Anda di halaman 1dari 16

PROSEDUR KERJA

PEMANTAUAN SATWA DALAM KAWASAN


HUTAN

PK-SMPHT.02.1-023

Sistem Manajemen Perum Perhutani


PERHUTANI

Prosedur Kerja
PEMANTAUAN SATWA DALAM KAWASAN
HUT AN

DIPERIKSA OLEH DiSiAPKAN OLEH


KEPAL ISi PSDH KEPALA DEPARTEMEN

~
MAMAN ROS ANTIKA HERTA PARI
Tgl. 18 Okt er 2018 Tgl. 18 Oktober 2018

DISYAHKAN OLEH
DiREKTUR OPRASi

HARi PRIYANTO
Tgl.18 Oktober2018

No. Salinan
Penerima
Tanggal Distribusi
Status Distribusi

Sistem Manajemen Perum Pernuteni


CATATAN REVISI

Tanggal No
NO Hal Uraian Revisi Paraf
Revisi Revisi
1 26 September 2018 01 Cover No urut PK
2 26 September 2018 01 Lembar Perubahan Nomenklatur jabatan
Pengesahan dan pejabat yang menyiapkan,
memeriksa dan yang mengesahkan
Prosedur Kerja

3 26 September 2018 01 Header Kode Tata Kelola


4 26 September 2018 01 2 Penanggung jawab
5 16 Oktober 2018 01 5 Tata waktu pengamatan satwa
6 16 Oktober 2018 01 1 Perubahan peraturan P7 tahun
1999 menjadi P20 tahun 2018

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 1 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

1. TUJUAN
1.1. Mengetahui Keberadaan jenis satwa, penyebaran dan statusnya sesuai dengan
Peraturan Mentri LHK no. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018. Tentang jenis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi, CITES dan IUCN.
1.2. Sebagai data pembanding keanekaragan satwa dengan hasil kegiatan survey
biodiversity.

2. RUANG LINGKUP
Pemantauan satwa dilakukan terhadap jenis-jenis satwa yang ada dalam kawasan hutan
dari perjumpaan dan informasi orang.

3. REFERENSI
3.1. Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
3.2. Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati
dan ekosistemnya.
3.3. Peraturan Mentri LHK no. P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018. Tentang jenis
tumbuhan dan satwa yang dilindungi.
3.4. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 12/MENLH/3/1994 tentang Pedoman
Umum Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
3.5. Standar FSC kriteria 1.3 : Pada Negara penandatanganan, persyaratan semua
kesepakatan internasional yang mengikat seperti CITES, konvensi ILO, ITTA dan
konvensi tentang keanekaragaman hayati harus diamati.

4. PENGERTIAN
4.1. Satwaliar adalah binatang yang hidup dalam ekosistem alam (Bailey,1984)
4.2. Populasi adalah kelompok organisme yang terdiri dari individu-individu sejenis yang
saling berinteraksi dan berkembangbiak pada suatu tempat dan waktu tertentu
(Anderson , 1985).
4.3. Species indikator adalah jenis satwa yang peka terhadap perubahan yang terjadi
disekitarnya sehingga menyebabkan perubahan baik prilaku maupun
pergerakannya.
4.4. CITES adalah Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora, konvensi untuk perdagangan internasional spesies langka.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 2 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

4.5. IUCN adalah International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources, yaitu Serikat Antar Bangsa Bagi Konservasi Alam. IUCN Red List
menetapkan kriteria untuk mengevaluasi status kelangkaan suatu spesies.
4.6. Flora dan Fauna dilindungi / RTE (Rare, Treathened, Endangered) adalah spesies
tumbuhan dan satwa yang tergolong pada jenis langka, terancam dan hampir punah
menurut IUCN, CITES dan Permen LHK No. P20 Tahun 2018.
4.7. Habitat adalah suatu kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik
maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat
hidup.
4.8. Survey Biodiversity adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap jenis
vegetasi dan satwa liar yang ada dalam kawasan hutan.

5. TANGGUG JAWAB
5.1. Administratur/KKPH
5.1.1. Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemantauan satwa pada
kawasan hutan
5.1.2. Menerbikan SK Mandor Lingkungan
5.2. Asper/KBKPH dan KRPH
Menjamin kebenaran data pelaksanaan monitoring satwa
5.3. KSS SDHL
5.3.1. Mengumpulkan data hasil Monitoring satwa pada kawasan hutan
5.3.2. Mengolah data hasil monitoring satwa pada kawasan hutan
5.4. Mandor Lapangan
5.4.1. Melaksanakan monitoring satwa pada kawasan hutan
5.4.2. Melaporkan data hasil monitoring satwa pada kawasan hutan

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 3 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

6. PROSEDUR KERJA
6.1. Flow Chart

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 4 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

6.2. Tahapan Prosedur Kerja Pemantaun Satwa Dalam Kawasan Hutan


6.2.1. Pendataan Satwa secara Rutin
Pendataan satwa dilakukan setiap menjumpai satwa, informasi dari
masyarakat, tanda-tanda adanya satwa dan tanda-tanda lainnya yang
menunjukan keberadaaan satwa tertentu pada lokasi atau disekitar lokasi
yang dilewati. Pendataan ini dilakukan oleh semua petugas lapangan
(mandor, polter dan KRPH) dan dikumpulkan setiap bulannya oleh mador
lingkungan untuk selanjutnya dikirim ke KPH diketauhi KRPH dan dilaporkan
oleh Asper/KBKPH.
6.2.2. Pengamatan Satwa Lanjutan
Apabila dalam proses pengkajian ditemukan beberapa jenis satwa yang
sensitif terhadap perubahan lingkungan, maka dilakukan pengamatan
terhadap keberadaan satwa tersebut dengan metode tertentu tergantung
sifat dan kondisi satwa tersebut dilapangan.
Ada dua metode yang bisa digunakan untuk inventarisasi dan monitoring
satwa yaitu metode garis transek dan metode terkonsentrasi.
6.2.2.1. Metode Garis transek
Metode garis transek dapat dipergunakan untuk sensus primata
(Brockelman dan Ali, 1983), burung (Trippensee, 1948) dan
herbivora besar (Alikodra, 1983).
Langkah-langkah pengamatan satwa dengan menggunakan
metode garis transek adalah sebagai berikut:
6.2.2.1.1 Perencanaan
Tahap ini merupakan tahap lanjutan setelah
mendapatkan informasi mengenai keberadaan
satwaliar dan jenis-jenis yang sensitif terhadap
perubahan lingkungan dari hasil kajian yang telah
dilakukan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya penentuan lokasi pengamatan di peta
dengan melihat temuan satwa di petak/kawasan mana
saja satwa tersebut ditemukan.
Penentuan lokasi pengamatan harus
mempertimbangkan kondisi topografi dan vegetasi, hal
ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam
pengamatan.
Penentuan lokasi juga harus melihat apakah lokasi
tersebut sebagai tempat tinggal/berkumpulnya satwa,
tempat mencari makan, tempat minum atau hanya
daerah lintasan saja.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 5 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

Dalam tahap ini juga ditentukan waktu pengamatan


satwa yang harus dilakukan. Waktu pengamatan satwa
yang paling baik adalah pagi mulai pukul 05.30-09.00.
Sedangkan untuk sore hari, waktu yang paling baik
adalah pukul 14.30-18.00 dan pada malam hari pukul
19.00-23.00. Pertimbangan waktu-waktu pengamatan
tersebut adalah saat satwa keluar dari tempat
tidur/sarangnya untuk mencari makan. Dilaksanakan
satu kali dalam setiap bulan.
6.2.2.1.2 Survey Lokasi
Setelah menentukan lokasi pengamatan di peta
berdasarkan penyebaran/keberadaannya, maka
dilakukan survey lapangan yang akan memperjelas
kondisi riil dilapangan dengan melihat kondisi habitat,
baik sumber pakan, flora, sumber air atau sarang yang
dijadikan sebagai tempat tinggal.
6.2.2.1.3 Pengamatan Satwa
a. Menentukan titik ikat dan starting point pada jalur
yang diamati. Titik ikat bisa menggunakan tanda-
tanda alam seperti sungai atau pal batas pada alur.
Penandaan dapat titik ikat bisa menggunakan cat
yang telah disediakan.
b. Pembuatan jalur transek. Jalur transek dibuat
berdasarkan azimuth yang telah ditentukan sampai
akhir jalur sesuai dengan panjang jalur yang sudah
ditentukan.
c. Setelah menentukan titik ikat, starting point dan
azimut di lapangan pada jalur transek, selanjutnya
dilakukan pembersihan jalur dan penandaan dengan
memberi tanda pada pohon sepanjang jalur yang
sudah di ukur.
d. Selanjutnya dilakukan pengamatan satwa yaitu
dengan cara berjalan sepanjang jalur transek
kemudian mencatat satwa yang dijumpai meliputi
jenis satwa, jumlah satwa, jarak satwa dengan
pencatat (pengamat), jarak terpendek satwa dengan
jalur transek dan azimut pengamat dengan satwa.
Data-data tersebut dicatat pada tally sheet yang
telah disediakan.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 6 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

e. Inventarisasi atau pendataan satwa dapat dilakukan


dengan melihat perjumpaan langsung, jejak dan
suara. Untuk melakukan pengamatan dan
pemantauan satwa diperlukan 3 orang dengan tugas
masing-masing diantaranya :
Orang Pertama = Pencatat bertugas mencatat
seluruh jenis yang berada dalam petak pengamatan
Orang Kedua = Pengenal jenis
Orang Ketiga = Pengukur jarak,mengukur jarak
satwa dengan pencatat dan jarak antara garis
transek dengan posisi satwa.

Petak pengamatan dapat dilihat seperti dibawah ini

D D3
1 Y
Garis Transek
X
Y2
D2

Keterangan
D = jarak satwa dengan pencatat
Y = Jarak terpendek [jarak garis transek dengan satwaliar]
= Satwaliar
= Pencatat

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 7 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

Parameter yang diukur diantaranya adalah ;


- Waktu pengamatan/perjumpaan satwa
- Petak
- Jenis
- Jumlah jenis
- Jantan
- Betina
- Jarak pencatat dengan satwa [D]
- Jarak Satwa dengan garis transek [Y]
- Aktivitas satwa
- Perjumpaan [langsung/ tidak langsung]

6.2.2.1.4 Pengolahan Data


Setelah parameter-parameter tersebut diperoleh, maka
dilakukan analisis data untuk mengetahui Keragaman
jenis, populasi dan penyebaran satwa.
Angka atau nilai yang ditunjukkan dari hasil analisis
data dapat menggambarkan kondisi satwa yang berada
dalam kawasan hutan dengan melakukan pendekatan-
pendekatan sesuai dengan literatur yang ada.
Dari data yang diperoleh melalui metode garis transek
maka dapat diketahui
Indeks keragaman jenis yang dianalisa dengan
menggunakan pendekatan indeks shanon winner [H’]
dengan rumus sebagai berikut ;
a. Indeks Keanekaragaman

H’ = - ∑ Pi ln Pi

Pi = ni / N
ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Jumlah individu seluruh jenis
∑Pi = Jumlah indipidu yang ditemukan setiap jenis
ke-i
H’ = Indeks keanekargaman.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 8 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

b. Pendugaan Populasi
Pendugaan populasi pada petak contoh di gunakan
rumus sebagai berikut ;

PD = A (∑ NT) 2 x D

Dimana : D = Nt1 [D1] + Nt2[D2] + Nti[Di] / ∑Nt


PD = Populasi jenis
A = Luas petak contoh [km2]
∑Nt = Jumlah satwa dalam petak contoh
Nt1 = Jumlah satwa di titik pengamatan 1
D = jarak total pencatat dengan satwa [m]

Contoh data hasil transek


No Jenis Aktivitas Perjumpaan Jenis Kelamin Jml Proyeksi thp Jalur Azmth
Jantan Betina D (m) Y (m)
1 Ciblek Langsung 2 20 15 30
2 Cuit Suara 3 25 10 85
3 Cuit langsung 2 30 20 19
4 Kedasih Suara 1 20 14 75
5 Terukcuk Langsung 1 15 10 154
6 Kutilang mas Langsung 2 10 7 60
7 Sesap madu Langsung 1 12 7 82
8 Cuit Suara 1 10 7 140
9 Babi hutan Jejak 2 5 2 170
10 Kutilang mas Langsung 1 8 5 183
11 Ciblek Langsung 1 10 6 65
12 Cuit Suara 3 15 8 160
13 Kedasih Suara 1 20 17 39
14 Kutilang Langsung 2 15 10 184
15 Ciblek langsung 2 9 4 195

Indeks Keanekaragaman jenis


Jenis Jumlah Pi Pi ln Pi
Ciblek 2 0,08 - 0,202
Cuit 3 0,12 - 0,254
Cuit 2 0,08 - 0,202
Kedasih 1 0,04 - 0,129
Terukcuk 1 0,04 - 0,129
Kutilang mas 2 0,08 - 0,202
Sesap madu 1 0,04 - 0,129
Cuit 1 0,04 - 0,129
Babi hutan 2 0,08 - 0,202
Kutilang mas 1 0,04 - 0,129
Ciblek 1 0,04 - 0,129
Cuit 3 0,12 - 0,254
Kedasih 1 0,04 - 0,129
Kutilang 2 0,08 - 0,202
Ciblek 2 0,08. - 0,202
∑ 25 1,00 - 2.623

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 9 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

Dari hasil tabel perhitungan diatas diperolah nilai H’


adalah 2.623. Ini artinya pada kondisi habitat hutan
jati dengan petak contoh yang diukur aatau diamati
mempunyai nilai keanekaragaman jenis yang tidak
terlalu tinggi. Pada dasarnya nilai ini digunakan
untuk kondisi habitat yang berbeda yang fungsinya
untuk membandingkan antara dua tau lebih
habitat/ekosisiem yang berbeda.
Dari rumus yang ada maka diperoleh nilai D untuk
masing-masing jenis
D ciblek = 2 (20) + 1(10) + 2 (9) / 5
= 13,6 m
Luas transek adalah6,25 km2, maka pendugaan
populasi burung Ciblek berdasarkan D adalah :
PD = A(∑Nt) / 2xD
= 6,25 (5) / 2 x 13,6
= 229 ekor
Angka tersebut menunjukkan pada contoh petak
pengamatan diduga terdapat burung ciblek
sebanyak 229 ekor dari luasan 6,25 km 2.

6.2.2.2. Metode Terkonsentrasi


Metode terkonsentrasi dapat digunakan untuk berbagai jenis
satwaliar yang mempunyai pola kehidupan berkelompok. Sebelum
dilakukan perhitungan dengan metode ini, perlu ditetapkan lokasi-
lokasi contoh sesuai dengan keadaan pergerakan dan kondisi
lingkungannya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah :
6.2.2.2.1 Lakukan pengamatan pola pergerakan satwa tertentu
pada setiap unit wilayah jelajah, sehingga dapat
dihindari terjadinya kesalahan pendugaan.
a. Melakukan pengamatan terhadap struktur populasi,
serta tanda-tanda khas lainnya, untuk menghindari
terjadinya penghitungan ulang.
b. Perlu diperhatikan suatu kemungkinan adanya
anggota populasi yang berada di dalam hutan,
sehingga tidak dapat dihitung pada saat survey.

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 10 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

Langkah-langkah pengamatan dengan menggunakan


metode terkonsentrasi adalah sebagai berikut :
a. Tentukan species yang akan diamati
b. Lakukan survey pendahuluan mengenai
keberadaan species tersebut dengan melakukan
pengamatan pola pergerakannya pada setiap unit
wilayah jelajah
c. Identifikasi lokasi-lokasi tempat berkumpulnya
satwa/species tertentu baik sebagai tempat makan,
minum ataupun tempat berlindung. Lokasi-lokasi
tersebut merupakan titik-titik pengamatan yang akan
di amati.
d. Pada setiap titik pengamatan ditempatkan seorang
pengamat untuk mengamati, jumlah, struktur umur,
jenis kelamin, arah pergerakan, dan tanda-tanda
khusus lainnya.

Tempat minum

Tempat berlindung
Grup 2
Grup I
berlindu
ng
Tempat mencari
makan
Grup
3

6.2.2.2.2 Pengolahan Data


Data yang diperoleh dengan menggunakan metode
terkonsentrasi menggambarkan populasi jenis individu
di suatu daerah yang merupakan tempat konsentrasi
satwa tertentu berkumpul. Sebagai contoh hasil
pengamatan terhadap banteng seperti di bawah ini :

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : PK-SMPHT.02.1.023
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 11 dari 13
1 2 3 4 5 6 7 8
TERKAIT DENGAN TATA KELOLA 9 10 11 12 13 14 15

Contoh hasil penghitungan banteng dengan metode


terkonsentrasi

Lokasi Jumlah Rusa (ekor) Jumlah


Jantan dewasa Betina dewasa anak
Padang pengembalaan A
Hari ke 1 4 8 7 19
Hari ke 2 2 9 7 18
Hari ke 3 2 7 7 16
Hari ke 4 4 7 7 18
Hari ke 5 3 7 7 17
Hari ke 6 4 8 7 19
Hari ke 7 2 8 7 17
Padang Penggembalaan B
Hari ke 1 2 5 4 11
Hari ke 2 1 4 3 8
Hari ke 3 1 6 4 11
Hari ke 4 2 6 4 12
Hari ke 5 2 5 3 9
Hari ke 6 1 5 4 10
Hari ke 7 2 5 4 11
Tempat Minum .
Hari ke 1 6 13 11 30
Hari ke 2 5 10 10 25
Hari ke 3 6 11 9 26
Hari ke 4 4 10 11 25
Hari ke 5 4 10 8 23
Hari ke 6 3 13 9 25

Jumlah rusa yang menggunakan padang


penggembalaan A (Na) berkisar antara 16-19 ekor,
padang penggembalaan B (Nb) berkisar antara 8-12
ekor dan yang menggunakan tempat minum (Nc)
berkisar antara 23-30 ekor. Sedangkan jumlah rusa
diseluruh daerah survei berkisar antara 23-31 ekor.

7. FORMULIR & LAMPIRAN


7.1. Tally sheet Pengamatan Satwa (F-SMPHT.02.1-023/01)
7.2. Rekapitulasi Pengamatan Satwa (F-SMPHT.02.1-023/02)

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : F-SMPHT. 02.1.023/1
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 12 dari 13

7.1. Tally sheet Pengamatan Satwa

Tally Sheet Pengamatan Satwa

Blok :
Petak :
Tanggal :
Starting Point AZ :
Pal/Patok :
Panjang Jalur Transek
Azimuth Jalur :
Titik ikat = Starting point

Jml
Jenis Kelamin Proyeksi thp Jalur
No Jenis Aktivitas Perjumpaan Azimuth
Jantan Betina X (m) Y (m)

Sistem Manajemen Perum Perhutani


No. Dok. : F-SMPHT. 02.1.023/2
No. Revisi : 01
PROSEDUR KERJA Tanggal Revisi : 16 Oktober 2018
PEMANTAUAN SATWA DALAM
KAWASAN HUTAN Tanggal Berlaku : 18 Oktober 2018
Halaman : 13 dari 13

7.2. Rekapitulasi Pengamatan Satwa

Rekapitulasi Pengamatan Satwa

BKPH :
RPH :
Hari Tanggal Lokasi Jenis Jumlah (ekor) Jumlah
Jantan dewasa Betina dewasa Anak

Sistem Manajemen Perum Perhutani

Anda mungkin juga menyukai