Anda di halaman 1dari 54

1

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK KERJA LAPANG PENGELOLAAN HUTAN ALAM

DI IUPHHK-HA PT. GUNUNG MERANTI

KALIMANTAN TENGAH

Oleh :

Kartika Purnaning Ratri E14140017

Rigelia Sagitanigrum E14140043

Ajar Nuraini Sakina E14140049

Maulana Rasta Yurangga E14140091

Adhiguna Indra Nugraha E14140115

DEPARTEMEN MENEJEMEN HUTAN

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2017
2

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat diselesaikan. Praktik
Kerja Lapang ini dilaksanakan di IUPHHK-HA PT. Gunung Meranti, Kalimantan
Tengah. Laporan akhir ini disusun sebagai bentuk pemenuhan kelengkapan
pelaksanaan Praktik Kerja yang telah dilakukan dari 18 Juli 2017 sampai tanggal
24 Agustus 2017.

Laporan Praktik Kerja Lapang diharapkan mampu memberikan sumbangsih


ilmu pengetahuan bagi mahasiswa dalam mengembangkan ilmu kehutanan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Ahmad Budiaman, M.Sc F.Trop selaku Kepala Departemen


Manajemen Hutan, Dra. Sri Rahaju M.Si selaku ketua Komisi Praktik Kerja
Lapang dan seluruh Komisi Praktik Kerja Lapang Departemen Manajemen
Hutan atas bekal ilmu yang telah diberikan.
2. Arif Sudibyo selaku Direktur Operasional, Ahmad Firdaus selaku Kabid
Perencanaan, Ir. Munadi Subri selaku Kabid Produksi, Ir. H. Wahyudi, MP
selaku Kabid Pembinaan Hutan serta Kabid Litbang, Ranto Sitohang selaku
Kabid Kelola Sosial, Zaenal Arifin selaku Kabag Perencanaan, Winarto selaku
Kabag Produksi, Anton, Amd Hut selaku Kabag Pembinaan Hutan, Sugeng
Riyadi selaku Kabag Litbang, Yoyon Satriyono selaku Kabag Kelola Sosial
serta seluruh direksi, staff, karyawan PT. Gunung Meranti yang telah
membimbing, mengarahkan dan mendampingi selama Praktik Kerja Lapang.
3. Kedua orang tua dan keluarga kami yang selalu memberikan doa.
4. Teman-teman Manajemen Hutan 51.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini.


Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
berbagai pihak terkait.

Bogor, 15 September 2017

TIM PKL IPB

DAFTAR ISI
3

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR TABEL iv

DAFTAR LAMPIRAN iv

I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Tujuan 1

II KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK 3

2.1 Letak Geografis 3

2.2 Tanah dan Geologi 4

2.3 Iklim 5

2.4 Keadaan Hutan 6

2.5 Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat 6

III MATERI DAN METODE PRAKTIK 9

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 14

V KESIMPULAN DAN SARAN 41

DAFTAR PUSTAKA 42

LAMPIRAN 43

DAFTAR GAMBAR
4

Gambar 1 Plot contoh ITSP 10

Gambar 2 Plot contoh IHMB 10

Gambar 3 Pengecetan batas rintisan PAK 15

Gambar 4 Pemberian label dan barcode pada pohon ditebang 16

Gambar 5 Papan informasi batas areal PT Gunung Meranti, patok


batas areal PT Gunung Meranti dengan Domas Raya 17

Gambar 6 Persiapan alat penebangan dan proses penabangan 21

Gambar 7 Proses penyaradan dengan menggunakan Winch Tractor 22

Gambar 8 Pengupasan kulit kayu, pemotongan log, gerowong, dan


pemasangan paku es 23

Gambar 9 Pengangkutan kayu 24

Gambar 10 Skema andungan dan skema rakitan utama 25

Gambar 11 Persemaian naungan 75% dan 50% 26

Gambar 12 Perbandingan media tanam dan pembuatan media tanam 27

Gambar 13 Bibit cabutan, perendaman bibit cabutan dalam zat


perangsang akar Rooten-F dan penanaman bibit cabutan
pada polybag 28

Gambar 14 Pembuatan lubang tanam 30

Gambar 15 Peta kawasan pelestarian plasma nutfah 31

Gambar 16 Papan informasi kawasan sempadan sungai 32

Gambar 17 Papan informasi areal arboretum 33

Gambar 18 Papan informasi areal kebun benih 33

Gambar 19 Skema plot pengamatan satwa liar mamalia dan reptil 34

Gambar 20 Papan informasi lokasi pemantauan satwa liar mamalia


dan reptil 34

Gambar 21 Papan informasi lokasi pemantauan aves 35


5

Gambar 22 Skema plot pengamatan erosi 35

Gambar 23 Drum penampung air, papan informasi lokasi


pemantauan erosi tanah 36

Gambar 24 Papan siap siaga pengendalian kebakaran 37

Gambar 25 Kunjungan TIM PKL ke SMP Gunung Meranti 38

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Batas areal kerja PT Gunung Meranti 4

Tabel 2 Formasi geologi PT Gunung Meranti 5

Tabel 3 Kondisi penutupan lahan areal kerja PT Gunung Meranti 6


Tabel 4 Jumlah komposisi penduduk dan luas wilayah desa terdekat
disekitar PT Gunung Meranti 7

Tabel 5 Peralatan pemanenan hutan di PT Gunung Meranti 18

Tabel 6 Peralatan dan pemeliharaan jalan PT Gunung Meranti 20

Tabel 7 Hasil pengukuran waktu pengangkutan kayu dari TPn


menuju TPK hutan 23

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tally sheet ITSP untuk jalur 1 46

Lampiran 2 Tally sheet IHMB untuk informasi umum kawasan


hutan 48

Lampiran 3 Tally sheet IHMB untuk data tiang 49

Lampiran 4 Tally sheet IHMB untuk data pohon kecil 50

Lampiran 5 Tally sheet IHMB untuk data pohon besar 51

PENDAHULUAN
6

I. Latar Belakang
Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Berbagai jenis tumbuhan dan hewan termasuk
mikroorganisme hidup dengan serasi dan menciptakan suatu hubungan
timbal balik dalam suatu ekosistem hutan.
Peningkatan produktivitas dan kualitas hutan dipengaruhi sangat
kuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan kualitas sumberdaya
manusia yang diperlukan dalam kegiatan pengelolaan hutan. Ilmu
kehutanan dan profesi kehutanan merupakan bidang profesi yang sangat
erat hubungannya dengan kegiatan tersebut. Oleh karena itu diperlukan
adanya minat dan motivasi dari sebagian umat manusia, khususnya para
generasi mudanya untuk mendalami ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam bidang kehutanan, bersedia untuk menekuni profesi kehutanan serta
bekerja dalam bidang kehutanan
Perubahan yang cepat dan dinamis dalam pengelolaan hutan di
Indonesia menuntut banyak perubahan dan penyesuaian dalam kebijakan
perencanaan dan pengelolaan sumberdaya hutan yang ada. Oleh karena itu,
para rimbawan harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang
cukup untuk dapat menjawab tantangan masa depan kehutanan Indonesia.
Selain pembekalan dengan ilmu pengetahuan, teori ilmu – ilmu kehutanan,
dan praktik laboratorium, diperlukan juga pengalaman lapangan agar
mampu merumuskan permasalahan yang yang dijumpai di lapangan
sehingga para rimbawan mampu memahami peranan ekosistem hutan
dalam aspek produksi, lingkungan, ekonomi, dan social yang salah satunya
adalah dengan Praktik Kerja Lapang ( PKL ).
Praktik Kerja Lapang adalah suatu rangkaian kegiatan penerapan
ilmu pengetahuan kehutanan secara langsung di lapangan, dimana
mahasiswa melaksanakan pengamatan, pengukuran, wawancara, dan
analisis dan merumuskan masalah di lapangan yang mencakup seluruh
aspek pengelolaan hutan, disamping itu PKL juga berguna untuk
membekali mahasiswa sebagai calon rimbawan dengan pengetahuan serta
ketrampilan teknis dalam pengelolaan serta perencanaan hutan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) secara umum adalah :
1. Memperoleh kemampuan profesional pengelolaan hutan dengan
pendalaman dan pemantapan pemahaman konsep atau teori melalui
penggalian informasi dan pemahaman implimentasi teori oleh unit
pengelola hutan serta pengembangan kemampuan teknis melalui kerja
penerapan teori di lokasi praktik.
7

2. Membangun kemampuan untuk melakukan pengambilan keputusan


dalam kegiatan pengelolaan hutan berlandaskan pada ilmu pengetahuan
manajemen hutan, mencakup: identifikasi masalah, perumusan masalah,
pengumpulan data, analisis dan sintesis, serta pengambilan keputusan;
3. Merasakan dan menghayati kehidupan dan suasana kerja dalam
pengelolaan hutan di perusahaan IUPHHK- HA atau HT, PT. Inhutani,
Perum Perhutani, atau unit pengelola hutan lainnya, antara lain suasana
tinggal di hutan, hubungan dengan berbagai kelompok masyarakat yang
terdapat di sekitarnya (para pekerja dan masyarakat di sekitar hutan);
4. Menumbuhkan dan mengembangkan kepribadian, kerjasama tim, etos
kerja dan etika profesi dalam lingkungan kehutanan dan kehidupan
rimbawan.

II KEADAAN UMUM LOKASI


8

2.1 PT Gunung Meranti


PT Gunung Meranti merupakan perusahaan swasta nasional yang diberi
kepercayaan pemerintah untuk mengelola hutan dalam bentuk Ijin Usaha
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) / Hak Pengusahaan Hutan (HPA)
berdasarkan Forestry Agreement (FA) FA/N/044/X/75 tanggal 24 Oktober
1975 dan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 678/Kpts/Um/10/1976
tanggal 25 Oktober 1976 tentang Peberian Hak Pengusahaan Hutan pada PT
Gunung Meranti yang berlokasi di Propinsi Kalimantan Tengah. Berdasarkan
SK Menhutbun (SK Perpanjangan IUPHHK) Nomor: 941/Kpts-VI/1999
tanggal 14 Oktober 1999, jangka waktu pengusahaan hutan periode II yang
diberikan kepada IUPHHK PT Gunung Meranti adalah 55 tahun terhitung
sejak tahun 1997/1998.

2.2 Letak dan Luas


Areal kerja IUPHHK PT Gunung Meranti terletak di kawasan hutan
produksi, kelompok hutan Gunung Pasak Pinggan pada koordinat 113°39’ -
114°3 BT dan 0°21’ - 0°48’ LS.
a. Letak berdasarkan administrasi pemerintahan

IUPHHK PT Gunung Meranti masuk dalam wilayah Kecamatan


Kapuas Hulu, Kabupaten Kapuas serta Kecamatan Sumber Barito,
Kabupaten Murung Raya, Propinsi Kalimantan Tengah.
b. Letak berdasarkan administrasi pemangkuan hutan
- Kelompok hutan : Gunung Pasak Pinggan
- BKPH : Kapuas hulu dan barito hulu
- KPH/CDK : Kapuas dan murung
- Dinas kehutanan Kabupaten : Kapuas dan Murung Raya
- DInas Kehutanan Propinsi : Kalimantan Tengah
c. Letak berdasarkan Daerah Aliran Sungai

Areal IUPHHK PT Gunung Meranti termasuk dalam daerah aliran sungai


Kapuas dan Mendaun di selatan dan tabulus di utara. Berdasarkan SK.
IUPHHK Nomor: 678/Kpts/Um/10/1976 tanggal 25 Otober 1976 luas areal
IUPHHK PT Gunung Meranti sebesar 76.000 Hektar. Berdasakan Peta Tata
Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) Propinsi Kalimantan Tengah dan
berdasarkan hasil tata batas persekutuan yang telah temu gelang, ternyata
luas IUPHHK PT Gunung Meranti sebesar 90.432 Ha. Luas ini telah
dikukuhkan dengan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 736/Kpts-
9

II/1993 tanggal 08 Nope,ber 1993. Pembaharuan SK IUPHHK PT Gunung


Meranti isahkan Menteri Kehutanan dan Perkebunan dengan Nomor:
941/Kpts/VI/1999 dengan luas 95.265 Ha. Tambahan luas 4.833 ha ini
berasal dari areal bkas IUPHHK PT Hutan Domas Raya. Berdasarkan fungsi
hutan, areal IUPHHK PT Gunung Meranti berlokasi di hutan produksi
terbatas pada utan pegunungan tanah kering dan berdampingan dengan
beberapa IUPHHK lain, seperti tercantum dalam tabel berikut ini.
Tabel 1 Batas aeal kerja PT. Gunung Meranti

No Arah Areal IUPHHK yang berbatasan


.

1 Utara Eks IUPHHK PT Hutan Domas Raya, Eks PT


Fajar Kahayan dan Eks PT Tunggal Pemenang
2 Timur IUPHHK PT Tanjung Raya, Eks PT Tunggal
Pemenang
3 Barat Eks IUPHHK PT Fajar Kahayan dan PT Praba
Nugraha
4 Selatan Eks IUPHHK PT Hutan Domas Raya
5 Di tengah Hutan lindung
areal

2.3 Jenis Tanah dan Geologi


a. Jenis tanah dan diskripsinya

Menurut Peta Tanah Eksploitasi Kalimantan skala 1: 1.000.000 tahun


1964 dari Lembaga Penelitin dan Pemupukan Bogor, tanah di wilayah areal
kerja IUPHHK PT Gunung Meranti terdiri dari jenis Podsolik Merah
Kuning, Latosol dan Litosol.
b. Kesesuaian Lahan

Berdasaran kriteria klasifikasi keseuaian lahan dari FAO (1976) dapat


disimpulkan kondisi keseuaian lahan untuk areal kerja IUPHHK PT Gunung
Meranti dengan tujuan penanaman tanaman keras dan tanaman kehutanan
seperti disajikan pada tabel berikut ini.

c. Sejarah Geologi dan Batuan Induk


10

Menurut Peta Tanah Eksploitasi Kalimantan skala 1: 1.000.000 tahun


1964 dari Lembaga Penelitin dan Pemupukan Bogor, tanah di wilayah areal
kerja IUPHHK PT Gunung Meranti berasal dari batuan induk, batuan beku
dengan fisiografi pegunungan patahan dengan solum tanah tebal.
d. Formasi Geologi

Formasi geologi di areal IUPHHK PT Gunung Meranti terdiri dari


batuan sedimen Miosen bawah dan batuan sedimen Paleogen dan sebagian
lagi belum ada datanya, seperti disajukan dalam tabel berikut ini.
Tabel 2 Formasi geologi PT. Gunung Meranti

No. Formasi Geologi Luas (Ha) Presentasi (%)

1. Sedimen Miosen Bawah 54.900 57.63


2. Sedimen Paleogen 1.275 1.34
3. Tidak ada data 39.090 41.03
Jumlah 95.625 100.00

e. Deposit Bahan Tambang dan Material Pengerasan Jalan

Deposit bahan tambang sampai saat ini belum terdekteksi, namun


diperkirakan di aral IUPHHK PT Gunung Meranti cukup tersedian bahan
batuan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan untuk pengerasan jalan.
f. Wilayah-wilayah Rawan Longsor

Areal kerja IUPHHK PT Gunung Meranti berdasrkan hasil survei yang


pernah dilaksanakan ole him survei perusahaan, sampai saat ini tidak terdeteksi
adanya wilayah yang rawan longsor, namun sebai tindak lanjut pencegahan
terhadap bahaya erosi pada lokasi lereng pegunungan dengan kemiringa
tertentu dilakukan tindakan-tindakan konservasi tanah

2.4 Data Iklim


Keadaan iklim di areal kerja IUPHHK Pt Gunung Meranti didasarkan pada
pengamatan stasiun Meteorologi dan Geofisika Muara Teweh sert stasiun
Pengamatan Hujan (SPH) PT Gunung Meranti. Berdasarkan klasifikasi tipe
iklom Schmidt Ferguson, areal IUPHHK Pt Gunun Meranti termasuk ke dalam
iklim A dengan besarnya rasio bulan kering (curah hujan < 100 mm/bulan) dan
bulan basah (curah hujan > 100 mm/buah) yang merupakan nilai Q rata-rata
sebesar 0,17.
11

Analisa dari data Stasiun Muara Teweh menunjukkan bahwwa curah hujan
total setahun 2.687 mm yang terakumulasi dari 196 hari hujan. Bulan-bulan
basah terjadi selama 12 bulan tertinggi jatuh pada bulan November sebesar 323
mm. Bulan-bulan kering tidak terjadi sepanjang tahun. Data Stasiun Pengamat
Hujan (SPH) P Gunung Meranti pada umumnya tidk jauh berbeda.
Kelembaban nisbi udara berkisar antara 83% hingga 89% dengan kelembaban
tahunan rata-rata tahunan 85%. Evapotranspirasi potensial menggambarkan
kehilangan air dari suatu wilayah berkisar antara 82 mm hingga 109 mm dan
total setahun 1.103 atau hanya 42,32% dari total hujan yang diterima.

2.5 Kondisi Vegetasi


Hutan di areal IUPHHK PT. Gunung Meranti termasuk hutan hujan
tropika basah dalam kelompok hutan Gunung Pasak Pinggan dengan
dominasi jenis dari Famili Dipterocarpaceae terutama jenis meranti (Shore
asp), keruing (Dipterocarpus sp) dan jenis-jenis lainnya. Berdasarkan hasil
interpretasi Citra Landsat tahun 2006, kondisi penutupan lahan areal
IUPHHK PT. Gunung Meranti disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 3 Kondisi penutupan lahan areal kerja IUPHHK PT. Gunung


Meranti

No. Uraian Luas (Ha) Prosentase (%)

1 Hutan bekas tebangan (LOA) 62.472 65,6


2 Virgin forest 29.697 31,2
3 Tidak berhutan 3.096 3,2

Jumlah 95.265 100


Sunber: Penafsiran foto citra landsat PT. Gunung Meranti tahun 2006 oleh PT.
Terasis Aero Survei,Jakarta

Jenis flora yang dilindungi diarealIUPHHK Pt. Gunung Meranti terdiri


dari jenis anggrek (Orcidae), tengkawang (Shorea sp), daha (Koompassia
excelsa), jelutung (Dyera sp), dan durian (Durio sp).

Jenis fauna yang dilindungi seperti rusa (Cervus unisolor), kucing hutan
(Felis palniceps), beruang madu (Helarctos malayanus), landak (Hystrix
brachyura), owa-owa (Hylobates moloch), rangkong (Bucheros rhinoceros)
dan lain-lain.
12

2.6 Kondisi Sosial


1. Kependudukan
Areal kerja PT. Gunung Meranti termasuk kedalam wilayah Kecamatan
Kapuas Hulu Kabupaten Kapuas yang terdiri dari 17 desa dan Kecamatan
Sumber Barito Kabupaten Murung Raya yang terdiri dari 20 desa. Adapun
desa-desa yang terdekat di sekitar PT. Gunung Meranti adalah desa Sei Hanyu,
Lawang Tamang, Sei Pinang, T. Bukoi, T. Manyarung dan T. Tihis. Mata
pencahariaan penduduk sekitar PT. Gunung Meranti terdiri dari bertani lahan
basah dan kering, berkebun karet sebanyak 295 KK, berdagang sebanyak 174
KK, penambang rakyat sebanyak 405 KK, pegawai sebanyak 34 KK, karyawan
perusahaan sebanyak 95 orang, lain-lain lebih dari 1.021 KK. Angkatan kerja
penduduk di sekitar areal HPH PT. Gunung Meranti sekitar 3.786 jiwa yang
terdiri dari anak-anak (umur < 17 tahun) sebanyak 857 jiwa dan dewasa (umur
> 17 tahun) sebanyak 2.929 jiwa.
Tabel 4 Jumlah komposisi penduduk dan luas wilayah desa terdekat di sekitar
PT. Gunung Meranti
Nama Desa Luas Jumlah Komposisi
Penduduk
(km²) Laki-laki Perempuan
Sei Hanyu 195 1.479 745 734
Lawang 421 478 245 233
Tamang
Sei Pinang 103 2.202 1.220 982
T. Bukoi 27 571 303 268
T. Manyarung 45 2.746 1.593 1.153
T. Tihis 305 594 301 293

Secara umum pola pemukiman masyarakat Dayak di sekitar areal


IUPHHK-HA adalah pola mengelompok (rural resettlement type) dalam
bentuk kampong atau dusun, dimana setiap kampong biasanya terdiri dari 20
sampai 80 rumah. Penduduk di sekitra areal IUPHHK-HA cukup banyak yang
telah mengenyam pendidikan tinggi. Di antara anggota masyarakat tersebut ada
yang telah bekerja dan tinggal di Banjarmasin, Palangkaraya, Kapuas, Buntok,
Muara Teweh dan kota-kota lainnya.
2. Pendidikan
Sarana pendidikan yang berada di sekitar areal perusahaan yaitu terdapat
1 buah SMP yang dikelola Yayasan Gunung Meranti yang berlokasi di Dusun
13

Tanjung Rendan dan 1 buah SD yang dikelola oleh swadaya masyarakat.


Jumlah SMP yang berada di Kecamatan Kapuas Hulu yaitu sebanyak 3 buah.
3. Adat Istiadat
Adat istiadat yang mengatur kehidupan masyarakat Dayak diwariskan
secara turun temurun. Meskipun mereka telah bergaul dengan suku lain, adat
Dayak masih dihormati dan dilaksanakan sebagai pegangan dalam
bermasyarakat, terutama yang menyangkut hak-hak dalam masyarakat, sanksi
adat dan pantangan.
Hukum adat masih berlaku terutama yang dipandang masih sesuai,
seperti hukuman terhadap pencuri, penganiaya dan pengancam. Hukuman adat
ditetapkan oleh tetua adat pengulu bersama pembekal yang biasanya dalam
bentuk denda.
Sistim kekerabatan bersifat ambilineal, yakni sistim kekerabatan melalui
keturunan laki-laki maupun perempuan. Kelompok kekerabatan yang berlaku
adalah keluarga luas.
Ritus yang bersifat adat masih dilaksanakan terutama bagi pemeluk
Hindu Kaharingan. Ritus kolektif yang masih sering ditemukan berkaitan
dengan siklus hidup, seperti kelahiran, usia anak dan remaja, perkawinan dan
kematian. Disamping itu terdapat pula upacara yang berkaitan dengan
membuka lahan, membangun rumah, panenan serta upacara-upacara yang
berhubungan dengan keyakinan lainnya.
14

III MATERI DAN METODE PRAKTEK


3.1 Waktu dan Lokasi Praktik Kerja Lapang
Kegiatan PKL dilaksanakan di PT. PT. Gunung Meranti Kabupaten
Kapuas dan Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah yang beralamat Kantor
Jalan Kolonel Sugiono Nomer 75 Banjarmasin pada tanggal 18 Jui- 25
Agustus.

3.2 Materi dan Alat Praktik Kerja Lapang


Materi praktik kerja lapang yang dilaksanakan di PT. Gunung Meranti
menyesuaikan dengan sistem dan teknik silvikultur yang digunakan perusahaan
yaitu TPTI dan TPTJ tenik SILIN.Mahasiswa diberikan materi praktik sesuai
dengan bidang yang ada di perusahaan yaitu meliputi bidang perencanaan, bina
hutan, kelola lingkungan, tata usaha kayu, dan kelola sosial.

Alat yang digunakan untuk Praktik Kerja Lapang yaitu alat tulis, laptop,
dan handphone yang digunakan sebagai kamera dan alat ukur waktu. Selain itu
perusahaan menyediakan alat antara lain Rencana Kerja Umum (RKU),
Rencana Kerja Tahunan (RKT), GPS, kompas, parang, tali hop, Tally Sheet,
peta kawasan hutan, cangkul, dan alat transportasi.

3.3 Materi Praktik Kerja Lapang


Perencanaan

1. Penataan Areal Kerja (PAK)


Penataan Areal Kerja (PAK) dilaksanakan pada ET-3 atau 3 tahun
sebelum dilakukan penebangan. Pelaksanaan penataan areal kerja terdiri
dari dua bagian yaitu perencanaan di peta dan pelaksanaan di lapang.
Perencanaan di peta yaitu menyiapkan peta kerja dan menentukan
koordinat untuk titik ikat di lapangan.
Pelaksanaan dilapang meliputi berbagai kegiatan yaitu peenetapan
titik ikat yang sebelumnya sudah ditentukan koordinatnya dipeta. Titik ikat
berupa batas alam, misalnya belokan sungai, lereng, titik triangulasi, jalan
angkutan yang sudah ada atau dapat pula titik sudut yang ada pada blok
tebangan tahun sebelumnya dalam hal ini posisi yang mudah ditemukan
dan lokasinya bersifat permanen di lapangan. Kemudian membuat rintisan
selebar 2 meter dengan arah rintisan sesuaai dengan azimuth pada peta.
Memberikan tanda berupa cat merah pada rintisan dan tracking dengan
menggunakan GPS. Rintisan PAK dibuat dengan ukuran 1 x 1 km.

2. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)


Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) dilaksanakan ET-
2 atau 2 tahun sebelum dilakukan penebangan. Pembuatn plot contoh
15

diawali dengan menentukan titik ikat dan menarik arah azimuth 1800.
Membuat jalur dengan lebar 20 meter sebanyak 50 jalur atau dengan luasan
100 Ha. Mencatat informasi umum pada tally sheet seperti nomer blok,
RKT, petak, dan jalur. Kemudian melakukan inventasisasi jenis pohon,
pengukuran diameter, tinggi, dan penentuan jarak dengan memanfaatkan
sumbu x y. penandaan pohon berupa pemasangan plat merah yang disertai
dengan barcode pada pohon ditebang dan plat kuning untuk pohon inti atau
pohon yang di lindungi.

Gambar 1 Plot contoh ITSP

3. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB)


Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) merupakan kegiatan
yang dilakukan setiap 10 tahunan. IHMB mempunyai plot berbentuk
persegi panjang 20 m x 125 m dengan luasan 0,25 Ha. Dalam plot tersebut
mempunyai beberapa plot contoh diantaranya plot lingkaran dengan jari-
jari 2.28 muntuk mengiventarisasi tingkat pncang, plot 10 m x 10 m untuk
tingkat tiang, plot 20 m x 20 m untuk tingkat pohon kecil, dan 20 m x 125
m untuk tingkat pohon besar.

Gambar 2 Plot contoh IHMB

4. Perawatan Tata Batas


Perawatan tata batas rutin di lakukan setiap tahun sekali, hal ini
dilakukan guna menghindari kerusakan pada pal-pal batas. Kegiatan
16

perawatan yang dilakukan yaitu pencarian pal-pal batas. Kemudian


membersihkan areal sekitar pal batas sekitar 2 meter dari tanaman-tanaman
yang ada disekitarnya. Setelah itu melakukan pengecatan pada pal-pal
batas.

5. Perencanaan Trase Jalan


Kegiatan perencanaan trace jalan dilaksanakan ET-1 atau 1 tahun
sebelum penebangan. Perencanaan trace jalan sebelumnya telah ditentukan
T0 dan TA pada GPS yang digunakan. Jalan yang dibuat berupa jalan
cabang yang menghubungkan jalan utama dengan blok kerja. Perintisan
dimulai pada titik TA menuju blok kerja dengan memperhatikan topografi
yang ada di areal keja. Lebar jalur rintis yaitu selebar 4 meter dan
pemberian cat warna putih sebagai penanda untuk alat berat. Selama
kegiatan perintisan dan pengecatan jalur rintis dilakukan marking pada
GPS. Kegiatan tracking pada GPS bertujuan untuk mengetahui posisi jalur
rintis yang data selanjutnya akan diolah menggunakan software Arc-GIS.

Tata Usaha Kayu


1. Penebangan
Hal pertama yang dilakukan sebelum penebangan adalah
merencanakan kemana arah pohon akan direbahkan agar mempermudah
pengeluaran dan mengurangi kerusakan pohon yang berada disekitarnya.
Tahapan selanjutnya yaitu memotong liana yang menempel pada batang
menggunakan parang. Membuat takik rebah dan takik balas serta
menyisakan kayu tengah sebagai engsel. Takik rebah dibuat serendah
mungkin untuk memperkecil limbah pembalakan. Banir yang besar dapat
dipangkas dahulu untuk mempermudah penebangan. Kemudian pohon
ditebang menggunakan chainsaw oleh chainsaw man. Tahapan terakhir
dalam kegiatan penebangan yaitu memotong cabang, ranting dan tajuk
pohon. Metode lainnya yaitu mewawancarai operator chainsaw mengenai
jumlah bahan bakar yang diperlukan, produktivitas penebangan, dan upah
kerja.
2. Penyaradan
Tahapan pertama yang dilakukan yaitu mengaitkan tali sling baja pada
log. Tali sling baja pada winch traktor harus ditarik dan diulur saat
berjalan dan menyarad. Metode lainnya yaitu dengan mewawancarai
operator traktir mengenai produktivitas kegiatan, bahan bakar yang
digunakan, dan upah kerja.
3. Pengujian kayu bulat.
Tahapan kegiatan pengujian kayu bulat pertama melakukan
pengukuran diameter dan panjang kayu. Kegiatan pengupasan kulit kayu
dengan mewawancarai operator kupas kulit di petak tebang. Data yang
17

diambil yaitu mengenai produktivitas pengupasan kulit kayu. Tahapan


selanjutnya melakukan penomoran kayu bulat. Pemberian paku ‘S’ dan
materi mengenai cacat kayu diberikan oleh Pak Nanang selaku
pembimbing lapang.
4. Pengangkutan.
Tahapan kegiatan pengangkutan kayu, muat bongkar kayu dilakukan
dengan mengukur waktu tempuh dari masing – masing kegiatan serta
mewawancarai operator loader dan logging truck. Bagian-bagian yang
menonjol atau material yang terseret harus dibuang sebelum truck
meninggalkan tempat pemuatan. Memindahkan atau menurunkan log
dengan menggunakan loader.
5. Pemiliran.
Tahapan kegiatan perakitan kayu bulat dilakukan dengan mengamati
teknik perakitan kayu timbul dan tenggelam di logpond. Melakukan
pengukuran ulang panjang kayu bulat dan penomoran kayu di rakit.

Pembinaan Hutan

1. Persemaian

Kegiatan persemaian terdiri dari dua kegiatan yaitu pengadaan media


tanam dan pengadaan bibit cabutan. Pengadaan media dilakukan dengan
mencapur tiga bahan media yaitu top soil, sekam dan kompos, dengan
perbandingan 3:1:1. Media yang telah dicampur, kemudian di masukkan
ke dalam polybag-polybag, secara padat dan memenuhi polybag.
Selanjutnya menyiram media. Kegiatan pengadaan bibit cabutan
dilaksanakan dengan cara mencabut bibit Shorea sp. yang memiliki batang
lurus berwarna hijau muda dan tidak memiliki banyak cabang dengan
tinggi 20-30cm. Kemudian memangkas daun hingga disisakan 2 helai daun
yang kemudian di potong setengahnya, serta memotong akar-akar serabut
dan sebagian akar tunggang. Selanjutnya merendam bibit pada larutan
Rooten F , selama 4 jam dan setelah itu ditanam pada polybag.

2. Penyiapan jalur tanam

Kegiatan ini terdiri dari kegiatan penyiapan lahan sampai penanaman.


Kegiatan penyiapan lahan adalah membersihkan jalur tanam selebar 3
meter (1,5 meter kiri dan kanan) dan membuka naungan. Membuat jarak
tanam dalam satu jalur larikan sebesar 2,5 meter, dan jarak antar jalur
selebar 20 meter. Setelah pembuatan jalur selesai kemudian memasangkan
ajir, ajir dibuat dari bahan kayu dengan diameter 3-5 cm dengan panjang
kurang lebih 1,5 meter bagian pangkal dibuat runcing untuk ditancapkan.
18

Pemasangan ajir dalam jalur tanam terletak ditengah-tengah jalur.


Membuat lubang tanam kurang lebih sebesar 40 x 40 x 30 cm pada setiap
ajir. Selanjutnya menanam bibit Shore sp. dengan memasukkan bibit pada
lubang tanam, yang telah di lepas dari polybag.

3. Pemeliharaan tanaman
Kegiatan pemeliharaan yaitu pendangiran, pembebasan, dan
penyulaman. Pembebasan dilakukan selebar 2,5 x 4 meter dengan menebas
tumbuhan pengganggu, kemudian mencangkul tanah di sekitaran tanaman
dan menambah serasah-serasah ke gundukan tanah disekitar tanaman.
Selanjutnya dilakukan penanaman kembali pada ajir yang telah tidak ada
bibitnya, dengan cara membuat lubang tanam sebesar 40 x 40 x 30 cm dan
kemudian memasukkan bibit dan ditutup kembali oleh tanah.

Konservasi Sumberdaya Hutan


Kegiatan konservasi sumberdaya hutan meliputi kawasan pelestarian
plasma nutfah (KPPN), sempadan sungai, arboretum, kebun benih, pemantauan
spesies satwa liar mamalia dan reptil, pemataun spesies aves, pemantauan erosi
tanah, pemantauan porositas tanah. Metode yang digunakan yaitu turun lapang,
melakukan wawancara dan diskusi, serta mempelajari SOP kegiatan.

Perlindungan hutan
Materi Perlindungan Hutan meliputi kegiatan pengendalian hama dan
penyakit sera pengendalian kebakaran dan lahan. Metode yang digunakan yaitu
turun lapang, wawancara dan diskusi dengan Bagian Pembinaan Hutan.

Kelola Sosial
Kegitan pembinaan masyarakat desa hutan dilakukan dengan metode
wawancara kepada pemerintah desa. Selain itu dilakukan turun lapang berupa
kunjungan ke SMP Gunung Meranti untuk memberikan penyuluhan dan materi
tentang kehutanan.
19

IV HASIL DAN PEMBAHASAN


Perencanaan
Perencanaan Kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan
kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk
memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang
berkeadilan dan berkelanjutan. Tujuan perencanaan kehutanan adalah
mewujudkan penyelenggaraan kehutanan yang efektif dan efisien untuk
mencapai manfaat fungsi hutan yang optimum dan lestari (PP No. 4 Tahun
2004 tentang Perencanaan Kehutanan).

1. Penyusunan Rencana Kerja Usaha (RKU) dan Rencana Kerja


Tahunan (RKT)
Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam hutan
alam merupakan rencana kerja untuk seluruh areal kerja IUPHHK-HA
untuk jagka waktu 10 tahunan, antara lain memuat aspek kelestarian hutan,
kelestarian usaha, aspek keseimbangan lingkungan dan pembangunan
soaial ekonomi masyarakat. Pembuatan Rencana Kerja Usaha (RKU)
didasarkan dari kegiatan IHMB.
Materi Penyusunan Rencana Kerja Usaha (RKU) dan Rencana Kerja
Tahunan (RKT) dilakukan dengan mempelajari dokumen-dokumen yang
dimiliki oleh PT. Gunung Meranti berupa RKU dan RKT. RKUPHHK PT.
Gunung Meranti telah dibuat untuk periode 2011-2020 dan dijadikan
sebagai acuan dalam rencana pemanfaatan dan kebijaksanaan pengusahaa
hutan selama satu periode RKUPHHK. Rencana tersebut berupa sistem
silvikultur yang digunakan, yaitu TPTI dan TPTJ serta berisi data-data lain
seperti tata batas, zonasi areal, penggunaan dan penjualan, tenaga kerja,
perlindungan atau pengamanan hutan, kelola soaial, penanaman areal
bekas tebangan, pemantauan lingkungan, dan pengembangan dan analisis
ekonomi masyarakat.
Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang dipeajari yaitu RKT tahun 2017.
RKT tersebut dijadikan dasar pelaksanaan kegiatan fisik dalam
perencanaan, produksi kayu, pembinaan hutan, dan kelola sosial. Selain
itu, RKT juga dijadikan acuan dan dasar penetapan kerja, penyusunan
kegiatan, dan anggaran. PT. Gunung Meranti mendapatkan wewenang dan
tanggung jawab penuh dalam penyusunan RKUPHHK dan RKTUPHHK.
Hal ini dikarenakan PT. Gunung Meranti telah memiliki sertifikat
pengelolaan hutan produksi lestari (PHPL) yang diberikan oleh lembaga
penilai PT. Sarbi International Certification (SIC) pada 5 Januari 2012
dengan predikat baik.
20

2. Penataan Areal Kerja


Penataan areal kerja adalah pembagian areal kerja yang bertujuan
untuk menyusun perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan pengawasan
kegiatan pengusahaan hutan pada blok kerja tahunan. Tujuan dari penataan
areal kerja yaitu memudahkan pelaksanaan kerja pada blok kerja tahunan
dan memudahkan pelaksanaan pemantauan,dan pengendalian pelaksanaan
kerja (Kementrian Kehutanan dan Badan Penelitian Kehutanan 2011).
Kegiatan PAK dilaksanakan pada blok blok kerja tahun 2019 atau 3
tahun sebelum pelaksanaan penebangan (ET-3). Titik ikat diambil dari
titik sudut yang ada pada blok tebangan tahun sebelumnya. Hal ini
dikarenakan tidak adanya batas alam sehingga menggunakan batas blok
tebangan tahun sebelumnya. Pembuatan PAK diawali dari titik ikat
menuju titik A kearah utara dengan azimuth 3600 dan jarak 100 meter.
Setiap jarak 100 meter diberikan tanda berupa tulisan PU 1 atau petak ukur
1. Kegiatan tersebut dilakukan dengan targetan 1 km x 1 km setiap
harinya.

Gambar 3 Pengecatan batas rintisan PAK

3. Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)


Invenntarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP) adalah kegiata
pencatatan, pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal blok kerja
tahunan untuk mengetahui data pohon inti dan data pohon yang akan
ditebang. Tujuan ITSP adalah untuk mengetahui target produksi pada blok
kerja. ITSP juga dilakukan untuk mengetahui jumlah dan jenis pohon inti
dan pohon yang dilindungi yang akan dipelihara sampai rotasi berikutnya.
ITSP dilakukan dengan intensitas sampling 100%.
Kegiatan simulasi ITSP dilaksanakan pada petak AX21 dengan
membagi petak menjadi 50 jalur. Satu regu terdapat 6 orang dengan
pembagian kerja diantaranya perintis, pendanda petak, pencatat tally sheet
dan pengukur diameter dan tinggi pohon. Data yang diambil berupa jenis
pohon, diameter (dbh), tinggi pohon, koordinat pohon. Data tersebut
diinput ke dalam handphone yang dilengkapi dengan aplikasi SIPUHH
21

online. Pohon yang siap ditebang memiliki diameter ≥40 cm dan dipasang
label merah, pohon inti mempunyai diameter 20-39 cm. pemasangan label
warna kuning dipasang pada pohon inti dan pohon dilindungi. Beberapa
informasi yang ditulis pada label pohon antara lain; tahun RKT, nomor
petak, nomor pohon, jenis pohon, dan diameter. Label merah mempunyai
tiga bagian yang masing-masing digunakan dalam peneangan, yaitu satu
ditinggal ditunggak, ditempel di bontos kayu, dan untuk laporan operator
chainsaw kepada petugas pengecekaan blok. Data hasil inventarisasi
tersebut selanjutnya dipindahkan ke microsof exel sebagai Laporan Hasil
Cruising (LHC) dan digunakan sebagai dasar pembuatan peta sebaran
pohon petak AX21 dengan bantuan software Arc-GIS.

Gambar 4 Pemberian label dan barcode pada pohon ditebang

4. Inventarisasi Menyeluruh Berkala (IHMB)


Inventarisai Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) adalah kegiatan
pencatatan, pengukuran, dan penandaan pohon dalam areal unit
managemen yang di lakukan sebagai acuan atau landasan pembuatan
Rencana Kerja Usaha Hasil Hutan Kayu (RKUHHK) selama sepuluh
tahunan. Tujuan IHMB antara lain mengetahui kondisi sediaan tegakan
hutan, bahan penyusun Rencana Kerja Usaha Hasil Hutan Kayu
(RKUHHK), dan sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend)
kelestarin sediaan tegakan hutan di areal IUPHHK-HA.
Simuasi IHMB di laksanakan pada petak AM20 dengan plot persegi
panjang 20 m x 125 m dengan luasan 0.25 Ha. Terdapat beberapa data
yang diambil dari kegiatan lapang yaitu data informasi umum kawasan
hutan, data tingkat pancang, tiang, pohon kecil, dan pohon besar.
Informasi yang diperoleh dari tingkat pancang antara lain nama jenis,
diameter (dbh), dan kualitas tajuk. Pohon kecil yaitu pohon yang
mempunyai diameter 20-30 cm. informasi yang diperoleh dari tingkat
pohon kecil yaitu nama jenis, kelompok jenis, lebar tajuk, kualitas tajuk,
cacat batang, azimuth pohon, dan jarak. Pohon besar yaitu pohon yang
memiliki diameter >30 cm. informasi yang diperoleh dari data tingkat
22

pohon besar yaitu nama jenis, kelompok jenis, dbh, Kelurusan batang, dan
kerusakan batang.

5. Perawatan Tata Batas


Penataan tata batas kawasan hutan merupakan suatu kegiatan dalam
rangka pengukuhan kawasan hutan. Penataan batas adalah kegiatan yang
dilakukan secara partisipatif yang dimaksudkan untuk mempertegas batas-
batas wilayah areal kerja IUPHHK di lapangan dalam rangka mendapatkan
kepastian status kawasan secara hokum, sehingga dapat dihindari
terjadinya konflik areal dengan pihak lain. Pengukuhan kawasan hutan
meliputi Penunjukan kawasan hutan, Penataan Batas Kawasan Hutan,
Pemetaan Kawasan Hutan dan Penetapan kawasan Hutan. Penunjukan
kawasan Hutan dilaksanakan sebagai penetapan awal suatu wilayah tertenu
menjadi kawasan hutan. Penataan batas kawasan hutan meliputi dua
kegiatan yakni perencanaan (penyusunan rencana kerja dan pembuatan
peta kerja; penyusunan trayek batas) dan pelaksanaan (pengakuan
masyarakat akan patok batas; pengukuran dan pemetaan; pemasangan pal
batas). Pemetaan batas kawasan merupakan kegiatan dalam membuat peta
kawasan dari hasil pengukuran batas kawasan. Penetapan batas kawasan
hutan merupakan ketetapan yang diputuskan oleh Mentri kehutanan dalam
pengukuhan kawasan Hutan.

Penataan batas kawasan hutan PT. Gunung Meranti telah dilakukan


dan telah mencapai temu gelang. Dalam materi ini praktikan mempelajari
dokumen dan peta areal PT. Gunung Meranti dan melakukan turun lapang.
Kegiatan turun lapang yang dilakukan yaitu penyusuran pal-pal batas dan
pembersihan areal sekitar pal batas serta pengecekan keadaan pal batas.

Gambar 5 Papan informasi batas areal PT. Gunung Meranti (kiri),


patok batas areal PT. Gunung Meranti dengan Hutan
Domas Raya (tengah dan kanan)
23

6. Perencanaan Trase Jalan


Perencanaan trase jalan merpakan kegiatan menyiapkan prasarana
pembukaan wilayah hutan bagi kegiatan produksi kayu, pembinaan hutan,
perlindngan hutan. Pembuatan trase jalan bertujuan untuk memastikan
ketersediaan jalan angkutan dan prasarana lainnya secara tepat waktu
dalam upaya kelancaran angkutan produksi hasil hutan dari masing-
masing blok tebangan. Trase jalan yang dibuat merupakan jaringan jalan
baru atau pemanfaatan kembali jalan lama. Kegiatan yang dilakukan di
lapang meliputi penetapan titik ikat, baik titik awal maupun titik akhir dari
rute tersebut. Trase jalan di lapangan ditandai dengan cat putih pada
pohon. Hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan trase jalan antara
lain sebaran pohon yang akan ditebang, kelerengan, kondisi tanah, sungai,
serta biaya. Trase jalan yang akan di buat di-tracking menggunakan GPS
untuk diolah menjadi peta jaringan jalan.

Tata Usaha Kayu

Terdapat 3 jenis tempat pengumpulan kayu di PT. Gunung Meranti


yaitu Tempat Pengumpulan Kayu (TPn), Tempat Penimbunan Kayu (TPK)
dan Tempat Penimbunan Kayu Antara (Logpond). Terdpat 2 buah TPK yang
terletak di km 42 dan km 27, sedangkan TPK antara terletak diluar areal
perusahaan yaitu di km 0 logpond Mendaun. Logpond adalah tempat
pengumpulan kayu di dalam air yang pada umumnya berada di tepi sungai
atau pantai, dimana kayu disimpan di dalam air.

1. Kebutuhan Peralatan Produksi

Kegiatan pemanenan hutan di areal kerja PT. Gunung Meranti


dilakukan oleh kontraktor pemanenan hutan PT. Bina Benoa (BB) selaku
mitra kerja. Peralatan untuk kegiatan pemanenan hutan di PT. Gunung
Meranti disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 5 Peralatan pemanenan hutan di PT. Gunung Meranti

No Jenis Alat Spesifikasi Tahun

1 Logging Truck 01 RENAULT CBH 350 1993

2 Logging Truck 01 RENAULT CBH 351 1993


24

3 Logging Truck 38 RENAULT KERAX440 DX1 2005

4 Logging Truck 39 RENAULT KERAX440 DX2 2005

5 Logging Truck 40 RENAULT KERAX440 DX3 2005

6 Logging Truck 43 RENAULT KERAX440 DX4 2005

7 Logging Truck 44 RENAULT KERAX440 DX5 2005

8 Logging Truck 45 RENAULT KERAX440 DX6 2005

9 Bulldozer CATERPILLAR D7G 2010

10 Bulldozer CATERPILLAR D7G 2010

11 Bulldozer CATERPILLAR D7G 2010

12 Bulldozer CATERPILLAR D7G 2010

13 Bulldozer CATERPILLAR D7G 2010

14 Bulldozer CATERPILLAR D7G 2010

15 Bulldozer CATERPILLAR D7G 1992

16 Bulldozer CATERPILLAR D7G -

17 Bulldozer CATERPILLAR D7G -

18 Wheel Loader CATERPILLAR 980 C 1998

19 Wheel Loader CATERPILLAR 966 H 2005

20 Wheel Loader CATERPILLAR 966 H 2005


25

21 Wheel Loader KOMATSU WA500-3 2005

Peralatan untuk pembuatan dan pemeliharaan jalan hutan di PT.


Gunung Meranti disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 6 Peralatan pembuatan dan pemeliharaan jalan PT. Gunung Meranti

No Jenis Alat Spesifikasi Tahun

1 Bulldozer KOMATSU D855ESS-2 2010

2 Bulldozer CATERPILLAR D7G 2010

3 Dump Truck NISSAN TZA520KDN 2005

4 Dump Truck NISSAN TZA520KDN 2005

5 Dump Truck NISSAN TZA520KDN 2005

6 Dump Truck NISSAN TZA520P 2005

7 Motor Grader CATERPILLAR GD120G 2005

8 Motor Grader KOMATSU MGD 511A-1 2005

9 Excavator KOMATSU PC 200-8 2010

10 Excavator KOMATSU PC 200-8 2013

Pemeliharaan peralatan alat berat dilakukan secara berkala, biasaya


ketika alat berat tersebut tidak beroprasi. Jika terjadi kerusakan alat berat
harus masuk ke dalam bengkel untuk mendapatkan perbaikan.
Pemeliharaan rutin yang dilakukan seperti penggantian oli mesin alat
berat.
26

2. Penebangan

Penebangan adalah kegiatan pengambilan kayu dari pohon-pohon


dalam tegakan yang berdiameter sama arau lebih besar dari limit diameter
yang ditetapkan. Alat dan bahan yang digunakan yaitu, chainsaw, bensin,
oli, kikir rantai. Tahapan kegiatan penebangan pohon adalah penentuan
arah rebah, penebangan, dan pembagian batang. Penentuan arah rebah
yang dilakukan dengan menggunakan kaidah takik rebah dan takik balas.
Arah rebah dipilih pada lokasi yang seminimal mungkin merusak tegakan
tinggal, tidak mengarah ke jurang atau tempat berbatu serta searah dengan
jalan sarad agar kegiatan penyaradan dapat berlangsung dengan efisien dan
menekan kerusakan tegakan. Pembagian batang dilakukan sesuai dengan
panjang pohon pada bebas cabang. Pembagian batang dilakukan di tempat
penebangan, ketika pohon sudah rebah dan di TPn oleh operator chainsaw.
Limit diameter TPTJ 40 up dan TPTI 50 up.

Produktivitas tebangan untuk 1 regu tebang yaitu


berkisar 40 -50 m3 per hari. Jika dihitung jumlah pohon, 1 regu dapat
menebang 8 - 12 pohon besar dan 20 pohon kecil per harinya. Sistem upah
yang diterapkan untuk chainsawman yaitu sistem kubikasi dengan nominal
Rp. 8000/m3. Kendala yang dihadapi saat penebangan yaitu faktor cuaca
dan kerusakan alat.

Gambar 6 Persiapan alat penebangan (kiri), proses penebangan (kanan)

3. Penyaradan
Penyaradan kayu merupakan kegiatan memindahkan kayu dari
tunggak atau petak tebang ke suatu tempat pengumpulan kayu (TPn).
Penyaradan dilakukan dengan menggunakan teknik semi mekanis yaitu
dengan winch tractor melalui jalan sarad menuju TPn. Kegiatan ini
dilakukan oleh dua orang pekerja, yaitu satu operator alat berat dan satu
sebagai asisten. Operator traktor dapat menyarad hingga 20 log dalam 1
hari atau tergantung dari pohon yang ditebang. Kayu bulat dipasang
choker untuk penyaradan kemudian tractor menarik kayu mengikuti jalan
27

sarad yang telah dibuat. Kayu bulat dikumpulkan di TPn dan ditumpuk di
sisi TPn dengan pertimbangan memudahkan saat pemuatan kayu bulat ke
atas logging truck.

Gambar 7 Proses penyaradan dengan menggunakan winch tractor

4. Pengupasan Kulit Kayu dan Pengujian Kayu Bulat


Kayu yang telah terkumpul di TPn dilakukan pengupasan kulit, dan
pengujian kayu bulat yaitu berupa pengukuran diameter dan panjang serta
pengujian cacat kayu. Kegiatan ini berlokasi di TPn blok TPTI.
Pengupasan kulit kayu dilakukan agar kayu tidak cepat busuk. Kulit kayu
sangat rentan terhadap serangan ulat dan jamur. Pengupasan kulit
dilakukan dengan menggunakan linggis. Produktivias pengupasan kayu
tergantung dari banyaknya kayu bulat yang berhasil di sarad, sistem upah
yang diterapkan yaitu sistem kubikasi dengan nominal pembayaran Rp.
2500/m3.
Pengukuran merupakan kegiatan mengukur diameter dan panjang
untuk mengetahui volume kayu bulat. Kayu yang diukur harus bebas dari
cabang dan ranting, bontos dipotong siku dan rata, dan dikuliti bersih. Jika
ada bagian batang yang rusak, maka bagian tersebut dipotong. Pengukuran
kayu yang dilakukan antara lain pengukuran diameter pangkal dan ujung
log, serta pengukuran panjang log dan dicatat di buku ukur yang
selanjutnya dilakukan pembuatan Laporan Hasil Penebangan (LHP).
Pengujian kayu dilakukan untuk mempertahankan kualitas kayu
dengan menghindarkan kayu dari cacat. Cacat kayu yang biasa ditemukan
di lapangan yaitu retak, gerowong, lubang gerek, mata kayu busuk, mata
kayu sehat, gubal, twist, retak hati, dan pecah gelang. Pencegahan yang
dilakukan untuk mengurangi retak dan pecah pada log berupa pemasangan
paku S. Jika terdapat cacat gerowong pada bontos, maka dilakukan
pengukuran diameter gerowong (diameter rata – rata). Kayu yang
memiliki cacat akan dilakukan pemotongan dibagian cacat tersebut. Kayu
yang memiliki cacat akan dilakukan pemotongan dibagian cacat tersebut.
Kayu yang termasuk dalam kualitas buruk (afkir) tidak dijual tetapi
dimanfaatkan untuk sarana produksi seperti jembatan dan lain-lain.
28

Penomoran dan pelabelan kayu dilakukan bersamaan setelah


kegiatan pengujian kayu selesai. Tujuannya memudahkan pendataan kayu
yang telah ditebang dan akan masuk daftar penjualan. Penomoran ditulis
dengan 2 sisi pada bagian pangkal dan ujung kayu yang memuat informasi
nomor pohon dan periode penebangan. Sebagai contoh penomoran nomor
kayu 4929, P artinya nomor pohon ke 4929 pada periode tahun ke-16 sejak
kontraktor masuk.

Gambar 8 Pengupasan kulit kayu (kiri atas), penomoran log (kanan


atas), gerowong (kiri bawah), pemasangan paku S
(kanan bawah)

5. Pengangkutan
Pengangkutan merupakan kegiatan memindahkan kayu dari titik
pengumpulan (TPn) ke tujuan akhir (TPK, industri, pasar kayu) dengan
metode tertentu. Pengangkutan bertujuan untuk memindahkan kayu bulat
seoptimal mungkin dengan menjaga agar mutu atau kualitas kayu tetap
memenuhi pesyaratan. Kayu bulat yang berada di TPn diangkut menuju
TPK hutan menggunakan loging truck. Alat berat yang digunakan dalam
kegiatan pengangkutan yaitu logging truck jenis Renault 44 C.
Dalam kegiatan ini praktikan melakukan perhitungan waktu
tempuh pengankutan kayu dari TPn 50 menuju TPK Antara 42. Hasil
pengukuran waktu pengangkutan tersaji dalam tabel di bawah ini.
29

Tabel 7 Hasil pengukuran waktu pengangkutan kayu dari TPn menuju


TPK Hutan

No Unsur Kerja Waktu (menit : detik)

1 Menurunkan Trailer 0:45

2 Muat 4:09

3 Pengangkutan Dengan Muatan 22:08

4 Bongkar 4:23

5 Melipat Trailer 0:43

Gambar 9 Pengangktan kayu

6. Pemiliran
Pengangkutan kayu bulat dari TPK Antara menuju industri, PT.
Gunung Meranti memanfaatkan aliran sungai Kapuas Mendaun
menggunakan pengangkutan air dengan model rakit. Perakitan kayu
merupakan kegiatan menyusun kayu sedemikian rupa sehingga siap
diangkut melalui jalur air dengan metode tertentu. Kegiatan ini dilakukan
di TPK Antara Mendaun. Kayu diturunkan ke sungai menggunakan loader
melalui landasan peluncuran kayu (pelegian). Setelah kayu berada di air,
kayu disusun membentuk rakit dengan model menyerupai susunan tulang
ikan yang bertujuan untuk memudahkan saat pemiliran dan penarikan
melihat dari kondisi sungai menuju industri memiliki ukuran yang relatif
kecil. Komposisi perakitan kayu yaitu 2 : 1 (2 kayu timbul dan 1 kayu
tenggelam). Untuk memperkuat rakit, kayu panggar dipasasang pada ujung
dan pangkal andungan. Kayu panggar bertujuan menyatukan 3 kayu
30

andungan. Kayu yang di gunakan sebagai panggar antara lain kayu


bengkirai dan benuas. Penyambungan antar andungan menggunakan tali
rawe (tali utama). Tim TUK kemudian melakukan pengukuran ulang dan
penomoran rakit dengan memuat informasi nomor urut logpond, nomor
kayu, jenis kayu, panjang kayu, diameter pangkal, diameter ujung dan
jenis tebangan.
Pemiliran kayu dilakukan setelah rakit selesai dibuat. Jumlah rata-
rata kayu bulat pada sekali pemiliran yaitu 470-500 kayu bulat. Waktu
yang tepat untuk pemiliran kayu yaitu saat debit sungai tinggi. Lama
waktu perjalanan pemiliran kayu menuju laut yaitu sekitar 14 – 15 hari.
Kayu yang sudah disusun membentuk rakit dan siap dipilirkan menuju
industri harus disertai Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan (SKSHH)
lanjutan.

Gambar 10 Skema andungan (kiri), sekema rakit utama (kanan)

Pembinaan Hutan
1. Persemaian
Persemaian permanen yaitu jenis persemaian yang menggunakan areal
yang luas untuk menghasilkan bibit dalam jumlah besar,lokasinya tertentu,
dan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang lengkap dan memadai serta
dengan tenaga kerja yang cukup. Kegiatan utama di persemaian yaitu
pengadaan media tanam dan pengadaan bibit baik berasal dari biji atau dari
bibit cabutan. Selain itu kegiatan lainnya berupa pembersihan areal
persemaian dari rumput, gulma,semak belukar, perawatan instalasi air, serta
pengecekan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung. Persemaian PT.
Gunung Meranti terletak di Basecamp Lawang Tamang dengan luas 2 ha
dan dapat menampung 120.000 bibit. Terdapat 1 rumah media, 1 blok
dengan naungan 50%, 2 blok dengan naungan 75% dan 1 blok open area.
Tujuan dari kegiatan persemaian adalah untuk mendapatkan biji,
benih dan bibit yang berkualitas secara berkelanjutan dalam jumlah yang
cukup dan tata waktu yang tepat, serta untuk meningkatkan produktivitas
maupun kualitas hasil hutan dengan menggunakan bibit yang berkualitas.
Jenis bibit yang di budidayakan di persemaian adalah jenis Shorea
parvifolia dan Shorea leprosula, kedua jenis tersebut ditanam pada areal
31

dengan sistem TPTJ, sedangkan bibit yang ditanam pada areal sistem TPTI
adalah Acacia magnesium dan Peronema canescens.

Gambar 11 Persemaian naungan 75 % (kiri), persemaian naungan 50% (kanan)

a. Pengadaan media tanam


Media merupakan bahan sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya
tanaman. Kegiatan pengadaan media tanam merupakan kegiatan pertama di
persemaian. Media semai yang digunakan adalah dari tanah yang berasal
daritanah lapisan atas berwarna hitam yang berada dilantai hutan,lebih baik
lagi apabila media diambil dari sekitar pohon induk jenis yang bersangkutan
karena dengan demikian sudah mengandung mikoriza, karena media harus
memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang baik, tidak beracun dan sesuai
dengan kondisi tanah di sekitar pohon induk. Pencampuran media dapat
ditambahkan sekam padi untuk meningkatkan porositas tanah dengan
perbandingan top soil: sekam adalah 3:1, selain itu juga ditambahkan
kompos guna meningkatkan kesuburan tanah. Sehingga media tanam
memiliki campuran media dengan perbandingan 3:1:1 dengan media top soil
: sekam : kompos. Media semai yang sudah siap pakai dimasukkan dalam
polybag secara penuh dengan tujuan ketika media disiram air tidak
mengurangi ruang atau volume yang ada dalam polybag, dan kemudian
polybag disusun dalam bedeng secara rapih dan teratur.
Tanah yang baik untuk tanaman terdiri atas 45% mineral, 5% bahan
organik, 25% udara dan 25% air. Keberadaan udara dan air dalam tanah
berhubungan erat dengan porositas yang tanah. Tanah dengan porositas
yang baik akan dapat menyuplai kebutuhan oksigen dan air yang cukup
pada akar. Hal ini dikarenakan tumbuhan juga membutuhkan air untuk
proses fotosintesis dan pertumbuhan (Wahyudi A et all 2014).
32

Gambar 12 Perbandingan media tanam (kiri), pembuatan media tanam

b. Pengadaan bibit
Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan tempat
pembibitan, pengadaan sarana dan prasarana, kegiatan lain yang
berhubungan dengan pengadaan bibit. Pengadaan bibit di persemaian ini
berasal dari benih dan bibit cabutan. Biji Shorea sp. hanya tersedia saat
panen raya pada kebun benih yang berisi beberapa pohon induk yang
menghasilkan benih berkualitas baik. Panen terjadi selama 4-5 tahun sekali.
Benih yang telah di panen kemudian di sortir dan dibersihkan sayapnya,
kemudian di tanam pada bedeng tabur, dan selanjutnya di sapih ke dalam
polybag. Bibit yang berasal dari benih akan tumbuh lebih lama dari bibit
cabutan , namun memiliki keseragaman baik umur, tinggi maupun besar
bibitnya.
Perbanyakan tanaman menggunakan metode cabutan menjadi
alternatif yang dapat dilakukan bila musim panen raya telah lewat maupun
buah sudah telah jatuh seluruhnya dan telah tumbuh menjadi anakan alam.
Metode cabutan adalah dengan cara mengambil anakan alam yang
kemudian dibesarkan di persemaian (Wahyudi A et all 2014). Pengadaan
bibit yang kami praktikkan adalah pengadaan bibit dari cabutan. Kegiatan
ini dilaksanan pada petak AU 21. Bibit cabutan berasal dari jenis Shorea
leprosula dan Shorea parvifolia. perbanyakan Bibit yang dicabut berupa
semai sebaiknya memiliki ketinggian antara 15 sampai 30 cm, dengan
jumlah daun antara 2 sampai 5 helai, memiliki batang yang lurus, tidak
patah, belum banyak bercabang, dan masih muda. Cara pengambilan
cabutan yaitu dengan memegang batang bibit kemudian ditarik secara
perlahan agar akar tidak terputus. Setelah bibit terkumpul dilakukan
pemangkasan daun dan akar dengan tujuan untuk mengurangi terjadinya
penguapan yang terlalu tinggi. Pemangkasan daun disisakan 2 sampai 3
helai daun, dan daun yang disisakan dilakukan pemotongan. Pemotongan
daun dilakukan ½ dari bagian daun. Pemotongan pada akar dilakukan pada
akar pokok dan akar serabut. Setelah dilakukan pemotongan, akar diberi zat
perangsang pertumbuhan akar (Rooten F) yang telah dilarutkan dengan air
33

dalam ember selama kurang lebih 4 jam. Bibit kemudian ditanam dalam
media semai yang telah disiapkan.
Bibit kemudian di pindahkan kedalam bedeng bernaungan 75% atau
di dalam sungkup yang sebelumnya di disiram terlebih dahulu, dengan
tujuan menghindari bibit dari serangan hama penyakit, karena bibit yang
baru saja dipindahkan ke dalam polybag masih rentan dan memerlukan
adaptasi. Bibit berada dalam sungkup kurang lebih selama 4 bulan dan
dilakukan penyiraman selama 2 kali sehari pada pagi dan sore hari.
Kemudian bibit dipindahkan dalam bedeng bernaungan 50% selama kurang
lebih 6 bulan. Sama halnya pada sungkup, bibit dilakukan penyiraman 2 kali
sehari pada pagi dan sore hari. Selanjutnya dipindahkan pada open area
apabila bibit akan ditanam, kurang lebih selama 2-3 hari sebelum
penanaman, bertujuan agar bibit berdaptasi dengan sinar matahari secara
langsung. Pada dasarnya penetapan berapa lama bibit berada pada blok-blok
sungkup, naungan 50%, dan open area adalah dilihat dari besar atau tinggi
dari bibit tersebut, jika bibit sudah mencapai tinggi kurang lebih 1 meter,
bibit dapat langsung ditanam di lapang. Namun bibit yang berasal dari
cabutan memiliki tinggi dan umur yang tidak seragam berbeda dengan bibit
ynag berasal dari benih.

Gambar 13 Bibit cabutan (kiri), Perendaman bibit cabutan dalam zat


perangsang akar Root on F (tengah), penanaman bibit cabutan
pada polybag (kanan)

2. Penyiapan jalur tanam


Sebelum penanaman dialkukan terlebih dahulu kegiatan penyiapan
lahan sesuai dengan pedoman teknis sistem TPTJ dengan teknik Silin.
Kegiatan penyiapan lahan meliputi pembersihan jalur, pemasangan ajir,
pembuatan lubang tanam, kemudian penanaman (Omon 2010). Kegiatan
penyiapan jalur tanam yang dilaksanakan di PT. Gunung Meranti adalah
kegiatan penyiapan lahan tanam sampai siap dilakukan penanaman,
kegiatannya meliputi pembuatan rintisan jalur tanam dan penyiapan lahan
34

tanam, pembuatan lubang tanam dan penanaman. Kegiatan ini dilaksanakan


pada petak AU 22 TPTJ.

a. Pembuatan rintisan jalur tanam dan penyiapan lahan


Kegiatan perintisan untuk kegiatan TPTJ dilakukan untuk membuat
jalan yang akan dilalui dan membuat batas penyiapan lahan. Kegiatan
penyiapan lahan dilaksanakan Et+0 setelah kegiatan penebangan selesai
Perintisan dilakukan secara manual menggunakan parang. Kegiatan
pembutan rintisan jalur tanan adalah membersihkan jalur tanam selebar 3
meter (1,5 meter kiri dan kanan) dan pembukaan naungan agar tanaman
bersih dari semak, liana, tunggak, pohon kecil, perdu dan lain sebagainya
yang dapat menghambat pertumbuhan tanam serta dimaksudkan agar
cahaya yang masuk bisa sampai ke lantai hutan dan sesuai yang
dibutuhkan tanaman. Dalam pembukaan naungan dilakukan dengan cara
semi mekanis menggunakan chain saw. Salah satu syarat dari sistem
silvikultur TPTJ dengan teknik Silin adalah jalur tanam yang selebar 3
meter harus bersih dari segala gangguan, oleh karena itu digunakan chain
saw untuk mempermudah pembersihan.
Arah jalur tanam menyesuaikan kondisi lapang untuk kemudahan
pengawassan dan transportassi, sekalian melihat kontur di lapangan. Pada
pembuatan jalur tanam kali ini mengarah pada Utara ke Selatan dan
bersampingan dengan jalan utama. Kemudian untuk jarak tanam dalam
satu jalur larikan sebesar 2,5 meter, dan jarak antar jalur selebar 20 meter.
Setelah pembuatan jalur selesai kemudian dipasangkan ajir, ajir dibuat dari
bahan kayu dengan diameter 3-5 cm dengan panjang kurang lebih 1,5
meter bagian pangkal dibuat runcing untuk ditancapkan. Pemasangan ajir
dalam jalur tanam terletak ditengah-tengah jalur. Pada setiap ajir dibuat
lubang tanam kurang lebih sebesar 40 x 40 x 30 cm.
Menurut penelitian Omon (2010), kondisi yang terlalu terbuka
menyebabkan terjadinya kematian tanaman. Oleh karena itu untuk jenis
Shorea parvifolia dan Shorea leprosula merupakan jenis yang
membutuhkan setengah naungan pada waktu muda dan selanjutnya
membutuhkan cahaya penuh untuk pertumbuhannya. Pada tahap awal
pertumbuhan memerlukan cahaya sebesar 60-70% (intensitas cahaya
relatif) untuk semai dan 74-100% untuk tingkat pancang. Sehingga
pembuatan jalur tanam perlu diperhatikan dan dilaksanakan secara benar
agar bibit terpenuhi kebutuhan cahayanya.

b. Penanaman
Penanaman adalah kegiatan penanaman pada bidang kosong di dalam
kawasan hutan agar setiap bidang hutan memiliki produktifitas dan nilai
35

maksimum. Kegiaan penanaman dilaksanakan setelah kegiatan penyiapan


lahan selesai dilaksanakan, dan lubang tanam selesai dibuat. Jenis yang
ditanam pada sistem TPTJ yaitu Shorea sp. Kegiatan pertama penanaman
adalah pengangkutan bibit. Pada pelaksanaan bibit diangkut menggunakan
lanjung karena lokasi penanaman yang dekat dengan persemaian.
Sedangkan jika jarak jauh dari persemaian akan diangkut dengan mobil
bak. Selanjutnya adalah memasukkan bibit ke dalam lubang tanam yang
sebelumnya polybag telah diremas terlebih dahulu tanahnya agar tanah
tetap kompak, kemudian menaruh bekas polybag pada ajir dan menutup
kembali lubang tanam. Setelah tertutup dilakukan pemadatan tanah dengan
cara diinjak. Setelah tanah padat, buat gundukan tanah dan beri serasah di
atas gundukan tanah untuk memperkaya hara dalam tanah.

Gambar 14 Pembuatan lubang tanam

3. Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan adalah kegiatan perawatan tanaman, baik tanaman hasil
pengayaan maupun rehabilitasi, dengan cara membersihkan jalur
penanaman (penyiangan), membunuh gulma dan pohon penyaing,
memperbaiki tempat penanaman (pendangiran), dan penyulaman. Tujuan
diadakannya pemeiharaan adalah membebaskan tanaman baru dari
berbagai bentuk gangguan tumbuhan pengganggu serta menyulam
tanaman mati dengan bibit sehat agar keberadaan jumlah tanaman pohon
niagawi tetap betahan daan memacu pertumbuhan atau produktivitasnya.
Pemeliharaan dilakukan dalam tiga tahapan. Pemeliharaan tahap pertama
dilakukan tiga kali dalam satu tahun, yaitu pada bulan ke empat, bulan ke
enam dan pada umur satu tahun dari penanaman. Pemeliharaan tahap
kedua dilakukan dua kali dalam setahun, setiap enam bulan sekali.
Selanjutnya pemeliharaan ketiga dilakukan setahun sekali.
Kegiatan pemeliharan meliputi penebasan yaitu pembebasan dari
gulma dan tumbuhan pengganggu di sekitar tanaman. Pendangiran yaitu
penggemburan tanah disekeliling tanaman guna memperbaiki sifat fisik
tanah, selanjutnya penyulaman yaitu penanaman kembali, bibit yang teah
36

mati atau hilang, yang bertujuan untuk meningkatkan persen jadi tanaman
baru. Pada jalur sistem TPTJ jarak tanam sebesar 2,5 x 4 meter. Kegiatan
pemeliharaan dilaksanakan pada petak AU 21 blok TPTJ teknik Silin.
Pemeliharaan yang dilaksanakan yaitu pemeliharaan tahap satu, sehingga
kegiatan yang dilakukan adalah penyulaman, penebasan dan pendangiran.

Konservasi Sumberdaya Hutan


Konservasi sumberdaya hutan merupakan suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk menjaga, merawat, dan melindungi suatu areal hutan.
Konservasi mempunyai fungsi utama untuk pengembangbiakan dan atau
penyelamatan tumbuhan dan satwa dengan tetap mempertahankan kemurnian
jenisnya. Kegiatan konservasi yang dilakukan selama kegiatan Praktik Kerja
Lapang (PKL) di PT. Gunung Meranti, antara lain:

1. Kawasan Lindung
Kawasan lindung yang praktikan kunjungi, antara lain:
a. Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN)
Kawasan pelestarian plasma nutfah merupakan suatu areal yang
ditunjuk sebagai kawasan lindung karena didalamnya terdapat jenis
tanaman yang mewakili seluruh tanaman yang terdapat di areal PT.
Gunung Meranti. Kawasan pelestarian plasma nutfah ini bertujuan
untuk melindungi jenis vegetasi atau pohon yang berada di PT.
Gunung Meranti serta sebagai cadangan agar jenis yang akan ditebang
tidak akan punah. Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah yang terdapat di
PT. Gunung Meranti memiliki luas 300 Ha. KPPN dikelilingi oleh
buffer zone dengan lebar 5-10 m. Buffer zone merupakan daerah
penyangga/batas antara kawasan hutan produksi/hutan produksi
terbatas dengan kawasan hutan lindung. Pelaksana pembuatan,
inventarisasi dan pengelolaan KPPN dilakukan oleh Kasi Litbang.
Kemudian hasil pengukuran diperiksa oleh Kabid Litbang dan KSDH,
selanjutnya dikirim ke Kantor Pusat dengan se-pengetahuan Manager
Camp. Data KPPN dipergunakan untuk mengetahui kandungan flora
dan fauna hutan tropika khususnya disekitar KPPN dan areal HPH.
37

Gambar 15 Peta Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah

b. Sempadan Sungai
Sempadan sungai adalah lokasi sekitar (kanan dan kiri) sungai
diluar pemukiman. Sempadan Sungai yang terdapat di area PT.
Gunung Meranti antara lain: Sempadan sungai Bukoi, Semapadan
Sungai Moko, sempadan sungai Manurung, Sempadan sungai Rungan,
Sempadan sungai Tisoi, Sempadan Sungai Sipet, Sempadan Sungai
Jaat, Sempadan Sungai Mahutus, dan Sempadan sungai Bahandang.
Sempadan Sungai Bukoi merupakan areal yang praktikan kunjungi
ketika melaksanakan kegiatan Praktik Kerja Lapang. Sungai bukoi
memiliki lebar <30 meter, sehingga untuk menentukan sempadan
sungai ditarik panjang 50 meter dari tepi sungai dan mengikuti bentuk
sungai tersebut. Penentuan sempadan sungai dilakukan dengan cara
mengetahui terlebih dahulu lebar sungai, kemudian ditarik panjang dari
tepi sungai sepanjang 50 meter untuk sungai dengan lebar <30 meter
dan 100 meter untuk sungai dengan lebar >30 meter dengan panjang 1
km sepanjang sungai.
Kegiatan pengelolaan sempadan sungai meliputi pembuatan batas
sempadan, inventarisasi flora dan fauna serta pembuatan papan
pengumuman keberadaan sempadan sungai. Sepanjang batas sempadan
sungai dipasang patok batas setiap 20 m serta rintisan dan cat bewarna
merah.

Gambar 16 Papan informasi kawasan sempadan sungai


38

c. Arboretum
Arboretum merupakan kebun koleksi pepohonan dengan luasan
tertentu berisi berbagai jenis pohon yang ditanam dan dimaksudkan
sebagai areal pelestarian keanekaragaman hayati. Arboretum yang
terdapat di Areal PT. Gunung Meranti memiliki luasan 100 Ha.
Penataan batas areal dengan membuat rintisan selebar 2 m serta
penandaan batas dengan cat. Pengenalan jenis pohon, meliputi: nama
daerah, nama perdagangan, nama latin, famili, posisi, dan keterangan
untuk pohon berdiameter 10 cm ke atas. Arboretum tersebut
diperuntukkan untuk sarana pendidikan dan penelitan yang
dilaksanakan oleh berbagai stakeholder. Pemeliharaan yang
dilaksanakan terhadap arboretum tersebut adalah merawat papan nama
yang terdapat pada pohon serta mengadakan pengayaan dengan
menambah jenis tanaman yang belum ada di arboretum, contohnya
gmelina, tengkawang, ulin dengan tujuan memperbanyak jenis pohon
di arboretum.

Gambar 17 Papan Informasi areal arboretum

d. Kebun benih
Kebun Benih merupakan areal yang difungsikan untuk
pengambilan bibit cabutan sebagai langkah awal untuk tujuan
pemuliaan pohon (tree improvement) serta tempat perlindungan satwa.
Penunjukkan areal kebun benih seluas 100 Ha setiap RKL (5 tahun).
Penataan batas areal, dengan membuat rintisan selebar 2 meter serta
penandaan batas dengan cat. Kebun benih yang dikunjungi merupakan
sumber benih untuk pohon jenis Shore asp. yang terletak pada petak
AO26. Terdapat pohon induk dengan kualitas baik sehingga
diharapkan areal tersebut memiliki anakan dengan kulitas baik yang
kemudian dimanfaatkan untuk pengambilan bibit cabutan. Pohon
induk yang dipilih memiliki ciri-ciri pohon plus, antara lain: diameter
pohon minimal 60 cm, batang pohon lurus, bebas cabang tinggi, tidak
cacat, tajuk seimbang, jenis komersial. Obyek pendataan pohon induk
39

adalah nomor dan jenis pohon, diameter, tinggi pohon, posisi, dan
keterangan.

Gambar 18 Papan Informasi areal kebun benih


2. Pemantauan Spesies Satwa Liar Mamalia dan Reptil
Pemantauan dimaksudkan untuk memberi arahan dalam
melaksanakan kegiatan pengelolaan terhadap kegiatan identifikasi
terhadap spesies flora dan fauna langka, jarang, dan terancam punah.
Kegiatan pemantauan dan pengawasan pada setiap areal harus dibuatkan
papan nama serta larangan menebang pohon atau menggangu keberadaan
satwa di dalamnya. Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari dan sore hari
dalam kurun waktu 1 tahun sebanyak 3 kali. Pemantauan satwa mamalia
dan reptile dengan cara menarik garis lurus dari PU berjarak 1 km dengan
4 jalur pantauan. Setiap ditemukan satwa ditembak ke arah satwa yang
terlihat disemua jalur dan menghitung jarak pandang antar satwa dengan
penembak. Satwa mamalia dan reptil yang ditemui di areal perusahaan
adalah kucing hutan, landak, musang, ular, biawak, kancil, dan owa-owa.

Gambar 19 Skema plot pengamatan satwa liar (mamalia dan reptile)

Gambar 20 Papan informasi lokasi pemantauan satwa liar (mamalia dan


reptile)
40

3. Pemantauan Spesies Aves


Kegiatan pemantauan dan pengawasan burung (aves) diaksanakan
dengan metode pengamatan membuat lingkaran dengan jari-jari 20 meter
dan jarak antar lingkaran sepanjang 250 meter. Tujuan dari penerapan
metode tersebut adalah agar suara burung yang didengar tidak sama
dengan plot lingkaran sebelumnya. Cara pengamatannya melalui
pendekatan penglihatan / pandangan langsung, melalui pendengaran /
identifikasi suara, dan sarang. Dalam pembuatan jalur atau batas
pemantauan spesies aves ditanam jenis tanaman buah-buahan seperti
durian, rambutan dan cimpedah sebagai pakan satwa. Satwa aves yang
terdapat di areal perusahaan adalah burung rangkok dan burung tingkang.
Dalam materi ini praktikan hanya melakukan kunjungan lapang dan
wawancara kepada Kabag Litbang Kelola Lingkungan mengenai metode
yang digunakan untuk mengamati aves.

Gambar 21 Papan Informasi lokasi pemantauan aves

4. Pemantauan Erosi Tanah


Pemantauan erosi tanah bertujuan untuk mengukur dan
mengetahuai tingkat erosi pada suatu areal kerja yang dikenakan kegiatan
pembinaan hutan. Metode yang digunakan untuk mengukur erosi ini
adalah metode USLE. Pembuatan plot pengukuran erosi ini biasanya pada
bekas jalan sarad atau pada jenis tanah yang berbeda. Ukuran plot
pengukuran erosi sebesar 4 meter x 22 meter, dan sekelilingnya di buat
sekat, dengan tujuan air hujan yang jatuh akan mengalir menuju satu jalan
keluar. Air yang keluar akan ditampung dalam drum penampungan air
yang dilengkapi dengan 8 lubang pembuangan air yang sama tingginya.
Kemudian salah satu lubang pembuangan air dihubungkan dengan drum
kedua tanpa lubang pembuangan air. Jumlah erosi dapat dihitung dengan
cara menentukan tempat pengamatan, menentukan waktu pengamatan,
menentukan besar curah hujan, menghitung volume air dalam drum
pertama, menghitung jumlah lubang dalam drum pertama, menghitung
volume air dalam drum kedua, menghitung volume air keseluruhan, serta
menghitung berat kering sedimen yang ada dalam drum pertama dan
kedua.
41

Gambar 22 Skema plot pengamatan erosi

Gambar 23 Drum penampung air (kiri), papan informasi lokasi


pemantauan erosi tanah (kanan)

5. Pemantauan Porositas Tanah.


Pemantauan porositas tanah bertujuan untuk mengetahui tingkat
kepadatan tanah akibat kegiatan pengusahaan hutan. Pelaksanaan
pengukuran porositas tanah dilakukan pada tempat tertentu yang terkena
dampak kegiatan pengusahaan hutan dan pada jenis tanah yang berbeda-
beda. Kegiatan ini diakukan dengan cara menancapkan tabung porositer
dengan diameter sepanjang 23 cm dan tinggi sepanjang 30 cm, dalam
posisi vertical pada tempat yang ingin diukur dan dilengkapi dengan
penggaris didalamnya. Selanjutnnya menuangkan air kedalam tabung
hingga penuh. Bersamaan dengan melihat permukaan air dari angka
penggaris, catat waktunya. Pada lahan bekas sarad, dalam penurunan 1 cm
pada penggais dicatat waktunya, sedangkan pada lahan virgin pencatatan
dilakukan tiap 1 menit sekali berapa centi meter air yang turun.
Pengukuran diberhentikan apabila sudah tidak ada penurunan permukaan
air atau penurunannya tidak terlalu signifikan. PT. Gunung Meranti
melakukan pemantauan porositas tanah ditempat yang berbeda untuk
pengambilan sample data misalnya pada blok-blok yang berbeda seperti
bekas jalan sarad Et+1, Et+2, Et+3, Et+4 dan Et+5. Tujuan pengambilan
sample adalah agar dapat mengetahui kondisi tanah dan perkembangan
setelah tumbuh semak dan pohon. Dengan demikian dapat diketahui
perubahan tanah setelah Et+5. Perubahan yang terjadi selama Kabag
Litbang Kelola Lingkungan mengambil sample adalah tanah yang padat
menjadi gembur atau memasir dan laju daya serap air mengalami sedikit
kemajuan.
42

Perlindungan Hutan
1. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit adalah kegiatan pencegahan dan
penanggulangan agar tanaman tidak terserang hama dan penyakit.
Kegiatan Pengendalian hama dan penyakit yang dilaksankan adalah
pembasmian hama pada tahap pemiliharaan awal atau lanjutan dengan cara
penyemprotan herbisida. Pemeriksaan serangan hama dan penyakit
merupakan tahap awal dalam melaksanakan kegiatan pengendalian hama
dan penyakit. Pemeriksaan Hama dan penyakit dilakukan sejak bibit
masih berada dalam sungkup (naungan 75%). Hama yang banyak
ditemukan dalam tahap pemeriksaan ini adalah ulat yang menyerang
bagian daun pohon meranti. Ketika dalam satu sungkup ada salah satu
daun atau tanaman yang terserang maka tanaman tersebut akan langsung
disemprot oleh herbisida agar ulat tidak menyerang tanaman lainnya.
Herbisida yang digunakan dalam pengendalian hama dan penyakit
merupakan campuran dari Methamidophos 50% S, Supracide 40EC,
Applaud 10WP.

2. Pengendalian Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak terkendalikan dan dapat
menyebabkan kerugian secara ekonomi. Kegiatan yang dilaksanakan
ketika melaksankan Praktik Kerja Lapang materi Pengendalian kebakaran
adalah mengenal menara pengawas dan peralatan yang digunakan dalam
pengendaian kebakaran. Menara pengawas merupakan salah satu bentuk
upaya dalam pengendalian kebakaran yang ada di PT. Gunung Meranti,
menara pengawas ini aktif digunakan ketika musim kemarau panjang.
Lokasi menara pengawas berada di areal dekat pemukiman warga sekitar
hutan. Penanggung jawab dalam menangani darurat kebakaran adalah
DAMKARHUT, satpam, dan P2K3. Tahapan yang dilakukan dalam
penanganan kebakaran yaitu identifikasi potensi bahaya dan
mengidentifikasi kebakaran serta hal yang mendukung penyebaran api.
Terdapat Papan siap siaga dilokasi menera pengawas untuk mempermudah
memberikan informasi terkait kebakaran. Siaga 3 areal dalam kondisi
aman, siaga2 terdapat asap dan siaga 3 sudah terjadi kebakaran.
43

Gambar 24 Papan siap siaga pengendalian kebakaran

Alat-alat yang digunakan ketika terjadi kebakaran adalah dump truck,


selang, dll. Pemadaman api dapat dilakukan dengan menggunakan
pemadam api ringan (apar) atau menggunakan sumber mata air terdekat
dari sumber api. Terdapat 11 embung di PT. Gunung meranti yang dapat
digunakan sebagai sumber mata air bila terjadi kebakaran.

Kelola Sosial
Kelola Sosial Merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk
memperdayakan masyarakat sekitar hutan demi tercapainya hutan lestari.
Kegiatan kelola sosial yang dilaksanakan dalam Praktik Kerja Lapang di
PT. Gunung Meranti adalah sosialisasi kepada Siswa SMP Gunung
Meranti dan wawancara kepada pemerintah desa.
1. Sosialiasi
Sosialisasi yang dilaksankan ketika Praktik Kerja Lapang
bertujuan untuk memberikan pengetahuan lebih kepada siswa SMP
Gunung Meranti. Siswa SMP Gunug meranti merupakan tunas muda
masyarakat desa Tanjung Rendan yang diharapkna dapat membawa
perubahan bagi desa. Materi yang disampaikan ketika sosialiasis adalah
Manfaat Hutan bagi masyarakat sekitar hutan dan pemberian motivasi
tentang pentingnya pendidikan. Alasan pemberian materi tentang
manfat hutan dikarenakan SMP Gunung Meranti berada disekitar hutan
sehingga secara langsung maupun tidak langsung kehidupan siswa-
siswai tidak dapat dipisahkan dari hutan. Sedangkan alasan pemberian
materi tentang Pentingnya pendidikan dikarenakan tidak banyak
masyarakat yang melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sementara itu, sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa tentang pentingnya menjaga dan merawat hutan sehingga
manfaat dari keberadaan hutan tersebut dapat dirasakan sepenuhnya
oleh masyarakat desa hutan. Pemberian motivasi tentang pentingnya
44

pendidikan bertujuan untuk meningkatkan semangat dalam menggapai


Pendidikan Tinggi, sehingga diharapkan cita-cita dari siswa-siswi SMP
Gunung Meranti dapat tercapai.

Gambar 25 Kunjungan tim PKL ke SMP Gunung Meranti


2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode dalam mendapatkan data
dan informasi dalam kegiatan Kelola sosial. Narasumber dari kegiatan
wawancara ini adalah pemerintah desa tanjung rendan. Informasi yang
diperoleh dari hasil wawancara dengan pemerintah desa tanjung rendan
yakni kondisi potensi dan masalah ekonomi masyarakat, keberadaan
Kelompok tani, Konflik yang terjadi, persepsi dan harapan Pemerintah
desa tentang IUPHHK.
Keberedaan Hutan ditengah masyarakat Tanjung Rendan
menyebabkan masyarakat bekerja sebagai Petani. Sistem bertani yang
digunakan adalah dengan cara perladangan berpindah. Sistem berladang
berpindah tersebut merupakan kebiasaan yang diwariskan oleh leluhur
masyarakat desa tanjung rendan sehigga masyarakat beranggapan
bahwa berladang berpindah merupakan suatu budaya yang harus dijaga
keberadaannya. Anggapan bahwa bertani merupakan suatu budaya yang
harus dijaga keberadaannya menyebabkan masyarakat desa tanjung
rendan bekerja sebagai petani, hal ini menyebabkan taraf ekonomi
masyararakat desa tanjung rendan relatif sama. Perbedaan ekonomi dari
masyarakat desa tanjung rendan dapat dilihat dari masyarakat yang
memiliki pekerjaan ganda. Keberadaan PT. IUPHKK-HA Gunung
Meranti contohnya, banyak masyarakat yang bekerja diperusahaan
tersebut sehingga meningkatkan taraf ekonomi masyarakat. Selain itu,
demi meningkatkan taraf ekonomi banyak dari masyarakat yang
membuka warung untuk menambah penghasilan. Desa Tanjung Rendan
tidak memiliki kelompok tani padahal mayoritas dari penduduk tersebut
bekerja sebagai petani.
Keberadaan desa Tanjung rendan yang berbatasan langsung dengan
perusahaan rawan memicu sebuah konflik. Konflik yang terjadi antara
45

perusahaan dan masyarakat desa biasa terpicu dari rasa kurang puasnya
masyarakat terhadap perusahaan. Pasalnya, Proposal yang disyaratkan
oleh perusahaan sebagai salah satu syarat pemberian bantuan dirasa
mempersulit bagi masyarakat. Pelarangan pengambilan kayu Ulin
didalam areal PT. Gunung Meranti membuat masyarakat geram akan
hal tersebut, pasalnya kayu ulin merupakan komoditi utama yang
dimanfaatkan oleh masyarakat. Sementera itu perusahaan mengikuti
peraturan, bahwasannya kayu ulin merupakan jenis pohon yang
dilindungi sehingga tidak boleh untuk dimanfaatkan.
Pemerintah desa beranggapan bahwa keberadaan PT. Gunung
Meranti berdampak baik bagi masyarakat. Pasalnya PT. Gunung
Meranti telah banyak memberikan bantuan kepada masyarakat
khusunya dalam hal pendidikan. Pemerintah desa berharap agar
kedepan hubungan komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat
terus ditingkatkan agar tidak terjadi miskomunikasi yang dapat
menyebabkan sebuah konflik. Selain itu, pemerintah desa berharap
agar dibentuknya Humas yang ditunjuk dari anggota masyarakat sekitar
hutan untuk dapat menjembatani komunkasi. Harapan selanjutnya,
Bantuan yang diberikan oleh perusahaan sebisa mungkin tepat sasaran
dan menyeluruh secara umum serta peningkatan jumlah dana bantuan
kepada desa sekitar hutan.
Perusahan PT. Gunung Meranti memiliki 4 Desa binaan yakni,
Desa Tanjung Rendan, Lawang Tamang, Tumbang Tihis dan . Dalam
kegiatan kelola Sosial kelompo kami hanya mendatangi desa Tanjung
Rendan, hal ini dikarenakan faktor cuaca yang tidak menentu sehingga
menyebabkan akses menuju desa lainnya menjadi lebih sulit terjangkau.
46

V KESIMPULAN DAN SARAN


Simpulan
Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) dapat membuat mahasiswa
mampu dalam hal pengelolaan hutan dengan pemahaman yang di dapat
sebelumnya dengan melaksanakan seluruh kegiatan yang ada di IUPHHK-HA
yang meliputi perencanaan hutan, pemanenan hutan, pembinaan hutan,
konservasi sumberdaya hutan, perlindungan hutan serta pengembangan
masyarakat desa hutan (PMDH) bersama dengan unit pengelola hutan yaitu
PT. Gunung Meranti serta dapat mengembangkan teori – teori yang ada di
lokasi praktik.

Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) mampu melatih mahasiswa


dalam melakukan pengambilan serta analsis masalah yang ada di lokasi
praktik. Dapat menumbuhkan sikap disiplin, kerja sama tim, etika rimbawan,
dan etos kerja dalam lingkungan kehutanan serta pengalaman yang tidak
diperoleh di bangku kuliah.

Saran
Hubungan antar masyarakat dengan perusahaan lebih ditingkatkan.
Penambahan unit kendaraan untuk mempermudah mobilisasi karyawan.
Perawatan sarana unit kendaraan agar dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Perlu diadakan penyuluhan sosialisasi tentang pentingnya penggunaan APD
(Alat Pelindung Diri) yang sudah disediakan oleh perusahaan kepada tenaga
tehnis. Alternatif lain dari kegiatan pengadaan bibit yaitu pembuatan stump
pada bibit meranti yang kualitasnya kurang baik.
47

DAFTAR PUSTAKA
Dokumen SOP Kelola Lingkungan PT. Gunung Meranti (2009)
Dokumen SOP Perencanaan Hutan PT. Gunung Meranti (2012)
Dokumen SOP Pembinaan Hutan PT. Gunung Meranti (2013)
Dokumen SOP Pengamanan dan Perlindungan PT. Gunung Meranti (2009)
Dokumen SOP Persemaian/ Pembibitan PT. Gunung Meranti (2013)
Dokumen SOP Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) PT. Gunung Meranti
(2009)
Omon R M. 2010. Uji coba mutu bibit meranti merah di HPH PT. Erna Juliawati
Kalimantan Tengah. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 7(04):191-199.
Peraturan Pemerintah [PP].2004. PP No. 4 Tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan
PT. Gunung Meranti. 2011. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi Periode Tahun 2011 s./d
2020. Banjarmasin (ID): PT. Gunung Meranti
PT. Gunung Meranti. 2017. Rencana Kerja Tahunan Pemanfaatan Hasil Hutan
Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi. Banjarmasin (ID): PT.
Gunung Meranti
Wahyudi A, Sari N, Sarridan A, Cahyono DDN, Rayan, Noor M, Fernandes A,
Abdurachman, Apriani H, Handayani R dan K Asef. 2014. Shorea
leprosula Miq dan Shorea johorensis Foxw: Ekologi, Silvikultur,
Budidaya
48

LAMPIRAN

Lampiran 1 Tally sheet ITSP untuk jalur 1


PU Nomer Jenis Diameter Tinggi X Y Barcode

1 1 M 21 17 3 2
2 2 M 35 18 4 10
3 3 M 56 20 -9 18 10089

5 4 M 60 22 3 5 0090

6 5 M 48 18 -8 12
7 6 M 45 16 6 6
9 7 M 50 19 5 11 0091

11 8 M 47 17 3 10
12 9 M 68 21 8 18 0092

14 10 M 44 16 -6 13
16 11 M 75 19 8 4 0093

17 12 M 40 17 -7 9
17 13 M 65 20 -6 10 0094

20 14 M 54 19 -8 16
21 15 M 35 16 2 18 0096

22 16 M 25 14 -6 15 0097

23 17 M 50 19 -9 10
25 18 M 62 21 -8 9
27 19 M 45 17 7 8 0098

29 20 Kpr 29 15 8 12
30 21 Bkr 55 19 -9 10
30 22 M 30 16 -8 19
31 23 K 42 17 7 14
32 24 Ka 26 16 8 5
49

33 25 M 29 18 9 14
36 26 M 36 17 8 5
38 27 M 48 18 6 8
40 28 M 28 15 8 15
42 29 Krj 53 20 9 19 099

44 30 K 33 16 -5 10
46 31 Bkr 42 17 9 8
48 32 M 39 16 8 15
48 33 M 21 13 9 10
49 34 Mdh 30 14 2 14
49 35 R 38 15 2 16

Keterangan:
M : Meranti
R : Ramin
Kr : Keruing
Bkr : Bengkirai
Mdh : Mendarahan
Krj : Keranji
Ka : Kayu arang
50

Lampiran 2 Tally sheet IHMB untuk informasi umum kawasan hutan


51

Lampiran 3 Tally sheet IHMB untuk data tiang


52

Lampiran 4 Tally sheet IHMB untuk data pohon kecil


53

Lampiran 5 Tally sheet IHMB untuk data pohon besar


54

Anda mungkin juga menyukai