PK-SMPHT.06.2-001
DISYAHKAN OLEH
DIREKTUR OPERASI &
PERHUTANAN SOSIAL
No. Salinan :
Penerima :
Tanggal Distribusi :
Status Distribusi :
CATATAN REVISI
9 Menambahkan point :
5.3.3. Pengawasan Aplikasi Lapan Fire Hot Spot ke
segenap BKPH
5.3.4. Penerapan Laporan berjenjang lewat WA
Grup
10 Menambahkan point :
5.4.2. Pengawasan Aplikasi Lapan Fire HotS pot ke
segenap KRPH
5.4.3. Penerapan Laporan berjenjang lewat WA
Grup
11 Menambahkan point :
5.5.2. Pengawasan Aplikasi Lapan Fire Hot Spot ke
segenap Petugas lapangan
5.5.3. Penerapan Laporan berjenjang lewat WA
Grup
11 Menambahkan point :
5.9.2. Pelaksanaan Aplikasi Lapan Fire Hot Spot
oleh Petugas lapangan
5.9.3. Pelaksanaan Laporan berjenjang lewat WA
Grup
6 07 Juni 2021 06 Header Perubahan Nomor PK-SMPHT.12.2-001 menjadi
PK-SMPHT.06.2-001
Penyesuaian hubungan tata kelola dengan proses
bisnis korporate yang semula 18 menjadi 15
Penyesuaian Nama Jabatan dan tanggung jawab
sesuai dengan SK No. 31/KPTS/DIR/3/2021
tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani
4 Referensi
Penambahan Point 3.3, 3.7, 3.9 dan 3.13
1. TUJUAN
Prosedur Kerja Pengendalian Kebakaran Hutan di Perum Perhutani bertujuan untuk
memberikan pedoman bagi petugas pelaksana dalam proses kegiatan pencegahan dan
pemadaman kebakaran hutan.
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup prosedur kerja ini meliputi kegiatan organisasi, sumberdaya manusia, sarana
prasarana, operasional, pengembangan inovasi, pemberdayaan masyarakat dan kerjasama
kemitraan, pelaporan, pengawasan, evaluasi, dan pembiayaan.
3. REFERENSI
3.1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-
Undang.
3.2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
3.4. Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2001 tentang Pengendalian Kerusakan dan
atau Pencemaran Lingkungan Hidup yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan
dan atau Lahan.
3.5. Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
3.6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2010 Perum Perhutani.
3.7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Kehutanan.
3.8. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.32/MenLHK/Setjen/Kum.1/3/2016 tentang Pengendalian Kebakaran Hutan dan
Lahan.
3.9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/2021 tentang Penugasan Pengelolaan Hutan Produksi
dan Hutan Lindung di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa
Barat dan Provinsi Banten Kepada Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara.
3.10. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor:
P.4/IV-PKH/2013 tentang Prosedur Tetap Pengendalian Kebakaran Hutan.
3.11. Surat Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor: 739a/KPTS/Dir/1984, tentang
Pedoman Pembentukan Satuan Pemadam Kebakaran Hutan Dalam Wilayah Kerja
Perum Perhutani.
4. PENGERTIAN
4.1. Perlindungan Hutan, adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil
hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan.
4.2. Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang menimbulkan kerugian
ekonomis dan atau nilai lingkungan.
4.3. Pencegahan Kebakaran Hutan adalah setiap usaha yang dilakukan agar hutan
terhindar dari bahaya kebakaran.
4.4. Pemadaman Kebakaran Hutan adalah kegiatan penanggulangan kebakaran
hutan sehingga kebakaran tersebut teratasi secara tuntas.
4.5. Pengendalian Kebakaran Hutan adalah meliputi usaha/kegiatan/tindakan
pengorganisasian, pengelolaaan sumberdaya manusia dan sarana prasarana serta
operasional pencegahan, pemadaman, penanganan pasca kebakaran, dukungan
evakuasi dan penyelamatan, dan dukungan manajemen pengendalian kebakaran
hutan.
4.6. Deteksi Kebakaran Hutan adalah kegiatan untuk mengetahui sedini mungkin
terjadinya kebakaran hutan, agar langkah-langkah pengendalian dapat diambil
dengan tepat dan dapat dilaksanakan segera, sebelum api melanda atau menjalar
pada areal yang lebih luas.
4.7. Sekat Bakar adalah jalur/alur yang dibuat untuk mencegah api menjalar ke
lokasi lain.
4.8. Sekat Bakar Jalur Hijau adalah penggunaan tanaman yang tahan terhadap api
dengan ditanam secara jalur.
4.9. Sekat Bakar Jalur Kuning adalah pembersihan selebar 2 (dua) meter di sekeliling plot
kebakaran.
4.10. Sekat Bakar Multiguna adalah sekat bakar yang mempunyai fungsi lebih dari
sekadar sekat bakar saja, tetapi juga dapat berfungsi untuk hal lainnya.
4.11. Sekat Bakar Alami adalah bangunan alam yang telah ada sebelumnya dan
berfungsi sebagai sekat bakar.
4.12. Regu Pemadam Kebakaran adalah petugas khusus yang ditunjuk oleh
administratur yang bertugas untuk melakukan pemadaman api.
5. TANGGUNG JAWAB
5.1. Kantor Pusat
5.1.1. Kepala Divisi Pengelolaan SDH membuat Kebijakan Kantor Pusat yang terkait
dengan Pengendalian Kebakaran Hutan di Perum Perhutani, serta menyetujui
dan menetapkan Petunjuk Kerja (Standard Operating Procedure) Pengendalian
Kebakaran Hutan di Perum Perhutani yang disusun oleh Departemen terkait.
5.1.2. Kepala Divisi Pengelolaan SDH menyetujui dan menetapkan anggaran biaya
Pengendalian Kebakaran Hutan di Perum Perhutani yang diusulkan oleh Divisi
terkait.
5.1.3. Kepala Departemen Perlindungan SDH menyusun kebijakan coorporate tentang
pengendalian kebakaran hutan.
5.1.4. Kepala Departemen Perlindungan SDH melaksanakan :
5.1.4.1. Koordinasi dengan Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) Pusat.
5.1.4.2. Koordinasi dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN).
5.1.4.3. Koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(BNPB).
5.1.4.4. Koordinasi dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan
(BNPP).
5.1.4.5. Koordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
5.1.4.6. Koordinasi dengan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia
(Mabes Polri).
5.1.5. Kepala Departemen Perlindungan SDH membentuk tim ad hoc untuk melakukan
pengawasan khusus terhadap wilayah atau areal-areal tertentu apabila
diperlukan oleh Direksi.
5.1.6. Kepala Departemen Perlindungan SDH memberikan arahan dalam penanganan
kebakaran hutan kepada segenap Divisi Regional.
5.1.7. Kepala Seksi Utama Mitigasi dan Penanganan Bencana melaksanakan
pengawasan dan memaksimalkan penggunaan aplikasi LAPAN: Fire Hotspot di
handphone (HP) android tiap-tiap petugas lapangan di seluruh Divisi Regional
dalam melakukan pengecekan titik api (Hotspot) di lapangan.
5.1.8. Kepala Seksi Utama Mitigasi dan Penanganan Bencana melaksanakan
pengawasan penerapan laporan sistem harian berjenjang melalui Short Messege
Service (SMS) dan Whatsapp (WA) untuk memantau situasi dan kondisi di
seluruh Divisi Regional untuk selanjutnya dilaporkan ke pihak Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim
Direktorat Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan).
5.1.9. Kepala Seksi Utama Mitigasi dan Penanganan Bencana melaporkan setiap
kejadian kebakaran hutan dan pelaksanaan pemadamannya ditiap-tiap lokasi
terjadi kebakaran hutan melalui Web-Base Sistem Pelaporan On Line Dalkarhutla
SIPONGI Kementerian LHK, baik laporan insidentil harian, bulanan dan tahunan.
5.3.4. Melaksanakan laporan sistem harian berjenjang melalui Short Messege Service
(SMS) dan Whatsapp (WA) untuk memantau situasi dan kondisi ke segenap
petugas di lapangan dan menyampaikan laporan kejadian awal pada kesempatan
pertama (1 x 24 jam) ke Kantor Divisi Regional.
5.3.5. Membentuk Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan (Brigdalkarhutla)
lingkup KPH.
5.3.6. Membentuk Regu Inti Pengendalian Kebakaran Hutan untuk setiap BKPH.
5.3.7. Membentuk Regu Pendukung Pengendali Kebakaran Hutan yaitu regu yang
mendukung regu inti yang anggotanya dari karyawan lingkup KPH.
5.3.8. Membentuk Regu Perbantuan Pengendali Kebakaran Hutan yaitu regu yang
mendukung regu inti yang anggotanya dari masyarakat desa sekitar hutan.
5.3.9. Menyampaikan laporan kepada Kepala Divisi Regional, berupa:
5.3.9.1. Laporan rutin sesuai tata waktu (harian, bulanan dan Tahunan)
5.3.9.2. Laporan insidentil dalam waktu selambat-lambatnya 1 x 24 jam
sejak diketahuinya kejadian kebakaran hutan, berupa laporan kejadian
kebakaran hutan, yang sekurang-kurangnya memuat data dan
informasi umum serta kejadian kebakaran dan upaya
penanggulangannya, dengan prinsip “Setiap Laporan Disampaikan
Pada Kesempatan Pertama Lebih Cepat dari Media Maupun
Informasi Eksternal Lainnya”.
5.3.9.3. Laporan pasca kebakaran dalam waktu selambat-lambatnya 5 (lima)
hari kalender sejak padamnya api di lokasi kebakaran, yang
sekurang-kurangnya memuat data dan informasi tentang luas areal
kebakaran dan perkiraan kerugian.
5.3.10. Berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Kepala
Daerah (Bupati) setempat, Kepolisian Resort (Polres) setempat, dan instansi
terkait lainnya.
5.3.11. Bertanggungjawab atas: 1) pelaksanaan pengendalian dan penanggulangan
kebakaran hutan, termasuk rehabilitasi pasca terjadinya kebakaran hutan di
wilayah kerjanya; 2) penggunaan anggaran dalam rangka pengendalian dan
penanggulangan kebakaran hutan; 3) pelaporan ke aparat dan instansi
berwenang paska terjadinya kebakaran hutan, dan segala hal yang terkait
dengan proses hukum.
5.3.12. Pemberdayaan dan penumbuhkembangan peran serta masyarakat melalui
kegiatan pelatihan, penguatan kelembagaan, fasilitasi, dan penyuluhan hingga
penanggulangan kebakaran hutan di wilayah yang berbatasan dengan
masyarakat dalam Satgasdalkar.
5.3.13. Mengendalikan biaya penanggulangan kebakaran hutan.
5.3.14. Memberikan informasi/keterangan kepada pihak eksternal atas terjadinya
kejadian kebakaran hutan.
5.5.3. Melaksakan laporan sistem harian berjenjang melalui Short Messege Service
(SMS) dan Whatsapp (WA) untuk memantau situasi dan kondisi serta
menyampaikan laporan kejadian awal pada kesempatan pertama (1x24 jam)
kepada Asper.
5.5.4. Menyampaikan laporan insidentil kepada Asper/KBKPH dalam waktu selambat-
lambatnya 1 x 24 jam sejak diketahuinya kejadian kebakaran hutan, dengan
prinsip “Setiap Laporan Disampaikan Pada Kesempatan Pertama Lebih Cepat
dari Media Maupun Informasi Eksternal Lainnya” .
5.5.5. Pemberdayaan dan penumbuhkembangan peran serta masyarakat melalui
kegiatan pelatihan; penguatan kelembagaan; fasilitasi; dan penyuluhan hingga
penanggulangan kebakaran hutan di wilayah yang berbatasan dengan
masyarakat dalam Satgasdalkar.
5.5.6. Melakukan inventarisasi kerusakan akibat kebakaran hutan dan apabila ada
kerusakan segera dibuatkan Laporan Huruf A dan melaporkan ke Kepolisian
untuk dibuat Laporan Polisi.
5.6. Komandan Regu Polisi Hutan Mobil (Danru Polhutmob)
5.6.1. Membantu pelaksanaan pencegahan dan pemadaman kebakaran hutan.
5.6.2. Mengamankan lokasi kebakaran hutan.
6. PROSEDUR KERJA
6.1. Flow Chart Pengendalian Kebakaran
3. Money (Uang atau Biaya), merujuk pada uang sebagai modal untuk
pembiayaan seluruh kegiatan. Biaya kegiatan pengendalian kebakaran
hutan dianggarkan pada Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan
setiap tahunnya.
6.5.2.1. Melakukan pemeriksaan ilaran api pada areal lokasi kebakaran. Dalam
pekerjaan pemeriksaan ini bila memungkinkan memakai air.
6.5.2.2. Pastikan bahwa ilaran api bersih dan sampai tanah. Pohon mati yang
berdekatan dengan ilaran api yang masih terbakar agar ditebang, dan
matikan apinya.
6.5.2.3. Bila tenaga mencukupi, bagi 2 ( dua) kelompok. Kelompok pertama
mencari titik-titik panas dan kelompok kedua melakukan pengecekan.
6.5.2.4. Bila tenaga terbatas utamakan pengecekan pada titik-titik panas.
Lakukan pembersihan bahan bakaran di tempat-tempat yang belum
terbakar, antara ilaran api dengan tepi areal bekas kebakaran.
6.5.2.5. Bila ada pohon yang terbakar dekat dengan ilaran api, sedang untuk
menebangnya mengalami kesulitan, maka relokasikan ilaran api pada
jarak yang aman.
6.5.2.6. Dengan menggunakan tangan rasakan tingkat kepadaman bara api.
Misalnya apakah sebuah tonggak benar-benar padam atau masih
terasa ada panas.
6.5.2.7. Hilangkan akar-akar yang kemungkinan dapat menyeberangkan bara
atau api melewati ilaran api.
6.5.2.8. Di daerah berlereng arahkan batang kayu sisa kebakaran sejajar
dengan arah lereng untuk menghindari kayu menggelinding.
6.5.3. Penaksiran Dampak dan Nilai Kerugian Akibat Kebakaran Hutan
6.5.3.1. Mengukur luas lokasi kejadian kebakaran dan membuatkan sketsa lokasi
kejadian sebagai bahan lampiran laporan kebakaran hutan (Laporan
Huruf A) kepada Administratur.
....................., tanggal.....................
Wakil Adm/Korkam
Keterangan:
Stratifikasi kebakaran (Strakar) hutan di Perhutani sesuai Surat Edaran Direktur Utama
Nomor 895/058.2/PSDH/Dir tanggal 3 Desember 2015:
- Strakar Satu : Tumbuhan bawah (rumput, alang-alang), serasah.
- Strakar Dua : Tumbuhan bawah, Perdu, Pancang, Serasah.
- Strakar Tiga : Stratum/tegakan lengkap