Anda di halaman 1dari 99

1

EVALUASI PENETAPAN TARIF DASAR AIR DAN NILAI


KESEDIAAN MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP
PROGRAM PAMSIMAS DI DESA TEGALDOWO,
KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN PEKALONGAN

SETIANA

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
2
3

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI


SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Evaluasi


Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap
Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan adalah benar karya penulis dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan
hak cipta dari karya tulis penulis kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2016

Setiana
NIM. H44120042
4
5

ABSTRAK
SETIANA. Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar
Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto,
Kabupaten Pekalongan. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.
Air merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan makhluk
hidup, terutama manusia. Meningkatnya jumlah penduduk dunia setiap tahun
mengakibatkan kebutuhan manusia akan air semakin meningkat sementara supply
air sangat terbatas. Hal ini menyebabkan air menjadi komoditi yang memiliki nilai
intrinsik ekonomi, sehingga dibutuhkan biaya-biaya dalam pengelolaan dan
penggunaannya. Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi
Berbasis Masyarakat) merupakan salah satu program penyediaan air bersih untuk
pelanggan air minum di Desa Tegaldowo. Badan Pengelola Sarana (BPS)
PAMSIMAS harus bekerja lebih efektif dan efisien dalam peningkatan pelayanan
sehingga dapat menjangkau pelayanan yang lebih luas. Tujuan penelitian ini
adalah untuk 1) Membandingkan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap
pendapatan antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS; (2)
Mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih PAMSIMAS Desa Tegaldowo
melalui mekanisme Full Cost Recovery; (3) Mengestimasi nilai willingness to pay
(WTP) pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo untuk peningkatan pelayanan
program PAMSIMAS; dan (4) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
besarnya nilai WTP. Metode yang digunakan adalah analisis propori alokasi
konsumsi air, full cost recovery, WTP dan analisis regresi berganda. Hasil dari
penelitian ini adalah (1) Proporsi pengeluaran untuk konsumsi air pada rumah
tangga responden pelanggan PAMSIMAS sebesar 1,91% lebih kecil dibandingkan
dengan rumah tangga responden pelanggan PDAM sebesar 4,71%; (2) Tarif dasar
yang berlaku pada program PAMSIMAS sebesar Rp 1.300/m3 belum memenuhi
besaran tarif dengan mekanisme full cost recovery sebesar Rp 1.510/m3; (3) Nilai
rata-rata WTP pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo adalah sebesar Rp
1.540/m3; (4) Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah jenis kelamin,
tingkat pelayanan, jumlah pengguna air,tingkat pendidikan, dan pendapatan.
Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo sebaiknya
melakukan kenaikan tarif air diikuti oleh peningkatan pelayanan berupa tambahan
debit air untuk menjaga kontinuitas pelayanan air.
Kata kunci: full cost recovery, PAMSIMAS, proporsi alokasi konsumsi air,
sumberdaya air, willingness to pay.
6

ABSTRACT

SETIANA. Evaluation of Basic Rate Determination of Water and Willingness to


Pay Values of Society on PAMSIMAS Program in Tegaldowo Village, Tirto
District, Pekalongan. Supervised by YUSMAN SYAUKAT.

Water is a very important daily needs for human beings. The increasing
number of the world's population every year resulting in the human need for water
is increasing while water supply is very limited. This causes the water becomes a
commodity that has intrinsic economic value, so it takes the costs of management
and use. PAMSIMAS Program (Water Supply and Sanitation Community Based)
is one of the programs providing clean water for drinking water in the village
Tegaldowo. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS should work more
effectively and efficiently in improving the service so that it can reach a wider
range of services. The purposes of this research are to 1) Compare the patterns of
consumption and expenditure among households from non PAMSIMAS into
PAMSIMAS; (2) Evaluate the determination of the basic rate of PAMSIMAS
clean water in Tegaldowo village through the mechanism of Full Cost Recovery;
(3) Estimate the value of PAMSIMAS customers WTP in Tegaldowo village to
improve services of PAMSIMAS program; and (4) Assess the factors that affect
the value of WTP. The methods used in this research are the allocation propotion
analysys of water consumption, full cost recovery, WTP and multiple linear
regression analysis. The results of this research are (1) The proportion of
expenditure on water consumption in household of PAMSIMAS customers
amounted to 1,91% smaller compared to the households of PDAM customers
amounted to 4,71%; (2) The basic tariff applicable to the PAMSIMAS program is
Rp 1,300/m3 not meet the tariff with full cost recovery mechanism Rp 1,510/m3;
(3) the average value of PAMSIMAS customers WTP in Tegaldowo village is Rp
1.540/m3; and (4) factors affect WTP are gender, level of service, the number of
water users, education level, and income. Facility Management Agency (BPS)
PAMSIMAS Tegaldowo village should conduct water tariff increase was
followed by increase in service such as an additional water discharge to maintain
continuity of service water.

Keywords: full cost recovery, PAMSIMAS, the allocation propotion analysys of


water consumption, water resources, willingness to pay.
7

EVALUASI PENETAPAN TARIF DASAR AIR DAN NILAI KESEDIAAN


MEMBAYAR MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PAMSIMAS DI
DESA TEGALDOWO, KECAMATAN TIRTO, KABUPATEN
PEKALONGAN

SETIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
8
9

Judul Skripsi : Evaluasi Penetapan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan
Membayar Masyarakat terhadap Program PAMSIMAS di
Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan
Nama : Setiana
NIM : H44120042

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M. Ec


Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Aceng Hidayat, MT


Ketua Departemen

Tanggal Lulus :
10
11

PRAKATA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi
Penetapan Tarif Dasar Air Bersih dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat
terhadap Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Anto Sabari dan Ibu Warsinah, serta Adik
Rifan Sanditya atas segala kasih sayang, dukungan yang tiada hentinya, doa,
serta ketersediannya menerima segala keluh kesah penulis.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah memberikan banyak arahan, perhatian, bimbingan dan masukan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Bapak Ir. Nindyantoro, MSP selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan selama penulis berada di semester tiga sampai enam.
4. Bapak Dr. Ir. Ahyar Ismail, M.Agr selaku dosen penguji utama dan Ibu Dina
Lianitasari, S.Si, M.Si selaku dosen penguji wakil departemen yang telah
memberikan kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Tafsir selaku sekretaris Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS
atas bantuannya dalam proses pengambilan data.
6. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB para dosen beserta staf atas segala
ilmu dan dukungan selama masa studi.
7. Sahabat tersayang: Silvi, Tika, Linda, Kika, Nuke, Wawan dan teman
departemen ESL angkatan 49 atas doa, canda tawa, semangat, dukungan, dan
kebersamaannya.
8. Teman satu bimbingan: Novi, Elfa, Imet, Vera, Dwi dan Dini atas doa,
keceriaan, dan motivasinya selama ini.
9. Keluarga besar tim KKN-P Desa Pangebatan: Riana, Alfi, Rian, Suryadi, Isal,
Ridho, dan Naufal atas doa, canda tawa, dan kebersamaannya.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam membantu
proses persiapan hingga penyusunan skripsi ini. Semoga kebaikan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi pihak lain yang berkepentingan.

Bogor, Agustus 2016

Setiana
12
13

DAFTAR ISI
Halaman
PRAKATA................................................................................................... xi
DAFTAR ISI................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ xvi
I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1
1.2 Perumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian........................................................................ 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian............................................................ 7
II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 8
2.1 Ekonomi Sumberdaya Air............................................................. 8
2.2 Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air........................................... 9
2.3 Full Cost Recovery Pricing........................................................... 14
2.3.1 Penetapan Harga Ramsey (Ramsey Pricing)....................... 14
2.3.2 Penetapan Dua Tarif (Coase’s Two Part Tariff).................. 15
2.3.3 Decreasing and Increasing Block Rate............................... 15
2.4 Willingness to Pay......................................................................... 16
2.5 Analisis Regresi Berganda............................................................ 18
2.6 Penelitian Terdahulu..................................................................... 20
III. KERANGKA PEMIKIRAN................................................................. 23
IV. METODE PENELITIAN..................................................................... 26
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................ 26
4.3 Jenis dan Sumber Data.................................................................. 26
4.3 Metode Pengambilan Data............................................................ 27
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data......................................... 27
4.4.1 Analisis Proporsi Alokasi Konsumsi Air........................... 27
4.4.2 Evaluasi Tarif Dasar Air Bersih Program PAMSIMAS
dengan Analisis Pemulihan Biaya Penuh........................... 28
4.4.3 Analisis Willingness to Pay (WTP)................................... 29
4.4.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi WTP............ 31
4.4.1 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda......... 33
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN................................... 36
5.1 Keadaan Geografis dan Batas Administratif Desa Tegaldowo...... 36
5.2 Keadaan Lingkungan dan Sistem Penyediaan Air Bersih............. 36
5.3 Gambaran Umum PAMSIMAS..................................................... 37
5.4 Karakteristik Responden................................................................ 43
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 47
6.1 Perbandingan Pengeluaran Konsumsi Air dari Pendapatan........... 47
14

6.2 Evaluasi Tarif Dasar berdasarkan Pemulihan Biaya Penuh (Full


Cost Recovery)............................................................................... 50
6.3 Estimasi Nilai WTP Konsumen Rumah Tangga terhadap
Pelayanan dan Ketersediaan Air Bersih......................................... 53
6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP............... 56
6.5 Implikasi Kebijakan Pengelolaan untuk Keberlanjutan Program
PAMSIMAS................................................................................... 60
VII.SIMPULAN DAN SARAN.................................................................. 63
7.1 Simpulan........................................................................................ 63
7.2 Saran.............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 65
LAMPIRAN................................................................................................. 67
RIWAYAT HIDUP...................................................................................... 83
15

DAFTAR TABEL

No Halaman
1 Presentase rumah tangga menurut provinsi di Pulau Jawa dan
sumber air minum Tahun 2014.......................................................... 2
2 Matriks metode analisis data............................................................... 27
3 Matriks faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness To Pay
(WTP).................................................................................................. 33
4 Batas wilayah Desa Tegaldowo.......................................................... 36
5 Kualitas sumber air di Desa Tegaldowo............................................. 37
6 Tarif progresif air bersih PAMSIMAS di Desa Tegaldowo............... 42
7 Tarif progresif air bersih PDAM Tirta Kajen Kabupaten
Pekalongan Tahun 2015..................................................................... 43
8 Data karakteristik responden Desa Tegaldowo................................... 44
9 Perbandingan alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan
PAMSIMAS dan pelanggan PDAM................................................... 48
10 Perbandingan proporsi alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan
PAMSIMAS dan pelanggan PDAM terhadap pendapatan................. 48
11 Biaya Pengelolaan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2015........ 51
12 Perhitungan tarif dasar PAMSIMAS Desa Tegaldowo...................... 52
13 Distribusi nilai rataan WTP responden............................................... 54
14 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016...................... 57

DAFTAR GAMBAR

No Halaman
1 Alokasi optimal berdasarkan MCP...................................................... 11
2 Penentuan harga air berdasarkan IBR.................................................. 16
3 Diagram alur pemikiran....................................................................... 25
4 Cakupan layanan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016............ 42
5 Kurva WTP Responden........................................................................ 55
16

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman
1 Kuesioner penelitian untuk masyarakat..................................................... 69
2 Kuesioner penelitian untuk Badan Pengelola Sarana (BPS)
PAMSIMAS Desa Tegaldowo.................................................................. 73
3 Tabel data responden pelanggan PAMSIMAS.......................................... 76
4 Tabel data responden pelanggan PDAM................................................... 78
5 Hasil regresi linier berganda dengan SPSS 16........................................... 79
6 Hasil uji normalitas model regresi linier berganda dengan SPSS
16............................................................................................................... 80
7 Hasil uji heteroskedastisitas model regresi linier bergandan dengan
SPSS 16...................................................................................................... 81
8 Dokumentasi.............................................................................................. 82
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air adalah sumber kehidupan bagi manusia. Seiring bertambahnya
penduduk, aktivitas manusia semakin banyak dan memerlukan lebih banyak air.
Akibatnya fungsi ekonomi dan sosial air menjadi terganggu dengan semakin
kritisnya suplai air, sementara permintaan air terus meningkat. Semua kegiatan
manusia membutuhkan air, seperti pertanian, industri, pemukiman, pembangkit
energi, rekreasi, dan lain-lain. Semakin banyak aktivitas manusia, maka limbah
yang dihasilkan juga lebih banyak. Meski sumber daya air secara geofisik
dikatakan melimpah, namun hanya sebagian kecil saja yang bisa dimanfaatkan
secara langsung (Fauzi, 2006).
Air merupakan kebutuhan dasar manusia yang keberadaannya dijamin
konstitusi, yaitu pasal 33 UUD 1945 ayat 3 “Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Konstitusi ini jelas menunjukkan kontrak
sosial antara Pemerintah dan warga negaranya. Ketetapan ini ditegaskan kembali
dalam pasal 1 Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960 bahwa bumi, air dan
ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya termasuk
wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa merupakan
kekayaan nasional.
Manusia dapat memenuhi kebutuhan air dengan melalui berbagai cara,
namun pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk mendapatkan kuantitas
yang banyak dengan sedikit membayar. Masyarakat perkotaan umumnya
mendapatkan air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), namun
sebagian masyarakat perkotaan juga ada yang memanfaatkan air sumur untuk
memenuhi kebutuhannya. Masyarakat yang ada di pedesaan umumnya
memanfaatkan air tanah atau air sumur serta air permukaan untuk memenuhi
kebutuhan air bersih.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah satu badan
intansi pemerintah daerah yang memiliki tugas dalam menyalurkan air bersih,
tetapi nyatanya PDAM belum dapat secara merata mendistribusikan air ke seluruh
2

wilayah. Hal tersebut menyebabkan banyak masyarakat yang menggunakan air


sumur sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan air bersih. Air sumur masih
menjadi andalan utama sumber air bersih bagi masyarakat umumnya masyarakat
pedesaan, baik untuk kebutuhan rumah tangga yang bersifat tidak komersial
maupun keperluan komersial (industri, perdagangan, dan jasa). Hal ini dilakukan
karena biaya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan menggunakan air
PDAM atau karena memang belum masuknya jaringan PDAM pada daerah
tersebut.
Komoditi air bersih yang layak konsumsi telah menjadi sumberdaya yang
langka (resources scarcity), artinya dari segi kuantitas tinggi pada musim hujan
tetapi dari segi kualitas rendah. Kelangkaan air bersih di Indonesia salah satunya
disebabkan oleh ketidakmerataan penyebaran penduduk dan keberadaan air bersih
itu sendiri. Contohnya di Pulau Jawa, dengan terkonsentrasinya penyebaran
penduduk di wilayah Pulau Jawa menyebabkan terjadinya kelangkaan air bersih,
bahkan Pulau Jawa telah dinyatakan defisit sejak tahun 1995 (Sanim, 2003).
Penduduk yang relatif banyak menyebabkan kebutuhan air di Pulau Jawa
perlu diperhatikan secara baik. Pengaturan dan pemanfaatan air sangat dibutuhkan
agar penggunaan air merata dan dapat dipergunakan secara maksimal oleh
masyarakat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS)
tahun 2015, sebagian besar provinsi-provinsi yang terdapat di Pulau Jawa
mendapatkan sumber air minum yang berasal dari air kemasan dan air sumur. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Presentase rumah tangga berdasarkan sumber air minum di Pulau Jawa
tahun 2014
Air Mata Air Air Lain- Total
Provinsi Ledeng Pompa Sumur
Kemasan Air Sungai Hujan lain (%)
DKI Jakarta 13,64 14,79 71,19 0,26 - 0,03 0,03 0,06 100
Jawa Barat 6,50 20,50 35,91 21,31 15,14 0,43 0,11 0,10 100
Jawa Tengah 14,84 16,92 16,55 34,03 16,68 0,30 0,62 0,04 100
Yogyakarta 8,76 7,42 21,29 54,10 4,85 0,19 3,38 - 100
Jawa Timur 9,05 23,98 23,24 28,36 14,57 0,25 0,42 0,13 100
Banten 4,54 24,18 49,82 13,91 6,32 0,74 0,39 0,09 100
Sumber: Badan Pusat Statistik (2015)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, Jawa Tengah merupakan salah satu Provinsi di


Pulau Jawa yang mendapatkan sumber air minum berasal dari sumur yang
3

jumlahnya cukup banyak yaitu sebesar 34,03 persen. Pemerintah Provinsi Jawa
Tengah telah memberikan bantuan Program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum
dan Sanitasi berbasis Masyarakat) untuk membangun prasarana penyediaan air
bersih dan sanitasi bagi masyarakat perdesaan dan peri-urban atau pinggiran kota
yang memiliki akses air bersih rendah terutama di daerah‐daerah rawan air bersih.
Program PAMSIMAS ini dilakukan di berbagai kawasan di Indonesia, salah
satunya adalah di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Sebelum adanya program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, sumber air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari warganya adalah dengan mengandalkan air sumur
dangkal.
PAMSIMAS merupakan salah satu program yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Indonesia (Kementerian Pekerjaan Umum sebagai penanggung jawab
proyek) dan dengan dukungan Bank Dunia (World Bank) bekerjasama dalam
pengadaan air bersih yang dilaksanakan di wilayah perdesaan dan pinggiran kota
(peri-urban). Program PAMSIMAS bertujuan untuk meningkatkan jumlah
fasilitas pada warga masyarakat yang kurang terlayani air bersih dan sanitasi,
termasuk masyarakat berpendapatan rendah di wilayah perdesaan dan peri-urban.
Adanya program PAMSIMAS diharapkan warga dapat mengakses pelayanan air
minum dan sanitasi yang berkelanjutan serta meningkatkan penerapan perilaku
hidup bersih dan sehat. Penerapan program ini dalam rangka mendukung
pencapaian target MDGs (sektor air minum dan sanitasi) melalui
pengarusutamaan dan perluasan pendekatan pembangunan berbasis masyarakat.
Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan telah berjalan sejak tahun 2008 dan dibentuk suatu badan
kelembagaan yang terdiri dari beberapa anggota masyarakat yang berfungsi
mengelola program tersebut. Badan ini disebut Badan Pengelola Sarana (BPS).
Aktivitas BPS sendiri adalah mengkoordinasikan penyaluran air ke rumah-rumah
masyarakat pelanggan PAMSIMAS (konsumen), mengumpulkan iuran air yang
selanjutnya digunakan untuk biaya perawatan dan administrasi, serta mengadakan
rapat secara teratur dalam membicarakan hal–hal untuk kepentingan masyarakat
pengguna air bersih dengan program PAMSIMAS. Akhir-akhir ini timbul masalah
dalam debit air yang dialirkan ke masyarakat akibat adanya peningkatan
4

permintaan sedangkan sumber air tetap. Masyarakat menjadi resah karena debit
air yang sampai ke masyarakat lebih sedikit dari yang diterima sebelumnya
sehingga diperlukan suatu upaya yang dapat dilakukan oleh Badan Pengelola
Sarana (BPS) dalam melakukan peningkatan pelayanan.

1.2 Perumusan Masalah


Program PAMSIMAS merupakan program penyediaan sumber air bersih
yang dibutuhkan oleh masyarakat Desa Tegaldowo dalam memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari. Sumber air yang digunakan untuk program ini adalah sumber
air yang berasal dari sumur bor dalam yang ditampung menggunakan menara air
dan disalurkan melalui sistem perpipaan sambungan rumah serta sumber air
hydrant/kran umum yang dikelola oleh lembaga masyarakat setempat. Lembaga
tersebut bernama Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS. Berdasarkan
pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan air dapat memberikan dampak
positif kepada masyarakat Desa Tegaldowo yang rata-rata bekerja sebagai buruh
sehingga memiliki pendapatan rendah. Dampak positif tersebut salah satunya
yaitu berupa penghematan pengeluaran untuk air yang berasal dari program
PAMSIMAS dibandingkan dengan menggunakan air PDAM, sehingga diperlukan
suatu perhitungan dalam membandingkan alokasi proporsi pengeluaran untuk
konsumsi air terhadap pendapatan antara pelanggan PAMSIMAS dengan non
PAMSIMAS (dalam hal ini pelanggan air bersih PDAM).
Keberlanjutan PAMSIMAS sebagai solusi pemenuhan pasokan air bagi
suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara. Pertama yaitu keberlanjutan
operasi PAMSIMAS sampai berakhir umur pakainya. Kedua yaitu keberlanjutan
layanan air setelah berakhirnya umur proyek tersebut. Semua biaya yang
dibutuhkan untuk mempertahankan keberlanjutan PAMSIMAS harus dapat
dipenuhi oleh pendapatan PAMSIMAS yang idealnya bersumber dari iuran air
yang dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Masyarakat secara swadaya harus
mampu membiayai pengelolaan sarana dan prasarana SPAMS (Sarana Penyediaan
Air Minum dan Sanitasi) yang sudah terbangun dan rencana pengembangannya,
melalui pengumpulan iuran atau tarif air minum dari masyarakat dan/atau sumber
lain. Mengingat biaya yang harus dikeluarkan untuk operasional seperti biaya
5

pemasangan pipa atau sambungan, biaya perawatan pipa, hingga proses distribusi
agar air bersih sampai ke tangan konsumen maupun biaya administrasi lainnya
memerlukan biaya yang tidak sedikit, maka diperlukan suatu usaha untuk
memberikan nilai terhadap sumberdaya air tersebut sehingga tercapai kondisi
pemulihan biaya penuh (full cost recovery), dimana hasil penjualan air tersebut
dapat menjadi sumber penerimaan dan pembiayaan sehingga pengelolaan dapat
berkelanjutan.
Seperti yang telah disebutkan di latar belakang, masalah yang belakangan
ini meresahkan masyarakat adalah masalah debit air yang berkurang akibat
sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu
unit dengan kapasitas 2,2 liter/detik untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR)
sedangkan permintaan akan air bersih semakin banyak, bahkan hingga saat ini
tahun 2016 sudah mencapai 351 pelanggan sambungan rumah (SR). Hal ini
menyebabkan masyarakat menjadi resah karena debit air yang sampai ke
masyarakat lebih sedikit dari yang diterima sebelumnya. Penelitian ini ingin
mengkaji lebih jauh nilai kesediaan masyarakat untuk membayar (Willingness to
Pay/ WTP) air bersih dengan program PAMSIMAS jika terdapat peningkatan
pelayanan yang dilakukan oleh pihak pengelolanya yaitu Badan Pengelola Sarana
(BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo agar program PAMSIMAS dapat
berkelanjutan. Peningkatan pelayanan dalam hal ini adalah menambah sumber air
bersih dan pompa air agar pengaliran air sampai ke rumah-rumah masyarakat
dengan debit seperti semula atau lebih baik dari yang dialami oleh masyarakat
Desa Tegaldowo saat ini, serta diharapkan pengelola dapat menjangkau cakupan
pelayanan yang lebih luas.
Berdasarkan pemaparan tersebut, permasalahan yang akan diteliti dalam
penelitian dirumuskan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian berikut:
1) Bagaimana perbandingan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap pendapatan
antara pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS?
2) Bagaimana evaluasi terhadap penetapan tarif air bersih dari program
PAMSIMAS menggunakan mekanisme full cost recovery?
3) Berapa nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay/WTP) masyarakat Desa
Tegaldowo terhadap peningkatan pelayanan program PAMSIMAS?
6

4) Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP masyarakat dalam


membayar iuran air untuk peningkatan pelayanan BPS dalam mengelola
program PAMSIMAS di desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan?

1.3 Tujuan Penelitian


Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penetapan tarif
dasar air dan mengestimasi nilai kesediaan membayar yang dapat diestimasi
melalui WTP masyarakat terhadap program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo.
Secara khusus tujuan penelitian ini, yaitu:
1) Membandingkan pengeluaran untuk konsumsi air terhadap pendapatan antara
pelanggan PAMSIMAS dengan non PAMSIMAS.
2) Mengevaluasi tarif dasar air bersih dari program PAMSIMAS menggunakan
mekanisme full cost recovery.
3) Mengestimasi nilai kesediaan membayar (Willingness To Pay-WTP)
masyarakat Desa Tegaldowo terhadap peningkatan pelayanan program
PAMSIMAS.
4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi besaran WTP masyarakat
dalam membayar iuran air untuk peningkatan pelayanan BPS dalam mengelola
program PAMSIMAS di desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan.

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:
1) Bagi penulis, penelitian ini berguna sebagai sarana untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah dipelajari sehingga dapat bermanfaat bagi perkembangan
pengetahuan penulis.
2) Bagi akademisi, yang didapatkan dari penelitian ini dapat menjadi rujukan
untuk penelitian selanjutnya sehingga masalah penyediaan air bersih di daerah
lain dapat dipecahkan.
7

3) Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam


melakukan sistem pengelolaan air bersih sehingga dapat melakukan upaya
dalam penjagaan lingkungan dan penghematan air.
4) Bagi Badan Pengelola Sarana (BPS) program PAMSIMAS, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dalam rangka penentuan tarif/harga air
yang dihasilkan dari program PAMSIMAS serta sebagai pertimbangan dalam
membuat kebijakan yang terkait dengan pemanfaatan air dimasa mendatang.
5) Bagi Pemerintah Daerah, hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan
dapat memperhatikan kesejahteraan masyarakat dalam mengakses air bersih
untuk konsumsi rumah tangga sehari-hari.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1) Penelitian ini dilakukan di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan yang menggunakan dan tidak menggunakan program PAMSIMAS.
2) Penyedia jasa air minum atau air bersih di Desa Tegaldowo adalah berasal dari
program PAMSIMAS dan PDAM.
3) Objek penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu masyarakat yang berperan
sebagai konsumen pengguna air bersih yang berasal dari program PAMSIMAS
dan pelanggan PDAM, yang kedua adalah pihak pengelola PAMSIMAS atau
Badan Pengelola Sarana (BPS).
4) Analisis yang digunakan adalah proporsi alokasi proporsi konsumsi air, full
cost recovery, willingness to pay, dan analisis regresi berganda.
8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekonomi Sumberdaya Air


Air adalah bagian dari alam yang secara instrinsik memiliki nilai tersendiri
(tidak hanya nilai ekonomi pasar) dihadapan keseluruhan konfigurasi sistem
ekologi alam semesta. Air memiliki fungsi ekologis yang tidak dapat diabaikan
selain pentingnya fungsi ekonomi bagi manusia. Oleh karenanya, konservasi
sumberdaya air menjadi bagian penting yang integral dari analisis kebijakan
ekonomi sumber daya air (Sanim, 2011).
Ekonomi sumberdaya air membahas tentang bagaimana memanfaatkan
sumber daya air dengan sebaik-baiknya. Air memiliki nilai instrinsik dan
pemanfaatannya memiliki nilai tambah karena dari ekstraksi sampai pemanfaatan
langsung untuk konsumsi menimbulkan biaya yang cukup substansial. Karena itu,
selain menyangkut ekstraksi yang optimal, pengelolaan sumber daya air juga
menyangkut alokasi yang optimal yang kemudian didekati dengan berbagai
mekanisme, seperti water pricing. Alokasi air merupakan masalah ekonomi untuk
menentukan bagaimana suplai air yang tersedia harus dialokasikan kepada
pengguna atau calon pengguna. Alokasi air diarahkan dengan tujuan penawaran
air yang terbatas tersebut dapat dialokasikan kepada pengguna, baik untuk
generasi sekarang maupun generasi mendatang, dengan biaya yang rendah.
Dengan kata lain, alokasi sumber daya air harus memenuhi kriteria efisiensi,
equity, dan sustainability (Fauzi, 2006).
Tietenberg (1984) menyatakan bahwa sumberdaya dapat dikelola secara
efisien asalkan sistem kepemilikan terhadap sumberdaya tersebut dibangun atas
sistem property right yang efisien antara lain:
1) Universality, yang berarti bahwa semua sumberdaya dimiliki secara pribadi
(private owned) dan seluruh hak-haknya diperinci dengan lengkap dan jelas.
2) Exclusivity, berarti bahwa semua keuntungan dan biaya yang dibutuhkan
sebagai akibat dari kepemilikan dan pemanfaatan sumberdaya tersebut harus
dimiliki hanya oleh pemilik tersebut baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam transaksi atau penjualan ke pihak lain.
9

3) Transferability, berarti seluruh hak kepemilikan dapat dipindahtangankan dari


satu pemilik ke pihak lainnya dengan transaksi yang bebas dan jelas.
4) Enforceability, yang berarti bahwa hak kepemilikan tersebut harus aman dari
perampasan atau pengambilalihan secara tidak baik dari pihak lain.

2.2 Mekanisme Alokasi Sumberdaya Air


Secara umum ada beberapa mekanisme alokasi sumberdaya air yang umum
digunakan (Fauzi, 2010):
1) Queuing System
Queuing system merupakan salah satu sistem alokasi air yang terkait dengan
masalah lokasi yang didasarkan pada sistem antrian. Sistem ini merupakan sistem
alokasi air yang paling tua dikembangkan sejak abad pertengahan di beberapa
negara di Eropa. Meskipun sudah mengalami banyak perubahan, beberapa negara
masih menganut sistem tersebut. Sistem antrian ini memiliki dua sistem alokasi
yang cukup dominan yaitu Riparian Water Right yang dikembangkan di Inggris
dan Prior Appropriation Water Right yang dikembangkan di negara-negara barat
lainnya, khususnya negara-negara Anglo-Saxon.
Sistem riparian memberlakukan seorang pemilik lahan yang berada di
daerah yang berdekatan dengan sungai atau danau memiliki hak yang sama
dengan pemilik lahan riparian lainnya untuk memanfaatkan air. Hak kepemilikan
riparian ini tidak hilang meskipun pemilik lahan di daerah riparian tersebut tidak
memanfaatkan. Sistem riparian ini memberlakukan sistem antrian karena mereka
yang berada di hulu sungai memiliki hak terlebih dahulu atas air dibanding
masyarakat hilir. Sistem riparian memiliki banyak kelemahan karena alokasi air
tidak didasarkan pada kriteria ekonomi sehingga menimbulkan eksternalitas yang
terjadi pada sumberdaya yang bersifat common property yang kemudian
menimbulkan inefisiensi pemanfaatan air.
Prior Appropriation Water Rights didasarkan pada prinsip bahwa hak atas
kepemilikan air diperoleh melalui penemuan atau kepemilikan secara terus
menerus. Sistem ini kepemilikan bersifat mutlak artinya pemilik hak atas air
diperbolehkan untuk tidak membagi pemanfaatan air kepada pihak lain.
Perbedaan dengan riparian adalah jika pemilik air tidak memanfaatkan
10

sumberdaya air untuk sesuatu yang bermanfaat maka hak tersebut dapat hilang.
Permasalahannya pemanfaatan air didasarkan pada penemuan yang tidak ada
catatan kepemilikannya sehingga bermasalah pada aspek hukum, selain itu sama
halnya dengan riparian tidak diperkenankan adanya perdagangan atas air sehingga
air bisa saja dimanfaatkan oleh pengguna yang sangat membutukan air.
2) Water Pricing
Air tidak bisa lagi dimanfaatkan sebagai barang publik murni. Dalam
beberapa hal, air merupakan barang nilai tambah (value added commodity). Usaha
untuk memberikan nilai kepada sumberdaya alam tersebut melalui berbagai
mekanisme seperti water treatment sehingga sampai ke tangan konsumen dan
aman diminum memerlukan biaya yang tidak sedikit. Penentuan harga yang tepat
melalui water pricing yang mencerminkan biaya yang sebenarnya akan
memberikan sinyal kepada pengguna mengenai nilai dari air dan dapat menjadi
insentif untuk pemanfaatan air yang lebih bijaksana.
Salah satu model alokasi sumberdaya air yang didasarkan pada water
pricing adalah Marginal Cost Pricing (MCP). Konsep ini telah diadopsi oleh
berbagai negara sebagai suatu mekanisme water pricing yang paling banyak
digunakan. Mekanisme MCP didasarkan pada prinsip ekonomi bahwa alokasi
sumberdaya air yang optimal secara sosial adalah di mana manfaat sosial marginal
yang diperoleh dari konsumsi air setara dengan biaya sosial marginal yang
dikeluarkannya. Manfaat sosial marginal ini dicirikan oleh kurva permintaan
terhadap air, sementara biaya sosial marginal yang menggambarkan kurva suplai
air menggambarkan biaya yang harus dibayar oleh pengguna untuk memproduksi
satu unit tambahan air. Biaya marginal atas sumberdaya air ini termasuk biaya
pengguna (user cost) atau biaya korban terjadinya deplesi sumberdaya, dan biaya
eksternal, seperti biaya lingkungan dan sebagainya.
Gambar 1 memperlihatkan alokasi optimal berdasarkan prinsip MCP.
Alokasi optimal secara sosial ada pada titik P* dan Q* di mana manfaat marginal
sama dengan biaya marginal. Jika kemudian terjadi eksternalitas negatif dalam
pemanfaatan sumber daya air, biaya marginal akan bergeser ke kiri dan
menyebabkan makin berkurangnya suplai air sehingga keseimbangan baru dicapai
pada harga yang lebih tinggi dengan kuantitas makin sedikit QL < Q*.
11

Biaya Marginal
dengan biaya lingkungan
Harga (Rp)

PL Biaya Marginal
tanpa biaya lingkungan

P*

Manfaat Marginal

QL Q* Q (kuantitas)

Gambar 1 Alokasi optimal berdasarkan MCP

Dinar et al. (1997) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa mekanisme MCP
memiliki beberapa kelebihan, antara lain secara teoritis mekanisme ini dianggap
paling efisien dan dapat menghindari terjadinya underpriced (penilaian di bawah
harga) dan penggunaan yang berlebihan (overuse). Namun demikian, MCP juga
memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kelemahan tersebut menyangkut aspek
kesetaraan (equity). MCP mengabaikan aspek ini karena pada saat terjadinya
kekurangan air (musim kemarau misalnya), kenaikan harga pada tingkat yang
sangat tinggi akan banyak memberikan dampak yang negatif terhadap masyarakat
yang berpenghasilan rendah. Dari sisi praktis, penggunaan MCP memerlukan
monitoring volumetrik yang biasanya cukup mahal dan sulit digunakan.
Spulber dan Sabbaghi (1994) dalam Fauzi (2010) melihat kelemahan lain
menyangkut penggunaan MCP, antara lain:
a. Biaya marginal bersifat multidimensi yang menyangkut beberapa input,
termasuk kuantitas dan kualitas sumber daya air.
b. Biaya marginal berbeda antara jangka pendek (short run marginal cost) dan
jangka panjang (long run marginal cost)
c. Biaya marginal juga dipengaruhi oleh perubahan permintaan, baik secara
temporal maupun permanen. Komposisi biaya tetap dan biaya variabel akan
sangat ditentukan oleh perubahan permintaan dan ini akan sangat berpengaruh
terhadap biaya marginal.
12

3) Alokasi Publik
Sumberdaya air termasuk salah satu sumberdaya yang pengelolaannya unik
karena dalam situasi tertentu sulit memperlakukan air sebagai barang yang
diperdagangkan. Air kebanyakan merupakan barang publik, sehingga diperlukan
intervensi pemerintah dalam pengalokasiannya. Penyediaan sumberdaya air
seperti pembangunan waduk, dam, dan sejenisnya sering memerlukan investasi
yang sangat besar yang biasanya terlalu mahal untuk dilakukan oleh perusahaan
swasta. Oleh karena alasan-alasan inilah sebagian pihak mendukung adanya
intervensi publik atau pemerintah dalam alokasi sumberdaya air. Salah satu
bentuk alokasi publik dalam pengelolaan sumber daya air adalah irigasi dalam
skala besar di mana pemerintah menentukan sumber air yang digunakan untuk
sistem irigasi kemudian mengalokasikannya berdasarkan sistem yang ditentukan.
Dinar et al., (1997) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa alokasi yang
dilakukan oleh publik atau pemerintah dapat menjawab aspek equity dalam
pengelolaan sumberdaya air karena pemerintah dapat mengalokasikan air ke
daerah yang tidak mencukupi sehingga masyarakat miskin dapat mengakses air.
Namun demikian, alokasi pemerintah sering harus dibarengi dengan subsidi untuk
membantu alokasi air ke daerah-daerah dengan tingkat kebutuhan yang tinggi
namun kemampuan membayar rendah.
4) User Based-Allocation
Alokasi sumber daya air yang berbasis komunal seperti sistem subak di Bali
merupakan contoh nyata alokasi air dengan sistem user-based. Sistem alokasi ini
menggunakan berbagai variasi pengaturan seperti berdasarkan rotasi waktu
(bergilir), kedalaman air, kedekatan lokasi, dan sistem pembagian air pada sumur
umum maupun pompa air ditingkat desa atau komunal. Salah satu karakteristik
yang melekat kuat pada sistem ini adalah pentingnya peran kelembagaan.
Masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam pengelolaan sumberdaya air
akan memiliki informasi yang lebih lengkap mengenai kondisi setempat daripada
lembaga-lembaga lain, sehingga mereka dapat mengatur alokasi air sesuai
perubahan kebutuhan tanpa harus terpaku pada formula yang baku. Sistem ini
memiliki kelemahan antara lain kurangnya kapasitas kelembagaan lokal dalam
menangani kebutuhan intersektoral, seperti antara kebutuhan rumah tangga dan
13

industri. Di tingkat lokal, mungkin mereka memahami benar kebutuhan air untuk
kebutuhan rumah tangga, namun kebutuhan industri. Di tingkat lokal, mungkin
mereka memahami benar kebutuhan rumah tangga, namun jangkauan untuk
industri tidak tercapai bahkan untuk skala yang kecil.
5) Alokasi Berbasis Pasar (Water Market)
Water market pada prinsipnya adalah pertukaran hak atas pemanfaatan air.
Konsep ini harus dibedakan dengan pertukaran sementara antara pengguna air
yang disebut spot market. Water market harus mengikuti kaidah-kaidah prinsip
ekonomi dalam pengoperasian pasar yang antara lain mencakup penjual dan
pembeli yang memiliki informasi yang sama, pasar yang bersifat kompetitif yang
berimplikasi pada keputusan yang diambil oleh salah satu pihak tidak
mempengaruhi keputusan terhadap pihak lain, dan pelaku ekonomi yang memiliki
motif untuk memaksimumkan manfaat ekonomi. Kondisi-kondisi tersebut
memungkinkan dicapainya keseimbangan penawaran dan permintaan dalam
transaksi air. Selain aspek efisiensi dalam pemanfaatan sumberdaya air, water
market juga memiliki kelebihan dari sisi timbulnya potensi manfaat bagi penjual
dan pembeli akibat adanya pertukaran, misalnya adanya kemungkinan bagi
penjual untuk meningkatkan ketersediaan air. Water market juga memungkinkan
dilakukannya internalisasi biaya eksternal (misalnya akibat pencemaran) oleh
pihak penyuplai (penjual).
Rosegrant dan Binswanger (1994) dalam Fauzi (2010) melihat bahwa water
market memiliki kelebihan antara lain:
a. Memungkinkan terjadinya pengukuhan hak atas pengelolaan air (well
establishment of property right). Hak yang diakui tersebut pada gilirannya bisa
mendorong insentif bagi pemilik air untuk berinvestasi pada teknologi
penghematan air (water saving technology).
b. Memberikan insentif kepada pengguna air untuk memperhatikan biaya
eksternal yang ditimbulkan akibat penggunaan air, sehingga mengurangi
tekanan terhadap sumberdaya air.
c. Memberikan fleksibilitas bagi pengguna untuk bereaksi terhadap perubahan-
perubahan permintaan dan penawaran.
14

d. Sistem pasar mengharuskan kedua belah pihak (penjual dan pembeli) untuk
menyetujui perubahan atau realokasi air, sehingga pengguna air dalam sistem
pasar ini lebih diberdayakan.
Implementasi alokasi sumberdaya air berbasis pasar bukan berarti tanpa
hambatan. Sistem water market rawan terhadap dampak negatif lingkungan yang
ditimbulkan. Dampak lingkungan ini terkadang harus dibayar lebih mahal oleh
masyarakat daripada harga air itu sendiri. Water market merupakan sistem yang
relatif masih baru dan masih mengalami berbagai modifikasi sehingga sulit untuk
menilai efektivitas sistem ini secara utuh.

2.3 Full Cost Recovery Pricing


2.3.1 Penetapan Harga Ramsey (Ramsey Pricing)
Ramsey (1927) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga Ramsey
menunjukan sekumpulan harga yang sama yang memaksimumkan keuntungan
sosial bersih yaitu surplus produsen dan surplus konsumen dalam permasalahan
penggunaan air yang sama. Ramsey melakukan modifikasi pada analisis efisiensi
ekonomi konvensional dengan menambahkan batasan eksplisit yang tidak hanya
memaksimumkan keuntungan sosial bersih tetapi juga mencapai kondisi break
even. Kondisi batasan pada break even berusaha mencegah kesalahan posisi dari
penetapan marginal cost yang optimal, first best price. Hal yang mendasari
metode ini adalah untuk mempertahankan tingkat efisiensi sebanyak mungkin,
setiap orang ingin menghindari sesedikit mungkin dari pola konsumsi yang
muncul bersamaan dengan marginal cost pricing sementara masih menetapkan
harga yang dapat menjamin kecukupan penggunaan namun bukan merupakan
penerimaan yang berlebih. Harga Ramsey melakukan hal ini dengan
membebankan harga yang berbeda kepada berbagai pasar perusahaan yang diatur
untuk berbagai pasar regulasi perusahaan dengan tujuan menjaga kelangsungan
sejumlah kontribusi pasar yang memanipulasi harga melebihi MC, sehingga
mengganggu tingkat konsumsi lebih sedikit dari apa yang akan diberikan oleh
harga MC penuh (full marginal cost pricing).
Hall dan Hanemann (1996) dalam Syaukat (2000) menyatakan harga
Ramsey adalah sebuah contoh dari strategi harga terbaik kedua dengan sebuah
15

instrumen kebijakan tunggal untuk menyatukan dua tujuan yaitu efisiensi dan
keuntungan pasar monopoli sama dengan nol (keuntungan normal). Solusinya
adalah membentuk harga sama dengan MC untuk konsumen (pelanggan) dengan
permintaan elastis dan menyatakan hambatan penerimaan melalui penyesuaian
beban harga kepada konsumen yang memiliki permintaan inelastis.

2.3.2 Penetapan Dua Tarif (Coase’s Two Part Tariff)


Pendekatan alternatif dalam permasalahan marginal cost pricing
diperkenalkan oleh Coase (1946) dalam Syaukat (2000) yang mengajukan dua
tarif untuk mempertemukan kondisi total dengan total manfaat harus lebih besar
dari total biaya. Prinsip penetapan dua tarif tersebut adalah biaya setiap unit
konsumsi diatur pada biaya marjinal dari tingkat keluaran yang diperkirakan dari
penjumlahan kekurangan disusun dari pengenaan bea lump sum kepada tiap
pelanggan. Sistem dua tarif adalah jenis sederhana dari non-uniform price
schedule.

2.3.3 Decreasing and Increasing Block Rate


Decreasing and Increasing Block Rate merupakan pengembangan dari two-
part tariff yaitu multi-part tariff. Harga yang dikenakan berbeda-beda tergantung
pada jumlah konsumsi. Umumnya digunakan pada piped water, electricity, dan
phone utilities. Increasing block tariff terjadi ketika p1 < p2 < p3 < ... < pn.
Sedangkan decreasing block tariff terjadi ketika p1 > p2 > p3 > ... > pn. Decreasing
dan increasing block tariffs keduanya dapat memenuhi tujuan revenue adequacy
condition (Syaukat, 2000).
Hartwick dan Olewiler (1998) dalam Fauzi (2010) menyatakan bahwa
mekanisme water pricing berdasarkan Increasing Block Rates (IBR) dapat
dijadikan alternatif MCP. Sistem IBR selain memungkinkan penggunaan air yang
efisien juga dapat beradaptasi dengan situasi pada saat permintaan air memuncak.
Jika terjadi permintaan yang tinggi dapat digunakan untuk mencegah terjadinya
konsumsi air yang berlebihan sehingga membantu konservasi air. Selain itu,
sistem ini juga memungkinkan penyediaan air bagi masyarakat ekonomi lemah
dengan biaya rendah.
16

Sistem peningkatan tarif blok (increasing block tariff) dapat menyebabkan


terjadinya pemerataan pendapatan. Sistem ini banyak dipergunakan di negara-
negara berkembang termasuk di Indonesia. Konsumen lebih kaya menggunakan
air yang lebih banyak, sehingga biaya yang dikeluarkan juga lebih banyak. Dalam
sistem ini diberlakukan tarif progresif yang pada intinya semua keluarga
pengguna baik golongan kaya maupun miskin mempunyai hak dalam penggunaan
air dalam jumlah yang sama. Penggunaan air dalam jumlah yang besar akan
mengakibatkan pembayaran yang lebih besar. Prinsip IBR tersebut secara grafik
dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2 di bawah ini menjelaskan bahwa tingkat
pemanfaatan 0 sampai Q1, tarif ditetapkan sebesar P1, sementara jika konsumsi
meningkat antara interval Q1 sampai Q2 maka tarif bisa dinaikkan sebesar P2 dan
seterusnya (Fauzi, 2010).

Harga air

P2

P1

Q1 Q2 Konsumsi air/volume

Gambar 2 Penentuan harga air berdasarkan IBR

2.4 Willingness to Pay


Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan
individu untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian
terhadap sumberdaya alam dan jasa alami dalam rangka memperbaiki kualitas
lingkungan. WTP dihitung seberapa jauh kemampuan setiap individu atau
masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam
rangka memperbaiki kondisi lingkungan agar sesuai degan kondisi yang
diinginkan. WTP merupakan nilai kegunaan potensial dari sumberdaya alam dan
jasa lingkungan (Hanley dan Spash, 1993).
17

Menurut Fauzi (2010) terdapat tahap-tahap proses memperoleh willingness


to pay, yaitu sebagai berikut:
1) Membuat pasar hipotetik (setting up hypotetical market)
Peneliti terlebih dahulu membuat hipotesis pasar terhadap sumber daya yang
akan dievaluasi. Pasar hipotetik tersebut membangun suatu alasan mengapa
masyarakat seharusnya membayar terhadap suatu barang atau jasa lingkungan
yang tidak memiliki nilai dalam mata uang berapa harga barang atau jasa
lingkungan tersebut. Peneliti membuat suatu kuesioner yang berisi informasi
lengkap mengenai bagaimana kondisi lokasi penelitian. Kuesioner ini bisa
terlebih dahulu diuji pada kelompok kecil untuk mengetahui reaksi atas proyek
yang akan dilakukan sebelum proyek tersebut betul-betul dilaksanakan.
2) Mendapatkan nilai lelang (bids)
Tahap berikutnya adalah memperoleh nilai lelang. Ini dilakukan dengan
melakukan survei, baik melalui survei langsung dengan kuesioner, wawancara
melalui telepon, maupun lewat surat. Dari ketiga cara tersebut survei langsung
akan memperoleh hasil yang lebih baik. Tujuan dari survei adalah untuk
memperoleh nilai maksimum keinginan membayar (WTP) dari responden
terhadap suatu proyek, misalnya perbaikan lingkungan. Terdapat empat metode
untuk memperoleh nilai lelang atau penawaran besarnya nilai WTP responden:
a. Permainan lelang (bidding game)
Responden diberi pertanyaan secara berulang-ulang tentang apakah mereka
ingin membayar sejumlah tertentu. Nilai ini kemudian bisa dinaikkan atau
diturunkan tergantung respon atsa pertanyaan sebelumnya. Pertanyaan
dihentikan sampai nilai yang tetap diperoleh.
b. Pertanyaan terbuka.
Responden diberikan kebebasan untuk menyatakan nilai moneter (rupiah
yang ingin dibayar) untuk suatu proyek perbaikan lingkungan.
c. Payment Cards
Nilai lelang dari teknik ini diperoleh dengan cara menanyakan apakah
responden mau membayar pada kisaran nilai tertentu dari nilai yang sudah
ditentukan sebelumnya. Nilai ini ditunjukkan kepada responden melalui
kartu.
18

d. Metode referendum atau discrete choice (dichotomous choice)


Responden diberi suatu nilai rupiah, kemudian diberi pertanyaan setuju atau
tidak.
3) Menghitung rataan WTP
Setelah survei dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung rataan
WTP setiap individu. Nilai ini dihitung berdasarkan nilai lelang (bid) yang
diperoleh pada tahap dua. Perhitungan ini didasarkan pada nilai mean (rataan)
dan nilai median (tengah). Tahap ini harus memperhatikan kemungkinan
timbulnya outliner (nilai yang sangat jauh menyimpang dari rata-rata). Perlu
juga diperhatikan bahwa perhitungan nilai rataan WTP lebih mudah dilakukan
untuk survei yang menggunakan pertanyaan yang berstruktur daripada
pertanyaan bermodel referendum (Ya atau Tidak).
4) Memperkirakan kurva WTP (bid curve)
Kurva WTP dapat diperkirakan dengan menggunakan nilai WTP sebagai
variabel dependen dan faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tersebut sebagai
variabel independen. Kurva WTP ini dapat digunakan untuk memperkirakan
perubahan nilai WTP karena perubahan sejumlah variabel independen yang
berhubungan dengan kualitas lingkungan.
5) Menjumlahkan data (agregating data)
Tahap selanjutnya adalah mengagregatkan rataan lelang yang diperoleh
pada tahap tiga. Proses ini melibatkan konversi data rataan sampel ke rataan
populasi secara keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah
mengalikan rataan sampel dengan jumlah rumah tangga dalam populasi (N).

2.5 Analisis Regresi Berganda


Analisis regresi linear digunakan untuk mempelajari hubungan atau
peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematik. Supangat (2007) menyatakan bahwa persamaaan garis
regresi merupakan model hubungan antara dua variabel atau lebih, yaitu antara
variabel bergantung (dependent variable) dengan variabel bebas (independent
variable) sedangkan yang dimaksud dengan garis regresi (regression linear)
adalah suatu garis yang ditarik di antara titik-titik sedemikian rupa sehingga dapat
19

digunakan untuk menaksir besarnya variabel yang satu berdasarkan besarnya


variabel yang lain dan data juga digunakan untuk mengetahui macam korelasinya
(positif atau negatifnya).
Pada regresi berganda (multiple regression model) dengan asumsi bahwa
peubah tak bebas (respons) Y merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas
X1, X2, X3, ....... XK dan komponen sisaan ε (error). Model ini sebenarnya
merupakan pengembangan dari model regresi sederhana dengan satu peubah
bebas sehingga asumsi mengenai sisaan ε, peubah bebas X dan peubah tak bebas Y
juga sama. Persamaan model regresi berganda secara umum adalah sebagai
berikut:
Yi = β1 X1i + β2 X2i + β3 X3i + ... + βk Xki + εi
Subskrip i menunjukkan nomor pengamatan dari 1 sampai N untuk data
populasi atau sampai n untuk data contoh. Xki merupakan pengamatan ke-i untuk
peubah bebas Xk. Koefisien β1 merupakan intersep model regresi berganda. Dalam
mendapatkan koefisien regresi parsial digunakan metode kuadrat terkecil
Ordinary Least Square (OLS). Asumsi utama yang mendasari model regresi
berganda dengan metode OLS adalah sebagai berikut (Firdaus, 2011):
1) Nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value) dari εi tergantung
pada Xi tertentu adalah nol.
2) Tidak ada korelasi berurutan atau tidak ada korelasi (non-autokorelasi) artinya
dengan Xi tertentu simpangan setiap Y yang manapun dari nilai rataratanya
tidak menunjukan adanya korelasi, baik secara positif atau negatif.
3) Varian bersyarat dari ε adalah konstan. Asumsi ini dikenal dengan nama
asumsi homoskedastisitas.
4) Variabel bebas adalah non-stokastik yaitu tetap dalam penyampelan berulang
jika stokastik maka didistribusikan secara independen dari gangguan ε.
5) Tidak ada multikolinearitas antara variabel penjelas satu dengan yang lainnya.
6) ε didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan varian yang diberikan
oleh asumsi 1 dan 2.
Apabila semua asumsi yang mendasari model tersebut terpenuhi maka
fungsi regresi yang diperoleh dari hasil perhitungan pendugaan dengan metode
OLS dari koefisien regresi adalah penduga tak bias linear terbaik (Best Linear
20

Unbiased Estimator atau BLUE). Sebaliknya jika ada asumsi dalam model regresi
yang tidak terpenuhi oleh fungsi regresi yang diperoleh maka kebenaran
pendugaan model tersebut atau pengujian hipotesis untuk pengambilan keputusan
dapat diragukan. Penyimpangan 2, 3, dan 5 memiliki pengaruh yang serius
sedangkan asumsi 1, 4, dan 6 tidak.

2.6 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian yang dijadikan referensi antara lain penelitian yang
dilakukan oleh Kusuma (2006) yakni analisis ekonomi pengelolaan sumberdaya
air dan kebijakan tarif air PDAM Kota Madiun. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penetapan tarif air
PDAM Kota Madiun, mengidentifikasi struktur produksi dan biaya pengelolaan
air, mengestimasi variabel-variabel yang mempengaruhi fungsi biaya pengelolaan
air, menganalisis penetapan tarif air secara ekonomi dan finansial serta
menganalisis dampak kenaikan tarif air terhadap keuntungan PDAM Kota
Madiun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan tarif air dipengaruhi oleh
harga beli listrik/kwh, harga bahan bakar minyak dan tingkat inflasi. Komponen
biaya-biaya pengelolaan, produksi air maupun jumlah pelanggan mengalami
pertumbuhan positif yang menunjukkan kondisi pengelolaan yang semakin
membaik. Biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air
berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya. Penetapan tarif
air baik secara ekonomi maupun secara finansial telah dapat memberikan susunan
tarif yang sesuai bahkan mampu mencapai Full Cost Recovery. Kebijakan tarif
mampu memberikan dampak positif berupa peningkatan penerimaan dan
keuntungan PDAM Kota Madiun.
Penelitian lainnya oleh Novianty (2013) melakukan penelitian mengenai
Estimasi Willingness to Pay air tanah dan air pipa di Desa Tamansari, Kecamatan
Tamansari, Kabupaten Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengestimasi
kesediaan masyarakat Desa Tamansari untuk membayar air tanah sebagai
apresiasi terhadap air tanah dan faktor faktor yang mempengaruhinya,
mengestimasi kesediaan membayar masyarakat Desa Tamansari untuk
21

memperoleh pelayanan penyediaan air bersih beserta faktor-faktor yang


mempengaruhinya, serta menganalisis reliabilitas CVM (Contingent Valuation
Method) dalam menentukan kesediaan masyarakat Desa Tamansari untuk
membayar agar mendapatkan air bersih.
Melalui penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil nilai rata-rata WTP
air tanah sebesar Rp 414,71 per m3 tiap kepala keluarga perbulan serta faktor-
faktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai WTP responden yaitu usia,
tingkat pendidikan dan jumlah penggunaan air. Sedangkan nilai rata-rata WTP
pada air pipa sebesar Rp 575 per m3 tiap kepala keluarga perbulan serta
faktorfaktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai WTP responden yaitu
usia, tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga dan jumlah penggunaan air.
Uji reliabilitas dengan menggunakan metode Alpha Cronbach mendapatkan nilai
sebesar 0,640 yang berarti reliabel.
Selain itu, Siagian (2015) melakukan penelitian mengenai Analisis Ekonomi
Pengelolaan Sumberdaya Air di PDAM Tirtauli Kota Pematangsiantar. Penelitian
ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik pelanggan PDAM Tirtauli di Kelurahan
Martoba dan Kelurahan Melayu, mengevaluasi penetapan tarif dasar air bersih
PDAM Tirtauli melalui mekanisme Full Cost Recovery, mengestimasi nilai WTP
pelanggan Kelurahan Martoba dan Kelurahan Melayu terhadap pelayanan akses
air bersih, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produksi air bersih
PDAM Tirtauli.
Hasil penelitian karakteristik konsumen rumah tangga di Kelurahan Melayu
dan Kelurahan Martoba adalah tingkat penghasilan masyarakat adalah Rp 300.000
- Rp 7.300.000 per bulan, jumlah kebutuhan air 10-40 m³/bulan/KK, dan jumlah
pengguna air adalah 2-5 orang/KK. Tarif dasar air yang diperoleh berdasarkan
mekanisme full cost recovery sebesar Rp 2.945,11/m3 untuk penggunaan
konsumen rumah tangga-2 blok-2. Rata-rata nilai WTP rumah tangga-1 adalah Rp
632,5 per m³, rumah tangga-2 sebesar Rp 1.030 per m³, rumah tangga-3 sebesar
Rp 2.205 per m³, rumah tangga-4 sebesar Rp 2.565 per m³, rumah tangga-5
sebesar Rp 3.925 per m³. Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP adalah umur,
jumlah pengguna air, penghasilan, dummy siram tanaman. Faktor-faktor yang
22

mempengaruhi fungsi produksi adalah air baku, jumlah pegawai, jumlah


pelanggan dan tingkat kekeruhan air.
23

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Sumberdaya air merupakan kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan


mahluk hidup, sedangkan jumlah komposisi air tawar hanya sebagian kecil dari
total volume air yang ada. Tingginya pertumbuhan penduduk memicu
peningkatan kebutuhan akan air bersih, namun ketersediaan dan kuantitas
sumberdaya air semakin menurun. Hal ini menyebabkan air bersih akan semakin
langka, maka pengelolaan dan upaya mendapatkan air bersih membutuhkan biaya
yang tinggi sehingga air saat ini menjadi barang yang memiliki nilai ekonomi.
Masyarakat Desa Tegaldowo umumnya memenuhi kebutuhan konsumsi air
bersih menggunakan air sumur dangkal. Desa tersebut terkadang tergenang banjir
rob karena letaknya cukup dekat dengan pantai dan air sungai di sekitar
bercampur limbah home industry batik sehingga sebagian besar sumur dangkal
milik warga tercemar. Salah satu alternatif untuk meminimalisir pencemaran air
yaitu menggunakan program pemerintah berupa program PAMSIMAS.
Mengingat pentingnya aspek keberlanjutan dari suatu program, maka terbentuklah
suatu Badan Pengelola Sarana (BPS) yang terdiri dari anggota masyarakat
setempat yang bertugas dalam mengelola program tersebut. Badan Pengelola
Sarana Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo memberikan pelayanan berupa
air bersih perpipaan melalui sambungan rumah (SR) untuk dialirkan ke
konsumen. Permasalahan yang terjadi adalah debit air yang berkurang akibat
sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu
unit sumber air. Sumber air yang digunakan dalam program PAMSIMAS di Desa
Tegaldowo adalah sumur bor dalam dengan kapasitas untuk memenuhi 250
sambungan rumah (SR) sedangkan permintaan akan air bersih semakin banyak.
Sampai saat ini pelanggan program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo berjumlah
351 pelanggan sambungan rumah (SR) sehingga Badan Pengelola Sarana (BPS)
PAMSIMAS berencana ingin melakukan peningkatan pelayanan.
Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan air dapat
memberikan dampak positif kepada masyarakat Desa Tegaldowo yang rata-rata
bekerja sebagai buruh sehingga memiliki pendapatan rendah. Salah satu dampak
positif yang dihasilkan yaitu berupa penghematan pengeluaran untuk konsumsi air
24

yang berasal dari program PAMSIMAS dibandingkan dengan jika menggunakan


air PDAM. Penelitian ini diawali dengan mengkaji berapa besar perbandingan
pengeluaran konsumsi air antara pelanggan progam PAMSIMAS di Desa
Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan dan non PAMSIMAS
(pelanggan PDAM) dari total pendapatan. Metode yang digunakan adalah analisis
proporsi alokasi konsumsi air. Hasil yang didapat akan memberikan perbandingan
antara pengeluaran yang dikeluarkan oleh rumah tangga pelanggan atau konsumen
program PAMSIMAS dengan rumah tangga pelanggan air bersih PDAM. Hal ini
akan memberikan gambaran bahwa proporsi pengeluaran konsumsi air dari total
pendapatan rumah tangga pelanggan air bersih PDAM diduga lebih besar
dibandingkan dengan rumah tangga pelanggan program PAMSIMAS.
Penyebabnya adalah harga air yang dibayarkan oleh rumah tangga pelanggan air
bersih PDAM lebih besar dibandingkan rumah tangga pelanggan PAMSIMAS.
Langkah selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap penetapan tarif
dasar PAMSIMAS dengan mekanisme full cost recovery. Perhitungan didasarkan
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air
Minum (PDAM). Hasil analisis ini akan diimplementasikan terhadap tarif air yang
berlaku terkini sebagai bahan pertimbangan terhadap kebijakan penetapan tarif air
PAMSIMAS di wilayah tersebut. Selanjutnya menganalisis nilai kesediaan
membayar (Willingness to Pay/WTP) pelanggan atau masyarakat Desa
Tegaldowo terhadap peningkatan pelayanan akses air bersih program
PAMSIMAS agar berkelanjutan. Kemudian, menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya nilai kesediaan membayar (Willingness to Pay/WTP)
pelanggan atau masyarakat desa terhadap peningktan pelayanan akses air bersih
program PAMSIMAS agar berkelanjutan dengan menggunakan analisis regresi
linier berganda. Hal ini dilakukan agar diketahui variabel-variabel yang
berpengaruh terhadap besarnya WTP.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memberikan
rekomendasi dalam kebijakan dan rujukan bagi Badan Pengelola Sarana (BPS)
maupun pemerintah daerah untuk melakukan peningkatan pelayanan serta dapat
menjadi masukan untuk perbaikan program serupa, baik bagi yang sudah berjalan
25

maupun yang baru akan dilakukan. Kerangka pemikiran terkait dengan penelitian
ini dilihat pada Gambar 3 yang menjelaskan kerangka berpikir dari latar belakang,
tujuan penelitian dan metode yang digunakan.

Air sumur dangkal sebagai sumber air utama bagi


masyarakat Desa Tegaldowo tercemar

Upaya pelayanan penyediaan air bersih: program


penyediaan air bersih dan sanitasi (PAMSIMAS)

Permintaan Sambungan Rumah (SR) PAMSIMAS


semakin meningkat sedangkan supply tetap

Peningkatan pelayanan oleh Badan Pengelola Sarana


(BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo

Non konsumen Konsumen Badan Pengelola


Sarana (BPS)

Penetapan tarif
dasar air
Perbandingan Nilai Faktor-faktor
pengeluaran kebersediaan yang
konsumsi air dari membayar mempengaruhi Full Cost Recovery
total pendapatan pelanggan nilai WTP Pricing
PAMSIMAS pelanggan

Analisis proporsi Willingness To Pay Analisis Regresi Evaluasi Tarif Air


alokasi konsumsi (WTP) Linier Berganda Bersih
air

Rekomendasi
kebijakan

Pengelolaan
berkelanjutan

Keterangan:
Alur Pemikiran Penelitian
Batasan Penelitian
Gambar 3 Diagram alur penelitian
26

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto,
Kabupaten Pekalongan. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive
sampling) dengan mempertimbangkan bahwa desa tersebut merupakan daerah
yang sebagian besar warganya telah menggunakan air minum yang berasal dari
program PAMSIMAS. Desa tersebut juga memiliki masalah debit air yang
dialirkan ke masyarakat akibat adanya peningkatan permintaan sedangkan sumber
air tetap sehingga debit air yang sampai ke masyarakat lebih sedikit dari yang
diterima sebelumnya. Waktu pengambilan data dilaksanakan pada bulan Maret
sampai dengan April 2016.

4.2 Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui pengisian kuesioner melalui metode
wawancara kepada para responden yang merupakan rumah tangga pelanggan
program PAMSIMAS dan rumah tangga pelanggan air bersih PDAM. Data
primer juga diperoleh secara langsung dengan metode wawancara kepada pihak
pengelola PAMSIMAS atau pihak-pihak yang mengetahui informasi penting
terkait dengan penelitian ini.
Data sekunder yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang berupa data deret waktu (time series). Data tersebut
berupa data biaya pengelolaan selama satu tahun (2015) yang diperoleh dari pihak
pengelola yaitu Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo
yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan sumberdaya air dari program
PAMSIMAS, sedangkan data lainnya sebagai pendukung diperoleh dari studi
literatur dan instansi yang terkait dengan penelitian ini, antara lain Badan Pusat
Statistik (BPS), kantor Desa Tegaldowo, jurnal, buku, penelitian terdahulu, dan
sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini.
27

4.3 Metode Pengambilan Data


Pada metode ini responden yang dipilih adalah masyarakat desa yang telah
menjadi pelanggan program PAMSIMAS melalui sambungan rumah (SR) atau
perpipaan dan pelanggan air bersih PDAM. Jumlah pengambilan responden yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 75 responden yang terdiri dari 45
orang pelanggan program PAMSIMAS dengan metode pengambilan sampel yaitu
simple random sampling dan 30 orang non konsumen program PAMSIMAS
(pelanggan PDAM) dengan metode pengambilan sampel yaitu snowball sampling.
Penetapan jumlah sampel yang digunakan telah memenuhi kaidah pengambilan
sampel secara statistika yaitu minimal sebanyak 30 sampel (n ≥ 30) dimana data
tersebut mendekati sebaran normal (Walpole, 1982).

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka
penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Pengolahan dan analisis
data dilakukan melalui perhitungan secara manual menggunakan komputer
dengan aplikasi program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 16. Metode
analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Matriks metode analisis data


Sumber Metode Analisis
No. Tujuan Penelitian
Data Data
1. Perbandingan pengeluaran untuk konsumsi Data Analisis proporsi
air terhadap pendapatan antara rumah primer alokasi konsumsi
tangga pelanggan program PAMSIMAS air
dengan non PAMSIMAS.
2. Evaluasi tarif air bersih program Data Analisis pemulihan
PAMSIMAS melalui mekanisme pemulihan sekunder biaya penuh (Full
biaya penuh (Full Cost Recovery) Cost Recovery)
3. Estimasi nilai WTP masyarakat terhadap Data Analisis
pelayanan air bersih program PAMSIMAS primer Willingness to Pay
(WTP)
4. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Data Analisis Regresi
besarnya nilai WTP primer Linier Berganda
Sumber: Penulis (2016)

4.4.1 Analisis Proporsi Alokasi Konsumsi Air


Analisis proporsi alokasi konsumsi air digunakan untuk mengetahui
pengeluaran air bersih oleh rumah tangga pelanggan program PAMSIMAS dan
28

rumah tangga pelanggan air bersih PDAM terhadap pendapatan. Data yang
dibutuhkan adalah besar pendapatan per rumah tangga per bulan, volume
penggunaan air per rumah tangga per bulan, dan harga air. Persentase atau
proporsi alokasi konsumsi air dari total pendapatan dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
Pa
. 00
Pt

Keterangan:
p = Proporsi alokasi konsumsi air
Pa = Pengeluaran untuk membeli air bersih
Pt = Pendapatan total

4.4.2 Evaluasi Tarif Dasar Air Bersih Program PAMSIMAS dengan Analisis
Pemulihan Biaya Penuh
Tarif yang mengandung konsep full cost recovery adalah tarif yang sama
dengan biaya dasar produksi air bersih program PAMSIMAS yang mencakup
seluruh total biaya baik biaya tetap maupun biaya variabel. Evaluasi tarif dasar air
bersih program PAMSIMAS dilakukan untuk mencapai keberpihakan pada semua
pemegang kepentingan dalam pemanfaatan dan pengelolaan air bersih program
PAMSIMAS yaitu masyarakat sebagai konsumen atau pelanggan dan Badan
Pengelola Sarana (BPS) sebagai pengelola program PAMSIMAS. Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 23 tahun 2006 tentang pedoman teknis dan
tata cara pengaturan tarif air minum pada perusahaan daerah air minum,
menyebutkan bahwa pertimbangan kepentingan masyarakat pelanggan berarti
bahwa pengelola air bersih dalam hal ini program PAMSIMAS dan Pemerintah
Daerah harus menjamin kepentingan konsumen yang hak- haknya dilindungi
peraturan perundang-undangan dengan menyediakan pelayanan yang baik kepada
masyarakat pelanggan. Tarif yang ditetapkan adalah wajar ditinjau dari
kepentingan para pemangku kepentingan dan telah memenuhi prinsip-prinsip
keterjangkauan dan keadilan, mutu pelayanan, pemulihan biaya, efisiensi
pemakaian air, transparansi dan akuntabilitas, dan prinsip perlindungan air baku.
29

Pertimbangan kepentingan pengelola air bersih yang dalam hal ini pengelola
air bersih program PAMSIMAS juga perlu diperhatikan untuk keberlangsungan
kegiatan usahanya. Tarif harus menjamin kepentingan pengelola sebagai badan
usaha dan penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (full cost
recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan sasaran
pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panjang pengelolaan.
Perhitungan dilakukan dengan melakukan pendataan pada semua biaya yang
dikeluarkan oleh pengelola air bersih program PAMSIMAS dalam kurun waktu
satu tahun. Pendataan dilakukan pada biaya langsung yang berkaitan secara
langsung dengan pengolahan air baku menjadi air bersih baik biaya tetap yang
dikeluarkan maupun biaya variabel yang memang dikeluarkan setiap tahunnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2006 bahwa tarif
dibedakan dalam empat jenis yaitu tarif rendah, tarif dasar, tarif penuh, dan tarif
khusus berdasarkan kesepakatan. Tarif yang dianggap full cost recovery adalah
tarif rata-rata yang minimal sama dengan tarif dasar yang akan sama dengan biaya
dasar per meter kubik air. Perhitungan biaya dasar dilakukan dengan membagi
biaya usaha dengan volume air terproduksi dikurangi volume kehilangan air.
T
BD = TD = P-

Keterangan :
TBU = Total Biaya Usaha
BD = Biaya Dasar
TD = Tarif Dasar
VAP = Volume Air Terproduksi
VKA = Volume Kehilangan Air

4.4.3 Analisis Willingness to Pay (WTP)


Willingness to Pay atau kesediaan untuk membayar adalah kesediaan individu
untuk membayar terhadap suatu kondisi lingkungan atau penilaian terhadap
sumberdaya alam. Nilai WTP merupakan kesediaan setiap individu atau
masyarakat secara agregat untuk membayar atau mengeluarkan uang dalam
rangka memberikan penilaian terhadap peningkatan pelayanan program
30

PAMSIMAS di Desa Tegaldowo. Adapun tahapan analisis WTP adalah sebagai


berikut:
1) Membuat pasar hipotetik (Setting up the hypotetical market)
Responden diberikan informasi mengenai program, pelayanan dan sumber
penyediaan air bersih di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan. Peneliti juga memberitahukan masalah yang belakangan ini
meresahkan masyarakat adalah masalah debit air yang berkurang akibat
sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu
unit untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR) sedangkan permintaan akan
air bersih semakin banyak hingga saat ini terdapat 351 sambungan rumah (SR)
sehingga Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS ingin melakukan
peningkatan pelayanan. Hal ini dimaksudkan agar responden mempunyai
gambaran tentang situasi pasar hipotetik yang dimaksud dan responden dapat
memberikan informasi mengenai sejumlah uang yang bersedia dibayarkan.
2) Mendapatkan penawaran besarnya WTP (obtaining bids)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Closed-Ended
Questions. Hal ini bertujuan agar responden dapat langsung memilih besarnya
nilai yang bersedia dibayarkan. Harga minimum yang digunakan untuk
menghindari undervalue adalah tarif dasar penggunaan air blok 1 – 10 m3 yaitu
sebesar Rp 1.100 dan dasar penggunaan harga maksimum adalah diatas tarif
penggunaan air blok >21 m3.
3) Memperkirakan nilai rata-rata WTP (estimating mean WTP/EWTP)
WTPi dapat diduga dengan menggunakan nilai tengah dari kelas atau
interval WTP responden ke-i. Dari jawaban responden dapat diketahui bahwa
WTPi yang benar adalah berada antara jawaban yang dipilih (batas bawah kelas
WTP) dengan WTP berikutnya (batas atas kelas WTP). Selanjutnya dugaan
rataan WTP dihitung dengan rumus:

Keterangan :
EWTP = Dugaan rataan WTP
31

Wi = Nilai WTP ke-i


Pfi = Frekuensi Relatif
n = Jumlah responden
i = Responden ke-i yang bersedia membayar
4) Menentukan WTP Agregat atau WTP Total (TWTP)
WTP agregat atau WTP total dapat digunakan untuk menduga WTP
populasi secara keseluruhan dengan rumus:
TWTP = EWTP x P
Keterangan :
TWTP = Kesediaan masyarakat untuk membayar
EWTP = Nilai rataan WTP
P = Jumlah populasi
5) Menduga Kurva Lelang (Bid Curve)
Kurva bid total adalah penjumlahan secara vertikal kurva bid individu yang
diperoleh dari nilai TWTP. Kurva bid total ini adalah pengganti kurva
permintaan. Perkiraan kurva WTP diperkirakan dengan menggunakan jumlah
kumulatif dan jumlah individu yang menjawab suatu nilai WTP. Asumsi cara
ini adalah dengan jumlah kumulatif akan semakin sedikit sejalan dengan
semakin meningkatnya nilai WTP. Pendugaan kurva akan dilakukan dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
WTP = f (jumlah responden, nilai WTP)
Keterangan :
Jumlah responden = Responden yang bersedia membayar WTP (orang)
Nilai WTP = Nilai yang bersedia dibayarkan responden (Rp/m3)

4.4.4 Analisis Faktor –Faktor yang Mempengaruhi WTP


Analisis regresi linier digunakan untuk mempelajari hubungan atau
peramalan antara dua buah variabel atau lebih yang dinyatakan dalam bentuk
persamaan matematik. Model regresi berganda merupakan pengembangan dari
model regresi linear sederhana dengan asumsi bahwa peubah tak bebas Y
merupakan fungsi linear dari beberapa peubah bebas X1, X2, ..., XK dan komponen
sisaan ε (error) (Juanda, 2009).
32

Analisis ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang


mempengaruhi WTP responden dalam hal ini masyarakat Desa Tegaldowo.
Model yang digunakan adalah persamaan regresi biner. Persamaan regresi
berganda nilai WTP penelitian ini adalah sebagai berikut :
WTPi = β0 + β1Ui + β2PDDKNi + β3PDPTNi + β4JPAi + β5DPLYN + β6DJKi + ε
Keterangan :
WTPi = Nilai WTP pelanggan rumahtangga (Rp per rumahtangga per m3)
β0 = Intersep
β1 ... β5 = Koefisien regresi
U = Usia responden (tahun)
PDDKN = Pendidikan Responden (tahun)
PDPTN = Pendapatan rumah tangga (Rp/bulan)
JPA = Jumlah pengguna air dalam rumah tangga (orang)
DPLYN = Dummy pelayanan (1= baik, 0= tidak baik)
DJK = Dummy jenis kelamin (1= laki-laki, 0= perempuan)
i = Responden ke-i (i=1, 2, 3, ........, n) n untuk data sampel atau
contoh, sedangkan N untuk data populasi
ε = Galat atau error
Berdasarkan model fungsi WTP air diatas, maka besarnya WTP bagi
responden penerima manfaat sumberdaya air diduga dipengaruhi oleh usia, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah pengguna air dalam rumah tangga,
penilaian responden terhadap tingkat pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS)
PAMSIMAS Desa Tegaldowo, dan jenis kelamin responden yang dapat dijelaskan
pada Tabel 3.
33

Tabel 3 Matriks faktor-faktor yang mempengaruhi Willingness to Pay (WTP)


Faktor-faktor
No. yang Keterangan Hipotesis
mempengaruhi
1. Usia Responden Masyarakat pengguna air bersih Semakin bertambah
bervariasi menurut umurnya, oleh umur responden maka
karena itu perlu diteliti apakah umur semakin tinggi nilai
responden berpengaruh terhadap keinginan masyarakat
besarnya iuran air yang ingin untuk membayar.
dibayarkan masyarakat.
2. Tingkat Tingkat pendidikan mempengaruhi Semakin tinggi tingkat
pendidikan pola pikir masyarakat. Variabel ini pendidikan responden,
responden dinilai berpengaruh karena umumnya maka diduga semakin
masyarakat dengan pendidikan lebih besar pula WTP yang
tinggi cenderung lebih memahami akan dibayarkan untuk
nilai ekonomi dari sumberdaya air iuran air.
yang semakin lama semakin terbatas
dan menjadi barang ekonomi akibat
kelangkaan yang terjadi.
3. Tingkat Tingkat pendapatan cenderung Semakin tinggi
pendapatan mempengaruhi besarnya nilai WTP pendapatan responden
responden yang ingin dibayarkan responden maka semakin besar
untuk iuran air. Hal ini berkaitan pula nilai WTP yang
dengan kemampuan ekonomi akan dibayarkan oleh
masyarakat dalam membayar biaya responden tersebut.
penggunaan air yang dikonsumsinya.
4. Jumlah Pengguna Jumlah pengguna air dalam rumah Semakin banyak
air dalam rumah tangga atau anggota keluarga pengguna air semakin
tangga berpengaruh terhadap besarnya iuran tinggi nilai WTP yang
air yang ingin dibayarkan. akan diberikan.
5. Tingkat Tingkat penilaian responden terhadap Apabila responden
Pelayanan pelayanan Badan Pengelola Sarana memiliki penilaian
(BPS) PAMSIMAS berpengaruh pelayanan Badan
terhadap besarnya iuran air yang Pengelola Sarana
ingin dibayarkan, 1 apabila (BPS) yang baik maka
pelayanan baik dan 0 apabila diduga nilai WTP
responden memberikan penilaian yang akan dibayarkan
tidak baik terhadap pelayanan. semakin besar.
6. Jenis Kelamin Responden laki-laki bertindak Responden laki-laki
sebagai kepala keluarga dalam diduga memiliki nilai
sebuah rumah tangga cenderung WTP yang lebih tinggi
memiliki pengaruh dalam mengambil dibandingkan
keputusan. responden perempuan
Sumber: Peneliti (2016)

4.4.4.1 Pengujian Parameter dalam Regresi Berganda


1) Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi merupakan koefisien yang menunjukkan seberapa
besar variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen. Besarnya
34

koefisien determinasi dapat dilihat pada nilai Adjusted R-Square. Semakin


tinggi nilai Adjusted R-Square maka model regresi yang digunakan semakin
baik. Hal ini menunjukkan variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen. Sebaliknya, apabila nilai Adjusted R-Square rendah, maka model
regresi yang digunakan tidak baik. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
independen tidak mampu menjelaskan variabel dependen.
2) Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai Variance Inflation
Factors (VIF) yang terdapat pada model yang telah di regresikan (Mulyanto
dan Wulandari, 2010). Hal ini dibuktikan dengan :
a. Nilai tolerance seluruh variabel independen mendekati angka 1 atau lebih
besar dari 0.2
b. Nilai VIF seluruh variabel independen berada diseputar angka 1 dan tidak
boleh lebih dari 10
Pengujian dilakukan untuk membuktikan bahwa antar variabel bebas satu
dengan lainnya merupakan variabel yang setara (benar-benar independen).
3) Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk memastikan bahwa data yang digunakan
untuk analisis berasal dari data variabel yang berdistribusi normal. Deteksi
normalitas data pada analisis regresi linier berganda dalam penelitian dilakukan
secara grafik yaitu menggunakan normal p-p plot. Terpenuhinya persyaratan
analisis normalitas adalah jika titik-titik ada grafik normal p-p plot menyebar
disekitar garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Normalitas juga dapat dideteksi dengan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov
Test terhadap nilai observasi dan nilai prediksi variabel independen terhadap
variabel dependen. Normalitas terpenuhi apabila probabilitas hitung hasil uji
lebih besar daru pada taraf uji penelitian (Mulyanto dan Wulandari, 2010).
4) Uji Autokorelasi
Uji asumsi autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada tidaknya
hubungan diantara galat dalam persamaan regresi yang diperoleh. Model
regresi yang baik yang tidak terjadi autokorekasi dimana pengujian dilakukan
dengan melihat nilai Durbin Watson (DW). Hasil pengolahan data
35

dibandingkan dengan nilai dl (batas bawah nilai DW) dan du (batas atas nilai
DW) pada Durbin-Watson dengan kriteria 1.55<DW<2.46 tidak terjadi
autokorelasi (Firdaus, 2011)
5) Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang
mempunyai varian tidak sama, sehingga penaksiran OLS tidak efisien baik
dalam sampel kecil maupun sampel besar. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
masalah heteroskedastisitas dapat menggunakan grafik scatterplot, uji Golfeld
dan Quant, dan uji Glejser. Suatu model persamaan regresi yang tidak memiliki
masalah heteroskedastisitas yaitu jika titik-titik pada grafik scatterplot tersebar
acak tidak membentuk suatu pola tertentu seperti segitiga, segiempat, lengkung
yang beraturan dan sebagainya.
36

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Gambaran Umum Desa Tegaldowo


Gambaran umum Desa Tegaldowo mendeskripsikan karakteristik dan profil
Desa Tegaldowo yang dideskripsikan melalui penjelasan mengenai keadaan
geografis dan batas administratif. Desa Tegaldowo merupakan salah satu desa dari
16 Desa di Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan. Desa Tegaldowo terletak di
dataran rendah Pulau Jawa diantara 09’ – 0’ BT dan 6’ – 7’, berjarak 5 km
dari Kecamatan Tirto dan 25 km dari ibu kota kabupaten Pekalongan. Luas
daratan sesuai penggunaan terbagi menjadi dua yaitu luas pemukiman 42 ha/m2
dan luas persawahan 43 ha/m2. Adapun batas wilayah Desa Tegaldowo dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Batas wilayah Desa Tegaldowo


No. Batas Desa/Kelurahan Kecamatan
1. Sebelah utara Mulyorejo Tirto
2. Sebelah selatan Karangjompo Tirto
3. Sebelah timur Pasirsari Pekalongan barat
4. Sebelah barat Pencongan Wiradesa
Sumber: Data monografi Desa Tegaldowo (2016)

Berdasarkan laporan data tahunan Desa Tegaldowo tahun 2015 luas wilayah
Desa Tegaldowo secara administratif sebesar 0,96 km2 yang terbagi menjadi 3
Rumah Warga (RW) dan 10 Rumah Tangga (RT). Dibandingkan dengan desa
lainnya di Kecamatan Tirto, Desa Tegaldowo memiliki presentase luas wilayah
yang kecil, yakni sebesar 5,52 persen dari luas kecamatan Tirto dengan kepadatan
penduduk sebesar 3.144 jiwa per km2.
Jumlah penduduk Desa Tegaldowo sampai akhir bulan Desember 2015
tercatat sebanyak 3.326 jiwa. Struktur Penduduk Desa Tegaldowo pada tahun
2015 didominasi oleh penduduk laki-laki adalah sebesar 1.705 jiwa sedangkan
jumlah penduduk perempuan sebesar 1.621 orang dengan jumlah kepala keluarga
(KK) sebanyak 945 KK.

5.2 Keadaan Lingkungan dan Sistem Penyediaan Air Bersih


Kondisi lingkungan terkait sumberdaya air di Desa Tegaldowo saat ini
cukup mengkhawatirkan. Sebagian besar masyarakat Desa Tegaldowo memiliki
37

masalah dalam kepemilikan air sumur dangkal yang tercemar akibat adanya
industri batik yang membuang limbahnya di sungai tanpa melalui IPAL, serta
lokasi Desa Tegaldowo yang letaknya cukup dekat dengan laut sehingga air
sumur dangkal terasa payau dan keruh. Warga Desa Tegaldowo terkadang
merasakan banjir rob ketika air laut pasang. Menurut sebagian warga yang telah
diwawancarai dan mempunyai sumur dangkal, air tanah atau sumur dangkal yang
dimiliki hanya dapat digunakan untuk keperluan cuci piring dan perabotan dapur
saja.
Informasi mengenai kondisi sistem saluran drainase/saluran pembuangan air
limbah yang didapat dari laporan tahunan di Desa Tegaldowo pada umumnya
tidak baik (5 rusak, 6 mampet, 10 kurang memadai). Prasarana dan sarana air
bersih atau air minum yang umumnya dikonsumsi masyarakat bersumber dari
sumur gali, sumur pompa, dan hidran umum. Berdasarkan informasi yang
didapatkan, penulis menemukan bahwa kualitas air minum yang terdapat di Desa
Tegaldowo dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Kualitas sumber air di Desa Tegaldowo


No. Sumber Air Kondisi
1. Sumur gali/dangkal Berwarna, berbau, berasa
2. Sumur pompa/bor dalam Baik
3. Hidran umum Baik
4. PAM Baik
5. Sungai Tercemar, keruh, berkurangnya biota laut
Sumber: Data monografi desa Tegaldowo (2016)

5.3 Gambaran Umum PAMSIMAS


Program WSLIC-3/PAMSIMAS merupakan salah satu program dan aksi
nyata pemerintah dengan dukungan Bank Dunia, untuk meningkatkan penyediaan
air minum, sanitasi, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama
dalam menurunkan angka penyakit diare dan penyakit lainnya yang ditularkan
melalui air dan lingkungan.
Ruang lingkup kegiatan Program WSLIC-III/PAMSIMAS mencakup 5
(lima) komponen proyek yaitu :
1) Pemberdayaan masyarakat dan pengembangan kelembagaan lokal
2) Peningkatan kesehatan dan perilaku higienis dan pelayanan sanitasi
38

3) Penyediaan sarana air minum dan sanitasi umum


4) Insentif untuk desa/kelurahan dan kabupaten/kota
5) Dukungan pelaksanaan dan manajemen proyek.
Suatu program penyediaan air minum, sanitasi, dan kesehatan akan efektif
dan berkelanjutan bila berbasis pada masyarakat melalui pelibatan seluruh
masyarakat (perempuan, laki-laki, kaya dan miskin) dan dilakukan melalui
pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat (demand responsive
approach). Proyek yang tanggap terhadap kebutuhan berarti bahwa proyek
menyediakan sarana dan kegiatan-kegiatan yang masyarakat inginkan, bersedia
untuk berkontribusi dan membiayai, dan dapat mengelola dan memelihara
sehingga terbentuk rasa memiliki (sense of ownership) terhadap kegiatan yang
dilakukan dan mengelola secara sukarela. Untuk itu perlu dilakukan suatu usaha
pemberdayaan masyarakat, agar masyarakat berpartisipasi secara aktif dalam
menyiapkan, melaksanakan, mengoperasionalkan dan memelihara sarana yang
telah dibangun, serta melanjutkan kegiatan peningkatan derajat kesehatan di
masyarakat dan lingkungan sekolah. Sasaran program ini adalah kelompok
miskin di perdesaan dan pinggiran kota (peri-urban) yang memiliki prevalensi
penyakit terkait air yang tinggi dan belum mendapatkan akses layanan air minum
dan sanitasi. Tujuan program PAMSIMAS adalah untuk meningkatkan
akses layanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin perdesaan
khususnya masyarakat di desa tertinggal dan masyarakat di pinggiran kota (peri-
urban). Secara lebih rinci program PAMSIMAS bertujuan untuk:
1) Meningkatkan praktik hidup bersih dan sehat di masyarakat
2) Meningkatkan jumlah masyarakat yang memiliki akses air minum dan sanitasi
yang berkelanjutan
3) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan kelembagaan lokal (pemerintah
daerah maupun masyarakat) dalam penyelenggaraan layanan air minum dan
sanitasi berbasis masyaraka;
4) Meningkatkan efektifitas dan kesinambungan jangka panjang pembangunan
sarana dan prasarana air minum dan sanitasi berbasis masyarakat.
Ketersediaan pasokan air bersih di pedesaan yang terus-menerus merupakan
syarat mutlak bagi keberlanjutan PAMSIMAS. Selain itu, sejauh mana
39

PAMSIMAS dapat berkelanjutan juga bergantung pada kemauan dan kemampuan


masyarakat pengguna dalam melakukan dan membiayai pengelolaan serta
pemeliharaan.
Kemauan masyarakat pengguna untuk terlibat dan membayar cenderung
dipengaruhi oleh sejauh mana layanan PAMSIMAS sesuai dengan harapan
mereka. Pendekatan terbaik sehingga PAMSIMAS dapat dibangun, dikelola dan
memberikan layanan yang sesuai dengan harapan masyarakat adalah pendekatan
partisipatif, yaitu melibatkan masyarakat dalam pengambilan keputusan mulai
dari perencanaan, pembangunan sampai pengoperasian.
Berdasarkan pandangan dari sisi ekonomi, kehadiran layanan air dapat
memberikan dampak positif kepada masyarakat melalui dua cara: pertama,
penghematan pengeluaran untuk air dibandingkan dengan jika menggunakan air
PDAM. Cara selanjutnya adalah peningkatan kegiatan-kegiatan ekonomi
produktif yang memanfaatkan pasokan air. Dampak positif ini pada akhirnya akan
meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam membiayai pengelolaan dan
pemeliharaan. Oleh karena itu, setidaknya terdapat lima aspek yang saling
berkaitan dan perlu diperhatikan dalam pengembangan PAMSIMAS, yaitu:
1) Aspek Teknik
Sarana dan prasarana SPAMS yang terbangun harus mampu dioperasikan
dan dipelihara oleh masyarakat sehingga dibutuhkan pemeliharaan khusus agar
tetap dapat beroperasi secara layak dalam jangka panjang sehingga memberikan
manfaat secara terus-menerus.
2) Aspek Ekonomi
Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PAMSIMAS sebagai solusi
permanen pasokan air bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara.
Pertama yaitu keberlanjutan operasi PAMSIMAS sampai berakhir umur pakainya.
Kedua yaitu keberlanjutan layanan air setelah itu. Semua biaya yang dibutuhkan
untuk mempertahankan keberlanjutan PAMSIMAS harus dapat dipenuhi oleh
pendapatan PAMSIMAS yang idealnya hanya bersumber dari iuran air yang
dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Masyarakat secara swadaya mampu
membiayai pengelolaan sarana dan prasarana SPAMS yang sudah terbangun dan
40

rencana pengembangannya, melalui pengumpulan iuran atau tarif air minum dari
masyarakat dan/atau sumber lain.
3) Aspek Sosial
Terjaminnya kesetaraan gender dan keberpihakan kepada masyarakat
miskin dalam mendapatkan akses air minum dan sanitasi. Pelaksanaan program
PAMSIMAS dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat sangat relevan
dengan kebijakan desentralisasi penyediaan pasokan air perdesaan. Pendekatan ini
menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan
kekuatan internal atas sumber daya material dan non material yang penting.
Masyarakat memiliki potensi baik dilihat dari sumber daya alam maupun dari
sumber sosial dan budayanya.
4) Aspek Kelembagaan
Adanya kelembagaan yang eksis dan berkualitas yang mampu mengelola
sarana dan prasarana SPAMS yang sudah terbangun, serta mewujudkan sasaran
program PAMSIMAS. Disamping itu juga perlu adanya kebijakan yang
mendukung baik dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan monev.
5) Aspek Lingkungan
Terpeliharanya lingkungan sumber air baku dan lingkungan hidup
masyarakat, melalui perlindungan daerah tangkapan air dan perubahan perilaku
hidup yang bersih dan sehat.
Keberlanjutan PAMSIMAS akan lebih mungkin tercapai jika pendapatan
yang diperoleh dari iuran pengguna dapat menutupi semua biaya yang harus
ditanggung. Oleh karena itu, tarif pembayaran atau iuran air perlu ditetapkan
sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan total pendapatan yang diharapkan.
Tarif air yang terlalu rendah pada akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri.
Biaya yang harus ditanggung oleh suatu PAMSIMAS secara garis besar yaitu
biaya modal dan biaya operasional pemeliharaan. Akumulasi uang dari
penyusutan dan kembalian investasi tersebut harus dipisahkan. Sedapat mungkin
dana tersebut tidak diganggu gugat karena merupakan dana cadangan untuk
investasi kembali ketika PAMSIMAS yang ada perlu diganti dengan yang baru
karena sudah habis umur pakainya.
41

Biaya operasional dan pemeliharaan terdiri atas biaya operasional rutin,


biaya pemeliharaan dan perbaikan terjadwal dan biaya perbaikan-perbaikan yang
tidak terduga. Informasi-informasi tentang kebutuhan biaya-biaya tersebut perlu
dijelaskan kepada masyarakat pengguna agar masyarakat dapat bersikap lebih
bijaksana pada saat musyawarah penetapan tarif. Selain itu penetapan tarif juga
perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain, misalnya daya beli masyarakat,
pemerataan dan rasa keadilan.
Sistem penyediaan air minum Desa Tegaldowo mulai dirintis pada tahun
2008, dikelola oleh Badan Pengelola Sarana (BPS) untuk kebutuhan air di desa
tersebut dengan melaksanakan program PAMSIMAS (Penyediaan Air Minum dan
Sanitasi Berbasis Masyarakat). Aktivitas BPS sendiri adalah mengkoordinasikan
penyaluran air ke rumah-rumah masyarakat, mengumpulkan iuran air yang
selanjutnya digunakan untuk biaya perawatan dan administrasi, serta mengadakan
rapat secara teratur untuk membicarakan hal–hal untuk kepentingan masyarakat
pengguna air bersih dengan program PAMSIMAS dan penyalurannya ke
masyarakat. Sistem pembayaran air bersih atau air minum pada program
PAMSIMAS ditentukan berdasarkan kesepakatan warga Desa Tegaldowo.
Mengingat perkembangan daerah dan penduduk yang semakin meningkat,
untuk memenuhi kebutuhan air bersih, maka pada tahun 2008 dibangun sumur bor
dengan kapasitas 2,2 liter per detik. Hingga tahun 2016, cakupan pelayanan untuk
wilayah pelayanan Desa Tegaldowo mencapai 351 pelanggan atau sambungan
rumah. Hal ini dapat dikatakan bahwa cakupan pelayanan PAMSIMAS masih
rendah karena belum mencakup semua kepala keluarga di Desa Tegaldowo yang
memiliki jumlah 945 kepala keluarga. Hal ini disebabkan masih kurangnya dana
serta fasilitas berupa kuantitas air bersih untuk menjangkau pelanggan lain yang
hanya dapat diandalkan dengan satu unit sumur pompa/bor dalam. Cakupan
layanan PAMSIMAS di Desa Tegaldowo dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai
berikut.
42

70 59
Jumlah Pelanggan 60 51
50 43
34 37 33
40
30 26
21 21
20 16
10
10
0

Wilayah Pelayanan

Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) 2016


Gambar 4 Cakupan layanan PAMSIMAS tahun 2015

Keuntungan yang dirasakan masyarakat yang menggunakan program


PAMSIMAS yaitu tarif yang lebih murah dibandingkan dengan air bersih dari
PDAM. Sistem pembayaran air bersih atau air minum pada program PAMSIMAS
ditentukan berdasarkan kesepakatan warga Desa Tegaldowo. Besarnya biaya atau
tarif air bersih/air minum program PAMSIMAS yang harus dikeluarkan
responden melalui sambungan rumah (SR) memiliki tarif progresif yang dapat
dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Tarif progresif air bersih PAMSIMAS di Desa Tegaldowo tahun 2016
No. Kelompok Pelanggan 0-10 m3/bulan 11-20 m3/bulan 21-40 m3/bulan
1. Sambungan Rumah (SR) Rp 1.100 Rp 1.300 Rp 1.500
2. Hidran Umum (HU) Rp 5.000/bulan
Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) (2016)

Warga Desa Tegaldowo yang memanfaatkan program PAMSIMAS tersebut


diwajibakan untuk membayar iuran setiap bulannya ke Badan Pengelola Sarana
(BPS) program PAMSIMAS. Sedangkan sistem pembayaran air bersih PDAM
Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan ditentukan atas dasar Peraturan Bupati
Pekalongan Nomor 9: Tahun 2006 Tanggal 22 April 2008 Tentang Pelayanan dan
Tarif Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Pekalongan.
Besarnya tarif air PDAM yang harus dikeluarkan kelompok responden rumah
tangga memiliki tarif progresif yang dapat dilihat pada Tabel 7.
43

Tabel 7 Tarif progresif air bersih PDAM Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan
tahun 2015
Kelompok Tarif Pengelompokkan Pemakaian Air
Pelanggan 0-10 m3/bulan 11-20 m3/bulan 21-30 m3/bulan >30m3/bulan
Rumah Tangga I Rp 2.000 Rp 2.150 Rp 2.300 Rp 2.450
Rumah Tangga II Rp 2.150 Rp 2.300 Rp 2.450 Rp 2.600
Rumah Tangga III Rp 2.300 Rp 2.450 Rp 2.600 Rp 2.750
Sumber: Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Kajen Kabupaten Pekalongan (2016)

5.4 Karakteristik Responden


Responden dalam penelitian ini adalah pelanggan PAMSIMAS di Desa
Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan sebanyak 45 rumah dan
pelanggan PDAM sebanyak 30 rumah. Jumlah responden tersebut diharapkan
mampu menggambarkan karakteristik keseluruhan pelanggan PAMSIMAS dan
pelanggan PDAM di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.
Karakteristik responden di lokasi penelitian dijelaskan oleh beberapa kriteria
diantaranya jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah
pengguna air dalam keluarga, jumlah biaya pengeluaran untuk konsumsi air setiap
bulannya, kepemilikan sumur dangkal serta penilaian masyarakat terhadap
pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo. Data
mengenai karakteristik responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 8.
Berdasarkan data karakteristik responden yang diperoleh pada Tabel 8,
sebagian besar responden yang diwawancarai pada pelanggan PAMSIMAS
mayoritas berjenis kelamin perempuan sedangkan responden yang diwawancarai
pada pelanggan PDAM mayoritas berjenis kelamin laki-laki. Jumlah responden
terbanyak berada pada rentang usia produktif yaitu 36-50 tahun. Sebagian besar
responden yang diwawancarai telah menyelesaikan pendidikan hingga tingkat
Sekolah Dasar (SD) baik pada responden pelanggan PAMSIMAS maupun
pelanggan PDAM. Jumlah anggota keluarga mayoritas responden pelanggan
PAMSIMAS maupun pelanggan PDAM berada pada rentang 4-6 orang dalam
setiap keluarga. Mayoritas pekerjaan responden adalah buruh dengan pendapatan
rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS dan PDAM terbanyak pada
rentang 1–2 juta. Biaya pengeluaran terbanyak untuk konsumsi air pada
44

pelanggan PAMSIMAS berada pada rentang 20–40 rb, sedangkan biaya


pengeluaran terbanyak untuk konsumsi air pada pelanggan PDAM 40-60 rb.

Tabel 8 Data karakteristik responden Desa Tegaldowo (n=75)


Responden
Jumlah (orang) Presentase (persen)
Kategori
Pelanggan Pelanggan Pelanggan Pelanggan
PAMSIMAS PDAM PAMSIMAS PDAM
1. Jenis Kelamin
a. Laki-laki 29 20 57,78 66,67
b. Perempuan 16 10 42,22 33,33
2. Usia
a. 21-35 tahun 13 6 28,89 20
b. 36-50 tahun 21 12 46,67 40
c. 51-65 tahun 8 9 17,78 30
d. 66-80 tahun 3 3 6,67 10
3. Tingkat Pendidikan
a. Tidak sekolah 2 1 4,44 3,33
b. SD 23 21 51,11 70
c. SMP 12 6 26,67 20
d. SMA 8 2 17,78 6,67
4. Penghasilan
a. < 1 juta 17 8 37,78 26,67
b. 1 – 2 juta 23 20 51,11 66,66
c. 2 – 3 juta 4 2 8,89 6,67
d. > 3 juta 1 - 2,22 -
5. Pekerjaan
a. Buruh 26 21 57,77 70
b. Pedagang 6 2 13,33 6,67
c. Ibu Rumah Tangga 6 3 13,33 10
d. Wiraswasta 6 2 13,33 6,67
e. Karyawan Swasta 1 2 2,22 6,67
6. Jumlah Pengguna Air
a. 1-3 orang 14 9 31,11 30
b. 4-6 orang 25 14 55,56 46,67
c. 7-9 orang 6 6 13,33 20
d. 10-12 orang - 1 - 3,33
7. Biaya Pengeluaran
untuk Konsumsi Air
a. < 20 rb 11 - 24,44 -
b. 20 – 40 rb 34 4 75,56 8,88
c. 40 – 60 rb - 17 - 37,78
d. > 60 rb - 9 - 20
8. Kepemilikan sumur
a. Memiliki sumur 30 9 66,67 30
b. Tidak memiliki 15 21 33,33 70
sumur
9. Tingkat Pelayanan
a. Baik 10 27 22,22 90
b. Tidak baik 35 3 77,78 10
Sumber: Hasil analisis data (2016)
45

Sebelum tahun 2008, penduduk Desa Tegaldowo menggunakan air yang


berasal dari sumur gali untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Kedalaman
sumur gali yang dibuat oleh masing-masing rumah tangga pun tidak terlalu dalam
yaitu hanya sekitar 3-5 meter. Semakin berkembangnya dan bertambahnya
industri maupun penduduk menyebabkan masalah air di Desa Tegaldowo. Inti
masalahnya adalah air tanah atau air sumur dangkal yang tercemar akibat adanya
industri batik yang membuang limbahnya di sungai tanpa melalui IPAL, serta
lokasi Desa Tegaldowo yang letaknya cukup dekat dengan laut sehingga beberapa
sumur dangkal tercemar. Sumur dangkal yang dimilikipun sekarang hanya dapat
digunakan untuk keperluan cuci piring dan perabotan dapur saja, bahkan beberapa
warga yang sebelumnya memiliki sumur telah menutup sumurnya dan tidak
memakai air sumurnya lagi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi maupun
kebutuhan sehari-hari lainnya sehingga sebagian besar penduduk Desa Tegaldowo
menggunakan air bersih dari program PAMSIMAS.
Pelayanan terhadap kualitas dan tersedianya air sering menjadi masalah
yang meresahkan anggota masyarakat pengguna. Berdasarkan hasil wawancara
dengan beberapa responden pengguna air dengan program PAMSIMAS
dijelaskan bahwa terdapat sekelompok masyarakat yang mendapatkan debit air
yang kecil sehingga muncul keluhan mengenai distribusi air. Oleh karena itu
pihak pengelola (BPS) mencoba mencari cara untuk mengatasi masalah
kekurangan air ini dan mengatasi masalah distribusi air dengan memperbaiki dan
meninjau kembali pipa yang disalurkan kepada masyarakat. Sedangkan 90 persen
atau sebanyak 27 responden pengguna air yang berasal dari PDAM memberikan
nilai baik terhadap pelayanan PDAM di Desa Tegaldowo. Masyarakat yang
menyatakan tingkat pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS tidak baik
adalah masyarakat yang menyatakan mahalnya harga air PDAM. Masyarakat
yang menyatakan tingkat pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS tidak
baik adalah masyarakat yang menerima air dalam jumlah sedikit atau bahkan tidak
mengalir selama beberapa hari. Terdapat 82,22 persen yang menyatakan
pelayanan BPS dalam mengelola tidak baik. Alasan utama mereka adalah pasokan
air yang tidak lancar, jumlah debit air yang mereka peroleh tidak seperti biasanya.
Kondisi ini menyebabkan masyarakat resah. Pemungutan iuran air juga
46

mengalami kendala akibat masalah ini, karena air jarang mengalir sehingga
masyarakat tidak mau/susah untuk membayar iuran.
47

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Perbandingan Pengeluaran Konsumsi Air dari Pendapatan


Alokasi konsumsi air bersih rata-rata didapat dari total pengeluaran seluruh
responden dibagi dengan jumlah responden. Data alokasi konsumsi air bersih
rumah tangga responden dapat dilihat pada Tabel 9. Total pengeluaran seluruh
responden pada rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS adalah sebesar
Rp 1.012.900 per bulan, sedangkan total pengeluaran seluruh responden pada
rumah tangga responden pelanggan PDAM adalah sebesar Rp 1.822.550 per
bulan. Angka tersebut didapat dari penjumlahan pengeluaran rumah tangga
responden pada masing-masing kategori pelanggan. Jumlah rumah tangga
responden pelanggan PAMSIMAS sebanyak 45 orang dan rumah tangga
responden pelanggan PDAM sebanyak 30 orang. Total pengeluaran yang
diapatkan dari responden pelanggan PAMSIMAS adalah ketika debit air yang
dikonsumsi diasumsikan lancar sebelum terjadi penurunan debit air yang
diakibatkan peningkatan jumlah konsumen sehingga kondisi PAMSIMAS sama
dengan pelanggan PDAM.
Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata harga air yang didapatkan dari
perhitungan total pengeluaran untuk konsumsi air seluruh responden dibagi
dengan total konsumsi air seluruh responden. Hasil perhitungan yang didapatkan
dari program PAMSIMAS yaitu nilai rata-rata harga air sama dengan harga air,
hal ini disebabkan oleh tidak diberlakukannya biaya tetap (total fixed cost)
sedangkan PDAM memberlakukan adanya biaya tetap (total fixed cost) untuk
administrasi dan pemeliharaan meteran air dalam pembayarannya. Berdasarkan
data tersebut, secara nominal dapat dilihat bahwa pengeluaran konsumsi air pada
rumah tangga responden pelanggan PDAM lebih besar dibandingkan dengan
rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS karena tarif air yang
diberlakukan oleh program PAMSIMAS lebih kecil dibandingkan PDAM.
48

Tabel 9 Perbandingan alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan PAMSIMAS


dan pelanggan PDAM
Total Total Pengeluaran
Jumlah Konsumsi untuk Konsumsi Rata-rata
Harga Air
No. Kategori Responden Air Seluruh Air Seluruh Harga Air
(Rp/m3)
(orang) Responden Responden (Rp/m3)
(m3/bulan) (Rp/bulan)
1. Pelanggan 45 841 1.012.900 1.204 1.204
PAMSIMAS
2. Pelanggan 30 715 1.670.000 2.336 2.126
PDAM
Sumber: Hasil analisis data (2016)

Perbandingan proporsi alokasi konsumsi air bersih dapat dilakukan dengan


cara membandingkan persentase konsumsi air terhadap pendapatan antara rumah
tangga responden pelanggan PAMSIMAS dan pelanggan PDAM. Data proporsi
alokasi konsumsi air bersih terhadap pendapatan rumah tangga responden dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10 Perbandingan proporsi alokasi konsumsi air bersih antara pelanggan
PAMSIMAS dan pelanggan PDAM terhadap pendapatan
Persentase
Rata-rata Rata-rata Pengeluaran
Pengeluaran
Pendapatan per untuk Konsumsi Air
No. Kategori Konsumsi Air
Rumah Tangga per Rumah tangga
terhadap pendapatan
(Rp/bulan) (Rp/bulan)
(%)
1. Pelanggan 1.177.778 22.508 1,91
PAMSIMAS
2. Pelanggan 1.181.667 55.667 4,71
PDAM
Sumber: Hasil analisis data (2016)

Pendapatan rata-rata rumah tangga responden pada pelanggan PAMSIMAS


adalah sebesar Rp 1.117.778 per bulan, sedangkan pada pelanggan PDAM sebesar
Rp 1.181.667 per bulan. Rata-rata konsumsi air per rumah tangga responden
pelanggan PAMSIMAS adalah sebesar Rp 22.508 per bulan, sedangkan pada
rumah tangga responden pelanggan PDAM sebesar Rp 55.667 per
bulan.Persentase rata-rata konsumsi air terhadap pendapatan didapat dari
penjumlahan persentase rumah tangga responden pada masing-masing kategori
dibagi jumlah responden. Persentase rata-rata konsumsi air terhadap pendapatan
pada rumah tangga responden pelanggan PAMSIMAS adalah sebesar 1,91 persen,
sedangkan pada pelanggan PDAM sebesar 4,71 persen. Berdasarkan data tersebut
49

dapat disimpulkan bahwa secara nominal pengeluaran konsumsi air pada rumah
tangga responden pelanggan PAMSIMAS lebih kecil dibandingkan dengan rumah
tangga responden pelanggan PDAM sehingga proporsi pengeluaran untuk
konsumsi air rumah tangga responden pelanggan PDAM menjadi lebih besar
dibandingkan dengan proporsi pengeluaran untuk konsumsi air rumah tangga
responden pelanggan PDAM.
Masyarakat Desa Tegadowo memiliki rata-rata pendapatan yang rendah
sehingga kehadiran layanan air berupa program PAMSIMAS dapat memberikan
dampak positif kepada masyarakat yaitu penghematan pengeluaran untuk air
dibandingkan dengan jika menggunakan air PDAM. Hal ini menyebabkan
program PAMSIMAS harus berkelanjutan agar masyarakat Desa Tegaldowo
dapat menikmati layanan air bersih secara terus-menerus.
Berdasarkan rentang waktu, keberlanjutan PAMSIMAS sebagai solusi
permanen pasokan air bagi suatu lokasi setidaknya dipandang dengan dua cara.
Pertama yaitu keberlanjutan operasi PAMSIMAS sampai berakhir umur pakainya.
Kedua yaitu keberlanjutan layanan air setelah itu. Semua biaya yang dibutuhkan
untuk mempertahankan keberlanjutan PAMSIMAS harus dapat dipenuhi oleh
pendapatan PAMSIMAS yang idealnya hanya bersumber dari iuran air yang
dikumpulkan dari masyarakat pengguna. Masyarakat secara swadaya harus
mampu membiayai pengelolaan sarana dan prasarana SPAMS yang sudah
terbangun dan rencana pengembangannya, melalui pengumpulan iuran atau tarif
air minum dari masyarakat karena Departemen Pekerjaan Umum tidak terus-
menerus melakukan bisnis dalam bidang air dengan memberikan bantuan kepada
Desa dalam menangani masalah air bersih. Pada umumnya untuk memenuhi
kebutuhan air bersih, masyarakat dapat menggunakan air dari Perusahaan Daerah
Air Minum (PDAM). Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan salah
satu badan intansi pemerintah yang memiliki tugas khusus dalam menyalurkan air
bersih. Nyatanya PDAM belum dapat secara merata mendistribusikan air ke
seluruh wilayah sehingga PDAM harus mengembangkan wilayah pelayanan
dengan cakupan yang lebih luas.
50

6.2 Evaluasi Tarif Dasar berdasarkan Mekanisme Full Cost Recovery


Tarif air merupakan salah satu unsur penentu untuk memperoleh pendapatan
dari penjualan air, sedangkan pendapatan sangat penting untuk kegiatan
pembiayaan operasional pengelolaan agar tetap berkelanjutan. Besar kecilnya
pendapatan sangat bergantung dari besar-kecilnya tarif yang diberlakukan. Aliran
pendapatan menjadi terbatas karena adanya biaya operasional yang tinggi dan
banyaknya volume air yang hilang. Pendapatan PAMSIMAS terutama dari
penetapan tarif merupakan sumber pembiayaan untuk biaya operasional
PAMSIMAS, namun posisi PAMSIMAS yang merupakan program nasional
pemerintah juga berorientasi publik menjadi sulit untuk menaikan tarif. Penetapan
tarif program PAMSIMAS di lokasi penelitian melalui mekanisme melibatkan
satu wilayah di Desa Tegaldowo sebagai daerah otonom.
Pendapatan program PAMSIMAS harus memenuhi prinsip pemulihan biaya
agar tidak mengalami kerugian. Pemulihan biaya secara penuh (Full Cost
Recovery) dicapai dari hasil perhitungan tarif rata-rata minimal sama dengan
biaya dasar. PAMSIMAS melakukan pengembangan pelayanan air minum tarif
rata-rata yang harus menutup biaya dasar ditambah tingkat keuntungan yang
wajar.
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006
tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada
Perusahaan Daerah Air Minum terdapat biaya dasar yang merupakan biaya usaha
yang dibagi volume air terproduksi setelah dikurangi dengan volume kehilangan
air standar atau dengan kata lain sebagai jumlah air terdistribusi. Biaya
pengelolaan PDAM yang meliputi biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya
transmisi dan distribusi, biaya kemitraan, biaya umum dan administrasi dan biaya
keuangan dalam periode satu tahun.
Produksi air bersih oleh PAMSIMAS setiap waktu membutuhkan biaya
rutin yang dikeluarkan setiap periodenya oleh Badan Pengelola Sarana (BPS)
PAMSIMAS. Mengadopsi peraturan menteri dalam negeri tersebut maka biaya
rutin yang dikeluarkan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Kecamatan Tirto
Kabupaten Pekalongan mencakup dua komponen yaitu biaya langsung dan biaya
tidak langsung. Biaya langsung terdiri dari biaya yang terkait langsung dengan
51

produksi air, yaitu biaya penggunaan listrik, biaya teknisi, biaya pemeriksaan air,
biaya pemeliharaan dan biaya tambahan lainnya. Terdapat biaya tidak langsung
yang terdiri dari biaya gaji pengelola, biaya pelatihan pengelola dan biaya lainnya.
Tabel 11 menunjukkan bahwa biaya rutin yang dikeluarkan PAMSIMAS
Desa Tegaldowo terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Total biaya
langsung PAMSIMAS Desa Tegalddowo pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp
42.363.680, sedangkan total biaya tidak langsung PAMSIMAS Desa Tegaldowo
pada Tahun 2015 adalah sebesar Rp 22.404.700, sehingga total biaya
PAMSIMAS adalah sebesar Rp 64.768.380. Penentuan tarif ini diestimasi
berdasarkan biaya peneglolaan yang dikeluarkan pada tahun 2015 karena
mempertimbangkan ketersediaan dan kelengkapan data serta menggambarkan
kondisi terkini pengelolaan.
Tabel 11 Biaya pengelolaan PAMSIMAS Tahun 2015
Bulan Biaya Langsung Biaya Tidak Langsung Jumlah Biaya (Rp)
(Rp) (Rp)
Januari 3.798.500 1.315.000 5.113.500
Februari 2.833.800 1.642.500 4.476.300
Maret 2.577.800 1.390.000 3.967.800
April 3.038.000 2.868.500 5.906.500
Mei 2.738.700 2.072.000 4.810.700
Juni 5.729.500 2.005.000 7.734.500
Juli 2.750.000 2.881.700 5.631.700
Agustus 3.081.200 2.198.500 5.279.700
September 2.803.230 1.641.500 4.444.730
Oktober 3.472.250 1.368.500 4.840.750
November 3.606.000 1.714.500 5.320.500
Desember 5.934.700 1.307.000 7.241.700
Total Biaya 42.363.680 22.404.700 64.768.380
Sumber: Badan Pengelola Sarana (BPS) 2016

Berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri No. 23 tahun 2006 tentang


Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan
Daerah Air Minum, penetapan tarif air PDAM terbagi menjadi empat jenis tarif
yaitu tarif rendah, tarif dasar, tarif penuh, dan tarif khusus yang ditetapkan
berdasarkan kesepakatan. Setiap PDAM pada dasarnya diberikan kebebasan
dalam menentukan kebijakan jenis-jenis pelanggan untuk setiap kelompok
berdasarkan kondisi obyektif dan karakteristik pelanggan di daerah masing-
masing asalkan sesuai dengan Permendagri no. 23 tahun 2006 tersebut.
52

Penelitian ini hanya membahas mengenai estimasi tarif dasar air


PAMSIMAS dikarenakan terbatasnya data yang dapat penulis peroleh karena
memang pihak pengelola hanya mempunyai catatan nama pelanggan dan jumlah
pelanggan, namun tidak melakukan pengumpulan data kelompok, misalnya data
kelompok pelanggan, jumlah pelanggan untuk setiap kelompok pelanggan, blok
konsumsi, jumlah pelanggan untuk setiap blok konsumsi, dan lain-lain. Selain itu
karena tarif dasar merupakan faktor penentu untuk penentuan tarif atau harga air
dimana harga pokok produksi atau tarif dasar menjadi acuan untuk perhitungan
tarif rendah maupun tarif penuh berdasarkan konsep pengembalian biaya penuh.
Dalam perhitungan biaya pengelolaan PAMSIMAS Desa Tegaldowo oleh
Badan Pengelola Sarana di atas belum memasukkan biaya penyusutan, terutama
penyusutan untuk pembelian barang atau alat investasi seperti pompa submersible,
pipa, reservoir, dan alat lainnya yang nilainya cukup besar. Kondisi ini
menyebabkan pendapatan BPS rendah sehingga bila kondisi ini berlangsung
secara terus menerus, maka bila pada suatu saat ada kerusakan misalnya
kerusakan pompa, maka tidak ada biaya untuk membeli atau
memperbaiki. Besarnya biaya penyusutan program PAMSIMAS di Desa
Tegaldowo adalah Rp 19.808.000 per tahunnya sehingga jika dihitung tarif
dasarnya dapat dilihat pada Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12 Perhitungan tarif dasar PAMSIMAS Desa Tegaldowo


No Uraian Satuan Jumlah Keterangan
1. Biaya Dasar
a. Total Biaya Usaha Rp/Tahun 84.576.380 Jumlah total biaya
PAMSIMAS (TBU) operasional dan penyusutan
b. Total Volume Air m3/Tahun 70.009,92 Data primer
Terproduksi (VAP)
c. Tingkat Kehilangan %/Tahun 20 Rataan kehilangan air
Air (TKA)
d. Volume Kehilangan m3/Tahun 14.001,984 VKA = TKA x VAP
Air (VKA)
e. Biaya Dasar (BD) Rp/m3 1.510 BD = TBU/(VAP-VKA)
2. Tarif Dasar (TD)
a. Biaya Dasar (BD) Rp/m3 1.510
b. Tarif Dasar Air (TD) Rp/m3 1.510 TD = BD
Sumber: Hasil analisis data (2016)

Tabel 12 memperlihatkan volume air yang diproduksi PAMSIMAS tahun


2015 adalah sebesar 70.009,92 m3/tahun yang diperoleh dari data primer hasil
53

wawancara dengan pihak Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS. Tingkat


kehilangan air yang digunakan adalah 20% sehingga volume kehilangan air
sebesar 14.001,984 m3/tahun. Biaya dasar diperoleh dari total biaya usaha dibagi
selisih antara volume air terproduksi dengan volume kehilangan air. Biaya dasar
produksi air per m3 adalah Rp 1.510. Tarif dasar adalah tarif yang sama dengan
biaya dasar yang dikeluarkan, sehingga tarif dasar air bersih PAMSIMAS Desa
Tegaldowo adalah sebesar Rp 1.510/m3. Berdasarkan hasil perhitungan di atas
dapat dilihat bahwa tarif dasar yang berlaku saat ini sebesar Rp 1.300 per m3
belum memenuhi besaran tarif dengan mekanisme biaya pemulihan penuh.
Perhitungan tarif pemulihan biaya penuh dapat digunakan agar program
PAMSIMAS dapat berkelanjutan.

6.3 Estimasi Nilai WTP Konsumen Rumah Tangga Terhadap Pelayanan


dan Ketersediaan Air Bersih
Pendekatan CVM dalam penelitian digunakan untuk menganalisis WTP
pengguna air terhadap pembayaran pelayanan air bersih pada program
PAMSIMAS di Desa Tegaldowo. Hasil pelaksanaan CVM sebagai berikut:
1. Membangun Pasar Hipotetik (Setting-up the Hypothetical Market)
Responden diberikan informasi mengenai program, pelayanan dan sumber
penyediaan air bersih di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan. Peneliti juga memberitahukan masalah yang belakangan ini
meresahkan masyarakat adalah masalah debit air yang berkurang akibat
sumber air yang digunakan untuk program PAMSIMAS hanya berjumlah satu
unit untuk memenuhi 250 sambungan rumah (SR) sedangkan permintaan akan
air bersih semakin banyak hingga saat ini terdapat 351 sambungan rumah (SR)
sehingga Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS ingin melakukan
peningkatan pelayanan. Hal ini dimaksudkan agar responden mempunyai
gambaran tentang situasi pasar hipotetik yang dimaksud dan responden dapat
memberikan informasi mengenai sejumlah uang yang bersedia dibayarkan.
2. Memperoleh Nilai WTP (Obtaining Bids)
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Closed-Ended
Questions. Hal ini bertujuan agar responden dapat langsung memilih besarnya
54

nilai yang bersedia dibayarkan. Harga minimum digunakan untuk menghindari


undervalue adalah tarif dasar penggunaan air blok 1 – 10 m3 yaitu sebesar Rp
1.100 dan dasar penggunaan harga maksimum adalah diatas tarif penggunaan
air blok >21 m3.
3. Menghitung Dugaan Nilai Rataan WTP (Estimating Mean WTP/EWTP)
Dugaan nilai rataan WTP dihitung berdasarkan data distribusi WTP
responden. Data distribusi rata-rata WTP masing masing responden dilihat pada
Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13 Distribusi nilai rataan WTP responden


Nilai WTP Responden
No. Jumlah (Rp/m3)
(Rp/m3) Frekuensi (orang) Frekuensi Relatif (%)
1. 1100 6 0,13 143
2. 1200 3 0,07 84
3. 1300 6 0,13 169
4. 1500 14 0,31 465
5. 1700 7 0,16 272
6. 2000 6 0,13 260
7. 2100 3 0,07 147
Total 45 1 1.540
Sumber: Hasil analisis data (2016)

Berdasarkan Tabel 13, perhitungan rataan WTP (MWTP) menghasilkan


nilai sebesar Rp 1.540 per rumah tangga per m3. Nilai tersebut mencerminkan
besarnya kesediaan membeli responden terhadap produksi air bersih pada
program PAMSIMAS Desa Tegaldowo. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai
WTP yang rela dibayarkan masyarakat pengguna air bersih dari program
PAMSIMAS lebih besar dengan iuran sebelumnya yang telah berlaku yaitu
seperti yang dinyatakan dalam Tabel 7 dan lebih dari tarif dasar air dengan
menggunakan full cost recovery seperti yang dinyatakan dalam Tabel 12. Hal ini
menyebabkan program PAMSIMAS dapat melakukan peningkatan pelayanannya
sehingga dapat berjalan dengan baik sehingga kualitas dan kuantitas air yang
dialirkan ke masyarakat menjadi lebih baik. Nilai ini juga diharapkan dapat
menjadi kebijakan untuk BPS dalam menetapkan iuran air.
4. Menduga Kurva WTP
Kurva WTP responden dibentuk berdasarkan masing – masing nilai WTP
responden terhadap produksi air bersih/minum pada program PAMSIMAS
Desa Tegaldowo. Kurva WTP disajikan melalui Gambar 5.
55

2500 2100 2000

Nilai WTP (Rp)


2000 1700 1500 1300 1200 1100
1500
1000
500
0
3 9 16 30 36 39 45
Responden (orang)

Sumber: Hasil analisis data (2016)


Gambar 5 Kurva WTP responden

Kurva diatas mengambarkan hubungan tingkat WTP yang dibayarkan


dengan jumlah responden yang bersedia membayar pada tingkat WTP tersebut.
Terlihat pada Gambar 5 tersebut slope kurva WTP responden bernilai negatif,
artinya semakin tinggi nilai WTP maka semakin sedikit orang yang bersedia
membayar.
Kurva WTP pada Gambar 5 di atas juga dapat di kategorikan sebagai kurva
permintaan karena semakin murah tarif pemakaian air, semakin banyak rumah
tangga responden yang bersedia membayar, sebaliknya, semakin mahal tarif
pemakaian air, maka akan semakin sedikit rumah tangga responden yang bersedia
membayar.
5. WTP Agregat atau Total WTP (TWTP)
Nilai total WTP masyarakat pengguna air dihitung berdasarkan data
distribusi WTP dengan menggunakan rumus perkalian antara nilai rataan WTP
dengan jumlah responden.
TWTP = MWTP x jumlah responden
TWTP = 1540 x 45
TWTP = 69.300
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai total WTP responden air
bersih program PAMSIMAS Desa Tegaldowo adalah Rp 69.300 per m³. Nilai
tersebut merupakan hasil akumulasi WTP pada masing-masing kelas WTP
responden pengguna sumberdaya air di Desa Tegaldowo.
56

6.4 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai WTP


Dalam rangka mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
maka telah ditetapkan enam variabel independen yang mempengaruhi variabel
dependen. Model regresi yang baik harus memenuhi persyaratan uji asumsi klasik
yaitu uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi dan uji
multikolineritas. Model yang dihasilkan telah diuji dan dari keempatnya tidak
terdapat pelanggaran (uji ekonometrika data disajikan pada Lampiran 5). Hasil
masing-masing uji tersebut adalah:
1. Uji Multikolinearitas
Pengujian multikolinearitas dalam model dapat dilihat pada nilai Variance
Inflation Factor (VIF). Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data memiliki
hubungan linier sempurna antara peubah bebas dalam model atau tidak. Hasil
regresi pada Tabel 12 menunjukkan bahwa seluruh variabel bebas memiliki
nilai VIF < 10. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terjadi pelanggaran
multikolinearitas pada model.
2. Uji Autokorelasi
Pengujian autokorelasi dalam model dapat dilakukan dengan Uji Durbin-
watson (DW) dengan software SPSS 16. Berdasarkan hasil uji, nilai DW yang
didapatkan adalah sebesar 1,686 yaitu berada di antara 1,55 – 2,46. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa data dalam model regresi memenuhi uji
autokorelasi atau tidak terjadi pelanggaran autokorelasi pada model.
3. Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan Uji Kolmogorov-Smirnov Z dengan
software SPSS 16. Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data terdistribusi
normal atau tidak. Berdasarkan hasil uji nilai Asymp. Sig (2-tailed) sebesar
0,786 atau lebih besar dari taraf nyata 5% (Lampiran 6) maka data terdistribusi
normal. Hal ini menunjukkan bahwa data dalam regresi memenuhi uji
normalitas atau terdistribusi normal.
4. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian heteroskedastisitas dalam model dilakukan dengan Uji Glejser
(Lampiran 7) yaitu dengan melakukan regresi dari nilai absolut dengan variabel-
variabel bebas. Dari hasil yang didapatkan yaitu nilai sig bernilai 0,386 yang
57

artinya lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak ada
heterokedastisitas.
Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk melihat faktor-faktor apa
saja yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh nyata terhadap nilai WTP
responden. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel bebas (independent) yang
diduga mempengaruhi variabel terikat (dependent) yaitu usia, jumlah pengguna
air, pendidikan, pendapatan, dummy jenis kelamin, dan dummy pelayanan. Hasil
analisis regresi linier berganda nilai WTP masyarakat pengguna air dapat dilihat
pada Tabel 14. Model regresi linier berganda yang diperoleh dalam penelitian ini
dapat dilihat sebagai berikut:
WTP = 510,353 + 135,683 DJK + 78,439 DPLYN + 1,583 U + 33,775 JPA +
227,161 PDDKN + 0,00009 PDPTN
Keterangan:
U = Usia responden (tahun)
JPA = Jumlah Pengguna Air (orang)
PDDKN = Pendidikan responden (1= tidak sekolah, 2= SD, 3= SMP, 4=SMA)
PDPTN = Pendapatan responden (Rp/bulan)
DJK = Dummy Jenis Kelamin (1= laki-laki, 0= perempuan)
DPLYN = Dummy Pelayanan (1= baik, 0= tidak baik)
Tabel 14 Hasil analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi nilai WTP
pelanggan PAMSIMAS Desa Tegaldowo Tahun 2016
Variabel Koefisien Sig VIF
Konstanta 510,353 0,000
Dummy Jenis Kelamin (DJK) 135,683 0,006* 1,609
Dummy Pelayanan (DPLYN) 78,439 0,144**** 1,448
Usia (U) 1,583 0,331 1,299
Jumlah Pengguna Air (JPA) 33,775 0,022** 1,533
Pendidikan (PDDKN) 227,161 0,000* 2,508
Pendapatan (PDPTN) 9,9637E-05 0,051*** 3,184
R-Square 0,868
Adjusted R-Square 0,847
Durbin-Watson 1,686
F 121,733
Sig 0,000
Asymp. Sig (2-tailed) 0,786
Uji Glejser 0,386
Sumber: Hasil analisis data (2016)
58

Keterangan:
* : berpengaruh nyata (signifikan) pada α
** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 5
*** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 0
**** : berpengaruh nyata (signifikan) pada α 5%

Berdasarkan hasil regresi, model yang dihasilkan dalam penelitian ini baik.
Nilai Adjusted R-square sebesar 84,7 persen. Artinya melalui model yang
dibangun variabel-variabel independen mempengaruhi variabel dependen sebesar
84,7 persen sedangkan sisanya 15,3 persen diterangkan oleh variabel independen
lain yang tidak terdapat dalam model. Dalam Garrod dan Willis (1999),
dinyatakan bahwa dalam penelitian dengan Contingent Valuation, dalam hal ini
penelitian untuk barang lingkungan, R2 adjusted yang diperoleh minimal 0,15 atau
15 persen. Analisis WTP merupakan bagian dari analisis dengan Contingent
Valuation, maka penelitian ini dinilai cukup baik karena nilai R2 yang diperoleh
lebih besar dari 15 persen.
Hasil uji F menunjukkan bahwa sig 0,000 < 0,1 yang berarti variabel bebas
yang digunakan dalam model berpengaruh signifikan terhadap nilai WTP pada
taraf nyata 15%. Hasil dari uji t adalah sebagai berikut:
1. Jenis Kelamin
Variabel jenis kelamin memiliki sig sebesar 0,006 sehingga variabel
tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α 0,01 (10%). Koefisien
pada variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai 135,683. Tanda positif (+)
menunjukkan bahwa responden laki-laki akan memiliki nilai WTP yang lebih
tinggi sebesar Rp 135,683 dengan asumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan
bahwa responden laki-laki bertindak sebagai kepala keluarga dalam sebuah rumah
tangga cenderung akan lebih tegas dalam mengambil keputusan dibandingkan
responden perempuan.
2. Pelayanan
Variabel penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam
mengelola PAMSIMAS (PLYN) untuk kategori satu memiliki nilai sig 0,144
kurang dari taraf α 5 (0, 44 < α 5%) sehingga variabel berpengaruh nyata
terhadap model pada taraf α 0, 5 ( 5%). Koefisien pada variabel ini bertanda
positif (+) dengan nilai 78,439. Tanda positif (+) menunjukkan semakin baik
penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam mengelola
59

PAMSIMAS (PLYN) maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan
naik sebesar Rp 78,439 dengan asumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin baik penilaian masyarakat terhadap tingkat pelayanan BPS dalam
mengelola PAMSIMAS maka akan semakin tinggi tingkat kepuasan pelanggan
terhadap pelayanan BPS dalam mengelola PAMSIMAS sehingga nilai WTP yang
bersedia dibayarkan responden akan semakin tinggi.
3. Jumlah Pengguna Air
Variabel jumlah pengguna air memiliki nilai signifikansi sebesar 0,022 yang
lebih kecil dari nilai alpha sebesar 0,05 atau taraf nyata 5%, artinya variabel
tersebut berpengaruh nyata terhadap nilai WTP pada taraf alpha 0,05. Variabel
pengguna air memiliki koefisien yang bertanda positif (+) sebesar 33,775 artinya
setiap penambahan satu orang pengguna air dalam satu rumah tangga akan
meningkatkan nilai WTP sebesar Rp 33,775 per m3. Hal ini disebabkan semakin
banyak pengguna air semakin tinggi iuran yang akan dibayarkan.
4. Pendidikan
Variabel pendidikan memiliki nilai sig sebesar 0,000 sehingga variabel
tersebut berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α 0,0 ( ). Koefisien
pada variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 227,161. Tanda positif
(+) menunjukkan bahwa semakin tingginya pendidikan responden sebanyak 1
jenjang pendidikan maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan
naik sebesar Rp 227,161 dengan asumsi cateris paribus. Karena responden yang
berpendidikan tinggi cenderung untuk mengkalkulasikan terlebih dahulu nilai
WTP yang bersedia dia bayarkan sehingga nilai yang WTP yang diharapkan
responden tidak sembarangan.
5. Pendapatan
Variabel pendapatan memiliki sig sebesar 0,051 sehingga variabel tersebut
berpengaruh nyata terhadap model pada taraf α 0,1 (10%). Koefisien pada
variabel ini bertanda positif (+) dengan nilai sebesar 0,00009. Tanda positif (+)
menunjukkan bahwa semakin tingginya pendapatan responden sebanyak 1 satuan
maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp
0,00009 atau semakin tingginya pendapatan responden sebanyak Rp 100.000
satuan maka nilai WTP yang bersedia dibayarkan responden akan naik sebesar Rp
60

9 dengan sumsi cateris paribus. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tingginya
pendapatan responden maka responden dapat memenuhi kebutuhannya sehari-hari
dan mau memberikan sisa uangnya untuk ikut dalam pembayaran jasa pelayanan
air bersih atau responden yang memiliki pendapatan tinggi merasa berkecukupan
untuk mengeluarkan biaya untuk membayar air sehingga nilai WTP yang bersedia
dibayarkan responden akan semakin tinggi.

6.5 Implikasi Kebijakan Pengelolaan untuk Keberlanjutan Program


PAMSIMAS
Pengelolaan air pada masa yang akan datang menjadi hal yang penting
dikarenakan sumberdaya air memiliki nilai historis yang mengaitkan antara
kepentingan masa sekarang dengan kepentingan pada masa yang akan datang.
Ketersediaan air yang terjangkau dan berkelanjutan merupakan bagian penting
dalam kehidupan individu baik di perkotaan maupun di pedesaan khususnya di
wilayah Desa Tegaldowo.
Kebijakan pengelolaan sumberdaya air diperoleh berdasarkan hasil analisis
yang telah dilakukan terhadap tinjauan lapang dan hasil pengolahan data primer
dan data sekunder. Berdasarkan hasil analisis data, diketahui bahwa tarif dasar air
aktual masih berada dibawah tarif dasar yang diperoleh berdasarkan Full Cost
Recovery. Nilai kesediaan membayar (WTP) pelanggan terhadap pelayanan akses
air bersih berada di atas tarif air aktual.
Setelah didapatkan hasil analisis tarif air dan nilai estimasi WTP masyarakat
pelanggan layanan air program PAMSIMAS Desa Tegaldowo, hasil yang
didapatkan akan ditujukan untuk mendapatkan gambaran perbandingan tarif air
dan preferensi harga konsumen. Kenaikan tarif yang mencapai kriteria Full Cost
Recovery dapat diberlakukan Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS karena
menimbang kemampuan membayar masyarakat (WTP).
Kebijakan yang dapat dilakukan oleh pihak pengelola atau Badan Pengelola
Sarana (BPS) PAMSIMAS yaitu dengan penambahan iuran atau peningkatan tarif
dasar air bersih pada masyarakat yang memanfaatkan air bersih pada program
PAMSIMAS. Penambahan tarif tersebut digunakan untuk pengelolaan dan
keberlanjutan PAMSIMAS di Desa Tegaldowo sebesar nilai rata-rata WTP yang
61

didapat dari hasil perhitungan yang sudah dilakukan yaitu Rp 1.540. Penambahan
pembayaran iuran air ini digunakan dalam meningkatkan pelayanan berupa
penambahan sumber air agar jumlah pasokan air bertambah khususnya
mengantisipasi terbatasnya jumlah air dalam melayani pelanggan PAMSIMAS
dan menambah jumlah pelanggan yang sudah menunggu pemasangan sambungan
baru ke rumah-rumah.
Peningkatan pelayanan menyebabkan peningkatan biaya-biaya yang akan
dikeluarkan untuk pengelolaan PAMSIMAS. Penentuan tarif dasar yang telah
dihitung di atas dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan
iuran PAMSIMAS setelah adanya peningkatan pelayanan PAMSIMAS dan
keberlanjutan PAMSIMAS di masa yang akan datang agar program PAMSIMAS
dapat terus berjalan dengan kemandirian karena status keberlanjutan program
PAMSIMAS Desa Tegaldowo dipegang dan dikelola oleh Badan Pengelola
Sarana (BPS) PAMSIMAS.
Dukungan kegitan dan manajemen pelaksanaan program PAMSIMAS bagi
penguatan keberlanjutan berupa hibah terbagi menjadi dua bagian yaitu:
a. Hibah insentif desa/kelurahan
Tujuan pemberian Hibah Insentif Desa/Kelurahan (HID) adalah untuk
memberikan insentif atau penghargaan kepada sejumlah desa/kelurahan yang
sudah pernah mendapat program PAMSIMAS dan juga meningkatkan,
memperluas cakupan layanan air minum dan sanitasi desa. Dalam konteks
keberlanjutan, HID mendorong desa/kelurahan untuk selalu meningkatkan
kinerja layanan air minum dan sanitasinya. Sebagai suatu penghargaan, maka
HID diberikan pada desa-desa yang telah melaksanakan program dengan baik
dan melampaui standard kinerja pencapaian target air minum, sanitasi (SBS)
dan kesehatan/PHBS, baik desa reguler maupun replikasi. Desa Tegaldowo
pada tahun 2016 mendapatkan hibah tersebut dan direncanakan dana yang
didapatkan akan digunakan untuk melakukan peningkatan pelayanan berupa
penambahan sumber air dan pompa air yang akan dilakukan oleh Badan
Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo.
62

b. Hibah insentif kabupaten/kota


Tujuan pemberian Hibah Insentif Desa/Kelurahan (HID) adalah untuk
mendorong pencapaian kinerja yang lebih baik di kabupaten/kota sasaran
Program PAMSIMAS. HIK diberikan kepada kabupaten/kota yang memiliki
kinerja yang baik, memiliki program keberlanjutan pengembangan pelayanan
air minum dan sanitasi berbasis masyarakat, dan siap menerapkan pola
kemitraan dengan masyarakat dan Pemerintah Pusat dalam rangka percepatan
pencapaian target MDGs bidang air minum dan sanitasi khususnya di
perdesaan. Tujuan pemberian HIK adalah untuk mendukung kemandirian
kabupaten/kota dalam penyelenggaraan penyediaan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat. Pada kabupaten/kota yang terpilih, HIK menjadi dana
tambahan atas porsi pendanaan APBD dan porsi kontribusi masyarakat dalam
upaya kabupaten/kota bagi keberlanjutan pengembangan pelayanan air minum
dan sanitasi berbasis masyarakat.
63

VII. SIMPULAN DAN SARAN

7.1 SIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian, maka simpulan dari
penelitian ini adalah:
1. Proporsi pengeluaran untuk konsumsi air pada rumah tangga responden
pelanggan PAMSIMAS lebih kecil sebesar 1,91% dibandingkan dengan
rumah tangga responden non PAMSIMAS yaitu sebesar 4,71%. Jadi,
masyarakat yang telah berlangganan air bersih program PAMSIMAS lebih
hemat dalam pengeluaran untuk konsumsi air daripada masyarakat yang
tidak berlangganan PAMSIMAS.
2. Berdasarkan mekanisme penetapan tarif Full Cost Recovery dengan
memasukkan biaya penyusutan maka diperoleh tarif dasar sebesar Rp
1.510/m3 sehingga tarif dasar yang berlaku pada program PAMSIMAS
sebesar Rp 1.300/m3 belum memenuhi besaran tarif dengan mekanisme
biaya pemulihan penuh.
3. Nilai kesediaan membayar masyarakat Desa Tegaldowo terhadap program
PAMSIMAS memiliki nilai rata-rata sebesar Rp 1.540/m3.
4. Faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata (signifikan) mempengaruhi
kesediaan responden terhadap peningkatan pelayanan Badan Pengelola
Sarana (BPS) dalam mengelola PAMSIMAS terhadap model yang
ditetapkan dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, penilaian masyarakat
terhadap pelayanan Badan Pengelola Sarana (BPS) dalam mengelola
PAMSIMAS, jumlah pengguna air, pendidikan dan pendapatan.

7.2 SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS harus menetapkan kebijakan
agar masyarakat dapat memanfaatkan terus menerus. Kebijakan yang
dilakukan yakni dengan melakukan penambahan atau peningkatan tarif air
pada masyarakat yang memanfaatkan program PAMSIMAS.
64

2. Badan Pengelola Sarana (BPS) PAMSIMAS Desa Tegaldowo pada tahun


2016 mendapatkan Hibah Insentif Desa (HID) sehingga dana tersebut dapat
digunakan untuk melakukan peningkatan pelayanan berupa penambahan
sumber air dan pompa air agar jumlah pasokan air bertambah khususnya
mengantisipasi terbatasnya jumlah air agar program dapat berkelanjutan.
3. Meningkatkan manajemen pengelolaan PAMSIMAS sehingga dana yang
terkumpul dari masyarakat dan hibah yang dibeirkan untuk PAMSIMAS
teroptimalkan dan peningkatan pelayanan (perbaikan pipa, peningkatan
jumlah debit air, dan distribusi air) dapat berjalan dengan baik. Pengelola
juga diharapkan memperbaiki sistem administrasi agar seluruh data
penggunaan input produksi maupun keuangan pengelolaan dapat digunakan
dalam analisa produksi.
4. Penelitian selanjutnya mengenai analisis tarif air diharapkan tidak hanya
sampai pada evaluasi tarif dasar air, melainkan hingga penyusunan skenario
tarif air sehingga didapatkan solusi yang lebih baik atas permasalahan yang
terjadi.
65

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2015. Presentase rumah tangga menurut provinsi di
dan sumber air minum tahun 2014. [Internet]. Indonesia (ID). [disadur 2016
Jan 4]. Tersedia pada http://bps.go.id.
Departemen Dalam Negeri. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air
Minum pada Perusahaan Daerah Air Minum. Jakarta (ID): Departemen
Dalam Negeri
Fauzi A. 2006. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
. 2010. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan: Teori dan Aplikasi.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
Firdaus M. 2011. Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif. Jakarta (ID): Bumi
Aksara.
Hanley N, Spash CL. 1993. Cost Benefit Analysis and the Environment. England
[UK] : Edward Elgar Publishing Limited.
Juanda B. 2009. Ekonometrika Pemodelan dan Pendugaan. Bogor (ID): IPB
Press.
[POKJA AMPL]. Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan.
PAMSIMAS [Internet]. Indonesia (ID). Tersedia pada http://ampl.or.id.
Kodoatie R. 2003. Pengelolaan Sumberdaya Air dalam Otonomi Daerah.
Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.
Kusuma NE. 2006. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumber Daya Air dan
Kebijakan Tarif Air PDAM Kota Madiun. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
Data Monografi Desa Tegaldowo. 2016. Laporan Tahunan Desa Tegaldowo
Tahun 2016.
Mulyanto HR. 2007. Pengembangan Sumberdaya Air Terpadu. Jakarta (ID):
Graha Ilmu.
Nazir M. 2002. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.
Novianty. 2013. Estimasi Willingness to Pay air tanah dan air pipa di Desa
Tamansari, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor. Bogor (ID): Institut
Pertanian Bogor.
66

PAMSIMAS. 2008. PROFILE DESA PAMSIMAS 2008 [Internet]. [Diunduh


2016 Jan 11]. Tersedia pada:
http://mis.pamsimas.org/profiles/profil.php?thn=2008&prof=1&dana=all&ti
pe=reg&id=33261401&wil=JAWA%20TENGAH|PEKALONGAN|Tirto|T
egaldowo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis
dan Tata Cara Pengaturan Tarif Air Minum pada Perusahaan Daerah Air
Minum.
Peraturan Bupati Pekalongan Nomor 9: Tahun 2006 Tentang Pelayanan dan Tarif
Air Minum Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Pekalongan.
Rajasa MH. 2002. Tantangan dan Peluang dalam Sumberdaya Air di Indonesia.
Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama.
[RI] Republik Indonesia. 1945. Pasal 33 Ayat 3 Undang-Undang Republik
Indonesia Tahun 1945 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam. Jakarta (ID):
RI.
. 1960. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria. Jakarta (ID): RI.
Sanim B. 2003. Ekonomi Sumberdaya Air dan Manajemen Pengembangan Sektor
Air Bersih Bagi Kesejahteraan Publik. Bogor (ID): IPB Press.
. 2011. Sumberdaya Air dan Kesejahteraan Publik (Suatu Tinjauan
Teoritis dan Kajian Praktis. Bogor (ID): IPB Press.
Siagian TP. 2015. Analisis Ekonomi Pengelolaan Sumberdaya Air di PDAM
Tirtauli Kota Pematangsiantar. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Supangat A. 2007. Statistika dalam kajian deskriptif, inferensia, dan non
parametrik. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group.
Syaukat Y. 2000. Economics of Integrated Surface and Groundwater Use
Management In The Jakarta region, Indonesia. [Tesis]. Kanada (C): The
University of Guelph : The Faculty of Graduate Studies.

Tietenberg, Thomas H. 1984. Environmental and Natural Resource Economics.


Scott, Foresman and Company. United States.

Walpole. 1982. Pengantar Statistika edisi ke-3. Jakarta (ID): PT Gramedia Putaka
Utama.

Wulandari A, Mulyanto H. 2010. Penelitian: Metode dan Analisis. Semarang


(ID): CV Agung.
67

LAMPIRAN
68
69

Lampiran 1 kuesioner penelitian untuk masyarakat


No : ..... Hari/Tanggal : ...........................
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN
Jl. Kamper level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621 834 Fax. (0251) 8421 762
KUESIONER PENELITIAN
Nama Responden :..................................................................................................
Alamat Responden :..................................................................................................
No. Telepon/HP :..................................................................................................

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Evaluasi


Penentuan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap
Program Pamsimas di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan” oleh Setiana, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap
sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Informasi yang
Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan
dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi yang diberikan
Bapak/Ibu/Saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.

A. Karakteristik Responden Masyarakat


1. Jenis Kelamin : L/P
2. Usia : tahun
3. Status : a. Menikah b. Belum Menikah
4. Pendidikan formal terakhir yang anda tempuh?
a. Tidak pernah sekolah c. SMP/sederajat e. Perguruan Tinggi
b. SD/sederajat d. SMA/sederajat
5. Penduduk asli : a. Ya b. Tidak
70

6. Apakah jenis pekerjaan Anda saat ini?


a. PNS (Pegawai Negeri Sipil)
b. Petani
c. Nelayan
d. Pedagang
e. Pengusaha / Wirausaha
f. Ibu Rumah Tangga
g. Lainnya ..........................................
7. Jumlah pendapatan per bulan:
a. Pendapatan kotor : ......................................................
b. Pendapatan bersih : ......................................................
c. Pendapatan rutin : ......................................................
d. Pendapatan tambahan : ......................................................
8. Lama tinggal : ....... tahun
9. Jumlah tanggungan keluarga : ......... orang
10. Status tempat tinggal :
a. Milik Sendiri
b. Sewa/kontrak
c. Lainnya,....................................
11. Biaya Listrik : Rp................................./bulan
12. Pompa untuk air tanah jika menggunakan air tanah/sumur gali:
a. Jetpam
b. Sanyo
13. Berapa rata-rata penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari........L
14. Berapa rata-rata biaya pengeluaran untuk konsumsi air?
c. Jika menggunakan PDAM Rp........................../bulan
d. Jika menggunakan PAMSIMAS Rp........................../bulan
71

B. Informasi tentang Kesediaan Membayar (WTP) Responden Unit Rumah


Tangga Terhadap Perbaikan Pelayanan Air Bersih Program
PAMSIMAS
“ PAMSIMAS merupakan salah satu sumber air bersih yang digunakan
masyarakat Desa Tegaldowo untuk konsumsi Rumah Tangga sehari-hari. Program
ini berjalan sejak tahun 2008 dan dibentuk suatu badan kelembaggaan yang
berfungsi mengelola PAMSIMAS tersebut. Badan ini disebut BPS (Badan
Pengelola Sarana). Akhir-akhir ini timbul masalah dalam debit air yang dialirkan
ke masyarakat akibat jumlah menara air hanya satu unit sedangkan pemanfaat air
tersebut semakin meningkat. Pihak BPS ingin mengadakan perbaikan pelayanan.
Dengan asumsi jumlah air tidak terbatas, air dapat diakses 24 jam, dengan kualitas
air bagus standar PDAM. Sehingga masyarakat Desa Tegaldowo tidak akan
kekurangan pasokan air bersih.”
1. Dari uraian di atas, berapa nilai maksimum yang ingin/bersedia Anda
bayarkan untuk pelayanan PAMSIMAS yang lebih baik lagi dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat?
[ ] Rp 1100-1.500 / m3 Tepatnya...................
[ ] Rp 1.600-2.000 / m3 Tepatnya...................
[ ] Rp 2.100-2.500 / m3 Tepatnya...................
[ ] > Rp 2.500 / m3 Tepatnya...................
2. Mengapa Anda bersedia membayar biaya diatas sebesar tersebut?
Jika tidak bersedia:
[ ] Tidak memerlukan jaringan air perpipaan
[ ] Biaya pemasangan sambungan baru PAMSIMAS mahal
[ ] Lainnya: ........................................
Jika bersedia:
[ ] Air tanah tercemar
[ ] Keperluan pembelian air bersih
[ ] Kemudahan akses memperoleh air bersih
[ ] Harga air hydran/keliling mahal
[ ] Keperluan sehari-hari
[ ] Lainnya: ..........................................
72

3. Menurut Anda, apakah harga air yang kini Anda bayarkan mahal atau tidak?
a. Mahal, berapa harga air bersih per meter kubiknya yang seharusnya Anda
bayar?
b. Tidak
4. Menurut Anda, apakah biaya pemasangan sambungan pipa yang Anda
bayarkan mahal atau tidak?
a. Mahal, berapa biaya pemasangan yang seharusnya Anda bayar?
b. Tidak
5. Menurut Anda, bagaimana penilaian anda terhadap pelayanan Badan
Pengelola Sarana (BPS) dalam mengelola PAMSIMAS?
a. Baik
b. Tidak Baik, alasan.......................................................................
6. Kritik, saran dan harapan Anda terhadap Pemerintah dalam mengatasi
penurunan kuantitas dan kualitas air bersih yang dapat dimanfaatkan oleh
responden unit rumah tangga:
Kritik:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Saran:
........................................................................................................................
........................................................................................................................
........................................................................................................................
Harapan:
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.........................................................................................................................
73

Lampiran 2 kuesioner penelitian untuk pengelola


No : ..... Hari/Tanggal : ...........................
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN
LINGKUNGAN
Jl. Kamper level 5 Wing 5 Kampus IPB Dramaga Bogor 16680
Telp. (0251) 8621 834 Fax. (0251) 8421 762
KUESIONER PENELITIAN

Kuesioner ini digunakan sebagai bahan skripsi mengenai “Evaluasi


Penentuan Tarif Dasar Air dan Nilai Kesediaan Membayar Masyarakat terhadap
Program PAMSIMAS di Desa Tegaldowo, Kecamatan Tirto, Kabupaten
Pekalongan” oleh Setiana, mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, IPB. Saya mohon partisipasi
Bapak/Ibu/Saudara/i untuk mengisi kuesioner ini dengan teliti dan lengkap
sehingga dapat memberikan data yang obyektif. Informasi yang
Bapak/Ibu/Saudara/i berikan dijamin kerahasiaannya, tidak untuk dipublikasikan
dan tidak untuk kepentingan politis. Atas perhatian dan partisipasi yang diberikan
Bapak/Ibu/Saudara/i, saya mengucapkan terima kasih.

A. Karakteristik Responden
Nama :
Alamat :
Jenis Kelamin : L/P
Usia : ..... tahun
Status : Menikah/belum menikah
Jabatan :
B. Gambaran Umum Pengelolaan PAMSIMAS
1. Sudah berapa lama PAMSIMAS ini berdiri?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
74

2. Berapa pengguna air minum dari PAMSIMAS di desa ini?


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
3. Apa saja kegiatan yang dilakukan pengelola PAMSIMAS?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
4. Bekerja sama dengan siapa sajakah PAMSIMAS ini?
............................................................................................................................
.............................................................................................................................
5. Resiko apa sajakah yang anda hadapi pada pengelolaan PAMSIMAS?
............................................................................................................................
.............................................................................................................................
6. Apa saja bangunan yang telah didirikan dalam pelaksanaan program nasional
PAMSIMAS?
.............................................................................................................................
7. Berapa besar debit air yang dihasilkan per bulannya?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
8. Berapa lama air akan hidup?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
9. Berapa lama air akan dimatikan?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
10. Masalah apa saja yang dihadapi PAMSIMAS?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
11. Berapa jumlah pengelola PAMSIMAS?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
75

12. Apakah warga atau masyarakat sekitar ikut berpartisi aktif dalam
pengelolaan dan pengambilan keputusan PAMSIMAS? Jika ya, ada berapa?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
13. Apakah PAMSIMAS ini mendapatkan keluhan dari lingkungan sekitar?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
14. Bagaimana sistem pembayaran bagi pengguna PAMSIMAS?
..............................................................................................................................
.............................................................................................................................
15. Pembayaran yang dilakukan oleh masayarakat digunakan untuk apa saja?
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
16. Berasal dari mana sajakah sumber modal dari PAMSIMAS? Berapa
jumlahnya (rupiah)?
.............................................................................................................................
............................................................................................................................
17. Bagaimana komponen biaya pengelolaan baik langsung maupun tidak
langsung PAMSIMAS pada tahun 2015? (Biaya sumber air, biaya
pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya umum dan administrasi,
biaya lain-lain)
.............................................................................................................................
......................................................................................................................
76

Lampiran 3 Tabel data responden pelanggan PAMSIMAS

Nama DJK DPLYN U JPA PDDKN PDPTN PKA WTP


Nurma 0 0 23 4 3 1000000 24000 1500
Islamiah 0 0 24 5 2 1400000 20100 1100
Miftahul 1 0 28 5 3 1000000 24000 1500
Junaedah 0 0 29 3 2 1000000 20100 1200
Diah 0 0 29 5 4 1500000 17500 1700
Wati 0 0 30 5 2 800000 24000 1200
Suhardi 1 1 31 3 2 900000 24000 1500
Siti 0 0 32 6 2 800000 24000 1300
Kartono 1 0 32 9 4 3100000 21400 2000
Rodhi 1 0 34 4 2 1000000 22700 1300
Yati 0 0 34 4 2 600000 31500 1200
Hendri 1 0 35 5 3 2400000 24000 2000
Maemunah 0 1 35 7 2 900000 24000 1500
Ana 0 0 37 5 2 800000 14900 1300
Rina 0 0 37 6 2 800000 24000 1300
Afifah 0 1 38 4 2 700000 11000 1500
Slamet 1 0 39 3 3 1200000 27000 1700
Tarono 1 0 39 3 2 1000000 31500 1500
Daryono 1 0 39 4 2 1000000 17500 1500
Yahya 1 0 39 7 4 2000000 24000 2100
Sri 0 1 40 4 3 700000 27000 1700
Faesol 1 0 40 5 3 2400000 21400 2000
Farozi 1 0 40 5 2 800000 17500 1300
Jumadi 1 0 40 5 3 1500000 21500 1700
Partinah 0 0 42 8 3 1200000 24000 1700
Sapir 1 0 45 3 3 1000000 24000 1500
Solehah 0 0 45 3 2 500000 27000 1100
Zaenab 0 1 45 3 2 450000 31500 1100
Kasdari 1 0 45 6 2 1000000 21400 1500
Abdul 1 0 46 6 4 3000000 11000 2000
Martiono 1 0 47 6 4 2500000 27000 2100
Rifai 1 0 48 5 4 2000000 24000 2000
Aziz 1 0 50 4 3 1200000 11000 1700
Ramadi 1 0 50 6 2 1000000 27000 1500
Wahori 1 1 52 7 2 800000 31500 1500
Karyem 0 0 55 8 4 1000000 27000 2100
Suhadi 1 0 56 3 3 1000000 30000 1500
77

Nama DJK DPLYN U JPA PDDKN PDPTN PKA WTP


Yanto 1 0 57 6 4 2000000 17500 2000
Aminah 0 1 75 3 2 450000 13600 1100
Raurah 0 1 60 3 1 400000 24000 1100
Tasmali 1 0 63 3 2 1000000 31500 1500
Dalwi 1 0 72 3 2 1000000 13600 1500
Juri 1 1 65 3 2 500000 21400 1300
Marizin 1 0 65 4 3 1200000 22700 1700
Akhiar 0 1 71 3 1 500000 13600 1100
Keterangan:
U = Umur
PDDKN = Pendidikan Terakhir; 1= Tidak sekolah, 2= SD, 3= SMP, 4=SMA
PDPTN = Pendapatan
PKA = Pengeluaran untuk Konsumsi Air per Bulan
JPA = Jumlah Penggunaan Air
DJK = Dummy Jenis Kelamin; 1= Laki-laki, 0= Perempuan
DPLYN = Dummy Pelayanan BPS; 1= Baik, 0= Tidak baik
WTP = Willingness to Pay
78

Lampiran 4 Tabel data responden pelanggan PDAM

Nama U JK PNDDKN PKRJN PNDPTN PKA JPA


Toyib 42 L SD Buruh 1200000 62600 7
Khasanah 57 P SD IRT 1000000 35750 3
Isbakhtiar 35 L SMP Wiraswasta 1500000 46500 5
Didik 45 L SMP Buruh 1200000 46500 2
Waluyo 40 L SD Buruh 1000000 46500 5
Cahyo 39 L SD Buruh 1500000 35750 6
Azam 53 L SMP Buruh 2500000 89100 8
Susanto 30 L SMA Karyawan Swasta 3000000 40050 3
Surip 55 L SMP Buruh 2000000 42200 3
Mukmin 59 L SD Buruh 1500000 89100 11
Wayuti 37 P SD IRT 900000 58000 3
Patriyah 40 P SD Buruh 1000000 94000 6
Musita 24 P SD Penjahit 400000 51100 6
Waroti 52 P Tidak sekolah IRT 1500000 89100 6
Munatun 33 P SD IRT 400000 51100 5
Warsiti 70 P SD Buruh industri 1000000 69500 3
Sunarto 62 L SD Wiraswasta 1100000 81750 4
Lazim 39 L SD Karyawan Swasta 1000000 42200 3
Sartami 68 P SD Buruh industri 800000 58000 5
Romadhon 37 L SMP Buruh industri 1000000 51100 6
Mujiono 58 L SD Buruh 1200000 62600 7
Casman 68 P SD Buruh industri 1000000 51100 7
Solihin 30 L SD Buruh industri 900000 35750 3
Cosmat 58 L SD Buruh industri 800000 35750 3
Mulyono 50 L SD Buruh industri 900000 69500 5
Sukri 45 L SD Buruh industri 1000000 46500 6
Tasiban 59 L SD Karyawan Swasta 1000000 42200 6
Wasono 39 L SMP Buruh 1250000 44350 7
Wari 50 P SD Buruh 900000 44350 8
Teguh 29 L SMA Buruh 1000000 58000 5
Keterangan:
U = Umur
PDDKN = Pendidikan Terakhir
PKRJN = Pekerjaan
IRT = Ibu Rumah Tangga
PDPTN = Pendapatan (Rp/bulan)
PKA = Pengeluaran untuk Konsumsi Air (Rp/bulan)
JPA = Jumlah Pengguna Air (orang)
79

Lampiran 5 Hasil regresi linier berganda dengan SPSS 16

b
Variables Entered/Removed

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Pendapatan,
Umur, Dummy
Pelayanan,
Jumlah
. Enter
Pengguna Air,
Dummy Jenis
Kelamin, Tingkat
a
Pendidikan

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Willingness to Pay

b
Model Summary

Adjusted R Std. Error of the


Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .932 .868 .847 121.733 1.686

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna


Air, Dummy Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan

b. Dependent Variable: Willingness to Pay

b
ANOVA

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 3702660.029 6 617110.005 41.643 .000

Residual 563117.749 38 14818.888

Total 4265777.778 44

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna Air, Dummy
Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan

b. Dependent Variable: Willingness to Pay


80

a
Coefficients

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics

Toleran
Model B Std. Error Beta t Sig. ce VIF

1 (Constant) 510.353 105.969 4.816 .000

Dummy Jenis
135.683 46.600 .218 2.912 .006 .622 1.609
Kelamin

Dummy
78.439 52.521 .106 1.493 .144 .691 1.448
Pelayanan

Umur 1.583 1.608 .066 .984 .331 .770 1.299

Jumlah
33.775 14.162 .174 2.385 .022 .652 1.533
Pengguna Air

Tingkat
227.161 34.637 .612 6.558 .000 .399 2.508
Pendidikan

Pendapatan 9.964E-5 .000 .212 2.015 .051 .314 3.184


a. Dependent Variable: Willingness to Pay

Lampiran 6 Hasil uji normalitas model regresi linier berganda dengan SPSS 16

Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 45
a
Normal Parameters Mean .0000000

Std. Deviation 1.13128823E2

Most Extreme Differences Absolute .097

Positive .064

Negative -.097

Kolmogorov-Smirnov Z .654

Asymp. Sig. (2-tailed) .786

a. Test distribution is Normal.


81

Lampiran 7 Hasil uji heteroskedastisitas model regresi linier berganda dengan


SPSS 16

Uji Scatterplot

Uji Glejser
b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 29834.271 6 4972.379 1.090 .386

Residual 173298.340 38 4560.483

Total 203132.611 44

a. Predictors: (Constant), Pendapatan, Umur, Dummy Pelayanan, Jumlah Pengguna Air, Dummy
Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan

b. Dependent Variable: ABS_RES


82

Lampiran 8 Dokumentasi

Gambar 1 Menara air PAMSIMAS Desa


Tegaldowo Gambar 2 WC Umum PAMSIMAS
Desa Tegaldowo

Gambar 3 Meteran air PAMSIMAS Gambar 4 Meteran air PDAM

Gambar 5 SDN Tegaldowo Gambar 6 Aktivitas ekonomi salah satu


warga Desa Tegaldowo
83

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 20 September 1994. Penulis


merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Anto Sabari dan
Ibu Warsinah. Penulis memulai pendidikan di TK PGRI Karangjompo dan lulus
pada tahun 2000, kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri 01 Tirto
Pekalongan dan lulus pada tahun 2006. Setelah itu penulis melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Pekalongan dan lulus pada
tahun 2009, kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas Negeri
3 Pekalongan dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun yang sama, penulis tercatat
sebagai mahasiswa Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Nasional
Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN Undangan).
Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis juga aktif mengikuti
organisasi kemahasiswaan di IPB seperti staff divisi Kementerian Lingkungan
Hidup Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa IPB periode 2013-2014,
serta aktif di berbagai kepanitiaan dan kegiatan lainnya di IPB baik sebagai
peserta maupun panitia. Selain aktif di organisasi kemahasiswaan, penulis juga
aktif sebagai anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Gentra Kaheman IPB periode
2012-2013. Penulis juga merupakan penerima beasiswa Bidik Misi (BM) IPB
pada tahun 2012-2016.

Anda mungkin juga menyukai