LARAS LESTARI
Laras Lestari
NIM H44100070
ABSTRAK
LARAS LESTARI. Analisis Biaya Produksi dan Harga Air Minum pada PT
Watertech Estate Cikarang. Dibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT.
Air merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Kebutuhan air
bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan berkelanjutan. PT Watertech
Estate Cikarang sebagai perusahaan penyedia air bersih harus dapat mengolah air
baku yang semakin menurun kualitasnya menjadi air bersih layak konsumsi untuk
didistribusikan kepada konsumen. Tingginya biaya produksi akan mempengaruhi
tarif air yang diberlakukan, sehingga analisis terhadap biaya produksi dan harga
air minum pada PT Watertech Estate Cikarang perlu dilakukan. Penelitian ini juga
menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh terhadap produksi air serta
mengevaluasi penetapan tarif dengan mekanisme full cost recovery. Produksi air
pada PT Watertech Estate Cikarang dipengaruhi oleh variabel air baku dan
penggunaan listrik. Saat ini tarif yang berlaku di PT Watertech Estate Cikarang
telah memenuhi besaran tarif dengan mekanisme biaya pemulihan penuh.
Berdasarkan mekanisme penetapan tarif full cost recovery maka diperoleh tarif
dasar sebesar Rp 3.535/m3. Terdapat lima kelompok pelanggan yang mendapatkan
subsidi dengan total subsidi sebesar Rp 1.386.922.515 dan rata-rata subsidi
sebesar Rp 1.047/m3. Setelah adanya kenaikan tarif air pada bulan Maret 2013,
terdapat tiga kelompok pelanggan yang mendapatkan subsidi dengan total subsidi
sebesar Rp 453.042.830 dan rata-rata subsidi adalah Rp 1.558/m3.
Kata kunci: biaya produksi, full cost recovery, harga air, tarif dasar
ABSTRACT
LARAS LESTARI. Analysis of Production Costs and Pricing of Drinking Water
at PT Watertech Estate Cikarang. Supervised by YUSMAN SYAUKAT.
Water is one of the essential elements in life. The need of clean water is
unlimited and sustainable. PT Watertech Estate Cikarang as a supplier of clean
water companies must be able to process raw water to be clean water that is
feasible to be consumed by consumers. High production cost will affect the water
tariff imposed, so that the analysis of the cost of production and pricing of
drinking water at PT Watertech Estate Cikarang needs to be done. This research
also analized variables that affect to the production of water, and evaluated the
tariff the full cost recovery mechanism. Water production in PT Watertech Estate
Cikarang is positively and significantly determined by raw water and electricity
usage. Currently, Tariff in PT Watertech Estate Cikarang has fulfilled the
mechanism of full cost recovery. Based on the full cost recovery mechanism, the
basic tariff of clean water is Rp 3.535/m3. There were five groups of customers
that get the subsidy amount Rp1.386.922.515 in total with an average subsidy at
Rp 1.047/m3. After the increasing the tarrif in March 2013, there were three
groups of customer get subsidy amount Rp 453.042.830 in total with an average
subsidy at Rp 1.558/m3.
Keywords: base rate, full cost recovery, price water, production cost
ANALISIS BIAYA PRODUKSI DAN HARGA AIR MINUM
PADA PT WATERTECH ESTATE CIKARANG
LARAS LESTARI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah
sumberdaya air, dengan judul Analisis Biaya Produksi dan Harga Air Minum pada
PT Watertech Estate Cikarang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada orang tua tercinta, Bapak Pepen
Supendi dan Ibu Cicih Yuningsih, kakak dan adik penulis, Resti Gayatri dan Mia
Rahayu Ependi. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec selaku pembimbing yang
telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan
kepada Bapak Chandra beserta staf PT Watertech Estate Cikarang, Bapak
Sudarsono dan Ibu Sumer dari PT Watertech Indonesia, Bapak Fauzi dari PDAM
Tirta Bhagasasi, serta Bapak Wajiman dari Perum Jasa Tirta 2 yang telah
membantu selama pengumpulan data. Selain itu, terimakasih penulis ucapkan
kepada Ibu Megawati Simanjuntak berserta staf Subdit Kesejahteraan Mahasiswa
yang telah banyak memberi dukungan serta kepada Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui program Bantuan Biaya Pendidikan Bisikmisi. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga dan
sahabat, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Laras Lestari
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.................................................................................................viii
DAFAR GAMBAR..............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
Latar Belakang......................................................................................................1
Perumusan Masalah .............................................................................................4
Tujuan Penelitian .................................................................................................6
Manfaat Penelitian ...............................................................................................7
Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................................7
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................8
KERANGKA PEMIKIRAN.................................................................................. 18
METODE PENELITIAN .....................................................................................27
Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................27
Jenis dan Sumber Data ......................................................................................27
Metode Pengambilan Data ................................................................................27
Metode Pengolahan dan Analisis Data .............................................................28
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................................37
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................40
Analisis Pola Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumberdaya Air.......................... 40
Analisis Struktur Produksi dan Biaya Pengelolaan Air ....................................42
Analisis Fungsi Produksi Air ............................................................................45
Analisis Penetapan Tarif Air .............................................................................47
Dampak Kenaikan Tarif Air pada Maret 2013 ..................................................51
SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................................56
Simpulan ...........................................................................................................56
Saran ..................................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................58
LAMPIRAN ..........................................................................................................60
RIWAYAT HIDUP ...............................................................................................73
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan jumlah pelanggan PDAM Tirta Bhagasasi ..................................2
2 Marginal cost dan average cost pada average cost naik dan menurun ...............9
3 Alur kerangka pemikiran ....................................................................................26
4 Perkembangan pelanggan PT Watertech Estate Cikarang ..................................41
5 Perbandingan tarif dasar air PT Watertech Estate Cikarang ..............................53
5 Grafik laba/rugi PT Watertech Estate Cikarang Tahun 2011-2013....................54
DAFTAR LAMPIRAN
1 Komponen biaya pengelolaan air PT Awtertech Estate Cikarang .....................62
2 Penerimaan air PT Watertech Estate Cikarang ..................................................63
3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2006...................................64
1
I PENDAHULUAN
menjadi tidak tersedia dengan baik secara kuantitatif dan kualitatif. Saat ini air
sudah menjadi barang yang mahal karena pengelolaan untuk mendapatkan air
yang baik secara kuantitatif maupun kualitatif memerlukan biaya yang sangat
tinggi.
Kebutuhan air bersih merupakan kebutuhan yang tidak terbatas dan
berkelanjutan. Kebutuhan akan penyediaan dan pelayanan air bersih dari waktu ke
waktu yang semakin meningkat ini tidak diimbangi oleh kemampuan pelayanan.
Peningkatan kebutuhan ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan
derajat kehidupan warga serta perkembangan kota/kawasan pelayanan ataupun
hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kondisi sosial ekonomi warga.
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Bhagasasi Bekasi adalah
sebuah lembaga/dinas/instansi yang berada di bawah dua pemerintahan, yaitu
Pemerintah Daerah Kabupaten Bekasi dan Pemerintah Kota Bekasi. Artinya
PDAM Tirta Bhagasasi memiliki cakupan wilayah pelayanan Kota dan Kabupaten
Bekasi. Perkembangan jumlah pelanggan PDAM Tirta Bhagasai terus mengalami
peningkatan setiap tahunnya.
Jumlah Pelanggan
200000
150000
100000
50000
0
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012
Tahun
dapat dilakukan dengan cara pengelolaan lembaga (dalam hal ini pihak swasta)
bekerjasama dengan masyarakat yang diwakili yayasan maupun koperasi. PT
Watertech Estate Cikarang adalah perusahaan yang dibentuk antara PT Watertech
Indonesia dengan Koperasi Swadaya Terpadu (SANTER) merupakan salah satu
perusahaan swasta penyedia jasa air bersih di Desa Telagamurni. Sumber air
baku perusahaan ini berasal dari saluran Tarum Barat (Kalimalang). Kekurangan
air di jam–jam tertentu terutama di jam puncak pemakaian pada pagi hari mulai
pukul 05.00 WIB hingga pukul 07.00 WIB dan sore hari mulai pukul 16.00 WIB
hingga 20.00 WIB yang dapat mengganggu kebutuhan air untuk kebutuhan
penduduk, sehingga memerlukan alternatif penyedia jasa air bersih dan
pendistribusian air secara efektif yang memenuhi kebutuhan minimal di jam
puncak penggunaan air.
II TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 2 Marginal Cost dan Average Cost Pricing pada Average Cost Naik
(Rising) dan Menurun (Falling)
Sumber: Syaukat (2000)
Gambar 2(a) menggambarkan sebuah solusi pada selang average cost
yang mengalami kenaikan dengan dd’ adalah kurva permintaan agregat. Biaya
rata-rata dan biaya marginal penawaran air ditunjukan oleh kurva AC dan MC.
Biaya marginal (MC) seharusnya lebih kecil dari biaya rata-rata (AC) ketika AC
naik. Jika sebuah harga tunggal untuk air dibebankan untuk menutupi biaya, maka
harga hanya sama dengan OT dan air yang diproduksi sebesar OA. Dalam hal ini
harga sama dengan biaya satuan dan kegunaan tidak mendapat keuntungan
(keuntungan sama dengan nol atau normal profit). Hal ini bukan merupakan solusi
yang tepat dalam penggunaan sumberdaya yang terbaik. Pengggunaan
sumberdaya yang terbaik adalah memproduksi air pada tingkat dimana marginal
cost untuk tambahan penawaran air sama dengan harga air yang ingin dibayar
konsumen. Pada solusi tersebut, jumlah keluaran yang tepat adalah sejumlah OB
10
dengan harga marginal sebesar BS. Harga BS lebih besar daripada average cost,
sehingga ada keuntungan bagi perusahaan.
Permasalahan pada penetapan harga berdasarkan biaya marjinal adalah
ketika marginal benefit (dd’) berpotongan dengan kurva average cost dalam
selang AC yang menurun seperti tersajikan pada gambar 5 bagian (b). Keluaran
pada average cost dan harga masing-masing sebesar OA dan AR, sementara itu
keluaran marginal sebesar OB dan harganya sebesar BS. Pada kondisi ini,
perusahaan tersebut akan sama dengan perbedaan antara average cost dan harga
yaitu sebesar SVTU.
1
Harga termasuk pengganda langgrange dijadikan sebagai pembatas dalam full cost recovery
sebagai tambahan dari marginal cost
11
air dalam jumlah yang sama. Dengan demikian penggunaan air dalam jumlah
yang besar akan mengakibatkan pembayaran yang lebih besar (Kusuma, 2006).
1) Air sebagai bagian dari sumberdaya alam merupakan bagian dari ekosistem.
Pengelolaan sumberdaya air memerlukan pendekatan yang integratif,
komprehensif dan holistik yakni hubungan timbal balik antara teknik, sosial
dan ekonomi serta harus berwawasan lingkungan agar terjaga
kelestariannya.
2) Air menyangkut semua aspek kehidupan maka air merupakan faktor yang
mempengaruhi jalannya pembangunan dari berbagai sektor maka dari itu
pengelolaan sumberdaya air didasarkan pada pendekatan peran serta dari
semua stakeholders. Seluruh keputusan publik harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dengan cara konsultasi publik, sehingga kebijakan
apapun yang diterapkan akan dapat diterima oleh masyarakat.
3) Secara alamiah air akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain tanpa
mengenal batas politik, sosial, ekonomi, bangsa, maupun batas wilayah
administrasi bahkan batas negara. Air membutuhkan pengelolaan dalam
suatu kesatuan sistem berdasarkan pendekatan “one river, one plan and one
management system”.
4) Sistem aliran air menyangkut pengaruh antara hulu ke hilir yaitu apapun
yang terjadi di bagian hulu akan berpengaruh terhadap bagian hilir dan tidak
sebaliknya. Pengaruh tersebut antara lain terjadinya banjir, tanah longsor
dan pencemaran. Pengelolaan sumberdaya air menyangkut sistem yang
mengikat dan saling menguntungkan.
Menurut McKinney et al. (1999), tujuan pencapaian kualitas dan kuantitas
air berada dalam kerangka analisis berdasarkan hubungan antara kebijakan sosial
ekonomi dan kebijakan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumberdaya Air Pasal 2, sumberdaya air
dikelola berdasarkan asas kelestarian, keseimbangan kemanfaatan umum,
keterpaduan dan keserasian, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan
akuntabilitas.
Integrasi berbagai disiplin ilmu dan implementasi kebijakan pengelolaan
sumberdaya air dibutuhkan dalam rangka pencapaian ketersediaan air yang
berkelanjutan dalam waktu kedepan, kualitas air yang memenuhi standar yang
15
harga beli listrik per kwh, harga bahan bakar minyak, dan tingkat inflasi.
Selanjutnya, kebijakan tarif air berdampak positif yaitu meningkatkan penerimaan
dan keuntungan PDAM Kota Madiun. Kenaikan tarif air merupakan solusi untuk
mengatasi masalah kerugian usaha yang dialami perusahaan karena kenaikan tarif
mampu meningkatkan tarif penerimaan dan keuntungan perusahaan. Hasil analisis
model biaya pengelolaan air PDAM Madiun dari tahun 1995-2005 menunjukkan
bahwa baik biaya variabel, biaya investasi maupun jumlah produksi air
berpengaruh nyata dengan arah yang positif terhadap total biaya pengelolaan air
PDAM dan penetapan tarif air baik secara ekonomi maupun finansial telah dapat
memberikan susunan tarif yang sesuai dengan kondisi masyarakat telah mencapai
kondisi full cost recovery.
Esanawati (2009) melakukan penelitian mengenai fungsi produksi,
penetapan tarif dan alokasi air minum yang efisien di PDAM Tirta Patriot, Kota
Bekasi. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengidentifikasi pengelolaan air
dan memproyeksikan pengembangan kapasitas produksi PDAM Tirta Patriot
sepuluh tahun yang akan datang dengan menggunakan metode pemulusan dengan
teknik eksponensial ganda yang dilakukan dengan analisis kapasitas produksi,
analisis deskriptif juga melihat analisis pola pengelolaan sumberdaya air.
Hasil penelitian Esanawati menunjukkan bahwa tingkat kekeruhan air
baku berpengaruh nyata dan negatif, penggunaan tarif yang berlaku belum
memenuhi besaran tarif dasar dengan mekanisme biaya pemulihan penuh sebesar
Rp. 2.239/m3 kemudian proyeksi produksi air dengan model ARIMA 2,1,0, tren
produksi air yang meningkat dari tahun ke tahun dengan menggunakan teknik
pemulusan data eksponensial ganda menunjukkan hasil yang berfluktuatif yang
cenderung meningkat setiap tahunnya.
Fadillah (2011) melakukan penelitian mengenai analisis ekonomi
pengelolaan sumberdaya air pada instalasi pengolahan air di PDAM Bekasi.
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah mengidentifikasi pengelolaan
sumberdaya air, biaya produksi air, faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
air, serta harga pokok air bersih berdasarkan instalasi pengolahan air di PDAM
Bekasi. Hasil yang didapat menyatakan bahwa air baku, air produksi, penggunaan
bahan kimia, dan penggunaan daya listrik berpengaruh nyata terhadap fungsi
17
produksi air. Sedangkan biaya instalasi dan produksi air diketahui berpengaruh
nyata terhadap fungsi biaya produksi air. Laju pertumbuhan marginal cost dan
average cost diketahui bernilai positif setiap tahunnya dan berbeda-beda untuk
setiap cabang instalasi pengolahan air. Penetapan harga air PDAM berdasarkan
marginal cost pricing sudah dapat mencapai kondisi tertutupinya seluruh biaya
pengelolaan.
18
kuantitas. Penetapan harga atau tarif yang memperhatikan kondisi total adalah
dengan FCRP.
Hanemann (1998) membagi metode FCRP kedalam tiga bentuk :
a) Ramsey Pricing : digunakan untuk menunjukkan sebuah kumpulan harga
yang sama yang memaksimumkan keuntungan sosial bersih.
b) Coase’s Two-part Tarif : metode ini menggunakan sebuah strategi tarif dua
bagian untuk menemukan kondisi total dimana keuntungan total seharusnya
melebihi total biaya. Ketika harga air dibentuk berdasarkan tarif dua bagian,
konsumen atau pelanggan harus membayar ongkos tetap atau biaya masuk
dalam bentuk sewa meteran dan bea administrasi dengan tujuan untuk
menutupi biaya penggunaan air yang tidak berubah menurut jumlah
penjualan.
c) Decreasing and Increasing Block Rates : Metode ini merupakan perluasan
dari penetapan tarif dua bagian increasing atau decreasing block rates
dibedakan hanya pada tingkat urutan harga. Increasing block rate terjadi
ketika p1 < p2 < p3 … < pn yakni harga akan semakin meningkat dengan
meningkatnya jumlah penggunaan air dan sebaliknya untuk decreasing block
rate. Pemberlakuan sistem decreasing dan increasing block rate berbeda-
beda tergantung kondisi yang dimiliki daerah. Decreasing block rate biasanya
digunakan pada daerah atau negara yang memiliki jumlah sumberdaya air
yang melimpah.
Sistem penentuan harga yang berlaku di Indonesia adalah increasing block
tariff yaitu konsep dimana tingkat harga yang sesuai dengan peningkatan jumlah
air dengan tujuan meningkatkan subsidi silang dari golongan masyarakat.
VI METODE PENELITIAN
mengungkapkan struktur dan pola data tanpa mengaitkan secara kaku asumsi-
asumsi tertentu.
Analisis deskriptif digunakan agar penelitian tidak hanya terbatas pada
data statistik yang bersifat kaku, selain itu agar penelitian dapat menghasilkan
kesimpulan yang lebih menarik. Dalam penelitian ini, analisis deskriptif
digunakan antara lain untuk membuat gambaran secara sistematis mengenai
karakteristik pola pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya air oleh PDAM Tirta
Bhagasasi untuk masyarakat Kota dan Kabupaten Bekasi serta PT Watertech
Estate Cikarang khusus untuk masyarakat wilayah Desa Telaga Murni Kabupaten
Cikarang Bekasi.
Ln PA = α + β1 ln AB + β2 ln BKT + β3 ln PDL
keterangan:
Ln PA = Tingkat produksi air dalam logaritma natural (m3)
Ln AB = Pemakaian air baku dalam logaritma natural (m3)
Ln BKT = Pemakaian bahan kimia total dalam logaritma natural (Kg)
Ln PDL = Pemakaian daya listrik dalam logaritma natural (Kwh)
α = Konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien regresi
Adapun tanda parameter dugaan yang diharapkan adalah : β1, β2, β3 > 0
keterangan:
RSS = Jumlah kuadrat regresi;
TSS = Jumlah kuadrat total.
keterangan:
F− tabel = Fα (k-1, n-k)
n : Jumlah pengamatan
k : Jumlah variabel
α : Selang kepercayaan
Hipotesis :
H0 : β 1 = β2 β1 = 0
H1 : β 1 ≠ β2 β1 ≠ 0
F hitung > F tabel : Tolak H0
F hitung ≤ F tabel : Tidak cukup alasan untuk menolak H0.
Jika F-hitung lebih besar dari f tabel pada selang kepercayan tertentu
dengan derajat bebas k-1, n-k maka tolak H0, artinya variabel-variabel eksogen
secara bersama-sama mampu memberikan pengaruh kepada variabel endogen.
Sebaliknya jika nilai F-hitung lebih kecil, artinya parameter estimasi tidak
berbeda dengan nol sehingga tidak akan memberikan pengaruh kepada variabel
endogen.
keterangan:
i = 0,1,2,3 .... n
t tabel = tα/2, (n-k)
𝛼𝑖 = Nilai koefisien regresi atau parameter
se (𝛼𝑖) = Standar error dugan parameter
n = Jumlah pengamatan
k = Jumlah variabel
α = Selang kepercayaan
Hipotesis:
34
H0 : β1 = 0
H1 : β1 ≠ 0
t-hitung > t-tabel : Tolak H0
t-hitung ≤ t-tabel : Tidak cukup alasan untuk menolak H0
Apabila t-hitung lebih besar daripada nilai t-tabel pada selang kepercayaan
tertentu dengan derajat kebebasan n-k maka tolak H0, berarti variabel eksogen
tersebut berpengaruh nyata secara statistik terhadap variabel endogen. Semakin
besar nilai t-hitung, semakin menyatakan bahwa variabel tersebut signifikan
secara statistik. Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai t-tabel maka
artinya variabel tersebut tidak berpengaruh secara nyata terhadap variabel
endogen.
0, 𝑖 ≠ 𝑗). Error yang berkorelasi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, dan sering
kali terjadi pada time series. Data yang dikumpulkan berdasar urutan waktu
tertentu seringkali memiliki sisaan yang saling berkorelasi. Sisaan dari
pengamatan pada waktu tertentu cenderung untuk berkorelasi dengan sisaan yang
berdekatan. Akibat adanya autokorelasi, metode OLS (Ordinary Least Square)
tidak menghasilkan nilai estimasi BLUE (Best Linear Unbiased Estimations).
Hasil estimasi parameter masih tetap linear dan unbiased tetapi tidak efisien
(varians under estimate). Nilai standar eror hasil estimasi OLS akan lebih kecil
dibandingkan dengan standar eror yang sebenarnya, sehingga nilai t-statistik akan
lebih besar (overestimate).
Uji yang paling sering dilakukan dalam mendeteksi adanya autokorelasi
dalam suatu model adalah uji DW (Durbin-Watson test). Nilai statistik DW
berada pada kisaran 0 sampai 4, dan jika hasilnya mendekati 2 makan
menunjukkan tidak ada autokorelasi ordo kesatu (Juanda, 2009). Hipotesis
mengenai daerah keputusan H0 dan H1 adalah sebagai berikut:
H0 : tidak ada autokorelasi
H1 : terdapat autokorelasi
Tolak H0 jika 4 – 𝑑𝐿 < 𝐷𝑊 < 4 atau 0 < 𝐷𝑊 < 𝑑𝐿 dan sebaliknya, tidak tolak H0
jika 𝑑𝑢 < 𝐷𝑊 < 4−𝑑𝑢.
dapat dilakukan dengan cara pengelolaan lembaga (dalam hal ini pihak swasta)
bekerjasama dengan masyarakat yang diwakili yayasan maupun koperasi. PT
Watertech Estate Cikarang adalah perusahaan yang dibentuk antara PT Watertech
Indonesia dengan Koperasi Swadaya Terpadu (SANTER) merupakan salah satu
perusahaan swasta penyedia jasa air bersih di Desa Telagamurni. Kajian terhadap
bentuk badan usaha sebagai badan yang akan mengelola industri air minum ini
bertujuan untuk memastikan bahwa pihak swasta dapat menjadi penyelenggara
sistem penyediaan air minum.
PT Watertech Estate Cikararang sebagai perusahaan swasta pengelolaan
air minum ini memiliki visi yaitu terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan
pelayananan air bersih yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Maksud
dan tujuan didirikannya perusahaan ini diantaranya menyelenggarakan usaha
pengelolaan air minum bagi kepentingan umum dalam jumlah dan mutu yang
memadai serta usaha lainnya di bidang air minum. Selain itu juga memupuk
keuntungan dalam rangka menunjang pembangunan dengan menetapkan prinsip
dasar perusahaan.
PT Watertech Estate Cikarang melakukan pelayanan air bersih untuk
wilayah Desa Telagamurni. Sampai Desember 2013 jumlah pelanggan yang
terlayani adalah 4.594 unit yang terdiri dari pelanggan sosial, rumah tangga, dan
komersil. Jumlah kapasitas produksi yang terpasang di PT Watertech Estate
Cikarang adalah 80 liter/detik dengan jumlah fasilitas produksi sebanyak satu
unit Instalasi Pengolahan Air (IPA). Sistem pengolahan air yang digunakan
menggunakan sistem pengolahan konvensional lengkap. Bangunan pengolahan
terdiri dari bangunan penangkap air lengkap dengan pemompaan, bangunan
instalasi pengolahan air, bangunan reservoir, bangunan mekanik dan elektronik,
ruang pompa dan bahan kimia, gudang dan bangunan pelengkap lainnya.
Tarif air bersih disesuaikan berdasarkan Peraturan Bersama Bupati Bekasi
dan Walikota Bekasi No.01 tahun 2006 serta No.03 tahun 2006 tentang
Penyesuaian Tarif Dasar Air Bersih dan Biaya Langganan Perusahaan Daerah Air
Minum Bekasi melalui tarif progresif yaitu semakin banyak penggunaan air maka
ada kenaikan tarif air.
39
mencapai 50% pelayanan dari target pelayanan kebutuhan air total dan potensi
untuk meningkatkan pelayanan masih tinggi karena sumber air baku masih
tersedia serta kebutuhan dan permintaan masyarakat yang tinggi. Sumber air
penduduk masih terbatas karena kondisi air tanah dan air permukaan kurang baik
serta adanya dukungan dari pemerintah Kabupaten Bekasi dalam operasionalnya.
Perkembangan jumlah pelanggan air bersih PT Watertech Estate Cikarang
meningkat sepanjang tahun sejak berdiri tahun 2010. Gambar diagram dibawah
ini memperlihatkan perkembangan pelanggan PT Watertech Estate Cikarang dari
tahun 2011-2014.
5000
4500
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
0
1
3
M 1
Se 1
M 2
Se 2
M 3
Se 3
ov 1
N p-12
N p-13
Ja 1
M 1
M 2
M 3
Ja 2
13
l-1
l-1
l-1
-1
-1
-1
1
1
N p-1
01
-1
-1
-1
1
n-
n-
n-
20
20
ei
ei
ei
ar
ar
ar
-2
Ju
Ju
Ju
Ja
ov
ov
Jumlah Pelanggan
di luar perusahaan seperti nilai inflasi yang berdampak pada kenaikan harga
kebutuhan pokok operasional perusahaan. Rata-rata biaya tetap per bulan sebesar
Rp 411 434 146 dengan laju pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 14,93
persen. Pada periode sebelum adanya kebijakan kenaikan tarif, laju pertumbuhan
sebesar 20,38 persen semantara periode setelah diterapkannya kebijakan kenaikan
tarif, laju pertumbuhan mengalami peningkatan menjadi 28,97 persen per bulan.
Biaya variabel yang relatif meningkat setiap tahunnya dipengaruhi oleh
nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi. Sering terjadi biaya variabel yang meningkat
pada bulan tertentu walaupun jumlah air yang diproduksi mengalami penurunan.
Rata-rata biaya variabel per bulan secara keseluruhan sebesar Rp 1 001 289 412
dengan laju pertumbuhan sebesar 19,36 persen per bulan. Pada periode awal
perusahaan beroperasi hingga sebelum ditetapkan kebijakan kenaikan tarif, laju
pertumbuhan biaya variabel sebesar 27,67 persen. Hal ini lebih kecil
dibandingkan laju pertumbuhan pada periode setelah adanya kenaikan tarif kepada
pelanggan yaitu sebesar 29,82 persen per bulan. Peningkatan biaya penggunaan
listrik dan bahan baku serta biaya operasional proses produksi air berpengaruh
terhadap peningkatan jumlah biaya variabel setiap bulannya.
Dengan adanya fluktuasi yang terjadi pada komponen biaya pengelolaan
air, maka hal ini berpengaruh juga pada biaya total. Biaya total dipengaruhi oleh
besarnya biaya ekspansi, biaya variabel, dan biaya tetap serta jumlah air yang
diproduksi. Berdasarkan tabel pada lampiran 1, dapat disimpulkan bahwa biaya
total mengalami fluktuasi setiap bulannya. Namun pada bulan Desember tahun
2011, biaya total mengalami peningkatan yang cukup tajam. Hal ini disebabkan
adanya peningkatan yang besar pada proses produksi sehingga berdampak pada
biaya total. Rata-rata biaya total per bulan selama periode Januari 2011 hingga
Desember 2013 sebesar Rp 1 719 310 074 dengan laju pertumbuhan sebesar 13,89
persen. Peningkatan laju pertumbuhan biaya total pengelolaan air PT Watertech
Estate Cikarang terjadi pada periode setelah adanya kebijakan kenaikan tarif
sebesar 29,01 persen.
Dari tabel pada Lampiran 1, dapat disimpulkan bahwa selama kurun waktu
2011-2013 secara keseluruhan komponen biaya pengelolaan dan produksi air
mengalami pertumbuhan yang positif. Biaya pengelolaan secara keseluruhan
45
menunjukkan kondisi yang relatif meningkat setiap bulannya. Hal ini dapat
diasumsikan bahwa meningkatnya biaya pengelolaan menunjukkan kondisi
pengelolaan yang semakin membaik. Artinya telah terjadi peningkatan pelayanan
setelah diterapkannya tarif baru dengan adanya penambahan fasilitas serta
investasi perusahaan yang berujung pada kesejahteraan masyarakat.
α = 5%, ln BKT memiliki P-value = 0,025 < α = 5% dan ln PDL memiliki P-value
= 0,000 < α = 5%.
Berdasarkan hasil olahan regresi berganda yang telah ditransformasi maka
didapatkan persamaan regresi sebagai berikut :
Ln PA = - 67.565,9 + 6.838,3 ln AB - 0,49 ln BKT + 165,2 ln PDL
Keterangan:
Ln PA = Produksi air dalam Logaritma Natural (m3)
ln AB = Pemakaian air baku dalam Logaritma Natural (m3)
ln BKT = Pemakaian bahan kimia total dalam Logaritma Natural (Kg)
ln PDL = Pemakaian daya listrik dalam Logaritma Natural (Kwh)
Interpretasi yang didapatkan untuk air baku menggunakan logaritma
natural sehingga apabila ln air baku meningkat maka produksi air akan berubah
sebesar parameternya. Hal ini juga dapat berarti apabila rata-rata ln air baku
meningkat sebesar 1% maka akan merubah besarnya produksi air sebesar
parameter dikalikan dengan 1/100.
Air baku memiliki pengaruh positif dan signifikan pada produksi air
dimana interpretasinya adalah apabila rata-rata air baku naik sebesar 1% maka
akan meningkatkan rata-rata produksi air sebesar 6.838,3 m3. Penggunaan daya
listrik memiliki interpretasi secara statistik yaitu apabila rata-rata penggunaan
daya listrik naik sebesar 1 % maka rata-rata produksi air akan naik sebesar 165,2
m3. Tingkat penggunaan bahan kimia memiliki tanda negatif artinya apabila rata-
rata penggunaan bahan kimia naik sebesar 1 % maka rata-rata produksi air akan
turun sebesar 0,49 m3. Adanya eror menunjukan bahwa nilai dari model
merupakan nilai dugaan yang memiliki perbedaan dengan nilai pada data asli.
Berdasarkan hasil analisis regresi dapat diperoleh bahwa variabel yang
berpengaruh nyata dan positif terhadap produksi air adalah banyaknya air baku
yang digunakan serta jumlah pemakaian listrik. Penggunaan bahan kimia dalam
model ini tidak berpengaruh secara statistik namun secara ekonomi bahan kimia
dalam produksi air merupakan komponen penting, akan tetapi ketika terdapat
variabel pencemaran didalamnya maka dapat dilihat bahwa pada dasarnya yang
lebih berpengaruh adalah kualitas air yang akan diolah yang kemudian akan
menentukan jumlah penggunaan bahan kimia.
47
Tarif air pada dasarnya terbagi menjadi empat yaitu tarif rendah, tarif
dasar, tarif penuh dan tarif yang ditetapkan berdasarkan ketetapan. PT Watertech
Estate Cikarang memberlakukan penetapan tarif berdasarkan Peraturan Dalam
Negeri Nomor 23 Tahun 2006 tentang Pedoman Teknis dan Tata Cara Pengaturan
Tarif Air Minum pada PDAM yang terlampir pada Lampiran 3. Setiap PDAM
pada dasarnya diberikan kebebasan dalam menentukan kebijakan jenis-jenis
pelanggan untuk tiap kelompok berdasarkan kondisi objektif dan karakteristik
pelanggan di daerah masing-masing asalkan sesuai dengan Permendagri No.23
tahun 2006. Seperti halnya perusahaan air pada umumnya, PT Watertech Estate
Cikarang juga membagi lima kelompok penetapan tarif.
Tarif dasar memiliki nilai yang sama dengan biaya dasar dalam produksi
air. Pelanggan yang memperoleh tarif air dalam kelompok tarif dasar tidak
memperoleh subsidi dan tidak memberikan subsidi kepada pelanggan lainnya.
Tabel 8 Perhitungan Tarif Dasar PT Watertech Estate Cikarang
No Uraian Satuan Jumlah Keterangan
1 Biaya Dasar
A Total Biaya Usaha Rp/tahun 5.524.119.846 Jumlah Total Biaya
(TBU) Usaha
B Volume Air Terjual m3/tahun 1.953.293 Data bagian produksi
(VAT)
C Tingkat Kehilangan Air %/tahun 20 Rataan Kehilangan air
(TKA)
D Volume Kehilangan Air m3/tahun 390.695 VKA=TKA x VAT
(VKA)
E Biaya Dasar Rp/m3 3.535 BD=TBU/(VAP-VKA)
2 Tarif Dasar
A Biaya Dasar (BD) Rp/m3 3.535
B Tarif Dasar (TD) Rp/m3 3.535 TD=BD
Sumber : PT Watertech Estate Cikarang (2014), diolah
Tabel 8 diatas memperlihatkan volume air yang terjual oleh PT Watertech
Estate Cikarang tahun 2013 adalah sebesar 1.953.293 m3/tahun yang diperoleh
dari bagian produksi PT Watertech Estate Cikarang. Tingkat kehilangan air yang
digunakan rata-rata 20% dengan volume kehilangan air sebesar 390.659 m3/tahun.
Biaya dasar didapatkan dari biaya usaha dibagi selisih antara volume air
terproduksi dan volume kehilangan air. Biaya dasar produksi air per m3 adalah Rp
3.535. Tarif dasar adalah tarif yang sama dengan biaya dasar yang dikeluarkan,
sehingga tarif dasar adalah Rp 3.535/m3.
50
saat ini adalah Rp 1.558/m3 yang diperoleh dari total subsidi dibagi dengan
jumlah air yang terjual pada golongan pelanggan yang berada dibawah tarif dasar.
Tabel 10 Perhitungan penerimaan air berdasarkan tarif aktual dan tarif dasar
TR Aktual (Rp) TR Tarif Dasar
Pelanggan Air terjual (Rp)
Tarif baru Tarif lama
Kelompok I 193.815 387.630.000 193.815.000 685.136.025
Kelompok II 290.723 872.169.000 581.446.000 1.027.705.805
Kelompok III 839.891 3.359.564.000 2.519.673.000 2.969.014.685
Kelompok IV A 224.432 1.122.160.000 897.728.000 793.367.120
Kelompok IV B 170.994 1.025.966.400 854.972.000 604.465.204
Kelompok IV C 127.330 1.018.636.800 763.977.600 450.110.136
Kelompok V 106.108 1.061.080.000 848.864.000 375.091.780
Total 1.953.293 8.847.206.200 6.660.475.600 6.904.890.755
Total subsidi berdasarkan tarif baru (Rp) 453.042.830
Total subsidi berdasarkan tarif lama (Rp) 1.386.922.515
Sumber : PT Watertech Estate Cikarang (2014), diolah
Rata-rata subsidi silang merupakan jumlah subsidi yang diberikan
pelanggan tarif penuh kepada tarif rendah. Perhitungannya diperoleh dengan
membagi total subsidi yang didapatkan dengan volume air terjual. Total subsidi
adalah jumlah subsidi untuk pelanggan sosial umum dan khusus sehingga
didapatkan Rp 1.386.922.515 berdasarkan tarif lama dan Rp 453.042.830
berdasarkan tarif baru setelah adanya kenaikan tarif.
Berdasarkan mekanisme penetapan tarif dasar sebesar Rp 3.535/m3 maka
terdapat lima kelompok pelanggan yang mendapatkan subsidi dengan total subsidi
sebesar Rp 1.386.922.515 dan rata-rata subsidi sebesar Rp 1.047/m3. Setelah
adanya kenaikan tarif, terdapat tiga kelompok pelanggan yang mendapatkan
subsidi dengan total subsidi sebesar Rp 453.042.830 dan rata-rata subsidi adalah
Rp 1.558/m3.
Pada Tabel terlihat bahwa telah terjadi kenaikan tarif sebesar Rp 1.000
pada setiap tingkat kelompok pelanggan atas blok konsumsi pemakaian air,
sehingga dapat menggambarkan perbandingan antara tarif lama dengan tarif baru.
Tarif dasar untuk blok konsumsi 1 sebelum adanya kenaikan tarif adalah Rp
4.000/m3 sementara berdasarkan perhitunga adalah Rp 3.535/m3, artinya tarif
yang diberlakukan sudah mencapai kondisi biaya pemulihan penuh.
Mekanisme penetapan tarif diarahkan agar tarif rata-rata nilainya sama
atau lebih besar dibandingkan tarif dasar yang dibentuk. Pencapaian kondisi
pemulihan biaya penuh (full cost recovery), maka volume air yang terjual untuk
kategori tarif penuh lebih besar dibanding dengan tarif air yang dijual pada tarif
rendah. Tarif air dari kondisi full cost recovery memasukan biaya tetap baik
langsung maupun tidak langsung sebagai biaya usaha air.
Berikut ini adalah gambar grafik yang membandingkan antara tarif lama
dan tarif baru yang berlaku saat ini terhadap tarif dasar.
hingga tahun 2013 sebelum diberlakukan kebijakan kenaikan tarif. Penerimaan air
PT Watertech Estate Cikarang tahun 2011-2013 dijelaskan pada Lampiran 2.
Pada data tersebut menunjukkan bahwa penerimaan penjualan air PT
Watertech Estate Cikarang cenderung mengalami peningkatan. Pada periode
Januari 2011-Februari 2013 telah terjadi kerugian dari penerimaan penjualan air.
Kerugian paling besar terjadi pada bulan Januari 2011 sebesar Rp 394.338.172 hal
ini karena perusahaan baru mulai beroperasi. Adanya kenaikan bahan bakar
minyak mengakibatkan harga peralatan dan komponen biaya yang diperlukan
untuk produksi, distribusi, pemeliharaan serta pengelolaan air meningkat.
Kenaikan harga bahan bakar minyak, upah minimun rata-rata pegawai, dan harga
listrik per kwh untuk industri sangat berpengaruh terhadap biaya operasional
perusahaan sehingga diperlukan penyesuaian antara penerimaan dengan biaya
perusahaan. Oleh karena itu, pada bulan Maret 2013 kenaikan tarif mulai
diberlakukan. Adanya kenaikan tersebut penerimaan penjualan air terus
mengalami peningkatan, begitu juga dengan keuntungan usaha yang diterima
perusahaan dari penjualan air tersebut. Berikut adalah grafik laba dan rugi
perusahaan tahun 2011 sampai 2013.
Gambar 6. Grafik laba dan rugi PT Watertech Estate Cikarang Tahun 2011-2013
Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa kenaikan tarif pada bulan Maret
2013 (bulan ke-27) memberikan dampak positif bagi perusahaan air ini.
Penerimaan perusahaan atas penjualan air setelah adanya kenaikan tarif berada
55
diatas grafik total biaya produksi air. Demikan halnya pada grafik keuntungan
(laba/rugi) perusahaan, pada bulan ke-27 menunjukkan angka positif. Artinya
pada kondisi ini perusahaan sudah tidak mengalami kerugian. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa kebijakan kenaikan tarif memberikan dampak positif
bagi keuntungan PT Watertech Estate Cikarang.
Penetapan tarif air oleh PT Watertech Estate Cikarang telah mencapai
kondisi biaya pemulihan penuh (full cost recovery) yang berarti pendapatan
perusahaan dapat menutupi semua biaya atau pengeluaran perusahaan dan bisa
memberikan suatu tingkat hasil investasi tertentu diantaranya untuk
pengembangan usaha perusahaan. Penetapan tarif air juga harus memperhatikan
kemampuan para pelanggan dan subsidi silang diantara para pelanggan yang
bertujuan untuk membantu pelanggan yang tidak mampu membayar tarif di
tingkat kebutuhan dasar (10 m³ per bulan tiap rumah tangga) dan menetapkan tarif
yang lebih tinggi bagi pelanggan yang menggunakan air diatas kebutuhan dasar.
Hal ini dilakukan dalam rangka menciptakan efisiensi pemakaian air.
Selain itu, dapat disimpulkan bahwa penetapan tarif air minum oleh PT
Watertech Estate Cikarang didasarkan pada kombinasi antara konsep diskriminasi
harga (price discrimination) yang didasarkan pada kemampuan membayar dan
konsep struktur tarif increasing block tariff . Konsep diskriminasi harga bertujuan
untuk mendorong terjadinya subsidi silang (cross subsidies) dari golongan
masyarakat yang berpendapatan tinggi ke masyarakat yang berpendapatan rendah.
Sedangkan konsep increasing block tariff bertujuan untuk menimbulkan upaya
menekan konsumsi oleh pelanggan karena dengan semakin tinggi konsumsi air
maka secara progresif semakin besar tarif air minum per m³ yang dibayar.
Perbaikan mutu pelayanan merupakan pertimbangan yang harus dijadikan
dasar peningkatan tarif. Pencapaian target pemulihan biaya penuh dilakukan untuk
transparansi biaya dan hasil positif berupa keuntungan sehingga dapat digunakan
untuk penambahan area pelayanan dan fasilitas penyediaan air bagi masyarakat
pelanggan PT Watertech Estate Cikarang kedepannya secara menyeluruh.
56
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Analisis Biaya Produksi dan Harga
Air Minum PT Watertech Estate Cikarang dapat ditarik beberapa simpulan antara
lain:
1. Jumlah produksi air PT Watertech Estate Cikarang masih lebih tinggi dari
target pelayanan dalam rencana kerja. Cakupan pelayanan sudah mencapai
50 % dari target pelayanan kebutuhan air total. Potensi pemenuhan kebutuhan
air untuk keseluruhan jumlah penduduk di wilayah pelayanan masih tinggi
karena sumber air baku cukup tersedia dan permintaan masyarakat yang tinggi.
2. Secara keseluruhan komponen biaya pengelolaan dan produksi air mengalami
pertumbuhan yang positif. Hal ini dapat diasumsikan bahwa meningkatnya
biaya pengelolaan menunjukkan kondisi pengelolaan yang semakin membaik.
Artinya telah terjadi peningkatan pelayanan setelah diterapkannya tarif baru
dengan adanya penambahan fasilitas serta investasi perusahaan yang berujung
pada kesejahteraan masyarakat.
3. Variabel air baku dan penggunaan listrik berpengaruh nyata dan positif
terhadap produksi air. Penggunaan bahan kimia dalam model ini tidak
berpengaruh secara statistik namun secara ekonomi bahan kimia dalam
produksi air merupakan komponen penting, ketika terdapat variabel
pencemaran didalamnya dapat dilihat bahwa pada dasarnya yang lebih
berpengaruh adalah kualitas air yang akan diolah yang kemudian akan
menentukan jumlah penggunaan bahan kimia.
4. Tarif yang berlaku di PT Watertech Estate Cikarang telah memenuhi besaran
tarif dengan mekanisme biaya pemulihan penuh. Berdasarkan mekanisme
penetapan tarif full cost recovery maka diperoleh tarif dasar sebesar Rp
3.535/m3. Terdapat lima kelompok yang mendapatkan subsidi dengan total
subsidi sebesar Rp 1.386.922.515 dan rata-rata subsidi sebesar Rp 1.047/m3.
Setelah adanya kenaikan tarif, terdapat tiga kelompok pelanggan yang
mendapatkan subsidi dengan total subsidi sebesar Rp 453.042.830 dan rata-rata
subsidi adalah Rp 1.558/m3.
57
5. Pada bulan Maret 2013 telah terjadi kenaikan tarif air yang memberikan
dampak positif bagi keuntungan PT Watertech Estate Cikarang. Kenaikan
harga bahan bakar minyak, upah minimun rata-rata pegawai, dan harga listrik
per kwh untuk industri sangat berpengaruh terhadap biaya operasional
perusahaan sehingga diperlukan penyesuaian antara penerimaan dengan biaya
perusahaan. Adanya kenaikan tarif air tersebut penerimaan penjualan air terus
mengalami peningkatan, begitu juga dengan keuntungan usaha yang diterima
perusahaan.
7.2 Saran
1. Proses pengolahan air baku menjadi air bersih dan air minum membutuhkan
proses produksi yang efisien. Penggunaan bahan kimia baik jumlah maupun
jenis, penggunaan daya listrik, kuantitas air baku dan variabel fisik teknik
lainnya harus diperhitungkan secara efisien dan efektif. Pertimbangan
mengenai variabel lingkungan salah satunya pencemaran air yang tertuang
dengan tingkat kualitas air juga harus diperhitungkan, agar produksi yang
dihasilkan oleh PT Watertech Estate Cikarang lebih optimum.
2. Penelitian mengenai willingness to pay pelanggan terhadap pelayanan air bersih
menarik untuk dikaji. Kajian mengenai rasio produktivitas antar tahun,
mekanisme biaya pemulihan penuh pada tahun selanjutnya, perspektif
pelanggan air PT Watertech Estate Cikarang serta proyeksi kebutuhan air
dikaitkan dengan variabel sosial ekonomi lainnya yaitu tingkat pendapatan
masyarakat juga menarik untuk menjadi kajian yang dapat diteliti.
58
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
61
Lampiran 1
Lampiran 2
TENTANG
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Provinsi dan/atau Pemerintah
Kabupaten/Kota.
2. Kepala Daerah adalah Gubernur atau Bupati atau Walikota.
3. Perusahaan Daerah Air Minum selanjutnya disingkat PDAM adalah Badan
Usaha Milik Daerah yang bergerak di bidang pelayanan air minum.
4. Air Minum adalah air minum produksi PDAM.
5. Direksi adalah Direksi PDAM.
6. Badan Pengawas adalah Badan Pengawas PDAM.
7. Pelanggan adalah Perorangan atau Badan yang memanfaatkan air minum dari
PDAM dan terdaftar sebagai pelanggan.
8. Standar Kebutuhan Pokok Air Minum adalah kebutuhan air sebesar 10 meter
kubik/kepala keluarga/bulan atau 60 liter/orang/hari, atau sebesar satuan
volume lainnya yang ditetapkan Iebih lanjut oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sumber daya air.
65
9. Biaya Usaha adalah total biaya untuk menghasilkan air minum yang
mencakup biaya sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan
distribusi, biaya kemitraan, dan biaya umum dan administrasi.
10. Biaya Dasar adalah Biaya Usaha dibagi Volume Air Terproduksi dikurangi
Volume Kehilangan Air Standar.
11. Tarif air minum PDAM yang selanjutnya disebut tarif adalah kebijakan harga
jual air minum dalam setiap meter kubik (m3) atau satuan volume lainnya
sesuai kebijakan yang ditentukan Kepala Daerah dan PDAM yang
bersangkutan.
12. Tarif Rendah adalah tarif bersubsidi yang nilainya lebih rendah dibanding
Biaya Dasar.
13. Tarif Dasar adalah tarif yang nilainya sama atau ekuivalen dengan Biaya
Dasar.
14. Tarif Penuh adalah tarif yang nilainya lebih tinggi dibanding Biaya Dasar
karena mengandung tingkat keuntungan dan kontra subsidi silang.
15. Tarif Rata-rata adalah total pendapatan tarif dibagi total volume air terjual.
BAB II
DASAR KEBIJAKAN PENETAPAN TARIF
Pasal 2
Penetapan tarif didasarkan pada prinsip:
a. keterjangkauan dan keadilan;
b. mutu pelayanan;
c. pemulihan biaya;
d. efisiensi pemakaian air;
e. transparansi dan akuntabilitas; dan
f. perlindungan air baku.
Pasal 3
(1) Tarif untuk standar kebutuhan pokok air minum harus terjangkau oleh daya
beli masyarakat pelanggan yang berpenghasilan sama dengan Upah Minimum
Provinsi.
(2) Tarif memenuhi prinsip keterjangkauan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
apabila pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi standar kebutuhan pokok
air minum tidak melampaui 4% (empat perseratus) dari pendapatan
masyarakat pelanggan.
(3) Keadilan dalam pengenaan tarif dicapai melalui penerapan tarif diferensiasi
dengan subsidi silang antar kelompok pelanggan.
Pasal 4
Tarif ditetapkan dengan mempertimbangkan keseimbangan dengan tingkat mutu
pelayanan yang diterima oleh pelanggan.
Pasal 5
(1) Pendapatan PDAM harus memenuhi prinsip pemulihan biaya.
(2) Pemulihan biaya secara penuh (full cost recovery) dicapai dari hasil
perhitungan tarif rata-rata minimal sama dengan biaya dasar.
66
Pasal 6
(1) Efisiensi pemakaian air dicapai antara lain melalui penerapan tarif progresif.
(2) Tarif progresif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperhitungkan melalui
Penetapan blok konsumsi.
(3) Tarif progresif dikenakan kepada pelanggan yang konsumsinya melebihi
Standar Kebutuhan Pokok Air Minum.
Pasal 7
(1) Proses perhitungan dan penetapan tarif harus dilakukan secara transparan dan
akuntabel.
(2) Proses perhitungan dan penetapan tarif yang transparan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan PDAM dengan cara:
a. menyampaikan secara jelas informasi yang berkaitan dengan perhitungan
dan penetapan tarif kepada para pemangku kepentingan; dan
b. menjaring secara bersungguh-sungguh aspirasi yang berkaitan dengan
perhitungan dan penetapan tarif dari para pemangku kepentingan.
(3) Proses perhitungan dan penetapan tarif yang akuntabel sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus menggunakan landasan perhitungan yang
mudah dipahami dan dapat dipertanggungjawabkan kepada para pemangku
kepentingan.
Pasal 8
(1) Perhitungan tarif harus mempertimbangkan perlindungan dan pelestarian
fungsi sumber air dalam jangka panjang.
(2) Pengenaan tarif progresif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 bertujuan
untuk perlindungan air baku.
BAB III
BLOK KONSUMSI DAN KELOMPOK PELANGGAN
Pasal 9
(1) Blok konsumsi pelanggan air minum PDAM meliputi:
a. Blok I; dan
b. Blok II.
(2) Blok I sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, merupakan blok
konsumsi air minum untuk memenuhi standar kebutuhan pokok.
(3) Blok II sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan blok
konsumsi air minum untuk pemakaian di atas standar kebutuhan pokok.
Pasal 10
(1) Pelanggan PDAM dikiasifikasikan dalam 4 (empat) kelompok yaitu :
a. Kelompok I;
b. Kelompok II;
67
Pasal 11
PDAM dapat menentukan kebijakan jenis-jenis pelanggan pada masing-masing
kelompok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) berdasarkan kondisi
obyektif dan karakteristik pelanggan di daerah masing-masing sepanjang tidak
mengubah jumlah kelompok pelanggan.
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PROYEKSI BIAYA USAHA DAN BIAYA DASAR
Pasal 12
(1) Biaya dasar yang diperlukan untuk memproduksi setiap meter kubik air
minum dihitung atas dasar biaya usaha dibagi dengan volume air terproduksi
dikurangi volume kehilangan air standar dalam periode satu tahun.
(2) Biaya usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dengan
menjumlahkan seluruh biaya pengelolaan PDAM yang meliputi : biaya
sumber air, biaya pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya
kemitraan, biaya umum dan administrasi, dan biaya keuangan dalam periode
satu tahun.
(3) Volume air terproduksi dihitung berdasarkan total volume air yang dihasilkan
oleh sistem produksi yang siap didistribusikan kepada konsumen dalam
periode satu tahun.
(4) Volume kehilangan air standar dihitung berdasarkan standar prosentase yang
ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang sumber daya air dikalikan volume air terproduksi.
Pasal 13
(1) Proyeksi biaya dasar dalam Rp/m3 atau Rp/satuan volume lainnya dihitung
atas dasar proyeksi biaya usaha dibagi dengan proyeksi volume air
terproduksi dikurangi proyeksi volume kehilangan air standar pada tahun
proyeksi.
(2) Proyeksi biaya usaha air minum dihitung berdasarkan data historis dengan
memperhatikan proyeksi tingkat harga, proyeksi tingkat inflasi, kemungkinan
68
Pasal 14
(1) Perhitungan dan proyeksi biaya yang akan dijadikan acuan dalam penetapan
tarif harus dilakukan secara wajar dan dapat dipertanggungjawabkan
(accountable dan auditable) serta mempertimbangkan aspek-aspek efisiensi
biaya.
(2) Untuk melakukan perhitungan dan proyeksi biaya harus dipersiapkan data
sebagai berikut:
a. komponen-komponen biaya sumber air;
b. komponen-komponen biaya pengolahan air;
c. komponen-komponen biaya transmisi dan distribusi;
d. komponen-komponen biaya kemitraan;
e. komponen-komponen biaya umum dan administrasi;
f. komponen-komponen biaya keuangan;
g. komponen-komponen aktiva produktif;
h. tingkat inflasi;
i. volume air terproduksi;
j. volume kehilangan air standar;
k. volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif rendah;
l. volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif dasar;
m. volume air terjual kepada kelompok pelanggan tarif penuh dan khusus;
n. blok konsumsi;
o. kelompok pelanggan;
p. jumlah pelanggan setiap blok konsumsi;
q. jumlah pelanggan setiap kelompok pelanggan;
r. tingkat konsumsi;
s. tarif yang berlaku;
t. komponen-komponen pendapatan penjualan air;
u. komponen-komponen pendapatan non air;
v. komponen-komponen pendapatan kemitraan;
w. tingkat elastisitas konsumsi air minum terhadap tarif;
x. rata-rata penghasilan masyarakat pelanggan; dan
y. upah minimum provinsi.
BAB V
PENDAPATAN DAN TARIF
Pasal 15
(1) Pendapatan PDAM terdiri dari :
69
Pasal 16
(1) Setiap pelanggan baru dikenakan biaya penyambungan.
(2) Biaya penyambungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya
pengadaan dan pemasangan meter.
(3) PDAM mengenakan beban tetap bulanan kepada setiap sambungan pelanggan
untuk biaya pemeliharaan meter dan biaya administrasi rekening.
(4) PDAM wajib mengupayakan agar meter air selalu berfungsi dengan baik,
dengan melakukan peneraan dan pemeliharaan yang memadai.
(5) PDAM dapat mengenakan beban tetap bulanan kepada pelanggan pasif.
Pasal 17
(1) Tarif dibedakan dalam 4 (empat) jenis, yaitu :
a. tarif rendah;
b. tarif dasar;
c. tarif penuh; dan
d. tarif kesepakatan.
(2) Tarif rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, nilainya Iebih
rendah dibanding biaya dasar.
(3) Tarif dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, nilainya sama atau
ekuivalen dengan biaya dasar.
(4) Tarif penuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, nilainya Iebih
tinggi dibanding biaya dasar.
(5) Tarif kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, nilainya
berdasarkan kesepakatan antara PDAM dengan pelanggan.
70
Pasal 18
PDAM menetapkan struktur tarif berdasarkan ketentuan blok konsumsi,
kelompok pelanggan, dan jenis tarif.
Pasal 19
(1) Perhitungan tarif dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
a. menghitung biaya dasar;
b. menghitung tarif dasar;
c. menghitung tarif rendah dan subsidi silang;
d. menghitung tarif penuh; dan
(2) Perhitungan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mengacu pada formula perhitungan tarif air minum.
(3) Besarnya subsidi silang dapat bervariasi antar kelompok pelanggan dalam
wilayah pelayanan yang berbeda dan dihitung dengan menggunakan formula
perhitungan subsidi.
BAB VI
MEKANISME DAN PROSEDUR PENETAPAN TARIF
Pasal 20
(1) Mekanisme penetapan tarif didasarkan asas proporsionalitas kepentingan:
a. masyarakat pelanggan;
b. PDAM selaku badan usaha dan penyelenggara; dan
c. pemerintah daerah selaku pemilik PDAM.
(2) Pertimbangan kepentingan masyarakat pelanggan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, harus menjamin kepentingan konsumen.
(3) Pertimbangan kepentingan PDAM sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf b, harus menjamin kepentingan PDAM sebagai badan usaha dan
penyelenggara dalam mencapai target pemulihan biaya penuh (full cost
recovery), mewujudkan visi, mengemban misi dan mencapai tujuan dan
sasaran pengembangan yang direncanakan di dalam rencana jangka panang
(corporate plan) PDAM yang bersangkutan.
(4) Pertimbangan kepentingan pemilik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c, harus menjain kepentingan pemerintah daerah, pemilik modal atau
pemegang saham PDAM dalam memperoleh hasil atas pengelolaan PDAM
berupa pelayanan air minum yang berkualitas dan/atau keuntungan untuk
pengembangan pelayanan umum yang bersangkutan.
Pasal 21
(1) Tarif ditetapkan oleh kepala daerah berdasarkan usulan direksi setelah
disetujui oleh Dewan Pengawas.
(2) Konsep usulan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh
direksi PDAM dengan mempertimbangkan mutu pelayanan, pemulihan biaya
dan target pengembangan tingkat pelayanan, dilengkapi data pendukung
sebagai berikut:
a. dasar perhitungan usulan penetapan tarif;
b. hasil perhitungan proyeksi biaya dasar;
71
Pasal 22
(1) Penyesuaian tarif tahunan dilakukan dengan formula indeksasi dengan
memperhitungkan:
a. nilai indeks inflasi tahunan pada tahun yang bersangkutan yang diterbitkan
instansi pemerintah yang berwenang;
b. beban bunga pinjaman; dan/atau
c. parameter lain sesuai kontrak perjanjian kerjasama.
(2) Penyesuaian tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diusulkan oleh direksi
kepada kepala daerah melalui badan pengawas untuk ditetapkan.
Pasal 23
(1) Peninjauan tarif secara periodik dapat dilakukan dalam keadaan luar biasa
yang mengakibatkan diperlukannya perubahan rencana kerja perusahaan
(corporate plan).
(2) Untuk kesinambungan pelayanan PDAM paling lambat 5 (lima) tahun sekali
direksi dapat melakukan peninjauan tarif.
(3) Peninjauan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan oleh direksi
kepada Kepala Daerah melalui badan pengawas untuk ditetapkan.
Pasal 24
(1) Dalam hal Kepala Daerah menolak usul penetapan tarif yang diajukan direksi
dan telah disetujui badan pengawas berdasarkan perhitungan yang transparan
dan akuntabel, mengakibatkan tarif rata-rata berada di bawah biaya dasar,
pemerintah daerah mengupayakan subsidi untuk menutup kekurangannya
melalui APBD sesuai peraturan perundang-undangan.
(2) Untuk sinkronisasi perencanaan tarif dan pengembangan PDAM pada
umumnya dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
72
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 25
(1) Menteri Dalam Negeri melakukan pembinaan atas penetapan tarif.
(2) Gubernur melakukan pengawasan atas pelaksanaan pedoman penetapan tarif.
BAB VIII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 26
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penetapan tarif air
minum pada PDAM yang ditetapkan Pemerintah Daerah disesuaikan paling lama
1 (satu) tahun sejak peraturan ini ditetapkan.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 27
Teknis penetapan tarif air minum pada PDAM tercantum dalam Lampiran
Peraturan ini.
Pasal 28
Pada saat berlakunya Peraturan ini, maka Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor
2 Tahun 1998 tentang Pedoman Penetapan Tarif Air Minum pada Perusahaan
Daerah Air Minum dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 29
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Juli 2006
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 30 April 1992 dari ayah Pepen
Supendi dan ibu Cicih Yuningsih. Penulis adalah putri kedua dari tiga bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 5 Bogor dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Ekonomi Sumberdaya dan
Lingkungan, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten pengelolaan
beasiswa di Subdit Kesejahteraan Mahasiswa Direktorat Kemahasiswaan IPB.
Penulis juga aktif mengajar di bimbingan belajar Bintang Pelajar. Penulis juga
pernah aktif sebagai pengurus gedung asrama putri TPB IPB, staf Biro Human
Resource Development BEM FEM IPB pada tahun 2011/2012, badan pengawas
Himpro REESA tahun 2011/2012, staf Departemen Eksternal Sharia Economics
Student Club tahun 2012/2013, staf Kementerian Kebijakan Kampus tahun
2012/2013, dan aktif menjadi pengurus persatuan mahasiswa penerima Bidikmisi
tingkat IPB dan nasional.
Pengurus juga aktif mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
dengan dua proposal bidang pengabdian masyarakat dan satu bidang gagasan
tertulis lolos didanai oleh DIKTI. Penulis aktif menjadi pekerja sosial dalam
pemberdayaan komunitas marjinal di Kota Bogor serta melakukan program
pengabdian masyarakat di Kampung Legok Nyenang, Desa Gunung Bunder
sebagai upaya pemberantasan buta huruf. Penulis juga pernah aktif membuat
tulisan yang berjudul Empowering Marginal Communities in Rain City to Shape
Human Resource Excellence and Entrepreneurship yang telah dipresentasikan
pada Shanghai International Conference on Social Science (SICSS) 2014 dan
buku Life Skill, Achieve Your Personal Best dengan nomor ISBN. 928-602-
98439-8-9.