PERATURAN
DIREKTUR JENDERAL REHABILITASI LAHAN DAN PERHUTANAN SOSIAL
Nomor: P. 01/V-PTH/2008
TENTANG
Menimbang : a. bahwa benih atau bibit tanaman hutan merupakan unsur yang
sangat penting dalam menjamin keberhasilan pembangunan
tanaman hutan baik untuk tujuan industri maupun untuk
rehabilitasi hutan dan lahan;
b. bahwa kualitas benih atau bibit sebagaimana dimaksud pada huruf
a sangat ditentukan oleh profesionalisme pengada dan/atau
pengedar benih dan/atau bibit;
c. bahwa untuk terjaminnya profesionalisme pengada dan/atau
pengedar benih dan/atau bibit sebagaimana dimaksud pada butir
b, dan sebagai tindak lanjut dari Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan,
dipandang perlu menetapkan Tata Cara Penetapan Pengada
dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar dengan
Keputusan Direktur Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan
Sosial.
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi
Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya
Tanaman;
3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah
Daerah;
4. Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan;
5. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan
Tanaman;
7. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu;
8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementrian
Negara Republik Indonesia;
1
9. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit
Organisasi dan Tugas Eselon I Kementrian Negara Republik
Indonesia;
10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 13/Menhut-II/2005 yang
telah disempurnakan dengan Permenhut Nomor P. 17/Menhut-
II/2005, Permenhut Nomor P. 35/Menhut-II/2005, Permenhut
Nomor P. 46/Menhut-II/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Departemen Kehutanan;
11. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 10/Menhut-II/2007
tentang Perbenihan Tanaman Hutan.
MEMUTUSKAN:
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
2
8. Pengadaan bibit adalah kegiatan penyiapan benih, pembuatan bibit, seleksi,
penyimpanan dan pemeliharaan bibit sampai dengan bibit siap diedarkan dan
atau digunakan.
9. Peredaran bibit adalah kegiatan yang meliputi pengemasan, pengangkutan, dan
distribusi bibit.
10. Pusat kegiatan Perbenihan dan/atau Pembibitan adalah lokasi kegiatan
perbenihan/pembibitan yang berfungsi sebagai pusat manajemen usaha dan
dilengkapi dengan fasilitas perbenihan dan/atau pembibitan.
11. Sumber benih adalah suatu tegakan hutan di dalam kawasan hutan, kecuali
Cagar Alam serta Zona Inti dan Zona Rimba pada Taman Nasional, dan di luar
kawasan hutan yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas.
12. Tim Penilai adalah Tim yang dibentuk oleh Kepala Balai Perbenihan Tanaman
Hutan yang terdiri dari unsur BPTH dan instansi terkait yang telah mengikuti
pelatihan di bidang perbenihan dan pembibitan tanaman hutan, yang ditugaskan
untuk menilai kelayakan administrasi dan teknis dari Calon Pengada dan
Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar.
Bagian Kedua
Maksud dan Tujuan
Pasal 2
(1) Penyusunan Tata Cara Penetapan Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau
Bibit Terdaftar dimaksudkan untuk mengatur tugas dan tanggung jawab Dinas
Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota dan Balai serta persyaratan bagi pengada
dan/atau pengedar dalam mekanisme/proses penetapan Pengada dan/atau
Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar.
(2) Penyusunan Tata Cara Penetapan Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau
Bibit Terdaftar bertujuan untuk tersedianya Pengada dan/atau Pengedar Benih
dan/atau Bibit yang dapat menjamin kualitas benih atau bibit yang diedarkan.
Bagian Ketiga
Ruang Lingkup
Pasal 3
3
BAB II
PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT TERDAFTAR
Pasal 4
(1) Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar sebagaimana
dimaksud pada Pasal 3 adalah Perorangan, BUMN, BUMD, BUMS dan Koperasi
yang bergerak di bidang usaha perbenihan atau pembibitan tanaman hutan yang
memenuhi persyaratan dan ditetapkan oleh Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas
Provinsi.
(2) Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri dari:
a. Pengada dan/atau pengedar benih;
b. Pengada dan/atau pengedar bibit;
c. Pengada dan/atau pengedar benih dan bibit.
BAB III
PEJABAT YANG BERWENANG MENETAPKAN
Pasal 5
(1) Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar ditetapkan oleh
Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat dimana terletak pusat kegiatan
perbenihan dan/atau pembibitan yang dimiliki oleh pengada dan/atau
pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan.
(2) Khusus untuk Kabupaten/Kota yang tidak mempunyai instansi yang diserahi
tugas dan bertanggung jawab di bidang kehutanan, maka penetapan Pengada
dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Terdaftar sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas Provinsi.
(3) Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan berdasarkan
rekomendasi teknis dari Kepala Balai.
BAB IV
PERSYARATAN PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT
TERDAFTAR
Bagian Kesatu
Pengada dan/atau Pengedar Benih Terdaftar
Pasal 6
(1) Pengada dan/atau Pengedar Benih Terdaftar harus memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis.
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Perorangan
1) Keterangan Domisili;
2) Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dari Kepala Desa/Lurah dan
diketahui oleh notaris;
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4
b. Badan Hukum (BUMN, BUMS dan Koperasi)
1) Akte Pendirian;
2) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4) Keterangan Domisili;
5) Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dari Kepala Desa/Lurah dan
diketahui oleh notaris.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Memiliki atau mengelola atau memanfaatkan sumber benih bersertifikat;
b. Memiliki sarana dan prasarana perbenihan lengkap sekurang-kurangnya
terdiri dari alat pengunduhan, alat ekstraksi benih, fasilitas/alat penjemuran
dan penyimpanan benih dalam jumlah yang memadai;
c. Memiliki tenaga ahli atau terampil di bidang perbenihan;
d. Memiliki stok benih yang bersertifikat.
e. Memiliki surat penunjukan dari pengelola sumber benih bersertifikat sebagai
distributor.
Bagian Kedua
Pengada dan/atau Pengedar Bibit Terdaftar
Pasal 7
(1) Pengada dan/atau Pengedar Bibit Terdaftar harus memenuhi persyaratan
administrasi dan teknis.
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Perorangan
1) Keterangan Domisili;
2) Keterangan lokasi pusat kegiatan pembibitan dari Kepala Desa/Lurah dan
diketahui oleh notaris;
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. Badan Hukum (BUMN, BUMS dan Koperasi)
1) Akte Pendirian;
2) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4) Keterangan Domisili;
5) Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dari Kepala Desa/Lurah dan
diketahui oleh notaris.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:
a. Memiliki atau mengelola atau memanfaatkan sumber benih bersertifikat;
b. Memiliki sarana dan prasarana pembibitan sekurang-kurangnya terdiri dari
fasilitas penyimpanan benih, fasilitas penaburan benih, pertumbuhan stek,
penyapihan, pembesaran bibit (ruang terbuka dan tertutup) dan fasilitas
pengangkutan bibit dalam jumlah yang memadai lengkap;
c. Memiliki tenaga ahli atau terampil di bidang pembibitan;
5
d. Memiliki stok bibit yang bersertifikat;
e. Terdapat aktifitas pembuatan bibit.
Bagian Ketiga
Pengada dan/atau Pengedar Benih dan Bibit Terdaftar
Pasal 8
(1) Pengada dan/atau Pengedar Benih dan Bibit Terdaftar harus memenuhi
persyaratan administrasi dan teknis.
(2) Persyaratan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Perorangan
1) Keterangan Domisili;
2) Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dan pembibitan dari Kepala
Desa/Lurah dan diketahui oleh notaris;
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
b. Badan Hukum (BUMN, BUMS dan Koperasi)
1) Akte Pendirian;
2) Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP);
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
4) Keterangan Domisili;
5) Keterangan lokasi pusat kegiatan perbenihan dan pembibitan dari Kepala
Desa/Lurah dan diketahui oleh notaris.
(3) Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Memiliki atau mengelola atau memanfaatkan sumber benih bersertifikat;
b. Memiliki sarana dan prasarana perbenihan dan pembibitan lengkap;
c. Memiliki tenaga ahli atau terampil di bidang perbenihan dan pembibitan;
d. Memiliki stok benih dan bibit yang bersertifikat;
e. Terdapat aktifitas pembuatan bibit;
f. Surat penunjukan dari pengada benih dan/atau bibit sebagai distributor.
BAB V
PROSEDUR PENETAPAN MENJADI PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR
BENIH DAN/ATAU BIBIT TERDAFTAR
Pasal 9
(1) Calon Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan
Terdaftar mengajukan permohonan yang dilengkapi dengan dokumen
administrasi dan teknis kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota setempat dengan
tembusan kepada Kepala Balai dan Dinas Propinsi.
(2) Khusus untuk Kabupaten/Kota yang tidak mempunyai instansi yang mengurusi
bidang kehutanan, maka permohonan disampaikan kepada Dinas Provinsi.
6
(3) Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Kepala
Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi melakukan penilaian atas persyaratan
administrasi dan kesiapan perusahaan yang bersangkutan, dan selanjutnya
menyampaikan surat permintaan rekomendasi teknis kepada Kepala Balai.
(4) Berdasarkan surat Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kepala Balai membentuk Tim Penilai untuk
klarifikasi dokumen dan penilaian di lapangan dalam rangka pemberian
rekomendasi teknis.
(5) Format penilaian teknis lapangan calon pengada dan/atau pengedar benih
dan/atau bibit sebagaimana diatur pada Lampiran 1.
(6) Tim Penilai membuat Berita Acara hasil penilaian di lapangan yang disampaikan
kepada Kepala Balai dengan format sebagaimana diatur pada Lampiran 2.
(7) Format Rekomendasi Teknis Kepala Balai sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalah sebagaimana diatur pada Lampiran 3.
(8) Berdasarkan rekomendasi teknis yang diberikan oleh Kepala Balai sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi
setempat memutuskan menerima atau menolak penetapan sebagai Pengada
dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan Terdaftar
(9) Penetapan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala Dinas Provinsi dibuat
dengan format sebagaimana diatur pada Lampiran 4.
(10) Surat penetapan atau penolakan dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Kepala
Dinas Provinsi, dikirimkan kepada Pemohon dengan tembusan kepada Kepala
Balai setempat.
(11) Skema Prosedur Penetapan sebagai pengada dan/atau pengedar benih atau bibit
tanaman hutan digambarkan pada Lampiran 5.
(12) Masa berlaku penetapan sebagai pengada dan/atau pengedar benih dan/atau
bibit tanaman hutan terdaftar berlaku selama 2 (dua) tahun sejak diterbitkan
penetapan, dan dapat diperpanjang langsung oleh Dinas tanpa rekomendasi
Balai kecuali jika terdapat perubahan status perusahaan dan/atau pemindahan
lokasi pusat kegiatan perbenihan dan/atau pembibitan.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR
BENIH DAN/ATAU BIBIT TERDAFTAR
Pasal 10
(1) Pengada dan/atau pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar
berhak mendapatkan pelayanan dalam hal menjadi pengada dan/atau pengedar
benih dan/atau bibit.
(2) Pengada dan/atau pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar harus
melaksanakan tata usaha benih dan/atau bibit sebagaimana peraturan yang
berlaku.
7
(3) Penetapan pengada dan/atau pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan
terdaftar dapat dicabut sewaktu-waktu apabila:
a. Pengada dan/atau pengedar benih dan/atau bibit yang bersangkutan tidak
memenuhi kewajibannya dan melanggar peraturan dan perundangan yang
berlaku atau
b. Balai menyampaikan usulan pencabutan penetapan pengada dan/atau
pengedar benih dan/atau bibit tanaman hutan terdaftar berdasarkan hasil
evaluasi
(4) Apabila di kemudian hari pengada dan/atau pengedar benih dan/atau bibit
tanaman hutan terdaftar memiliki pembibitan/pembenihan di lokasi baru maka
wajib melaporkannya kepada Dinas Provinsi atau Dinas Kabupaten/Kota dimana
lokasi pembibitan/pembenihan tersebut berada.
BAB VII
PEMBINAAN DAN PENGENDALIAN
Pasal 11
BAB VIII
PENUTUP
Pasal 12
(1) Dengan berlakunya Peraturan Direktur Jenderal ini maka Keputusan Direktur
Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial Nomor 076/V-PTH/2004
tentang Tata Cara Penetapan Pengada dan/atau Pengedar Benih atau Bibit
Tanaman Hutan Terdaftar dinyatakan tidak berlaku lagi.
8
(2) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 7 Januari 2008
DIREKTUR JENDERAL,
9
Lampiran 1. CONTOH PENILAIAN PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN OLEH
BUMN,BUMS DAN KOPERASI
10
1 2 3 4 5
A. Pengada dan/atau Pengedar
Benih:
1.Memiliki sarana dan prasarana 1. Alat pengunduhan benih: Ada/Tidak Ada
penanganan benih Jenis alat....
2. Fasilitas pemrosesan benih: Ada/Tidak Ada
Alat ekstraksi
Lantai jemur: m2
3. Fasilitas penyimpanan benih: Ada/Tidak Ada
Jenis ruang simpan
2.Memiliki keahlian/keterampilan di Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/Tidak Ada
bidang perbenihan dilihat dari hasil pengamatan.
3.Memiliki stok benih yang Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/Tidak Ada
bersertifikat
4.Memiliki surat penunjukan dari Surat keterangan dari pengelola sumber benih Ada/Tidak Ada
pengelola sumber benih ber-
sertifikat sebagai distributor
B. Pengada dan/atau Pengedar
Bibit
1.Memiliki sarana dan prasarana 1. Sumber air: ...
pembuatan bibit 2. Fasilitas penyimpanan benih :
3. Fasilitas penaburan benih:
4. Fasilitas pembiakan vegetatif:
5. Fasilitas penyapihan: .
6. Fasilitas pembesaran bibit (ruang terbuka dan
Tertutup): .m2
Bukti hubungan hukum atas tanah lokasi
7. pem-
buatan bibit **).
8. Kapasitas produksi: ..btg/th
2.Memiliki fasilitas pengangkutan 1. Jenis alat angkut:..
bibit 2. Kapasitas:..
3.Memiliki keahlian/keterampilan di Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/Tidak Ada
bidang pembibitan dilihat dari hasil pengamatan.
11
1 2 3 4 5
4.Memiliki stok bibit bersertifikat Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/Tidak Ada
5.Terdapat aktifitas pembuatan Dilihat dari hasil pengamatan. Ada/Tidak Ada
bibit
C. Pengada dan/atau Pengedar
Benih dan/atau Bibit
1.Memiliki sarana dan prasarana 1. Alat pengunduhan benih: Ada/Tidak Ada
penanganan benih Jenis alat....
2. Fasilitas pemrosesan benih: Ada/Tidak Ada
Alat ekstraksi
Lantai jemur: m2
3. Fasilitas penyimpanan benih: Ada/Tidak Ada
Jenis ruang simpan
2.Memiliki keahlian/keterampilan di Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/Tidak Ada
bidang perbenihan dilihat dari hasil pengamatan.
3.Memiliki stok benih yang Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/Tidak Ada
bersertifikat
4.Memiliki surat penunjukan dari Surat keterangan dari pengelola sumber benih Ada/Tidak Ada
pengelola sumber benih ber-
sertifikat sebagai distributor
5.Memiliki sarana dan prasarana 1. Sumber air: ...
pembuatan bibit 2. Fasilitas penyimpanan benih :
3. Fasilitas penaburan benih:
4. Fasilitas pembiakan vegetatif:
5. Fasilitas penyapihan: .
6. Fasilitas pembesaran bibit (ruang terbuka dan
Tertutup): .m2
Bukti hubungan hukum atas tanah lokasi
7. pem-
buatan bibit **).
8. Kapasitas produksi: ..btg/th
1 2 3 4 5
12
6.Memiliki fasilitas pengangkutan 1. Jenis alat angkut:..
bibit 2. Kapasitas:..
7.Memiliki keahlian/keterampilan di Copy ijazah/sertifikat diklat atau ketrampilan Ada/Tidak Ada
bidang pembibitan dilihat dari hasil pengamatan.
8.Memiliki stok bibit bersertifikat Surat keterangan/label benih bersertifikat Ada/Tidak Ada
9.Terdapat aktifitas pembuatan Dilihat dari hasil pengamatan. Ada/Tidak Ada
bibit
Keterangan :
1. Bukti minimal dalam bentuk fotocopi pada saat pemeriksaan di lapangan harus memperlihatkan bukti aslinya.
2. Tanda *), Minimal salah satu persyaratan terpenuhi.
3. Tanda **), dibuat daftar peralatan pemrosesan benih
Rekomendasi penilaian :
a. Diterima apabila seluruh bukti minimal terpenuhi
b. Ditolak apabila salah satu bukti minimal tidak terpenuhi
DIREKTUR JENDERAL,
13
Lampiran 2. Berita Acara Pemeriksaan Lapangan
Adapun hasil pemeriksaan lapangan terlampir dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Berita Acara ini.
DIREKTUR
1. JENDERAL,
2.
KOP BPTH
................................
Nomor :
Lampiran :
Perihal : Rekomendasi .....(pemohon)... sebagai
Pengada dan/atau Pengedar Benih
dan/atau Bibit Tanaman Hutan
*)
Terdaftar
Kepada Yth.
Kepala Dinas ............. Kabupaten/Kota .........
Di ..............
.......................................
Tembusan Kepada Yth. :
1. Direktur Perbenihan Tanaman Hutan.
2. dst bila dianggap perlu.
DIREKTUR JENDERAL,
Keterangan :
*) dan *)) : pilih salah satu
Nomor : ..
TENTANG
DITETAPKAN DI : ..
PADA TANGGAL : .2007
KEPALA DINAS
KABUPATEN/KOTA
DIREKTUR JENDERAL,
10b 9b
Pemberitahuan Pemohon
10a 9a
1b BPTH
1a
7 8
Penetapan
Dinas
Tim
Penilai
6a 6b
3
Lolos
Laporan 4a Administrasi
Lolos
Tim Administrasi
Tidak
Ya
4b
5a Lolos Cek 5b
Laporan
Lapangan Tim
Tidak Ya
Keterangan:
tembusan
DIREKTUR JENDERAL,
18
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR BENIH
DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN TERDAFTAR
I. Dasar Hukum
a. Undang Undang No. 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 44 Tahun 1995 tentang
Perbenihan Tanaman
c. Peraturan Menteri Kehutanan No. P.10/V-PTH/2007 tentang Perbenihan
Tanaman Hutan
d. Peraturan Direktur Jenderal Rehabiliasi Lahan dan perhutanan Sosial No.
P.01/V-PTH/2007 tentang Tata Cara Penetapan Pengada dan/atau Pengedar
Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan
A. Urutan
1. Calon Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau Bibit Tanaman Hutan
Terdaftar mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota
setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai dan Dinas
Propinsi...........1 hari.
2. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2)
Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi melakukan penilaian
atas persyaratan administrasi dan kesiapan perusahaan yang
bersangkutan, dan selanjutnya menyampaikan surat permintaan
rekomendasi teknis kepada Kepala Balai.................2 hari
3. Berdasarkan surat Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kepala Balai membentuk Tim Penilai
untuk klarifikasi dokumen dan penilaian di lapangan ...................1hari
4. Tim Penilai melaksanakan penilaian dan membuat Berita Acara hasil
penilaian di lapangan yang disampaikan kepada Kepala Balai ............. 3
hari
5. Kepala Balai menyampaikan rekomendasi kepada Kepala Dinas
Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi ........ 1 hari
6. Kepala Dinas Kabupaten/Kota atau Dinas Provinsi menerima atau
menolak penetapan sebagai Pengada dan/atau Pengedar Benih dan/atau
Bibit Tanaman Hutan dan menyampaikan kepada pemohon ...................
2 hari
19
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
TENTANG TATA CARA PENETAPAN PENGADA DAN/ATAU PENGEDAR
BENIH DAN/ATAU BIBIT TANAMAN HUTAN TERDAFTAR
21
(*) : Waktunya tergantung jarak lokasi antara lokasi calon Sumber Benih dengan BPTH
22