PK-SMPHT.02.5-009
DISAHKAN OLEH
DIREKTUR OPERASI & PERHUTANAN SOSIAL,
No. Salinan :
Penerima :
Tanggal Distribusi :
Status Distribusi :
Tanggal No
NO Hal Uraian Revisi Paraf
Revisi Revisi
4 April 01 3 Tambahan dan Perubahan Referensi:
2019
3.8 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor.
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018
Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor.
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018
Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa
Yang Dilindungi.
4 April 01 4 Perubahan Tanggungjawab pada
2019
Administratur
Perubahan Tanggungjawab pada Kasi
Kelola SDH
Perubahan Tanggungjawab pada KSS
Pembinaan Lingkungan
Perubahan Tanggungjawab pada Asisten
Perhutani
Perubahan Tanggungjawab pada Mandor
Tanam dan Lingkungan
07 Juni 02 Penyesuaian Nama Jabatan dan tanggung jawab sesuai
2021 dengan SK No. 31/KPTS/DIR/3/2021 tentang Struktur
Organisasi Perum Perhutani
1 TUJUAN
Memberikan Tujuan penyusunan Prosedur kerja ini adalah untuk membrikan acuan
bagi petugas Perhutani dalam pengelolaan penanganan perburuan dan perdagangan
kawasan hutan.
2 RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Perburuan dan Perdagangan Satwa meliputi kegiatan identifikasi sistem
perburuan dan perdagangan, penetapan tipe-tipe perburuan, pengendalian dan
monitoring evaluasi.
3 REFERENSI
3.3 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
3.4 Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
3.5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar
3.6 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 16 Tahun 2012 Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
3.7 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor.
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor.
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi.
3.8 Standar FSC kriteria 1.3 : Pada Negara penandatanganan, persyaratan semua
kesepakatan internasional yang mengikat seperti CITES, konvensi ILO, ITTA dan
konvensi tentang keanekaragaman hayati harus diamati.
4 PENGERTIAN
4.1 Appendix I adalah seluruh jenis dalam daftar CITES yang terancam kepunahan atau
mungkin dipengaruhi oleh adanya perdagangan. Perdagangan spesimen dari jenis
ini harus melalui peraturan khusus yang ketat dalam rangka tidak menambah
keterancaman dari kelangsungan hidupnya dan hanya diijinkan dalam keadaan
yang eksepsional.
4.2 Appendix II adalah seluruh jenis dalam daftar CITES yang walaupun saat ini tidak
terancam punah kemungkinan bisa menjadi terancam kecuali jika perdagangan
spesimen ini dari jenis tersebut diatur dengan ketat dalam rangka menghindari
pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kelangsungan hidup mereka; dan jenis jenis
lainnya yang harus diatur agar perdagangan spesimen dari jenis dilindungi / RTE
dapat dikontrol secara efektif.
4.3 Appendix III adalah seluruh jenis dalam daftar CITES yang suatu Pihak
mengidentifikasi perlunya pengaturan dalam yurisdiksinya dengan tujuan untuk
mencegah atau membatasi eksploitasi dan sehubungan dengan itu memerlukan
kerjasama dari Pihak lain dalam mengontrol perdagangannya.
4.4 CITES adalah Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora, konvensi untuk perdagangan internasional spesies langka.
4.5 Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman diantara mahluk hidup dari
semua sumber, termasuk diantaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik
lainnya serta kompleks-kompleks ekologi yang merupakan bagian dari
keanekaragamannya, mencakup keanekaragaman di dalam spesies, antar spesies
dan ekosistem.
4.6 Tumbuhan liar adalah tumbuhan yang hidup di alam bebas dan atau dipelihara,
yang masih mempunyai kemurnian jenisnya.
4.7 Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di
udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik hidup bebas maupun yang
dipelihara oleh manusia.
4.8 Habitat adalah lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan
berkembang secara alami.
4.9 Jenis tumbuhan atau satwa adalah jenis yang secara ilmiah disebut spesies atau
anak-anak jenis secara alamiah disebut sub-spesies baik di dalam maupun di luar
habitatnya.
4.10 Perburuan adalah sesuatu yang bersangkut paut dengan kegiatan berburu.
Sadangkan berburu adalah mengakap dan atau membunuh satwa buru
termasuk mengambil atau memindahkan telur-telur dan atau satwa buru masakini
dan masa depan.
5 TANGGUNG JAWAB
5.3 Administratur/KKPH
5.3.1 Memberikan langkah-langkah yang perlu ditempuh dan solusi pemecahan
masalah dalam perlindungan perburuan dan perdagangan satwaliar serta
evaluasi kemajuan kegiatan perlindungan.
5.3.2 Secara manajerial mengkoordinasi dan mengarahkan dalam pemilihan
alternatif solusi pemecahan masalah serta menetapkan langkah kebijakan
yang perlu ditempuh dalam upaya mendukung kelancaran pelaksanaan
perlindungan satwaliar di wilayah KPH Kebonharjoan
5.4 Kepala Seksi Madya Pembinaan SDH & Perhutanan Sosial
5.4.1 Mengevaluasi hasil laporan Kasi PSDH mengenai pengamatan satwaliar
yang di lindungi oleh Undang-undang, Peraturan Pemerintah, CITES
(Appendix I, II dan III) dan satwaliar RTE dalam wilayah KPH.
5.4.2 Melaksanakan bimbingan teknis mengenai perlindungan satwaliar dari
perburuan dan perdagangan satwa liar yang dilindungi serta pemeriksaan/
monitoring dan evaluasi kegiatan perli ndungan satwaliar.
5.4.3 Menerima laporan kejadian terkini perburuan atau perdagangan satwaliar
yang dilindungi untuk diperdagangkan dari Asper/KBKPH.
5.4.4 Melaporkan kejadian perburuan dan pengambilan satwaliar yang dilindungi
dan hasil kemajuan penyelesaiannya serta memberikan alternatif
penyelesaian perlindungan satwaliar kepada Administratur).
5.5 Kepala Sub Seksi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan
5.5.1 Masukan hasil pengamatan dan mengidentifikasi satwaliar yang harus
dilindungi.
5.5.2 Merekomendasikan satwaliar yang dilindungi oleh Peraturan
Pemerintah, CITES Apendiks I, II, III dan RTE dalam wilayah KPH.
5.5.3 Rekomendasi dilaporkan ke Wakil Administratur dan di informasikan ke
Asper/ KBKPH.
5.6 Asper/KBKPH
5.6.1 Menerima laporan kejadian perburuan dan pengambilan satwaliar dilindungi
yang diperdagangkan dari KRPH/Mandor.
5.6.2 Dari hasil laporan kejadian Asper/ KBKPH sebagai pengawas wilayah
segera melakukan penanganan secara :
5.6.2.1 Preemtif yaitu berkerja sama dengan masyarakat setempat
/LMDH dan instasi terkait (BKSDA, Polri, Pemda setempat) untuk
melakukan perlindungan terhadap satwaliar yang dilindungi dengan
penyuluhan dan pemberitahuan lewat surat.
Mulai
pengesahan Pelaksanaan
Strategi dan RO sesuai RO
Analisa Habitat
Flora Fauna RTE
Tidak
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA
Menyusun area
pengelolaan Menyusun Rencana Melaksanaan Pengkayaan
habitat serta Monitoring
Operasional Review Sosialisai Patroli Tanaman Jenis
strategi distribusi,
Pengelolaan Flora dan Koreksi Keberadaan Pengamanan RTE/
pengelolaan Jumlah
Fauna RTE Flora&Fauna Perburuan dan Pendukung
flora dan fauna gangguan Flora
RTE
RTE Perdagangan Habitat Satwa
Fauna RTE
Flora Fauna RTE RTE
PERDAGANGAN SATWA LIAR
Ya
1
PROSEDUR KERJA
Melaporkan
2
Mengolah Data
Kegiatan
Laporan Kegiatan
Pengelolaan dan
Pengelolaan
kondisi Flora Fauna
No. Dok.
Halaman
Flora&Fauna RTE
RTE tingkat BKPH
No. Revisi
Laporan
Tanggal Berlaku
Selesai
5 dari 10
12 Juli 2021
07 Juni 2021
6.2.5 Pelaksanaan
6.2.5.1 Mandor melaksanakan kegiatan investigasi kegiatan perburuan
dan perdagangan satwaliar.
6.2.5.2 Polter melaksanakan kegiatan patroli rutin di kawasan hutan KPH.
6.2.5.3 KRPH/Mandor setiap mengetahui kejadian perburuan dan
pengambilan satwaliar yang dilakukan oleh kelompok ataupun
perseorangan dengan tidak melalui prosedur (tanpa ijin) segera
melakukan penanganan dan melaporkan bersama dan atau
membantu Asper/KBKPH membuat BAP penanganan
perlindungan.
6.2.5.4 Membuat surat pemberitauan atau penyuluhan untuk melakukan
kegiatan kerjasama/kesepakatan bersama dengan masyarakat