Anda di halaman 1dari 66

TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE INDEKS PENCEMARAN


DAN METODE STORET TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR BOR
DENGAN SUMUR GALI KECAMATAN RATU SAMBAN
KOTA BENGKULU

BELLI YOVITA SARI


F0E019003

PROGRAM STUDI DIII LABORATORIUM SAINS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN METODE INDEKS PENCEMARAN


DAN METODE STORET TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR BOR
DENGAN SUMUR GALI KECAMATAN RATU SAMBAN
KOTA BENGKULU

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memeroleh Gelar


Ahli Madya Laboratorium Sains ( A.Md, Lab.Si)
Program Studi DIII Laboratorium Sains

BELLI YOVITA SARI


F0E019003

PROGRAM STUDI DIII LABORATORIUM SAINS


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2022
HALAMAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

“Jalan keluar terbaik adalah dengan melaluinya”

PERSEMBAHAN :
Alhamdulillah, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunianya serta memberikan kemudahan dalam menyelesaikan Tugas
Akhir ini dengan penuh perjuangan. Dengan segala kehormatan dan kerendahan hati
kupersembahkan kebahagiaan ini kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala karunia dan anugerah yang begitu
besar serta kemudahan dan pertolongan-Nya.
2. Kedua orang tuaku, Ayahanda (Suryamin) dan Ibunda (Idaeliza) orang tua
yang terhebat yang aku cintai yang selalu mendoakanku, menyayangi,
membimbing dan telah bekerja keras dengan penuh pengorbanan, keikhlasan,
serta kesabaran hingga saya dapat menyelesaikan studi ini. Terimakasih telah
menjadi penyemangat terbesarku.
3. Semua keluarga besarku dan saudara-saudara yang telah memberikan
motivasi dan semangat dalam menyelesaikan studiku.
4. Adik tersayang (Zahara) yang telah mendoakan serta memberikan semangat
disaat susah dan senang.
5. Seluruh dosen Program Studi D3 Laboratorium Sains, terutama dosen
pembimbing utama Ibu Fades Br Gultom, S.Pd., M.Sc dan dosen pembimbing
pendamping Bapak Heriansyah, S.Pd., M.Sc serta dosen penguji Bapak Refpo
Rahman, S.Pd., M.Si yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan motivasi
yang sangat berharga untuk mencapai kesuksesan dimasa depan.
6. Sahabat-Sahabatku (Sinta Marsella, Hafiza, Yayang, Sella, Donna, Silvia,
Nofvra, Aziza Amell, Ratih, Fiora) selalu memberikan dukungan, semangat,
bantuan, motivasi, dan selalu menjadi tempat berkeluh kesahku. Semoga
persahabatan yang terjalin dikampus ini sampai selamanya.

iv
7. Keluarga Besar Pondokan Nina 2 (Ayuk Ta, Menix, Vivot, Yum, Tillut) dan
teman-teman seperjuanganku di D3 Laboratorium Sains angkatan 2019
terutama teman penelitian (Ratih dan dahlia) kenangan bersama kalian akan
selalu ku ingat.
8. Almamater yang selalu saya banggakan Universitas Bengkulu.

v
ABSTRAK

ANALISIS PERBANDINGAN METODE INDEKS PENCEMARAN


DAN METODE STORET TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR BOR
DENGAN SUMUR GALI KECAMATAN RATU SAMBAN
KOTA BENGKULU

BELLI YOVITA SARI


F0E019003

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas air sumur bor dengan
sumur gali di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu dengan menggunakan
parameter fisik. Parameter yang diukur adalah kekeruhan, TDS, warna, suhu, bau dan
rasa. Penetapan status kualitas air dilakukan dengan dua metode, yaitu metode Storet
dan metode Indeks Pencemaran (IP). Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30
sampel yang terdiri dari 15 sampel sumur bor dan 15 sampel sumur gali. Hasil kajian
menunjukkan status kualitas air di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu
berdasarkan hasil analisis sampel sumur bor dan gali menggunakan metode IP, IP ≤ 1
atau tergolong memenuhi baku mutu. Sedangkan status kualitas air berdasarkan hasil
analisis metode Storet untuk sumur bor tergolong kelas B atau tercemar ringan
dengan skor -10 dan skor -16 untuk sumur gali atau kategori kelas C tercemar sedang.
Perbedaan hasil analisis menggunakan metode Storet dan metode Indeks Pencemaran
(IP) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain letak geografis, jumlah sampel yang
diambil dan jenis data yang bukan merupakan data runtun waktu. Dari kedua metode
indeks kualitas air, metode Storet dianggap lebih logis, dimana indeks kualitas air
dihitung berdasarkan maksimum, minimum dan disimpulkan dari data koleksi
spesimen kualitas air. Namun penelitian ini perlu dikaji lebih lanjut mengenai
penyebab perbedaan hasil yang diperoleh pada kedua metode tersebut. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa sumur bor dan sumur gali pada penelitian ini
masih tergolong cemar ringan sehingga masih layak digunakan keperluan higiene
sanitasi.

Kata kunci : Air sumur, Kualitas air, Parameter fisika, Metode IP, Metode Storet.

vii
ABSTRACT

Comparative Analysis of Pollution Index Methods and Storet Methods on Water


Quality of Drilling Wells and Dug Wells, Ratu Samban District, Bengkulu City

BELLI YOVITA SARI


F0E019003

This study aims to determine the water quality of drilled wells with dug wells
in Ratu Samban sub-district, Bengkulu City using physical parameters. The
parameters measured were turbidity, TDS, color, temperature, odor and taste.
Determination of water quality status was carried out by two methods, the Storet
method and the Pollution Index (IP) method. The number of samples in this study
were 30 samples consisting of 15 drilled well samples and 15 dug well samples. The
results of the study show the status of water quality in the Ratu Samban sub-district,
Bengkulu city based on the results of the analysis of drilled and dug well samples
using the IP method, IP ≤ 1 or classified as standard category. Meanwhile, the water
quality status based on the results of the Storet method analysis for drilled wells is
classified as class B or lightly polluted with a score of -10 and -16 or class C
category or moderately polluted for dug wells. The differences in the results of the
analysis using the Storet method and the (IP) method is influenced by several factors
including the geographical, the number of samples taken and the type of data that is
not time series data. From the two water quality index methods, the Storet method is
considered more logical, where the water quality index is calculated based on the
maximum, minimum and concluded from the data from the water quality specimen
collection. However, this research needs to be studied further regarding the causes of
the differences in the results obtained in these two methods. Thus, it can be concluded
drilled wells and dug wells in this study are still classified as lightly polluted, so it is
still feasible to use sanitation hygiene.

Keywords: Well water, Water quality, Physical parameters, IP method, Storet


method.

viii
KATA PENGANTAR

Allhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur pemulis panjatkan kehadirat Allah


SWT yang telah memberikan rahmat , hidayah serta karunia-Nya kepada kita semua,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis
Perbandingan Metode Indeks Pencemaran Dan Metode Storet Terhadap
Kualitas Air Sumur Bor Dengan Sumur Gali Kecamatan Ratu Samban Kota
Bengkulu”. Adapun penulisan ini disusun sebagai salah satu syarat seminar hasil dan
siding untuk memmperoleh gelar Ahli Madya Laboratorium Sains pada Program
Studi DIII Laboratorium Sains Universitas Bengkulu.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis sangat merasakan sekali bantuan
dari berbagai pihak, baik itu berupa bimbingan, dukungan, kritikan, saran, material
dan lainnya yang semuanya sangat berarti. Pada kesempatan ini kepada semua pihak
yang telah membantu demi kelancaran penyusunan tugas akhir ini, penulis ingin
mengucapkan terimakasih setulusnya, terkhusus penulis ucapkan kepada:
1. Dr. Jarulis, S.Si., M.Si selaku dekan fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Bengkulu, yang telah mendukung dan
memfasilitasi serta berpartisipasi aktif dalam penyelenggaraan program studi
D3 Laboratorium Sains Universitas Bengkulu.
2. Bapak Drs. Hery Haryanto, M.Sc selaku ketua prodi D3 Laboratorium Sains,
yang selama ini telah memberikan dukungan, bimbingan dan ilmu yang
bermanfaat selama masa perkuliahan dan motivasi sehingga tugas akhir ini
dapat terselesaikan.
3. Ibu Fades BR. Gultom S.Pd., M.Sc selaku dosen pembimbing utama, yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan,
saran, ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan motivasi sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
4. Heriansyah, S.Pd., M.Sc selaku dosen pempimbing pendamping, yang
senantiasa meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan,

ix
saran, ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan motivasi sehingga
tugas akhir ini dapat terselesaikan.
5. Refpo Rahman, S.Pd., M.Si selaku dosen penguji, yang telah memberikan
kritik dan saran untuk kesempurnaan Tugas Akhir ini.
6. Seluruh dosen program studi D-3 Laboratorium Sains, PLP Laboratorium
Kimia, Biologi dan Fisika yang tak pernah lelah memberikan bimbingan,
arahan, nasihat dan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan dan
praktikum.

Bengkulu, 15 Juni 2022

Belli Yovita Sari

x
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ iv


PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................................. vi
ABSTRAK ................................................................................................................. vii
ABSTRACT .............................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................................ ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 3
1.3 Batasan Masalah ................................................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 5
2.1 Air ....................................................................................................................... 5
2.1.1 Pengertian Air .............................................................................................. 5
2.1.2 Air Tanah ..................................................................................................... 5
2.1.3 Air Atmotsfir................................................................................................ 6
2.1.4 Air Permukaan ............................................................................................. 6
2.1.5 Siklus Hidrologi ........................................................................................... 7
2.2 Standar Mutu Air ................................................................................................ 7
2.3 TDS (Total Dissolved Solids) ............................................................................ 8
2.4 Turbiditimeter ..................................................................................................... 9
2.5 Suhu .................................................................................................................... 9
2.6 Spektrofotometer .............................................................................................. 10
2.7 Metode Storet ................................................................................................... 10

xi
2.8 Metode Indeks Pencemaran.............................................................................. 11
2.9 Teknik Sampling .............................................................................................. 11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 12
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................................... 12
3.2. Alat dan Bahan ................................................................................................ 13
3.2.1 Alat............................................................................................................. 13
3.2.2 Bahan ......................................................................................................... 13
3.3 Langkah Percobaan .......................................................................................... 13
3.3.1. Pengambilan Sampel air ........................................................................... 13
3.3.2 Pengukuran kekeruhan air dengan turbiditimeter ...................................... 14
3.3.3 Pengukuran TDS ....................................................................................... 15
3.3.4 Pengukuran Suhu ....................................................................................... 16
3.3.5 Pengujian Bau ............................................................................................ 17
3.3.6 Pengujian Warna ........................................................................................ 17
3.3.7 Analisis Data .............................................................................................. 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 23
4.1 Hasil.................................................................................................................. 23
4.2 Perhitungan ....................................................................................................... 24
4.3 Pembahasan ...................................................................................................... 27
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 33
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 33
5.2 Saran ................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 35
LAMPIRAN ............................................................................................................... 37

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Daftar parameter wajib fisika guna higienis sanitasi ................................... 8

Tabel 3.1 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air……………………….20

Tabel 3.2 Baku Mutu Air berdasarkan parameter fisik ............................................... 20

Tabel 4. 1 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Bor…………….23

Tabel 4. 2 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Gali ............. 24

Tabel 4. 3 Tabel Hasil Rekap Nilai IP ........................................................................ 26

Tabel 4. 4 Tabel Perhitungan Skor Sampel Sumur Bor dengan Metode Storet ......... 27

Tabel 4. 5 Tabel Perhitungan Skor Sampel Sumur Gali dengan Metode Storet ........ 27

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Peta pengambilan Sampel penelitian....................................................... 12

Gambar 3. 2 Diagram alir pengukuran kekeruhan ...................................................... 15

Gambar 3. 3 Diagram alir pengukuran TDS ............................................................... 16

Gambar 3. 4 Diagram alir pengukuran suhu ............................................................... 17

Gambar 3. 5 Diagram alir pengujian warna ................................................................ 18

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara kepulauan yang dua pertiga bagian dari wilayahnya
merupakan perairan. Sumber air di Indonesia berasal dari mata air seperti air tanah,
air permukaan dan air hujan. Air merupakan salah satu elemen yang mempunyai
banyak manfaat bagi kehidupan, baik manusia, hewan, dan juga tumbuhan. Lebih dari
75% sel tumbuhan dan 67% sel hewan tersusun oleh air. Hal ini yang menyebabkan
air menjadi materi essensial yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Seiring
dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk dan pembangunan diberbagai bidang,
akan sangat mempengaruhi peningkatan kebutuhan air terutama di kota-kota besar
(Wuryantoro, 2007).
Kota-kota di Indonesia, khususnya kota Bengkulu kini sedang mengalami
pertumbuhan yang pesat, hal ini terlihat dari tingkat kepadatan 1,75 % pada tahun
2015 (Pusat Badan Statistik Kota Bengkulu, 2017). Semakin besar jumlah penduduk,
maka kebutuhan akan air bersih semakin meningkat sehingga perlu adanya
pemantauan air secara berkala. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jika terjadi
penurunan kualitas air di wilayah kota Bengkulu karena semakin padat jumlah
penduduk maka akan mempengaruhi kualitas air bersih di wilayah tersebut.
Sumber air yang digunakan di kota Bengkulu diperoleh dari sumur gali, sumur
bor dan PDAM (Samsul Bahri, 2020). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan pada
masyarakat kecamatan Ratu Samban data menunjukan bahwa 71,1 % masyarakat
menggunakan air yang berasal dari sumur bor dan 28,9% menggunakan air yang
berasal dari sumur gali. Air sumur bor yang digunakan 60,5% berbau, 63,6%
mempunyai warna agak keruh, 55,3% air sumur bor memiliki rasa, dan 70,3%
terdapat endapan di dasar wadah penampungan air. Namun dengan kondisi geografis
kota Bengkulu terdiri dari pesisir pantai dan rawa, kualitas air bersih mengalami
penurunan karena daerah pesisir pantai air memiliki kadar salinitas yang tinggi.
Salinitas di perairan Indonesia umumnya berkisar 30-35%, besar kecilnya salinitas

1
2

dipengaruhi beberapa faktor diantaranya oleh pola sirkulasi air, penguapan, curah
hujan dan adanya aliran sungai (Patty, 2013). Daerah rawa memiliki kandungan air
yang mengandung zat organik, mikroorganisme berbahaya, logam berat, serta bakteri
yang terdapat di dalam air yang bisa mengganggu kesehatan (Agmalini dkk, 2013).
Hal ini menyebabkan air rawa tidak dianjurkan untuk digunakan karena air rawa
memiliki pH yang cenderung bersifat asam, pH air yang bisa dikonsumsi tidak boleh
melebihi 6,5-8,5 (Permenkes No 416, 1990).
Kondisi kualitas air mencakup parameter fisik dan kimia yang memenuhi
syarat kesehatan menurut peraturan Menteri Kesehatan RI No.
416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat- kondisi serta pengawasan kualitas air. Air
yang memenuhi parameter fisik merupakan air yg tidak berbau, tidak berasa, tidak
berwarna, tidak keruh atau jernih, suhu, dan jumlah zat padat terlarut (TDS) yang
rendah. Sedangkan parameter kimia air tidak mengandung zat- zat kimia yang
beracun, ataupun kandungan logam yg melebihi baku mutu air bersih (Djokosetiyanto
dan B Hardjojo. 2005).
Penelitian sebelumnya, Hermawan (2017) menjelaskan tentang pencemaran
air yang terjadi di Sungai Indragiri akibat limbah domestik dan penambangan emas
illegal, hasil penelitian ini menunjukan status pencemaran kualitas air pada sungai
Indragiri Ruas Kuantan Tengah melalui metode storet dan metode indeks
pencemaran. Berdasarkan baku mutu kelas I untuk metode storet kualitas air
termasuk kedalam cemar berat, sedangkan pada metode indeks pencemaran kualitas
air termasuk kedalam cemar sedang, dalam baku mutu kelas II status kualitas air
termasuk kedalam cemar sedang, baik menggunakan metode storet maupun
menggunakan metode indeks pencemaran. Penelitian lainnya, Purnamasari (2017)
hasil penelitian ini menunjukan bahwa status mutu air menggunakan metode storet
termasuk cemar sedang digolongkan pada kelas C, sedangkan status mutu air
menggunakan metode indeks pencemaran termasuk cemar ringan.
Pada permasalahan tersebut perlu dilakukan perhitungan status mutu air
kecamatan Ratu Samban kota Bengkulu. Penentuan status mutu air dilakukan dengan
dua metode, yaitu metode storet dan indeks pencemaran. Kedua metode tersebut
3

memiliki kelebihan dan kekurangan sehingga, penggunaan perbandingan kedua


metode tersebut dilakukan agar mendapatkan hasil status mutu air yang lebih akurat.
Metode ini merupakan metode resmi yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 115 tahun 2003 tentang pedoman penentuan status mutu air.
Metode ini digunakan karena parameter yang diuji dapat digunakan untuk semua
parameter yang ada di baku mutu air. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti
mengangkat judul “Analisis Perbandingan Metode Indeks Pencemaran dan Metode
Storet terhadap Kualitas Air Sumur Bor dengan Sumur Gali Kecamatan Ratu
Samban, Kota Bengkulu Menggunakan Parameter Fisika”. Kemudian
membandingkan hasil pemeriksaan air sumur bor dan sumur gali yang berada di
kecamatan Ratu Samban kota Bengkulu dengan standar yangg berlaku menurut
Permenkes no 32 tahun 2017.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kualitas air sumur bor dan sumur gali di kecamatan Ratu
Samban Kota Bengkulu menggunakan parameter fisika menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017?
2. Bagaimana perbandingan metode indeks pencemaran dengan metode storet
dalam menganalisis kualitas air sumur bor dan sumur gali di kecamatan Ratu
Samban kota Bengkulu menggunakan parameter fisika menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017?

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Penelitian ini mengukur kandungan kualitas air dengan perameter fisika yaitu
kekeruhan, warna, suhu, TDS, rasa dan bau.
2. Penelitian ini hanya menggunakan alat ukur Spektrofotometer Turbiditimeter,
Thermometer, TDS meter.
3. Penelitian ini mengambil sampel di kecamatan Ratu Samban, kota Bengkulu.
4

1.4 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui kualitas air sumur bor dan sumur gali di kecamatan Ratu
Samban Kota Bengkulu menggunakan parameter fisika menurut Peraturan
Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017.
2. Untuk mengetahui perbandingan metode indeks pencemaran dengan metode
storet dalam menganalisis kualitas air sumur bor dan sumur gali di
kecamatan Ratu Samban kota Bengkulu menggunakan parameter fisika
menurut Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017.

1.5 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagi peneliti manfaat penelitian diharapkan dapat menambah pengalaman
penelitian, sebagai media belajar, dan pengetahuan mengenai baku mutu air
bersih .
2. Bagi pembaca dapat menjadi informasi yang berguna dan menambah
pengetahuan tentang baku mutu air bersih.
3. Bagi masyarakat sebagai informasi tambahan kepada pihak-pihak yang terkait
mengenai kualitas air bersih di lingkungan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

2.1.1 Pengertian Air


Air adalah substansi kimia menggunakan rumus kimia H₂O, satu molekul air
tersusun atas 2 atom hidrogen yang terikat secara kovalen di satu atom oksigen. Air
sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat
digantikan dengan senyawa lain, air bisa berwujud padatan (es), cairan (air) dan gas
(gas udara). Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
baku (Indarto, 2010).
Berdasarkan Djaffar dan Hasyim (2007) air merupakan bahan alam yang
sangat diperlukan untuk kehidupan manusia. Pada tubuh manusia terdapat sekitar
80% cairan. Di dalam air juga terdapat beberapa unsur mineral yang diperlukan untuk
perkembangan fisik manusia. Air sudah bagian dari kehidupan kita, diantaranya
dimanfaatkan buat aneka macam keperluan rumah tangga dalam kehidupan sehari-
hari.

2.1.2 Air Tanah


Air tanah adalah air hujan yang diserap oleh tanah melaui proses yang cukup
panjang untuk mencapai bawah permukaan tanah dan menjadi air tanah. Air tanah
memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sumber air lainnya. Pertama, air tanah
biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau
penjernihan. Air tanah bisa melarutkan mikroorganisme yang terdapat pada air tanah
disaring sewaktu air meresap kedalam tanah, persediaan air tanah cukup banyak
sehingga tidak mengalami kekeringan walaupun musim kemarau ( Nicola, 2015).
Sumur merupakan sebuah sumber air bersih yang digali. Sebuah sumur
tradisional biasanya berupa lubang yang agak dalam dan besar dengan cara digali dan
di beri tembok bulat di pinggir permukaan sebagai pembatas dan agar tanah tidak
jatuh kedalam sumur. Ada dua jenis sumur yaitu sumur bor dan sumur gali.

5
6

Sumur gali merupakan sumur yang banyak digunakan oleh masyarakat


sebagai sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, biasanya sumur gali
mempunyai kedalaman 7 sampai 10 meter dari permukaan tanah . Sumur gali
menyediakan air yang berasal dari lapisan tanah yang relatif dekat dari permukaan
tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan.
Umumnya rembesan berasal dari tempat buangan kotoran manusia kakus/jamban dan
hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri, baik karena lantainya maupun saluran air
limbahnya yang tidak kedap air. (Notoatmodjo, 2002).
Sumur bor adalah jenis sumur yang dihasilkan dengan cara pengeboran
lapisan tanah yang melebihi batas dalam lapisan air tanah. Sehingga lebih aman
digunakan karena air yang dihasilkan tidak terkontaminasi zat-zat beracun (Nanang
saiful, 2015).

2.1.3 Air Atmotsfir


Air atmosfir dalam keadaan murni, sangat bersih, dengan adanya pengotoran
udara yang disebabkan oleh industri, debu dan lain sebagainya. Maka untuk
menjadikan air hujan sebagai air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan
jangan dimulai pada saat hujan mulai turun, karena masih mengandung banyak
kotoran. Selain itu air hujan mempunyai sifat agresif terutama terhadap pipa-pipa
penyalur maupun bak-bak reservoir, sehingga hal ini akan mempercepat terjadinya
korosi (Sutrisno, 2004).

2.1.4 Air Permukaan


Menurut Sutrisno (2004) air permukaan adalah air hujan yang mengalir di
permukaan bumi. Pada umumnya air permukaan ini akan mendapat pengotoran
selama pengalirannya, misalnya oleh lumpur, pelapukan batang-batang kayu, daun-
daun, pengotoran oleh industri kota dan sebagainya. Beberapa pencemaran ini, untuk
masing-masing air permukaan akan berbeda-beda, tergantung pada daerah pengaliran
air permukaan ini. Jenis pecemarannya adalah merupakan pencemaran fisik, kimia
dan bakteriologi. Air permukaan ada 2 macam yaitu :
Dalam penggunaannya sebagai air minum, haruslah mengalami suatu
pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai pada umumnya mempunyai
7

derajat pencemaran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi (Sutrisno, 2004).
Air danau atau rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada
cekungan permukaan tanah. Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh
adanya zat organis yang membusuk (batang-batang kayu, daun, dan lainnya)
(Sutrisno, 2004). Rawa merupakan genangan air yang terbentuk secara alamiah yang
terjadi secara musiman dan terus menerus yang di akibatkan oleh drainase alamiah
yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara phisik, kimiawi, dan
biologis (Peraturan Pemerintah Tahun 1991).
Air gambut merupakan air permukaan yang berasal dari tanah bergambut
dengan ciri-ciri mempunyai warnanya merah kecoklatan, rasa asam (pH 2-5), tingkat
kesadahan rendah, mengandung zat organik yang cukup tinggi. Air rawa mempunyai
pH asam, daya hantar listrik yang kecil, serta nilai kekeruhan BOD, COD, dan TSS
yang tinggi, (Surest dkk, 2012).

2.1.5 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah sebuah proses pergerakan air dari bumi ke atmosfer
dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara kontinyu. Siklus hidrologi dimulai
dengan terjadinya penguapan air ke udara. Air yang menguap tersebut kemudian
mengalami proses kodensasi (penggumpalan) di udara yang kemudian membentuk
gumpalan – gumpalan yang dikenal dengan istilah awan. Awan yang terbentuk
kemudian jatuh kembali ke bumi dalam bentuk hujan atau salju yang disebabkan oleh
adanya perubahan iklim dan cuaca. Butiran – butiran air tersebut sebagian ada yang
langsung masuk ke permukaan tanah (infiltrasi), dan sebagian mengalir sebagai aliran
permukaan. Aliran permukaan yang mengalir kemudian masuk ke dalam tampungan
– tampungan seperti danau, waduk, dan cekungan tanah lain dan selanjutnya terulang
kembali rangkaian siklus hidrologi (Triatmodjo, 2008).

2.2 Standar Mutu Air


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan No 32 tahun 2017 untuk media air
guna keperluan Higienis Sanitasi yang meliputi parameter fisik, biologi, dan kimia
8

serta parameter wajib dan juga parameter tambahan. Parameter wajib adalah
parameter yang wajib harus diperiksa secara terus menerus sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan, sedangkan parameter tambahan hanya diwajibkan
untuk diperiksa jika kondisi geohidrologi mengindikasikan adanya potensi
pencemaran berkaitan dengan parameter tambahan.
Tabel 2. 1 Daftar parameter wajib fisika guna higienis sanitasi

No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu


(kadar maksimum)
1. Kekeruhan . NTU 25 .
2. Warna . TCU 50 .
3. Zat padat terlarut. mg/l 1000 .
(Total Dissolved Solid).
0
4. Suhu. C Suhu udara ± 3.
-
5. Rasa. Tidak berasa.
-
6. Bau. Tidak berbau.
Sumber: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017

Kebutuhan pemakaian air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari hari


sangatlah penting layak diketahui kandungan dan kualitasnya. Karakteristik fisik
yang dibutuhkan untuk memenuhi kualitas air ditentukan oleh bahan padat
keseluruhan yang terampung maupun yang terlarut, kekeruhan, warna, bau suhu, dan
rasa (Suripin, 2004).

2.3 TDS (Total Dissolved Solids)


Total dissolved solids atau padatan terlarut mengacu pada setiap mineral,
garam, logam, kation atau anion yang terlarut dalam air. Ini mencakup apa pun yang
ada dalam air selain molekul air murni H₂0 dan limbah padat. Secara umum, total
konsentrasi padatan terlarut adalah jumlah antara ion kation ( bermuatan positif ) dan
anion ( bermuatan negatif ) dalam air. Parts per Million (ppm) adalah rasio berat ke
berat dari setiap ion ke air . Bahan-bahan terlarut yang terdapat pada perairan alami
9

tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai kekeruhan
yang selanjutnya akan menghambat penetrasi cahaya matahari ke dalam air dan akan
mempengaruhi proses fotosintesis diperairan. Tingginya kadar TDS dapat mencemari
badan air (Ahmad dan El-Dessouky, 2008).

2.4 Turbiditimeter
Turbidimeter adalah sebuah instrument yang dipakai guna mengukur
kekeruhan pada air. Turbiditimeter yang digunakan untuk mengukur turbidity
berprinsip pada spektroskopi absorpsi, dan yang diukur adalah absorpsi akibat
partikel yang tercampur. Sensor turbidity atau sensor kekeruhan menggunakan
prinsip memanfaatkan cahaya bekerja dengan mengeluarkan cahaya dan menerima
cahaya, ketika sensor didiamkan didalam air maka cahaya yang dipancarkan dan
diterima akan dipengaruhi oleh kekeruhan air tersebut (Herian dan Lasut, 2019).
Kekeruran air dapat disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik bersifat
organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan logam dan
batuan, sedangkan zat organik dapat berasal dari lapukan tumbuhan dan hewan.
Kekeruhan (turbidity) adalah keadaan dimana transparansi air berkurang akibat
kehadiran zat-zat tak terlarut. Zat-zat ini dapat berasal dari bahan-bahan organik dan
anorganik yang terkandung dalam air. Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang demikian pesat di bidang elektronika dan instrumentasi telah
memungkinkan diciptakannya alat-alat ukur yang bekerja secara digital termasuk alat
uji kekeruhan air.

2.5 Suhu
Suhu pada suatu badan air akan dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian
dari permukaan laut, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran,
serta kedalaman badan air. Suatu perubahan suhu sangat berpengaruh terhadap proses
fisika, kimia, dan biologi. Kenaikan suhu perairan secara alamiah biasanya
disebabkan oleh aktifitas penebangan vegetasi disekitar sumber air tersebut, sehingga
10

menyebabkan banyaknya cahaya matahari yang masuk tersebut mempengaruhi


akuifer yang ada secara langsung atau tidak langsung (Effendi, 2003).

2.6 Spektrofotometer
Spektrofotometer dapat menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang
gelombang tertentu dan fotometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur
intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorsi, spektrofotometer juga dapat
digunakan untuk mengukur energi relatif jika energi tersebut ditransmisikan sebagai
fungsi panjang gelombang, kelebihan spektrotometer dengan fotometer yaitu panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih dideteksi dan cara ini diperoleh dengan
pengurai seperti prisma, grating dan celah optis. Spektrofotometer adalah suatu
alat/instrument yang dilengkapi dengan sumber cahaya (gelombang elektromagnetik),
baik cahaya UV (ultra violet) ataupun cahaya nampak (visible). Spektrofotometer
dapat membaca dan mengukur kepekatan warna dari sampel dengan menggunakan
panjang gelombang tertentu. (Pudjah, 2016).

2.7 Metode Storet


Metode storet merupakan metode penentuan status mutu air yang sudah umum
digunakan. Secara arti prinsip metode storet adalah membandingkan antara data
kualitas air dengan baku mutu air yang disesuaikan dengan peruntukannnya guna
menentukan status mutu air. Penentuan status mutu air adalah menggunakan sistem
nilai dari “US-EPA (Environmental Protection Agency)” dengan mengklarifikasi
mutu air dalam empat kelas, yaitu sebagai berikut:
Kelas A : baik sekali, skor = 0 (memenuhi baku mutu)
Kelas B : baik, skor = -1 s/d -10 (cemar ringan)
Kelas C : sedang, skor = -11 s/d -30 (cemar sedang)
Kelas D : buruk, skor = ≤ -31 (cemar berat)
11

2.8 Metode Indeks Pencemaran


Sebagai metode berbasis indeks, metode IP dibangun berdasarkan dua indeks
kualitas. Yang pertama adalah indeks rata-rata (IR). Indeks ini menunjukkan tingkat
pencemaran rata-rata dari seluruh parameter dalam satu kali pengamatan. Yang kedua
adalah indeks maksimum (IM). Indeks ini menunjukkan satu jenis parameter yang
dominan menyebabkan penurunan kualitas air pada satu kali pengamatan. Kategori
penilaian kualitas air berdasarkan nilai IP adalah sebagai berikut (KepMen.LH,
2003):
1. Memenuhi baku mutu : IP ≤ 1
2. Tercemar ringan : 1 < IP ≤ 5
3. Tercemar sedang : 5 < IP ≤ 10
4. Tercemar berat : IP > 10

2.9 Teknik Sampling


Terdapat beberapa teknik sampling dalam pengambilan sampel, teknik
sampling adalah teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam menentukan
sampel yang akan digunakan pada penelitian. Teknik sampling terbagi menjadi dua
kelompok yakni probability sampling dan non probability sampling. Pada penelitian
ini, peneliti menggunakan probability sampling. Menurut Sugiyono (2017)
probability sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan
peluang atau kesempatan yang sama untuk setiap unsur maupun anggota populasi
untuk dipilih menjadi sampel. Probability sampling terdiri dari simple random
sampling, stratified random sampling, disproportionate stratified random, sampling
area (cluster). Peneliti menggunakan metode pengambilan sampel secara stratified
random sampling. Metode Stratified Random Sampling bisa didapatkan dengan cara
populasi dibagi menjadi beberapa kelompok yang tidak saling tumpang tindih, lalu
setiap kelompok diambil sampel secara acak. Adapun manfaat dari Metode Stratified
Random Sampling yaitu mampu memastikan terdapatnya variasi sampel, mampu
membagi metode pengumpulan data dan memastikan bahwa adanya variasi sampel
yang serupa (Ulya, 2018).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Gambar 3.1 Peta pengambilan Sampel penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret - April 2022. Teknik pengambilan
sampel yang dilakukan dengan cara stratified random sampling. Sampel diambil
secara langsung dari sumur yang berada di sekitar Kecamatan Ratu Samban Kota
Bengkulu. Titik pengambilan sampel dibagi menjadi 5 lokasi (Penurunan, Anggut
Atas, Anggut Bawah, Kebun Grand, Padang Jati). Setiap lokasi diambil 3 sampel
sumur bor ( SB) dan 3 sumur gali (SG) sehingga dalam satu titik terdapat 6 sampel
yang akan diambil, dengan total keseluruhan 15 sampel sumur bor dan 15 sampel
sumur gali. Sampel diambil pada tempat yang berada di Kecamatan Ratu Samban
Kota Bengkulu. Pengujian dilakukan secara langsung di lapangan dan di laboratorium
PDAM Nelas Sukaraja.

12
13

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
1. Turbiditimeter 2100 N
2. Spektrofotometer
3. Gelas
4. TDS meter
5. Botol air mineral bekas
6. Beaker Glass

3.2.2 Bahan
1. Sampel air sumur bor dan sumur gali
2. Tissu
3. Pena
4. Kertas
5. Akuades

3.3 Langkah Percobaan


3.3.1. Pengambilan Sampel air

1. Dilakukan survey secara langsung ke sumur milik warga yang berada di titik
lokasi pengambilan sampel
2. Dilakukan wawancara kepada pemilik sumur untuk mengetahui jenis sumur
yang digunakan, bagaimana cara pengambilan, dan cara pemakaiannya.
3. Dilakukan pengambilan sampel dengan menggunakan timba air untuk sumur
gali. Sedangkan sumur bor di lakukan pengambilan sampel air melalui keran.
4. Sampel air sumur di letakkan di dalam botol aqua 1,5 liter
14

3.3.2 Pengukuran kekeruhan air dengan turbiditimeter


Pengukuran kekeruhan dilakukan secara langsung di tempat lokasi
pengambilan sampel. Disiapkan alat dan bahan yang di butuhkan dalam pengukuran
kekeruhan, yaitu sampel air, turbidimeter 2100, gelas, dan tissue. Di hidupkan
turbiditimeter dengan menekan tombol power. Botol sampel dibilas dengan akuades
beberapa kali. Kemudian diisi dengan sampel air yang akan di ukur sebanyak tanda
batas yang ada pada botol sampel. Dimasukkan sampel ke dalam kuvet sampai tanda
batas pada kuvet kemudian masukkan kedalam tempat kuvet dengan menghimpitkan
tanda pada kuvet dengan tanda di tempat kuvet. Ditutup tempat kuvet, lalu ditekan
read untuk membaca nilai kekeruhan yang terdapat pada sampel, tunggu hingga nilai
yang tertera dilayar turbiditimeter stabil. Kemudian dicatat nilai yang tertera di
turbiditimeter.
15

Mulai

Persiapan sampel

Persiapan dan pengaktifan alat Turbidimeter

Pengambilan data

Tidak

Berhenti ( jika data


sudah didapat dari
sampel air sumur)

Ya

Analisis data

Selesai

Gambar 3. 2 Diagram alir pengukuran kekeruhan

3.3.3 Pengukuran TDS


Pengukuran TDS dilakukan secara langsung di tempat lokasi pengambilan
sampel. Di siapkan alat dan bahan yang di butuhkan dalam pengukuranTDS, yaitu
sampel air, TDS meter, gelas, dan tissue. Kemudian dilakukan pengukuran dengan
cara dimasukkan air kedalam gelas yang sudah di siapkan, lalu dicelupkan sensor
TDS meter kedalamnya. Tunggu sampai angka yang berada pada alat TDS meter
stabil, hingga nilai didapatkan. Dicatat hasil nilai yang didapatkan. Selanjutnya alat
TDS meter di keringkan dengan tissu.
16

Mulai

Persiapan sampel

Persiapan dan pengaktifan alat TDS Meter

Pengambilan data

Tidak

Berhenti ( jika data


sudah didapat dari
sampel air sumur)

Ya

Analisis data

Selesai
Gambar 3. 3 Diagram alir pengukuran TDS

3.3.4 Pengukuran Suhu


Pengukuran suhu dilakukan secara langsung di tempat lokasi pengambilan
sampel. Di siapkan alat dan bahan yang di butuhkan dalam pengukuran suhu, yaitu
sampel air, TDS meter, gelas, dan tissue. Kemudiam dimasukkan sampel air kedalam
gelas, selanjutnya dimasukkan TDS me kedalam sampel dalam gelas dan biarkan
hingga menunjukkan skala suhu yang tetap. Selanjutnya skala suhu sampel dibaca
pada TDS meter.
17

Mulai

Persiapan sampel

Persiapan dan pengaktifan alat TDS meter

Pengambilan data

Tidak

Berhenti ( jika data


sudah didapat dari
sampel air sumur)

Ya

Analisis data

Selesai
Gambar 3. 4 Diagram alir pengukuran suhu

3.3.5 Pengujian Bau


Di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan, dimasukkan sampel kedalam
gelas, setelah itu membau/mencium aroma yang di timbulkan dalam sampel dengan
indra penciuman. Kemudian dimasukkan kedalam data pengamatan.

3.3.6 Pengujian Warna


Di siapkan alat dan bahan yang akan di gunakan dalam pengujian. Dimasukkan
sampel kedalam gelas piala, kemudian dimasukkan sampel kedalam kuvet,
18

selanjutnya spektrofotometri di nyalakan, selanjutnya di set tombol skala absorbansi,


lalu diset tombol nomor program 120 dan panjang gelombang warna yang akan di
ukur yaitu 455 nm, kemudian meletakkan kuvet berisi blanko/aquades kedalam
tempat kuvet kemudian ditekan tombol zero tunggu hingga layar spektrofotometri
menunjukkan angka 0 selanjutnya kuvet diisi dengan sampel yang akan diukur
warnanya, setelah itu dimasukkan kembali kedalam tempat kuvet, dan di tekan
tombol read pada spektrofotometri, tunggu hingga nilai muncul dilayar
spektrofotometri, dicatat hasil yang didapatkan.

Mulai

Persiapan sampel dan blangko ( aquadest)

Persiapan dan pengaktifan alat Spektrofotometer

Pengambilan data

Tidak

Berhenti ( jika data


sudah didapat dari
sampel air sumur)

Ya

Analisis data

Selesai

Gambar 3. 5 Diagram alir pengujian warna


19

3.3.7 Analisis Data


Setelah dilakukan pengukuran terhadap sampel, kemudian selanjutnya di lakukan
analisis terhadap data yang telah di dapatkan. Data tersebut di kumpulkan kemudian
dianalisis dengan menggunakan teknik pengolahan data storet dan indeks pencemaran
(IP) kemudian membandingkan hasil data kedua metode tersebut.
Metode yang pertama digunakan dalam penentuan kualitas air sumur bor dan
sumur gali di Kecamatan Ratu Samban kota Bengkulu yaitu metode storet. Secara
prinsip metode storet adalah membandingkan antara data kualitas air dengan standar
baku mutu air Permenkes no 32 tahun 2017 yang di sesuaikan dengan peruntukannya
guna menentukan status mutu air. Cara untuk menentukan status mutu air adalah
dengan menggunakan system nilai dari “US-EPA (Environmental Protection
Agency)” dengan mengklasifikasikan mutu air dalam empat kelas, yaitu :
(1) Kelas A : baik sekali, skor = 0 memenuhi baku mutu
(2) Kelas B : baik, skor = -1 s/d – 10 cemar ringan
(3) Kelas C : sedang, skor = -11 s/d –30 cemar sedang
(4) Kelas D : buruk, skor ≥-31 cemar berat
Penentuan status mutu air dengan menggunakan metoda storet dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Lakukan pengumpulan data kualitas air secara langsung di lokasi pengambilan
sampel.
2. Bandingkan data hasil pengukuran dari masing-masing parameter air dengan
nilai baku mutu yang sesuai dengan kelas air.
3. Jika hasil pengukuran memenuhi nilai baku mutu air (hasil pengukuran ≤ baku
mutu) maka diberi skor 0.
4. Jika hasil pengukuran tidak memenuhi nilai baku mutu air (hasil
Pengukuran > baku mutu), maka diberi skor :
20

Tabel 3.1 Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air

Jumlah contoh Nilai Parameter fisika


<10 Maksimum -1
Minimum -1
Rata-rata -3
≥10 Maksimum -2
Minimum -2
Rata-rata -6
Sumber: Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun 2003
Setelah proses penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu air.
selesai dilakukan kemudian hasil yang didapatkan akan dibandingkan langsung
dengan standar mutu air menurut peraturan Mentri Kesehatan No 32 Tahun 2017.

Tabel 3.2 Baku Mutu Air berdasarkan parameter fisik

No. Parameter Wajib Unit Standar Baku Mutu (kadar


maksimum)
1. Kekeruhan NTU 25
2. Warna TCU 50
3. Zat padat terlarut mg/l 1000
(Total Dissolved Solid)
0
4. Suhu C Suhu udara ± 3
-
5. Rasa Tidak berasa
-
6. Bau Tidak berbau
Sumber :Peraturan Menteri Kesehatan No 32 Tahun 2017

Metode ke dua yang digunakan dalam penentuan kualitas air sumur bor dan
sumur gali di Kecamatan Ratu Samban Kota Bengkulu yaitu metode Indeks
pencemaran sebagai cara menentukan tingkat pencemaran yang relative terhadap
parameter kualitas air yang diizinkan. Pengelolaan kualitas air atas dasar Indeks
Pencemaran ini dapat memberi masukan pada pengambilan keputusan agar dapat
21

menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk
memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa
pencemaran. Indeks pencemaran mencakup berbagai kelompok parameter kualitas
yang independent dan bermakna. Berikut merupakan persamaan Indeks Pencemaran:


I𝑃𝑗 = ………………………………………………………..(3.1)

Dimana:
IPj = indeks pencemaran bagi peruntukan
j Ci = konsentrasi parameter kualitas air
i Lij = konsentrasi parameter kualitas air I yang tercantum dalam baku mutu air
M = Maksimum
R = rata-rata
Perhitungan Indeks Pencemaran ini sesuai dengan pedoman yang ada pada
keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 dilakukan sesuai
dengan prosedur sebagai berikut:

1. Menghitung harga C untuk setiap parameter pada setiap lokasi pengambilan


sampel dengan Ci merupakan konsentrasi hasil pengukuran dan Lij adalah
baku mutu yang diperoleh dalam PP No.82 Tahun 2001 untuk peruntukan
kelas II.
2. Prosedur perhitungan (Ci/Lij)baru berdasarkan beberapa kondisi parameter:
a. Jika nilai konsentrasi parameter yang menurun menyatakan tingkat
pencemaran meningkat, misal DO. Maka ditentukan nilai teoritik atau nilai
maksimum Cim (misal untuk DO maka Cim merupakan nilai DO jenuh).
Nilai Ci/Lij hasil pengukuran diganti oleh nilai Ci/Lij baru hasil
perhitungan.

( ) 𝑏𝑎𝑟𝑢 = ………………………….....(3.2)

b. Jika nilai baku mutu Lij memiliki rentang,


Untuk Ci ≤ Lij rata-rata :

( ) 𝑏𝑎𝑟𝑢 = ………………………....(3.3)
22

Untuk Ci > Lij rata-rata :

( ) 𝑏𝑎𝑟𝑢 = ……………………......(3.4)

c. Jika dua nilai (Ci/Lij) berdekatan dengan nilai acuan 1,0 misal Ci/Lij= 0,9
dan C2/L2j = 1,1 atau perbedaan yang sangat besar, misal C3/L3j = 5,0 dan
C4/L4j = 10. Pada contoh ini tingkat kerusakan badan air sangat sulit
ditentukan. Cara mengatasinya:
1. Penggunaan nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran jika nilai ini lebih kecil dari
1,0
2. Penggunaan nilai (Ci/Lij)baru jika nilai (Ci/Lij) hasil pengukuran lebih
besar dari 1,0 dengan perhitungan nilai (Ci/Lij)baru

( )baru = 1+P.log(Ci/Lij)hasilpengukuran……………………...(3.5)
23

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis laboratorium untuk parameter
kekeruhan, TDS, warna, suhu, rasa dan bau dapat diperlihatkan pada (Tabel 4.1 dan
4.2).
Tabel 4. 1 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Bor

Sampel Kekeruhan TDS Suhu Warna Rasa Bau


(NTU) mg/l (0C) (TCU)
1. 0,70 172 30,7 6 Tidak berasa Tidak berbau
2. 6,10 296 30,5 15 Tidak berasa Tidak berbau
3. 0,65 227 30,8 5 Tidak berasa Tidak berbau
4. 1,45 176 31,2 3 Tidak berasa Tidak berbau
5. 0,67 201 30,8 2 Tidak berasa Tidak berbau
6. 2,41 64 29,9 2 Tidak berasa Tidak berbau
7. 0,67 200 30,5 4 Tidak berasa Tidak berbau
8. 7,36 223 30 197 Tidak berasa Tidak berbau
9. 10,3 189 27,3 166 Tidak berasa Tidak berbau
10. 0,28 169 26,5 6 Tidak berasa Tidak berbau
11. 0,64 186 27,3 33 Tidak berasa Tidak berbau
12. 1,75 31 28,7 15 Tidak berasa Tidak berbau
13. 4,26 191 31,2 4 Tidak berasa Tidak berbau
14. 7,1 159 31 226 Tidak berasa Tidak berbau
15. 18,7 161 31,4 257 Berasa Berbau
Rata – 4,2 176,3 29,8 66,7
rata
24

Tabel 4. 2 Analisa kekeruhan, TDS, suhu, warna, rasa dan bau Sumur Gali

Sampel Kekeruhan TDS Suhu Warna Rasa Bau


(NTU) mg/l (0C) (TCU)
1. 0,43 68 29,8 3 Tidak berasa Tidak berbau
2 1,43 79 29,2 11 Tidak berasa Tidak berbau
3 17,73 185 29,8 230 Berasa Berbau
4 0,59 130 31,5 2 Tidak berasa Tidak berbau
5 9.90 89 32,1 149 Tidak berasa Tidak berbau
6 1,31 64 30,6 4 Tidak berasa Tidak berbau
7 2,27 138 30,6 58 Tidak berasa Tidak berbau
8 0.89 99 30,4 6 Tidak berasa Tidak berbau
9 0,86 90 31,5 9 Tidak berasa Tidak berbau
10 0,60 149 31,1 9 Tidak berasa Tidak berbau
11 1,09 70 29,9 8 Tidak berasa Tidak berbau
12 11,23 135 26 159 Berasa Berbau
13 0,77 111 30,8 8 Tidak berasa Tidak berbau
14 1,07 140 29,8 12 Tidak berasa Tidak berbau
15 9,24 116 30 118 Berasa Berbau
Rata – 3,9 110 30,2 52,4
rata

4.2 Perhitungan
1. Perhitungan Indeks Pencemaran (IP)

 Perhitungan IP sumur bor

1. Suhu
Baku mutu suhu =±3 (Lij)
Konsentrasi suhu = 29,8 (Ci)
Karena suhu merupakan parameter yang memiliki rentang maka digunakan
persamaan (3.4)
Lij (rata-rata) =
(Ci/Li) baru =

=
= 0,95
25

2. Kekeruhan (NTU)
Baku mutu kekeruhan = 25 (Lij)
Konsentrasi kekeruhan = 4,2 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,168

3. Total dissolved solids (TDS)


Baku mutu TDS = 1000 (Lij)
KonsentrasiTDS = 176,3 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,176
4. Warna
Baku mutu warna = 50 (Lij)
Konsentrasi warna = 66,7 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 1,33

Karena nilai Ci/Li > 1 maka digunakan persamaan (3.5)


(Ci/Li) baru = 1 + 5 log (Ci/Li)pengukuran
= 1+ 5 log (1,33)
= 1,61

Setelah seluruh nilai Ci/Li diketahui selanjutnya di hitung nilai IP


menggunakan persamaan (3.1)

Ci/Li rata-rata = 0,73

Ci/Li maksimum = 1,61


IP =


=

= 0,66
26

Tabel 5. Tabel Perhitungan Nilai IP Indeks Pencemaran Sumur Bor

No Parameter Ci Lij Ci/Lij (Ci/Lij) baru


1. Suhu 29,8 26,5-31,4 0,95 0,95
2. TDS 176,3 1000 0,176 0,176
3. Kekeruhan (NTU) 4,2 25 0,168 0,168
4. Warna 66,7 50 1,33 1,61
(Ci/Lij) rata- rata 0,73
(Ci/Lij) maksimum 1,61

√ 0,66
IP =

Tabel 5. Tabel Perhitungan Nilai IP Indeks Pencemaran Sumur Gali

No Parameter Ci Lij Ci/Lij (Ci/Lij) baru


1. Suhu 30,2 26-32,1 0,94 0,94
2. TDS 110 1000 0,11 0,11
3. Kekeruhan (NTU) 3,9 25 0,156 0,156
4. Warna 52,4 50 1,05 1,106
(Ci/Lij) rata- rata 0,58
(Ci/Lij) maksimum 1,106


0,51
IP =

Tabel 4. 3 Tabel Hasil Rekap Nilai IP

No Jenis Sumur Range Hasil Keterangan


1. Sumur Bor 0 ≤ IP ≤ 1,0 0,66 Memenuhi baku mutu
2. Sumur Gali 0 ≤ IP ≤ 1,0 0,51 Memenuhi baku mutu
27

2. Perhitungan Skor Metode Storet


Tabel 4. 4 Tabel Perhitungan Skor Sampel Sumur Bor dengan Metode Storet

Parameter Baku Satuan Hasil pengukuran


mutu
Max Min Rata -rata Skor
Kekeruhan 25 NTU 18,9 0,28 4,2 0
Warna 50 TCU 257 2 66,7 -8
Zat padat 1000 Mg/l 296 31 176,3 0
terlarut (TDS)
0
Suhu ±3 C 31,8 26,5 29,8 -2
Jumlah Skor -10

Tabel 4. 5 Tabel Perhitungan Skor Sampel Sumur Gali dengan Metode Storet

Parameter Baku Satuan Hasil pengukuran


mutu
Max Min Rata -rata Skor
Kekeruhan 25 NTU 17,73 0,43 3,9 0
Warna 50 TCU 230 2 52,4 -8
Zat padat 1000 185 64 110 0
terlarut (TDS) Mg/l
0
Suhu ±3 C 32,1 26 30,2 -8
Jumlah Skor -16

4.3 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis laboratorium untuk parameter
kekeruhan memperlihatkan variasi yang baik dan stabil berkisar antara 0,28 - 18,9
NTU pada sumur bor dan sumur gali 0,43 – 17,73 NTU. Terdapat dua sampel air
sumur gali dan sumur bor yang memiliki nilai kekeruhan yang cukup tinggi pada
sampel sumur gali no 3 yaitu 17,73 NTU dan sumur bor no 15 yaitu 18,7 NTU.
Sampel tersebut terdapat diwilayah Penurunan dan Anggut Atas. Nilai tersebut masih
pada katagori tidak melewati baku mutu kekeruhan guna higiene sanitasi yakni kadar
maksimum 25 NTU. Adapun faktor penyebab kekeruhan pada air sumur disebabkan
oleh faktor keadaan sekitar sumur. Sumur yang berada di dekat rawa cenderung
memiliki tingkat kekeruhan yang tinggi, hal ini disebabkan oleh kontaminasi
28

rembesan air rawa yang masuk kedalam air sumur. Air rawa juga biasa disebut
dengan limbah, hal ini dikarenakan air rawa memiliki kandungan Fe, Mn dan
mikroorganisme berbahaya seperti e-coly. Kekeruhan pada air rawa biasanya
disebabkan oleh partikel-partikel atau suspensi yang tidak larut yang termasuk
kedalam zat organik maupun anorganik (Agmalini dkk, 2013).
Hasil pengukuran warna (TCU) menunjukan nilai yang sangat bervariasi
antara 2 – 257 TCU untuk sumur bor dan sumur gali 2 – 230 TCU. Hasil pengujian
warna air sampel menunjukkan nilai warna tertinggi terdapat di wilayah Penurunan
pada sampel sumur bor no 15 yaitu 257 TCU dan Anggut Atas pada sampel no 3
yaitu 230 TCU. Hal ini dikarenakan sumur bor tersebut mengalami kebocoran pipa
sehingga air menjadi berwarna kuning sedangkan sumur gali beradekatan kolam ikan
dan termasuk wilayah rawa. Warna pada air dapat disebabkan karena adanya bahan
organik dan bahan anorganik, keberadaan plankton, humus dan ion-ion logam
(misalnya besi dan mangan), serta bahan bahan lain. Adanya oksida besi
menyebabkan air berwarna kemerahan, keberadaan oksida mangan menyebabkan air
berwarna kecokelatan atau kehitaman (Effendi, 2003). Sementara Menurut Slamet
(2001), bahan yang menimbulkan warna dihasilkan dari kontak antara air dengan
reruntuhan organis seperti daun dan kayu, yang semuanya dalam tingkat-tingkat
pembusukan. Warna juga dapat disebabkan adanya tanin dan asam humat, sehingga
bila terbentuk bersama klor dapat membentuk senyawa kloroform yang beracun,
sehingga berdampak terhadap keadaan kesehatan pengguna air.
Hasil pengukuran TDS pada air sumur bor dan sumur gali menunjukkan
angka yang relatif besar yakni berkisar antara 31 – 296 mg/l. Angka tersebut
termasuk besar tetapi tidak melebihi standar maksimum baku mutu air higiene
sanitasi menurut Peraturan menteri kesehatan no 32 tahun 2017 yaitu 1000 mg/l. Zat
padat terlarut (Total Dissolved Solids) merupakan padatan yang terdiri dari senyawa-
senyawa organik dan anorganik yang larut dalam air, mineral dan garam-garamnya.
Zat padat terlarut dapat dihasilkan dari penguraian sampah oleh mikroorganisme. Jika
kandungannya berlebih maka fluktuasi kegiatan mikroorganisme mengakibatkan
fluktuasi zat padat di dalam air sehingga kualitas air menjadi menurun. Tingginya
29

kadar TDS disebabkan oleh banyaknya kandungan senyawa-senyawa organik dan


anorganik yang larut dalam air, mineral (magnesium) dan garam. Benda-benda padat
di dalam air tersebut berasal dari banyak sumber, organik seperti daun, lumpur,
plankton, serta limbah industri dan kotoran. Sumber lainnya bisa berasal dan limbah
rumah tangga, pestisida, dan banyak lainnya. Sedangkan, sumber anorganik berasal
dari batuan dan udara yang mengandung kalsium bikarbonat, nitrogen, besi, fosfor,
sulfur, dan mineral lain (Nicola, 2015).
Adapun hasil pengukuran suhu sampel air tidak memperlihatkan nilai yang
bervariasi, hasil pengukuran suhu relatif stabil yakni berkisar antara 26 – 32,1 0C.
Suhu sangat dipengaruhi oleh sinar matahari. Suhu yang dimiliki oleh air akan
mengalami perubahan secara perlahan-lahan antara siang dan malam serta dari musim
ke musim. Suhu yang tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi
oksigen. Suhu air sangat berperan dalam mengatur kehidupan biota perairan terutama
dalam proses metabolisme, kenaikan suhu akan menyebabkan terjadinya peningkatan
konsumsi oksigen (Triawan dkk, 2020). Dilihat dari parameter suhu 30 sampel yang
telah diuji sudah memenuhi syarat standar baku mutu air guna higiene sanitasi. Suhu
air sangat mempengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air, secara tidak langsung
suhu air yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di
dalamnya. Tingginya suhu suatu perairan dapat menyebabkan percepatan penguraian
dan pembusukan zat-zat organik ataupun anorganik di dalam air. Oksigen terlarut
dalam air bisa berkurang akibat adanya respirasi dan pembusukan bahan organik pada
dasar perairan (Mubarakk dkk, 2010).
Air yang baik dan aman adalah air yang tidak berbau apabila dicium dari jarak
dekat maupun jauh, dan tidak mempunyai rasa atau tawar. Air yang berbau dan
berasa biasanya mengandung bahan organik yang mengalami penguraian oleh
mikroorganisme air, adapun hasil dari pengujian sampel air sumur didekat rawa
dengan menggunakan indra penciuman dan indra perasa menunjukkan hasil yang
bervariasi, dimulai dari berbau tanah, bau besi, bau logam ataupun tidak berbau.
Begitu juga dengan pengujian rasa, hasil yang didapatkan yaitu air yang berasa
logam, rasa tanah, dan tidak berasa dapat dilihat dari bau dan rasa dalam hal ini
30

kemungkinan disebabkan oleh aktivitas bakteri. Sedangkan rasa pada air disebabkan
karena adanya gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan
limbah cair dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk
disinfektan seperti klor.
Berdasarkan penilaian dengan sistem metode storet yang mengukur parameter
fisika (kekeruhan, TDS, warna dan suhu), status mutu air di wilayah kecamatan Ratu
Samban pada sumur bor dan sumur gali termasuk kedalam kategori kelas B (baik atau
cemar ringan) dengan skor -10 dan kelas C (cemar sedang) dengan skor -16.
Penentuan ini ditentukan menggunakan sistem nilai dari “US-EPA” (Environmental
Protection Agency) yaitu skor -1 sampai dengan -10 untuk kelas baik atau cemar
ringan dan skor -11 sampai dengan -30 kelas sedang atau cemar sedang. Parameter
yang sangat mempengaruhi penurunan kualitas air terjadi pada parameter warna dan
suhu. Menurut Saraswati dkk, (2014) mengatakan bahwa metode storet memiliki
sensitivitas yang tinggi atau sensitif merespon dinamika indeks kualitas air terhadap
semua parameter uji yang dianalisis dan dibandingkan dengan baku mutunya.
Semakin banyak parameter uji yang melebihi baku mutu maka akan semakin buruk
kualitas air. Tinggi rendahnya skor mutu air dipengaruhi oleh keadaan sekitar sumur,
sumur pada lokasi penelitian berdekatan langsung dengan rawa-rawa dan tempat
pembuangan limbah rumah tangga, lokasi sumur yang berada di bawah pohon yang
menyebabkan banyaknya dedaunan jatuh, juga terdapat algae di sekitar dinding
sumur dapat menjadi salah satu pemicu turunnya kualitas air (Nicola, 2015).
Berdasarkan hasil perhitungan metode indeks pencemar (IP) status mutu di
wilayah kecamatan Ratu Samban baik sumur bor maupun sumur gali termasuk
memenuhi baku mutu dengan IP ≤ 1, dilihat dari nilai IP yang didapatkan yaitu 0,66
untuk sumur bor dan 0,51 sumur gali. Berdasarkan KepMen LH No.115 Tahun 2003
tentang pedoman penentuan Status Mutu Air, nilai Indeks Pencemaran yang berada
pada IP ≤ 1 maka di katagorikan memenuhi baku mutu karena nilai IP nya lebih kecil
dari satu.
Metode indeks pencemaran dan storet mempunyai perbedaan dan persamaan.
Persamaannya yaitu memberikan fleksibilitas penentuan jumlah dan jenis parameter
31

yang digunakan untuk menghitung indeks. Menurut Jubaedah dkk (2015), terdapat
beberapa keunggulan metode storet yang dapat dijadikan pertimbangan untuk
menentukan status mutu air. Perhitungan metode storet dapat dilakukan dengan
mudah dan cepat. Metode storet lebih sensitive dan representatif serta dapat dengan
mudah mengidentifikasi kontaminan yang menyebabkan pencemaran. Namun storet
juga memliki kekurangan yaitu tidak bisa diaplikasikan dengan menggunakan data
sesaat, data harus dalam bentuk data time series. Hal ini menyebabkan metode storet
kurang efisien dilihat dalam segi waktu, tenaga dan biaya. Metode storet juga
memiliki batasan parameter yang akan mempengaruhi skor pembobotan seperti yang
dijelaskan di US-EPA.
Pada perhitungan indeks pencemaran, tidak ada skema skor subindeks atau
skor subyektif per parameter, parameter paling signifikan dihitung atas dasar
perbandingan terbesar dari konsentrasi terhadap baku mutunya. Metode indeks
pencemaran dihitung dengan mempertimbangkan ratio konsentrasi suatu parameter
dengan baku mutunya (Ci/Lij) maksimum dan rerata ratio sejumlah parameter
kualitas air, hanya dari suatu atau single waktu kegiatan pengambilan spesimen
kualitas air. Dengan demikian data kualitas air yang diukur dari satu single sampling
kualitas air adalah data kondisi sesaat. Selain kekurangan, metode indeks pencemaran
juga memiliki kelebihan yaitu dari segi penentuan status mutu air, dibandingkan
dengan metode storet yang memerlukan banyak parameter, pada indeks pencemaran
sedikit parameter dapat digunakan sehingga metode indeks pencemaran lebih efisien,
mudah dan cepat dalam menyimpulkan status mutu air. Data yang diperlukan dalam
menentukan status mutu air tidak perlu dalam bentuk time series sehingga dalam
sekali pengambilan sampel langsung bisa dianalisis dan dihitung status mutunya
menggunakan IP. Sehingga kontaminasi dapat diketahui secara langsung dan cepat
(Jubaedah dkk, 2015).
Pada masing-masing metode indeks kualitas air mempunyai perbedaan dalam
jumlah pengkelasan status mutu air. Kedua metode mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Hal yang selanjutnya dapat dipertimbangkan adalah
menyesuaikan metode penentuan status mutu air dengan karakteristik yang ada pada
32

badan air di daerah setempat. Perbedaan hasil analisis menggunakan metode Storet
dan metode indeks pencemaran (IP) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
letak geografis, jumlah sampel yang diambil dan jenis data yang bukan merupakan
data runtun waktu. Dari kedua metode indeks kualitas air, metode Storet dianggap
lebih logis, dimana indeks kualitas air dihitung berdasarkan maksimum, minimum
dan disimpulkan dari data koleksi spesimen kualitas air. Namun penelitian ini perlu
dikaji lebih lanjut mengenai penyebab perbedaan hasil yang diperoleh pada kedua
metode tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumur bor dan sumur
gali pada penelitian ini masih tergolong cemar ringan sehingga masih layak
digunakan keperluan higiene sanitasi.
33

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tugas akhir dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Status mutu air sumur bor dan sumur gali di kecamatan Ratu Samban kota
Bengkulu menggunakan parameter fisika berdasarkan Peraturan Mentri
Kesehatan No 32. 2017 berdasarkan metode indeks pencemaran hasil yang
didapatkan yaitu memenuhi baku mutu IP ≤ 1, sedangkan hasil skor metode
storet termasuk kedalam katagori kelas B baik atau cemar ringan dilihat dari
nilai skor yaitu senilai -10 untuk sumur bor sedangkan sumur gali skor yang
didapatkan -16 termasuk katagori kelas C cemar sedang.
2. Adanya perbedaan hasil analisis dengan metode stoet dan metode indeks
pencemaran dimana sumur bor pada analisis storet dikatagorikan kelas B
(cemar ringan) dan pada analisis indeks pencemaran dikatagorikan memenuhi
baku mutu IP ≤ 1. Sedangkan pada sumur gali hasil analisis dengan metode
storet menunjukkan katagori Kelas C (cemar sedang) dan pada analisis indeks
pencemaran menunjukkan memenuhi baku mutu IP ≤ 1. Dari kajian bentuk
persamaan dua metode indeks kualitas air maka metode Storet dinilai lebih
logis, dimana indeks mutu air dihitung berdasarkan maxsimal, mininimal dan
disimpulkan dari data hasil pengambilan spesimen kualitas air.
34

5.2 Saran

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat hal-hal yang perlu di
perhatikan yaitu:

1. Perlu ditambahkan parameter kimia dan biologi sehingga data yang


didapatkan lebih akurat dan dapat diketahui perbandingan metode IP dan
storet .
2. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dengan jumlah titik sampel yang lebih
banyak dan variasi jarak yang berbeda-beda sehingga hasil perhitungan IP
dan storet yang didapatkan lebih akurat.
35

DAFTAR PUSTAKA
Agmalini, S. N. 2013. Peningkatan Kualitas Air Rawa Menggunakan Membran
Keramik Berbahan Tanah Liat Alam Dan Abu Terbang Batubara. Jurnal
Teknik Kimia, 2(19)
Ahmad, J., and El-Dessouky, H. 2008. Design of a modified low cost treatment
system for the recycling and a reuse of a laundry waste wate. Resources,
Conservation & Recycling , 52:973-978.
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bengkulu. Data dan Informasi Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Provinsi Bengkulu Dalam Angka Tahun 2013-2017.
Diakses 12 Desesmber 2021. Dari : https://bengkulu.bps.go.id/
Bahri, S. B. H. 2020. Analisis Faktor Abiotik Sumber Air Sumur Di Lingkungan.
Jurnal Pendidikan Biologi dan Sains, Vol 3(2): 186-194.
Effendi and Hefni. 2003. Telaah Kualitas Air : Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. Penerbit : Kanisius. Yogyakarta
Hardjojo, D. D. 2005. Pengukuran dan Analisis Kualitas Air. Universitas Terbuka.
Jakarta.
Hasyim, D. H. 2007. Penyediaan Air Bersih. Buku Ajar. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Hasanuddin. Makassar.
Heryawan, C. 2017. Penentuan Status Pencemaran Kualitas Air Dengan Metode
Storet Dan Indeks Pencemaran (Studi Kasus: Sungai Indragiri Ruas Kuantan
Tengah). Jurnal Rekayasa. Vol. 07,No. 02 Issn :1412-0151.
Indarto. 2010. Hidrologi. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Jubaedah, D dkk. 2015. Karakteristik Kualitas Air Dan Estimasi Resiko Ekobiologi
Herbisida Di Perairan Rawa Banjiran Lubuk Lampam, Sumatera Selatan. J
Manusia Dan Lingkungan. 22(1): 12-21
Kementerian Lingkungan Hidup. 2003. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup
Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air.
Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.
Kusiyanto, R. A. 2007. Air PDAM dan Air Sulingan dalam Konsumsi Air di kota
Surakarta. Jurnal Ekonomi Pengembangan, 8(1) : 28-35.
Mubarak, S. A., Satyari, A. D., Kusdarwati, R. 2010. Correlation Between Dissolved
Oxygen Concentration In Different Densities With Color Scoring Of Daphnia
Spp. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kehutanan. 2(1).
Rizal, N. S. 2015. Teknik Pendugaan dan Eksploitasi AIRTANAH. Jember: LPPM.
Nicola, F. 2015. Hubungan Antara Konduktivitas, Tds (Total Dissolved Solid) Dan
Tss (Total Suspended Solid) Dengan Kadar Fe2+ Dan Fe Total Pada Air
Sumur Gali. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Jurusan Kimia. Universitas Jember.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Bandung.
Pemerintah Republik Indonesia. 1991. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991
tentang Sungai. Jakarta : Presiden Republik Indonesia.
Patty, S. I. 2013. Distribusi suhu , Sanilitas dan oksigen terlarut di perairan kema
sulawesi utara. Jurnal ilmiah platax, 1-3.
36

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2017 Tentang


Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan Dan Persyaratan Kesehatan Air
Untuk Keperluan Higiene Sanitasi, Kolam Renang, Solus Per Aqua, Dan
Pemandian Umu.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416 Tahun 1990 Tentang
Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air.
Pudja, 2016. Analisa Perbedaan Kandungan Klorofil Pada Daun Belimbing Manis
(Averrhoa carambola L) Dan belimbing wuluh (Averhoa bilimbi L)
Menggunakan Spektrofotometer Visible Analysis of Difference Chlorophyll
Content on sweet starfruit leaves (Averrhoa carambola L) and wuluh starfruit
(Averrhoa bilimbi L) Using spectrophotometer Visible.
Purnamasari, D. E. 2017. Penentuan Status Mutu Air Kali Wonokromo Dengan
Metode Storet Dan Indeks Pencemar. Tugas Akhir, Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Sapparudin. Pemanfaatan Air Tanah Dangkal Sebagai Sumber Air Bersih di Kampus
Bumi Bahari Palu, Junal Smartek, 2010, 8(2) hal. 143-152.
Saraswati, S. P dkk. (2014). Kajian Bentuk dan Sensitivitas Rumus Indeks PI, Storet,
CCME untuk Penentuan Status Mutu Perairan Sungai Tropis Indonesia.
Jurnal Manusia dan Lingkungan, 21(2), 129–142
Sugiyono. 2017. Kematangan Gonad Teripang Komersial Stichopus Vastus
(Holothuriidea : Stichopodidae) Di Perairan Karimunjawa, Kabupaten Jepara,
Jawa Tengah. Jurnal Saintek Perikanan. 7(1) : 24 – 31.
Sutrisno, T. 2004. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rhineka Cipta.
Surest, H., Wardani, A. R., dan Fransiska, R. 2012. “Pemanfaatan Limbah Kulit
Kerang Untuk Menaikkan pH Pada Proses Pengelolaan Air Rawa Menjadi Air
Bersih”. Jurnal Teknik Kimia. Vol. 18, No. 3 : 10–15.
Suripin. 2002. Pengelolaan Sumber Daya Tanah dan Air. Andi. Yogyakarta.
Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi TerapanBeta Offset. Yogyakarta : Beta Offset.
Triawan, A. D., Notriawan, D., Ernis, G. 2020. Penentuan Status Mutu Air Tanah
Dangkal Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir Sampah (Tpa) Air Sebakul
Kota Bengkulu Menggunakan Metode Storet: A Cross-Sectional Stud. Journal
Kimia Risset. 5(1) : 22-28.
Vinny, Herian, D. L. 2019. Perancangan Alat Pengukur Kualitas Air Untuk
Pembuatan Es Balok Di PT Eskara Jaya Utama Menggunakan Arduino
Dengan Metode Logika Fuzzy. Jurnal Algor., 1(1).
Ulya, S. & F, Sukestiyarno, Hendikawati. P. 2018. Analisis Prediksi Quick Count
Dengan Metode Stratified Random Sampling Dan Estimasi Confidence
Interval Menggunakan Metode Maksimum Likelihood. UNNES Journal of
Mathematics. 7(1) : 2252-6943.
Wuryantoro. 2007. Aplikasi metode geolistrik tahanan jenis untuk menentukan letak
serang kabupaten Rembang Jawa Tengah. FMIPA Universitas Semarang.
37

L
A
M
P
I
R
A
N
38

Lampiran 1. Perhitungan
Tabel 1. Nilai pengukuran warna TCU sumur bor
Sampel TCU Rata-rata
Pengulangan (TCU
1 2 3
Anggut Atas
Sampel 1. 6 TCU 6 TCU 6 TCU 6 TCU
Sampel 2. 15 TCU 13 TCU 17 TCU 15 TCU
Sampel 3. 5 TCU 4 TCU 6 TCU 5 TCU
Anggut bawah
Sampel 4. 3 TCU 3 TCU 3 TCU 3 TCU
Sampel 5. 2 TCU 2 TCU 2 TCU 2 TCU
Sampel 6. 2 TCU 2 TCU 2 TCU 2 TCU
Kebun Gerand
Sampel 7. 4 TCU 4 TCU 3 TCU 5 TCU
Sampel 8. 197 TCU 195 TCU 199 TCU 197 TCU
Sampel 9. 166 TCU 165 TCU 167 TCU 166 TCU
Padang jati
Sampel 10. 6 TCU 6 TCU 6 TCU 6 TCU
Sampel 11. 33 TCU 31 TCU 35 TCU 33 TCU
Sampel 12. 15 TCU 15 TCU 15 TCU 15 TCU
Penurunan
Sampel 13. 4 TCU 3 TCU 5 TCU 4 TCU
Sampel 14. 226 TCU 226 TCU 226 TCU 226 TCU
Sampel 15. 257 TCU 256 TCU 258 TCU 257 TCU
39

Tabel 3. Nilai pengukuran warna TCU sumur bor


Sampel TCU Rata-rata
Pengulangan (TCU
1 2 3
Anggut Atas
Sampel 1. 3 TCU 3 TCU 3 TCU 3 TCU
Sampel 2. 10 TCU 11 TCU 12 TCU 11 TCU
Sampel 3. 229 TCU 230 TCU 231 TCU 230 TCU
Anggut bawah
Sampel 4. 2 TCU 2 TCU 2 TCU 2 TCU
Sampel 5. 150 TCU 149 TCU 150 TCU 149 TCU
Sampel 6. 6 TCU 4 TCU 2 TCU 4 TCU
Kebun Gerand
Sampel 7. 56 TCU 58 TCU 60 TCU 58 TCU
Sampel 8. 6 TCU 6 TCU 6 TCU 6 TCU
Sampel 9. 7 TCU 9 TCU 11 TCU 9 TCU
Padang jati
Sampel 10. 8 TCU 9 TCU 10 TCU 9 TCU
Sampel 11. 6 TCU 8 TCU 10 TCU 8 TCU
Sampel 12. 157 TCU 159 TCU 162 TCU 159 TCU
Penurunan
Sampel 13. 6 TCU 8 TCU 10 TCU 8 TCU
Sampel 14. 11 TCU 12 TCU 13 CU 12 TCU
Sampel 15. 117 TCU 118 TCU 14 U 118 TCU

A. Perhitungan Indeks Pencemaran (IP)

1. Perhitungan IP sumur bor

 Suhu
Baku mutu suhu =±3 (Lij)
Konsentrasi suhu = 29,8 (Ci)
Karena suhu merupakan parameter yang memiliki rentang maka digunakan
persamaan (3.4)
Lij (rata-rata) =
(Ci/Li) baru =

=
= 0,95
40

 Kekeruhan (NTU)
Baku mutu kekeruhan = 25 (Lij)
Konsentrasi kekeruhan = 4,2 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,168

 Total dissolved solids (TDS)


Baku mutu TDS = 1000 (Lij)
KonsentrasiTDS = 176,3 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,176
 Warna
Baku mutu warna = 50 (Lij)
Konsentrasi warna = 66,7 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 1,33

Karena nilai Ci/Li > 1 maka digunakan persamaan (3.5)


(Ci/Li) baru = 1 + 5 log (Ci/Li)pengukuran
= 1+ 5 log (1,33)
= 1,61

Setelah seluruh nilai Ci/Li diketahui selanjutnya di hitung nilai IP


menggunakan persamaan (3.1)

Ci/Li rata-rata = 0,73

Ci/Li maksimum = 1,61


IP =


=

= 0,66
41

2. Perhitungan IP sumur gali

 Suhu
Baku mutu suhu =±3 (Lij)
Konsentrasi suhu = 30,2 (Ci)
Karena suhu merupakan parameter yang memiliki rentang maka digunakan
persamaan (3.4)
Lij (rata-rata) =
(Ci/Li) baru =

=
= 0,94

 Kekeruhan (NTU)
Baku mutu kekeruhan = 25 (Lij)
Konsentrasi kekeruhan = 3,9 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,156

 Total dissolved solids (TDS)


Baku mutu TDS = 1000 (Lij)
KonsentrasiTDS = 110 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 0,11
 Warna
Baku mutu warna = 50 (Lij)
Konsentrasi warna = 52,4 (Ci)
(Ci/Li) Pengukuran =
= 1,05

Karena nilai Ci/Li > 1 maka digunakan persamaan (3.5)


(Ci/Li) baru = 1 + 5 log (Ci/Li)pengukuran
= 1+ 5 log (1,05)
= 1,106
42

Setelah seluruh nilai Ci/Li diketahui selanjutnya di hitung nilai IP


menggunakan persamaan (3.1)

Ci/Li rata-rata = 0,58

Ci/Li maksimum = 1,106


IP =


=

= 0,51
43

Lampiran 2. Dokumentasi

Pengambilan sampel

Pengujian TDS, suhu dan kekeruhan( NTU) secara langsung di lokasi


pengambilan sampel

Pengujian warna menggunakan spektofotometer di laboratorium IPA Nelas


44

Dokumentasi lainnya
45

Lampiran 3. Tabel lembar lapangan

No Nama Pemilik Alamat Jenis Sumur


1. Mini Anggut Atas Rt 07 Rw 03 Sumur Gali
2 Lina Anggut Atas Rt 07 Rw 03 Sumur Gali
3 Dona Anggut Atas Rt 07 Rw 03 Sumur Gali
4 Karsito Anggut Atas Rt 05 Rw 03 Sumur Bor
5 Drs.H. Jarmadi Anggut Atas Rt 05 Rw 03 Sumur Bor
6 Andi Anggut Atas Rt 06 Rw 03 Sumur Bor
7 Titin Anggut Bawah Rt 03 Rw 01 Sumur Bor
8 Mukdi Anggut Bawah Rt 03 Rw 01 Sumur Bor
9 Darmi Anggut Bawah Rt 03 Rw 01 Sumur Gali
10 Fitri Anggut Bawah Rt 03 Rw 01 Sumur Gali
11 Yuliani Anggut Bawah Rt 03 Rw 01 Sumur Gali
12 Marsina Anggut Bawah Rt 03 Rw 01 Sumur Bor
13 Astriana Kebun Gerand Rt 04 Rw 01 Sumur Gali
14 Rodianda Kebun Gerand Rt 04 Rw 01 Sumur Bor
15 Metta Kebun Gerand Rt 04 Rw 01 Sumur Gali
16 Hengki Kebun Gerand Rt 04 Rw 01 Sumur Gali
17 Ayu Kebun Gerand Rt 05 Rw 01 Sumur Bor
18 Farida Kebun Gerand Rt 05 Rw 01 Sumur Bor
19 Warna Padang Jati Rt 05 Rw 04 Sumur Gali
20 Tugi Rahayu Padang Jati Rt 05 Rw 04 Sumur Gali
21 H. Bahri Padang Jati Rt 05 Rw 04 Sumur Gali
22 Iksan Padang Jati Rt 04 Rw 02 Sumur Bor
23 Masjid aljihad Padang Jati Rt 04 Rw 02 Sumur Bor
24 Zahra Padang Jati Rt 04 Rw 02 Sumur Bor
25 Emi Penurunan Rt 07 Rw 01 Sumur Bor
26 Evi Penurunan Rt 07 Rw 01 Sumur Gali
27 Rina Penurunan Rt 07 Rw 01 Sumur Gali
28 Nur Penurunan Rt 07 Rw 01 Sumur Gali
29 Riduan Penurunan Rt 07 Rw 01 Sumur Bor
30 Juni Setiawan Penurunan Rt 07 Rw 01 Sumur Bor
47

Catatan:
- Hasil tes similarity/ plagiasi yang diperbolehkan maksimal 25%
- Untuk program studi vokasi ditanda tangani langsung Wakil Dekan
Bidang Akademik
48

Lampiran 5. Surat dan Dokumen Lainnya


49

Lampiran 6. Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Curriculum Vitae

I. Data Pribadi
1. Nama : Belli Yovita Sari

2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kotapadang, 03 Juli 2001

3. Jenis Kelamin : Perempuan

4. Agama : Islam

5. Status Pernikahan : Belum Menikah

6. Warga Negara : Indonesia

7. Alamat KTP : Jl. Lintas Kotapadang

RT/RW : 003/002

Kel/Desa : Kotapadang

Kecamatan : Kotapadang

8. Alamat Sekarang : JL. Pondok Bulat

RT/RW : 021/003

Kel/Desa : Kandang Limun

Kecamatan : Muara Bangkahulu

9. Nomor Telepon / HP : 082112417223

10. e-mail : bellyyovita03@gmail.com

11. Kode Pos : 38125


50

II. Pendidikan Formal :


Period Sekolah / Jurusan Jenjang IPK /
e Institusi / Pendidik UAN/
(Tahu Universitas an RAPOR
n)
2013 SD N 04 Kotapadang - SD
2016 SMP N 01 - SMP
Kotapadang
2019 SMA N 10 Rejang MIPA SMA
Lebong

III. Pendidikan Formal/ Training- Seminar


Tahun Lembaga / Instansi Keterampilan
2019 UNIB Student Leadership
Education Jilid 8
2020 UNIB Pelatihan Menejemen
Organisai Mahasiswa 1
&2
2020 UNIB Pelatihan
Kesektrariatan dan
Kebendaharaan
2021 Colorado Course Program Pendidikan
Bengkulu dan Kecakapan Kerja
Kemendikbudristek RI Bidang Keterampilan
Fotografi Level III

IV. Riwayat Prestasi


No Uraian/ Nama Kegiatan, Tingkat , Tempat, Tanggal
1. Penerima Beasiswa Bantuan UKT Semester Ganjil Tahun
Akademik 2020/2021
2. Lulus PKM-P FMIPA Universitas Bengkulu 2021
3.

V.Penguasaan Bahasa
No Bahasa Kemampuan
Membaca Menulis Berbicara Mendengar
1. Indonesia *** *** *** ***
2. Inggris ** ** ** **
Ket :
 : Sedikit bisa
** : Lumayan bisa
*** : Sangat bisa
51

VI. Lain-Lain

Demikian CV ini saya buat dengan sebenarnya .


Bengkulu, 15 Juni 2022

(Belli Yovita Sari)

Anda mungkin juga menyukai