SKRIPSI
diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan Program Studi Teknik Pertanian (S1)
dan mencapai gelar Sarjana Teknologi Pertanian
Oleh
Nurani Wityasari
NIM 111710201041
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini saya persembahkan untuk:
1. Ayahanda Widji Santoso dan Ibunda Titik Setyowati yang tidak hentinya
memberi semangat dan doa untuk selalu berjuang dalam menyelesaikan
skripsi ini;
2. Keluarga besar dan sahabat yang telah memberi motivasi selama ini;
3. Almamater Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
ii
MOTTO
Wahai mereka yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah dengan sabar
dan salat. Sesungguhnya Alla bersama-sama dengan orang yang sabar
(Al-Baqarah: 153)**
iii
PERNYATAAN
: 111710201041
Nurani Wityasari
NIM. 111710201041
iv
SKRIPSI
oleh :
Nurani Wityasari
NIM. 111710201041
Pembimbing
Dosen Pembimbing Utama
PENGESAHAN
Tim Penguji:
Ketua,
Anggota I,
Mengesahkan
Dekan,
vi
SUMMARY
vii
RINGKASAN
ix
PRAKATA
Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas berkat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penentuan Dosis Optimum
PAC (Poly Aluminium Chloride) pada Pengolahan Air Bersih di IPA Tegal Besar
PDAM Jember. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
menyelesaikan pendidikan strata satu (S1) pada Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari kendala-kendala yang ada,
namun berkat dukungan dan arahan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada:
1.
Dr. Elida Novita, S.TP., M.T., selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
meluangkan waktu, pikiran, perhatian serta bimbingan dalam penyusunan
skripsi ini;
2.
Dr. Sri Wahyuningsih, S.P., M.T., selaku Dosen Pembimbing Anggota yang
telah banyak memberikan materi dan perbaikan dalam penyusunan skripsi ini;
3.
Ir. Hamid Ahmad., selaku Ketua Penguji yang telah meluangkan waktu,
pikiran, dan bimbingan dalam perbaikan skripsi ini;
4.
Ririn Endah Badriani, S.T., M.T., selaku Anggota Penguji yang telah
meluangkan waktu, pikiran, dan bimbingan dalam perbaikan skripsi ini;
5.
Dr. Yuli Witono, S. TP., M.P., selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember;
6.
8.
Ayahanda Widji Santoso, Ibunda Titik Setyowati, Adikku Ari Teguh Santoso
dan Kharisma Cahya Andromeda yang tak pernah lelah memberikan doa,
kasih sayang, kesabaran, semangat dan pengorbanan selama ini;
9. Mamun Mustofa, yang telah memberikan doa dan semangat untuk terus
menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
10. Teman-teman TEP 2011 dan Riskiana Nurjannah, Dewi Sofiah, Ina
Kurniwanti, Wendy Dreifyana dan Tanjung Asih
memberikan semangat
Penulis
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................................
i
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................
ii
iii
iv
vi
xii
29
xiii
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum ................................................. 6
4.1 Analisis Kualitas Air Sebelum dan Setelah Proses Koagulasi-Flokulasi
20
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
3.1 Diagram Tahapan Penelitian ..................................................................... 13
4.1 Peta Lokasi Penelitian Kualitas Air PDAM Jember ................................... 18
4.2 Grafik Perbandingan Suhu Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari ............................... 22
4.3 Grafik Perbandingan pH Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari ................................ 23
4.4 Grafik Perbandingan TDS Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari ................................ 24
4.5 Grafik Perbandingan TSS Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari ................................ 25
4.6 Grafik Perbandingan Kekeruhan Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari ................................ 28
4.7 Grafik Hasil Penentuan Dosis Optimum PAC dengan Kekeruhan dan
Volume Lumpur pada Pagi Hari ............................................................... 31
4.8 Grafik Hasil Penentuan Dosis Optimum PAC dengan Kekeruhan dan
Volume Lumpur pada Sore Hari............................................................... 31
4.9 Grafik Hubungan Jumlah Data dengan Nilai Kekeruhan Pagi Hari .......... 33
4.10 Grafik Persamaan Rata-rata Nilai Kekeruhan dan Dosis Pagi Hari........... 35
4.11 Kurva Standar Pemakaian Dosis Optimum PAC Pagi Hari ...................... 37
4.12 Grafik Hubungan Jumlah Data dengan Nilai Kekeruhan Sore Hari ......... 38
4.13 Grafik Persamaan Rata-rata Nilai Kekeruhan dan Dosis Sore Hari .......... 40
4.14 Kurva Standar Pemakaian Dosis Optimum PAC Sore Hari ...................... 42
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Data Pengukuran Harian Kualitas Air PDAM Jember............................... 48
B. Data TSS (Total Suspended Solid) ............................................................ 54
C. Persyaratan Kualitas Air Minum ............................................................... 62
D. Daftar Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas ............................................ 63
E. Contoh Aplikasi Persamaan Kurva Standar Pemakaian Dosis
PAC (Poly Aluminium Chloride) ............................................................. 66
F. Foto Kegiatan Penelitian .......................................................................... 67
G. Matrik Kegiatan Penelitian ..................................................................... 69
H. Grafik Persamaan Regresi ....................................................................... 70
xvii
BAB 1. PENDAHULUAN
harus
memenuhi standar baku mutu air yang berlaku di Indonesia menurut Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 492/MENKES/PER/IV/2010,
tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Pengawasan kualitas air minum yang
harus dipenuhi oleh PDAM meliputi persyaratan fisika, kimia dan biologi. Salah
satu parameter yang dapat menjadi acuan dalam memenuhi persyaratan kualitas
air minum adalah
dalam proses koagulasi-flokulasi belum sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Hal
ini dapat terlihat dari nilai kekeruhan setelah proses harus memenuhi standar baku
mutu air bersih sebesar 5 NTU.
Tingkat kekeruhan air sungai dipengaruhi oleh perbedaan suhu
lingkungan, sedangkan penambahan PAC oleh IPA Tegal Besar belum
memperhatikan perbedaan suhu lingkungan. Hal ini menyebabkan air yang
dijernihkan belum memenuhi syarat kekeruhan seperti yang diterapkan dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 492 tahun 2010. Oleh karena itu perlu adanya
penelitian tentang Penentuan Dosis Optimun PAC (Poly Aluminium Chloride)
pada Pengolahan Air Bersih di IPA Tegal Besar PDAM Jember.
2.
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
Keterangan
1
A.
1.
2.
mg/l
500
3.
2
Fisika
Bau
Jumlah
zat
padat terlarut
(TDS)
Kekeruhan
4.
5.
6.
Rasa
Suhu
Warna
Skala
NTU
C
Skala
TCU
B.
Kimia
1.
pH
Suhu udara 3C
15
6,5 8,5
Tidak berbau
-
Tidak berasa
-
air untuk membantu proses pengendapan partike-partikel kecil yang tidak dapat
mengendapkan dengan sendirinya (secara gravimetris). Pembubuhan koagulan
dilakukan secara teratur sesuai kebutuhan atau dosis yang tepat (Sutrisno,
2004:34).
Bahan koagulan yang digunakan di PDAM Jember adalah Alumunium
Sulfat atau lebih dikenal dengan tawas, Poly Aluminium Chloride (PAC), dan abu
soda yang digunakan untuk mengikat partikel- partikel halus dalam air (BPSDM,
2004:16).
10
2.4.1 Suhu
Suhu dinyatakan dengan satuan derajat Celsius (C) atau derajat
Fahrenheit (F). Suhu yang diinginkan untuk proses pengolahan air adalah 50-60
F atau 10-15C. Suhu perairan dapat bervariasi tergantung ada tidaknya
pencemaran yang masuk ke dalam perairan (Sutrisno, 2004:27). Suhu suatu badan
air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut
(altitude), waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta
kedalaman badan air. Perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia
dan biologi badan air. Suhu juga sangat berperan mengendalikan kondisi
ekosistem perairan (Effendi, 2003:57).
11
yang berupa ion-ion yang biasa ditemukan di perairan yang berupa natrium
klorida, kalsium bikarbonat, kalsium sulfat, dan magnesium bikarbonat. Nilai
TDS perairan sangat dipengaruhi oleh pelapukan batuan, limpasan dari tanah dan
pengaruh antropogenik (berupa limbah domestik dan industri) (Effendi, 2003:6466).
2.4.5 Kekeruhan
Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak
partikel bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna atau rupa yang
berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi
tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikelpartikel
yang
tersuspensi
lainnya
(Sutrisno,
2004:30-31).
Kekeruhan
12
h. Cawan Aluminium
i. Stopwatch
c. Turbidimeter TN-100
e. Floculator
Health
H-FL-6
Flocculator
EC
l. Pipet Tetes
f. Desikator
m. Termometer
Mulai
Studi Literatur
Pengukuran Sample
Air Sebelum Proses
Koagulasi-Flokulasi
1. Suhu
2. pH
3. TDS
4. TSS
5. Kekeruhan
Proses Koagulasi-Flokulasi
Pengukuran Sample
Air Setelah Proses
Koagulasi-Flokulasi
1. Suhu
2. pH
3. TDS
4. TSS
5. Kekeruhan
6. Volume Lumpur
Analisis Data
1. Perhitungan Efisiensi
2. Uji Regresi Linier Sederhana
Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
18
14
15
a. Pengukuran pH
pH diukur menggunakan pH meter. pH untuk koagulan PAC adalah 6-9.
Pengukuran pH dilakukan sebelum dan setelah proses koagulasi-flokulasi
(Ramadhani et al., 2013).
b. Pengukuran Suhu
Suhu diukur menggunakan termometer. Pengukuran dilakukan pagi dan
sore hari untuk mengetahui perbedaan suhunya. Suhu yang diukur merupakan
suhu lingkungan dan suhu sampel sebelum dan setelah proses koagulasi-flokulasi.
c. Pengukuran Kekeruhan
Kekeruhan di dalam air disebabkan oleh adanya zat tersuspensi, seperti
lempung, lumpur, zat organik, plankton dan zat-zat lainnya. Kekeruhan
merupakan sifat optis dari suatu larutan, adalah hamburan dan adsorpsi cahaya
yang melaluinya (Alaerts dan Santika, 1984:96). Kekeruhan diukur menggunakan
turbidimeter.
d. Pengukuran TDS (Total Dissolved Solid)
TDS diukur menggunakan TDS meter. Pengukuran TDS dilakukan
sebelum dan setelah proses koagulasi-flokulasi. TDS merupakan nilai total
padatan terlarut menunjukkan banyaknya bahan-bahan terlarut dalam air.
e. Pengukuran TSS (Total Suspended Solid)
Pengukuran TSS dilakukan dengan metode gravimetri untuk mengetahui
total padatan tersuspensi dalam 100 ml air baku sungai. Untuk memperoleh
estimasi TSS, dihitung perbedaan antara padatan terlarut total dan padatan total.
TSS (mg/l) =
.. (3.1)
Keterangan :
a = berat kertas saring + residu kering (mg)
b = berat kertas saring (mg)
c = volume sample (ml) (Alaerts dan Santika, 1984:143)
f. Pengukuran Volume Lumpur
Pengukuran dilakukan setelah proses koagulasi-flokulasi. Volume lumpur
diukur untuk mengetahui berapa banyak lumpur yang terendap selama periode
tertentu dan keefektifan koagulan yang digunakan.
16
Eff (%) =
Keterangan :
Eff
= Efisiensi (%)
17
Keterangan:
y = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
x = Variabel independen
a = Konstanta (nilai y apabila x = 0)
b = Koefisien regresi (nilai peningkatan jika bernilai positif ataupun penurunan
jika bernilai negative)
18
IPA Tegal Besar terletak di tengah kota dengan sumber baku air berasal
dari Sungai Bedadung dan Kalijompo sehingga sumber air baku terkontaminasi
limbah-limbah rumah tangga, limbah pertanian dan rumah sakit yang mencemari
19
yang
20
muatan listrik pada permukaan koloid sehingga koloid dapat bergabung satu sama
lain membentuk flok dengan ukuran yang lebih besar sehingga mudah
mengendap. Pada penelitian ini menggunakan koagulan PAC (Poly Aluminium
Chloride). PAC adalah polimer komplek berantai panjang AlnCl(3n-m)(OH)m.
Menurut Malhotra (1994), PAC yang paling umum dalam pengolahan air adalah
Al12Cl12(OH)24. IPA Tegal Besar menggunakan proses koagulasi-flokulasi dengan
bantuan koagulan PAC untuk menjernihkan air.
Parameter
1.
2.
Suhu
pH
3.
4.
5.
TDS
TSS
Kekeruhan
Satuan
Baku
Mutu Air
*
C
-
Suhu
udara
3C
6,5-8,5
27,05
7,19
27,25
7
27,89
7,2
27,97
7
mg/l
mg/l
NTU
500
50
5
11,.2
150,83
197,11
116,07
9,7
5,75
113,9
123,93
149,1
118,9
10
5,25
Tabel 4.1 nilai parameter suhu, pH, TDS dan TSS sebelum proses
koagulasi-flokulasi sudah sesuai dengan persyaratan kualitas air minum
sedangkan nilai kekeruhan yang tidak sesuai disebabkan air baku yang diolah
berasal dari pertemuan antara sungai Bedadung dan Kalijompo yang memiliki
beban pencemar berbeda-beda. Oleh karena itu perlu adanya upaya pengolahan air
21
untuk memenuhi standar persyaratan kualitas air minum. Pengolahan air yang
digunakan adalah proses koagulasi-flokulasi dengan metode jar test dan
penambahan koagulan PAC.
Pengukuran parameter-parameter setelah proses koagulasi-flokulasi yang
di analisis telah memenuhi persyaratan kualitas air minum. Parameter yang diukur
adalah suhu, pH, TDS, TSS dan kekeruhan. Nilai tiap parameter sebelum dan
setelah proses koagulasi-flokulasi dijelaskan sebagai berikut.
4.2.1 Suhu
Pengukuran parameter suhu yang dilakukan sebelum dan setelah proses
koagulasi-flokulasi pada dua kali pengukuran yaitu pagi dan sore hari.
Pengukuran suhu air sungai di pagi hari pada jam 07.00-08.00 WIB dan sore hari
pada jam 15.00- 16.00 WIB. Pengukuran ini berfungsi untuk mengetahui
perbedaan suhu di pagi dan sore hari, karena pada pagi hari suhu air mulai
meningkat sedang pada sore hari suhu air mulai menurun akibat sinar matahari.
Menurut Efendi (2003), suhu sungai banyak dipengaruhi oleh musim, kedalaman
badan air, komposisi substrat, kekeruhan dan cahaya yang masuk ke perairan.
Berikut ini nilai pengukuran suhu disajikan pada Gambar 4.2.
28,2
27,89
28
27,97
Suhu Sebelum
Proses KoagulasiFlokulasi
Suhu (C)
27,8
27,6
27,4
27,2
27,25
27,05
27
Suhu Setelah
Proses KoagulasiFlokulasi
26,8
26,6
26,4
Pagi Hari
Sore Hari
Waktu Pengukuran
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Suhu Sebelum (Awal) dan Setelah (Akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari
22
8,0
7,2
7,19 7
23
7,0
6,0
pH Sebelum Proses
Koagulasi-Flokulasi
pH
5,0
pH Setelah Proses
Koagulasi-Flokulasi
4,0
3,08
Eff (%)
3,0
2,2
2,0
1,0
0,0
Pagi Hari
Sore Hari
Waktu Pengukuran
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan pH Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari
24
120
TDS (mg/l)
118
116,07
116
113,9
114
112
110
110,2
108
106
104
Pagi Hari
Sore Hari
Waktu Pengukuran
Gambar 4.4 Grafik Perbandingan TDS Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari
25
berhubungan dengan perbedaan musim dan tingkat kekeruhan dalam air, semakin
tinggi tingkat kekeruhan dalam air maka semakin tinggi TDS dalam air. Menurut
Aziz et al.,(2013) jumlah padatan terlarut di dalam air berupa natrium klorida,
kalsium bikarbonat, kalsium sulfat, dan magnesium bikarbonat.
147,5
140
123,93
TSS (mg/l)
120
100
93,41
92,07
80
60
Eff (%)
40
20
9,72
9,83
Pagi Hari
Sore Hari
0
Waktu Pengukuran
Gambar 4.5 Grafik Perbandingan TSS Sebelum (awal) dan Setelah (akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari
Nilai rata-rata TSS awal pada pagi dan sore hari sebagai berikut 147,5
mg/l dan 123,93 mg/l. Menurut Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010),
kadar maksimum TSS adalah 50 mg/l. Nilai TSS awal pagi dan sore hari melebihi
kadar maksimum. Hal ini disebabkan karena pengambilan sampel air dilakukan
pada musim hujan sehingga air sungai memiliki kekeruhan yang tinggi dan
banyak zat-zat yang tersuspensi. Untuk menurunkan nilai TSS yang melebihi
26
4.2.5 Kekeruhan
Rata-rata nilai kekeruhan awal pagi 197,11 NTU dan sore hari 149,10
NTU. Nilai ini belum memenuhi batas maksimum nilai kekeruhan. Penyebab
tinggi rendahnya kekeruhan disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik
yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan pasir halus), maupun berupa
plankton dan mikroorganisme (Effendi, 2003:60). Penelitian ini dilaksanakan
pada musim hujan, sehingga memiliki nilai kekeruhan awal tinggi yang
disebabkan banyaknya lumpur atau bahan-bahan organik dan anorganik yang
terdapat pada sungai. Menurut Dina et al., (2014), nilai kekeruhan awal tinggi
akibat pengaruh erosi tanah pada pinggiran sungai yang terbawa ke aliran air
deras dan juga karena pengaruh dari hujan sehingga menyebabkan tanah-tanah
disekitar sungai menjadi terkikis dan terbawa ke badan air. Tingginya tingkat
kekeruhan juga disebabkan karena adanya pengaruh pergerakan aliran air yang
27
kuat pada saat hujan sehingga menyebabkkan partikel-partikel yang terdapat pada
sungai terbawa dan mengendap.
Tinggi rendahnya tingkat kekeruhan dalam suatu perairan dapat
mempengaruhi proses fotosintesis dalam air hal ini berhubungan dengan tinggi
rendahnya tingkat cahaya matahari yang masuk kedalam air hal ini sesuai dengan
pernyataan dari Asdak (2004) yang menyatakan bahwa semakin kecil atau rendah
tingkat kekeruhan dalam maka semakin dalam cahaya matahari yang dapat masuk
ke dalam badan air menyebabkan semakin besar kesempatan bagi vegetasi untuk
melakukan proses fotosintesis sehingga menyebabkan persediaan oksigen dalam
air semakin besar. Kekeruhan tinggi juga disebabkan nilai padatan tersuspensi
yang tinggi, hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2003:63) yang menyatakan
kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak disebabkan oleh bahanbahan tersuspensi yang berukuran besar, yang berupa lapisan permukaan tanah
yang terbawa oleh aliran air saat hujan. Karena nilai kekeruhan awal belum
memenuhi batas maksimum Menteri Kesehatan, maka perlu ada pengolahan air
dengan metode jar test (koagulasi-flokulasi) dan bantuan PAC sebagai koagulan.
Rata-rata nilai kekeruhan disajikan pada Gambar 4.6.
200
197,11
180
149,1
Kekeruhan (NTU)
160
140
120
100
97,08
96,48
Kekeruhan Sebelum
Proses KoagulasiFlokulasi
80
Kekeruhan Setelah
Proses KoagulasiFlokulasi
60
Eff (%)
40
20
5,75
5,25
Pagi Hari
Sore Hari
Waktu Pengukuran
Gambar 4.6 Grafik Perbandingan Kekeruhan Sebelum (Awal) dan Setelah (Akhir)
Proses Koagulasi-Flokulasi pada Pagi dan Sore Hari
28
Rata-rata nilai kekeruhan akhir turun sebesar 97,08% pagi hari dan
96,48% sore hari,
29
menggunakan metode yang ketiga yaitu jar test dengan perbedaan jumlah
koagulan yang digunakan. Metode jar test mempunyai tahap penting, tahap
pertama pelarutan reagen dengan pengadukan cepat (koagulasi) selama 40 detik
dengan kecepatan 400 rpm. Tahap kedua pengadukan lambat untuk pembentukan
flok-flok (flokulasi) selama 7 menit dengan kecepatan 200 rpm. Tahap ketiga
proses sedimentasi atau pengendapan selama 20 menit.
Pada proses koagulasi atau pengadukan cepat ditambahkan PAC yang
bermuatan negatif (anion) sedangkan air bermuatan positif (kation). Muatan
kation dalam proses koagulasi-flokulasi adalah air sedangkan muatan anion adalah
koagulan. Fungsi dari koagulasi adalah pencampuran muatan positif dan negatif
untuk mendestabilisasi partikel-partikel koloid sehingga terjadi gaya tarik menarik
(Van Der Waals). Proses gaya tarik menarik antar muatan anion dan kation akan
akan menghasilkan microfloc. Apabila masuk pada proses flokulasi atau
pengadukan lambat akan terjadi penggabungan flok-flok kecil menjadi flok yang
lebih besar atau makroflok sehingga mudah untuk mengendap pada proses
sedimentasi dan tebentuk endapan lumpur. Apabila muatan anion dan kation
tidak saling berikatan, maka akan terjadi gaya tolak menolak sehingga partikelpartikel koloid kecil terpisah satu sama lain dalam bentuk suspensi. Hal ini
menyebabkan deflokulator atau tidak terjadi flok, sehingga dapat meningkatkan
nilai kekeruhan dan tidak terdapat endapan lumpur (Ebeling dan Ogden, 2004).
Oleh karena itu penentuan dosis optimum PAC berhubungan dengan proses
koagulasi-flokulasi.
Dosis optimum PAC dapat dilihat dari pengukuran kekeruhan akhir dan
banyaknya lumpur yang terendap setelah proses koagulasi-flokulasi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Khafila (2013), bahwa parameter yang sangat berpengaruh
terhadap penentuan dosis optimum adalah kekeruhan. Dosis yang paling optimum
dipilih berdasarkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2010), batas
maksimum nilai kekeruhan akhir adalah 5 NTU dan nilai ekonomis. Nilai
ekonomis maksudnya dosis yang paling rendah dengan nilai kekeruhan yang
sesuai baku mutu air. Nilai dosis optimum disajikan pada Gambar 4.7 dan Gambar
4.8.
450
40,45 40,45
35,95 35,95 460,5
400
Kekeruhan (NTU)
45
40,45
29,96
350
31,46
32,95
35
29,96
29,66 29,21
26,96
26,69
343,6
24,71
300
250
40
450
30
355,7
25
y = 5,2688x - 53,367
R = 0,8796
Kekeruhan
20
244,44 244
200
Volume Lumpur
150
15
149,7
100
166,25
121,54
10
110
94,83
50
153,67
500
30
65,03 69,48
10
15
20
25
30
35
40 45 50
Dosis (mg/l)
55
60
65
70
75
80
85
450
35,95
34,15
400
Kekeruhan (NTU)
45
38,95
35,95
35,95
33,7
32,35
29,73 29,21
350
428
32,95
30,56
40
36,96 471,5
35,95
35
393
30
26,96
300
y = 5,6046x - 69,809
R = 0,881
250
25
Kekeruhan
20
241
200
Volume Lumpur
196,33
150
162 163,53
213
15
175,67
10
100
50
70,9
85,2
0
0
10
15
20
25
30
35
40 45 50
Dosis (mg/l)
55
60
65
70
75
80
85
500
31
Menurut Rumpea (2009) pembentukan flok dengan PAC termasuk cepat dan
lumpur yang muncul lebih padat dengan volume yang lebih kecil dibandingkan
dengan alum karena gugus aktif alumina bekerja efektif mengikat koloid yang
diperkuat rantai polimer dari gugus polielektrolit sehingga gumpalan floknya
menjadi lebih padat. Endapan lumpur yang terbentuk tersebut dihitung volume
lumpur untuk mengetahui keefektifan PAC. Volume lumpur yang terbentuk
setelah proses koagulasi-flokulasi pada pagi dan sore hari naik turun, hal ini
terjadi disebabkan karena proses pengikatan antar muatan anion dan kation akan
terjadi gaya tarik menarik atau tolak menolak sehingga menghasilkan endapan
lumpur yang berbeda. Oleh karena itu penambahan PAC saat proses koagulasiflokulasi pada nilai kekeruhan awal tinggi belum tentu menghasilkan volume
lumpur yang tinggi.
Grafik penentuan dosis optimum PAC dengan nilai volume lumpur pada
Gambar 4.7 dan Gambar 4.8 menunjukkan pola polinomial dimana dosis menjadi
variabel x atau variabel bebas, sedangkan volume dan kekeruhan menjadi variabel
y atau variabel terikat. Hal ini dikarenakan dosis berpengaruh terhadap volume
lumpur pada tingkat kekeruhan. Nilai dosis diurutkan dari yang terkecil hingga
terbesar untuk memudahkan membaca grafik hubungan antara penambahan dosis
dengan volume lumpur.
32
air keruh dan mempengaruhi baku mutu air sungai. Rata-rata nilai kekeruhan
adalah 199,8 NTU, batas atas kekeruhan awal adalah 312,94 NTU dan batas
bawah kekeruhan awal adalah 86,66 NTU yang disajikan pada Gambar 4.9.
500
450
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
400
350
300
250
200
150
100
50
1
7
13
19
25
31
37
43
49
55
61
67
73
79
85
91
97
103
109
115
121
127
133
139
145
151
157
163
169
175
0
Jumlah Data
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Jumlah Data dengan Nilai Kekeruhan Pagi Hari
33
Nilai kekeruhan awal dan dosis optimum PAC diolah dan di analisis
dengan beberapa persamaan menggunakan Microsoft Excel 2007 dengan
kekeruhan awal sebagai variabel bebas (x) dan dosis PAC sebagai variabel terikat
(y). Berdasarkan persamaan eksponensial diperoleh hasil y = 21,885
dengan nilai korelasi R2 = 0,71. Persamaan logaritma menghasilkan y = 33,453
ln(x) 122,35 dengan
34
100
y = 0,155x + 17,54
R = 0,86
90
80
Dosis (mg/l)
70
60
50
40
30
20
10
0
0
50
100
150
200
250
300
350
Rata-rata Nilai Kekeruhan (NTU)
400
450
500
Gambar 4.10 Grafik Persamaan Rata-Rata Nilai Kekeruhan dan Dosis Pagi Hari
35
bersih tanpa melakukan metode jar test. Metode jar test yang dilakukan petugas
setiap harinya kurang efisien terhadap waktu dan tenaga. Dosis optimum yang
dipakai pada pengolahan air bersih harus sesuai dengan nilai kekeruhan.
Berdasarkan Gambar 4.11 tentang kurva standar dapat dimisalkan apabila nilai
kekeruhan air sungai sebesar 160 NTU maka dosis PAC yang dibutuhkan
menjernihkan air baku 42 mg/L. Kurva standar di atas hanya dapat digunakan
pada musim hujan dan nilai kekeruhan yang dianjurkan antara 10 NTU sampai
500 NTU. Apabila nilai kekeruhan baku mutu air melebihi yang dianjurkan, maka
dapat menggunakan persamaan pada Gambar 4.10 untuk mengetahui dosis
optimum PAC.
100
95,05
91,95
88,85
85,75
90
82,65
79,55
76,45
80
73,35
70,25
67,15
70
64,05
Dosis (mg/l)
60,95
57,85
60
54,75
51,65
48,55
50
45,45
42,35
39,25
36,15
40
33,05
29,95
26,85
30
23,75
20,65
20
10
0
20
40
60
80
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500
Nilai Kekeruhan (NTU)
Gambar 4.11 Kurva Standar Pemakaian Dosis Optimum PAC Pagi Hari
35
36
4.4.2 Pembuatan Kurva Standar Pemakaian Dosis PAC pada Sore Hari
Penelitian kualitas air di IPA Tegal Besar PDAM Jember dilaksanakan
pada musim hujan. Pengambilan baku mutu air sungai pada sore hari dilakukan
jam 15.00-16.00 WIB. Parameter yang di analisis adalah suhu, pH, TDS, TSS dan
kekeruhan. Kekeruhan merupakan parameter yang mempengaruhi dalam
pemberian dosis dan pembuatan kurva. Nilai kekeruhan awal di PDAM Jember
tidak memiliki standart sehingga pemberian dosis PAC berbeda. Nilai kekeruhan
saat penelitian dianggap sama pada tiap ulangan namun pemberian dosis berbeda
saat proses koagulasi-flokulasi. Gambar 4.12 menunjukkan nilai kekeruhan awal
sore hari yang bervariasi karena adanya beban pencemar seperti pembuangan
limbah pertanian, limbah rumah tangga dan adanya hujan sehingga air keruh dan
mempengaruhi baku mutu air sungai. Rata-rata nilai kekeruhan adalah 149,1
NTU,
600 batas atas kekeruhan awal adalah 271,67 NTU dan batas bawah kekeruhan
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
Batas Atas Kekeruhan Awal (NTU)
400
300
200
100
1
7
13
19
25
31
37
43
49
55
61
67
73
79
85
91
97
103
109
115
121
127
133
139
145
151
157
163
169
175
0
Jumlah Data
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Jumlah Data dengan Nilai Kekeruhan Sore Hari
Nilai kekeruhan yang hampir sama mengakibatkan dosis PAC sangat
bervariasi. Karena data yang dihasilkan terlalu banyak, sehingga perlu
36
37
nilai
kekeruhan
yang
sangat
berbeda
akan
disederhanakan.
Rata-rata Kekeruhan
Akhir
(NTU)
4,50
4,44
4,37
4,78
4,21
4,76
5,16
5,20
5,46
4,96
5,01
4,78
5,26
5,34
Nilai kekeruhan awal dan dosis optimum PAC diolah dan di analisis
dengan menjadi persamaan menggunakan Microsoft Excel 2007 dengan variabel
bebas (X) adalah kekeruhan awal dan variabel terikat (Y) adalah dosis.
Berdasarkan persamaan eksponensial diperoleh hasil y = 23,13
dengan
38
antara variabel bebas dan terikat yang memiliki sifat fungsional atau kausal
(sebab-akibat) (Asdak, 2004:306). Persamaan yang dihasilkan akan dijadikan
kurva penentuan dosis optimum PAC pada musim hujan sore hari. Persamaan
yang dihasilkan dalam bentuk grafik seperti berikut ini:
90
y = 0,139x + 20,34
R = 0,88
80
70
Dosis (mg/l)
60
50
40
30
20
10
0
0
50
100
150
200
250
300
350
Rata-rata Nilai Kekeruhan (NTU)
400
450
500
Gambar 4.13 Grafik Persamaan Rata-Rata Nilai Kekeruhan dan Dosis Sore hari
100
89,84
87,06
90
84,28
81,5
78,72
75,94
80
73,16
70,38
67,6
70
64,82
62,04
Dosis (mg/l)
59,26
56,48
60
53,7
50,92
48,14
50
45,36
42,58
39,8
37,02
40
34,24
31,46
28,68
30
25,9
23,12
20
10
0
20
40
60
80
100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500
Nilai Kekeruhan (NTU)
Gambar 4.14 Kurva Standar Pemakaian Dosis Optimum PAC Sore Hari
39
40
Gambar 4.14 dapat digunakan oleh IPA Tegal Besar PDAM Jember
sebagai acuan pengolahan air bersih tanpa melakukan metode jar test. Metode jar
test yang dilakukan petugas setiap harinya kurang efisien terhadap waktu dan
tenaga. Dosis optimum yang dipakai pada pengolahan air bersih harus sesuai
dengan nilai kekeruhan. Variasi nilai kekeruhan yang dipakai antara 20 NTU
sampai 500 NTU. Berdasarkan Gambar 4.14 tentang kurva standar dapat
dimisalkan apabila nilai kekeruhan air sungai memiliki nilai kekeruhan 80 NTU
maka dosis PAC yang dibutuhkan menjernihkan air baku 34 mg/l. Kurva
standar
pada Gambar 4.11 dan Gambar 4.14 dapat digunakan oleh Instalasi
41
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil penelitian ini, kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut.
1. Penentuan dosis optimum PAC pada musim hujan menggunakan 3 metode
yaaitu acuan penggunaan dosis PAC di IPA Tegal Besar, trial and error,
koagulasi-flokulasi. Dosis Optimum PAC selama musim hujan adalah 10
mg/l sampai 85 mg/l pada kekeruhan awal air baku 10 NTU hingga 500
NTU.
2. Pembuatan kurva standar penggunaan PAC terhadap kekeruhan awal
selama musim hujan ini bertujuan untuk membantu petugas PDAM
memperkirakan dosis PAC yang akan digunakan sesuai dengan tingkat
kekeruhan sumber baku air tersebut. Persamaan pagi hari y = 0,155x +
17,55 dan R = 0,86 sedangkan persamaan sore hari y = 0,138x + 20,34
dan R = 0,88 adalah persamaan regresi linier yang digunakan sebagai
kurva standar pemakaian PAC di IPA Tegal Besar.
5.2 Saran
1. Pada penelitian ini penentuan dosis dan pembuatan kurva standar dilakukan
di musim hujan. Sehingga perlu penelitian lanjutan pada musim kemarau
karena kondisi lingkungan yang berbeda.
2. Petugas di IPA Tegal Besar perlu pengecekan kualitas air secara berkala
dan mungkin perlu ditambahkan dalam buku acuan penggunaan koagulan
dengan nilai kekeruhan sebelum dan setelah koagulasi-flokulasi.
3. Perlu pengecekan hulu dan hilir Sungai Bedadung dan Kalijompo untuk
mengetahui beban pencemar yang diberikan pada air sungai.
42
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G dan Santika, S.S. 1984. Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha
Nasional.
Aziz, T., Pratiwi, D. Y., dan Rethiana, L. 2013. Pengaruh Penambahan Tawas
Al2(SO4)3 dan Kaporit Ca(OCl)2 terhadap Karakteristik Fisik dan Kimia
Air Sungai Lambidaro. Jurnal Teknik Kimia . No. 3, Vol. 19.
Dina, S., Barus, A. T., dan Dalimunthe, M. 2014. Pengaruh Limbah Cair Industri
Tahu terhadap Kualitas Air Sungai Babura Kecamatan Medam Polonia.
Jurnal Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Gebbie, P. 2005. A Dummys Guide to Coagulants. Bendigo: 68th Annual Water
Industry Engineers and Operators, Conference Schweppes Centre.
43
Hendrawat i, Delsy, S., dan Nurhasni. 2013. Penggunaan Biji Asam Jawa
(Tamarindus indica L.) dan Biji Kecipir (Psophocarpus tetragonolobus L.)
sebagai Koagulan alami dalam Perbaikan Kualias Ait Tanah. Prosiding
Semirata FMIPA. Lampung: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung.
Kusnaedi. 2002. Mengolah Air Gambut dan Air Kotor Untuk Kebutuhan Air
Minum. Jakarta: Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
44
Sofia, Y., Tontowi, dan Rahayu. S. 2010. Penelitian Pengolahan Air Sungai Yang
Tercemar Oleh Bahan Organik. Jurnal Sumber Daya Air. Vol. 6. No. 145160.
Dosis
(mg/l)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
40
40
30
25
40
45
60
60
40
40
20
15
30
30
40
45
60
65
60
Suhu
TDS
pH
pH
Akhir
Awal
Awal Akhir
(C)
(mg/l)
26,8
8,1
7,4
123
25,3
7,9
7,7
132
27,7
7,6
7,5
98
27,3
7,6
7,7
110
26,7
8
7,7
92
26,7
8
7,4
93
26,6
7
6,8
102
26,5
7
6,7
102
26,7
6,8
6,8
97
26,7
6,8
6,6
97
27
7,3
7
113
27,4
7,3
7,2
125
27,6
7,3
7
127
37,3
7,1
6,9
128
26
6,9
6,9
124
26,3
7,2
6,7
125
26,2
7,2
6,9
95
26,1
7,1
6,9
94
27
7,3
7,1
124
TDS
Akhir
(mg/l)
119
124
97
108
96
106
108
111
102
99
125
127
129
138
131
138
105
104
132
TSS
Awal
(mg/l)
105
105
90
90
101
101
128
128
115
115
78
78
125
125
102
102
122
122
164
TSS
Akhir
(mg/l)
7
14
10
7
7
9
16
6
7
9
6
14
4
9
13
7
9
11
25
Tinggi
Lumpur
(cm)
0,3
0,4
0,2
0,3
0,3
0,4
0,5
0,4
0,3
0,4
0,3
0,3
0,3
0,3
0,4
0,3
0,4
0,3
0,2
Volume
Lumpur
(cm)
26,96
35,95
17,97
26,96
26,96
35,95
44,94
35,95
26,96
35,95
26,96
26,96
26,96
26,96
35,95
26,96
35,95
26,96
17,97
Keterangan
Gerimis
Gerimis
Gerimis
Gerimis
Gerimis
Gerimis
Hujan
Hujan
Gerimis
Gerimis
Cerah
Cerah
Gerimis
Gerimis
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan
45
20
21
22
No.
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
65
60
60
242
234
267
5,3
5,89
6,51
26,5
26,5
26,2
25,9
26,2
26,2
7,3
7,4
7,2
7,1
7
6,9
124
124
122
Suhu
pH
pH
TDS
Akhir Awal Akhir Awal
(C)
(mg/l)
26,3
7,4
7
127
25,6
7,2
6,9
129
26,5
7,2
6,9
98
26,4
7,1
6,9
98
25,7
7,3
7,1
121
26,9
7,2
7,1
121
27,1
7,4
7
128
27,1
7,3
7,1
126
29,7
7,1
7
107
27,3
7,2
7
120
29,9
7,3
6,9
108
29,4
7,1
6,9
108
28,7
6,8
6,4
64
30,3
6,7
6,7
77
27,3
6,9
6,8
87
28,3
6,7
6,7
90
28,5
7,2
7
103
28
7,2
6,9
99
129
130
131
164
121
121
8
14
9
0,3
0,3
0,3
26,96
26,96
26,96
TDS
Akhir
(mg/l)
138
137
108
106
120
124
132
136
115
109
112
115
84
82
98
100
102
106
TSS
Awal
(mg/l)
128
128
222
222
102
102
87
87
175
175
275
275
303
303
356
356
186
186
TSS
Akhir
(mg/l)
10
9
5
17
8
14
5
7
12
8
11
17
13
5
8
13
10
6
Tinggi
Lumpur
(cm)
0,5
0,3
0,5
0,4
0,3
0,3
0,3
0,4
0,3
0,3
0,2
0,4
0,5
0,5
0,4
0,4
0,3
0,2
Volume
Lumpur
(cm)
44,94
26,96
44,94
35,95
26,96
26,96
26,96
35,95
26,96
26,96
17,97
35,95
44,94
44,94
35,95
35,95
26,96
17,97
Hujan
Hujan
Hujan
Keterangan
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Gerimis
Gerimis
Cerah
Cerah
Hujan
Hujan
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan
Hujan
46
41
42
43
44
45
46
30
30
40
45
20
15
84,5
70,3
185
194
84,1
80,4
28,3
26,8
27,1
27,2
27,1
27,8
7,2
7,2
7,1
7,1
7,1
7,1
7
7,1
6,8
6,9
7,1
5,7
115
115
119
119
117
117
105
120
129
129
121
128
70
70
256
256
104
104
pH
Awal
pH
Akhir
7,2
7,1
7,2
7,2
7,2
7
7,1
7
9
14
9
15
9
5
0,2
0,2
0,4
0,4
0,4
0,3
17,97
17,97
35,95
35,95
35,95
26,96
Cerah
Cerah
Gerimis
Gerimis
Cerah
Cerah
7,1
7
7
7,2
6,9
6,8
7
6,9
TDS
Awal
(mg/l)
118
120
121
125
96
97
84
81
TDS
Akhir
(mg/l)
126
127
125
124
103
102
91
92
TSS
Awal
(mg/l)
130
130
45
45
132
132
114
114
TSS
Akhir
(mg/l)
4
11
9
11
9
5
6
8
Tinggi
Lumpur
(cm)
0,3
0,2
0,4
0,4
0,3
0,3
0,4
0,4
Volume
Lumpur
(cm)
26,96
17,97
35,95
35,95
26,96
26,96
35,95
35,95
40
40
20
15
60
60
50
55
Kekeruhan
Akhir
(NTU)
5,78
5,52
3,33
4,88
5,16
4,84
5,25
4,89
Suhu
Awal
(C)
26,6
26,9
27
27,3
27,1
27
26,7
27
Suhu
Akhir
(C)
26,6
26,7
27,1
27,2
27,3
27,3
26,4
26,6
70
311
5,56
25,2
26,2
6,9
6,9
104
112
301
15
0,5
44,94
75
334
5,06
25,5
26,1
6,9
6,7
104
112
301
10
0,4
35,95
50
55
30
119
106
90,5
4,69
4,76
4,41
27,7
27,2
27
27,3
26,7
27,1
7,1
7
7
6,9
7
6,9
118
117
120
126
124
129
109
109
79
8
7
12
0,5
0,2
0,4
44,94
17,97
35,95
Dosis
(mg/l)
47
48
49
50
51
52
53
54
56
57
58
59
28,6
28,6
27,6
27,2
27,7
27,3
Kekeruhan
Awal
(NTU)
158
179
38,7
41,4
247
230
101
103
No.
55
5,5
4,99
5,32
5,31
5,52
4,49
Keterangan
Hujan
Hujan
Cerah
Cerah
Hujan
Hujan
Gerimis
Gerimis
Hujan
Deras
Hujan
Deras
Gerimis
Gerimis
Cerah
47
60
Mean
Median
Modus
Standar
Deviasi
Efisiensi
(%)
25
48,15
45
40
94,2
211,173913
197
142
6,6
5,24
5,26
4,45
27,2
27,13
27,05
26,5
27,1
27,38
27
26,7
7
7,22826
7,2
7,2
7
7,0
7,0
7
20,12
118,22
0,57
0,76
1,87
0,31
0,33
97,52
3,52
123
126
79
110,5217 116,20 152,8261
115
117
122
124
129
128
15,52
14,79
77,34
8
10,00
9
9
4,11
0,4
35,95
30,48
26,96
26,96
Cerah
7,69
93,46
48
A.2 Data Harian Kualitas Air pada Sore Hari (15.00-16.00 WIB)
No.
Dosis
(mg/l)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
40
40
30
25
20
15
60
65
20
20
20
20
20
15
40
35
60
60
30
35
Kekeruhan
Awal
(NTU)
115
140
61
62,9
49,1
51,1
210
269
45,5
60,4
60,2
66,8
42,2
41,4
80,7
88,4
202
202
79,2
82
Kekeruhan
Akhir
(NTU)
5,22
4,59
4,39
4,27
3,94
3,99
4,97
4,84
3,92
4,65
4,16
4,53
4,6
3,75
4,15
3,87
4,57
5,02
5,32
4,55
Suhu
Awal
(C)
27
26,6
27,6
28,2
25,9
25,9
28,9
28,2
28,6
28,2
28,4
29,4
30,6
29,6
28,9
28,4
26,2
26,5
28,7
28,8
Suhu
Akhir
(C)
28,4
28,5
27,8
27,7
25,6
25,7
28,2
28,1
28,6
28
29,2
29,1
29,6
29,1
28,6
28
26,2
27
28,5
28,2
pH
Awal
pH
Akhir
8
8
7,7
7,8
7,4
7,1
7,1
7,1
6,9
6,9
7,4
7,4
7,2
7,2
7,2
7,4
7,2
7,3
7,4
7,2
7,7
7,8
7,6
7,6
7
7
6,9
6,6
6,9
6,7
7,3
7,2
7,3
7,2
7,1
7,2
7,1
7,1
5,9
7,1
TDS
Awal
(mg/l)
126
128
118
118
117
113
110
109
110
114
131
129
130
132
122
121
125
124
134
115
TDS
Akhir
(mg/l)
132
132
124
123
120
117
118
120
114
122
124
134
134
129
130
129
133
130
142
121
TSS
Awal
(mg/l)
107
107
58
58
52
52
205
205
64
64
62
62
42
42
8
8
107
107
98
98
TSS
Akhir
(mg/l)
11
14
7
5
6
9
10
12
6
8
13
6
9
9
8
12
13
11
9
8
Tinggi
Lumpur
(cm)
0,3
0,4
0,3
0,4
0,2
0,3
0,2
0,3
0,4
0,3
0,2
0,3
0,3
0,3
0,3
0,3
0,4
0,2
0,4
0,3
Volume
Lumpur
(cm)
26,96
35,95
26,96
35,95
17,97
26,96
17,97
26,96
35,95
26,96
17,97
26,96
26,96
26,96
26,96
26,96
35,95
17,97
35,95
26,96
Keterangan
Gerimis
Gerimis
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Hujan
Hujan
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
Cerah
49
21
22
30
30
No.
Dosis
(mg/l)
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
20
25
50
55
40
45
40
45
60
65
80
80
70
75
80
80
50
55
80
72,1
Kekeruhan
Awal
(NTU)
32,3
82,2
142
142
82,6
87,1
114
124
233
231
484
520
393
428
409
473
131
173
4,64
4,74
Kekeruhan
Akhir
(NTU)
4,99
4,24
5,13
4,68
4,64
5,05
5,06
6,01
5,08
4,94
5,55
5,99
4,78
5,26
4,72
5,08
5,28
6,6
27,4
27,2
Suhu
Awal
(C)
26,8
26,8
27,1
26
28,2
28,4
27,7
27,6
33,2
28,5
30,9
27,2
27
27,8
29,7
28
29,5
27,2
27,3
26,9
Suhu
Akhir
(C)
27,2
26,9
26,9
25,9
28,9
28,4
28,3
28
30,1
29,4
28,5
30
29
29
30
29,3
29,3
29,1
7,3
7,3
7,1
7,2
pH
Awal
pH
Akhir
7,6
7,3
7,2
7,2
7,4
7,3
7,3
7,3
7,2
7,2
7,1
6,8
6,9
6
7
7
7,3
7,2
7,3
7,1
7,1
7
7,2
7,1
7,1
7,2
7
7
6,9
6,8
6,6
7
6,9
6,7
7,1
6,9
123
122
TDS
TDS
Awal Akhir
(mg/l) (mg/l)
124
128
122
131
110
118
112
119
122
130
123
128
123
129
123
129
93
116
108
116
89
98
91
98
52
59
51
64
99
108
101
108
103
112
104
119
130
129
TSS
Awal
(mg/l)
58
58
107
107
86
86
112
112
187
187
407
407
346
346
416
416
68
68
65
65
TSS
Akhir
(mg/l)
10
7
12
6
8
10
9
13
9
7
18
16
11
15
20
12
12
9
7
9
0,3
0,5
Tinggi
Lumpur
(cm)
0,3
0,3
0,4
0,4
0,2
0,2
0,2
0,4
0,5
0,4
0,2
0,4
0,4
0,3
0,5
0,5
0,4
0,4
26,96
44,94
Volume
Lumpur
(cm)
26,96
26,96
35,95
35,95
17,97
17,97
17,97
35,95
44,94
35,95
17,97
35,95
35,95
26,96
44,94
44,94
35,95
35,95
Cerah
Cerah
Keterangan
Cerah
Cerah
Gerimis
Gerimis
Cerah
Cerah
Gerimis
Gerimis
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Hujan Deras
Gerimis
Gerimis
50
41
42
43
44
45
46
20
20
40
45
60
65
50,4
54,1
179
205
218
223
No.
Dosis
(mg/l)
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
20
15
50
55
20
15
40
45
30
25
20
25
20
15
4,19
4,41
4,48
4,31
5,22
5,26
Kekeruhan Kekeruhan
Awal
Akhir
(NTU)
(NTU)
69,5
4,4
68,8
4,94
254
5,2
274
5,11
77
4,93
67,9
5,93
162
5,19
238
5,25
62,2
4,81
63,9
4,82
61,9
4,23
53,9
4,14
57
4,73
63,9
3,88
28,5
28
27,1
27,6
26,6
26,7
Suhu
Awal
(C)
27
27,4
27,7
28
28
28,1
27,2
27,1
27
27,5
27,6
27,9
27,6
28
27,8
27,7
27,4
27,2
26,3
26,2
Suhu
Akhir
(C)
27,1
27,4
28
28
26,4
28,1
27,2
27,1
28,1
27,6
28
28
28,2
28,1
7,2
7,2
7,2
7,2
7,1
7
7,1
7,1
6,9
7
6,9
6,7
117
116
120
120
72
72
pH
Awal
pH
Akhir
7,3
7,2
7,2
7,1
7,2
7,3
7,1
6,9
7,2
7
6,8
6,7
7,1
7
7,1
7,1
7,1
7,1
7,2
7,1
7
6,8
7
7
6,8
6,8
7
6,9
121
124
126
129
81
83
TDS
Awal
(mg/l)
120
118
124
128
112
111
101
117
115
114
140
138
130
128
41
41
117
117
231
231
TDS
Akhir
(mg/l)
122
121
133
133
111
115
106
109
120
113
120
140
134
122
TSS
Awal
(mg/l)
59
59
218
218
50
50
122
122
110
110
56
56
59
59
8
11
8
6
10
15
TSS
Akhir
(mg/l)
8
9
10
14
8
11
9
12
7
10
7
9
5
7
0,3
0,3
0,3
0,4
0,4
0,4
26,96
26,96
26,96
35,95
35,95
35,95
Cerah
Cerah
Hujan
Hujan
Hujan
Hujan
Tinggi Volume
Keterangan
Lumpur Lumpur
(cm)
(cm)
0,4
35,95
Cerah
0,4
35,95
Cerah
0,4
35,95
Cerah
0,5
44,94
Cerah
0,6
53,92
Cerah
0,4
35,95
Cerah
0,4
35,95
Hujan
0,5
44,94
Hujan
0,3
26,96
Cerah
0,3
26,96
Cerah
0,3
26,96
Cerah
0,3
26,96
Cerah
0,4
35,95
Cerah
0,5
44,94
Cerah
51
Mean
Median
Modus
Standar
Deviasi
Efisiensi
(%)
43,37
40
20
160,25
114,5
202
4,77
4,70
5,22
27,9848
27,9
28,2
28,07
28,2
28,5
7,23
7,2
7,2
7,05
7,1
7,1
112
117,5
122
119
123,5
129
132,35
98
107
10,09
10,09
9
30,09
30,09
26,96
20,20
131,17
0,59
1,41
1,17
0,31
0,31
19,05
17
114,16
3,30
7,86
97,02
2,5
92,38
52
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
436
436
449,1
449,1
489,4
489,4
458,6
458,6
448,8
448,8
453,3
453,3
474,2
474,2
444,9
444,9
425,3
425,3
421,5
421,5
449,8
449,8
422,4
422,4
426,5
426,5
446,3
446,3
397,4
397,4
446,4
446,4
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
446,5
446,5
458,1
458,1
499,5
499,5
471,4
471,4
460,3
460,3
461,1
461,1
486,7
486,7
455,1
455,1
437,5
437,5
437,9
437,9
461,9
461,9
445,2
445,2
448,7
448,7
456,5
456,5
406,1
406,1
463,9
463,9
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
105
105
90
90
101
101
128
128
115
115
78
78
125
125
102
102
122
122
164
164
121
121
228
228
222
222
102
102
87
87
175
175
53
No.
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
432,2
432,2
444,5
444,5
461,6
461,6
479,2
479,2
447,8
447,8
427,5
427,5
428
428
409
409
439,7
439,7
465
465
477,3
477,3
488
488
430,7
430,7
440,8
440,8
459,7
459,7
474,8
474,8
497,2
497,2
497,8
497,8
454,8
454,8
453,1
453,1
438,4
438,4
422
422
444,2
444,2
478,2
478,2
488,7
488,7
518,1
518,1
441,6
441,6
448,7
448,7
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
275
275
303
303
356
356
186
186
70
70
256
256
104
104
130
130
45
45
132
132
114
114
301
301
109
109
79
79
54
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
481,6
481,6
483,8
483,8
456,4
456,4
455,3
455,3
449,2
449,2
458,1
458,1
457
457
453,5
453,5
431,9
431,9
457,2
457,2
407,2
407,2
400,4
400,4
393,9
393,9
424,3
424,3
422,9
422,9
418
418
449,6
449,6
455
455
445,9
445,9
403
403
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
492,3
492,3
489,6
489,6
461,6
461,6
475,8
475,8
455,6
455,6
464,3
464,3
461,2
461,2
461,5
461,5
442,6
442,6
467
467
413,7
413,7
406,2
406,2
404,6
404,6
432,9
432,9
434,1
434,1
436,7
436,7
490,3
490,3
489,6
489,6
487,5
487,5
409,8
409,8
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
107
107
58
58
52
52
205
205
64
64
62
62
42
42
80
80
107
107
98
98
65
65
58
58
107
107
86
86
112
112
187
187
407
407
346
346
416
416
68
68
55
No.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
408,7
408,7
436,3
436,3
408,5
408,5
427,5
427,5
459,2
459,2
420,8
420,8
418
418
460
460
487,1
487,1
440,8
440,8
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
412,8
412,8
448
448
431,6
431,6
433,4
433,4
476
476
425,8
425,8
430,3
430,3
471
471
492,7
492,7
446,7
446,7
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
41
41
117
117
231
231
59
59
218
218
50
50
122
122
110
110
56
56
59
59
56
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
449,1
448,8
455,2
452,1
450,2
453,5
432,6
403,9
411,4
432,6
399,9
402,4
459,2
415,9
384
425
439,5
406,5
421,1
435,8
399,5
396,5
424,7
395,6
423,7
396,9
446,2
456
416,2
447,6
447,2
444,7
425,7
426,8
429,6
439,6
433,2
421,3
440,5
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
449,8
450,2
456,2
452,8
450,9
454,4
434,2
404,5
412,3
433,5
400,5
403,8
459,6
416,8
385,3
425,7
440,4
407,6
423,6
439,3
400,9
497,4
424,8
396,5
424,2
398,6
447
457,4
416,7
448,3
448,4
445,5
426,7
428,5
430,9
440,1
434
422,6
441,5
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
7
14
10
7
7
9
16
6
7
9
6
14
4
9
13
7
9
11
25
8
14
9
10
9
5
17
8
14
5
7
12
8
11
17
13
5
8
13
10
57
No.
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
453,9
420,1
436,7
436,1
406
435
427,5
410,2
413,5
443,2
476,2
473
465,3
442
439,4
442,2
447,8
474
465
462,1
482,2
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
454,5
421
438,1
407,5
448
435,9
433,4
410,6
414,6
444,1
477,3
473,9
465,8
442,6
440,2
443,7
448,8
474,8
465,7
463,3
483
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
6
9
14
9
15
9
5
4
11
9
11
9
5
6
8
15
10
8
7
12
8
58
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
475,1
456,6
476,7
442,1
432,6
445,2
403,9
474,2
462,2
433,5
463,8
425,8
416,5
434,7
409,2
463,1
420,1
431,5
427,9
449,8
399,7
420,2
419,6
422,7
398
470,6
400,1
447,2
398,8
422,5
432,1
410
415,2
427,2
444
457,8
427,7
427,4
437,7
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
476,2
458
477,4
442,6
433,2
446,1
404,9
475,4
462,8
434,3
465,1
425,6
417,5
435,6
410
464,3
421,4
432,6
428,8
450,6
400,4
421,1
417,6
423,9
398,6
471,4
401,1
448,1
400,1
423,4
432,8
411,8
416,8
428,3
445,5
459,8
428,9
428,6
438,6
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
11
14
7
5
6
9
10
12
6
8
13
6
9
9
8
12
13
11
9
8
7
10
7
12
6
8
10
9
13
9
7
18
16
11
15
20
12
12
9
59
No.
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
Berat kertas
saring kosong
setelah di
oven (a) mg
409,3
415,3
428,9
426
415,2
426
426
404,6
436,7
448,8
473,1
442
472
430,8
415
442,2
437,5
446,7
446,7
462,1
482,2
Berat kertas
saring + residu
setelah di
oven (b) mg
410,1
416,4
429,7
426,6
416,2
427,5
426,8
405,5
437,7
450,1
473,9
443,1
472,9
432
440,2
415,7
438,5
438,8
447,6
462,6
482,9
Volume
sampel (c) ml
TSS awal
(mg/l)
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
100
8
11
8
6
10
15
8
9
10
14
8
11
9
12
8
7
10
7
9
5
7
60
61
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Parameter
Satuan
Kadar Maksimum
yang Diperbolehkan
4
Keterangan
mg/L
500
1
A.
Fisika
1.
Bau
2.
3.
Jumlah
zat
padat terlarut
(TDS)
Kekeruhan
4.
Rasa
Skala
NTU
-
5.
Suhu
Suhu udara 3C
6.
Warna
Skala
TCU
50
B.
Kimia
-
6,5 8,5
1. pH
C.
Kesadahan
(CaCO3)
Mikrobiologi
1.
Koliform Tinja
2.
2.
mg/L
Jumlah
per 100
ml
Total Koliform Jumlah
per 100
ml
500
5
Tidak berbau
Tidak berasa
62
2.
3.
B.
Parameter
Fisika
Temperature
Residu
Terlarut
Residu
Tersuspensi
Satuan
Kelas
Keterangan
II
III
IV
deviasi
3
deviasi
3
deviasi
3
deviasi
5
mg/l
1000
1000
1000
2000
mg/l
50
50
400
400
Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional,
residu tersuspensi
5000 mg/l
6-9
6-9
6-9
5-9
Apabila secara
alamiah di luar
rentang tersebut,
maka ditentukan
berdasarkan
kondisi alamiah
1.
Kimia
Anorganik
pH
2.
3.
4.
BOD
COD
DO
mg/l
mg/l
mg/l
2
10
6
3
25
4
6
50
3
12
100
0
5.
mg/l
0,2
0,2
6.
7.
Total Fosfat
sebagai P
NO3 sbg N
NH3-N
mg/l
mg/l
10
0,5
10
(-)
20
(-)
20
(-)
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Arsen
Kobalt
Barium
Boron
Selenium
Kadmium
Khrom(VI)
Tembaga
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
0,05
0,2
1
1
0,01
0,01
0,05
0,02
1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
0,05
0,02
1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
0,05
0,02
1
0,2
(-)
1
0,05
0,01
0,01
0,2
16.
Besi
mg/L
0,3
(-)
(-)
(-)
Deviasi
temperature dari
keadaan
alamiahnya
Angka batas
minimum
Bagi perikanan
kandungan amonia
bebas untuk ikan
yang peka 0,02
mg/L sebagai NH3
Bagi Pengolahan
air minum secara
konvensional, Cu
1 mg/l
Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional, Fe
5 mg/l
No.
Parameter
Satuan
Kelas
Keterangan
17.
Timbal
mg/l
I
0,03
18.
19.
20.
Mangan
Air Raksa
Seng
mg/l
mg/l
mg/l
0,1
0,001
0,05
(-)
0,002
0,05
(-)
0,002
0,05
(-)
0,005
2
21.
22.
23.
24.
Khlorida
Sianida
Florida
Nitrit sbg N
mg/l
mg/l
mg/l
mg/l
600
0,02
0,5
0,06
(-)
0,02
1,5
0,06
(-)
0,02
1,5
0,06
(-)
(-)
(-)
(-)
25.
26.
Sulfat
Khlorin bebas
mg/l
mg/l
400
0,03
(-)
0,03
(-)
0,03
(-)
(-)
27.
Belerang
sebagai H2S
mg/l
0,002
0,002
0,002
(-)
C.
1.
Mikrobiologi
Fecal
colifrom
Total
colifrom
100
1000
2000
2000
1000
5000
10000
10000
Bg/l
Bg/l
0,1
1
0,1
1
0,1
1
0,1
1
ug/l
1000
1000
1000
(-)
ug/l
200
200
200
(-)
ug/l
(-)
Ug/l
ug/l
210
17
210
(-)
210
(-)
(-)
(-)
ug/l
ug/l
3
2
(-)
2
(-)
2
(-)
2
2.
D.
1.
2.
E.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Radioaktivitas
Groos-A
Groos-B
Kimia
Organik
Minyak dan
Lemak
Detergen sbg
MBAS
Senyawa
Fenol sbg
Fenol
BHC
Aldrin /
Dieldrin
Chlordane
DDT
Jml/100
ml
Jml/100
ml
II
0,03
III
0,03
IV
1
Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional, Pb
0,1 mg/l
Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional, Zn
5 mg/l
Bagi pengolahan
air minum secara
konvensional,
NO2_N 1 mg/l
Bagi ABAM tdk
dipersyaratkan
Bagi pengolahan
air minum scr
konvensional, S
sebagai H2S 1
mg/l
Bagi pengolahan
air minum scr
konvensional,
fecal colifrom
2000jml/100ml
dan total colifrom
10000
jml/100ml
63
No.
8.
9.
10.
11.
12.
Parameter
Heptichlor
dan
heptachlor
epoxide
Lindane
Methoxyclor
Endrin
Toxaphan
Satuan
Kelas
64
Keterangan
ug/l
I
18
II
(-)
III
(-)
IV
(-)
ug/l
ug/l
ug/l
ug/l
56
35
1
5
(-)
(-)
4
(-)
(-)
(-)
4
(-)
(-)
(-)
(-)
(-)
Keterangan :
mg = miligram
ug= mikrogram
ml= militer
l= liter
Bq= Bequerel
MBAS = Methylene Blue Active Substance
ABAM= Air Baku untuk Air Minum Logam berat merupakan logam terlarut
Nilai di atas merupakan batas maksimum, kecuali untuk pH dan DO.
65
F. Foto Penelitian
F4. pH meter
F3. TDS meter
66
F8. Cawan
67
68
Nov
Des
Jan
Feb
Bulan
Mar Apr Mei
Jun
Jul
Agst
Sept
100
y = 21,885e0,0034x
R = 0,71
90
90
80
y = 33,453ln(x) - 122,35
R = 0,83
80
70
60
50
40
30
70
60
50
40
30
20
20
10
10
100
200
300
400
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
0
0
100
200
300
400
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
69
100
100
90
80
Dosis PAC (mg/l)
Dosis PAC(mg/l)
80
y = 0,155x + 17,547
R = 0,86
90
70
60
50
40
70
60
50
40
30
30
20
20
10
10
0
0
100
200
300
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
400
500
100
200
300
400
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
70
100
y = 23,13e0,0031x
R = 0,7288
90
80
80
70
70
90
60
50
40
y = 27,679ln(x) - 91,671
R = 0,87
60
50
40
30
30
20
20
10
10
0
0
0
100
200
300
400
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
100
200
300
400
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
71
100
90
90
80
y = -0,0004x2 + 0,3336x + 4,0772
R = 0,86
70
70
Dosis PAC (mg/l)
80
y = 0,1386x + 20,335
R = 0,88
60
50
40
30
60
50
40
30
20
20
10
10
0
0
100
200
300
400
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
100
200
300
400
Nilai Kekeruhan Awal (NTU)
500
72