Anda di halaman 1dari 60

PROSEDUR KERJA

Inventarisasi Hutan

PK-SMPHT.01.1-004

Sistem Manajemen Perum Perhutani


Prosedur Kerja
INVENTARISASI HUTAN

DIPERIKSA OLEH : DISIAPKAN OLEH :


KEPALA DIVISI PERENCANAAN SDH KEPALA DEPARTEMEN PERENCANAAN SDH

YUDHA SUSWARDHANTO RACHMAT PUDJO H.


Tgl : 1 September 2021 Tgl : 1 September 2021

DISAHKAN OLEH :
DIREKTUR PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN

Tgl : 1 September 2021

No. Salinan :
Penerima :
Tanggal Distribusi :
Status Distribusi :

CATATAN REVISI

Sistem Manajemen Perum Perhutani


Tanggal No
NO Hal Uraian Revisi Paraf
Revisi Revisi
1 01 Sept 2021 01 3 Pengertian Etat
Penambahan referensi poin 4.2, 4.4,
01 3
4.6, 4.7, 4.9, dan 4.10
Perubahan Tanggung Jawab
01 4-5 Berdasarkan SK No.
31/KPTS/Dir/3/2021
01 7 Penambahan Flow Chart PIC
Perubahan Sarana Kerja Inventarisasi
01 8
Hutan
01 9 Penentuan Intensitas Sampling
01 11 Pembuatan pola/grid petak ukur
Penambahan Metode Stratified
01 13
Sampling
Perubahan pada Pelaksanaan
01 16 Pembuatan Petak Ukur di Lapangan
Perubahan pada pengisian buku tally
01 21 sheet
Perubahan pada Inventarisasi hutan
01 23 pada kawasan untuk perlindungan
Perubahan pada Inventarisasi hutan
01 23 pada Kawasan Untuk Penggunaan Lain
Perubahan pada Inventarisasi hutan
01 24 pada hutan lindung
01 28 Perubahan Interval Kelas Umur
01 28 Perubahan pada Masak Tebang
01 28 Perubahan pada Miskin Riap
Perubahan pada Kawasan Penggunaan
01 32 Lain
Perubahan pada Penentuan kelas hutan
01 39 asal Trubusan
01 40 Penambahan Monitoring dan Evaluasi

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 1 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

1. TUJUAN
Tujuan pembuatan Prosedur Kerja Inventarisasi Hutan adalah sebagai acuan
bagi pelaksana dalam melaksanakan kegiatan inventarisasi hutan sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan Penataan Hutan untuk penyusunan
Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) .

2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup kegiatan inventarisasi hutan mencakup:
2.1. Inventarisasi Hutan pada hutan produksi
2.1.1. Inventarisasi Hutan pada kawasan untuk produksi
2.1.2. Inventarisasi Hutan pada kawasan untuk perlindungan
2.1.3. Inventarisasi Hutan pada kawasan untuk penggunaan lain
2.2. Inventarisasi Hutan pada hutan lindung

3. PENGERTIAN
3.1. Inventarisasi hutan adalah kegiatan untuk memperoleh data dan
informasi tentang sumberdaya hutan secara lengkap yang meliputi
kegiatan persiapan, pengumpulan, pengolahan, analisis dan pelaporan
data kondisi lapangan, tegakan, tumbuhan bawah, dan tanah pada suatu
unit perencanaan hutan dalam rangka penyusunan RPKH?Revisi.
3.2. Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan yang selanjutnya disingkat
RPKH/Revisi adalah dokumen yang berisi rencana pengelolaan hutan
selama 10 (sepuluh) tahun untuk daur menengah/panjang atau 5 (lima)
tahun untuk daur pendek, yang berazaskan kelestarian SDH dengan
mempertimbangkan keseimbangan lingkungan dan sosial, yang disusun
menurut Kelas Perusahaan pada setiap Bagian Hutan dari suatu KPH.
3.3. Bagian Hutan adalah luasan hutan yang merupakan unit kelestarian di
dalam KPH dan sebagai dasar dalam penetapan kelas perusahaan, yang
pada umumnya berbasis DAS/Sub DAS
3.4. Kelas Perusahaan adalah penggolongan usaha di bidang
kehutanan berdasarkan jenis tanaman hutan, sistem silvikultur, dan
jenis produk utama yang dihasilkan.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 2 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

3.5. Petak adalah bagian terkecil dari Bagian Hutan yang berfungsi sebagai
kesatuan manajemen dan administrasi terkecil dan batasnya bersifat tetap
atau tidak mudah berubah.
3.6. Anak petak adalah bagian dari petak dibedakan berdasarkan perlakuan
silvikultur dan batasnya bersifat
3.7. Peninggi adalah tinggi rata-rata 100 pohon tertinggi dalam satu hektar
yang tersebar merata dengan kualitas pohon yang terbaik. Bonita adalah
kelas kemampuan tempat tumbuh dalam memberikan hasil bagi suatu
jenis tertentu.
3.8. KBD adalah suatu angka yang menunjukan tingkat kesempurnaan bidang
dasar tegakan di lapangan dibandingkan dengan tabel hasil
3.9. DKN adalah suatu angka yang menunjukan tingkat kesempurnaan jumlah
pohon di lapangan dibandingkan dengan tabel hasil.
3.10. Petak Ukur adalah areal dengan luas tertentu yang dipakai sebagai
sample potensi SDH untuk luas tertentu pula dalam pelaksanaan
inventarisasi hutan.
3.11. Intensitas Sampling adalah perbandingan luas sample terhadap areal
yang diwakili dan dinyatakan dalam prosentase.Kelas hutan adalah
kelompok keadaan hutan berdasarkan kriteria atau ukuran tertentu
sehingga dapat dianggap mempunyai kesamaan keadaan dan dapat
dibedakan antara satu dengan yang lain dalam suatu petak/anak petak
untuk memudahkan perbedaan perlakuan.
3.12. Tally sheet adalah lembar pencatatan dalam kegiatan inventarisasi hutan
yang digunakan untuk mengumpulkan data tegakan, lapangan, tanah,
tumbuhan bawah, dan keterangan lainnya yang diperlukan.
3.13. Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan adalah data hasil pengolahan dan
rekapitulasi tally sheet.
3.14. Register Inventarisasi Hutan adalah dokumen yang berisi informasi
suatu petak/anak petak yang diperoleh dari hasil inventarisasi hutan.
3.15. Klaster adalah penggolongan/pengelompokan tegakan hutan yang
memiliki jenis berbeda dengan jenis Kelas Perusahaan, yang berada pada
suatu hamparan kawasan yang mengelompok dengan luas tertentu
untuk diusahakan secara komersial dan intensif.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 3 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

3.16. Daur adalah jangka waktu antara saat penanaman hutan sampai
dengan saat pemungutan hasil akhir atau tebangan habis (untuk KP
kayu); dan sampai dengan saat tegakan sudah tidak produktif (untuk KP
bukan kayu).
3.17. Kelas hutan adalah klasifikasi hutan berdasarkan kriteria/ukuran
tertentu tentang keadaan hutan dan tujuan pengelolaannya.
3.18. Etat adalah besarnya porsi luas atau massa kayu atau jumlah batang
yang boleh dipungut setiap tahun selama jangka pengusahaan yang
menjamin kelestarian produksi dan sumber daya.
3.19. Kelas Umur merupakan kelas hutan tanaman produktif yang dicirikan
dengan kepadatan bidang dasar (KBD) dan atau DKn yang memenuhi
syarat minimum

4. REFERENSI
4.1. Undang-undang nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
4.2. Undang-undang Nomor 11 tahun 2020 tentang Cipta Kerja
4.3. Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2010 tentang
Perusahaan Umum Kehutanan Negara (Perum Perhutani).
4.4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan.
4.5. Peraturan Menteri Kehutanan No. P. 60/Menhut-II/2011 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan dan Rencana Teknik
Tahunan di Wilayah Perum Perhutani.
4.6. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 7 Tahun 2021 tentang Perencanaan Kehutanan, Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Serta
Penggunaan Kawasan Hutan.
4.7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2021 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan di Hutan Lindung dan Hutan
Produksi.
4.8. Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan No. P.01/VI-BUHT/2012
tentang Petunjuk Teknis Penataan Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengaturan Kelestarian Hutan (RPKH) di Wilayah Perum Perhutani.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 4 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

4.9. Vademecum Kehutanan Indonesia Tahun 2020 Kementerian LHK


4.10. Metode Inventori Hutan (Hasanu Simon,1993)

5. TANGGUNG JAWAB
5.1. Departemen Perencanaan dan Pengembangan Bisnis
5.1.1. Kepala Departemen Perencanaan dan Pengembangan Bisnis
mengesahkan program kerja dan mengendalikan pelaksanaan
inventarisasi hutan agar berjalan secara efektif dan efisien sesuai
rencana yang ditetapkan serta mengesahkan ekstrak hasil
inventarisasi hutan.
5.1.2. Kepala Seksi Utama Bidang Perencanaan SDH memberikan
pertimbangan terhadap program kerja Inventarisasi Hutan
melaksanakan koreksi Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan, serta
melaksanakan supervisi pelaksanaan Inventarisasi Hutan di
lapangan.
5.1.3. KSS Penataan melaksanakan koreksi program kerja Inventarisasi
Hutan, koreksi Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan, koordinator
pemeriksaan lapangan Inventarisasi Hutan dan melaksanakan
monitoring serta evaluasi terhadap kegiatan inventarisasi hutan yang
telah dilaksanakan.
5.2. Perencanaan Hutan Wilayah (PHW)
5.2.1. Kepala Perencanaan Hutan Wilayah (KPHW) sebagai penanggung
jawab kegiatan Inventarisasi hutan untuk menyusun buku
RPKH/Revisi. Dalam pelaksanaannya KPHW bertanggung jawab
kepada Kepala Departemen Perencanaan dan Pengembangan
Bisnis.
5.2.2. Wakil KPHW memberikan arahan dalam pelaksanaan Inventarisasi
Hutan agar berjalan secara efektif dan efisien, melakukan
pengawasan terhadap kegiatan inventarisasi, serta melakukan
koreksi terhadap Ekstrak dan Tally Sheet Inventarisasi Hutan.
Sebagai kordinator dalam pelaksanaan validasi data Ekstrak Hasil
Inventarisasi Hutan dengan KPH, dalam pelaksanaannya Wakil
KPHW bertanggung jawab kepada KPHW.
5.2.3. Kepala Sub Seksi (KSS) Wilayah bertugas sebagai koordinator
lapangan kegiatan inventarisasi hutan serta melakukan koreksi

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 5 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

terhadap Ekstrak dan Tally Sheet Inventarisasi Hutan, dalam


pelaksanaannya KSS Wilayah bertanggung jawab kepada Wakil
KPHW.
5.2.4. Petugas Inventarisasi Hutan (Perisalah) bertugas melaksanakan
kegiatan teknis persiapan,pengumpulan, pengolahan, analisis dan
pelaporan data hasil inventarisasi hutan, dalam pelaksanaannya
Perisalah bertanggung jawab kepada Wakil KPHW.
5.3. KPH
5.3.1. Administratur / KKPH : Penanggungjawab hasil validasi Ekstrak
dengan kondisi lapangan dan Data Pengelolaan SDH serta
memberikan tanggapan terhadap data Ekstrak.
5.3.2. Wakil Administratur : Memberikan arahan dan pengawasan
pelaksanaan validasi antara data Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan
dengan kondisi lapangan, dalam pelaksanaannya bertanggung
jawab kepada Administratur/KKPH.
5.3.3. Kepala Seksi Madya Perencanaan dan Pengembangan Bisnis :
Melakukan koreksi hasil validasi Ekstrak dan memberi tanggapan
terhadap data Ekstrak, dalam pelaksanaannya bertanggung jawab
kepada Administratur/KKPH.
5.3.4. KSS Perencanaan Sumber Daya Hutan : Melakukan validasi Ekstrak
dengan data Pengelolaan SDH.
5.3.5. Asper/KBKPH : Kordinator pelaksanaan validasi antara data
Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan dengan kondisi lapangan.
5.3.6. KRPH : Melaksanakan validasi antara data Ekstrak Hasil
Inventarisasi Hutan dengan kondisi lapangan.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 6 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

6. PROSEDUR KERJA
6.1. Flow Chart Tahapan Kegiatan Inventarisasi Hutan

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 7 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

6.2. Flow Chart PIC Kegiatan Inventarisasi Hutan

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 8 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

6.3. Inventarisasi Hutan pada Hutan Produksi

6.3.1. Inventarisasi Hutan Pada Kawasan Untuk Produksi


a. Persiapan Inventarisasi Hutan

1) Persiapan Data yang meliputi data:

a) PDE-2 awal jangka RPKH dan atau hasil evaluasi potensi


SDH yang terkini.

b) RTT teresan, tebangan dan tanaman pada tahun


pelaksanaan risalah dan satu tahun berikutnya.
c) Berita Acara Pemeriksaan Perubahan Kelas Hutan.
d) Laporan Definitif selama jangka sebelum risalah.

e) Data agraria yang meliputi tukar-menukar (tanah masuk dan


tanah keluar), pinjam pakai, maupun tenurial.
2) Persiapan Sarana Kerja yang meliputi:
a) Peta kerja skala 1:10.000 dan fotocopynya
b) Fotocopy peta situasi skala 1 : 25.000
c) Foto Drone / Citra Satelit terbaru
d) Kalkulator
e) Alat tulis menulis (penggaris, pulpen, pensil, dll)
f) Kertas millimeter
g) Tabel random
h) Busur derajat
i) Kompas, statif dan jalon
j) Clinometer
k) Haga Hypsometer
l) Meet band atau pita meter

m) GPS
n) Parang

o) Tambang sepanjang 30 meter yang diberi tanda pada


panjang : 25 m; 20 m; 17,85 m; 15 m; 11,29 m; 7,98 m.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 9 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

p) Cat (warna hitam untuk tanaman Jati dan putih untuk


tanaman Rimba) dan kuas..Untuk jenis yang tidak
memungkinkan dicat dapat menggunakan bahan lain (tali
plastik,mika,dll).
q) Tallysheet dan blangko ekstrak.
r) Tabel–tabel, antara lain Tabel tegakan WvW, Tabel 10 Jenis
Kayu Industri, Tabel konversi keliling ke bidang dasar, Tabel
koreksi jarak datar.
s) Alat Pelindung Diri dan obat – obatan.
3) Petugas Inventarisasi Hutan
Inventarisasi hutan dilaksanakan oleh KSS atau petugas
lapangan yang mempunyai kemampuan melaksanakan
Inventarisasi Hutan..
b. Perancangan Petak Ukur (PU)
1) Metode Sistimatic Sampling
a) Penentuan Intensitas Sampling
Intensitas sampling ditentukan oleh kecermatan (Precision, P)
yang dikehendaki. Kecermatan dinyatakan dalam persentase
dari t tabel standard error (Se) tertentu dibanding nilai rata-
ratanya (m), yaitu antara 10% - 15% sebagai berikut:
t

Intensitas sampling ditentukan setiap 1 PU untuk mewakili


populasi seluas 4 ha. Besarnya intensitas sampling adalah
sebagai berikut :
Intensitas Jarak
Kelas Umur Jari-jari Luas
Hutan/Umur Sampling (m)
(th) (m) PU (ha)
(%)
KUI - KUIV 1 - 20 0,5 7,98 0,02 200
KUV - KUVIII 21 - 40 1,0 11,29 0,04 200
KUIX up, MT, MR 41 up 2,5 17,85 0,10 200
Klas Hutan Lain Sesuai umur 200

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 10 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Kecuali:

(1) Petak/anak petak dengan bentuk yang ekstrim dan atau


luasnya kurang dari 4 ha jumlah sampel plot minimal 2 PU
yang tersebar secara acak dan mewakili populasi.

(2) Petak/anak petak yang tegakannya tidak merata secara


signifikan, intensitas samplingnya dapat ditingkatkan
dengan menambah jumlah PU. Nomor PU dibuat dengan
menambahkan huruf abjad dari nomor PU terdekat,
misalnya PU 1 dan PU 1a.

(3) Pada lapangan yang bisa diduga merupakan Tanah


Kosong dilakukan inventarisasi okuler, membuat sketsa
dalam peta dan perkiraan luasnya.
(4) Pembuatan PU pada anak petak yang tidak
memungkinkan dibuat dengan jari - jari sesuai ketentuan,
maka dibuat dengan jari – jari 7,98 m.
b) Penentuan Jumlah Petak Ukur (PU)
Banyaknya sample (n) petak ukur (PU) ditentukan sebagai
berikut :

n = banyaknya petak ukur


S = standard deviasi
Se = standard error
m = potensi m3/PU

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 11 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Contoh:

Sampling di petak-petak hutan jati dengan jumlah petak ukur


210 buah menghasilkan : m = 10,5 m3/PU dan S2 = 86,1
m3/petak ukur, maka ketelitian sample (P) ini adalah:

Apabila dikehendaki ketelitian sebesar 10%, maka


diperlukan petak ukur sebanyak:

c) Pembuatan Pola/Grid Petak Ukur

(1) Diusahakan agar semua individu dalam tegakan yang


samamendapat kesempatan untuk terpilih sebagai
sampel. Penentuan PU I dilakukan secara random.
(2) Langkah-langkah pembuatan pola/grid petak ukur :

(a) Membuat garis bantu pada peta skala 1 : 10.000


dengan pensil sebagai tanda arah barat timur dan
utara selatan. Garis bantu dibuat memotong petak-
petak yang akan diinventarisasi.
(b) Membuat pola grid berupa bujur sangkar dengan
panjang sisi 2 cm diatas kertas milimeter kalkir,
kemudian ditempelkan di atas peta kerja
sebagaimana point (a), kemudian digeser sedemikian
rupa sehingga diperoleh penyebaran letak PU secara
reprensentatif/mewakili dan semua anak petak
mendapat sejumlah titik PU sesuai yang
direncanakan.
(c) Pola grid diupayakan arah utara-selatan/timur-barat
untuk mempermudah pelaksanaan dilapangan,
namun pada petak/anak petak yang bentuknya
ekstrim, pola grid dapat menyesuaikan/mengikuti
bentuk petak/anak petak.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 12 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

(d) Satuan unit dalam pembuatan pola grid adalah petak


atau pun anak petak.
(e) Memberi nomor urut PU berdasarkan satuan unit pola
grid diusahakan dimulai dari arah barat laut
(f) Melengkapi peta dengan informasi-informasi yang
hilang seperti nama alur, pal Hm dan pal petak atau
memperjelas tulisan yang kurang jelas.

(g) Diupayakan letak titik PU minimal jarak 3 mm dari tepi


batas petak/anak petak kecuali pada anak petak yang
bentuknya ekstrim.
(h) Menempelkan peta jaringan PU pada buku tallysheet
setelah terlebih dahulu diberi nomor PU secara
berurutan sesuai dengan rencana jumlah PU yang
akan dibuat pada petak/anak petak tersebut.
(i) Membuat sketsa kondisi hutan terkini pada peta
jaringan PU memakai pensil sebagai data sementara
dengan melihat foto drone / citra satelit
d) Membuat jaringan PU dengan menggunakan Tabel Random
a. Membuat garis singgung tegak lurus berdasarkan
batas petak paling barat sebagai ordinat (sumbu y) dan
batas petak paling selatan sebagai absis (sumbu x).
b. Membuat angka digit dimulai dari nol di ujung sumbu x
dan sumbu y, dan seterusnya (1 digit = 3 mm).
e) Membuat titik Random Start (RS) dengan metode Systematic
Sampling With Random Start (SSWRS) yang ditulis RS 1 (titik
RS sekaligus menjadi PU nomor 1), contoh penggunaan tabel
:
a. Untuk Koordinat Timur (Y), karena assessment unit
berbentang sampai 25, maka angka random di tabel
diambil 2 digit secara sembarang pada tabel dilihat
kolom-kolom : 6 dan 7 pada baris ke-8 didapat angka
62, karena 62 lebih besar dari 25 maka koordinat yang
menunjukan letak PU adalah :

b. Koordinat Utara (X) dengan memakai baris berikutnya


adalah :

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 13 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Maka letak PU pertama adalah pada koordinat (12,6)


Catatan :
Apabila titik RS jatuh tepat pada batas anak petak atau
tempat lain yang tidak mungkin dibuat PU maka
pengambilan angka random agar diulang.

2) Metode Stratified Sampling


Metode ini dapat digunakan apabila mempunyai data sekunder
yang terkini (CRST, data hasil drone).
Pelaksanaan inventarisasi didahului dengan pencermatan citra
satelit/foto drone yang terupdate (1 tahun terakhir), sehingga
dalam penentuan titik Petak Ukur (PU) dilakukan dengan
stratifikasi sesuai karakter keragamannya.
Pencermatan citra/foto drone dilakukan dalam menyusun
rencana risalah, sebagai dasar pelaksanaan pembuatan PU dan
sketsa petak / anak petak, sehingga pada saat perisalah
melaksanakan inventarisasi hutan sudah ada gambaran
mengenai lokasi tersebut.
Apabila kondisi petak relatif seragam jumlah PU dapat dikurangi
maksimal 50 %, pada lokasi yang kosong dibuat PU mewakili 16
Ha, sementara pada lokasi yang tidak merata tetap dibuat petak
ukur sesuai intensitas sampling diatas. Metode sampling tersebut
berdasarkan referensi dari Buku Metode Inventori Hutan
(Simon,1993) yaitu metode stratified sampling/sampling berlapis.
Secara ringkas sebagaimana flow chart sebagai berikut :

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 14 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

PENCERMATAN CITRA DRONE/SATELIT

` KAWASAN
PRODUKTIF KP

KAWASAN
KOSONG
PRODUKTIF NON KP
TBK, TJKLR, TKLR

PENGELOMPOKAN
ORIENTASI LAPANGAN / STRATIFIKASI

TEGAKAN TEGAKAN TIDAK


HOMOGEN MERATA KOSONG

JUMLAH PU 1 PU 1 PU
DIKURANGI MEWAKILI MEWAKILI
S.D 50% 4 HA 16 HA

a) Penentuan Intensitas Sampling


(1) Intensitas sampling ditentukan setiap 1 PU untuk
mewakili populasi seluas 16,0 ha pada lokasi yang
diduga kosong.
(2) Intensitas sampling ditentukan setiap 1 PU untuk
mewakili populasi seluas 4,0 ha pada lokasi tegakan
yang tidak merata.
(3) Pada kondisi tegakan yang homogen/merata intensitas
sampling ditetapkan setelah diketahui jumlah PU yang
direncanakan.
(4) Intensitas sampling dihitung dengan rumus :
IS = Luas PU x 100%
Luas populasi
b) Penetapan jari-jari dan luas PU diatur sebagai berikut :

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 15 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Kelas Umur Jari-jari Luas


Hutan/Umur
(th) (m) PU (ha)
KUI - KUIV 1 - 20 7,98 0,02
KUV - KUVIII 21 - 40 11,29 0,04
KUIX up, MT, MR 41 up 17,85 0,10
Klas Hutan Lain Sesuai Umur
Pembuatan PU pada anak petak yang tidak
memungkinkan dibuat dengan jari - jari sesuai
ketentuan, maka dibuat dengan jari – jari 7,98 m.
c) Penentuan Jumlah Petak Ukur (PU)
Jumlah PU ditetapkan berdasarkan hasil pencermatan
foto citra/drone dengan satuan petak/anak petak dengan
memperhatikan keluasannya dengan penjelasan
sebagai berikut :
(1) Untuk kondisi tegakan yang diduga kosong maka
setiap 16,0 ha dibuat 1 PU.
(2) Untuk kondisi tegakan yang tidak merata ditetapkan
setiap 4,0 ha diwakili 1 PU.
(3) Untuk kondisi tegakan yang homogen/merata maka
jumlah PU ditetapkan dengan rumus sebagai berikut
:
Nmin = L x 50%
4
Nmin = Jumlah PU minimal
L = Luas petak/anak petak
Kecuali :

Petak atau anak petak dengan bentuk yang ekstrim dan


atau luasnya kurang dari 4 ha jumlah sampel plot
minimal 2 PU yang tersebar secara acak.
d) Pembuatan Rencana Letak Petak Ukur
(1) Letak Petak Ukur (PU) tidak harus sistematis namun
diusahakan agar representatif/mewakili dan tidak
mengelompok dengan jarak antar Petak Ukur (PU)
minimal 200 m.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 16 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

(2) Rencana letak Petak Ukur (PU) dibuat berdasarkan


hasil pengamatan foto citra/drone yang sudah
dioverlay dengan peta kerja dalam format shapefile
(shp.)
(3) Menggunakan aplikasi Arc.GIS dengan dibuat skala
1 : 10.000 untuk menetapkan letak dan nomor urut
Petak Ukur (PU) diusahakan diawali dari arah barat
laut.
(4) Mentransfer koordinat PU ke dalam GPS dengan
bantuan aplikasi yang mendukung.
(5) Menyalin letak Petak Ukur (PU) ke dalam peta kerja
skala 1 : 10.000.
(6) Melengkapi peta dengan informasi-informasi yang
hilang seperti nama alur, pal Hm dan pal petak atau
memperjelas tulisan yang kurang jelas.

c. Pelaksanaan Pembuatan Petak Ukur di Lapangan

(1) Sebelum melakukan inventarisasi hutan, petugas berkoordinasi


dengan Asper/KBKPH dan KRPH tentang kegiatan
inventarisasi hutan dan melakukan pencatatan kondisi hutan
terkini berdasarkan laporan KRPH (Buku Obor) kemudian
dibuat sketsa pada peta kerja dengan menggunakan pensil
sebagai data sementara.
(2) Pembuatan PU di lapangan:

(a) Menentukan titik ikat yang dijadikan sebagai acuan


membuat PU pertama berupa Pal Batas, Pal HM maupun
Pal Petak yang terpasang secara benar, dan/atau tanda-
tanda alam yang tetap dan tergambar di peta. Batas anak
petak tidak dibenarkan digunakan sebagai titik ikat.
(b) Menentukan azimuth dan jarak dari titik ikat ke PU pertama
di atas peta dengan busur derajat dan penggaris yang
kemudian dikonversi menjadi jarak lapangan setelah
dikoreksi dengan tabel koreksi jarak datar.

(c) Pada kemiringan kurang dari 7º atau 12% perbedaan jarak


proyeksi di lapangan diabaikan.

(d) Membuat tanda arah masuk (verklijker) menuju PU pertama


pada pohon terdekat dengan titik ikat menggunakan cat

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 17 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

yang memuat informasi: nomor petak, nomor PU, jarak


(meter), dan azimuth (derajat). Pada pohon verklijker dibuat
gelangan dengan dicat selebar 10 cm pada ketinggian 170
cm dari permukaan tanah.

(e) Apabila tidak dijumpai pohon, maka verklijker dapat dibuat


pada batu atau benda-benda permanen lainnya.
(f) Pembuatan PU pertama tidak selalu dimulai dari PU no. 1

(g) Apabila titik PU jatuh pada sungai atau lahan terbuka/open


plag dapat dilakukan penggeseran dengan radius maksimal
100 meter dari titik PU semula, dengan catatan letak PU
yang dipilih dapat mewakili kondisi sekelilingnya dan dicatat
dalam tallysheet.

(h) Apabila titik as PU tidak tepat mengenai pohon, maka


dibuat patok setinggi 1,5 m yang dicat bagian atasnya
sepanjang 10 cm.

(i) Pohon data dipilih yang terdekat dengan as PU yang


kondisinya sehat dan merupakan salah satu pohon
peninggi.

(j) Informasi ketinggian tempat dan koordinat titik pusat PU


menggunakan GPS, sedangkan kelerengan diukur dengan
menggunakan clinometer / haga hypsometer

(k) Apabila bentuk anak petak tidak dapat dibuat PU dengan


jari-jari sesuai kelas hutannya, maka dibuat PU dengan
ukuran jari-jari yang lebih kecil dan diberi keterangan
perubahan yang dilakukan.

(l) Apabila dijumpai keluasan anak petak yang relatif kecil atau
keluasan mencukupi tetapi penyebaran tegakan tidak
memungkinkan untuk dibuat PU, maka dilakukan klem
pohon serta dibuatkan catatan dalam tally sheet.
(m) Menentukan dan memberi tanda pohon tepi/batas yaitu
pohon terjauh dari as PU yang masih masuk dalam
lingkaran PU. Tanda dibuat dengan cat lebar 10 cm setinggi
170 cm dari permukaan tanah sebanyak minimal 4 pohon
menurut arah mata angin. Apabila jumlah pohon dalam PU
kurang dari 4 pohon, tanda batas tepi dibuat secukupnya,
bahkan bila tidak memungkinkan penyebaran tegakannya
tidak perlu dibuat ring batas tepi.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 18 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

(n) Menentukan jumlah pohon dalam PU (nPU)

Pohon-pohon yang masuk hitungan adalah semua pohon


yang ada dalam PU dengan ketentuan sebagai berikut:

 Setengah diameter pohon atau lebih masuk dalam


jari-jari PU.
 Pohon tertekan (tinggi kurang dari ¾ pohon peninggi)
tidak masuk dalam populasi tetapi tetap dicatat dalam
tally sheet.
 Pohon-pohon jenis rimba termasuk trubusan jati
dicatat dalam tally sheet.
 Apabila pohon-pohon bercabang pada ketinggian
<1,30 meter, cabang dihitung sebagain PU. Apabila
tinggi cabang >1,30 meter hanya dihitung satu pohon.

(o) Memberi nomor dan mengukur keliling pohon yang masuk


dalam PU. Jenis pita ukur yang digunakan harus yang
ditetapkan untuk keperluan tersebut. Hal ini untuk
menghindari duplikasi pembacaan. Pengukuran keliling
dilakukan sebelum kulit pohon diseset. Titik pengukuran
harus setinggi 130 cm dari permukaan tanah. Pengukuran
keliling hanya pada pohon yang berumur lebih dari lima
tahun.
Pada pohon yang tumbuh di tempat yang miring,
pengukuran dilaksanakan pada sisi yang lebih tinggi.
Apabila pada ketinggian 130 cm diatas permukaan tanah
bagian tersebut tidak normal, maka pengukuran keliling
dilakukan 10 cm diatas cacat atau sampai batang normal.
Pemberian nomor pohon dan keliling dimulai dari pohon
data sebagai pohon nomor 1 kemudian pohon nomor 2
dimulai dari Barat Laut dan seterusnya searah jarum jam
sebagai pohon sampel. Lihat gambar dalam lampiran.

(p) Pohon-pohon yang diukur sebagai peninggi adalah:

 Minimal 2 pohon untuk luas PU 0,02 Ha, 4 pohon untuk


luas PU 0,04 Ha, dan 10 pohon untuk luas PU 0,1 Ha,
atau
 10% pohon tertinggi, atau
 5 s/d 10 pohon tertinggi, atau

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 19 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

 Sejumlah pohon yang memenuhi kriteria sebagai


pohon peninggi tersebar merata dalam PU.
 Bila seluruh pohon tidak ada yang memenuhi kriteria
sebagai wakil pohon peninggi bukan karena faktor
tempat tumbuh, makapengukuran pohon peninggi
dilakukan pada pohon diluar PU atau menggunakan
bonita lama.
 Pengukuran peninggi menggunakan haga hypsometer
atau christenmeter. Tinggi yang diukur dari bagian
pangkal (permukaan tanah) sampai dengan bagian
tertinggi dari pohon (pucuk pohon). Jarak yang dipilih
merupakan jarak proyeksi.
 Data tinggi masing-masing pohon peninggi, ditulis
dengan menggunakan cat di bawah data keliling pohon.
(q) Menulis data PU pada pohon data:

 Penulisan meliputi Petak (Pt), Nomor PU (PU),


Peninggi (P), Jumlah pohon dalam PU (n), Jari-jari PU
(R), nomor urut dan keliling pohon, azimuth dan jarak
menuju patok/as PU bila titik tengah PU tidak
bertepatan pada pohon, serta azimuth dan jarak
menuju PU berikutnya.
 Penulisan nomor petak pada pohon data
menggunakan petak/anak petak yang digunakan pada
jangka berlaku.
 Penulisan data pada pohon dibuat pada ketinggian
155 cm dengan lebar kotak 20 x 30 cm atau
menyesuaikan diameter pohon.
 Pada pohon data dibuat ring pohon setinggi 170 cm
dengan lebar 10 cm.
(r) Jarak
Dalam menentukan jarak antar PU, jari-jari PU dan
pengukuran tinggi pohon dengan alat haga hypsometer,
jarak yang dipergunakan adalah jarak datar.Pada tempat
miring atau lereng pengukuran jarak di lapangan harus lebih
panjang daripada jarak datar dengan menggunakan tabel.
Pada kemiringan kurang dari 70 atau 12%, perbedaan jarak
di lapangan diabaikan.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 20 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

PU di daerah yang miringberbentuk ellips yang


pembuatannya di lapangan cukup dibuat 3 jari-jari, yaitu
seperti yang tertera pada sket berikut:

Penjelasan:
Untuk lereng 20o
R3 = ( 17,85 m + 18,85 m ) : 2 = 18,35 m

R1 = jari-jari PU (7,98 m; 11,29 m;17,85 m)


R2 = jari-jari PU terukur berdasarkan
table menurut derajat kemiringannya
R3= jari-jari pembantu yang panjangnya adalah:

R1 + R2
2
(s) Pengamatan dan pendataan tumbuhan bawah, keadaan
tanah, kondisi lapangan, dan keterangan lainnya:
 Tumbuhan bawah meliputi: pendataan jenis dan
kerapatan
 Keadaan Tanah, meliputi: jenis tanah, pH, kedalaman
solum, kesarangan, kondisi batuan, kondisi humus,
warna tanah, tingkat erosi.
 Lapangan meliputi: kemiringan/slope (rata, landai,
curam, sangat curam), bentuk lapangan (punggung,
lembah,puncak, jurang, lereng), arah lereng, kerataan
(rata, berombak, berbukit).
 Pencatatan lainnya mencakup pengamatan okuler
adanya gejala gangguan alami, seperti hama dan
penyakit, maupun gangguan manusia, seperti
pencurian dan sebagainya.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 21 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

(t) Merintis grid di lapangan


Untuk metode sistematic sampling Jarak 200 m di
lapangan harus merupakan jarak datar. Bilamana
lapangan tidak datar maka kemiringan lapangan (helling)
diukur dengan alat clinometer/ haga hypsometer .Setelah
diketahui derajat kemiringan, dilakukan koreksi jarak datar
sesuai dengan tabel. Jika menggunakan GPS bisa
langsung menggunakan aplikasi sign and go. Sedangkan
untuk metode stratified sampling untuk menuju ke titik PU,
bisa dilakukan dengan pencarian titik koordinat PU yang
sudah direncanakan dan disimpan dalam GPS..
(u) Titik PU agar didokumentasikan koordinatnya dengan
memakai GPS atau difoto dengan aplikasi sejenis open
camera dan data koordinat PU agar dilaporkan bersamaan
dengan ekstrak risalah pada awal bulan berikutnya
d. Pengisian Buku Tallysheet

(1) Semua data PU dicatat pada blanko tallysheet model 1 (F-


SMPHT.01-004-009).
(2) Risalah pada tanaman Pinus agar ditambahkan informasi
jumlah quare yang masih disadap pada pohon sampel dan
jumlah penyadap pada petak tersebut, untuk menaksir
produktifitas getah (gr/phn/hari)
(3) Selain tanaman pokok yang menjadi pohon sampel, pada
tally sheet per PU agar dicantumkan juga jenis jumlah
tanaman lainnya yang dominan dan komersial termasuk
tanaman agroforestry, misalnya Kopi, Rotan, Bambu dan
sebagainya
(4) Melengkapi blanko tallysheet model 2( F-SMPHT.01-004-
010) dengan menempelkan potongan peta yang sesuai,
dengan cara terlebih dahulu menstratifikasi PU per anak
petak.
(5) Pengisian blanko model 2 dilakukan setelah 1 petak selesai
dirisalah.
(6) Menetapkan bonita dengan cara membaca Tabel Bonita
berdasarkan data peninggi dan umur.
Catatan:

(a) Peninggi adalah rata-rata peninggi seluruh PU dalam


petak/anak petak

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 22 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

(b) Umur adalah umur tegakan pada saat dirisalah.


(c) Bonita pada kelas hutan TK/TPR/LTJL ditetapkan
berdasarkan bonita sekitarnya dan atau bonita lama.
(d) Bonita pada jenis tanaman diluar KP (TKL, TJKL, dan
lain-lain) selain mencantumkan bonita tanaman yang
bersangkutan, harus mencantumkan pula bonita
lama KP dalam kolom keterangan.
(e) Apabila bonita jenis tanaman lain diluar KP (TKL,
TJKL, dll) belum dapat diukur bonitanya (umur 5
tahun ke bawah), maka bonita yang digunakan
adalah bonita 1 (sebagai asumsi untuk KP jati).
(7) Menetapkan DKN dengan cara membandingkan jumlah
rata-rata pohon per ha lapangan dengan jumlah pohon per
ha pada Tabel.
(8) Menetapkan KBD dengan cara membandingkan luas
bidang dasar per ha lapangan terhadap luas bidang dasar
per ha menurut Tabel Luas Bidang Dasar Per Satuan
Keliling.
(9) Membuat ekstrak risalah hutan meliputi mutasi anak petak,
luas, umur, tahun tanam, Dkn, Kbd, kelas hutan dan
keterangan penting lainnya.
(10) Menyalin peta hasil risalah ke dalam fotocopy peta skala 1
: 10.000 yang telah disiapkan sebagai bahan laporan
perisalah. Peta baru hasil risalah diisi dengan
menggunakan tinta warna merah. Data lama dicoret (tidak
dihapus) serta data baru dituliskan.
(11) Hal-hal yang harus dicatat sebagai kesan umum berupa
data kualitatif tentang lapangan, tanah, tegakan, tumbuhan
bawah, hama dan penyakit, tingkat kerawanan hutan,
daerah administratif pemerintahan (desa pangkuan /
terdekat) termasuk jarak antara desa dengan hutan.
(12) Data tally sheet agar dimasukan dalam lembar kerja ekcel,
sehingga nantinya dapat diolah lebih lanjut untuk
pembuatan grafik pertumbuhan

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 23 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

6.3.2. Inventarisasi Hutan Pada Kawasan Untuk Perlindungan


Inventarisasi hutan pada kawasan untuk perlindungan dilakukan
untuk mengetahui gambaran keanekaragaman jenis, kerapatan
tegakan, serta tindakan yang akan datang.

Inventarisasi Hutan pada anak petak dengan jenis tanaman yang


menghasilkan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) misalnya Pinus,
Damar, Karet, dilaksanakan dengan metode seperti pada Kelas
Hutan Produktif pada Kawasan Untuk Produksi, dan selain itu
dilakukan dengan orientasi lapangan / okuler / tanpa PU.
PU pada Kawasan Untuk Perlindungan dibuat dengan ukuran jari –
jari menyesuaikan umur tanaman sebagaimana ketentuan jari – jari
PU pada Kawasan Untuk Produksi, kecuali pada lokasi yang tidak
memungkinkan dibuat dengan jari - jari sesuai ketentuan, maka
dibuat dengan jari – jari 7,98 m.

PENCERMATAN CITRA DRONE/SATELIT

`
JENIS TANAMAN
JENIS TANAMAN HHBK (Pinus,
NON HHBK Damar, dll)

PENGELOMPOKAN
ORIENTASI LAPANGAN / STRATIFIKASI

KLASIFIKASI KERAPATAN
TEGAKAN HL, HAS, KPS

TEGAKAN TEGAKAN TIDAK KOSONG


HOMOGEN MERATA
RAPAT
JARANG

KOSONG

JUMLAH PU 1 PU 1 PU
DIKURANGI MEWAKILI MEWAKILI
S.D 50% 4 HA 16 HA

6.3.3. Inventarisasi hutan pada Kawasan Untuk Penggunaan Lain


a. Pada Kelas Hutan HTKH

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 24 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Pada kelas hutan HTKh yang berupa tanaman berasal dari


permudaan buatan dilakukan pembuatan PU sebagaimana pada
kawasan produksi, sedangkan yang bukan berasal dari permudaan
buatan dilakukan orientasi lapangan.
PU dibuat dengan ukuran jari – jari menyesuaikan umur tanaman
sebagaimana ketentuan jari – jari PU pada Kawasan Untuk
Produksi, kecuali pada lokasi yang tidak memungkinkan dibuat
dengan jari - jari sesuai ketentuan, maka dibuat dengan jari – jari
7,98 m.
Pada kelas hutan LDTI, KTn, dan WW dilaksanakan secara okuler
/tanpa PU/orientasi lapangan.
6.4. Inventarisasi Hutan pada Hutan Lindung
Metode Inventarisasi hutan pada Hutan Lindung sesuai dengan
Inventarisasi pada Kawasan Untuk Perlindungan. Sedangkan sasaran
dan klasifikasi Hutan Lindung mengacu pada Pedoman Rencana
Pengelolaan Hutan Lindung
6.5. Penentuan Kelas Hutan
Kelas hutan ditentukan dari hasil pelaksanaan inventarisasi hutan yang
dituangkan dalam Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan dan telah
mendapatkan persetujuan Kepala Biro Perencanaan cq Kepala Seksi
Perencanaan SDH. Kelas hutan dibedakan berdasarkan fungsi hutan
dan tujuan pengelolaannya sebagai berikut:
6.5.1. Hutan Lindung
Hutan lindung ditetapkan oleh Menteri Kehutanan. Selain hutan lindung
sebagai fungsi, dalam Inventarisasi Hutan ditetapkan sebagai kelas
hutan HL (Hutan Lindung).
Kondisi vegetasi hutan lindung dijelaskan dalam variabel klasifikasi
khusus.
6.5.2 Hutan Produksi
Berdasarkan tujuan pengelolaannya, Hutan Produksi terbagi menjadi
induk kelas hutan :

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 25 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

a. Kawasan Untuk Perlindungan,


b. Kawasan Untuk Produksi,
c. Kawasan Untuk Penggunaan Lain.
a. Kawasan Untuk Perlindungan
Kawasan Untuk Perlindungan adalah kawasan hutan pada hutan
produksi yang ditetapkan dengan fungsi utama perlindungan
lingkungan sumberdaya alam, sumberdaya buatan dan nilai
sejarah serta budaya bangsa sehingga kegiatan produksi dapat
tetap menjaga fungsi hutan secara seimbang dan berkelanjutan.
Kawasan perlindungan terbagi kedalam 4 (empat) kelas hutan,
yaitu :
1) Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)
2) Hutan Alam Sekunder (HAS)
3) Kawasan Perlindungan Khusus (KPKh)
4) Tak Baik Untuk Produksi (TBP)
1) Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)
Pengertian, lebar sempadan , dan klasifikasi kondisi vegetasi
KPS mengacu pada Prosedur Kerja Pengelolaan Kawasan
Perlindungan Setempat.
2) Hutan Alam Sekunder (HAS)
Kawasan ini diperuntukan sebagai keterwakilan hutan alam
serta untuk kepentingan perlindungan keanekaragaman hayati
dan mendukung hydroorologis. Pembangunan hutan pada
lokasi ini diarahkan pada terbentuknya semi natural forest
(Hutan Alam Sekunder). Pada kawasan ini sedapat mungkin
bersifat kompak dan diarahkan menjadi buffer kawasan-
kawasan perlindungan yang telah ada, seperti cagar alam,
sumber air unik dll.
Penetapan kawasan HAS ini dilakukan apabila dalam suatu
wilayah KPH luas tutupan hutan alam ( termasuk hutan alam
pada hutan lindung ) kurang dari 5 % dari total luas KPH, dan
atau luas kawasan perlindungan keanekaragaman hayati (HL
dan Kawasan Untuk Perlindungan) kurang dari 10% dari total
luas KPH.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 26 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Jika dalam suatu KPH terdapat hutan alam primer selain hutan
lindung walaupun luas kawasan perlindungan keanekaragaman
hayatinya lebih dari 10 % maka ditetapkan sebagai HAS.

Penetapan kawasan HAS ini harus dilakukan kajian terlebih


dahulu terkait dengan kondisi ekosistem.
3) Kawasan Perlindungan Khusus (KPKh)
Kawasan perlindungan khusus adalah kawasan lindung yang
terdapat di hutan produksi dengan tujuan untuk melindungi
kawasan-kawasan tertentu yang mempunyai keanekaragaman
hayati, plasma nutfah, situs-situs budaya, situs-situs ekologi
dan kawasan-kawasan yang perlu dilindungi lainnya.
Kawasan perlindungan khusus terdiri dari:

a) Kawasan Perlindungan Plasma Nutfah (KPPN)

Kawasan ini berfungsi untuk perlindungan keaneka ragaman


hayati (biodiversity) baik flora maupun fauna. Penetapan
areal ini ditentukan oleh hasil survei biodiversity.
Pelaksanaan survei biodiversity dilaksanakan secara
tersendiri diluar kegiatan inventarisasi hutan. Untuk flora dan
fauna yang paling menonjol agar dicatat sebagai klasifikasi
khusus.

b) Situs Ekologi

Situs ekologi adalah lokasi-lokasi tertentu yang memiliki


manfaat untuk hajat hidup orang banyak, seperti sumber air
(mata air, danau, sungai dll) yang digunakan untuk
kebutuhan hidup sehari-hari dari masyarakat sekitar. Dalam
situs ini termasuk pula gua, rawa, dll. Jenis-jenis situs ekologi
tersebut dicatat dalam klasifikasi khusus.

c) Situs BudayaYang termasuk kelas hutan ini adalah tempat-


tempat yang memiliki nilai-nilai budaya masyarakat sekitar
hutan yang berfungsi untuk melindungi kelestarian budaya
tradisional dan mempertahankan identitas masyarakat itu
sendiri, seperti kuburan, punden, candi, petilasan keramat dll.
Untuk jenis-jenis situs budaya tersebut agar dicatat sebagai
klasifikasi khusus.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 27 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

d) Hutan Monumen

Hutan monumen adalah kawasan bervegetasi dengan


kondisi relatif baik yang keberadaannya dipertahankan untuk
kepentingan estetika maupun kepentingan historis eksistensi
pengelolaan hutan. Penetapan maupun pencabutan
kawasan ini dilakukan oleh Direksi. Apabila dalam Hutan
Monumen ini terdapat kawasan perlindungan setempat
seperti sungai dan sempadannya, mata air dan
sempadannya atau jurang dan sempadannya, maka lokasi
kawasan perlindungan setempat tersebut tidak termasuk
kedalam kelas hutan KPKh, tetapi merupakan kelas hutan
KPS.
4) Tidak Baik Untuk Produksi (TBP)
Tidak baik untuk produksi adalah kawasan hutan yang tidak baik
untuk produksi karena keadaan alamnya, seperti sungai, bukit
batu, sumber lumpur dan lainnya.

b. Kawasan Untuk Produksi


Kawasan untuk produksi adalah kawasan yang menurut keadaaan
alamnya dapat diusahakan untuk menghasilkan hasil hutan kayu
maupun hasil hutan bukan kayu. Kawasan ini terbagi kedalam dua
bagian, yaitu :
1) Kawasan Kelas Perusahaan
2) Kawasan Bukan Kelas Perusahaan
1) Kawasan Kelas Perusahaan

Kawasan ini meliputi area-area yang saat dilakukan


inventarisasi berupa tegakan untuk jenis kelas perusahaan dan
kondisi lahannya sesuai untuk pertumbuhan jenis kelas
perusahaan dan dapat diterapkan sistem silvikultur tebang
habis dan sistem silvikultur lainnya (tebang pilih dan atau tebang
jalur) dengan permudaan buatan. Untuk permudaan lainnya
dapat dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Kawasan yang
sesuai kelas perusahaan dibagi menjadi:
a) Produktif Dalam Kawasan Kelas Perusahaan

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 28 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Kawasan ini merupakan areal-areal yang berisi jenis


tanaman kelas perusahaan yang digolongkan mempunyai
potensi produktif. Kawasan ini terbagi kedalam beberapa
kelas hutan sebagai berikut :

(1) Kelas Umur (KU)


Merupakan kelas hutan tanaman produktif yang dicirikan
dengan kepadatan bidang dasar (KBD) 0,60 up dan atau
DKn 0,50 up ( umur < 40 thn). Untuk tanaman yang awal
pertumbuhannya tidak dapat diketahui, maka umur rata-
rata tegakan ditentukan dengan cara menghitung
lingkaran tahun, atau dengan pembacaan tabel bonita
pada tinggi dan bonita.
Interval kelas umur untuk semua jenis kelas perusahaan
adalah 5 tahun kecuali jenis FGS (akasia dan sengon)
adalah 1 tahun.
(2) Masak Tebang
Kelas hutan masak tebang (MT) adalah areal-areal yang
bertegakan baik yang dicirikan dengan terpenuhinya
ukuran kepadatan bidang dasar (KBD) dan umur tertentu,
atau DKN dan umur tertentu sebagaimana tabel berikut :

Untuk jenis tanaman dengan daur pendek tidak ada kelas


hutan MT

(3) Miskin Riap


Tegakan-tegakan yang mempunyai pertumbuhan riap
kurang optimal digolongkan ke dalam kelas hutan miskin
riap (MR). Kelas hutan ini masih digolongkan pada

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 29 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

potensi produktif. Kelas hutan ini ditentukan berdasarkan


kriteria potensi kepadatan bidang dasar (KBD) : 0,30 –
0,59, dan umur : 41 tahun up.

Untuk jenis tanaman dengan daur pendek tidak ada kelas


hutan MR

b) Tidak Produktif dalam Kelas Perusahaan


Dalam kelompok kelas hutan ini adalah lapangan-lapangan
yang sesuai dengan jenis kelas perusahaannya tetapi
potensi tegakannya tidak memenuhi kriteria minimal
produktif. Induk kelas hutan ini terbagi kedalam beberapa
kelas hutan:
(1) Lapangan Tebang Habis Jangka Lalu (LTJL)
Kelas hutan ini berupa lapangan-lapangan bekas tebang
habis baik Tebangan A, B, maupun D,yang akan ditanami
pada tahun berikutnya. Penetapan kelas hutan ini
ditujukan untuk kepentingan statistik, yaitu membedakan
antara areal bekas tebangan A dan tanah kosong
lainnya.

(2) Tanah Kosong (TK)


Kelas hutan ini adalah lapangan-lapangan tidak
bertegakan (kosong), hampir kosong, padang rumput,
semak belukar atau kondisi serupa lainnya dengan KBD
≤ 0,05 Lapangan ini merupakan areal-areal yang dapat
dilakukan permudaan kembali dan mempunyai harapan
untuk tumbuh baik. Selain itu, juga termasuk lapangan-
lapangan yang berisi trubusan yang umurnya kurang dari
1 tahun. Kriteria KBD untuk kelas hutan ini adalah 0,05
atau kurang.

Sesuai kelas perusahaannya, lapangan ini akan ditanami


kembali dengan jenis sesuai kelas perusahaannya.
(3) Tanaman Bertumbuhan Kurang (TBK)
Yang termasuk dalam kelas hutan ini adalah lapangan-
lapangan yang berisi tanaman jenis kelas perusahaan,
dengan potensi atau pertumbuhan yang kurang baik.
Kondisi ini pada umumnya disebabkan oleh pengrusakan
hutan, kurang baiknya pemeliharaan maupun kegagalan
tanaman, maupun karena faktor tanah / lahan. Trubusan
yang umurnya lebih dari 1 tahun dan memenuhi KBD

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 30 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

yang dipersyaratkan dapat dimasukan ke dalam kelas


hutan TBK. Kriteria kelas hutan TBK memiliki KBD 0,06–
0,59
2) Kawasan Bukan Kelas Perusahaan

Kelompok hutan ini memiliki luasan yang lebih kecil


dibandingkan kelompok kawasan yang sesuai dengan jenis
tanaman kelas perusahaan. Dalam kawasan ini, selain terdapat
lapangan-lapangan yang tidak sesuai lahannya untuk
pertumbuhan jenis tanaman kelas perusahaan, terdapat pula
lapangan-lapangan yang sesuai untuk pertumbuhan jenis
tanaman kelas perusahaan, namun dikarenakan suatu tujuan
perusahaan, ditanami dengan bukan jenis tanaman kelas
perusahaan. Kelompok hutan ini terbagi ke dalam beberapa
bagian :
a) Produktif Dalam Kawasan Bukan Kelas Perusahaan

Kawasan ini adalah lapangan-lapangan yang berisi jenis


tanaman bukan kelas perusahaan yang memiliki nilai
komersial (produktif). Areal ini dapat berupa campuran
dengan jenis kelas perusahaan, namun komposisi bukan
untuk KP harus lebih dominan. Kawasan ini terbagi kedalam
beberapa kelas:
(1) Tanaman Kayu Lain (TKL)

TKL adalah lapangan – lapangan yang berisi tegakan


bukan untuk jenis kelas perusahaan yang tumbuh pada
tempat-tempat yang baik untuk jenis kelas perusahaan
(KP) dengan kondisi pertumbuhan relatif baik (KBD >
0,30). TKL ini bila telah mencapai daur atau akan
direboisasi selanjutnya dikembalikan ke dalam jenis
kelas perusahaan. Apabila jenis tersebut tersebar dalam
skala yang memadai dan memiliki luas minimal tertentu
akan dihitung dalam rencana pengaturan hasil tersendiri,
maka digolongkan kedalam kelas hutan TJKL.

(2) Tanaman Jenis Kayu Lain (TJKL)


TJKL adalah ;
(a) Lapangan berisi tanaman jenis bukan kelas
perusahaan dengan potensi cukup produktif (KBD >
0,30), yang kondisi tanahnya tidak baik untuk
tanaman jenis Kelas Perusahaan, atau

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 31 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

(b) lapangan – lapangan tanaman jenis bukan kelas


perusahaan dengan kondisi potensi cukup produktif
(KBD > 0,30), yang kondisi tanahnya baik untuk
tanaman jenis Kelas Perusahaan tetapi mempunyai
sebaran umur maupun cakupan wilayah yang
memungkinkan untuk diatur tersendiri kelestarian
hasilnya dalam suatu klaster. Jika luas TJKL tidak
memenuhi luas yang memadai maka dikelaskan
menjadi TKL. Penetapan kelas hutan TJKL pada
lokasi tanah yang baik untuk tanaman KP ini
dilakukan apabila telah diambil kebijakan dengan
dasar analisis kelayakan, bahwa jenis tersebut akan
dikelola dengan pengaturan hasil secara tersendiri.
Sehingga dimungkinkan pada saat pelaksanaan
Inventarisasi Hutan i kelas hutannya TKL, kemudian
diralat menjadi kelas hutan TJKL karena sudah ada
kebijakan bahwa jenis tanaman tersebut menjadi
suatu klaster.
Untuk keperluan perhitungan kelestarian hasil perlu
pengklasifikasian seperti layaknya kelas umur.
b) Tidak Produktif Dalam Kawasan bukan Kelas Perusahaan
Kawasan ini adalah lapangan lapangan yang berisi tegakan
bukan jenis kelas perusahaan, dengan kondisi rusak, hampir
kosong atau kosong, sehingga perlu segera ditanami
kembali. Kawasan ini terbagi kedalam beberapa bagian :
(1) Tanaman Kayu Lain Rusak (TKLR)

TKLR adalah lapangan berisi tanaman jenis bukan kelas


perusahaan yang tumbuh pada tempat-tempat yang baik
untuk tanaman jenis kelas perusahaan (KP) dengan
kondisi pertumbuhan jelek (KBD 0,06 – 0,29).

(2) Tanaman Jenis Kayu Lain Rusak (TJKLR)

TJKLR adalah lapangan berisi tanaman jenis bukan kelas


perusahaan yang tumbuh pada tempat-tempat yang tidak
baik untuk tanaman jenis kelas perusahaan (KP) dengan
kondisi pertumbuhan jelek (KBD 0,06 – 0,29).

(3) Tanah Kosong Tak Baik untuk Kelas Perusahaan


(TKTBKP) Kelas hutan ini adalah lapangan-lapangan
dalam kondisi kosong atau hampir kosong (KBD ≤ 0,05),

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 32 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

yang kondisi tanahnya tidak baik untuk tanaman jenis


kelas perusahaan.
c. Kawasan Untuk Penggunaan Lain
Kawasan untuk penggunaan lain adalah kawasan yang
diperuntukkan kegiatan yang sangat spesifik diluar kegiatan
kehutanan. Pada kawasan tersebut tidak diperuntukkan
pengusahaan hasil hutan kayu secara teratur. Kawasan ini
terbagi kedalam (4) empat kelas hutan , yaitu :

(1) Lapangan Dengan Tujuan Istimewa (LDTI)

Kelas hutan ini adalah lapangan-lapangan yang telah


diberi tujuan istimewa yang agak tetap dan dalam
kawasan tersebut tidak disediakan untuk menghasilkan
kayu secara teratur.
Misalnya : Alur, Pekarangan Dinas, TPK, SUTT, Jalan
rel, fasilitas umum (jalan mobil, lapangan olahraga,
kuburan dll)

(2) Hutan dengan Tujuan Khusus (HTKh)


Kelas hutan ini adalah kawasan yang diperuntukkan
dengan tujuan khusus.
Misalnya: kawasan yang ditetapkan ijin pengelolaan atau
pemanfaatan oleh pemerintah (IPHPS, KHDTK,
Agroforestry, dll), untuk kegiatan penelitian dan
pengembangan kehutanan, kegiatan penambangan
galian C, pohon plus, Wisata Rintisan (yang sudah ada
SK Wisata Rintisan dari Kadiivre), dll.
(3) Wana Wisata (WW)
Wana wisata adalah hutan yang dijadikan obyek wisata.
Penetapan maupun pencabutan kelas hutan ini dilakukan
setelah ada Surat Keputusan tentang Wana Wisata dari
Direksi.
Lokasi wisata pada HL dan Kawasan Untuk Perlindungan
baik yang sudah ada SK Wana Wisata dari Direksi
maupun yang masih merupakan Wisata Rintisan kelas
hutannya tetap HL, KPS, HAS, KPKh atau TBP, tetapi
diberikan keterangan merupakan lokasi wisata.
(4) Kawasan dengan masalah Tenurial (KTn)

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 33 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Kawasan dengan masalah tenurial adalah kawasan


hutan yang terdapat permasalahan tenurial yang
tergolong kedalam strata C-D (sesuai dengan Keputusan
Direksi No. 460/Kpts/Dir/2010 tentang Pedoman
Penanganan dan Penyelesaian Konflik Tenurial Dalam
Kawasan Hutan) yang tidak memungkinkan untuk
dilakukan kegiatan pengelolaan.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 34 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Pembagian kelas hutan dapat dilihat pada skema sebagai berikut :

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 35 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

6.6. Pemisahan / Penggabungan Anak Petak


Pemisahan / penggabungan anak petak sebaiknya diprioritaskan untuk
memudahkan pengelolaan. Dasar pemisahan /penggabungan suatu anak
petak adalah :
a. Berdasarkan Penggunaan dan Keadaan Alam

1) Lapangan-lapangan yang tidak baik untuk penghasilan karena


keadaan alamnya seperti sungai, tebat, rawa, sumber lumpur, bukit
batu, dapat dipisahkan menjadi anak petak tersendiri.

2) Penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan tertentu seperti jalan


rel, jalan mobil, kuburan, jalur listrik, tempat penimbunan kayu,
persemaian, rumah dinas, serta lapangan khusus penggembalaan
ternak dan tempat pengambilan batu (yang sudah ditunjuk), dan
sebagainya, dapat dipisahkan menjadi anak petak tersendiri.
b. Berdasarkan Jenis Tegakan / Jenis Permudaan
Tegakan hutan bisa dipisahkan menjadi anak petak baru berdasarkan
perbedaan jenis tegakan dan jenis permudaannya.
c. Berdasarkan Tahun Tanam Tegakan
Untuk tegakan daur panjang (>40 tahun) dan menengah (20 – 40 tahun),
beberapa anak petak yang berdampingan dapat digabungkan apabila
selisih umur ≤ 3 tahun, dengan menggunakan perhitungan rata-rata
tertimbang.
Contoh :
1) Jati tahun 1986 = 7,0 ha
2) Jati tahun 1987 = 2,5 ha
3) Jati tahun 1989 = 3,0 ha
Jumlah = 12,5 ha
Perhitungan :

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 36 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Maka tahun tanam rata-rata adalah 1987.


Dipisahkan menjadi suatu anak petak tersendiri apabila dalam satutahun
tanam atau yang berdekatan (maksimal 3 tahun) terdapat perbedaan
yang mencolok dalam hal KBD dan Bonita.
d. Berdasarkan Keluasan
Tegakan hutan bisa menjadi suatu anak petak apabila memenuhi syarat
luas minimal sebagai berikut:

Keluasan
KP Jati KP Rimba
(Ha)
LDTI, TBP,
> 0,1 KPS,KPKh, HTKh, LDTI, TBP, KPS,KPKh,
HTKh, KTn
KTn
> 1,0 MT, TJKL, TJKLR, TJKL, TJKLR, TKTBKP
TKTBKP
> 4,0 KU, MR, LTJL, TBK, KU, MT, MRLTJL,
TKL, TKLR, TK TBK,TKL, TKLR, TK

Catatan:

Apabila keluasan kurang dari persyaratan tersebut, diambil langkah


sebagai berikut:

1) Untuk kelas hutan KU,MR, LTJL, TBK, TKL, TKLR, dan TK yang
luasnya 1,0 ha s.d < 4,0 ha diobservasikan sebagai anak petak
gandul/cucu petak)

2) Untuk kelas hutan KU,MT, MR, LTJL, TBK, TKL, TKLR,TK, TJKL,
TJKLR, dan TKTBKPyang luasnya <1,0 ha dicantumkan dalam
keterangan (Ranap).
3) Pencantuman anak petak gandul/cucu petak pada ekstrak risalah
hutan maupun model RPKH-PDE 2 ditulis tersendiri pada kolom anak
petak (kolom 1) dan kolom luas (kolom4)

4) Penulisan anak petak gandul/cucu petak pada ekstrak risalah


hutan maupun pada model RPKH-PDE 2 menggunakan identitas
sebagaimana contoh di bawah ini:
Pada petak 23a seluas 10 ha terdapat:
KU I = 7 ha

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 37 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

KU III = 2 ha
KU V = 1 ha
Maka penulisan di dalam ekstrak risalah hutan maupun model RPKH-
PDE 2 adalah sebagai berikut:
23 a1 = 7ha (KU I)
23 a2 = 2 ha (KU III)
23 a3 = 1 ha (KU V)
e. Berdasarkan Bonita
Tegakan hutan dapat dipisahkan menjadi anak petak tersendiri apabila
terdapat perbedaan bonita minimal sebesar 1.
f. Berdasarkan KBD

Tegakan hutan dapat dipisahkan menjadi anak petak tersendiri apabila


terdapat perbedaan KBD sebesar 0,3 untuk KP Jati dan 0,2 untuk KP
Rimba
g. Berdasarkan kombinasi Faktor KBD, DKn, dan Umur

Umur
No KBD DKN
< 41 thn ≥ 41 tahun)
1 ≥ 0,6 KU KU
2 KU*) MR *)DKN ≥0,5
0,30 - 0,59
TBK**) MR **) DKN < 0,5
3 0,06 - 0,29 TBK TBK
4 < 0,05 TK TK

h. Berdasarkan Fungsi

Suatu kawasan hutan lindung untuk kemudahan pengelolaan dipisahkan


menjadi anak petak/petak tersendiri. Suatu kawasan hutan lindung untuk
kemudahan pengelolaan dipisahkan menjadi anak petak/petak
tersendiri.Penetapan dan pencabutan kelas hutan berdasarkan fungsi
dilakukan setelah adanya Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang
Fungsi Kawasan Hutan.

i. Berdasarkan Kemudahan Pengelolaan

1) Bentuk anak petak dibuat sesederhana mungkin mengikuti bentuk


lapangan dan sedapat mungkin mempergunakan batas alam.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 38 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

2) Petak/anak petak yang terpotong dengan garis pembagian yang


permanen (rel, jalan, sungai, SUTET) dipisahkan menjadi anak petak
tersendiri, termasuk batas hutan pangkuan desa (wilayah administratif
pemerintahan).
Kelas hutan untuk jarak tanam diluar ketentuan Tabel WVW sebagai
berikut :
a) Untuk umur ≤ 5 tahun penetapan kelas hutan menggunakan DKn
dengan jumlah pembagi sesuai jarak tanam dengan ketentuan

- DKn ≥ 0,50: KU / TKL/TJKL, (KBD diasumsikan 0,60)

- DKn 0,30 – 0,49 : TBK/TKLR/TJKLR,

- DKn < 0,30 : TK/TKTBKP


b) Untuk umur 6 – 15 tahun ditentukan berdasarkan kombinasi KBD
dan perhitungan DKn menggunakan jumlah pembagi jarak tanam
atau tabel tegakan tinggal dari pedoman
pemeliharaan/penjarangan, dengan ketentuan:

(1) Tanaman Jenis KP

(a). KU jika DKn ≥ 0,50 , atau Dkn < 0,50 tetapi KBD ≥ 0,60
karena jarak tanam saat ini tidak sesuai dengan ketentuan
tabel WVW sehingga masih dimungkinkan dengan jarak
tanam berbeda pertumbuhan KBDnya bisa mencapai 0,60.

(b) TBK jika DKn 0,30 – 0,49 , atau DKn < 0,30, tetapi KBD 0,06
– 0,59

(c) TK/TKTBKP jika DKn < 0,30 dan KBD ≤ 0,05

(2) Jenis Tanaman Bukan KP

(a) TKL / TJKL jika DKn ≥ 0,50 , atau Dkn < 0,50 tetapi KBD ≥
0,30

(b) TKLR / TJKLR jika DKn 0,30 – 0,49 , atau DKn < 0,30, tetapi
KBD 0,06 – 0,29

(c) TK/TKTBKP jika DKn < 0,30 dan KBD ≤:0,05

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 39 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

c) Untuk umur 16 tahun up :

(1) Tanaman Jenis KP : menggunakan ketentuan dengan standar


seperti pada Kombinasi KBD, DKN, dan Umur .

(2) Tanaman jenis bukan KP : menggunakan ketentuan dengan


standar KBD
4) Untuk tanaman yang mempunyai pola tanam Management
Regime/MR yang terdapat plong-plongan (MR III dan MR IV)akan
diatur tersendiri. Sambil menunggu pedoman khusus yang akan
diterbitkan kemudian, sementara dapat digunakan ketentuan sebagai
berikut:
a) Intensitas dan model PU
Kelas Ukuran Luas IS
Keterangan
Umur M (ha) (%)
I-IV 19x10,5 0,02 0,5 Bentuk PU
V-VIII 19x21,0 0,04 1,0 Persegi
IX up 19x52,6 0,10 2,5 Panjang

b) Pola grid

PU ditempatkan setiap jarak 200m (menyesuaikan kondisi


lapangan), dengan jaringan antar PU berbentuk bujur sangkar
(200m x 200m).
c) Perhitungan KBD dan DKn
(1) KBD dan DKn dihitung sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(2) Kemudian dikalikan luas efektif yang bertegakan tanaman
kehutanan. Contoh:
KBD = 0,70 dengan luas efektif 70% dalam tiap ha, maka KBD
ditetapkan 0,70 x 70% = 0,49.

d) Penetapan kelas hutan

Penetapan kelas hutan pada pola MR III dan IV menggunakan


ketentuan sesuai dengan penentuan kelas hutan pada pola
tanam di luar ketentuan Tabel WvW.

6.7. Penentuan Kelas Hutan Asal Trubusan

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 40 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Berdasarkan dinamika kondisi dilapangan serta masih dijumpai hambatan-


hambatan dalam pembuatan tanaman, maka dimungkinkan terdapat hutan-
hutan yang berasal dari trubusan untuk dipelihara dan dipertahankan,
mengacu pada Pedoman Pemeliharaan Trubusan Perum Perhutani.

Penentuan KBD pada trubusan (tanaman tunas )sama dengan penentuan


KBD pada tanaman asal biji / plances (tanaman baris) .
Cara penentuan umur trubusan sebagai berikut :
1. Berdasarkan lingkaran tahun, atau
2. Berdasarkan tahun pelaksanaan opslag culture, atau

3. Berdasarkan tabel bonita dilihat dari tinggi pohon dan bonita

Penentuan kelas hutan pada trubusan (tanaman tunas) sama dengan


penentuan Kelas hutan pada tanaman asal biji / plances (tanaman baris).

6.8. Monitoring dan Evaluasi


a. Perencanaan dan Pembuatan Petak Ukur dilakukan evaluasi oleh Waka
PHW
 Apabila jumlah PU yang dibuat oleh perisalah dibandingkan dengan
yang seharusnya terjadi perbedaan, maka dilakukan perbaikan
perencanaan pembuatan PU sesuai luas, intentsitas sampling dan
ketentuan lainnya.
 Apabila titik PU setelah dioverlaykan dengan citra tidak pada lokasi
yang mewakili populasi maka dilakukan penyeusaian kembali titk PU
tersebut.
b. Pengisian dan Pengolahan Data Lapangan dilakukan evaluasi oleh
Waka PHW
Apabila hasil perhitungan dan pengolahan data perisalah dibandingkan
dengan hasil pengecekan lapangan oleh Waka PHW terjadi perbedaan
dalam penentuan peninggi, lbds dan bonita yang berpengaruh terhadap
KBD, DKN dan Kelas Hutan, maka perisalah diwajibkan melakukan
perbaikan data lapangan.
c. Penentuan Kelas Hutan
 Evaluasi oleh Waka PHW
Apabila terjadi perbedaan hasil ekstrak inventarisasi hutan dengan
validasi lapangan dan data pengelolaan SDH yang dilakukan oleh
KPH, maka dilakukan pengecekan kembali PU (Pohon Data, Keliling,

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 41 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Peninggi serta kondisi sosial berdasarkan informasi petugas


lapangan) dan batas-batasnya oleh PHW
 Evaluasi oleh Kasi Utama Bidang Perencanaan SDH
Apabila terjadi perbedaan penentuan kelas hutan sesuai ketentuan
maka Kasi Utama Bidang Perencanaan SDH melakukan verifikasi ke
PHW untuk dilakukan perbaikan oleh perisalah.
6.9. Tata Waktu Pelaporan Hasil Inventarisasi Hutan
a. Pelaporan pada PHW

1) Selambat-lambatnya tanggal 3 pada bulan berikutnya, petugas


menyerahkan hasil inventarisasi hutan berupa Tally Sheet, file ekcel
Tally Sheet, Peta, Ekstrak Risalah Hutan, manual SISDH, mutasi anak
petak, file dokumentasi, shp GPS (koordinat PU), dan konsep BAPKH
kepada KSS wilayah Penataan/Tim Korektor untuk dikoreksi dan
hasilnya dilaporkan kepada Wakil KPHW. Dan selambat-lambatnya
tanggal 4 hasil koreksi sudah dikembalikan kepada petugas.

2) Hasil inventarisasi hutan berupa Tally Sheet, Peta, ekstrak Risalah


Hutan, manual SISDH dan mutasi anak petak yang telah diperbaiki
dibuat rangkap 4 dan dilaporkan kepada KPHW c.q. KSS Statistik.

b. Pelaporan pada Departemen Perencanaan dan Pengembangan Bisnis

1) Selambat-lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya, KPHW


melaporkan hasil inventarisasi hutan lembar 1, 2 dan 4 kepada Kepala
Departemen Perencanaan dan Pengembangan Bisnis cq. Kepala
Seksi Utama Bidang Perencanaan SDH untuk dikoreksi dan
mendapatkan pengesahan.
2) Selambat-lambatnya 7 hari kerja dari tanggal pegiriman, hasil
inventarisasi hutan sudah disahkan. Lembar 1 beserta petanya dikirim
kepada Ekspert Madya Pengukuran, Tata Batas dan Penggunaan
Kawasan. Lembar 2 arsip Seksi Perencanaan SDH dan lembar 4
dikirim kepada KPHW.

c. Pelaporan kepada KPH

1) Setelah mendapat pengesahan hasil inventarisasi hutan, lembar 3


beserta petanya dibetulkan/disesuaikan dengan pengesahan,
kemudian dikirim kepada Administratur/KKPH untuk mendapatkan
tanggapan dengan tembusan Kepala Departemen Perencanaan dan
Pengembangan Bisnis

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 42 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

2) Selambat-lambatnya 2 bulan Administratur/KKPH harus


menyampaikan tanggapannya atas hasil inventarisasi hutan.

3) Apabila terdapat tanggapan atas hasil inventarisasi hutan maka


petugas PHW dan KPH melakukan peninjauan bersama dan petugas
PHW membetulkan hasil inventarisasi hutan berupa Tally Sheet, peta,
ekstrak manual SISDH dan .mutasi anak petak.

4) Apabila dalam waktu 2 bulan Administratur/KKPH tidak


menyampaikan tanggapannya atas hasil inventarisasi hutan, maka
pengesahan atas hasil inventarisasi hutan telah benar.

6.10. Inventarisasi Hutan Pelengkap

Inventarisasi hutan pelengkap dilaksanakan pada petak/anak petak sebagai


berikut :

1. Lokasi RTT Tanaman yang pada saat dilaksanakan inventarisasi hutan


belum direalisasikan (RTT Tanaman pada tahun penataan ulang, RTT
Tebangan, dan RTT Teresan).

2. Terjadinya penurunan potensi hutan yang bersifat kahar (force majeur)


yang mengakibatkan terjadinya perubahan kelas hutan.

7. FORMILIR DAN LAMPIRAN


7.1. Penentuan titik RS dan pembuatan jaringan PU: F.SMPHT.01.1-004-001
7.2. Penentuan titik PU pertama tanpa Tabel Random: F.SMPHT.01.1-004-002
7.3. Pola pembuatan grid: F.SMPHT.01.1-004-003
7.4. Tabel koreksi jarak datar: F.SMPHT.01.1-004-004
7.5. Pemberian tanda arah masuk Petak Ukur pertama:F.SMPHT.01.1-004-005
7.6. Pengukuran keliling pohon pada tempat yang Miring dan pohon tidak norma:
F.SMPHT.01.1-004-006
7.7. Pengukuran tinggi pohon dengan menggunakanHaga Hypsometer:
F.SMPHT.01.1-004-007
7.8. Penulisan pohon data : F.SMPHT.01.1-004-008
7.9. Tally Sheet model I: F.SMPHT.01.1-004-009
7.10. Tally Sheet model II: F.SMPHT.01.1-004-010

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 43 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

7.11. Tally Sheet model III: F.SMPHT.01.1-004-011


7.12. Tabel Luas Bidang Dasar Per satuan keliling: F-SMPHT.01.1-004-012
7.13. Ekstrak Hasil Inventarisasi Hutan: F-SMPHT.01.1-004-013

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 44 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-001

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 45 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-002

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 46 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-003

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 47 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-004

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 48 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-005

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 49 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-006

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 50 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 51 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-007

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 52 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-008

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 53 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-009

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 54 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-0010

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 55 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-011

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 56 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT 01.1-004-012

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.01.1-004

PROSEDUR KERJA No. Revisi :


INVENTARISASI HUTAN Tanggal Revisi : 1 September 2021
Tanggal Berlaku : 1 September 2021

Halaman : 57 dari 57

TERKAIT DENGAN TATA KELOLA

F-SMPHT.01.1-004-013

Sistem Manajemen Perum Perhutani

Anda mungkin juga menyukai