SETIANA
Setiana
NIM. H44120042
4
5
ABSTRAK
SETIANA. Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar
Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto,
Kabupaten Pekalongan. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan makhluk
hidup, terutama manusia. Meningkatnya jumlah penduduk dunia setiap tahun
mengakibatkan kebutuhan manusia akan air semakin meningkat sementara supply
air sangat terbatas. Hal ini menyebabkan air menjadi komoditi yang memiliki nilai
intrinsik ekonomi, sehingga dibutuhkan biaya-biaya dalam pengelolaan dan
penggunaannya. Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program penyediaan air bersih untuk
pelanggan air minum di Desa Tegaldowo. Badan Pengelola Sarana (BPS)
PAMSIMAS harus bekerja lebih efektif dan efisien dalam peningkatan pelayanan
sehingga dapat menjangkau pelayanan yang lebih luas. Tujuan penelitian ini
adalah untuk 1) Membandingkan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap
pendapatan antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS; (2)
Mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih PAMSIMAS Desa Tegaldowo
melalui mekanisme Full Cost Recovery; (3) Mengestimasi nilai willingness to pay
(WTP) pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo untuk peningkatan pelayanan
program PAMSIMAS; dan (4) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya nilai WTP. Metode yang digunakan adalah analisis propori alokasi
konsumsi air, full cost recovery, WTP dan analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini adalah (1) Proporsi pengeluaran untuk konsumsi air pada rumah
tangga responden pelanggan PAMSIMAS sebesar 1,91% lebih kecil dibandingkan
dengan rumah tangga responden pelanggan PDAM sebesar 4,71%; (2) Tarif dasar
yang berlaku pada program PAMSIMAS sebesar Rp 1.300/m3 belum memenuhi
besaran tarif dengan mekanisme full cost recovery sebesar Rp 1.510/m3; (3) Nilai
rata-rata WTP pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo adalah sebesar Rp
1.540/m3; (4) Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah jenis kelamin,
tingkat pelayanan, jumlah pengguna air,tingkat pendidikan, dan pendapatan.
Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo sebaiknya
melakukan kenaikan tarif air diikuti oleh peningkatan pelayanan berupa tambahan
debit air untuk menjaga kontinuitas pelayanan air.
Kata kunci: full cost recovery, PAMSIMAS, proporsi alokasi konsumsi air,
sumberdaya air, willingness to pay.
6
ABSTRACT
Water is a very important daily needs for human beings. The increasing
number of the world's population every year resulting in the human need for water
is increasing while water supply is very limited. This causes the water becomes a
commodity that has intrinsic economic value, so it takes the costs of management
and use. PAMSIMAS Program (Water Supply and Sanitation Community Based)
is one of the programs providing clean water for drinking water in the village
Tegaldowo. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS should work more
effectively and efficiently in improving the service so that it can reach a wider
range of services. The purposes of this research are to 1) Compare the patterns of
consumption and expenditure among households from non PAMSIMAS into
PAMSIMAS; (2) Evaluate the determination of the basic rate of PAMSIMAS
clean water in Tegaldowo village through the mechanism of Full Cost Recovery;
(3) Estimate the value of PAMSIMAS customers WTP in Tegaldowo village to
improve services of PAMSIMAS program; and (4) Assess the factors that affect
the value of WTP. The methods used in this research are the allocation propotion
analysys of water consumption, full cost recovery, WTP and multiple linear
regression analysis. The results of this research are (1) The proportion of
expenditure on water consumption in household of PAMSIMAS customers
amounted to 1,91% smaller compared to the households of PDAM customers
amounted to 4,71%; (2) The basic tariff applicable to the PAMSIMAS program is
Rp 1,300/m3 not meet the tariff with full cost recovery mechanism Rp 1,510/m3;
(3) the average value of PAMSIMAS customers WTP in Tegaldowo village is Rp
1.540/m3; and (4) factors affect WTP are gender, level of service, the number of
water users, education level, and income. Facility Management Agency (BPS)
PAMSIMAS Tegaldowo village should conduct water tariff increase was
followed by increase in service such as an additional water discharge to maintain
continuity of service water.
SETIANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Judul Skripsi : Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan
Membayar Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di
Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan
Nama : Setiana
NIM : H44120042
Disetujui oleh
Diketahui oleh
Tanggal Lulus :
10
11
PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi
Penetapan Tarif Dasar Air Bersih dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat
terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Anto Sabari dan Ibu Warsinah, serta Adik
Rifan Sanditya atas segala kasih sayang, dukungan yang tiada hentinya, doa,
serta ketersediannya menerima segala keluh kesah penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan banyak arahan, perhatian, bimbingan dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis berada di semester tiga sampai enam.
4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Ibu Dina
Lianitasari, S.Si, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen yang telah
memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Tafsir selaku sekretaris Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS
atas bantuannya dalam proses pengambilan data.
6. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB para dosen beserta staf atas segala
ilmu dan dukungan selama masa studi.
7. Sahabat tersayang: Silvi, Tika, Linda, Kika, Nuke, Wawan dan teman
departemen ESL angkatan 49 atas doa, canda tawa, semangat, dukungan, dan
kebersamaannya.
8. Teman satu bimbingan: Novi, Elfa, Imet, Vera, Dwi dan Dini atas doa,
keceriaan, dan motivasinya selama ini.
9. Keluarga besar tim KKN-P Desa Pangebatan: Riana, Alfi, Rian, Suryadi, Isal,
Ridho, dan Naufal atas doa, canda tawa, dan kebersamaannya.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu
proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.
Setiana
12
13
DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8
2.1 Ekonomi Sumberdaya Air............................................................. 8
2.2 Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air........................................... 9
2.3 Full Cost Recovery Pricing........................................................... 14
2.3.1 Penetapan Harga Ramsey (Ramsey Pricing)....................... 14
2.3.2 Penetapan Dua Tarif (Coase’s Two Part Tariff).................. 15
2.3.3 Decreasing and Increasing Block Rate............................... 15
2.4 Willingness to Pay......................................................................... 16
2.5 Analisis Regresi Berganda............................................................ 18
2.6 Penelitian Terdahulu..................................................................... 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................. 23
IV. METODE PENELITIAN..................................................................... 26
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 26
4.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................. 26
4.3 Metode Pengambilan Data............................................................ 27
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data......................................... 27
4.4.1 Analisis Proporsi Alokasi Konsumsi Air........................... 27
4.4.2 Evaluasi Tarif Dasar Air Bersih Program PAMSIMAS
dengan Analisis Pemulihan Biaya Penuh........................... 28
4.4.3 Analisis Willingness to Pay (WTP)................................... 29
4.4.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP............ 31
4.4.1 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda......... 33
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................... 36
5.1 Keadaan Geografis dan Batas Administratif Desa Tegaldowo...... 36
5.2 Keadaan Lingkungan dan Sistem Penyediaan Air Bersih............. 36
5.3 Gambaran Umum PAMSIMAS..................................................... 37
5.4 Karakteristik Responden................................................................ 43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 47
6.1 Perbandingan Pengeluaran Konsumsi Air dari Pendapatan........... 47
14
DAFTAR TABEL
No Halaman
1 Presentase rumah tangga menurut provinsi di Pulau Jawa dan
sumber air minum Tahun 2014.......................................................... 2
2 Matriks metode analisis data............................................................... 27
3 Matriks faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness To Pay
(WTP).................................................................................................. 33
4 Batas wilayah Desa Tegaldowo.......................................................... 36
5 Kualitas sumber air di Desa Tegaldowo............................................. 37
6 Tarif progresif air bersih PAMSIMAS di Desa Tegaldowo............... 42
7 Tarif progresif air bersih PDAM Tirta Kajen Kabupaten
Pekalongan Tahun 2015..................................................................... 43
8 Data karakteristik responden Desa Tegaldowo................................... 44
9 Perbandingan alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan
PAMSIMAS dan pelanggan PDAM................................................... 48
10 Perbandingan proporsi alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan
PAMSIMAS dan pelanggan PDAM terhadap pendapatan................. 48
11 Biaya Pengelolaan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2015........ 51
12 Perhitungan tarif dasar PAMSIMAS Desa Tegaldowo...................... 52
13 Distribusi nilai rataan WTP responden............................................... 54
14 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016...................... 57
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1 Alokasi optimal berdasarkan MCP...................................................... 11
2 Penentuan harga air berdasarkan IBR.................................................. 16
3 Diagram alur pemikiran....................................................................... 25
4 Cakupan layanan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016............ 42
5 Kurva WTP Responden........................................................................ 55
16
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1 Kuesioner penelitian untuk masyarakat..................................................... 69
2 Kuesioner penelitian untuk Badan Pengelola Sarana (BPS)
PAMSIMAS Desa Tegaldowo.................................................................. 73
3 Tabel data responden pelanggan PAMSIMAS.......................................... 76
4 Tabel data responden pelanggan PDAM................................................... 78
5 Hasil regresi linier berganda dengan SPSS 16........................................... 79
6 Hasil uji normalitas model regresi linier berganda dengan SPSS
16............................................................................................................... 80
7 Hasil uji heteroskedastisitas model regresi linier bergandan dengan
SPSS 16...................................................................................................... 81
8 Dokumentasi.............................................................................................. 82
1
I. PENDAHULUAN
Tabel 1 Presentase rumah tangga berdasarkan sumber air minum di Pulau Jawa
tahun 2014
Air Mata Air Air Lain- Total
Provinsi Ledeng Pompa Sumur
Kemasan Air Sungai Hujan lain (%)
DKI Jakarta 13,64 14,79 71,19 0,26 - 0,03 0,03 0,06 100
Jawa Barat 6,50 20,50 35,91 21,31 15,14 0,43 0,11 0,10 100
Jawa Tengah 14,84 16,92 16,55 34,03 16,68 0,30 0,62 0,04 100
Yogyakarta 8,76 7,42 21,29 54,10 4,85 0,19 3,38 - 100
Jawa Timur 9,05 23,98 23,24 28,36 14,57 0,25 0,42 0,13 100
Banten 4,54 24,18 49,82 13,91 6,32 0,74 0,39 0,09 100
Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)
jumlahnya cukup banyak yaitu sebesar 34,03 persen. Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah telah memberikan bantuan Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi berbasis Masyarakat) untuk membangun prasarana penyediaan air
bersih dan sanitasi bagi masyarakat perdesaan dan peri-urban atau pinggiran kota
yang memiliki akses air bersih rendah terutama di daerah‐daerah rawan air bersih.
Program PAMSIMAS ini dilakukan di berbagai kawasan di Indonesia, salah
satunya adalah di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Sebelum adanya program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, sumber air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari warganya adalah dengan mengandalkan air sumur
dangkal.
PAMSIMAS merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia (Kementerian Pekerjaan Umum sebagai penanggung jawab
proyek) dan dengan dukungan Bank Dunia (World Bank) bekerjasama dalam
pengadaan air bersih yang dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota
(peri-urban). Program PAMSIMAS bertujuan untuk meningkatkan jumlah
fasilitas pada warga masyarakat yang kurang terlayani air bersih dan sanitasi,
termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban.
Adanya program PAMSIMAS diharapkan warga dapat mengakses pelayanan air
minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat. Penerapan program ini dalam rangka mendukung
pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui
pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan telah berjalan sejak tahun 2008 dan dibentuk suatu badan
kelembagaan yang terdiri dari beberapa anggota masyarakat yang berfungsi
mengelola program tersebut. Badan ini disebut Badan Pengelola Sarana (BPS).
Aktivitas BPS sendiri adalah mengkoordinasikan penyaluran air ke rumah-rumah
masyarakat pelanggan PAMSIMAS (konsumen), mengumpulkan iuran air yang
selanjutnya digunakan untuk biaya perawatan dan administrasi, serta mengadakan
rapat secara teratur dalam membicarakan hal–hal untuk kepentingan masyarakat
pengguna air bersih dengan program PAMSIMAS. Akhir-akhir ini timbul masalah
dalam debit air yang dialirkan ke masyarakat akibat adanya peningkatan
4
permintaan sedangkan sumber air tetap. Masyarakat menjadi resah karena debit
air yang sampai ke masyarakat lebih sedikit dari yang diterima sebelumnya
sehingga diperlukan suatu upaya yang dapat dilakukan oleh Badan Pengelola
Sarana (BPS) dalam melakukan peningkatan pelayanan.
pemasangan pipa atau sambungan, biaya perawatan pipa, hingga proses distribusi
agar air bersih sampai ke tangan konsumen maupun biaya administrasi lainnya
memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka diperlukan suatu usaha untuk
memberikan nilai terhadap sumberdaya air tersebut sehingga tercapai kondisi
pemulihan biaya penuh (full cost recovery), dimana hasil penjualan air tersebut
dapat menjadi sumber penerimaan dan pembiayaan sehingga pengelolaan dapat
berkelanjutan.
Seperti yang telah disebutkan di latar belakang, masalah yang belakangan
ini meresahkan masyarakat adalah masalah debit air yang berkurang akibat
sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu
unit dengan kapasitas 2,2 liter/detik untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR)
sedangkan permintaan akan air bersih semakin banyak, bahkan hingga saat ini
tahun 2016 sudah mencapai 351 pelanggan sambungan rumah (SR). Hal ini
menyebabkan masyarakat menjadi resah karena debit air yang sampai ke
masyarakat lebih sedikit dari yang diterima sebelumnya. Penelitian ini ingin
mengkaji lebih jauh nilai kesediaan masyarakat untuk membayar (Willingness to
Pay/ WTP) air bersih dengan program PAMSIMAS jika terdapat peningkatan
pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengelolanya yaitu Badan Pengelola Sarana
(BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo agar program PAMSIMAS dapat
berkelanjutan. Peningkatan pelayanan dalam hal ini adalah menambah sumber air
bersih dan pompa air agar pengaliran air sampai ke rumah-rumah masyarakat
dengan debit seperti semula atau lebih baik dari yang dialami oleh masyarakat
Desa Tegaldowo saat ini, serta diharapkan pengelola dapat menjangkau cakupan
pelayanan yang lebih luas.
Berdasarkan pemaparan tersebut, permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:
1) Bagaimana perbandingan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap pendapatan
antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS?
2) Bagaimana evaluasi terhadap penetapan tarif air bersih dari program
PAMSIMAS menggunakan mekanisme full cost recovery?
3) Berapa nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay/WTP) masyarakat Desa
Tegaldowo terhadap peningkatan pelayanan program PAMSIMAS?
6
sumberdaya air untuk sesuatu yang bermanfaat maka hak tersebut dapat hilang.
Permasalahannya pemanfaatan air didasarkan pada penemuan yang tidak ada
catatan kepemilikannya sehingga bermasalah pada aspek hukum, selain itu sama
halnya dengan riparian tidak diperkenankan adanya perdagangan atas air sehingga
air bisa saja dimanfaatkan oleh pengguna yang sangat membutukan air.
2) Water Pricing
Air tidak bisa lagi dimanfaatkan sebagai barang publik murni. Dalam
beberapa hal, air merupakan barang nilai tambah (value added commodity). Usaha
untuk memberikan nilai kepada sumberdaya alam tersebut melalui berbagai
mekanisme seperti water treatment sehingga sampai ke tangan konsumen dan
aman diminum memerlukan biaya yang tidak sedikit. Penentuan harga yang tepat
melalui water pricing yang mencerminkan biaya yang sebenarnya akan
memberikan sinyal kepada pengguna mengenai nilai dari air dan dapat menjadi
insentif untuk pemanfaatan air yang lebih bijaksana.
Salah satu model alokasi sumberdaya air yang didasarkan pada water
pricing adalah Marginal Cost Pricing (MCP). Konsep ini telah diadopsi oleh
berbagai negara sebagai suatu mekanisme water pricing yang paling banyak
digunakan. Mekanisme MCP didasarkan pada prinsip ekonomi bahwa alokasi
sumberdaya air yang optimal secara sosial adalah di mana manfaat sosial marginal
yang diperoleh dari konsumsi air setara dengan biaya sosial marginal yang
dikeluarkannya. Manfaat sosial marginal ini dicirikan oleh kurva permintaan
terhadap air, sementara biaya sosial marginal yang menggambarkan kurva suplai
air menggambarkan biaya yang harus dibayar oleh pengguna untuk memproduksi
satu unit tambahan air. Biaya marginal atas sumberdaya air ini termasuk biaya
pengguna (user cost) atau biaya korban terjadinya deplesi sumberdaya, dan biaya
eksternal, seperti biaya lingkungan dan sebagainya.
Gambar 1 memperlihatkan alokasi optimal berdasarkan prinsip MCP.
Alokasi optimal secara sosial ada pada titik P* dan Q* di mana manfaat marginal
sama dengan biaya marginal. Jika kemudian terjadi eksternalitas negatif dalam
pemanfaatan sumber daya air, biaya marginal akan bergeser ke kiri dan
menyebabkan makin berkurangnya suplai air sehingga keseimbangan baru dicapai
pada harga yang lebih tinggi dengan kuantitas makin sedikit QL < Q*.
11
Biaya Marginal
dengan biaya lingkungan
Harga (Rp)
PL Biaya Marginal
tanpa biaya lingkungan
P*
Manfaat Marginal
QL Q* Q (kuantitas)
Dinar et al. (1997) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa mekanisme MCP
memiliki beberapa kelebihan, antara lain secara teoritis mekanisme ini dianggap
paling efisien dan dapat menghindari terjadinya underpriced (penilaian di bawah
harga) dan penggunaan yang berlebihan (overuse). Namun demikian, MCP juga
memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan tersebut menyangkut aspek
kesetaraan (equity). MCP mengabaikan aspek ini karena pada saat terjadinya
kekurangan air (musim kemarau misalnya), kenaikan harga pada tingkat yang
sangat tinggi akan banyak memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat
yang berpenghasilan rendah. Dari sisi praktis, penggunaan MCP memerlukan
monitoring volumetrik yang biasanya cukup mahal dan sulit digunakan.
Spulber dan Sabbaghi (1994) dalam Fauzi (2010) melihat kelemahan lain
menyangkut penggunaan MCP, antara lain:
a. Biaya marginal bersifat multidimensi yang menyangkut beberapa input,
termasuk kuantitas dan kualitas sumber daya air.
b. Biaya marginal berbeda antara jangka pendek (short run marginal cost) dan
jangka panjang (long run marginal cost)
c. Biaya marginal juga dipengaruhi oleh perubahan permintaan, baik secara
temporal maupun permanen. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel akan
sangat ditentukan oleh perubahan permintaan dan ini akan sangat berpengaruh
terhadap biaya marginal.
12
3) Alokasi Publik
Sumberdaya air termasuk salah satu sumberdaya yang pengelolaannya unik
karena dalam situasi tertentu sulit memperlakukan air sebagai barang yang
diperdagangkan. Air kebanyakan merupakan barang publik, sehingga diperlukan
intervensi pemerintah dalam pengalokasiannya. Penyediaan sumberdaya air
seperti pembangunan waduk, dam, dan sejenisnya sering memerlukan investasi
yang sangat besar yang biasanya terlalu mahal untuk dilakukan oleh perusahaan
swasta. Oleh karena alasan-alasan inilah sebagian pihak mendukung adanya
intervensi publik atau pemerintah dalam alokasi sumberdaya air. Salah satu
bentuk alokasi publik dalam pengelolaan sumber daya air adalah irigasi dalam
skala besar di mana pemerintah menentukan sumber air yang digunakan untuk
sistem irigasi kemudian mengalokasikannya berdasarkan sistem yang ditentukan.
Dinar et al., (1997) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa alokasi yang
dilakukan oleh publik atau pemerintah dapat menjawab aspek equity dalam
pengelolaan sumberdaya air karena pemerintah dapat mengalokasikan air ke
daerah yang tidak mencukupi sehingga masyarakat miskin dapat mengakses air.
Namun demikian, alokasi pemerintah sering harus dibarengi dengan subsidi untuk
membantu alokasi air ke daerah-daerah dengan tingkat kebutuhan yang tinggi
namun kemampuan membayar rendah.
4) User Based-Allocation
Alokasi sumber daya air yang berbasis komunal seperti sistem subak di Bali
merupakan contoh nyata alokasi air dengan sistem user-based. Sistem alokasi ini
menggunakan berbagai variasi pengaturan seperti berdasarkan rotasi waktu
(bergilir), kedalaman air, kedekatan lokasi, dan sistem pembagian air pada sumur
umum maupun pompa air ditingkat desa atau komunal. Salah satu karakteristik
yang melekat kuat pada sistem ini adalah pentingnya peran kelembagaan.
Masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam pengelolaan sumberdaya air
akan memiliki informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi setempat daripada
lembaga-lembaga lain, sehingga mereka dapat mengatur alokasi air sesuai
perubahan kebutuhan tanpa harus terpaku pada formula yang baku. Sistem ini
memiliki kelemahan antara lain kurangnya kapasitas kelembagaan lokal dalam
menangani kebutuhan intersektoral, seperti antara kebutuhan rumah tangga dan
13
industri. Di tingkat lokal, mungkin mereka memahami benar kebutuhan air untuk
kebutuhan rumah tangga, namun kebutuhan industri. Di tingkat lokal, mungkin
mereka memahami benar kebutuhan rumah tangga, namun jangkauan untuk
industri tidak tercapai bahkan untuk skala yang kecil.
5) Alokasi Berbasis Pasar (Water Market)
Water market pada prinsipnya adalah pertukaran hak atas pemanfaatan air.
Konsep ini harus dibedakan dengan pertukaran sementara antara pengguna air
yang disebut spot market. Water market harus mengikuti kaidah-kaidah prinsip
ekonomi dalam pengoperasian pasar yang antara lain mencakup penjual dan
pembeli yang memiliki informasi yang sama, pasar yang bersifat kompetitif yang
berimplikasi pada keputusan yang diambil oleh salah satu pihak tidak
mempengaruhi keputusan terhadap pihak lain, dan pelaku ekonomi yang memiliki
motif untuk memaksimumkan manfaat ekonomi. Kondisi-kondisi tersebut
memungkinkan dicapainya keseimbangan penawaran dan permintaan dalam
transaksi air. Selain aspek efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya air, water
market juga memiliki kelebihan dari sisi timbulnya potensi manfaat bagi penjual
dan pembeli akibat adanya pertukaran, misalnya adanya kemungkinan bagi
penjual untuk meningkatkan ketersediaan air. Water market juga memungkinkan
dilakukannya internalisasi biaya eksternal (misalnya akibat pencemaran) oleh
pihak penyuplai (penjual).
Rosegrant dan Binswanger (1994) dalam Fauzi (2010) melihat bahwa water
market memiliki kelebihan antara lain:
a. Memungkinkan terjadinya pengukuhan hak atas pengelolaan air (well
establishment of property right). Hak yang diakui tersebut pada gilirannya bisa
mendorong insentif bagi pemilik air untuk berinvestasi pada teknologi
penghematan air (water saving technology).
b. Memberikan insentif kepada pengguna air untuk memperhatikan biaya
eksternal yang ditimbulkan akibat penggunaan air, sehingga mengurangi
tekanan terhadap sumberdaya air.
c. Memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk bereaksi terhadap perubahan-
perubahan permintaan dan penawaran.
14
d. Sistem pasar mengharuskan kedua belah pihak (penjual dan pembeli) untuk
menyetujui perubahan atau realokasi air, sehingga pengguna air dalam sistem
pasar ini lebih diberdayakan.
Implementasi alokasi sumberdaya air berbasis pasar bukan berarti tanpa
hambatan. Sistem water market rawan terhadap dampak negatif lingkungan yang
ditimbulkan. Dampak lingkungan ini terkadang harus dibayar lebih mahal oleh
masyarakat daripada harga air itu sendiri. Water market merupakan sistem yang
relatif masih baru dan masih mengalami berbagai modifikasi sehingga sulit untuk
menilai efektivitas sistem ini secara utuh.
instrumen kebijakan tunggal untuk menyatukan dua tujuan yaitu efisiensi dan
keuntungan pasar monopoli sama dengan nol (keuntungan normal). Solusinya
adalah membentuk harga sama dengan MC untuk konsumen (pelanggan) dengan
permintaan elastis dan menyatakan hambatan penerimaan melalui penyesuaian
beban harga kepada konsumen yang memiliki permintaan inelastis.
Harga air
P2
P1
Q1 Q2 Konsumsi air/volume
Unbiased Estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi
yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran
pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan
dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius
sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.
maupun yang baru akan dilakukan. Kerangka pemikiran terkait dengan penelitian
ini dilihat pada Gambar 3 yang menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang,
tujuan penelitian dan metode yang digunakan.
Penetapan tarif
dasar air
Perbandingan Nilai Faktor-faktor
pengeluaran kebersediaan yang
konsumsi air dari membayar mempengaruhi Full Cost Recovery
total pendapatan pelanggan nilai WTP Pricing
PAMSIMAS pelanggan
Rekomendasi
kebijakan
Pengelolaan
berkelanjutan
Keterangan:
Alur Pemikiran Penelitian
Batasan Penelitian
Gambar 3 Diagram alur penelitian
26
rumah tangga pelanggan air bersih PDAM terhadap pendapatan. Data yang
dibutuhkan adalah besar pendapatan per rumah tangga per bulan, volume
penggunaan air per rumah tangga per bulan, dan harga air. Persentase atau
proporsi alokasi konsumsi air dari total pendapatan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Pa
. 00
Pt
Keterangan:
p = Proporsi alokasi konsumsi air
Pa = Pengeluaran untuk membeli air bersih
Pt = Pendapatan total
4.4.2 Evaluasi Tarif Dasar Air Bersih Program PAMSIMAS dengan Analisis
Pemulihan Biaya Penuh
Tarif yang mengandung konsep full cost recovery adalah tarif yang sama
dengan biaya dasar produksi air bersih program PAMSIMAS yang mencakup
seluruh total biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Evaluasi tarif dasar air
bersih program PAMSIMAS dilakukan untuk mencapai keberpihakan pada semua
pemegang kepentingan dalam pemanfaatan dan pengelolaan air bersih program
PAMSIMAS yaitu masyarakat sebagai konsumen atau pelanggan dan Badan
Pengelola Sarana (BPS) sebagai pengelola program PAMSIMAS. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan
tata cara pengaturan tarif air minum pada perusahaan daerah air minum,
menyebutkan bahwa pertimbangan kepentingan masyarakat pelanggan berarti
bahwa pengelola air bersih dalam hal ini program PAMSIMAS dan Pemerintah
Daerah harus menjamin kepentingan konsumen yang hak- haknya dilindungi
peraturan perundang-undangan dengan menyediakan pelayanan yang baik kepada
masyarakat pelanggan. Tarif yang ditetapkan adalah wajar ditinjau dari
kepentingan para pemangku kepentingan dan telah memenuhi prinsip-prinsip
keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi
pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, dan prinsip perlindungan air baku.
29
Pertimbangan kepentingan pengelola air bersih yang dalam hal ini pengelola
air bersih program PAMSIMAS juga perlu diperhatikan untuk keberlangsungan
kegiatan usahanya. Tarif harus menjamin kepentingan pengelola sebagai badan
usaha dan penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (full cost
recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran
pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang pengelolaan.
Perhitungan dilakukan dengan melakukan pendataan pada semua biaya yang
dikeluarkan oleh pengelola air bersih program PAMSIMAS dalam kurun waktu
satu tahun. Pendataan dilakukan pada biaya langsung yang berkaitan secara
langsung dengan pengolahan air baku menjadi air bersih baik biaya tetap yang
dikeluarkan maupun biaya variabel yang memang dikeluarkan setiap tahunnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 bahwa tarif
dibedakan dalam empat jenis yaitu tarif rendah, tarif dasar, tarif penuh, dan tarif
khusus berdasarkan kesepakatan. Tarif yang dianggap full cost recovery adalah
tarif rata-rata yang minimal sama dengan tarif dasar yang akan sama dengan biaya
dasar per meter kubik air. Perhitungan biaya dasar dilakukan dengan membagi
biaya usaha dengan volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air.
T
BD = TD = P-
Keterangan :
TBU = Total Biaya Usaha
BD = Biaya Dasar
TD = Tarif Dasar
VAP = Volume Air Terproduksi
VKA = Volume Kehilangan Air
Keterangan :
EWTP = Dugaan rataan WTP
31
dibandingkan dengan nilai dl (batas bawah nilai DW) dan du (batas atas nilai
DW) pada Durbin-Watson dengan kriteria 1.55<DW<2.46 tidak terjadi
autokorelasi (Firdaus, 2011)
5) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang
mempunyai varian tidak sama, sehingga penaksiran OLS tidak efisien baik
dalam sampel kecil maupun sampel besar. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
masalah heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot, uji Golfeld
dan Quant, dan uji Glejser. Suatu model persamaan regresi yang tidak memiliki
masalah heteroskedastisitas yaitu jika titik-titik pada grafik scatterplot tersebar
acak tidak membentuk suatu pola tertentu seperti segitiga, segiempat, lengkung
yang beraturan dan sebagainya.
36
V. GAMBARAN UMUM
Berdasarkan laporan data tahunan Desa Tegaldowo tahun 2015 luas wilayah
Desa Tegaldowo secara administratif sebesar 0,96 km2 yang terbagi menjadi 3
Rumah Warga (RW) dan 10 Rumah Tangga (RT). Dibandingkan dengan desa
lainnya di Kecamatan Tirto, Desa Tegaldowo memiliki presentase luas wilayah
yang kecil, yakni sebesar 5,52 persen dari luas kecamatan Tirto dengan kepadatan
penduduk sebesar 3.144 jiwa per km2.
Jumlah penduduk Desa Tegaldowo sampai akhir bulan Desember 2015
tercatat sebanyak 3.326 jiwa. Struktur Penduduk Desa Tegaldowo pada tahun
2015 didominasi oleh penduduk laki-laki adalah sebesar 1.705 jiwa sedangkan
jumlah penduduk perempuan sebesar 1.621 orang dengan jumlah kepala keluarga
(KK) sebanyak 945 KK.
masalah dalam kepemilikan air sumur dangkal yang tercemar akibat adanya
industri batik yang membuang limbahnya di sungai tanpa melalui IPAL, serta
lokasi Desa Tegaldowo yang letaknya cukup dekat dengan laut sehingga air
sumur dangkal terasa payau dan keruh. Warga Desa Tegaldowo terkadang
merasakan banjir rob ketika air laut pasang. Menurut sebagian warga yang telah
diwawancarai dan mempunyai sumur dangkal, air tanah atau sumur dangkal yang
dimiliki hanya dapat digunakan untuk keperluan cuci piring dan perabotan dapur
saja.
Informasi mengenai kondisi sistem saluran drainase/saluran pembuangan air
limbah yang didapat dari laporan tahunan di Desa Tegaldowo pada umumnya
tidak baik (5 rusak, 6 mampet, 10 kurang memadai). Prasarana dan sarana air
bersih atau air minum yang umumnya dikonsumsi masyarakat bersumber dari
sumur gali, sumur pompa, dan hidran umum. Berdasarkan informasi yang
didapatkan, penulis menemukan bahwa kualitas air minum yang terdapat di Desa
Tegaldowo dapat dilihat pada Tabel 5.
rencana pengembangannya, melalui pengumpulan iuran atau tarif air minum dari
masyarakat dan/atau sumber lain.
3) Aspek Sosial
Terjaminnya kesetaraan gender dan keberpihakan kepada masyarakat
miskin dalam mendapatkan akses air minum dan sanitasi. Pelaksanaan program
PAMSIMAS dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat relevan
dengan kebijakan desentralisasi penyediaan pasokan air perdesaan. Pendekatan ini
menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan
kekuatan internal atas sumber daya material dan non material yang penting.
Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari
sumber sosial dan budayanya.
4) Aspek Kelembagaan
Adanya kelembagaan yang eksis dan berkualitas yang mampu mengelola
sarana dan prasarana SPAMS yang sudah terbangun, serta mewujudkan sasaran
program PAMSIMAS. Disamping itu juga perlu adanya kebijakan yang
mendukung baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan monev.
5) Aspek Lingkungan
Terpeliharanya lingkungan sumber air baku dan lingkungan hidup
masyarakat, melalui perlindungan daerah tangkapan air dan perubahan perilaku
hidup yang bersih dan sehat.
Keberlanjutan PAMSIMAS akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan
yang diperoleh dari iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus
ditanggung. Oleh karena itu, tarif pembayaran atau iuran air perlu ditetapkan
sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan total pendapatan yang diharapkan.
Tarif air yang terlalu rendah pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri.
Biaya yang harus ditanggung oleh suatu PAMSIMAS secara garis besar yaitu
biaya modal dan biaya operasional pemeliharaan. Akumulasi uang dari
penyusutan dan kembalian investasi tersebut harus dipisahkan. Sedapat mungkin
dana tersebut tidak diganggu gugat karena merupakan dana cadangan untuk
investasi kembali ketika PAMSIMAS yang ada perlu diganti dengan yang baru
karena sudah habis umur pakainya.
41
70 59
Jumlah Pelanggan 60 51
50 43
34 37 33
40
30 26
21 21
20 16
10
10
0
Wilayah Pelayanan
Tabel 6 Tarif progresif air bersih PAMSIMAS di Desa Tegaldowo tahun 2016
No. Kelompok Pelanggan 0-10 m3/bulan 11-20 m3/bulan 21-40 m3/bulan
1. Sambungan Rumah (SR) Rp 1.100 Rp 1.300 Rp 1.500
2. Hidran Umum (HU) Rp 5.000/bulan
Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) (2016)
Tabel 7 Tarif progresif air bersih PDAM Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan
tahun 2015
Kelompok Tarif Pengelompokkan Pemakaian Air
Pelanggan 0-10 m3/bulan 11-20 m3/bulan 21-30 m3/bulan >30m3/bulan
Rumah Tangga I Rp 2.000 Rp 2.150 Rp 2.300 Rp 2.450
Rumah Tangga II Rp 2.150 Rp 2.300 Rp 2.450 Rp 2.600
Rumah Tangga III Rp 2.300 Rp 2.450 Rp 2.600 Rp 2.750
Sumber: Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan (2016)
mengalami kendala akibat masalah ini, karena air jarang mengalir sehingga
masyarakat tidak mau/susah untuk membayar iuran.
47
dapat disimpulkan bahwa secara nominal pengeluaran konsumsi air pada rumah
tangga responden pelanggan PAMSIMAS lebih kecil dibandingkan dengan rumah
tangga responden pelanggan PDAM sehingga proporsi pengeluaran untuk
konsumsi air rumah tangga responden pelanggan PDAM menjadi lebih besar
dibandingkan dengan proporsi pengeluaran untuk konsumsi air rumah tangga
responden pelanggan PDAM.
Masyarakat Desa Tegadowo memiliki rata-rata pendapatan yang rendah
sehingga kehadiran layanan air berupa program PAMSIMAS dapat memberikan
dampak positif kepada masyarakat yaitu penghematan pengeluaran untuk air
dibandingkan dengan jika menggunakan air PDAM. Hal ini menyebabkan
program PAMSIMAS harus berkelanjutan agar masyarakat Desa Tegaldowo
dapat menikmati layanan air bersih secara terus-menerus.
Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PAMSIMAS sebagai solusi
permanen pasokan air bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara.
Pertama yaitu keberlanjutan operasi PAMSIMAS sampai berakhir umur pakainya.
Kedua yaitu keberlanjutan layanan air setelah itu. Semua biaya yang dibutuhkan
untuk mempertahankan keberlanjutan PAMSIMAS harus dapat dipenuhi oleh
pendapatan PAMSIMAS yang idealnya hanya bersumber dari iuran air yang
dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Masyarakat secara swadaya harus
mampu membiayai pengelolaan sarana dan prasarana SPAMS yang sudah
terbangun dan rencana pengembangannya, melalui pengumpulan iuran atau tarif
air minum dari masyarakat karena Departemen Pekerjaan Umum tidak terus-
menerus melakukan bisnis dalam bidang air dengan memberikan bantuan kepada
Desa dalam menangani masalah air bersih. Pada umumnya untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, masyarakat dapat menggunakan air dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah
satu badan intansi pemerintah yang memiliki tugas khusus dalam menyalurkan air
bersih. Nyatanya PDAM belum dapat secara merata mendistribusikan air ke
seluruh wilayah sehingga PDAM harus mengembangkan wilayah pelayanan
dengan cakupan yang lebih luas.
50
produksi air, yaitu biaya penggunaan listrik, biaya teknisi, biaya pemeriksaan air,
biaya pemeliharaan dan biaya tambahan lainnya. Terdapat biaya tidak langsung
yang terdiri dari biaya gaji pengelola, biaya pelatihan pengelola dan biaya lainnya.
Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya rutin yang dikeluarkan PAMSIMAS
Desa Tegaldowo terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Total biaya
langsung PAMSIMAS Desa Tegalddowo pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp
42.363.680, sedangkan total biaya tidak langsung PAMSIMAS Desa Tegaldowo
pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp 22.404.700, sehingga total biaya
PAMSIMAS adalah sebesar Rp 64.768.380. Penentuan tarif ini diestimasi
berdasarkan biaya peneglolaan yang dikeluarkan pada tahun 2015 karena
mempertimbangkan ketersediaan dan kelengkapan data serta menggambarkan
kondisi terkini pengelolaan.
Tabel 11 Biaya pengelolaan PAMSIMAS Tahun 2015
Bulan Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung Jumlah Biaya (Rp)
(Rp) (Rp)
Januari 3.798.500 1.315.000 5.113.500
Februari 2.833.800 1.642.500 4.476.300
Maret 2.577.800 1.390.000 3.967.800
April 3.038.000 2.868.500 5.906.500
Mei 2.738.700 2.072.000 4.810.700
Juni 5.729.500 2.005.000 7.734.500
Juli 2.750.000 2.881.700 5.631.700
Agustus 3.081.200 2.198.500 5.279.700
September 2.803.230 1.641.500 4.444.730
Oktober 3.472.250 1.368.500 4.840.750
November 3.606.000 1.714.500 5.320.500
Desember 5.934.700 1.307.000 7.241.700
Total Biaya 42.363.680 22.404.700 64.768.380
Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) 2016
artinya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada
heterokedastisitas.
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa
saja yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP
responden. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel bebas (independent) yang
diduga mempengaruhi variabel terikat (dependent) yaitu usia, jumlah pengguna
air, pendidikan, pendapatan, dummy jenis kelamin, dan dummy pelayanan. Hasil
analisis regresi linier berganda nilai WTP masyarakat pengguna air dapat dilihat
pada Tabel 14. Model regresi linier berganda yang diperoleh dalam penelitian ini
dapat dilihat sebagai berikut:
WTP = 510,353 + 135,683 DJK + 78,439 DPLYN + 1,583 U + 33,775 JPA +
227,161 PDDKN + 0,00009 PDPTN
Keterangan:
U = Usia responden (tahun)
JPA = Jumlah Pengguna Air (orang)
PDDKN = Pendidikan responden (1= tidak sekolah, 2= SD, 3= SMP, 4=SMA)
PDPTN = Pendapatan responden (Rp/bulan)
DJK = Dummy Jenis Kelamin (1= laki-laki, 0= perempuan)
DPLYN = Dummy Pelayanan (1= baik, 0= tidak baik)
Tabel 14 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016
Variabel Koefisien Sig VIF
Konstanta 510,353 0,000
Dummy Jenis Kelamin (DJK) 135,683 0,006* 1,609
Dummy Pelayanan (DPLYN) 78,439 0,144**** 1,448
Usia (U) 1,583 0,331 1,299
Jumlah Pengguna Air (JPA) 33,775 0,022** 1,533
Pendidikan (PDDKN) 227,161 0,000* 2,508
Pendapatan (PDPTN) 9,9637E-05 0,051*** 3,184
R-Square 0,868
Adjusted R-Square 0,847
Durbin-Watson 1,686
F 121,733
Sig 0,000
Asymp. Sig (2-tailed) 0,786
Uji Glejser 0,386
Sumber: Hasil analisis data (2016)
58
Keterangan:
* : berpengaruh nyata (signifikan) pada α
** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 5
*** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 0
**** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 5%
Berdasarkan hasil regresi, model yang dihasilkan dalam penelitian ini baik.
Nilai Adjusted R-square sebesar 84,7 persen. Artinya melalui model yang
dibangun variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar
84,7 persen sedangkan sisanya 15,3 persen diterangkan oleh variabel independen
lain yang tidak terdapat dalam model. Dalam Garrod dan Willis (1999),
dinyatakan bahwa dalam penelitian dengan Contingent Valuation, dalam hal ini
penelitian untuk barang lingkungan, R2 adjusted yang diperoleh minimal 0,15 atau
15 persen. Analisis WTP merupakan bagian dari analisis dengan Contingent
Valuation, maka penelitian ini dinilai cukup baik karena nilai R2 yang diperoleh
lebih besar dari 15 persen.
Hasil uji F menunjukkan bahwa sig 0,000 < 0,1 yang berarti variabel bebas
yang digunakan dalam model berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP pada
taraf nyata 15%. Hasil dari uji t adalah sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin memiliki sig sebesar 0,006 sehingga variabel
tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α 0,01 (10%). Koefisien
pada variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai 135,683. Tanda positif (+)
menunjukkan bahwa responden laki-laki akan memiliki nilai WTP yang lebih
tinggi sebesar Rp 135,683 dengan asumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan
bahwa responden laki-laki bertindak sebagai kepala keluarga dalam sebuah rumah
tangga cenderung akan lebih tegas dalam mengambil keputusan dibandingkan
responden perempuan.
2. Pelayanan
Variabel penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam
mengelola PAMSIMAS (PLYN) untuk kategori satu memiliki nilai sig 0,144
kurang dari taraf α 5 (0, 44 < α 5%) sehingga variabel berpengaruh nyata
terhadap model pada taraf α 0, 5 ( 5%). Koefisien pada variabel ini bertanda
positif (+) dengan nilai 78,439. Tanda positif (+) menunjukkan semakin baik
penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam mengelola
59
PAMSIMAS (PLYN) maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan
naik sebesar Rp 78,439 dengan asumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin baik penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam
mengelola PAMSIMAS maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS sehingga nilai WTP yang
bersedia dibayarkan responden akan semakin tinggi.
3. Jumlah Pengguna Air
Variabel jumlah pengguna air memiliki nilai signifikansi sebesar 0,022 yang
lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau taraf nyata 5%, artinya variabel
tersebut berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf alpha 0,05. Variabel
pengguna air memiliki koefisien yang bertanda positif (+) sebesar 33,775 artinya
setiap penambahan satu orang pengguna air dalam satu rumah tangga akan
meningkatkan nilai WTP sebesar Rp 33,775 per m3. Hal ini disebabkan semakin
banyak pengguna air semakin tinggi iuran yang akan dibayarkan.
4. Pendidikan
Variabel pendidikan memiliki nilai sig sebesar 0,000 sehingga variabel
tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α 0,0 ( ). Koefisien
pada variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 227,161. Tanda positif
(+) menunjukkan bahwa semakin tingginya pendidikan responden sebanyak 1
jenjang pendidikan maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan
naik sebesar Rp 227,161 dengan asumsi cateris paribus. Karena responden yang
berpendidikan tinggi cenderung untuk mengkalkulasikan terlebih dahulu nilai
WTP yang bersedia dia bayarkan sehingga nilai yang WTP yang diharapkan
responden tidak sembarangan.
5. Pendapatan
Variabel pendapatan memiliki sig sebesar 0,051 sehingga variabel tersebut
berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α 0,1 (10%). Koefisien pada
variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 0,00009. Tanda positif (+)
menunjukkan bahwa semakin tingginya pendapatan responden sebanyak 1 satuan
maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp
0,00009 atau semakin tingginya pendapatan responden sebanyak Rp 100.000
satuan maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp
60
9 dengan sumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya
pendapatan responden maka responden dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari
dan mau memberikan sisa uangnya untuk ikut dalam pembayaran jasa pelayanan
air bersih atau responden yang memiliki pendapatan tinggi merasa berkecukupan
untuk mengeluarkan biaya untuk membayar air sehingga nilai WTP yang bersedia
dibayarkan responden akan semakin tinggi.
didapat dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan yaitu Rp 1.540. Penambahan
pembayaran iuran air ini digunakan dalam meningkatkan pelayanan berupa
penambahan sumber air agar jumlah pasokan air bertambah khususnya
mengantisipasi terbatasnya jumlah air dalam melayani pelanggan PAMSIMAS
dan menambah jumlah pelanggan yang sudah menunggu pemasangan sambungan
baru ke rumah-rumah.
Peningkatan pelayanan menyebabkan peningkatan biaya-biaya yang akan
dikeluarkan untuk pengelolaan PAMSIMAS. Penentuan tarif dasar yang telah
dihitung di atas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
iuran PAMSIMAS setelah adanya peningkatan pelayanan PAMSIMAS dan
keberlanjutan PAMSIMAS di masa yang akan datang agar program PAMSIMAS
dapat terus berjalan dengan kemandirian karena status keberlanjutan program
PAMSIMAS Desa Tegaldowo dipegang dan dikelola oleh Badan Pengelola
Sarana (BPS) PAMSIMAS.
Dukungan kegitan dan manajemen pelaksanaan program PAMSIMAS bagi
penguatan keberlanjutan berupa hibah terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Hibah insentif desa/kelurahan
Tujuan pemberian Hibah Insentif Desa/Kelurahan (HID) adalah untuk
memberikan insentif atau penghargaan kepada sejumlah desa/kelurahan yang
sudah pernah mendapat program PAMSIMAS dan juga meningkatkan,
memperluas cakupan layanan air minum dan sanitasi desa. Dalam konteks
keberlanjutan, HID mendorong desa/kelurahan untuk selalu meningkatkan
kinerja layanan air minum dan sanitasinya. Sebagai suatu penghargaan, maka
HID diberikan pada desa-desa yang telah melaksanakan program dengan baik
dan melampaui standard kinerja pencapaian target air minum, sanitasi (SBS)
dan kesehatan/PHBS, baik desa reguler maupun replikasi. Desa Tegaldowo
pada tahun 2016 mendapatkan hibah tersebut dan direncanakan dana yang
didapatkan akan digunakan untuk melakukan peningkatan pelayanan berupa
penambahan sumber air dan pompa air yang akan dilakukan oleh Badan
Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo.
62
7.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka simpulan dari
penelitian ini adalah:
1. Proporsi pengeluaran untuk konsumsi air pada rumah tangga responden
pelanggan PAMSIMAS lebih kecil sebesar 1,91% dibandingkan dengan
rumah tangga responden non PAMSIMAS yaitu sebesar 4,71%. Jadi,
masyarakat yang telah berlangganan air bersih program PAMSIMAS lebih
hemat dalam pengeluaran untuk konsumsi air daripada masyarakat yang
tidak berlangganan PAMSIMAS.
2. Berdasarkan mekanisme penetapan tarif Full Cost Recovery dengan
memasukkan biaya penyusutan maka diperoleh tarif dasar sebesar Rp
1.510/m3 sehingga tarif dasar yang berlaku pada program PAMSIMAS
sebesar Rp 1.300/m3 belum memenuhi besaran tarif dengan mekanisme
biaya pemulihan penuh.
3. Nilai kesediaan membayar masyarakat Desa Tegaldowo terhadap program
PAMSIMAS memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 1.540/m3.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata (signifikan) mempengaruhi
kesediaan responden terhadap peningkatan pelayanan Badan Pengelola
Sarana (BPS) dalam mengelola PAMSIMAS terhadap model yang
ditetapkan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, penilaian masyarakat
terhadap pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) dalam mengelola
PAMSIMAS, jumlah pengguna air, pendidikan dan pendapatan.
7.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS harus menetapkan kebijakan
agar masyarakat dapat memanfaatkan terus menerus. Kebijakan yang
dilakukan yakni dengan melakukan penambahan atau peningkatan tarif air
pada masyarakat yang memanfaatkan program PAMSIMAS.
64
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Presentase rumah tangga menurut provinsi di
dan sumber air minum tahun 2014. [Internet]. Indonesia (ID). [disadur 2016
Jan 4]. Tersedia pada http://bps.go.id.
Departemen Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air
Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum. Jakarta (ID): Departemen
Dalam Negeri
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
. 2010. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus M. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Hanley N, Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. England
[UK] : Edward Elgar Publishing Limited.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB
Press.
[POKJA AMPL]. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.
PAMSIMAS [Internet]. Indonesia (ID). Tersedia pada http://ampl.or.id.
Kodoatie R. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Otonomi Daerah.
Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Kusuma NE. 2006. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Kebijakan Tarif Air PDAM Kota Madiun. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Data Monografi Desa Tegaldowo. 2016. Laporan Tahunan Desa Tegaldowo
Tahun 2016.
Mulyanto HR. 2007. Pengembangan Sumberdaya Air Terpadu. Jakarta (ID):
Graha Ilmu.
Nazir M. 2002. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Novianty. 2013. Estimasi Willingness to Pay air tanah dan air pipa di Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
66
Walpole. 1982. Pengantar Statistika edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Putaka
Utama.
LAMPIRAN
68
69
3. Menurut Anda, apakah harga air yang kini Anda bayarkan mahal atau tidak?
a. Mahal, berapa harga air bersih per meter kubiknya yang seharusnya Anda
bayar?
b. Tidak
4. Menurut Anda, apakah biaya pemasangan sambungan pipa yang Anda
bayarkan mahal atau tidak?
a. Mahal, berapa biaya pemasangan yang seharusnya Anda bayar?
b. Tidak
5. Menurut Anda, bagaimana penilaian anda terhadap pelayanan Badan
Pengelola Sarana (BPS) dalam mengelola PAMSIMAS?
a. Baik
b. Tidak Baik, alasan.......................................................................
6. Kritik, saran dan harapan Anda terhadap Pemerintah dalam mengatasi
penurunan kuantitas dan kualitas air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh
responden unit rumah tangga:
Kritik:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Saran:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Harapan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.........................................................................................................................
73
A. Karakteristik Responden
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin : L/P
Usia : ..... tahun
Status : Menikah/belum menikah
Jabatan :
B. Gambaran Umum Pengelolaan PAMSIMAS
1. Sudah berapa lama PAMSIMAS ini berdiri?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
74
12. Apakah warga atau masyarakat sekitar ikut berpartisi aktif dalam
pengelolaan dan pengambilan keputusan PAMSIMAS? Jika ya, ada berapa?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
13. Apakah PAMSIMAS ini mendapatkan keluhan dari lingkungan sekitar?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
14. Bagaimana sistem pembayaran bagi pengguna PAMSIMAS?
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
15. Pembayaran yang dilakukan oleh masayarakat digunakan untuk apa saja?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
16. Berasal dari mana sajakah sumber modal dari PAMSIMAS? Berapa
jumlahnya (rupiah)?
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
17. Bagaimana komponen biaya pengelolaan baik langsung maupun tidak
langsung PAMSIMAS pada tahun 2015? (Biaya sumber air, biaya
pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya umum dan administrasi,
biaya lain-lain)
.............................................................................................................................
......................................................................................................................
76
b
Variables Entered/Removed
Variables Variables
Model Entered Removed Method
1 Pendapatan,
Umur, Dummy
Pelayanan,
Jumlah
. Enter
Pengguna Air,
Dummy Jenis
Kelamin, Tingkat
a
Pendidikan
b
Model Summary
b
ANOVA
Total 4265777.778 44
a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna Air, Dummy
Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan
a
Coefficients
Toleran
Model B Std. Error Beta t Sig. ce VIF
Dummy Jenis
135.683 46.600 .218 2.912 .006 .622 1.609
Kelamin
Dummy
78.439 52.521 .106 1.493 .144 .691 1.448
Pelayanan
Jumlah
33.775 14.162 .174 2.385 .022 .652 1.533
Pengguna Air
Tingkat
227.161 34.637 .612 6.558 .000 .399 2.508
Pendidikan
Lampiran 6 Hasil uji normalitas model regresi linier berganda dengan SPSS 16
Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 45
a
Normal Parameters Mean .0000000
Positive .064
Negative -.097
Kolmogorov-Smirnov Z .654
Uji Scatterplot
Uji Glejser
b
ANOVA
Total 203132.611 44
a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna Air, Dummy
Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan
Lampiran 8 Dokumentasi
RIWAYAT HIDUP