Anda di halaman 1dari 30

Modul 4.

Kemiskinan, Ketimpangan dan


Pembangunan
Rabin Ibnu Zainal, SE, MSc, PhD.

Ekonomi Pembangunan
Dilema Pembangunan
• Lebih dari empat
dekade terakhir,
debat mengenai
hubungan antara
pertumbuhan
ekonomi
(economic growth),
ketimpangan
(inequality), dan
kemiskinan
(poverty)

2
Konsep lama
Kemiskinan
Pembangunan
&
Ketimpangan

Konsep Baru Growth with distribution

Kemiskinan
Pembangunan
&
3
Ketimpangan
 Fakta menarik yang diungkapkan oleh Bank Dunia dalam World
Development Report disebutkan bahwa sejumlah negara yang laju
pertumbuhan ekonominya cukup baik ternyata , pertumbuhan ekonomi
tersebut tidak serta merta mereduksi kemiskinan.
Kesenjangan distribusi pendapatan bahkan tetap tak terkoreksi.
Disebutkan bahwa sedikitnya 3 (tiga) milyar penduduk bumi masih
berada dalam kemiskinan (hanya memperoleh pendapatan kurang dari US$
2 per hari).
Fakta ini setidaknya dimaknai sebagai bentuk divergensi antara
pertumbuhan ekonomi dengan perbaikan taraf hidup dan distribusi
pendapatan.

4
DISTRIBUSI PENDAPATAN
Jenispendapatan

Property Income,
meliputi sewa (rent),
bunga tabungan (interest
Labor income, paid on saving account),
meliputi upah laba perusahaan
(wages) dan gaji (corporate profit), dan
(salaries), benefit proprietors income atau
serta berbagai disebut juga sebagai
jenis labor income laba perusahaan
lainnya perseorangan.
5
DISTRIBUSI PENDAPATAN
(Pembagian Pendapatan)

• Menggambarkan bagian dari pendapatan


yang diterima oleh para pemilik faktor
produksi.

• Menggambarkan variabilitas atau dispersi


(penyebaran) pendapatan.

6
SUMBER-SUMBER KETIMPANGAN
Ketidak merataan dalam:
– Kepemilikan kekayaan

– Labor Income, karena: kemampuan dan keahlian,


intensitas kerja, bidang pekerjaan, dan faktor
lainnya(lingkungan,gizi buruk, tingkat pendidikan,
dsb).
– Property Income, karena: life cycle saving,
kewirausahaan (entrepreneurship), warisan dan lain-
lain.

7
Distribusi Pendapatan... (lanjutan)

8
Kebijakan Mengurangi Kemiskinan dan
Ketimpangan Pendapatan
a) Mengubah distribusi pendapatan fungsional melalui
kebijakan yang ditujukan untuk mengubah harga relatif
faktor. Hal ini terutama dimaksudkan untuk mengurangi/
menghilangkan distorsi harga faktor yang merugikan
kelompok miskin.

b) Memperbaiki distribusi pendapatan melalui redistribusi


pemilikan aset secara progresif, yang antara lain dilakukan
melalui land reform, dan pemberian kredit lunak bagi usaha
kecil.

9
Lanjutan
c) Mengurangi bagian pendapatan penduduk golongan atas
(kaya) melalui pajak pendapatan dan pajak kekayaan yang
progresif. Dengan demikian, peningkatan penerimaan
negara hasil pajak itu akan dapat ditujukan pada perbaikan
kesejahteraan kelompok miskin.

d) Meningkatkan bagian pendapatan penduduk golongan


bawah (melarat) melalui pembayaran transfer secara
langsung serta penyediaan barang dan jasa publik atas
tanggungan pemerintah. Hal ini antara lain dilakukan
melalui pembebasan/keringanan pajak bagi kelompok
miskin, tunjangan atau subsidi pangan, bantuan pelayanan
kesehatan, bantuan pelayanan umum lainnya.

10
Daftar orang terkaya Indonesia yang
masuk ke dalam daftar orang kaya Forbes:
• 146. R Budi Hartono (Djarum, BCA) 6,5 miliar dollar AS
157. Michael Hartono (Djarum, BCA) 6,3 miliar dollar AS  
304. Low Tuck Kwong  (Bayan Resources) 3,6 miliar dollar AS
377. Martua Sitorus (Wilmar International) 3 miliar dollar AS
418. Sukanto Tanoto (Raja Garuda Mas) 2,8 miliar dollar AS
464. Peter Sondakh (Rajawali Group) 2,6 miliar dollar AS
578. Achmad Hamami & keluarga 2,2 miliar dollar AS
634. Sri Prakash Lohia (Indorama) 2 miliar dollar AS
634. Chairul Tanjung (CT Group) 2 miliar dollar AS
764. Kiki Barki (Harum Energy) 1,7 miliar dollar AS
854. Murdaya Poo (Central Cipta Murdaya) 1,5 miliar dollar AS
913. Edwin Soeryadjaya (Saratoga, Adaro) 1,4 miliar dollar AS
960. Tahir (Mayapada) 1,3 miliar dollar AS
960. Hary Tanoesoedibjo (Bhakti Investama, MNC) 1,3 miliar dollar AS
1015. Garibaldi Thohir (Adaro) 1,2 miliar dollar AS
1075. Theodore Rachmat (Adaro) 1,1 miliar dollar AS
1153. Djoko Susanto (Alfamart) 1 miliar dollar AS

11
Data kemiskinan di indonesia
The Vicious Circle of Poverty
KLUS KEMISKINAN (POVERTY LIFECYCLES
Indikator Kemiskinan
• Terdapat beberapa indikator kemiskinan yang
biasa digunakan, yaitu indikator:
– Kemiskinan relatif
– Kemiskinan absolut
– Kemiskinan kultural, dan
– Kemiskinan struktural
Kemiskinan Relatif
• Seseorang dikatakan berada dalam kelompok
kemiskinan relatif, jika pendapatannya berada di
bawah pendapatan di sekitarnya, atau dalam
kelompok masyarakat tersebut, ia berada di lapisan
paling bawah.
• Bisa jadi meskipun pendapatannya cukup untuk
memenuhi kebutuhan pokok, namun karena
dibanding masyarakat di sekitarnya, pendapatannya
dinilai rendah, ia termasuk miskin.
• Amerika Serikat menggunakan indikator kemiskinan
semacam ini.
Kemiskinan Absolut
• Dilihat dari kemampuan pendapatan untuk
memenuhi kebutuhan pokok (sandang,
pangan, pemukiman, pendidikan dan
kesehatan).
• Jika pendapatan seseorang di bawah
pendapatan minimal untuk memenuhi
kebutuhan pokok, maka ia disebut miskin.
• Indonesia menggunakan indikator kemiskinan
jenis ini.
Kemiskinan Kultural
• Dikaitkan dengan budaya
masyarakat yang “menerima”
kemiskinan yang terjadi pada
dirinya, bahkan tidak merespons
usaha-usaha pihak lain yang
membantunya keluar dari
kemiskinan tersebut.
Kemiskinan Struktural
• Kemiskinan yang disebabkan struktur dan
sistem ekonomi yang timpang dan tidak
berpihak pada si miskin, sehingga
memunculkan masalah-masalah struktural
ekonomi yang makin meminggirkan peranan
orang miskin.
Beberapa Pengertian
Kemiskinan
Garis Kemiskinan (Poverty Line)
• Badan Pusat Statistik (BPS) mengukur garis
kemiskinan dengan pendekatan konsumsi sejalan
dengan pendekatan Bank Dunia.
• Garis kemiskinan tersebut diukur dari kemampuan
membeli bahan makanan ekuivalen dengan 2100
kalori per kapita per hari dan biaya untuk
memperoleh kebutuhan minimal akan barang/jasa,
pakaian, perumahan, kesehatan, transportasi, dan
pendidikan.
Garis Kemiskinan VV. Bhanoji Rao

• Rao menghitung garis kemiskinan dengan


memperhitungkan kebutuhan kalori per hari
minimum yang diperlukan seseorang untuk
hidup layak sebagai dasar, kemudian diambah
lagi dengan keperluan untuk kehidupan dasar
yang sifatnya sosial, misalnya untuk
pemeliharaan kesehatan, sekolah, dsb.
Indikator Kemiskinan Prof Sayoga

• Dibedakan antara daerah perkotaan dan


pedesaan.
• Garis kemiskinan untuk pedesaan setara
dengan 240 kg beras per kapita per tahun,
sedangkan untuk perkotaan setara dengan
360 kg beras per kapita per tahun.
• Garis kemiskinan ditetapkan setelah survei di
seluruh Indonesia pada 1973.
Pergeseran Pengertian Kemiskinan

• Pergerseran pengertian kemiskinan dengan


tidak melihat aspek pendapatan dan konsumsi
saja, tetapi juga melihat masalah
ketergantungan, harga diri, kontinuitas
pendapatan dsb.
Pendapat Lain
• Mengartikan kemiskinan dengan melihat berbagai
dimensi:
– Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar
(sandang, pangan, papan);
– Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar
lainnya (kesehatan, pendidikan, sanitasi, air bersih, dan
transportasi)
– Tidak adanya jaminan masa depan (karena tidak adanya
investasi untuk pendidikan dan keluarga)
– Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual
maupun massal.
Lanjutan
– Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan
keterbatasan sumber daya alam;
– Tidak dilibatkan dalam kegiatan sosial masyarakat;
– Tidak adanya akses terhadap lapangan kerja dan
mata pencaharian yang berkesinambungan;
– Ketidakmampuan berusaha karena cacat fisik
maupun mental;
– Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial
(anak-anak terlantar, wanita korban kekerasan
rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal
dan terpencil)
Faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan
secara umum, antara lain:

• Mata pencaharian utama di sektor pertanian.


• Adanya perekonomian dualistis.
• Kurangnya pengolahan sumber daya alam secara efisien.
• Pertumbuhan penduduk yang cepat.
• Tingginya angka pengangguran
• Kondisi ekonomi yang terbelakang
• Tidak adanya inisiatif untuk berusaha
• Adanya kelangkaan alat modal
• Rendahnya tingkat penguasaan teknologi
• Orientasi ekspor barang primer
28
Sebab-sebab Struktural Kemiskinan di
Indonesia
• Ketidakmampuan mengelola sumber daya alam
secara maksimal;
• Kebijakan ekonomi yang tidak berkomitmen
terhadap penanggulangan kemiskinan dan semata-
mata mengejar pertumbuhan ekonomi (trickle down
effect tidak bekerja)
– Kesalahan mendasar dalam asumsi perekonomian
Indonesia adalah pengangguran dan kemiskinan hanya
mungkin diatasi jika ekonomi tumbuh minimal (misalnya)
6,5 %.
– Asusmsi demikian salah, karena:
• Yang dapat mengatasi pengangguran dan kemiskinan
adalah pertumbuhan ekonomi yang melibatkan
kegiatan ekonomi rakyat yang pelakunya adalah
masyarakat miskin.
• Pengangguran dan kemiskinan adalah dua hal berbeda.
Orang yang menganggur belum tentu miskin.

– Ilustrasi: 1 % pertumbuhan diasumsikan mampu


menampung 200.000-400.000 tenaga kerja baru,
maka pertumbuhan 6.5 % hanya mampu
mempekerjakan 1,3 juta-2,6 juta tenaga kerja dan
tidak ada jaminan bagi penduduk miskin yang
mencapai puluhan juta jiwa.

Anda mungkin juga menyukai