Anda di halaman 1dari 21

 DIREKTORAT RENCANA, PENGGUNAAN DAN PEMBENTUKAN WILAYAH PENGELOLAAN HUTAN

 DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN


 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN


NOMOR P.24/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2020
TENTANG
PENYEDIAAN KAWASAN HUTAN UNTUK PEMBANGUNAN FOOD ESTATE
SISTEMATIKA
IV. Mekanisme Penetapan Kawasan Hutan
I. Ketentuan Umum Untuk Ketahanan Pangan

II. Tata cara Permohonan 1. Umum


2. Pemberian Penetapan KHKP
III. Mekanisme Perubahan Peruntukan Kawasan
3. Pemenuhan Komitmen
Hutan
4. Pengelolaan KHKP
1. Kriteria Kawasan Hutan yang dapat Diubah
5. Pemanfaatan Kayu
Peruntukan
6. Jangka Waktu Pengelolaan KHKP
2. Pembentukan Tim Terpadu
7. Monev
3. Pemberian Keputusan Pelepasan Kawasan
HPK 8. Berakhirnya KHKP

4. Pemenuhan Komitmen V. Ketentuan Lain-lain


5. Pemanfaatan Kayu VI. Ketentuan Peralihan
6. Monev Kawasan HPK VIII. Ketentuan Penutup
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
 Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.

 Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk dipertahankan
keberadaannya sebagai hutan tetap.

 Hutan Tetap adalah Kawasan Hutan yang dipertahankan keberadaannya sebagai Kawasan Hutan, terdiri dari
Hutan Konservasi, Hutan Lindung, Hutan Produksi Terbatas, dan Hutan Produksi Tetap.

 Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan
memelihara kesuburan tanah.

 Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.

 Hutan Produksi yang dapat Dikonversi yang selanjutnya disebut HPK adalah Kawasan Hutan Produksi yang
tidak produktif dan produktif yang secara ruang dapat dicadangkan untuk pembangunan di luar kegiatan
kehutanan atau dapat dijadikan lahan pengganti Tukar Menukar Kawasan Hutan.

 Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan adalah perubahan Kawasan Hutan menjadi bukan Kawasan Hutan
Pasal 1 (lanjutan) KETENTUAN UMUM
 Pelepasan Kawasan Hutan adalah perubahan peruntukan Kawasan HPK menjadi bukan Kawasan Hutan.

 Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata,
dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

 Food Estate adalah usaha pangan skala luas yang merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
memanfaatkan sumber daya alam melalui upaya manusia dengan memanfaatkan modal, teknologi, dan sumber
daya lainnya untuk menghasilkan produk pangan guna memenuhi kebutuhan manusia secara terintegrasi
mencakup tanaman pangan, holtikultura, perkebunan, peternakan, dan perikanan di suatu Kawasan Hutan.

 Kawasan Hutan untuk Ketahanan Pangan yang selanjutnya disingkat KHKP adalah Kawasan Hutan yang secara
khusus diperuntukkan untuk kepentingan ketahanan pangan dengan pembangunan Food Estate.

 Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar
dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/atau program.

 Izin Lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Hidup dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh
izin usaha dan/atau kegiatan
KETENTUAN UMUM
Pasal 1 (lanjutan)
 Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL
adalah pengelolaan dan pemantauan usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting dalam
lingkungan terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang
penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

 Komitmen adalah pernyataan pemohon KHKP untuk memenuhi persyaratan penetapan KHKP.

 Tim Terpadu adalah Tim yang ditetapkan Menteri, terdiri dari lembaga Pemerintah yang mempunyai
kompetensi dan memiliki otoritas ilmiah (scientific authority) dan instansi terkait bersifat independen yang
bertugas melakukan penelitian dan memberikan rekomendasi kepada Menteri terhadap rencana/ usulan
perubahan Kawasan Hutan.

 Kementerian adalah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

 Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup dan
kehutanan.

 Sekretaris Jenderal adalah Pejabat Pimpinan Tinggi Madya yang membidangi kesekretariatan Kementerian.

 Direktur Jenderal adalah Pejabat Tinggi Madya yang membidangi planologi kehutanan dan tata lingkungan.

 Direktur adalah Pejabat Tinggi Pratama yang membidangi pengukuhan dan penatagunaan kawasan hutan.
TATA CARA PERMOHONAN

Pasal 2 Pasal 3
Kegiatan penyediaan Kawasan 1. Kegiatan penyediaan Kawasan Hutan untuk
Hutan untuk pembangunan pembangunan Food Estate dalam mendukung
Food Estate dilakukan dengan Ketahanan Pangan melalui mekanisme Perubahan
mekanisme: Peruntukan Kawasan Hutan atau penetapan KHKP
a. Perubahan Peruntukan ditetapkan oleh Menteri berdasarkan permohonan.
Kawasan Hutan; atau 2. Permohonan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan
b. Penetapan KHKP. atau penetapan KHKP diajukan oleh:
a. menteri;
b. kepala lembaga;
c. gubernur;
d. bupati/wali kota; atau
e. kepala badan otorita,
yang ditugaskan khusus oleh Pemerintah.
TATA CARA PERMOHONAN
Pasal 4
1. Permohonan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan atau penetapan KHKP diajukan kepada Menteri dengan tembusan:
a. Sekretaris Jenderal; dan
b. Direktur Jenderal.
2. Permohonan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan atau penetapan KHKP dilengkapi dengan dokumen:
a. pernyataan Komitmen; dan
b. persyaratan teknis.
3. Pernyataan Komitmen untuk Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan, dibuat dalam bentuk surat bermeterai yang
menyatakan:
a. kesanggupan menyelesaikan tata batas areal Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan berkoordinasi dengan
Kementerian;
b. kesanggupan menyelesaikan UKL-UPL dan Izin Lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
c. kesanggupan mengamankan Kawasan HPK yang dilepaskan.
4. Pernyataan Komitmen untuk penetapan KHKP, dibuat dalam bentuk surat bermeterai yang menyatakan:
a. kesanggupan menyelesaikan masterplan pengelolaan KHKP, yang memuat rencana pengelolaan KHKP
dan menyusun Detail Enginering Design (DED) dalam hal berkaitan KHKP berasal dari Kawasan Hutan
Lindung;
b. kesanggupan menyelesaikan tata batas areal penetapan KHKP dan berkoordinasi dengan Kementerian;
c. kesanggupan menyelesaikan UKL-UPL dan Izin Lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan
d. kesanggupan mengganti biaya investasi tanaman kepada pengelola/pemegang izin.
TATA CARA PERMOHONAN
Pasal 4 (lanjutan)
5. Persyaratan teknis untuk Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan, meliputi:
a. KLHS/KLHS cepat;
b. proposal dan rencana teknis yang ditandatangani oleh pemohon;
c. peta permohonan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dengan menggunakan peta dasar skala
paling kecil 1:50.000 (satu banding lima puluh ribu);
d. laporan dan rekomendasi hasil penelitian untuk lokasi belum dilakukan penelitian;
e. peta lokasi pencadangan HPK Tidak Produktif bagi areal yang berada pada Keputusan Menteri
tentang Pencadangan HPK Tidak Produktif; dan
f. Pakta Integritas dalam bentuk surat bermeterai yang menyatakan:
1) semua dokumen yang dilampirkan sah;
2) tidak melakukan kegiatan sebelum mendapat izin dari Menteri;
3) bersikap transparan, jujur, objektif dan akuntabel;
4) tidak memberi, menerima, menjanjikan hadiah/hiburan dalam bentuk apapun;
5) melakukan permohonan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
6) sanggup menghadapi konsekuensi hukum, apabila melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 (satu) sampai dengan angka 5 (lima).
TATA CARA PERMOHONAN
Pasal 4 (lanjutan)
6. Persyaratan teknis untuk penetapan KHKP, meliputi:
a. KLHS/KLHS cepat;
b. proposal dan rencana teknis yang ditandatangani oleh pemohon;
c. peta permohonan penetapan KHKP dengan menggunakan peta dasar skala paling kecil 1:50.000
(satu banding lima puluh ribu); dan
d. Pakta Integritas dalam bentuk surat bermeterai yang menyatakan:
1) semua dokumen yang dilampirkan sah;
2) tidak melakukan kegiatan sebelum mendapat izin dari Menteri;
3) bersikap transparan, jujur, objektif dan akuntabel;
4) tidak memberi, menerima, menjanjikan hadiah/hiburan dalam bentuk apapun;
5) melakukan permohonan perizinan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
6) sanggup menghadapi konsekuensi hukum, apabila melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
pada angka 1 (satu) sampai dengan angka 5 (lima).

Pasal 5
Permohonan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan atau penetapan KHKP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 disampaikan dalam bentuk:
a. dokumen asli atau salinan dokumen yang dilegalisasi oleh instansi penerbit; dan/atau
b. salinan elektronik dokumen,
secara daring dan/atau luring.
MEKANISME PENETAPAN KHKP

Pasal 19 Pasal 20
1. Penyediaan Kawasan Hutan untuk Penyediaan Kawasan Hutan untuk pembangunan
pembangunan Food Estate dengan Food Estate dalam mendukung Ketahanan Pangan
mekanisme penetapan KHKP dilakukan dapat dilakukan pada Kawasan Hutan:
pada: a. yang telah dibebani hak pengelolaan oleh
a. Kawasan Hutan Lindung; dan/atau badan usaha milik negara bidang kehutanan;
b. Kawasan Hutan Produksi. b. yang telah dibebani izin pemanfaatan hutan,
2. Kawasan Hutan Lindung sebagaimana setelah dikeluarkan dari areal kerjanya; dan
dimaksud pada ayat (1) huruf a yang c. yang telah dicadangkan atau telah dibebani
sudah tidak sepenuhnya berfungsi izin perhutanan sosial atau telah dicadangkan
lindung sesuai dengan ketentuan untuk tanah objek reformasi agraria (TORA)
peraturan perundang-undangan. dengan menyesuaikan program yang
berorientasi pada rakyat dan reforma
agraria.
10 hari

penelaahan hukum Penilaian teknis dan


dan Konsep konsep Peta
keputusan KHKP Penetapan KHKP

Ditembuskan kepada:
Sekjen KLHK dan Dirjen
PKTL

PEMOHON MENTERI LHK DIRJEN PKTL SEKJEN KLHK

MENERBITKAN KEPUTUSAN PENELAAHAN PENILAIAN TEKNIS Eselon I


Penetapan KHKP dan Peta ADMINISTRASI terkait
Penetapan KHKP

Tidak memenuhi ketentuan teknis 30 hari

Tidak terpenuhi persyaratan administrasi


PEMENUHAN KOMITMEN
Pasal 25
1. Berdasarkan Keputusan Menteri tentang Penetapan KHKP, Pengelola KHKP dalam jangka waktu paling
lama 2 (dua) tahun wajib menyelesaikan Komitmen:
a. penyusunan masterplan pengelolaan KHKP, yang memuat rencana pengelolaan KHKP dan menyusun
Detail Enginering Design (DED) dalam hal berkaitan KHKP berasal dari Kawasan Hutan Lindung;
b. pelaksanaan tata batas areal KHKP dan berkoordinasi dengan Kementerian; dan
c. penyusunan UKL-UPL dan Izin Lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Penyelesaian Komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk jangka waktu
paling
lama 1 (satu) tahun.
3. Pelaksanaan tata batas areal KHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat ditugaskan
kepada
balai pemantapan kawasan hutan.
4. Berdasarkan hasil tata batas areal KHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Direktur Jenderal
atas nama Menteri menetapkan Batas Areal Kerja KHKP.

Pasal 26
1. Dalam hal Komitmen berupa penyusunan UKL-UPL dan Izin Lingkungan telah terpenuhi, Pemegang
KHKP dapat melakukan kegiatan di lapangan.
2. Pemegang KHKP hanya dapat melakukan kegiatan sesuai tujuan dari pemberian KHKP.
PENGELOLAAN KHKP

Pasal 27 Pasal 28
1. Areal KHKP yang telah ditetapkan Pengelola KHKP dalam melaksanakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 pengelolaan KHKP sebagaimana
ayat (4) dikelola oleh pengelola KHKP. dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) wajib
2. Pengelolaan KHKP dapat dilakukan melaksanakan:
melalui kerjasama dengan badan usaha
a. perlindungan hutan untuk mencegah
dan/atau masyarakat.
3. Pengelolaan KHKP, sebagaimana
dan membatasi kerusakan hutan dan
dimaksud pada ayat (1) meliputi: lingkungan;
a. perencanaan KHKP; b. melaksanakan inventarisasi tegakan
b. pelaksanaan kegiatan KHKP; sesuai dengan rencana kerja
c. kerjasama pengelolaan KHKP; pengelolaan KHKP dan/atau master
d. pemanfaatan hutan pada areal plan pengelolaan KHKP;
KHKP; c. melakukan pemeliharaan batas areal
e. pembangunan sarana dan prasarana KHKP; dan
pendukung KHKP; dan d. melaksanakan pelaporan pengelolaan
f. pelaporan pengelolaan KHKP.
KHKP.
PENGELOLAAN KHKP

Pasal 29 Pasal 30
1. Kewajiban pengelola 1. Dalam hal pengelolaan KHKP pemanfaatan hutan sebagaimana
KHKP menyusun dimaksud dalam Pasal 27 ayat (3) huruf d terdapat
laporan pengelolaan pemanfaatan kayu, Keputusan Menteri tentang Penetapan
KHKP sebagaimana KHKP berlaku sebagai Izin Pemanfaatan Kayu.
2. Dalam pemanfaatan kayu sebagaimana dimaksud ayat (1)
dimaksud dalam Pasal
Pengelola KHKP wajib:
28 huruf d dilakukan a. membayar provisi sumber daya hutan (PSDH) dan/atau
secara berkala setiap 1 dana reboisasi (DR), sesuai dengan ketentuan peraturan
(satu) tahun sekali. perundang-undangan; dan
2. Laporan pengelolaan b. membayar ganti rugi nilai tegakan kepada pemerintah
KHKP sebagaimana apabila areal yang dikelola merupakan hutan tanaman hasil
dimaksud pada ayat rehabilitasi.
(1) disampaikan 3. Kewajiban pembayaran provisi sumber daya hutan (PSDH)
kepada Menteri, dan/atau
dana reboisasi (DR) dan ganti rugi nilai tegakan sebagaimana
dengan tembusan
dimaksud pada ayat (2) dapat dikecualikan dengan persetujuan
kepada Direktur menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
Jenderal. bidang keuangan negara.
JANGKA WAKTU PENGELOLAAN KHKP

Pasal 31 Pasal 32
1. Hak Pengelolaan KHKP diberikan paling 1. Permohonan perpanjangan KHKP diajukan
lama 20 (dua puluh) tahun dan dapat kepada Menteri paling lama 6 (enam) bulan
diperpanjang. sebelum KHKP berakhir.
2. Perpanjangan sebagaimana dimaksud pada 2. Permohonan perpanjangan KHKP
ayat (1) dilakukan berdasarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pertimbangan dari hasil evaluasi dilengkapi dengan hasil evaluasi pelaksanaan
pelaksanaan pengelolaan KHKP. pengelolaan KHKP.

MONITORING & EVALUASI


Pasal 33
Dalam rangka pengawasan pelaksanaan pengelolaan
KHKP, Menteri menyelenggarakan:
a. monitoring; dan
b. evaluasi.
MONITORING & EVALUASI (LANJUTAN)

Pasal 34
1. Monitoring sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf a dilaksanakan oleh Direktur Jenderal.
2. Dalam melaksanakan Monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktur Jenderal
membentuk Tim.
3. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari:
a. dinas provinsi yang membidangi kehutanan;
b. balai pemantapan kawasan hutan;
c. badan/dinas kabupaten/kota yang membidangi lingkungan hidup;
d. perum perhutani dalam hal berada dalam wilayah kerja perum perhutani; dan
e. instansi terkait lainnya.
4. Direktur Jenderal menyampaikan hasil monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada
Menteri dengan tembusan kepada gubernur.
5. Monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 1 (satu) kali dalam
1 (satu) tahun.
MONITORING & EVALUASI (LANJUTAN)

Pasal 35
1. Pelaksanaan evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 huruf b dilakukan untuk menilai:
a. pemenuhan kewajiban yang tercantum dalam KHKP; dan
b. pelaksanaan KHKP.
2. Evaluasi KHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling banyak 2 (dua) kali dalam 5
(lima) tahun.
3. Pelaksanaan evaluasi dapat dilakukan sewaktu-waktu dalam hal terdapat indikasi pelanggaran,
permohonan perpanjangan KHKP, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan Menteri.
4. Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Tim yang dibentuk oleh Direktur
Jenderal dengan anggota dari:
a. dinas provinsi yang membidangi kehutanan;
b. balai pemantapan kawasan hutan;
c. badan/dinas kabupaten/kota yang membidangi lingkungan hidup;
d. perum perhutani dalam hal berada dalam wilayah kerja perum perhutani; dan
e. instansi terkait lainnya.
5. Direktur Jenderal menyampaikan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Menteri
dengan tembusan kepada Gubernur.
MONITORING & EVALUASI (LANJUTAN)

Pasal 36
Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (5) digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam proses pencabutan KHKP.

BERAKHIRNYA KHKP

Pasal 37
1. KHKP berakhir apabila:
a. habis jangka waktu;
b. dicabut oleh Menteri; atau
c. diserahkan kembali secara sukarela oleh pemegang KHKP kepada Menteri sebelum habis
jangka waktu dengan pernyataan tertulis.
2. Penyerahan kembali secara sukarela oleh pemegang KHKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf c,
harus melampirkan hasil evaluasi..
BERAKHIRNYA KHKP (LANJUTAN)

Pasal 38 Pasal 39
Pencabutan KHKP oleh Menteri sebagaimana dimaksud 1. Pencabutan KHKP sebagaimana
dalam Pasal 37 ayat (1) huruf b apabila pemegang dimaksud dalam Pasal 38 dilakukan
KHKP: setelah ada peringatan tertulis dari
a. melakukan tindak pidana bidang lingkungan hidup Direktur Jenderal sebanyak 3 (tiga) kali.
dan kehutanan; 2. Peringatan tertulis sebagaimana
b. tidak memenuhi sebagian atau seluruh kewajiban; dimaksud pada ayat (1) disampaikan
c. terdapat kegiatan yang bertentangan dengan tujuan dengan jangka waktu peringatan masing-
pemberian KHKP; masing 30 (tiga puluh) hari kerja.
d. memindahtangankan KHKP kepada pihak lain atau 3. Pencabutan KHKP sebagaimana
perubahan nama pemegang KHKP tanpa dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
persetujuan Menteri; setelah berakhirnya jangka waktu
e. memperjual belikan areal KHKP kepada pihak lain; peringatan tertulis yang ketiga.
dan/atau
f. menjaminkan/mengagunkan areal KHKP kepada
pihak lain.
KETENTUAN LAIN-LAIN KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 40 Pasal 41
Pembiayaan pelaksanaan penyediaan Kawasan Hutan Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku:
untuk pembangunan Food Estate dengan mekanisme a. permohonan Pelepasan Kawasan HPK untuk
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan atau Food Estate yang belum memenuhi persyaratan
penetapan KHKP, bersumber dari: komitmen dan teknis sebelum berlakunya
a. anggaran pendapatan dan belanja negara; Peraturan Menteri ini, diproses lebih lanjut
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dengan Peraturan Menteri ini;
dan/atau b. permohonan Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan
c. sumber dana lain yang tidak mengikat, untuk Food Estate yang telah diajukan sebelum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- berlakunya Peraturan Menteri ini, dilakukan
undangan. dengan mekanisme penetapan KHKP sesuai
Peraturan Menteri ini.

KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai