Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan sertifikasi benih bina perlu adanya
persyaratan dan tata cara yang harus dipenuhi oleh produsen benih;
b. bahwa dalam pelaksanaan sertifikasi benih harus dilaksanakan
pemeriksaan pertanaman, pengambilan contoh benih, pengujian
laboratorium, pemasangan label dan pengawasan peredaran benih;
c. bahwa atas dasar hal tersebut di atas sekaligus menindaklanjuti
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006
Pasal 12 ayat (3), Pasal 17 ayat (3) Pasal 18 ayat (2), Pasal 19, Pasal 27
ayat (5), Pasal 28 ayat (4), Pasal 32 ayat (3), Pasal 33 ayat (10), Pasal
34 ayat (5), Pasal 36 ayat (2) dipandang perlu persyaratan dan tata cara
sertifikasi benih bina tanaman pangan;
ME MUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan
sebagaimana tercantum pada lampiran surat keputusan ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini
KEDUA Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan
sebagaimana dimaksud dalam diktum ke SATU terdiri atas persyaratan dan
tata cara pelaksanaan sertifikasi tanaman dan menurut jenis tanamam.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan kecuali sertifikasi
benih kedelai mulai berlaku 1 Januari 2010.
Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 9 Januari 2009
SUTARTO ALIMOESO
2
Lampiran : Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan tentang Persyaratan dan Tata Cara
Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan
Nomor : 01/Kpts/HK.310/C/1/2009
Tanggal : 9 Januari 2009
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan ini merupakan
pedoman sertifikasi secara umum, dan sekaligus merupakan tindak lanjut
penerapan di lapangan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi benih
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
39/Permentan/OT.140/8/2006.
B. PENGERTIAN
3
9. Perbanyakan Vegetatif adalah perbanyakan tanaman tidak melalui perkawinan.
10. Perbanyakan Generatif adalah perbanyakan tanaman melalui perkawinan sel-sel
reproduksi.
11. Tipe Simpang adalah tanaman atau benih yang menyimpang dari sifat-sifat suatu
varietas sampai diluar batas kisaran yang telah ditetapkan oleh pemulia.
12. Segregan/Varian adalah benih atau turunan yang menunjukkan ciri-ciri berbeda
dari varietas, namun dari latar belakang genetisnya dapat diduga sebagai bagian
dari varietas yang telah dilepas sehingga varian tidak dianggap sebagai tipe
simpang.
13. Benih Penjenis (Breeder Seed) adalah benih yang diproduksi dibawah pengawasan
pemulia yang bersangkutan dengan prosedur baku yang memenuhi sertifikasi
sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetik varietas (true-to-type) terpelihara
dengan sempurna.
14. Benih Dasar adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis yang memenuhi
standar mutu kelas Benih Dasar.
15. Benih Pokok adalah keturunan pertama dari Benih Dasar atau Benih Penjenis yang
memenuhi standar mutu kelas Benih Pokok.
16. Benih Sebar adalah keturunan pertama dari Benih Pokok, Benih Dasar atau Benih
Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas Benih Sebar.
17. Benih Hibrida adalah keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan
antara 2 (dua) atau lebih tetua pembentuknya dan/atau galur induk/non hibrida
homozigot.
18. Materi Induk adalah tanaman dan/atau bagiannya yang digunakan sebagai bahan
perbanyakan benih.
19. Galur adalah kelompok tanaman yang sudah seragam (homozigot).
20. Varietas Padi Non Hibrida (Bukan Hibrida) adalah varietas padi yang produksi
benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri dan terjadi secara alami.
21. Galur Mandul Jantan atau CMS (Cytoplasmic Male Sterile) yang juga disebut
Galur A, adalah galur yang mempunyai tepungsari mandul sehingga tidak mampu
menyerbuk sendiri.
22. Galur Pelestari atau Maintainer yang juga disebut Galur B, adalah galur pasangan
galur A sebagai sumber tepungsari dalam produksi benih galur A.
23. Galur Pemulih Kesuburan atau Restorer yang juga disebut Galur R, adalah galur
yang mempunyai kemampuan memulihkan kesuburan (tepungsari) galur CMS,
sehingga digunakan sebagai sumber tepungsari dalam produksi benih padi hibrida.
24. Galur Tetua adalah galur yang digunakan untuk memproduksi benih padi hibrida,
terdiri dari galur A, galur B, dan galur R.
25. Pemeriksaan Lapangan Sistem Check Plot (Perbandingan Tanaman) adalah suatu
kegiatan untuk mengevaluasi keaslian dan kemurnian varietas dengan menanam
benih varietas tersebut dan membandingkannya dengan tanaman yang berasal dari
contoh benih otentik.
26. Standar Mutu adalah spesifikasi teknis benih bina yang baku mencakup mutu fisik,
genetik, fisiologis dan atau kesehatan benih
4
27. Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada benih atau benih yang sudah
dikemas yang memuat tempat asal benih, jenis, varietas, kelas benih, data mutu benih,
akhir masa edar benih dan atau berat/jumlah benih.
28. Voluntir adalah tanaman yang tumbuh pada areal penangkaran benih, yang berasal dari
tanaman musim sebelumnya.
29. Asesmen adalah penilaian kesesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan.
30. Survailen adalah suatu kegiatan untuk melakukan penilaian apakah sistem mutu yang
telah disetujui diterapkan secara berkesinambungan atau tidak.
31. Asesmen Ulang adalah kegiatan asesmen untuk perpanjangan Sertifikat Sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu.
C. PEYELENGGARAAN SERTIFIKASI
5
c. Apabila pemohon karena sesuatu hal akan mengalihkan atau tidak dapat melanjutkan
permohonan sertifikasinya, pihak lain dapat melanjutkan permohonan sertifikasi atas
namanya, sepanjang disepakati oleh kedua belah pihak dan dilaporkan kepada instansi
penyelenggara sertifikasi yang bersangkutan.
2. Permohonan sertifikasi
a. Permohonan sertifikasi diajukan oleh pemohon kepada instansi penyelenggara
sertifikasi benih bina setempat.
b. Permohonan hanya dapat diajukan oleh produsen benih yang memenuhi syarat.
1). Menguasai lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih.
2). Memiliki atau menguasai benih sumber.
3). Mampu memelihara dan mengatur lahan dan pertanamannya.
4). Mematuhi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh penyelenggara sertifikasi benih
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5). Mempunyai fasilitas sesuai dengan jenis tanaman yang diusahakan.
6). Bersedia membayar biaya pemeriksaan lapangan dan pengujian benih sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c. Permohonan diajukan kepada penyelenggara sertifikasi benih paling lambat 10 hari
sebelum tabur/tanam dan mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah
ditentukan.
d. Satu formulir permohonan sertifikasi hanya berlaku untuk satu unit sertifikasi, yaitu
terdiri satu varietas dan satu kelas benih dalam satu kesatuan lahan (blok).
e. Pada permohonan dilampiri :
1). Label benih sumber yang akan ditanam.
2). Sket peta lapangan.
4. Lahan sertifikasi
a. Suatu areal sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari beberapa petak
atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dan lain tidak lebih dari
10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas lain/tanaman yang lain.
c. Satu unit lahan sertifikasi hanya boleh ditanami dengan satu kelas benih dan satu
varietas.
d. Lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih bersertifikat harus diketahui
sejarah penggunaan sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan untuk masing-
masing varietas, kecuali bila voluntir dapat dibersihkan melalui perlakuan khusus.
e. Persyaratan sejarah penggunaan lahan, batas lahan atau batas waktu dan penggunaan
lahan suatu unit sertifikasi diatur dalam pedoman khusus sertifikasi untuk tiap-tiap
jenis tanaman.
6
5. Pemeriksaan dokumen
Pemeriksaan kebenaran dokumen dilakukan sebelum benih disebar/ditanam.
Maksud pemeriksaan dokumen adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa data yang
diberikan atau dicantumkan dalam permohonan sertifikasi benar-benar sesuai dengan keadaan
yang ada di lapangan.
6. Pemeriksaan pertanaman
a. Maksud pemeriksaan pertanaman adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih
yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar-benar terdiri dari varietas yang
dimaksud dan tidak tercampur sampai batas-batas toleransi, sehingga mutu benih yang
dihasilkan dapat terjamin, baik dalam hal kemurnian genetik maupun fisik.
b. Produsen benih harus menyampaikan permintaan pemeriksaan pertanaman selambat-
lambatnya satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan pertanaman kepada
penyelenggara sertifikasi, kecuali diatur tersendiri pada pedoman khusus.
c. Pemeriksaan pertanaman dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT).
d. Sebelum pemeriksaan pertanaman dilakukan, produsen benih harus mengadakan
pembersihan campuran varietas lain, tipe simpang, tanaman yang terserang hama dan
penyakit dan rerumputan.
e.Pemeriksaan pertanaman dilakukan pada phase-phase pertumbuhan tertentu dari tanaman
yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh kepastian bahwa
pertanaman tersebut bebas dari tanaman voluntir (tanaman yang berasal dari sisa
tanaman sebelumnya), tipe simpang, dan terhindar dari penyerbukan yang tidak
diinginkan. Hal ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan tingkat kemurnian genetik
dari benih yang akan dihasilkan. Untuk tanaman yang penyerbukannya bersilang,
pemeriksaan pertanaman dilakukan tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
f. Apabila pada phase-phase tertentu (sesuai dengan petunjuk pemeriksaan pertanaman untuk
tiap-tiap jenis tanaman), ternyata dalam pemeriksaan tidak memenuhi standar yang
berlaku, maka bila dianggap perlu produsen benih diperkenankan untuk memperbaiki
keadaan pertanamannya dan dapat meminta pemeriksaan pertanaman ulangan pada
setiap phase setelah perbaikan-perbaikan selesai dilakukan.
g. Apabila pada pemeriksaan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar yang berlaku,
maka sertifikasinya tidak bisa dilanjutkan.
h. Apabila pada pemeriksaan phase terakhir ternyata pertanaman tidak memenuhi standar
untuk kelas benih yang dimaksud, berdasarkan permintaan pemohon maka pertanaman
tersebut dapat dinyatakan lulus pemeriksaan pertanaman untuk kelas benih yang lebih
rendah, sepanjang masih memenuhi standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut.
i. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan disampaikan
kepada produsen paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pemeriksaan.
7. Pemeriksaan alat panen, alat pengolahan, tempat penyimpanan dan tempat pengolahan benih.
Peralatan panen dan pengolahan diperiksa sebagaimana yang ditetapkan untuk menjamin
bahwa benih yang dipanen, dan diolah tersebut tidak tercampur varietas lain.
a. Pemeriksaan peralatan panen, pengolahan dan tempat penyimpanan
1). Maksud pemeriksaan peralatan untuk tanam/panen, pengolahan serta tempat
penyimpanan/gudang benih adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih
yang akan dipanen/diolah/disimpan terhindar dari kemungkinan pencampuran
sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan masing-
masing jenis tanaman
7
2). Produsen benih harus mengajukan permintaan untuk pemeriksaan tersebut
selambat-lambatnya satu minggu sebelum panen/digunakan.
3). Fasilitas penyimpanan serta peralatan yang akan dipakai untuk tanam, panen,
pengolahan, pengeringan dan atau peralatan lainnya harus dibersihkan.
Pemeriksaan akan dilakukan oleh pengawas benih sebelum digunakan.
4). Ditempat pengolahan/penyimpanan tidak boleh terdapat benih lainnya selain benih
yang sedang disertifikasi (yang akan diolah), kecuali bila benih tersebut jalas
identitasnya serta disimpan terpisah dengan batas-batas yang jelas.
b. Pengawasan benih pada saat panen dan proses pengolahan
1). Maksud pengawasan terhadap benih yang sedang panen, diolah atau disimpan,
adalah untuk menjamin bahwa benih yang sedang panen, diolah atau disimpan
jumlahnya diketahui dan tidak tercampur dengan varietas lain.
2). Pegawasan dilakukan oleh pengawas benih pada saat-saat tertentu tanpa
pemberitahuan lebih dahulu.
3). Benih harus disimpan dalam tempat dengan kondisi yang sesuai serta sirkulasi
udara terjamin atau terkontrol.
4). Semua benih bersertifikat harus dimasukan/diletakan pada tempat yang bersih.
5). Identitas kelompok benih seperti jenis/varietas, nomor kelompok, asal lapangan/
blok, harus ada dan terpelihara setiap saat.
6). Penyusunan wadah/tempat benih.
7). Wadah/tempat benih diatur sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung
dengan tepat dan setiap wadah benih mempunyai kesempatan yang sama untuk
diambil contoh benihnya serta contohnya dapat diambil dengan mudah, sesuai
dengan peraturan yang beralaku.
c. Pemberian identitas pada wadah/kelompok benih
1). Penetapan suatu kelompok benih berdasarkan identitasnya (antara lain jenis,
varietas dan nomor induk lapangan). Kelompok benih ini dapat berasal dari
penggabungan dua atau beberapa unit sertifikasi yang berbeda dengan tanggal
panen tidak lebih dari 5 hari, yang harus diketahui dan dicatat asal usul dan
persyaratan lainnya
2). Setelah ”suatu bagian benih” diolah dan ditetapkan sebagai suatu kelompok benih,
maka bagian benih tersebut harus selalu ditandai dengan identitas tertentu. Instansi
penyelenggara sertifikasi berwenang untuk membatasi besar/beratnya suatu
kelompok benih.
3). Semua wadah/tempat dari setiap kelompok harus diatur/disusun tersendiri dan
tidak tercampur dengan benih lainnya.
4). Produsen benih harus mencantumkan nomor kelompok benih pada setiap
wadah/tempat dari suatu kelompok benih tersebut atau memberikan identitas yang
berisi nomor kelompok benih pada setiap wadah/tempatnya.
5). Kelompok benih yang identitasnya meragukan atau tidak terlindung dari
kemungkinan pencampuran, ditolak untuk sertifikasi.
9
d. Untuk benih bersertifikat yang tidak melalui proses pengujian laboratorium, sertifikat
benih bina juga dapat berasal dari penggabungan dari beberapa blok yang berbeda
tanggal penennya tidak lebih dari 5 hari
f. Pada label harus dicantumkan kata benih bersertifikat dalam bahasa Indonesia diikuti
dengan nama kelas yang bersangkutan dan warna labelnya :
10
1). Benih Penjenis : Kuning;
2). Benih Dasar : Putih;
3). Benih Pokok : Ungu;
4). Benih Sebar : Biru
g. Benih bina yang diberi perlakuan dengan pestisida, insektisida atau bahan kimia lainnya
pada kemasan diberi keterangan tambahan yang memuat :
1). Nama umum dari bahan-bahan yang digunakan.
2). Tanda peringatan yang jelas ”JANGAN DIMAKAN ATAU DIBERIKAN PADA
TERNAK”.
h. Pengawas Benih Tanaman malakukan pengawasan terhadap kebenaran label beserta
pemasangannya.
11
Sertifikasi benih bina dapat dibatalkan apabila dikemudian hari ternyata pelaksanaan
sertifikasi tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau dokumen pendukung
sertifikasi tidak benar.
1. Pemohon sertifikasi
a. Pemohon sertifikasi adalah orang/badan hukum atau instansi pemerintah yang
ingin memproduksi benih bina.
b. Perodusen benih yang akan memproduksi benih melalui Sistem Managemen Mutu
meminta informasi secara tertulis kepada Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu
(LSSM).
c. Berdasarkan informasi tersebut, pemohon mengajukan permohonan resmi kepada
LSSM dengan mengisi formulir permohonan yang dilengkapi dengan :
Pernyataan ruang lingkup Sertifikasi Sistem Manjemen Mutu yang
dimohon.
Persetujuan untuk memenuhi peryaratan Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu dan memberikan informasi yang diperlukan untuk evaluasi.
Dokumen Mutu.
2. Asesmen
Berdasarkan permohonan yang diajukan oleh produsen benih, Lembaga Sertifikasi
Sistem Mutu akan melakukan audit. Audit dilakukan apabila produsen benih telah
memenuhi peraturan yang ditentukan oleh lembaga sertifikasi. Pelaksanaan audit
mencakup 2 tahap yaitu :
a. Audit tahap I yaitu audit kecukupan terhadap dokumen mutu.
b. Audit tahap II
Audit tahap II dilakukan di lokasi pemohon dan dilaksanakan apabila dokumen
mutu produsen benih telah dinyatakan mencukupi.
12
3. Keputusan sertifikasi
Berdasarkan laporan hasil asesmen dan penilaian hasil asesmen oleh tim penilai hasil
asesmen, LSSM akan mengambil keputusan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu
sebagai berikut :
a. Apabila memenuhi persyaratan Sertifikasi Sistem Mutu, maka pemohon akan
diberi sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu.
b. Apabila belum memenuhi kriteria, maka lembaga sertifikasi akan menunda
pemberian sertifikat sampai pemohon melaksanakan tindakan perbaikan.
c. Apabila tidak memenuhi kriteria Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, maka
lembaga sertifikasi tidak dapat memberikan Sertifikat Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu.
d. Sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal
dikeluarkan.
5. Survailen
Selama masa laku sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, Lembaga Sertifikasi
akan melakukan audit suravailen guna melakukan penilaian terhadap keefektifan
pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu.
7. Pelabelan ulang
Kelompok benih yang masa berlaku labelnya habis harus dilabel ulang.
Proses pelabelan ulang terhadap kelompok benih yang telah diedarkan menjadi
kewenangan instansi pemerintah penyelenggara pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
13
b. Paling lambat 4 (empat) bulan sebelum masa laku sertifikat berakhir, produsen
benih harus memberitahukan dan mengajukan permohonan perpanjangan sertifikat
kepada lembaga sertifikasi.
c. Berdasarkan permohonan tersebut lembaga sertifikasi akan melakukan audit
sertifikasi ulang.
1. Pemohon sertifikasi
a. Pemohon sertifikasi adalah orang/badan hukum atau instansi pemerintah yang
ingin memproduksi benih.
b. Produsen benih yang akan memproduksi benih meminta informasi secara tertulis
kepada Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro).
c. Berdasarkan informasi tersebut, pemohon mengajukan permohonan resmi kepada
LS Pro dengan mengisi formulir pemohon yang dilengkapi dengan :
Peryataan ruang lingkup sertifikasi yang dimohon
Persetujuan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi produk dan memberikan
informasi yang diperlukan untuk evaluasi.
Dokumen mutu
d. Produsen benih yang mengajukan permohonan harus sudah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu dan telah memiliki Sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu dari LSSM yang telah terakreditasi.
3. Pengujian laboratorium
a. Contoh benih harus diuji di laboratorium yang telah
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
b. Untuk dapat mencantumkan tanda SNI pada kemasan
produk benih, hasil uji laboratorium harus memenuhi standar SNI yang telah
ditetapkan.
4. Keputusan sertifikasi
Berdasarkan laporan hasil uji, Lembaga Sertifikasi akan mengeluarkan Keputusan
Sertifikasi.
a. Apabila memenuhi persyaratan, maka pemohon akan
diberi Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI (SPPT SNI);
b. Apabila belum memenuhi kriteria, maka Lembaga
Sertifikasi akan menunda pemberian sertifikat sampai pemohon melaksanakan
tindakan perbaikan.
14
c. Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal
dikeluarkan.
6. Survailen
Selama masa laku sertifikat Sertifikasi Produk, Lembaga Sertifikasi Produk akan
melakukan audit survailen guna melakukan penilaian terhadap keefektifan pelaksanaan
sertifikasi Produk.
8. Pelabelan ulang
Kelompok benih yang masa berlaku labelnya habis harus dilabel ulang.
Proses pelabelan ulang terhadap kelompok benih yang telah diedarkan menjadi
kewenangan instansi pemerintah penyelenggara sertifikasi.
G. LAIN-LAIN
Jenis/varietas yang dapat diperbanyak melalui sistem perbanyakan ganda (Poly generation
flow) akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan.
H. PENUTUP
15
Dengan berlakunya peraturan ini, maka Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertanian
Tanaman Pangan nomor SK : I.HK.050.84.70 dan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman
Pangan dan Hortikultura nomor I.HK.050.98.57 dinyatakan tidak berlaku lagi.
II. PERSYARATAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI BENIH MENURUT JENIS TANAMAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Persyaratan dan tata cara sertifikasi menurut jenis tanaman merupakan tindak
lanjut terhadap ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi benih yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006.
16
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
3). Persemaian dilakukan pada areal yang bebas voluntir dan pemohon
bisa mengendalikan pertumbuhan voluntir di persemaian.
b. Isolasi
1). Pertanaman padi non hibrida yang akan disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang
berbeda dan letaknya berdampingan maka tanggal tanam diatur sedemikian rupa
sehingga saat pembungaan berbeda ± 30 hari.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi benih paling
lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan :
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
17
Benih yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa
dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah dan diberi identitas kelompok benih guna
sertifikasi.
2). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
j. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton.
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya serta memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh.
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 700 gram.
k. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15
bulan dari panen. Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
l. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang di
bagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label di luar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
label dapat diganti atau ditutup dengan label LU dan tidak merubah kemasan. Pengawasan
pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses
pemasangan label berlangsung.
m. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan
18
Kelas Isolasi jarak Varietas lain dan tipe Isolasi waktu (+) Catatan
benih (m) simpang (max) % hari
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
)a Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
)b Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
19
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama :
Dilakukan pada phase vegetatif yakni :
(a) Untuk pertanaman sistem persemaian, pemeriksaan dilakukan
pada waktu pertanaman berumur ± 30 hari setelah tanam.
(b) Untuk pertanaman sistem tebar langsung pemeriksaan dilakukan ± 50 hari
setelah tebar.
(c) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan
:
Phase vegetatif belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan lapangan
pertama.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua.
Dilakukan pada phase berbunga yakni pada waktu :
(a) Malai sudah tersembul dari daun bendera, sekam mahkota sudah terbuka dan
benang sari tampak memutih.
(b) Pertanaman berbunga lebih dari 5 % atau pada saat malai tersembul lebih
dari 80 % (± 30 hari sebelum panen).
(c) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan:
Belum menginjak pada phase masak.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan Penangkar
Benih .
Paling lambat dilakukan ± 25 hari sebelum panen.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(4) Pemeriksaan lapangan ketiga :
Dilakukan pada phase masak yakni pada waktu :
(a) Tanaman sudah mulai menguning.
(b) Isi gabah sudah keras, tetapi mudah dipecah dengan kuku.
(c) Paling lambat satu minggu sebelum panen.
(d) Tidak dilakukan pemeriksaan ulangan.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi. Data
tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
20
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas benih
yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih
intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Apabila diperlukan Pengawas
Benih Tanaman akan mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya
dilaksanakan atau tidak.
c). Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan Pemeriksaan
Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan
yang berlaku yakni :
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum
5 contoh pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh
pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan ke atas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 2 meter :
Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi dengan
jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat diisolasikan dengan jenis tanaman lain
selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi selebar 2 meter dari batas kedua areal
tersebut pada waktu panen dipisahkan dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
21
Isolasi waktu 30 hari. Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang berbeda dan
bloknya berdampingan , diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya
berbeda minimum 30 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah,
sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
Apabila pertanaman yang rebah terdapat secara mengelompok, maka dapat
dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.
22
Phase masak : bentuk/tipe malai, leher malai, bentuk gabah, warna gabah, warna
ujung gabah, bulu pada ujung gabah dan sudut daun bendera.
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil pemeriksaan
seluruh areal contoh pemeriksaan :
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Untuk pertanaman dengan sistem tebar langsung :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
--------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 2000
23
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Asal benih sumber/No. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
24
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…
Pemohon
( ……………………… )
No. : .……….
MT. : ……….
Rencana penanaman :
Varietas : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Tanggal tebar : ……………………. Tanggal tanam : .............................................
Kelas benih : …………………….
Isolasi/tanaman sekitar :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
25
Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
26
Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.
………………….., …………………..
……....………….. …………....…………….
27
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
………………….., …………………..
28
.…..….………………….
30
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, lantai jemur, silo dan lain-lain
perlengkapan yang akan digunakan dalam memproduksi benih harus bersih dan bebas dari
kemungkinan campuran dengan varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa
dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
Sebelum panen CMS, Restorer harus dipanen terlebih dahulu, pengawasan panen dan
pengolahan benih untuk menjamin bahwa benih yang dipanen dan diolah tidak tercampur
dengan Restorer atau tercampur varietas lain.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim kelaboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton.
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat, mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 700 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal Cold
31
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
label dapat diganti atau ditutup dengan label LU (lulus uji) dan tidak merubah kemasan.
Pengawasan pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama
proses pemasangan label berlangsung.
No Uraian BS BD BR
1. Isolasi jarak (m) 500 100 50
2. Isolasi waktu (hari) 30 30 30
3. Isolasi tanaman lain/barier (min) tinggi (m) 2 2 2
4. CVL/tipe simpang (max) % - - -
- CVL Maintainer (max) 0,0 0,0 0,0
- CVL Restorer (max) % 0,0 0,0 0,0
- CVL CMS (max) % 0,0 0,0 0,2
5. Gulma berbahaya (%) 0,0 0,0 0,0
No Uraian BS BD BR
1. Kadar air (max) % 13,0 13,0 13,0
2. Benih murni (min) % 99,0 99,0 98,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 1,0 2,0
4. Tanaman lain/benih gulma (max) % 0,0 0,0 0,0
5. CVL/tipe simpang (max) % 0,0 0,0 0,5
6. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 80 80 80
32
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan adalah :
1). Menilai kemurnian genetik
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri dari varietas lain dan tipe
simpang
3). Menilai kesehatan benih dan hama penyakit yang dapat ditularkan melalui benih
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih bersertifikat
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot
Dilaksanakan pada pertanaman CMS untuk menilai campuran varietas lain dan
tingkat kemurnian CMS
Dilakukan pada setiap kelompok benih materi induk CMS dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman tanpa
pertanaman Restorer
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
c) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan dengan
perhitungan sterilitas CMS sebagai berikut.
33
Phase vegetatif belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh pengawas benih dan penangkar/
produsen benih.
Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan lapangan
pertama.
Hanya diberikan mengulang 1 (satu) kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua/phase berbunga
(a) Dilakukan sebanyak 3 kali, yakni pada waktu :
Awal berbunga sebelum bunga mekar, sebelum sekam mahkota mulai
terbuka dan benang sari tampak memutih
Pertengahan berbunga
Akhir berbunga
(b) Pemeriksaan lapangan berbunga dilakukan 3 kali dengan selang waktu
3 – 4 hari dan tidak ada pemeriksaan ulangan pada pemeriksaan phase
berbunga
35
(b) Perbanyakan benih CMS (antara CMS/Maintainer) cara sama dengan perbanyakan
benih F1.
(c) Perbanyakan Restorer = 400 rumpun per contoh pemeriksaan (sama dengan sertifikasi
padi non hibrida )
(d) Perbanyakan Maintainer (B) = 400 rumpun per contoh pemeriksaan (sama dengan
sertifikasi padi non hibrida ).
(4) Penentuan populasi dan penyebaran contoh pemeriksaan di lapangan
(a) Mangambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil perhitungan pada rumus
tersebut di atas.
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan rumus di atas, dan diberi tanda
yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan
(5) Pemeriksaan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti semua individu tanaman yang terdapat pada contoh
pemeriksaan.
(b) Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang
(7) Cara menghitung persentase campuran varietas lain (CVL) dan tipe simpang
Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
36
(1) Hasil pemeriksaan lapangan dimasukan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh instansi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk
setiap pemeriksaan lapangan.
(2) Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
37
5. Asal benih CMS : Asal benih Restorer :
Asal benih sumber/No. : ………………. Asal benih sumber/No. : ………………………
Kelas benih : ………………. Kelas benih : ………………………
Jumlah benih : ………………. Jumlah benih : ………………… kg
Catatan :
….
…………………….…
Pemohon
( ……………………… )
No. : .……….
MT. : ……….
Rencana penanaman :
Varietas : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Tanggal tanam : …………………….
Kelas benih : …………………….
Isolasi tanaman :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
38
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah :
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ………………… Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………...
39
Campuran varietas lain/tipe simpang
Contoh pemeriksaan ke Keterangan Contoh pemeriksaan ke Keterangan
CMS Maintainer/Restorer
1= 7 = 1= 7=
2= 8 = 2= 8=
3= 9 = 3= 9=
4= 10 = 4= 10 =
5= 11 = 5= 11 =
6= 12 = 6= 12 =
Rata-rata = % Rata-rata = %
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
40
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
41
Kotoran benih : …………….…….. % Biji gulma : ……………………. %
………………….., …………………..
.…..….………………….
42
digunakan bekas tanaman jagung, maka areal tersebut harus bekas varietas yang
sama atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas
yang ditanam dengan ketentuan :
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman jagung yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak minimal 200 meter.
2). Isolasi jarak tersebut dapat dipendekkan jika penangkaran benih bertambah
luas, dengan cara membuang tanaman pinggir areal penangkaran.
3). Luas penangkaran, jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang
dibuang dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan.
4). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda ±
1 bulan. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Permohonan pemeriksaan lapangan harus disampaikan kepada institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum pemeriksaan lapangan.
43
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan.
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan.
Benih jagung yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah
pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian.
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh/daya berkecambah.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 40 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 8 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 14
44
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan
BS 0,0 200 30
BD 2,0 200 30
BP 2,0 200 30
BR 3,0 200 30
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih bersertifikat.
45
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem chek plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem chek plot dilaksanakan dengan cara :
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 250 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut :
46
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi benih.
Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(d) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas benih
yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau;
(b) Tidak memenuhi syarat;
(c) Memenuhi syarat dan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih intensif”
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan pemeriksaan
Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan
yang berlaku yakni :
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum 5 contoh
pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh
pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 200 meter :
Antara dua areal sertifikasi benih yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
Isolasi jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkar benih bertambah luas,
dengan cara membuang tanaman pinggir areal penangkaran. Luas penangkaran jarak
isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang dibuang dapat dilihat pada tabel 1
berikut.
47
Tabel 1. Jumlah tanaman pinggir yang dibuang.
Luas penangkaran (Ha) Baris
4 – 5,9 6–7,9 8–9,9 10-11,9 12–13,9 14– 15,9 16
tanaman
yang
Jarak dari tanaman jagung yang lain yang paling sedikit (meter) dibuang
200 195 190 185 180 175 170 165 1
187,5 182,5 177,5 172,5 167,5 162,5 157,5 152,5 2
175 170 165 160 155 150 145 140 3
162,5 157,5 152,5 147,5 142,5 137,5 132,5 127,5 4
150 145 140 135 130 125 120 115 5
137,5 132,5 127,5 122,5 117,5 112,5 107,5 102,5 6
125 120 115 110 105 100 95 90 7
112,5 107,5 102,5 97,5 92,5 87,5 82,5 77,5 8
100 95 90 85 80 75 70 65 9
87,5 82,5 77,5 72,5 67,5 62,5 57,5 52,5 10
75 70 65 60 55 50 45 40 11
62,5 57,5 52,5 47,5 42,5 37,5 32,5 27,5 12
50 45 40 35 30 25 20 15 13
Cara memakai tabel :
Luas penangkaran 5 ha (kolom kedua) jarak dari tanaman jagung varietas lain 120 meter
(kolom kedua baris ke 7) banyaknya tanaman pinggir yang berbatasan dengan varietas lain
yang dibuang 7 baris.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya
berdampingan, diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 30 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
Bila 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
Apabila pertanaman yang rebah terdapat secara mengelompok, maka dapat
dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.
(3) Cara pemeriksaan lapangan
Populasi tanaman yang diperiksa :
Populasi tanaman dalam suatu contoh pemeriksaan adalah 100 tanaman.
(4) Penentuan penyebaran contoh dilapangan :
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil perhitungan pada
angka c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Populasi untuk masing-masing contoh pemeriksaan adalah sesuai dengan c)(3).
(5) Cara pemeriksaan lapangan satu contoh pemeriksaan :
(a) Menentukan satu baris secara acak dan memeriksa 10 tanaman.
(b) Kemudian memeriksa 10 tanaman lagi pada baris kelima dari baris tersebut diatas.
48
(c) Pemeriksaan tersebut diatas terus sampai mencapai 100 tanaman, berarti tanaman
yang diperiksa mencakup 10 baris yang berbeda-beda (lihat diagram).
(6) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh.
Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan
melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun dan warna batang.
Phase berbunga : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang,
bentuk/tipe dan warna bunga jantan serta bentuk tongkol.
(7) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
49
d) Hasil pemeriksaan lapangan
(1) Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh Instansi yang menangani menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih
untuk setiap pemeriksaan lapangan.
(2) Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.
50
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
51
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Asal benih sumber/No. : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
52
Benih yang digunakan :
Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. Kelompok benih : ………………………………………………………………………………………
Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
53
3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....
Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
54
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
55
Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. Ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………
………………….., …………………..
.…..….………………….
56
e. ”Hibrida varietal cross” adalah merupakan keturunan pertama dari hasil
persilangan antara dua varietas bersari bebas.
57
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1). Waktu tanam atau tugal untuk tanaman induk jantan dan induk betina diatur
sedemikian rupa sehingga waktu berbunganya bersamaan.
2). Pada masa pertanaman berumur ± 20 hari harus dibersihkan dari rerumputan
dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang serta
tanaman lain yang mungkin tumbuh dari pertanaman sebelumnya atau
tumbuh diluar tugalan dan tanaman yang terserang hama/penyakit..
3). Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama ternyata pertanaman tidak
memenuhi standar kemurnian lapangan, maka seleksi (roguing) harus pula
dilakukan setelah pemeriksaan tersebut selesai. Kesempatan mengulang
hanya diberikan satu kali dan apabila pada pemeriksaan ulang tidak
memenuhi standar, maka sertifikasinya tidak dapat dilanjutkan.
4). Pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan dengan
memilih/ mempertahankan tanaman yang sehat sehingga diperoleh populasi
yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
5). Apabila pertanaman induk betina mulai berbunga (bunga jantan mulai
tersembul), maka harus diadakan pencabutan terhadap bunga jantan tersebut.
Disamping itu dilakukan pula seleksi terhadap varietas lain dan tipe simpang.
6). Hal-hal yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah bentuk dan
lebar daun, warna helai daun, warna batang, bentuk tongkol dan pencabutan
bunga jantan pada tanaman induk betina.
7). Setelah klobot dilepas diadakan penyeleksian tongkol dimana tongkol yang
tidak diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan
yang akan dipergunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari
kemungkinan campuran varietas lain.
58
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu
sebelum penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh/daya berkecambah.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim kelaboratorium harus disegel
59
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan
60
4. Kotoran benih (max) 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0 %
5. Campuran varietas lain/type 0,3 % 0,1 % 0,1 % 0,1 %
simpang
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat
ditularkan melalui benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan
produksi benih bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan.
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu dan cara pemeriksaan lapangan sistem sampling.
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 4 kali yaitu :
b) Pemeriksaan lapangan waktu tanam/tugal :
(1) Dilakukan pada waktu tanam/tugal.
(2) Tidak dilakukan pemeriksaan ulangan.
c) Pemeriksaan lapangan waktu berbunga :
(1) Pemeriksaan lapangan dilakukan tanpa memberitahukan terlebih
dahulu kepada pihak penangkar benih.
(2) Dilaksanakan sejak bunga jantan dari tanaman induk betina mulai
tersembul sampai selesai pencabutan seluruh bunga jantan pada induk
betina.
d) Selama priode tersebut, pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 kali.
2). Pelaksanaan pemeriksaan lapangan waktu tanam/tugal
a) Pemeriksaan persyaratan :
(1) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(2) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-
lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(3) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan
yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini
sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal tersebut.
(4) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan
kelas benih yang akan dihasilkan.
b) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(1) Memenuhi syarat, atau
(2) Tidak memenuhi syarat.
(3) Memenuhi syarat dan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih intensif”
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
61
3) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan waktu berbunga
a) Persiapan :
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya (untuk pemeriksaan lapangan
phase berbunga);
(b) Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(c) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(d) Persiapan pemeriksaan
Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan
yang berlaku yakni:
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum 5
contoh pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha,
jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = ------
2
X = jumlah contoh yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa ( ha ).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan
contoh pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(e) Menentukan letak areal contoh secara acak pada sket/peta areal pertanaman
yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (d) tersebut diatas.
b) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(1) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 200 meter :
(a) Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
(b) Isolasi jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkar benih bertambah
luas, dengan cara menanam tanaman induk jantan. Jumlah baris induk jantan
yang harus ditanam pinggir areal dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 : Jumlah baris tanaman induk jantan yang diperlukan untuk tanaman
pinggir pada penangkaran benih jagung hibrida.
62
175 170 165 160 155 150 145 140 3
162,5 157,5 152,5 147,5 142,5 137,5 132,5 127,5 4
150 145 140 135 130 125 120 115 5
137,5 132,5 127,5 122,5 117,5 112,5 107,5 102,5 6
125 120 115 110 105 100 95 90 7
112,5 107,5 102,5 97,5 92,5 87,5 82,5 77,5 8
100 95 90 85 80 75 70 65 9
87,5 82,5 77,5 72,5 67,5 62,5 57,5 52,5 10
75 70 65 60 55 50 45 40 11
62,5 57,5 52,5 47,5 42,5 37,5 32,5 27,5 12
50 45 40 35 30 25 20 15 13
63
f) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(1) Memeriksa dengan teliti
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh
pemeriksaan.
Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
Menghitung semua bunga jantan (yang tepung sarinya telah terbuka)
yang tinggal pada tanaman induk betina.
64
Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(2) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun dan warna
batang.
Phase berbunga : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna
batang, bentuk/tipe bunga jantan, bentuk tongkol dan bunga jantan
(yang tepung sarinya telah terbuka) yang tertinggal pada tanaman
induk betina.
g) Cara pemeriksaan lapangan untuk penanaman materi induk
(1) Hibrida meteri induk
Pemeriksaan lapangan sama dengan pada pertanaman jagung hibrida
komersil.
Ditambah dengan perhitungan varietas lain dan tipe simpang pada
tanaman induk jantan.
(2) Galur untuk materi induk
Persentase campuran varietas lain dan tipe simpang hanya dihitung
pada tanaman induk jantan.
Tidak dilakukan pemeriksaan terhadap bunga jantan yang tertinggal
pada tanaman induk betina.
h) Varietas bersari bebas materi induk
Cara pemeriksaan lapangannya sama dengan pada jagung varietas bersari bebas
komersial.
Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(1) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(2) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
--------------------------------------------------------------------- x ---- x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 100
(3) Untuk menghitung persentase bunga jantan pada tanaman induk betina
yang tertinggal dapat dipergunakan dengan cara yang sama.
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
65
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Asal benih
Benih induk jantan berasal dari : .................................... Jumlah : ......................... ( kg )
Benih induk bentina berasal dari : ..................................... Jumlah : ........................ ( kg )
(Lampirkan keterangan tentang benih untuk pertanaman induk jantan dan betina)
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
66
LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN JAGUNG HIBRIDA
WAKTU TUGAL
2. Letak areal :
Blok : ……………………………………………………………………………
Kampung : ………………… Kecamatan : …………………..…………
Desa : ………………… Kabupaten : ………………………..……
5. Isolasi :
Utara : ………………… Selatan : …………………………....
Timur : ………………… Barat : …………………………….
Catatan : ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
67
1. Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………………
2. Letak tanah
Blok : …………………….
Kampung : ……………………. Kecamatan : ..………………….……
Desa : ……………………. Kabupaten : …………………………
3. Luas per tanaman : ……………… (ha)
Tanggal tanaman induk jantan : …………………… Tanggal tanaman
induk betina : …………………………
Hibrida yang akan akan dihasilkan : …………………………………..………..............................................
4. Populasi tanaman per ha
Induk jantan : ………………………………… tanaman
Induk betina : .................................................... tanaman
Perbandingan induk jantan dan induk betina : .............................................................. baris
5. Hasil pemeriksaan
Isolasi : Utara : ………………… Timur : ………………….……….
: Selatan : ………………… Barat : …………………………..
Campuran varietas lain/tipe simpang Bunga jantan yang tertinggal pada induk Keterangan
betina
Contoh pemeriksaan ke :
1 = 1 =
2 = 2 =
3 = 3 =
4 = 4 =
5 = 5 =
6 = 6 =
7 = 7 =
8 = 8 =
9 = 9 =
10 = 10 =
11 = 11 =
12 = 12 =
Rata-rata = ................................... %
………………….., …………………..
Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,
……....………….. ……..……..…………….
68
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
69
LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH JAGUNG HIBRIDA UNTUK SERTIFIKASI BENIH
………………….., …………………..
.…..….………………….
70
1. Benih yang ditanam
Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok atau Benih Sebar.
71
1). Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 12 hari, pertanaman harus dibersihkan
dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2). Pada waktu pertanaman mulai berbunga, harus dilakukan seleksi (roguing) sebelum
pemeriksaan lapangan kedua.
3). Pada waktu pertanaman mulai phase masak, harus dilakukan roguing sebelum
pemeriksaan lapangan ke tiga.
4). Pemeriksaan lapangan pertama atau kedua, diberi kesempatan mengulang satu kali,
apabila ternyata pada pemeriksaan ulangan tersebut pertanaman tidak memenuhi standar
kemurniaan lapangan, proses sertifikasi benih tidak dapat dilanjutkan.
Pada pemeriksaan lapangan phase masak tidak ada pemeriksaan ulangan.
5). Hal – hal yang harus diperhatikan pada waktu roguing adalah keseragaman dari warna
hypokotil, warna bunga, tipe pertumbuhan dan bulu pada batang.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kedelai yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah
pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
72
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 25 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan
contoh yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 3 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 4 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 7
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan
Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)
BS 2 0,0 10
BD 2 0,1 10
BP 2 0,2 10
BR 2 0,5 10
No Uraian BS BD BP BR
73
1. Kadar air (max) % 11,0 11,0 11,0 11,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 80 80 80 80
5. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,1 0,2 0,5
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai
sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 12 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
- Phase vegetatif belum berakhir.
74
- Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
- Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan lapangan
pertama.
- Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga yakni pada waktu bunga mulai keluar.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase berbunga belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan lapangan kedua.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(4) Pemeriksaan lapangan ketiga
(a) Dilakukan pada phase masak , dilakukan 10 hari sebelum panen
(b) Pemeriksaan ketiga tidak ada ulangan :
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain),
yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi
benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah
dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat
diketahui keadaan isolasi areal tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dangan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih
intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan
atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga.
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan
Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang
berlaku yakni:
75
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum
5 contoh pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah
contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimum, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 2 meter :
Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi
dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat diisolasikan dengan jenis
tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi selebar 2 meter dari batas
kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan dan tidak dimasukkan
sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya
berdampingan, diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 10 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
Bilamana 1/3 luas areal yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
Apabila pertanaman yang rebah mengelompok, maka dapat dilakukan
pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pendahuluan adalah untuk mengetahui populasi tanaman
persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk menentukan luas satu areal
contoh yang akan diperiksa. Pada dasarnya yang populasinya tidak dapat dihitung secara
langsung (misalnya sebar langsung), perlu dilakukan pengambilan contoh pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam satu
areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh
pada angka (3)(a) dan (3)(b) diatas, misalkan angka tersebut X.
76
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh yang akan diperiksa
dengan rumus:
1.000
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi tanda-tanda
yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
Phase vegetatif : warna hypokotil.
Phase berbunga : warna bunga, warna batang dan warna bulu pada
batang.
Phase masak : Warna bulu polong, warna bulu batang, ketebalan
polong, tipe pertumbuhan
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
77
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
78
LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN
BENIH KEDELAI
Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
79
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
80
81
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
………………….., …………………..
.…..….………………….
82
G. SERTIFIKASI BENIH KACANG TANAH
83
Pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1). Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 15 hari, pertanaman harus dibersihkan
dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2). Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30 hari.
3). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan kedua/akhir, yaitu
pada umur 20 hari menjelang panen.
4). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan pertama atau
kedua, apabila ternyata pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut pertanaman tidak
memenuhi standar kemurniaan lapangan.
Apabila pada pemeriksaan lapangan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar
lapangan, maka sertifikasinya tidak dapat dilanjutkan.
5). Hal–hal yang harus diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah : warna hypokotil,
pertumbuhan (“runner”/merambat).
f. Pemeriksaan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kacang tanah yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang
telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani
masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
84
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)
BS 2 0,0 10
BD 2 0,2 10
BP 2 0,5 10
BR 2 1,0 10
85
1. Kadar air (max) % 11,0 11,0 11,0 11,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 80 80 80 80
5. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,1 0,2 0,5
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai
sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 20 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase vegetatif belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
86
(3) Pemeriksaan lapangan kedua.
(a) Dilakukan pada umur 10 hari menjelang panen (phase masak).
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih .
Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan
Kebenaran nama dan alamat pemohon.
Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada waktu
pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi benih. Data
tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
Memenuhi syarat, atau
Tidak memenuhi syarat.
Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih intensif”
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan :
Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan pemeriksaan
Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang
berlaku yakni:
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum 5
contoh pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh
pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = -------
2
87
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan
keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 2 meter :
Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan
isolasi jarak.
Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi
dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat diisolasikan dengan jenis tanaman
lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi selebar 2 meter dari batas kedua areal
tersebut pada waktu panen dipisahkan dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya berdampingan,
diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda minimal 10 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
Bilamana 1/3 luas areal yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
Apabila pertanaman yang rebah mengelompok, maka dapat dilakukan
pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui populasi
tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk menentukan luas satu
areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya yang populasinya tidak dapat
dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu dilakukan pengambilan contoh
pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam
areal contoh pemeriksaan pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemerksaan
pendahuluan secara acak dalam satu areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-
angka yang diperoleh pada angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh
pemeriksaan yang akan diperiksa dengan rumus :
1.000
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c(1)(d), dan diberi tanda-tanda
yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
88
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh
pemeriksaan.
Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
Phase vegetatif : warna hypokotil.
Phase masak : tipe pertumbuhan.
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
-------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000
89
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
90
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
91
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
92
6 = 12 =
Rata-rata = %
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
93
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KACANG TANAH UNTUK SERTIFIKASI BENIH
94
………………….., …………………..
.…..….………………….
95
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman kacang hijau yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimum 10 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Permohonan pemeriksaan lapangan
Permohonan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.
96
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh/daya berkecambah.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
97
1). Standar lapangan
Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)
BS 2 0,1 10
BD 2 0,2 10
BP 2 0,5 10
BR 2 1,0 10
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
98
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 20 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase vegetatif belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih.
Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase masak yakni pada waktu :
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih .
Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan
lain-lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang
tumbuh pada waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat
dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis tanaman
pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta
lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada
pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan
ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang
menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan
dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
99
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dangan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah
yang lebih intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir.
Pengawas Benih Tanaman perlu mengadakan pemeriksaan
kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan
diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan pemeriksaan.
Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan
menurut ketentuan yang berlaku yakni:
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha,
diperlukan minimum 5 contoh pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai
dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Antara dua areal sertifikasi benih yang sama varietasnya,
tidak diperlukan isolasi jarak.
Antara suatu areal sertifikasi benih dengan yang bukan
sertifikasi diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat
diisolasikan dengan jenis tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi
selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan
dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya
berdampingan, diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 15 hari.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas satu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya
100
yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu
dilakukan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam satu
areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh pada
angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh pemeriksaan yang akan
diperiksa dengan rumus :
1.000
-------
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c(1)(d), dan
diberi tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
- Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh.
- Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
- Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
- Phase vegetatif : warna hypokotil.
- Phase masak : tipe pertumbuhan, warna batang dan warna bulu
pada batang, warna kulit polong waktu masak
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
101
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
102
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
103
Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah :
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
104
Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
105
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KACANG HIJAU UNTUK SERTIFIKASI BENIH
………………….., …………………..
106
.…..….………………….
107
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Institusi yang menangani
Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya 1 minggu sebelum
tanam dengan melampirkan bukti kelas sumber benih dan peta lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
Areal harus bersih dari rerumputan dan dilaksanakan seleksi (roguing) terhadap
varietas lain, tipe simpang dan tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum
pemeriksaan lapangan dilakukan.
f. Panen
Umbi dipanen pada umur : 3,5 – 4,0 bulan untuk dataran rendah. Sedangkan untuk dataran
tinggi panen pada umur 6 – 8 bulan. Sedangkan untuk stek dipanen/diambil apabila kondisi
pertanaman sudah memungkinkan dan dilakukan secara berkala.
g. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Peralatan dan/atau cara panen, dan pengolahan diperiksa sebagaimana yang ditetapkan untuk
menjamin bahwa benih yang dipanen dan diolah tersebut tidak tercampur varietas lain.
h. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan tempat gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi
benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Kelembaban cukup.
b) Ventilasi baik.
c) Ruangan gelap
d) Lantai gudang sebaiknya dari tanah.
i. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium pada pemeriksaan umbi di gudang.
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih atas permintaan produsen
benih.
j. Uji penyakit untuk benih dalam bentuk stek
1) Contoh benih yang diambil oleh Pengawas Benih Tanaman
2) Contoh benih diambil secara sampling sebanyak 5 stek.
3) Contoh benih dikirim ke laboratorium untuk uji laboratorium.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih untuk bentuk umbi tidak boleh lebih dari 20 ton.
108
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam suatu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan
memudahkan pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh benih
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 100 umbi.
l. Masa berlaku label
Masa berlaku label diberikan paling lama 2 bulan setelah panen untuk benih dalam bentuk
umbi dan 10 hari untuk benih dalam bentuk stek. Selama masa berlakunya label untuk benih
dalam bentuk umbi harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan. Masa laku label ulang
untuk benih dalam bentuk umbi paling lama 1 bulan dan bisa diperpanjang lagi selama masih
memenuhi standar mutu untuk kelas benih yang bersangkutan.
m. Pengemasan
Pengemasan umbi dan stek dengan bahan kotak kayu/karton yang dilobangi pada keempat
sisinya; keranjang jaring yang mempunyai ventilasi dan disegel dengan dilampiri label
sesuai dengan kelasnya. Pengawasan pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu
atau terus menerus selama proses pemasangan label berlangsung.
n. Pengepakan salur/stek
1). Panjang stek 30 cm (1 stek)
2). Kondisi kemasan rapat dan lembab.
o. Standar mutu benih bersertifikat (standar lapangan)
Kelas benih BS BD BP BR
Isolasi jarak (min) meter 2 2 2 2
Varietas lain/tipe simpang (%) 0,0 0,0 0,2 0,5
Hama (boleng) % 0,5 1,0 3,0 5,0
Penyakit kudis untuk stek (%) 0,0 1,0 3,0 5,0
Masa berlaku label :
- Untuk umbi (bulan) 2 2 2 2
- Untuk stek (hari) 10 10 10 10
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri dari varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dan hama penyakit yang dapat ditularkan melalui benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
109
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 100 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
110
untuk mengetahui jenis tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada
areal tanah tersebut.
(e) Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal sertifikasi
benih. Data tersebut dicocokan dengan sket/peta lapangan yang telah
dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui
keadaan isolasi areal tersebut.
(f) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan
kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat, atau
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya pengerjaan tanah yang lebih
intensif karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau
tidak.
Rumus : X = (Y + 4)
111
(4) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang.
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara sebagai berikut :
112
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama Pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
113
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ………………… kg/stek
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
Pemohon
( ……………………… )
No. : .……….
MT. : ……….
114
Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : .................................
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)/generatif umbi)
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah :
Kampung : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Desa : ...………………… Kabupaten : ……………..….....
115
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
116
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH UBI JALAR UNTUK SERTIFIKASI BENIH
117
Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan
Nomor : ……………………………………………………………..
………………….., …………………..
.…..….………………….
118
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi maximal 5 hari.
119
i. Pengepakan dan pengiriman
1). Dalam pengiriman benih ubi kayu bisa dipak pakai kotak kayu, atau diikat dengan
jumlah kemasan atas permintaan konsumen.
2). Untuk stek bisa 25 cm (1 stek)/1 m tergantung dari permintaan konsumen.
j. Sortasi
Sortasi dan penyimpanan/pengepakan :
1). Setelah panen, pilih batang yang panjang dengan ukuran batang yang layak.
2). Bila akan segera ditanam, batang langsung dipotong 25 cm. Diikat, diberi label
sesuai dengan kelas benihnya dan dibawa/dikirim ke lokasi untuk ditanam.
3). Bila terpaksa harus disimpan, tempatkan batang pada tempat teduh dan lembab
dalam ikatan dengan posisi berdiri (jangan dipotong dulu). Dengan cara
penyimpanan demikian daya hidup batang ubi kayu dapat bertahan sekitar 2 – 3
bulan.
k. Masa berlaku label
Masa berlaku label diberikan paling lama 2 minggu setelah panen. Dengan perlakuan
khusus masa berlaku label paling lama 2 bulan. Pengawasan pemasangan label dapat
dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
l. Standar mutu benih bersertifikat (standar lapangan)
Uraian BS BD BP BR
Isolasi jarak (meter) 2 2 2 2
Varietas lain/tipe simpang (%) 0,0 0,0 0,2 0,5
Isolasi waktu (hari) 7 7 7 7
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terjadi.
3). Menilai kesehatan benih dan hama penyakit yang dapat ditularkan melalui benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 50 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut :
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ----------------------------------------------- x 100 %
100 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
120
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 3 (tiga) kali, yaitu
:
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
Dilakukan 10 hari sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama.
Dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua dilaksanakan pada saat menjelang panen.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaaan persyaratan.
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan
lain-lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang
tumbuh pada waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis
tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada areal tanah
tersebut.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta
lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada
pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan
ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang
menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan
dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau.
(b) Tidak memenuhi syarat, atau
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya pengerjaan tanah yang lebih
intensif karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan
atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan
Memeriksa bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman
yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Dalam pemeriksaan lapangan menggunakan sistem sampling, yaitu :
121
Sistem sampling adalah dengan menghitung jumlah contoh pemeriksaan
yang diperlukan menurut ketentuan yang berlaku.
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 1 ha diperlukan minimum 5
contoh pemeriksaan. Tiap titik contoh pemeriksaan sebanyak 100
tanaman.
Rumus : X = (Y + 4)
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
122
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : .........................
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
Pemohon
( ……………………… )
No. : .……….
MT. : ……….
123
BENIH UBI KAYU
Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : .................................
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
124
KE …………………..
2. Letak tanah
Kampung : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Desa : ...………………… Kabupaten : ……………..….....
………………….., …………………..
……....………….. ………….…..…………….
125
2. Areal sertifikasi benih
a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dan
lain unit tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman yang
lain.
c. Dalam suatu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu
kelas benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.
126
terlebih dahulu. Bilamana pada pemeriksaan ulangan tidak memenuhi standar lapangan,
maka sertifikasi benih tidak bisa dilanjutkan.
4). Seleksi (roguing) harus dilakukan pula sebelum pemeriksaan lapangan terakhir.
5). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi/roguing adalah tipe pertumbuhan,
kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal
batang, bentuk/tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung gabah,
warna gabah dan sudut daun bendera.
f. Pemeriksaan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam memproduksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran
dengan varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa
dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton.
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan
memudahkan pengambilan contoh benihnya.
127
2). Pengambilan contoh benih.
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuab khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15
bulan dari panen. Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa laku label ulang paling lama setengah dari masa masa berlaku pengujian
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih
1). Standar lapangan
BS 2 0,0 30 0,0
BD 2 0,1 30 0,0
BP 2 0,5 30 0,0
BR 2 1,0 30 0,0
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik
128
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ----------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 (empat) kali,
yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif, yakni ± 30 hari setelah tanam.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase vegetatif belum berakhir
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman
dan Produsen Benih.
Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
Hanya diberikan mengulang 1 (satu) kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga, yakni pada waktu munculnya
malai sekitar 80 % (70 – 80 hari) dari kelopak daun bendera.
Pada stadia ini penyerbukan mulai berlangsung, sebagian besar
penyerbukan terjadi sebelum benang sari keluar dari kelompok
bunga yang membuka. Dengan demikian tanaman gandum
termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan :
Belum menginjak pada phase masak.
129
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman
dan Produsen Benih.
Paling lambat dilakukan ± 40 hari sebelum saat panen.
Hanya diberikan kesempatan mengulang 1 (satu) kali.
(4) Pemeriksaan lapangan ketiga
(a) Dilakukan pada phase masak, yaitu pada waktu : Biji telah berisi sempurna dan
keras yaitu paling lambat 1 (satu) minggu sebelum panen.
(b) Tidak dilakukan pemeriksaan lapangan ulangan.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan.
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada areal tanah
tersebut.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal sertifikasi benih.
Data tersebut dicocokan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat, atau
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya pengerjaan tanah yang lebih intensif
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan
Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman
yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Dalam pemeriksaan lapangan menggunakan sistem sampling, yaitu :
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha,
diperlukan minimal 5 contoh pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai
dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = --------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas)
130
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha)
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh secara acak pada sket/peta areal pertanaman yang
jumlahnya sesuai dengan perhitungan tersebut diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak :
Antara dua areal sertifikasi benih yang sama varietasnya,
tidak diperlukan isolasi jarak.
Antara suatu areal sertifikasi benih dengan yang bukan
sertifikasi benih diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau tanpa
isolasi tetapi selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen
dipisahkan dan tidak dimasukan sertifikasi benih.
(b) Isolasi waktu
Tanggal tanam dari dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, diatur
sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbenda minimum 30 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi
ternyata rebah, sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat
ditolak.
Apabila tanaman yang rebah terdapat secara
mengelompok pada phase berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan
atas sisa areal yang tidak rebah.
Apabila campuran verietas lain dijumpai secara
mengelompok, maka areal/petak dimana terdapat campuran tersebut dapat
dikeluarkan dari areal sertifikasi benih.
(3) Pengambilan contoh pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman per satuan luas (m2) yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas suatu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya
yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung perlu dilakukan pengambilan
contoh pemeriksaan pendahuluan. Cara menentukan pengambilan contoh pemeriksaan
pendahuluan seperti berikut ini :
1m 1m
1m
1m 1m
Keterangan :
131
Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh
pemeriksaan pendahuluan sepanjang 1 m, minimal 5 ulangan.
Menghitung rata-rata tanaman sepanjang 1 m berdasarkan angka–angka
yang diperoleh diatas, misalkan angka tersebut X.
Menentukan panjang minimum setiap areal contoh yang diperiksa
dengan rumus 1000 (hasilnya dibulatkan keatas)
Xm
(4) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh
(a) Memeriksa dengan teliti :
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang.
Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa
Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, jumlah
anakan, ukuran batang, tinggi tanaman dan tingkat kerebahan.
Phase berbunga : warna batang, bentuk/tipe bunga, jarak spikilet,
panjang malai, jumlah bulir per spikilet, jumlah spikilet per malai,
bentuk bulir, panjang leher malai, panjang ruas, panjang daun
bendera dan tipe malai.
Phase masak : banyaknya malai, panjang bulu malai dan warna biji.
(5) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang.
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara sebagai berikut :
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..…. 132
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
Pemohon
( ……………………… )
133
Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman
Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
134
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
135
Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu
Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................
136
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
………………….., …………………..
.…..….………………….
137
L. SERTIFIKASI BENIH SHORGUM
138
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Permohonan pemeriksaan lapangan harus disampaikan kepada institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum pemeriksaan lapangan.
BS 50 0,5 15
BD 50 1,0 15
BP 50 2,0 15
BR 50 3,0 15
140
2). Standar pengujian laboratorium
No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 12,0 12,0 12,0 12,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 98,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 2,0
4. Benih warna lain (max) % 0,2 0,2 0,5 1,0
5. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 75 75 75 75
6. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,5 1,0 2,0 3,0
4. Pemeriksaan Lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem chek plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem chek plot dilakukan dengan cara :
Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 250 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama
pertumbuhan dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut :
142
Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan
contoh pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Kebenaran isolasi jarak atau isolasi waktu.
(b) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan :
Bila 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah,
sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
Apabila pertanaman yang rebah terdapat secara mengelompok, maka
dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.
(3) Cara pemeriksaan lapangan
Populasi tanaman yang diperiksa :
Populasi tanaman dalam suatu contoh pemeriksaan adalah 100 tanaman.
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan di lapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil perhitungan pada angka
c)(1)c).
(b) Letak masing-masing contoh sesuai dengan c)(1)d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)
(3).
(5) Cara pemeriksaan lapangan satu contoh pemeriksaan :
(a) Menentukan satu baris secara acak dan memeriksa 10 tanaman.
(b) Kemudian memeriksa 10 tanaman lagi pada baris kelima dari baris tersebut diatas.
(c) Pemeriksaan tersebut diatas terus sampai mencapai 100 tanaman, berarti tanaman
yang diperiksa mencakup 10 baris yang berbeda-beda (lihat diagram ).
(6) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh
(a) Memeriksa dengan teliti :
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan melalui
benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun dan warna batang.
Phase berbunga : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang,
bentuk/tipe bunga jantan dan warna biji.
(7) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil pemeriksaan
seluruh areal contoh pemeriksaan :
143
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
144
5. Formulir sertifikasi benih
145
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
146
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
147
Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
148
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
149
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
150
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.
………………….., …………………..
.…..….………………….
151
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman koro pedang yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 15 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Permohonan pemeriksaan lapangan
Permohonan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.
152
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
153
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan
Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)
BS 2 0,0 15
BD 2 0,1 15
BP 2 0,2 15
BR 2 0,5 15
No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 12,0 12,0 12,0 12,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Biji tanaman lain (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0
5. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 70 70 70 70
6. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,1 0,5 1,0
7. Biji gulma (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0
4. Pemeriksaan Lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
154
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala
selama pertumbuhan dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling.
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai
sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 12 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase vegetatif belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih.
Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase berbunga belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih .
Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-
lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang
tumbuh pada waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat
155
dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis tanaman
pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta
lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada
pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan
ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang
menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang
lebih intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas
Benih Tanaman perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah
anjurannya dilaksanakan atau tidak.
Y+8
Rumus : X = ------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan
keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat
dipergunakan contoh minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh secara acak pada sket/peta areal pertanaman yang
jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut diatas.
156
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak :
Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak
diperlukan isolasi jarak.
Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan
sertifikasi diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat
diisolasikan dengan jenis tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi
selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan
dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Isolasi waktu 15 hari. Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan
bloknya berdampingan , diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya
berbeda minimal 15 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
Apabila tanaman yang rebah terdapat secara mengelompok pada phase
berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak
rebah.
Apabila campuran verietas lain dijumpai secara
mengelompok, maka areal/petak dimana terdapat campuran tersebut dapat
dikeluarkan dari areal sertifikasi benih.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas satu areal contoh yang akan diperiksa. Pada dasarnya yang
populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu
dilakukan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam satu
areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh pada
angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh yang akan diperiksa dengan
rumus :
1.000
-------
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan :
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
157
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan :
(a) Memeriksa dengan teliti :
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
Menghitung semua varietas lain dengan semua tipe simpang.
Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan
melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
Phase vegetatif : warna hypokotil.
Phase berbunga : warna bunga, warna batang dan warna bulu pada batang.
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
Menghitung jumlah campuran varietas lain dan
tipe simpang dari hasil pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
Kemudian dinyatakan dengan persen dengan
cara :
158
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
159
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
160
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………
Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : …………………….
Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
161
4. Hasil pemeriksaan tanaman
sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun
………………….., …………………..
……....………….. ………….…..……………
162
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KORO PEDANG UNTUK SERTIFIKASI BENIH
163
Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan
Nomor : ……………………………………………………………..
………………….., …………………..
.…..….………………….
164
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi maximal 5 hari.
165
4). Hal – hal yang harus diperhatikan pada waktu roguing adalah keseragaman dari warna
hypokotil, warna bunga, tipe pertumbuhan dan bulu pada batang.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kacang merah yang akan diseleksi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang
telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani
masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
166
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 4 bulan sejak tanggal selesai pengujian
atau paling lama 5 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (seperti cold
storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 7
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
Label dapat diganti atau ditutup dengan label LU dan tidak merubah kemasan. Pengawasan
pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses
pemasangan label berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan
Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)
BS 2 0,0 15
BD 2 0,0 15
BP 2 0,3 15
BR 2 0,5 15
No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 12,0 12,0 12,0 12,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Biji tanaman lain (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0
5. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 70 70 70 70
6. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,0 0,2 0,5
7. Biji gulma (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
167
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksi sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling.
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 12 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase vegetatif belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih.
Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
Phase berbunga belum berakhir.
Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih .
Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
168
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain),
yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi.
Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan
pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan
isolasi areal tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dangan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih
intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan
atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan
diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang
berlaku yakni:
Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha,
diperlukan minimum 5 contoh pemeriksaan.
Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai
dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
Rumus : X = ------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat
dipergunakan contoh pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
169
(a) Isolasi jarak :
Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak
diperlukan isolasi jarak.
Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan
sertifikasi diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat
diisolasikan dengan jenis tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi
selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan
dan tidak dimasukkan sertifikasi benih.
(b) Isolasi waktu
Tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya berdampingan , diatur
sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda minimum 15 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
Apabila tanaman yang rebah terdapat secara mengelompok pada phase
berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak
rebah.
Apabila campuran verietas lain dijumpai secara mengelompok, maka
areal/petak dimana terdapat campuran tersebut dapat dikeluarkan dari areal
sertifikasi.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas satu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya
yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu
dilakukan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam
satu areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh
pada angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh pemeriksaan yang akan
diperiksa dengan rumus :
1.000
-------
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
Semua individu tanaman yang terdapat pada areal
contoh.
170
Menghitung semua varietas lain dengan semua tipe
simpang.
Menghitung semua batang yang diserang
hama/penyakit yang ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
Phase vegetatif : warna hypokotil.
Phase berbunga : warna bunga, warna batang dan
warna bulu pada batang.
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe
simpang dari hasil pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
--------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….
1. Nama pemohon :
Alamat :
171
2. Sertifikasi benih untuk :
Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)
Pemohon
( ……………………… )
Lampiran 2
No. : .……….
MT. : ……….
172
Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………
Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : …………………….
Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................
Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan
Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………
…………………………… …………………………….
Lampiran 3
No. : ……………
MT. : ……………
173
1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...
Alamat : ……………………………………………………………………...
2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...
………………….., …………………..
……....………….. ……………..…………….
174
Lampiran 5
No. : ……………
MT. : ……………
LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KACANG MERAH UNTUK SERTIFIKASI BENIH
175
Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....
Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….
………………….., …………………..
.…..….………………….
176