Anda di halaman 1dari 120

APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK

STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA TAMAN


KECAMATAN SUMBER MALANG KABUPATEN SITUBONDO

SKRIPSI
TEKNIK PENGAIRAN
KONSENTRASI SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA AIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun Oleh:

RIZKI ADHITYA NUGRAHA


NIM. 125060400111078

UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2016

3
LEMBAR PENGESAHAN

APLIKASI SOFTWARE WATERCAD UNTUK


STUDI PERENCANAAN JARINGAN AIR BERSIH DESA TAMAN
KECAMATAN SUMBER MALANG KABUPATEN SITUBONDO

SKRIPSI
TEKNIK PENGAIRAN
KONSENTRASI PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN
SUMBER DAYA AIR

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik (S.T.)

Disusun Oleh :
RIZKI ADHITYA NUGRAHA
NIM. 125060400111078

Skripsi ini telah direvisi dan disetujui oleh dosen pembimbing


pada tanggal: 21 Desember 2016

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Runi Asmaranto, ST., MT Dr. Eng. Riyanto Haribowo, ST, MT


NIP. 19710830 200012 1 001 NIP. 19770424 200312 1 001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Pengairan

Ir. Moh. Sholichin, MT,Ph.D


NIP. 19670602 199802 1 001
4
PERNYATAAN
ORISINALITAS SKRIPSI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang sepengetahuan saya,


di dalam Naskah SKRIPSI ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak
terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber
kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam Naskah SKRIPSI ini dapat dibuktikan terdapat unsur-
unsur PLAGIASI, saya bersedia SKRIPSI ini digugurkan dan gelar akademik yang
telah saya peroleh (SARJANA TEKNIK/Strata-1) dibatalkan, serta diproses sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Peraturan Menteri Pendidikan Nasioanl RI No. 17 Tahun 2010, Pasal 12
dan Pasal 13)

Malang, 21 Desember 2016


Mahasiswa,

Materai Rp. 6.000,-

Nama : Rizki Adhitya Nugraha


NIM : 125060400111078

5
RINGKASAN

Rizki Adhitya Nugraha, Jurusan Teknik Pengairan, Fakultas Teknik Universitas


Brawijaya, Agustus 2016, Aplikasi Software WaterCAD Untuk Perencanaan Jaringan
Air Bersih Desa Taman Kecamatan Sumber Malang Kabupaten Situbondo, Dosen
Pembimbing : Dr. Runi Asmaranto, ST., MT. dan Dr. Eng. Riyanto Haribowo, ST., MT.

Desa Taman adalah satu dari 15 desa di Kabupaten Situbondo yang setiap
tahunnya mengalami kekurangan air bersih. Lokasinya yang berada pada dataran tinggi
dan jauh dari pusat kota membuat pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum dan
instalasi air yang baik belum ada di desa tersebut. Menyikapi hal ini dalam studi ini
membahas perencanaan jaringan air bersih untuk Desa Taman yang memanfaatkan debit
mata air Glintongan sebesar 9,5 liter/detik.
Dalam studi ini, dilakukan analisa jaringan air bersih dengan bantuan program
WaterCAD v8i untuk mengetahui kondisi hidrolis jaringan perpipaan. Ada 2 Alternatif
perencanaan, pertama dengan tandon dan yang kedua tanpa tandon. Analisa rencana
anggaran biaya juga dilakukan yang meliputi bangunan broncaptering, tandon, dan pipa
serta aksesorisnya. Dari hasil rencana anggaran biaya kemudian dilakukan analisa
ekonomi dan parameter ekonomi yang digunakan adalah BCR (Benefit Cost Ratio), IRR
(Internal Rate Return), NPV (Net Present Value), Analisa Pengembalian (Payback
Period).
Dari hasil simulasi dengan bantuan WaterCAD v8i, bahwa sistem jaringan
perpipaan dapat berjalan dengan baik. Hal ini berdasarkan kondisi tekanan pada
alternatif pertama 1,07-6,70 atm dan alternatif kedua 0,80-6,17 atm, headloss gradient
0,1-9,63 m/km dan kecepatan 0,1-0,7 m/detik pada kedua alternatif. Hasil ini sudah
sesuai dengan syarat perencanaan. Anggaran biaya untuk alternatif pertama sebesar Rp.
788.000.000,00, sedangkan alternatif kedua sebesar Rp. 720.565.000,00.
Analisa ekonomi pada tingkat suku bunga 6,5% didapatkan untuk alternatif
pertama nilai rasio Biaya Manfaat (B/C) sebesar 1,11, selisih biaya manfaat (B-C)
sebesar Rp. 12.818.050,81/tahun, Tingkat pengembalian internal (IRR) 8,19%, Periode
pengembalian (PDP) 9 tahun dan harga jual air minimal bersadarkan analisa ekonomi
sebesar 1.500,-/m³. Sedangkan untuk alternatif kedua nilai rasio Biaya Manfaat (B/C)
sebesar 1,23, selisih biaya manfaat (B-C) sebesar Rp. 23.754.313,41/tahun, Tingkat
pengembalian internal (IRR) 9,93%, Periode pengembalian (PDP) 8 tahun dan harga
jual air minimal bersadarkan analisa ekonomi sebesar 1.500,-/m³.
Kata kunci: WaterCAD V.8i, Rencana Anggaran Biaya, Analisa Ekonomi.

6
SUMMARY

Rizki Adhitya Nugraha. Water Resources Engineering, Engineering Faculty, Brawijaya


University, August 2016. WaterCAD Software Application To Clean Water Network
Planning at Taman Village of Sumber Malang Sub District of Situbondo Regency.
Lecturers: Dr. Runi Asmaranto, ST, MT, and Dr. Eng. Riyanto Haribowo, ST, MT.

Taman village is one of 15 villages in the Situbondo Regency which each year
lack of clean water. The location at the high land and faraway from the city center make
the services from the Local Waterworks and good water installation is not exist yet at
the village. Responding to the matter, the study discussed about the clean water
network for Taman village by using debit of water springs of Glintongan of 9.5 liter/
second.
In this study, it was analyzed the clean water network with WaterCAD v8i
program to know the hydraulic condition of the piping network. There are 2 planning
alternative, first with reservoir and secondly without reservoir. The budget plan
analysis also be done by including broncaptering, reservoir and pipes and the
accessories. From the plan of the cost budget then be done the economic analysis and
the economic parameters used was BCR (benefit cost ratio), IRR (Internal rate of
return), NPV (net present value), return analysis (payback period).
From the simulation results with aid of WaterCARD v8i, that the piping network
can run well. It was based on the pressure condition at first alternative 0f 1,07 to 6,70
atm and second alternative of 0,80 to 6,17 atm, headloss gradient of 0,1 to 9,63 m/km
and velocity of 0,1 to 0,7 m/second at the both alternatives. This results suitable with
the planning requirements. The cost budget for first alternative was Rp 788.000.000,00
while for second alternative of Rp 720.565.000,00.
The economic analysis at the interest rate of 6,5% obtained for first alternative
the benefit cost ratio (B/C) of 1,11, the benefit cost differences (B-C) of Rp
12.818.050,81/year. The internal rate return (IRR) of 8,19%. The payback period
(PDP) of 9 years and minimum water selling price based on the economic analysis of
1.500,-/m³. While for second alternative the benefit cost ratio (B/C) of 1,23, the benefit
cost difference (B-C) of Rp 23.754.313,41/year, the internal rate of return 9,93%. The
payback period (PDP) of 8 years and minimum water selling price based on the
economic analysis of 1.500-/m³.
Keywords: WaterCAD V.8i, cost budget plan, economic analysis.

7
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, petunjuk dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Aplikasi Software WaterCAD untuk Studi Perencanaan
Jaringan Air Bersih Desa Taman Kecamatan Sumber Malang Kabupaten
Situbondo”. Tidak lupa shalawat serta salam dihaturkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Penyusunan Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh
mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya. Dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini, antara lain:
1. Bapak Dr. Runi Asmaranto, ST., MT. dan Bapak Dr. Eng. Riyanto Haribowo, ST.,
MT. selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar membimbing saya dalam
proses pengerjaan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Very Dermawan, ST., MT. dan Ibu Emma Yuliani, ST.MT. Ph.D selaku
dosen penguji, yang telah menyediakan waktu untuk menguji dan membimbing
saya.
3. Kedua orang tua, kakak, Adik, Arya, terima kasih atas segala dukungan, motivasi,
serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Teman-teman saya Mbak Elin, Mas Tiar, Rilisky, Via, Hidyantara, Anang, Alief dan
teman-teman angkatan 2012 serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
5. Penduduk Desa Taman yang telah menyambut dengan baik serta membantu saya
dalam proses pengumpulan data sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan
lancar.
Dalam penyusunan laporan ini penulis sadar bahwa masih banyak kekurangan yang
perlu diperbaiki sehingga saran dan kritik sangatlah diperlukan. Akhirnya, penulis
ucapkan terima kasih dan semoga laporan ini bermanfaat, Amin.

Malang, Desember 2016

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah .......................................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................. 2
1.5 Tujuan dan Manfaat ....................................................................................... 3
1.6 Studi Terdahulu yang pernah Dilakukan ........................................................ 3
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 5
2.1 Umum ............................................................................................................. 5
2.2 Analisa Data Kependudukan .......................................................................... 6
2.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk ................................................................... 6
2.2.1.1 Metode Geometri ...................................................................... 6
2.2.1.2 Metode Aritmatik ..................................................................... 6
2.2.1.3 Metode Eksponensial ............................................................... 7
2.2.2 Uji Kesesuaian Metode Proyeksi .......................................................... 7
2.2.2.1 Standar Deviasi......................................................................... 7
2.2.2.2 Koefisien Korelasi .................................................................... 7
2.3 Analiasa Kebutuhan Air Bersih ..................................................................... 8
2.3.1 Kebutuhan Domestik ............................................................................ 8
2.3.2 Kebutuhan Non Domestik .................................................................... 9
2.4 Fluktuasi Kebutuhan Air Bersih ..................................................................... 10
2.5 Analisa Hidraulika Aliran pada Sistem Jaringan Pipa Air Bersih ................. 11
2.5.1 Kecepatan Aliran .................................................................................. 11
2.5.2 Hukum Bernoulli .................................................................................. 12
2.5.3 Hukum Kontinuitas ............................................................................... 13
2.5.4 Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)................................................. 14
2.5.4.1 Kehilangan Tinggi Mayor (Major Losses) .............................. 15
2.5.4.2 Kehilangan Tinggi Minor (Minor Losses) ................................ 17
2.6 Komponen Sistem Jaringan Pipa ................................................................... 18
2.6.1 Pipa ....................................................................................................... 18
2.6.1.1 Jenis Pipa .................................................................................. 18
2.6.1.2 Kriteria Jaringan Pipa Air Bersih .............................................. 21
2.6.2 Sarana Penunjang.................................................................................. 22
2.7 Tandon............................................................................................................ 27
2.8 Mekanisme Pengaliran Dalam Sistem Distribusi Air Bersih ......................... 27
2.8.1 Jenis Pengaliran .................................................................................... 27
2.8.1.1 Menggunakan Gravitasi ....................................................... 27
2.8.1.2 Dengan Bantuan Pompa ....................................................... 27
2.8.1.3 Sistem Gabungan.................................................................. 27

ii
2.8.2 Sistem Perpipaan ...................................................................... 28
2.8.2.1 Pipa Hubungan Seri .................................................... 28
2.8.2.2 Pipa Hubungan Paralel ............................................... 29
2.8.3 Metode Perhitungan Aliran dalam Pipa ................................... 29
2.8.3.1 Metode Jaringan Tertutup (Loop Method) .................. 30
2.8.3.2 Metode Titik Simpul (Junction Method) .................... 31
2.9 Simulasi Aliran pada Sistem Jaringan Distribusi ................................. 32
2.9.1 Analisa Pada Kondisi Permanen .............................................. 32
2.9.2 Analisa Pada Kondisi Tidak Permanen .................................... 32
2.9.3 Perencanaan Teknik Distribusi ................................................. 33
2.10 Analisis Sistem Jaringan Distribusi dengan Software………………..…33
2.10.1 Deskripsi Program WaterCAD v8i ........................................... 34
2.10.2 Tahapan-Tahapan dalam Penggunaan Program WaterCAD 35
2.11 Rencana Anggaran Biaya (RAB)...............................……………........ .40
2.11.1 Langkah-langkah Perhitungan RAB ........................................ 42
2.11.2 Dasar Perhitungan .................................................................... 42
2.12 Analisa Proyek…........…………..................................…………….......... 43
2.13 Harga Air…….…........…………..................................……………..........45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 46
3.1 Kondisi Daerah Studi ................................................................................... 46
3.2 Data Pendukung Kajian ............................................................................... 47
3.2.1 Data Ketersediaan Air di Sumber Mata Air Glintongan .................... 47
3.2.2 Data Jumlah Penduduk ....................................................................... 47
3.2.3 Data Topografi ................................................................................... 48
3.2.3.1 Dokumentasi Daerah Studi .................................................... 49
3.3 Pengolahan Data ................................................................................... 50
3.4 Metodologi Penelitian .................................................................................. 50
3.5 Tahapan Simulasi Program WaterCAD v8i ................................................. 51
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN ............................................................. 55
4.1. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk ................................................................ 55
4.1.1. Proyeksi Penduduk Metode Geometrik .............................................. 55
4.1.2. Proyeksi Penduduk Metode Aritmati ................................................. 56
4.1.3. Proyeksi Penduduk Metode Eksponensial ......................................... 57
4.1.4. Uji Kesesuaian Metode Proyeksi ....................................................... 58
4.1.4.1 Standar Deviasi ....................................................................... 58
4.1.4.2 Koefisien Korelasi .................................................................. 59
4.1.4.3 Kesimpulan ............................................................................. 60
4.2 Proyeksi Kebutuhan Air Bersih ................................................................... 60
4.3. Analisa Perencanaan Jaringan Air Bersih menggunakan Watercad V8i ..... 63
4.3.1. Analisa Simulasi Alternatif 1 ............................................................. 63
4.3.1.1. Evaluasi Kondisi Aliran Pada Pipa Alternatif 1 ..................... 68
4.3.1.2. Analisa Tandon Alternatif 1 ................................................... 70
4.3.1.3. Pressure Reducing Valve (PRV) Alternatif 1 ......................... 72
4.3.2. Analisa Simulasi Alternatif 2 ............................................................. 73
4.3.2.1. Evaluasi Kondisi Aliran Pada Pipa Alternatif 2 ..................... 78
4.3.2.2. Pressure Reducing Valve (PRV) Alternatif 2 ......................... 80
4.4 Rencana Anggaran Biaya Alternatif 1 ........................................................... 81
4.4.1 Pekerjaan Pipanisasi ........................................................................... 81
4.4.2 Pekerjaan Broncaptering (Reservoir) ............................................... 85

iii
4.4.3 Pekerjaan Tandon................................................................................ 90
4.4.4 Rekapitulasi Rencana Anggran Biaya Alternatif 1 ......................... 92
4.5 Rencana Anggaran Biaya Alternatif 2 ........................................................... 92
4.6 Analisa Ekonomi Alternatif 1 ........................................................................ 93
4.6.1 Analisa Biaya (Cost) ............................................................................. 93
4.6.1.1 Capital Cost .............................................................................. 93
4.6.1.2 Annual Cost ............................................................................... 95
4.6.2 Analisa Benefit ...................................................................................... 96
4.6.2.1 Direct Benefit ............................................................................ 96
4.6.2.2 Indirect Benefit.......................................................................... 96
4.6.2.3 Tangible Benefit ........................................................................ 96
4.6.2.4 Intangible Benefit ...................................................................... 97
4.6.3 Analisa Ekonomi Harga Air Pada Saat B/C>1 ..................................... 97
4.6.3.1 Benefit Cost Ratio (BCR).......................................................... 97
4.6.3.2 Net Present Value (NPV) .......................................................... 99
4.6.3.3 Internal Rate of Return (IRR) ................................................... 99
4.6.3.4 Payback Period ......................................................................... 100
4.6.3.5 Penetapan Harga Air ................................................................. 101
4.7 Analisa Ekonomi Alternatif 2 ........................................................................ 101
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 102
5.1 Kesimpulan.................................................................................................... 102
5.1 Saran .............................................................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. x
LAMPIRAN ................................................................................................................ xi

iv
DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman


Gambar 2.1 Fluktuasi Pemakaian Air Harian..................................................... 10
Gambar 2.2 Garis Tenaga dan Tekanan pada Zat Cair ...................................... 12
Gambar 2.3 Aliran dengan Penampang Pipa yang Berbeda............................... 13
Gambar 2.4 Pipa Bercabang ............................................................................... 14
Gambar 2.5 Socket dan Spigot............................................................................ 22
Gambar 2.6 Flange Joint .................................................................................... 22
Gambar 2.7 Increaser dan Reducer .................................................................... 22
Gambar 2.8 Sambungan T .................................................................................. 23
Gambar 2.9 Sambungan Y ................................................................................. 23
Gambar 2.10 Belokan 900..................................................................................... 23
Gambar 2.11 Katup Penurun Tekanan ................................................................. 24
Gambar 2.12 Gate Valve ...................................................................................... 24
Gambar 2.13 Globe Valve .................................................................................... 24
Gambar 2.14 Check Valve .................................................................................... 25
Gambar 2.15 Altitude Valve ................................................................................. 25
Gambar 2.16 Katup Biasa..................................................................................... 25
Gambar 2.17 Katup Penguras ............................................................................... 26
Gambar 2.18 Katup Udara ................................................................................... 26
Gambar 2.10 Meter Air ........................................................................................ 27
Gambar 2.20 Pipa Hubungan Seri ........................................................................ 28
Gambar 2.21 Pipa Hubungan Paralel ................................................................... 29
Gambar 2.22 Skema Jaringan dengan Metode Jaringan Tertutup ........................ 30
Gambar 2.23 Ilustrasi Persamaan Kontinuitas Metode Jaringan Tertutup ........... 31
Gambar 2.24 Skema Jaringan Sederhana ............................................................. 31
Gambar 2.25 Tampilan Welcome Dialog pada WaterCAD v8i ........................... 35
Gambar 2.26 Tampilan Project Properties pada WaterCAD v8i ........................ 35
Gambar 2.27 Tampilan DXF Properties pada WaterCAD v8i ............................. 36
Gambar 2.28 Tampilan Lembar Kerja pada WaterCAD v8i ................................ 36
Gambar 2.29 Tampilan Background Layers pada WaterCAD v8i ....................... 37
Gambar 2.30 Tampilan Pengisian Data Teknis Junction pada WaterCAD v8i ... 38
Gambar 2.31 Tampilan Pengisian Data Teknis Pipa pada WaterCAD v8i.......... 39
Gambar 2.32 Tampilan Pengisian Data Teknis Tandon pada WaterCAD v8i .... 39
Gambar 2.33 Tampilan Pengisian Data Teknis Reservoir pada WaterCAD v8i .. 40
Gambar 2.34 Tampilan Hasil Running (Calculate) pada WaterCAD v8i ............ 40
Gambar 3.1 Peta Batas Administrasi Desa Taman
dan Kecamatan Sumber Malang ..................................................... 46
Gambar 3.2 Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk .......................................... 48
Gambar 3.3 Skema Jaringan Pipa dengan Google Earth ................................... 49
Gambar 3.4 Sumber Mata Air Glintongan ......................................................... 49
Gambar 3.5 Titik Pengambilan air pada tiap Dusun .......................................... 49
Gambar 3.6 Skema Jaringan Pipa ....................................................................... 50
Gambar 3.7 Diagram Alir Penyelesaian Skripsi................................................. 53
Gambar 3.8 Diagram Alir Penyelesaian Proses Simulasi Sistem Jaringan Pip
Dengan Menggunakan Program WaterCAD v8i ............................ 54
Gambar 4.1 Simulasi Compute pada Program WaterCAD v8i Alternatif 1 ....... 64
Gambar 4.2 Grafik Simulasi Program WaterCAD v8i Alternatif 1 .................... 64

v
Gambar 4.3 Grafik Fluktuasi kecepatan dan Headloss Gradient P18
Alternatif 1 ...................................................................................... 69
Gambar 4.4 Grafik Tekanan J-15 Alternatif 1.................................................... 70
Gambar 4.5 Grafik Muka Air dan Flow Out Net Tandon Alternatif 1 ............... 70
Gambar 4.6 Grafik Fluktuasi Kecepatan P1b Alternatif 1 ................................. 71
Gambar 4.7 Grafik Fluktuasi Kecepatan P2 Alternatif 1 ................................... 71
Gambar 4.8 PRV 1, PRV 2 dan PRV 3 Alternatif 1........................................... 72
Gambar 4.9 Simulasi Compute pada Program WaterCAD v8i Alternatif 2 ....... 74
Gambar 4.10 Grafik Simulasi Program WaterCAD v8i Alternatif 2 .................... 74
Gambar 4.11 Grafik Fluktuasi kecepatan dan Headloss Gradient P18
Alternatif 2 ...................................................................................... 79
Gambar 4.12 Grafik Tekanan J-16 Alternatif 2.................................................... 80
Gambar 4.13 PRV 1, PRV 2 dan PRV 3 Alternatif 2........................................... 80

vi
DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman


Tabel 2.1 Matriks Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk Pengembangan
SPAM untuk Berbagai Klasifikasi Kota ............................................... 5
Tabel 2.2 Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan Kategori Kota dan Jumlah Penduduk 9
Tabel 2.3 Kriteria Pemakaian Air Bersih ............................................................... 10
Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams (Chw) .................................. 16
Tabel 2.5 Koefisien Kehilangan Tinggi Tekan Berdasarkan Perubahan
Bentuk Pipa (K) ..................................................................................... 18
Tabel 2.6 Keuntungan dan Kerugian Pipa Cast Iron ............................................. 19
Tabel 2.7 Keuntungan dan Kerugian Pipa Galvanized Iron .................................. 19
Tabel 2.8 Keuntungan dan Kerugian Pipa PVC..................................................... 20
Tabel 2.9 Keuntungan dan Kerugian Pipa Baja ..................................................... 20
Tabel 2.10 Keuntungan dan Kerugian Pipa Beton ................................................... 20
Tabel 2.11 Keuntungan dan Kerugian Pipa HDPE .................................................. 21
Tabel 2.12 Kriteria Jaringan Pipa............................................................................. 21
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Taman .............................................................. 48
Tabel 3.2 Jumlah KK tiap Dusun ........................................................................... 48
Tabel 3.3 Elevasi .................................................................................................... 48
Tabel 4.1 ... Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Taman 55
Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Geometrik .............. 56
Tabel 4.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Aritmatik ................ 57
Tabel 4.4 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Eksponensial .......... 58
Tabel 4.5 Rekapitulasi Perhitungan Standar Deviasi ............................................. 59
Tabel 4.6 Rekapitulasi Perhitungan Koefisien Korelasi ........................................ 60
Tabel 4.7 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Dusun Krajan ................................. 61
Tabel 4.8 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Dusun Andung ............................... 62
Tabel 4.9 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Dusun Taman ................................ 62
Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Bersih ................................... 63
Tabel 4.11 Pemasangan Pipa Baru Alternatif 1 ....................................................... 63
Tabel 4.12 Hasil Simulasi pada Pipa Pukul 00.00 Alternatif 1 ................................ 65
Tabel 4.13 Hasil Simulasi pada Pipa Pukul 07.00 Alternatif 1 ................................ 66
Tabel 4.14 Hasil Simulasi pada titik simpul (Junction) Pukul 00.00 Alternatif 1 ... 67
Tabel 4.15 Hasil Simulasi pada titik simpul (Junction) Pukul 07.00 Alternatif 1 .. 70
Tabel 4.16 Spesifikasi Tandon Alternatif 1 ............................................................. 72
Tabel 4.17 Hasil Simulasi PRV Pukul 00.00 Alternatif 1 ....................................... 72
Tabel 4.18 Hasil Simulasi PRV Pukul 07.00 Alternatif 1........................................ 72
Tabel 4.19 Pemasangan Pipa Baru Alternatif 2 ....................................................... 73
Tabel 4.20 Hasil Simulasi pada Pipa Pukul 00.00 Alternatif 2 ................................ 75
Tabel 4.21 Hasil Simulasi pada Pipa Pukul 07.00 Alternatif 2 ................................ 76
Tabel 4.22 Hasil Simulasi pada titik simpul(Junction) Pukul 00.00 Alternatif 2 ..... 77
Tabel 4.23 Hasil Simulasi pada titik simpul(Junction) Pukul 08.00 Alternatif 2 ... 77
Tabel 4.24 Hasil Simulasi PRV Pukul 00.00 Alternatif 2........................................ 80
Tabel 4.25 Hasil Simulasi PRV Pukul 07.00 Alternatif 2........................................ 81
Tabel 4.26 Pengadaan Pipa dan Aksesoris Pipa....................................................... 81
Tabel 4.27 Pemasangan Pipa.................................................................................... 82
Tabel 4.28 Tumpuan Pengikat (Anchor Block) ........................................................ 83
Tabel 4.29 Perhitungan Volume Anchor Block........................................................ 83

vii
Tabel 4.30 Anggaran Biaya untuk Pipa dan Aksesorisnya ...................................... 84
Tabel 4.31 Pekerjaan Broncaptering (Reservoiar)................................................... 85
Tabel 4.32 Perhitungan Volume Broncaptering ...................................................... 88
Tabel 4.33 Anggaran Biaya untuk Broncaptering ................................................... 89
Tabel 4.34 Perhitungan Volume Tandon ................................................................. 90
Tabel 4.35 Anggaran Biaya untuk Tandon .............................................................. 91
Tabel 4.36 Rekapitulasi Anggaran Biaya Alternatif 1 ............................................. 92
Tabel 4.37 Rekapitulasi Anggaran Biaya Alternatif 2 ............................................. 92
Tabel 4.38 Biaya Langsung Jaringan Pipa Desa Taman .......................................... 93
Tabel 4.39 Biaya Tidak Langsung Jaringan Pipa Desa Taman ............................... 94
Tabel 4.40 Analisa Biaya Modal Tahunan ............................................................... 94
Tabel 4.41 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Pipa ..................................... 95
Tabel 4.42 Biaya Total Rencana dengan Pelayanan 100 % ..................................... 95
Tabel 4.43 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 6%.......................... 98
Tabel 4.44 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 6.5% ....................... 98
Tabel 4.45 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 7% .......................... 98
Tabel 4.46 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 8% .......................... 98
Tabel 4.47 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 9%.......................... 98
Tabel 4.48 Rekapitulasi Rasio Manfaat Biaya Proyek ............................................. 98
Tabel 4.49 Nilai B-C Pada Berbagai Tingkat Suku Bunga ...................................... 99
Tabel 4.50 Rekapitulasi Analisa Ekonomi ............................................................... 100

viii
DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman


Lampiran 1 Skema Jaringan Pipa dan Detai Bangunan ..................................... -
Lampiran 2 RAB dan Analisa Ekonomi Alternatif 2 ......................................... -
Lampiran 3 Harga Satuan Pekerjaan Kabupaten Situbondo .............................. -
Lampiran 4 Tabel Suku Bunga untuk Analisa Ekonomi ................................... -

ix
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia yang dibutuhkan setiap waktu, sehingga
ketersediaannya harus selalu ada dan berkelanjutan. Penyediaan air bersih untuk masyarakat
mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan
masyarakat.
Sampai saat ini penyediaan air bersih untuk masyarakat di Indonesia masih dihadapkan
pada beberapa permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini masih belum dapat
diatasi sepenuhnya. Salah satu masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih
rendahnya tingkat pelayanan air bersih untuk masyarakat pedesaan.
Data yang didapatkan dari dinas-dinas terkait masalah air bersih di Kabupaten
Situbondo, ada 15 desa yang paling rawan ketersediaan air bersihnya. Salah satu desa yang
ada yaitu Desa Taman Kecamatan Sumber Malang. Lokasinya yang berada pada dataran
tinggi dan jauh dari pusat kota membuat pelayanan dari Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) dan instalasi air yang baik belum ada di desa tersebut. Kebutuhan akan air bersih
dan pertumbuhan penduduk yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, membuat
penduduk sulit untuk mencukupi kebutuhan air bersih.
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah ini adalah dengan
mambuat perencanaan jaringan air bersih yang baik. Dengan memperhatikan peningkatan
dan pola kebutuhan konsumen, serta analisa hidraulika pada sistem jaringan pipa yang
meliputi pengaruh tinggi tekan hidraulik dan diameter pipa yang harus cukup untuk
mengalirkan debit sesuai dengan yang dibutuhkan.

1.2. Identifikasi Masalah


Desa Taman merupakan desa yang terletak di Kecamatan Sumber Malang. Desa Taman
terdiri dari 3 dusun, yaitu Dusun Krajan, Dusun Andung, dan Dusun Taman. Dimana
semuanya mengalami kekeringan sepanjang tahun.
Di Desa Taman sebenarnya sudah memiliki instalasi air baku yang memanfaatkan
sumber mata air dari Desa Alas Tengah. Namun karena debitnya terlalu kecil, maka hanya
mampu mencukupi 40% kebutuhan air baku penduduk Dusun Krajan. Sedangkan 60%

1
2

penduduk di Dusun Krajan dan dua lainnya masih mengalami kekurangan air baku. Dari
data Situbondo dalam angka tahun 2014 menyatakan bahwa sebagian besar jenis tanah di
Kecamatan Sumber Malang adalah Latosol atau tanah berbatu-batu, inilah sebabnya
penggalian sumur yang dilakukan warga sulit untuk menemukan air tanah.
Alhasil dalam memenuhi kebutuhan akan air baku selama ini, penduduk memilih
menampung air hujan dan mengandalkan sumber mata air di dekat sungai yang posisinya
kurang lebih 100 m dibawah pemukiman dengan menggunakan timba manual. Namun air
baku yang didapatkan dari sumber mata air dekat sungai tersebut masih belum dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat dikarenakan debitnya yang kritis pada saat musim
kemarau dan kondisi air baku yang tercemar kualitasnya pada musim penghujan karena
luapan air sungai.
Salah satu upaya untuk memenuhi kebutuhan air bersih di wilayah ini adalah dengan
memanfaatkan sumber mata air Glintongan. Sumber mata air yang ada, berada di lereng
bukit Desa Alas Tengah, yang lokasinya secara topografi berada diatas Desa Taman. Dari
hasil survei lapangan bersama dengan penduduk setempat, ditemui 3 sumber mata air yang
memiliki potensi debit sebasar 9,5 liter/detik, letak antar sumber kurang lebih 20-30 meter,
dan berupa rembesan dari bebatuan. Dengan potensi sumber mata air Glintongan, maka
diharapkan mampu mencukupi kebutuhan air baku pada 3 dusun di Desa Taman.

1.3. Rumusan Masalah


Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka
rumusan masalah yang dapat dikemukakan dalam studi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kondisi hidrolis sistem jaringan air bersih sampai Tahun 2035 di
Desa Taman?
2. Berapakah rencana anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembanguan jaringan
air bersih di Desa Taman?
3. Bagaimanakah analisa ekonomi untuk jaringan air bersih Desa Taman?

1.4. Batasan Masalah


Dalam pembahasan ini, diberikan beberapa batasan masalah antara lain :
1. Lokasi studi di Desa Taman, Kecamatan Sumber Malang, Kabupaten Situbondo.
2. Perhitungan kebutuhan air didasarkan pada kebutuhan air bersih di lokasi studi,
yaitu di Desa Taman, Kecamatan Sumber Malang, Kabupaten Situbondo.
3. Jaringan air bersih memanfaatkan kapasitas debit sumber mata air Glintongan.
3

4. Memodelkan sistem jaringan air bersih menggunakan paket progam Watercad V.8i.
5. Tidak membahas analisa kualitas air, analisa sosial, dan dampak lingkungan
(AMDAL).
6. Tidak menghitung analisa struktur broncaptering, tandon, anchor block.
7. Parameter yang digunakan dalam dalam analisis ekonomi ini adalah BCR (Benefit
Cost Ratio), IRR (Internal Rate Return), NPV (Net Present Value), dan Analisa
Pengembalian (Payback Period).

1.5. Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan dari pelaksanaan studi ini adalah untuk:
1. Menghitung kondisi hidrolis sistem jaringan air bersih sesuai dengan standar
perencanaan jaringan air bersih dengan bantuan WaterCAD V8i.
2. Menghitung besarnya Rencana Anggaran Biaya (RAB) pada tahap perencanaan.
3. Menghitung analisa ekonomi untuk jaringan air bersih di Desa Taman
Manfaat studi ini yaitu memberikan masukan atau informasi kepada Dinas Cipta
Karya untuk dapat menyediaan air bersih melalui pembangunan sistem jaringan air bersih
di Desa Taman yang kemudian dapat menunjuk Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum
(HIPPAM) sebagai pengelolah dan dapat dijadikan sebagai masterplan perencanaan sistem
jaringan air bersih yang baik bagi penduduk Desa Taman serta menambah wawasan
keilmuan dan penguasaan program khususnya WaterCAD V8i dalam bidang perencanaan
sistem jaringan air bersih.

1.6. Studi Terdahulu yang pernah Dilakukan


Dalam rangka mengkaji dan mempelajari permasalahan perencanaan jaringan air
bersih, maka terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa penelitian dari studi terdahulu
yang terkait dilihat dari kesamaan studi, diantaranya yaitu :
1. Wahyu Nandiar Novianti, 2012, Aplikasi Sortware WaterCAD untuk Studi
Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Unit
Ngajum. Dalam studi ini untuk jenis pengalirannya secara gravitasi dan untuk
menggambarkan kondisi aliran dalam tandon menggunakan analisa secara menual.
Dari studi ini, maka dalam laporan skripsi ini untuk perencanaan tandonnya mencoba
menggunakan waterCAD.
2. I Gede Ari Darma Saputra, 2011, Studi perencanaan sistem jaringan distribusi pipa air
bersih di kecamatan sooko kabupaten mojokerto dengan program WaterCAD. Dalam
4

studi ini, debit inflow dimasukkan melalui junction, karena reservoir di dalam program
WaterCAD debitnya diasumsikan tidak terbatas. Dari studi ini, maka pada laporan
skripsi ini untuk simulasi jaringan air bersih oleh WaterCAD juga memasukkan debit
Inflow melalui junction dan dianggap sama dengan reservoir.
3. Rizqa liyanata Rachmawati, 2010, Analisa ekonomi dalam penentuan harga air pada
sistem penyediaan air baku di kecamatan kubu kabupaten karangasem bali. Dalam
studi ini, untuk analisa sensitivitas di dalam pembahasan analisa ekonomi
menggunakan sensitivitas dana hibah dari pemerintah mencapai 90 %. Dari studi ini,
maka dalam laporan skripsi ini untuk analisa sensitivitas dalam analisa ekonominya
juga membahasan mengenai dana hibah 100% dari pemerintah.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Umum
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, penyediaan air minum merupakan kegiatan
menyediakan air minum dalam memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapat
kehidupan yang sehat, bersih dan produktif. Sistem penyediaan air minum (SPAM)
merupakan suatu kesatuan sistem fisik (teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air
minum. Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas
dan atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen,
keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan
penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Tabel 2.1 Matriks Kriteria Utama Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SPAM
untuk Berbagai Klasifikasi Kota
Kriteria Jenis Kota
No
Teknis Metro Besar Sedang Kecil
Jenis
I Rencana Induk Rencana Induk Rencana Induk -
Perencanaan
Horison
II 20 tahun 15 - 20 tahun 15 - 20 tahun 15 - 20 tahun
Perencanaan
Sumber Air
III Investigasi Investigasi Identifikasi Identifikasi
Baku
Penyedia jasa/ Penyedia jasa/ Penyedia jasa/ Penyedia jasa/
penyelenggara/ penyelenggara/ penyelenggara/ penyelenggara/
IV Pelaksana
pemerintah pemerintah pemerintah pemerintah
daerah daerah daerah daerah
Peninjauan
V Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun Per 5 tahun
Ulang
Penyelenggara/ Penyelenggara/ Penyelenggara/ Penyelenggara/
Penanggung
VI Pemerintah Pemerintah Pemerintah Pemerintah
-jawab
Daerah Daerah Daerah Daerah
- Hibah LN - Hibah LN - Hibah LN
- Pinjaman LN - Pinjaman LN - Pinjaman LN
- Pinjaman - Pinjaman - Pinjaman
VI Sumber - Pinjaman LN
DN DN DN
I Pendanaan - APBD
- APBD - APBD - APBD
- PDAM - PDAM - PDAM
- Swasta - Swasta - Swasta
Sumber: Peraturan Menteri PU Penyelenggaraan Pengembangan SPAM, 2007

5
6

2.2 Analisa Data Kependudukan


2.2.1 Proyeksi Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk pada suatu wilayah selalu berubah setiap waktu. Pertumbuhan
penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kelahiran, kematian dan migrasi.
Rumus proyeksi penduduk ini digunakan untuk meramalkan jumlah penduduk dimasa
mendatang.
Proyeksi penduduk merupakan perhitungan jumlah penduduk dimasa yang akan
datang berdasarkan asumsi perkembangan kelahiran, kematian dan migrasi. Perhitungan
proyeksi jumlah penduduk diperlukan sebagai perhitungan dasar dalam perencanaan
pengembangan penyediaan air bersih di suatu wilayah dalam kurun waktu perencanaan.
Faktor yang mempengaruhi proyeksi jumlah penduduk antara lain:
1. Jumlah populasi dalam suatu wilayah
2. Laju pertumbuhan penduduk
3. Kurun waktu proyeksi
Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk memproyeksikan jumlah
penduduk. Dalam studi ini metode yang digunakan antara lain:
1. Metode aritmatik
2. Metode geometrik
3. Metode eksponensial
2.2.1.1 Metode Aritmatik
Perkembangan penduduk dengan menggunakan metode ini dirumuskan sebagai
berikut (Muliakusuma, 2000: 115):
Pn  P0 1  rn  (2-1)
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r = angka pertambahan penduduk tiap tahun (%)
n = jumlah tahun proyeksi (tahun)
2.2.1.2 Metode Geometrik
Perkembangan penduduk suatu daerah dengan menggunakan metode geometrik
dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Muliakusuma, 2000: 115):
Pn = P0 (1+r)n (2-2)
7

dengan:
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r = angka pertambahan penduduk tiap tahun (%)
n = jumlah tahun proyeksi (tahun)
2.2.1.3 Metode Eksponensial
Perkiraan jumlah penduduk berdasarkan metode eksponensial dapat dihitung
dengan persamaan berikut (Muliakusuma, 2000: 115):

Pn  P0 .e r.n (2-3)
dengan:
Pn = jumlah penduduk pada akhir tahun ke-n (jiwa)
P0 = jumlah penduduk pada tahun yang ditinjau (jiwa)
r = angka pertambahan penduduk tiap tahun (%)
n = jumlah tahun proyeksi (tahun)
e = bilangan logaritma natural (2,7182818)
2.2.2 Uji Kesesuaian Metode Proyeksi
2.2.2.1 Standar Deviasi
Standar deviasi diartikan sebagai nilai atau standar yang menunjukkan besar jarak
sebaran terhadap nilai rata-rata. Jadi semakin besar nilai standar deviasi, maka data
menjadi kurang akurat. Berikut merupakan rumusan dari perhitungan standar deviasi
(Soewarno, 1995: 75).
n

 (X i  X )2
S i 1
(2-4)
n 1
dengan:
S = standar deviasi
Xi = nilai varian (penduduk proyeksi)
X = nilai rata-rata
n = banyaknya data
2.2.2.2 Koefisien Korelasi
Pemilihan metode proyeksi pertumbuhan penduduk berdasarkan cara pengujian
statistik yakni berdasarkan pada nilai koefesien korelasi yang terbesar mendekati +1.
Adapun rumusan untuk menentukan besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut:
8

n n n
n. X i .Yi   X i . Yi
r i 1 i 1 i 1

 n 2  n 2
  n 2  n 2 
 n. X    X  . n. Y    Y  
 i 1 i  i 1 i    i 1 i  i 1 i  
   (2-5)
dengan:
r = koefisien korelasi
X = tahun proyeksi
Y = jumlah penduduk hasil proyeksi

2.3 Analisa Kebutuhan Air Bersih


Kebutuhan air adalah jumlah air yang digunakan secara wajar untuk keperluan
pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Umumnya
air ini banyak diperlukan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pemakaian air oleh masyarakat tidak terbatas pada keperluan domestik, namun
untuk keperluan industri dan keperluan perkotaan. Besarnya pemakaian oleh masyarakat
dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti tingkat hidup, pendidikan, tingkat ekonomi dan
kondisi sosial. Dengan demikian, dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air,
kemungkinan penggunaan air dan variasinya haruslah diperhitungkan secermat mungkin
(Linsley, 1996: 91).
Macam kebutuhan air bersih umumnya dibagi atas dua kelompok yaitu:
1. Kebutuhan Domestik
2. Kebutuhan Non Domestik
2.3.1 Kebutuhan Domestik
Kebutuhan air domestik merupakan pemakaian air yang digunakan untuk aktivitas
di lingkungan rumah tangga. Penyediaan air bersihnya dihitung berdasarkan jumlah
penduduk, prosentase jumlah penduduk yang akan terlayani, cara pelayanan air dan
konsumsi pemakaian air. Sehingga semakin luas wilayah yang harus dilayani maka
semakin besar kebutuhan air bersih yang diperlukan masyarakat.
9

Tabel 2.2 Kebutuhan Air Bersih berdasarkan Kategori Kota dan Jumlah Penduduk
Kategori Kebutuhan air
Keterangan Jumlah Penduduk
Kota (liter/orang/hari)
I Kota Metropolitan >1.000.000 > 150
II Kota Besar 500.000 – 1.000.000 120-150
III Kota Sedang 100.000 - 500.000 90-120
IV Kota Kecil 20.000 - 100.000 80-120
V Desa < 20.000 60-80
Sumber: Peraturan Menteri PU Penyelenggaraan Pengembangan SPAM, 2007
Berdasarkan cara pelayanannya, kebutuhan air domestik dibagi menjadi dua jenis
yaitu sambungan rumah dan hidran umum. Sambungan rumah merupakan jenis sambungan
yang menyediakan air langsung ke setiap rumah warga dengan menggunakan sambungan
pipa distribusi melalui meteran air dan instalasi pipa yang dipasang di dalam rumah.
Pelayanan sambungan rumah ini ditujukan untuk masyarakat yang sudah menempati
rumah secara permanen. Sedangkan hidran umum merupakan jenis sambungan yang
menyediakan air melalui kran yang dipasang di tempat tertentu untuk mempermudah
masyarakat dalam mencukupi kebutuhan mandi, cuci dan minum. Pelayanan hidran umum
ini diperuntukkan bagi masyarakat yang menempati rumah non permanen atau golongan
ekonomi bawah.
2.3.2 Kebutuhan Non Domestik
Kebutuhan non domestik merupakan kebutuhan air selain untuk keperluan rumah
tangga dan sambungan kran umum, seperti penyediaan air untuk sarana sosial, tempat
ibadah, sekolah, rumah sakit, asrama dan juga untuk keperluan komersil seperti industri,
hotel, perdagangan serta untuk pelayanan jasa umum. Adapun besarnya kebutuhan non
domestik berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Tentang Penyelenggaraan
Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah sebesar 15% dari kebutuhan
domestik.

2.4 Fluktuasi Kebutuhan Air Bersih


Fluktuasi yang terjadi tergantung pada suatu aktivitas penggunaan air dalam
keseharian masyarakat. Berikut grafik fluktuasi kebutuhan air dari Dirjen Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum dan tabel pengali dari grafik tersebut.
10

Gambar 2.1 Grafik Load Factor terhadap Kebutuhan Air Bersih


Sumber: DPU Ditjen Cipta Karya Direktorat Air Bersih (1994: 24)
Tabel 2.3 Faktor Pengali (Load Factor) terhadap Kebutuhan Air Bersih
Jam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
LF 0.31 0.37 0.45 0.64 1.15 1.40 1.53 1.56 1.41 1.38 1.27 1.20
Jam 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
LF 1.14 1.17 1.18 1.22 1.31 1.38 1.25 0.98 0.62 0.45 0.37 0.25
Sumber: DPU Ditjen Cipta Karya Direktorat Air Bersih (1994: 24)
Grafik dan faktor pengali tersebut berdasarkan pada umumnya masyarakat
Indonesia yang cenderung menggunakan kebutuhan air pada pagi dan sore hari. Sehingga
pada jam-jam tertentu pada pagi dan sore hari, tingkat pelayanan kebutuhan air menjadi
meningkat. Oleh karena itu, diperlukan adanya kriteria tingkat kebutuhan yang digunakan
masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan per satu hari. Berikut kriteria tingkat
kebutuhan air masyarakat yang digolongkan.
1. Kebutuhan air rata-rata, yaitu penjumlahan kebutuhan total (domestik dan non
domestik) ditambah dengan kehilangan air.
2. Kebutuhan harian maksimum, yaitu kebutuhan air terbesar dan kebutuhan rata-rata
harian dalam satu minggu.
3. Kebutuhan air pada jam puncak, yaitu pemakaian air tertinggi pada jam-jam tertentu
selama periode satu hari.
Kebutuhan harian maksimum dan jam puncak diperlukan dalam perhitungan
besarnya kebutuhan air bersih, karena hal ini menyangkut kebutuhan pada hari-hari tertentu
dan pada jam puncak pelayanan. Sehingga penting mempertimbangkan nilai koefisien
11

untuk keperluan tersebut. Pendekatan angka koefisien yang biasa digunakan dalam
perhitungan kebutuhan harian dan jam puncak adalah:
 kebutuhan harian maksimum = 1,15 x kebutuhan air rata-rata
 kebutuhan jam puncak = 1,56 x kebutuhan air maksimum

2.5 Analisa Hidraulika pada Sistem Jaringan Pipa Air Bersih


Air di dalam pipa selalu mengalir dari tempat yang memiliki tinggi energi lebih
besar menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih kecil. Aliran tersebut memiliki tiga
macam energi yang bekerja di dalamnya, yaitu (Priyantoro, 1991: 5):
1. Energi kinetik, yaitu energi yang ada pada partikel massa air sehubungan dengan
kecepatannya.
2. Energi tekanan, yaitu energi yang ada pada partikel massa air sehubungan dengan
tekanannya.
3. Energi ketinggian, yaitu energi yang ada pada partikel massa air sehubungan dengan
ketinggiannya terhadap garis refrensi (datum line).
2.5.1 Kecepatan Aliran
Kecepatan aliran dalam pipa berbeda-beda tergantung jenis pipa yang digunakan,
dimana hal ini juga akan disesuaikan dengan kondisi setempat mengenai kemiringan lahan
maupun adanya penambahan tekanan dari adanya pemompaan. Kecepatan tidak boleh
terlalu kecil sebab dapat menyebabkan endapan dalam pipa tidak terdorong, selain itu juga
diameter pipa jadi berkurang karena adanya endapan dan akan membebani biaya
perawatan. Sebaliknya, jika kecepatan aliran terlalu tinggi, maka akan berakibat korosi
pada pipa dan juga menambah nilai head loss yang berakibat elevasi reservoirnya harus
tinggi. Untuk menghitung kecepatan digunakan rumus sebagai berikut:
Q  A.V (2-6)

1
Q  . .D 2 .V (2-7)
4
dengan:
Q = debit yang mengalir (m3/detik)
A = luas penampang (m2)
V = kecepatan (m/detik)
12

2.5.2 Hukum Bernoulli


Air di dalam pipa selalu mengalir dari tempat yang memiliki tinggi energi lebih
besar menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih kecil. Hal tersebut dikenal dengan
prinsip Bernoulli, bahwa tinggi energi total pada sebuah penampang pipa adalah jumlah
energi kecepatan, energi tekanan dan energi ketinggian yang dapat ditulis sebagai berikut:
ETot = Energi ketinggian + Energi kecepatan + Energi tekanan
V2 p
ETot = h + + (2-8)
2g γw
dengan:
p = tekanan (atm)
w = berat jenis air (kg/m3)
V = kecepatan aliran (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
h = ketinggian (m)
Menurut teori Kekekalan Energi dari Hukum Bernoulli apabila tidak ada
energi yang lolos atau diterima antara dua titik dalam satu sistem tertutup, maka
energi totalnya tetap konstan. Hal tersebut dapat dijelaskan pada Gambar 2.2
berikut:
a
2
V1 EGL
2g hL
a
P1 HGL
2
 V2
2g

V1
P2

V2
h1

h2

b
. b

Gambar 2.2 Garis Tenaga dan Tekanan pada Zat Cair


Sumber: Priyantoro (1991: 7)
Adapun persamaan Bernoulli dalam gambar di atas dapat ditulis sebagai berikut
(Priyantoro, 1991: 8):
2 2
p1 v1 p v
h1    h2  2  2  h L (2-9)
 2g  2g
13

dengan:
p1 p 2
, = tinggi tekan di titik 1 dan 2 (m)
γw γ w
2 2
V1 V 2
, = tinggi energi di titik 1 dan 2 (m)
2g 2g
p1, p2 = tekanan di titik 1 dan 2 (atm)
w = berat jenis air (kg/m3)
V1, V2 = kecepatan aliran di titik 1 dan 2 (m/detik)
g = percepatan gravitasi (m/detik2)
h1, h2 = tinggi elevasi di titik 1 dan 2 dari garis yang ditinjau (m)
HL = kehilangan tinggi tekan dalam pipa (m)
Pada Gambar 2.2 tampak garis yang menunjukkan besarnya tekanan air pada
penampang tinjauan. Garis tekanan ini pada umumnya disebut garis gradien hidraulis atau
garis kemiringan hidraulis. Jarak vertikal antara pipa dengan garis gradien hidraulis
menunjukkan tekanan yang terjadi dalam pipa. Pada gambar juga tampak adanya
perbedaan ketinggian antara titik 1 dan 2 merupakan kehilangan energi (head loss) yang
terjadi sepanjang antara penampang 1 dan 2.
2.5.3 Hukum Kontinuitas
Air yang mengalir dalam suatu pipa secara terus menerus yang mempunyai luas
penampang A m2 dan kecepatan v m/detik akan memiliki debit yang sama pada setiap
penampangnya. Dalam persamaan Hukum Kontinuitas dinyatakan bahwa debit yang
masuk ke dalam pipa sama dengan debit yang keluar, seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2.3.

2
1
Q2
Q1 V2
V1 A2
A1
Gambar 2.3 Aliran dengan Penampang Pipa yang Berbeda
Sumber: Triatmodjo (1996: 137)
Hubungan antara Hukum Kontinuitas dengan ketiga bagan pada Gambar 2.4
dapat ditunjukkan dengan dua persamaan berikut (Priyantoro, 1991: 8):
Qmasuk = Qkeluar
A1 . V1 = A2 . V2 (2-10)
14

dengan:
Q1, Q2 = debit pada potongan 1 dan 2 (m3/detik)
A1, A2 = luas penampang pada potongan 1 dan 2 (m2)
V1, V2 = kecepatan pada potongan 1 dan 2 (m/detik)
Hal ini juga berlaku pada pipa bercabang. Hukum Kontinuitas pada pipa bercabang,
dimana debit yang masuk ke dalam pipa akan sama dengan penjumlahan dari debit-debit
yang keluar dari percabangan pipa.
Q1 = Q2 + Q3 (2-11)
A1 . V1 = A2 . V2 + A3 . V3 (2-12)
dengan:
Q1, Q2, Q3 = debit yang mengalir pada penampang 1, 2 dan 3 (m3/detik)
V1, V2, V3 = kecepatan pada penampang 1, 2 dan 3 (m/detik)
A1, A2, A3 = luas penampang 1, 2 dan 3 (m2)
Hukum Kontinuitas pada pipa bercabang seperti diperlihatkan pada Gambar 2.4.
2
Q2
1
V2
2
Q1 1 3
V1

V3
Q3
3
Gambar 2.4 Pipa Bercabang
Sumber: Triatmodjo (1996: 137)
Pada jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen yang utama. Pipa
berfungsi sebagai sarana mengalirkan zat cair dari suatu titik simpul ke titik simpul yang
lain. Aliran dalam pipa timbul bila terjadi perbedaan tekanan pada dua tempat, yang bisa
terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena digunakannya pompa.
2.5.4 Kehilangan Tinggi Tekan (Head Loss)
Pada perencanaan jaringan pipa air tidak mungkin dapat dihindari adanya
kehilangan tinggi tekan selama air mengalir melalui pipa tersebut. Kehilangan tinggi tekan
dalam pipa dapat dibedakan menjadi kehilangan tinggi tekan mayor (major losses) dan
kehilangan tinggi tekan minor (minor losses).
15

2.5.4.1 Kehilangan Tinggi Mayor (Major Losses)


Tegangan geser yang terjadi pada dinding pipa merupakan penyebab utama
menurunnya garis energi pada suatu aliran (major losses) selain bergantung juga pada jenis
pipa. Ada beberapa teori dan formula untuk menghitung besarnya kehilangan tinggi tekan
mayor ini yaitu dari Hazen-Williams, Darcy-Weisbach, Manning, Chezy, Colebrook-White
dan Swamme-Jain. Adapun besarnya kehilangan tinggi tekan mayor dalam kajian ini
dihitung dengan persamaan Hazen-Williams (Priyantoro, 1991: 21):

Q  0.354  C hw  A  R 0,63  S 0,54 (2-13)

V  0.354  Chw  R 0,63  S 0,54 (2-14)


dengan:
V = kecepatan aliran pada pipa (m/detik)
Chw = koefisien kekasaran pipa Hazen-Williams
A = luas penampang aliran (m2)
Q = debit aliran pada pipa (m3/detik)
S = kemiringan hidraulis
= hf / L

R = jari-jari hidraulis (m)


A 1 4 πD 2
= 
P πD
=D/4
Untuk Q = V / A, didapat persamaan kehilangan tinggi tekan mayor menurut Hazen-
Williams sebesar (Webber, 1971: 121):
h f  k.Q1,85 (2-15)

10,7 L
k  1,85
(2-16)
C hw .D 4,87

dengan:
hf = kehilangan tinggi tekan mayor (m)

D = diameter pipa (m) L = panjang pipa (m)


k = koefisien karakteristik pipa
Q = debit aliran pada pipa (m3/detik)
Chw = koefisien kekasaran Hazen-Williams
16

Tabel 2.4 Koefisien Kekasaran Pipa Hazen-Williams (Chw)


Pipe Materials CHW
Asbestos Cement 140
Brass 130-140
Brick sewer 100
Cast Iron
New Unlined 130
10 years old 107-113
20 years old 89-100
30 years old 75-90
40 years old 64-83
Concrete or concrete lined
Steel forms 140
Wooden forms 120
Centrifugally spun 135
Copper 130-140
Galvanized iron 120
Glass 140
Lead 130-140
Plastic (PVC) 140-150
Steel
Coal-tarenamel lined 145-150
New Unlined 140-150
Riveted 110
Tin 130
Vitrified clay 110-140
Wood stave 120
Sumber: Priyantoro (1991: 20)
Penggunaan metode Hazen-Williams ini disebabkan karena metode Hazen-Williams
ini paling sering digunakan oleh para teknisi dalam analisis sistem pipa bertekanan
(Bentley, 2007: 934). Selain itu penentuan nilai koefesien kekasaran pada masing-masing
jenis bahan pipa juga lebih mudah karena tidak dalam bentuk grafik seperti pada metode
yang lain sehingga kesalahan dalam penentuan nilai kekasaran dapat lebih diminimalisir.
17

2.5.4.2 Kehilangan Tinggi Minor (Minor Losses)


Kehilangan energi minor diakibatkan oleh adanya belokan pada pipa sehingga
menimbulkan turbulensi. Selain itu juga dikarenakan adanya penyempitan maupun
pembesaran penampang secara mendadak.
Pada pipa-pipa yang panjang, kehilangan minor ini sering diabaikan tanpa kesalahan
yang berarti (L/D >>1000), tetapi dapat menjadi cukup penting pada pipa yang pendek
(Priyantoro, 1991:37). Kehilangan minor pada umumnya akan lebih besar bila terjadi
perlambatan kecepatan aliran di dalam pipa dibandingkan peningkatan kecepatan akibat
adanya pusaran arus yang ditimbulkan oleh pemisahan aliran dari bidang batas pipa
(Linsley, 1989:273). Adapun kehilangan tinggi tekan minor dapat dihitung dengan
Persamaan berikut:
Q
hf  k (2-15)
2A2 g
dengan:
hLm = Kehilangan tinggi minor (m)
V = Kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
K = Koefisien kehilangan tinggi tekan minor (Tabel 2.5)
Atau
V2
h Lm  k. (2-16)
2g
dengan:
hLm = kehilangan tinggi minor (m)
V = kecepatan rata-rata dalam pipa (m/det)
g = percepatan gravitasi (m/det2)
K = koefisien kehilangan tinggi tekan minor (Tabel 2.5)
Besarnya nilai koefisien K sangat beragam, tergantung dari bentuk fisik pengecilan,
pembesaran, belokan, dan katup. Namun nilai K ini masih merupakan pendekatan karena
dipengaruhi bahan, kehalusan sambungan, dan umur sambungan. Adapun nilai K dapat
dilihat pada Tabel 2.5
18

Tabel 2.5 Koefisien Kehilangan Tinggi Tekan Berdasarkan Perubahan Bentuk Pipa (K)
Jenis Perubahan Jenis Perubahan
K K
Bentuk Pipa Bentuk Pipa
Inlet Belokan 90o
Bell mounth 0,03 – 0,05 R/D = 4 0,16-0,18
Rounded 0,12-0,25 R/D = 2 0,19-0,25
Sharp Edged 0,50 R/D = 1 0,35-0,40
Projecting 0,80
Belokan Tertentu
Pengecilan Tiba-tiba θ = 15o 0,05
D2/D1 = 0,80 0,18 θ = 30o 0,10
D2/D1 = 0,50 0,37 θ = 45o 0,20
D2/D1 = 0,20 0,49 θ = 60o 0,35
θ = 90o 0,80
Pengecilan Mengerucut
D2/D1 = 0,80 0,05 T (Tee)
D2/D1 = 0,50 0,07 Aliran searah 0,03-0,04
D2/D1 = 0,20 0,08 Aliran bercabang 0,75-1,80

Pembesaran Tiba-tiba Persilangan


D2/D1 = 0,80 0,16 Aliran searah 0,50
D2/D1 = 0,50 0,57 Aliran bercabang 0,75
D2/D1 = 0,20 0,92
Pembesaran Mengerucut 45o Wye
D2/D1 = 0,80 0,03 Aliran searah 0,30
D2/D1 = 0,50 0,08 Aliran bercabang 0,50
D2/D1 = 0,20 0,13

Sumber: Haestad, 2001

2.6 Komponen Sistem Jaringan Pipa


2.6.1 Pipa
Pipa adalah sebuah saluran tertutup yang digunakan sebagai sarana pengaliran atau
transportasi fluida, sarana pengaliran atau transportasi energi dalam aliran. Dalam dunia
industri, pipa biasanya digunakan untuk mengalirkan suatu fluida, baik fluida yang
berbentuk cair maupun yang berbentuk gas. Bentuk kontruksi pipa yang terdapat di suatu
perusahaan industri dipengaruhi oleh jenis fluida yang akan dialirkan melalui pipa dengan
berbagai pertimbangan terhadap pengaruh lingkungan yang ada.
2.6.1.1 Jenis Pipa
Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan komponen yang
utama. Dalam pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa bertekanan
karena lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah dibandingkan
19

menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang dialiri
air dalam keadaan penuh (Linsley, 1996:280).
Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem jaringan distribusi air terbuat dari bahan-
bahan seperti di bawah ini:
1. Pipa Besi Tuang (Cast Iron)
Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun yang lalu. Pipa ini biasanya
dicelupkan dalam larutan kimia untuk perlindungan terhadap karat. Umumnya panjang
pipa adalah 4 m dan 6 m. Tekanan maksimum pipa sebesar 25 kg/cm2 dan umur pipa
dapat mencapai 100 tahun (Linsley, 1996:297).
Keuntungan dan kerugian dari pipa ini seperti tersaji pada Tabel 2.6
Tabel 2.6 Keuntungan dan Kerugian Pipa Cast Iron
Keuntungan Kerugian
- Pipa cukup murah - Pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
- Pipa mudah disambung - Pipa keras sehingga mudah pecah
- Pipa tahan karat - Dibutuhkan tenaga ahli dalam penyambungan
Sumber : Linsley (1996:297)
2. Pipa Besi Galvanis (Galvanized Iron)
Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja yang dilapisi seng. Pelapisan dengan
cara ini merupakan pengendalian karat yang efektif. Umur pipa pendek yaitu antara 7 –
10 tahun. Pipa berlapis seng digunakan secara luas untuk jaringan pelayanan sistem
distribusi yang kecil (Linsley, 1996:297).
Keuntungan dan kerugian dari pipa ini seperti tersaji pada Tabel 2.7
Tabel 2.7 Keuntungan dan Kerugian Pipa Galvanized Iron
Keuntungan Kerugian
- Harga murah dan banyak tersedia di pasaran
- Pipa mudah berkarat dalam
- Ringan sehingga mudah diangkut
air yang asam
- Pipa mudah disambung
Sumber : Linsley (1996:297)
3. Pipa Plastik (PVC)
Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl Chloride). Panjang
pipa 4 m atau 6 m dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm. Dan
umur pipa dapat mencapai 75 tahun (Linsley, 1996:301).
Keuntungan dan kerugian dari pipa ini seperti tersaji pada Tabel 2.8
20

Tabel 2.8 Keuntungan dan Kerugian Pipa PVC


Keuntungan Kerugian
- Harga murah dan banyak tersedia di pasaran - Pipa jenis ini mempunyai
- Ringan sehingga mudah diangkut koefisien muai besar
- Mudah dalam pemasangan dan penyambungan
sehingga tidak tahan panas
- Pipa tahan karat - Mudah bocor dan pecah
Sumber: Linsley (1996:301)

4. Pipa Baja (Steel Pipe)


Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di pasaran,
mempunyai garis tengah sampai lebih dari 6 m. Umur pipa baja yang cukup terlindungi
paling sedikit 40 tahun (Linsley, 1996:296).
Keuntungan dan kerugian dari pipa ini seperti tersaji pada Tabel 2.9
Tabel 2.9 Keuntungan dan Kerugian Pipa Baja
Keuntungan Kerugian
- Tersedia dalam berbagai ukuran panjang - Pipa tidak tahan karat
- Mudah dalam pemasangan dan penyambungan
- Pipa berat, biaya mahal
- Kekuatan lentur yang kuat, dan dilapisi campuran
Sumber:
semenLinsley
sebagai(1996:296)
pelindung

5. Pipa Beton (Concretel Pipe)


Pipa ini tersedia dalam ukuran garis tengah 750 mm – 3.600 mm, sedangkan
panjang standar 3,6 – 7,2 m. Pipa ini berumur 30 – 50 tahun (Linsley, 1996:299).
Keuntungan dan kerugian dari pipa ini seperti tersaji pada Tabel 2.10
Tabel 2.10 Keuntungan dan Kerugian Pipa Beton
Keuntungan Kerugian
- Bermutu tinggi - Air alkali bisa menyebabkan berkarat
- Tidak menggunakan tulangan
Sumber: Linsley (1996:296)
6. Pipa HDPE (High Density Polyethylene)
Pipa plastik bertekanan yang banyak digunakan untuk pipa air dan pipa gas.
Disebut pipa plastik karena material HDPE berasal dari polymer minyak bumi.
(http://pipahdpehitam.blogspot.com).
Teknologi yang digunakan untuk memproduksi pipa ini dikenal sebagai Process
Intensification (Intensifikasi Proses) atau PI singkatnya.
Pipa HDPE dapat disambungkan dengan cara pemanasan (heat fusion) untuk
membentuk sambungan bersama yang kuat atau lebih kuat daripada pipa itu sendiri
21

dan tanpa kebocoran. Benefit Pipa HDPE tidak akan menimbulkan korosi pada pipa,
tuberculate atau mendukung pertumbuhan biologis (jamur).
Tabel 2.11 Keuntungan dan Kerugian Pipa HDPE
Keuntungan Kerugian
-Tersedia dalam berbagai ukuran panjang - Diameter pipa maksimal 400 mm
-Tahan hingga 50 tahun pemakaian - Lebih mahal daripada pvc
-Teknik penyambungan Ramah - Pemasangan dan penyambungannya
-Tahan Karat (Heat Fused Joints)
lingkungan lebih susah
- Tingkat kelenturan yang tinggi
Sumber : www.pipahdpehitam.blogspot.com
2.6.1.2 Kriteria Jaringan Pipa Air Bersih
Dalam perencanaan jaringan pipa harus memenuhi kriteria-kriteria agar pada saat
pengoperasian dapat berjalan sesuai dengan standar yang ada.
Tabel 2.12 Kriteria Jaringan Pipa
1. Kecepatan 0,1 - 2,5 m/detik
- Kecepatan kurang dari 0,1 m/detik
a. Diameter pipa diperkecil
b. Ditambahkan pompa
c. Elevasi hulu pipa hendaknya lebih tinggi
(disesuaikan di lapangan)
- Kecepatan lebih dari 2,5 m/detik
a. Diameter pipa diperbesar
b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar
dibandingkan dengan hilir
2. Headloss Gradient 0 – 15 m/km
- Headloss Gradient lebih dari 15 m/km
Perubahan a. Diameter pipa diperbesar
b. Elevasi pipa bagian hulu terlalu besar
dibandingkan dengan hilir pipa
3. Tekanan 0,5 – 8 atm
- Tekanan kurang dari 0,5 atm
a. Diameter pipa diperbesar
b. Ditambahkan pompa
c. Pemasangan pipa yang kedua di bagian atas,
sebagian atau keseluruhan dari panjang pipa
- Tekanan lebih dari 8 atm
a. Diameter pipa diperkecil
b. Ditambahkan bangunan bak pelepas tekan
c. Pemasangan Pressure Reducer Valve (PRV)
Sumber: Peraturan Menteri PU Penyelenggaraan Pengembangan SPAM (2007: 55)
22

2.6.2 Sarana Penunjang


Pipa yang bisa digunakan dalam distribusi air bersih harus dilengkapi dengan alat
bantu agar bisa berfungsi dengan baik, seperti:
1. Sambungan antar pipa
 Mangkok (bell) dan Lurus (spigot)
Spigot dari suatu pipa dimasukkan ke dalam bell (socket) pipa lainnya untuk
menghindari suatu kebocoran.

Gambar 2.5 Socket dan spigot


Sumber: www.egeplast.de
 Flange Joint
Biasanya digunakan untuk pipa yang bertekanan tinggi, untuk sambungan yang
dekat dengan pompa perlu disiapkan packing di antara flange untuk mencegah
kebocoran.

Gambar 2.6 Flange Joint


Sumber: http://www.valrc.org/resources/buildingbasics/plumbing/plumbing5.pdf
 Increaser dan Reducer
Increaser digunakan untuk menyambung pipa dari diameter kecil ke pipa yang
berdiameter lebih besar. Sedangkan reducer digunakan untuk menyambung pipa
dari diameter besar ke diameter yang lebih kecil.

Gambar 2.7 Increaser dan Reducer


Sumber: http://www.valrc.org/resources/buildingbasics/plumbing/plumbing5.pdf
23

 Perlengkapan “T”
Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o) pada pipa primer berbentuk T. Pada
ujung-ujungnya perlengkapan dapat terdiri dari kombinasi spigot, socket dan flens.

Gambar 2.8 Sambungan T


Sumber: http://www.valrc.org/resources/buildingbasics/plumbing/plumbing5.pdf
 Perlengkapan “Y”
Digunakan untuk menyambung pipa yang bercabang, misalnya sambungan untuk
pipa sekunder yang dipasang pada primer dengan sudut 45o.

Gambar 2.9 Sambungan Y


Sumber: http://www.valrc.org/resources/buildingbasics/plumbing/plumbing5.pdf
 Belokan (bend/elbow)
Belokan (Bend) digunakan untuk mengubah arah dari lurus dengan sudut perubahan
standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Besar belokan standar adalah
11 1/4o, 22 1/2o, 45o dan 90o.

Gambar 2.10 Belokan 450


Sumber: http://www.valrc.org/resources/buildingbasics/plumbing/plumbing5.pdf
2. Katup (valve)
 PRV (Pressure Reducing Valve) atau katup penurun tekanan
Digunakan untuk menanggulangi tekanan yang terlalu besar di hilir katup. Jika
tekanan naik melebihi nilai batas, maka PRV akan menutup dan akan terbuka penuh
bila tekanan di hulu lebih rendah dari nilai yang telah ditetapkan pada katup
tersebut.
24

Gambar 2.11 Katup Penurun Tekanan


Sumber: http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf
 PSV (Pressure Sustaining Valve) atau katup penstabil tekanan
Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada tekanan di hulu
dari nilai yang telah ditetapkan. Jika tekanan di hulu lebih rendah dari batas
minimumnya, maka katup akan menutup.

Gambar 2.12 Katup Penstabil Tekanan


Sumber: http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf
 PBV (Pressure Breaking Valve) atau katup pemecah tekanan
Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang menurun di
katup. Disamping itu, katup jenis ini dapat juga memberikan tambahan tekanan
pada aliran yang berbalik arah (karena tekanan di hilir lebih tinggi dari tekanan di
hulu) sehingga tekanan di hilir lebih rendah daripada tekanan di hulu.

Gambar 2.13 Katup Pemecah Tekanan


Sumber: http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf
 FCV (Flow Control Valve) atau katup pengatur aliran
25

Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui katup dari
hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu komponen tertentu yang
letaknya di hilir agar tidak rusak akibat aliran yang terlalu besar.

Gambar 2.14 Katup Pengatur Aliran


Sumber: http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf
 TCV (Throttle Control Valve) atau katup pengatur tenaga
Katup jenis ini digunakan untuk mengontrol minor losses yang berubah setiap
waktu.

Gambar 2.15 Katup Pengatur Tenaga


Sumber: http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf
 GPV (General Purpose Valve) atau katup biasa
Katup biasa (GPV) dapat digunakan untuk menyatakan sebuah ikatan jika
hubungan antara aliran dan kehilangan tinggi dapat disediakan oleh penggunaan,
sebagai pengganti dari salah satu rumus standar hidraulika.

Gambar 2.16 Katup Biasa


Sumber: http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf
26

 Katup Penguras (BO)


Katup penguras dipasang pada pipa transmisi yang elevasinya paling rendah
pengurasan/pencucian pipa agar kotoran–kotoran yang mengendap pada pipa dapat
dibuang dengan mudah. Katup penguras ini modelnya sama dengan katup pengatur
debit yang membedakan hanya fungsi penggunaannya.

Gambar 2.17. Katup Penguras


Sumber: http//www.akwa.com
 Air Relief Valve/BR (Katup Udara)
Katup udara dipasang pada jaringan pipa transmisi pada bagian elevasi tertinggi
misalnya pada jembatan–jembatan pipa dimaksudkan guna membuang udara yang
ada di dalam pipa hal ini guna menjamin kelancaran aliran air. Katup udara ini yang
umum digunakan adalah model tunggal dan model ganda yang biasa dikenal
dengan nama air vent valve.

Gambar 2.18 Katup Udara


Sumber: http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf
3. Meter Air
Meter air digunakan untuk mengetahui debit atau jumlah aliran yang mengalir dalam
pipa. Salah satu manfaat penggunaan meter air pada sistem jaringan penyediaan air
bersih adalah untuk mengetahui jumlah air yang mengalir ke konsumen.
27

Gambar 2.19 Meter Air


Sumber: http//www.beritaiptek.com

2.7 Tandon
Secara umum tandon adalah tempat tampungan sementara air baku dari sumber air.
Adapun fungsi yang sangat penting dari tandon diantaranya sebagai berikut:
 Menampung kelebihan air pada pemanfaatan atau pemakaian air
 Mensuplai air pada saat pemakaian puncak pada daerah pelayanan
 Menambah tekanan pada jaringan pipa
 Tempat pengendapan kotoran
 Tempat pembubuhan desinfektan

2.8 Mekanisme Pengaliran dalam Sistem Distribusi Air Bersih


2.8.1 Jenis Pengaliran
2.8.1.1 Menggunakan Gravitasi
Sistem ini dapat diterapkan apabila sumber air atau reservoir distribusi mempunyai
ketinggian yang cukup di atas daerah pelayanan, sehingga air mempunyai tekanan yang
cukup (dengan beratnya sendiri) sampai kepada konsumen maupun keperluan lainnya
seperti hidran kebakaran.
2.8.1.2 Dengan Bantuan Pompa
Pada sistem ini air langsung dipompakan ke jaringan pipa distribusi dengan
mempunyai sasaran langsung ke konsumen. Sistem ini digunakan apabila elevasi antara
sumber air atau instalasi dan daerah pelayanan tidak dapat memberikan tekanan air yang
cukup.
2.8.1.3 Sistem Gabungan
Sistem gabungan (sistem pemompaan dengan sistem gravitasi) merupakan sistem
pengaliran dimana air dari sumber dialirkan ke reservoir yang kemudian dialirkan ke
28

jaringan distribusi, baik yang dioperasikan secara bergantian ataupun yang dioperasikan
secara bersama-sama.
2.8.2 Sistem Perpipaan
Sistem perpipaan berfungsi untuk mengalirkan zat cair dari satu tempat ke tempat
yang lain. Aliran terjadi karena adanya perbedaan tinggi tekanan di kedua tempat, yang
bisa terjadi karena adanya perbedaan elevasi muka air atau karena digunakannya pompa.
Beberapa contoh sistem perpipaan adalah pengaliran minyak antar kota/daerah, pipa
pembawa dan pipa pesat dari waduk ke turbin pembangkit listrik tenaga air, jaringan air
minum di perkotaan, dan sebagainya (Triatmodjo, 1996: 69).
Sistem pengaliran dalam pipa pada jaringan distribusi air bersih dapat dibagi
menjadi dua yaitu hubungan seri dan hubungan paralel.
2.8.2.1 Pipa Hubungan Seri
Apabila dalam suatu saluran pipa terdiri dari pipa dengan ukuran yang bebeda-beda
yang tersambung dengan diameter yang sama, maka pipa tersebut dalam hubungan seri,
pemasangan pipa secara seri akibat adanya dari perbedaan ukuran akan menimbulkan
beberapa kehilangan tinggi (Priyantoro, 1991: 49).

Gambar 2.20 Pipa Hubungan Seri


Sumber: Dake (1985: 78)
Persamaan Kontinuitas (Triatmodjo, 1996: 74):
Q = Q1 = Q2 (2-17)
dengan:
Q = total debit pada pipa yang terpasang seri (m3/detik)
Q1, Q2 = adalah debit pada pipa 1 dan 2 (m3/detik)
Sedangkan untuk total kehilangan tekanan pada pipa yang terpasang seri (Triatmodjo,
1996: 74):
H = hf1 + hf2 (2-18)
dengan:
29

H = total kehilangan tekan pada pipa yang terpasang seri (m)


hf1, hf2 = kehilangan pada tiap pipa (m)
2.8.2.2 Pipa Hubungan Paralel
Apabila dua pipa atau lebih yang terletak sejajar dan pada ujungnya dihubungkan
oleh satu simpul maka pipa tersebut dipasang dalam kondisi pararel. Debit total dalam
pemasaangan seri merupakan hasil dari penjumlahan debit aliran tiap pipa, sedangkan
kehilangan tekanan pada tiap pipa adalah sama.
Persamaan garis energi pada pipa pararel:
H = hf1 = hf2 = hf3 (2-19)
dengan:
Hf1, hf2 dan hf3 = kehilangan tekan tiap pipa (m)
Sedangkan persamaan kontinuitasnya:
Q = Q1 + Q2 + Q3 (2-20)
dengan:
Q = total debit pada pipa pararel (m3/detik)
Q1,Q2,Q3 = debit pada tiap pipa (m3/detik)

Gambar 2.21 Pipa Hubungan Paralel


Sumber: Triatmodjo (1996: 79)
2.8.3 Metode Perhitungan Aliran dalam Pipa
Keluaran yang utama dari analisa pada jaringan pipa adalah nilai tinggi tekan pada
tiap titik simpul dan besarnya debit pada tiap pipa. Pada setiap jaringan pipa terdapat dua
kondisi dasar yang harus dipenuhi (Webber, 1971: 122):
1. Hukum konservasi energi, jumlah aljabar dari kehilangan energi yang dikelilingi
setiap putaran (loop) atau setiap jaringan pipa tertutup harus sama dengan nol.
Kekekalan energi pada dasarnya suatu energi tidak dapat hilang, atau dapat
30

dikatakan bahwa jumlah energi selalu tetap (kekal). Dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Σ hf = 0 (2-21)
2. Hukum kontinuitas, aliran yang memasuki suatu titik pertemuan harus sama besar
dengan yang meninggalkan titik tersebut. Dapat dirumuskan sebagai berikut:
Σ Qin – Σ Qout = Σ QE (2-22)
Dalam menggunakan dua persamaan di atas, Hardy Cross (1936) menawarkan dua
metode untuk analisa pada jaringan pipa. Dua metode tersebut adalah metode jaringan
tertutup (loop method) dan metode titik simpul (node method). Metode jaringan tertutup
menyatakan persamaan energi dipandang dari segi debit aliran pada pipa. Sedangkam
metode titik simpul menyatakan persamaan kontinuitas dari segi elevasi tinggi tekan pada
suatu titik simpul persimpangan (junction nodes).
2.8.3.1 Metode Jaringan Tertutup (Loop Method)
Prinsip yang digunakan dalam metode ini yaitu prinsip keseimbangan tinggi tekan
dengan menganggap bahwa aliran masuk dan keluar dari jaringan harus diketahui untuk
menentukan aliran dalam setiap komponen pipa. Jika tekanan pada sistem juga diperlukan
maka tinggi tekan pada satu titik dalam jaringan harus diketahui awalnya. Gambar di
bawah menunjukkan suatu sistem dimana bila semua persyaratan standar telah terpenuhi,
maka kehilangan tinggi tekan dalam pipa 1 dan 2 sama dengan kehilangan tinggi tekan di
pipa 3 dan 4 sehinga dikatakan jaringan tersebut telah seimbang. Dengan perumpamaan
arah jarum jam, kehilangan tinggi tekan dikatakan positif bila searah jarum jam.

Gambar 2.22 Skema Jaringan dengan Metode Jaringan Tertutup


Sumber: Anonim (2007: III-22)
Konsep yang dikemukakakn oleh Hardy Cross adalah menggunakan prinsip
kontinuitas, bahwa debit yang masuk sama dengan debit yang keluar.
31

Gambar 2.23 Ilustrasi Persamaan Kontinuitas dengan Metode Jaringan Tertutup


Sumber: Anonim (2007: III-23)

2.8.3.2 Metode Titik Simpul (Junction Method)


Dalam metode titik simpul digunakan prinsip keseimbangan debit (quantity
balance) yaitu dengan lebih mempertimbangkan besarnya debit aliran pada suatu titik
simpul sebagai variabel yang tidak diketahui daripada mempertimbangkan besarnya debit
aliran pada pipa yang dipakai dalam metode jaringan tertutup. Langkah modifikasi dari R.
J. Cornish ini dapat digunakan bila tinggi tekan pada tiap titik masuk (junction) diketahui
dan digunakan untuk menentukan tinggi tekan dan aliran di sepanjang jaringan.

Gambar 2.24 Skema Jaringan Sederhana


Sumber: Webber (1971: 126)
Penggunaan sistem keseimbangan debit ini merupakan modifikasi yang diusulkan
oleh R. J. Connish dengan langkah sebagai berikut (Webber, 1971: 126):
1. Asumsi tinggi tekan ha pada tiap-tiap titik pertemuan yang tekanannya belum
diketahui.
2. Memilih salah satu dari titik-titik pertemuan ini dan hitung nilai Hfa untuk masing-
masing percabangan.
3. Hitung dan cocokkan debit Qa dengan menggunakan rumus.
4. Jika tinggi tekanan yang telah diasumsikan pada awal perhitungan tidak sesuai dengan
jumlah debit pada titik pertemuan atau tidak sama dengan nol, maka hitung kelebihan
atau kekurangan pada debit Q a .
32

Menghitung nilai   fa  untuk tiap-tiap jaringan tertutup.


 h 
5.
 Q 
 a 
6. Menentukan koreksi H pada pipa pertemuan dengan persamaan:
m  Qa
h 
 Q / h fa 
(2-23)
a

7. Kehilangan tinggi tekan pada titik-titik pertemuan dihitung dengan menggunakan


persamaan:
H  ha  h (2-24)
8. Hasil perhitungan tinggi tekanan untuk titik-titik pertemuan diterapkan di dalam
jaringan pipa yang diperoleh dari kehilangan tinggi sebelumnya.
9. Ulangi lagi langkah-langkah di atas sampai didapatkan keseimbangan seperti yang
diharapkan.

2.9 Simulasi Aliran pada Sistem Jaringan Air Bersih


Terdapat dua kondisi pengaliran dalam perencanaan skema jaringan distribusi air
bersih yaitu kondisi permanen dan kondisi tidak permanen. Penentuan jenis kondisi aliran
amat tergantung pada pola konsumsi air pada masyarakat untuk setiap jam dalam
perharinya.
2.9.1 Analisa pada Kondisi Permanen
Analisa pada kondisi permanen mengevaluasi kondisi aliran, tekanan dan kapasitas
dari komponen sistem distribusi air bersih termasuk sistem pipa, penampungan dan sistem
pompa pada corak permintaan tunggal. Simulasi ini dilakukan pada saat kondisi kritis pada
harian maksimum, jam puncak, kebutuhan puncak, dan pengisian tampungan sehingga
memberikan suatu informasi dari kondisi jaringan pada waktu yang diberikan.
2.9.2 Analisa pada Kondisi Tidak Permanen
Analisa pada kondisi tidak permanen mengevaluasi kondisi aliran, tekanan dan
kapasitas dari komponen sistem distribusi air bersih termasuk sistem pipa, penampungan
dan sistem pompa pada corak rangkaian permintaan serial dengan permintaan sistem
berubah-ubah. Dalam simulasi ini terdapat beberapa parameter yang digunakan seperti:
karakteristik tandon, kontrol operasi, pompa, durasi dan nilai tahap waktu, rasio dan faktor
beban (loading factor). Beberapa kriteria dan asumsi yang digunakan yaitu: simulasi
didasarkan pada perhitungan fluktuasi beban titik simpul sebagai akibat corak perubahan
33

permintaan yang dilakukan pada kondisi normal dimana variasi kebutuhan titik simpul
disebabkan oleh fluktuasi kebutuhan pelanggan tiap jam dengan durasi 24 jam.
2.9.3 Perencanaan Teknik Distribusi
Air yang dihasilkan dari instalasi pengelolaan air dalam perencanaan jaringan
distribusi, dapat ditampung dalam reservoir yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan
antara produksi dengan kebutuhan, sebagai penyimpan kebutuhan air dalam kondisi darurat
dan sebagai penyediaan kebutuhan air untuk keperluan instalasi. Reservoir dibangun dalam
bentuk reservoir tanah yang umumnya untuk menampung produksi air dari sistem instalasi
pengelolaan air, atau dalam bentuk menara air yang umumnya untuk mengantisipasi
kebutuhan puncak pada daerah distribusi.
Ketentuan–ketentuan yang harus dipenuhi dalam perencanaan denah (lay-out)
sistem distribusi adalah sebagai berikut:
a) Denah (lay-out) sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah
pelayanan dan lokasi instalasi pengelolaan air.
b) Tipe sistem distribusi ditentukan berdasarkan keadaan topografi wilayah pelayanan.
c) Jika keadaan topografi tidak memungkinkan untuk sistem gravitasi seluruhnya,
diusulkan kombinasi sistem gravitasi dan pompa. Jika semua wilayah pelayanan relatif
datar, maka dapat digunakan sistem pemompaan langsung, kombinasi dengan
menggunakan menara air atau penambahan pompa penguat (booster pump).
d) Jika terdapat perbedaan elevasi wilayah pelayanan terlalu besar atau lebih dari 40 m,
wilayah pelayanan dibagi menjadi beberapa zona sedemikian rupa sehingga memenuhi
persyaratan tekanan minimum. Untuk mengatasi tekanan yang berlebihan dapat
digunakan katup pelepas tekan.

2.10 Analisa Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih dengan Software WaterCAD v8i
Analisis sistem jaringan distribusi air bersih merupakan salah satu perencanaan
yang tergolong rumit. Penyebab utama rumitnya analisis tersebut dikarenakan banyaknya
jumlah proses trial and error yang harus dilakukan pada seluruh komponen yang ada pada
sistem jaringan distribusi air bersih tersebut.
Sekarang ini teknologi sudah berkembang pesat. Sudah banyak program-program
komputer di bidang perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih yang semakin maju
dan semakin baik dalam melakukan analisa. Sehingga kesulitan dan kerumitan dalam
menganalisa perencanaan jaringan distribusi air bersih menjadi semakin mudah. Proses
34

trial and error dapat dilakukan dalam waktu singkat dengan tingkat kesalahan yang relatif
kecil karena programlah yang akan menganalisisnya.
Beberapa program komputer yang bisa digunakan dalam bidang rekayasa dan
perencanaan sistem jaringan distribusi air bersih diantaranya adalah program Loops,
Wadiso, Epanet 1.1, Epanet 2.0, WaterCAD, dan WaterNet. Dalam studi ini program yang
akan digunakan yaitu program WaterCAD v8i karena program ini tergolong baru dan lebih
detail dalam perencanaan komponen sistem jaringan.
2.10.1 Deskripsi Program WaterCAD v8i
Program WaterCad v8i merupakan produksi dari Bentley dengan jumlah pipa yang
mampu dianalisis yaitu lebih dari 250 buah pipa sesuai pemesanan spesifikasi program
WaterCad v8i pada Bentley. Program ini dapat bekerja pada sistim Windows 95, 98 dan
2000 serta Windows NT 4.0. Program ini memiliki tampilan interface yang memudahkan
pengguna untuk menyelesaikan lingkup perencanaan dan pengoptimalisasian sistem
jaringan distribusi air bersih, seperti (Bentley):
 Menganalisis sistim jaringan distribusi air pada satu kondisi waktu (kondisi
permanen).
 Menganalisis tahapan-tahapan atau periodisasi simulasi pada sistim jaringan
terhadap adanya kebutuhan air yang berfluktuatif menurut waktu (kondisi tidak
permanen).
 Menganalisis skenario perbandingan atau alternatif jaringan pada kondisi yang
berlainan pada satu file kerja.
 Menganalisis kondisi jaringan pada saat kondisi ekstrim untuk keperluan
pemadam kebakaran atau hydrant (fire flow analysis).
 Menganalisis kualitas air pada sistim jaringan distribusi air bersih.
 Menghitung konstruksi biaya dari sistim jaringan distribusi air bersih yang
dibuat.
Adapun kelebihan program WaterCad v8i dibandingkan dengan program lain adalah
(Bentley):
 Mendukung GIS database connection (Sistim Informasi Geografis) pada program
ArcView, Arinfo, ArcCAD, MapInfo dan AutoCAD yang memudahkan untuk
penggabungan model hidraulik WaterCad dengan database utama pada program
tersebut.
 Mendukung program Microsoft Office, Microsoft Excel dan Microsoft Access untuk
sharing data pada file WaterCad.
35

 Mendukung program Epanet versi Windows dan Kypipe sehingga dapat mengubah file
jaringan pipa program tersebut ke dalam bentuk file WaterCad (.wtg).
2.10.2 Tahapan-Tahapan dalam Penggunaan Program WaterCAD v8i
a. Welcome Dialog
Pada setiap pembukaan awal program WaterCad v8i, akan diperlihatkan sebuah
dialog box yang disebut welcome dialog. Kotak tersebut memuat Quick Start Leason,
Create New Project, Open Existing Project serta Open from Project Wise seperti terlihat
pada gambar di bawah. Melalui welcome dialog ini pengguna dapat langsung mengakses
ke bagian lain untuk menjalankan program ini.

Gambar 2.25 Tampilan Welcome Dialog pada WaterCad v8i


Quick Start Leason digunakan untuk mempelajari program dengan melihat contoh
jaringan yang telah disediakan. WaterCad v8i akan menuntun kita memahami cara
menggunakan program ini. Untuk membuka Quick Start Leason dilakukan dengan
mendouble klik kotak Quick Start Leason dan Create New Project digunakan untuk
membuat lembar kerja baru.

Gambar 2.26 Tampilan Project Properties pada WaterCad v8i


36

Gambar 2.27 Tampilan DXF Properties pada WaterCad v8i


b. Pembuatan Lembar Kerja
Pembuatan lembar kerja baru atau Create New Project pada program WaterCad v8i
ini dapat dilakukan dengan mendouble klik Create New Project pada Welcome Dialog.
Setelah masuk ke dalam lembar kerja baru tampilkan Background Layers dengan cara
mengklik kanan Background Layers–New–File dan pilih file dxf. Setelah file dxf terpilih
masuk dalam dxf. Properties dan unit diganti dalam m (meter). Setelah itu klik OK dan
zoom extents.

Gambar 2.28 Tampilan Lembar Kerja pada WaterCad v8i


Setelah Background Layers muncul dalam tampilan maka perencanaan atau
penggambaran jaringan bisa dilakukan.
37

Gambar 2.29 Tampilan Background Layers pada WaterCad v8i


Setelah penggambaran jaringan dilakukan adalah pengisian data-data teknis dan
pemodelan komponen-komponen sistim jaringan distribusi air bersih yang akan dipakai
dalam penggambaran yang memudahkan untuk pengecekan. Komponen tersebut terdiri
dari reservoir, pipa, titik simpul (junction), tandon, dan lain-lain.
c. Pemodelan Komponen-Komponen Sistim Jaringan Distribusi Air Bersih
Dalam WaterCad v8i, komponen-komponen sistim jaringan distribusi air bersih
seperti titik reservoir, pipa, titik simpul (junction), tandon tersebut dimodelkan sedemikian
rupa sehingga mendekati kinerja komponen tersebut di lapangan. Untuk keperluan
pemodelan, WaterCad v8i telah memberikan penamaan setiap komponen tersebut secara
otomatis yang dapat diganti sesuai dengan keperluan agar memudahkan dalam pengerjaan,
pengamatan, penggantian ataupun pencarian suatu komponen tertentu. Agar dapat
memodelkan setiap komponen sistim jaringan distribusi air bersih dengan benar, perancang
harus mengetahui cara memodelkan komponen tersebut dalam WaterCad v8i. Adapun
jenis-jenis pemodelan komponen sistim jaringan distribusi air bersih dalam WaterCad v8i
adalah sebagai berikut:
1. Pemodelan titik-titik simpul (junction)
Titik simpul merupakan suatu simbol yang mewakili atau komponen yang
bersinggungan langsung dengan konsumen dalam hal pemberian air bersih. Ada dua
tipe aliran pada titik simpul ini, yaitu berupa kebutuhan air (demand) dan berupa aliran
masuk (inflow). Jenis aliran yang berupa kebutuhan air bersih digunakan bila pada
simpul tersebut ada pengambilan air, sedangkan aliran masuk digunakan bila pada titik
simpul tersebut ada tambahan debit yang masuk. Data yang dibutuhkan sebagai
masukan bagi titik simpul antara lain elevasi titik simpul dan data kebutuhan air bersih
pada titik simpul tersebut.
38

Gambar 2.30 Tampilan Pengisian Data Teknis Junction pada WaterCad v8i
2. Pemodelan kebutuhan air bersih
Kebutuhan air bersih pada tiap-tiap titik simpul dapat berbeda-beda yang bergantung
dari luas cakupan layanan dan jumlah konsumen pada titik simpul tersebut. Kebutuhan
air menurut WaterCad v8i dibagi menjadi dua yaitu kebutuhan tetap (fixed demand)
dan kebutuhan berubah (variable demand). Kebutuhan tetap adalah kebutuhan air
rerata tiap harinya sedangkan kebutuhan berubah atau berfluktuatif adalah kebutuhan
air yang berubah setiap jamnya sesuai dengan pemakaian air.
3. Pemodelan Pipa
Pipa adalah suatu komponen yang menghubungkan katup (valve), titik simpul, pompa
dan tandon. Untuk memodelkan pipa, memerlukan beberapa data teknis seperti jenis
bahan, diameter dan panjang pipa, kekasaran (roughness) dan status pipa (buka-tutup).
Jenis bahan pipa oleh WaterCad v8i telah disediakan sehingga dapat dipilih secara
langsung sesuai dengan jenis bahan pipa yang digunakan di lapangan. Sedangkan
diameter dan panjang pipa dapat dirancang sesuai dengan kondisi di lapangan. Apabila
diatur secara skalatis, maka ukuran panjang pipa secara otomatis berubah sesuai
dengan perbandingan skala ukuran yang dipakai. Sedangkan dalam pengaturan
skematis, panjang pipa dapat diatur tanpa memperhatikan panjang pipa di layar
komputer.
39

Gambar 2.31 Tampilan Pengisian Data Teknis Pipa pada WaterCad v8i
4. Pemodelan tandon (watertank)
Untuk pemodelan tandon diperlukan beberapa data yaitu ukuran bentuk dan elevasi
tandon. Data elevasi yang dibutuhkan oleh tandon meliputi tiga macam yaitu elevasi
maksimum, elevasi minimum dan elevasi awal kerja (initial elevation) dimana elevasi
awal kerja harus berada pada kisaran elevasi minimum dan elevasi maksimum.

Gambar 2.32 Tampilan Pengisian Data Teknis Tandon pada WaterCad v8i
5. Pemodelan mata air (reservoir)
Pada program WaterCad v8i, reservoir digunakan sebagai model dari suatu sumber
air seperti danau dan sungai. Di sini reservoir dimodelkan sebagai sumber air yang
tidak bisa habis atau elevasi air selalu berada pada elevasi konstan pada saat berapapun
kebutuhan airnya. Data yang dibutuhkan untuk memodelkan sebuah mata air adalah
kapasitas debit dan elevasi mata air tersebut.
40

Gambar 2.33 Tampilan Pengisian Data Teknis Reservoir pada WaterCad v8i
d. Perhitungan dan Analisis Sistem Jaringan Distribusi Air Bersih
Setelah jaringan tergambar dan semua komponen tertata sesuai dengan yang
diinginkan, maka untuk menganalisis sistim jaringan tersebut dilakukanlah running
(calculate).

Gambar 2.34 Tampilan Hasil Running (Calculate) pada WaterCad v8i

2.11 RAB (Rencana Anggaran Biaya)


RAB merupakan estimasi, ialah suatu rencana biaya sebelum bangunan atau proyek
dilaksanakan. Diperlukan baik oleh pemilk bangunan atau owner maupun kontraktor
sebagai pelaksana pembangunan. RAB yang biasa juga disebut biaya konstruksi dipakai
sebagai ancer-ancer dan pegangan sementara dalam pelaksanaan. Karena biaya konstruksi
sebenarnya (actual cost) baru dapat disusun setelah selesai pelaksanaan proyek.
Estimasi biaya konstruksi dapat dibedakan atas estimasi kasaran (approximate
estimates atau preliminary estimates) dan estimasi teliti atau estimasi detail (detailed
estimates). Estimasi kasaran biasanya diperlukan untuk pengusulan atau pengajuan
41

anggaran kepada instansi atasan, misalnya pada pengusulan DIP (Daftar Isian Proyek)
proyek-proyek pemerintah, dan juga digunakan dalam tahap studi kelayakan suatu proyek.
Sedangkan estimasi detail adalah RAB lengkap yang diapakai dalam penilaian penawaran
pada pelanggan, serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembangunan.
Estimasi detail pada hakekatnya merupakan RAB lengkap yang terperinci termasuk
biaya-biaya tak langsung atau overhead, keuntungan dan pajak diperhitungkan berdasar
presentase (%) terhadap biaya konstruksi.
Tingkatan RAB atau estimasi dalam pekerjaan teknik sipil, atau proyek pada
umumnya, dapat dibagi atas tujuh tingkat atau tahap:
a. Preliminary estimate, merupakan hitungan kasaran sebagai awal estimasi atau
estimasi kasaran;
b. Appraisal estimates, dikenal sebagai estimasi kelayakan (feasibility estimate);
diperlukan dalam rangka membandingkan beberapa estimasi alternatif dan suatu
rencana (scheme) tertentu;
c. Proposal estimate, adalah estimasi dari rencana terpilih (selected scheme); biasanya
dibuat berdasarkan suatu konsep desain dan studi spesifikasi desain yang akan
mengarah kepada estimasi biaya untuk pembuatan garis-garis besar desain (outline
desain);
d. Approved estimate, modifikasi dan proposal estimate bagi kepentingan client atau
pelanggan, dengan maksud menjadi dasar dalam pengendalian biaya proyek;
e. Pre-tender estimate, merupakan penyempurnaan dan approved estimate berdasarkan
desain pekerjaan definitif sesuai informasi yang tersedia dalam dokumen tender atau
RKS, dipersiapkan untuk evaluasi penawaran pada lelang;
f. Post-contract estimate, adalah perkembangan lebih lanjut mencerminkan besar biaya
setelah pelulusan dan tercantum dalam kontrak; memuat perincian uang dengan
masing-masing pekerjaan (bill of quantities) serta pengeluaran lainnya;
g. Achieved cost, merupakan besar biaya sesungguhnya atau real cost, disusun setelah
proyek selesai digunakan sebagai data atau masukan untuk proyek mendatang.
RAB terdiri dari dua macam:
RAB kasaran (global) perhitungan lebih sederhana dan bersifat global, mislanya
bangunan gedung dihitung berdasarkan besar lantai (m2) , jalan raya berdasar panjang
ruas jalan (dalam km), jembatan berdasarkan panjang bentang (dalam m),dsb.
RAB detail, perhitungan lebih teliti berdasarkan volume masing-masing jenis
pekerjaan pada bangunan tersebut, mislanya untuk bangunan gedung ada pekerjaan
42

tanah (galian/timbunan), pekerjaan dinding/tembok, pekerjaan kayu, atap, mengecat,


dsb.
Hal-hal yang mencakup dalam perhitungan RAB antara lain:
 Harga material bangunan
 Upah tenaga kerja
 Peralatan (beli atau sewa)
 Metode pelaksanaan
 Waktu penyelesaian
2.11.1 Langkah-langkah Persiapan Perhitungan RAB
Sebagai langkah awal dalam perhitungan RAB perlu dilakukan upaya persiapan agar
diperoleh angka yang tepat atau akurat. Adapun kegiatan pada langah itu mencakup hal-hal
berikut:
a. Peninjauan ruang lingkup proyek: pertimbangan pengaruh lingkungan lokasi dari segi
keamanan, tenaga kerja, lalu-lintas dan jalan masuk, ruang untuk gudang, dan
sebagainya terhadap biaya.
b. Penentuan kuantitas atau volume pekerjaan dan konstruksi bangunan/proyek.
c. Harga material yang akan digunakan.
d. Harga tenaga (pekerja dan tukang).
e. Harga peralatan kerja (beli atau sewa).
f. Biaya tak terduga dan pembulatan.
2.11.2 Dasar Perhitungan
Perhitungan RAB pada prinsipnya diperoleh sebagai jumlah seluruh hasil kali volume
tiap jenis pekerjaan yang ada dengan harga satuan masing-masing. Volume pekerjaan dapat
diperoleh dan membaca dan menghitung atas gambar desain (lebih dikenal sebagai gambar
bestek). Biaya konstruksi mencakup harga-harga bahan, upah tenaga, dan peralatan yang
digunakan . Dan semua unsur biaya ditentukan harga satuan tiap jenis pekerjaan, dan untuk
ini dapat digunakan pedoman AHSP bidang Pekerjaan Umum tahun 2013. Secara umum
prosedur perhitungan RAB disusun atas dasar lima unsur harga berikut:
RAB= Jumlah seluruh hasil kali volume tiap jenis pekerjaan x harga satuan masing-masing
a. Bahan-bahan atau material bangunan
Dihitung kuantitas (volume, ukuran, berat, tipe, dsb) masing-masing jenis bahan
yang digunakan. Juga harga tiap jenis bahan itu sampai di lokasi pekerjaan
43

(termasuk ongkos angkut), bahkan kadang-kadang mencakup biaya pemeriksaan


kualitas dan pengadaan gudang/tempat penyimpanan.
b. Upah tenaga kerja
Dihitung jam kerja yang dibutukan dan jumlah biaya/upah. Biasanya digunakan
berdasar harian atau per hari sebagai unit waktu, serta volume pekerjaan yang dapat
diselesaikan dalam unit waktu tersebut. Sebagai unit waktu dapat pula atas dasar
tiap jam. Perlu diketahui bahwa kemampuan tiap tenaga kerja tidak sama
tergantung ketrampilan dan pengalaman, demikian juga besar upahnya.
c. Peralatan
Dihitung banyak dan jenis tiap peralatan yang diperlukan serta harga/biayanya (beli
atau sewa). Biaya peralatan termasuk ongkos angkut/mobilisasi, upah operator
mesin, biaya bahan bakar dan sebagainya. Kemampuan peralatan per satuan waktu
perlu diketahui.
d. Overhead
Biasanya dikategorikan sebagai biaya tak terduga atau biaya tak langsung, dan
dibagi menjadi dua golongan, yakni pertama yang bersifat umum, serta kedua yang
berkaitan dengan pekerjaan di lapangan. Overhead umum misalnya sewa kantor,
peralatan kantor, listrik, telepon, perjalanan, asuransi/jamsostek, termasuk gaji/upah
karyawan kantor yang terlibat kegiatan proyek. Sedangkan overhead lapangan
merupakan biaya yang tak dapat dibebankan pada harga bahan-bahan, upah pekerja
dan peralatan, seperti telepon di proyek, pengamanan, biaya perizian, dan
sebagainya. Biaya overhead keseluruhan ditetapkan berdasar pengalaman, biasanya
sekitar 12 sampai 30% dari jumlah harga bahan, upah, dan peralatan.
e. Keuntungan dan pajak
Besar keuntungan tergantung pada besar-kecilnya proyek dan besarnya rasio serta
tingkat kesulitan pekerjaan. Biasanya keuntungan berkisar antara 8 sampai 15%
dari biaya konstruksi. Sedangakan pajak besarnya tergantung pada peraturan
pemerintah yang berlaku, biasanya antar 10 sampai 18%.
44

2.12. Analisa Proyek


Dalam suatu proyek disamping menganalisis secara ekonomis (economic analysis)
biasanya juga membahas dari segi fisiknya (physicalanalysis) dan finansialnya. Analisis
fisik melihat keadaan fisik proyek itu sendiri, sedangkan analisis finansial melihat keadaan
proyek dari arus pemasukan dan pengeluaran dana. Analisis finansial lebih banyak
menggunakan analisis rasio (ratio analysis). Analisis rasio ini sering dipakai sebagai dasar
pertimbangan untuk mengambil keputusan perusahaan-perusahaan swasta maupun
pemerintah.
Terdapat beberapa alasan suatu proyek perlu dianalisa dan dievaluasi:
1. Analisis dapat digunakan sebagai alat perencanaan didalam pengambilan keputusan baik
oleh pemimpin pelaksana proyek, pejabat, atau pemberi bantuan kredit dan lembaga lain
yang berhubungan dengan kegiatan tersebut.
2. Analisis dapat digunakan sebagai pedoman atau alat dalam pengawasan apakah proyek
dapat berjalan sesuai dengan rencana atau tidak.
Dalam analisa proyek ada berbagai aspek yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Analisa proyek teknis, yaitu aspek yang berhubungan dengan input dan output daripada
barang dan jasa yang akan digunakan serta yang akan dihasilkan di dalam suatu
kegiatan proyek.
2. Aspek manajerial dan administratif, yaitu aspek yang menyangkut kemampuan
pelaksana untuk melaksanakan administrasi dalam aktifitas besar.
3. Aspek organisasi, yaitu aspek yang ditunjukkan pada hubungan antara administrasi
proyek dan bagian administrasi pemerintah lainnya.
4. Aspek komersial, yaitu aspek yang menganalisa peralatan input (barang dan jasa) yang
diperlukan proyek dan bagian administrasi pemerintah lainnya.
Standar baku yang harus dilaksanakan terhadap evaluasi suatu proyek terdiri dari:
1. Analisis teknis
2. Analisis ekonomis
3. Analisis finansial
4. Analisis sosial
5. Analisis lingkungan (AMDAL)
Analisis proyek ini biasanya lebih menitikberatkan pada analisis finansial dan
analisis ekonomisnya, walaupun sebenarnya analisis yang lain juga diperlukan.
45

Terdapat berbagai macam metode dalam menganalisa kelayakan ekonomi yang biasa
digunakan (Giatman, 2007:69) yaitu:
1. Net Present Value (NPV)
2. Annual Equivalent (AE)
3. Internal Rate of Return (IRR)
4. Benefit Cost Ratio (BCR)
5. Payback Period (PBP)

2.13 Harga Air


Harga air adalah keuntungan yang dihasilkan dari perhitungan nilai air
(Kuiper,1971:184). Dalam hal ini, nilai air yang diperhitungkan adalah berbeda dengan
biaya air. Nilai air akan lebih tinggi penilaiannya dibanding biaya air. Nilai air tidak hanya
menghitung proses dari penyediaan air sampai terpenuhinya kebutuhan tetapi juga
memperhitungkan nilai dari air itu sendiri. Sedangkan untuk biaya air lebih pada
perhitungan secara komersil dari proses penyediaan air itu saja dan nilai dari air itu sendiri
tidak diperhitungkan.
Parameter yang dipakai dalam penentuan harga air bersih biasanya adalah:
1. Perbandingan manfaat dan biaya (benefit cost ratio), manfaat dalam hal ini adalah
rencana harga itu sendiri. Nilai BCR harus lebih dari 1. Sehingga jika harga yang akan
kita rencanakan dengan biaya tertentu bila dibandingkan nilainya tidak boleh 1 (satu),
harus lebih.
2. Selisih benefit dengan cost (titik impas sama dengan nol), jika pemasukan dikurangi
pengeluaran hasilnya diharapkan diatas nol (untung).
3. Bunga sangat berpengaruh besar terhadap suatu perencanaan harga. Bunga disini adalah
bunga bank jika aktivitas pengadaan air oleh Pengelola Air dananya dipinjam dari Bank.
Perhitungan harga air berdasarkan pada bunga yaitu perhitungan akan besarnya harga
air dilihat dari faktor bunga kompon untuk mengetahui sejauh mana harga air minimum
yang dapat diketahui. Perhitungan ini memasukkan beberapa parameter yaitu biaya
konstruksi, biaya O&P, kebutuhan air, faktor konversi, dan manfaat.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kondisi Daerah Studi


Desa Taman merupakan salah satu wilayah dari 8 desa yang berada di Kecamatan
Sumber Malang, Kabupaten Situbondo. Desa Taman terletak dibagian Barat Kabupaten
Situbondo. Secara astronomis Desa Taman berada pada 113°40’59″ – 113°41’59″ BT dan
7°49’44″ – 7°51’30″ LS.
Batas administrasi Desa Taman, Kecamatan Sumber Malang adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara : Desa Semambung, Kecamatan Sumber Malang
b. Sebelah Selatan : Desa Alas Tengah, Kecamatan Sumber Malang
c. Sebelah Timur : Desa Plalangan, Kecamatan Jati Banteng
d. Sebelah Barat : Desa Pategalan, Kecamatan Jati Banteng

Lokasi
Desa
Taman

Gambar 3.1. Peta Batas Administrasi Desa Taman dan Kecamatan Sumber Malang
Sumber: Kantor Desa, Desa Taman

46
47

3.2 Data Pendukung Kajian


Untuk mengkaji sistem jaringan pipa air bersih diperlukan tahapan perencanaan yaitu
dengan melakukan pengumpulan data-data teknis dan pendukung. Adapun data-data yang
dibutuhkan dalam kajian ini adalah :
1. Data ketersediaan air.
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemampuan suatu sumber air dalam
menyediakan total kapasitas kebutuhan air bersih yang direncanakan.
2. Data jumlah penduduk
Data ini sangat diperlukan dalam proses perhitungan jumlah penduduk yang akan
dilayani, kebutuhan air bersihnya dan tingkat pelayanan yang harus dipenuhi.
Pertumbuhan jumlah penduduk dari tahun ke tahun biasanya selalu mengikuti pola
tertentu, sehingga data ini nantinya akan membantu dalam memproyeksikan jumlah
penduduk dan layanan jaringan distribusi utama supaya hasil perhitungan dapat
mendekati jumlah yang sebenarnya didaerah yang dikaji.
3. Data Topografi
Data Topografi diperlukan untuk mengetahui elevasi dan tata guna lahan yang ada.
Untuk menentukan elevasi sumber mata air, tandon, hidran umum, areal layanan dan jalur
pipa maka menggunakan GPS dalam pelaksanaannya, kemudian dikalibrasikan dengan
elevasi yang ada pada google earth.
3.2.1 Data Ketersediaan Air di Sumber Mata Air Glintongan
Sumber Glintongan terdiri dari 3 sumber yang berasal dari rekahan batu, dengan
potensi debit untuk sumber pertama sebesar 3 l/detik, sumber kedua 2,5 l/detik dan sumber
ketiga 4 l/ detik. Air yang berasal dari ketiga sumber ini kemudian menyatu dan masuk
kedalam sungai yang berada di bawah lereng.
3.2.2 Data Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari kantor desa taman diperoleh jumlah penduduk sebagai berikut
:
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Desa Taman
No Desa Taman 2010 2011 2012 2013 2014 2015
1. Laki-laki 1132 1136 1140 1166 1182 1242
2. Perempuan 1194 1198 1201 1213 1209 1301
Jumlah 2326 2336 2341 2379 2391 2543
KK 910 936 948 990 996 1004
Sumber: Kantor Desa Taman
48

Berdasarkan data yang didapatkan lonjakan pertambahan jumlah penduduk terjadi


pada tahun 2014-2015, yang membuat kebutuhan akan air baku semakin besar, sedangkan
jaringan air baku yang baik belum tersedia.

Gambar 3.2. Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk

Tabel 3.2 Jumlah KK tiap Dusun


No Dusun Jumlah KK tahun 2015
1 Krajan 444
2 Andung 322
3 Taman 238
Jumlah 1004
Sumber: Kantor Desa Taman
3.2.3. Data Topografi
Berdasarkan survey lokasi menggunakan GPS,didapatkan data elevasi sebagai
berikut:
Tabel 3.3 Data Elevasi
No Lokasi Elevasi (+m)
1 Sumber Mata Air 1 710
2 Sumber Mata Air 2 710
3 Sumber Mata Air 3 710
4 Pengambilan Dsn.Krajan 564
5 Pengambilan Dsn.Andung 459
6 Pengambilan Dsn.Taman 390
Sumber: Hasil Survei
49

Gambar 3.3 Skema Jaringan Pipa dengan Google Earth


Sumber: Google Earth, 2015

3.2.3.1 Dokumentasi Daerah Studi

Sumber 1 Sumber 2 Sumber 3


Q= 3 l/dt Q= 2,5 l/dt Q= 4 l/dt

Gambar 3.4 Sumber Mata Air Glintongan


Sumber : Dokumentasi Lapangan

Dusun Krajan Dusun Andung Dusun Taman

Gambar 3.5 Titik Pengambilan air pada tiap Dusun


Sumber : Dokumentasi Lapangan
50

Gambar 3.6 Skema Jaringan Pipa


Sumber: Hasil Analisa

3.3 Pengolahan Data


Untuk mencapai tujuan yang diharapkan maka diperlukan suatu langkah pengerjaan
secara sistematis. Adapun langkah-langkah pengerjaan studi sebagai berikut:
1. Melakukan pengumpulan data primer dan sekunder yang berupa data teknis dan data
pendukung lainnya yang digunakan dalam analisa sistem jaringan air bersih.
2. Mengolah data penduduk dan jumlah layanan.
3. Menghitung kebutuhan air bersih.
4. Merencanakan jaringan yang direncanakan sampai tahun 2035.
5. Melakukan simulasi sistem jaringan air dengan menggunakan program WaterCAD
V8i.

3.4. Metodologi Penelitian


1. Pengumpulan data teknis yang di gunakan dalam analisa jaringan air bersih.
 Elevasi dan debit sumber mata air
 Peta daerah layanan
51

 Jumlah penduduk tahun 2010-2015


2. Perhitungan proyeksi penduduk sampai tahun 2035 dengan metode Geometrik,
Aritmatik dan Eksponensial.
3. Uji kesesuaian metode proyeksi penduduk dengan membandingkan antara standar
deviasi dan keofisien korelasi.
4. Analisa kebutuhan air bersih dan kemampuan pelayanan sumber.
5. Analisa area terlayani.
6. Merencanakan Broncaptering dan dimensi tandon yang effektif di sesuaikan dengan
debit mata air dan kebutuhan pola distribusi air.
7. Melakukan simulasi dengan bantuan WaterCAD V8i.
 Menentukan rumus kehilangan tinggi tekan (Hazen-Williams, Darcy Weisbach dan
manning).
 Memodelkan sistem jaringan distribusi air bersih, titik simpul, pompa, jenis pipa
dan ukuran pipa.
8. Membuat gambar teknis sebagai pedoman pelaksanaan.
 Gambar situasi atau layout perpipaan distribusi maupun transmisi, Broncaptering,
tandon, dll.
 Gambar potongan melintang maupun memanjang bangunan.
 Gambar detail yang di anggap perlu dan secukupnya sebagai petunjuk yang jelas.
9. Menghitung rencana anggaran biaya pembangunan.
10. Menghitung analisa ekonomi dan menentukan harga air pada jaringan air bersih.

3.5. Tahapan Simulasi Program WaterCAD V8i


Analisis sistem jaringan pipa pada daerah Kecamatan Ngajum ini dilakukan
berdasarkan data-data yang telah terkumpul. Untuk melakukan simulasi sistem jaringan
pipa pada WaterCAD V8i diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pembukaan dan penamaan file baru sistem jaringan pipa dalam format WaterCAD
2. Mengisi tahap pembuatan file baru sistem jaringan pipa:
a. Memilih rumus kehilangan tinggi tekan (Hazen-Williams, Darcy Weisbach dan
manning) dimana dalam kajian ini nantinya akan dipilih rumus kehilangan
tinggi tekan Hazen-Williams.
b. Memilih metode penggambaran pipa (skema dan scala) dimana dalam kajian ini
dipilih metoede penggambaran pipa secara skema dengan latar belakang
gambar pipa berupa peta situasi dan kontur daerah kajian.
52

c. Memodelkan komponen sistem jaringan distribusi air bersih pipa, titik simpul.
3. Menggambar sistem jaringan pipa
4. Melakukan simulasi sistem jaringan pipa serta menganalisis hasil yang diperoleh
(report) dan apabila hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan kriteria maka akan
dilakukan perbaikan pada komponen sistem jaringan pipa tersebut hingga
didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Komponen-komponen jaringan air bersih mempunyai beberapa kata kunci dalam
pemrogramannya, yaitu:
1. Presure Pipe, data pipa, nomer titik, titik simpul awal dan akhir, panjang,
diameter, koefisien kekasaran serta bahan pipa.
2. Pressure Junction, titik simpul, nomer titik, elevasi debit kebutuhan.
3. Tank, data tandon, nomer identitas, elevasi dasar, dimensi tandon, elevasi
HWL dan LWL.
4. Reservoir, data sumber, elevasi, diasumsikan konstan.
5. Pump, data pompa, elevasi, tinggi tekan, kapasitas pompa, nomer titik
simpul awal dan akhir.
6. Valve, data katup, diameter, jenis, koefisien kekasaran, nomer titik simpul
awal dan akhir.
7. Compute, melakukan proses simulasi.
53

Mulai

Pedoman AHSP
Data Jumlah -Peta Wilayah Data Debit
PU 2013, Harga
Penduduk (Desa Taman) Sumber Mata
Satuan Pekerjaan,
2011-2015 -Data Topografi Air Glintongan
Upah dan Bahan

Proyeksi jumlah
penduduk sampai
tahun 2035

Uji Kesesuaian
Hasil dengan
Standar Deviasi dan
Koefisien Korelasi

kebutuhan air
pemodelan sistem
bersih sampai
jaringan air bersih
tahun 2035

Melakukan simulasi
sistem jaringan air
Rumusan masalah 1
bersih dengan
Watercad V.8i

Menghitung Rencana
Rumusan masalah 2
Anggaran Biaya

Menghitung Analisa
Rumusan masalah 3
Ekonomi

Kesimpulan
dan Saran

Selesai

Gambar 3.7 Diagram Alir Penyelesaian Skripsi


54

Mulai

Peta Data
Lokasi Kebutuhan
(xxx.dxf) Air Bersih

Membuka
progam
Watercad v.8i

Mengisi tahap pembuatan file baru


system jaringan distribusi air bersih:
-Rumus kehilangan tinggi tekan
(Hazem-Williams)
-Metode penggambaran
(Schematic atau Schalatic)

Menggambar
sistem jaringan
air bersih

Memodelkan komponen system jaringan


distribusi air bersih (Pipa, Tandon, Titik
Simpul, Reservoar)

Melakukan simulasi
sistem jaringan Analisa pipa
distribusi air bersih

Tidak
Kontrol Parameter :
-Kecepatan
- Tekanan
Headloss Gradient

Iya

Selesai
Gambar 3.8 Diagram Alir Penyelesaian Proses Simulasi Sistem Jaringan
Pipa Dengan Menggunakan Progam WaterCad v8i
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Perhitungan proyeksi penduduk dilakukan dengan 3 metode, yaitu metode aritmatik,
metode geometrik, dan metode eksponensial. Setelah diketahui hasil perhitungan masing-
masing metode, maka dihitung standar deviasidan koefisien korelasinya. Penentuan
metode proyeksi penduduk yang dipilih berdasarkan nilai standar deviasi yang terkecil dan
koefisien korelasi terbesar.
Dalam Permen PU Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM No.
18/PRT/M/2007, poyeksi penduduk dilakukan dalam jangka waktu 15-20 tahun kedepan.
Perhitungan proyeksi penduduk pada studi ini dilakukan sampai dengan 20 tahun kedepan
mulai dari tahun 2016 sampai dengan tahun 2035.
Tabel 4.1 Persentase Laju Pertumbuhan Penduduk Desa Taman
Pertumbuhan per tahun
Tahun Total (Jiwa)
Jiwa %
2010 2326
2011 2336 10 0,43
2012 2341 5 0,21
2013 2379 38 1,62
2014 2391 12 0,50
2015 2543 152 6,36
Rerata : 1,83
Sumber : Hasil Perhitungan
4.1.1. Proyeksi Penduduk Metode Geometrik
Perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk dengan menggunakan metode
geometrik dihitung berdasarkan persamaan (2-1) dan tabel (4-1). Contoh perhitungan
pertumbuhan penduduk Dusun Krajan tahun 2020:
P0 = 1125 jiwa (Tahun 2015)
n = 5 (proyeksi tahun ke-n)
r = 1,83% (rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk)
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2020 sebagai berikut :
Pn = P0 (1 + r)n
= 1.125 (1 + 1,83%)5 = 1.232 jiwa

55
56

Hasil proyeksi jumlah penduduk Dusun Krajan dengan cara perhitungan yang sama
pada masing-masing dusun hingga tahun 2035 disajikan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Geometrik
Metode Geometrik
Dusun Krajan Dusun Andung Dusun Taman
Tahun
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
2015 1125 815 603
2016 1146 830 614
2017 1166 845 625
2018 1188 860 637
2019 1209 876 648
2020 1232 892 660
2021 1254 908 672
2022 1277 925 684
2023 1300 942 697
2024 1324 959 710
2025 1348 977 723
2026 1373 994 736
2027 1398 1013 749
2028 1423 1031 763
2029 1449 1050 777
2030 1476 1069 791
2031 1503 1089 805
2032 1530 1109 820
2033 1558 1129 835
2034 1587 1149 850
2035 1615 1170 866
Sumber : Hasil Perhitungan
4.1.2. Proyeksi Penduduk Metode Aritmatik
Perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk dengan menggunakan metode aritmatik
dihitung berdasarkan persamaan (2-2) dan tabel (4.1). Contoh perhitungan pertumbuhan
penduduk Dusun Krajan tahun 2020:
P0 = 1.125 jiwa (Tahun 2015)
n = 5 (proyeksi tahun ke-n)
r = 1,83% (rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk)
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2020 sebagai berikut :
Pn = P0 (1 + r . n)
= 1.125 (1 + (0,0183.5))
= 2.228 jiwa
57

Hasil proyeksi jumlah penduduk dengan cara perhitungan yang sama pada masing-
masing desa hingga tahun 2035 disajikan pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.3 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Aritmatik
Metode Aritmatik
Dusun Krajan Dusun Andung Dusun Taman
Tahun
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
2015 1125 815 603
2016 1146 830 614
2017 1166 845 625
2018 1187 860 636
2019 1207 875 647
2020 1228 889 658
2021 1248 904 669
2022 1269 919 680
2023 1289 934 691
2024 1310 949 702
2025 1330 964 713
2026 1351 979 724
2027 1371 994 735
2028 1392 1008 746
2029 1413 1023 757
2030 1433 1038 768
2031 1454 1053 779
2032 1474 1068 790
2033 1495 1083 801
2034 1515 1098 812
2035 1536 1113 823
Sumber : Hasil Perhitungan
4.1.3. Proyeksi Penduduk Metode Eksponensial
Perhitungan proyeksi pertumbuhan penduduk dengan menggunakan metode
eksponensial dihitung berdasarkan persamaan (2-3) dan tabel (4.1). Contoh perhitungan
pertumbuhan penduduk Dusun Krajan tahun 2020:
P0 = 1.125 jiwa (Tahun 2015)
n = 5 (proyeksi tahun ke-n)
r = 1,83% (rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk)
e = 2,72 (bilangan logaritma natural)
Perhitungan proyeksi jumlah penduduk untuk tahun 2020 sebagai berikut :
Pn = P0 .e r . n
= 1.125. 2,72(0,0183 .5)
= 1.233 jiwa
58

Hasil proyeksi jumlah penduduk dengan cara perhitungan yang sama pada masing-
masing desa hingga tahun 2035 disajikan pada tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk dengan Metode Eksponensial
Metode Eksponensial
Dusun Krajan Dusun Andung Dusun Taman
Tahun
(Jiwa) (Jiwa) (Jiwa)
2015 1125 815 603
2016 1146 830 614
2017 1167 845 625
2018 1188 861 637
2019 1210 877 649
2020 1233 893 661
2021 1255 909 673
2022 1278 926 685
2023 1302 943 698
2024 1326 961 711
2025 1350 978 724
2026 1375 996 737
2027 1401 1015 751
2028 1427 1033 765
2029 1453 1053 779
2030 1480 1072 793
2031 1507 1092 808
2032 1535 1112 823
2033 1563 1132 838
2034 1592 1153 853
2035 1621 1174 869
Sumber : Hasil Perhitungan
4.1.4. Uji Kesesuaian Metode Proyeksi
Pemilihan metode proyeksi penduduk berdasarkan cara pengujian statistik yaitu
berdasarkan nilai standar deviasi yang terkecil dan koefisien korelasi terbesar mendekati +1.
4.1.4.1. Standar Deviasi
Contoh perhitungan standar deviasi pada proyeksi penduduk Dusun Krajan dengan
metode aritmatik:
1. Data jumlah penduduk tahun 2015 – 2035 (X)
2. Rata-rata jumlah penduduk tahun 2015 – 2035 ( ) = 1356 jiwa
3. Proyeksi penduduk tahun 2015 – 2035 dengan metode aritmatik (Xi)
4. Proyeksi penduduk (Xi) – Rata-rata jumlah penduduk ( )
Tahun 2015 = Xi –
= 1.125 – 13.356
59

= -231
5. (Proyeksi penduduk (Xi) – Rata-rata jumlah penduduk ( ))2
Tahun 2010 = (Xi - )2
= (-231)2
= 53466
6. Total (Xi - )2 = 462503
7. Standar deviasi
n 2
 (Xi  X )
S = i 1
n 1

462503
=
21  1
= 152,0
Tabel 4.5 Rekapitulasi Perhitungan Standar Deviasi
Metode Proyeksi
Dusun
Geometrik Aritmatik Eksponensial
Krajan 343.745 288.084 347.737
Andung 152.070 127.446 153.836
Taman 110.166 92.328 111.446
Sumber: Hasil Perhitungan
Berdasarkan perhitungan standart deviasi pada tabel 4.5, maka diketahui metode
proyeksi yang mempunyai nilai standar deviasi yang terkecil. Metode proyeksi dengan nilai
standar deviasi terkecil akan dipilih sebagai proyeksi jumlah penduduk untuk perencanaan
pengembangan sistem jaringan air bersih. Metode proyeksi aritmatik dipilih sebagai metode
untuk proyeksi jumlah penduduk pada masing-masing dusun.
4.1.4.2. Koefisien Korelasi
Contoh perhitungan koefisien korelasi proyeksi pertumbuhan penduduk Dusun Krajan(Yi)
terhadap rasio pertumbuhan penduduk Desa Taman(Xi) dengan metode geometrik:
1. Data asli Xi tahun 2010 = 2326, Ʃ(Xi) tahun 2010 – 2015 = 14316
2. Xi2 tahun 2010 = 23262 = 5410276, Ʃ(Xi2) tahun 2010 – 2015 = 204947856
3. Hasil proyeksi tahun 2016 Yi = 1146, Ʃ(Yi) tahun 2016 – 2021 = 7195
4. Yi2 tahun 2016 = 11462 = 1312261, Ʃ(Yi2) tahun 2016 – 2021 = 51763747
5. Xi x Yi tahun 2015 = 2326 x 1146 = 2664526,
Ʃ (Xi x Yi) tahun 2015 – 2035 = 102999364
6. Koefisien korelasi
60

n n n
n.  X i .Yi   X i .  Yi
i 1 i 1 i 1
 n 2  n 2  n 2
 n.  X i    X i  . n.  Yi2    Yi 
n

 i 1  i 1    i 1  i 1  
r =  

6 * 102999364   14316 * 7195


= 6 * 204947856   14316 * 6 * 51763747   7195 
2 2

= 0.8435
Tabel 4.6 Rekapitulasi Perhitungan Koefisien Korelasi
Metode Proyeksi
Dusun
Geometrik Aritmatik Eksponensial
Krajan 0,8435 0,8494 0,8434
Andung 0,8435 0,8494 0,8434
Taman 0,8435 0,8494 0,8434
Sumber: Hasil Perhitungan
Dari tabel di atas dapat dilihat koefisien korelasi terbesarnya menggunakan metode
aritmatik.
4.1.4.3. Kesimpulan
Penentuan metode yang digunakan untuk perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih
dengan menggunakan standar deviasi dan koefisien korelasi. Metode yang dipilih adalah
metode dengan nilai standar deviasi yang paling kecil dan koefisien korelasi paling besar.
Dari Tabel 4.5 nilai standar deviasi yang paling kecil dari masing-masing desa diperoleh
menggunakan metode aritmatik. Dari tabel 4.6 koefisien korelasi paling besar juga metode
aritmatik. Sehingga diambil kesimpulan metode proyeksi penduduk yang akan digunakan
dalam perhitungan selanjutnya adalah metode aritmatik.

4.2. Proyeksi Kebutuhan Air Bersih


Berikut ini adalah contoh perhitungan proyeksi kebutuhan air bersih di Dusun Krajan
tahun 2030 dengan presentase penduduk seperti pada Tabel 4.3 dan kehilangan air sebesar
15% :
1. Proyeksi jumlah penduduk pada tahun 2030 sebesar 1.433 jiwa
2. Kebutuhan air untuk tiap 1 orang per hari adalah 60 lt/org/hr
3. Kebutuhan air domestik
= Jumlah penduduk x Kebutuhan tiap orang
= 1.433 org x 60 lt/org/hr
= 85985,80 lt/hr
61

= 0,995 lt/dtk
4. Kebutuhan non domestik
= 15% x kebutuhan air domestik
= 15% x 0,995 lt/dtk
= 0,149 lt/hr
5. Kebutuhan air rata-rata
= Total kebutuhan air + kehilangan air
= (Q.domestik + Q.non domestic ) + kehilangan air
= (0,995 lt/dtk + 0,149 lt/dtk) + (15% x Total kebutuhan air)
= 1.144 + (15% x 1.144 lt/dtk)
= 1.316 lt/dtk
6. Kebutuhan air maksimum
= 1,15 x Kebutuhan air rata-rata
= 1,15 x 1.316
= 1.514 lt/dtk
7. Kebutuhan jam puncak
= 1,56 x Kebutuhan air rata-rata
= 1,56 x 1.316
= 2,053 lt/dtk
Perhitungan kebutuhan air masing-masing tiap dusun pada Desa Taman tiap jangka
waktu 5 tahun disajikan pada tabel 4.7-4.10 berikut:
Tabel 4.7 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Dusun Krajan
N Tahun
Uraian Satuan
o 2020 2025 2030 2035
1 Jumlah penduduk total Jiwa 1228 1330 1433 1536
Kebutuhan air untuk tiap lt/hr/or
2 60 60 60 60
1 orang per hari g
lt/hr 73661,9 79823,8 85985,8 92147,7
3 Kebutuhan air domestik
lt/dtk 0,853 0,924 0,995 1,067
Kebutuhan air non domestik lt/dtk
4 0,128 0,139 0,149 0,160
= 15 % Keb. Domestik
Kebutuhan air baku rata-rata lt/dtk
5 1,128 1,222 1,316 1,410
(dengan kebocoran 15%)
Kebutuhan harian maksimum lt/dtk
6 1,297 1,405 1,514 1,622
= 1,15 x kebutuhan air bersih
Kebutuhan air pada jam lt/dtk
7 puncak = 1,56 x kebutuhan air 2,023 2,192 2,361 2,530
bersih
Sumber: Hasil Perhitungan
62

Tabel 4.8 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Dusun Andung


Tahun
No Uraian Satuan
2020 2025 2030 2035
1 Jumlah penduduk total Jiwa 889 964 1038 1113
Kebutuhan air untuk tiap
2 lt/hr/org 60 60 60 60
1 orang per hari
lt/hr 53363,9 57827.9 62291.9 66755.9
3 Kebutuhan air domestik
lt/dtk 0,618 0.669 0.721 0,773
Kebutuhan air non domestik lt/dtk
4 0,093 0,100 0,108 0,116
= 15 % Keb. Domestik
Kebutuhan air baku rata-rata lt/dtk
5 0,817 0,885 0,953 1,022
(dengan kebocoran 15%)
Kebutuhan harian lt/dtk
6 maksimum = 1,15 x 0,939 1,018 1,097 1,175
kebutuhan air bersih
Kebutuhan air pada jam lt/dtk
7 puncak = 1,56 x kebutuhan 1,465 1,588 1,711 1,833
air bersih
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.9 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Dusun Taman
Tahun
No Uraian Satuan
2020 2025 2030 2035
1 Jumlah penduduk total Jiwa 658 713 768 823
Kebutuhan air untuk tiap 1
2 lt/hr/org 60 60 60 60
orang per hari
lt/hr 39482.8 42785,5 46088,3 49391,1
3 Kebutuhan air domestik
lt/dtk 0,457 0,495 0,533 0,572
Kebutuhan air non domestik lt/dtk
4 0,069 0,074 0,080 0,086
= 15 % Keb. Domestik
Kebutuhan air baku rata-rata lt/dtk
5 0,604 0,655 0,705 0,756
(dengan kebocoran 15%)
Kebutuhan harian lt/dtk
6 maksimum = 1,15 x 0,695 0,753 0,811 0,869
kebutuhan air bersih
Kebutuhan air pada jam lt/dtk
7 puncak = 1,56 x kebutuhan 1,084 1,175 1,266 1,356
air bersih
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.10 Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Bersih
Tahun Kebutuhan Air Bersih Desa Taman Total
(lt/dtk) Dusun Dusun Dusun
Krajan Andung Taman
2035 Rata-Rata 1,410 1,022 0,756 3,188
Harian Maksimum 1,622 1,175 0,869 3,667
Jam Puncak 2,530 1,833 1,356 5,720
Sumber: Hasil Perhitungan
63

4.3. Analisa Perencanaan Jaringan Air Bersih Menggunakan WaterCAD V8i


Dalam analisanya maka direncanakan dengan 2 alternatif perencanaan untuk jaringan
air bersih Desa Taman.
4.3.1. Analisis Simulasi Kondisi Tidak Permanen pada Perencanaan Jaringan Pipa
Tahun 2035 (Alternatif 1)
Perencanaan jaringan air bersih di Desa Taman adalah 100% penduduk terlayani,
dengan jumlah penduduk Desa Taman 2.543 jiwa dan jalur pipa sepanjang 4,010 km. Pada
alternatif 1 ini jaringan air bersih direncanakan menggunakan 2 sumber mata air
(broncaptering) dengan potensi debit sumber 5,5 l/dtk, dengan tandon, pemakaian pipa
Galvanized Iron (GI) pada tebing 1580 meter, dan PVC pada area datar 2430 meter.
Tabel 4.11 Pemasangan Pipa Baru Alternatif 1
Titik Simpul
No Pipa Panjang (m) Diameter (in) Material
Dari Ke
P1a 0,0 R1 J 4,0 Galvanized Iron
P1b 180,0 J T1 4,0 Galvanized Iron
P2 200,0 T1 J1 4,0 Galvanized Iron
P3 200,0 J1 J2 4,0 Galvanized Iron
P4 200,0 J2 J3 4,0 Galvanized Iron
P5 200,0 J3 J4 4,0 Galvanized Iron
P6 200,0 J4 J5 4,0 Galvanized Iron
P7 200,0 J5 J6 4,0 Galvanized Iron
P8 100,0 J6 PRV-1 4,0 Galvanized Iron
P9 100,0 PRV-1 J7 4,0 Galvanized Iron
P10 200,0 J7 J8 4,0 PVC
P11 200,0 J8 J9 4,0 PVC
P12 100,0 J9 PRV-2 4,0 PVC
P13 100,0 PRV-2 J10 4,0 PVC
P14 130,0 J10 J11 4,0 PVC
P15 50,0 J11 J12 3,0 PVC
P16 50,0 J11 J13 3,0 PVC
P17 200,0 J13 J14 3,0 PVC
P18 200,0 J14 J15 3,0 PVC
P19 100,0 J15 PRV-3 3,0 PVC
P20 100,0 PRV-3 J16 3,0 PVC
P21 200,0 J16 J17 3,0 PVC
P22 200,0 J17 J18 3,0 PVC
P23 200,0 J18 J19 3,0 PVC
P24 150,0 J19 J20 3,0 PVC
P25 50,0 J20 J21 3,0 PVC
P26 100,0 J20 PRV-4 2,0 PVC
P27 100,0 PRV-4 J22 2,0 PVC
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD V8i
64

Setelah menjalankan simulasi, muncul Calculation Summary pada WaterCAD yang


menunjukkan tanda hijau, yang artinya tidak ada masalah pada simulasi yang dijalankan.

Gambar 4.1. Simulasi Compute pada Program WaterCAD v8i (Alternatif 1)


Dari hasil simulasi, menunjukkan debit yang masuk sebesar 5,5 L/s, dengan debit
yang keluar sebesar 5,67 L/s pada jam puncak. Grafik dari hasil simulasi dapat dilihat pada
gambar 4.2.

Gambar 4.2. Grafik Simulasi Program WaterCAD v8i (Alternatif 1)


65

Pada simulasi ini, R-1 dan J adalah satu kesatuan yang mewakili sistem jaringan
pipa air bersih, sehingga tekanan pada J, kecepatan dan headloss gradient pada P1a yang
didapat dari hasil simulasi diabaikan dan dianggap dalam kondisi aman. Evaluasi kondisi
aliran pada pipa dapat dilakukan dengan melihat tabel pipa setelah simulasi pada WaterCAD
dijalankan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut 4.12-4.15
Tabel 4.12 Hasil Simulasi pada pipa Pukul 00.00 Alternatif 1

Hazen- Headloss
Panjang Start Stop Diameter Flow Kecepatan
Pipa Bahan Williams Gradient
(m) Node Node (in) (L/s) (m/s)
C (m/km)

P1a 0,0 R1 J 4,0 GI 120 0,00 0,00 0,00


P1b 180,0 J T1 4,0 GI 120 2,58 0,32 1,67
P2 200,0 T1 J1 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P3 200,0 J1 J2 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P4 200,0 J2 J3 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P5 200,0 J3 J4 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P6 200,0 J4 J5 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P7 200,0 J5 J6 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P8 100,0 J6 PRV1 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P9 100,0 PRV1 J7 4,0 GI 150 1,03 0,13 0,30
P10 200,0 J7 J8 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P11 200,0 J8 J9 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P12 100,0 J9 PRV2 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P13 100,0 PRV2 J10 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P14 130,0 J10 J11 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P15 50,0 J11 J12 3,0 PVC 150 0,45 0,10 0,18
P16 50,0 J11 J13 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,27
P17 200,0 J13 J14 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P18 200,0 J14 J15 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,27
P19 100,0 J15 PRV3 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P20 100,0 PRV3 J16 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P21 200,0 J16 J17 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,27
P22 200,0 J17 J18 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P23 200,0 J18 J19 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P24 150,0 J19 J20 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P25 50,0 J20 J21 3,0 PVC 150 0,33 0,07 0,10
P26 100,0 J20 PRV4 2,0 PVC 150 0,24 0,12 0,41
P27 100,0 PRV4 J22 2,0 PVC 150 0,24 0,12 0,41
Sumber : Hasil Analisa Program WaterCad V.8i.
Keterangan : 1. Kecepatan 0,1-2,5 m/dtk
2. Headloss Gradient 0-15 m/km
66

Tabel 4.13 Hasil Simulasi pada pipa Pukul 07.00 Alternatif 1

Hazen- Headloss
Panjang Start Stop Diameter Flow Kecepatan
Pipa Bahan Williams Gradient
(m) Node Node (in) (L/s) (m/s)
C (m/km)

P1a 0,0 R1 J 4,0 GI 120 0,00 0,00 0.00


P1b 180,0 J T1 4,0 GI 120 5,05 0,62 5,77
P2 200,0 T1 J1 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P3 200,0 J1 J2 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P4 200,0 J2 J3 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P5 200,0 J3 J4 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P6 200,0 J4 J5 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P7 200,0 J5 J6 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P8 100,0 J6 PRV1 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P9 100,0 PRV1 J7 4,0 GI 150 5,67 0,70 7,14
P10 200,0 J7 J8 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P11 200,0 J8 J9 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P12 100,0 J9 PRV2 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P13 100,0 PRV2 J10 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P14 130,0 J10 J11 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,74
P15 50,0 J11 J12 3,0 PVC 150 2,51 0,55 4,23
P16 50,0 J11 J13 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P17 200,0 J13 J14 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P18 200,0 J14 J15 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P19 100,0 J15 PRV3 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P20 100,0 PRV3 J16 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P21 200,0 J16 J17 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P22 200,0 J17 J18 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P23 200,0 J18 J19 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P24 150,0 J19 J20 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,51
P25 50,0 J20 J21 3,0 PVC 150 1,82 0,40 2,33
P26 100,0 J20 PRV4 2,0 PVC 150 1,34 0,66 9,63
P27 100,0 PRV4 J22 2,0 PVC 150 1,34 0,66 9,63
Sumber : Hasil Analisa Program WaterCad V.8i.
Keterangan : 1. Kecepatan 0,1-2,5 m/dtk
2. Headloss Gradient 0-15 m/km
67

Tabel 4.14 Hasil Simulasi pada titik simpul (Junction) Pukul 00.00 Alternatif 1
Demand Tinggi Hidrolis Tekanan
Label Elevasi
(L/s) (m) (atm)
R/J 710,00 -5,50 710,00 0,00
J1 689,00 0,00 709,64 1,99
J2 683,00 0,00 709,58 2,57
J3 676,00 0,00 709,52 3,24
J4 665,00 0,00 709,46 4,29
J5 656,00 0,00 709,40 5,16
J6 640,00 0,00 709,34 6,70
J7 634,00 0,00 647,33 1,29
J8 617,00 0,00 647,29 2,93
J9 59,00 0,00 647,25 5,05
J10 571,00 0,00 582,48 1,11
J11 564,00 0,00 582,45 1,78
J12 564,00 0,45 582,45 1,78
J13 559,00 0,00 582,44 2,26
J14 536,00 0,00 582,39 4,48
J15 519,00 0,00 582,33 6,12
J16 507,00 0,00 523,33 1,58
J17 498,00 0,00 523,27 2,44
J18 477,00 0,00 523,22 4,46
J19 465,00 0,00 523,16 5,62
J20 459,00 0,00 523,12 6,19
J21 459,00 0,33 523,12 6,19
J22 390,00 0,24 423,96 3,28
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD V8i
Keterangan : Tekanan 0,5 – 8 atm

Tabel 4.15 Hasil Simulasi pada titik simpul (Junction) Pukul 07.00 Alternatif 1
Demand Tinggi Hidrolis
Label Elevasi Tekanan (am)
(L/s) (m)
R/J 710,00 -5,50 710,00 0,00
J1 689,00 0,00 707,53 1,79
J2 683,00 0,00 706,11 2,23
J3 676,00 0,00 704,68 2,77
J4 665,00 0,00 703,25 3,69
J5 656,00 0,00 701,82 4,43
J6 640,00 0,00 700,39 5,83
J7 634,00 0,00 646,64 1,22
J8 617,00 0,00 645,70 2,77
68

Demand Tinggi Hidrolis


Label Elevasi Tekanan (am)
(L/s) (m)
J9 595,00 0,00 644,75 4,81
J10 571,00 0,00 582,03 1,07
J11 564,00 0,00 581,41 1,68
J12 564,00 2,51 581,20 1,66
J13 559,00 0,00 581,09 2,13
J14 536,00 0,00 579,79 4,23
J15 519,00 0,00 578,48 5,75
J16 507,00 0,00 522,71 1,52
J17 498,00 0,00 521,41 2,26
J18 477,00 0,00 520,10 4,16
J19 465,00 0,00 518,80 5,20
J20 459,00 0,00 517,83 5,68
J21 459,00 1,82 517,71 5,67
J22 390,00 1,34 423,04 3,19
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD V8i
Keterangan : Tekanan 0,5 – 8 atm

4.3.1.1. Evaluasi Kondisi Aliran Pada Pipa (Alternatif 1)


Berdasarkan hasil running jaringan pipa menggunakan program WaterCAD V8i pada
saat kebutuhan maksimum yaitu pukul 07.00 dapat diketahui:
 Dari hasil simulasi diperoleh nilai kecepatan aliran dalam pipa yang semuanya
sesuai dengan SNI yang diijinkan yaitu antara 0,1 – 2,5 m/detik.
 Dari hasil simulasi diperoleh nilai headloss gradient yang semuanya sesuai
dengan SNI yang diijinkan yaitu 0 – 15 m/km.
Berdasarkan hasil running jaringan pipa menggunakan program WaterCAD V8i pada
saat kebutuhan minimum yaitu pukul 00.00 dapat diketahui:
 Dari hasil simulasi pada jaringan pipa P25 pada saat jam ke 00.00-01.00 kurang
dari kecepatan minimum yang diijinkan yaitu 0,1 m/detik. Hal ini disebabkan
karena kebutuhan debit yang terlalu kecil pada saat jam 00.00-01.00. Meskipun
kecepatan berada dibawah batas minimum hal ini dapat diterima karena terjadi
pada jam minimum penggunaan air.
 Dari hasil simulasi pada jaringan pipa distribusi dari tandon ke daerah layanan
yaitu semua pipa selain P25 diperoleh nilai kecepatan aliran dalam pipa yang
sudah sesuai dengan SNI yang diijinkan yaitu antara 0,1 – 2,5 m/detik.
69

Kecepatan tertinggi, misal pada P-18 terjadi pada saat pukul 07.00 sebesar 0,69
m/s dan terendah pada pukul 00.00 sebesar 0,13 m/s.
 Dari hasil simulasi pada jaringan pipa dari tandon ke daerah layanan yaitu P1
sampai P26 diperoleh nilai headloss gradient yang semuanya sesuai dengan SNI
yang diijinkan antara 0 – 15 m/km. headloss gradient, misal pada P18
mengalami peningkatan yang cukup besar pada jam 00.00 – 07.00 yaitu dari 0,27
m/km menjadi 6,5 m/km.

Gambar 4.3. Grafik Fluktuasi kecepatan dan Headloss Gradient P18 (Alternatif 1)
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i
Berdasarkan hasil running menggunakan program WaterCAD V8i dapat diperoleh nilai
tekanan dari masing-masing junction pada saat kebutuhan maksimum yaitu pukul 07.00
dapat diketahui:
 Dari hasil simulasi diperoleh nilai tekanan yang semuanya sesuai dengan SNI
yang diijinkan yaitu antara 0,5 – 8 atm.
 Contoh pada junction J-15 tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak yaitu
pukul 07.00 sebesar 5,75 atm
Berdasarkan hasil running menggunakan program WaterCAD V8i dapat diperoleh
nilai tekanan dari masing-masing junction pada saat kebutuhan minimum yaitu pukul 00.00
dapat diketahui:
 Contoh pada junction J-15 Tekanan maksimum terjadi pada saat kebutuhan air
minimal yaitu pukul 00.00 sebesar 6,12 atm
70

Gambar 4.4 Grafik Tekanan J-15 (Alternatif 1)


Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i

4.3.1.2. Analisa Tandon (Alternatif 1)


Analisa simulasi tandon berdasarkan hasil running program WaterCAD V8i akan
disajikan pada tabel dan grafik berikut ini:
Tabel 4.16 Spesifikasi Tandon Alternatif 1
Label Elevation Elevation Elevation Elevation Panjang Lebar Volume
(dasar) (Min) (Initial) (Maks) penuh
(m) (m) (m) (m) (m) (m) (L)
T-1 707,8 708 709,7 710 5 3 30.000,00
Sumber: Hasil Running Program WaterCAD V8i

Gambar 4.5 Grafik Muka Air dan Flow (Out Net) Tandon (Alternatif 1)
Sumber: Hasil Running Program WaterCAD V8i
71

Berdasarkan hasil running dari program WaterCAD V8i bahwa spesifikasi tandon
untuk pola pengoperasiannya dapat terus berlanjut selama 24 jam dan tandon tidak
kehabisan air.
 Kondisi Hidrolis pipa yang masuk kedalam tandon
Dari hasil simulasi pada jaringan pipa menuju tandon yaitu P1b nilai headloss gradient yang
sesuai dengan SNI yang diijinkan antara 0 – 15 m/km. dan kecepatan yang sesuai dengan
SNI yang diijinkan antara 0,1-2,5 m/s.

Gambar 4.6 Grafik Fluktuasi Kecepatan P1b (Alternatif 1)


Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i
 Kondisi Hidrolis pipa yang masuk keluar tandon
Dari hasil simulasi pada jaringan pipa menuju tandon yaitu P1b nilai headloss gradient yang
sesuai dengan SNI yang diijinkan antara 0 – 15 m/km. dan kecepatan yang sesuai dengan
SNI yang diijinkan antara 0,1-2,5 m/s.

Gambar 4.7 Grafik Fluktuasi Kecepatan P2 (Alternatif 1)


Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i
72

4.3.1.3. Pressure Reducing Valve (PRV) (Alternatif 1)


Beberapa junction yang tekanannya cukup besar bahkan setelah dilakukan
penggantian pipa, sehingga pada perencanaan alternatif 2 ini ada penambahan Pressure
Reducing Valve (PRV) yang berfungsi untuk memperkecil tekanan pada junction tersebut.
Ada dua buah PRV yang dipasang antara P08-P09, P12-P13, P19-P20, dan P26-P27.

Gambar 4.8 PRV1, PRV2, PRV3, dan PRV4 (Alternatif 1)


Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD v8i
Tabel 4.17 Hasil Simulasi PRV Pukul 00.00 Alternatif 1
Diamete Pressure Hydrauli
Hydraulic
Elevasi r Setting Flow c Grade Headlos
Label Grade
(m) (Valve) (Initial) (L/s) (From) s (m)
(To) (m)
(in) (atm) (m)
PRV-1 637,0 4,0 1,00 1,03 709,31 647,36 61,95
PRV-2 582,5 3,0 0,00 1,03 647,23 582,50 64,73
PRV-3 513,0 3,0 1,00 0,57 582,30 523,36 58,95
PRV-4 424,0 2,0 0,00 0,24 523,08 424,00 99,08
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD v8i
Tabel 4.18 Hasil Simulasi PRV Pukul 07.00 Alternatif 1
Diamete Pressure Hydrauli
Hydraulic
Elevasi r Setting Flow c Grade Headlos
Label Grade
(m) (Valve) (Initial) (L/s) (From) s (m)
(To) (m)
(in) (atm) (m)
PRV-1 637,0 4,0 1,00 5,67 699,68 647,36 52,32
PRV-2 582,5 3,0 0,00 5,67 644,28 582,50 61,78
PRV-3 513,0 3,0 1,00 3,16 577,83 523,36 54,48
PRV-4 424,0 2,0 0,00 1,34 516,86 424,00 92,86
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD v8i
73

4.3.2. Analisis Simulasi Kondisi Tidak Permanen pada Perencanaan Jaringan Pipa
Tahun 2035 (Alternatif 2)
Perencanaan jaringan air bersih di Desa Taman adalah 100% penduduk terlayani,
dengan jumlah penduduk Desa Taman 2.543 jiwa dan jalur pipa sepanjang 4,010 km. Pada
alternatif 2 ini jaringan air bersih direncanakan menggunakan 3 sumber mata air
(broncaptering) dengan potensi debit sumber 9,5 l/dtk, pemakaian pipa Galvanized Iron (GI)
pada tebing, dan PVC pada area datar 1580 meter, dan PVC pada area datar 2430 meter.
Tabel 4.19 Pemasangan Pipa Baru Alternatif 2

Titik Simpul
No Pipa Panjang (m) Diameter (in) Material
Dari Ke
P-1a 0,0 R1 J 4,0 Galvanized Iron
P-1b 180,0 J J1 4,0 Galvanized Iron
P2 200,0 J1 J2 4,0 Galvanized Iron
P3 200,0 J2 J3 4,0 Galvanized Iron
P4 200,0 J3 J4 4,0 Galvanized Iron
P5 200,0 J4 J5 4,0 Galvanized Iron
P6 200,0 J5 J6 4,0 Galvanized Iron
P7 100,0 J6 PRV-1 4,0 Galvanized Iron
P8 100,0 PRV-1 J7 4,0 Galvanized Iron
P9 200,0 J7 J8 4,0 Galvanized Iron
P10 200,0 J8 J9 4,0 PVC
P11 200,0 J9 J10 4,0 PVC
P12 100,0 J10 PRV-2 4,0 PVC
P13 100,0 PRV-2 J11 4,0 PVC
P14 130,0 J11 J12 4,0 PVC
P15 50,0 J12 J13 3,0 PVC
P16 50,0 J12 J14 3,0 PVC
P17 200,0 J14 J15 3,0 PVC
P18 200,0 J15 J16 3,0 PVC
P19 100,0 J16 PRV-3 3,0 PVC
P20 100,0 PRV-3 J17 3,0 PVC
P21 200,0 J17 J18 3,0 PVC
P22 200,0 J18 J19 3,0 PVC
P23 200,0 J19 J20 3,0 PVC
P24 150,0 J20 J21 3,0 PVC
P25 50,0 J21 J22 3,0 PVC
P26 100,0 J21 PRV-4 2,0 PVC
P27 100,0 PRV-4 J23 2,0 PVC
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD V8i
74

Setelah menjalankan simulasi, muncul Calculation Summary pada WaterCAD yang


menunjukkan tanda hijau, yang artinya tidak ada masalah pada simulasi yang dijalankan.

Gambar 4.9. Simulasi Compute pada Program WaterCAD v8i (Alternatif 2)


Dari hasil simulasi, menunjukkan debit yang masuk sebesar 9,5 L/s, dengan debit
yang keluar sebesar 5,67 L/s pada jam puncak. Grafik dari hasil simulasi dapat dilihat pada
gambar 4.10.

Gambar 4.10. Grafik Simulasi Program WaterCAD v8i (Alternatif 2)


75

Pada simulasi ini, R-1 dan J adalah satu kesatuan yang mewakili sistem jaringan
pipa air bersih, sehingga tekanan pada J, kecepatan dan headloss gradient pada P1a yang
didapat dari hasil simulasi diabaikan dan dianggap dalam kondisi aman. Evaluasi kondisi
aliran pada pipa dapat dilakukan dengan melihat tabel pipa setelah simulasi pada WaterCAD
dijalankan, selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut 4.20-4.23
Tabel 4.20 Hasil Simulasi pada pipa Pukul 00.00 Alternatif 2

Hazen- Headloss
Panjang Start Stop Diameter Flow Kecepatan
Pipa Bahan Williams Gradient
(m) Node Node (in) (L/s) (m/s)
C (m/km)

P-1a 0,0 R1 J 4,0 GI 120 0,00 0,00 0,00


P-1b 180,0 J J1 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P2 200,0 J1 J2 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P3 200,0 J2 J3 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P4 200,0 J3 J4 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P5 200,0 J4 J5 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P6 200,0 J5 J6 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P7 100,0 J6 PRV1 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P8 100,0 PRV1 J7 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P9 200,0 J7 J8 4,0 GI 120 1,03 0,13 0,30
P10 200,0 J8 J9 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P11 200,0 J9 J10 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P12 100,0 J10 PRV2 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P13 100,0 PRV2 J11 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P14 130,0 J11 J12 4,0 PVC 150 1,03 0,13 0,20
P15 50,0 J12 J13 3,0 PVC 150 0,45 0,10 0,18
P16 50,0 J12 J14 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,27
P17 200,0 J14 J15 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P18 200,0 J15 J16 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P19 100,0 J16 PRV3 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,27
P20 100,0 PRV3 J17 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,27
P21 200,0 J17 J18 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P22 200,0 J18 J19 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,27
P23 200,0 J19 J20 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P24 150,0 J20 J21 3,0 PVC 150 0,57 0,13 0,28
P25 50,0 J21 J22 3,0 PVC 150 0,33 0,07 0,10
P26 100,0 J21 PRV4 2,0 PVC 150 0,24 0,12 0,41
P27 100,0 PRV4 J23 2,0 PVC 150 0,24 0,12 0,41
Sumber : Hasil Analisa Program WaterCad V.8i.
Keterangan : 1. Kecepatan 0,1-2,5 m/dtk
2. Headloss Gradient 0-15 m/km
76

Tabel 4.21 Hasil Simulasi pada pipa Pukul 07.00 Alternatif 2

Hazen- Headloss
Panjang Start Stop Diameter Flow Kecepatan
Pipa Bahan Williams Gradient
(m) Node Node (in) (L/s) (m/s)
C (m/km)

P-1a 0,0 R1 J 4,0 GI 120 -3.83 0.47 3.72


P-1b 180,0 J J1 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P2 200,0 J1 J2 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P3 200,0 J2 J3 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P4 200,0 J3 J4 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P5 200,0 J4 J5 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P6 200,0 J5 J6 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P7 100,0 J6 PRV1 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P8 100,0 PRV1 J7 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P9 200,0 J7 J8 4,0 GI 120 5,67 0,70 7,14
P10 200,0 J8 J9 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P11 200,0 J9 J10 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P12 100,0 J10 PRV2 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P13 100,0 PRV2 J11 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,72
P14 130,0 J11 J12 4,0 PVC 150 5,67 0,70 4,74
P15 50,0 J12 J13 3,0 PVC 150 2,51 0,55 4,23
P16 50,0 J12 J14 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P17 200,0 J14 J15 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P18 200,0 J15 J16 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P19 100,0 J16 PRV3 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P20 100,0 PRV3 J17 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P21 200,0 J17 J18 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P22 200,0 J18 J19 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P23 200,0 J19 J20 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,50
P24 150,0 J20 J21 3,0 PVC 150 3,16 0,69 6,51
P25 50,0 J21 J22 3,0 PVC 150 1,82 0,40 2,33
P26 100,0 J21 PRV4 2,0 PVC 150 1,34 0,66 9,63
P27 100,0 PRV4 J23 2,0 PVC 150 1,34 0,66 9,63
Sumber : Hasil Analisa Program WaterCad V.8i.
Keterangan : 1. Kecepatan 0,1-2,5 m/dtk
2. Headloss Gradient 0-15 m/km
77

Tabel 4.22 Hasil Simulasi pada titik simpul (Junction) Pukul 00.00 Alternatif 2
Demand Tinggi Hidrolis Tekanan
Label Elevasi
(L/s) (m) (atm)
R/J 710,00 -9,50 710,00 0,00
J1 703,00 0,00 709,95 0,67
J2 689,00 0,00 709,89 2,02
J3 683,00 0,00 709,83 2,59
J4 676,00 0,00 709,77 3,26
J5 665,00 0,00 709,71 4,32
J6 656,00 0,00 709,65 5,18
J7 640,00 0,00 648,97 0,87
J8 634,00 0,00 648,91 1,44
J9 617,00 0,00 648,87 3,08
J10 595,00 0,00 648,83 5,20
J11 571,00 0,00 582,98 1,16
J12 564,00 0,00 582,95 1,83
J13 564,00 0,45 582,95 1,83
J14 559,00 0,00 582,94 2,31
J15 536,00 0,00 582,89 4,53
J16 519,00 0,00 582,83 6,17
J17 507,00 0,00 522,83 1,53
J18 498,00 0,00 522,77 2,39
J19 477,00 0,00 522,72 4,42
J20 465,00 0,00 522,66 5,57
J21 459,00 0,00 522,62 6,15
J22 459,00 0,33 522,62 6,14
J23 390,00 0,24 423,46 3,23
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD V8i
Keterangan : Tekanan 0,5 – 8 atm

Tabel 4.23 Hasil Simulasi pada titik simpul (Junction) Pukul 07.00 Alternatif 2

Label Elevasi Demand (L/s) Tinggi Hidrolis (m) Tekanan (atm)

R/J 710,00 -9,50 710,00 0,00


J1 703,00 0,00 708,71 0,55
J2 689,00 0,00 707,29 1,77
J3 683,00 0,00 705,86 2,21
J4 676,00 0,00 704,43 2,75
J5 665,00 0,00 703,00 3,67
J6 656,00 0,00 701,57 4,40
J7 640,00 0,00 648,29 0,80
J8 634,00 0,00 646,86 1,24
78

Label Elevasi Demand (L/s) Tinggi Hidrolis (m) Tekanan (atm)

J9 617,00 0,00 645,91 2,79


J10 595,00 0,00 644,97 4,83
J11 571,00 0,00 582,53 1,11
J12 564,00 0,00 581,91 1,73
J13 564,00 2,51 581,70 1,71
J14 559,00 0,00 581,59 2,18
J15 536,00 0,00 580,29 4,28
J16 519,00 0,00 578,98 5,79
J17 507,00 0,00 522,21 1,47
J18 498,00 0,00 520,91 2,21
J19 477,00 0,00 519,60 4,12
J20 465,00 0,00 518,30 5,15
J21 459,00 0,00 517,33 5,63
J22 459,00 1,82 517,21 5,62
J23 390,00 1,34 422,54 3,14
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD V8i
Keterangan : Tekanan 0,5 – 8 atm
4.3.2.1. Evaluasi Kondisi Aliran Pada Pipa (Alternatif 2)
Berdasarkan hasil running jaringan pipa menggunakan program WaterCAD V8i pada
saat kebutuhan maksimum yaitu pukul 07.00 dapat diketahui:
 Dari hasil simulasi diperoleh nilai kecepatan aliran dalam pipa yang semuanya
sesuai dengan SNI yang diijinkan yaitu antara 0,1 – 2,5 m/detik.
 Dari hasil simulasi diperoleh nilai headloss gradient yang semuanya sesuai
dengan SNI yang diijinkan yaitu 0 – 15 m/km.
Berdasarkan hasil running jaringan pipa menggunakan program WaterCAD V8i pada
saat kebutuhan minimum yaitu pukul 00.00 dapat diketahui:
 Dari hasil simulasi pada jaringan pipa P25 pada saat jam ke 00.00-01.00 kurang
dari kecepatan minimum yang diijinkan yaitu 0,1 m/detik. Hal ini disebabkan
karena kebutuhan debit yang terlalu kecil pada saat jam 00.00-01.00. Meskipun
kecepatan berada dibawah batas minimum hal ini dapat diterima karena terjadi
pada jam minimum penggunaan air.
 Dari hasil simulasi pada jaringan pipa distribusi dari tandon ke daerah layanan
yaitu semua pipa selain P25 diperoleh nilai kecepatan aliran dalam pipa yang
sudah sesuai dengan SNI yang diijinkan yaitu antara 0,1 – 2,5 m/detik.
79

Kecepatan tertinggi, misal pada P-18 terjadi pada saat pukul 07.00 sebesar 0,69
m/s dan terendah pada pukul 00.00 sebesar 0,13 m/s.
 Dari hasil simulasi pada jaringan pipa dari tandon ke daerah layanan yaitu P1
sampai P26 diperoleh nilai headloss gradient yang semuanya sesuai dengan SNI
yang diijinkan antara 0 – 15 m/km. headloss gradient, misal pada P18
mengalami peningkatan yang cukup besar pada jam 00.00 – 07.00 yaitu dari 0,28
m/km menjadi 6,5 m/km.

Gambar 4.11. Grafik Fluktuasi kecepatan dan Headloss Gradient P18 (Alternatif 2)
Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i
Berdasarkan hasil running menggunakan program WaterCAD V8i dapat diperoleh nilai
tekanan dari masing-masing junction pada saat kebutuhan maksimum yaitu pukul 07.00
dapat diketahui:
 Dari hasil simulasi diperoleh nilai tekanan yang semuanya sesuai dengan SNI
yang diijinkan yaitu antara 0,5 – 8 atm.
 Contoh pada junction J-16 tekanan minimum terjadi pada saat jam puncak yaitu
pukul 07.00 sebesar 5,79 atm
Berdasarkan hasil running menggunakan program WaterCAD V8i dapat diperoleh
nilai tekanan dari masing-masing junction pada saat kebutuhan minimum yaitu pukul 00.00
dapat diketahui:
 Contoh pada junction J-16 Tekanan maksimum terjadi pada saat kebutuhan air
minimal yaitu pukul 00.00 sebesar 6,17 atm
80

Gambar 4.12 Grafik Tekanan J-16 (Alternatif 2)


Sumber: Hasil Analisa Program WaterCAD V8i

4.3.1.2. Pressure Reducing Valve (PRV) (Alternatif 1)


Beberapa junction yang tekanannya cukup besar bahkan setelah dilakukan
penggantian pipa, sehingga pada perencanaan alternatif 2 ini ada penambahan Pressure
Reducing Valve (PRV) yang berfungsi untuk memperkecil tekanan pada junction tersebut.
Ada dua buah PRV yang dipasang antara P08-P09, P12-P13, P19-P20, dan P26-P27.

Gambar 4.13 PRV1, PRV2, PRV3, dan PRV4 (Alternatif 2)


Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD v8i
Tabel 4.24 Hasil Simulasi PRV Pukul 00.00 Alternatif 2
Diamete Pressure Hydrauli
Hydraulic
Elevasi r Setting Flow c Grade Headlos
Label Grade
(m) (Valve) (Initial) (L/s) (From) s (m)
(To) (m)
(in) (atm) (m)
PRV-1 649,0 4,0 0,0 1,03 709,61 649,00 60,61
PRV-2 582,5 3,0 0,0 1,03 648,81 583,00 65,81
PRV-3 513,0 3,0 1,0 0,57 582,80 522,86 59,95
PRV-4 424,0 2,0 0,0 0,24 522,58 423,50 99,08
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD v8i
81

Tabel 4.25 Hasil Simulasi PRV Pukul 07.00 Alternatif 2


Diamete Pressure Hydrauli
Hydraulic
Elevasi r Setting Flow c Grade Headlos
Label Grade
(m) (Valve) (Initial) (L/s) (From) s (m)
(To) (m)
(in) (atm) (m)
PRV-1 649,0 4,0 0,0 5,67 700,86 649,00 51,86
PRV-2 582,5 3,0 0,0 5,67 644,50 583,00 61,50
PRV-3 513,0 3,0 1,0 3,16 578,33 522,86 55,48
PRV-4 424,0 2,0 0,0 1,34 516,36 423,50 92,86
Sumber: Hasil Perhitungan Program WaterCAD v8i

4.4. Rencana Anggaran Biaya untuk Alternatif 1


Dalam studi ini membahas tentang rencana anggaran biaya untuk Pembangunan
Jaringan Air Bersih Desa Taman. Daftar harga satuan bahan dan harga satuan pekerja
mengacu pada standart harga satuan Kabupaten Situbondo (Lampiran) dan perhitungan
harga pekerjaan mengacu pada AHSP PU Ciptakarya tahun 2013.
4.4.1. Pekerjaan Pipanisasi
Tabel 4.26 Pengadaan Pipa dan Aksesoris Pipa
Harga Satuan
No Uraian Volume Total harga (Rp)
(Rp)
A. Pengadaan Pipa & Aksesoris Pipa
1 Pengadaan Pipa GI 4 inch 1580 m 161,333,33 254,906,666,67
2 Pengadaan Pipa PVC 4 inch 730 m 99,249,00 72,451,770,00
3 Pengadaan Pipa PVC 3 inch 1500 m 68,250,00 102,375,000,00
4 Pengadaan Pipa PVC 2 inch 200 m 37,000,00 7,400,000,00
5 Socket GI 4'' x 4'' 263 bh 107,000,00 28,176,666,67
6 Socket PVC 4'' x 4'' 183 bh 30,999,00 5,657,317,50
7 Socket PVC 3'' x 3'' 375 bh 18,000,00 6,750,000,00
8 Socket PVC 2'' x 2'' 50 bh 7,000,00 350,000,00
9 Y Branch 4 inch x 3 inch x 3 inch 1 bh 17,000,00 17,000,00
10 Y Branch 3 inch x 3 inch x 2 inch 1 bh 19,999,00 19,999,00
12 Pressure Reducing Valve 4 inch 1 bh 591,500,00 591,500,00
13 Pressure Reducing Valve 2-3 inch 3 bh 357,000,00 1,071,000,00
479,766,919,83
Sumber: Hasil Perhitungan
Keterangan:
1. Jumlah sambungan pipa didapat dari total panjang dibagi 4m untuk pipa PVC
dan 6 untuk pipa Galvanis Iron (GI)
2. Harga pipa didapat dari perkalian panjang pipa dengan harga satuan per m.
Jenis Pekerjaan : Pemasangan Pipa
82

Tabel 4.27 Pemasangan Pipa


Harga Jumlah
Jumlah
No Uraian Satuan kuantitas Satuan Upah
Harga
(Rp) (Rp)
A. Pemasangan Pipa GI Ø 4 inch
1 Pekerja Org/hr 0,4 65.000,00 26.000,00
2 Mandor Org/hr 0,04 85.000,00 3.400,00
3 Tukang Pipa Org/hr 0,2 75.000,00 15.000,00 44.400,00
B. Pemasangan Pipa PVC Ø 4 inch
1 Pekerja Org/hr 0,105 65.000,00 6.825,00
2 Mandor Org/hr 0,011 85.000,00 935,00
3 Tukang Pipa Org/hr 0,053 75.000,00 3.975,00 11.735,00
C. Pemasangan Pipa PVC Ø 3 inch
1 Pekerja Org/hr 0,094 65.000,00 6.110,00
2 Mandor Org/hr 0,009 85.000,00 765,00
3 Tukang Pipa Org/hr 0,047 75.000,00 3.525,00 10.400,00
D. Pemasangan Pipa PVC Ø 2 inch
1 Pekerja Org/hr 0,081 65.000,00 5.265,00
2 Mandor Org/hr 0,008 85.000,00 680,00
3 Tukang Pipa Org/hr 0,041 75.000,00 3.075,00 9.020,00
E. Pemasangan PRV 1 buah
1 Pekerja Org/hr 1,429 65.000,00 92.885,00
2 Mandor Org/hr 0,143 85.000,00 12.155,00
3 Tukang Pipa Org/hr 0,715 75.000,00 53.625,00 158.665,00
F. Galian Tanah 1 m3
1 Pekerja Org/hr 0,750 65.000,00 48.750,00
2 Mandor Org/hr 0,025 85.000,00 2.125,00 50.875,00
G. Pengurukan kembali 1 m3
1 Pekerja Org/hr 0,250 65.000,00 16.250,00
2 Mandor Org/hr 0,01 65.000,00 650,00 16.900,00
Sumber: Hasil Perhitungan
Mengacu pada AHS PU Ciptakarya
83

Tabel 4.28 Tumpuan Pengikat (Anchor Block)


Jumlah
Harga Jumlah
No Uraian Satuan kuantitas Upah
Satuan (Rp) Harga
(Rp)
A. Galian Tanah Keras sedalam 1 m
1 Pekerja Org/hr 0,750 65.000,00 48.750,00
2 Mandor Org/hr 0,025 85.000,00 2.125,00 50.875,00
B. Pemasangan 1 m³ pondasi batu belah campuran 1SP 4PP
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 1,500 65.000,00 97.500,00
2 Tukang Batu Org/hr 0,750 75.000,00 56.250,00
Kepala
3 Org/hr 0,075 80.000,00 6.000,00
Tukang
4 Mandor Org/hr 0,075 85.000,00 6.375,00
Bahan
1 Batu Belah m³ 1,200 262.000,00 314.400,00
Semen
2 m³ 0,163 1.906.250,00 310.718,75
Portland
3 Pasir Pasang m³ 0,52 193.000,00 100.360,00 891.603,75
C. Membuat 1 m³ beton mutu f’c = 19,3 MPa (K 225)
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 1,650 4.000,00 6.600,00
2 Tukang Batu Org/hr 0,275 18.000,00 4.950,00
Kepala
3 Org/hr 0,028 120.000,00 3.360,00
Tukang
4 Mandor Org/hr 0,083 120.000,00 9.960,00
Bahan
Semen
1 m³ 0,371 1.906.250,00 707.218,75
Portland
2 Pasir Beton m³ 0,698 193.000,00 134.714,00
3 Kerikil m³ 0,105 270.000,00 28.269,00
4 Air m³ 0,215 60.000,00 12.900,00 907.971,75
Sumber: Hasil Perhitungan
Tabel 4.29 Perhitungan Volume Anchor Block
No Pekerjaan Perhitungan Volume
I Pekerjaan Tanah
1 Galian Tanah
Volume = 0,5 x 0,5 x 0,1 0,025 m³
Total = 0,025 x 198 4,95 m³
II Pekerjaan Pasangan dan Beton
1 Pasangan Batu Kali 1:4
Volume = 0,4 x 0,4 x 0,4 0,064 m³
Total = 0,064 x 198 12,67 m³
3 beton mutu f’c = 19,3 MPa (K 225)
Volume = 0,4 x 0,4 x 0,05 0,040 m³
Total = 0,040 x 4 7,92 m³
Sumber: Hasil Perhitungan
84

Tabel 4.30 Anggaran Biaya untuk Pipa dan Aksesorisnya


Harga Satuan
No Volume Total harga (Rp)
(Rp)
A. Pengadaan Pipa & Aksesoris Pipa
1 Pengadaan Pipa GI 4 inch 1580 m 161.333,33 254.906.666,67
2 Pengadaan Pipa PVC 4 inch 730 m 99.249,00 72.451.770,00
3 Pengadaan Pipa PVC 3 inch 1500 m 68.250,00 102.375.000,00
4 Pengadaan Pipa PVC 2 inch 200 m 37.000,00 7.400.000,00
5 Socket GI 4'' x 4'' 263 bh 107.000,00 28.176.666,67
6 Socket PVC 4'' x 4'' 183 bh 30.999,00 5.657.317,50
7 Socket PVC 3'' x 3'' 375 bh 18.000,00 6.750.000,00
8 Socket PVC 2'' x 2'' 50 bh 7.000,00 350.000,00
9 Y Branch 4 inch x 3 inch x 3 inch 1 bh 17.000,00 17.000,00
10 Y Branch 3 inch x 3 inch x 2 inch 1 bh 19.999,00 19.999,00
12 Pressure Reducing Valve 4 inch 1 bh 591.500,00 591.500,00
13 Pressure Reducing Valve 2-3 inch 3 bh 357.000,00 1.071.000,00
479.766.919,83
Pekerjaan Anchor Block
B. (Tumpuan Pengikat pipa)
1 Galian Tanah Keras sedalam 1 m 5,0 m³ 50.875,00 251.831,25
Pemasangan 1 m3 pondasi batu
2 belah campuran 1SP 4PP 12,7 m³ 891.603,75 11.298.402,72
Membuat 1 m³ beton mutu f’c =
3 19,3 MPa (K 225) 7,9 m³ 907.971,75 7.191.136,26
18.741.370,23
Pekerjaan Pemasangan Pipa
C. dan Aksesoris
1 Pemasangan Pipa GI 5 inch 1580 m 44.400,00 70.152.000,00
2 Pemasangan Pipa PVC 5 inch 730 m 11.735,00 8.566.550,00
3 Pemasangan Pipa PVC 3 inch 1500 m 10.400,00 15.600.000,00
4 Pemasangan Pipa PVC 2 inch 200 m 9.020,00 1.804.000,00
5 Pemasangan Pipa PRV 4 bh 158.665,00 634.660,00
6 Galian Tanah 365 m³ 50.875,00 18.543.937,50
7 Pengurukan Kembali 365 m³ 16.900,00 6.160.050,00
121.461.197,50
619.969.487,56
Sumber: Hasil Perhitungan
85

4.4.2. Pekerjaan Broncaptering (Reservoir)


Perhitungan harga pekerjaan untuk Broncaptering akan disajikan pada tabel berikut ini:
Jenis Pekerjaan : Broncaptering
Satuan : Unit
Tabel 4.31 Broncaptering
Harga Jumlah Jumlah
No Uraian Satuan kuantitas
Satuan (Rp) Upah (Rp) Harga
A. Pembersihan Lapangan
1 Pekerja Org/hr 0,100 65.000,00 6.500,00
2 Mandor Org/hr 0,05 85.000,00 4.250,00 10.750,00
B. Pengukuran dan Pemasangan bouwplank
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 0,100 65.000,00 6.500,00
2 Tukang Kayu Org/hr 0,100 80.000,00 8.000,00
3 Kepala Tukang Org/hr 0,01 80.000,00 800,00
4 Mandor Org/hr 0,005 85.000,00 425,00
Bahan
1 Kayu balok 5/7 m³ 0,012 4.425.000,00 53.100,00
2 Paku 2”-3” kg 0,020 16.000,00 320,00
3 Kayu papan 3/20 m³ 0,007 6.650.000,00 46.550,00 115.695,00
C. Galian Tanah sedalam 1 m
1 Pekerja Org/hr 0,750 85.000,00 63.750,00
2 Mandor Org/hr 0,025 85.000,00 2.125,00 65.875,00
D. Pemadatan tanah 1 m³ tanah ( per 20 cm)
1 Pekerja Org/hr 0,500 85.000,00 42.500,00
2 Mandor Org/hr 0,05 65.000,00 3.250,00 45.750,00
E. Pembuangan 1 m³ tanah sejauh 30 meter
1 Pekerja Org/hr 0,330 65.000,00 21.450,00
2 Mandor Org/hr 0,01 85.000,00 850,00 22.300,00
F. Pengurugan 1 m³ dengan pasir urug
1 Pekerja Org/hr 0,300 65.000,00 19.500,00
2 Mandor Org/hr 0,01 85.000,00 850,00
Bahan
1 Pasir Org/hr 1 168.000,00 168.000,00 187.500,00
G. Pemasangan 1 m³ pondasi batu belah campuran 1SP 4PP
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 1,500 65.000,00 97.500,00
2 Tukang Batu Org/hr 0,750 75.000,00 56.250,00
3 Kepala Tukang Org/hr 0,075 80.000,00 6.000,00
4 Mandor Org/hr 0,075 85.000,00 6.375,00
Bahan
1 Batu Belah m³ 1,200 262.000,00 314.400,00
2 Semen Portland m³ 0,163 1.906.250,00 310.718,75 891.603,75
86

Harga Jumlah Jumlah


No Uraian Satuan kuantitas
Satuan (Rp) Upah (Rp) Harga
3 Pasir Pasang m³ 0,52 193.000,00 100.360,00
H. Pemasangan 1 m² bekisting untuk lantai
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 0,660 85.000,00 56.100,00
2 Tukang Kayu Org/hr 0,330 80.000,00 26.400,00
3 Kepala Tukang Org/hr 0,033 85.000,00 2.805,00
4 Mandor Org/hr 0,033 85.000,00 2.805,00
Bahan
1 Kayu kelas III m³ 0,04 2.238.000,00 89.520,00
2 Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4 19.000,00 7.600,00
3 Minyak bekisting Liter 0,2 2.400,00 480,00
4 Balok kayu kelas II m³ 0,015 4.425.000,00 66.375,00
Plywood tebal 9
5 0,35 243.000,00 85.050,00
mm Lbr
Dolken kayu galam,
6 Batang 6 42.000,00 252.000,00
8–10 cm panj4 m 589.135,00
I. Membuat 1 m³ beton untuk lantai
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 1,650 85.000,00 140.250,00
2 Tukang Batu Org/hr 0,275 75.000,00 20.625,00
3 Kepala Tukang Org/hr 0,028 85.000,00 2.380,00
4 Mandor Org/hr 0,083 85.000,00 7.055,00
Bahan
1 Semen Portland m³ 0,371 1.906.250,00 707.218,75
2 Pasir Beton m³ 0,698 193.000,00 134.714,00
3 Kerikil m³ 0,105 270.000,00 28.269,00
4 Air m³ 0,215 60.000,00 12.900,00 1.053.411,75
J. Membuat 1 m³ pondasi beton bertulang + bekisting
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 5,300 65.000,00 344.500,00
2 Tukang Batu Org/hr 0,275 75.000,00 20.625,00
3 Tukang Kayu Org/hr 1,300 80.000,00 104.000,00
4 Tukang Besi Org/hr 1,050 75.000,00 78.750,00
5 Kepala Tukang Org/hr 0,262 80.000,00 20.960,00
6 Mandor Org/hr 0,265 85.000,00 22.525,00
Bahan
1 Kayu kelas III m³ 0,200 2.238.000,00 447.600,00
2 Paku 5 cm – 12 cm kg 1,500 19.000,00 28.500,00
3 Minyak bekisting L 0,4 2.400,00 960,00
4 Besi beton polos kg 157,5 16.300,00 2.567.250,00
5 Kawat beton kg 2,250 16.000,00 36.000,00
6 Semen Portland m³ 0,336 1.906.250,00 640.500,00
7 Pasir m³ 0,54 193.000,00 104.220,00 4.635.090,00
87

Harga Jumlah Jumlah


No Uraian Satuan kuantitas
Satuan (Rp) Upah (Rp) Harga
8 Kerikil m³ 0,81 270.000,00 218.700,00
K. Pemasangan 1 m² bekisting untuk dinding
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 0,660 85.000,00 56.100,00
2 Tukang Kayu Org/hr 0,330 80.000,00 26.400,00
3 Kepala Tukang Org/hr 0,033 85.000,00 2.805,00
4 Mandor Org/hr 0,033 85.000,00 2.805,00
Bahan
1 Kayu kelas III m³ 0,03 2.238.000,00 67.140,00
2 Paku 5 cm – 12 cm kg 0,4 19.000,00 7.600,00
3 Minyak bekisting Liter 0,2 2.400,00 480,00
4 Balok kayu kelas II m³ 0,02 4.425.000,00 88.500,00
Plywood tebal 9
5 0,35 243.000,00 85.050,00
mm Lbr
Dolken kayu galam,
6 Batang 3 42.000,00 126.000,00
8–10 cm panj4 m 462.880,00
Pengecoran
L.
dinding
Tenaga
1 Pekerja Org/hr 1,650 85.000,00 140.250,00
2 Tukang Batu Org/hr 0,275 75.000,00 20.625,00
3 Kepala Tukang Org/hr 0,028 85.000,00 2.380,00
4 Mandor Org/hr 0,083 85.000,00 7.055,00
Bahan
1 Semen Portland m³ 0,371 1.906.250,00 707.218,75
2 Pasir Beton m³ 0,698 193.000,00 134.714,00
3 Kerikil m³ 0,105 270.000,00 28.269,00
4 Air m³ 0,215 60.000,00 12.900,00 1.053.411,75
Pemasangan Pipa
M.
GI Ø 6 atau 5 inch
1 Pekerja Org/hr 0,448 65.000,00 29.120,00
2 Mandor Org/hr 0,045 85.000,00 3.825,00
3 Tukang Pipa Org/hr 0,224 75.000,00 16.800,00 49.745,00
Sumber: Hasil Perhitungan
88

Tabel 4.32 Perhitungan Volume Broncaptering


No Pekerjaan Perhitungan Volume

I Pekerjaan Persiapan
1 Pembersihan Lapangan
Volume = 1,4 x 1,4 2 m²
2 Pengukuran dan Pemasangan bouwplank
Volume = 2 2m
II Pekerjaan Tanah
1 Galian Tanah
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,5 6 m³
2 Urugan Tanah yang dipadatkan
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,2 2,4 m³
3 Pembuangan angkutan tanah galian
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,3 3,6 m³
4 Urugan Pasir
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,2 2,4 m³
III Pekerjaan Pasangan dan Beton
1 Pemasangan pondasi
Volume = 1,4 x 0,3 x 0,3 0,13 m³
Total = 0,16 x 4 0,50 m³
2 Pengecoran sloof + Bekisting
Volume = 1,4 x 0,2 x 0,2 0,06 m³
Total = 0,06 x 4 0,22 m³
3 Pemasangan bekisting lantai
Volume = 1 x 1 1 m²
4 Pengecoran lantai
Volume = 1 x 1 x 0,2 2,4 m³
5 Pengecoran Kolom + Bekisting
Volume = 1 x 0,2 x 0,2 0,04 m³
Total = 0,04 x 4 0,16 m³
6 Pemasangan bekisting dinding
Volume = 1 x 1 1 m³
Total = 1 x 4 4 m²
7 Pengecoran dinding
Volume = 1 x 1 x 0,2 0,2 m³
Total = 0,2 x 4 0,8 m³
8 Pengecoran Balok + Bekisting
Volume = 1,4 x 0,2 x 0,2 0,06 m³
Total = 0,06 x 4 0,22 m³
9 Pemasangan bekisting plat atas
Volume = 1 x 1 x 0,2 0,2 m³
10 Pengecoran Plat Atas
Volume = 1 x 1 x 0,2 0,2 m³
Sumber: Hasil Perhitungan
89

Tabel 4.33 Anggaran Biaya untuk Broncaptering


HRG.SAT JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN
(Rp) (Rp)
PENGADAAN RESERVOIR (Volume 1 m³)
I Pekerjaan Persiapan
1 Pembersihan Lapangan 2,00 m² 10.750,00 21.500,00
2 Pengukuran dan Pemasangan
bouwplank 2,00 m 115.695,00 231.390,00
JUMLAH 252.890,00
II Pekerjaan Tanah
1 Galian Tanah 0,98 m³ 65.875,00 64.557,50
2 Urugan Tanah yang dipadatkan 0,39 m³ 45.750,00 17.934,00
Pembuangan angkutan tanah
3 galian 0,59 m³ 22.300,00 13.112,40
4 Urugan Pasir 0,20 m³ 187.500,00 36.750,00
JUMLAH 132.353,90
Pekerjaan Pasangan dan
III Beton
1 Pemasangan pondasi 0,50 m³ 891.603,75 449.368,29
2 Pengecoran sloof + Bekisting 0,22 m³ 4.635.090,00 1.038.260,16
3 Pemasangan bekisting lantai 1,00 m² 589.135,00 589.135,00
4 Pengecoran lantai 0,80 m³ 1.053.411,75 842.729,40
5 Pengecoran Kolom + Bekisting 0,16 m³ 4.635.090,00 741.614,40
6 Pemasangan bekisting dinding 4,00 m2 462.880,00 1.851.520,00
7 Pengecoran dinding 0,80 m³ 1.053.411,75 842.729,40
8 Pengecoran Balok + Bekisting 0,22 m³ 4.635.090,00 1.038.260,16
9 Pemasangan bekisting plat atas 0,20 m2 589.135,00 117.827,00
10 Pengecoran Plat Atas 0,20 m³ 1.053.411,75 210.682,35
JUMLAH 7.722.126,16
IV Pekerjaan Lain-lain
1 Pipa GI diameter 5" (masuk ke
sumber) 2 m 49.745,00 99.490,00
2 Pipa GI diameter 5" (transisi) 0,5 m 49.745,00 24.872,50
3 Pipa GI diameter 6"
m
(pembuangan) 1 49.745,00 49.745,00
5 Gate Valve diameter 5" 1 bh 2.530.000,00 2.530.000,00
6 Tutup manhole 40x40cm dari
bh
plat baja 5 mm 2 200.000,00 400.000,00
7 Filter 2 bh 50.000,00 100.000,00
8 Ventilasi ø 2" 1 bh 50.000,00 50.000,00
9 Pemasangan Water Meter ø
bh
1/2" 1 335.000,00 335.000,00
JUMLAH 3.589.107,50
TOTAL PER UNIT 11.696.477,56
TOTAL BRONCAPTERING 2 UNIT
BIAYA TOTAL PENGADAAN
BRONCAPTERING 23.392.955,12
Sumber: Hasil Perhitungan
90

4.4.3. Pekerjaan Tandon


Perhitungan harga pekerjaan untuk Tandon akan disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.34 Perhitungan Volume Tandon
No Pekerjaan Perhitungan Volume
I Pekerjaan Persiapan
1 Pembersihan Lapangan
Volume = 1,4 x 1,4 2 m²
2 Pengukuran dan Pemasangan bouwplank
Volume = 2 2m
II Pekerjaan Tanah
1 Galian Tanah
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,5 6 m³
2 Urugan Tanah yang dipadatkan
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,2 2,4 m³
3 Pembuangan angkutan tanah galian
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,3 3,6 m³
4 Urugan Pasir
Volume = 1,4 x 1,4 x 0,2 2,4 m³
III Pekerjaan Pasangan dan Beton
1 Pemasangan pondasi
Volume = 1,4 x 0,3 x 0,3 0,13 m³
Total = 0,16 x 4 0,50 m³
2 Pengecoran sloof + Bekisting
Volume = 1,4 x 0,2 x 0,2 0,06 m³
Total = 0,06 x 4 0,22 m³
3 Pemasangan bekisting lantai
Volume = 1 x 1 1 m²
4 Pengecoran lantai
Volume = 1 x 1 x 0,2 2,4 m³
5 Pengecoran Kolom + Bekisting
Volume = 1 x 0,2 x 0,2 0,04 m³
Total = 0,04 x 4 0,16 m³
6 Pemasangan bekisting dinding
Volume = 1 x 1 1 m³
Total = 1 x 4 4 m²
7 Pengecoran dinding
Volume = 1 x 1 x 0,2 0,2 m³
Total = 0,2 x 4 0,8 m³
8 Pengecoran Balok + Bekisting
Volume = 1,4 x 0,2 x 0,2 0,06 m³
Total = 0,06 x 4 0,22 m³
9 Pemasangan bekisting plat atas
Volume = 1 x 1 x 0,2 0,2 m³
10 Pengecoran Plat Atas
Volume = 1 x 1 x 0,2 0,2 m³
Sumber: Hasil Perhitungan
91

Tabel 4.35 Anggaran Biaya untuk Tandon


HRG.SAT JUMLAH
NO URAIAN PEKERJAAN VOLUME SATUAN
(Rp) (Rp)
PENGADAAN TANDON (Volume 24 m³)
I Pekerjaan Persiapan
1 Pembersihan Lapangan 20,00 m² 10.750,00 215.000,00
Pengukuran dan Pemasangan
2
bouwplank 5,00 m 115.695,00 578.475,00
JUMLAH 793.475,00
II Pekerjaan Tanah
1 Galian Tanah 9,18 m³ 65.875,00 604.732,50
2 Urugan Tanah yang
dipadatkan 3,67 m³ 45.750,00 167.994,00
Pembuangan angkutan tanah
3
galian 5,51 m³ 22.300,00 122.828,40
4 Urugan Pasir 3,00 m³ 187.500,00 562.500,00
JUMLAH 1.458.054,90
Pekerjaan Pasangan dan
III Beton
1 Pemasangan pondasi 2,92 m³ 891.603,75 2.599.916,54
2 Pengecoran sloof + Bekisting 0,86 m³ 4.635.090,00 4.004.717,76
3 Pemasangan bekisting lantai 15,00 m² 589.135,00 8.837.025,00
4 Pengecoran lantai 3,00 m³ 1.053.411,75 3.160.235,25
Pengecoran Kolom +
5 Bekisting 0,32 m³ 4.635.090,00 1.483.228,80
6 Pemasangan bekisting dinding 50,00 m² 462.880,00 23.144.000,00
7 Pengecoran dinding 10,00 m³ 1.053.411,75 10.534.117,50
8 Pengecoran Balok + Bekisting 0,86 m³ 4.635.090,00 4.004.717,76
Pemasangan bekisting plat
9 atas 15,00 m² 589.135,00 8.837.025,00
10 Pengecoran Plat Atas 3,00 m³ 1.053.411,75 3.160.235,25
JUMLAH 69.765.218,86
IV Pekerjaan Lain-lain
1 Pipa GI diameter 5" (inlet) 0,5 m 49.745,00 24.872,50
1 Pipa GI diameter 5" (outlet) 0,5 m 49.745,00 24.872,50
Pipa GI diameter 6"
m
2 (pembuangan) 1 49.745,00 49.745,00
Tutup manhole 80x80cm dari
5 1 bh 400.000,00 400.000,00
plat baja 5 mm
6 Filter 2 bh 50.000,00 100.000,00
7 Ventilasi ø 2" 1 bh 50.000,00 50.000,00
Pemasangan Water Meter ø
bh
8 1/2" 1 335.000,00 335.000,00
JUMLAH 984.490,00
TOTAL PER UNIT 73.001.238,76
TOTAL TANDON 1 UNIT
BIAYA TOTAL 73.001.238,76
Sumber: Hasil Perhitungan
92

4.4.4. Rekapitulasi Rencana Anggaran Biaya Alternatif 1


Jadi biaya yang diperlukan untuk pembangunan jaringan air bersih di Desa Taman
akan ditunjukan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.36 Rekapitulasi Anggaran Biaya Alternatif 1

No Uraian Kegiatan Total Harga (Rp)

1 Pengadaan Pipa & Aksesoris Pipa 619.969.487,56


2 Pengadaan dan pekerjaan 2 Broncaptering 23.392.955,12
3 Pengadaan dan pekerjaan Tandon 30 m³ 73.001.238,76
Total 716.363.681,44
PPN 10% 71.636.368,14
Total + PPN 10% 788.000.049,58
DIBULATKAN 788.000.000,00

Terbilang : Tujuh ratus delapan puluh delapan juta rupiah

Sumber : Hasil Perhitungan

4.5. Rencana Anggaran Biaya Alternatif 2


Jadi biaya yang diperlukan untuk pembangunan jaringan air bersih di Desa Taman
akan ditunjukan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.37 Rekapitulasi Anggaran Biaya Alternatif 2

No Uraian Kegiatan Total Harga (Rp)

1 Pengadaan Pipa & Aksesoris Pipa 619.969.487,56


2 Pengadaan dan pekerjaan 3 Broncaptering 35.089.432,68
Total 655.058.920,24
PPN 10% 65.505.892,02
Total + PPN 10% 720.564.812,27
DIBULATKAN 720.565.000,00

Terbilang : Tujuh ratus dua puluh juta lima ratus enam puluh lima ribu rupiah

Sumber : Hasil Perhitungan


Untuk detail perhitungan rencana anggaran biaya Alternatif 2 dapat dilihat di lampiran 2
93

4.6. Analisa Ekonomi Alternatif 1


4.6.1. Analisa Biaya (Cost)
Dalam analisa biaya dikelompokkan dalam 2 kelompok, yaitu Biaya modal (Capital
Cost) dan Biaya tahunan (Annual Cost). Komponen biaya yang digunakan pada analisa ini
yaitu berupa biaya konstruksi, biaya operasional, dan pemeliharaan .
4.6.1.1. Capital Cost
Biaya modal terdiri dari 2 macam biaya yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.
a. Direct Cost
Biaya langsung adalah biaya yang berkaitan langsung dengan volume pekerjaan yang
menjadi komponen permanen hasil proyek. Sedangkan biaya konstruksi merupakan seluruh
biaya yang digunakan untuk pembangunan dalam proyek ini.
Tabel 4.38 Biaya Langsung Jaringan Pipa Desa Taman

No Uraian Kegiatan Total Harga (Rp)

1 Pengadaan Pipa & Aksesoris Pipa 619.969.487,56


2 Pengadaan dan pekerjaan 2 Broncaptering 23.392.955,12
3 Pengadaan dan pekerjaan Tandon 30 m³ 73.001.238,76
Total 716.363.681,44
Sumber : Hasil Perhitungan
b. Indirect Cost
Biaya tak langsung adalah biaya yang tidak terkait langsung dengan besaran
volume komponen fisik hasil akhir proyek, akan tetapi mempunyai kontribusi terhadap
penyelesaian kegiatan atau proyek.
Biaya tak langsung dari pekerjaan proyek ini terdiri dari (Kodoatie, 1995 :72) :
- Biaya Engineering (5 % dari biaya konstruksi)
- Biaya Administrasi (2,5 % dari biaya konstruksi)
- Biaya Tak Terduga (5% dari biaya konstruksi)
Perhitungan biaya modal untuk seluruh perencanaan adalah sebagai berikut:
a) Biaya Langsung : Rp. 716.363.681,44
b) Biaya administrasi : 2,5% x Rp. 716.363.681,44
= Rp. 17.909.092,04
c) Biaya konsultan pengawas : 5% x Rp. 716.363.681,44
= Rp. 35.818.184,07
d) Biaya tak terduga : 5% x Rp. 716.363.681,44
= Rp. 35.818.184,07
94

Berikut detail biaya tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 4.39.
Tabel 4.39 Biaya Tidak Langsung Jaringan Pipa Desa Taman

No Uraian Kegiatan Total Harga (Rp)

1
Biaya langsung 716.363.681,44
2
Biaya Administrasi (2,5%) 17.909.092,04
3
Biaya Konsultan Pengawas (5%) 35.818.184,07
4
Biaya Tak Terduga (5%) 35.818.184,07
Total 805.909.141,62
PPN 10% 80.590.914,16
Total + PPN 10% (Biaya Kontruksi) 886.500.055,78
Sumber : Hasil Perhitungan
Perhitungan dan analisa biaya modal dapat dilihat pada tabel 4.40.Langkah-
langkah perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Menghitung biaya modal proyek perencanaan Jaringan Air Besih dalam hal ini
sebesar total biaya konstruksi yaitu sebesar Rp. 886.500.055,78
2. Menentukan besarnya biaya modal total berdasarkan analisa 2015 yaitu mengalikan
dengan faktor konversi yang sesuai. Dalam perhitungan analisa biaya ini dijadikan
nilai yang akan datang kemudian dikonversikan menjadi nilai tahunan. H al ini untuk
mempermudah perhitungan. Pada studi perencanaan ini pekerjaan kons truksi selesai
sampai tahun 2016 dan bunga yang digunakan sebesar 6,5%(suku bunga BI juli 2016).
Tabel 4.40 Analisa Biaya Modal Tahunan
Tahun Biaya (Rp) Faktor Konversi Biaya Per Tahun (Rp)
2015 886.500.055,78
(F/P), 6.5,1) 1.065
2016 886.500.055,78
(A/P), 6.5,20) 0.0908 85.726.328,39
Sumber : Hasil Perhitungan
Contoh Perhitungan:
Biaya = Rp. 886.500.055,78
(F/P, 6,5;1) = 1,065 (dilihat pada Tabel faktor bunga majemuk suku bunga 6,5%)
(A/P, 6,5;20) = 0,0908 (dilihat pada Tabel faktor bunga majemuk suku bunga 6,5%)
Biaya Pertahun = Rp. 886.500.055,78 x 1,065 x 0,0908
= Rp. 85.726.328,39
95

4.6.1.2 Annual Cost


Biaya tahunan adalah biaya yang dikeluarkan pemilik/investor setelah proyek selesai
dibangun dan mulai dimanfaatkan. Biaya tahunan dikeluarkan selama usia guna rencana
proyek yang dibuat pada waktu perencanaan. Berikut ini merupakan detail biaya operasional
dan pemeliharaan dapat dilihat pada tabel 4.41.
Tabel 4.41 Biaya Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Pipa
JUMLAH
NO URAIAN VOLUME SATUAN BIAYA (Rp)
(Rp)

I Biaya Operasi dan Pemeliharaan


Biaya Gaji Pengelola
1 (HIPPAM) 1 12 Orang 1.370.000,00 16.440.000,00
2 Biaya Pemeliharaan Rutin dan
Berkala 1 12 Bulan 500.000,00 6.000.000,00
3 Biaya Bahan 1 12 Bulan 500.000,00 6.000.000,00
4 Biaya Lain-lain 1 12 Bulan 100.000,00 1.200.000,00
TOTAL 29.640.000,00
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.42 Biaya Total Rencana dengan Pelayanan 100 %
Biaya Modal Biaya O&P Total Biaya Tahunan
Tahun
(Rp) (Rp) (Rp)
2016 85.726.328,39 - 85.726.328,39
2017 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2018 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2019 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2020 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2021 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2022 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2023 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2024 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2025 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2026 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2027 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2028 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2029 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2030 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2031 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2032 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2033 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2034 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
2035 85.726.328,39 29.640.000,00 115.366.328,39
Sumber : Hasil Perhitungan
96

Contoh Perhitungan Biaya Total Rencana :


Total Biaya Tahunan = Rp. 85.726.328,39 + 29.640.000,00 = Rp. 115.366.328,39

4.6.2 Analisa Benefit


Manfaat dari sebuah proyek adalah semua pemasukan keuntungan yang diperoleh
selama umur proyek tersebut. Manfaat dari suatu proyek terdiri dari manfaat langsung dan
manfaat tak langsung. Apabila ditinjau dari dapat tidaknya dinilai dengan uang, maka
manfaat proyek dapat dibedakan menjadi manfaat nyata dan manfaat tak nyata (Suyanto,
2001: 85).
4.6.2.1 Direct Benefit
Manfaat langsung dari proyek ini dapat diperoleh dari perhitungan total kebutuhan air
baku dikali dengan harga air ketika B=C. Berikut contoh perhitungan manfaat dari hasil
penjualan air baku pada tahun 2016 dengan pelayanan penduduk sebesar 100%.
- Total kebutuhan air baku rata-rata = 100.536,77 m³/tahun
- Kehilangan air = 15.080,52 m³/tahun
- Total kebutuhan air = Total kebutuhan air baku rata-rata- Kehilangan air
= 100.536,77 m³/tahun - 15.080,52 m³/tahun
= 85.456,25 m³/tahun
- Parameter yang dipakai B/C = 1 sehingga B = C
- Total Biaya Tahunan = Rp. 115.366.328,39
- Harga Air = Total Biaya Tahunan / Total kebutuhan air
= Rp. 115.366.328,39 / 85.456,25
= Rp. 1.350,-/m³
- Total Manfaat harga air minimum = Total kebutuhan air x harga air
= 85.456,25 m³/tahun x Rp. 1.350,-/m³
= 115.366.328,39 /tahun
4.6.2.2. Indirect Benefit
Manfaat tak langsung merupakan manfaat yang dapat dinikmati secara berangsur-
angsur dan dalam jangka waktu yang lama dan panjang. Manfaat tak langsung dari proyek
ini diantaranya adalah dapat memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Desa Taman.
4.6.2.3. Tangible Benefit
Manfaat nyata merupakan manfaat atau nilai tambah yang dapat dinilai dengan uang.
Manfaat nyata dari proyek ini didapat dari penjualan air baku yang mana Cipta Karya yang
bekerja sama dengan HIPPAM sebagai pengelolanya.
97

4.6.2.4. Intangible Benefit


Manfaat tak nyata adalah keuntungan proyek yang tidak dapat selalu dinilai dengan
uang, seperti contohnya adalah:
- Meningkatkan kualitas hidup penduduk Desa Taman.
- Muncul rasa puas jika kebutuhan air baku dapat terpenuhi dengan baik

4.6.3. Analisa Ekonomi Harga Air Pada Saat B/C>1


4.6.3.1. Benefit Cost Ratio (BCR)
Metode Benefit Cost Ratio (BCR) pada studi ini menggunakan perbandingan terhadap
nilai tahunan pada aspek manfaat yang akan diperoleh dengan nilai tahunan aspek biaya dan
kerugian yang akan ditanggung dengan adanya investasi tersebut. Berikut contoh
perhitungan B/C ratio dengan tingkat suku bunga yang dipakai pada studi ini sebesar 6,5%
dengan usia guna proyek 20 tahun.
Total biaya konstruksi = Rp. 886.500.055,78
Biaya O&P tahunan = Rp. 29.640.000,00
Total kebutuhan air = 131.121,96 m³/tahun
Harga air = Rp. 1.500,-/m³ (penetapan)
Total manfaat = 85.456,25 m³/tahun x Rp. 1.500,-/m³
= Rp. 128.184.379,20/tahun
Contoh perhitungan BCR adalah sebagai berikut:
 Komponen biaya (cost)
- Total biaya konstruksi = Rp. 886.500.055,78
- Total Biaya Tahunan = Rp. 115.366.328,39
 Komponen manfaat (benefit)
Total manfaat = Rp. 128.184.379,20/tahun
Sehingga:
B/C = Total manfaat / Total biaya tahunan
= Rp. 128.184.379,20 / Rp. 115.366.328,39
= 1,11
Karena nilai perbandingan BCR pada proyek ini > 1 maka dapat dikatakan bahwa
proyek ini layak secara ekonomi, atau lebih tepatnya proyek ini melebihi nilai impas.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.43 – 4.48
98

Tabel 4.43 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 6%


Uraian Tahun ke- Tingkat Bunga 6%
Angka B/C
1 2 s/d 21 Nilai Sekarang Total
Konversi
Biaya Kontruksi 886.500.055,78 1,06 81.940.973,16
111.580.973,16
Biaya 0&P 29.640.000,00 0,0872 29.640.000,00 1,15
Manfaat Air Bersih 128.184.379,20 128.184.379,20 128.184.379,20
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.44 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 6.5%
Uraian Tahun ke- Tingkat Bunga 6.5%
Angka B/C
1 2 s/d 21 Nilai Sekarang Total
Konversi
Biaya Kontruksi 886.500.055,78 1,065 85.726.328,39
115.366.328,39
Biaya 0&P 29.640.000,00 0,0908 29.640.000,00 1,11
Manfaat Air Bersih 128.184.379,20 128.184.379,20 128.184.379,20
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.45 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 7%
Uraian Tahun ke- Tingkat Bunga 7%
Angka B/C
1 2 s/d 21 Nilai Sekarang Total
Konversi
Biaya Kontruksi 886.500.055,78 1,07 89.543.597,63
119.183.597,63
Biaya 0&P 29.640.000,00 0,0944 29.640.000,00 1,08
Manfaat Air Bersih 128.184.379,20 128.184.379,20 128.184.379,20
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.46 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 8%
Uraian Tahun ke- Tingkat Bunga 8%
Angka B/C
1 2 s/d 21 Nilai Sekarang Total
Konversi
Biaya Kontruksi 886.500.055,78 1,08 97.561.104,14
127.201.104,14
Biaya 0&P 29.640.000,00 0,1019 29.640.000,00 1,01
Manfaat Air Bersih 128.184.379,20 128.184.379,20 128.184.379,20
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 4.47 Rasio Manfaat Biaya Proyek Pada Tingkat Bunga 9%
Uraian Tahun ke- Tingkat Bunga 9%
Angka B/C
1 2 s/d 21 Nilai Sekarang Total
Konversi
Biaya Kontruksi 886.500.055,78 1,09 105.808.214,16
135.448.214,16
Biaya 0&P 29.640.000,00 0,1095 29.640.000,00 0,95
Manfaat Air Bersih 128.184.379,20 128.184.379,20 128.184.379,20
Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4.48 Rekapitulasi Rasio Manfaat Biaya Proyek


Suku
Manfaat Nilai Tahunan (B) Nilai Biaya Tahunan (C ) B/C
Bunga
Rp Rp
6.0% 128.184.379,20 111.580.973,16 1,15
6.5% 128.184.379,20 115.366.328,39 1,11
7.0% 128.184.379,20 119.183.597,63 1,08
8.0% 128.184.379,20 127.201.104,14 1,01
9.0% 128.184.379,20 135.448.214,16 0,95
Sumber : Hasil Perhitungan
99

4.6.3.2. Net Present Value (NPV)


Nilai bersih pada waktu sekarang ini adalah analisa ekonomi dengan menggunakan
selisih benefit dan cost (B-C). Dalam studi ini nilai B-C pada tingkat suku bunga yang
berlaku harus mempunyai harga > 0. Jika nilai B-C = 0 maka proyek tersebut mempunyai
manfaat yang senilai dengan biaya investasinya. Jika B-C < 0 maka proyek tersebut dari segi
ekonominya dapat dikatakan tidak layak dibangun.
Contoh perhitungan B-C sesuai dengan proyek rencana untuk tingkat suku bunga
sebesar 6,5% adalah sebagai berikut:
Annual Benefit (B) = Rp. 128.184.379,20/tahun
Annual Cost (C) = Rp. 115.366.328,39/tahun
B-C = Rp. 12.818.050,81/tahun
Pada peritungan nilai perbandingan B-C pada proyek ini > 0 maka dapat dikatakan
bahwa proyek ini layak secara ekonomi, atau lebih tepatnya proyek ini mempunyai nilai
manfaat yang melebihi nilai biaya investasinya. Untuk perhitungan B-C pada berbagai
tingkat suku bunga dapat dilihat pada tabel 4.49
Tabel 4.49 Nilai B-C Pada Berbagai Tingkat Suku Bunga
Suku
Manfaat Nilai Tahunan Nilai Biaya Tahunan B-C (NPV)
Bunga
(Rp)
Rp Rp
6.0% 128.184.379,20 111.580.973,16 16.603.406,04
6.5% 128.184.379,20 115.366.328,39 12.818.050,81
7.0% 128.184.379,20 119.183.597,63 9.000.781,57
8.0% 128.184.379,20 127.201.104,14 983.275,06
9.0% 128.184.379,20 135.448.214,16 -7.263.834,96
Sumber : Hasil Perhitungan

4.6.3.3. Internal Rate of Return (IRR)


Tingkat Pengembalian Bunga dapat dikatakan merupakan tingkat suku bunga yang
membuat manfaat dan biaya mempunyai nilai yang sama B-C= 0 atau tingkat suku bunga
yang membuat B/C= 1 (Kodoatie,1995:112).
Contoh perhitungan IRR pada Jaringan Air Bersih Desa Taman ini adalah sebagai berikut:
IRR = P1-C1 X (P2-P1/C2-C1)
Dimana:
P1 = tingkat bunga 1
P2 = tingkat bunga 2
C1 = NPV 1, C2 = NPV 2
100

Sehingga,
IRR = 6% - 16.603.406,04 x (6,5% - 6% / 12.818.050,81 - 16.603.406,04)
= 8,19 %
Dari perhitungan tingkat pengembalian bunga diatas dapat disimpulkan bahwa
proyek Jaringan Air Bersih Desa Taman ini layak secara ekonomi. Dikarenakan hasil
perhitungan IRR ini lebih besar dari suku bunga yang dipakai dalam studi ini yaitu sebesar
6,5% sehingga proyek ini dianggap menguntungkan. Berikut hasil rekapitulasi analisa
ekonomi dapat dilihat pada tabel 4.50.
Tabel 4.50 Rekapitulasi Analisa Ekonomi
B C B-C
i B/C IRR
(Rp) (Rp) (Rp)
6.0% 128.184.379,20 111.580.973,16 1,15 16.603.406,04
6.5% 128.184.379,20 115.366.328,39 1,11 12.818.050,81
7.0% 128.184.379,20 119.183.597,63 1,08 9.000.781,57 8.19%
8.0% 128.184.379,20 127.201.104,14 1,01 983.275,06
9.0% 128.184.379,20 135.448.214,16 0,95 -7.263.834,96
Sumber : Hasil Perhitungan

4.6.3.4. Payback Period


Analisa pengembalian pada dasarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa lama
(periode) investasi akan dapat dikembalikan saat terjadinya kondisi pulang pokok (Giatman,
2007). Berikut contoh perhitungan analisa pengembalian pada saat B/C>1 dengan pelayanan
sebesar 100%.
Berikut contoh perhitungan analisa pengembalian menggunakan harga air B/C > 1
(penetapan harga) yaitu Rp.1.500/m³.
Diketahui:
Biaya Konstruksi = Rp. 886.500.055,78
Biaya OP = Rp. 29.640.000,00
Total Manfaat = Rp. 128.184.379,20
Pada proyek ini komponen cash flow benefit dan cost nya bersifat annual, maka rumus yang
digunakan adalah: K(PBP) = Investasi / Annual Benefit
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis atau tidak,
diperlukan suatu ukuran/kriteria tertentu. Dalam metode ini rencana investasi dikatakan
layak jika K ≤ usia guna proyek.
K(PBP) = Rp. 886.500.055,78/ (Rp. 128.184.379,20 - Rp. 29.640.000,00)
= 9 tahun
101

4.6.3.5. Penetapan Harga Air


Penetapan harga air pada studi ini ditinjau dari kondisi analisa sensitivitas pada analisa
ekonomi ketika B=C yaitu pada saat biaya kontruksi subsidi pemerintah 100%.
Diketahui:
- Biaya O & P = Rp. 29.640.000,00
- Kebutuhan air = 85.456,25 m³/tahun
- Manfaat = Rp.29.640.000,00
Harga air pada saat subsidi pemerintah 100% :
Harga Air = =

= Rp. 350,- /m³


Dari hasil perhitungan simulasi Analisa ekonomi didapatkan harga air minimum:
Tabel 4.50 Rekapitulasi Analisa Ekonomi
No. Kondisi Harga Air /m³
1 Harga air Saat B=C Kondisi Normal 1.350,00
2 Harga air Saat B/C >1 1.500,00
3 Subsidi biaya kontruksi Pemerintah 100% 350,00
Sumber : Hasil Perhitungan

4.7. Analisa Ekonomi Alternatif 2


Berdasarkan Analisa biaya dan Analisa benefit, maka di dapatkan harga air dan harga
jual air sebagai berikut :
Harga air Saat B=C Kondisi Normal = Rp. 1.220,-/m³
Harga air Saat B/C >1 = Rp. 1.500,-/m3 (ditetapkan)
Subsidi biaya kontruksi Pemerintah 100% = Rp. 300,-/m3
 Analisa Ekonomi Harga Air Pada Saat B/C>1
B/C = Total manfaat / Total biaya tahunan
= Rp.128.184.379,20 / Rp. 104.430.065,79
= 1,23
 Internal Rate of Return (IRR)
IRR = 6% - 27.215.726,63 x (6,5% - 6% / 23.754.313,41 - 27.215.726,63)
= 9,93 %
 Payback Period
K(PBP) = Rp. 810.635.413,80 / (Rp. 128.184.379,20 - Rp. 26.040.000,00)
= 7,94 Tahun ~ 8 tahun
Untuk detail perhitungan analisa ekonomi Alternatif 2 dapat dilihat di lampiran 2
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisa yang telah dilakukan terhadap alternatif 1 dan alternatif 2, maka
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil simulasi dengan bantuan program WaterCAD V8i pada alternatif 1 dan 2
menunjukkan hasil running berwarna hijau yang berarti semua semua sistem jaringan
dapat berjalan dengan lancar tanpa ada masalah.
a. Alternatif 1
 Pada pipa distribusi dari tandon menuju daerah layanan diperoleh kecepatan tertinggi
pada saat jam puncak yaitu jam 07.00 sebesar 0,7 m/detik dan kecepatan terendah
pada jam 00.00 sebesar 0,07 m/detik. Meskipun kecepatan berada dibawah batas
kecepatan minimum hal ini dapat diterima dikarenakan berada pada jam minimum
penggunaan air. Tekanan tertinggi diperoleh pada jam 00.00 yaitu 6,70 atm dan
tekanan terendah diperoleh pada jam 07.00 yaitu 1,07 atm. Headloss gradient tertinggi
diperoleh pada jam 07.00 yaitu 9,63 m/km dan Headloss gradient terendah diperoleh
pada jam 00.00 yaitu 0,10 m/km Hasil tersebut sesuai dengan SNI yang diijinkan.
b. Alternatif 2
 Pada pipa distribusi dari tandon menuju daerah layanan diperoleh kecepatan tertinggi
pada saat jam puncak yaitu jam 07.00 sebesar 0,7 m/detik dan kecepatan terendah
pada jam 00.00 sebesar 0,07 m/detik. Meskipun kecepatan berada dibawah batas
kecepatan minimum hal ini dapat diterima dikarenakan berada pada jam minimum
penggunaan air. Tekanan tertinggi diperoleh pada jam 00.00 yaitu 6,17 atm dan
tekanan terendah diperoleh pada jam 07.00 yaitu 0,80 atm. Headloss gradient tertinggi
diperoleh pada jam 07.00 yaitu 9,63 m/km dan Headloss gradient terendah diperoleh
pada jam 00.00 yaitu 0,10 m/km Hasil tersebut sesuai dengan SNI yang diijinkan.
2. Rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan jaringan air bersih di
Desa Taman untuk :
Alternatif 1 adalah Rp.788.000.000,00 (Tujuh ratus delapan puluh delapan juta
rupiah). Alternatif 2 adalah Rp.720.565.000,00 (Tujuh ratus dua puluh juta lima ratus
enam puluh lima ribu rupiah).
102
103

3. Analisa ekonomi ditinjau terhadap Nilai Rasio Biaya Manfaat (B/C), harga jual air,
IRR, dan Payback Periode adalah:
a. Untuk alternatif 1
Dengan suku bunga sebesar 6,5 % (BI 2016) didapatkan:
1. Manfaat harga air (B=C) adalah Rp. 115.366.328,39/tahun
2. Harga air minimum sebesar Rp. 1.350,-/m³
3. Payback Period selama 10 tahun 4 bulan.
Dengan analisa harga jual air Rp. 1.500/m³ didapatkan:
4. Manfaat harga air (B/C = 1,11 ) adalah Rp. 128.184.379,20/tahun
5. Keuntungan per tahun (B-C) = Rp. 12.818.050,81/tahun
6. IRR sebesar 8,19 %
7. Payback Period selama 9 tahun.
Dengan analisa subsidi biaya kontruksi Pemerintah 100% didapatkan:
8. Harga air sebesar Rp. 350,-/m³
b. Untuk Alternatif 2
Dengan suku bunga sebesar 6,5 % (BI 2016) didapatkan:
1. Manfaat harga air (B=C) adalah Rp. 104.430.065,79 /tahun
2. Harga air minimum sebesar Rp. 1.220,-/m³
3. Payback Period selama 10 tahun 4 bulan.
Dengan analisa harga air jual Rp. 1.500/m³ didapatkan:
4. Manfaat harga air (B/C = 1,23) adalah Rp. 128.184.379,20/tahun
5. Keuntungan per tahun (B-C) = Rp. 23.754.313,41/tahun
6. IRR sebesar 9,93 %
7. Payback Period selama 8 tahun
Dengan analisa subsidi biaya kontruksi Pemerintah 100% didapatkan:
8. Harga air sebesar Rp. 300,-/m³

5.2. Saran
1. Berdasarkan analisa anggaran biaya, dan analisa ekonomi alternatif 2 tanpa
menggunakan tandon lebih ekonomis, namun alternatif perencanaan dalam penelitian
ini adalah sebagai pilihan untuk desain jaringan air bersih di Desa Taman, dan
pemilihan sepenuhnya diserahkan kepada pelaksana untuk memilih desain terbaik dan
yang paling mungkin untuk di laksanakan.
104

2. Perlu adanya kesadaran penduduk akan penggunaan air yang baik dan pengawasan oleh
Tim Pengelolah dengan cara memastikan pemasangan water meter pada tiap
pengambilan air guna mengontrol penggunaan air oleh penduduk.
3. Penerapan “iuran/retribusi” yang akan diberlakukan oleh tim pengelola adalah bahwa
hendaknya disesuaikan kemampuan ekonomi warga pemanfaat dan kebutuhan akan
biaya pemeliharaan/perbaikan. Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik
perorangan atau per keluarga, baik rutin atau setiap pengunaan air per m³ , bagi warga
kurang mampu atau mampu, hendaknya dimusyawarahkan dan disepakati secara
bersama-sama oleh seluruh warga pemanfaat yang ada sehingga tidak terlalu
membebani.
x

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Penyelenggaraan Pengembangan


SPAM. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum.

Anonim. 2013. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum.
Jakarta: Dinas Pekerjaan Umum.

Bentley Methods. 2007. User’s Guide WaterCAD v8 for Windows WATERBUY CT. USA:
Bentley. Press.

Cross, Hardy.1936. Analysis of Flow in Networks of Conduits or Conductors. Bulletin No.


286 University of Lilions, Engineering Experimental Station, Urbana, III.

Dake. JMK. 1985. Hidrolika Teknik. Terjemahan Oleh Endang P. Tacyhan dan Y. P.
Pangaribuan. Jakarta: Erlangga.

DPU Ditjen Cipta karya. 1994. Pedoman Kebijakan Program Pembangunan Prasarana
Kota Terpadu (P3KT). Jakarta: DPU Ditjen Cipta karya.

Giatman, M. 2007. EkonomiTeknik. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kodoatie, Robert J. 2005. Analisis Ekonomi Teknik. Yogyakarta: Andi Offset.

Kuiper, Edward. 1973. Water Resources Project Economic. Canada.

Linsley, Ray K, dan Yoseph B. Franzini. 1996. Teknik Sumber Daya Air. Terjemahan Oleh
Djoko Sasongko Jilid I. Jakarta: Erlangga.

Muliakusumah, Sutarsih. 2000. Proyeksi Penduduk. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.

Novianti, W.N. 2012. Aplikasi Sortware WaterCAD untuk Studi Perencanaan dan
Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Unit Ngajum. Skripsi.
Tidak Dipublikasikan. Malang : Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.

Priyantoro, Dwi. 1991. Hidraulika Saluran Tertutup. Malang: Jurusan Pengairan Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya.

Rachmawati, R.L. 2010. Analisa ekonomi dalam penentuan harga air pada sistem
penyediaan air baku di kecamatan kubu kabupaten karangasem bali. Skripsi.
Tidak Dipublikasikan. Malang : Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.
xi

Saputra, I.G.A.D. 2011. Studi perencanaan sistem jaringan distribusi pipa air bersih di
kecamatan sooko kabupaten mojokerto dengan program WaterCAD. Skripsi.
Tidak Dipublikasikan. Malang : Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya.

Suyanto, Adhie, Trie M. Sunaryo, dan Roestam Sjarief. 2001. Ekonomi Teknik Proyek
Sumber Daya Air. Jakarta: MHI.

Technical Learning College. 2015. Valve Controls. Canada: Western Campus.


http://www.abctlc.com/courses/ValveControls6Hours.pdf. (diakses 20 Februari
2016)

Triatmojdo, Bambang. 1996. Hidraulika II. Edisi kedua. Yogyakarta: Beta Offset.

Virginia Adult Learning Resource Center. 2013. Plumbing Lesson Five: Pipe Fittings and
Parts. Virginia: Virginia Commonwealth University.
http://www.valrc.org/resources/buildingbasics/plumbing/plumbing5.pdf. (diakses
20 Februari 2016)

Webber, N. B. 1971. Fluid Mechanics For Civil Engineering, S. I Edition. London:


Chapman and Hall Ltd.

Anda mungkin juga menyukai