Anda di halaman 1dari 16

KNOWLEDGE SHARING

PP 105 TAHUN 2015


TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PP 24 TAHUN 2010
TENTANG PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
TERKAIT BIDANG KETENAGALISTRIKAN

Annisa Rizky A / 88111871 Z


PT PLN (PERSERO) UIP JBB
SKEMA KEGIATAN PEMBANGUNAN KETEGALISTRIKAN DI DALAM KAWASAN HUTAN
Dasar Hukum :
UU 41 Tahun 1999
PP. No. 24/2010 jis 61/2012 dan PP 105/2015
Permenhut No. P.16/Menhut-II/2014
PEMBANGUNAN
KETENAGALISTRIKAN Di dalam kawasan HUTAN
dalam Izin Pinjam Pakai
LINDUNG atau HTAN
kawasan hutan PRODUKSI Kawasan Hutan (IPPKH)

Pertahanan dan keamanan negara :


Khusus di dalam kawasan Pemasangan patok batas negara, Jalan /Pos Lintas batas, Dermaga Kapal
Konservasi patroli perbatasan, Radar, Helipad, Areal latihan militer

Pengembangan sarana komunikasi :


Menara, pos pengawasan & pengamanan, sarana mitigasi bencana, rumah
Syarat merupakan : genset/solar sel, jaringan kabel/serat optik bawah tanah
Pembangunan strategis yang
tidak dapat dielakkan Transportasi Terbatasi :
Jalan penghubung daerah terisolir, alur perairan, menara navigasi/mercusuar,
dermaga, jalan yang sudah ada sebelum kawasan ditetapkan
Ditempuh dengan
kerjasama Penyelenggaran KSA/KPA Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan serta jaringan listrik untuk
Dasar Hukum : kepentingan Nasional :
UU 21 Tahun 2014 Energi panas bumi, menara jaringan listrik, pemasangan kabel
PP. No. 28/2011 jo PP 108/2015
Permenhut No. P.85/Menhut-II/2014
Inpres No. 8 Tahun 2015 tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata
Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

 Pemberian Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan baru, ditunda pada Kawasan
Hutan yang mempunyai tutupan Hutan Alam Primer dan/atau lahan gambut
 Penundaan izin baru dikecualikan untuk :
 Permohonan yang telah mendapat persetujuan prinsip dari Menteri
Kehutanan;
 Pelaksanaan pembangunan nasional yang bersifat vital, yaitu: geothermal,
minyak dan gas bumi, ketenagalistrikan, lahan untuk padi dan tebu;
 Perpanjangan izin pemanfaatan hutan dan/atau penggunaan kawasan hutan
yang telah ada sepanjang izin di bidang usahanya masih berlaku; dan
 Restorasi ekosistem.

3
Latar belakang terbitnya PP 105/2015
• Penyesuaian dengan Paket II Kebijakan Ekonomi Pemerintah:
1. Penyederhanaan dan Percepatan Perizinan
• Penyederhanaan Prosedur Perubahan peruntukan kawasan hutan (Tukar
Menukar Kawasan Hutan), pelepasan kawasan hutan dan izin pinjam
2. pakai kawasan hutan
• Penyesuaian dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
3. Pemerintahan Daerah
• Percepatan pembangunan proyek strategis yang menggunakan kawasan
hutan (Bendungan, Waduk, jalan, ketenagalistrikan, migas) yang
4 menggunakan kawasan hutan
• Sulitnya mencari lahan kompensasi untuk penggunaan non kehutanan
5 yang dibiayai pemerintah
Substansi PP 105 Tahun 2015

Kegiatan PP 24/2010 jo PP 61/2012 PP 105/2015


Tahapan Perizinan Dua tahap : Satu tahap :
1. Persetujuan Prinsip Izin Pinjam Pakai
2. Izin Pinjam Pakai

Tata Batas Dilakukan sebelum IPPKH Dilakukan setelah IPPKH


(jangka waktu 1 tahun)

Operasi di Lapangan Setelah IPPKH Setelah penetapan areal kerja oleh menteri.
Kecuali bersifat vital (panas bumi, migas,
ketenagalistrikan, waduk dan bendungan

dispensasi Ada, diberikan setelah semua Tidak ada.


kewajiban terpenuhi kecuali
lahan kompensasi
Aturan Peralihan
a. persetujuan prinsip sebelum berlakunya PP ini dan telah memenuhi
seluruh kewajiban dapat diproses menjadi IPPKH dengan dilengkapi
kewajiban sesuai PP ini.
b. izin atau perjanjian PPKH yang dilakukan sebelum berlakunya PP ini tetap
berlaku sampai dengan berakhirnya izin atau perjanjian.
c. pemegang persetujuan prinsip yang telah menyediakan lahan kompensasi
sebagian atau seluruhnya tetap wajib menyerahkan lahan kompensasi
untuk dijadikan kawasan hutan dan selanjutnya diproses sesuai PP ini.
SKEMA IZIN PINJAM PAKAI KAWASAN HUTAN UNTUK KETENAGALISTRIKAN
Syarat lahan kompensasi :
1.Terletak dalam DAS, Pulau
dan/atau Provinsi yang sama
Provinsi luas kawasan Menyediakan 2.Dapat dihutankan secara
hutan < 30 % (P. Jawa, Lahan Kompensasi konvensional
Lampung, Bali) ratio 1 : 2 3.Tidak dalam sengketa dan
bebas dari segala jenis
IPPKH pembebanan dan hak
Ketenaga tanggungan
listrikan 4.Mendapat rekomendasi
Gubernur

PNBP-PKH = (L1 x 1 x tarif)


Membayar
HP = Luas x 1.600.000
Provinsi luas kawasan PNBP HL = Luas x 2.000.000
hutan > 30 %
Penamanan DAS Ratio min 1 : 2
TAHAPAN PROSES IPPKH
Pemohon :
Kewajiban PP
1. Menteri 1. Rekom Gub 1. Tata batas
2. Gub 2. Izin lingkungan 2. Lahan
PP 24/ 3. Bup/wali 3. Pertek Perhutani kompensasi
4. Pimpinan 4. Renja dan Peta
2010 Badan Usaha
3. Penanaman DAS
Jo 5. dll 4. dll
5. Ketua yayasan
PP 61/
2012 Syarat- Persetujuan Pemenuhan
Permohonan Kewajiban PP IPPKH
syarat Prinsip (2 Tahun)

Kegiatan
di
lapangan
Syarat- TIDAK ADA TAHAP PERSETUJUAN PRINSIP Kewajiban
Permohonan IPPKH IPPKH
syarat TATA WAKTU PENERBITAN IPPKH PALING LAMA
30 HARI KERJA

Pemohon : 1. Pertimbangan Gub Kewajiban IPPKH


PP 105 Pemohon :
1. Menteri 2. Izin lingkungan 1. Tata batas
/2015 2. Gub 3. Pertek Perhutani 2. Lahan kompensasi
3. Bup/wali 4. Renja dan Peta 3. Peta Penanaman DAS
4. Pimpinan 5. dll 4. Baseline
Badan Hukum
5. Ketua yayasan jangka waktu pemenuhan
6. Perorangan kewajiban 1 th
7. Klpk org / masy
PERSYARATAN DAN KEWAJIBAN

PERSYARATAN PERMOHONAN
Kewajiban setelah mendapat Izin
Pinjam Pakai Kawasan Hutan

1. Surat Permohonan dari Dirut PLN 1. Melaksanakan tata batas areal IPPKH  maksimal 1
2. Izin atau perjanjian sektor tahun harus selesai,
3. Rekomendasi Gubernur 2. Membayar PNBP Penggunaan Kawasan Hutan dan
melakukan penanaman DAS bagi pemegang IPPKH
4. Izin lingkungan dan dokumen AMDAL
di provinsi dengan luas kawasan hutan > 30%
5. Rencana Penggunaan Kawasan Hutan
3. Menyerahkan lahan kompensasi, bagi pemegang
IPPKH di provinsi dengan luas kawasan hutan <30%
4. Membayar PSDH & DR dan Ganti Rugi Nilai tegakan
5. Mengganti investasi kepada pengelola/pemegang
izin pemanfaatan apabila arealnya berada di dalam
areal IUPHHK
6. Melaksanakan reklamasi dan revegetasi pada areal
yang sudah tidak dieksplorasi/eksploitasi;
7. Bekoordinasi dengan pemerintah daerah sebelum
melakukan kegiatan
Jenis Perizinan Lingkungan

1. Survey Umum: tanpa izin lingkungan dan dokumen LH


2. Eksplorasi:
a. Izin Lingkungan melalui proses UKL-UPL (Kewenangan di
Daerah), dan;
b. Izin PPLH (kewenangan pusat atau daerah)
3. Ekploitasi (Produksi dan Paska Operasi):
a. Izin Lingkungan melalui:
i. proses Amdal (Kewenangan Pusat); atau
ii. UKL-UPL (Kewenangan Daerah), dan
b. Izin PPLH (kewenangan pusat atau daerah)
LAHAN KOMPENSASI

Syarat-syarat lahan kompensasi:


1. dapat dikelola dan dijadikan bagian dari satu unit pengelolaan
hutan;
2. terletak dalam daerah aliran sungai, pulau, dan/atau provinsi
yang sama;
3. dapat dihutankan kembali dengan cara konvensional;
4. tidak dalam sengketa dan bebas dari segala jenis pembebanan
dan hak tanggungan; dan
5. mendapat rekomendasi dari gubernur dan/atau bupati/walikota
PENYERAHAN LAHAN KOMPENSASI

Calon Lahan
Kompensasi

Tanggung jawab pemegang


IPPKH sampai dengan proses
Penilaian penataan batas lahan
Kelayakan Teknis Rekomendasi kompensasi
dan Hukum dari Bup/Wali
Dishut Provinsi

Pemohon melakukan :
1.Pelepasan Hak/ganti
rugi Berita Acara Penunjukan
Persetujuan 2.Pencoretan sebagai Sebagai Penataan
Serah Terima
dari Men LHK wajib pajak Kawasan Hutan Batas
(BAST)
3.Pengukuran calon
lahan kompensasi
Penetapan
Kawasan
Hutan
Dukungan Kebijakan KLHK dalam
Penggunaan Kawasan Hutan untuk Kegiatan Ketenagalistrikan

1. Kegiatan ketenagalistrikan dapat dilakukan di dalam kawasan HP dan HL


2. Tidak dibatasi kouta maksimal 10 % dari luas kawasan hutan produksi kabupaten/kota
3. Tidak dibatasi maksimal 10 % dari luas izin pemanfaatan hutan
4. Dapat dilakukan pada hutan alam primer atau lahan gambut (dikecualikan dalam Inpres
Nomor 8 Tahun 2015 Tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata
Kelola Hutan Alam Primer Dan Lahan Gambut)
5. Dapat dilakukan pada areal IUPHHK
6. Penyederhanaan dan percepatan proses perizinan  tahap Perizinan menjadi satu tahap
(langsung IPPKH dengan waktu 30 hari) dan dapat memulai persiapan kegiatan di lapangan
(sebelumnya melalui dua tahap dengan waktu 104 hari).
7. Setelah terbit IPPKH dapat langsung melakukan kegiatan persiapan di lapangan sambil
pelaksanaan tata batas. (sebelumnya harus selesai terbeih dahulu pemenuhan kewajiban)

13
PERMASALAHAN

1. Penyelesaian penyediaan lahan kompensasi oleh pemohon berlarut


2. Persyaratan permohonan tidak lengkap (izin lingkungan dll)
3. Permohonan sering berubah-ubah (revisi jalur transmisi)
4. Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan telah berakhir namun tidak diperpanjang

14
SINERGI
Percepatan perizinan penggunaan kawasan hutan dalam sektor migas
perlu sinergi dan komitmen bersama dari semua pihak, baik pemerintah
daerah maupun kementerian/lembaga terkait.

a. Pemerintah Daerah (Gub/Bup/Walikota) = percepatan dalam


penerbitan rekomendasi/perizinan lain sesuai kewenangannya;
b. Sektor dibidangnya (ESDM, PLN) = percepatan dalam penerbitan
perizinanan sektornya;
c. Pemohon dalam mengajukan permohonan telah dilengkapi
persyaratan sesuai ketentuan;
d. Koordinasi antar pihak.

Anda mungkin juga menyukai