us an altemative way to get funding @ manage Raja Ampat Marine Conservation Area while keeping conserve the vironments; (4) based on the results of the analysis the monetary system which S>nage by local government by non-tax income (PNBP) is reliable and this will jyvent the grow of unwanted institutions that will make inefficiently in funding S-nagement of the: money get from the environmental services payments in the ja Ampat Marine Conservation Area; (5) the policy is needed to sare ‘the environmental services payments for the Raja Ampat Marine 8) aservation Area, which have to choose the main stakeholders, namely the user I the provider environmental services. » words: payments, environment services, conservation funding, the Raja pat Marine Conservation Area. AyssaAiun |esnynouby 1060g z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymueg wuoyop 1 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, RINGKASAN \URITS KRISTIAN RUMFAKER. Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan cawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat, Dibimbing oleh -HMAD FAUZI dan SUZY ANNA. © Penetitian int bertyjuan untuk menilaijasa tingkungan yang dihasitkan =h KKLD Raja Ampat dengan melalui penerapan instrument ekonomi ‘Srnbayaran jasa lingkungan. Tujuan khusus penelitian ini: 1) Menganalisis total Bhi potensial yang dihasifkan melalui pembayaran jasa lingkungan; 2) Z-nganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP responden terhadap Znbayaran jasa lingkungan; 3) Menganalisis besamya nilai potensial yang sikan melalui pembayaran jasa lingkungan dengan membandingkan besarnya ya yang dibutuhkan untuk KKLD Raja Ampat; 4) Menganalisis kelembagaan Biuk pembayaran jasa lingkungan yang sesuai dengan karakteristik dan system netintahan yang ada; 5) Menganalisis kebijakan yang paling tepat dalam Grgelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Raja Ampat. Nilai jasa eile @zkungan diperoleh dari willingness 10 pay nelayan, dive operator, wisatawan Thal dan wisatawan asing. Hasil analisis nilai jasa lingkungan kemudian ikukan perbandingan dengan biaya pengelolaan dari KKED Raja Ampat, lah itu juga dianalisis Kelembagaan yang tepat untuk dapat menjalankan kanisme pembayaran jasa lingkungan di KKLD Raja Ampat. Dari hasil selitian diperoleh bahwa 1) Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total °P yang dihasilkan dari pemanfaat jasa lingkungan di KKLD Raja Ampat yaitu caver, dive operator, wisatawan asing dan Jokal, diperoleh jumlah sebesar ©,7.139.780,000. per tahun, yang terdiri dari nelayan sebesar Rp. 23,282,500/bulan, dive operator sebesar Rp.1.100.000/bulan, wisatawan fokal eesar Rp. 98.000.000Aahun dan wisatawan asing _sebesar Q 1.349.190.000/tahun; 2) Berdasarkan hasil analisis diperoleh faktor-faktor @ g mempengaruhi nilai WTP nelayan yaitu jenis kelamin, pendapatan, dan ya operasional, sedangkan untuk wisatawan loka faktor yang mempemngaruhi @jai WTP yaitu pendidikan dan pendapatan; 3) Berdasarkan hasil analisa AysSsBAluN | z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany g i 8 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, apatkan bahwa biaya operasional pengelolaan sumberdaya dan lingkungan di LD Raja Ampat dalam kurun waktu setahun membutuhkan biaya sebesar Rp 36.800.000, sehingga didapatkan analisis bahwa nilai WTP potensial lebih ar dibandingkan biaya operasional. Lebih besanya nilai WTP potensial andingkan dengan biaya operasional mengindikasikan bahwa pembayaran jasa skungan dapat sebagai altemnatif untuk memperoleh pendanaan bagi @Peelolaan KKLD Raja Ampat dan sekaligus dapat mempertahankan kelestarian kungan yang ada; 4) Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa pengelolaan Gvangan melalui pola Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah melalui Penerimaan e yara Bukan Pajak (PNBP) adalah yang memungkinkan saat ini. Hal Saligus untuk mengurangi terbentuknya lembaga-lembaga baru yang pada Fhimya membuat tidak efisien dalam pengelolaan dana dari pembayaran jasa skungan untuk konservasi KKLD Raja Ampat; 5) Kebijakan yang diperlukan Zam implementasi pembayaran jasa lingkungan di KKLD Raja Ampat adalah @aentukan pelaku utama yaitu pihak pemanfaat dan penyedia jasa lingkungan, S-mbangun keterkaitan antara ekosistem dengan pelaku utama, menentukan rakter dari struktur dan fungsi ekosistem, menentukan nilai pembayaran jasa a :kungan melalui teknik valuasi ekonomi, menetapkan mekanisme pengelolaan 1 lembaga pengelolaan, penguatan dasar hukum di daerah tentang pembayaran 1 lingkungan, membangun perekonomian daerah untuk meningkatkan perilaku syerakat dalam ikut menjaga KKLD Raja Ampat, melakukan pemantauan atau ing mekanisme pembayaran jasa lingkungan, pemberian pendampingan ‘a masyarakat sekitar KKLD Raja Ampat, melakukan analisis keberhasilan aksanaan pembayaran jasa lingkungan, peningkatan saran akses pemanfaatan Tingkungan. st a kunci : Pembayaran, Jasa lingkungan, Pendanaan konservasi, KKLD Raja Ampat AyssaAiun |esnynouby 1g6og ©Hak Cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang j 3 Rg i z 5 i i i Bs TH u 3 Hy /Bauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yo0g wajar IPB 1B arang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis pBelitian penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau 8am bentuk apa pun tanpa izin IPB | E 4 i 5 i 5 ‘ i i ie © Hak cipta milik IPB (Institut Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ‘a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiditzan, penelitian, penulisan karya ilmich, penyusunan laporan, penulisan kritit atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikan kepentingan yang wajar 2.Dilarang mengumumlan dan memperbanyak sebagian atau seluruh kerya tul ini dalam bentuk apapun tanpa izn PB. z ay Ze 5 |_| ee g 2 2 4 SS. g a2 <8 Ze< < s 3 Zz aoe = g 26 se = & 58 < Se a2< 2 $s i. 43< & 23 GS B< 3 <5 mu 23 Zz Ze 253 gee fm ZSRE REESE abe z Kese £eg8 =z ame a § avs : 528 a5 28 g 3 a Ze aos 2 4 2 BS ae < Be Zz 45 = 3% ze é ga © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hake Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang menguttp sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: «. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunnan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikkan kepentingan yang wai 2.Dilarang mengumumlan dan memperbanyak sebagian atau seluruh kerya tul ini dalam bentuk apapun tanpa izn PB. 28 JAN 2010 Tanggal Lulus: Pembayaran Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Raja Ampat Maurits Kristian Rumfaker 351070051 Diketahui Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan Disetujui Komisi Pembimbing Analisis Ketua n: 19 Januari 2010 Akhmad Fauzi, M.Sc m Studi nberdaya dan Lingkuffa Akhmad Fauzi, M.Sc © Hak etpta mi tit Pertanian Bogor) Bogor Agricailtural University Hole Cipta Dilindungi Undang-Undan¢ 1. Difarang merigutip sebagian atau seluruh karya nyebutkan sumber: «. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, jan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikkan kepentingan yang wai 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karyar i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymueg wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas ala berkat dan karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Tesis ini judul: “Analisis Pembayaran Jasa Lingkungan Di Kawasan Konservasi Laut 2rah Kabupaten Raja Ampat”. © —_Ueapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya penulis Spaikan kepada: jan bimbingannya selama penulis mempersiapkan dan melaksanakan © penelitian hingga penulisan tesis ini. 3 Ir, Sahat MH Simanjuntak, M.Sc, Dr. Eka Intan Kumala Puteri, MS. yang telah_memberikan ilmu dan juga Sofi yang telah membantu dalam kelancaran © administrasi; & Drs. Marcus Wanma, M.Si selaku Bupati Kabupaten Raja Ampat yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti program $2 di program 3 studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan pada program pascasarjana 5 Institut Pertanian Bogor. ‘eo Artemas Mambrisauw, S.Sos selaku kepala Badan Perencanaan Pembangunan 8 Daerah Kabupaten Raja Ampat atas bantuannya baik moril maupun materil ~ selama penulis kuliah. Ayah dan buku tercinta Nick Rumfaker (alm) dan Agustina Meles atas kasih sayang dan bimbingan yang diberikan, dan juga kepada saudara-saudaraku (ka.Soni, Ellen, Wem, Yoris & Thelly) atas dukungannya. Teman-teman seperjuangan di ESL (Bambang, Halomoan, Fazri, Matheus dan almh. Sri Hastuti) serta ESK (Zaki, Fajri, Kastana, mas Bambang), dan juga teman-teman mahasiswa papua di bogor atas dukungannya, Kak Noak Komboy, SH, Frans Willem Gedi, S.Hut dan Yulianus Thebu, S.Si (yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan data di lapangan. Semoga Q Tuhan membalasnya dengan yang lebih baik. 5 Dr. Suzy Anna, Mi selaku anggota komisi pembimbing atas segala perhatian 3 © Terima kasih yang luar biasa kepada isteritercinta Marien A. Haurissa, SE ra kedua anakku Nick Petra Junior Rumfaker dan Jeane Christine Rumfaker $s dukungan doa, perhatian, dan pengorbanannya yang tidak ternilai selama {Guulis menempuh pendidikan $2 ini. AylssaAiun |e1ny Bogor, Januari 2010 Penulis Akhimya, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua civitas akademika, peneliti dan pemerintah, sehingga mampu memperkaya hasanah keilmuan bidang ekonomi sumberdaya dan lingkungan di syesa mendatang. © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ‘a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiditzan, peneltian, penulisan karya ilmich, penyusunan laporan, penulisan kritit atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2.Dilorang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuke apapun tanpa izin IPB, Uubaj6nv0w yopn uDdANBud "G fom BUD4 uDBunUed: fDy Ynunyes noyo ubI6Dqas YKuBqued\weLN UDP UDYWNUUNBUaLU BUDD Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} ‘yojesOW nyONs UoNo{UR NEW yA UOs|NUEd “uDJodo) UDUNENéuDd “Yo ‘no upjBoqas diynBuews UDO} “L adig YOH uopUN-BuBpU !GuNpI RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bintuni pada tanggal 16 Juni 1970 dari pasangan ak Alm. Nick Rumfaker dan Ibu Agustina Meles. Penulis merupakan putra ua dari enam bersaudara. Tahun 1990 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Manokwari dan pada tahun @s sama melanjutkan pendidikan pada STIE Ottow — Geissler Jayapura Jurusan aejemen dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 2007 penulis diterima di 2 gram studi Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan pada program Pascasarjana Slnstitut Pertanian Bogor. Penulis bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Badan Perencanaan ibangunan Daerah Kabupaten Raja Ampat sejak tahun 2003. 3, e 2 3 s 2 z 3 a 8 AyssaAiun |esnynouby 1060g ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu (De ynunjes nozo uojGoqas Yoruoquedwet UDP UDywnuuNBUaLU BuO: 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop 2 uad upBuRuedey ymuN oAUBY uBdANBUad yeuad ‘u “yojos01U mons uono{UR NEW e_UUe UDs|NUEd “uBJodo) UDUNsNéuad “YyO}UH! BALDY UDs|NUd “U NOW UD|Boqas diynBuews BUDO} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘uaqluns uDeynqesualu UDP UDyuINyUODuEWI DduD} xii DAFTAR ISI FTAR TABEL FTAR GAMBAR. Qurar LAMPIRAN Tujuan Penelitian = Manfaat Penelitian a TINJAUAN PUSTAKA. & Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.. © Pembayaran Jasa Lingkungan (Payment for Environmental Services) . B Jasa Lingkungan Perspektif Tentang Jasa Ekosistem dan Kompensasi 2 Instrumen Ekonomi } Fungsi Instramen Ekonomi. Tipologi Instrumen Ekonomi ‘ Insentif Pengembangan Pasar Jasa Lingkungan. 2 Kawasan Konservasi Laut. ) Prinsip Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah. 1 Konsep Nilai Untuk Sumberdaya dan WTP 2 Studi Terdahutu METODE PENELITIAN.. 30 Kerangka Pendekatan Studi 30 ‘Tempat dan Waktu Penelitian . 32 Jenis dan Sumber Data. 32 Metode Pengambilan Sampel )Metode Analisis Data. 3.5.1 Analisis Nilai WTP Responden Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan 3.5.2 Analisis Fungsi WTP. 37 Pengujian Parameter. 38 3.6.1 Uji Keandalan Ayssoaiun [e1nynoUby 1060! z 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLH UO UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘odup; undodo ymueg wuoyop uy 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uox!6MIALL Yop) yeuad ‘u ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, xiii Analisis Perbandingan antara Nilai Potensial WTP dengan Biaya Operasional Analisis Kelembagaan Pembayaran Jasa Lingkungan KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Kepulauan Raja Ampat. Potensi Sumberdaya Pesisir Raja Ampat 4.2.1 Terumbu Karang . 42.1.1 Kerusakan Terumbu Karang . (0422 than Kerang. 4.23 Padang Lamun © 4.2.4 Hutan Mangrove .. 6 4.2.5 Hutan Rawé = 4.2.6 Hutan Pantaj '=) Kawasan Konservasi Raja Ampat = 4.3.1 Cagar Alam Pulau Waigeo Barat 5 4.3.2 Cagar Alam Pulau Waigeo Timur.. @ 4.3.3 Cagar Alam Pulau Batanta Barat. .3.4 Cagar Alam Pulau Salawati Utara & 4.3.5 Cagar Alam Pulau Misool Selatan. 4.3.6 Suaka Margasatwa Laut Kepulauan Raj 4.3.7 Cagar Alam Laut Pulau Misool Selatan 3.8 Suaka Margasatwa Laut Pulau Misool Selatan 3.9 Taman Wisata Alam Laut Pulau Misool Selatan. 3.10 Taman Wisata Alam Laut Pulau Kofiau -11 Suaka Margasatwa Laut Pulau Sayang dan Sekitarnya -12 Suaka Margasatwa Laut Pulau Aljoe. Karakteristik Responden Nelayan . 4.4.1 Jenis Kelamin Responden Nelayan ns 4. 4. 4. 4. > oBog uejueyied yn 4.4.5 Jarak Melaut Responden Nelayan, 4.4.6 Biaya Operasional Melaut... Karakteristik Responden Dive Operator. 4.5.1 Rata-Rata Pendapatan .. 4.5.2 Biaya Operasional Dive Oper: (PKarakteristik Responden Wisatawan Lokal (B 46.1 Jenis Kelamin Responden Wisatawan Lokal. ‘© 4.6.2 Tingkat Usia Responden Wisatawan Lokal .. = 4.6.3 Tingkat Pendidikan Formal Terakhir Responden 3>4.6.4 Rata-Rata Pendapatan Responden Wisatawan Lokal .. (©46.5 Jarak Asal Daerah dengan KKLD Raja Ampat. a 6 Biaya Operasional Responden Wisatawan Lokal. i = =SHASIL DAN PEMBAHASAN. ‘ Analisis Willingness to Pay Obyek Responden Terhadap Pembayaran ) Jasa lingkungan di KKLD Raja Ampat AySJBAlUN | % 1 Usulan Lembaga Pengelolaan Terpilit 5.4.1 Pengelolaan secata Swasta melalui Mekanisme Tender 5.4.2 Pengelolaan oleh Pemerintah Daerah melalui PNBP.. 5.4.3 Pengelolaan secara bersama melalui BLU .. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to Pay. 5 Kebijakan Pengelolaan KKLD Raja Ampat... Analisis Perbandingan antara Total Nilai WIP dengan Biaya Operasional KKLD.. Analisis Kelembagaan QxssmruLan DAN SARAN. B (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta 1. Dilarang mengutip sebagian atau «. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, jan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikkan kepentingan yang wai 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karyar nyebutkan sumber: i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, xv DAFTAR TABEL adig YOH Sepuluh Lokasi Keanekaragaman Terumbu Karang Tertinggi.. Prosentasi Tutupan Terumbu Karang > 50%. Luas Kawasan Konservasi Raja Ampat Berdasarkan Status © Rata-Rata Biaya Operasional Melaut Nelayan... = Distribusi WTP Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat. z Distribusi WTP Responden Dive Operator di KKLD Raja Ampat. fom BUD4 uDBunUed: =. Distribusi WTP Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat 3 Distribusi WIP Responden Wisatawan Asing di KKLD Raja Ampat.. ‘> Total WIP Responden Masyarakat Nelayan Terhadap Pembayaran = Jasa Lingkungan di KKLD Raja Ampat, {b Total WTP Responden Masyarakat Dive Operator Terhadap 3 Pembayaran Jasa Lingkungan di KKLD Raja Ampat & Total WTP Responden Masyarakat Wisatawan Lokal Terhadap el Pembayaran Jasa Lingkungan di KKLD Raja Ampat. = Total WTP Responden Masyarakat Wisatawan Asing Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan di KKLD Raja Ampat Hasil Analisis Nilai WIP Responden Masyarakat Nelayan.. Hasil Analisis Nilai WIP Responden Wisatawan Lokal Biaya Operasional KKLD Raja Ampat per tahun .. Langkah Langkah Penetapan Pembayaran Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat_ /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z py uosynued ‘uD} ‘yequuns uozangeduat ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA ‘yojesOW nyONs UoNo{UR NEW yA UOs|NUEd “uDJodo) UDUNENéuDd “Yo AyssaAiun |esnynouby 1060g z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D fina ynany 5 § i g 1 YUE UDs| ued “uDJodo) UOUNsNsuad “YyO}UN! D&BDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWuNyUODuEWI DduD} Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, DAFTAR GAMBAR Prinsip Pembayaran Jasa Lingkungan Manfaat Pembayaran Jasa Lingkungan .. ‘Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan O)Riasifikasi Jasa Lingkungan Secara Sosial © Alur Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Metalui Pembayaran Jasa Lingkungan '5 Kerangka Pendekatan Studi = Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat. © Jumlah Jenis Terumbu Karang Per Genus. @ Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan © Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009, & Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan 2 Distribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ... & Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan ‘S Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009... 2 Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan_ Jarak Melaut Tahun 2009. Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Rata-Rata Biaya Operasional Melaut Tahun 2009. Karakteristik Responden Dive Operator di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009. (SUKarakteristik Responden Dive Operator di KKLD Raja Ampat ie Berdasarkan Biaya Operasional Tahun 2009... ‘Q Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat > Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009 .. 'F Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat 2 Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009 © Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat ©) Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009 AyssoAiup ‘ai uz} dup} undodo ymquag WuO}OP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: py uosynued ‘uD} : 5 g “yojOs0W nyONs UoNo{UR NEW eA UOs|NUEd “uDJodo UDUNENéuad “Yo xvii Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Jarak Tahun 2009 . Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Biaya Operasional Tahun 2009... Kurva Penawaran WTP Responden Masyarakat Nelayan Terhadap = Pembayaran Jasa Lingkungan & Kurva Penawaran WTP Responden Dive Operator Terhadap 5 Pembayaran Jasa Lingkungan & Kurva Penawaran WTP Responden Wisatawan Lokal Terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan 'S Kurva Penawaran WTP Responden Wisatawan Asing Terhadap = Pembayaran Jasa Lingkungan @ Alur Mckanisme Pembayaran Jasa Lingkungan. 3 Ue; Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan melalui Lembaga Swasta. (1¢80g UPI Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan melalui Lembaga Pemerintah. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan melalui Lembaga Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)... AyssaAiun |esnynouby 1060g sg z Halaman DAFTAR LAMPIRAN Nelayan Hasil Regresi Berganda dengan Metode Enter Responden ‘Ovissit Regresi Berganda dengan Metode Enter Responden Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University i Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tuls ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ‘a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiditzan, peneltian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritit atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2.Dilorang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuke apapun tanpa izin IPB, z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuns uoeynqesuel uop uDyuunquo2ueUH pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, I. PENDAHULUAN . Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari gugusan pulau- au sebanyak 17.508 buah yang terbentang dari Acch diujung barat hingga sua diujung timur dengan wilayah laut (termasuk ZEE) seluas 5.8 juta km? atau Qian 15% dati total wilayah Indonesia (Bengen dan Retraubun, 2006). Zcayaan alam ini merupakan modal bagi bangsa Indonesia untuk menjadikan 2 abangunan menjadi lebih baik. 3 Potensi sumberdaya yang sangat besar yang dimiliki Negara Indonesia Zrupakan modal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. mun terkadang besamya eksploitasi sumberdaya dan lingkungan yang Seruntukkan memacu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik berdampak Shadap penurunan baik secara kualitas maupun secara kuantitas dari sumberdaya efamiisuy fm dan fingkungan yang ada. Kesalahan pemanfaatan atau pengelolaan Znberdaya alam dan lingkungan menjadi penyebab utama gagalnya ‘Pabangunan. 3 & —Tujuan pembangunan saat ini diarabkan pada pertumbuhan ekonomi yang a diikuti dengan pemeliharaan lingkungan yang bertujuan untuk mengurangi adi depresiasi lingkungan yang akan berdampak terhadap penurunan tumbuhan ekonomi Indonesia. Pengembangan dan pengelolaan kawasan servasi perairan merupakan upaya dari pengelolaan atau konservasi ekosistem. -dasarkan tipe ekosistem yang dimiliki, kawasan konservasi perairan terdi { kawasan konservasi_perairan tawar dan kawasan konservasi perairan payau Zh laut. Kawasan konservasi di wilayah perairan laut dikenal sebagai Kawasan (Qnservasi Laut (KKL) atau kawasan konservasi laut daerah (KKLD). Dengan Qaya KKL, dinarapkan laut yang memiliki potensi yang sangat besar yang Freapai 2/3 dari daratan Indonesia dapat terjaga dengan baik, karena seperti kita ‘Pahui laut selain menghastkan suatu sumberdaya secaraproduk, juga Senghasitkan jesa lingkungan yang sangat besar seperti penyedia enerei dari Si bak, keindahan alam, dan penyerapan karbon, AyssOAiun |e. z 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLU UO UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘odup} undodo ymueg wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!BNIALL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, Pemerintah daerah Kabupaten Raja Ampat saat ini tengah agembangkan model pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut yang lestari lalui Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Raja Ampat erjasama dengan berbagai stakeholder. Kawasan yang ditetapkan sebagai LD Kabupaten Raja Ampat meliputi Kofiau, Misool, Selat Dampir, Teluk yalibit, Wayag-Sayang dan Ayau, dengan luas lebih dari 1.125.940 ha (@raturan Bupati Kabupaten Raja Ampat nomor 5 tahun 2009), Model igelolaan ini merupakan upaya pelestarian ekosistem pesisir dan laut yang Gharapkan dapat menunjang sektor perikanan, ekowisata bahari, dan ilmu getahuan yang berbasis konservasi. Selain itu penting pula bagi usaha Sikanan tangkap skala regional, perikanan budidaya skala kecil, perhubungan Bt industri maritim, pertambangan dan energi serta jasa pesisir lainnya. S-ung tanah Papua dengan Iuas wilayah keseluruhan (laut dan darat) mencapai 3 pi hektar (46.108 km?) dan terdiri dari 610 pulau dengan luas lautnya sekitar 08% yang memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang sangat tinggi dan agam di Indonesia (Pemerintah Kabupaten Raja Ampat, 2007) Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh TNC & CI tahun 2002, vilayah perairan pesisir kabupaten Raja Ampat tercatat 537 jenis karang keras Jiantaranya jenis baru dan 13 jenis endemik), dimana jumlah ini merupakan % dari jumlah karang dunia, Tercatat juga 828 (Cll) dan 899 (TNC-WWF) s ikan karang schingga Raja Ampat diketahui mempunyai 1.104 jenis ikan (G38 (ordi dari 91 famili. Diperkirakan jenis ikan ini dapat mencapai 1.346 (Qaserkan Kesinambungangenetik di wilayah, kepala burung_sehingga S ijadikan kawasan ini menjadi kawasan dengan kekayoan jenis ikan karang i nggi di dunia. Berdasarkan indeks kondisi karang, 60% terumbu karang dalam (Qudisi baik bahkan sangat baik dan juga dikawasan Raja Ampat terdapat jenis a: van lunak (mollusea), padang lamun (seagrass) dan mangrove (Pemerintah vupaten Raja Ampat, 2006). Ayssaaiun jeangn z 1pdan6uad 'q uad upBuRuedey yun oAUBY UBdANBUad 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop fy ynuny ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yeuad ‘ur ‘yequuns uoynqesuel uop uDyuunquDD4eLY DduD} 5 i 5 z a 5 § i 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, Selain keindahan bawah laut, kawasan pesisir juga menyimpan hutan grove yang berfungsi sebagai tempat mencari makan (feeding ground), tempat mijah (spawning ground) dan tempat berkembang biak (mursery ground) bagai jenis ikan, udang, kerang dan biota laut Jainnya. Sejumlah pulau-pulau il dan ekosistem padang lamun juga terdapat di daerah ini. Keseluruhan nponen biotik dan abiotik yang terdapat di wilayah Raja Ampat ini membentuk {Ee ekosistem pesisir dan laut yang sangat bermanfuat bagi Kelangsungan hidup seausia, Nilai penting dari setiap sektor ekonomi bagi keseluruhan kegiatan nomi masyarakat Raja Ampat dapat dilihat dari sumbangannya ke Gross stic Product (GDP) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD)/(berupa rekening aerintan untuk proyek-proyek publik yang didanai dari kontribusi masing- sektor ekonomi), disamping yang merupakan sumbangan langsung ke syarakat. Dari semua hal tersebut, sektor perikanan adalah penyumbang venting bagi Raja Ampat, yang jumlah pemasukannya mencapai 0% dari GDP 82% dari total PAD. Pemanfaatan langsung dari sumberdaya laut di Raja pat termasuk perikanan tradisional, perikanan komersial, mutiara, rumput laut, pengumpulan invertebrate laut dengan total nilai ekonomi sebesar Rp. 126 yar pertahun dan memberikan kesejahteraan bagi 80% penduduk Raja Ampat. alah perikanan, sektor pariwisata menghasilkan Rp. 14 milyar pertahun, yang -upakan kontribusi terbesar bagi PAD Raja Ampat dan mengucurkan 34% dari dapatan tersebut langsung menjadi pendapatan masyarakat (Bird’s Head ‘scape, Papua, 2007). ‘Walaupun sektor pertambangan seperti pengeboran minyak dan industri ebangan kayu sangat besar di Raja Ampat, tetapi industri tersebut hanya rrberikan kontribusi yang kecil bagi ekonomi lokal di Raja Ampet karen {Guustri tersebut langsung membayar ke pemerintah pusat melalui sistem bagi aa yang sangat menguntungkan. Kurang 10% dari pendapatan tersebut @agueur ke masyarakat setempat, kebanyakan dalam bentuk gaji untuk tenaga Gar dan kompensasi langsung kepada pemilik lahan dan masyarakat. Hasil ‘San ini sclanjutnya menghitung nilai total jasa fingkungan yang diberikan oleh ysistem Raja Ampat sebesar Rp. 1,7 triliun pertahun, yang berarti lima kali podoa Geeusy ingnsup dai wif edio 421 Ayissaaiuy jegn z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ih besar dari total nilai ekonomi Raja Ampat (Bird’s Head Seascape, Papua, m. Disisi Iain, sejumlah aktivitas ekonomi yang dilakukan untuk manfaatkan jasa ekosistem pesisir dan laut telah merubah karakteristik sistem ke arah degradasi. Bentuk-bentuk kerusakan seperti perusakan terumbu ang (akibat kegiatan pariwisata, penggunaan jaring, jangkar, pengambilan ing untuk bahan bangunan), penangkapan penyu, praktek penangkapan ikan gg tidak ramah lingkungan (penangkapan ikan dengan menggunakan Gnida/potasium, bahan peledak/bom), perusakan mangrove (penggunaan fngrove sebagai material untuk bahan pembangunan rumah, dermaga, 3 struksi bangunan lsionya, pengalihan fungsi menjadi lahan pemukiman) dan iatan pertambangan (pengambilan pasit, nikel) di beberapa pulau kecil ipakan input terhadap lingkungan yang mempercepat proses degradasi. ‘Sumberdaya pesisir dan laut yang besar beserta permasalahnya menuntut nya pola pengelolaan yang baik dan tepat. Hal ini dilakukan guna menjaga cstarian dan berjalannya fungsi dari sumberdaya tersebut schingga dapat idukung kesejahteraan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan. Pengelolaan lingkungan hidup yang memberikan jaminan kelestarian nerlukan insentif ekonomi baik kepada penyedia (providers) jasa lingkungan pun pemakai (beneficiers). Sistem insentif ekonomi untuk mengelola kungan hidup dapat diberikan dalam bentuk insentif fiskal, insentif danaan, dan insentif pengembangan pasar jasa lingkungan (INDEF, 2006). ‘ntif fiskal secara umum dapat berupa pajak yang berkaitan dengan kungan, pungutan yang berkaitan dengan lingkungan dan pengecualian ‘k/pungutan. Kelompok pertama dan kedua dapat menjadi disinsentif tethadap Satan eksplorasi sumberdaya alam dan berpotensi menimbulkan pencemaran perusakan lingkungan hidup. Sedangkan kelompok ketiga merupakan insentif kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan hidup. z g 2 3 ° 8 8 3 Bi oy - Perumusan Masalah SI Perairan Laut Raja Ampat telah menjadi daerah tujuan wisata terutama pecinta wisata bahari dan penyelam dunia, Setiap tahunnya ratusan AyssaAiup |eadnyn z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad up6uRuedsy ymuN EAUBY UBdANBUad ‘D yeuad ‘ur ‘yequuns uoeynqesuel uop uDyuunquo2ueU pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul 8 a 3 2 : Suppun-BuDPUN !BuNpUIG DIdID HOH, iyelam berkunjung dan menikmati keindahan bawah laut dan keanekaragaman vatinya. Schingga, beberapa penyelenggara wisata bahari serta agen perjalanan adapatkan keuntungan langsung dari kegiatan ini, namun disisi lain kontribusi ig dihasilkan masih sangat minim untuk menjamin kelangsungan pelestarian vasan secara keseluruhan, Kerusakan yang terjadi dari waktu ke waktu cupakan akibat dari banyaknya aktifitas-aktifitas yang memanfaatkan jasa skungan dikawasan konservasi laut Raja Ampat. = Salah satu kegiatan / aktivitas ekonomi yang menimbulkan kerusakan kungan adalah pembalakan dan eksploitasi tambang nikel memiliki dampak bs besar terhadap hutan tropis, hutan bakau dan terumbu karang. Industri ebut menghancurkan tidak hanya industri perikanan dan pariwisata,tetapi juga Gnghancurkan jasa yang semestinya diberikan oleh ekosistem seperti -gahan bencana, pengendalian erosi dan pengaturan tata air. Jika seluruh Busakan tersebut dihitung, termasuk hilangnya jasa yang diberikan oleh ‘sistem, kegiatan tambang dan pembalakan diwilayah Waigeo saja merugikan Shesar Rp. 1,4 triliun selama 20 tahun kedepan. Contoh ini jelas menunjukkan uunya untuk melihat dampak dari industri yang merusak sektor ekonomi lain merusak ekosistem pada saat membuat keputusan untuk tata guna lahan, (ofea Ber Pada beberapa kasus, pemerintah sering membuat kebijakan penting tanpa rsarkan pada data ekonomi yang lengkap yang jelas-jelas mementingkan ntungan sesaat dari eksploitasi terhadap sumberdaya alam. Tidak terkecuali di vupaten Raja Ampat; ada banyak rencana pembangunan ekonomi saat i iggap terlalu berfokus pada eksploitasi sumberdaya alam melalui kegiatan stanan, tambang, perikanan komersial serta pengambilan minyak bumi dan gas @ Keputusan-keputusan tersebut jarang yang didasarkan pada analisis cost- {Qeoft yang lengkap yang juga mempertimbangkan keuntungan-keuntungan non ni yang diberikan oleh ekosistem, dalam kata lain “jasa tingkungan” ‘Geri penjemihan air, perlindungan banjir, daya tarik wisata dan produksi Qikanan, Karena jasa lingkungan sering tidak dilihat sebagai keuntungan EEomi bagi masyarakat setempat maka seringkali jasa ini dikecitkan artinya malah dilupakan sama sekali, terutama jika eksploitasi sumberdaya alam Aylssaaiupy jegn z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymqueg wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘hat member keuntungan yang langsung (dalam hal pendapatan langsung, angan kerja, dan lain-lain) bagi para pemangku kepentingan lokal. Pengecilan ai jasa lingkungan ini dapat mengarah pada eksploitasi dan perusakan aberdaya alam, Kajian nilai jiatan ekonomi termasuk dampak dari kegiatan tersebut terhadap jasa yang erikan oleh lingkungan. Sebagai contoh, membabat habis hutan dapat “enghasilkan pendapatan yang besar bagi penduduk setempat dalam waktu yang aka, tetapi penting untuk diingat bahwa hutan yang sudah dibabat tersebut 3 ik lagi dapat memberikan jasanya seperti tersedianya air hujan untuk air Sum, perlindungan terhadap erosi dan tanah longsor, dan produk hasil hutan sri seperti madu, buah-buahan atau biji-bijian. Jika hilangnya jasa tersebut ‘Situng, masyarakat setempat sebenamya mungkin malah kehilangan uang akibat konomi bertujuan untuk menghitung keuntungan dan biaya dari Svasan harus membiayai upaya pelestarian kawasan itu pula. Untuk itu, skema Srnbayaran jasa lingkungan memertukan studi terkat nilai ekonomi manfaat L Raja Ampat bagi para pihak yang berbeda. Berdasarkan nilai. tersebut sah harga yang adil ditetapkan sebagai nilai yang harus dibayar oleh para gguna jasa lingkungan sebagai kompensasi kepada para pihak yang turut nbantu melindungi KKL Raja Ampat sehingga dapat terus menghasilkan jasa kungan. Berdasarkan fakta dan informasi di atas maka yang menjadi anyaan dalam penelitian ini adalah : Berapakah besamya nilai jasa lingkungan yang harus dibayarkan olch I i c : i 5 i i 8 Faktorfaktor apa saja yang mempengaruhi nilai willingness to pay - masyarakat tethadap pembayaran jasa lingkungan di KKLD Raja Ampat? AyssaAiun |esnynoubYy 1060g z 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLH UO UDyLUNWNBUaLL BUD. 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1 YUE UDs| ued “uDJodo) UOUNsNsuad “YyO}UN! D&BDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘uaqluns uDeynqesualu UDP UDyWINyUODuEWI DduD} Apakah nilai total yang dihasilkan dari pembayaran jasa lingkungan telah sesuai dengan kebutuhan biaya perbaikan dan perawatan dari sumberdaya yang rusak di KKLD Raja Ampat? Kelembagaan pengelola seperti apa yang sesuai untuk menjalankan mekanisme pembayaran jasa lingkungan di Kabupaten Raja Ampat? Kebijakan seperti apa yang dibutuhkan dalam rangka penerapan pembayaran jjasatingkungan sebagai sumber pendanaan KKLD Raja Ampat? . Tujuan Penelitian Al UMW} 1H Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan Analisis total nilai potensial yang dihasilkan melalui pembayaran jasa lingkungan. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai Willingness to Pay (obdg ueweted masyarakat terhadap pembayaran jasa tingkungan. Analisis besarnya nilai potensial yang dihasilkan melalui pembayaran jasa fingkungan dengan membandingkan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk KKLD Raja Ampat, Analisis kelembagaan untuk pembayaran jasa lingkungan yang sesuai dengan karakteristik dan sistem pemerintahan yang ada. Analisis kebijakan yang paling tepat dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Raja Ampat. ; Manfaat Penelitian Suatu penelitian yang baik adalah penelitian yang mampu memberikan WINOWHy 10609 = ‘Shagai berikut: AyssoAiup jiharapkan menjadi pelengkap khasanah keilmuan ekonomi sumberdaya dan lingkungan. ekonomi sumberdaya dan lingkungan khususnya mengenai pembayaran jasa Jingkungan, pengelolaan KKLD Raja Ampat. & a i & 3 i i ; : i 3 E ) Masyarakat setempat untuk menambah pengetahuan mengenai keilmuan 1) Akademisi dan peneliti, penelitian © Hak cipta mitik PB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Dilarang mengutip sebagian atau ‘a. Pengutipan hanya untule er b. Pengutipan tidale merugikkan kepentingan yang wai 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karyar ‘mencantumkan dan menyebutkan sumber: jan, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, i dalam bentuk apapun tanpa izin IPB, z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. tpdian6uad 'q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuRuedey yun oAUBY UBdANBUad fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1 YUE UDs| ued “uDJodo) UOUNsNsuad “YyO}UN! D&BDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWuNyUODuEWI DduD} I. TINJAUAN PUSTAKA lai Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Menurut Fauzi (2006), sumber daya didefinisikan sebagai sesuatu yang andang memiliki nilai ekonomi, Sumber daya itu sendiri memiliki dua aspek ni aspek teknis yang memungkinkan bagaimana sumber daya dimanfaatkan = aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan sumber daya ie bagaimana teknologi digunakan. Dapat juga dikatakan bahwa sumber daya 5 lah Komponen dari ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang Soanfaat bagi kebutuhan manusia. Barang dan jasa yang dihasitkan tersebut @erti ikan, kayu, air bahkan pencemaran sekalipun dapat dihitung nilai ‘Snominya karena diasumsikan bahwa pasar itu eksis (market based), schingga EE i fe & ie é 5 rE F Sumber daya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat onsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasa- Jingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya manfaat ‘nity seperti keindahan, ketenangan dan sebagainya. Manfaat tersebut sering eBogiueieyed ans sebut sebagai manfaat fungsi ekologis yang sering tidak terkuantifikasikan .m perhitungan menyeluruh terhadap nilai dari sumber daya. Nilai tersebut K saja nilai pasar barang yang dihasilkan dari suatu sumber daya melainkan : nilai jasa lingkungan yang ditimbulkan oleh sumber daya tersebut (Fauzi, 5). Penggunaan metode analisis biaya dan manfaat (cost-benefit analysis) yang ‘gpvensional sering tidak mampu menjawab permasalahan dalam menentukan NS | sumber daya karena konsep biaya dan manfaat sering tidak memasukkan Qvfaat ekologis di dalam analisisnya (Fauzi, 2006). Oleh karena itu lahirlah Spikiran konsep valuasi ekonomi, khususnya valuasi non-pasar (non-market 2 ation). Aylssaaiup [esnynd1 z 1pdan6uad "q yeuad ‘uodypipued uosuguaday) yrqun AUDY UBdaANBUad “O 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLH UO UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop foe yn ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘daqluns UDeNqehualU UDP UDyWINyUDDUELY OdUD} f 1 ypu UOs|INUEd “uDJodo| UDUNsNéuad “YyoIU! D4UDH, UDS|NUe “U “yoyosow mons uonojul 10 . Pembayaran Jasa Lingkungan (Payment For Environmental Services) Pembayaran jasa lingkungan adalah suatu transaksi sukarela yang aggambarkan suatu jasa lingkungan yang perlu dilestarikan dengan cara beri nilai oleh penerima manfaat kepada penyedia manfaat jasa lingkungan under, 2005). Menurut Wunder, (2007) Payment for Environmental Services 23) merupakan suatu pendekatan yang memakai insentif ekonomi pada suatu Q@ayah untuk memproteksi suatu sumberdaya alam seperti produksi pertanian, Siutanan, ckowisata, dan ketersediaan sumber air bersih. Pendekatan -Serbayaran secara langsung seperti PES diketahui mampu mengefektifkan biaya Suk Konservasi sumberdaya dan pengelolaan ekosistem secara lestari (Ferraro #! Simpson 2002). Costa Rica telah mengimplementasikan program PES dengan us untuk provisi jasa sumberdaya hutan seperti penyerapan karbon, proteksi idiversitas, dan perlindungan sumber-sumber air, bahkan program ini telah Eesain, diimplementasi dan mendapat dukungan pendanaan dari World Bank jola et al 2005). Pembayaran jasa lingkungan atau PES pada prinsipnya sangat sederhana ni “Mereka yang membantu menyediakan jasa lingkungan harus diberikan i (08609 uejueniba fm npensasi atas usahanya, dan mereka yang menerima jasa tersebut harus nbayar untuk memperolehnya”. Gambar-1 berikut ini memberikan ilustrasi ka sederhana dari pembayaran jasa lingkungan tersebut. Rp Pemantaatan Konservasi dg ekstraktif Pembayaran jasa Manfaat thd Pengguna ‘Kerusakan Siaya sosial thd aoe nasyarakat ber: Fauzi etal (2009) Gambar 1. Prinsip Pembayaran Jasa Lingkungan AyssaAiun |es6yNIUBy 1060g i ge Sebagaimana terlihat pada Gambar-1, kawasan laut misalnya memberikan ge c afaat ekstraktif berupa hasil ikan dan sumber daya’alamnya, seperti terumbu ego ang dan sebagainya. Namun jika ini dibiarkan maka akan menimbulkan a33 usakan lingkungan yang menjadi biaya sosial yang harus ditanggung olch gg syarakat secara keseluruhan yang ditujukan oleh “bar” yang mengarah ke ae vah. Dibagian tengah adalah “bar” manfaat jika dilakukan konservasi ee Gjangkan dibagian akhir adalah “bar” yang menunjukkan PES yang tidak lain i ‘engganti” Kerugian ekonomi tersebut dalam bentuk pembayaran jasa g i ‘oykungan (Fauzi et al, 2009). gf Menurut Wunder, 2005 bahwa Pembayaran jasa lingkungan akan tetap manfaat dalam kondisi sumberdaya alam yang statis, menurun ataupun Saingkat, seperti ditunjukkan pada gambar-2. foe yn ‘edu; undodo ymuag wojop ‘dl Feber: Wunder (2005) Gambar 2. Manfaat Pembayaran Jasa Lingkungan Pendekatan pembayaran jasa lingkungan didasarkan atas pemikiran bahwa lel Konservasi yang baru dan usaha-usaha pembangunan tidak dapat z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D yeuad ‘ur ‘yequuns uoeynqesuel uop uDyuunquo2ueUl pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 12 isahkan dari kondisi site spesifik secara ekologi maupun kondisi sosial nomi masyarakat lokal, untuk mencapai efektivitas dan pengawetan aberdaya yang berkelanjutan serta tantangan pengelolaan habitat elami (Bawa i. 2004; Ferraro dan Kiss 2002). Banyak fakta menunjukan bahwa hubungan ara pemanfaat (buyers) dan penyedia jasa lingkungan (providers) secara ansial melalui program PES untuk melindungi sumberdaya alam di negara~ sara berkembang tidak transparan (Dillaha ef al. 2007). Pelaksanaan PES juga us diawali dengan penyiapan pra kondisi : (1) penilaian viabilitas skema PES GAO 2004); (2) pengaturan mainstreaming intitusi (Wunder 2007). Herman Rosa (2005), seorang pakar pembayaran jasa lingkungan dari rika Tengah mendefinisikan sebagai kompensasi jasa ekosistem. Menurutnya empat klasifikasi jasa ekosistem, yaitu : (1) Jasa Penyediaan (Provisioning rices) : Sumber bahan makanan, obat-obatan alamiah, sumberdaya genetik Zenetic resources), kayu bakar, serat, air, mineral dan Iain-lain; (2) Jasa agi glu end his Prgaturan (Regulating Services) : Fungsi menjaga kualitas udara, pengaturan a m, pengaturan air, kontrol erosi, penjenihan air, pengelolaan sampah, kontrol So yakit manusia, kontrol biologi, pengurangan resiko dan lain-lain; (3) Jasa | Keuangan >| Pembayaran >| Manfaat Gambar 3. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan. yedia manfaat dalam skema ini berarti lingkungan yang menyediakan suatu 9 lingkungan, Mekanisme pembayaran lingkungan ini tergantung oleh @@ianisme keuangan dan mekanisme pembayaran jasa lingkungan itu sendiri. Q — Kedua mekanisme tersebut sangat dipengaruhi oleh struktur pemerintah DPingga menghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang Eanggutnya yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa & kungan agar dapat menghasilkan jasa lingkungan yang berkelanjutan untuk Frerasi mendatang. AylssOAiun [es z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1 YAU UDs| ued “uDJodo) UOUNsNsuad “YO}UI! D&BDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !GuNPUIIG DIdID HOH ‘uaqluns uDeynqesualu UDP UDyWUNyUODuEWI DduD} 14 Jasa Lingkungan. ‘Secara sederhana jasa lingkungan dapat diartikan sebagai keseluruhan sep sistem alam yang menyediakan aliran barang dan jasa yang bermanfaat i manusia dan lingkungan. Jasa lingkungan ini dihasilkan oleh proses yang adi pada ekosistem alam. Keberadaan jasa lingkungan ini sering dianggap agai anugerah dari alam semesta. Jika dilihat lebih jauh, selain faktor alam Qapat pula peran manusia yang mempengaruhi keberadsan jasa lingkungan but. Masyarakat yang berpenghidupan dari hasil alam atau mengelota lahan Zeupakan ujung tombak intervensi terhadap keberadaan jasa lingkungan. Slanjutnya kelompok masyarakat ini diistitahkan dengan “masyarakat penyedia lingkungan” (environmental services providers), yang atas usaha indungan dan pengelolaan dapat dikategorikan sebagai pelindung dan = 3 o cs g Menurut Wunder (2005), suatu ekosistem menyediakan suatu jasa kungan yang memiliki empat fungsi penting yaitu : Jasa_ penyediaan (provising services) yaitu jasa lingkungan dalam menyediakan seperti sumber bahan makanan dan obat-obatan alamiah, 2 i F 2 z 3 a 3 Jasa pengaturan (regulating services) yaitu jasa lingkungan dalam mengatur dan manjaga seperti kualitas udara, pengaturan iklim, pengaturan air, dan kontrol erosi. Jasa kultural (cultural services) yaitu jasa lingkungan yang terkait dengan identitas dan keragaman budaya, nilai-nilai religius dan spiritual, pengetahuan (tradisional dan formal), inspirasi, nilai estetika, hubungan sosial, nilai peninggalan pusaka, rekreasi, dan lain-lain © asa pendukung (supporting services) yaitu jasa lingkungan dalam 6 mendukung produksi produk utama seperti unsur hara A ‘Qpun menurut Fauzi (2008), pembagian jasa lingkungan secara sosial ‘Qnomik adalah sebagai berikut : AyssaAiun |esnyn 1 BUDIDIIG Z ABUL BUBIOIG Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, foe yn ‘edu; undodo ymuag wojop 2 18 nue UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoIU! BALE, {yp|psoU nypns uoNo( 15 erase pean esti al MN FEED E14 Human ber: Fauzi (2008) Gambar 4. Klasifikasi Jasa Lingkungan Secara Sosial Adanya berbagai masalah dalam menjaga kelestarian lingkungan serta alnya pendekatan dimasa lalu, telah memicu berkembangnya suatu sistem S:ana masyarakat penyedia jasa lingkungan diakui dan diberi imbalan atas usaha g mereka lakukan (recognition and rewards). Prinsip dasar dari konsep ini 3 2 & & 3 lah bahwa masyarakat penyedia jasa lingkungan perlu mendapat kompensasi adap usaha yang mereka lakukan, dilain pihak pengguna jasa lingkungan perlu nbayar atas jasa lingkungan yang mereka manfaatkan.(Leimona,2004) Ladell-Mills dan Poras (2002), mengemukakan beberapa mekanisme al jasa lingkungan yang popular didunia, seperti iD Direct Negotiation : Transaksi langsung antara penyedia dan pengguna jasa © lingkungan . Biasanya tercakup dalam suatu proyek pembangunan lingkungan = dan seringkali menghasilkan proses negosiasi yang panjang. 2 Intermediary-Based Transaction : Fasilitator berperan agar transaksi dalam ai hal mencari informasi, bemegosiasi dan menyelesaikan proses transaksi & menjadi rendah. Selain itu fasilitator juga berperan untuk mereduksi resiko n | 5 i : i £ B. é i i z & i i AyssOAiun [es z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q uad upBuRuedsy ymuN ofUBY uBdANBUad ‘D fom BUDA uDBuRUedae| uox!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul 8 a 3 2 : z z g 5 3 g Z 5 z 5 i 16 tepat serta mengidentifikasi masalah yang ada, Trust fund. LSM Lokal dan Intemasional merupakan bentuk fasilitator yang paling umum. Pooled Transaction : Pendekatan yang mengandung resiko transaksi dengan membagikan investasi melalui beberapa pengguna jasa lingkungan. Dana terkumpul biasanya cukup besar untuk mendiversifikasi investasi. Joint Venture : Mekanisme yang melibatkan investor yang menawarkan input © yang seimbang untuk memulai suatu perusabaan dan menyalurkan imbalan bagi lingkungan melalui perusahaan tersebut dalam bentuk bagi keuntungan, konsultasi teknis, dana langsung, dan lain-lain, Retail Based Traders : imbalan jasa lingkungan terlampir dalam bentuk pasar dan jasa, contoh: harga premium bagi produk ramah lingkungan. Internal Trading : Transaksi antar departemen dalam suatu organisasi, contoh: imbal jasa antar departemen dalam pemerintah. Over The Counter Traders/User Fees : Pada mekanisme ini jasa lingkungan dikemas terlebih dahulu untuk dijual. Kesatuan jasa lingkungan belum banyak mendapat perhatian dalam literatur. Namun demikian, pengalaman praktis menunjukkan bahwa berkembangnya permintaan suplai dari jasa ini dapat saling bersifat komplementer antar jasa. Terdapat 2 (dua) pendekatan idl un Bidi9 eH. 2 8 2 z 3 a 8 untuk pengembangan pasar ini, yaitu : (1). Menggabungkan jasa yaitu jasa tidak boleh dijual secara individual dan terbagi-bagi sehingga dapat memberikan control yang baik terhadap biaya transaksi, dan (2). Menawarkan jasa tersebut. Pendekatan kedua lebih membuat penjual membagi paket jasa untuk dijual ke berbagai pembeli. Hasilnya adalah alokasi sumberdaya yang lebih efisien dan pendapatan penjual yang lebih tinggi. 3 Pasar melibatkan banyak stakeholder, meskipun sektor privat merupakan ‘Ovku utama, namun LSM Lokal, Komunitas, Pemerintah, NGO Intemasional 195 donor juga memegang peranan penting sebagai penjual, pembeli, perantara S2 supplier jasa tersebut. Usaha untuk mempromosikan pasar untuk jasa Qungan harus berusaha untuk mengkapitalisasikan berbagai antusiasisme ‘=Feholder dan menghindari alienasi group tertentu yang dapat menghambat embangan pasar. IN: AyssoAiup z 1pdan6uad "q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 17 - Perspektif tentang Jasa Ekosistem dan Kompensasi Menurut MEA (Millenium Ecosystem Assesment), berbagai pandangan ikut mendukung perlunya pembayaran atau pemberian kompensasi bagi reka yang memfasilitasi tersedianya jasa ekosistem ; Pertama, program pembayaran jasa ckosistem (PJE) dapat menjadi instrumen finansial untuk pembiayaan kegiatan konservasi tradisional. ©)Kedua, berbagai program PJE berusaha menjawab kebutuhan jasa ekosistem & global, seperti penambatan karbon atau pengurangan dampak perubahan iklim. & Disini ketimbang melindungi ekosistem tertenty, tujuan yang hendak dicapai 3 adalah mencari altematif biaya termurah untuk memperoleh suatu jasa dalam = hal ini penambatan karbon. & Ketiga, beberapa skema Kompensasi jasa ekosistem bertujuan untuk meningkatkan supply jasa ekosistem yang menarik minat kalangan lokal dan = regional, seperti regulasi dacrah aliran sungai serta jaminan kualitas air a z ‘cempat, kompensasi jasa ekosistem dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan pedesaan berikut segenap ragam praktek ekosistemnya, Pendekatan konservasi tradisional yang menggusur masyarakat setempat i suatu wilayah ekosistem seringkali membuat masyarakat nelayan dan petani al terasing sehigga berdampak terhadap kerusakan lingkungan, yang pada irnya akan meningkatkan laju kemiskinan. Sebaliknya pendekatan konservasi menghargai pengetahuan dan praktek konservasi lokal akan dapat mastikan ketersediaan jasa lingkungan secara berkelanjutan, sehingga mperluas hak-hak masyarakat yang pada akhimya meningkatkan kondisi idupan mereka, Dalam perspektif komunitas yang menghargai pengetahuan 9 Prakick penduduk iokal dan bertujuan memperluas akses dan hak guna atas (Qn, langkab-langkah yang diambil akan memberi hasil positif dalam arti ‘Grgentasan kemiskinan dan perbaikan pengelolaan ekosistem. Proses untuk Npayiapkan skema kompensasi yang berdasarkan perspektif ini_memang (udBog ueuens, ‘Quderng lebih kompleks dan sejauh ini belum merupakan perspektif yang Qiinan. AyssoAiun |enyré z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdanBuad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedsy yun EAUBY UBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 18 Instrumen Ekonomi. Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi adalah sebagian dari kebijakan skungan dalam mengendalikan dampak negatif yang terjadi pada lingkungan lalui mekanisme pasar. James dalam Fauzi (2007) mendefinisikan instrumen ‘nomi untuk pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan sebagai mekanisme inistratif yang digunakan oleh pemerintah untuk mempengaruhi perilaku un yang memperoleh nilai dari sumberdaya, memanfaatkannya, atau seayebabkan dampak sebagai efek lain atau eksternalitas yang disebabkan Giivitas mereka. Sedangkan Robinson and Ryan dalam Fauzi (2007) ‘Ergembangkan definisiinstrumen ekonomi ini menjadi instrumen yang Sorientasi ke arah peningkatan alokasi ekonomi yang efisiensi ekonomi dati Goberdaya alam dengan modifikasi perilaku agen ekonomi dengan cara berikan insentif kepada mereka untuk mengintemalisasikan ekstemalitas = bul dari aktivitas mereka. Instrumen ekonomi ini didesain untuk ‘Bmnpengaruhi keputusan keputusan produksi baik melalui mekanisme harga atau ©:gan merubah atraksi dari aktivitas tertentu. a “2. Fungsi Instramen Ekonomi. Panayoiou (1994) dalam Fauzi (2007) menyebutkan paling tidak ada vat hal utama menyangkut fungsi Aungan, yaitu: rument ekonomi dalam pengelolaan Menginternalisasikan eksternalitas dengan cara mengorcksi kegagalan pasar nelalui mekanisme full cost pricing dimana biaya subsidi, biaya lingkungan Jan biaya eksternalitas diperhitungkan dalam pengambilan keputusan. pyiame mengurangi konflik pembangunan versus lingkungan, bahkan jika Ovilakukan secara tepat dapat menjadikan pembangunan ekonomi sebagai fe vahana (vehicle) untuk perlindungan lingkungan dan sebaliknya. “jastrument ekonomi berfungsi untuk menganjurkan_ efisiensi_ dalam Grenggunaan barang dan jasa dari sumberdaya alam sehingga tidak (Qrenimbutkan kelebihan konsumsi karena pasar, melalui instrument ekonomi ==kan memberikan sinyal yang tepat terhadap penggunaan yang tidak efisien. Ayissaaiuy jesn z 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLH Op UDYyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘u ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 19 instrument ekonomi dapat digunakan sebagai sumber penerimaan (revenue zenerating). Tipologi Instrument Ekonomi Menurut Fauzi (2007), instrumen ekonomi dapat dibagi berdasarkan tiga 2gori umum menurut dampaknya terhadap keuangan pemerintah, yaitu: (@rstrument peningkatan revenue, seperti pajak dan biaya perizinan yang dapat meningkatkan biaya relative dari teknologi intensif dan produk emisi instrument ini menciptakan insentif yang terus menerus pada inovasi untuk neningkatkan efisiensi emisi atau untuk mengganti pada pengganti emisi yang -bih rendah, serta memberikan penerimaan bagi pemerintah. instrument Budged-neutral, yang meningkatkan biaya relatif emisi dan atau -knologi intensif energy dan produk, namun tidak meningkatkan penerimaan Zhagi pemerintah. Kategori ini meliputi peraturan yang bersifat market-based, 2 yang mengharuskan perusahaan memenuhi standar baku mutu tetapi nemperbolehkan mereka untuk menjual belikannya dengan pihak lain untuk jemenuhi komitmen standar ini, Instrument budged-neutral ini dapat likhususkan pada teknologi (misalnya: renewable portfolio standard atau misi kendaraan bermotor), atau dapat juga dikhususkan pada kinerja misalnya: domestic emission trading program). : nstrument expenditure, seperti subsidi dan insentif lainnya yang menurunkan siaya relative dari teknologi dan produk dengan emisi yang lebih rendah dan tau intensitas energy, membuatnya semakin kompetitif dengan teknologi yang da, Instrument ini dapat ditujukan pada keputusan yang ada (misalnya melalui kselerasi depresiasi untuk tujuan pajak). Atau biaya kompetitif jangka panjang 3. 3 i & mips (080g ueuens, OD g nelalui pembiayaan atau penelitian, pengembangan dan komersialisasi ini, pemerintah layaknya harus Spreningkatkan pajak lainnya atau menurunkan expenditure. Q Sedangkan Panayatou (1994) dalam Fauzi (2007) lebih jauh membagi Posi instrument ekonomi secara lebih rinci lagi yakni berdasarkan: flak kepemilikan (property right) 9 2knologi baru. Dengan membiayai sul i i f Ayssaaiun jein z 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLH UO UDyLUNWNBUaLL BU. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 20 instrument fiskal Sistim pungutan (charge system) instrument financial ‘instrument pertanggungjawaban (liability) Performance dan bond system Perspektif lainnya dari instrument ekonomi, dapat dibedakan berdasarkan ruang lingkup aplikasinya, apakah diaplikasikan secara luas, dengan hanya zemberikan signal pada ekonomi dan membiarkan market menentukan sendiri Sponsnya. Atau dapat juga ditargetkan pada sektor, teknologi atau kegiatan yang, 5 sifik. Berkaitan dengan instrument ekonomi ini, beberapa prinsip-prinsip um yang diaplikasikan dalam desain modetnya, yaitu: BBiaya kebijakan fiskal biasanya lebih rendah ketika didesain secara benar -kspektasinya, dan terus menerus. “instrumen sebaiknya yang berfungsi luas dan bersifat fleksibel, karena viasanya lebih murah daripada instrumen yang ditarget atau instrumen untuk 8 hal-hal khusus untuk mencapai penurunan yang sama. instrumen sebaiknya dapat mendorong perusahaan dan rumah tangga untuk Gherinvestasi pada peralatan dan proses produksi yang lebih efisien (kapan ~dibutuhkan mengganti peralatan yang ada dan kapan dibutuhkan penambahan veralatan) akan lebih murah biayanya dibandingkan instrumen yang aengharuskan mereka menyesuaikan dengan perubahan capital. nstrument diharapkan membuat terjadinya transfer kesejahteraan iantara pihak yang terlibat dan atau wilayah, Instramen seperti inilah yang audah diterima masyarakat (misalnya dalam kondisi recycling target revenue tau penigukuran transisi, carbon charge akan mentransfer kesejahteraan dari Qrtaysh pemantaat intensit tehan bakar fosil ke wilayah yang banyak ‘Gnemanfaatkan sumberdaya hidroelektrik). > Tipe dan besaran dari dampak ekonomi setiap instrument ekonomi, ‘Qvariasi walaupun keluaran lingkungannya bisa jadi sama. Sementara itu, Oagai cara dapat dilakukan untuk mitigasi dampak dan meningkatkan Eetivitas detail disain berbagai instrument ekonomi, Dalam penyusunan model inst ddd 1 Ayissaaiup jesn z 1090 uD|Boqas YOsuUDgiaduuaUH UO UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey yun oAUBY UBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OY UD|Boqas diynBueWs BUDO} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 2 trument ekonomi ini biasanya ada trade off antara minimisasi distribusi npak. Dalam pengembangan instrumen ini, penting sekali untuk memperhatikan sraksi kebijakan yang ada dan dampak yang terjadi dari interaksi ini dengan uuaran yang diharapkan, Pertimbangan lainnya adalah dalam mendisain paket vijakan adalah staging (tahapan), baik untuk menurunkan biaya dengan adaptasi gikuti laju alami dari perputaran stok kapital jangka panjang dan membuat qtrumen fiskal untuk membangun tahapan dari teknologi. Gambar berikut ini S-mperlihatkan alur potensi tersebut bagi masyarakat dan ekosistim KKL. 3 3 KKL 3g + = Jasa Lingkungan E Les] &) Potensi Penerimaan Potensi Pencegahan | [” Potensi Restorasi 3 | + Pembayaran atas | | # Kompensasi atas | | « Biaya restorai ®| jasa lingkungan restocking © Kompensasi S| © Ekowisata ‘+ Kompensasi atas tethadap ~| © Transportasi pengelolaan (cost- kerusakan (ganti @ Jasanon-perikanan recovery) rugi) * Carbon Sink market © Kompensasi atas. 7 = ‘Sustainable Sustainable Financing *|__Frnevstem Pengelolaan Kawasan KKL Yane Rerkelaniuitan — 5 ‘ber : Fauzi (2009) (Q Gambar 5. Alur Pengelolaan Kawasan KKL Melalui Pembayaran Jasa Lingkungan nsentif Pengembangan Pasar Jasa Lingkungan Pendekatan jasa lingkungan hidup diharapkan dapat memberikan insentif’ tif bagi penyedia dan bagi penerima manfaat jasa lingkungan hidup. Dalam ini pihak penyedia adalah penjual jasa lingkungan dan penerima manfaat AysJBAlUp [B18 }/NOEBy so} z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, alah pembeli jasa lingkungan. Di Indonesia beberapa inisiatif tentang "pasar 2 Tingkungan” skala kecil dan tidak dilingkupi suatu peraturan perundangan g memadai, Hal ini seiring dengan corporate social responsibility (CSR), kanisme pasar dari jasa lingkungan tersebut tentu saja tidak terjadi, agaimana prinsip-prisip dalam ilmu ekonomi. Akan tetapi sebagai suatu bentuk ggung jawab sosial, inisiatif manajemen perusahaan untuk melaksanakan CSR Ju dihargai (INDEF 2006). = — Banyak studi telah dilakukan tentang pasar jasa lingkungan hidup di Gionesia, sckitar 40% dari 84 studi kasus bethubungan dengan jasa Sonekaragaman hayati dari hutan, 21% dari jasa pengaturan tata air oleh DAS, dari penambatan karbon dan 21% dari keindahan alam atau alam laut yyanto dkk 2004 diacu dalam INDEF 2006). Mekanisme kompensasi jasa lingkungan yang melibatkan masyarakat 2 lesaan paling besar kemungkinannya untuk berhasil jika ”pembentukan pasar” i Fl i @ g & 5 F | a 4 5 : & E r . Hal ini terjadi karena terdapat biaya transaksi yang cukup tinggi dalam sanakan mekanisme transfer jasa lingkungan di tingkat rumah tanga, alipun hal itu tidak dalam bentuk uang cash (Arifin 2006 dalam INDEF 2006) Pasar jasa lingkungan di Indonesia dan di beberapa negara berkembang Gofog Seneca BF di dunia memang masih baru sehingga memerlukan suatu upaya serius untuk adesiminasi dan mengkampanyekan secara sistematis dan berkesinambungan, bagai mekanisme kompensasi dari pembeli kepada penjual jasa lingkungan up harus terus-menerus dikembangkan, baik dalam bentuk uang cash, ghargaan khusus berupa pemberian kepastian usaina kepada para penyedia jasa Jkungan tersebut, pembangunan infrastruktur fisik dan non fisik atau segala Satu yang baik sesuai dengan krteria dan sazaran rang jelas. Ny 106 f i i i i KKL adalah kawasan pesisir, pulau-pulau kecil dan atau laut dengan ciri 5 tertentu, yang dikelola untuk memelihara dan meningkatkan kualitas nekaragaman hayati dan nilainya dengan tetap mempertimbangkan aspek anfaatan yang berkelanjutan, atau dengan pengertian lain merupakan suatu AyssaAiun feshyhou6' z 1pdan6uad "q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNPUIIG DIdID HOH 23 ah di laut yang ditetapkan untuk melestarikan sumberdaya pesisir dan laut gan pembagian zonasi sesuai dengan tingkat pemanfaatannya, Menurut IUCN (03) kawasan konservasi laut secara umum dapat memberikan empat manfaat ar, yaitu : Mendukung pengelolaan stok, melalui : + Perlindungan tingkat kehidupan spesifik (nusery ground) © * Petlindungan fungsi-fumgsi penting (Feeding ground, spawning z ground) : & © Perlindungan bagi spill over spesies yang dieksploitasi S © Penyediaan pusat penyebaran suplay larva bagi perikanan = ‘Meningkatkan outcomes sosial ekonomi bagi komunitas lokal B Mendukung stabilitas perikanan, dan & Penyeimbang ekologi : - rade off bagi dampak ekosistem, pemahaman yang 2 lebih baik atas dampak pilihan ‘Menurut Purwanto (2003) secara ekologis tropis sistem kepulauan mH vasan Konservasi Laut (KKL) mempunyai daya tampung yang sangat tinggi Shadap struktur biodiversitas habitat seperti : terumbu karang, mangrove, teluk, enBusd ¥ Guana, estuaria, pesisi ltoral, padang lamun, up-welling / daerah umbulan laut hg menjadi penopang sumberdaya ikan dan non ikan baik yang bernilai nomis tinggi serta mempunyai nilai pelayanan cukup besar terhadap wisata. Dengan demikian KKL mempunyai nilai konservasional, sebagai wakilan ekosistem perairan laut tropis. Pembentukan suatu kawasan konservasi laut harus dapat memberikan nilai bah bagi masyarakat sekitar sehingga partisipasi masyarakat dapat menjadi ndung tethadap dampak negatif kawasan, Beberapa penelitian telah dilakukan akawasan konservasi laut seperti: Alder etal (2002) yang mencatat dalam ‘Golitian mereka bahwa telah teyjadi peningkatan biomass, kelimpahan atau lversitas ikan pada kawasan konservasi laut. Penelitian lain juga menyebutkan ‘Quy telah terjadi peningkatan ukuran lobster di Leigh Marine Reserve (New Diand) dimana didalam kawasan konservasi laut ukuranya lebih besar di sfingkan diluar kawasan, (Kelly et al, 2002). Ayssaaiupy jesn z 1pdan6uad "q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 24 Penelitian mengenai nilai manfaat sosial ekonomi suatu kawasan sservasi laut telah dilakukan oleh Hariyadi (2004) di Taman Nasional yulauan Seribu, dengan menggunakan metode analisis MPAEM (Marine tected Area Evaluation Model), MCA (Multy Criteria Anlysis) dan valuasi nomi, disimpulkan bahwa berdasarkan semua metode penetapan kawasan servasi laut memberikan manfaat bagi masyarakat nelayan setempat. (putt WIOMSA (2004) menilai manfeat ekonomi suatu kawasan konservasi sti akan memberikan manfaat dalam hal.: + Munculnya mekanisme pembiayaan potensial dan insentif ekonomi untuk pengelolaan kawasan Tambahan penerimaan dari beneficiers (pemanfaat) guna perbaikan lingkungan Perpaduan urusan bisnis dan ekonomi ke dalam perencanaan dan praktek da} uni ed}0 > Pe + Terestimasinya nilai manfaat ekonomi KKL baik yang berupa barang = maupun jasa yvasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) adalah kawasan konservasi laut yang Gada didalam wilayah kewenangan pemerintah dacrah dan ditetapkan serta TFelola oleh daerah mulai dari tahap perencanaan, penctapan, pengeiolaan serta itoring dan evaluasi. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003, Kawasan Konservasi t Daerah (KKLD) terdiri dari: (a). Kawasan Konservasi Laut Propinsi, yaitu: aasan konservasi laut yang berada diwilayah propinsi dan atau lintas kabupaten 3 memiliki kepentingan dan nilai-nilai konservasi. (b). Kawasan Konservasi yt Kabupaten/Kots, yaitu: kawasan konservasi laut yang berada diwilayah Qupaten/kota dan atau lintas desa yang memiliki kepentingan dan nilai-nilai ‘Oyservasi. ». Prinsip pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD). Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan,2003, dalam mengelola asan konservasi laut daerah ada beberapa prinsip yang harus dipertimbangkan gai berikut: AUSIOAIUA [eanz{NoWBYy 4 25 z Bersifat Adaptif. Pengelolaan harus adaptif terhadap perubahan dan informasi baru, dan juge mampu memperbaiki performa pengelolaan selama penilaian berjalan. Berkelanjutan. Semua kegiatan dan upaya-upaya pemanfaatan dilaksanakan berdasarkan pada azas berkelanjutan dan ekologis. (©Menegunakan pendekatan ekosistem, =Pengelolaan ekosistim menitikberatkan pada pengelolaan dan integritas 1pdan6uad 'q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L SuppUN-BuDPUN !BuNPUIIG DIdID HOH 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLU UO UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop ockologis dari suatu ekosistem secara kescluruhan dengan tetap 5 mempertimbangkan aspek pemanfastan, Fe ‘=Manfaat Ganda. a SPengelotaan harus dilengkapi dengan suatu proses atau kerangka kerja yang fina ynany Pengelolaan bersama diperlukan untuk mengimplementasikan praktek terbaik vendekatan-pendekatan dalam perencanaan laut (uo6og ueuens, z & 3 Zz i untuk Sumberdaya dan WIP Fauzi (2004) mengemukakan bahwa pengertian nilai atau value, susnya yang menyarigkut barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya a dan lingkungan memang bisa berbeda jika dipandang dari berbagai disiplin 1. Dari sisi ekologi, misalnya nilai dari hutan mangrove bisa berarti pentingnya an mangrove sebagai tempat reproduksi spesies ikan tertentu atau untuk fungsi 3 2 3 3 z 2 ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu i 3 i gz a 2 3 i 3 3 F Bi {losis lainnya. Dari sudut pandang teknis hutan mangrove merupakan wateri ‘Qak yang dapat mencegah banjir atau intrusi air laut, Perbedaan mengenai ‘nsepsi nilai tersebut tentu saja akan menyulitkan pemahaman mengenai vystingnya suatu ekosistem, oleh sebab itu diperlukan suatu persepsi yang sama {Quik penilaian ekosistem tersebut. jan ekonomi sumberdaya dapat dilakukan melalui endekatan yaitu pendekatan Jangsung dan pendckatan tidak langsung (Pearce Umumnya metode peni “yoyosow mons uonojul Moran 1999). Pendekatan langsung mencakup teknik memperoleh nilai AyssaAiun |eanyjno: z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fy ypuny ‘edu; undodo ymuag Wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul NOW UD|Boqas diyNBueWs BUDD} “L Suppun-BuDPUN !GuNpUIIG DIdID HOH 26 ara langsung dengan menggunakan percobaan dan surveil. Teknik survei nggunakan kuisioner terdiri dari 2 tipe yaitu perolehan ranking dan nilai, upa keinginan untuk membayar dan kesediaan untuk menerima kompensasi. ai adalah persepsi dari manusia dimana itu diberikan khusus oleh manusia pada itu dan tempat tertentu. Kegunaan, kepuasan, dan kenikmatan merupakan kata ig diberikan kepada nilai yang telah diterima, Perhitungan nilai ini dilakukan is waktu, barang, dan uang dimana untuk proses atau penggunaan atau layanan yang telah diterima (Davis, 1987). Penilaian merupakan merupakan proses dalam mengkuantifikasi nilai vana didasarkan atas pandangan beberapa atau group manusia : atau dalam hal ifik ialah orang (decision makers) yang memiliki wewenang/ kemampuan am menilai suatu benda atau sering disebut sebagai appraiser. Dimana nilai itu dibagi dalam: (1) nilai pasar, merupakan nilai yang dibangun dipasar; nilai guna, merupakan nilai atas sesuatu barang yang diberikan oleh manusia; nilai-nilai sosial, merupakan nilai yang secara subjektif dibentuk oleh syarakat yang terdiri atas legislators, public administratros and citizen by cial election . Secara umum nilai ekonomi didefinisikan sebagai pengukuran jumlah (oBodtengey8a w@hsd) eal tg Bidyo ksimum seseorang ingin mengorbankan barang dan jasa untuk memperoleh ang dan jasa lainnya, Secara formal konsep ini disebut kemauan membayar zorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam dan ‘kungan.” Dengan menggunakan pengukuran ini nilai ckologis dapat rjemahkan ke dalam bahasa ekonomi dengan mengukur nilai moneter barang jasa, xy Pensdekatan barang dan jasa secara ekonomi biasanya melalui péndekatan ‘Ovi pasar yaitu berdasarkan kekuatan permintaan dan penawaran, Namun para ‘Overhati lingkungan dan juga para ahli ekonomi percaya bahwa sumberdaya sgn belum dapat dinilai secara memuaskan dalam perhitungan ekonomi. Masih (Goyak masalah-masalah penilaian yang terjadi atas barang dan jasa yang ‘Disitkan oleh sumberdaya alam tersebut, seperti manfaat terumbu karang, fadahan bawah laut dan sebaganya. Ayissaaiup jesn fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes nyo UojGOgas Yoruoqied\etW UDP UDYwNUINBUaL BUDO Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| adig YOH 27 Disisi lain pengukuran nilai ekonomi dapat juga dilakukan melalui igukuran willingness to accept (WTA) yaitu jumlah minimum pendapatan corang untuk mau menerima penurunan terhadap sesuatu, tetapi dalam Kteknya pengukuran nilai ekonomi WTP, lebih sering digunakan daripada "A, karena WTA bukan pengukurah berdasarkan insentif sehingga kurang tepat uk dijadikan studi yang berbasis perilaku manusia (Fauzi 2004), Dalam pengukuran WTP terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yaitu : #3 WTP tidak memiliki batas bawah yang negatif; (2) batas atas WTP tidak boleh ®lebihi pendapatan; (3) adanya konsistensi antara keacakan pendugaan dan Bacakan perhitungan. 2. Studi Terdahulu Penelitian mengenai Pembayaran Jasa Lingkungan belum banyak ikukan di Indonesia, khususnya mengenai Pembayaran Jasa Lingkungan sadap sumberdaya pesisir dan lautan. Oleh karena itu, penelitian ini meryjuk beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya pada beberapa s sumberdaya lainnya. Hal ini bertyjuan untuk memberikan pedoman dalam akukan penelitian ‘Adapun hasil penelitian yang menjadi rujukan adalah sebagai berikut: USAID (2007) dalam “Laporan studi PES untuk mengembangkan skema PES di DAS Deli, Sumatra Utara dan DAS Progo, Jawa Tengah” didapatkan hasil a o e 5 2 5, o 3 & 8 penelitian : 1) Pelaksanaan PES di Indonesia secara keseluruhan masih dalam tahap awal dan masih menunjukkan adanya keberagaman, hal ini sangat dimungkinkan karena skema PES sendiri dikembangkan dengan dasar sukarela (voluntary basis); 2) Meskipun demikian terdapat bebcrapa indikasi yang dapat digunakan sebagai landasan strategi dan kebijakan yang ‘© diperlukan, antara lain: a) Air sebagai komoditas utama yang ditransaksikan sppada umumnya dianggap penting oleh pembeli jasa karena diketahui telah (Q mengalami kelangkaan atau diantisipasi akan terjadi kelangkaan di kemudian Qharis b)Pihak penyedia pada umumnya individu dan kelompok petani yang -PNempunyai hutan tanaman dengan lokasi yang diindikasikan mempunyai jjDengaruh terhadap Kerusakan sumber air; ©) Mekanisme penetapan dan harga AyssoAiup ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z dgn6ued "¢ ABUL BUBIOIG adig YOH Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: py uosynued ‘uD} Fy 28 jasa lingkungan — dalam hal ini untuk setiap m3 air yang tersedia - pada umumnya belum diketahui;-d) Pembeli jasa lingkungan, khususnya air, dari kasus-kasus yang dipelajari meliputi swasta, PDAM, PLTA, dan Pemerintah Kota, sedangkan penyedia jasa yaitu petani yang melakukan rehabilitasi hutan dan lahan; e) Dalam pembelajaran ini tidak ditemukan adanya lembaga khusus yang menggerakkan berkembangnya skema PES, melainkan sangat tergantung pada berbagai proses atau inisiatif yang sebelumnya telah dilakukan; f) = Lembaga Swadaya Masyarakat maupun Pemda sama-sama mempunyai peran © dalam kasus-kasus yang diamati. Peran perguruan tinggi yang membantu menyusun skema kerjasama maupun landasan akademis pelaksanaan PES juga menentukan bergeraknya inisiatif ini; g) Adanya individu yang mempunyai 3 wawasan serta kewenangan dan kemauan yang bekerja di pemerintah dacrah menjadi penentu yang tidak dapat diabaikan, Namun, kondisi demikian ini 2 sekaligus menjadi kelemahan manakala individu-individu tersebut kemudian 2 dipindahkan lokasibekerjanya. 5 Meryna (2009) tentang Analisis Willingness To Pay Masyarakat Terhadap ® Pembayaran Jasa Lingkungan Mata Air Cirahab (Desa Cunig Goong, & Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten) yaitu dihasilkan 1) ~ Persentase responden yang bersedia untuk melakukan pembayaran jasa lingkungan sebesar 52 responden (63 persen). Faktor-faktor yang mempengaruhi kesediaan atau ketidaksediaan responden terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab adalah penilaian terhadap kualitas air, jarak rumah ke sumber air, dan jumlah kebutuhan air; 2) Nilai rataan WTP responden adalah Rp.101/KK/liter, untuk setiap kepala pkeluarga (KK) yang membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya © konservasi mata air Cirahab dan total nilai WTP adalah Rp. 83.835,00/liter; ©3) Nilai WTP tersebut dipemngaruhi olch penilaian kualitas air, jumlah Spkebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, dan rata-rata pendapatan rumah tangga; 4) Pemanfaatan jasa lingkungan mata ais Cirahab adalah 142.157 © iitertari atau sebanyak 51,887.05 liter/tahun yang dapat dihasilkan oleh 4,94 la lahan yang ditanami pohon penyerap air sehingga kualitas dan kuantitas {3} Mata air Cirahab dapat lestari; 5) Nilai potensial pemanfaatan jasa lingkungan AyssoAiup g a Jasa lingkungan mata air Cirahab lebih besar daripada biaya pemulihannya maka hal ini dapat mengurangi tingkat degradasi terhadap mata air Cirahab. mata air Cirahab adalah Rp. 5.240,617.805,00/tahun lebih besar dibandingkan dengan biaya pemulihan sebesar Rp. $44.758.500,00. Jika nilai potensial © Hak cipta milik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tuls ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: ‘a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiditzan, penelitian, penulisan karya ilmich, penyusunan laporan, penulisan kritit atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikan kepentingan yang wajar 2.Dilarang mengumumlan dan memperbanyak sebagian atau seluruh kerya tul ini dalam bentuk apapun tanpa izn PB. Ubyj6nv0W yopn fDy Ynunyes noyo ubI6Dqas YKuBqued\weLN UDP UDYWNUUNBUaLU BUDD Z “Ad] born 6uD6 uoBuRUedt ‘ai uz} dup} undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} “yoyosoUw nyons uono| adig YOH II. METODE PENELITIAN . Kerangka Pendekatan Studi. Pembentukan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Raja Ampat n berdampak terhadap peningkatan kebutuhan operasional untuk kegiatan aservasi, pengelolaan dan pengawasan. Penerapan pembayaran jasa lingkungan Damen for Environmental Services) kepada setiap pemanfast jasa lingkungan Serupakan salah satu terobosan dalam memenuhi kebutuhan pendanaan KKLD ‘ia Ampat. Selama ini kebutuban pendanaan KKLD Raja Ampat masih berasl pendonor yang dibawa oleh masing-masing LSM dan ditambah oleh Penerapan pembayaran jasa lingkungan akan diterapkan kepada pemanfaat slayan, dive operator, wisatawan lokal dan asing. Nelayan selama ini e ada setiap wisatawan baik asing maupun lokal, ketergantungan dive operator Shadap kelestarian lingkungan sangatlah besar, hal ini dikarenakan semakin ari KKLD Raja Ampat maka semakin mahal dan semakin banyak wisatawan g akan menggunakan jasa dive operator. Wisatawan lokal dan asing memanfaatkan jasa lingkungan dari KKLD a Ampat sebagai penenangan diri, mencari inspirasi dan sekaligus sebagai didikan. Keberadaan KKLD yang dalam kondisi lestari sangat dibutuhkan oleh 1 wisatawan lokal maupun asing. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh Gstawan baik lokal maupun asing seperti berjemur, berenang di pantai, (Qayelam, dan bermain dilaut dengan menggunakan peralatan seperti banana "Se, spead boad, dan memancing. i ‘Semua pemanfaat jasa lingkungan tadi nantinya akan diminta pendapatnya ang bagaimana kelestarian KKLD Raja Ampat dan sekaligus berapa keinginan Go pemanfaat jasa lingkungan untuk membayar atas jasa yang mereka ‘Sifaatkan (willingness o pay). Kemudian hasil kuesioner yang diajukan kepada AylssaAiun [es z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduueLU UO UDyLUNWNBUaLL BU. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 31 ‘ap pemanfaat jasa lingkungan (responden) akan dianalisis mengenai tingkat iditas dari data yang didapatkan. Kemudian dilakukan analisis perbandingan antara nilai total pembayaran 2 lingkungan dengan nilai kebutuhan biaya operational KKLD Raja Ampat, hal dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang akan diperoleh dari abayaran jasa lingkungan dapat mencukupi tethadap kebutuhan operasional .D Raja Ampat. Selanjutnya agar berjalannya mekanisme pembayaran jasa aekungan dilakukan kajian analisis Kelembagaan, yang bertujuan untuk S-ngetahui kelembagaan yang tepat. Agar terpenuhinya tujuan-tujuan dalam penelitian, maka secara sistematis idekatan masalah penelitian mengikuti alur kerangka pendekatan studi sebagai cut: 18 in 3 z o Konservas, i i butuhan Bi Pengelolaan, KKLD Raja Ampat 3 f sional Pengawasan Pemanfaat Jasa Lingkungan Wisatawan Wisatawan Dive Operator i Mancanegara Domestik ‘Analisis Faktor-Faktor yang "Analisis Faktor-Faktar yar ‘mempengaruhi Nilal WTP mempengarubi Niiai WTP Gobog uejueney impsi Total Nila PES dengan Biaya Operasional Analisis Kelembagaan PES Kebijakan Pengembangan PES di KKLD Raja Ampat Gambar 6. Kerangka Pendekatan Studi AylssaAiun |esnynoFGBy robe, ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 (De ynunjes nozo uojGoqas Yoruoquedwet UDP UDywnuuNBUaLU BuO: uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D OAD Ynunjos NEYO UDISOges diANBUaLH BUDIO}G *t Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, (om BUDA uDBuRUadad| unxJENLAUL YOpN UDdHANBUad “q yeuad ‘ur ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWuNyUODuEWI DduD} “yoyoso1w myons uono{uR NEW eA UDsNUEd “uBJodo) UDUNENéuad “YyO}UH! BALDY UDs|NUed “U 32 . Tempat dan Waktu Peuelitian Penelitian ini dilakukan di Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Selat mpir Kabupaten Raja Ampat yang meliputi Distrik Waigeo Selatan, Distrik os Mansar. dan Distrik Selat Sagawin. Penelitian ini dilakukan pada bulan stember sampai dengan Oktober 2009. KONSERVASI LAUT DAERAH (QCKI-D) KABUPATEN RAJA AMPAT 5 & & E & i 5 & g BF Gambar 7. Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat B. Jenis Dan Sumber Data (© Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data under. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil & wancara langsung dengan responden melalui kuesioner berupa data umur, jenis amin, pendapatan, tingkat pendidikan, jarak, biaya operasional dan kesediaan ‘SSponden untuk membayar (WTP) terhadap jasa-jasa lingkungan di kawasan & LD. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini seperti Sabaran umum wilayah Kabupaten Raja Ampat, kondisi terumbu karang, fe. AyssoAiup fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| adig YOH 33 ‘rumen ekonomi dan kebijakan-kebjjakan mengenai pengelolaan Sumberdaya mdiperoleh dari instansipemerintah daerah seperti Bappeda, Dinas budayaan dan Pariwisata, Dinas kelautan dan Perikanan, dan pihak-pihak yang ibat dalam pengelolaan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Raja ‘pat, seperti Coremap, Cll dan TNC. Metode Pengambilan Sampel ‘= Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik venience sampling yaitu pengambilan responden yang mudah ditemui dan & mpunyai kemampuan sebagai responden (Nazir, 1988), dengan pertimbangan Zara sengaja rumah tangga mana yang menggunakan jasa lingkungan KKLD a Ampat untuk memenuhi kebutuban rumah tangganya. Responden nelayan ‘Smbil sebanyak 83 KK dari 825 KK yang berada di wilayah KKLD Kabupaten ia Ampat, responden dive operator sebanyak 4 orang, responden wisalawan Pal sebanyak 30 orang, dan responden wisatawan asing sebanyak 30 orang. @ Beers, >. Metode Analisis Data rt a yang diperolch dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan wlisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan gram Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 15.0. 1 Analisis Nilai WIP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan ‘Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP dengan aggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi (Hanley dan Spash, 1993) : ‘qoMembuat Pasar Hipotetik (Setting Up the Hypotetical Market) ie Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan ‘Quiran Raja Ampat yang memiliki jasa lingkungan sebagai penyedia baban Mpkanan dan jasa keindahan alam. Penurunan kualitas lingkungan yang {Quampak tethadap menurunnya jasa lingkungan yang dihasilkan akan §2ngurangi pendapatan nalayan dari hasil tangkapan ikan, sedangkan untuk (@Zatawan dan resort menurunnya kualitas lingkungan akan menurunkan q@jidahan lingkungan yang berfungsi sebagai tempat berlibur. Rusaknya AyssoAiup fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes nyo UojGOqas Yoruoqied\elW UDP UDYwNUNBUaL BUDD Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosnued ‘UD} 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| adig YOH 34 skungan dikarenakan ketidak pedulian semua pemanfaat jasa lingkungan tama dalam penyediaan dana untuk melakukan perawatan dan pengawasan kungan. Adanya instrument ekonomi yaitu melalui pembayaran jasa ‘kungan yang diperuntukkan sebagai pendanaan konservasi untuk mpertahankan Kualitas lingkungan yang baik. Penerapan pembayaran jasa ‘kungan tersebut akan dikenakan kepada pemanfaat jasa lingkungan yang cruntukkan untuk mempertahankan kelestarian lingkungan. Selanjutnya, pasar spotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenaio sega berikut: Bia pemanfaat jasa lingkungan di KKLD Raja Ampat yang sclama ini 2 idupannya bergantung pada kualitas lingkungan di Raja Ampat menginginkan suatu upaya konservasi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebingga kualitas ‘=:kungan tetap terjaga. Suatu saat nanti kualitas lingkungan akan menurun yang Siarenakan berbagai penyebab antara lain, pemanfaatan lingkungan yang tidak ‘Pah fingkungan, keterbatasan dana untuk tetap menjaga kualitas lingkungan Zip baik. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada kualitas Gekungan Raja Ampat yang merupakan penyedia perikanan, dan sekaligus S.agai objek wisata dengan species terumbu karang nomor 2 di dunia” at su (ofl Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi otetik mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya servasi_ untuk pelestarian KKLD Raja Ampat. Nilai pembayaran jasa -kungan yang akan diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai *P per KK per bulan untuk nelayan, dan untuk wisatawan adalah WTP per atawan per tahun, Kepada setiap responden akan ditanyakan apakah mereka ju atau menotak terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya (@ servasi yang akan diberlakukan. Alat survei yang digunakan adalah berupa 8 sioner yang memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya {ji mbayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi KKLD Raja Gpat dan bagaimana mekanisme pembayaran tersebut dilakukan. LU AyssaAiun |e.nyN9! ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z py uosynued ‘uD} 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| : 2 adig YOH = Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP (Obtaining Bids) Jika alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan wawancara gsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada clitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dichotomous choice yaitu aawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah ponden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh baikan Kualitas lingkungan melalui pembayaran jasa lingkungan. Metode ini ih memudahkan responden' memahami maksud dan tujuan dari penelitian anding dengan metode lain, Metode ini memudahkan pengklasifikasian oonden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan Zogan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan ‘Sskungan. * Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP (Calculating Average WIP) WTP; dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan qeluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WIP agi dengan rumus : ae DTP =—) WiPfi.... . RTP =~ > Wief a g nana : “FP = Dugaan rataan WTP = Nilai WTP ke-i = Frekuensi Relatif = Jumlah responden = Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan Memperkirakan Kurva WIP (Estimating Bid Curve) Pendugaan kurva akan dilakukan dengan mengunakan persamaan sebagai 660g g SP = £ (UM, JK, PDI PDT. JRK, BIO) . hana: .Q) Nilai WTP responden (Rp/orang) Umur responden (Tahun) = Jenis kelamin responden (L/P) AyssOAuA |BINHNS: Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA 8 3 i z 3 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yojosoUw nyors uon| ‘yequuns uozangeduat adig YOH 36 I= Tingkat pendidikan responden T = Rata-rata pendapatan rumah tanga (Rp/bulan) <= Jarak rumah ke lokasi pemanfeatan jasa lingkungan (Km) ) = Biaya operasional ke lokasi pemanfaatan jasalingkungan (Rp/trip) Menjumlahkan Data (Agregating Data) Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran onversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai gah WTP maka dapat di duga nilai WIP dari rumah tangga dengan #aggunakan rumus : = Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan Mengevaluasi Penggunaan CVM (Evaluating the CVM Exercise) Hal ini merupakan penilaian sejauh mana penggunaan CVM telah berhasil ‘a tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam gaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran ggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti agenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam ajawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang (Qumakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa {Bic permasalahan yang trjadi di asosiasikan dengan CVM. Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dapat dilihat tingkat (Qaadalan (reabitity) fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan De melihat nilai R? dari model OLS (Ordinary Least Square) WTP. 2 °P, = WIP individu sampel ke-i @ = Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WIP £ — =Jumlah sampel © =Jumlah popnlasi 8 3 Aylssaaiup jesny ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes nyo UojGoqas YoruoqiedwetW UDP UDYwNUNBUaL BUDO Z py uosynued ‘uD} ‘ny YAU UDsyUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “yo) “yoyosoUw nyons uono| ‘yequuns uozangeduat adig YOH 37 :2. Analisis Fungsi WIP Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang ‘mpengaruhi WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi jer berganda, Persamaan regresi besamya nilai WTP dalam penelitian ini adalah cagai berikut : TP = Bo + B1UM) + BaJKi + BsPDI+ BxPDT, + BoIRK; + PoBIO + &;........ (4) WIP Responden (Rp/satuan) = Intersep Bs = Koefisien regresi = Umur responden (Tahun) = Jenis kelamin responden (L/P) = Tingkat pendidikan responden = Rata-rata pendapatan rumah tangga (Rp/bulan) = Jarak rumah ke lokasi pemanfaatan jasa lingkungan (Km) = Biaya operasional ke lokasi pemanfaatan jasa lingkungan (Rp/trip) = Responden ke-i (i= 1, 2,...5 0) Gealat Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori dan observasi -sung di lokasi penelitian. Besamya nilai WTP penerima manfeat dipengaruhi faktor-faktor sebagai berikut : umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lah rata-rata pendapatan per bulan, jarak rumah ke lokasi pemanfaatan jasa ‘aungan, dan biaya oprasional untuk memanfaatkan jasa lingkungan, Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah umur, jenis Cimin, tingkat pendidikan, jumlah rata-rata pendapatan per bulan, jarak rumah (Gokasi pemanfaatan jas lingkungan, dan biaya oprasional untuk memanfeatkan tingkungan, Interpretasi umur adalah semakin tua umur responden maka (Rea akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang tinggi. Interpretasi jenis kelamin adalah bahwa laki-laki memberikan nilai nilai diaan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan karena laki-laki merupakan (060g usivedda nsu) dal AyssaAiun |e1AyN9! Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes nyo UojGOqas YoruoqiediwelW UDP UDYwNUNBUaL BUOIO}IQ Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA 8 3 z 3 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| ‘yequuns uozangeduat adig YOH - 38 is kelamin yang rata-rata mencari nafkah. Interpretasi Pendidikan adalah nakin tinggi pendidikan seseorang maka diduga akan mempengaruhi responden ‘am memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi rata-rata pendapatan adalah semakin tinggi rata-rata vdapatan responden maka diduga akan mempengaruhi nilai kesediaan yang ih tinggi. Interpretasi jarak rumah ke lokasi pemanfaatan jasa adalah semakin cat jarak rumah ke sumber air maka diduga akan mempengaruhi responden On memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi biaya oprasional S:lah semakin rendah biaya oprasional responden dalam memanfaatkan jasa 5 skungan maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai diaan yang lebih tinggi. Pengujian Parameter igujian secara statistik perlu dilakukan untuk memeriksa kebaikan suatu Jel yang telah dibuat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Uji Keandalan 5 3 3 S 2 5 & 8 & 8 Uji ini dilakukan dalam pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya pelaksanaan M dilihat berdasarkan nilai Koefisien determinasi (R?) dari OLS (Ordinary xt Square) WTP. Nilai R? lebih rendah dari 0,15 dapat dikatakan tidak reliable. ingkan nilai R’ yang tinggi dapat menunjukan tingkat realibilitas penggunaan M. 2, Uji Statistik ¢ Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing \ sbelnya (Xi) mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat (Y;) sebagai Zabel tidak bebas prosedur pengujiannya (Ramanathan, 1997) adalah sebagai ut =. Bi = 0 atau variabel bebas (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap variabel BY &: 2 Ss s AyssaAiup |esny ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: 8 q z 3 ‘yojOs0W nyONs UoNo{UR NEW eA UDs|NUEd “uDJodo UDUNENéuad “Yo ‘yequuns uoyngesuat 7 : Bi # 0 atau variabel bebas (X;) berpengaruh nyata terhadap variabel tidak asnya (Yi) thie «oxy > tabel, maka Ho diterima, artinya variabel (Xi) tidak berpengaruh ta terhadap (Yi) (tx one) < tabel, maka Ho ditolak, artinya variabel (Xi) berpengaruh nyata 3. Uji Statistik F = — Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel (Xi) secara @sama-sama terhadap variabel tidak bebasnya (Yi) Prosedur pengujiannya manathan, 1997) antara lain : =Bi=B2=...=Pe=0 iabel bebas (Xi) secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel B= Bim Bam ...= Pt 0 riabel bebas (Xi) secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak asnya (Yi) 2 IKK Mk-V) JIKGIK(n-1) ana : <= Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom 3 =Jumlah kuadrat galat 2 =sJumiah sampet (Q = Jumiah peubah a Fut < Faix maka Ho diterima, artinya variabel (Xi) secara serentak tidak é&pengaruh nyata tethadap (VY) 3 Fru > Faxes maka Ho ditolak, artinya variabel (Xj) secara serentak SS:pengaruh nyata terhadap (Yi). Aylssaaiupy jesn ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z py uosynued ‘uD} i i “yoyosoUw nyons uono| ‘yequuns uozangeduat adig YOH 4, Uji Multikotinear (multicollineartty) Dalam model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi salah multicollinearity, yaitu terjadi kolerasi yang kuat antar variabel-variabel ‘asnya, Untuk mendeteksi adanya multicallinearty dalam sebuah model dapat kukan dengan membandingkan besamya koefisien determinasi (R?) dengan fisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (7). Untuk hal ini dapat uat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebasnya. = Multicollinearity dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila 5 fisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai Fefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara Zpultan, Namun mutticollinearity dianggap sebagai masalah serius jika koefisien iz erminasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai @fisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara 3 wultan, atau secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut : Si> Rh, E salah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana Sobila VIF < 10 maka tidak ada masalah multicollinearity. fiobog’ 5, Uji Heteroskedastisitas Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah roskedastisitas, yaitu ragam galat Konstan dalam setiap amatan, Pelanggaran ; asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi nya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti ¢ disarankan oleh Goldfeld dan Quandt dalam Ramanathan (1997), Langkah- zkah pengujian heteroskedastisitas dengan uji white heteroskedastisitas sebagai © kut : {G} : tidak ada heteroskedastisitas ‘{) : ada masalah heteroskedastisitas (lak Hp jika obs* R? > 2? ara atau probability obs* R?< a. Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot fik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar temnyata residual Ayssaaiuny jesnyjnou ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z py uosynued ‘uD} 3D HANH UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| : 2 zr a = 9 a 4 ayebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam del tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama. 6. Uji Kenormalan Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data 1 observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga stik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Jarque Bera {3/8m prosedur sebagai berikut : & = error term terdistribusi normal 1 = error term tidak terdistribusi normal ima Ho jika statistic J-B <4? atau jika diperoleh nilai probabilitas lebih Sar daria. Analisis Perbandingan Antara Nilai Potensial WIP dengan Biaya Operasional Analisis perbandingan antara nilai potensial WTP dengan biaya eIUe Hed IaRSU!) gi : i B z E ; a zg : 3 t E 2 i g i & | i eEnbayaran jasa lingkungan mampu memenuhi kebutuhan minimum biaya ‘Terasional dari keberadaan KKLD Raja Ampat. Analisis ini dilakukan secara kriptif dengan asumsi dasar yaitu bila nilai WTP potensial lebih besar dari 1a biaya operasional maka lingkungan yang ada dalam KKLD Raja Ampat at lestari, namun bila biaya potensial WIP yang ada lebih kecil dari biaya rasional KKLD Raja Ampat maka didapatkan bahwa harus adanya terobosan u terutama dalam meneari sumber alteratif dalam pendanaan KKLD Raja .pat, Karena dengan tidak sesuainya nilai PES potensial dengan biaya @prasional KKLD akan berakibat menurunnya kualitas lingkungan yang ada ‘Bearenakan kurangnya pendanaan untuk upaya konservasi. & Analisis Kelembagaan Pembayaran Jasa Lingkungan Analisis kelembagaan dilakukan dengan membandingkan kemungkinan etaksanaan PES dengan melalui berbagai mekanisme kelembagaan yang akan Fenjalankan PES, dengan mengkaji dari segi hukum, mekanisme PES yang jegnyno}. AyssoAiup ¢ eombaran kelembagaan yang tepat dalam melakukan pengelolaan dana efisien, keterlibatan stakeholders. Analisis ini dilakukan untuk memberikan ‘mekanisme PES yang efisien dan akuntabel. © Hak cipta mitik IPB (Institut Pertanian Bogor) Bogor Agricultural University Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tuls ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: «a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiditzan, peneltian, penulisan karya ilmich, penyusunan laporan, penulisan kritit atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2.Dilorang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh kaya tuls ini dalam bentuke opapun tanpa izin IPB. IV. KEADAAN UMUM PENELITIAN - Kepulauan Raja Ampat Kepulauan Raja Ampat terletak di jantung pusat segitiga karang dunia sral Triangle) dan merupakan pusat keanckaragaman hayati laut tropis terkaya dunia saat ini, Kepulauan ini berada di bagian paling barat pulau induk Papua, onesia, membentang di area seluas Kurang lebih 4,6 juta hektar. Raja Ampat miliki kekaysan dan keunikan spesies yang tinggi dengan ditemukannya 1.104 is ikan, 699 jenis moluska (hewan lunak) dan 537 jenis hewan karang. Tidak Baya jenis-jenis ikan, Raja Ampat juga kaya aksh keanekaragaman terumbu Zang, hamparan padang lamun, hutan mangrove, daa pantai tebing berbatu yang Zab. Potensi menarik lain adalah pengembangan usaha ckowisata dan wilayah & telah pula diusulkan sebagai Lokasi Warisan Dunia (World Herritage Site) Sh Pemerintah Indonesia. Namun demikian, karena perkembangan yang Iuar biasa dalam bidang Sytambangan dan perubahan kebijakan usaha penangkapan ikan ke arah Bionesia Timur oleh Pemerintah Indonesia, maka kawasan Raja Ampat juga Soat mengalami tekanan eksploitasi sumberdaya alam yang tinggi. Berdasarkan il penelitian, tekanan terhadap sumberdaya masih rendah, mengingat jumlah sduduk yang relatif masih rendah dan pembangunan yang masih belum terlalu kembang, Kalau tidak dikelola dengan baik maka kawasan Raja Ampat bisa ajadi sumber konflik dalam pemanfaatan sumberdayanya. Pada akhir tahun 2003, Raja Ampat dideklarasikan sebagai kabupaten u, berdasarkan UU No. 26 tentang Pembentukan Kabupaten Sarmi, Kabupaten Som, Kabupaten Sorong Selatan, dan Kabupaten Raja Ampat, tanggal 3 Mei (Qun 2002. Kabupaten Raja Ampat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten SSrong dan termasuk salah satu dari 14 kabupaten baru di Tanah Papua. Saat ini & oupaten Raja Ampat merupakan bagian dari Provinsi Irian Jaya Barat yang Siiliri dari 4 pulau besar yaitu Pulau Waigeo, Batanta, Salawati dan Misool, dan ‘ih dari 600 pulau-pulau kecil. Pusat pemerintahan berada di Waisai, Distrik adig YOH Ubyj6nv0W yopn ey co: fom BUD4 uDBunUed: fDy Ynunyes noyo ubI6Dqas YKuBqued\weLN UDP UDYWNUUNBUaLU BUDD Z py uosynued ‘uD} 1uey9, ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA Fy AyssaAiun |e1ny z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany g i 8 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, igeo Selatan, sekitar 36 mil dari Kota Sorong. Kepemerintahan di kabupaten baru berlangsung efektif pada tanggal 16 September 2005. Secara geografis, Raja Ampat berada pada koordinat 2°25°LU-4°25°LS & 1°-132°55"BT. Secara geockonomis dan geopolitis, Kepulauan Raja Ampat miiliki peranan penting sebagai wilayah yang berbatasan langsung dengan ayah luar negeri. Pulau Fani yang terletak di ujung paling utara dari rangkaian {Gols Raja Ampat,berbatasan langsung dengan Republik Pav. = >, Potensi Sumberdaya Pesisir Raja Ampat 3 —_Bkosistem dan sumberdaya alam pesisir merupakan suatu himpunan gral dari komponen hayati dan nir-hayati, yang secara fungsional berhubungan 31 sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu sistem yang dikenal ‘Srgan ekosistem atau sistem ekologi. Apabilaterjadi perubahan pada salah satu # kedua komponen tersebut maka akan dapat mempengaruhi keseluruhan sistem ue ada baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam S-cimbangannya. = Di dalam suatu ekosistem pesisit terjadi transformasi energi yang 2 angsung di antara kedua komponen dalam sistem tersebut maupun dengan Snponen-komponen dan sistem lainnya, Kelangsungan fungsi ekosistem sangat rentukan Kelestarian sumberdaya alam sebagai komponen yang terlibat dalam 2m tersebut. Karena itu untuk menjamin kelestarian sumberdaya alam, perlu sthatikan hubungan ekologis yang berlangsung di antara komponen-komponen iberdaya alam yang menyusun suatu sistem. Wilayah geografis Kabupaten Raja Ampat yang didominasi oleh laut dan 1 (£ 610 pulau) mengakibatkan bentuk dan tipe habitat pesisimya memiliki oS iktenistik yang Khas, unik, dan sangat beragam. Gambaran umum sebaran dan habitat ekosistem pesisir di Kabupaten Raja Ampat dapat diuraikan sebagai ze 5 “1 Terumbu Karang Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis. Terumbu karang apunyai arti yang sangat penting dan segi sosial ekonomi dan budaya karena AyssaAiun [ei yNdbyAcpH fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| adig YOH 4S pir sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir nggantungkan hidupnya dari perikanan laut dangkal. Mereka umumnya masth nggunakan cara-cara tradisional dan terbatas di daerah relatif dangkal yang umnya adalah daerah terumbu karang. Terumbu karang mempunyai berbagai fungsi antara lain sebagai gudang snekaragaman hayati biota-biota laut, tempat tinggal sementara atau tetap, pat mencari makan, berpijah, daerah asuhan, dan tempat berlindung bagi van faut lainnya. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat Flangsungnya siktus biologi, kimiawi dan fisik secara global yang mempunyai ‘Berkat produktivitas yang sangat tinggi. Terumbu karang merupakan sumber Zan makanan langsung maupun tidak langsung dan sumber obat-obataf. ‘Grumbu karang sebagai pelindung pantai dan hempasan ombak dan sumber -<>ma bahan-bahan konstruksi. Di samping itu terumbu karang mempunyai nilai £ 1g penting sebagai pendukung dan penyedia bagi perikanan pantai termasuk di amnya sebagai penyedia lahan dan tempat budidaya berbagai hasil laut. ‘Prumbu karang juga dapat berfungsi sebagai dacrah rekreasi, baik rekreasi pantai apun rekreasi bawah laut lainnya dan tempat perlindungan berbagai biota F (Go8da feu Terumbu karang juga merupakan ckosistem lautan yang mempunyai duktivitas paling tinggi. Produktivitas primer di daerah terumbu karang sekitar kali lipat produktivitas primer di lautan terbuka daerah tropis. Luas daerah umbu karang hanya 0,1% luas permukaan planet bumi ini, Terumbu karang di oupaten Raja Ampat mempunyai peranan sangat penting bagi pengembangan abangunan di kabupaten ini karena sebagian besar luasan kabupaten terdiri dari dan diperkaya dengan sebaran pulau-pulau kecil. - Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem yang khas dan memiliki B duktifitas yang tinggi. Bersama-sama dengan ekosistem lamun dan mangrove, Thsistem ini merupakan 3 ekosistem pesisir yang khas untuk daerah tropis. Ekosistem terumbu karang di Kepulauan Raja Ampat terbentang di iaran dangkal di hampir semua pulau-pulau. Pada beberapa bagian terdapat ‘Song (sand backs) yang juga memiliki terumbu karang di sekelilingnya. Tipe ‘Scmbu yang terdapat di Kepulauan Raja Ampat umumnya berupa karang tepi BY AyssOAiun |e. Ubyj6nv0W yopn fom BUDK uDBunUed: fDy Ynunyes noyo ubI6Dqas YoKuBqued\weLN UDP UDYWNUUNBUaL BUDD Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} Fy adig YOH 46 nging reef), dengan kemiringan yang cukup curam. Selain itu terdapat juga tipe smbu cincin (atol) dan terumbu penghalang (barrier reef). Atol di Raja Ampat Japat di Kepulauan Ayau dan Kepulauan Asia, Fungsi terumbu karang antara Iain sebagai pelindung pantai dari ombang dan badai, merupakan sumber plasma nutfah dan keanekaragaman ati yang sangat diperlukan bagi industri pangan, bioteknologi, dan kesehatan ‘a merupakan habitat bagi berbagai ikan. Hasil penelitian dan lembaga-lembaga “smasional seperti kegiatan Marine RAP (Rapid Assessment Program) yang Zakukan olch Conservation International dan REA (Rapid Ecological Zressment) yang dilakukan oleh TNC dan WWE, menyatakan bahwa dh nekaragaman hayati tenumbu karang di Kepulauan Raja Ampat luar biasa dan spumnya dalam kondisi fisik yang baik. S — Kepulauan Raja Ampat memiliki terumbu karang yang indah dan sangat & a akan berbagai jenis ikan dan moluska. Berdasarkan hasil penclitian tercatat “9 jenis karang keras (Cl, TNC-WWF), 9 diantaranya adalah jenis baru dan 13 g is endemik. Jumlah ini merupakan 75% dan jumlah karang di dunia. Tercatat Sa 828 (Cl) dan 899 (TNC-WWF) jenis ikan karang sehingga Raja Ampat Getahui mempunyai 1.104 jenis ikan yang terdiri dari 91 famili. Diperkirakan Sais ikan ini dapat mencapai 1.346, berdasarkan kesinambungan genetik di ayah "kepala burung’, sehingga menjadikan kawasan ini menjadi kawasan ‘gan kekayaan jenis ikan karang tertinggi di dunia. Berdasarkan Indeks Kondisi ang (IKK), 60% terumbu karang dalam kondisi baik dan sangat baik. Di agian wilayah telah terjadi pengrusakan terumbu karang yang disebabkan oleh angkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan potasium. Di kawasan a Ampat juga ditemukan 699 jenis hewan lunak (jenis moluska) yang terdiri 530 siput-siputan (Gastropoda), 159 kerang-kerangan (bivalva), 2 phopoda, 5 cumi-cumian (Cephalopoda), dan 3 Chiton. Di Kepulauan Raja Ampat, umumnya terumbu karang tersebar di seluruh vasan. Terumbu karang yang terbesar terdapat di Distrik Waigeo Barat, ‘igeo Selatan, Ayau, Samate, dan Misool Timur Selatan. outan bagian wilayah dari pulau papua yang hanipir menyérupai kepala burung. AsJBAUA peunynNguBy 1dhGg fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA foe uosnued “UD} 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| adig YOH 47 Terumbu karang adalah ekosistem khas daerah tropis. Tecumbu karang mpunyai arti yang sangat penting dan segi sosial ekonomi dan budaya kanena apic sepertiga penduduk Indonesia yang tinggal di daerah pesisir aggantungkan hidupnya dan perikanan laut dangkal. Mereka umumnya masih aggunakan caracara tradisional dan terbatas di dacrah relatif dangkal yang umnya adalah daerah terumbu karang. ‘Ada empat tipe terumbu karang di kawasan perairan Kabupaten Raja ‘P'pat, yaitu: terumbu karang tepi (fringing reef), terumbu karang penghalang rier reel), taka dan gosong (patch reel), dan kanang cincin (ofol). Ada dua | terumbu karang tepi, yang mengelilingi baik pulau induk maupun pulau-pulau Sar, yaitu terumbu karang tepi dengan kemiringan yang landai dan terumbu ang tepi dengan kemiringan yang terjal. = Kabupaten Raja Ampat yang terdiri dan bentangan 4 pulau besar (Batanta, Zawati, Waigeo, dan Misool) memiliki keanekaragaman terumbu yang Sjvaniasi dan juga memiliki keunikan tersenditi. Di beberapa tempat, terumbu dng didominasi oleh jenis karang tertentu, sebaliknya di daerah lainnya Berdasarkan hasih penelitian Marine RAP dan REA yang dilakukan Cl, > dan WWF tahun 2001 dan 2002, tercatat sebanyak 537 species karang batu, vakili 76 genus dan 19 famili. Dan jumlah spesies ini tendapat 295 species 3 tengolong dalam 67 genus dan 15 famili, merupakan karang keras :ractinia). Kondisi keanekaragaman ini diinventarisasi_ sampai pada ilaman 34 meter di lebih dari 100 lokasi survei. Hasil marine RAP dan REA menggambarkan bahwa keanekaragaman terumbu karang di Kabupaten Raja Boat tertinggi ditemukan di areal perairan Misool, di sebelah utara Pulau Djam, i san jumlah spesies sebanyak 182. Keanekaragaman terendah ditemukan di TViran Selat antana P. Gam dengan P. Waigeo dengan jumlah species 18. iEy'asarkan tipe habitatnya, keanekaragaman hayati tertinggi ditemukan pada Anbu karang tipe fringing reefs dengan jumlah rata-rata spesies yang Sesaukan sebanyak 86 spesies, diikuti oleh platform reefs, 80, dan sheltered reefs Svan jumlah spesies rata-rata 67 (McKenna, dkk., 2002). AyssOAiuN |e, z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1 YUE UDs| ued “uDJodo) UOUNsNsuad “YyO}UN! D&BDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWuNyUODuEWI DduD} ‘Ada 10 lokasi yang memiliki kekayaan spesies tinggi. Kekayaan tentinggi >mukan di sebelah utara Pulau Djam dengan jumlah 182 spesies, diikuti Teluk mbong dengan jumah 174 spesies Kesepuluh lokasi yang memiliki jumlah sies tertinggi tersaji pada Tabel-1 berikut ini, yel 1. Sepuluh Lokasi Keanckaragaman Terumbu Karang Tertinggt No Lokasi ‘Total Spesies 1 Sebelah utara Pulau Djam; Misoot 182 ©? Teluk Wambong; Kofiau 174 3 Tanjung Sool; Kofiau 173 z 4 Jef Bi; Misool 169 aS Seelah selatan Walo; Kofiau 169 = 6 Los; Misool 168 a 7 Masemta; Misool 164 m Sebelah selatan Pulau Ouoy 163 a 9 Teluk Fofak; Waigeo 163 B10 Selatan Pulau Tiga; Misool 161 ‘ber: TNC-WWF, 2003. Berdasarkan survei marine RAP pada tahun 2001, prosentase tutupan ang hidup tertinggi terdapat di Pulau Keruo, sebelah utara Fam, yang mencapai 4, diikuti Teluk Saripa yang mencapai 52%. Sedangkan berdasarkan survei = & 5 2A pada tahun 2002, prosentase tutupan karang hidup tertinggi terdapat di olah selatan Pulau Kawe yang mencapai 70%, diikuti sebelah utara Djam dan 3stah barat Pulau Boni yang mencapai 65%. vel 2, Prosentase Tutupan Terumbu Karang > 50% Nama Distrik Nama Lokasi Prosentase Tutupan (%) fiau “Terumbu karang Pulau Mangimangi 70 Pulau Estolobi 50, 00 Pulau Salafen 30 Salawati Selatan 50 ‘geo Selatan Palau Bon 60 Pulau Arborek 50 nate Pulau di depan Samate 50 w Kampung Arborek 50 3 Depan kampung Samate 50 Riigeo Timur Pulau Mamyayet 68 © Pulau Waim 50 Rrigeo Barat Pulau Beo, Selpele 50 Pulau Ayil 30 Selpele 50 Wayum 50 vulauan Ayu Kabare 50 Yau-Yau 50 Yenkawir 50 ‘geo Utara Yam-Yam 30 Lam-Lam 50. ver: Konsorsium Atlas Raja Ampat, 2006, AysssAiun [Burnaby Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| : 2 adig YOH 49 Dari Tabel-2 di atas terlihat bahwa terumbu karang di Distrik Kofiau susnya di perairan Mangimangi memiliki persen tutupan karang mencapai é diikuti oleh terumbu karang di Waigeo Timur terutama di perairan Pulau nyayet, selanjutnya terumbu karang di Distrik Waigeo Selatan khususnya di siran Pulau Bun memiliki persen tutupan karang sebesar 60%. Sedangkan mbu karang di Distrik Waigeo Barat dan Distrik Misool rata-rata memiliki ven tutupan karang batu: hidup sebesar 50%, Perbedaan prosentase tutupan ini ‘Guuga karena terjadinya pengrusakan baik karena ulah manusia maupun pengaruh iat berupa gempa dan perubahan suhu perairan. Dominasi_spesies terumbu karang di perairan Raja Ampat cukup ariasi di tiap lokasi, tetapi pada lokasi-lokasi tertentu ada jenis spesies tertentu #33 sangat mendominasi. Hasil survei Marine RAP yang dilakukan CI tahun jus ead 3 i i : q a i i 3 2. g 1. Ampat. (JoBog uewueyed hninsup Juratan Jents OL OFE AS So fe {Genus vet: Cl, Marine RAP Raja Ampat, 2002 Gambar 8. Jumlah Jenis Terumbu Karang per Genus Berdasarkan Gambar-8 didapatkan bahwa genus Acropora mendominansi x pir seluruh perairan Kabupaten Raja Ampat dengan jumlah jenis sebanyak 68 {2:, diikuti oleh genus Montipora (30 Jenis), Porites (13 jenis), Fungia (11 £5), Povona (11 jenis), Leptoseris (8 jenis), Psammocora (7 jenis), dan berturut- (0): dan Astreopora sampai Platigyra sebanyak 6 jenis. By 1060qg AyssoAiup 50 1.1. Kerusakan Terumbu Karang Dewasa ini terumbu karang telah mengalarni degradasi yang cukup nyata bat meningkatnya aktivitas manusia, Kerusakan terumbu karang, umumnya zbabkan oleh penggunaan bahan peledak dan racun untuk mencari ikan, Selain terumbu karang juga bisa rusak karena peningkatan Iaju sedimentasi akibat si, pengambilan karang untuk bahan bangunan, berjalan-jalan di alas karang, mencungkil-cungkil karang untuk mengambil biota tertentu. Aktivitas “iwisata yang tinggi tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan juga dapat adig YOH Kerusakan karang di perairan Kabupaten Raja Ampat umumnya babkan karena penggunaan bom untuk mencari ikan, Kerusakan yang cukup aah akibat penggunaan bom terjadi pada terumbu karang hampir di semua seasi terumbu karang kecuali di perairan Pulau Gemin dan Yensawai. Pada rah-daerah dengan tecumbu karang rusak, pecahan-pecahan kacang bercabang pak berserakan. Pecahan-pecahan karang dengan ukuran kecil-kecil ini bisa ighalangi pertumbuhan karang baru, mengingat bahwa larva karang nbutuhkan substrat yang kokoh untuk menempelkan diri. Penggunaan bom untuk mencari ikan, hingga saat ini masih terus -Sangsung. Nelayan-nelayan yang menggunakan bom umumnya berasal dan luar uupaten Raja Ampat dan biasanya pengguna bom berasal dari Sorong. Mereka uk kawasan tanpa ijin dari Dinas Perikanan Kabupaten Raja Ampat, usakan terumbu karang akibat penggunaan racun juga tenjadi, Di beberapa si dijumpai karang yang mengalami bleaching (pemutihan) akibat ygunaan Potasium Sianida. Di Kepulauan Raja Ampat terdapat beberapa kondisi terumbu karang yang Br akibat penggunaan dan bahan perusak lainnya. Kerusakan ini telah 1 gakibatkan terganggunya siklus ekosistem terutama kehidupan berbagai jenis (Ga laut yang berasosiasi dengan terumbu karang. Kerusakan ini iuga telah (@yghilangkan fungsi estetika dan komunitas terumbu terutama untuk kegiatan fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z py uosynued ‘uD} ofog dbiuaied inipsujha ‘ai uz] dup} undodo ymquag WuOpOP fA 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| Aylssaaiuy jesnynsu Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: fDy Ynunyes noyo ubI6Dqas YKuBqued\weLN UDP UDYWNUUNBUaLU BUDD Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} Fy adig YOH St 2 Than Karang Perairan Kepulauan Raja Ampat mengandung keanekaragaman jenis ikan g tinggi. Conservation International (CI) menemukan 828 jenis ikan selama vei ketautan pada tahun 2001. The Nature Conservancy (TNC) bersama WWF um studi ekologi secara cepat pada tahun 2002 menjumpai 899 jenis. Secara sluruhan Raja Ampat diketahui mempunyai 1.104 jenis ikan yang terdiri dari ‘amili. = Dacrah Raja Ampat yang mempunyai keanekaragaman ikan karang yang Zoi adalah Selat Dampier yang terletak di utara Pulau Batanta dan selatan Pulau Figeo - Gam, perairan di sebelah barat Pulau Waigeo, yaitu Teluk Aljui, Pulau 2yag dan Pulau Sayang, perairan Kofiau, perairan Misool Timur Selatan dan ‘igco Timur. Dacrah-daerah tersebut tercatat memiliki jenis ikan lebih dan 200 sampai 130°42° BT dan 0°48’ LS sampai 0°56" LS, Bentuk wilayah Cagar n Pulau Batanta Barat dan daerah pantai selatan datar sampai berombak, ke a membentuk bukit-bukit sampai bergunung. Bukit-bukit berbatu pada sebelah a kawasan membujur dan timur ke barat. Kondisi tutupan lahan di kawasan ini ih didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer. Kawasan ini merupakan habitat dari beberapa satwa yang dilindungi ra lain Cendrawasih, Kakatua Jambul Kuning, Kasuari, Kakatua Raja, dan {Bi Menah Kepala Hitam, Disamping itu, kawasan ini merupakan daerah migrasi joBog GeluByeg sngysul) gammy exe “4. Cagar Alam Pulau Salawati Utara Kawasan hutan Cagar Alam Pulau Salawati Utara pertama kali ditetapkan tlui SK Menteri Pertanian Nomor: 14/KPTS/UM/1982 tanggal 4 januari 1982. AYsJOAIUA JeNyNQUByH z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!BNIALL Yop) yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuRuedey ymuN EfUBY uBdANBUad ‘D 1 ypu UOs|INUEd “uDJodo| UDUNsNéuad “YyoIU! D4UDH, UDS|NUe “U “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, anjutnya kawasan ini ditetapkan kembali melalui SK Menhut No 19/Menhut-V1/1996, tanggal 31 Desember 1996. Luas semula dari-kawasan ini lah sebesar 62.961,96 Ha. Namun setelah dilakukan penataan batas oleh Sub shut Manokwari tahun 2000 luas definitit kawasan ini menjadi 58.411,26 Ha. CCagar Alam Pulau Salawati Utara secara geografis terletak antara 130°09" sampal 131°03* BT dan 0°54" LS sampai 1°10” LS. Topografi lapangan pada umnya datar, pada bagian tengah kawasan berbukit-bukit membujur dari timur | barat, Sungai-sungai yang mengalir di kawasan ini relatif kecil dan pendek- eodek. Cagar Alam Pulau Salawati Utara merupakan habitat bagi beberapa flora fauna. Di kawasan ini terdapat beberapa satwa yang dilindungi seperti adnawasih (Paradisaea sp.), Nuri Kepala Hitam (Lorius domicella), Kakatua bul Kuning (Cacatua galerta triton), dan beberapa jenis kupu-kupu. dP isu e3d193 5. Cagar Alam Pulau Misool Selatan Kawasan hutan Cagar Alam Pulau Misool Selatan ditunjuk berdasarkan at Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 761/Kpts/Um/10/1982 tanggal 12 ober 1982 dengan Iuas secara definitif sebesar 111.476 Ha, Cagar Alam Pulau Misool Selatan secara geografis terletak antara 129°44” pai 130°25° BT dan 1°30” sampai 2°04 LS. Pada umumnya topografi vasan ini datar sampai bergelombang, berbukit-bukit dan berbatu memanjang barat ke timur dan berada di tengah pulau. Kondisi tutupan lahan di kawasan ar alam ini masih didominasi oleh Hutan Lahan Kering Primer. Dan kawasan mengalir sungai-sungai antara lain: Sungai Kasim di bagian utara dan Sungai ata di bagian selatan. © Dalam kawasan ini telah tercatat 159 jenis burung, termasuk di antaranya 2 8 2 Bi 3 & & 8 ‘Gonis burung cenderawasih, beberapa jenis mamalia, dan sejenis kalelawar. Glam kawasan ini juga terdapat beberapa satwa yang dilindungiyaitu: Sebagian responden yang masuk dalam survei adalah laki-laki yaitu {Qiumiah 81 orang (97,59 persen), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan e umiah 2 orang (2,41 persen). Dominasi responden laki-laki dikarenakan pada GEimnya kepala keluarga (pengambil keputusan) dalam suafu rumah tanga AyssOAiun [es z 1pdan6uad "q 1090 uD|Boqes YoKUOGedUaLH Yop UDYUNLUNBUaLE BU. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop 3 i i foe yn ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yruad ‘us ‘daqluns UDeNqehualU UDP UDyWINyUDDUELY OdUD} f 18 nue UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoIU! BALE, “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L 3 OfIDy Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, Jah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei, i-laki lebih berperan, 2 Tingkat Usia Responden Nelayan Tingkat usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia tahun sampai 60 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia 32 tahun, yaitu berjumlah 22 orang (27 persen) dan pada sebaran usia 19-25 Quo yaitu berjumlah 9 orang (11 persen). Responden yang berusia antara selang 39 tahun, yaitu berjumiah 15 orang (18 persen), responden yang berusia 40-46 ‘Gun, yaitu berjumlah 18 orang (22 persen), responden yang berusia 47-53 tahun, iu berjumlah 13 orang (16 persen), dan responden yang berusia 54-60 tahun, 1u berjumlah 6 orang (7 persen). Tingkat usia seseorang mencerminkan tingkat Siewasaan orang tersebut dalam mengambil keputusan/tindakan mengenai hal- = yang berhubungan dengan dirinya. Perbandingan distribusi usia responden Slayan di KKLD Raja Ampat tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar-9, Sion 1 m5% + = 3 ‘S Som | 15% 49:25 tahur 2632 tahun 33-39.tahlin- 40-46 : Data Primer Diolah (2009) © Gambar 9. Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009 ‘ingkat Pendidikan Formal Terakhir Responden Nelayan Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi mulai dari sekolah dasar pai ke jenjang perguruan tinggi. Sebanyak 49 orang responden (59 persen) atkan pendidikannya sampai sekolah dasar, sejumlah 15 orang responden Ayssaaiun |eangnouby 4 5 67 persen) tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sejumlah 17 orang pon (20 persen) tamatan sekolah Menengah Atas (SMA), sejumlah 1 orang ponden (1 persen) menamatkan pendidikannya sampai tingkat diploma, dan anyak 1 orang responden (1 persen) menamatkan pendidikannya sampai jang sarjana, Perbandingan persentase tingkat pendidikan terakhir responden 1pdan6uad "q 8 a 3 2 : Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, eI 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop foe yn ‘ber : Data Primer Diolah (2009) (ofog ueruensa INSU gar NTU eres HEH, Gambar 10. Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} 4 Rata-rata Pendapatan ‘odup; undodo ymueg wuoyop 1 Tingkat rata-rata pendapatan nelayan di KKLD Raja Ampat tergolong Jah Karena mayoritas rata-ratapendapatan responden adalah sebesar $200.000,00/bulan. Rata-rata pendapatan nelayan yang berada pada level (Rp. 12).000,00- Rp.500.000,00) sebanyak 51 responden (61 persen), pada level & .500.001,00 — Rp.1.000.000,00) sebanyak 27 responden (33 persen), pada gel (Rp.1.000.001,00 - Rp.1.500.000,00) sebanyak 4 responden (5 persen), ‘Qungkan pada level (Rp.1.500.001,00 — Rp.2.000.000,00) sebanyak 1 responden Qhersen), Berikut persentase rata-rata pendapatan rumah responden nelayan di ELD Raja Ampat Tahun 2009 pada dilihat pada Gambar-11. 2 1 ypu UOs|INUEd “uDJodo| UDUNsNéuad “YyoIU! D4UDH, UDS|NUe “U “yoyosow mons uonojul AyssOAiun [es Buin 2 é i : yeuad ‘uodypipued uosuguaday) yrqun AUDY UBdaANBUad “O ‘daqluns UDeNqehualU UDP UDyWINyUDDUELY OdUD} f ‘edu; undodo ymuag wojop 2 18 nue UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoIU! BALE, {yp|psoU nypns uoNo( Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 68 = 20000-50000 = 500001-1000000 ‘@ 1000001-1500000 1 1500001-2000000 aber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 11 Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tiugkat Pendapatan Tahun 2009 aS) 5 Jarak Melaut Responden Nelayan Jarak melaut nelayan berdasarkan distribusi responden nelayan adalah uh 3 km sebanyak 54 responden (65 persen) dan sejauh 4 km sebanyak 29 vonden (35 persen). Jarak melaut responden ditentukan oleh biaya yang sluarkan pada saat melaut dan effort dari kegiatan melaut tersebut. fofea Beuiued ype Soandingan persentase jumlah responden sesuai dengan jumlah tanggungan ing-masing dapat dilihat pada Gambar-12. - ver : Data Primer Diolah (2009) Gambar 12. Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Jarak Melaut AylssaAiun |einy|nduby 1ob0g fom BUD4 uDBunUEd: (De Ynunjes nyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwnUNBUAL BUDO Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA py uosynued ‘uD} ‘yequuns uozangeduat ‘yojesOW nyONs UoNo{UR NEW yA UOs|NUEd “uDJodo) UDUNENéuDd “Yo adig YOH 69 6. Biaya Operasional Melaut ‘Tingkat rata-rata biaya operasional responden nelayan di KKLD Raja pat seperti pada Tabel-4 berikut ini vel 4, Rata-Rata Biaya Operasional Melaut Nelayan Biaya Melaut (Rp) Prosentase 30.000-50.000 8% 50.001-70.000 % © 90.001-110.000 % Ss 130.001-150.000 8% z 150.001-170.000 1% & 170.001-190.000 5% 5 190.001-210.000 4% 210.001-230.000 1% ber Data Primer (2009) Berdasarkan data diatas didapatkan bahwa rata-rata biaya melaut nelayan sar Rp30.000-Rp50.000; berdasarkan besarnya biaya melaut dapat mpulkan bahwa nelayan yang berada di perairan KKLD Raja Ampat mngui) dal a F upakan nelayan kecil. Berikut persentase rata-rata biaya operasional melaut Syonden nelayan di KKLD Raja Ampat Tahun 2009 dilihat pada Gambar-13. : Data Primer Diotah (2009) Gambar 13. Karakteristik Responden Nelayan di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Biaya Operasional Melaut Tahun 2009 AyssaAiun |esnynoubyé Jobo z 1090 uD|Boqes YoKUOGedUaLH Yop UDYUNLUNBUaLE BU. foe yn ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘uodypipued uosuguaday) yrqun AUDY UBdaANBUad “O 2 OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, yruad ‘us ‘daqluns UDeANgehualU UDP UDyWINyUDDUEL OdUD} f 18 nue UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoIU! BALE, “yoyosow mons uonojul 70 Karakteristik Responden Dive Operator 11 Rata-rata Pendapatan Tingkat rata-rata pendapatan dive operator di KKLD Raja Ampat yang ada pada level (Rp. 2.000.000,00 - Rp. 3.000.000,00) sebanyak 1 responden persen), pada level (Rp.3.000.001,00 — Rp.4.000.000,00) sebanyak 0 onden (0 persen), pada level (Rp-4.000.001,00 - Rp.5.000,000,00) sebanyak 2 den (50 persen), sedangkan pada level (Rp.5000,001,00 ~ Rp.6.000.000,00) Zanyak 1 responden (25 persen). Berikut persentase rata-rata pendapatan Goonden dive operator di KKLD Raja Ampat Tahun 2009 pada dilihat pada Bmbar-14, 2 g 3 Gobog uejueied INNSUI) adi MN g g & {600.000 $,000,001-6.000.000 ta Primer Diolah (2009) . umbar 14, Karakteristik Responden Dive Operator di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 jj? Biaya Operasional Dive Operator ie ‘Tingkat rata-rata biaya operasional responden dive operator di KKLD Qa Ampat yang berada pada level (Rp. 25.000.000,00- Rp.30.000.000,00) anya 2 responden (50 persen) dan pada level (Rp.30.000,001,00 — £Q35.000.000,00) sebanyak 2 responiden (50 persen). Berikut persentase rata-rata Bra operasioanal melaut responden dive operator di KKLD Raja Ampat Tahun #359 pada dilihat pada Gambar-15, AyssOAiun [es fom BUDA UDB! ‘edu; undodo ymuag wojop 2 18 nue UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoIU! BALE, Fy ABUL BUBIOUG Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, n 1 25,000.000-30.000.000 1 30,000.001-35.000,000 Ye ambar 15. Karakteristik Responden Dive Operator di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Biay Operasional Tahun 2009 3 Karakteristik Responden Wisatawan Lokal #1 Jenis Kelamin Responden Wisatawan Lokal Sebagian responden yang masuk dalam survei adalah laki-laki yaitu uumlah 17 orang (57 persen), sedangkan yang berjenis kelamin perempuan uumtah 13 orang (43 persen). Dominasi responden laki-laki dikarenakan pada imnya kepala keluarga (pengambit keputusan) dalam suatu rumah tanga ah laki-laki sehingga untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam survei, -laki lebih berperan. Perbandingan responden laki-laki dan perempuan dapat tat pada Gambar-16. o 8 8 8 AyssaAiun |esnynouby 1060g fom BUDA UDB! i 2 ‘odupy undado ymuaq wojop 18 nue UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoIU! BALE, “yoyosow mons uonojul Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ter: Dats Prine ila (2009) o Gambar 16. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Jenis Kelamin Tahun 2009 2 Tingkat Usia Responden Wisatawan Lokal Tingkat usia responden tergolong cukup bervariasi dengan distribusi usia jog ueieviod imps ‘ahun sampai 60 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran usia 32 tahun, yaita berjumlah 10 orang (33 persen) dan pada sebaran usia 19-25 an, yaitu berjumlah 2 orang (7 persen). Responden yang berusia antara selang 39 tahun, yaitu berjumlah 7 orang (23 persen), responden yang berusia 40-46 1, yaitu berjumlah 9 orang (30 persen), responden yang berusia 47-53 tahun, u berjumlah I orang (3 persen), dan responden yang berusia 54-60 tahun, yaitu umlah 1 orang (3 persen). Tingkat usia seseorang mencerminkan tingkat ‘epewasaan orang tersebut dalam mengambil keputusan/tindakan mengenai hial- © yang berhubungan dengan dirinya. Perbandingan distribusi usia responden ‘@atawan lokal di KKLD Raja Ampat tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar-17. Bi Ayssaaiup jesnynowby 4! z 1090 uD|Boqas YoKUOGedueLH Yop UDYUNLUNBUaLE BU. foe yn ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| unx!6NIALL Yop yeuad ‘uodypipued uosuguaday) yrqun AUDY UBdaANBUad “O 2 OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, yruad ‘us ‘daqluns UDeNqehualU UDP UDyWINyUDDUELY OdUD} f 1p 4nUe| UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoHU! BALE, Us “yoyosow mons uonojul 9 3 1 (OT BITS EH [Ber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 17. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Usia Tahun 2009 3 Tingkat Pendidikan Formal Terakhir Responden Wisatawan Lokal ‘Tingkat pendidikan terakhir responden bervariasi mulai dari sekolah dasar ipai ke jenjang perguruan tinggi. Sebanyak 1 orang responden (3 persen) Syatan sekolah Menengah Atas (SMA), sebanyak 20 orang responden (67 sen) menamatkan pendidikannya sampai tingkat S1, dan sebanyak 9 orang vonden (30 persen) menamatkan pendidikannya sampai tingkat S2. vandingan persentase tingkat pendidikan terakhir responden dapat dilihat pada mbar-18. 2 2 2 B Bs a AyssaAiun |esnynouby 1060g ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z dgn6ued "¢ ABUL BUBIOIG adig YOH Ubyj6nv0W yopn fom BUD4 uDBunUed: py uosynued ‘uD} Fy 4 ‘GGambar 18. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendidikan Tahun 2009 4 Rata-rata Pendapatan Wisatawan Lokal ‘Tingkat rata-rata pendapatan wisatawan lokal di KKLD Raja Ampat yang ada pada level (Rp. 0,00- Rp.3.000.000,00) sebanyak 1 responden (3 persen), ‘a level (Rp.3.000.001,00 — Rp.6.000.000,00) sebanyak 13 responden (43 sen), pada level (Rp.6.000.001,00 - Rp.9.000.000,00) sebanyak 5 responden ersen), sedangkan pada level (Rp.9.000.001,00 — Rp.12.000.000,00) sebanyak esponden (20 persen), pada level (Rp.12.000.001,00 — Rp15.000.000,00) anyak 3 responden (10 persen), pada level (Rp.15.000.001,00 — 18,090.000,00) sebanyak 2 responden (7 persen). Berikut persentase rata-rata dapatan rumah responden wisatawan lokal di KKLD Raja Ampat Tahun 2009 a dilihat pada Gambar-19. LoBoguejueyag ympsul Ayssaaiun |esnynouby 1060g z 1pdan6uad "q 1090 uD|Boqas YOKUOGedUeLH Yop UDYUNLuNBUELE BU. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop 3 i i foe yn ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yruad ‘us 18 nue UDsNUEd ‘UoJodp| UOUNsNéued “YoIU! BALE, “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L 3 OfIDy Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘daqluns UDeNqehualU UDP UDyWINyUDDUELY OdUD} f 5 ber : Data Primer Diolah (2009) =Gambar 19. Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja 3 Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Pendapatan Tahun 2009 2 5. Jarak Asal Daerah Dengan KKLD Raja Ampat @ Sarak asal daerah dengan KKLD Raja Ampat berdasarkan distribusi Sponden wisatawan lokal adalah zona 1 sebanyak 5 responden (17 persen) dan 2a 2 sebanyak 6 responden (20 persen), zona 3 sebanyak 7 responden (23 sen), zona 4 sebanyak 12 responden (40 persen). Perbandingan persentase cmlah responden sesuai dengan jumlah tanggungan masing-masing dapat dilihat 2. Gambar20. 45% Data Primer Diolah (2009) gan: Zona 1 : dari Papua, NTB, Sulawesi; Zona 2 : dari Bali; Zona 3 : dari Jawa Timur; Zona 4 : dari Jakarta sambar 20, Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Jarak Tahun 2009 AVSIBAIUN [CAN [HPS~pHytobog Belo ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z py uosynued ‘uD} Fy 6 6 Biaya Operasional Tingkat rata-rata biaya operasional responden wisatawan lokal di KKLD a Ampat yang berada pada level (Rp. 10.000.000,00- Rp.15.000.000,00) anyak 13 responden (43 persen), pada level (Rp.15.000.001,00 - 20.000.000,00). sebanyak 8 responden 27 persen), pada level ».20,000,001,00 - Rp.25.000.000,00) sebanyak 3 responden (10 persen), pada v1 (Rp.25.000.001,00 — Rp.30.000.000,00) sebanyak 6 responden (20 persen). Berikut persentase rata-rata biaya operasional melaut responden wisatawan al di KKLD Raja Ampat Tahun 2009 pada dilihat pada Gambar-21. fu ediayeH 2 5. > 3 @ ig ‘ber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 21, Karakteristik Responden Wisatawan Lokal di KKLD Raja Ampat Berdasarkan Distribusi Tingkat Biaya Operasional Tahun 2009 AyssaAiun |esnynouby 1060g z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!ENIAUL Yop) uad upBuRuedey ymuN EAUBY UBdANBUad yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ekonomi Kabupaten Raja Ampat sangat tergantung pada sumberdaya ikanan sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi lokal. Taman laut Raja spat adalah habitat bagi ikan yang bernilai tinggi seperti ikan kerapu, udang upun ikan demersal dan pelagis, sekaligus tempat memancing yang baik. (@poir semua kapal dari bagian barat papua pergi memancing di daerah Raja ‘Tapat. Efek dari kawasan perlindungan laut memiliki manfaat tidak hanya Spada nelayan lokal melainkan juga nelayan dari kabupaten tetangga. Ikan rupakan sumber makanan utama bagi masyarakat lokal dan mudah tersedia di Ampat. Perikanan Raja Ampat memiliki_nilai lebih dari US$ 8 juta per Bun. Selain itu, Raja Ampat juga merupakan rumah bagi kegiatan-kegiatan yang ubungan dengan laut seperti budidaya mutiara dan budidaya rumput laut yang. nilai sekitar US $ 4,5 juta per tahun (Dohar and Anggraeni, 2006). Berikut ini 1 ffi Baa lah hasil analisis baik untuk nilai Willingness to Pay ‘maupun untuk Payment invironmental Services. . Analisis Willingness to Pay Objek Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat Untuk menentukan besaran nilai ekonomi KKLD Raja Ampat melalui sdekatan PES, maka dilakukan beberapa analisis willingness to pay (WIP) erti berikut ini. Adapun langkah-langkah dalam analisis WTP untuk nelayan wisatawan lokal adalah sebagai berikut: Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP ( Estimating Mean WIP/EWTP ) el 5. Distribusi WTP Responden Nelayan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat Gobed uedeudy wins b Nilai WEP Frekuensi Frekuensi Relatif Tumlah (Jo _(Rp/KK/Bulan) __(Responden) ____(Pfi) (Rp/Bulan) 5,000 2 033 1,667 10,000 4 0.19 1944 15,000 7 0.10 1,458 20,000 5 0.07 1,389 25,000 3 0.04 1,042 5 30,000 i 0.01 417 35,000 4 0.06 1,944 40,000 i 0.01 356 ) 45,000 4 0.06 2,500 50,000 9 0.13 6,250 Total 2 1.00 19,167 ‘ber : Data Primer Diolah (2009) Aysuenungeinynouby 4060; 1pdian6uad 'q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suopun-BuDPHN !GuNPUIIG DIdID HOH, yeuad ‘ur 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop fina ynuny i i 3 3 : 5 g ‘edu; undodo ymueg wuoyop tu i 3 i gz a 2 i g i 3 3 F Bi ; ay bel 6. Distribusi WTP Responden Dive Operator di Kawasan Konservasi : Laut Daerah Raja Ampat Nilai WTP Frekuensi Frekuensi Relatif. Jamiab o erusahaan/Bulan) den) jalan) 200,000 - 0.25 50,000 250,000 1 0.25 62,500, 300,000 1 02s 75,000 350,000 1 0.25 87.500 © Total 4 1,00 275, z aber : Data Primer Diolah (2009) bel 7. Distribusi WIP Responden Wisatawan Lokal di Kawasan 3 Konservasi Laut Daerah Raja Ampat 4 Nilai WTP Frekuensi —_-Frekuensi Relatif’ a fabun) aden) 250,000 6 0.20 2 300,000 9 0.30 3 350,000 4 0.13 4 400,000 6 0.20 500,000. 5 0.17 83,333 Total aber Data Primer Diolah (2005) (1068 udueyied mys: 1.00 350,000 bel 8. Distribusi WTP Responden Wisatawan Asing di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat Nilai WTP Frekuensi Frekuensi Relatif Jumlah o Oras ‘ahs den) fahun) t 400,000 2 0.07 26,667 2 450,000 2 0.07 30,000 3 500,000 = 0.30 150,000 ‘ 600,000 10 0.33 200,000 = 700,000 1 023 163,333 Qa Total 0 1.00 570,000 2 aber : Data Primer Diolah (2009) > @Q Nilai WTP masing-masing obyek responden diperoleh dengan. (@rnentukan terlebih dahulu nilai WTP terkecil sampai nilai WTP terbesar yang awarkan pada responden. Dengan demikian dapat diperoleh nilai rataan WTP WTP) masing-masing untuk obyek responden masyarakat nelayan sebesar AylsseAiup jean fom BUD4 uDBunUEd: (De Ynunjes nyo UojGOgas Yoruoqied\elW UDP UDYwNUNBUAW BUDO Z ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA 8 i z 3 ‘yojesOW nyONs UoNo{UR NEW yA UOs|NUEd “uDJodo) UDUNENéuDd “Yo ‘yequuns uozangeduat adig YOH 19 19.167/KK/bulan, dive operator sebesar Rp.275.000/perusahaan/bulan, atawan lokal Rp.350.000/orang/tahun dan wisatawan asing dan 570,000/orang/tahun, Memperkirakan Kurva WTP ( Estimating Bid Curve) Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai @abel dependen (variabel terikat) dan faktor-faktor yang mempengaruhi nai sebut sebagai variabel independen (variabel bebas). Kurva WTP ini dapat Sunakan untuk memperkirakan perubahan nilai WTP yang terjadi karena bahan sejumlah variabel independen yang berhubungan dengan kualitas atau tu lingkungan. @ —_Berdasarkan nilai WTP responden terhadap jumlah responden yang milih nilai WTP tersebut, didapatkan kurva WTP masing-masing obyek Sponden seperti pada Gambar-22 (responden masyarakat nelayan), Gambar-23 Bsponden dive operator), Gambar-24 (responden wisatawan lokal), Gambar-25 1aeUg sponden wisatawan asing). (oB9g ue! [Nilai WTP (Rp/orang/tahun) ber : Data Primer Diolah (2009) Gambar 22. Kurva Penawaran WTP Responden Masyarakat Nelayan terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan AylssaAiun |esnynoubyeiebeg a 30 24 Pembayaran Jasa Lingkungan at i | Lit Peedeee stitut Pertafiiah Bogen Bagor Agricultural University ambar 23. Kurva Penawaran WTP Responden Dive Operator terhadap mbar 24, Kurva Penawaran WTP Responden Wisatawan Lokal terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan ber : Data Primer Diolsh (2009) pber : Data Primer Diolah (2009) Hake Cipta Dilindungi Undang-Undang 1. Dilarang menguttp sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber: «@. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendiikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, b. Pengutipan tidale merugikkan kepentingan yang wai ‘ang mengumumkan dan memperbanyab sebagian atau seluruh karya ini dalam bentuk apapun tanpa izin IPB. 81 adig YOH ‘Nila WTP (Rp/orang/tahun) fom BUD4 uDBunUed: ‘Binber : Data Primer Diolah (2009) umbar 25, Kurva Penawaran WTP Responden Wisatawan Asing terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan & o Perkiraan kurva penawaran WTP dapat digunakan untuk mengetahui plus produsen atau surplus konsumen yang akan diperoleh masyarakat. Surplus Snsumen didapat jika nilai WTP yang diinginkan lebih tinggi daripada nilai gr rata-ratanya, yang artinya ada kelebihan kemampuan dari responden untuk :lakukan pembayaran jasa lingkungan. Sedangkan surplus produsen didapat jika ‘lai WTP yang diinginkan lebih rendah daripada nilai WTP rata-ratanya, yang nya ketidakmampuan responden untuk melakukan pembayaran jasa skungan. Perhitungan surplus konsumen dan surplus produsen dirumuskan agai berikut : = (WIPi— P) dimana WTPi > P.... erangan : /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z nod py uosynued ‘uD} ‘yequuns uozangeduat ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA = Surplus Konsumen Pi = WTP Responden ke-i = WTP rata-rata Berdasarkan kurva penawaran WTP yang dihasilkan dari masing-masing {Byek responden didapatkan nilai surplus konsumen untuk responden masyarakat ayan sebesar —Rp.-234.350/KK/tahun, responden dive operator sebesar @ .0/perusahaan/tahun, responden wisatawan lokal sebesar DIB 1060 ¢F ‘yojesOW nyONs UoNo{UR NEW yA UOs|NUEd “uDJodo) UDUNENéuDd “Yo AyssoAiup z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymueg wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuBPUN !BuNPUIIG DIdID HOH, 82 .-15.000/orang/tahun dan responden wisatawan sing _—_sebesar .45.000/orang/tahun. Surplus konsumen dari beberapa objek responden seperti syarakat nelayan, dive operator, wisatawan benilai negatif bahkan benilai nol. | ini menunjukkan bahwa beberapa objek responden tersebut tidak memiliki plus konsumen jika diterapkan pembayaran jasa lingkungan berupa materi 1pi pembayaran jasa lingkungan dapat dilakukan melalui upaya lain. Sedangkan plus konsumen dari wisatawan asing memiliki nilai positif. Hal ini Snunjukkan bahwa dengan diterapkannya pembayaran jasa lingkungan maka Acatawan asing memiliki kelebihan konsumen sebesar Rp.45.000/orang/tahun. = 2. WTP Agregat atan Total WTP (TWTP) Nilai total (TWTP) responden dihitung berdasarkan data distribusi WTP -Sponden dan dengan menggunakan rumus (3). Dari kelas WTP dikalikan dengan 5 ‘uensi relatif (ni/N) kemmudian dikalikan dengan populasi dari tiap nilai WTP. aati ‘Gail perkalian tersebut kemudian dijumlahkan sehingga didapatkan total WIP 4h responden. Hasil perhitungan TWTP untuk responden masyarakat nelayan Spat dilihat pada Tabel 9, dive operator pada Tabel 10, wisatawan lokal pada a {Bhel 1 dan wisatawan asing pada tabel 12, sel 9. Total WIP Responden Masyarakat Nelayan terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat Nilai WTP Frekuensi Jumiah Total No. Jan} aden) Populasi Jan) i 5,000 24 8231.00 41,155,000 2 10,000 4 4801.42 48,014,167 3 15,000 7 2400.71 36,010,625 4 20,000 5 1714.79 34,295,833 s 25,000 3 1028.88 25,721,875 6 30,000 1 342.96 10,288,750 7 35,000 4 1371.83, 48,014,167 8 40,000 1 342.96 13,718,333, 9 45,000 4 1371.83, 61,732,500 10 50,000 9 3086.63 154,331,250 Total n 24693 473,282,500 ber : Data Primer Diolah (2009) AyssaAiun Psnyjnouby 1060g z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!BNIALL Yop) uad upBuRuedey ymuN EAUBY uBdANBUad ‘D fina ynany ‘odupy undodo ymueg Wuoyop 1 2 1 Ye UDs| Ud “uDJodo| UOUNsNéuad “YO}UN! DABDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘daqluns uDeynqesualu UDp UDyuINyUODuEWI DduD} 83 bel 10. Total WEP Responden Dive Operator terhadap Pembayaran Jasa Lingkuagan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat No Nilai WTP Frekuensi Populasi Jumiah Total rusahaan/Bulan) nden) lan 1 200,000 1 1.00 200,000 2 250,000 1 1.00 250,000 7 300,000 1 1,00 300,000 4 350,000 1 1.00 350,000 © Total 4 4 1,100,000 “aber: Data Primer Diolah (2008) Ebel 11. Total WIP Responden Wisatawan Lokal terhadap Pembayaran z Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja = Ampat No Frekuensi —_Populasi Jumlah Total den) abun) 21 6 56.00 14,000,000 Ea 9 84.00 25,200,000 23 4 37.33 13,066,667 Ba 6 56.00 22,400,000 Bs 3 46.61 23,333,333 a 30 280 98,000,000 ‘ber: Data Primer Diolah (2009) del 12. Total WYP Responden Wisatawan Asing terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan di Kawasan Konservasi Laut Daerah Raja Ampat No ‘Nilai WTP Frekuensi _ Populasi rang/Tahun) en) 1 400,000 z 157.80 63,120,000 2 450,000 2 157.80 71,010,000 3 500,000 9 710.10 355,050,000 4 600,000 10 789.00 473,400,000 ws 700,000 1 552.30 386,610,000 ° Total 30 2367 1,349,190,000 (Qi ber : Data Primer Diolah (2009) 2 & Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP dari populasi im uk responden masyarakat nelayan sebesar Rp. 473,282,500/bulan, dive sebesar Rp.1.100.000/bulan, wisatawan lokal_sebesar_Rp. }0.600/tahun dan wisatawan asing sebesar Rp.1.349.190.000/tahun, r-3 i AyssaAiuA |e. H9! z 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLH UO UDyLUNWNBUaLL BUD. 1pdian6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1 YUE UDs| ued “uDJodo) UOUNsNsuad “YyO}UN! D&BDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul NY Up|Boqas diynBueWs UDO} “L Suppun-BuDpUn !GuNpUIG DIdID HOH, ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWuNyUODuEWI DduD} 84 . Analisis Faktor-Faktor yang Mempengarahi Nilai Willingness to Pay Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WIP maka th ditetapkan enam variabel independen yang mempengaruhi variabel venden yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan per bulan, jarak ke asi dan biaya operasional. Namun setelah diuji dengan beberapa pengujian ameter maka didapatkan pada responden masyarakat nelayan terdapat tiga {@ibel yaitujniskelamin, pendaptan dan biaya operasionl yang signifikan ‘sil analisis nilai WTP pada masyarakat nelayan dapat dilihat pada Tabel- bel 13. Hasil Analisis Nilai WIP Responden Masyarakat Nelayan z Koefi Sig VIF Keterangat 8.072,750 0,565.) O 62,868 0,545 1,119 Tidak Berpengaruh -15.540,5 0,091. 1,071 -—_—Bexpengaruh Nyata* 373,659 0,737 1,131 Tidak Berpengaruh Sendapatan 0,015 0,003 3,140 —‘Berpengaruh Nyata** Barak ke Lokasi 823,239 0,805 «2,746 Tidak Berpengaruh ze asional 0,199 0,000 3,469 _ Berpengaruh Nyata*** 3 743% & Statistik 36,707 9,000 Socrangan: *** pada taraf kepercayaan 99 persen 5 + pada taraf kepercayaan 95 persen 2 * pada taraf kepercayaan 90 persen Shber:Lampien 1 Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini injukkan oleh R? sebesar 74,3 persen, yang berarti 74,3 persen keragaman *P respoden dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang ‘apat dalam model, sedangkan sisanya 25,7 persen diterangkan oleh variabel yang tidak terdapat dalam model, Nilai Fring Sebesar 36,707 dengan nilai Sig 2sar 0,000, hal ini menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara sama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden terhadap sbayaran jasa lingkungan yang akan dilakukan pada taraf a = 0,10. Model g dihasilkan inj telah diuji mudtikolinierity, normalitas dan heteroskedastisitas, hasil ketiganya tidak diperoleh suatu pelanggaran, Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah : 8.072,750 — 62,868 UMUR ~ 15.540,5 JK + 373,659 PDDK + 0,015 RPDT - 823,239 JRK + 0,199 BO AYSIBAIUA |e1N] fhouBYa0bdg x 85 Pada model terscbut variabel yang berpengaruh nyata pada taraf yercayaan 99 persen adalah biaya operasional, sedangkan variabel pendapatan pengaruh nyata pada taraf 95 persen, dan variabel jenis kelamin berpengaruh ita pada taraf 90 persen. Variabel biaya operasional memiliki Sig sebesar 0,000 ig artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden Ja taraf a (1 persen). Nilai koefisien bertanda positif (+) berarti bahwa semakin ar biaya operasional yang dikeluarkan maka kecenderungan semakin besar ai WTP yang akan diberikan, Hal ini dikarenakan masyarakat nelayan Zengetahui bahwa nilai WTP yang didapatkan akan digunakan untuk mengurangi ‘B-amya biaya operasional. Variabel pendapatan memiliki Sig sebesar 0,003 yang artinya bahwa abel ini berpengaruh nyata tethadap nilai WTP responden pada taraf 5 persen). Nila koefisien bertanda positf (+) berarti bahwa semakin besar 2:dapatan responden maka kecenderungan semakin besar nilai WTP yang akan crikan, Hal ini dikarenakan jika semakin tinggi pendapatan responden maka adig YOH fom BUD4 uDBunUed: /De Ynunjes noyo UojGogas YoruoqiedwelW UDP UDYwNUNBUAL BUD} Z py uosynued ‘uD} usuod:anih E i g = g z 2 ! i 5 - 3 rs z & = E = g 5 § Sconden mau memberikan sisa uangnya untuk ikut dalam upaya konservasi. : langkan variabel jenis kelamin memiliki Sig sebesar 0,091 yang artinya bahwa Sciabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden pada taraf a (10 sen). Nilai koefisien bertanda negatif (-) berarti bahwa jenis kelamin empuan memberikan pengaruh negatif terhadap nilai WTP, dimana semakin yyak jumlah responden berjenis kelamin perempuan akan berdampak terhadap sakin menurunnya nilai WTP yang dihasilkan. Berdasarkan koefisien persamaan regresi dapat diketahui besarnya garuh yang (a faktor jenis kelamin dapat diketahui bahwa perbedaan kesediaan membayar B ara responden laki-laki dan perempuan adalah sebesar Rp 15.540,50 per orang %> bulan, dimana laki-laki lebih tinggi kesediaan membayamya dibandingkan (Grgan responden perempuan. Pada tingkat pendapatan masyarakat nelayan, ®Gigan nilai koefisien positif moka ini berarti setiap peningkatan pendapatan ‘Sayan, maka kesedizan membayar nelayan mengalami kecenderungan ‘ai uz} dup; undodo ymquag WuOpOP fA itimbulkan oleh masing-masing faktor penjelas yang signifikan. 3D YAU UDsyNUed ‘uoJodo| UBUNENAUad “Yo) “yoyosoUw nyons uono| ‘Spingkatan sebesar Rp 15.000 per orang per bulan. Faktor yang signifikan AyssBAiun [2 z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1 YUE UDs| ued “uDJodo) UOUNsNsuad “YyO}UN! D&UDH UDs|NUed “U “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWUNyUODuEWI DduD} 86 inya adalah biaya operasional yaitu dengan koefisien 0,199. Ini berarti setiap tingkatan biaya operasional melaut, maka ada kecenderungan peningkatan nilai (P sebesar Rp 19.900 setiap bulannya. Untuk responden dive operator tidak dapat dianalisis faktor-faktor apa saja .g mempengaruhi nilai willingness to pay karena dalam kaidah statistik, sampel us lebih besar dari pada variabel yang akan diuji. Untuk responden dive rrator ini memiliki sampel empat sedangkan variabel yang akan diuji berjumlah ‘oem schingga tidak dapat dianalisis melalui program SPSS 15.0. Namun faktor- a tor yang mempengaruhi nilai willingness to pay pada responden dive operator ‘Eon dijelaskan melalui metode desktiptif. 2 Faktor-faktor yang mempengaruhi empat perusahaan dive operator adalah 5 sdapatan perusahaan dan biaya operasional perusahaan. Kedua variabel tersebut Smpengaruhi nilai willingness to pay Karena jika perusahaan memil seimbangan antara biaya operasional dan pendapatan maka telah mencapai titik Pak event point bahkan jika pendapatan lebih besar dari pada biaya operasional e = E g F 2 [ 3 zg i F 4 & g 2 eS z & g 5 E xya konservasi. Pada responden wisatawan lokal terdapat dua variabel yaitu pendidikan pendapatan yang signifikan. Hasil analisis nilai WTP responden wisatawan al dapat dilihat pada Tabel-14. bel 14, Hasil Analisis Nilai WTP Responden Wisatawan Lokal robog Beluey Variabel Koefisien Sig VIF Keterangan mnstant 64.8238 0,633.) oO nur 36,807 0,984 1,206 Tidak Berpengaruh nis Ketamin 29,001,722 0,313 1,239 Tidak Berpengaruh igndidikan 61.926,01 0,028 1,699 Berpengaruh Nyata ** Oondapatan 0,005 0,259 2,175 _Berpengaruh Nyata * Drak ke Lokasi 6,542,435 0,650 1,616 Tidak Berpengaruh Siaya Operasional __-0,001__0,754__1,585_ Tidak Berpengaruh & 48,6% © Statistik angan: ** pada taraf kepercayaan 95 persen * pada taraf Kepercayaan 70 persen Aylssaaiup |esny rh z 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiueLU UO UDxLUNWNBUaLL BUD. fina ynany g i 8 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uox!6NIALL Yop) yeuad ‘ur ‘yequuns uoeynqesuel uop uDyuunquo2ueU pduD} uad upBuguedey ymuN EAUBY UBdANBUad ‘D 5 i 5 z a 5 § i 5 “yoyosow mons uonojul Suppun-BuDpUN !BuNpUIG DIdID HOH, Model yang dihasilkan dalam penelitian ini cukup baik. Hal ini unjukkan oleh R? sebesar 48,6 persen, yang berarti 48,6 persen keragaman EP respoden dapat diterangkan oleh keragaman variabel-variabel penjelas yang dapat dalam model, sedangkan sisanya 51,4 persen diterangkan oleh variabel A yang tidak terdapat dalam model. Nilai Fhinng Sebesar 3,625 dengan nilai Sig vesar 0,011, hal ini menunjukkan variabel-variabel penjelas dalam model secara ‘sama-sama berpengaruh nyata terhadap nilai WTP responden terhadap nbayaran jasa lingkungan yang akan dilakukan pada taraf a = 0,3. Model yang Aasilkan ini telah diuji mutikolinierty, normalitas dan heteroskedastistas, dati isil ketiganya tidak diperolch suatu pelanggaran. i: 2 Model yang dihasilkan dalam analisis ini adalah : SIP .= -64.823,8 - 36,807 UMUR - 29.001,722 JK + 6.1926,01 PDDK + 0,005 = RPDT+6.542,435 JRK - 0,001 BO Pada model tersebut variabel yang berpengaruh nyata pada taraf vercayaan 95 persen adalah pendidikan. Variabel pendidikan memiliki Sig 2 ze 2 -esat 0,028 yang artinya bahwa variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai =P responden pada taraf a (5 persen). Nilai Koefisien bertanda positif (+) Brarti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka kecenderungan Srnakin besar nilai WTP yang akan diberikan, Hal ini dikarenakan responden ngetahui akan ancaman yang terjadi tidak dilakukan upaya konservasi. lor yang mempengaruhi pada taraf kepercayaan 70 persen adalah tingkat -dapatan, dimana semakin besar pendapatan wisatawan lokal akan memberikan .garuh terhadap pembayaran jasa lingkungan yang akan diberikan. Sedangkan 'a responden wisatawan asing faktor-faktor yang mempengarubi nilai WIP ik dapat dianalisis secara statistik karena data yang didapatkan dari lapangan Sang mencukupi. iB Berdasarkan koefisien persamaan regresi pada wisatawan lokal, dapat Uketahui juga besarnya pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing faktor (@ijelas yang signifikan. Pada faktor pendidikan dengan koefisien sebesar 926001 dapat diketahui bahwa setiap peningkatan pendidikan wisatawan lokal eka akan terjadi kecenderungan peningkatan kemauan untuk membayar jasa ‘Fickungan sebesar Rp 61.926,01 per orang per bulan. Faktor lain yang signifikan AyssBAiun 2; z 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop yeuad ‘ur ‘yequuns uoeynqesuel uop uDyuinquo2ueUl pduD} uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, Jah pendapatan yaitu dengan koefisien 0,005. Ini berarti setiap peningkatan dapatan wisatawan lokal,'maka ada kecenderungan peningkatan nilai WTP esar Rp 5.000 per orang per bulannya. Analisis Perbandingan antara Total Nilai WTP dengan Biaya Operasional KKLD Hasil analisis WTP yang dihasilkan dari pemanfaat jasa lingkungan di LD Raja Ampat yaitu nelayan, dive operator, wisatawan asing dan lokal, Seroleh jumlah sebesar Rp.7.139.780.000 per tahun, Nilai tersebut merupakan =i potensial maksimum yang akan didapatkan oleh pengelola KKLD Raja pat dalam rangka pemenuhan pendanaan, Namun demikian khusus untuk Sayan miskin dibarapkan tidak dikenai pencayaran jasa lingkungan secara Bneter katena dapat menurunkan tingkat kesejahteraan, namun demikian Z-abayaran jasa lingkungan dapat digantikan dengan mewajibkan masyarakat ayan ikut menjaga Kelestarian lingkungan dengan melakukan pengawasan afilu diel S.kungan, melaporkan semua tindakan pengrusakan lingkungan kepada Bagelola KKLD Raja Ampat. S — Berdasarkan hasil analisa melalui wawancara dan kondisi di lapang apatkan bahwa biaya operasional pengelolaan sumberdaya dan lingkungan di LD Raja Ampat dalam kurun waktu setahun membutubkan biaya sebesar 6.986.800.000. Sumber pendanaan untuk pengelolaan KKLD tersebut berasal i beberapa lembaga swasta dan bantuan pemerintah yaitu dari World Bank esar Rp 5.000.000.000, dari Conservation International Indonesia sebesar RP 5.800.000, dan dari APBD Raja Ampat sebesar Rp 500.000.000 untuk DB sampingan ‘Corremap dan untuk pengelolaan KKLD sebesar Rp 500.000.000. G6. apun rincian biaya operasional pengelolaan sumberdaya dan lingkungan di CXLD Raja Ampat dapat dilihat pada tabel 15: Ayssaaiun |esnynoubyy z 1pdan6uad "q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yeuad ‘ur ‘yequuins uoeynqesueu uop uDyuunquo2ueU pduD} & 3 5 z a 2 8 § 3 5 “yoyosow mons uonojul OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 89 vel 15. Biaya ional KKLD Raja Ampat per Tahun y KEGIATAN BIAYA (Rp/Tabun) Biaya Rebabilitasi 2.500.000.000 a. Terumbu karang b. Mangrove Biaya Pengawasan 1.500,000,000 ‘a. Patroli gabungan b. Perawatan alat monitoring cc. Penguatan pengawasan lokal 9 Biaya Pembelian Alat-Alat 500,000.00 % — Honor Petugas eS a. Lokal di 39 kampung dan masing- 748.800.000 B ‘masing kampung 2 orang 3 b. Fasilitator di 39 kampung dan masing- 1.638.000,000 5 masing 1 orang 3 ¢.. Senior staff sebanyak 10 orang 600.000.000 "AL BIAYA OPERASIONAL 000 ne aber: Dari Wawancara dan Data Operasional Lembaga yang ada di KKLD Raja Ampat, 2009 Berdasarkan analisis perbandingan didapatkan bahwa nilai WTP potensial g didapatkan dari pemanfaat jasa lingkungan di KKLD Raja Ampat dengan geamnya biaya operasional lembaga KKLD Raja Ampat, diperoleh bahwa nilai % °P potensial lebih besar dibandingkan biaya operasional, Lebih besamya nilai WTP potensial dibandingkan dengan biaya operasional mengindikasikan bahwa abayaran jasa lingkungan dapat~ sebagai alternatif untuk memperoleh danaan bagi pengelolaan KKLD Raja Ampat dan sekaligus dapat mpertahankan kelestarian fingkungan yang ada. ‘Namun demikian, pembayaran jasa lingkungan tidak dapat diterapkan atau enakan kepada nelayan berskala kecil, hal ini berdasarkan kajian akan fpidampak terhadap pengurangan kesejahteraan dari para nelayan. Pengenaan Qrabayaran jasa lingkungan tidaklah harus secara moneter namun dapat & Qerapkan pembayaran jasa Tingkungan secara non moneter kepada nelayan ueweried yi Sperti dengan ikut membantu menjaga dan mengawasi KKLD Raja Ampat dari ‘Quusakan lingkungan, ikut menjaga dengan tidak menangkap ikan menggunakan {2c tangkap yang tidak ramah lingkungan, dan ikut melaporkan kepada pengelola hi ada kejadian yang dapat merusak lingkungan KKLD Raja Ampat. SD AyssOAiun [es 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. foe yn ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 1pdan6uad "q fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop 8 a 3 2 : ‘uaqluns uDenqesualu UDP UDyWuNyUODuEWI DduD} 1 ypu UOs|INUEd “uDJodo| UDUNsNéuad “YyoIU! D4UDH, UDS|NUe “U “yoyosow mons uonojul Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, 90 Analisis Kelembagaan Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut yang berkelanjutan memerlukan danaan yang berkelanjutan pula. Mekanisme PES pada hakekatnya dapat sdikan instrumen bagi pendanaan yang berkelanjutan. Di sisi lain pelaksanaan gram PES juga memerlukan sumber pendanaan yang pasti (secure source of cing). Mekanisme timbal balik inilah yang menyebabkan PES menjadi opsi @s menarik dalam pengelotsan lingkungan yang berkelanjutan. Gambar-26 ikut ini menggambarkan alur pendanaan PES dalam satu kawasan konservasi ‘on sekaligus peran masing-masing stakeholders. aa} iw end (pfog upmenad musi mber: Pagiola & Platals, 2002) . Gambar 26. Alur Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan Sebagaimana terlihat pada Gambar-26, Pemerintah Daerah merupakan -itusi penting yang mengawasi jalannya mekanisme pendanaan dan mekanisme nbayaran dalam skema PES, Dari mekanisme pendanaan ini kemudian Gabarkan dalam mekanisme pembayaran bagi pengguna sumberdaya (dari 1 ‘rpai n) yang kemudian mereka membayar untuk jasa lingkungan. Sebagian i mereka ini juga merupakan penerima manfaat (beneficiary) yang kemudian NE 6 3 a z 5 & & 5 3 q F i 2 £ z i = i Aturan hukum tentang pelaksanaan PES di Indonesia didasarkan pada azas arela, namun demikian seiring dengan perkembangan dirasa bahwa aksanaan PES diperlukan payung hukum sehingga pelaksanaan PES menjadi Ayssaaiup jeangnou' todan6uad "q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D 1090 uD|Boqas YOsuDgiadiuaLH UO UDYLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uox!ENIALL Yop) fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 OW Up|Boqas diynBuew BUDD} “L Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, yeuad ‘ur i i 3 3 : 5 g 8 y 5 gz a 2 g 3 8 z F 3 1 al berdasarkan hukum. Adapun payung hukum dalam pelaksanaan PES dapat pada pasal 42. dan 43 Undang-Undang 32 Tahun 2009 Tentang Jindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup adapun isi dari pasal tersebut tu: Pasal 42 Dalam rangka melestarikan fungsi lingkungan hidup, Pemerintah dan pemerintah daerah wajib- mengembangkan dan menerapkan instrumen “= ekonomi lingkungan hidup. 5 Instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) = meliputi: i: 3 = a. perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi; 3 b. pendansan lingkungan hidup; dan insentif dan/atau disinsentif. Pasal 43, Instrumen perencanaan pembangunan dan kegiatan ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) huruf a meliputi: a, neraca sumber daya alam dan lingkungan hidup; b. penyusunan produk domestik bruto dan produk domestik regional bruto yang mencakup penyusutan sumber daya alam dan kerusakan lingkungan hidy ? 8 2 z 3 a 8 ¢. mekanisme kompensasi/imbal jasa lingkungan hidup antar daerah; dan 4. intemalisasi biaya lingkungan hidup. Instrumen pendanaan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) hurufb meliputi: a, dana jaminan pemulihan lingkungan hidup; 2b. dana penanggulangan pencemaran dan/atau kerusakan dan pemulihan lingkungan hidup; dan ¢. dana amanab/bantuan untuk konservasi. © Insentif dan/atau disinsentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2) SG hunt antara lain diterapkan dalam bentuk: NW 106 {ot =a. pengadaan barang dan jasa yang ramah lingkungan hidup; c Sb. penerapan pajak, retribusi, dan subsidi lingkungan hidup; AyssoAiun |e. 1 BUDIDIIG Z 1 UDIBOqes dj;nBuatu BuDIO}Q +t Suppun-BuDPUN !BuNpUIIG DIdID HOH, fom BUDA UDB! 30 foe yn ‘edu; undodo ymuag wojop z a 5 zg ez {yp|psoU nypns uoNo( ¢. pengembangan sistem lembaga keuangan dan pasar modal yang ramah linglcungan hidup; 4. pengembangan sistem perdagangan izin pembuangan limbah dan/atau emisis €. pengembangan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup; £ pengembangan asuransi lingkungan hidup; QE pengembangan sistem label ramah lingkungan hidup; dan = h. sistem penghargaan kinerja di bidang perlindungan dan pengelolaan > fingkungan hidup. Ketentuan lebih lanjut mengenai instrumen ekonomi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42 dan Pasal 43 ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah. Analisis kelembagaan ini bertujuan untuk mengkaji pola kelembagaan ng tepat bagi pengembangan jase-lingkungan di KKLD Raja Ampat. Adapun Piembagaan PES ini dikaji berdasarkan aturan hukum yang ada, kelembagaan ng sudah ada, dan sekaligus berpandangan pada aspek efisiensi dan intabilitas, adapun kelembagaan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut : we Hw Bdyo 5 a Gobog tes 1, Pengelolaan secara Swasta melalui Mekanisme Tender Adapun_mekanisme pembayaran jasa lingkungan dengan penggunaan ibaga swasta adalah sebagai berikut: Eaves BAU. Eon Cea) Enon rea Eases REHABILITAS! Ree) Pre in rn ambar 27. Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan melalui lembaga swasta AYSIOAIUN [21 ROL By 1OB0g 1pdan6uad "q uad upBuguedey ymuN oAUBY uBdANBUad ‘D 1090 uD|Boqas YOsuDgiaduuaLU Op UDyLUNWNBUaLL BUD. fom BUDA uDBuRUedae| uoe!6NIAUL Yop fina ynany ‘edu; undodo ymuag wuoyop tu 2 yeuad ‘ur 8 y 5 gz a 2 g 3 8 z F 3 NOW Up|Boqas diynBuew BUDO} “L SuppuN-BuEPUN !BuNPUIG DIdID HOH i i 3 3 : 5 g 93 Pola mekanisme pembayaran jasa lingkungan dengan lembaga swasta sagai pengelola dana seperti gambar di atas dilakukan melalui proses tender fh Pemerintah Daerah Raja Ampat, dimana pemenang tender akan mempunyai asesi terhadap hak penggunaan wilayah KKLD Raja Ampat dengan ‘syaratan: a) Sanggup menyerahkan pembagian keuntungan kepada pemerintah daerah yang nantinya dapat menjadi pemasukkan daerah, b) Melakukan Konservasi sesuai dengan syarat yang ditentukan oleh pemerintah daerah ©) Pemanfaatan yang dilakukan oleh pihak swasta adalah di wilayah zonasi pariwisata. = £ 5 3 a a Pemberian hak pengelolaan semacam ini diperbolehkan oleh pemerintah, || ini dikarenakan telah ada payung hukum yaitu Undang-Undang Nomor 27 un 2007 tentang Hak Pengusahaan Pengelolaan Perikanan. Namun demikian a semacam ini memiliki kekurangan, dimana biasanya pihak swasta cenderung g g 5 mentingkan nilai profit yang sangat besar, schingga membuat upaya konservasi aig harus dilakukan oleh pemegang hak pengefolaan jadi terbengkalai. Perlunya ‘Gntrol yang ketat dan aturan implementasi yang jelas dalam rangka melakukan igelolaan semacam ini. 2. Pengclolaan oleh Pemerintah Daerah melalui Penerimaan Negara xan Pajak (PNBP) ‘Adapun pengelolaan dengan berbasis pemerintah daerah dengan bayaran jasa lingkungan sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ‘kukan dengan pola kerja sebagai berikut: AyssaAiun |esnynouby 1060g

Anda mungkin juga menyukai