POLHUT MOBIL
PK-SMPHT.06.2-017
DISYAHKAN OLEH
DIREKTUR OPERASI &
PERHUTANAN SOSIAL
No. Salinan :
Penerima :
Tanggal Distribusi :
Status Distribusi :
1. TUJUAN
Prosedur Kerja Perlindungan Sumber Daya Hutan (SDH) bertujuan sebagai pedoman dan acuan
bagi petugas Polhut Mobil (Polhutmob) dalam melakukan aktifitas kegiatan Pengamanan dan
Perlindungan SDH di wilayah kerja Perum Perhutani
2. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup Prosedur Kerja ini meliputi semua kegiatan operasional yang dikerjakan oleh Polisi
Hutan Mobil (Polhutmob) dalam mengidentifikasi jenis Gangguan Keamanan Hutan,
melaksanakan Strategi Penanganan Gangguan Keamanan Hutan, melaksanakan Pengamanan
Hutan, Monitoring & Evaluasi dan Pelaporan.
3. REFERENSI
3.1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
3.2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Perusakan Hutan.
3.3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
3.4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan
Hutan.
3.5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan
Umum (Perum) Kehutanan Negara.
3.6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Kehutanan.
3.7. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.75/Menhut-II/2014 tentang Polisi
Kehutanan.
3.8. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
SK.73/MenLHK/Setjen/Kum.1/2021 tentang Penugasan Pengelolaan Hutan Produksi dan
Hutan Lindung di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat dan
Provinsi Banten Kepada Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara.
3.9. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 596/KPTS/DIR/2009 tentang Pedoman
Pengamanan Hutan Lestari.
3.10. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 664/KPTS/DIR/2010 tentang Tarif Untuk
Menentukan Kerugian Akibat Dari Kejahatan dan Atau Pelanggaran Terhadap Hutan dan
Hasil Hutan.
3.11. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 428/KPTS/DIR/2016 tentang Prosedur Kerja
Pengurusan Barang Bukti Tindak Pidana Kehutanan yang Berasal Dari Wilayah Pengelolaan
Perum Perhutani.
3.12. Nota Kesepahaman antara Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara dengan
Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 43/MoU/Dir/2018 dan Nomor B/86/XII/2018
tentang Pengamanan Hutan dan Penegakan Hukum Di Wilayah Kerja Perusahaan Umum
(Perum) Kehutanan Negara.
3.13. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor 31/KPTS/DIR/3/2021 tentang Struktur Organisasi
Perum Perhutani.
4. PENGERTIAN
4.1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
4.2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk
dipertahankan keberadaanya sebagai Hutan Tetap.
4.3. Perlindungan Hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran,
daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara,
masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat
yang berhubungan dengan pengeloaan hutan.
4.4. Hasil hutan adalah benda-benda hayati, nonhayati dan keseluruhannya serta jasa yang
berasal dari hutan.
4.5. Pengamanan Hutan dan Hasil Hutan adalah sebagian dari kegiatan perlindungan hutan dan
hasil hutan yang dilaksanakan secara teknis dan taktis polisional baik di dalam maupun di luar
kawasan hutan.
4.6. Pengamanan Hutan adalah serangkaian kegiatan untuk mengamankan/melindungi kawasan
hutan yang telah ditentukan sehingga tercipta suatu kondisi yang aman.
4.7. Keamanan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan yang di sebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam dan lain-lain serta mempertahankan dan menjaga
hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan, hasil
hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan
4.8. Perusakan Hutan adalah proses, cara, atau perbuatan merusak hutan melalui kegiatan
pembalakan liar, penggunaan kawasan hutan tanpa izin atau penggunaan izin bertentangan
dengan maksud dan tujuan pemberian izin di dalam kawasan hutan yang telah ditetapkan,
yang telah ditunjuk ataupun yang sedang diproses penetapannya oleh Pemerintah.
4.9. Gangguan Keamanan Hutan adalah segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh manusia,
binatang, daya-daya alam dalam kawasan hutan yang berpotensi mengurangi potensi, fungsi
dan manfaat sumberdaya hutan baik dari aspek produksi, ekologi, maupun sosial ekonomi.
4.10. Tipologi Gangguan Keamanan adalah stratifikasi gangguan keamanan berdasarkan motif,
jumlah pelaku, pihak yang terlibat, alat, frekwensi dll sesuai dengan situasi dan kondisi
setempat.
4.11. Tanah Perusahaan adalah tanah-tanah yang bukan kawasan hutan, yang dikuasai dan
dikelola oleh Perum Perhutani dengan hak pakai.
4.12. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau
kewajibannya berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah
atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.
4.13. Laporan Polisi adalah laporan tertulis yang dibuat oleh petugas Polri tentang adanya
pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan
Undang-undang bahwa akan, sedang atau telah terjadi peristiwa pidana.
4.14. Laporan Huruf A adalah laporan yang memuat keterangan singkat tentang suatu
kejadian yang menyangkut perlindungan hutan yang dibuat oleh Kepala Resort Pemangkuan
Hutan (KRPH).
4.15. Register Laporan Huruf A adalah pencatatan tentang Laporan Huruf A.
4.16. Rekapitulasi Laporan Huruf A adalah catatan ringkas yang memuat tentang Laporan Huruf
A yang dibuat setiap akhir bulan.
4.17. Buku Saku Model DK 448 adalah suatu buku yang digunakan oleh petugas Polisi Kehutanan
Perum Perhutani untuk mencatat kegiatan harian yang dilakukan dan atau kejadian yang
dilihat atau dialami sendiri oleh petugas yang bersangkutan, dibuat seketika atau segera
setelah melakukan kegiatan atau melihat/mengalami kejadian menurut keadaan sebenarnya.
4.18. Kayu Sisa Pencurian adalah hasil hutan kayu yang ditemukan di dalam kawasan hutan yang
dikelola Perum Perhutani, tanpa diketahui pelakunya.
4.19. Kayu Temuan adalah hasil hutan kayu yang berasal dari kawasan hutan yang dikelola
Perum Perhutani, yang ditemukan di luar kawasan hutan yang dikelola Perum Perhutani,
tanpa diketahui pelakunya.
4.20. Kayu Bukti adalah hasil hutan kayu yang ditemukan di dalam maupun di luar kawasan
hutan yang dikelola Perum Perhutani, diketahui atau bersamaan dengan pelakunya
(tersangka).
4.21. Tokoh Kunci adalah orang atau komunitas/kelompok yang mempunyai peran sentral
dalam permasalahan gangguan keamanan hutan.
4.22. Target Operasi (TO) adalah orang/kelompok yang diduga atau diindikasikan sebagai
pelaku tindak pidana hutan
4.23. Polisi Kehutanan yang selanjutnya disingkat Polhut adalah pejabat tertentu dalam lingkungan
instansi Kehutanan pusat dan daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya,
menyelenggarakan dan/atau melaksanakan usaha Perlindungan Hutan yang oleh kuasa
Undang-Undang diberikan wewenang Kepolisian Khusus di bidang Kehutanan.
4.24. Polhut Perhutani adalah pegawai dalam lingkungan Perusahaan Umum Perhutani yang
diangkat sebagai Polisi Kehutanan oleh Direksi.
4.25. Polisi Hutan Mobil (Polhutmob) adalah pejabat/petugas dalam lingkup Perum Perhutani
yang sesuai dengan sifat pekerjaannya, menyelenggarakan dan atau melaksanakan usaha
perlindungan hutan yang kuasa Undang-Undang diberikan wewenang Kepolisian Khusus di
wilayah Perum Perhutani.
4.26. Polisi Hutan Teritorial (Polter) adalah pejabat/petugas dalam lingkup Perum Perhutani yang
sesuai dengan sifat pekerjaannya melakukan perlindungan hutan di wilayah teritorialnya.
4.27. Patroli adalah kegiatan pengamanan hutan dan hasil hutan yang dilaksanakan oleh petugas
Perhutani sendiri maupun gabungan bersama-sama pihak lain dengan cara mengadakan
penjelajahan pada daerah-daerah tertentu baik di dalam maupun di luar kawasan hutan
dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan keamanan hutan dan atau sebagai upaya
paksa apabila terjadi gangguan keamanan hutan.
4.28. Pengamanan Hutan Pre-emtif adalah upaya yang dilaksanakan untuk mempertahankan
eksistensi sumberdaya hutan melalui komunikasi intensif dan kebersamaan dengan maksud
memberikan pemahaman dan pengertian yang benar kepada masyarakat akan fungsi dan
manfaat sumberdaya hutan.
4.29. Pengamanan Hutan Preventif adalah upaya yang dilaksanakan untuk mempertahankan
eksistensi sumberdaya hutan melalui tindakan pencegahan secara dini terjadinya tindak
pidana hutan dan memotong mata rantai niat dan kesempatan untuk melakukan tindak pidana
hutan.
4.30. Penegakan Hukum adalah upaya yang dilaksanakan untuk mempertahankan eksistensi
sumberdaya hutan melalui tindakan baik sendiri maupun bekerjasama dengan Kepolisian,
instansi terkait dan masyarakat dengan mengoptimalkan penegakan supremasi hukum dalam
penyelesaian perkara yang bertujuan memberikan efek jera kepada seseorang, sekelompok
orang, atau masyarakat agar tidak mengulangi perbuatannya mengganggu eksistensi hutan.
4.31. Pamswakarsa Perhutani adalah suatu pola pengamanan hutan yang dilaksanakan oleh
seluruh jajaran karyawan Perum Perhutani, dengan penugasan berjenjang sesuai dengan
kedudukannya dalam organisasi pengamanan, secara rutin selama 1x24 jam.
5. TANGGUNG JAWAB
5.1. Kantor Pusat
5.1.1. Kepala Divisi Pengelolaan SDH membuat kebijakan-kebijakan strategis Kantor
Pusat dalam pengamanan dan perlindungan SDH dalam rangka penanganan
gangguan keamanan hutan yang efektif dan optimal di Perum Perhutani, serta
menyetujui dan menetapkan Petunjuk Kerja (Standard Operating Procedure) Polisi
Hutan Mobil yang disusun oleh Departemen terkait.
5.1.2. Kepala Divisi Pengelolaan SDH menyetujui dan menetapkan anggaran biaya
Perlindungan Sumberdaya Hutan yang diusulkan oleh Divisi terkait
5.1.3. Kepala Divisi Pengelolaan SDH memonitor penyelesaian penanganan perkara
tindak pidana gangguan perlindungan hutan dan menyetujui kelanjutan
penanganan proses hukum.
5.1.4. Kepala Departemen Perlindungan SDH menyusun kebijakan coorporate dan
strategi tentang kegiatan Pengamanan dan Perlindungan Sumberdaya Hutan.
5.1.5. Kepala Departemen Perlindungan SDH melaksanakan koordinasi dengan
M a r k a s B e s a r K e p o l i s i a n R e p u b l i k I n d o n e s i a ( Mabes Polri),
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan instansi lainnya dalam rangka
Pengamanan dan Perlindungan Sumberdaya Hutan.
5.1.6. Kepala Departemen Perlindungan SDH membentuk tim ad hoc untuk melakukan
pengawasan khusus terhadap wilayah atau areal-areal tertentu apabila diperlukan
oleh Direksi.
5.1.7. Kepala Departemen Perlindungan SDH melakukan analisa terhadap laporan
pelaksanaan Kegiatan Pengamanan dan Perlindungan Sumberdaya Hutan
sebagai bahan masukan untuk manajemen dalam mengambil keputusan
strategis.
5.1.8. Kepala Departemen Perlindungan SDH memonitor implementasi pelaksanaan
kegiatan Pengamanan dan Perlindungan Sumberdaya Hutan sesuai dengan
Prosedur Kerja dan memberikan arahan dalam pelaksanaan kegiatan petugas
Polisi Kehutanan Mobil (Polhutmob) kepada segenap Divisi Regional.
5.1.9. Kepala Seksi Utama bidang Keamanan Hutan, melaksanakan :
6. PROSEDUR KERJA
6.1. Flowchart Polhut Mobil
6.5.2. Pulbaket secara terbuka dalam rangka pembuatan kajian kajian gangguan
keamanan hutan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengevaluasi kejadian gangguan keamanan lainnya pada waktu-waktu
sebelumnya.
b. Mengidentifikasi kejadian gangguan keamanan hutan baik dari jumlah
tunggak, lokasi, kerugian, motif, jumlah pelaku, alat yang digunakan dan
sebagainya.
c. Melakukan identifikasi terhadap gangguan keamanan lainnya yang
lainnya, meliputi pencurian kayu, konflik tenurial, penggembalaan liar,
bibrikan, perencekan, penambangan liar dan kejadian khusus.
b. Luar Kawasan
1. Penyuluhan Formal
Penyuluhan resmi yang di rencanakan dengan melibatkan tokoh
masyarakat, instansi, Stakeholder yang berkepentingan
dengan obyek sasaran:
- Desa Rawan
- Kecamatan
- Kabupaten
- BKPH/RPH
2. Penyuluhan informal
Penyuluhan tidak resmi yang direncanakan atau tidak
direncanakan dengan cara melakukan koordinasi dan silaturahmi
kepada masyarakat, seperti kepada tokoh agama, tokoh masyarakat,
tokoh pemuda dan lain-lain.
4. Bantuan sosial
Kegiatan dengan memberikan bantuan/bakti sosial kepada masyarakat
seperti :
- Bantuan Sembako kepada masyarakat tidak mampu.
- Bantuan pengobatan gratis bekerjasama dengan Dinas Kesehatan.
- Bedah rumah kepada masyarakat tidak mampu
- Dll.
7. Penyuluhan/Pendampingan Usaha Produktif
Penyuluhan kepada masyarakat agar melakukan usaha produktif
dengan cara melakukan pendampingan untuk meningkatkan taraf
ekonomi masyarakat desa hutan.
a. Penjagaan Pos
Melakukan penjagaan pada pos-pos keamanan hutan, bergabung
dengan petugas pos penjagaan atau pos-pos bayangan dengan cara :
- Mengecek kesiagaan petugas di pos-pos penjagaan.
- Memberikan pengarahan kepada petugas pos dalam keadaan terjaga,
tidur bergantian.
- Melakukan pemantauan dalam kawasan hutan/petak rawan pada jam
rawan.
b. Patroli Jalan Kaki
Kegiatan patroli dengan jalan kaki melakukan jelajah/covering area pada
petak-petak rawan untuk mencegah terjadinya tindak gangguan hutan,
dengan cara :
- Merencanakan kegiatan patroli jalan kaki dengan prioritas petak
rawan dan jam rawan.
- Petak-petak yang tidak bisa di lalui dengan kendaraan bermotor.
- Petak-petak yang jauh dari pemantauan pos penjagaan.
- Dilakukan dengan cara penyisiran lokasi-lokasi rawan.
c. Patroli dengan Mobiling
Kegiatan patroli beregu atau perorangan dengan menggunakan
kendaraan bermotor dengan mobilitas tinggi.
d. Patroli Tenda
Melakukan patroli tenda dengan cara pengintaian, yaitu :
- Digunakan untuk pemantauan/penangkapan khusus.
- Menginap/bermalam di dalam hutan pada petak-petak rawan.
- Dilengkapi dengan teknik survival.
e. Patroli bersama stakeholder dengan melibatkan Polri, TNI dan LMDH.
Dilakukan pada pencurian stratifikasi tipe C dan D atau tipe A dan B pada saat
kasuistis.
6.7.4.1. Mekanisme
- Mencari barang bukti.
- Saksi
- Pengejaran dan penangkapan tersangka bersama POLRI:
a) Dijemput di rumah tersangka
b) Dipantau keberadaannya dan ditangkap.
6.7.4.2. Proses hukum tersangka oleh POLRI.
a. Tersangka tangkap di luar kawasan hutan
Setelah tersangka ditangkap oleh Tim Gabungan, diserahkan
kepada POLRI dengan dilengkapi :
- Barang bukti,
- Laporan HA,
- Dokumentasi
- Berita Acara Penyerahan Tersangka (dibuat oleh Pabin)
b. Tersangka tertangkap didalam kawasan hutan
Setelah tersangka ditangkap kemudian diserahkan POLRI
dengan dilengkapi :
- Barang bukti,
- Laporan Huruf A,
- Dokumentasi
- Alat bukti
b. Pelaksanaan meliputi :
- Pengawalan dengan kendaraan roda 4 dilakukan petugas
polhutan minimal oleh 4 orang yang meliputi 1 orang
sebagai draver 1 orang sebagai pemberi aba-aba/isyarat
yang berada di samping driver dan 2 orang pengawal yang
duduk di belakang barisan driver.
- Sebelum pengawalan dimulai mobil petugas pengawalan
berada di depan mobil yang akan dikawal yang
selanjutnya Komandan Regu Pengawalan melapor bahwa
pengawalan siap dilaksanakan.
- Pada saat memulai pengawalan dengan mobil, lampu
(lampu utama, lampu doubel diim dan lampu sirene) dan
sirene dinyalakan lalu mengerakan laju kendaraannya.
- Selama perjalanan pengawalan agar petugas pengawalan
mengatur kecepatan mobil yang menyesuaikan
situasi/medan perjalanan .
- Ketika perjalanan sudah dekat sampai lokasi/tempat tujuan
agar anggota pengawalan memberi isyarat agar
memperlambat kendaraan dan memarkirkan kendaraan
ditempat yang telah ditentukan.
- Setelah sampai tempat/lokasi tujuan, petugas pengawalan
turun dari kendaraan dan menyebar pada 4 sudut
lokasi/tempat untuk pengamanan lokasi.
- Pengawalan kembali dari lokasi/tempat tujuan menuju
lokasi/tempat semula prosudur pelaksanaannya sama
dengan diatas.
- Setelah selesai tugas pengawalan, komandan regu
pengawalan melapor bahwa pengawalan telah selesai.
6.7.6.7. Pengawalan Tamu di Lokasi
a. Petugas memeriksa dan mengamankan terlebih dahulu jalan
yang akan dilewati oleh tamu.
b. Menempatkan petugas pada lokasi-lokasi yang strategis
dengan pertimbangan kemungkinan munculnya gangguan
keamanan.
c. Sebagian petugas melakukan pengawalan langsung terhadap
tamu.
d. Petugas meninggalkan lokasi apabila tamu dan rombongan
sudah benar-benar meninggalkan lokasi yang dituju.
Kadiv PSDH
Administratur
/KKPH
1. Menerima Laporan GuKamHut
2. Pengambilan kebijakan
Poskodal/KPH
1. Menerima Laporan dari Poskowil
2. Melaporkan kepada Pimpinan
Poskowil/Kantor
BKPH
1. Menerima laporan hasil Kegiatan
Patroli Teritorial
2. Melaporkan kepada Poskodal/KPH
SURAT PERNYATAAN
.................... , ....................
Yang Membuat Pernyataan
Bermeterai Rp.10.000,-
............................................
Mengetahui saksi-saksi :
1. Kepala Desa / Kelurahan .................
......................................
2. Asper / KBKPH .....................
.......................................
3. KRPH ....................................
.......................................
4. Babinkamtibmas/Babinsa/Kepala Dusun / Ketua RW / Ketua RT/Tokoh Masyarakat.........
......................................
.................... , .............................
Mengetahui, Yang melakukan pembinaan,
Administratur/KKPH ................. 1. ....................................
2. ....................................
3. ....................................
...................................................... 4. ....................................
5. ...................................