Inventarisasi Hutan
PK-SMPHT.01.1-004
DISAHKAN OLEH :
DIREKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
No. Salinan :
Penerima :
Tanggal Distribusi :
Status Distribusi :
CATATAN REVISI
Halaman : 1 dari 57
1. TUJUAN
Tujuan pembuatan Prosedur Kerja Inventarisasi Hutan adalah sebagai acuan
bagi pelaksana dalam melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan Penataan Hutan untuk penyusunan
Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) .
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan inventarisasi hutan mencakup:
2.1. Inventarisasi Hutan pada hutan produksi
2.1.1. Inventarisasi Hutan pada kawasan untuk produksi
2.1.2. Inventarisasi Hutan pada kawasan untuk perlindungan
2.1.3. Inventarisasi Hutan pada kawasan untuk penggunaan lain
2.2. Inventarisasi Hutan pada hutan lindung
3. PENGERTIAN
3.1. Inventarisasi hutan adalah kegiatan untuk memperoleh data dan
informasi tentang sumberdaya hutan secara lengkap yang meliputi
kegiatan persiapan, pengumpulan, pengolahan, analisis dan pelaporan
data kondisi lapangan, tegakan, tumbuhan bawah, dan tanah pada suatu
unit perencanaan hutan dalam rangka penyusunan RPKH?Revisi.
3.2. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan yang selanjutnya disingkat
RPKH/Revisi adalah dokumen yang berisi rencana pengelolaan hutan
selama 10 (sepuluh) tahun untuk daur menengah/panjang atau 5 (lima)
tahun untuk daur pendek, yang berazaskan kelestarian SDH dengan
mempertimbangkan keseimbangan lingkungan dan sosial, yang disusun
menurut Kelas Perusahaan pada setiap Bagian Hutan dari suatu KPH.
3.3. Bagian Hutan adalah luasan hutan yang merupakan unit kelestarian di
dalam KPH dan sebagai dasar dalam penetapan kelas perusahaan, yang
pada umumnya berbasis DAS/Sub DAS
3.4. Kelas Perusahaan adalah penggolongan usaha di bidang
kehutanan berdasarkan jenis tanaman hutan, sistem silvikultur, dan
jenis produk utama yang dihasilkan.
Halaman : 2 dari 57
3.5. Petak adalah bagian terkecil dari Bagian Hutan yang berfungsi sebagai
kesatuan manajemen dan administrasi terkecil dan batasnya bersifat tetap
atau tidak mudah berubah.
3.6. Anak petak adalah bagian dari petak dibedakan berdasarkan perlakuan
silvikultur dan batasnya bersifat
3.7. Peninggi adalah tinggi rata-rata 100 pohon tertinggi dalam satu hektar
yang tersebar merata dengan kualitas pohon yang terbaik. Bonita adalah
kelas kemampuan tempat tumbuh dalam memberikan hasil bagi suatu
jenis tertentu.
3.8. KBD adalah suatu angka yang menunjukan tingkat kesempurnaan bidang
dasar tegakan di lapangan dibandingkan dengan tabel hasil
3.9. DKN adalah suatu angka yang menunjukan tingkat kesempurnaan jumlah
pohon di lapangan dibandingkan dengan tabel hasil.
3.10. Petak Ukur adalah areal dengan luas tertentu yang dipakai sebagai
sample potensi SDH untuk luas tertentu pula dalam pelaksanaan
inventarisasi hutan.
3.11. Intensitas Sampling adalah perbandingan luas sample terhadap areal
yang diwakili dan dinyatakan dalam prosentase.Kelas hutan adalah
kelompok keadaan hutan berdasarkan kriteria atau ukuran tertentu
sehingga dapat dianggap mempunyai kesamaan keadaan dan dapat
dibedakan antara satu dengan yang lain dalam suatu petak/anak petak
untuk memudahkan perbedaan perlakuan.
3.12. Tally sheet adalah lembar pencatatan dalam kegiatan inventarisasi hutan
yang digunakan untuk mengumpulkan data tegakan, lapangan, tanah,
tumbuhan bawah, dan keterangan lainnya yang diperlukan.
3.13. Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan adalah data hasil pengolahan dan
rekapitulasi tally sheet.
3.14. Register Inventarisasi Hutan adalah dokumen yang berisi informasi
suatu petak/anak petak yang diperoleh dari hasil inventarisasi hutan.
3.15. Klaster adalah penggolongan/pengelompokan tegakan hutan yang
memiliki jenis berbeda dengan jenis Kelas Perusahaan, yang berada pada
suatu hamparan kawasan yang mengelompok dengan luas tertentu
untuk diusahakan secara komersial dan intensif.
Halaman : 3 dari 57
3.16. Daur adalah jangka waktu antara saat penanaman hutan sampai
dengan saat pemungutan hasil akhir atau tebangan habis (untuk KP
kayu); dan sampai dengan saat tegakan sudah tidak produktif (untuk KP
bukan kayu).
3.17. Kelas hutan adalah klasifikasi hutan berdasarkan kriteria/ukuran
tertentu tentang keadaan hutan dan tujuan pengelolaannya.
3.18. Etat adalah besarnya porsi luas atau massa kayu atau jumlah batang
yang boleh dipungut setiap tahun selama jangka pengusahaan yang
menjamin kelestarian produksi dan sumber daya.
3.19. Kelas Umur merupakan kelas hutan tanaman produktif yang dicirikan
dengan kepadatan bidang dasar (KBD) dan atau DKn yang memenuhi
syarat minimum
4. REFERENSI
4.1. Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
4.2. Undang-undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
4.3. Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 tentang
Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani).
4.4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan.
4.5. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 60/Menhut-II/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan dan Rencana Teknik
Tahunan di Wilayah Perum Perhutani.
4.6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Serta
Penggunaan Kawasan Hutan.
4.7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2021 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan
Produksi.
4.8. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No. P.01/VI-BUHT/2012
tentang Petunjuk Teknis Penataan Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) di Wilayah Perum Perhutani.
Halaman : 4 dari 57
5. TANGGUNG JAWAB
5.1. Departemen Perencanaan dan Pengembangan Bisnis
5.1.1. Kepala Departemen Perencanaan dan Pengembangan Bisnis
mengesahkan program kerja dan mengendalikan pelaksanaan
inventarisasi hutan agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai
rencana yang ditetapkan serta mengesahkan ekstrak hasil
inventarisasi hutan.
5.1.2. Kepala Seksi Utama Bidang Perencanaan SDH memberikan
pertimbangan terhadap program kerja Inventarisasi Hutan
melaksanakan koreksi Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan, serta
melaksanakan supervisi pelaksanaan Inventarisasi Hutan di
lapangan.
5.1.3. KSS Penataan melaksanakan koreksi program kerja Inventarisasi
Hutan, koreksi Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan, koordinator
pemeriksaan lapangan Inventarisasi Hutan dan melaksanakan
monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan inventarisasi hutan yang
telah dilaksanakan.
5.2. Perencanaan Hutan Wilayah (PHW)
5.2.1. Kepala Perencanaan Hutan Wilayah (KPHW) sebagai penanggung
jawab kegiatan Inventarisasi hutan untuk menyusun buku
RPKH/Revisi. Dalam pelaksanaannya KPHW bertanggung jawab
kepada Kepala Departemen Perencanaan dan Pengembangan
Bisnis.
5.2.2. Wakil KPHW memberikan arahan dalam pelaksanaan Inventarisasi
Hutan agar berjalan secara efektif dan efisien, melakukan
pengawasan terhadap kegiatan inventarisasi, serta melakukan
koreksi terhadap Ekstrak dan Tally Sheet Inventarisasi Hutan.
Sebagai kordinator dalam pelaksanaan validasi data Ekstrak Hasil
Inventarisasi Hutan dengan KPH, dalam pelaksanaannya Wakil
KPHW bertanggung jawab kepada KPHW.
5.2.3. Kepala Sub Seksi (KSS) Wilayah bertugas sebagai koordinator
lapangan kegiatan inventarisasi hutan serta melakukan koreksi
Halaman : 5 dari 57
Halaman : 6 dari 57
6. PROSEDUR KERJA
6.1. Flow Chart Tahapan Kegiatan Inventarisasi Hutan
Halaman : 7 dari 57
Halaman : 8 dari 57
m) GPS
n) Parang
Halaman : 9 dari 57
Halaman : 10 dari 57
Kecuali:
Halaman : 11 dari 57
Contoh:
Halaman : 12 dari 57
Halaman : 13 dari 57
Halaman : 14 dari 57
` KAWASAN
PRODUKTIF KP
KAWASAN
KOSONG
PRODUKTIF NON KP
TBK, TJKLR, TKLR
PENGELOMPOKAN
ORIENTASI LAPANGAN / STRATIFIKASI
JUMLAH PU 1 PU 1 PU
DIKURANGI MEWAKILI MEWAKILI
S.D 50% 4 HA 16 HA
Halaman : 15 dari 57
Halaman : 16 dari 57
Halaman : 17 dari 57
(l) Apabila dijumpai keluasan anak petak yang relatif kecil atau
keluasan mencukupi tetapi penyebaran tegakan tidak
memungkinkan untuk dibuat PU, maka dilakukan klem
pohon serta dibuatkan catatan dalam tally sheet.
(m) Menentukan dan memberi tanda pohon tepi/batas yaitu
pohon terjauh dari as PU yang masih masuk dalam
lingkaran PU. Tanda dibuat dengan cat lebar 10 cm setinggi
170 cm dari permukaan tanah sebanyak minimal 4 pohon
menurut arah mata angin. Apabila jumlah pohon dalam PU
kurang dari 4 pohon, tanda batas tepi dibuat secukupnya,
bahkan bila tidak memungkinkan penyebaran tegakannya
tidak perlu dibuat ring batas tepi.
Halaman : 18 dari 57
Halaman : 19 dari 57
Halaman : 20 dari 57
Penjelasan:
Untuk lereng 20o
R3 = ( 17,85 m + 18,85 m ) : 2 = 18,35 m
R1 + R2
2
(s) Pengamatan dan pendataan tumbuhan bawah, keadaan
tanah, kondisi lapangan, dan keterangan lainnya:
Tumbuhan bawah meliputi: pendataan jenis dan
kerapatan
Keadaan Tanah, meliputi: jenis tanah, pH, kedalaman
solum, kesarangan, kondisi batuan, kondisi humus,
warna tanah, tingkat erosi.
Lapangan meliputi: kemiringan/slope (rata, landai,
curam, sangat curam), bentuk lapangan (punggung,
lembah,puncak, jurang, lereng), arah lereng, kerataan
(rata, berombak, berbukit).
Pencatatan lainnya mencakup pengamatan okuler
adanya gejala gangguan alami, seperti hama dan
penyakit, maupun gangguan manusia, seperti
pencurian dan sebagainya.
Halaman : 21 dari 57
Halaman : 22 dari 57
Halaman : 23 dari 57
`
JENIS TANAMAN
JENIS TANAMAN HHBK (Pinus,
NON HHBK Damar, dll)
PENGELOMPOKAN
ORIENTASI LAPANGAN / STRATIFIKASI
KLASIFIKASI KERAPATAN
TEGAKAN HL, HAS, KPS
KOSONG
JUMLAH PU 1 PU 1 PU
DIKURANGI MEWAKILI MEWAKILI
S.D 50% 4 HA 16 HA
Halaman : 24 dari 57
Halaman : 25 dari 57
Halaman : 26 dari 57
Jika dalam suatu KPH terdapat hutan alam primer selain hutan
lindung walaupun luas kawasan perlindungan keanekaragaman
hayatinya lebih dari 10 % maka ditetapkan sebagai HAS.
b) Situs Ekologi
Halaman : 27 dari 57
d) Hutan Monumen
Halaman : 28 dari 57
Halaman : 29 dari 57
Halaman : 30 dari 57
Halaman : 31 dari 57
Halaman : 32 dari 57
Halaman : 33 dari 57
Halaman : 34 dari 57
Halaman : 35 dari 57
Halaman : 36 dari 57
Keluasan
KP Jati KP Rimba
(Ha)
LDTI, TBP,
> 0,1 KPS,KPKh, HTKh, LDTI, TBP, KPS,KPKh,
HTKh, KTn
KTn
> 1,0 MT, TJKL, TJKLR, TJKL, TJKLR, TKTBKP
TKTBKP
> 4,0 KU, MR, LTJL, TBK, KU, MT, MRLTJL,
TKL, TKLR, TK TBK,TKL, TKLR, TK
Catatan:
1) Untuk kelas hutan KU,MR, LTJL, TBK, TKL, TKLR, dan TK yang
luasnya 1,0 ha s.d < 4,0 ha diobservasikan sebagai anak petak
gandul/cucu petak)
2) Untuk kelas hutan KU,MT, MR, LTJL, TBK, TKL, TKLR,TK, TJKL,
TJKLR, dan TKTBKPyang luasnya <1,0 ha dicantumkan dalam
keterangan (Ranap).
3) Pencantuman anak petak gandul/cucu petak pada ekstrak risalah
hutan maupun model RPKH-PDE 2 ditulis tersendiri pada kolom anak
petak (kolom 1) dan kolom luas (kolom4)
Halaman : 37 dari 57
KU III = 2 ha
KU V = 1 ha
Maka penulisan di dalam ekstrak risalah hutan maupun model RPKH-
PDE 2 adalah sebagai berikut:
23 a1 = 7ha (KU I)
23 a2 = 2 ha (KU III)
23 a3 = 1 ha (KU V)
e. Berdasarkan Bonita
Tegakan hutan dapat dipisahkan menjadi anak petak tersendiri apabila
terdapat perbedaan bonita minimal sebesar 1.
f. Berdasarkan KBD
Umur
No KBD DKN
< 41 thn ≥ 41 tahun)
1 ≥ 0,6 KU KU
2 KU*) MR *)DKN ≥0,5
0,30 - 0,59
TBK**) MR **) DKN < 0,5
3 0,06 - 0,29 TBK TBK
4 < 0,05 TK TK
h. Berdasarkan Fungsi
Halaman : 38 dari 57
(a). KU jika DKn ≥ 0,50 , atau Dkn < 0,50 tetapi KBD ≥ 0,60
karena jarak tanam saat ini tidak sesuai dengan ketentuan
tabel WVW sehingga masih dimungkinkan dengan jarak
tanam berbeda pertumbuhan KBDnya bisa mencapai 0,60.
(b) TBK jika DKn 0,30 – 0,49 , atau DKn < 0,30, tetapi KBD 0,06
– 0,59
(a) TKL / TJKL jika DKn ≥ 0,50 , atau Dkn < 0,50 tetapi KBD ≥
0,30
(b) TKLR / TJKLR jika DKn 0,30 – 0,49 , atau DKn < 0,30, tetapi
KBD 0,06 – 0,29
Halaman : 39 dari 57
b) Pola grid
Halaman : 40 dari 57
Halaman : 41 dari 57
Halaman : 42 dari 57
Halaman : 43 dari 57
Halaman : 44 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-001
Halaman : 45 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-002
Halaman : 46 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-003
Halaman : 47 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-004
Halaman : 48 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-005
Halaman : 49 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-006
Halaman : 50 dari 57
Halaman : 51 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-007
Halaman : 52 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-008
Halaman : 53 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-009
Halaman : 54 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-0010
Halaman : 55 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-011
Halaman : 56 dari 57
F-SMPHT 01.1-004-012
Halaman : 57 dari 57
F-SMPHT.01.1-004-013