BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan, Pasal 145 ayat (3) dan ayat (4) Kegiatan
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu yang tumbuh alami (hutan alam) dilakukan
melalui inventarisasi Hutan menyeluruh berkala pada seluruh areal kerja
dan hasilnya dijadikan dasar penyusunan rencana kerja usaha Pemanfaatan
Hutan untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun dengan memperhatikan
rencana pengelolaan jangka panjang KPH.
B. Tujuan IHMB
Tujuan IHMB antara lain yaitu:
1. Untuk mengetahui kondisi sediaan tegakan (timber standing stock) pada
areal kerja pemegang PBPH Hasil Hutan Kayu yang tumbuh alami secara
berkala pada tegakan hutan yang sama;
2. Sebagai bahan dasar penyusunan RKUPH sepuluh tahunan, khususnya
dalam menyusun rencana pengaturan hasil dalam mewujudkan
pengelolaan hutan produksi lestari (sustainable forest management);
3. Sebagai bahan pemantauan kecenderungan (trend) kelestarian sediaan
tegakan hutan pada areal kerja pemegang PBPH Hasil Hutan Kayu yang
tumbuh alami.
C. Ruang Lingkup
Pengaturan tata cara penyelenggaraan IHMB berbasis terestris, citra
satelit resolusi sangat tinggi (CRST) dan gabungan terestris dan citra satelit (Quick
IHMB) pada areal kerja pemegang PBPH Hasil Hutan Kayu yang tumbuh
alami.
D.Metodologi
Pelaksanaan IHMB di seluruh areal kerja dapat dilakukan dengan metode:
(1) Berbasis Terestris,
1
(2 Berbasis Citra Resolusi Sangat Tinggi (CSRT) atau
(3) Berbasis Gabungan Terestris dan Citra Satelit (Quick IHMB).
II. PELAKSANAAN KEGIATAN IHMB
1. Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis yang digunakan dalam Quick IHMB mengacu pada
pendekatan klasifikasi berbasis piksel (pixel based classification), yaitu
klasifikasi dilakukan per piksel dengan menggunakan informasi spektral
yang tersedia untuk masing-masing piksel tersebut dimana setiap piksel
akan mewakili area contoh untuk algoritma klasifikasi dalam bentuk vektor
n-dimensi, di mana n adalah jumlah pita spektral dalam data citra satelit.
Dengan demikian, algoritma klasifikasi akan menghasilkan prediksi kelas
untuk setiap piksel individu dalam citra satelit yang digunakan. Kriteria
pengambilan contoh di lapangan didasarkan pada penentuan warna piksel
yang mencirikan tegakan dengan kerapatan tertentu yang dicerminkan
adanya hubungan yang signifikan antara ciri tersebut dengan hasil verifikasi
lapangan yang memenuhi kriteria keabsahan pendugaan.
2
Gambar 1. Deskripsi Pixel Based Classification
2. Prinsip Dasar
Quick IHMB menganut 5 (lima) prinsip dasar, yaitu:
a. Transparansi
Data, metodologi, hasil estimsasi sediaan tegakan harus dideskripsikan
dan didokumentasikan dengan jelas, serta dapat diverifikasi.
b. Akurasi
Pengukuran sediaan tegakan yang akurat dan handal untuk pelaporan
yang kredibel.
c. Konsistensi
Estimasi sediaan tegakan dihasilkan dari model pendugaan yang
konsisten.
d. Lengkap
Sumber daya hutan harus diukur dan dilaporkan sesuai tujuan.
e. Komparabilitas
Hasil estimasi sediaan tegakan harus dapat dibandingkan.
3. Prasyarat
a. Quick IHMB dilakukan dengan menggunakan citra satelit minimal
memiliki resolusi spasial 30 meter dengan umur liputan/perekaman
kurang dari 2 tahun dan tutupan awan tidak lebih dari 5 %.
b. Plot contoh berukuran 0,25 ha dengan panjang 50 meter dan lebar 50
meter.
c. Plot contoh dibuat secara purposive berdasarkan hasil
klasifikasi/stratifikasi kerapatan tegakan.
d. Setiap stratum memiliki minimal 3 plot contoh yang dapat mewakili
kondisi masing-masing stratum.
4. Perencanaan Kegiatan
Pemegang PBPH menyusun rencana kegiatan IHMB dilengkapi dengan:
a. Peta areal kerja dengan skala 1:50.000 yang bersumber pada peta
dasar. Apabila peta dasar belum tersedia, maka dapat digunakan
peta SK. PBPH;
b. Citra satelit minimal resolusi spasial sedang (10-30 m) dengan umur
perekaman data tidak lebih dari 2 tahun serta mempunyai kualitas citra
yang baik dengan maksimum tutupan awan sebesar 5%;
c. Peta Petak dalam areal kerja, peta jalan dan sungai, peta kawasan hutan
serta peta tematik lainnya dengan skala terbesar yang tersedia (jika
3
diperlukan);
d. Rencana desain sampling ;
e. Rencana alat dan perlengkapan di lapangan;
f. Tata waktu pelaksanaan;
g. Rencana organisasi dan penyediaan tenaga kerja;
h. Rencana pengolahan dan analisis data serta pelaporan hasil;
i. Rencana keluaran (output).
5
Buka semua file data yang diperlukan dengan cara click pada
toolbar standard kemudian Add Data seperti gambar di bawah
ini.
Pilih data citra satelit dan Batas areal kerja yang akan dianalisis.
Contoh tampilan pada layar monitor seperti gambar di bawah
ini.
6
Lakukan Clip raster dengan cara click “Arc Toolbox” pilih “Data
Management Tools” lalu “Raster” pilih “Raster Processing”
kemudian pilih “Clip”.
7
Lakukan klasifikasi awal dengan metode klasifikasi tidak
terbimbing (unsupervised classification) melalui image
classification untuk menentukan kelas/stratum yang akan
dijadikan dasar pembuatan desain sampling.
8
Buat atribusi pada hasil klasifikasi dengan cara mengkonversi file
raster hasil klasifikasi awal ke polygon. Lakukan atribusi dengan
melihat nilai gridcode (pada atribut tabel) menjadi stratum atau
kelas kerapatan tegakan. Contoh hasil atribusi adalah seperti
gambar di bawah ini.
9
b. Penentuan Jumlah Plot Contoh
Jumlah plot contoh ditentukan berdasarkan keterwakilan hasil
stratifikasi kelas kerapatan tegakan (stratum) untuk diukur melalui plot
contoh terpilih. Jumlah plot contoh dapat ditentukan berdasarkan
penghitungan statistik yang memenuhi kaidah-kaidah dan persyaratan
didalam metode pengambilan contoh (sampling).
n=
i ( )
N∗E +t VAL ∗∑ wi∗S i
2 2 2
n∗wi∗si
ni =
∑ wi∗S i
i
dimana :
N : Total jumlah plot contoh yang memungkinkan untuk dibuat
n : Jumlah plot contoh yang dibutuhkan untuk menduga sediaan tegakan
ni : Jumlah plot contoh yang dialokasikan pada stratum ke-i
tVAL : Nilai table t-Student (atau umumnya dipakai nilai 2)
wi : Nilai pembobotan luas stratum ke-i (luas stratum ke-i dibagi total luas)
si : Standar deviasi dari nilai sediaan tegakan pada stratum ke-i
E : Margin error yang diharapkan (jika diharapkan tingkat akurasi sebesar
10% maka nilai E adalah 0.1 x rata-rata sediaan tegakan)
10
Data dan informasi yang diperlukan dalam Q_IHMB Calculator antara
lain:
Level of error atau tingkat kesalahan yang diharapkan (nilai default-
nya 10%) dengan nilai maksimum yang disyaratkan adalah 20%.
Confidence level atau selang kepercayaan (nilai default-nya 90%)
dengan nilai minimum yang disyaratkan adalah 80%.
Nama stratum dan luas masing-masing stratum dalam hektare yang
didapatkan dari klasifikasi/stratifikasi kelas keraptan tegakan.
Rataan potensi dan standard deviation masing-masing stratum bisa
diambil dari data hasil IHMB sebelumnya atau data LHC/ITSP atau
data potensi lainnya yang dimiliki Unit Manajemen. Dalam hal, unit
manajemen baru pertama kali melaksanakan IHMB atau tidak
memiliki data-data terkait potensi di areal kerjanya, maka dapat
menggunakan data potensi unit manajemen lain yang berada di
sekitar areal dan memiliki karakteristik biofisik yang hampir sama.
Ukuran plot diisi dengan “0.25”.
Percent additional plots atau persentase plot tambahan
direkomendasikan setidaknya 10-20%.
Sebagai contoh, berdasarkan hasil perhitungan menggunakan
Q_IHMB Calculator didapatkan plot contoh yang harus dibuat pada
tingkat kesalahan 10% dan selang kepercayaan 99% adalah sebanyak
14 plot contoh, terdiri dari 2 plot pada stratum 1, 5 plot pada stratum
2, 2 plot pada stratum 3, 4 plot pada stratum 4 dan 1 plot pada
stratum 5. Namun demikian, mengingat jumlah plot pada setiap
stratum minimal adalah 3 plot, maka banyaknya plot yang harus
dibuat menjadi 18 plot contoh yang terdiri dari 3 plot pada stratum 1,
5 plot pada stratum 2, 3 plot pada stratum 3, 4 plot pada stratum 4
dan 3 plot pada stratum 5.
12
6. Pelaksanaan Lapangan
Tim Pelaksana Kegiatan IHMB
Untuk pelaksanaan kegiatan IHMB perlu dibentuk Tim Pelaksana IHMB
yang terdiri dari:
a. Ketua Tim Pelaksana;
b. Kepala Regu;
c. Anggota Regu;
7. Perlengkapan Regu
Perlengkapan yang diperlukan dalam tiap regu meliputi:
a. Peta Kerja skala 1:50.000 yang sudah ditumpang susun dengan peta
rencana desain sampling (berisi informasi stratum, sebaran plot,
jaringan jalan, sungai, dan sebagainya);
b. Tally sheet, alat tulis dan buku panduan;
c. 1 (satu) buah kompas;
d. 1 (satu) unit GPS (Global Positioning System)
e. 1 (satu) buah Clinometer untuk mengukur lereng dan tinggi pohon;
f. 1 (satu) buah meteran 50 m;
i. 1 (satu) pita ukur diameter (phi-band);
j. Label untuk penandaan pohon dan patok;
k. Perlengkapan personal (botol air, tas, parang, P3K, dan sebagainya).
Gambar
Layout Plot Quick IHMB
50 m
14
Keterangan:
Titik pusat plot
25 m
8) Kondisi tapak
Kondisi tapak ditentukan di dalam plot 50 m x 50 m dan dinyatakan
dalam kategori atau kelas kondisi tapak sebagai berikut:
(1) Tidak ada : tidak ada ciri khas tentang kondisi tapak di
daerah tersebut.
(2) Berbatu : lebih dari 1/3 areal merupakan areal berbatu.
(3) Rawa : lebih dari separuh areal merupakan areal yang
digenangi air (terutama pada musim hujan).
(4) Labil : lebih dari 1/3 areal dipengaruhi oleh erosi seperti
tanah longsor atau terkikis air.
9) Jenis tanah
Digolongkan ke dalam jenis tanah mineral atau gambut.
10) Bekas tebangan
Dicatat tahun kegiatan penebangan.
11) Bekas kebakaran
Dicatat tahun kejadian kebakaran.
16
berukuran panjang 50 m dan lebar 50 m dilakukan pengukuran dimensi
tegakan terhadap seluruh pohon yang berada di dalam plot dengan
diameter lebih besar dan sama dengan 10 cm atau mulai dari tingkat
tiang. Dengan kata lain, tidak dilakukan pembagian sub-plot pada
masing-masing tingkat pertumbuhan.
f. Penentuan Posisi Pohon yang diukur dalam Plot Contoh
Penentuan posisi pohon apakah masuk atau tidak di dalam suatu plot
contoh ditentukan oleh posisi bagian tengah pohon (inti pohon). Apabila
suatu pohon berada di tepi garis plot, inti pohon harus benar-benar
diperiksa, apakah termasuk dalam “pohon masuk” atau “pohon keluar”.
Kaidah yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Bila inti pohon terletak di dalam plot, maka pohon termasuk di dalam
plot.
2) Jika inti pohon terletak di luar batas plot maka pohon tidak termasuk
di dalam plot.
3) Jika inti pohon tepat berada pada batas plot maka pohon pertama
dengan kondisi demikian adalah termasuk di dalam plot, kemudian
pohon kedua dengan kondisi demikian tidak termasuk di dalam plot,
demikian seterusnya.
17
berada dalam plot contoh.
2) Label pohon dipasang pada ketinggian 15 cm diatas lingkar
pengukuran diameter dan menghadap selatan, agar lebih mudah
dilihat dari rintisan plot. Label pohon yang dipasang terbuat dari
material yang tidak mudah rusak, misalnya plat aluminium atau
plastik berukuran 7 cm x 4 cm.
3) Label pohon ini akan digunakan sebagai bahan monitoring.
18
TS1-IHMB
Informasi dan Kondisi Umum
50m
Koordinat GPS
Stratum No Plot Tanggal
X (Longitude) Y (Latitude)
INFORMASI PLOT
Ketinggian :
Kemiringan :
Fisiografi :
Kondisi tapak :
Jenis Tanah :
Tahun tebangan :
Tahun terbakar :
Keterangan :
ht
hcp
hp
hb
20
TS2-IHMB
Pengukuran Dimensi Tegakan
Koordinat GPS
50m
Stratum No Plot Tanggal
X (Longitude) Y (Latitude)
No Nama Jenis DBH (cm) Ttot (m) Tbc (m) ht (%) hcp (%) hp (%) hb (%) Ket*
* Keterangan diisi jika pohon yang diukur memiliki kondisi tidak normal seperti patah, doyong, cacat, dll.
21
IV. ALAT BANTU DALAM IHMB
Pengertian alat bantu dalam IHMB adalah alat yang digunakan untuk
mempercepat pelaksanaan kegiatan inventarisasi hutan selain alat-alat
pengukur dimensi pohon maupun dimensi tegakan. Alat bantu yang dimaksud
antara lain Tabel Tinggi Pohon yang diperoleh dari hasil penjabaran kurva
tinggi pohon dan tabel volume pohon yang berkaitan langsung dengan
kegiatan inventarisasi hutan yang dilakukan (IHMB).
Untuk menyusun kurva tinggi pohon, kurva volume pohon dan kurva
diameter tajuk pohon, diperlukan pengukuran terhadap dimensi pohon contoh
atau pohon model, yaitu meliputi diameter pohon, tinggi pohon, volume pohon
dan diameter tajuk pohon dari pohon-pohon terpilih sebagai pohon contoh.
C. IHMB Berbasis Gabungan Terestris dan Citra Satelit (Quick IHMB)
LANGKAH 2 Input Informasi Stratum LANGKAH AKHIR - Jumlah Plot yang diperlukan
Tool ini menyajikan jumlah plot yang diperlukan berdasarkan ketepatan target tertentu. Namun, plot
tambahan disarankan untuk dipasang sebagai tindakan pencegahan. Kondisi sebenarnya mungkin berbeda
dari yang ditemukan di data awal.
Karakteristik Sampling dari setiap Stratum Percent 10% Direkomendasikan bahwa setidaknya 10-20%
additional
plots:
22
2. Kurva Tinggi Pohon
Dalam metode Quick IHMB, pada prinsipnya tidak memerlukan Kurva
Tinggi Pohon atau Tabel Tinggi Pohon, karena pengukuran parameter
tinggi pohon dilakukan pada semua pohon yang berada dalam plot
contoh IHMB. Namun demikian, jika unit manajemen memerlukan tools
ini, maka dapat dibuat menggunakan metode yang sama dengan IHMB
berbasis terestris
3. Model Penduga Volume Pohon
Dalam Quick IHMB, penyusunan Tabel Volume Pohon berdasarkan
penjabaran dari kurva volume pohon tidak dianjurkan, karena alasan
sebagai berikut :
a. Untuk menyusun Tabel Volume Pohon diperlukan pengukuran
volume pohon yang akurat, yaitu melalui penebangan pohon-pohon
contoh (pohon sample) untuk setiap kelompok jenis pohon yang ada
dan untuk setiap kelas diameter yang tersebar di dalam Unit
Manajemen yang bersangkutan. Kegiatan ini cukup sulit untuk
dilaksanakan.
b. Penggunaan laser dendrometer dalam pendugaan volume pohon
berdiri memang memungkinkan, tetapi akan membutuhkan biaya
yang cukup besar dan alat yang dimaksud tidak cukup tersedia
untuk tujuan operasional praktis.
Untuk mengatasi masalah pendugaan volume pohon untuk pohon-pohon
hasil IHMB dapat dilakukan pendekatan geometris dengan rumus
volume, yaitu :
V = 0,25 x π x d2 x h x f
Dimana :
V = volume pohon (m3)
π = konstanta phi = 3,14
d = diameter pohon (m), hasil pengukuran pohon-pohon dalam IHMB
h = tinggi pohon (m)
f = angka bentuk pohon = 0,6
23
V. PEMASUKAN DATA
Penyimpanan dan pengolahan data akan lebih efisien jika dilakukan secara
digital. Untuk data IHMB, gunakan program spread sheet. Program ini pada
dasarnya terdiri dari baris dan lajur, sehingga format data IHMB harus
disesuaikan dahulu. Agar terstruktur, data dari pelaksanaan IHMB
dimasukkan dalam satu file dan diberi nama yang bermakna, misalnya:
IHMB_”Tahun pelaksanaan”_”Nama Perusahaan”.
Sebuah file spread sheet akan mempunyai beberapa lembar kerja (work sheet).
Untuk data IHMB, lembar pertama berupa cover yang berisi Informasi tentang
perusahan dan tahun pelaksanaan IHMB, lembar berikutnya informasi tentang
stratum dan kondisi plot dan diberi nama TS1-IHMB. Kemudian pada lembar
berikutnya adalah semua data yang ada dalam Tally sheet di semua plot contoh
dan stratum dan diberi nama sesuai dengan nama TS2-IHMB. Perhatikan
Gambar di bawah ini.
24
25
26
VI. ANALISIS DATA HASIL IHMB
h cp−h b
Tbc=( ×( Panjang gala h−1,5))+ 1,5
h p −hb
ht −hb
Ttot=( ×(Panjang gala h−1,5))+ 1,5
h p−h b
Dalam hal, unit manajemen baru pertama kali melaksanakan IHMB atau
tidak memiliki data ITSP/LHC dan LHP, maka dapat menggunakan data
unit manajemen lain yang berada di sekitar areal dan memiliki
karakteristik biofisik yang hampir sama.
Langkah-langkah analisis tabular dan spasial untuk menghitung sediaan
tegakan dalam Petak adalah sebagai berikut:
28
Pada tampilan “Field Calculator…” kemudian click “Show Codeblock”
kemudian pada kotak “Vbc_10up” isi dengan huruf ‘v’ dan pada kotak
“Pre-Logic Script Code:” isikan script berikut ini:
if [Stratum]=1 then
v=....
elseif [Stratum]=2 then
v=....
elseif [Stratum]=3 then
v=....
elseif [Stratum]=4 then
v=....
elseif [Stratum]=5 then
v=....
else
v=null
end if
29
sediaan tegakan (Vbc) pada kelas diameter 40 up dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.
30
Dalam hal nilai korelasi antara stratum dan sediaan tegakan kurang
dari 0.9, maka perlu dilakukan klasifikasi ulang (reclassify) dengan
metode klasifikasi terbimbing (supervised classification) dimana plot
contoh yang sudah dibuat dijadikan sebagai area contoh (training
area). Adapun langkah yang harus dilakukan dalam melakukan
klasifikasi terbimbing adalah sebagai berikut:
- Buka file citra satelit yang sudah di “clip” dengan batas areal kerja
- Click tab “Image Classification” seperti gambar di bawah ini.
31
- Buka file shp “Plot IHMB” click “Create Signature File” kemudian
save dengan nama yang diinginkan, misalnya “TA_QIHMB.gsg”
32
- Isikan field yang diperlukan seperti gambar dibawah ini.
33
Hasil klasifikasi terbimbing tersebut dijadikan dasar dalam pendugaan
sediaan tegakan (N, Vbc dan Vt) pada setiap kelas diameter dan
kelompok jenis. Lakukan hal yang sama seperti penjelasan butir-butir
di atas.
Hasil analisis spasial sediaan tegakan tersebut kemudian
ditumpangsusunkan dengan Peta Kawasan Hutan untuk membagi
sediaan tegakan berdasarkan fungsi hutan.
Semua hasil analisa spasial dapat di buka dalam software MS-Excel
untuk selanjutnya dilakukan penyusunan luaran (output) yang
diperlukan dalam penyusunan laporan IHMB.
34
VIII. PELAPORAN HASIL PELAKSANAAN IHMB
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Ruang Lingkup
B. Pengumpulan Data
1. Organisasi Pelaksana IHMB
2. Penggunaan Peralatan
3. Pengukuran Peubah Tegakan (tiang, pohon kecil dan pohon besar)
4. Pencatatan Informasi Umum
5. Penandaan Pohon
35
III. HASIL INVENTARISASI HUTAN (sesuai metode yang digunakan)
1. Distribusi Potensi Tegakan Hutan
1. Sediaan tegakan menurut kelompok jenis dan kelas diameter
2. Sediaan tegakan yang dapat diperdagangkan, menurut kelompok
jenis dan kelas diameter
2. Informasi Keberadaan dan Potensi Tiang, Pohon Kecil dan Pohon Besar
1. Sediaan tegakan tiang
2. Sediaan tegakan pohon kecil
3. Sediaan tegakan pohon besar
Sediaan tegakan
No Fungsi Kawasan Luas Efektif
N V N/ha V/ha
1. HP
2. HPK
3.. Dst.
Total
36