REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR : P.67/Menhut-II/2006
TENTANG
KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN
MENTERI KEHUTANAN,
Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya perencanaan kehutanan sebagaimana diamanatkan
BAB II Bagian Kedua Pasal 7 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan, perlu dilaksanakan inventarisasi hutan untuk
mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya hutan,
potensi kekayaan alam, serta lingkungannya secara lengkap;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu menetapkan
Peraturan Menteri kehutanan tentang Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2003 tentang Hutan Kota;
13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 178/M Tahun 2004 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kehutanan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARIISASI
HUTAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penentuan sesuatu.
2. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang harus dipedomani dalam melakukan kegiatan.
3. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan.
4. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap, termasuk kawasan suaka alam dan
kawasan pelestarian alam perairan.
5. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit atau
gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan mengalir ke
danau atau laut secara alami.
6. Unit Pengelolaan Hutan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien danlestari.
7. Inventarisasi Hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan
potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap.
8. Survei adalah salah satu cara pelaksanaan inventarisasi hutan melalui kegiatan pengumpulan data
dan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung atau kombinasi keduanya untuk
mengetahui kondisi sumber daya hutan dan lingkungan.
9. Penginderaan jauh adalah salah satu teknik untuk mendapatkan informasi sumber daya hutan dan
lingkungan dengan menggunakan peralatan yang secara fisik tidak bersinggungan langsung dengan
obyeknya.
10. Penafsiran citra adalah proses penerjemahan data (citra) menjadi informasi.
11. Survei Terrestris adalah salah satu teknik untuk mendapatkan informasi sumber daya hutan dan
lingkungannya melalui pengumpulan data di lapangan.
12. Teknik sampling adalah cara pengambilan petak ukur di lapangan sebagai contoh dengan besaran
intensitas tertentu.
13. Intensitas sampling adalah perbandingan antar jumlah unit petak ukur yang diambil terhadap
jumlah unit populasi.
14. Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan.
15. Dinas Provinsi adalah instansi yang menangani urusan kehutanan untuk wilayah provinsi.
16. Dinas Kabupaten/ Kota adalah instansi yang menangani urusan kehutanan untuk wilayah
kabupaten/kota.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan dimaksudkan sebagai dasar penyelenggaraan inventarisasi
hutan.
(2) Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan ini disusun sebagai dasar acuan bagi pembuatan:
a. Pedoman penyelenggaraan inventarisasi hutan tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota,
DAS/Sub DAS dan Unit pengelolaan;
b. Petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis inventarisasi hutan
BAB III
RUANG LINGKUP
Bagian Pertama
Umum
Pasal 3
(1) Ruang lingkup pengaturan kriteria dan standar inventarisasi hutan, meliputi:
a. Aspek kegiatan inventarisasi hutan;
b. Penyelenggara inventarisasi hutan;
(2) Kriteria dan standar inventarisasi hutan secara rinsi sebagaimana tercantum dalam lampiran
peraturan ini.
Bagian Kedua
Aspek Kegiatan Inventarisasi Hutan
Pasal 4
Aspek kegiatan inventarisasi hutan diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkenaan
dengan :
a. Status, penggunaan, dan penutupan lahan;
b. Jenis tanah, kelerengan lapangan/ topografi;
c. Iklim;
d. Hidrologi (tata air), bentang alam dan gejala-gejala alam;
e. Kondisi sumber daya manusia dan demografi;
f. Jenis, potensi dan sebaran flora;
g. Jenis, populasi dan habitat fauna;
h. Kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat.
Bagian Ketiga
Penyelenggara Inventarisasi Hutan
Pasal 5
(1) Penyelenggara Inventarisasi Hutan diatur wilayah kewenangannya sebagai berikut :
a. Tingkat Nasional diselenggarakan oleh Menteri;
b. Tingkat Provinsi diselenggarakan oleh Gubernur;
d. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas provinsi, diselenggarakan oleh Menteri;
e. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh
Gubernur;
f. Tingkat Daerah Aliran Sungai dalam Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh Bupati/Walikota;
g. Inventarisasi Hutan Tingkat Unit Pengelolaan diselenggarakan oleh setiap Pengelola Unit
Pengelolaan Hutan
(2) Dalam melaksanakan inventarisasi hutan, setiap penyelenggara dapat bekerjasama dengan
instansi pemerintah lain, perguruan tinggi dan lembaga lain yang profesional dibidangnya.
(3) Dalam hal inventarisasi hutan pada suatu tingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, c,
e dan f belum diselenggarakan sebagian atau seluruhnya maka penyelenggaraannya dapat
dilakukan oleh tingkat yang lebih tinggi.
(4) Untuk tertibnya pelaksanaan inventarisasi hutan, setiap penyelenggara harus selalu berkoordinasi
satu dengan lainnya dengan memperhatikan keterkaitan antar wilayah dalam satu
ekosistem/bioregion.
Bagian Keempat
Pelaksanaan Inventarisasi Hutan
Pasal 6
(1) Pelaksanaan Inventarisasi hutan dapat dilakukan dengan cara survei melalui :
a. Penginderaan jauh;
b. Terrestris;
(2) Cara penginderaan jauh dilakukan melalui kegiatan pengolahan dan analisis data citra satelit dan
non satelit yang disertai dengan pengecekan lapangan.
(3) Cara terrestris dilakukan melalui pengumpulan data di lapangan.
(4) Pelaksanaan inventarisasi hutan pada suatu wilayah, penyelesaiannya diprioritaskan dalam satu
kesatuan pengelolaan hutan, Sub DAS atau DAs pada wilayah yang bersangkutan.
Pasal 7
(1) Inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan paling sedikit satu
kali dalam 5 (lima) tahun;
(2) Inventarisasi hutan pada tingkat unit pengelolaan untuk menyusun rencana kegiatan tahunan pada
blok operasional dilaksanakan setiap tahun.
Bagian Kelima
Hasil Inventarisasi Hutan
Pasal 8
(1) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Nasional disajikan dalam bentuk deskriptif,
numerik, peta, yang meliputi:
a. Keadaan status dan fungsi kawasan hutan.
b. Kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan iklim.
e. Potensi sumberdaya hutan kayu berupa pohon dan tingkat permudaannya meliputi jenis dan
pengelompokan kayu (seperti jenis niagawi, kelas diameter dan lain-lain), volume
pohon/massa tegakan, jumlah batang, penyebaran, status kelangkaan dan populasi.
f. Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis dan pengelompokan jenis,
volume/berat, jumlah batang/rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g. Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan jenis antara lain berdasarkan
perlindungan jenis satwa liar, penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ maupun
eks situ.
h. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan.
i. Potensi kawasan dan jasa lingkungan.
j. Peta hasil kegiatan minimal skala a : 250.000.
(3) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Kabupaten/Kota disajikan dalam bentuk
deskriptif, numerik, dan peta, yang meliputi:
a. Keadaan status dan fungsi kawasan hutan.
b. Kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan iklim.
e. Potensi sumberdaya hutan kayu berupa pohon dan tingkat permudaannya meliputi jenis dan
pengelompokan kayu (seperti jenis niagawi, kelas diameter dan lain-lain), volume
pohon/massa tegakan, jumlah batang, penyebaran, status kelangkaan dan populasi.
f. Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis dan pengelompokan jenis,
volume/berat, jumlah batang/rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g. Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan jenis antara lain berdasarkan
perlindungan jenis satwa liar, penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ maupun
eks situ.
h. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan.
i. Potensi kawasan dan jasa lingkungan.
j. Potensi hutan rakyat/ hutan hak.
k. Peta hasil kegiatan minimal skala a : 100.000.
(4) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Daerah Aliran Sungai/ Sub Daerah Aliran
Sungai disajikan dalam bentuk data deskriptif dan numerik, peta, dan lain-lain yang meliputi:
a. Keadaan status dan fungsi kawasan hutan.
b. Karakteristik lahan di dalam dan di luar kawasan hutan, antara lain : topografi, hidrologi,
kelerengan, iklim, jenis tanah dan lain-lain.
c. Karakteristik Lahan.
f. Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis dan pengelompokan jenis,
volume/berat, jumlah batang/rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g. Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis.
h. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan, infra struktur,
kelembagaan pengelolaan DAS.
i. Potensi kawasan dan jasa lingkungan.
j. Peta hasil kegiatan minimal skala a : 50.000.
(5) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Unit Pengelolaan disajikan dalam bentuk
deskriptif, numerik, peta, dan lain-lain yang meliputi:
I. Data Pokok :
a. Potensi tegakan kayu.
b. Potensi sumber daya tumbuhan non kayu yang meliputi jenis/sub jenis, penyebaran,
populasi dan status.
c. Keanekaragaman jenis pohon.
d. Riap tegakan untuk plot-plot permanent apabila telah dilakukan pengukuran berulang.
e. Potensi jenis/sub jenis, habitat, penyebaran, populasi dan status.
f. Potensi objek wisata dan jasa lingkungan.
g. Pengelompokan jenis satwa yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Pemerintah baik pusat
maupun daerah.
h. Macam dan bentuk-bentuk pengelolaan hutan.
i. Peta hasil kegiatan skala a : 250.000 atau skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000 disesuaikan
dengan luas wilayah.
II. Data Penunjang :
a. Infra struktur yang mendukung pengelolaan hutan.
b. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
c. Informasi kondisi DAS dan Sub DAs.
(6) Hasil inventarisasi hutan dipergunakan sebagai dasar perencanaan hutan.
Bagian Keenam
Dokumentasi, Penyebarluasan, Penggunaan
dan Pelaporan Hasil Inventarisasi Hutan
Pasal 9
(1) Penyelenggara inventarisasi hutan diwajibkan mendokumentasikan dan memelihara hasil-hasil
kegiatan inventarisasi hutan.
(2) Penyelenggara inventarisasi hutan wajib dan berwenang menyebarluaskan hasil inventarisasi
hutan kepada instansi pemerintah atau masyarakat yang membutuhkan.
(3) Penyelenggara inventarisasi hutan pada tingkatan yang lebih luas dapat mempergunakan hasil
inventarisasi pada tingkatan yang lebih detail.
(4) Pelaporan hasil inventarisasi hutan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tingkat
penyelenggaraan inventarisasi hutan.
Bagian Ketujuh
Pembinaan, engawasan dan Pengendalian
Inventarisasi Hutan
Pasal 10
(1) Untuk menjamin kebenaran pelaksanaan inventarisasi hutan diperlukan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian.
(2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan inventarisasi hutan dilakukan oleh
Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
bekerja sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi atau lembaga lain yang profesional di
bidangnya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
Hasil inventarisasi hutan yang telah dilaksanakan sebelum ditetapkannya peratruan ini dinyatakan tetap
berlaku, dan inventarisasi hutan yang sedang berlangsung disesuaikan dengan ketentuan dalam
peraturan ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : J A K A R T A -
Pada tanggal : 6 Nopember 2006
MENTERI KEHUTANAN,
ttd.
H.M.S. KABAN
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada yth.:
1. Menteri Dalam Negeri.
2. Menteri Negara Lingkungan Hidup.
3. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua BAPPENAS.
4. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
5. Gubernur di seluruh Indonesia.
6. Bupati/ Walikota di seluruh Indonesia.
7. Para Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan.
8. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi/ Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia.
9. Kepala UPT Departemen Kehutanan di seluruh Indonesia.
1
Nomor : P.67/Menhut-II/2006
Tanggal : 6 Nopember 2006
Tentang : KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN
k) Daftar Pustaka
l) Lampiran-lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal
skala 1 : 250.000.
2) Arus Pelaporan Hasil inventarisasi hutan tingkat provinsi dilaporkan kepada
Pusat (Badan Planologi Kehutanan) dengan berkoordinasi Balai
Pemantapan Kawasan Hutan.
non kayu.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
3) Inventarisasi Hutan Rakyat Survei dan atau kompilasi hasil inventarisasi hutan rakyat.
a) Metoda Sampling dengan intensitas minimal 0,5%.
b) Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun.
c) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal skala 1 : 100.000 yang bersumber pada salah
satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa
bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG atau peta
hasil pemetaan fotogrametris atau dengan teknologi lainnya.
d) Lokasi plot Penentuan lokasi sampling plot dilakukan dengan mengukur titik
ikat dilapangan menggunakan GPS.
e) Pengumpulan data dan Dilakukan melalui pengukuran, pengamatan dan pencatatan
informasi parameter serta pengumpulan data sekunder.
(1) Pohon a) Dikelompokkan pohon mulai diameter 10 cm keatas
b) Dikelompokkan sesuai dengan kelas diameter minimal selang
5 cm dan jenis
c) Dilakukan penomoran pohon
d) Pencatatan nama lokal pohon, diameter dan tinggi pohon
e) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum
diketahui namanya
f) Nilai ekonomis pohon
(2) Permudaan/ anakan a) Tingkat permudaan/anakan dikelompokkan menjadi semai
dan pancang.
b) Pencatatan nama lokal dan jumlah jenis.
c) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum
diketahui namanya.
d) Untuk hutan rakyat mengikuti kelompok jenis dan kelas
umur.
e) Nilai ekonomis pohon
(3) Topografi a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Aspek atau arah kelerengan
d) Terrain atau Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(4) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
(5) Non kayu a) Dilakukan pencatatan terhadap sumber daya hutan non kayu
yang ada dalam plot seperti rotan, bambu, perlebahan,
persuteraan alam, getah-getahan dan resin, biji-bijian/ buah,
biofarmaka, minyak atsiri dan pangan alternatif lainnya
b) Apabila diperlukan inventarisasi hutan khusus non kayu atau
tumbuhan non kayu untuk jenis tertentu dapat dilaksanakan
sesuai pedoman yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Badan Planologi Kehutanan
Penyajian Hasil a) Potensi tegakan kayu
17
5) Inventarisasi Sosial, ekonomi dan Survei dan atau kompilasi data hasil inventarisasi sosial,
budaya masyarakat di sekitar ekonomi dan budaya masyarakat lokal/ masyarakat adat di
kawasan hutan sekitar kawasan hutan antara lain mengenai adat istiadat, pola
ketergantungan terhadap hutan, pola kelembagaan dan infra
struktur dari desa disekitar lokasi plot baik berupa data primer
maupun sekunder.
a) Metode Survei lapangan atau kompilasi data menggunakan
sampling/contoh, kegiatan lapangan melalui observasi,
wawancara dan pencatatan/ perekaman, serta pengolahan dan
analisa data.
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi sosekbud masyarakat
lokal/ masyarakat adat dan disajikan minimal skala 1 : 100.000
yang bersumber pada salah satu peta dasar berikut (dengan
urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia atau peta topografi
atau peta JOG
c) Penentuan lokasi sampling Lokasi sampling adalah desa-desa yang berada di dalam dan di
sekitar kawasan hutan.
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui pencatatan/perekaman data sekunder,
informasi pengamatan lapangan dan wawancara dengan responden
terpilih menggunakan kuesioner dan atau pengumpulan data
sekunder.
e) Penyajian Hasil a) Data dan hasil analisa sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di sekitar hutan
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000.
2. Data dan informasi hasil inventarisasi a) Keadaan status dan fungsi kawasan hutan
hutan tingkat Kabupaten/Kota
b) kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan
iklim.
c) Informasi DAS dan SUB DAS.
d) Keadaan penutupan lahan.
e) Potensi sumberdaya hutan pada hutan alam dan hutan
tanaman, hutan rakyat dan hutan kota berupa kayu/pohon
dan tingkat permudaannya meliputi jenis dan
pengelompokan kayu (seperti jenis niagawi, kelas diameter
dan lain-lain), volume pohon/massa tegakan, jumlah batang,
penyebaran, struktur tegakan, status kelangkaan dan
populasi.
f) Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis
dan pengelompokan jenis, volume/berat, jumlah batang/
rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu termasuk hutan rakyat.
g) Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan
jenis antara lain berdasarkan perlindungan jenis satwa liar,
penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ
maupun eks situ.
h) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar
kawasan hutan.
i) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000.
3. Pelaporan
a. Isi Pelaporan Isi laporan minimal memuat :
a) Peta Pemandangan.
b) Kata Pengantar ditandatangani oleh pimpinan instansi
19
IV. INVENTARISASI HUTAN TINGKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI/ SUB DAERAH ALIRAN
SUNGAI
1. Sasaran/Obyek Kegiatan
: Kawasan hutan dan Areal Penggunaan Lain (luar kawasan
hutan) dalam wilayah Daerah Aliran Sungai/ Sub Daerah Aliran
Sungai
2. Penanggung jawab : 1. Menteri Kehutanan untuk DAS/Sub DAS lintas Propinsi,
2. Gubernur untuk DAS/Sub DAS lintas Kabupaten/Kota,
3. Bupati/Walikota untuk DAS/Sub DAS dalam wilayah
kabupaten/kota
Pengendalian dan Pembinaan : 1. Badan Planologi Kehutanan untuk tingkat Propinsi
2. Dinas Propinsi untuk tingkat Kabupaten/Kota,
k) Daftar Pustaka
l) Lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal skala 1 :
100.000.
b. Arus Pelaporan a) Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota melaporkan hasil kepada
Dinas Kehutanan Provinsi, BPDAS dan BPKH
b) Dinas Kehutanan Propinsi, BPDAS dan BPKH melaporkan
hasil kepada Kepala Badan Planologi atau Dirjen yang
menangani DAS.
1. Sasaran/Obyek Kegiatan : 1. Unit Pengelolaan (UP) Kawasan Hutan Konservasi (CA, SM,
TN, TWA, TAHURA dan TB), UP Hutan Lindung (KPHL) dan
UP Hutan Produksi (KPHP)
2. Areal Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH) pada
Hutan Alam
3. Areal Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan
Tanaman
2. Penanggung jawab : Institusi Pengelola
3. Pengendalian dan Pembinaan : 1. Unit pengelolaan yang lintas propinsi, diselenggarakan oleh
Badan Planologi Kehutanan
2. Unit pengelolaan yang lintas kabupaten/kota,
diselenggarakan oleh Dinas Provinsi
3. Unit pengelolaan dalam wilayah kabupaten/kota,
diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten/kota
3. Penyelenggara : Unit Pengelola
(3) Administrasi
(a) Berita Acara Pemeriksaan/Ceking
(b) Pengesahan Rekapitulasi LHC
(c) Blok RKL/Rintis Batas Blok
c) Potensi (RKTUPHH) :
(1) Potensi
(a) Hutan primer (rapat, sedang dan jarang) diperinci
per jenis dan per kelas diameter dan per petak/blok
(b) Hutan belas tebangan diperinci per jenis dan per
kelas diameter dan per petak/blok
(c) Rekapitulasi potensi blok RKT
(2) Data permudaan hutan : tingkat anakan, tingkat
pancang dan tingkat tiang
(3) Administrasi
(a) Berita Acara Pemeriksaan/Ceking
(b) Pengesahan Rekapitulasi LHC
30
MENTERI KEHUTANAN,
Ttd
H. M. S. KABAN