PK-SMPHT.02.5-005
DISAHKAN OLEH
DIREKTUR OPERASI & PERHUTANAN SOSIAL,
No. Salinan :
Penerima :
Tanggal Distribusi :
Status Distribusi :
Tanggal No
NO Hal Uraian Revisi Paraf
Revisi Revisi
4 April 01 3 Tambahan dan Perubahan Referensi:
2019
3.5 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3.6 Undang-undang Nomor 18 tahun 2013
tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan.
3.8 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup
No 16 Tahun 2012 Pedoman Penyusunan
Dokumen Lingkungan Hidup.
3.9 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Nomor.
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor.
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018
Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi.
4 April 01 4 Perubahan Tanggungjawab pada
2019
Administratur
Perubahan Tanggungjawab pada Kasi Kelola
SDH
Perubahan Tanggungjawab pada KSS
Pembinaan Lingkungan
Perubahan Tanggungjawab pada Asisten
Perhutani
Perubahan Tanggungjawab pada Mandor
Tanam dan Lingkungan
6 Perubahan Flowchart Prosedur Kerja
Penambahan tahapan Prosedur Kerja
7 Penambahan blangko kerja
07 Juni 02 Penyesuaian Nama Jabatan dan tanggung jawab
2021 sesuai dengan SK No. 31/KPTS/DIR/3/2021
tentang Struktur Organisasi Perum Perhutani
1 TUJUAN
1.1. Memberikan pedoman/acuan bagi petugas Perum Perhutani dalam melakukan
kegiatan pengelolaan Flora dan Fauna yang masuk dalam kategori
dilindungi/RTE (Rare, Threatened and Endangered) dalam kawasan hutan
sehingga terhindar dari kepunahan.
1.2. Mengetahui keberadaan dan penyebaran flora daan fauna dilindungi/RTE yang
berada didalam kawasan hutan.
1.3. Menjamin keberadaan flora dan fauna dilindungi/RTE serta mengantisipasi dan
mengendalikan gangguan akibat pengelolaan hutan maupun akibat aktifitas yang
tidak diijinkan terhadap keberadaan flora dan fauna dilindungi / RTE.
2 RUANG LINGKUP
Prosedur kerja ini menjadi pedoman dalam upaya pengelolaan jenis Flora dan fauna
dilindungi/RTE di wilayah Hutan yang meliputi , monitoring dan evaluasi.
realisasi pengelolaan flora dan fauna.
3 REFERENSI
3.3 Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya.
3.4 Undang-undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
3.5 Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
3.6 Undang-undang Nomor 18 tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan.
3.7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Tumbuhan dan Satwa Liar
3.8 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 16 Tahun 2012 Pedoman
Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup.
3.9 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor.
P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor.
P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Yang
Dilindungi.
3.10 Standar FSC kriteria 1.3 : Pada Negara penandatanganan, persyaratan semua
kesepakatan internasional yang mengikat seperti CITES, konvensi ILO, ITTA dan
konvensi tentang keanekaragaman hayati harus diamati.
4 PENGERTIAN
4.1 Appendix I adalah seluruh jenis dalam daftar CITES yang terancam kepunahan atau
mungkin dipengaruhi oleh adanya perdagangan. Perdagangan spesimen dari jenis
ini harus melalui peraturan khusus yang ketat dalam rangka tidak menambah
keterancaman dari kelangsungan hidupnya dan hanya diijinkan dalam keadaan
yang eksepsional.
4.2 Appendix II adalah seluruh jenis dalam daftar CITES yang walaupun saat ini tidak
terancam punah kemungkinan bisa menjadi terancam kecuali jika perdagangan
spesimen ini dari jenis tersebut diatur dengan ketat dalam rangka menghindari
pemanfaatan yang tidak sesuai dengan kelangsungan hidup mereka; dan jenis jenis
lainnya yang harus diatur agar perdagangan spesimen dari jenis dilindungi / RTE
dapat dikontrol secara efektif.
4.3 Appendix III adalah seluruh jenis dalam daftar CITES yang suatu Pihak
mengidentifikasi perlunya pengaturan dalam yurisdiksinya dengan tujuan untuk
mencegah atau membatasi eksploitasi dan sehubungan dengan itu memerlukan
kerjasama dari Pihak lain dalam mengontrol perdagangannya.
4.4 CITES adalah Convention on International Trade in Endangered Species of Wild
Fauna and Flora, konvensi untuk perdagangan internasional spesies langka.
4.5 Habitat adalah suatu kawasan yang terdiri dari berbagai komponen, baik fisik
maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat
hidup.
4.6 Identifikasi Jenis Tumbuhan DILINDUNGI / RTE adalah upaya untuk mengenal
jenis, keadaan umum, status populasi dan tempat hidup yang dilakukan di dalam
habitatnya.
4.7 Inventarisasi Jenis Tumbuhan adalah upaya untuk mengetahui kondisi dan status
populasi secara lebih rinci serta daerah penyebarannya yang dilakukan di dalam
dan di luar habitatnya maupun di lembaga konservasi.
4.8 IUCN adalah International Union for the Conservation of Nature and Natural
Resources, yaitu Serikat Antar Bangsa Bagi Konservasi Alam. IUCN Red List
menetapkan kriteria untuk mengevaluasi status kelangkaan suatu spesies.
4.9 Jenis Tumbuhan adalah jenis yang secara ilmiah disebut spesies atau anak-anak
jenis yang secara ilmiah disebut sub spesies baik di dalam maupun di luar
habitatnya.
4.10 Kawasan lindung adalah kawasan yang ditetapkan secara geografis yang dirancang
atau diatur dan dikelola untuk mencapai tujuan konservasi yang spesifik.
4.11 Kawasan produksi adalah kawasan yang ditetapkan untuk dirancang dan diatur
serta dikelola sebagai lahan produksi.
4.12 Pengawetan adalah upaya untuk menjaga agar keanekaragaman jenis tumbuhan
beserta ekosistemnya baik di dalam maupun di luar habitatnya agar tidak punah.
4.13 Flora dan Fauna dilindungi / RTE (Rare, Treathened, Endangered) adalah spesies
tumbuhan dan satwa yang tergolong pada jenis langka, terancam dan hampir punah
menurut IUCN, CITES dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor. P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018.
4.14 Survey Biodiversity adalah kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap jenis
vegetasi dan satwa liar yang ada dalam kawasan hutan.
5 TANGGUNG JAWAB
5.3 Administratur/KKPH
5.3.1 Mengeluarkan surat perintah rencana pengelolaan terhadap jenis Flora dan
Fauna RTE.
5.3.2 Memastikan realisasi dan pemenuhan kebutuhan kegiatan pengelolaan
5.3.3 Bertanggung jawab atas kelestarian terhadap Flora dan Fauna dilindungi /
RTE di habitatnya
5.4 Kepala Seksi Madya Pembinaan SDH & Perhutanan Sosial
5.4.1 Menyusun Rumusan pengelolaan flora dan fauna RTE sesuai dengan hasil
review Monitoring Biodiversity.
5.4.2 Melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan di lapangan.
5.4.3 Koordinator tim inventarisasi dan pengelolaan jenis Flora dan Fauna
dilindungi/ RTE.
5.4.4 Mengolah, Menganalisa dan melaporkan hasil kegiatan pengelolaan jenis
Flora dan Fauna dilindungi/RTE kepada Administratur.
Mulai
1
PROSEDUR KERJA
Melaporkan
Mengolah Data
Kegiatan
Laporan Kegiatan
Pengelolaan dan
Pengelolaan
2
Halaman
No. Revisi
Laporan
Pengelolaan Flora &
Fauna RTE
Tanggal Revisi
Tanggal Berlaku
:
:
:
:
:
Selesai
02
5 dari 8
12 Juli 2021
07 Juni 2021
No Jenis Dampak Lokasi Pengelolaan Jenis Flora Fauna RTE Rencana Pengelolaan Rencana Tahun ..... Ralisasi Tahun .... Keterangan
1 2 3 4 5 6 7 8