Anda di halaman 1dari 37

MENTERI KEHUTANAN

REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN
NOMOR : P.67/Menhut-II/2006
TENTANG
KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN
MENTERI KEHUTANAN,
Menimbang : a. bahwa untuk terselenggaranya perencanaan kehutanan sebagaimana diamanatkan
BAB II Bagian Kedua Pasal 7 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004
tentang Perencanaan Kehutanan, perlu dilaksanakan inventarisasi hutan untuk
mengetahui dan memperoleh data dan informasi tentang sumber daya hutan,
potensi kekayaan alam, serta lingkungannya secara lengkap;
b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu menetapkan
Peraturan Menteri kehutanan tentang Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang;

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan jo. Undang-Undang Nomor


19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 41 Tahun 1999
tentang Kehutanan Menjadi Undang-Undang;
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelestarian Alam;

7. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan


Satwa Liar;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Tumbuhan dan


Satwa Liar;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan


Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2003 tentang Hutan Kota;

12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan;

13. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 178/M Tahun 2004 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;

14. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor 13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Kehutanan.

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA DAN STANDAR INVENTARIISASI
HUTAN.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Kriteria adalah ukuran yang menjadi dasar penilaian atau penentuan sesuatu.
2. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang harus dipedomani dalam melakukan kegiatan.
3. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati
yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan.
4. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh Pemerintah
untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap, termasuk kawasan suaka alam dan
kawasan pelestarian alam perairan.
5. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang dibatasi oleh pemisah topografi berupa punggung bukit atau
gunung yang berfungsi menampung air yang berasal dari curah hujan, menyimpan dan mengalir ke
danau atau laut secara alami.
6. Unit Pengelolaan Hutan adalah kesatuan pengelolaan hutan terkecil sesuai fungsi pokok dan
peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien danlestari.
7. Inventarisasi Hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan
potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap.
8. Survei adalah salah satu cara pelaksanaan inventarisasi hutan melalui kegiatan pengumpulan data
dan informasi baik secara langsung maupun tidak langsung atau kombinasi keduanya untuk
mengetahui kondisi sumber daya hutan dan lingkungan.
9. Penginderaan jauh adalah salah satu teknik untuk mendapatkan informasi sumber daya hutan dan
lingkungan dengan menggunakan peralatan yang secara fisik tidak bersinggungan langsung dengan
obyeknya.
10. Penafsiran citra adalah proses penerjemahan data (citra) menjadi informasi.
11. Survei Terrestris adalah salah satu teknik untuk mendapatkan informasi sumber daya hutan dan
lingkungannya melalui pengumpulan data di lapangan.
12. Teknik sampling adalah cara pengambilan petak ukur di lapangan sebagai contoh dengan besaran
intensitas tertentu.
13. Intensitas sampling adalah perbandingan antar jumlah unit petak ukur yang diambil terhadap
jumlah unit populasi.
14. Menteri adalah menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan.
15. Dinas Provinsi adalah instansi yang menangani urusan kehutanan untuk wilayah provinsi.
16. Dinas Kabupaten/ Kota adalah instansi yang menangani urusan kehutanan untuk wilayah
kabupaten/kota.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1) Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan dimaksudkan sebagai dasar penyelenggaraan inventarisasi
hutan.
(2) Kriteria dan Standar Inventarisasi Hutan ini disusun sebagai dasar acuan bagi pembuatan:
a. Pedoman penyelenggaraan inventarisasi hutan tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota,
DAS/Sub DAS dan Unit pengelolaan;
b. Petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis inventarisasi hutan

BAB III
RUANG LINGKUP
Bagian Pertama
Umum
Pasal 3
(1) Ruang lingkup pengaturan kriteria dan standar inventarisasi hutan, meliputi:
a. Aspek kegiatan inventarisasi hutan;
b. Penyelenggara inventarisasi hutan;

c. Pelaksanaan inventarisasi hutan;

d. Hasil inventarisasi hutan;

e. Dokumentasi, penyebarluasan, penggunaan dan pelaporan hasil inventarsiasi hutan;

f. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian inventarisasi hutan.

(2) Kriteria dan standar inventarisasi hutan secara rinsi sebagaimana tercantum dalam lampiran
peraturan ini.
Bagian Kedua
Aspek Kegiatan Inventarisasi Hutan
Pasal 4
Aspek kegiatan inventarisasi hutan diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi yang berkenaan
dengan :
a. Status, penggunaan, dan penutupan lahan;
b. Jenis tanah, kelerengan lapangan/ topografi;
c. Iklim;
d. Hidrologi (tata air), bentang alam dan gejala-gejala alam;
e. Kondisi sumber daya manusia dan demografi;
f. Jenis, potensi dan sebaran flora;
g. Jenis, populasi dan habitat fauna;
h. Kondisi sosial, ekonomi, budaya masyarakat.
Bagian Ketiga
Penyelenggara Inventarisasi Hutan
Pasal 5
(1) Penyelenggara Inventarisasi Hutan diatur wilayah kewenangannya sebagai berikut :
a. Tingkat Nasional diselenggarakan oleh Menteri;
b. Tingkat Provinsi diselenggarakan oleh Gubernur;

c. Tingkat Kabupaten/Kota diselenggarakan oleh Bupati/walikota;

d. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas provinsi, diselenggarakan oleh Menteri;

e. Tingkat Daerah Aliran Sungai yang melintasi batas Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh
Gubernur;
f. Tingkat Daerah Aliran Sungai dalam Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh Bupati/Walikota;

g. Inventarisasi Hutan Tingkat Unit Pengelolaan diselenggarakan oleh setiap Pengelola Unit
Pengelolaan Hutan
(2) Dalam melaksanakan inventarisasi hutan, setiap penyelenggara dapat bekerjasama dengan
instansi pemerintah lain, perguruan tinggi dan lembaga lain yang profesional dibidangnya.
(3) Dalam hal inventarisasi hutan pada suatu tingkat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, c,
e dan f belum diselenggarakan sebagian atau seluruhnya maka penyelenggaraannya dapat
dilakukan oleh tingkat yang lebih tinggi.
(4) Untuk tertibnya pelaksanaan inventarisasi hutan, setiap penyelenggara harus selalu berkoordinasi
satu dengan lainnya dengan memperhatikan keterkaitan antar wilayah dalam satu
ekosistem/bioregion.
Bagian Keempat
Pelaksanaan Inventarisasi Hutan
Pasal 6
(1) Pelaksanaan Inventarisasi hutan dapat dilakukan dengan cara survei melalui :
a. Penginderaan jauh;
b. Terrestris;
(2) Cara penginderaan jauh dilakukan melalui kegiatan pengolahan dan analisis data citra satelit dan
non satelit yang disertai dengan pengecekan lapangan.
(3) Cara terrestris dilakukan melalui pengumpulan data di lapangan.
(4) Pelaksanaan inventarisasi hutan pada suatu wilayah, penyelesaiannya diprioritaskan dalam satu
kesatuan pengelolaan hutan, Sub DAS atau DAs pada wilayah yang bersangkutan.
Pasal 7
(1) Inventarisasi hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dilaksanakan paling sedikit satu
kali dalam 5 (lima) tahun;
(2) Inventarisasi hutan pada tingkat unit pengelolaan untuk menyusun rencana kegiatan tahunan pada
blok operasional dilaksanakan setiap tahun.
Bagian Kelima
Hasil Inventarisasi Hutan
Pasal 8
(1) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Nasional disajikan dalam bentuk deskriptif,
numerik, peta, yang meliputi:
a. Keadaan status dan fungsi kawasan hutan.
b. Kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan iklim.

c. Informasi DAS dan Sub DAS.

d. Keadaan penutupan lahan.


e. Potensi sumberdaya hutan kayu berupa pohon dan tingkat permudaannya meliputi jenis dan
pengelompokan kayu (seperti jenis niagawi, kelas diameter dan lain-lain), volume
pohon/massa tegakan, jumlah batang, penyebaran, status kelangkaan dan populasi.
f. Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis dan pengelompokan jenis,
volume/berat, jumlah batang/rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g. Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan jenis antara lain berdasarkan
perlindungan jenis satwa liar, penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ maupun
eks situ.
h. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan.
i. Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 500.000.
(2) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Provinsi disajikan dalam bentuk deskriptif,
numerik, dan peta, yang meliputi:
a. Keadaan status dan fungsi kawasan hutan.
b. Kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan iklim.

c. Informasi DAS dan Sub DAS.

d. Keadaan penutupan lahan.

e. Potensi sumberdaya hutan kayu berupa pohon dan tingkat permudaannya meliputi jenis dan
pengelompokan kayu (seperti jenis niagawi, kelas diameter dan lain-lain), volume
pohon/massa tegakan, jumlah batang, penyebaran, status kelangkaan dan populasi.
f. Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis dan pengelompokan jenis,
volume/berat, jumlah batang/rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g. Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan jenis antara lain berdasarkan
perlindungan jenis satwa liar, penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ maupun
eks situ.
h. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan.
i. Potensi kawasan dan jasa lingkungan.
j. Peta hasil kegiatan minimal skala a : 250.000.
(3) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Kabupaten/Kota disajikan dalam bentuk
deskriptif, numerik, dan peta, yang meliputi:
a. Keadaan status dan fungsi kawasan hutan.
b. Kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan iklim.

c. Informasi DAS dan Sub DAS.

d. Keadaan penutupan lahan.

e. Potensi sumberdaya hutan kayu berupa pohon dan tingkat permudaannya meliputi jenis dan
pengelompokan kayu (seperti jenis niagawi, kelas diameter dan lain-lain), volume
pohon/massa tegakan, jumlah batang, penyebaran, status kelangkaan dan populasi.
f. Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis dan pengelompokan jenis,
volume/berat, jumlah batang/rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g. Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan jenis antara lain berdasarkan
perlindungan jenis satwa liar, penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ maupun
eks situ.
h. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan.
i. Potensi kawasan dan jasa lingkungan.
j. Potensi hutan rakyat/ hutan hak.
k. Peta hasil kegiatan minimal skala a : 100.000.
(4) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Daerah Aliran Sungai/ Sub Daerah Aliran
Sungai disajikan dalam bentuk data deskriptif dan numerik, peta, dan lain-lain yang meliputi:
a. Keadaan status dan fungsi kawasan hutan.
b. Karakteristik lahan di dalam dan di luar kawasan hutan, antara lain : topografi, hidrologi,
kelerengan, iklim, jenis tanah dan lain-lain.
c. Karakteristik Lahan.

d. Keadaan penutupan lahan.

e. Potensi sumberdaya hutan kayu berupa pohon dan tingkat permudaannya.

f. Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis dan pengelompokan jenis,
volume/berat, jumlah batang/rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g. Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis.
h. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar kawasan hutan, infra struktur,
kelembagaan pengelolaan DAS.
i. Potensi kawasan dan jasa lingkungan.
j. Peta hasil kegiatan minimal skala a : 50.000.
(5) Data dan informasi hasil inventarisasi hutan Tingkat Unit Pengelolaan disajikan dalam bentuk
deskriptif, numerik, peta, dan lain-lain yang meliputi:
I. Data Pokok :
a. Potensi tegakan kayu.
b. Potensi sumber daya tumbuhan non kayu yang meliputi jenis/sub jenis, penyebaran,
populasi dan status.
c. Keanekaragaman jenis pohon.
d. Riap tegakan untuk plot-plot permanent apabila telah dilakukan pengukuran berulang.
e. Potensi jenis/sub jenis, habitat, penyebaran, populasi dan status.
f. Potensi objek wisata dan jasa lingkungan.
g. Pengelompokan jenis satwa yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Pemerintah baik pusat
maupun daerah.
h. Macam dan bentuk-bentuk pengelolaan hutan.
i. Peta hasil kegiatan skala a : 250.000 atau skala 1 : 100.000 atau 1 : 50.000 disesuaikan
dengan luas wilayah.
II. Data Penunjang :
a. Infra struktur yang mendukung pengelolaan hutan.
b. Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.
c. Informasi kondisi DAS dan Sub DAs.
(6) Hasil inventarisasi hutan dipergunakan sebagai dasar perencanaan hutan.
Bagian Keenam
Dokumentasi, Penyebarluasan, Penggunaan
dan Pelaporan Hasil Inventarisasi Hutan
Pasal 9
(1) Penyelenggara inventarisasi hutan diwajibkan mendokumentasikan dan memelihara hasil-hasil
kegiatan inventarisasi hutan.
(2) Penyelenggara inventarisasi hutan wajib dan berwenang menyebarluaskan hasil inventarisasi
hutan kepada instansi pemerintah atau masyarakat yang membutuhkan.
(3) Penyelenggara inventarisasi hutan pada tingkatan yang lebih luas dapat mempergunakan hasil
inventarisasi pada tingkatan yang lebih detail.
(4) Pelaporan hasil inventarisasi hutan dilakukan secara berjenjang sesuai dengan tingkat
penyelenggaraan inventarisasi hutan.
Bagian Ketujuh
Pembinaan, engawasan dan Pengendalian
Inventarisasi Hutan
Pasal 10
(1) Untuk menjamin kebenaran pelaksanaan inventarisasi hutan diperlukan pembinaan, pengawasan
dan pengendalian.
(2) Pembinaan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan inventarisasi hutan dilakukan oleh
Menteri, Gubernur dan Bupati/Walikota.
(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dalam pelaksanaannya dapat dilakukan dengan
bekerja sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi atau lembaga lain yang profesional di
bidangnya.
BAB IV
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 11
Hasil inventarisasi hutan yang telah dilaksanakan sebelum ditetapkannya peratruan ini dinyatakan tetap
berlaku, dan inventarisasi hutan yang sedang berlangsung disesuaikan dengan ketentuan dalam
peraturan ini.
BAB V
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 12
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J A K A R T A -
Pada tanggal : 6 Nopember 2006
MENTERI KEHUTANAN,
ttd.
H.M.S. KABAN
Salinan Peraturan ini disampaikan kepada yth.:
1. Menteri Dalam Negeri.
2. Menteri Negara Lingkungan Hidup.
3. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Ketua BAPPENAS.
4. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.
5. Gubernur di seluruh Indonesia.
6. Bupati/ Walikota di seluruh Indonesia.
7. Para Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan.
8. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi/ Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia.
9. Kepala UPT Departemen Kehutanan di seluruh Indonesia.
1

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN

Nomor : P.67/Menhut-II/2006
Tanggal : 6 Nopember 2006
Tentang : KRITERIA DAN STANDAR INVENTARISASI HUTAN

I. INVENTARISASI HUTAN TINGKAT NASIONAL

1. Sasaran/Obyek Kegiatan : Kawasan hutan / hutan negara dan hutan hak


2. Penyelenggara/ Penanggung jawab : Menteri
3. Pembinaan dan Pengendalian : Menteri
4. Pelaksana : Badan Planologi Kehutanan

NO. KRITERIA STANDAR


Pelaksanaan :
1. Waktu Dilaksanakan paling sedikit satu kali dalam 5 tahun
a. Penginderaan Jauh Citra satelit dan non satelit dengan resolusi rendah (50 – 250) m
sampai sedang (10 – 50) m
1) Spesifikasi Citra Spesifikasi Citra yang Digunakan sbb :
a) Format data Geo tiff, atau format lain sesuai ketentuan yang
berlaku
b) Koreksi : Telah dikoreksi secara geomatrik dan radiomatrik
c) Datum : WGS 84
d) Sistem Koordinat : UTM (Universal Transverse Mercator),
disertai sistem koordinat geografis
e) Media perekaman data : CD ROM, DVD atau jenis media lain
sesuai perkembangan teknologi
f) Liputan : 2 tahun terakhir
g) Tutupan awan : ≤ 10%, kecuali apabila selama 2 tahun
terakhir tidak tersedia citra dengan tutupan awan maksimum
≤ 10%
2) Metode Penafsiran citra dilakukan sebagai berikut :
Kelas Penutupan Lahan :
Kelas penutupan lahan yang digunakan sesuai kelas penutupan
lahan yang ditetapkan Badan Planologi Kehutanan. Klasifikasi
dilakukan secara :
a) Manual dan Visual :
(1) delinasi pada citra dilayar komputer (on screen
digitizing/semi digital)
(2) delinasi pada citra hardcopy/cetakan yang sudah
dikoreksi secara orthogonal
b) Digital :
Klasifikasi ulang :
Untuk memperbaiki hasil klasifikasi pendahuluan, dilakukan
klasifikasi ulang berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan
atau data sekunder yang tersedia.
2

3) Verifikasi Data a) Verifikasi data hasil penafsiran dilakukan dengan cara :


(1) Peninjauan langsung ke lapangan (ceking lapangan).
Besanya intensitas sampling dalam pelaksanaan cheking
lapangan ditentukan berdasarkan tingkat ketelitian yang
diinginkan, minimal satu sample pada setiap kelas
penutupan lahan.
(2) Merujuk hasil penafsiran citra lain yang memiliki resolusi
lebih tinggi (memiliki tingkat akurasi dan nilai kebenaran
lebih baik)
(3) Merujuk pada data sekunder dengan standar yang
sesuai
b) Tingkat kebenaran/ akurasi hasil penafsiran dihitung dan
disajikan berdasarkan data hasil cheking lapangan dan atau
berdasarkan data sekunder yang digunakan
4) Pengelolaan data Badan Planologi Kehutanan menyusun basis data citra dan data
spasial Departemen Kehutanan, dengan demikian setiap unit
kerja yang melaksanakan inventarisasi penginderaan jauh
menggunakan data citra atau teknologi penginderaan jauh
agar :
a) Menyerahkan copy data citra dan data spasial hasil kegiatan
yang dimiliki kepada Badan Planologi Kehutanan untuk
dimasukkan ke basis data Departemen Kehutanan
b) Data digital citra satelit dan data spasial disimpan dalam
format dan media penyimpan yang telah ditetapkan dan
dibuat rangkap sebagai back up
5) Penyajian Hasil Peta penutupan lahan dengan skala minimal 1 : 1.000.000 dan
data non spasial sebagai produk ikutan.
b. Terrestris Data survei lapangan
1) Inventarisasi tegakan hutan Data inventarisasi pohon dan tingkat permudaannya yang ada
dalam petak ukur
a) Metode a) Bentuk petak ukur : lingkaran, persegi empat, titik, dan jalur
b) Cara sampling : minimal intensitas sampling 0,0025%
b) Peta kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan dalam peta skala terbesar yang tersedia minimal dalam
skala 1 : 250.000, yang bersumber pada salah satu peta dasar
berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia
atau peta topografi atau peta JOG atau Peta Dasar Kehutanan.
c) Penentuan lokasi petak ukur Penentuan lokasi petak ukur dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat dilapangan menggunakan GPS, atau
mengukur ikatan ke titik pasti misalnya titik trianggulasi.
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan
informasi pencatatan data primer dan/atau pengumpulan data sekunder.
(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah, hutan pantai), hutan rawa gambut,
hutan rawa dan hutan payau/mangrove.
(2) Pohon a) Dikelompokkan pohon jika berdiameter 20 cm ke atas.
b) Dilakukan penomoran dan pemetaan pohon.
c) Pencatatan/pengukuran nama lokal, diameter dan tinggi
pohon.
d) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum
dikenal/belum diketahui namanya.
3

(3) Tingkat permudaan/ a) Tingkat permudaan/anakan dikelompokkan menjadi semai


anakan (tinggi sampai dengan 1,5 m), pancang (tinggi lebih dari 1,5
m dan diameter kurang dari 5 cm) dan tiang (diameter 5-19
cm).
b) Pencatatan nama lokal dan jumlah setiap jenis semai dan
pancang.
c) Pencatatan nama lokal dan pengukuran diameter untuk
tingkat tiang.
d) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum
dikenal/ belum diketahui namanya.
(4) Topografi Dilakukan pengukuran/ pengamatan/ pencatatan terhadap :
a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(5) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
e) Penyajian Hasil a) Data pohon dan tingkat permudaannya terdiri dari : potensi
(per jenis, kelompok jenis dan tegakan kayu), penyebaran,
struktur tegakan, status kelangkaan dan populasi pohon.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 500.000
2) Inventarisasi tumbuhan non kayu Survei dan atau kompilasi hasil inventarisasi tumbuhan non kayu
yang ada dalam petak ukur seperti rotan, sagu, bambu, nipah
dan lain-lain.
a) Metode a) Bentuk plot : lingkaran atau persegi empat.
b) Cara sampling :
(1) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan
sekaligus inventarisasi sumberdaya hutan kayu,
intensitas samplingnya mengikuti petak ukur
inventarisasi sumber daya hutan kayu.
(2) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan secara
khusus menggunakan intensitas sampling :
(a) rotan, minimal intensitas sampling 0,5%.
(b) bambu, minimal intensitas sampling 0,05%.
(c) sagu, minimal intensitas sampling 2%.
(d) nipah, minimal intensitas sampling 0,05%.
c) Sampling tumbuhan non kayu lainnya ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal dalam skala 1 : 250.000 yang bersumber pada
salah satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta
rupa bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG.
c) Penentuan lokasi petak ukur Penentuan lokasi petak ukur dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat dilapangan menggunakan GPS, atau
mengukur ikatan ke titik pasti misalnya titik trianggulasi.
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan
4

informasi pencatatan data primer dan atau pengumpulan data sekunder.


(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah dan hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa dan hutan payau/mangrove.
(2) Topografi Dilakukan pengukuran/ pengamatan/ pencatatan terhadap :
a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(3) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
(4) Tumbuhan non kayu a) Dilakukan pengukuran dan pencatatan parameter terhadap
tumbuhan non kayu yang ada dalam plot seperti :
(1) Rotan terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, diameter (d), panjang (p) dan Berat basah
(Bb) serta permudaannya.
(2) Bambu terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, tinggi untuk jenis monopodial serta
permudaannya.
(3) Sagu terdiri dari nama species, jumlah batang, diamater
dan tinggi pohon bebas pelepah serta permudaannya.
(4) Nipah terdiri dari nama species, jumlah batang,
malai/tandan, buah dan tangkai daun serta
permudaannya.
b) Apabila diperlukan inventarisasi hutan khusus non kayu
lainnya dapat dilaksanakan sesuai pedoman yang ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
e) Penyajian Hasil a) Data tumbuhan non kayu terdiri dari : potensi jenis
(termasuk permudaannya), penyebaran, status kelangkaan,
populasi dan nilai ekonomis tumbuhan non kayu.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 500.000
3) Inventarisasi Satwa Liar Data survei lapangan dan/atau kompilasi hasil inventarisasi
satwa liar
a) Metode Kompilasi hasil identifikasi dan inventarisasi terhadap potensi
jenis, penyebaran, status kelangkaan, populasi, dan habitat
satwa liar
b) Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
c) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan dalam peta skala terbesar yang tersedia minimal dalam
skala 1 : 250.000, yang bersumber pada salah satu peta dasar
berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia
atau peta topografi atau peta JOG atau Peta Dasar Kehutanan.
d) Penentuan lokasi petak ukur Penentuan lokasi petak ukur dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat dilapangan menggunakan GPS, atau
mengukur ikatan ke titik pasti misalnya titik trianggulasi.
5

e) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan


informasi pencatatan data primer dan atau pengumpulan data sekunder.
(1) Tipe Ekosistem Pengamatan terhadap tipe ekosistem yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah, hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa, hutan payau/mangrove dan kawasan perairan.
(2) Jenis Satwa Liar Dilakukan pencatatan terhadap jenis, ukuran, jenis kelamin, usia
dan kelompok famili satwa liar berikut data identifikasi jenis
yang meliputi ukuran dan warna spesifik.
(3) Penyebaran satwa Dilakukan pencatatan terhadap posisi perjumpaan untuk
Liar penyebaran dari jenis satwa liar dan bila memungkinkan dapat
diplotkan dalam peta
(4) Status kelangkaan Dilakukan pencatatan terhadap status kelangkaan yang
dikaitkan dengan kelimpahan dari populasi
(5) Topografi Dilakukan pencatatan terhadap ketinggian di atas permukaan
laut dan kelerengan
(6) Habitat Kondisi habitat, iklim, suhu, kelembaban, prosentase penutupan
tajuk
f) Penyajian Hasil a) Data satwa liar terdiri dari : potensi per jenis, keanekaraga-
man jenis, penyebaran termasuk status kelangkaan dan
informasi habitat (antara lain sarang dan daerah jelajah),
seks ratio
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 1.000.000.
4) Inventarisasi sosial, ekonomi dan Survei dan atau kompilasi data hasil inventarisasi sosial,
budaya ekonomi dan budaya masyarakat lokal/ masyarakat adat di
dalam dan di sekitar kawasan hutan antara lain mengenai adat
istiadat, pola ketergantungan terhadap hutan, pola
kelembagaan, infra struktur dari desa disekitar lokasi plot baik
berupa data primer maupun sekunder.
a) Metode Survei lapangan atau kompilasi data dapat menggunakan
sampling/ contoh, kegiatan lapangan melalui observasi,
wawancara dan pencatatan/ perekaman, serta pengolahan dan
analisa data.
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi sosekbud masyarakat
lokal/masyarakat adat dan disajikan minimal dalam skala 1 :
250.000 yang bersumber pada salah satu peta dasar berikut
(dengan urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia atau peta
topografi atau peta JOG.
c) Penentuan lokasi sampling Lokasi sampling adalah desa-desa yang berada di dalam dan di
sekitar kawasan hutan
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui pencatatan/perekaman data sekunder,
informasi pengamatan lapangan dan wawancara dengan responden
terpilih menggunakan kuesioner dan atau pengumpulan data
sekunder.
e) Penyajian Hasil a) Data dan hasil analisa sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di dalam dan di sekitar hutan.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 500.000
2. Data dan informasi hasil inventarisasi a) Keadaan status dan fungsi kawasan hutan
hutan tingkat Nasional
b) kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan
iklim.
c) Informasi DAS dan SUB DAS.
d) Keadaan penutupan lahan.

e) Potensi sumberdaya hutan kayu berupa pohon dan tingkat


6

permudaannya meliputi jenis dan pengelompokan kayu


(seperti jenis niagawi, kelas diameter dan lain-lain), volume
pohon/massa tegakan, jumlah batang, penyebaran, status
kelangkaan dan populasi.
f) Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis
dan pengelompokan jenis, volume/berat, jumlah batang/
rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu.
g) Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan
jenis antara lain berdasarkan perlindungan jenis satwa liar,
penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ
maupun eks situ.
h) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar
kawasan hutan.
i) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 500.000.
3. Pelaporan
1) Isi Laporan Isi laporan minimal memuat :
a) Peta Pemandangan.
b) Kata Pengantar ditandatangani oleh pimpinan instansi
penyelenggara atau Pembina Penanggungjawab Kegiatan
c) Susunan Tim.
d) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.
e) Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan, Ruang Lingkup dan Batasan Istilah.
f) Keadaan Kawasan terdiri dari Lokasi (luas dan letak), Risalah
Kawasan, Kondisi Biogeofisik, Kondisi sosekbud.
g) Metoda
h) Hasil Pelaksanaan dan Pengolahan Data.
i) Analisa
j) Kesimpulan dan Saran
k) Daftar Pustaka
l) Lampiran-lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal
skala 1 : 500.000.
2) Arus Pelaporan a) Hasil pelaksanaan inventarisasi hutan dilaporkan kepada
Kepala Badan Planologi Kehutanan.
b) Kompilasi hasil inventarisasi hutan nasional dilaporkan
kepada Menteri.
7

II. INVENTARISASI HUTAN TINGKAT PROVINSI

1. Sasaran/Obyek Kegiatan : 1. Kawasan hutan di wilayah Provinsi mencakup TAHURA,


kawasan hutan lindung dan hutan produksi
2. Areal penggunaan lain (APL) yang berhutan (hutan hak)
seperti hutan rakyat
2. Penyelenggara/ Penanggung jawab : Gubernur
3. Pembinaan dan Pengendalian : Badan Planologi Kehutanan, Ditjen PHKA, Ditjen RLPs dan
Ditjen BPK
4. Pelaksana : Dinas Provinsi

NO. KRITERIA STANDAR


Pelaksanaan :
1. Waktu Pelaksanaan a) Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
b) Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan kondisi
sumber daya hutan yang nyata
a. Penginderaan Jauh Citra satelit dan non satelit dengan resolusi tinggi (4-10) m atau
sedang (10-50) m
1) Spesifikasi Citra Spesifikasi Citra yang Digunakan sbb :
a) Format data Geo tiff, atau format lain sesuai ketentuan yang
berlaku
b) Koreksi : Telah dikoreksi secara geomatrik dan radiomatrik
c) Datum : WGS 84
d) Sistem Koordinat : UTM (Universal Transverse Mercator),
disertai sistem koordinat geografis
e) Media perekaman data : CD ROM, DVD atau jenis media lain
sesuai perkembangan teknologi
f) Liputan : 2 tahun terakhir
g) Tutupan awan : ≤ 10%, kecuali apabila selama 2 tahun
terakhir tidak tersedia citra dengan tutupan awan maksimum
≤ 10%
2) Metode Penafsiran citra dilakukan sebagai berikut :
Kelas Penutupan Lahan :
Kelas penutupan lahan yang digunakan sesuai kelas penutupan
lahan yang ditetapkan Badan Planologi Kehutanan. Klasifikasi
dilakukan secara :
a) Manual :
(1) delinasi pada citra dilayar komputer (on screen
digitizing/semi digital)
(2) delinasi pada citra hardcopy/cetakan yang sudah
dikoreksi secara orthogonal
b) Digital :
Klasifikasi ulang :
Untuk memperbaiki hasil klasifikasi pendahuluan, dilakukan
klasifikasi ulang berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan
atau data sekunder yang tersedia.
3) Verifikasi Data a) Verifikasi data hasil penafsiran dilakukan dengan cara :
8

(1) Peninjauan langsung ke lapangan (ceking lapangan).


Besarnya intensitas sampling dalam pelaksanaan
cheking lapangan ditentukan berdasarkan tingkat
ketelitian yang diinginkan, minimal satu sample pada
setiap kelas penutupan lahan.
(2) Merujuk hasil penafsiran citra lain yang memiliki resolusi
lebih tinggi (memiliki tingkat akurasi dan nilai kebenaran
lebih baik)
(3) Merujuk pada data sekunder dengan standar yang
sesuai
b) Tingkat kebenaran/ akurasi hasil penafsiran dihitung dan
disajikan berdasarkan data hasil cheking lapangan dan atau
berdasarkan data sekunder yang digunakan
4) Pengelolaan data Badan Planologi Kehutanan menyusun basis data citra dan data
spasial Departemen Kehutanan, dengan demikian setiap unit
kerja yang melaksanakan inventarisasi penginderaan jauh
menggunakan data citra atau teknologi penginderaan jauh
agar :
a) Menyerahkan copy data citra dan data spasial hasil kegiatan
yang dimiliki kepada Badan Planologi Kehutanan untuk
dimasukkan ke basis data Departemen Kehutanan
b) Data digital citra satelit dan data spasial disimpan dalam
format dan media penyimpan yang telah ditetapkan dan
dibuat rangkap sebagai back up
5) Penyajian Hasil Peta penutupan lahan dengan skala minimal 1 : 500.000 dan
data non spasial sebagai produk ikutan.
b. Inventarisasi Terrestris Dilakukan melalui survei atau kompilasi data hasil inventarisasi
hutan atau kombinasi antara survei dan kompilasi.
1) Inventarisasi Sumberdaya Hutan Survei dan atau kompilasi hasil data inventarisasi pohon dan
Kayu tingkat permudaannya yang ada dalam petak ukur
a) Metoda a) Bentuk plot : bisa lingkaran atau persegi empat.
b) Cara sampling : minimal intensitas sampling sebesar 0,01%.
c) Mengacu pada kriteria dan standar Inventarisasi Hutan
Nasional
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal dalam skala 1: 250.000 yang bersumber pada
salah satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta
rupa bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG.
c) Lokasi plot Penentuan lokasi sampling plot dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat di lapangan menggunakan GPS
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan
informasi pencatatan parameter di lapangan serta data sekunder yang
tersedia.
(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah, hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa, hutan payau/mangrove, hutan tanaman dan hutan rakyat.
(2) Pohon a) Dikelompokkan sebagai pohon jika berdiameter 20 cm
keatas
b) Dilakukan penomoran pohon
c) Pencatatan nama lokal pohon, diameter, tinggi pohon, tinggi
bebas cabang, kondisi pohon
9

d) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum dikenal


atau diketahui namanya.
(3) Tingkat permudaan/ a) Tingkat permudaan/anakan dikelompokkan menjadi semai,
anakan pancang dan tiang.
b) Pencatatan nama lokal dan jumlah jenis untuk semai dan
pancang.
c) Pencatatan nama lokal, diameter dan jumlah jenis untuk
tingkat tiang.
d) Untuk hutan tanaman mengikuti kelompok jenis dan kelas
umur.
(4) Topografi Dilakukan pengukuran/ pengamatan/ pencatatan terhadap :
a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(5) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
e) Penyajian Hasil a) Data pohon dan tingkat permudaannya terdiri dari : potensi
(per jenis, kelompok jenis dan tegakan kayu), penyebaran,
struktur tegakan, status kelangkaan dan populasi pohon.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 250.000
2) Inventarisasi Tumbuhan Non Survei dan atau Kompilasi hasil inventarisasi tumbuhan non kayu
Kayu yang ada dalam petak ukur seperti rotan, sagu, bambu, nipah
dan lain-lain.
a) Metoda a) Bentuk plot : lingkaran atau persegi empat.
b) Cara sampling :
(1) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan
sekaligus inventarisasi sumberdaya hutan kayu,
intensitas samplingnya mengikuti petak ukur
inventarisasi sumber daya hutan kayu.
(2) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan secara
khusus menggunakan intensitas sampling :
(a) rotan, minimal intensitas sampling 0,5%.
(b) bambu, minimal intensitas sampling 0,05%.
(c) sagu, minimal intensitas sampling 2%.
(d) nipah, minimal intensitas sampling 0,05%.
c) Sampling tumbuhan non kayu lainnya ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
d) Mengacu pada pedoman Inventarisasi Hutan Nasional
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal skala 1 : 250.000 yang bersumber pada salah
satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa
bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG.
c) Lokasi Plot Penentuan lokasi sampling plot dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat di lapangan menggunakan GPS
10

d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan


informasi pencatatan parameter di lapangan serta data sekunder yang
tersedia.
(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah dan hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa, hutan payau/mangrove dan hutan tanaman.
(2) Topografi Dilakukan pengukuran/ pengamatan/ pencatatan terhadap :
a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(3) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
(4) Tumbuhan non kayu a) Dilakukan pengukuran dan pencatatan parameter terhadap
tumbuhan non kayu yang ada dalam plot seperti :
(1) Rotan terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, diameter (d), panjang (p) dan Berat basah
(Bb) serta permudaannya.
(2) Bambu terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, tinggi untuk jenis monopodial serta
permudaannya.
(3) Sagu terdiri dari nama species, jumlah batang, diamater
dan tinggi pohon bebas pelepah serta permudaannya.
(4) Nipah terdiri dari nama species, jumlah batang,
malai/tandan, buah dan tangkai daun serta
permudaannya.
b) Apabila diperlukan inventarisasi hutan khusus non kayu
lainnya dapat dilaksanakan sesuai pedoman yang ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
e) Penyajian Hasil a) Data tumbuhan non kayu terdiri dari : potensi jenis
(termasuk permudaannya), penyebaran, status kelangkaan,
populasi dan nilai ekonomis tumbuhan non kayu.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 250.000
3) Inventarisasi Sosial, Ekonomi dan Survei dan atau kompilasi data hasil inventarisasi sosial,
Budaya ekonomi dan budaya masyarakat lokal/ masyarakat adat di
sekitar kawasan hutan antara lain mengenai adat istiadat, pola
ketergantungan terhadap hutan, pola kelembagaan dan infra
struktur dari desa disekitar lokasi plot baik berupa data primer
maupun sekunder.
a) Metode Survei lapangan atau kompilasi data menggunakan sampling/
contoh, kegiatan lapangan melalui observasi, wawancara dan
pencatatan/ perekaman, serta pengolahan dan analisa data.
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi sosekbud masyarakat
lokal/masyarakat adat dan disajikan minimal skala 1 : 250.000
yang bersumber pada salah satu peta dasar berikut (dengan
urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia atau peta topografi
11

atau peta JOG.


c) Penentuan lokasi sampling Lokasi sampling adalah desa-desa yang berada di dalam dan di
sekitar kawasan hutan
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui pencatatan/perekaman data sekunder,
informasi pengamatan lapangan dan wawancara dengan responden
terpilih menggunakan kuesioner dan atau pengumpulan data
sekunder.
e) Penyajian Hasil a) Data dan hasil analisa sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di sekitar kawasan hutan.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 250.000
2. Data dan informasi hasil inventarisasi a) Keadaan status dan fungsi kawasan hutan
hutan tingkat Provinsi
b) kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan
iklim.
c) Informasi DAS dan SUB DAS.
d) Keadaan penutupan lahan.
e) Potensi sumberdaya hutan pada hutan alam dan hutan
tanaman berupa kayu/pohon dan tingkat permudaannya
meliputi jenis dan pengelompokan kayu (seperti jenis
niagawi, kelas diameter dan lain-lain), volume pohon/massa
tegakan, jumlah batang, penyebaran, struktur tegakan,
status kelangkaan dan populasi termasuk hutan rakyat.
f) Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis
dan pengelompokan jenis, volume/berat, jumlah batang/
rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu termasuk hutan rakyat.
g) Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan
jenis antara lain berdasarkan perlindungan jenis satwa liar,
penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ
maupun eks situ.
h) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar
kawasan hutan.
i) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 250.000.
3. Pelaporan
1) Isi Laporan Isi laporan minimal memuat :
a) Peta Pemandangan.
b) Kata Pengantar ditandatangani oleh pimpinan instansi
penyelenggara atau Pembina Penanggungjawab Kegiatan
c) Susunan Tim.
d) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.
e) Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan, Ruang Lingkup dan Batasan Istilah.
f) Keadaan Kawasan terdiri dari Lokasi (luas dan letak), Risalah
Kawasan, Kondisi Biogeofisik, Kondisi sosekbud.
g) Metoda
h) Hasil Pelaksanaan dan Pengolahan Data.
i) Analisa
j) Kesimpulan dan Saran
12

k) Daftar Pustaka
l) Lampiran-lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal
skala 1 : 250.000.
2) Arus Pelaporan Hasil inventarisasi hutan tingkat provinsi dilaporkan kepada
Pusat (Badan Planologi Kehutanan) dengan berkoordinasi Balai
Pemantapan Kawasan Hutan.

III. INVENTARISASI HUTAN TINGKAT KABUPATEN / KOTA

1. Sasaran/Obyek Kegiatan : 1. Kawasan hutan lindung dan hutan produksi di wilayah


kabupaten/kota
2. Areal penggunaan lain (APL) yang berhutan seprti hutan
rakyat dan hutan kota
2. Penanggung jawab : Bupati / Walikota
3. Pengendalian dan Pembinaan : Dinas Provinsi
4. Penyelenggara : Dinas Kabupaten/Kota

NO. KRITERIA STANDAR


Pelaksanaan :
1. Waktu Pelaksanaan a) Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
b) Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan kondisi
sumber daya hutan yang nyata
a. Penginderaan Jauh Citra satelit dan non satelit dengan resolusi sangat tinggi (1-4)
m atau tinggi (4-10) m atau sedang (10-50) m
1) Spesifikasi Citra Spesifikasi Citra yang Digunakan sbb :
a) Format data Geo tiff, atau format lain sesuai ketentuan yang
berlaku
b) Koreksi : Telah dikoreksi secara geomatrik dan radiomatrik
c) Datum : WGS 84
d) Sistem Koordinat : UTM (Universal Transverse Mercator),
disertai sistem koordinat geografis
e) Media perekaman data : CD ROM, DVD atau jenis media lain
sesuai perkembangan teknologi
f) Liputan : 2 tahun terakhir
g) Tutupan awan : ≤ 10%, kecuali apabila selama 2 tahun
terakhir tidak tersedia citra dengan tutupan awan maksimum
≤ 10%
2) Metode Penafsiran citra dilakukan sebagai berikut :
Kelas Penutupan Lahan :
Kelas penutupan lahan yang digunakan sesuai kelas penutupan
lahan yang ditetapkan Badan Planologi Kehutanan. Klasifikasi
dilakukan secara :
a) Manual :
(1) delinasi pada citra dilayar komputer (on screen
digitizing/semi digital)
(2) delinasi pada citra hardcopy/cetakan yang sudah
13

dikoreksi secara orthogonal


b) Digital :
Klasifikasi ulang :
Untuk memperbaiki hasil klasifikasi pendahuluan, dilakukan
klasifikasi ulang berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan
atau data sekunder yang tersedia.
3) Verifikasi Data a) Verifikasi data hasil penafsiran dilakukan dengan cara :
(1) Peninjauan langsung ke lapangan (ceking lapangan).
Besarnya intensitas sampling dalam pelaksanaan
cheking lapangan ditentukan berdasarkan tingkat
ketelitian yang diinginkan, minimal satu sample pada
setiap kelas penutupan lahan.
(2) Merujuk hasil penafsiran citra lain yang memiliki resolusi
lebih tinggi (memiliki tingkat akurasi dan nilai kebenaran
lebih baik)
(3) Merujuk pada data sekunder dengan standar yang
sesuai
b) Tingkat kebenaran/ akurasi hasil penafsiran dihitung dan
disajikan berdasarkan data hasil cheking lapangan dan atau
berdasarkan data sekunder yang digunakan
4) Pengelolaan data Badan Planologi Kehutanan menyusun basis data citra dan data
spasial Departemen Kehutanan, dengan demikian setiap unit
kerja yang melaksanakan inventarisasi penginderaan jauh
menggunakan data citra atau teknologi penginderaan jauh
agar :
a) Menyerahkan copy data citra dan data spasial hasil kegiatan
yang dimiliki kepada Badan Planologi Kehutanan untuk
dimasukkan ke basis data Departemen Kehutanan
b) Data digital citra satelit dan data spasial disimpan dalam
format dan media penyimpan yang telah ditetapkan dan
dibuat rangkap sebagai back up
5) Penyajian Hasil Peta penutupan lahan dengan skala minimal 1 : 250.000 dan
data non spasial sebagai produk ikutan.
b. Inventarisasi Terrestris : Dilakukan melalui survei atau kompilasi data hasil inventarisasi
hutan atau kombinasi antara survei dan kompilasi.
1) Inventarisasi Sumberdaya Hutan Survei dan atau kompilasi hasil data inventarisasi pohon dan
Kayu tingkat permudaannya yang ada dalam petak ukur
a) Metoda a) Bentuk plot : bisa lingkaran atau persegi empat.
b) Cara sampling : minimal intensitas sampling sebesar 0,1%.
c) Mengacu pada kriteria dan standar Inventarisasi Hutan
Nasional
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal dalam skala 1 : 100.000 yang bersumber pada
salah satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta
rupa bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG atau
peta hasil pemetaan fotografis atau dengan teknologi lainnya.
c) Lokasi plot Penentuan lokasi sampling plot dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat di lapangan menggunakan GPS
d) Pengumpulan data dan Dilakukan melalui pengukuran, pengamatan dan pencatatan
informasi parameter di lapangan serta pengumpulan data sekunder.
(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
14

hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,


hutan dataran rendah, hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa, hutan payau/mangrove, hutan tanaman dan hutan rakyat,
hutan kota dan lain-lain.
(2) Pohon a) Dikelompokkan sebagai pohon jika berdiameter 20 cm
keatas
b) Dilakukan penomoran pohon
c) Pencatatan nama lokal pohon, diameter, tinggi pohon, tinggi
bebas cabang
d) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum dikenal
atau diketahui namanya
e) Untuk hutan tanaman mengikuti kelompok jenis dan kelas
umur
(3) Tingkat permudaan/ a) Tingkat permudaan/anakan dikelompokkan menjadi semai,
anakan pancang dan tiang.
b) Pencatatan nama lokal dan jumlah jenis untuk semai dan
pancang.
c) Pencatatan nama lokal, diameter dan jumlah jenis untuk
tingkat tiang.
d) Untuk hutan tanaman mengikuti kelompok jenis dan kelas
umur.
Mengacu kriteria dan standar inventarisasi hutan nasional
(4) Topografi a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(5) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
e) Penyajian Hasil a) Data pohon dan tingkat permudaannya terdiri dari : potensi
(per jenis, kelompok jenis dan massa/tegakan kayu),
penyebaran, status kelangkaan, populasi dan sruktur
tegakan antara lain pada hutan alam, htuan tanaman, hutan
rakyat dan hutan kota.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
2) Inventarisasi Tumbuhan Non Survei dan atau Kompilasi hasil inventarisasi tumbuhan non kayu
Kayu yang ada dalam petak ukur seperti rotan, sagu, bambu, nipah
dan lain-lain.
a) Metoda a) Bentuk plot : lingkaran atau persegi empat.
b) Cara sampling :
(1) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan
sekaligus inventarisasi sumberdaya hutan kayu,
intensitas samplingnya mengikuti petak ukur
inventarisasi sumber daya hutan kayu.
(2) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan secara
15

khusus menggunakan intensitas sampling :


(a) rotan, minimal intensitas sampling 0,5%.
(b) bambu, minimal intensitas sampling 0,05%.
(c) sagu, minimal intensitas sampling 2%.
(d) nipah, minimal intensitas sampling 0,05%.
c) Sampling tumbuhan non kayu lainnya ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
d) Mengacu pada pedoman Inventarisasi Hutan Nasional
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal skala 1 : 100.000 yang bersumber pada salah
satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa
bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG.
c) Lokasi Plot Penentuan lokasi sampling plot dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat di lapangan menggunakan GPS
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan
informasi pencatatan parameter di lapangan serta pengumpulan data
sekunder.
(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah dan hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa, hutan payau/mangrove, hutan tanaman, hutan rakyat,
hutan kota dan lain-lain.
(2) Topografi a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(3) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
(4) Tumbuhan non kayu a) Dilakukan pengukuran dan pencatatan parameter terhadap
tumbuhan non kayu yang ada dalam plot seperti :
(1) Rotan terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, diameter (d), panjang (p) dan Berat basah
(Bb) serta permudaannya.
(2) Bambu terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, tinggi untuk jenis monopodial serta
permudaannya.
(3) Sagu terdiri dari nama species, jumlah batang, diamater
dan tinggi pohon bebas pelepah serta permudaannya.
(4) Nipah terdiri dari nama species, jumlah batang,
malai/tandan, buah dan tangkai daun serta
permudaannya.
b) Apabila diperlukan inventarisasi hutan khusus non kayu
lainnya dapat dilaksanakan sesuai pedoman yang ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
e) Penyajian Hasil a) Data pohon dan tingkat permudaannya terdiri dari : potensi
(per jenis, kelompok jenis dan tegakan kayu), penyebaran,
status kelangkaan, populasi dan nilai ekonomis tumbuhan
16

non kayu.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
3) Inventarisasi Hutan Rakyat Survei dan atau kompilasi hasil inventarisasi hutan rakyat.
a) Metoda Sampling dengan intensitas minimal 0,5%.
b) Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun.
c) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal skala 1 : 100.000 yang bersumber pada salah
satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa
bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG atau peta
hasil pemetaan fotogrametris atau dengan teknologi lainnya.
d) Lokasi plot Penentuan lokasi sampling plot dilakukan dengan mengukur titik
ikat dilapangan menggunakan GPS.
e) Pengumpulan data dan Dilakukan melalui pengukuran, pengamatan dan pencatatan
informasi parameter serta pengumpulan data sekunder.
(1) Pohon a) Dikelompokkan pohon mulai diameter 10 cm keatas
b) Dikelompokkan sesuai dengan kelas diameter minimal selang
5 cm dan jenis
c) Dilakukan penomoran pohon
d) Pencatatan nama lokal pohon, diameter dan tinggi pohon
e) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum
diketahui namanya
f) Nilai ekonomis pohon
(2) Permudaan/ anakan a) Tingkat permudaan/anakan dikelompokkan menjadi semai
dan pancang.
b) Pencatatan nama lokal dan jumlah jenis.
c) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum
diketahui namanya.
d) Untuk hutan rakyat mengikuti kelompok jenis dan kelas
umur.
e) Nilai ekonomis pohon
(3) Topografi a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Aspek atau arah kelerengan
d) Terrain atau Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(4) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
(5) Non kayu a) Dilakukan pencatatan terhadap sumber daya hutan non kayu
yang ada dalam plot seperti rotan, bambu, perlebahan,
persuteraan alam, getah-getahan dan resin, biji-bijian/ buah,
biofarmaka, minyak atsiri dan pangan alternatif lainnya
b) Apabila diperlukan inventarisasi hutan khusus non kayu atau
tumbuhan non kayu untuk jenis tertentu dapat dilaksanakan
sesuai pedoman yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala
Badan Planologi Kehutanan
Penyajian Hasil a) Potensi tegakan kayu
17

b) Pengelompokan jenis kayu sesuai dengan permintaan pasar.


c) Potensi sumber daya tumbuhan non kayu yang meliputi
jenis/sub jenis, penyebaran, nilai ekonomis, populasi dan
status kelangkaan.
d) Keanekaragaman jenis pohon dan tumbuhan non kayu
e) Struktur tegakan.
f) Adanya aturan/pranata pengelolaan wilayah adat
g) Macam dan bentuk-bentuk pengelolaan hutan rakyat.
h) Aturan kehidupan masyarakat dalam hal pemanfaatan hasil
hutan rakyat
i) Struktur lembaga adat maupun lembaga lainnya
j) Informasi DAS dan Sub DAS
k) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
l) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
m) Untuk inventarisasi hutan non kayu dan sosial budaya yang
dilakukan secara tersendiri dilaporkan secara terpisah per
masing-masing kegiatan
Pelaporan Hasil Inventarisasi Hutan
Rakyat :
a. Isi Laporan Isi laporan minimal memuat :
a) Peta Pemandangan.
b) Kata Pengantar ditandatangani oleh pimpinan instansi
penyelenggara atau Pembina Penanggungjawab Kegiatan
c) Susunan Tim.
d) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.
e) Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan, Ruang Lingkup dan Batasan Istilah.
f) Keadaan lokasi terdiri dari luas, letak, risalah, kondisi
Biogeofisik, Kondisi sosekbud, informasi DAS/Sub DAS
g) Metoda
h) Hasil Pelaksanaan dan Pengolahan Data.
i) Analisa
j) Kesimpulan dan Saran
k) Daftar Pustaka
l) Lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal skala 1 :
100.000.
b. Arus Pelaporan a) Hasil inventarisasi hutan rakyat tingkat kabupaten/kota
dilaporkan kepada pemerintah provinsi (Dinas Kehutanan
Provinsi) dengan tembusan BPDAS dan BPKH.
b) BPDAS mengkompilasi hasil inventarisasi hutan rakyat untuk
kepentingan perencanaan DAS/Sub DAS
c) BPKH mengkompilasi hasil inventarisasi hutan rakyat untuk
kepentingan informasi sumber daya hutan dan melaporkan
ke Pusat.
18

5) Inventarisasi Sosial, ekonomi dan Survei dan atau kompilasi data hasil inventarisasi sosial,
budaya masyarakat di sekitar ekonomi dan budaya masyarakat lokal/ masyarakat adat di
kawasan hutan sekitar kawasan hutan antara lain mengenai adat istiadat, pola
ketergantungan terhadap hutan, pola kelembagaan dan infra
struktur dari desa disekitar lokasi plot baik berupa data primer
maupun sekunder.
a) Metode Survei lapangan atau kompilasi data menggunakan
sampling/contoh, kegiatan lapangan melalui observasi,
wawancara dan pencatatan/ perekaman, serta pengolahan dan
analisa data.
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi sosekbud masyarakat
lokal/ masyarakat adat dan disajikan minimal skala 1 : 100.000
yang bersumber pada salah satu peta dasar berikut (dengan
urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia atau peta topografi
atau peta JOG
c) Penentuan lokasi sampling Lokasi sampling adalah desa-desa yang berada di dalam dan di
sekitar kawasan hutan.
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui pencatatan/perekaman data sekunder,
informasi pengamatan lapangan dan wawancara dengan responden
terpilih menggunakan kuesioner dan atau pengumpulan data
sekunder.
e) Penyajian Hasil a) Data dan hasil analisa sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di sekitar hutan
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000.
2. Data dan informasi hasil inventarisasi a) Keadaan status dan fungsi kawasan hutan
hutan tingkat Kabupaten/Kota
b) kondisi fisik kawasan hutan antara lain topografi, tanah, dan
iklim.
c) Informasi DAS dan SUB DAS.
d) Keadaan penutupan lahan.
e) Potensi sumberdaya hutan pada hutan alam dan hutan
tanaman, hutan rakyat dan hutan kota berupa kayu/pohon
dan tingkat permudaannya meliputi jenis dan
pengelompokan kayu (seperti jenis niagawi, kelas diameter
dan lain-lain), volume pohon/massa tegakan, jumlah batang,
penyebaran, struktur tegakan, status kelangkaan dan
populasi.
f) Potensi sumberdaya hutan tumbuhan non kayu meliputi jenis
dan pengelompokan jenis, volume/berat, jumlah batang/
rumpun, penyebaran, status kelangkaan, populasi dan nilai
ekonomis tumbuhan non kayu termasuk hutan rakyat.
g) Potensi satwa liar meliputi jenis/sub jenis, pengelompokan
jenis antara lain berdasarkan perlindungan jenis satwa liar,
penyebaran, status kelangkaan dan populasi baik in situ
maupun eks situ.
h) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar
kawasan hutan.
i) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000.
3. Pelaporan
a. Isi Pelaporan Isi laporan minimal memuat :
a) Peta Pemandangan.
b) Kata Pengantar ditandatangani oleh pimpinan instansi
19

penyelenggara atau Pembina Penanggungjawab Kegiatan


c) Susunan Tim.
d) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.
e) Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan, Ruang Lingkup dan Batasan Istilah.
f) Keadaan kawasan terdiri dari lokasi (luas dan letak), risalah
kawasan, kondisi Biogeofisik, Kondisi sosekbud
g) Metoda
h) Hasil Pelaksanaan dan Pengolahan Data.
i) Analisa
j) Kesimpulan dan Saran
k) Daftar Pustaka
l) Lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal skala 1 :
250.000.
b. Arus Pelaporan a) Hasil inventarisasi hutan tingkat kabupaten/kota dilaporkan
kepada pemerintah provinsi cq Dinas Provinsi
b) Balai Pemantapan Kawasan Hutan mengkompilasi hasil
inventarisasi hutan yang dilaksanakan oleh Dinas
Kebupaten/Kota untuk dilaporkan ke Pusat

IV. INVENTARISASI HUTAN TINGKAT DAERAH ALIRAN SUNGAI/ SUB DAERAH ALIRAN
SUNGAI

1. Sasaran/Obyek Kegiatan
: Kawasan hutan dan Areal Penggunaan Lain (luar kawasan
hutan) dalam wilayah Daerah Aliran Sungai/ Sub Daerah Aliran
Sungai
2. Penanggung jawab : 1. Menteri Kehutanan untuk DAS/Sub DAS lintas Propinsi,
2. Gubernur untuk DAS/Sub DAS lintas Kabupaten/Kota,
3. Bupati/Walikota untuk DAS/Sub DAS dalam wilayah
kabupaten/kota
Pengendalian dan Pembinaan : 1. Badan Planologi Kehutanan untuk tingkat Propinsi
2. Dinas Propinsi untuk tingkat Kabupaten/Kota,

3. Penyelenggara : 1. DAS/Sub DAS lintas Propinsi, diselenggarakan oleh Badan


Planologi atau Eselon I yang menangani DAS/Sub DAS,
Departemen Kehutanan
2. DAS/Sub DAS lintas Kabupaten/Kota, diselenggarakan oleh
Dinas Propinsi
3. DAS dalam wilayah kabupaten/kota, diselenggarakan oleh
Dinas Kabupaten/Kota

NO. KRITERIA STANDAR


Pelaksanaan :
1. Waktu Pelaksanaan a) Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
b) Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan kondisi
sumber daya hutan yang nyata
a. Penginderaan Jauh Citra satelit dan non satelit dengan resolusi sangat tinggi (1-4)
m atau tinggi (4-10) m atau sedang (10-50) m
20

1) Spesifikasi Citra Spesifikasi Citra yang Digunakan sbb :


a) Format data Geo tiff, atau format lain sesuai ketentuan yang
berlaku
b) Koreksi : Telah dikoreksi secara geomatrik dan radiomatrik
c) Datum : WGS 84
d) Sistem Koordinat : UTM (Universal Transverse Mercator),
disertai sistem koordinat geografis
e) Media perekaman data : CD ROM, DVD atau jenis media lain
sesuai perkembangan teknologi
f) Liputan : 2 tahun terakhir
g) Tutupan awan : ≤ 10%, kecuali apabila selama 2 tahun
terakhir tidak tersedia citra dengan tutupan awan maksimum
≤ 10%
2) Metode Penafsiran citra dilakukan sebagai berikut :
Kelas Penutupan Lahan :
Kelas penutupan lahan yang digunakan sesuai kelas penutupan
lahan yang ditetapkan Badan Planologi Kehutanan. Klasifikasi
dilakukan secara :
a) Manual :
(1) delinasi pada citra dilayar komputer (on screen
digitizing/semi digital)
(2) delinasi pada citra hardcopy/cetakan yang sudah
dikoreksi secara orthogonal
b) Digital :
Klasifikasi ulang :
Untuk memperbaiki hasil klasifikasi pendahuluan, dilakukan
klasifikasi ulang berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan
atau data sekunder yang tersedia.
3) Verifikasi Data a) Verifikasi data hasil penafsiran dilakukan dengan cara :
(1) Peninjauan langsung ke lapangan (ceking lapangan).
Besarnya intensitas sampling dalam pelaksanaan
cheking lapangan ditentukan berdasarkan tingkat
ketelitian yang diinginkan, minimal satu sample pada
setiap kelas penutupan lahan.
(2) Merujuk hasil penafsiran citra lain yang memiliki resolusi
lebih tinggi (memiliki tingkat akurasi dan nilai kebenaran
lebih baik)
(3) Merujuk pada data sekunder dengan standar yang
sesuai
b) Tingkat kebenaran/ akurasi hasil penafsiran dihitung dan
disajikan berdasarkan data hasil cheking lapangan dan atau
berdasarkan data sekunder yang digunakan
4) Pengelolaan data Badan Planologi Kehutanan menyusun basis data citra dan data
spasial Departemen Kehutanan, dengan demikian setiap unit
kerja yang melaksanakan kegiatan inventarisasi penginderaan
jauh menggunakan data citra atau teknologi penginderaan jauh
agar :
21

a) Menyerahkan copy data citra dan data spasial hasil kegiatan


yang dimiliki kepada Badan Planologi Kehutanan untuk
dimasukkan ke basis data Departemen Kehutanan
b) Data digital citra satelit dan data spasial disimpan dalam
format dan media penyimpan yang telah ditetapkan dan
dibuat rangkap sebagai back up
5) Penyajian Hasil Peta penutupan lahan dengan skala minimal 1 : 250.000 dan
data non spasial sebagai produk ikutan.
b. Inventarisasi Terrestris Dilakukan melalui survei atau kompilasi data hasil inventarisasi
hutan atau kombinasi antara survei dan kompilasi.
1) Metoda a) Kompilasi data hasil inventarisasi hutan tingkat nasional,
propinsi, kabupaten/kota, unit pengelolaan dan atau
inventarisasi khusus lainnya sesuai dengan tingkat intensitas
sampling masing-masing.
b) Survei lapangan dengan melakukan pengumpulan dan
pengukuran parameter DAS/Sub DAS
2) Waktu Pelaksanaan a) Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
b) Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan kondisi
sumber daya hutan yang nyata
3) Pengumpulan data dan informasi Pengumpulan dan pengukuran parameter DAS/Sub DAS adalah :
a) Identifikasi karakteristik lahan antara lain topografi,
kelerengan, iklim (curah hujan, temperatur, kelembaban,
angin), jenis tanah dan batuan, sumber mata air, sungai dan
anak sungai, danau terhadap bentuk DAS/Sub DAS
(memanjang, melebar atau bujur sangkar) dan posisi dalam
DAS/Sub DAS (hulu, tengah, hilir)
b) Identifikasi kelas penutupan lahan
c) Identifikasi sosial-ekonomi dan budaya masyarakat
4) Penyajian Hasil a) Data dan hasil analisa kondisi sumber daya alam DAS/Sub
DAS
b) Arahan pengelolaan sumberdaya alam DAS/Sub DAS
c) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
2. Pelaporan
a. Isi Laporan Isi laporan minimal memuat :
a) Peta Pemandangan.
b) Kata Pengantar ditandatangani oleh pimpinan instansi
penyelenggara atau Pembina Penanggungjawab Kegiatan
c) Susunan Tim.
d) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.
e) Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan, Ruang Lingkup dan Batasan Istilah.
f) Keadaan kawasan terdiri dari lokasi(luas dan letak), risalah
kawasan, kondisi Biogeofisik, Kondisi sosekbud
g) Metoda
h) Hasil Pelaksanaan dan Pengolahan Data.
i) Analisa
j) Arahan pengelolaan sumberdaya alam DAS/Sub DAS
22

k) Daftar Pustaka
l) Lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal skala 1 :
100.000.
b. Arus Pelaporan a) Dinas Kehutanan Kabupaten/Kota melaporkan hasil kepada
Dinas Kehutanan Provinsi, BPDAS dan BPKH
b) Dinas Kehutanan Propinsi, BPDAS dan BPKH melaporkan
hasil kepada Kepala Badan Planologi atau Dirjen yang
menangani DAS.

V. INVENTARISASI HUTAN TINGKAT UNIT PENGELOLAAN

1. Sasaran/Obyek Kegiatan : 1. Unit Pengelolaan (UP) Kawasan Hutan Konservasi (CA, SM,
TN, TWA, TAHURA dan TB), UP Hutan Lindung (KPHL) dan
UP Hutan Produksi (KPHP)
2. Areal Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan (IUPHH) pada
Hutan Alam
3. Areal Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan pada Hutan
Tanaman
2. Penanggung jawab : Institusi Pengelola
3. Pengendalian dan Pembinaan : 1. Unit pengelolaan yang lintas propinsi, diselenggarakan oleh
Badan Planologi Kehutanan
2. Unit pengelolaan yang lintas kabupaten/kota,
diselenggarakan oleh Dinas Provinsi
3. Unit pengelolaan dalam wilayah kabupaten/kota,
diselenggarakan oleh Dinas Kabupaten/kota
3. Penyelenggara : Unit Pengelola

NO. KRITERIA STANDAR


Pelaksanaan
1. Waktu Pelaksanaan a) Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
b) Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan kondisi
sumber daya hutan yang nyata
a. Penginderaan Jauh Citra satelit dan non satelit dengan resolusi sangat tinggi (1-4)
m atau tinggi (4-10) m atau sedang (10-50) m
1) Spesifikasi Citra Spesifikasi Citra yang Digunakan sbb :
a) Format data Geo tiff, atau format lain sesuai ketentuan yang
berlaku
b) Koreksi : Telah dikoreksi secara geomatrik dan radiomatrik
c) Datum : WGS 84
d) Sistem Koordinat : UTM (Universal Transverse Mercator),
disertai sistem koordinat geografis
e) Media perekaman data : CD ROM, DVD atau jenis media lain
sesuai perkembangan teknologi
f) Liputan : 2 tahun terakhir
g) Tutupan awan : ≤ 10%, kecuali apabila selama 2 tahun
terakhir tidak tersedia citra dengan tutupan awan maksimum
≤ 10%
2) Metode Penafsiran citra dilakukan sebagai berikut :
Kelas Penutupan Lahan :
23

Kelas penutupan lahan yang digunakan sesuai kelas penutupan


lahan yang ditetapkan Badan Planologi Kehutanan. Klasifikasi
dilakukan secara :
a) Manual :
(1) delinasi pada citra dilayar komputer (on screen
digitizing/semi digital)
(2) delinasi pada citra hardcopy/cetakan yang sudah
dikoreksi secara orthogonal
b) Digital :
Klasifikasi ulang :
Untuk memperbaiki hasil klasifikasi pendahuluan, dilakukan
klasifikasi ulang berdasarkan hasil pengecekan lapangan dan
atau data sekunder yang tersedia.
3) Verifikasi Data a) Verifikasi data hasil penafsiran dilakukan dengan cara :
(1) Peninjauan langsung ke lapangan (ceking lapangan).
Besarnya intensitas sampling dalam pelaksanaan
cheking lapangan ditentukan berdasarkan tingkat
ketelitian yang diinginkan, minimal satu sample pada
setiap kelas penutupan lahan.
(2) Merujuk hasil penafsiran citra lain yang memiliki resolusi
lebih tinggi (memiliki tingkat akurasi dan nilai kebenaran
lebih baik)
(3) Merujuk pada data sekunder dengan standar yang
sesuai
b) Tingkat kebenaran/ akurasi hasil penafsiran dihitung dan
disajikan berdasarkan data hasil cheking lapangan dan atau
berdasarkan data sekunder yang digunakan
4) Pengelolaan data Badan Planologi Kehutanan menyusun basis data citra dan data
spasial Departemen Kehutanan, dengan demikian setiap unit
kerja yang melaksanakan kegiatan inventarisasi penginderaan
jauh menggunakan data citra atau teknologi penginderaan jauh
agar :
a) Menyerahkan copy data citra dan data spasial hasil kegiatan
yang dimiliki kepada Badan Planologi Kehutanan untuk
dimasukkan ke basis data Departemen Kehutanan
b) Data digital citra satelit dan data spasial disimpan dalam
format dan media penyimpan yang telah ditetapkan dan
dibuat rangkap sebagai back up
5) Penyajian Hasil Peta penutupan lahan dengan skala minimal 1 : 100.000 dan
data non spasial sebagai produk ikutan.
b. Inventarisasi Terrestris
1) Inventarisasi Sumber Daya Hutan Survei dan atau kompilasi hasil data inventarisasi pohon dan
Kayu tingkat permudaannya yang ada dalam petak ukur
a) Metoda Sampling dan atau sensus
a) Inventarisasi hutan konservasi, hutan lindung dan hutan
produksi : cara sampling minimal intensitas 1%
b) Inventarisasi hutan tanaman cara sampling minimal
intensitas 0,5%, variasi intensitas sampling tergantung kelas
umur
24

b) Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun.


c) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan dalam skala lebih besar dari 1 : 100.000 yang
bersumber pada salah satu peta dasar berikut (dengan urutan
prioritas) : peta rupa bumi Indonesia atau peta topografi atau
peta JOG atau peta hasil pemetaan fotogrametris atau dengan
teknologi lainnya.
d) Lokasi plot Penentuan lokasi plot dilakukan dengan menggunakan koordinat
GPS, titik ikat, aksessibilitas/ cara pencapaian plot.
e) Pengumpulan data dan Dilakukan melalui : pengukuran, pengamatan dan pencatatan
informasi parameter di lapangan dan pengumpulan data sekunder.
(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah dan hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa, hutan payau/mangrove, hutan tanaman.
(2) Pohon a) Dikelompokkan sebagai pohon jika berdiameter 20 cm
keatas
b) Dilakukan penomoran pohon
d) Pencatatan nama lokal pohon, diameter dan tinggi pohon,
tinggi bebas cabang
e) Pengambilan herbarium untuk jenis-jenis yang belum
diketahui namanya
f) Untuk hutan tanaman mengikuti kelompok jenis dan kelas
umur
(3) Tingkat Permudaan/ a) Tingkat permudaan/anakan dikelompokkan menjadi semai,
anakan pancang dan tiang.
b) Pencatatan nama lokal dan jumlah jenis untuk semai dan
pancang.
c) Pencatatan nama lokal, diameter, dan jumlah jenis untuk
tingkat tiang.
d) Untuk hutan tanaman mengikuti kelompok jenis dan kelas
umur.
Mengacu kriteria dan standar Inventarisasi Hutan Nasional
(4) Topografi a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(5) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
2) Inventarisasi tumbuhan non kayu Survei dan atau kompilasi hasil inventarisasi tumbuhan non kayu
yang ada dalam petak ukur seperti rotan, sagu, bambu, nipah
dan lain-lain.
a) Metoda a) Bentuk plot : lingkaran atau persegi empat.
b) Cara sampling :
(1) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan
25

sekaligus inventarisasi sumberdaya hutan kayu,


intensitas samplingnya mengikuti petak ukur
inventarisasi sumber daya hutan kayu.
(2) Inventarisasi tumbuhan non kayu yang dilakukan secara
khusus menggunakan intensitas sampling :
(a) rotan, minimal intensitas sampling 0,5%.
(b) bambu, minimal intensitas sampling 0,05%.
(c) sagu, minimal intensitas sampling 2%.
(d) nipah, minimal intensitas sampling 0,05%.
c) Sampling tumbuhan non kayu lainnya ditetapkan lebih lanjut
dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
d) Mengacu pada pedoman Inventarisasi Hutan Nasional
b) Waktu Pelaksanaan a) Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
b) Kurang dari 5 tahun apabila terjadi perubahan kondisi
sumber daya hutan yang nyata
c) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan minimal dalam skala 1 : 100.000 yang bersumber pada
salah satu peta dasar berikut (dengan urutan prioritas) : peta
rupa bumi Indonesia atau peta topografi atau peta JOG.
d) Lokasi Plot Penentuan lokasi sampling plot dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat dilapangan menggunakan GPS
e) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan
informasi pencatatan parameter di lapangan serta pengumpulan data
sekunder.
(1) Tipe Hutan Pengamatan terhadap tipe hutan yang dibedakan menjadi :
hutan tanah kering, hutan gambut, hutan rawa, hutan payau/
mangrove, hutan pantai, hutan tanaman
(2) Topografi a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan
e) Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(3) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
(4) Tumbuhan non kayu a) Dilakukan pengukuran dan pencatatan parameter terhadap
tumbuhan non kayu yang ada dalam plot seperti :
(1) Rotan terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, diameter (d), panjang (p) dan Berat basah
(Bb) serta permudaannya.
(2) Bambu terdiri dari nama species, jumlah batang, jumlah
rumpun, tinggi untuk jenis monopodial serta
permudaannya.
(3) Sagu terdiri dari nama species, jumlah batang, diamater
dan tinggi pohon bebas pelepah serta permudaannya.
(4) Nipah terdiri dari nama species, jumlah batang, malai/
tandan, buah dan tangkai daun serta permudaannya.
b) Apabila diperlukan inventarisasi hutan khusus non kayu
26

lainnya dapat dilaksanakan sesuai pedoman yang ditetapkan


dengan Peraturan Kepala Badan Planologi Kehutanan
3) Inventarisasi Satwa Liar Data survei lapangan dan/atau kompilasi hasil inventarisasi
satwa liar
a) Metode Kompilasi hasil identifikasi dan inventarisasi terhadap potensi
jenis, penyebaran, status kelangkaan, populasi, dan habitat
satwa liar
b) Waktu Pelaksanaan Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 5 tahun
c) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan dalam peta skala terbesar yang tersedia minimal dalam
skala 1 : 250.000, yang bersumber pada salah satu peta dasar
berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia
atau peta topografi atau peta JOG atau Peta Dasar Kehutanan.
d) Penentuan lokasi petak ukur Penentuan lokasi petak ukur dilakukan dengan mengukur
koordinat titik ikat dilapangan menggunakan GPS, atau
mengukur ikatan ke titik pasti misalnya titik trianggulasi.
e) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan
informasi pencatatan data primer dan atau pengumpulan data sekunder.
(1) Tipe Ekosistem Pengamatan terhadap tipe ekosistem yang dibedakan menjadi :
hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan dataran tinggi,
hutan dataran rendah, hutan pantai), hutan gambut, hutan
rawa, hutan payau/mangrove dan kawasan perairan.
(2) Jenis Satwa Liar Dilakukan pencatatan terhadap jenis, ukuran, jenis kelamin, usia
dan kelompok famili satwa liar berikut data identifikasi jenis
yang meliputi ukuran dan warna spesifik.
(3) Penyebaran satwa Dilakukan pencatatan terhadap posisi perjumpaan untuk
Liar penyebaran dari jenis satwa liar dan bila memungkinkan dapat
diplotkan dalam peta
(4) Status kelangkaan Dilakukan pencatatan terhadap status kelangkaan yang
dikaitkan dengan kelimpahan dari populasi
(5) Topografi Dilakukan pencatatan terhadap ketinggian di atas permukaan
laut dan kelerengan
(6) Habitat Kondisi habitat, iklim, suhu, kelembaban, prosentase penutupan
tajuk
f) Penyajian Hasil a) Data satwa liar terdiri dari : potensi per jenis, keanekaraga-
man jenis, penyebaran termasuk status kelangkaan dan
informasi habitat (antara lain sarang dan daerah jelajah),
seks ratio
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 1.000.000.
4) Inventarisasi Sosial, Ekonomi dan Survei dan atau kompilasi data hasil inventarisasi sosial,
Budaya Masyarakat di Sekitar ekonomi dan budaya masyarakat lokal/ masyarakat adat di
Kawasan Hutan dalam dan di sekitar kawasan hutan antara lain mengenai adat
istiadat, pola ketergantungan terhadap hutan, pola
kelembagaan, infra struktur dari desa disekitar lokasi plot baik
berupa data primer maupun sekunder.
a) Metode Survei lapangan atau kompilasi data menggunakan sampling/
contoh, kegiatan lapangan melalui observasi, wawancara dan
pencatatan/ perekaman, serta pengolahan dan analisa data.
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi sosekbud masyarakat
lokal/masyarakat adat dan disajikan minimal skala 1 : 100.000
yang bersumber pada salah satu peta dasar berikut (dengan
urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia atau peta topografi
atau peta JOG.
c) Penentuan lokasi sampling Lokasi sampling adalah desa-desa yang berada di dalam dan di
sekitar Unit Pengelolaan Hutan
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui pencatatan/perekaman data sekunder,
27

informasi pengamatan lapangan dan wawancara dengan responden


terpilih menggunakan kuesioner dan atau pengumpulan data
sekunder.
e) Penyajian Hasil a) Data dan hasil analisa sosial, ekonomi dan budaya
masyarakat di sekitar kawasan hutan.
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
5) Inventarisasi Obyek Wisata dan Data survei dan/atau kompilasi data inventarisasi hutan yang
Jasa Lingkungan berkaitan dengan potensi kawasan dan jasa lingkungan

a) Metode a) Studi literatur melalui kajian analisa data sekunder, atau


b) Survei lapangan dengan melakukan pengukuran dan
pencatatan parameter, dan atau melakukan wawancara dari
narasumber
b) Peta Kerja Peta yang dapat menggambarkan kondisi lapangan dan
disajikan dalam peta skala terbesar yang tersedia minimal dalam
skala 1 : 250.000, yang bersumber pada salah satu peta dasar
berikut (dengan urutan prioritas) : peta rupa bumi Indonesia
atau peta topografi atau peta JOG atau peta dasar kehutanan.
c) Sasaran Potensi Sasaran potensi kawasan dan jasa lingkungan antara lain :
a) Potensi kawasan;
b) Wisata alam;
c) Potensi keanekaragaman hayati
d) Potensi sumberdaya air;
e) Potensi carbon offset;
f) Potensi obyek olah raga tantangan;
g) Potensi wisata religius; dan atau
h) Potensi obyek penelitian
d) Pengumpulan data dan Dilaksanakan melalui : pengukuran, pengamatan dan
informasi pencatatan parameter di lapangan, wawancara dengan
narasumber dan atau pengumpulan data sekunder.
(1) Tipe Ekosistem Deskripsi keunikan dan kekhasan ekosistem yang dibedakan
menjadi : hutan lahan kering (hutan pegunungan, hutan
dataran tinggi, hutan dataran rendah, hutan pantai), hutan
gambut, hutan rawa, hutan payau/mangrove, muara sungai
(estuari), karst dan perairan (laut, danau dan waduk)
(2) Keanekaragaman hayati Deskripsi keunikan dan kekhasan flora dan fauna antara lain :
a) Flora :
(1) nama jenis/species, nama lokal, diameter dan tinggi
pohon danjumlah permudaan. Bila jenis/species belum
dikenal dibuatkan herbarium.
(2) sebaran dan habitat, status kelangkaan dan populasi
jenis
(3) Struktur dan kondisi tegakan
(4) Informasi tumbuhan non kayu, tumbuhan obat-obatan
dan tumbuhan lain yang mempunyai nilai ekonomis dan
bermanfaat untuk kepentingan jasa lingkungan
b) Fauna :
(1) nama jenis/species dan pengelompokan jenis
berdasarkan kelas (mamalia, reptilia, aves dan primata)
(2) sebaran dan habitat, status kelangkaan dan populasi
jenis
28

(3) kondisi satwa


(3) Fenomena alam Deskripsi jumlah dan keunikan/keindahan alam/gejala alam
antara lain :
a) Gua
b) Air terjun
c) Mata air dan sungai
d) Danau
e) Pantai dan laut
f) Gunung/lembah
(4) Pengelolaan kawasan a) Sejarah kawasan
b) Nilai konservasi
c) Aksesibilitas
(5) Sosial, ekonomi dan Deskripsi potensi masyarakat di sekitar kawasan hutan, antara
budaya masyarakat lain :
a) Adat dan istiadat;
b) Mata pencaharian;
c) Pendidikan dan ketrampilan; dan
d) Infra strktur dan aksesibilitas
(6) Topografi Dilakukan pengukuran/pengamatan/pencatatan terhadap :
a) Ketinggian di atas permukaan laut
b) Kelerengan
c) Arah kelerengan
d) Hamparan/ Amplitudo
Apabila dimungkinkan digambarkan dalam unit DAS/Sub DAS
(7) Tanah Dilakukan pengamatan terhadap :
a) Jenis tanah
b) Warna tanah
c) Tekstur tanah
d) Tanah berbatu atau tidak
e) Tingkat kerentanan terhadap erosi
e) Penyajian Hasil a) Potensi sumberdaya alam kawasan hutan yang dapat
menggambarkan kepentingan antara lain pemanfaatan
tumbuhan obat-obatan, tumbuhan non kayu, wisata alam,
keanekaragaman hayati, sumberdaya air, carbon offset,
obyek olahraga tantangan, wisata religius atau obyek
penelitian
b) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
2. Penyajian Data dan Informasi Unit a) Data Pokok :
Pengelolaan Hutan Tanaman
(1) Data luas tanaman per kelas umur per jenis
(2) Data potensi per Ha menurut kelas umur dan menurut
jenis
(3) Data tingkat keberhasilan tanaman per jenis
(4) Data riap tanaman per jenis
(5) Hama dan penyakit
(6) Informasi hasil hutan non kayu
(7) Keberadaan fauna dan habitatnya
(8) Keberadaan kawasan lindung/ konservasi
(9) Jaringan jalan
(10) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 100.000
b) Data penunjang :
(1) Infra struktur yang mendukung pengelolaan hutan
(2) Kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat
(3) Informasi kondisi DAS/Sub DAS
3. Penyajian Data dan Informasi Unit a) Potensi tegakan kayu
29

Pengelolaan Hutan Alam (hutan


b) Potensi sumber daya tumbuhan non kayu yang meliputi
konservasi, hutan lindung dan hutan
jenis/sub jenis, penyebaran, populasi dan status
produksi)
c) Keanekaragaman jenis pohon
d) Riap tegakan untuk plot-plot permanent apabila telah
dilakukan pengukuran berulang
e) Potensi jenis/sub jenis, habitat, penyebaran, populasi dan
status
f) Pengelolmpokan jenis satwa yang dilindungi sesuai dengan
Peraturan Pemerintah baik pusat maupun daerah
g) Macam dan bentuk-bentuk pengelolaan hutan
h) Peta hasil kegiatan skala 1 : 250.000 atau skala 1 : 100.000
atau 1 : 50.000 disesuaikan dengan luas wilayah
i) Informasi DAS dan Sub DAS
Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan a) Potensi Hutan untuk RKUPHHK :
Kayu (IUPHHK) pada Hutan Alam
(1) Hutan primer diperinci per jenis dan per kelas diameter
(2) Hutan bekas tebangan diperinci per jenis dan per kelas
diameter
b) Potensi Hutan untuk RKLUPHHK :
(1) Potensi
(a) Hutan primer diperinci per jenis dan per kelas
diameter
(b) Hutan belas tebangan diperinci per jenis dan per
kelas diameter
(c) Rekapitulasi potensi blok RKL
(2) Data permudaan hutan : tingkat anakan, tingkat
pancang dan tingkat tiang

(3) Administrasi
(a) Berita Acara Pemeriksaan/Ceking
(b) Pengesahan Rekapitulasi LHC
(c) Blok RKL/Rintis Batas Blok
c) Potensi (RKTUPHH) :
(1) Potensi
(a) Hutan primer (rapat, sedang dan jarang) diperinci
per jenis dan per kelas diameter dan per petak/blok
(b) Hutan belas tebangan diperinci per jenis dan per
kelas diameter dan per petak/blok
(c) Rekapitulasi potensi blok RKT
(2) Data permudaan hutan : tingkat anakan, tingkat
pancang dan tingkat tiang
(3) Administrasi
(a) Berita Acara Pemeriksaan/Ceking
(b) Pengesahan Rekapitulasi LHC
30

(c) Blok RKT/Rintis Batas Blok


d) Peta hasil kegiatan minimal skala 1 : 50.000
e) Informasi mengenai hasil hutan non kayu
f) Keberadaan fauna dan habitatnya
2. Pelaporan
a. Isi Laporan Isi laporan minimal memuat :
a) Peta Pemandangan.
b) Kata Pengantar ditandatangani oleh pimpinan instansi
penyelenggara atau Pembina Penanggungjawab Kegiatan
c) Susunan Tim.
d) Daftar Isi, Daftar Tabel, Daftar Gambar, Daftar Lampiran.
e) Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang, Maksud dan Tujuan
Pelaksanaan, Ruang Lingkup dan Batasan Istilah.
f) Keadaan kawasan terdiri dari lokasi(luas dan letak), risalah
kawasan, kondisi Biogeofisik, Kondisi sosekbud
g) Metoda
h) Hasil Pelaksanaan dan Pengolahan Data.
i) Analisa
j) Rencana Pengelolaan Sumberdaya Hutan
k) Daftar Pustaka
l) Lampiran antara lain peta hasil kegiatan minimal skala 1 :
100.000.
b. Arus Pelaporan a) Unit Pengelola pada hutan produksi dan hutan lindung
melaporkan kepada Ditjen Bina Produksi Kehutanan, Badan
Planologi Kehutanan, Dinas Provinsi, Dinas Kabupaten/ Kota,
dan BPKH
b) Unit Pengelola pada hutan konservasi melaporkan kepada
Ditjen PHKA, Badan Planologi Kehutanan dan BPKH

MENTERI KEHUTANAN,

Ttd

H. M. S. KABAN

Anda mungkin juga menyukai