Salah satu solusi guna mengatasi potensi konflik dan kompetisi dalam
pemanfaatan air adalah penerapan Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). Dalam
penerapan PJL perlu adanya studi yang mengkaji mengenai besarnya nilai
pembayaran yang bersedia diterima oleh masyarakat sebagai penyedia jasa
lingkungan. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah (1) menganalisis persepsi
petani terhadap program pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas; (2)
mengestimasi besarnya dana kompensasi yang mau diterima petani atau
Willingness to Accept (WTA) terhadap pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas;
(3) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTA responden terhadap
pembayaran jasa lingkungan DAS Brantas. Hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan manfaat bagi stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan
DAS Brantas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif, Contingent Valuation Method (CVM), dan analisis regresi. Analisis
deskriptif kualitatif digunakan dalam menganalisis presepsi masyarakat terhadap
program pembayaran jasa lingkungan. CVM digunakan untuk mengestimasi nilai
WTA masyarakat terhadap program pembayaran jasa lingkungan, sedangkan
analisis regresi digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi nilai WTA.
Hasil analisis menunjukkan bahwa persepsi sebagian besar responden
menilai baik terhadap program pembayaran jasa lingkungan yang pernah berjalan.
Responden menilai baik terhadap program dikarenakan selama berjalanya
program responden terlibat langsung. Kendala-kendala yang dialami responden
akan di selesaikan bersama. Responden juga merasa puas karenakan perubahan
kualitas lingkungan yang semakin baik. Udara yang lebih sejuk serta kuantitas air
yang melimpah baik di musin kemarau maupun musim hujan. Responden juga
menilai cara penetapan nilai konpensasi cukup baik karena dianggap sesuai
dengan harapan.
Hanya lima dari 54 responden yang menyatakan tidak bersedia menerima
nilai pembayaran sesuai dengan skenario yang ditawarkan dengan alasan mereka
sudah terlalu tua atau tidak ada waktu lagi untuk mengurus lahan mereka. Selain
itu, beberapa responden mengatakan tanah mereka juga akan dibagi kepada anak-
anaknya. Responden yang tidak bersedia pada umumnya adalah responden dengan
usia lanjut atau tua.
Berdasarkan hasil analisis CVM diperoleh nilai dugaan rataan WTA
responden adalah Rp 8.265 per pohon per tahun. Jika dilakukan penyesuaian nilai
pembayaran dengan jumlah pohon yang ada pada 17 ha lahan yang diikutkan pada
program, maka nilai total yang harus diserahkan kepada Kelompok Tani Sumber
Urip adalah Rp 63.938.000 per tahun. Evaluasi pelaksanaan CVM dilakukan
dengan melihat nilai R2 analisis berganda yaitu sebesar 43,6%. Nilai R2 yang kecil
ini disebabkan oleh pengambilan data primer cross section yang dilakukan pada
waktu yang hampir bersamaan untuk populasi belum dapat menangkap keragaman
yang ada secara keseluruhan.
Sementara itu, faktor-faktor yang diduga mempengaruhi nilai WTA
responden adalah jumlah pohon yang diikutkan dalam program PJL, tingkat
pendapatan rumah tangga, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, lama tinggal,
kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi. Setelah dilakukan
analisis regresi berganda dengan menggunakan Minitab for Windows Release 14,
diperoleh bahwa nilai WTA responden Kelompok Tani Sumber Urip dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu jumlah pohon yang diikutsertakan dalam program
pembayaran jasa lingkungan dan jumlah tanggungan responden.
ii
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Mengetahui,
Ketua Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
RIWAYAT HIDUP
03 Oktober 1988 di Malang. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara,
dari pasangan Supardi dan Sri Syahadatina. Penulis menamatkan sekolah dasar di
negeri yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI) pada tahun 2006. Pada tahun 2007, secara resmi diterima di
Comunication REESA IPB hingga tahun 2008. Pada Tahun 2008 penulis
Usaha Jahe Instan di Wilayah Padat Pemukiman Posdaya Tegal Gundil, Kota
Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
oleh masyarakat sekitar DAS Brantas. DAS Brantas merupakan sumber mata air
yag menopang kegiatan ekonomi Kota Malang dan Kota Batu. Solusi yang dapat
diterapkan yaitu Pembayaran Jasa Lingkungan (PJL). Oleh karena itu, perlu
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kelemahan dan kekurangan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang
membutuhkan.
Penulis
Penulis mengucapkan syukur yang tak terhinggga kepada Allah SWT yang
memberikan izin serta ridho-Nya atas terlaksananya penelitian ini. Penulis pun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan
1. Adi Hadianto, S.P, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
2. A. Faroby Falatehan, S.P, ME dan Nuva, S.P, M.Sc yang berkenan sebagai
3. Ayahanda Supardi, ibunda Sri Syahadatina atas doa, motivasi dan semangatnya
4. Bapak Kartomo sebagai Ketua Kelompok Tani Sumber Urip, Perum Jasa Tirta
5. Adnan Rifaie Ulya dan Haidar Rifaie Mulyana, atas doa dan semangat yang
6. Rekan-rekan satu bimbingan Dwi Handayani, Eka Ratnawati dan Luki Amirul
7. Keluarga besar ESL 43, teman terbaik sebagai batu pijak meraih mimpi.
Sahabat-sahabat Sari, Rahmi, Emil, Tina, Bryan, Aryo, Ulhaq dan Meirina
8. Seluruh dosen dan staf departemen yang telah membantu selama penulis
Halaman
RINGKASAN.. i
HALAMAN PENGESAHAN .... iv
HALAMAN PERNYATAAN................................................................. v
RIWAYAT HIDUP. vi
KATA PENGANTAR. vii
UCAPAN TERIMA KASIH... viii
DAFTAR ISI............................................................................................ ix
DAFTAR TABEL.................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ xiv
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah............................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian................................................................. 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 7
2.1 Sumberdaya Alam dan Lingkungan....................................... 7
2.1.1 Jasa Lingkungan..................................................... 7
2.1.2 Daerah Aliran Sungai.............................................. 8
2.2 Nilai Ekonomi Suberdaya Alam dan Lingkungan................. 9
2.3 Pembayaran Jasa Lingkungan................................................ 11
2.3.1 Pengertian Pembayaran Jasa Lingkungan............... 11
2.3.2 Mekenisme Pembayaran Jasa Lingkungan............. 12
2.3.3 Mafaat Pembayaran Jasa Lingkungan..................... 13
2.4 Metode Estimasi Penilaian Jasa Lingkungan......................... 13
2.4.1 Konsep Contingent Valiation Method (CVM)........ 14
2.4.2 Tahapan Contingent Valiation Method (CVM)...... 15
2.5 Penelitian Terdahulu.............................................................. 16
III. KERANGKA PEMIKIRAN.............................................................. 18
3.1 Kerangka Teoritis................................................................... 18
3.1.1 Asumsi dalam Pendekatan Willingness to Accept
Responden. 18
3.1.2Langkah-langkah untuk mengetahui Nilai
Willingness to Accept Responden.......................... 18
3.1.3 Analisis Regresi Linier ...... 21
3.2 Kerangka Operasional............................................................ 22
IV. METODE PENELITIAN.................................................................. 26
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................ 26
4.2 Jenis dan Sumber Data........................................................... 26
4.3 Penentuan Jumlah Responden................................................ 27
4.4 Metode Pengumpulan Data.................................................... 27
4.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data.................................. 27
4.5.1 Analisis Persepsi Petani Terhadap Program
Pembayaran jasa lingkungan............................... 28
4.5.2 Estimasi Nilai WTA Responden Terhadap
Pembayaran Jasa Lingkungan.............................. 28
4.5.3 Analisis Fungsi WTA........................................... 29
4.6 Hipotesa................................................................................. 29
4.7 Pengujian Parameter.............................................................. 30
V. GAMBARAN UMUM... 33
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.. 33
5.2 Kependudukan... 35
5.3 Krakteristik Sosial Ekonomi Responden... 36
5.3.1 Jenis Kelamin.. 36
5.3.2 Usia. 37
5.3.3 Lama Pendidikan Formal 38
5.3.4 Jumlah Tanggungan 39
5.3.5 Tingkat Pendapatan. 39
5.3.6 Lama Tinggal.. 40
5.3.7 Status Kepemilikan Lahan.. 41
8.1 Kesimpulan 61
8.2 Saran.. 61
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 63
LAMPIRAN............................................................................................. 65
xi
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Metode Analisis Data ... 29
2 Luas Wilayah Desa Tlekung Menurut Penggunaannya Tahun
2007... 34
3 Struktur Mata Pencaharian Penduduk Desa Tlekung Tahun
2007... 36
4 Peran Penting DAS Brantas.. 43
5 Alasan Perusahaan Membayarkan Dana Kompensasi.. 46
6 Besaran WTA Responden..... 52
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1 Mekanisme Pembayaran Jasa Lingkungan............................... 12
2 Diagram Alur Kerangka Pemikiran.......................................... 26
3 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin 38
4 Sebaran Responden Menurut Usia 38
5 Sebaran Responden Menurut Lama Pendidikan Formal.. 39
6 Sebaran Responden Menurut Jumlah Tanggungan... 40
7 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendapatan... 41
8 Sebaran Responden Menurut Lama Tinggal. 41
9 Penilaian Responden Mengenai Pentingnya Usaha
Konservasi. 44
10 Pengetahuan Responden Mengenai Pihak yang Memberikan
Kompensasi dalam Pembayaran Jasa Lingkungan... 45
11 Pengetahuan Responden Mengenai Perannya dalam Program
Pembayaran Jasa Lingkungan... 46
Nomor Halaman
1 Hasil Estimasi Model WTA..................................................... 66
2 Hasil Run Test. 68
3 Hasil Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov. 69
4 Hasil Uji Glesjer.. 70
5 Dokumentasi Kondisi Lahan Sebelum dan Sesudah Program
Pembayaran Jasa Lingkungan.. 71
I. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kaya akan sumber daya alam baik sumber
daya alam terbaharukan maupun tidak. Udara, lahan, air, minyak bumi, hutan dan
lain-lain merupakan sumber daya yang penting dalam menopang hidup manusia.
Menurut Fauzi (2006), hutan termasuk sumber daya alam terbarukan. Sumber
daya ini merupakan asset multi guna yang tidak saja menghasilkan produk seperti
kayu, rotan, getah, dan lain-lain, tetapi juga memiliki nilai lain berupa jasa
lingkungan.
adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan memiliki bebagai manfaat
yang dapat diberikan bagi kehidupan manusia. Menurut Nilsson dalam Suhendang
ekoturisme dan rekreasi alam. Terkait dengan fungsi hutan sebagai perlindungan
siklus air dalam DAS, keberadaan pohon-pohon dari hutan dalam DAS sangatlah
penting. Apabila pohon-pohon tersebut ditebang habis maka air hujan yang jatuh
dalam DAS akan langsung mengalir melalui aliran permukaan tanpa terserap
air serta penurunan kualitas air. Penyediaan air yang baik secara kualitas maupun
kuantitas erat kaitannya dengan pengelolaan DAS sebagai daerah sumber air.
Menurut Tim Studi PES RMI (2007) Sungai Brantas merupakan salah satu
sungai terbesar di Pulau Jawa. DAS Brantas sebagai sumber mata air bagi sektor
pertanian, industri serta jasa. Kontribusi DAS Brantas sangat besar bagi kegiatan
ekonomi di Kota Batu dan Kota Malang. Segala aktivitas ekonomi dapat berjalan
lancar apabila didukung dengan terjaganya kondisi hulu DAS Brantas Pada
awalnya, di daerah tersebut terdapat 13 mata air, akan tetapi saat ini jumlah mata
sekitar mata air tersebut. Aktifias berlebihan tidak hanya menurunkan kuantitas air
Penurunan kualitas dan kuantitas air yang terjadi di DAS Brantas dapat
memicu konflik dan kompetisi dalam pemanfaatan air. Guna mengatasi potensi
konflik dan kompetisi diperlukan solusi dalam mengelola DAS Brantas. Salah
satu instrument ekonomi yang dapat mengatasi masalah tersebut adalah melalui
lingkungan antara pemanfaat jasa maupun penyedia jasa. Hal ini bertujuan agar
atas upaya konservasi hutan dan upaya tata guna lahan bagi kepentingan tata guna
air di bagian hulu. Masyarakat di daerah hilir sebagai pemanfaat jasa lingkungan
Berdasarkan kondisi DAS Brantas saat ini, peneliti merasa perlu adanya
studi yang mengkaji mengenai besarnya nilai pembayaran yang bersedia diterima
merupakan salah satu pendekatan ekonomi dalam menentukan nilai ekonomi dari
masyarakat.
DAS Brantas pernah dilaksanakan pada tahun 2004. PJL dilakukan antara Perum
Kecamatan Junrejo Kota Batu. Masyarakat yang mengikuti program ini adalah
Kelompok Tani Sumber Urip Desa Tlekung Kecamatan Junrejo Kota Batu,
dikarenakan lahan-lahan yang digunakan dalam program ini adalah lahan yang
dikelola oleh para petani tersebut. PJT-I sebagai pihak yang wajib mengeluarkan
dana atas PJL DAS Brantas menyerahkan dana tersebut kepada Yayasan
perantara dari proses PJL DAS Brantas. Kesepakatan antara YPP dengan petani
menyerahkan dana PJL sebesar Rp. 25.500.000 kepada masyarakat untuk lahan
seluas 17,72 ha. Dana dalam program ini diberikan kepada masyarakat dan
melakukan pelatihan bagi para petani1. Masyarakat sebagai pihak yang menerima
dan lain sebagainya secara swadaya sampai tanaman tersebut masuk masa panen.
Hasil panen tanaman tersebut sepenuhnya sebagai milik masyarakat namun, untuk
hasil kayu masyarakat harus memperolehnya dengan sistem tebang pilih sesuai
dengan perjanjian. Sistem tebang pilih ini dimaksudkan untuk tetap menjaga
negoisasi kembali saat tanaman masyarakat tumbuh dengan baik. Pada tahun 2010
tanaman masyarakat khususnya tanaman kayu telah mulai memasuki masa panen,
masyarakat untuk menentukan nilai PJL. Program ini merupakan program yang
Oleh karena itu, diperlukan nilai yang sesuai dengan upaya masyarakat
dalam mengkonservasi DAS Brantas sesuai dengan presepsi petani tersebut. Nilai
dari dana pembayaran jasa lingkungan yang sesuai dengan upaya masyarakat
1
Hasil wawancara dengan Ketua Kelompok Tani Sumber Urip, Kartomo pada tanggal 29
November 2010
akan mencoba mencari nilai Willingness to Accept (WTA) terhadap PJL dari
presepsi petani atas upaya konservasi yang mereka lakukan di DAS Brantas.
yaitu:
bermanfaat bagi:
Batu
ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan
sumberdaya hayati dan non hayati yang dimanfaatkan umat manusia sebagai
sumber pangan, bahan baku dan energi. Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun
1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari
sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan sumberdaya alam hewani (satwa) yang
ekosistem. Sumberdaya alam selain menghasilkan barang dan jasa yang dapat
dikonsumsi baik langsung maupun tidak langsung juga dapat menghasilkan jasa-
jasa lingkungan yang memberikan manfaat dalam bentuk lain, misalnya amenity
Menurut Wunder (2005), ada empat tipe jasa lingkungan yang saat ini
mengemuka yaitu:
Salah satu jasa lingkungan yang dihasilkan oleh ekosistem hutan yaitu
merupakan satuan wilayah tangkapan air (catchman area) yang dibatasi oleh
dan seterusnya ke danau dan laut serta mengisi air bawah tanah. Menurut Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2004 DAS didefinisikan sebagai suatu wilayah daratan
yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang
berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah
hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah
topografis dan batas laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh
aktifitas daratan.
mencakup:
1. Pengaturan aliran air (water flow), pemeliharaan aliran musim kering dan
mengontrol banjir.
beban nutrient (misalnya, phosphorous dan nitrogen), beban kimia dan kadar
garam.
konsumsi orang lain terhadap barang yang sama. Misalnya uadara yang kita
hirup, dalam derajat tertentu tidak berkurang bagi orang lain dalam
menghirupnya.
Artinya, sulit untuk melarang pihak lain untuk mengkonsumsi barang yang
sama. Seperti pada saat kita menikmati pemandangan laut yang indah di
pantai misalnya, kita tidak bisa atau sulit melarang orang lain tidak
Merupakan nilai yang diperoleh atas pemanfaatan dari sumberdaya alam. Use
a. Nilai guna langsung (direct use) merupakan nilai yang diperoleh individu
b. Nilai guna tak langsung (indirect use) merupakan nilai yang didapat atau
dirasakan secara tidak langsung dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh
generasi saat ini terhadap sumberdaya alam dan lingkungan agar dapat
10
(services providers) dibayar oleh penerima jasa (services users). Pembayaran jasa
dalam kondisi yang berbeda-beda (The Regional Forum on Payment Schemes for
transaksi sukarela (voluntary) yang melibatkan paling tidak satu penjual (one
seller), satu pembeli (one buyer) dan jasa lingkungan yang terdefinisi dengan baik
yang lebih baik. Dewasa ini ,negara maju serta beberapa negara berkembang
lingkungan antara lain dapat diterapkan pada pengelolaan daerah aliran sungai.
2
http://www.esp.or.id/wp-contant/uploads/pdf/fs/efs-en.pdf. Diakses pada tanggal 16 Maret 2010
pukul 08.30
11
Pemerintah Daerah
Keuangan Pembayaran
Jasa Lingkungan
manghasilkan suatu nilai yang sesuai dengan jasa lingkungan yang sesungguhnya
yang dibayarkan secara sukarela oleh penerima manfaat jasa lingkungan agar
mendatang.
12
dalam pengelolaan sumberdaya dan lingkungan. Menurut Tim Studi PES RMI
lebih baik.
antara para pelaku yang terlibat dalam pengelolaan SDA dan lingkungan.
jasa lingkungan (ekosistem) melalui penciptaan nilai atas barang dan jasa
memiliki nilai pasar (non-market value). Menurut Garrod dan Willis (1999),
terdapat dua kelompok utama pendekatan untuk menilai dan mengukur barang
13
menghormati dan ramah terhadap kegunaan atau dampak lingkungan. Fokus dari
pendekatan ini adalah mengukur nilai kegunaan langsung (direct use value) dan
nilai kegunaan tidak langsung (indirect use value). Sedangkan stated preference
langsung dari individu-individu. Teknik ini juga dapat digunakan untuk mengukur
nilai kegunaan langsung (direct use value) dan nilai kegunaan tidak langsung
Method (TCM), dan Averting Behaviour Method (ABM). Saat ini metode dalam
menilai barang dan jasa lingkungan yang paling popular adalah Contingent
Valuation Method (CVM). CVM dapat mengukur nilai dari barang dan jasa
masyarakat.
nilai pasif (nilai non-pemanfaatan) sumberdaya alam atau sering dikenal juga
dilakukan dengan cara yaitu: (1) dengan teknik eksperimental melalui simulasi
14
dan permainan, (2) dengan teknik survei. Pada hakikatnya CVM bertujuan untuk
Ketika individu yang ditanya memiliki hak atas sumberdaya, pengukuran yang
relevan adalah WTA kompensasi yang paling minimum atas hilang atau rusaknya
sumberdaya alam yang mereka miliki. Jika individu yang ditanya tidak memiliki
hak atas sumberdaya, pengukuran yang relevan adalah WTP utuk memperoleh
barang tersebut.
Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti biasanya harus terlebih
Dalam hal ini bisa membuat kuisioner. Kuisioner ini bisa terlebih dahulu diuji
pada kelompok kecil untuk mengetahui reaksi atas proyek yang akan
Ini dilakukan dengan melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan
dari responden terhadap suatu proyek. Nilai lelang ini bisa dilakukan dengan
15
Tahap berikutnya adalah menghitung nilai rataan WTP setiap individu. Nilai
ini dihitung berdasarkan nilai lelang yang diperoleh pada tahap dua.
Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai mean (rataan) dan nilai
median (tengah).
Kurva lelang atau bid curve diperoleh dengan, misalnya, meregresikan WTP
atau WTA sebagai variabel tidak bebas (dependent variable) dengan beberapa
variabel bebas.
5. Mengagregatkan Data
Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan lelang yang
diperoleh pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel
ini adalah mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam
populasi (N).
Lingkungan DAS adalah Triani dari Sekolah Sarjana Program Studi Ekonomi
Kabupaten Serang). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
16
pendekatan CVM. Metode ini digunakan untuk mengkaji seberapa besar dana
Cidanau; Desa Ciatanam, Desa Cikumbeun dan Desa Kadu Agung sebagai
penyedia jasa lingkungan (seller); dan PT. KTI sebagai pemanfaat jasa lingkungan
jasa lingkungan yang sedang berjalan. Cara penetapan nilai pembayaran dinilai
buruk oleh sebagaian besar responden. Hanya dua responden dari 43 responden
Nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp 5.056,98 per pohon per
tahun. Jika dilakukan penyesuaian nilai pembayaran terkait nilai rata-rata WTA
masyarakat, dengan jumlah pohon sebanyak 500 pohon per ha, maka nilai
dipengaruhi oleh faktor nilai pendapatan dari pembayaran jasa lingkungan yang
selama ini diterima, kepuasan terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan yang
selama ini diterima, jumlah pohon, tingkat pendapatan rumah tangga, lama
17
pernah diterapkan pada tahun 2004 dan berlangsung selama 12 bulan. Dalam
18
Skenario;
yang berada di atas lahan milik mereka sekaligus sebagai upaya dalam
19
yang semakin meningkat sampai nilai maksimum yang mau diterima oleh
responden.
EWTA =
dimana:
Pendugaan kurva menggunakan nilai WTA sebagai variabel tak bebas dan
dimana:
WTA = Nilai WTA responden
JBTP = Jumlah batang pohon dalam program (batang)
PNDP = Tingkat pendapatan rumah tangga (rupiah/ bulan)
PDDK = Tingkat Pendidikan (Tahun)
TNGG = Jumlah tanggungan (orang)
LTGL = Lama tinggal (tahun)
PUAS = Kepuasan responden terhadap besarnya nilai kompensasi
(bernilai 1 untuk puas dan 0 untuk tidak puas)
5. Menjumlahkan Data
tengah WTA maka dapat diduga nilai WTA dari masyarakat dengan rumus:
20
TWTA =
dimana:
TWTA = Total WTA
WTAi = WTA individu ke-i
ni = Jumlah sampel ke-I yang bersedia menerima sebesar WTA
I = Responden ke-I yang bersedia menerima dana kompensasi (i = 1,
2, , k)
telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat
CVM dapat dilihat dari tingkat keandalan fungsi WTA. Uji atas evaluasi
dapat dilakukan dengan uji keandalan yang melihat nilai R-squares (R) dari
terkecil (Ordinary Least Square atau OLS). Metode OLS dilakukan dengan
dalam perhitungan dan umum digunakan. Asumsi utama yang mendasari model
regresi berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2004):
21
2. Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya
3. Varians bersyarat dari adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama
homoskedastisitas.
5. Tidak ada multikolinieritas antara variable penjelas satu dengan yang lainnya.
suatu fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan
metode OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linier terbaik (Best
perekonomian wilayah Kota Malang serta Kota Batu. Hal yang menjadikan DAS
Brantas memiliki peran penting yaitu perannya sebagai penyedia air baku bagi
mengandalkan sektor pertanian, industri dan jasa. Peran penting lainnya adalah
22
sisi lain permintaan akan air semakin mengalami peningkatan. Berawal dari
bagi pengelolaan DAS Brantas secara umum, serta khususnya untuk keberlanjutan
ketersediaan air.
Tlekung, Kecamatan Junrejo, Kota Batu pada tahun 2004 selama 12 bulan. Nilai
antara Kelompok Tani Sumber Urip dengan Perum Jasa Tirta I. Setelah lima
terjadi penebangan yang dilakukan secara berlebihan seperti yang pernah terjadi
nilai Willingness to Pay (WTA) petani serta faktor-faktor apa sajakah yang
pembayaran jasa lingkungan yang ada akan akan dilakukan dengan menggunakan
23
linier. Hasil dari penelitian diharapkan biasa menjadi rekomendasi sebagai bahan
lingkungan dalam pengelolaan DAS Brantas. Alur penelitian yang lebih jelas
24
lingkungan
25
data dalam penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan
November-Desember 2010.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi pemerintah di lokasi penelitian dan
penelitian.
pohon di atas lahan miliknya. Data sekunder yang dibutuhkan meliputi data yang
sensus. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 54 kepala keluarga. Teknik
kepala keluarga dari tiap-tiap rumah tangga yang terdaftar sebagai anggota dari
kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analsis data dilakukan secara manual
dengan menggunakan program Microsoft Office Excel dan Minitab for Windows
Release 14. Metode analisis yang diguanakan untuk menjawab tujuan dari
27
Cara untuk mengetahui nilai WTA masyarakat dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan pendekatan CVM yang terdiri dari enam tahap, yaitu:
28
5. Menjumlahkan Data
apa saja yang mempengaruhi WTA responden. Model yang digunakan pada
penelitian ini adalah model regresi linier. Persamaan regresi besarnya nilai WTA
4.6 Hipotesa
1. Nilai WTA masyarakat diduga dipengaruhi oleh jumlah pohon yang diikutkan
29
kompensasi.
pendidikan, lama tinggal, diduga akan berkorelasi positif terhadap nilai WTA.
kompensasi yang diterima diduga akan berkorelasi negatif dengan nilai WTA.
kebaikan suatu model yang telah dibuat. Uji yang dilakukan yaitu:
1. Uji Kenormalan
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau
statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji
bahwa jika signifikan dibawah 5% berarti data yang akan diuji mempunyai
perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Artinya, data tersebut
tidak normal. Jika signifikan diatas 5% berarti data yang akan diuji tidak
terdapat perbedaan yang signifikan dengan data normal baku. Artinya, data
tersebut normal. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak
yang lain.
2. Uji Keandalan
CVM dilihat dari nilai R-squares (R) dari OLS (Ordinary Least Square)
30
CVM.
dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas (r). Masalah
apabila nilai VIF (Varian Inflation Factor) < 10 maka tidak ada masalah
multicolinearity.
4. Uji Heteroskedastisitas
hasil uji glesjer lebih besar dari (5%), dan sebaliknya jika lebih kecil dari
31
V. GAMBARAN UMUM
Desa ini berbatasan dengan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Batu di sebelah
utara. Desa Gading, Kecamatan Dau merupakan batas sebelah Selatan. Sebalah
barat berbatasan dengan Desa Perhutani, Kecamatan Batu. Desa ini terletak di
ketinggian 850 900 meter dpl dengan curah hujan 1000 2000 mm/ th. Luas
wilayah Desa Tlekung sebesar 765 ha. Luas wilayah desa ini menurut
dengan lama tempuh 15 menit. Jarak ke ibukota kabupaten/ kota terdekat sejauh
tergolong mudah karena jalan yang telah di aspal seluruhnya dan sudah ada
beberapa lampu penerangan jalan namun, transportasi umum yang ada hanyalah
atau motor sewaan. Aksebilitas menuju kantor pemerintah daerah juga tergolong
mudah. Selain jalan yang telah di aspal serta lampu penerangan jalan, transportasi
Desa Tlekung adalah desa sekitar hutan. Kualitas udara di desa ini
tergolong baik, karena polusi udara dengan tingkat relatif rendah selain itu juga
banyak pepohonan besar yang membuat udara semakin segar. Lahan sangat subur
di Desa Tlekung sebanyak 181 ha, lahan subur sebanyak 73 ha, lahan sedang
sebanyak 3 ha, sedangkan lahan kritis 3 ha. Luas datarannya 88 ha, luas kawasan
dan pohon buah-buahan. Janis pohon kayu didominasi oleh Pohon Sengon
(Paraserienthes falcataria).
pembayaran jasa lingkungan (PJL) dengan luas 17,72 ha. Sebelum program PJL
masuk lahan kawasan ini adalah lahan sedang. Kondisi akibat terjadinya
menerima dana kompensasi yang digunakan untuk membeli bibit tanaman kayu
desa tersebut.
Sarana pendidikan formal yang terdapat di Desa Tlekung antara lain, dua
Sekolah Dasar (SD) yaitu SDN 01 dan SDN 02 Tlekung, dua Taman Kanak-kanak
yaitu TK RA 12 dan TK PKK Melati. Saran ibadah yang terdapat di desa ini
34
diantaranya enam unit masjid, 10 unit mushola dan satu unit gereja. Sarana ibadah
tersebut dalam keadaan baik. Desa ini juga memiliki sarana olahraga yaitu satu
5.2 Kependudukan
Jumlah penduduk Desa Tlekung tahun 2006 yaitu sebanyak 3620 jiwa
sedangkan tahun 2007 sebanyak 3730 jiwa. Desa ini memiliki 532 kepala
keluarga. Mata pencaharian penduduk sangat beragam, yaitu terdiri dari petani,
pekerja sektor jasa, pegawai kelurahan, PNS, ABRI, guru, dokter, bidan,
pensiunan ABRI/ sipil, pegawai swasta, warung/ kios/ toko, sopir/ motor sewaan,
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa 44,17% penduduk desa bekerja
memiliki warung/ toko/ kios dan sisanya sangat beragam. Dominasi pekerjaan
penduduk sebagai petani berkaitan erat dengan tipe desa yang merupakan desa
35
sekitar hutan. Letak yang berada di sekitar hutan menyebabkan perekonomian
tani yang beranggotakan para pemilik lahan di sekitar DAS Brantas yang terletak
di Desa Tlekung. Pada tanggal 17 Juli 2004 dibentuk Kelompok Tani Sumber
Urip yang beranggotakan 54 orang. Kelompok Tani Sumber Urip dibentuk dengan
tujuan menyamakan visi dan misi sehingga program pembayaran jasa lingkungan
Kondisi sosial ekonomi anggota kelompok tani dapat dilihat dari tingkat
yaitu hingga Sekolah Dasar (SD). Pekerjaan utama anggota kelompok tani hampir
hasil pertanian di lahan yang dimiliki petani. Umumnya para petani memiliki
pendapatan tambahan dari perahan susu sapi yang dimiliki. Warga desa ini banyak
yang memiliki sapi perah dimana hasil perahannya ditampung di KUD terdekat.
yaitu sebanyak 54 orang. Sebagian besar responden berjenis kelamin pria karena
selain sebagai pemilik lahan responden adalah kepala keluarga. Seorang kepala
36
responden laki-laki sebanyak 90,7% dan perempuan sebanyak 9,3%.
5.3.2 Usia
usia 39-50 dan 51- 62 tahun. Jumlah responden tertinggi terdapat pada sebaran
usia 52-62 tahun yaitu sebanyak 42,6%. Hal ini dikarenakan masyarakat yang
menjadi dalam anggota kelompok tani telah lama tinggal dan bertani di desa
tersebut. Responden dengan sebaran usia 39-50 tahun sebesar 38,9%. Seluruh
37
5.3.3 Pendidikan Formal
yang sama yaitu Sekolah Dasar (SD) atau sederajat. Hal inlah yang mendasari
memiliki latar belakang pendidikan 4-6 tahun dan lebih tinggi dari SD atau
beberapa responden memiliki latar belakang lebih dari SD yaitu SMP (Sekolah
Menengah Pertama) sederajat dan SMA sederajat (Sekolah Menengah Atas), akan
Jarang sekali responden yang tidak pernah bersekolah atau tepatnya hanya satu
orang.
masyarakat untuk tidak meneruskan sekolah pada tingkat yang lebih tinggi.
38
5.3.4 Jumlah Tanggungan
dua sebaran yaitu 1-3 orang dan 4-6 orang. Sebanyak 51,9% responden memiliki
tanggungan 1-3 orang dan 46,3% responden memiliki tanggungan 4-6 orang.
anak responden yang sudah besar dan telah hidup mandiri. Bahkan ada beberapa
6.
masing komposisinya yaitu 22,2% dan 31,5%. Pekerjaan utama responden sebagai
kebanyakan petani memiliki sumber pendapatan lain yaitu dari perahan susu sapi
39
pendapatan responden tidak terlalu rendah dikarenakan sumber pendapatan lain
31-45 tahun dan 46-60 tahun dengan komposisi masing-masing yaitu 37% dan
Tlekung sejak lahir sehingga lama tinggal mereka di desa ini tergolong lama.
Responden dengan lama tinggal <31 tahun dan >60 tahun memiliki presentase
40
5.3.7 Status Kepemilikan Lahan
tani.
41
VI. PERSEPSI TERHADAP PROGRAM PEMBAYARAN JASA
LINGKUNGAN
sebagai pemanfaat jasa, Kelompok Tani Sumber Urip sebagai penyedia jasa, serta
ditentukan. Selain itu, PJT-I juga berhak mendapatkan laporan keseluruhan, baik
laporan pekerjaan maupun laporan keuangan. Dalam program PJL YPP berhak
untuk usaha penghijauan atau konservasi sumberdaya air. YPP juga berkewajiban
melakukan upaya konservasi di lokasi yang telah disepakati dengan tanaman yang
mahoni, dan jati serta tanaman buah-buahan seperti durian, mangga, kopi dan lain
sebagainya. Anggota kelompok tani juga waib melakukan sistem tebang pilih
pohon. Kelompok Tani Sumber Urip berhak menerima dana dari YPP sebesar Rp
kelompok tani. Pembayaran PJT-I kepada YPP dilaksanakan melalui dua tahap,
yaitu:
pihak.
Pembayaran YPP kepada kelompok tani dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu:
telah dilaksanakan,
43
DAS Brantas sebagai sumber air memiliki peran yang sangat penting bagi
ketersediaan air hingga hilir, yaitu sebanyak 77,7%. Dapat dilihat dari aktivitas
warga Desa Tlekung yang memanfaatkan DAS Brantas sebagi sumber air untuk
orang memiliki jawaban lain yang beraneka ragam salah satunya menilai DAS
menerima dana pembayaran jasa lingkungan tidak hanya berorientasi pada nilai
mengenai manfaat terjaganya alam sekitar untuk dan berbagai dampak negatif
44
dilaksanakan guna menjaga kelestarian DAS Brantas. Hanya satu orang yang
menganggap uapaya konservasi tidak penting dikarenakan tidak paham akan arti
dikarenakan peran serta Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) desa tersebut
yang berperan aktif untuk memberikan pengertian akan hal ini. Selain itu
perubahan kualitas lingkungan yang semakin baik yaitu terjaganya kuantitas air
penyedia dan konsumen. Perum Jasa Tirta I (PJT-I) berperan sebagai konsumen
pihak yang memberikan kompensasi atas jasa lingkungan yang telah berjalan,
45
bahwa pihak yang memberikan kompensasi atas jasa lingkungan di lahan mereka
adalah PJT-I. Sedangkan sisanya 11,1% responden tidak mengetahui pasti pihak
dari pemerintah, baik pemerintah kota maupun pemerintah daerah. Hal ini
dikarenakan mereka jarang hadir dalam pertemuan rutin kelompok tani sehingga
Gambar 10.
46
dalam program PJL. Sebanyak 16,7% responden tidak mengetahui pasti peran
mereka dalam program PJL. Keterangan dapat dilihat pada Gambar 11.
telah mereka tanam di lahan milik mereka. Komitmen ini mereka wujudkan dalam
jalan melakukan pembibitan secara swadaya oleh seluruh anggota kelompok tani.
rutinnya mereka mengadakan pertemuan secara berkala yaitu selama dua minggu
47
satu tahun. Waktu lima tahun setelah jalannya program diharapkan dapat
dan dampak yang dirasakan dari program itu sendiri. Hampir seluruh responden
yang menilai buruk dikarenakan bibit yang mereka terima tidak tepat pada saat
48
baik yang dirasakan oleh responden. Udara yang lebih sejuk serta kuantitas air
yang melimpah baik di musin kemarau maupun musim hujan. Dahulu sebelum
adanya program mereka cukup sulit mencari air untuk pengairan sawah dan
kebutuhan sehari-hari namun sekarang hal tersebut sudah tidak terjadi lagi.
sebagian digunakan untuk pembelian bibit. Bibit ini harus ditanam oleh anggota
responden hadir pada saat negoisasi dilakukan yang juga dihadiri pihak
perwakilan kantor desa. Seluruh responden mengetahui bahwa nilai atau jumlah
dan jenis bibit yang diterima sesuai dengan keinginan responden. Selain
penentuan jumlah bibit, dalam pertemuan tersebut juga ditetapkan secara bersama
dana yang diterima untuk biaya perawatan tanaman berupa pupuk serta biaya
diterima oleh Kelompok Tani Sumber Urip sesuai dengan keinginan petani. Hal
ini membuat seluruh responden memberi nilai baik terhadap penetapan nilai
pembayaran jasa lingkungan. Jumlah dan jenis bibit yang diberikan sesuai
permintaan petani sebagai pemilik tanah dinilai baik karena apabila tidak sesuai
maka dapat terjadi kemungkinan petani tidak mau menanam serta merawat
49
90,7% responden merasa puas akan nilai pembayaran jasa lingkungan hasil
musyawarah. Responden yang merasa tidak puas atas nilai pemabayarn jasa
Sejumlah responden yang merasa tidak puas akan nilai pemabayaran jasa
lingkungan memiliki alasan yang sama. Mereka pada saat negoisasi hanya
mengikuti apa yang disarankan beberapa teman atau saudara meskipun hal itu
50
lingkungan karena upaya konservasi yang harus dilakukan terhadap lahan milik
dan 9,3% responden tidak bersedia menerima. Keterangan dapat dilihat pada
Gambar 14.
termasuk sudah tua. Alasan responden tidak bersedia menerima nilai pembayaran
jasa lingkungan adalah sudah terlalu tua atau sudah tidak ada waktu lagi untuk
mengurus atau merawat tanah mereka. Selain itu, beberapa responden mengatakan
tanah mereka juga akan dibagi kepada anak-anaknya. Responden yang tidak
bersedia pada umumnya adalah responden dengan usia lanjut atau tua.
melibatkan Perum Jasa Tirta I (PJT-I) dan Kelompok Tani Sumber Urip.
kelompok tani harus melakukan upaya konservasi pada lahan milik mereka.
52
dapat dilihat pada Tabel 6. Dugaan nilai rataan WTA rumahtangga dari
perhitungan pada tabel di dibawah adalah sebesar Rp 8.265 per pohon per
tahun.
program (pohon). Didapat kurva tawaran WTA yang dapat dilihat pada
Gambar 15.
53
Hasil perhitungan WTA total responden dapat dilihat pada Tabel 8. Lokasi
perhitungan yang ada pada tabel diperoleh nilai total WTA Kelompok Tani
Sumber Urip sebesar Rp 63.938.000 per tahun. Nilai tersebut merupakan nilai
54
dengan baik oleh faktor-faktor dalam model, sebesar 56,4% dijelaskan oleh
faktor lain yang tidak terdapat dalam model. Nilai R2 yang kecil ini
disebabkan oleh pengambilan data primer cross section yang dilakukan pada
waktu yang hampir bersamaan untuk beberapa sampel sehingga belum dapat
Nilai WTA yang ditawarkan responden sebesar Rp 8.265 per pohon per
tahun. Nilai ini merupakan nilai yang bersedia diterima responden untuk
melaksanakan sistem tebang pilih dalam pemanfaatan pohon yang ada pada lahan
setelah menyiapkan tanaman pengganti sesuai dengan jumlah pohon yang akan
ditebang. Jadi, nilai WTA responden merupakan nilai dari usaha responden dalam
dari jumlah batang pohon pada lahan yang diikutsertakan dalam program, tingkat
responden terhadap nilai kompensasi yang pernah berlaku. Hasil Analisis nilai
55
43,6%. Nilai ini menunjukan bahwa keragaman WTA responden dapat dijelaskan
oleh model, sisannya yaitu sebesar 56,4% dijelaskan oleh variabel lain diluar
model. Model regrasi yang sesuai dengan OLS harus memenuhi beberapa asumsi
membentuk kurva bell seperti kurva normal, maka sisaan menyebar normal
(Lampiran 1). Untuk lebih memastikan lagi dilakukan uji Kolmogorov Smornov
(Lampiran 3). Pada output komputer memnunjukan bahwa P-value berada diatas
pada nilai VIF. Pada output komputer (Lampiran 1) menunjukkan nilai VIF
masing-masing variabel bebas memiliki nilai kurang dari sepuluh ( VIF < 10). Hal
56
Plot Residual Versus Fits. Lebar pitaan di atas dan di bawah sama, maka sisaan
bersifat homogen. Untuk lebih memastikan lagi dilakukan Uji Glejser. Hasil uji
ini (Lampiran 4) menunjukkan bahwa P-value berada diatas 0,05, maka tidak
Variabel jumlah batang pohon dengan P-value 0,000 yang artinya bahwa
variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden dengan taraf
nyata 0,05 (5%). Nilai koefisien variabel jumlah batang pohon memiliki
tanda positif (+) berarti jika jumlah batang pohon yang dimiliki responden
meningkat satu satuan (pohon), maka nilai WTA responden akan meningkat
Semakin banyak jumlah pohon yang dimiliki oleh responden maka semakin
atas lahan mereka. Besarnya insentif dipengaruhi oleh biaya imbangan apabila
57
2. Jumlah Tanggungan
variabel ini berpengaruh nyata terhadap nilai WTA responden dengan taraf
nyata 0,1 (10%). Nilai koefisien variabel jumlah tanggungan memiliki tanda
positif (+) berarti jika jumlah tanggungan responden meningkat satu satuan
(orang), maka nilai WTA responden akan meningkat pula sebesar 0,03953%.
jumlah tanggungan responden maka jumlah pohon yang akan dijual cenderung
1. Tingkat Pendapatan
satuan (rupiah), maka nilai WTA yang diberikan responden akan menurun
nyata terhadap model. Hal ini dikarenakan pendapatan responden tidak berasal
dari satu sumber saja. Pada umumnya responden memiliki sapi perah yang
hasil perahannya dijual setiap hari. Bahkan bagi beberapa responden hasil
58
susu sapi perah lebih besar dari hasil pekerjaan utama yaitu sebagai petani dan
pohon diatas lahan mereka yang diikutkan program PJL. Hal ini yang
model.
2. Tingkat Pendidikan
satuan (tahun), maka nilai WTA yang deberika responden akan meningkat
cenderung seragam dalam menanggapi sesuatu hal relatif sama. Hal ini yang
model.
3. Lama Tinggal
Variabel lama tinggal memiliki koefisien bertanda positif (+) dengan nilai
satu satuan (tahun) maka nilai WTA yang diberikan responden akan
berpengaruh nyata terhadap model. Hal ini dikarenakan responden yang lebih
59
lingkungan sekitar. Kekeringan atau susahnya air pernah dialami oleh desa
memiliki koefisien bertanda negatif (-) dengan nilai sebesar 0,11892. Artinya
responden yang merasa tidak puas terhadap nilai pembayaran jasa lingkungan
Variabel ini duduga tidak berpengaruh nyata terhadap model karena hampir
60
8.1 Kesimpulan
semakin baik setelah adanya program. Cara penetapan nilai konpensasi dinilai
responden.
2. Nilai dugaan rataan WTA responden adalah Rp 8.265,31 per pohon per tahun.
Jika dilakukan penyesuaian nilai pembayaran dengan jumlah pohon yang ada
pada 17,72 ha lahan yang diikutkan pada program , maka nilai total yang harus
tahun.
3. Nilai WTA responden Kelompok Tani Sumber Urip dipengaruhi oleh dua
8.2. Saran
sebagai berikut:
acuan oleh Perum Jasa Tirta I dalam memberikan nilai pembayaran jasa
62
DAFTAR PUSTAKA
64
LAMPIRAN
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 6 0.88526 0.14754 5.16 0.001
Residual Error 40 1.14370 0.02859
Total 46 2.02897
Source DF Seq SS
Jumlah Batang Pohon 1 0.72082
Pendapatan 1 0.00291
Pendidikan 1 0.00883
Jumlah Tanggungan 1 0.05313
Lama Tinggal 1 0.04929
Puas 1 0.05029
Unusual Observations
Jumlah
Batang
Obs Pohon Ln WTA Fit SE Fit Residual St Resid
3 500 9.2103 9.3659 0.1250 -0.1556 -1.37 X
10 440 9.2103 9.4476 0.1216 -0.2373 -2.02RX
21 50 8.5172 8.8609 0.0464 -0.3437 -2.11R
46 55 8.5172 8.8459 0.0512 -0.3287 -2.04R
66
Residual
Percent
0.0
50
-0.2
10
1 -0.4
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 8.8 9.0 9.2 9.4
Residual Fitted Value
Residual
0.0
4
-0.2
2
0 -0.4
-0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 1 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Residual Observation Order
67
68
60
50
40
30
20
10
1
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 0.4
RESI1
69
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 1 0.018675 0.018675 2.62 0.112
Residual Error 45 0.320611 0.007125
Total 46 0.339285
Unusual Observations
70
71