MOTTO :
PERSEMBAHAN :
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya serta memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan penuh perjuangan. Dengan segala kehormatan dan kerendahan hati
kupersembahkan kebahagiaan ini kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia dan anugerah yang begitu
besar serta kemudahan dan pertolongan-Nya.
2. Kedua orang tuaku, Ayahanda (Suryamin) dan Ibunda (Idaeliza) orang tua
yang terhebat yang aku cintai yang selalu mendoakanku, menyayangi,
membimbing dan telah bekerja keras dengan penuh pengorbanan, keikhlasan,
serta kesabaran hingga saya dapat menyelesaikan studi ini. Terimakasih telah
menjadi penyemangat terbesarku.
3. Semua keluarga besarku dan saudara-saudara yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan studiku.
4. Adik tersayang (Zahara) yang telah mendoakan serta memberikan semangat
disaat susah dan senang.
5. Seluruh dosen Program Studi D3 Laboratorium Sains, terutama dosen
pembimbing utama Ibu Fades Br Gultom, S.Pd., M.Sc dan dosen pembimbing
pendamping Bapak Heriansyah, S.Pd., M.Sc serta dosen penguji Bapak Refpo
Rahman, S.Pd., M.Si yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi
yang sangat berharga untuk mencapai kesuksesan dimasa depan.
6. Sahabat-Sahabatku (Sinta Marsella, Hafiza, Yayang, Sella, Donna, Silvia,
Nofvra, Aziza Amell, Ratih, Fiora) selalu memberikan dukungan, semangat,
bantuan, motivasi, dan selalu menjadi tempat berkeluh kesahku. Semoga
persahabatan yang terjalin dikampus ini sampai selamanya.
iv
7. Keluarga Besar Pondokan Nina 2 (Ayuk Ta, Menix, Vivot, Yum, Tillut) dan
teman-teman seperjuanganku di D3 Laboratorium Sains angkatan 2019
terutama teman penelitian (Ratih dan dahlia) kenangan bersama kalian akan
selalu ku ingat.
8. Almamater yang selalu saya banggakan Universitas Bengkulu.
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sumur bor dengan
sumur gali di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu dengan menggunakan
parameter fisik. Parameter yang diukur adalah kekeruhan, TDS, warna, suhu, bau dan
rasa. Penetapan status kualitas air dilakukan dengan dua metode, yaitu metode Storet
dan metode Indeks Pencemaran (IP). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30
sampel yang terdiri dari 15 sampel sumur bor dan 15 sampel sumur gali. Hasil kajian
menunjukkan status kualitas air di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu
berdasarkan hasil analisis sampel sumur bor dan gali menggunakan metode IP, IP ≤ 1
atau tergolong memenuhi baku mutu. Sedangkan status kualitas air berdasarkan hasil
analisis metode Storet untuk sumur bor tergolong kelas B atau tercemar ringan
dengan skor -10 dan skor -16 untuk sumur gali atau kategori kelas C tercemar sedang.
Perbedaan hasil analisis menggunakan metode Storet dan metode Indeks Pencemaran
(IP) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain letak geografis, jumlah sampel yang
diambil dan jenis data yang bukan merupakan data runtun waktu. Dari kedua metode
indeks kualitas air, metode Storet dianggap lebih logis, dimana indeks kualitas air
dihitung berdasarkan maksimum, minimum dan disimpulkan dari data koleksi
spesimen kualitas air. Namun penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut mengenai
penyebab perbedaan hasil yang diperoleh pada kedua metode tersebut. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sumur bor dan sumur gali pada penelitian ini
masih tergolong cemar ringan sehingga masih layak digunakan keperluan higiene
sanitasi.
Kata kunci : Air sumur, Kualitas air, Parameter fisika, Metode IP, Metode Storet.
vii
ABSTRACT
This study aims to determine the water quality of drilled wells with dug wells
in Ratu Samban sub-district, Bengkulu City using physical parameters. The
parameters measured were turbidity, TDS, color, temperature, odor and taste.
Determination of water quality status was carried out by two methods, the Storet
method and the Pollution Index (IP) method. The number of samples in this study
were 30 samples consisting of 15 drilled well samples and 15 dug well samples. The
results of the study show the status of water quality in the Ratu Samban sub-district,
Bengkulu city based on the results of the analysis of drilled and dug well samples
using the IP method, IP ≤ 1 or classified as standard category. Meanwhile, the water
quality status based on the results of the Storet method analysis for drilled wells is
classified as class B or lightly polluted with a score of -10 and -16 or class C
category or moderately polluted for dug wells. The differences in the results of the
analysis using the Storet method and the (IP) method is influenced by several factors
including the geographical, the number of samples taken and the type of data that is
not time series data. From the two water quality index methods, the Storet method is
considered more logical, where the water quality index is calculated based on the
maximum, minimum and concluded from the data from the water quality specimen
collection. However, this research needs to be studied further regarding the causes of
the differences in the results obtained in these two methods. Thus, it can be concluded
drilled wells and dug wells in this study are still classified as lightly polluted, so it is
still feasible to use sanitation hygiene.
viii
KATA PENGANTAR
Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis sangat merasakan sekali bantuan
dari berbagai pihak, baik itu berupa bimbingan, dukungan, kritikan, saran, material
dan lainnya yang semuanya sangat berarti. Pada kesempatan ini kepada semua pihak
yang telah membantu demi kelancaran penyusunan tugas akhir ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih setulusnya, terkhusus penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Jarulis, S.Si., M.Si selaku dekan fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu, yang telah mendukung dan
memfasilitasi serta berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan program studi
D3 Laboratorium Sains Universitas Bengkulu.
2. Bapak Drs. Hery Haryanto, M.Sc selaku ketua prodi D3 Laboratorium Sains,
yang selama ini telah memberikan dukungan, bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat selama masa perkuliahan dan motivasi sehingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan.
3. Ibu Fades BR. Gultom S.Pd., M.Sc selaku dosen pembimbing utama, yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan,
saran, ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan motivasi sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
4. Heriansyah, S.Pd., M.Sc selaku dosen pempimbing pendamping, yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan,
ix
saran, ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan motivasi sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Refpo Rahman, S.Pd., M.Si selaku dosen penguji, yang telah memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
6. Seluruh dosen program studi D-3 Laboratorium Sains, PLP Laboratorium
Kimia, Biologi dan Fisika yang tak pernah lelah memberikan bimbingan,
arahan, nasihat dan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan
praktikum.
x
DAFTAR ISI
xi
2.8 Metode Indeks Pencemaran.............................................................................. 11
2.9 Teknik Sampling .............................................................................................. 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 12
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................ 13
3.2.1 Alat............................................................................................................. 13
3.2.2 Bahan ......................................................................................................... 13
3.3 Langkah Percobaan .......................................................................................... 13
3.3.1. Pengambilan Sampel air ........................................................................... 13
3.3.2 Pengukuran kekeruhan air dengan turbiditimeter ...................................... 14
3.3.3 Pengukuran TDS ....................................................................................... 15
3.3.4 Pengukuran Suhu ....................................................................................... 16
3.3.5 Pengujian Bau ............................................................................................ 17
3.3.6 Pengujian Warna ........................................................................................ 17
3.3.7 Analisis Data .............................................................................................. 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 23
4.1 Hasil.................................................................................................................. 23
4.2 Perhitungan ....................................................................................................... 24
4.3 Pembahasan ...................................................................................................... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 33
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 33
5.2 Saran ................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35
LAMPIRAN ............................................................................................................... 37
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air……………………….20
Tabel 4. 1 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Bor…………….23
Tabel 4. 2 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Gali ............. 24
Tabel 4. 4 Tabel Perhitungan Skor Sampel Sumur Bor dengan Metode Storet ......... 27
Tabel 4. 5 Tabel Perhitungan Skor Sampel Sumur Gali dengan Metode Storet ........ 27
xiii
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya oleh pola sirkulasi air, penguapan, curah
hujan dan adanya aliran sungai (Patty, 2013). Daerah rawa memiliki kandungan air
yang mengandung zat organik, mikroorganisme berbahaya, logam berat, serta bakteri
yang terdapat di dalam air yang bisa mengganggu kesehatan (Agmalini dkk, 2013).
Hal ini menyebabkan air rawa tidak dianjurkan untuk digunakan karena air rawa
memiliki pH yang cenderung bersifat asam, pH air yang bisa dikonsumsi tidak boleh
melebihi 6,5-8,5 (Permenkes No 416, 1990).
Kondisi kualitas air mencakup parameter fisik dan kimia yang memenuhi
syarat kesehatan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat- kondisi serta pengawasan kualitas air. Air
yang memenuhi parameter fisik merupakan air yg tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna, tidak keruh atau jernih, suhu, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang
rendah. Sedangkan parameter kimia air tidak mengandung zat- zat kimia yang
beracun, ataupun kandungan logam yg melebihi baku mutu air bersih (Djokosetiyanto
dan B Hardjojo. 2005).
Penelitian sebelumnya, Hermawan (2017) menjelaskan tentang pencemaran
air yang terjadi di Sungai Indragiri akibat limbah domestik dan penambangan emas
illegal, hasil penelitian ini menunjukan status pencemaran kualitas air pada sungai
Indragiri Ruas Kuantan Tengah melalui metode storet dan metode indeks
pencemaran. Berdasarkan baku mutu kelas I untuk metode storet kualitas air
termasuk kedalam cemar berat, sedangkan pada metode indeks pencemaran kualitas
air termasuk kedalam cemar sedang, dalam baku mutu kelas II status kualitas air
termasuk kedalam cemar sedang, baik menggunakan metode storet maupun
menggunakan metode indeks pencemaran. Penelitian lainnya, Purnamasari (2017)
hasil penelitian ini menunjukan bahwa status mutu air menggunakan metode storet
termasuk cemar sedang digolongkan pada kelas C, sedangkan status mutu air
menggunakan metode indeks pencemaran termasuk cemar ringan.
Pada permasalahan tersebut perlu dilakukan perhitungan status mutu air
kecamatan Ratu Samban kota Bengkulu. Penentuan status mutu air dilakukan dengan
dua metode, yaitu metode storet dan indeks pencemaran. Kedua metode tersebut
3
2.1 Air
5
6
derajat pencemaran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno, 2004).
Air danau atau rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada
cekungan permukaan tanah. Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh
adanya zat organis yang membusuk (batang-batang kayu, daun, dan lainnya)
(Sutrisno, 2004). Rawa merupakan genangan air yang terbentuk secara alamiah yang
terjadi secara musiman dan terus menerus yang di akibatkan oleh drainase alamiah
yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi, dan
biologis (Peraturan Pemerintah Tahun 1991).
Air gambut merupakan air permukaan yang berasal dari tanah bergambut
dengan ciri-ciri mempunyai warnanya merah kecoklatan, rasa asam (pH 2-5), tingkat
kesadahan rendah, mengandung zat organik yang cukup tinggi. Air rawa mempunyai
pH asam, daya hantar listrik yang kecil, serta nilai kekeruhan BOD, COD, dan TSS
yang tinggi, (Surest dkk, 2012).
serta parameter wajib dan juga parameter tambahan. Parameter wajib adalah
parameter yang wajib harus diperiksa secara terus menerus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan
untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi
pencemaran berkaitan dengan parameter tambahan.
Tabel 2. 1 Daftar parameter wajib fisika guna higienis sanitasi
tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan
yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air dan akan
mempengaruhi proses fotosintesis diperairan. Tingginya kadar TDS dapat mencemari
badan air (Ahmad dan El-Dessouky, 2008).
2.4 Turbiditimeter
Turbidimeter adalah sebuah instrument yang dipakai guna mengukur
kekeruhan pada air. Turbiditimeter yang digunakan untuk mengukur turbidity
berprinsip pada spektroskopi absorpsi, dan yang diukur adalah absorpsi akibat
partikel yang tercampur. Sensor turbidity atau sensor kekeruhan menggunakan
prinsip memanfaatkan cahaya bekerja dengan mengeluarkan cahaya dan menerima
cahaya, ketika sensor didiamkan didalam air maka cahaya yang dipancarkan dan
diterima akan dipengaruhi oleh kekeruhan air tersebut (Herian dan Lasut, 2019).
Kekeruran air dapat disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik bersifat
organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan logam dan
batuan, sedangkan zat organik dapat berasal dari lapukan tumbuhan dan hewan.
Kekeruhan (turbidity) adalah keadaan dimana transparansi air berkurang akibat
kehadiran zat-zat tak terlarut. Zat-zat ini dapat berasal dari bahan-bahan organik dan
anorganik yang terkandung dalam air. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat di bidang elektronika dan instrumentasi telah
memungkinkan diciptakannya alat-alat ukur yang bekerja secara digital termasuk alat
uji kekeruhan air.
2.5 Suhu
Suhu pada suatu badan air akan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian
dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran,
serta kedalaman badan air. Suatu perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia, dan biologi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya
disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi disekitar sumber air tersebut, sehingga
10
2.6 Spektrofotometer
Spektrofotometer dapat menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorsi, spektrofotometer juga dapat
digunakan untuk mengukur energi relatif jika energi tersebut ditransmisikan sebagai
fungsi panjang gelombang, kelebihan spektrotometer dengan fotometer yaitu panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih dideteksi dan cara ini diperoleh dengan
pengurai seperti prisma, grating dan celah optis. Spektrofotometer adalah suatu
alat/instrument yang dilengkapi dengan sumber cahaya (gelombang elektromagnetik),
baik cahaya UV (ultra violet) ataupun cahaya nampak (visible). Spektrofotometer
dapat membaca dan mengukur kepekatan warna dari sampel dengan menggunakan
panjang gelombang tertentu. (Pudjah, 2016).
12
13
3.2.1 Alat
1. Turbiditimeter 2100 N
2. Spektrofotometer
3. Gelas
4. TDS meter
5. Botol air mineral bekas
6. Beaker Glass
3.2.2 Bahan
1. Sampel air sumur bor dan sumur gali
2. Tissu
3. Pena
4. Kertas
5. Akuades
1. Dilakukan survey secara langsung ke sumur milik warga yang berada di titik
lokasi pengambilan sampel
2. Dilakukan wawancara kepada pemilik sumur untuk mengetahui jenis sumur
yang digunakan, bagaimana cara pengambilan, dan cara pemakaiannya.
3. Dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan timba air untuk sumur
gali. Sedangkan sumur bor di lakukan pengambilan sampel air melalui keran.
4. Sampel air sumur di letakkan di dalam botol aqua 1,5 liter
14
Mulai
Persiapan sampel
Pengambilan data
Tidak
Ya
Analisis data
Selesai
Mulai
Persiapan sampel
Pengambilan data
Tidak
Ya
Analisis data
Selesai
Gambar 3. 3 Diagram alir pengukuran TDS
Mulai
Persiapan sampel
Pengambilan data
Tidak
Ya
Analisis data
Selesai
Gambar 3. 4 Diagram alir pengukuran suhu
Mulai
Pengambilan data
Tidak
Ya
Analisis data
Selesai
Tabel 3.1 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air
Metode ke dua yang digunakan dalam penentuan kualitas air sumur bor dan
sumur gali di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu yaitu metode Indeks
pencemaran sebagai cara menentukan tingkat pencemaran yang relative terhadap
parameter kualitas air yang diizinkan. Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks
Pencemaran ini dapat memberi masukan pada pengambilan keputusan agar dapat
21
menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa
pencemaran. Indeks pencemaran mencakup berbagai kelompok parameter kualitas
yang independent dan bermakna. Berikut merupakan persamaan Indeks Pencemaran:
√
I𝑃𝑗 = ………………………………………………………..(3.1)
Dimana:
IPj = indeks pencemaran bagi peruntukan
j Ci = konsentrasi parameter kualitas air
i Lij = konsentrasi parameter kualitas air I yang tercantum dalam baku mutu air
M = Maksimum
R = rata-rata
Perhitungan Indeks Pencemaran ini sesuai dengan pedoman yang ada pada
keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 dilakukan sesuai
dengan prosedur sebagai berikut:
( ) 𝑏𝑎𝑟𝑢 = ………………………….....(3.2)
( ) 𝑏𝑎𝑟𝑢 = ………………………....(3.3)
22
( ) 𝑏𝑎𝑟𝑢 = ……………………......(3.4)
c. Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0 misal Ci/Lij= 0,9
dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan
C4/L4j = 10. Pada contoh ini tingkat kerusakan badan air sangat sulit
ditentukan. Cara mengatasinya:
1. Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran jika nilai ini lebih kecil dari
1,0
2. Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih
besar dari 1,0 dengan perhitungan nilai (Ci/Lij)baru
( )baru = 1+P.log(Ci/Lij)hasilpengukuran……………………...(3.5)
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis laboratorium untuk parameter
kekeruhan, TDS, warna, suhu, rasa dan bau dapat diperlihatkan pada (Tabel 4.1 dan
4.2).
Tabel 4. 1 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Bor
Tabel 4. 2 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Gali
4.2 Perhitungan
1. Perhitungan Indeks Pencemaran (IP)
1. Suhu
Baku mutu suhu =±3 (Lij)
Konsentrasi suhu = 29,8 (Ci)
Karena suhu merupakan parameter yang memiliki rentang maka digunakan
persamaan (3.4)
Lij (rata-rata) =
(Ci/Li) baru =
=
= 0,95
25
2. Kekeruhan (NTU)
Baku mutu kekeruhan = 25 (Lij)
Konsentrasi kekeruhan = 4,2 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,168
√
IP =
√
=
= 0,66
26
√ 0,66
IP =
√
0,51
IP =
Tabel 4. 5 Tabel Perhitungan Skor Sampel Sumur Gali dengan Metode Storet
4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis laboratorium untuk parameter
kekeruhan memperlihatkan variasi yang baik dan stabil berkisar antara 0,28 - 18,9
NTU pada sumur bor dan sumur gali 0,43 – 17,73 NTU. Terdapat dua sampel air
sumur gali dan sumur bor yang memiliki nilai kekeruhan yang cukup tinggi pada
sampel sumur gali no 3 yaitu 17,73 NTU dan sumur bor no 15 yaitu 18,7 NTU.
Sampel tersebut terdapat diwilayah Penurunan dan Anggut Atas. Nilai tersebut masih
pada katagori tidak melewati baku mutu kekeruhan guna higiene sanitasi yakni kadar
maksimum 25 NTU. Adapun faktor penyebab kekeruhan pada air sumur disebabkan
oleh faktor keadaan sekitar sumur. Sumur yang berada di dekat rawa cenderung
memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, hal ini disebabkan oleh kontaminasi
28
rembesan air rawa yang masuk kedalam air sumur. Air rawa juga biasa disebut
dengan limbah, hal ini dikarenakan air rawa memiliki kandungan Fe, Mn dan
mikroorganisme berbahaya seperti e-coly. Kekeruhan pada air rawa biasanya
disebabkan oleh partikel-partikel atau suspensi yang tidak larut yang termasuk
kedalam zat organik maupun anorganik (Agmalini dkk, 2013).
Hasil pengukuran warna (TCU) menunjukan nilai yang sangat bervariasi
antara 2 – 257 TCU untuk sumur bor dan sumur gali 2 – 230 TCU. Hasil pengujian
warna air sampel menunjukkan nilai warna tertinggi terdapat di wilayah Penurunan
pada sampel sumur bor no 15 yaitu 257 TCU dan Anggut Atas pada sampel no 3
yaitu 230 TCU. Hal ini dikarenakan sumur bor tersebut mengalami kebocoran pipa
sehingga air menjadi berwarna kuning sedangkan sumur gali beradekatan kolam ikan
dan termasuk wilayah rawa. Warna pada air dapat disebabkan karena adanya bahan
organik dan bahan anorganik, keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam
(misalnya besi dan mangan), serta bahan bahan lain. Adanya oksida besi
menyebabkan air berwarna kemerahan, keberadaan oksida mangan menyebabkan air
berwarna kecokelatan atau kehitaman (Effendi, 2003). Sementara Menurut Slamet
(2001), bahan yang menimbulkan warna dihasilkan dari kontak antara air dengan
reruntuhan organis seperti daun dan kayu, yang semuanya dalam tingkat-tingkat
pembusukan. Warna juga dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat, sehingga
bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun,
sehingga berdampak terhadap keadaan kesehatan pengguna air.
Hasil pengukuran TDS pada air sumur bor dan sumur gali menunjukkan
angka yang relatif besar yakni berkisar antara 31 – 296 mg/l. Angka tersebut
termasuk besar tetapi tidak melebihi standar maksimum baku mutu air higiene
sanitasi menurut Peraturan menteri kesehatan no 32 tahun 2017 yaitu 1000 mg/l. Zat
padat terlarut (Total Dissolved Solids) merupakan padatan yang terdiri dari senyawa-
senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya.
Zat padat terlarut dapat dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme. Jika
kandungannya berlebih maka fluktuasi kegiatan mikroorganisme mengakibatkan
fluktuasi zat padat di dalam air sehingga kualitas air menjadi menurun. Tingginya
29
kemungkinan disebabkan oleh aktivitas bakteri. Sedangkan rasa pada air disebabkan
karena adanya gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan
limbah cair dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk
disinfektan seperti klor.
Berdasarkan penilaian dengan sistem metode storet yang mengukur parameter
fisika (kekeruhan, TDS, warna dan suhu), status mutu air di wilayah kecamatan Ratu
Samban pada sumur bor dan sumur gali termasuk kedalam kategori kelas B (baik atau
cemar ringan) dengan skor -10 dan kelas C (cemar sedang) dengan skor -16.
Penentuan ini ditentukan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA” (Environmental
Protection Agency) yaitu skor -1 sampai dengan -10 untuk kelas baik atau cemar
ringan dan skor -11 sampai dengan -30 kelas sedang atau cemar sedang. Parameter
yang sangat mempengaruhi penurunan kualitas air terjadi pada parameter warna dan
suhu. Menurut Saraswati dkk, (2014) mengatakan bahwa metode storet memiliki
sensitivitas yang tinggi atau sensitif merespon dinamika indeks kualitas air terhadap
semua parameter uji yang dianalisis dan dibandingkan dengan baku mutunya.
Semakin banyak parameter uji yang melebihi baku mutu maka akan semakin buruk
kualitas air. Tinggi rendahnya skor mutu air dipengaruhi oleh keadaan sekitar sumur,
sumur pada lokasi penelitian berdekatan langsung dengan rawa-rawa dan tempat
pembuangan limbah rumah tangga, lokasi sumur yang berada di bawah pohon yang
menyebabkan banyaknya dedaunan jatuh, juga terdapat algae di sekitar dinding
sumur dapat menjadi salah satu pemicu turunnya kualitas air (Nicola, 2015).
Berdasarkan hasil perhitungan metode indeks pencemar (IP) status mutu di
wilayah kecamatan Ratu Samban baik sumur bor maupun sumur gali termasuk
memenuhi baku mutu dengan IP ≤ 1, dilihat dari nilai IP yang didapatkan yaitu 0,66
untuk sumur bor dan 0,51 sumur gali. Berdasarkan KepMen LH No.115 Tahun 2003
tentang pedoman penentuan Status Mutu Air, nilai Indeks Pencemaran yang berada
pada IP ≤ 1 maka di katagorikan memenuhi baku mutu karena nilai IP nya lebih kecil
dari satu.
Metode indeks pencemaran dan storet mempunyai perbedaan dan persamaan.
Persamaannya yaitu memberikan fleksibilitas penentuan jumlah dan jenis parameter
31
yang digunakan untuk menghitung indeks. Menurut Jubaedah dkk (2015), terdapat
beberapa keunggulan metode storet yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
menentukan status mutu air. Perhitungan metode storet dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Metode storet lebih sensitive dan representatif serta dapat dengan
mudah mengidentifikasi kontaminan yang menyebabkan pencemaran. Namun storet
juga memliki kekurangan yaitu tidak bisa diaplikasikan dengan menggunakan data
sesaat, data harus dalam bentuk data time series. Hal ini menyebabkan metode storet
kurang efisien dilihat dalam segi waktu, tenaga dan biaya. Metode storet juga
memiliki batasan parameter yang akan mempengaruhi skor pembobotan seperti yang
dijelaskan di US-EPA.
Pada perhitungan indeks pencemaran, tidak ada skema skor subindeks atau
skor subyektif per parameter, parameter paling signifikan dihitung atas dasar
perbandingan terbesar dari konsentrasi terhadap baku mutunya. Metode indeks
pencemaran dihitung dengan mempertimbangkan ratio konsentrasi suatu parameter
dengan baku mutunya (Ci/Lij) maksimum dan rerata ratio sejumlah parameter
kualitas air, hanya dari suatu atau single waktu kegiatan pengambilan spesimen
kualitas air. Dengan demikian data kualitas air yang diukur dari satu single sampling
kualitas air adalah data kondisi sesaat. Selain kekurangan, metode indeks pencemaran
juga memiliki kelebihan yaitu dari segi penentuan status mutu air, dibandingkan
dengan metode storet yang memerlukan banyak parameter, pada indeks pencemaran
sedikit parameter dapat digunakan sehingga metode indeks pencemaran lebih efisien,
mudah dan cepat dalam menyimpulkan status mutu air. Data yang diperlukan dalam
menentukan status mutu air tidak perlu dalam bentuk time series sehingga dalam
sekali pengambilan sampel langsung bisa dianalisis dan dihitung status mutunya
menggunakan IP. Sehingga kontaminasi dapat diketahui secara langsung dan cepat
(Jubaedah dkk, 2015).
Pada masing-masing metode indeks kualitas air mempunyai perbedaan dalam
jumlah pengkelasan status mutu air. Kedua metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Hal yang selanjutnya dapat dipertimbangkan adalah
menyesuaikan metode penentuan status mutu air dengan karakteristik yang ada pada
32
badan air di daerah setempat. Perbedaan hasil analisis menggunakan metode Storet
dan metode indeks pencemaran (IP) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
letak geografis, jumlah sampel yang diambil dan jenis data yang bukan merupakan
data runtun waktu. Dari kedua metode indeks kualitas air, metode Storet dianggap
lebih logis, dimana indeks kualitas air dihitung berdasarkan maksimum, minimum
dan disimpulkan dari data koleksi spesimen kualitas air. Namun penelitian ini perlu
dikaji lebih lanjut mengenai penyebab perbedaan hasil yang diperoleh pada kedua
metode tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumur bor dan sumur
gali pada penelitian ini masih tergolong cemar ringan sehingga masih layak
digunakan keperluan higiene sanitasi.
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Status mutu air sumur bor dan sumur gali di kecamatan Ratu Samban kota
Bengkulu menggunakan parameter fisika berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan No 32. 2017 berdasarkan metode indeks pencemaran hasil yang
didapatkan yaitu memenuhi baku mutu IP ≤ 1, sedangkan hasil skor metode
storet termasuk kedalam katagori kelas B baik atau cemar ringan dilihat dari
nilai skor yaitu senilai -10 untuk sumur bor sedangkan sumur gali skor yang
didapatkan -16 termasuk katagori kelas C cemar sedang.
2. Adanya perbedaan hasil analisis dengan metode stoet dan metode indeks
pencemaran dimana sumur bor pada analisis storet dikatagorikan kelas B
(cemar ringan) dan pada analisis indeks pencemaran dikatagorikan memenuhi
baku mutu IP ≤ 1. Sedangkan pada sumur gali hasil analisis dengan metode
storet menunjukkan katagori Kelas C (cemar sedang) dan pada analisis indeks
pencemaran menunjukkan memenuhi baku mutu IP ≤ 1. Dari kajian bentuk
persamaan dua metode indeks kualitas air maka metode Storet dinilai lebih
logis, dimana indeks mutu air dihitung berdasarkan maxsimal, mininimal dan
disimpulkan dari data hasil pengambilan spesimen kualitas air.
34
5.2 Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hal-hal yang perlu di
perhatikan yaitu:
DAFTAR PUSTAKA
Agmalini, S. N. 2013. Peningkatan Kualitas Air Rawa Menggunakan Membran
Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang Batubara. Jurnal
Teknik Kimia, 2(19)
Ahmad, J., and El-Dessouky, H. 2008. Design of a modified low cost treatment
system for the recycling and a reuse of a laundry waste wate. Resources,
Conservation & Recycling , 52:973-978.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu. Data dan Informasi Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2013-2017.
Diakses 12 Desesmber 2021. Dari : https://bengkulu.bps.go.id/
Bahri, S. B. H. 2020. Analisis Faktor Abiotik Sumber Air Sumur Di Lingkungan.
Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains, Vol 3(2): 186-194.
Effendi and Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit : Kanisius. Yogyakarta
Hardjojo, D. D. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Hasyim, D. H. 2007. Penyediaan Air Bersih. Buku Ajar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.
Heryawan, C. 2017. Penentuan Status Pencemaran Kualitas Air Dengan Metode
Storet Dan Indeks Pencemaran (Studi Kasus: Sungai Indragiri Ruas Kuantan
Tengah). Jurnal Rekayasa. Vol. 07,No. 02 Issn :1412-0151.
Indarto. 2010. Hidrologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jubaedah, D dkk. 2015. Karakteristik Kualitas Air Dan Estimasi Resiko Ekobiologi
Herbisida Di Perairan Rawa Banjiran Lubuk Lampam, Sumatera Selatan. J
Manusia Dan Lingkungan. 22(1): 12-21
Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kusiyanto, R. A. 2007. Air PDAM dan Air Sulingan dalam Konsumsi Air di kota
Surakarta. Jurnal Ekonomi Pengembangan, 8(1) : 28-35.
Mubarak, S. A., Satyari, A. D., Kusdarwati, R. 2010. Correlation Between Dissolved
Oxygen Concentration In Different Densities With Color Scoring Of Daphnia
Spp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kehutanan. 2(1).
Rizal, N. S. 2015. Teknik Pendugaan dan Eksploitasi AIRTANAH. Jember: LPPM.
Nicola, F. 2015. Hubungan Antara Konduktivitas, Tds (Total Dissolved Solid) Dan
Tss (Total Suspended Solid) Dengan Kadar Fe2+ Dan Fe Total Pada Air
Sumur Gali. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Jurusan Kimia. Universitas Jember.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Bandung.
Pemerintah Republik Indonesia. 1991. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991
tentang Sungai. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.
Patty, S. I. 2013. Distribusi suhu , Sanilitas dan oksigen terlarut di perairan kema
sulawesi utara. Jurnal ilmiah platax, 1-3.
36
L
A
M
P
I
R
A
N
38
Lampiran 1. Perhitungan
Tabel 1. Nilai pengukuran warna TCU sumur bor
Sampel TCU Rata-rata
Pengulangan (TCU
1 2 3
Anggut Atas
Sampel 1. 6 TCU 6 TCU 6 TCU 6 TCU
Sampel 2. 15 TCU 13 TCU 17 TCU 15 TCU
Sampel 3. 5 TCU 4 TCU 6 TCU 5 TCU
Anggut bawah
Sampel 4. 3 TCU 3 TCU 3 TCU 3 TCU
Sampel 5. 2 TCU 2 TCU 2 TCU 2 TCU
Sampel 6. 2 TCU 2 TCU 2 TCU 2 TCU
Kebun Gerand
Sampel 7. 4 TCU 4 TCU 3 TCU 5 TCU
Sampel 8. 197 TCU 195 TCU 199 TCU 197 TCU
Sampel 9. 166 TCU 165 TCU 167 TCU 166 TCU
Padang jati
Sampel 10. 6 TCU 6 TCU 6 TCU 6 TCU
Sampel 11. 33 TCU 31 TCU 35 TCU 33 TCU
Sampel 12. 15 TCU 15 TCU 15 TCU 15 TCU
Penurunan
Sampel 13. 4 TCU 3 TCU 5 TCU 4 TCU
Sampel 14. 226 TCU 226 TCU 226 TCU 226 TCU
Sampel 15. 257 TCU 256 TCU 258 TCU 257 TCU
39
Suhu
Baku mutu suhu =±3 (Lij)
Konsentrasi suhu = 29,8 (Ci)
Karena suhu merupakan parameter yang memiliki rentang maka digunakan
persamaan (3.4)
Lij (rata-rata) =
(Ci/Li) baru =
=
= 0,95
40
Kekeruhan (NTU)
Baku mutu kekeruhan = 25 (Lij)
Konsentrasi kekeruhan = 4,2 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,168
√
IP =
√
=
= 0,66
41
Suhu
Baku mutu suhu =±3 (Lij)
Konsentrasi suhu = 30,2 (Ci)
Karena suhu merupakan parameter yang memiliki rentang maka digunakan
persamaan (3.4)
Lij (rata-rata) =
(Ci/Li) baru =
=
= 0,94
Kekeruhan (NTU)
Baku mutu kekeruhan = 25 (Lij)
Konsentrasi kekeruhan = 3,9 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,156
√
IP =
√
=
= 0,51
43
Lampiran 2. Dokumentasi
Pengambilan sampel
Dokumentasi lainnya
45
Catatan:
- Hasil tes similarity/ plagiasi yang diperbolehkan maksimal 25%
- Untuk program studi vokasi ditanda tangani langsung Wakil Dekan
Bidang Akademik
48
I. Data Pribadi
1. Nama : Belli Yovita Sari
4. Agama : Islam
RT/RW : 003/002
Kel/Desa : Kotapadang
Kecamatan : Kotapadang
RT/RW : 021/003
V.Penguasaan Bahasa
No Bahasa Kemampuan
Membaca Menulis Berbicara Mendengar
1. Indonesia *** *** *** ***
2. Inggris ** ** ** **
Ket :
: Sedikit bisa
** : Lumayan bisa
*** : Sangat bisa
51
VI. Lain-Lain