Anda di halaman 1dari 176

DEPARTEMEN PERTANIAN

DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN


NOMOR : 01/Kpts/HK.310/C/1/2009
TENTANG :
PERSYARATAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan sertifikasi benih bina perlu adanya
persyaratan dan tata cara yang harus dipenuhi oleh produsen benih;
b. bahwa dalam pelaksanaan sertifikasi benih harus dilaksanakan
pemeriksaan pertanaman, pengambilan contoh benih, pengujian
laboratorium, pemasangan label dan pengawasan peredaran benih;
c. bahwa atas dasar hal tersebut di atas sekaligus menindaklanjuti
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006
Pasal 12 ayat (3), Pasal 17 ayat (3) Pasal 18 ayat (2), Pasal 19, Pasal 27
ayat (5), Pasal 28 ayat (4), Pasal 32 ayat (3), Pasal 33 ayat (10), Pasal
34 ayat (5), Pasal 36 ayat (2) dipandang perlu persyaratan dan tata cara
sertifikasi benih bina tanaman pangan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya


Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3478);
2. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang Perlindungan Varietas
Tanaman (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4043);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1995 tentang Perbenihan
Tanaman (Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 85, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3616);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi
dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4347);
6. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia, juncto Peraturan Presiden Nomor 62 Tahun 2005;
7. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan
Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia;
8. Keputusan Presiden Nomor 33/M Tahun 2006 tentang Pengangkatan
Pejabat Eselon I di Lingkungan Departemen Pertanian;
9. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1100.1/Kpts/Kp.150/10/1999
tentang Pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih
Tanaman Pangan dan Hortikultura;
10. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 550/Kpts/OT.140/9/2004 tentang
Pembentukan Lembaga Sertifikasi Produk Hasil Pertanian;
11. Peraturan Menteri Pertanian No. 299/Kpts/OT.140/7/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 11/Permentan/OT/140/2/2007;
12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 341/Kpts/ OT.140/9/2005 tentang
Kelengkapan Organisasi dan Tata Kerja Departemen Pertanian, juncto
Peraturan Menteri Pertanian Nomor 12/Permentan/OT.140/2/2007;
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006
tentang Produksi, Sertifikasi dan Peredaran Benih Bina;

Memperhatikan : 1. Organization Economic For Countries Development (OECD) Scheme;


2. International Seed Testing Asosiation Rules (ISTA RULES 2007);
3. ISO 9001:2000/SNI 19-9001-2001;

ME MUTUSKAN:
Menetapkan :
KESATU : Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan
sebagaimana tercantum pada lampiran surat keputusan ini merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan ini
KEDUA Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan
sebagaimana dimaksud dalam diktum ke SATU terdiri atas persyaratan dan
tata cara pelaksanaan sertifikasi tanaman dan menurut jenis tanamam.
KETIGA : Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan kecuali sertifikasi
benih kedelai mulai berlaku 1 Januari 2010.

Ditetapkan di : J a k a r t a
Pada tanggal : 9 Januari 2009

DIREKTUR JENDERAL TANAMAN PANGAN,

SUTARTO ALIMOESO

SALINAN Peraturan ini disampaikan Kepada Yth.


1. Menteri Pertanian sebagai laporan;
2. Pimpinan Unit Eselon I lingkup Departemen Pertanian;
3. Kepala Dinas Provinsi dan Kabupaten/Kota yang membidangi pertanian tanaman pangan di
seluruh Indonesia.

2
Lampiran : Peraturan Direktur Jenderal Tanaman Pangan tentang Persyaratan dan Tata Cara
Sertifikasi Benih Bina Tanaman Pangan
Nomor : 01/Kpts/HK.310/C/1/2009
Tanggal : 9 Januari 2009

I. PERSYARATAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI BENIH BINA TANAMAN PANGAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina tanaman pangan ini merupakan
pedoman sertifikasi secara umum, dan sekaligus merupakan tindak lanjut
penerapan di lapangan terhadap ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi benih
yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor
39/Permentan/OT.140/8/2006.

2. Maksud dan tujuan


Sebagai acuan untuk Petugas Pengawas Benih, Produsen Benih yang mendapatkan
sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu dan Produsen Benih yang
mendapatkan sertifikat sertifikasi produk/benih dalam melaksanakan tugas
operasional di lapangan.

B. PENGERTIAN

Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :


1. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah dilepas, yang produksi
dan peredarannya diawasi.
2. Benih Tanaman yang selanjutnya disebut benih adalah tanaman atau bagiannya
yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembang biakkan tanaman.
3. Benih Bersertifikat adalah benih yang proses produksinya melalui sertifikasi
benih, sertifikasi sistem manajemen mutu dan/atau sertifikasi produk.
4. Sertifikasi Benih adalah proses pemberian sertifikat benih tanaman setelah melalui
pemerikasaan lapangan dan atau pengujian, pengawasan serta memenuhi semua
persyaratan dan standar benih bina.
5. Sertifikat Benih Bina adalah dokumen yang menyatakan kesesuaian antara hasil
kegiatan sertifikasi benih bina dengan persyaratan dan standar mutu benih bina.
6. Produsen Benih Bina adalah perorangan, badan hukum atau instansi pemerintah
yang melakukan proses produksi benih bina.
7. Varietas adalah bagian dari suatu jenis yang ditandai oleh bentuk tanaman,
pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan
dalam jenis yang sama.
8. Varietas Lain adalah tanaman atau benih yang dapat dibedakan dari varietas yang
sedang diperiksa, tetapi tidak termasuk varietas yang merupakan sifat-sifat dari
varietas itu sebagaimana yang telah ditetapkan dalam deskripsi.

3
9. Perbanyakan Vegetatif adalah perbanyakan tanaman tidak melalui perkawinan.
10. Perbanyakan Generatif adalah perbanyakan tanaman melalui perkawinan sel-sel
reproduksi.
11. Tipe Simpang adalah tanaman atau benih yang menyimpang dari sifat-sifat suatu
varietas sampai diluar batas kisaran yang telah ditetapkan oleh pemulia.
12. Segregan/Varian adalah benih atau turunan yang menunjukkan ciri-ciri berbeda
dari varietas, namun dari latar belakang genetisnya dapat diduga sebagai bagian
dari varietas yang telah dilepas sehingga varian tidak dianggap sebagai tipe
simpang.
13. Benih Penjenis (Breeder Seed) adalah benih yang diproduksi dibawah pengawasan
pemulia yang bersangkutan dengan prosedur baku yang memenuhi sertifikasi
sistem mutu sehingga tingkat kemurnian genetik varietas (true-to-type) terpelihara
dengan sempurna.
14. Benih Dasar adalah keturunan pertama dari Benih Penjenis yang memenuhi
standar mutu kelas Benih Dasar.
15. Benih Pokok adalah keturunan pertama dari Benih Dasar atau Benih Penjenis yang
memenuhi standar mutu kelas Benih Pokok.
16. Benih Sebar adalah keturunan pertama dari Benih Pokok, Benih Dasar atau Benih
Penjenis yang memenuhi standar mutu kelas Benih Sebar.
17. Benih Hibrida adalah keturunan pertama (F1) yang dihasilkan dari persilangan
antara 2 (dua) atau lebih tetua pembentuknya dan/atau galur induk/non hibrida
homozigot.
18. Materi Induk adalah tanaman dan/atau bagiannya yang digunakan sebagai bahan
perbanyakan benih.
19. Galur adalah kelompok tanaman yang sudah seragam (homozigot).
20. Varietas Padi Non Hibrida (Bukan Hibrida) adalah varietas padi yang produksi
benihnya dilakukan melalui penyerbukan sendiri dan terjadi secara alami.
21. Galur Mandul Jantan atau CMS (Cytoplasmic Male Sterile) yang juga disebut
Galur A, adalah galur yang mempunyai tepungsari mandul sehingga tidak mampu
menyerbuk sendiri.
22. Galur Pelestari atau Maintainer yang juga disebut Galur B, adalah galur pasangan
galur A sebagai sumber tepungsari dalam produksi benih galur A.
23. Galur Pemulih Kesuburan atau Restorer yang juga disebut Galur R, adalah galur
yang mempunyai kemampuan memulihkan kesuburan (tepungsari) galur CMS,
sehingga digunakan sebagai sumber tepungsari dalam produksi benih padi hibrida.
24. Galur Tetua adalah galur yang digunakan untuk memproduksi benih padi hibrida,
terdiri dari galur A, galur B, dan galur R.
25. Pemeriksaan Lapangan Sistem Check Plot (Perbandingan Tanaman) adalah suatu
kegiatan untuk mengevaluasi keaslian dan kemurnian varietas dengan menanam
benih varietas tersebut dan membandingkannya dengan tanaman yang berasal dari
contoh benih otentik.
26. Standar Mutu adalah spesifikasi teknis benih bina yang baku mencakup mutu fisik,
genetik, fisiologis dan atau kesehatan benih

4
27. Label adalah keterangan tertulis yang diberikan pada benih atau benih yang sudah
dikemas yang memuat tempat asal benih, jenis, varietas, kelas benih, data mutu benih,
akhir masa edar benih dan atau berat/jumlah benih.
28. Voluntir adalah tanaman yang tumbuh pada areal penangkaran benih, yang berasal dari
tanaman musim sebelumnya.
29. Asesmen adalah penilaian kesesuaian terhadap standar yang telah ditetapkan.
30. Survailen adalah suatu kegiatan untuk melakukan penilaian apakah sistem mutu yang
telah disetujui diterapkan secara berkesinambungan atau tidak.
31. Asesmen Ulang adalah kegiatan asesmen untuk perpanjangan Sertifikat Sertifikasi
Sistem Manajemen Mutu.

C. PEYELENGGARAAN SERTIFIKASI

Sertifikasi dapat dilakukan :


1. Melalui pengawasan pertanaman dan/atau uji laboratorium;
2. Melalui sistem manajemen mutu; atau
3. Terhadap produk/benih.
Penyelenggara sertifikasi tersebut adalah :
1. Sertifikasi melalui pengawasan pertanaman dan/atau uji laboratorium diselenggarakan
oleh instansi pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi pengawasan mutu
dan sertifikasi benih tanaman.
2. Sertifikasi melalui sistem manajemen mutu diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi
Sistem Mutu (LSSM) dengan ruang lingkup sertifikasi benih yang telah diakreditasi
oleh instansi yang kompeten.
3. Sertifikasi terhadap produk/benih diselenggarakan oleh Lembaga Sertifikasi Produk
(LS Pro) dengan ruang lingkup sertifikasi benih yang telah diakreditasi oleh instansi
yang kompeten.

D. SERTIFIKASI MELALUI PENGAWASAN PERTANAMAN DAN/ATAU UJI


LABORATORIUM

1. Pemohon sertifikasi benih


a. Pemohon sertifikasi benih adalah orang/badan hukum atau Instansi Pemerintah
yang ingin memproduksi benih bina, terdaftar/atau mempunyai ijin memproduksi
benih dari Bupati/Walikota
1). Apabila pemohon adalah orang/badan hukum, maka benih tersebut
disertifikasi atas nama orang/badan hukum yang menandatangani
permohonan sertifikasi.
2). Apabila pemohon sertifikasi berjumlah dua orang atau lebih (dua badan
hukum atau lebih) yang bekerja sama, maka permohonan dapat ditanda
tangani oleh satu orang atas nama seluruhnya atau oleh setiap pemohon
sesuai perjanjian kerja samanya. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
yang bersangkutan apabila masing-masing akan meminta sertifikat atas
bagiannya.
b. Apabila pemohon memproduksi benihnya secara kontrak dengan pihak lain, dan
ternyata pemohon tidak bermaksud melanjutkan permohonan sertifikasi, maka
pihak lain (kontraktor) tersebut dapat melanjutkan permohonan sertifikasi atas
namanya sepanjang tidak diatur secara lain dalam kontrak yang bersangkutan.

5
c. Apabila pemohon karena sesuatu hal akan mengalihkan atau tidak dapat melanjutkan
permohonan sertifikasinya, pihak lain dapat melanjutkan permohonan sertifikasi atas
namanya, sepanjang disepakati oleh kedua belah pihak dan dilaporkan kepada instansi
penyelenggara sertifikasi yang bersangkutan.

2. Permohonan sertifikasi
a. Permohonan sertifikasi diajukan oleh pemohon kepada instansi penyelenggara
sertifikasi benih bina setempat.
b. Permohonan hanya dapat diajukan oleh produsen benih yang memenuhi syarat.
1). Menguasai lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih.
2). Memiliki atau menguasai benih sumber.
3). Mampu memelihara dan mengatur lahan dan pertanamannya.
4). Mematuhi petunjuk-petunjuk yang diberikan oleh penyelenggara sertifikasi benih
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
5). Mempunyai fasilitas sesuai dengan jenis tanaman yang diusahakan.
6). Bersedia membayar biaya pemeriksaan lapangan dan pengujian benih sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
c. Permohonan diajukan kepada penyelenggara sertifikasi benih paling lambat 10 hari
sebelum tabur/tanam dan mengisi formulir permohonan sertifikasi yang telah
ditentukan.
d. Satu formulir permohonan sertifikasi hanya berlaku untuk satu unit sertifikasi, yaitu
terdiri satu varietas dan satu kelas benih dalam satu kesatuan lahan (blok).
e. Pada permohonan dilampiri :
1). Label benih sumber yang akan ditanam.
2). Sket peta lapangan.

3. Benih yang ditanam


Kelas benih yang diproduksi adalah :
a. Benih Penjenis (BS)
BS berasal dari benih inti
b. Benih Dasar (BD)
BD berasal dari BS.
c. Benih Pokok (BP)
BP berasal dari BD atau BS.
d. Benih Sebar (BR)
BR berasal dari BP, BD, atau BS.

4. Lahan sertifikasi
a. Suatu areal sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari beberapa petak
atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dan lain tidak lebih dari
10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas lain/tanaman yang lain.
c. Satu unit lahan sertifikasi hanya boleh ditanami dengan satu kelas benih dan satu
varietas.
d. Lahan yang akan digunakan untuk memproduksi benih bersertifikat harus diketahui
sejarah penggunaan sebelumnya dan harus memenuhi persyaratan untuk masing-
masing varietas, kecuali bila voluntir dapat dibersihkan melalui perlakuan khusus.
e. Persyaratan sejarah penggunaan lahan, batas lahan atau batas waktu dan penggunaan
lahan suatu unit sertifikasi diatur dalam pedoman khusus sertifikasi untuk tiap-tiap
jenis tanaman.

6
5. Pemeriksaan dokumen
Pemeriksaan kebenaran dokumen dilakukan sebelum benih disebar/ditanam.
Maksud pemeriksaan dokumen adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa data yang
diberikan atau dicantumkan dalam permohonan sertifikasi benar-benar sesuai dengan keadaan
yang ada di lapangan.

6. Pemeriksaan pertanaman
a. Maksud pemeriksaan pertanaman adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih
yang akan dihasilkan dari pertanaman tersebut benar-benar terdiri dari varietas yang
dimaksud dan tidak tercampur sampai batas-batas toleransi, sehingga mutu benih yang
dihasilkan dapat terjamin, baik dalam hal kemurnian genetik maupun fisik.
b. Produsen benih harus menyampaikan permintaan pemeriksaan pertanaman selambat-
lambatnya satu minggu sebelum pelaksanaan pemeriksaan pertanaman kepada
penyelenggara sertifikasi, kecuali diatur tersendiri pada pedoman khusus.
c. Pemeriksaan pertanaman dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman (PBT).
d. Sebelum pemeriksaan pertanaman dilakukan, produsen benih harus mengadakan
pembersihan campuran varietas lain, tipe simpang, tanaman yang terserang hama dan
penyakit dan rerumputan.
e.Pemeriksaan pertanaman dilakukan pada phase-phase pertumbuhan tertentu dari tanaman
yang bersangkutan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh kepastian bahwa
pertanaman tersebut bebas dari tanaman voluntir (tanaman yang berasal dari sisa
tanaman sebelumnya), tipe simpang, dan terhindar dari penyerbukan yang tidak
diinginkan. Hal ini dapat dijadikan dasar untuk menentukan tingkat kemurnian genetik
dari benih yang akan dihasilkan. Untuk tanaman yang penyerbukannya bersilang,
pemeriksaan pertanaman dilakukan tanpa pemberitahuan lebih dahulu.
f. Apabila pada phase-phase tertentu (sesuai dengan petunjuk pemeriksaan pertanaman untuk
tiap-tiap jenis tanaman), ternyata dalam pemeriksaan tidak memenuhi standar yang
berlaku, maka bila dianggap perlu produsen benih diperkenankan untuk memperbaiki
keadaan pertanamannya dan dapat meminta pemeriksaan pertanaman ulangan pada
setiap phase setelah perbaikan-perbaikan selesai dilakukan.
g. Apabila pada pemeriksaan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar yang berlaku,
maka sertifikasinya tidak bisa dilanjutkan.
h. Apabila pada pemeriksaan phase terakhir ternyata pertanaman tidak memenuhi standar
untuk kelas benih yang dimaksud, berdasarkan permintaan pemohon maka pertanaman
tersebut dapat dinyatakan lulus pemeriksaan pertanaman untuk kelas benih yang lebih
rendah, sepanjang masih memenuhi standar yang berlaku untuk kelas benih tersebut.
i. Laporan pemeriksaan pertanaman dibuat oleh Pengawas Benih Tanaman dan disampaikan
kepada produsen paling lambat 5 (lima) hari kerja setelah pemeriksaan.

7. Pemeriksaan alat panen, alat pengolahan, tempat penyimpanan dan tempat pengolahan benih.
Peralatan panen dan pengolahan diperiksa sebagaimana yang ditetapkan untuk menjamin
bahwa benih yang dipanen, dan diolah tersebut tidak tercampur varietas lain.
a. Pemeriksaan peralatan panen, pengolahan dan tempat penyimpanan
1). Maksud pemeriksaan peralatan untuk tanam/panen, pengolahan serta tempat
penyimpanan/gudang benih adalah untuk mendapatkan kepastian bahwa benih
yang akan dipanen/diolah/disimpan terhindar dari kemungkinan pencampuran
sehingga kemurnian varietasnya dapat dijamin, sesuai dengan kebutuhan masing-
masing jenis tanaman

7
2). Produsen benih harus mengajukan permintaan untuk pemeriksaan tersebut
selambat-lambatnya satu minggu sebelum panen/digunakan.
3). Fasilitas penyimpanan serta peralatan yang akan dipakai untuk tanam, panen,
pengolahan, pengeringan dan atau peralatan lainnya harus dibersihkan.
Pemeriksaan akan dilakukan oleh pengawas benih sebelum digunakan.
4). Ditempat pengolahan/penyimpanan tidak boleh terdapat benih lainnya selain benih
yang sedang disertifikasi (yang akan diolah), kecuali bila benih tersebut jalas
identitasnya serta disimpan terpisah dengan batas-batas yang jelas.
b. Pengawasan benih pada saat panen dan proses pengolahan
1). Maksud pengawasan terhadap benih yang sedang panen, diolah atau disimpan,
adalah untuk menjamin bahwa benih yang sedang panen, diolah atau disimpan
jumlahnya diketahui dan tidak tercampur dengan varietas lain.
2). Pegawasan dilakukan oleh pengawas benih pada saat-saat tertentu tanpa
pemberitahuan lebih dahulu.
3). Benih harus disimpan dalam tempat dengan kondisi yang sesuai serta sirkulasi
udara terjamin atau terkontrol.
4). Semua benih bersertifikat harus dimasukan/diletakan pada tempat yang bersih.
5). Identitas kelompok benih seperti jenis/varietas, nomor kelompok, asal lapangan/
blok, harus ada dan terpelihara setiap saat.
6). Penyusunan wadah/tempat benih.
7). Wadah/tempat benih diatur sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung
dengan tepat dan setiap wadah benih mempunyai kesempatan yang sama untuk
diambil contoh benihnya serta contohnya dapat diambil dengan mudah, sesuai
dengan peraturan yang beralaku.
c. Pemberian identitas pada wadah/kelompok benih
1). Penetapan suatu kelompok benih berdasarkan identitasnya (antara lain jenis,
varietas dan nomor induk lapangan). Kelompok benih ini dapat berasal dari
penggabungan dua atau beberapa unit sertifikasi yang berbeda dengan tanggal
panen tidak lebih dari 5 hari, yang harus diketahui dan dicatat asal usul dan
persyaratan lainnya
2). Setelah ”suatu bagian benih” diolah dan ditetapkan sebagai suatu kelompok benih,
maka bagian benih tersebut harus selalu ditandai dengan identitas tertentu. Instansi
penyelenggara sertifikasi berwenang untuk membatasi besar/beratnya suatu
kelompok benih.
3). Semua wadah/tempat dari setiap kelompok harus diatur/disusun tersendiri dan
tidak tercampur dengan benih lainnya.
4). Produsen benih harus mencantumkan nomor kelompok benih pada setiap
wadah/tempat dari suatu kelompok benih tersebut atau memberikan identitas yang
berisi nomor kelompok benih pada setiap wadah/tempatnya.
5). Kelompok benih yang identitasnya meragukan atau tidak terlindung dari
kemungkinan pencampuran, ditolak untuk sertifikasi.

8. Pengambilan contoh benih dan pengujian laboratorium


a. Contoh benih untuk pengujian laboratorium hanya dapat diambil dari kelompok benih
yang sejarah pembentukan kelompoknya jelas, diberi identitas jelas dan seragam
mutunya (homogen).
b. Jumlah/beratnya satu kelompok benih untuk masing-masing
jenis/varietas tidak lebih dari ketentuan yang berlaku.
c. Persiapan benih sebelum diambil contohnya.
8
1). Benih yang akan disertifikasi harus sudah diolah dan berada pada wadah/tempat
sebelum diambil contohnya untuk pengujian laboratorium.
2). Suatu kelompok benih harus homogen. Apabila terdapat tanda-tanda bahwa suatu
kelompok benih tidak homogen, maka pengambilan contoh benih tidak dilakukan.
d. Contoh benih dari suatu kelompok benih akan diambil oleh
petugas pengambil contoh benih atau pengawas benih apabila sudah disusun dan siap
diambil contohnya dengan permohonan dari produsen benih.
e. Cara pengambilan contoh benih, jumlah/berat contoh dan alat pengambilan contoh benih
harus sesuai dengan pedoman yang berlaku.
f. Contoh benih yang telah disampaikan ke laboratorium tidak dapat diambil kembali.
g. Pengambilan contoh benih ulangan :
Dari setiap kelompok benih hanya diambil satu contoh benih resmi, kecuali dalam hal-
hal tertentu, dapat diambil contoh ulangan. Bagi benih yang berbentuk biji hal-hal
tertentu tersebut yaitu, apabila :
1). Suatu kelompok benih tidak memenuhi standar pada pengujian pertama karena
tercampur benih tanaman lainnya (misalnya benih rerumputan dan sebagainya)
tetapi campuran tersebut dapat dipisahkan dengan cara pengolahan kembali;
2). Pada pengujian pertama ternyata kadar airnya tidak memenuhi standar. Contoh
benih diambil setelah benih yang bersangkutan dikeringkan kembali, untuk
kemudian diuji kadar air dan daya tumbuhnya. Pengujian ulangan hanya satu kali
saja, kecuali ada masalah khusus;
3). Pada pengujian pertama ternyata daya tumbuhnya tidak memenuhi standar. Contoh
benih tersebut hanya diuji daya tumbuhnya saja. Pengujian ulangan hanya satu kali
saja, kecuali ada masalah khusus.
h. Dalam setiap pengujian ulangan hasil pengujian terakhir dari setiap kelompok benih
merupakan hasil pengujian resmi yang menentukan dipenuhi/tidaknya standar
sertifikasi. Data dari pengujian terakhir ini akan dipakai sebagai dasar pada pengisian
data label/sertifikat.
i. Apabila suatu kelompok benih asal dibagi menjadi beberapa kelompok benih, tiap-tiap
kelompok benih ini harus diuji lengkap untuk sertifikasi. Pembagian selanjutnya tidak
boleh dilakukan.
j. Apabila beberapa kelompok benih dari varietas yang sama dicampur menjadi satu
kelompok benih, percampuran kelompok-kelompok benih tersebut harus memakai
alat/pangaduk yang memenuhi syarat. Apabila kelasnya berbeda, maka kelompok benih
tersebut dijadikan kelas benih yang rendah dan tanggal panennya memperhatikan
tanggal panen paling awal untuk menetapkan batas masa berlaku label.

9. Pemberian sertifikat benih bina


a. Laporan mengenai pemeriksaan pertanaman, pemeriksaan alat panen dan pengawasan
panen, pemeriksaan alat pengolahan benih dan pengawasan pengolahan benih,
pengujian benih di laboratorium, pemeriksaan tempat penyimpanan benih dan
pengawasan pemasangan label dibuat dalam bentuk yang ditetapkan.
b. Suatu kelompok benih yang memenuhi semua persyaratan pada setiap tahapan
pemeriksaan akan dikeluarkan suatu laporan lengkap hasil pengujian benih bina yang
merupakan benih bersertifikat untuk kelompok benih yang bersangkutan.
c. Benih yang tidak memenuhi standar untuk suatu kelas benih tertentu, tetapi masih
memenuhi standar untuk kelas benih yang lebih rendah, kelas benihnya dapat
disesuaikan dengan kelas benih yang dicapai, atas dasar permintaan produsen yang
bersangkutan.

9
d. Untuk benih bersertifikat yang tidak melalui proses pengujian laboratorium, sertifikat
benih bina juga dapat berasal dari penggabungan dari beberapa blok yang berbeda
tanggal penennya tidak lebih dari 5 hari

10. Pemasangan label dan segel


a. Label dan atau segel harus dipasang pada tiap-tiap wadah benih atau dengan cara lain
yang disetujui penyelenggara sertifikasi pada bagian wadah yang mudah dilihat dan
tidak mudah rusak
b. Pemasangan label dilakukan oleh produsen benih, dibawah pengawasan pengawas benih
c. Produsen benih mengajukan permintaan nomor seri pengadaan label benih bersertifikat
dan atau segel kepada penyelenggara sertifikasi setelah laporan lengkap hasil
pengujian/sertifikat benih suatu kelompok benih diterimanya.
d. Pemberitahuan permintaan nomor seri pengadaan label dan segel harus mencantumkan
jumlah segel/seal dan label sertifikasi yang diperlukan, nomor pengujian, nomor
kelompok benih yang bersangkutan, jenis, varietas, jumlah wadah/isi kemasan, berat
bersih tiap wadah, nama dan alamat produsen. Hal ini dimaksudkan sebagai dasar
pemberian nomor seri label.
e. Pengisian data label
1). Data label diisi berdasarkan sertifikat benih (laporan lengkap hasil pengujian benih
atau hasil pemeriksaan lapangan khusus untuk benih yang tanpa pengujian
laboratorium) yang dikeluarkan oleh instansi penyelenggara sertifikasi sebelum
dikirim kepada produsen.
2). Data yang diisikan pada label harus sesuai atau menggambarkan mutu dan identitas
dari hasil sertifikasi benih yang dimaksud. Data yang diisikan dapat sama dengan
standar minimum mutu benih bina yang berlaku atau diatasnya paling tinggi sama
dengan data yang tercantum pada sertifikatnya.
Untuk benih berbentuk biji dan umbi paling kurang memuat :
 Nama jenis dan varietas.
 Kelas benih dan nomor kelompok benih.
 Keterangan mutu.
 Berat/volume benih.
 Masa berlaku label, dan;
 Nama dan alamat produsen.
Sedangkan untuk benih yang diperbanyak dengan stek/okulasi paling kurang
memuat :
 Nama jenis dan varietas
 Kelas benih
 Tanggal panen/okulasi/sambung
 Masa barlaku label (bila perlu) dan
 Nama dan alamat produsen.
3). Pada wadah yang kecil apabila data mutu tidak dicantumkan harus ditulis ”Benih ini
telah memenuhi standar mutu benih untuk kalas BR, BP, BD ”atau BS” (dipilih
sesuai kelas yang telah ditentukan). Untuk penggunaan label ini harus ada
persetujuan dari Direktorat yang membidangi Perbenihan.
4). Pada setiap label wajib mencantumkan nomor urut/nomor seri label

f. Pada label harus dicantumkan kata benih bersertifikat dalam bahasa Indonesia diikuti
dengan nama kelas yang bersangkutan dan warna labelnya :
10
1). Benih Penjenis : Kuning;
2). Benih Dasar : Putih;
3). Benih Pokok : Ungu;
4). Benih Sebar : Biru
g. Benih bina yang diberi perlakuan dengan pestisida, insektisida atau bahan kimia lainnya
pada kemasan diberi keterangan tambahan yang memuat :
1). Nama umum dari bahan-bahan yang digunakan.
2). Tanda peringatan yang jelas ”JANGAN DIMAKAN ATAU DIBERIKAN PADA
TERNAK”.
h. Pengawas Benih Tanaman malakukan pengawasan terhadap kebenaran label beserta
pemasangannya.

11. Pelabelan ulang


a. Benih bersetifikat yang telah mendekati/habis masa edarnya apabila akan diedarkan
kembali harus dilakukan pengujian dan pelabelan ulang.
b. Pelaksanaan pengujian dan pelabelan ulang dapat dilakukan paling lambat dalam jangka
waktu 14 (empat belas) hari sebelum habis masa edar.
c.Pengujian dan pelabelan ulang dapat dilakukan terhadap benih produksi dalam negeri atau
pemasukan dari negara lain oleh produsen atau pengedar benih.
d. Produsen/pengedar benih harus menuliskan data mutu berdasarkan hasil pengujian baru
pada label ulangan.
Label ulangan disediakan oleh pemilik benih dan dibubuhi kata-kata ”LABEL
ULANGAN” atau disingkat ”LU” (kode LU). Label lama dapat dilepas atau tetap
dipasang disisi label baru.
e.Disamping kode ”LU” produsen/pedagang benih yang mengajukan pelabelan ulang harus
mencantumkan nama jelas, alamat atau kode tertentu pada label ulangan dengan
sepengetahuan penyelenggara sertifikasi benih.
f. Pelabelan ulang dapat dilakukan secara berkala dengan memperhatikan kondisi benih
g. Masa berlaku label LU maksimum setengah dari masa berlaku label untuk sertikat benih
yang pertama kali dari kelompok benih yang bersangkutan sesuai dengan jenisnya.

12. Pengiriman benih yang masih dalam proses


a. Benih tidak dapat dilanjutkan proses sertifikasinya apabila dikirim/diangkut dalam
wadah bulk tanpa identitas resmi atau tanpa persetujuan instansi penyelenggara
sertifikasi.
b. Ketentuan tersebut tidak berlaku bagi yang biasa diangkut dari/ketempat pengolahan/
penyimpanan yang telah disetujui instansi penyelenggara sertifikasi.

13. Tanggung jawab/kewajiban produsen/pengedar benih


a. Produsen benih bertanggung jawab atas kualitas benih bersertifikat yang dihasilkan
ataupun yang disalurkan/diperdagangkan.
b. Produsen benih wajib mentaati sepenuhnya segala peraturan perbenihan.

14. Pembatalan sertifikasi benih

11
Sertifikasi benih bina dapat dibatalkan apabila dikemudian hari ternyata pelaksanaan
sertifikasi tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku atau dokumen pendukung
sertifikasi tidak benar.

15. Biaya sertifikasi benih


Untuk pelaksanaan sertifikasi benih atau pelabelan ulang untuk memperpanjang akhir
masa edar benih produsen benih atau pengedar benih dipungut biaya yang besarnya
maupun cara pembayarannya ditetapkan menurut ketentuan yang berlaku.

16. Persyaratan khusus


Hal-hal yang belum diatur dalam persyaratan dan tata cara sertifikasi benih bina ini atau
perlu dirinci lebih lanjut seperti ketentuan mengenai sejarah penggunaan lahan, cara-
cara pemeriksaan lapangan, cara pengambilan contoh, pengujian benih di laboratorium,
bentuk dan isi label, dan hal-hal lainnya, akan diatur lebih lanjut dalam Persyaratan dan
Tata Cara Sertifikasi Menurut Jenis Tanaman.

17. Standar mutu benih bersertifikat


Standar mutu benih bersertifikat ditetapkan dalam Persyaratan dan Tata Cara Sertifikasi
Menurut Jenis Tanaman.

E. SERTIFIKASI MELALUI SISTEM MANAJEMEN MUTU

1. Pemohon sertifikasi
a. Pemohon sertifikasi adalah orang/badan hukum atau instansi pemerintah yang
ingin memproduksi benih bina.
b. Perodusen benih yang akan memproduksi benih melalui Sistem Managemen Mutu
meminta informasi secara tertulis kepada Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu
(LSSM).
c. Berdasarkan informasi tersebut, pemohon mengajukan permohonan resmi kepada
LSSM dengan mengisi formulir permohonan yang dilengkapi dengan :
 Pernyataan ruang lingkup Sertifikasi Sistem Manjemen Mutu yang
dimohon.
 Persetujuan untuk memenuhi peryaratan Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu dan memberikan informasi yang diperlukan untuk evaluasi.
 Dokumen Mutu.

2. Asesmen
Berdasarkan permohonan yang diajukan oleh produsen benih, Lembaga Sertifikasi
Sistem Mutu akan melakukan audit. Audit dilakukan apabila produsen benih telah
memenuhi peraturan yang ditentukan oleh lembaga sertifikasi. Pelaksanaan audit
mencakup 2 tahap yaitu :
a. Audit tahap I yaitu audit kecukupan terhadap dokumen mutu.
b. Audit tahap II
Audit tahap II dilakukan di lokasi pemohon dan dilaksanakan apabila dokumen
mutu produsen benih telah dinyatakan mencukupi.

12
3. Keputusan sertifikasi
Berdasarkan laporan hasil asesmen dan penilaian hasil asesmen oleh tim penilai hasil
asesmen, LSSM akan mengambil keputusan Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu
sebagai berikut :
a. Apabila memenuhi persyaratan Sertifikasi Sistem Mutu, maka pemohon akan
diberi sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu.
b. Apabila belum memenuhi kriteria, maka lembaga sertifikasi akan menunda
pemberian sertifikat sampai pemohon melaksanakan tindakan perbaikan.
c. Apabila tidak memenuhi kriteria Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, maka
lembaga sertifikasi tidak dapat memberikan Sertifikat Sertifikasi Sistem
Manajemen Mutu.
d. Sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal
dikeluarkan.

4. Hak dan kewajiban


a. Hak
Produsen benih yang telah memiliki sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu
mempunyai hak untuk melakukan sertifikasi sendiri (sertifikasi mandiri) terhadap
produk benih yang dihasilkan. Produk benih yang dihasilkan merupakan benih
bersertifikat.
b. Kewajiban
1). Melaksanakan kegiatan produksi benih sesuai dengan persyaratan dan tata
cara sertifikasi benih seseai peraturan perundangan yang berlaku.
2). Mentaati peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi.
3). Melaporkan secara berkala kegiatan sertifikasi benih kepada pemberi
sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, dengan tembusan laporan
disampaikan kepada Direktur Jenderal Tanaman Pangan dan Instansi
Pemerintah yang berwenang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi
Benih setempat

5. Survailen
Selama masa laku sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu, Lembaga Sertifikasi
akan melakukan audit suravailen guna melakukan penilaian terhadap keefektifan
pelaksanaan Sistem Manajemen Mutu.

6. Pengawasan peredaran benih


Kewenangan yang diberikan kepada produsen benih untuk melakukan sertifikasi
mandiri hanya sampai kepada pelabelan benih. Sedangkan pengawasan peredaran benih
tetap menjadi kewenangan pemerintah yang mempunyai tugas pokok dan fungsi
Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih.

7. Pelabelan ulang
Kelompok benih yang masa berlaku labelnya habis harus dilabel ulang.
Proses pelabelan ulang terhadap kelompok benih yang telah diedarkan menjadi
kewenangan instansi pemerintah penyelenggara pengawasan mutu dan sertifikasi benih.

8. Perpanjangan Sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu


a. Sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu yang masa berlakunya telah
berakhir dapat diperpanjang.

13
b. Paling lambat 4 (empat) bulan sebelum masa laku sertifikat berakhir, produsen
benih harus memberitahukan dan mengajukan permohonan perpanjangan sertifikat
kepada lembaga sertifikasi.
c. Berdasarkan permohonan tersebut lembaga sertifikasi akan melakukan audit
sertifikasi ulang.

F. SERTIFIKASI TERHADAP PRODUK/BENIH

1. Pemohon sertifikasi
a. Pemohon sertifikasi adalah orang/badan hukum atau instansi pemerintah yang
ingin memproduksi benih.
b. Produsen benih yang akan memproduksi benih meminta informasi secara tertulis
kepada Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro).
c. Berdasarkan informasi tersebut, pemohon mengajukan permohonan resmi kepada
LS Pro dengan mengisi formulir pemohon yang dilengkapi dengan :
 Peryataan ruang lingkup sertifikasi yang dimohon
 Persetujuan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi produk dan memberikan
informasi yang diperlukan untuk evaluasi.
 Dokumen mutu
d. Produsen benih yang mengajukan permohonan harus sudah menerapkan Sistem
Manajemen Mutu dan telah memiliki Sertifikat Sertifikasi Sistem Manajemen
Mutu dari LSSM yang telah terakreditasi.

2. Pemeriksaan dan pengambilan contoh benih


a. Berdasarkan permohonan LS Pro melakukan
pemeriksaan dokumen dan proses produksi yang dilaksanakan.
b. Apabila dianggap memenuhi persyaratan Lembaga
Sertifikasi Produk mengambil contoh benih untuk uji laboratorium .
c. Cara pengambilan contoh benih dan jumlah contoh
benih yang diambil sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

3. Pengujian laboratorium
a. Contoh benih harus diuji di laboratorium yang telah
terakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
b. Untuk dapat mencantumkan tanda SNI pada kemasan
produk benih, hasil uji laboratorium harus memenuhi standar SNI yang telah
ditetapkan.

4. Keputusan sertifikasi
Berdasarkan laporan hasil uji, Lembaga Sertifikasi akan mengeluarkan Keputusan
Sertifikasi.
a. Apabila memenuhi persyaratan, maka pemohon akan
diberi Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI (SPPT SNI);
b. Apabila belum memenuhi kriteria, maka Lembaga
Sertifikasi akan menunda pemberian sertifikat sampai pemohon melaksanakan
tindakan perbaikan.

14
c. Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI yang
dikeluarkan oleh Lembaga Sertifikasi Produk berlaku 3 (tiga) tahun sejak tanggal
dikeluarkan.

5. Hak dan kewajiban


a. Hak
Produsen benih yang telah memiliki sertifikat Produk Pengguna SNI (SPPT SNI)
mempunyai hak untuk membubuhkan tanda SNI pada produk benih bersertifikat
yang dihasilkan.
b. Kewajiban
1). Melakukan kegiatan penangkaran/produksi benih sesuai dengan peraturan
perundangan yang berlaku.
2). Mentaati peraturan yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi.
3). Melaporkan secara berkala kegiatan sertifikasi benih kepada pemberi sertifikat
Sertifikasi Produk.

6. Survailen
Selama masa laku sertifikat Sertifikasi Produk, Lembaga Sertifikasi Produk akan
melakukan audit survailen guna melakukan penilaian terhadap keefektifan pelaksanaan
sertifikasi Produk.

7. Pengawasan peredaran benih


Kewenangan yang diberikan kepada produsen benih untuk melakukan sertifikasi
mandiri hanya sampai kepada pelabelan benih. Sedangkan pengawasan peredaran benih
tetap menjadi kewenangan pemerintah yang mempunyai tugas pokok pengawasan mutu
dan sertifikasi benih.

8. Pelabelan ulang
Kelompok benih yang masa berlaku labelnya habis harus dilabel ulang.
Proses pelabelan ulang terhadap kelompok benih yang telah diedarkan menjadi
kewenangan instansi pemerintah penyelenggara sertifikasi.

9. Perpanjangan SPPT SNI


a. Sertifikat sertifikasi produk yang masa berlakunya telah berakhir dapat
diperpanjang.
b. Paling lambat 4 (empat) bulan sebelum masa laku sertifikat berakhit produsen benih
harus memberi tahukan dan mengajukan permohonan perpanjangan sertifikat kepada
lembaga sertifikasi.
c. Berdasarkan permohonan tersebut lembaga sertifikasi akan melakukan asesmen
ulang.

G. LAIN-LAIN

Jenis/varietas yang dapat diperbanyak melalui sistem perbanyakan ganda (Poly generation
flow) akan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan.

H. PENUTUP

15
Dengan berlakunya peraturan ini, maka Surat Keputusan Direktur Jenderal Pertanian
Tanaman Pangan nomor SK : I.HK.050.84.70 dan Keputusan Direktur Jenderal Tanaman
Pangan dan Hortikultura nomor I.HK.050.98.57 dinyatakan tidak berlaku lagi.

II. PERSYARATAN DAN TATA CARA SERTIFIKASI BENIH MENURUT JENIS TANAMAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar belakang
Persyaratan dan tata cara sertifikasi menurut jenis tanaman merupakan tindak
lanjut terhadap ketentuan-ketentuan mengenai sertifikasi benih yang tertuang
dalam Peraturan Menteri Pertanian nomor 39/Permentan/OT.140/8/2006.

2. Maksud dan tujuan


Sebagai acuan bagi Petugas Pengawas Benih Tanaman dan Produsen Benih yang
mendapatkan sertifikat sertifikasi sistem manajemen mutu dan Produsen Benih
yang mendapatkan sertifikat sertifikasi produk/benih dalam melaksanakan tugas
operasional di lapangan.

B. SERTIFIKASI BENIH PADI NON HIBRIDA

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih
Dasar dan Benih Pokok

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi adalah areal tanah yang harus dinyatakan
dengan jelas batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun
tanda-tanda yang jelas lainnya.
b. Satu areal sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri
dari beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak
antara satu dan lain unit tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman yang lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi hanya dapat ditanami satu varietas
dan satu kelas benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu unit areal sertifikasi maximal 5
hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi
benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih padi non hibrida
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang
digunakan bekas tanaman padi, maka areal tersebut harus bekas varietas
yang sama atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan
dengan varietas yang ditanam kecuali produsen benih mampu untuk
membersihkan voluntir melalui tehnologi khusus dengan ketentuan:

16
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
3). Persemaian dilakukan pada areal yang bebas voluntir dan pemohon
bisa mengendalikan pertumbuhan voluntir di persemaian.

b. Isolasi
1). Pertanaman padi non hibrida yang akan disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang
berbeda dan letaknya berdampingan maka tanggal tanam diatur sedemikian rupa
sehingga saat pembungaan berbeda ± 30 hari.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi benih paling
lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan :
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan

d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan


Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Institusi yang menangani Pengawasan
Mutu dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya satu minggu sebelum waktu pemeriksaan
lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1). Pada masa pertanaman aktif membentuk anakan (phase vegetatif) harus dibersihkan dari
rerumputan dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan dilaksanakan.
2). Pembersihan dan seleksi (roguing) harus pula dilakukan pada waktu pertanaman mulai
berbunga (sebelum pemeriksaan lapangan kedua).
3). Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama dan kedua tidak memenuhi standar
lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya dilakukan satu kali pada
phase vegetatif dan berbunga, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan harus diroguing
terlebih dahulu. Bilamana pada pemeriksaan ulangan tidak memenuhi standar lapang
maka sertifikasi tidak bisa dilanjutkan.
4). Seleksi (roguing) harus dilakukan pula sebelum pemeriksaan lapangan terakhir.
5). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi/roguing adalah tipe pertumbuhan,
kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal
batang, bentuk/tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung gabah,
warna gabah dan sudut daun bendera.
6). Pada pemeriksaan lapangan ketiga (fase masak) hanya dilakukan satu kali dan tidak ada
pemeriksaan ulangan
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, lantai jemur, alat pengolah benih, tempat
menyimpan benih/silo dan lain-lain perlengkapan yang akan digunakan dalam memproduksi
benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan tercampurnya dengan varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan benih

17
Benih yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa
dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah dan diberi identitas kelompok benih guna
sertifikasi.
2). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
j. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton.
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya serta memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh.
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 700 gram.
k. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15
bulan dari panen. Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
l. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang di
bagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label di luar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
label dapat diganti atau ditutup dengan label LU dan tidak merubah kemasan. Pengawasan
pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses
pemasangan label berlangsung.
m. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan

18
Kelas Isolasi jarak Varietas lain dan tipe Isolasi waktu (+) Catatan
benih (m) simpang (max) % hari

BS 2 0,0 30 Isolasi waktu


BD 2 0,0 30 dihitung
berdasakan
BP 2 0,2 30 perbedaan
waktu berbunga
BR 2 0,5 30

2). Standar pengujian laboratorium

Kadar Benih Kotoran Biji Biji Campuran Daya


Kelas
air murni benih tanaman gulma varietas berkecambah/
benih
(max) (min) (max) lain (max) (max) lain daya tumbuh
% % % % % (max) % (min) %

BS 13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 0,0 80


BD 13,0 99,0 1,0 0,0 0,0 0,0 80
BP 13,0 99,0 1,0 0,1 0,0 0,1 80
BR 13,0 98,0 2,0 0,2 0,0 0,2 80

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
)a Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
)b Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu Pemeriksaan Lapangan

19
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama :
Dilakukan pada phase vegetatif yakni :
(a) Untuk pertanaman sistem persemaian, pemeriksaan dilakukan
pada waktu pertanaman berumur ± 30 hari setelah tanam.
(b) Untuk pertanaman sistem tebar langsung pemeriksaan dilakukan ± 50 hari
setelah tebar.
(c) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan
:
 Phase vegetatif belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
 Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan lapangan
pertama.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua.
Dilakukan pada phase berbunga yakni pada waktu :
(a) Malai sudah tersembul dari daun bendera, sekam mahkota sudah terbuka dan
benang sari tampak memutih.
(b) Pertanaman berbunga lebih dari 5 % atau pada saat malai tersembul lebih
dari 80 % (± 30 hari sebelum panen).
(c) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan:
 Belum menginjak pada phase masak.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan Penangkar
Benih .
 Paling lambat dilakukan ± 25 hari sebelum panen.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(4) Pemeriksaan lapangan ketiga :
Dilakukan pada phase masak yakni pada waktu :
(a) Tanaman sudah mulai menguning.
(b) Isi gabah sudah keras, tetapi mudah dipecah dengan kuku.
(c) Paling lambat satu minggu sebelum panen.
(d) Tidak dilakukan pemeriksaan ulangan.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi. Data
tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada

20
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas benih
yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih
intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Apabila diperlukan Pengawas
Benih Tanaman akan mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya
dilaksanakan atau tidak.
c). Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan Pemeriksaan
 Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan
yang berlaku yakni :
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum
5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh
pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan ke atas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 2 meter :
 Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
 Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi dengan
jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat diisolasikan dengan jenis tanaman lain
selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi selebar 2 meter dari batas kedua areal
tersebut pada waktu panen dipisahkan dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu

21
Isolasi waktu 30 hari. Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang berbeda dan
bloknya berdampingan , diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya
berbeda minimum 30 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah,
sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila pertanaman yang rebah terdapat secara mengelompok, maka dapat
dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.

(3) Pengambilan contoh pendahuluan


Guna memudahkan penghitungan populasi tanaman, maka untuk penangkaran benih dengan
sistem tebar langsung perlu dilakukan pengambilan contoh pendahuluan. Tujuan
pengambilan contoh pendahuluan adalah untuk mengetahui populasi tanaman persatuan luas
(m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk menentukan luas satu areal contoh yang akan
diperiksa. Pada dasarnya yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya
sebar langsung), perlu dilakukan pengambilan contoh pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pendahuluan seluas
1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pendahuluan secara acak dalam satu areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh pada angka
(3)(a) dan (3)(b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa
dengan rumus: 2.000
-------
X m2
Bagi pertanaman dengan sistem persemaian/tandur jajar tidak perlu diambil contoh
pendahuluan. Populasi tanaman setiap areal contoh pemeriksaan adalah 400 rumpun.
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi tanda-
tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
 Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
 Menghitung semua anakan/malai yang diserang hama/penyakit yang ditularkan
melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : tipe pertumbuhan, kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah
daun, warna telinga daun, warna leher daun, warna daun, lebar daun dan warna
pangkal batang.
 Phase berbunga : bentuk/tipe malai, leher malai, bentu gabah, bulu pada ujung
gabah, warna ujung gabah, warna gabah dan sudut daun bendera.

22
 Phase masak : bentuk/tipe malai, leher malai, bentuk gabah, warna gabah, warna
ujung gabah, bulu pada ujung gabah dan sudut daun bendera.
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil pemeriksaan
seluruh areal contoh pemeriksaan :
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Untuk pertanaman dengan sistem tebar langsung :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
--------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 2000

Untuk pertanaman dengan sistem tandur jajar :


Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (rumpun) 1
----------------------------------------------------------------------- x ----- x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 400

d). Hasil pemeriksaan lapangan


(1) Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh instansi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk
setiap pemeriksaan lapangan.
(2) Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir kegiatan sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengambilan contoh benih, laporan lengkap hasil pengujian benih sebagaimana
tercantum pada lampiran 1 sampai dengan 5.

23
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH PADI NON HIBRIDA


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tebar : ………………………
Varietas : ………………. Tanggal tanam : ………………………
Kelas benih : ……………….

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Asal benih sumber/No. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk
untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman untuk pemeriksaan lapangan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.

24
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu
Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH PADI NON HIBRIDA

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Sumber benih : ………………………………………………………………………………………


Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. Kelompok : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Varietas : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Tanggal tebar : ……………………. Tanggal tanam : .............................................
Kelas benih : …………………….

Isolasi/tanaman sekitar :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan : MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

25
Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH PADI NON HIBRIDA


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..

26
Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. …………....…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................

27
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH PADI NON HIBRIDA


UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. Ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Biji varietas lain : ………….……….. % Biji tanaman lain : ……………………. %
Kotoran benih : …………….…….. % Biji gulma : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

28
.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

C. SERTIFIKASI BENIH PADI HIBRIDA

1. Benih yang ditanam


a. Benih Penjenis (BS) berasal dari :
1). Galur mandul jantan (CMS = A x galur pelestari = B);
2). Galur pelestari (Maintainer = B);
3). Galur pemulih kesuburan (Restorer = R);
b. Benih Dasar (BD) berasal dari :
1). Galur pelestari (Maintainer = B);
2). Galur pemulih kesuburan (Restorer = R);
c. Benih Sebar (BR) berasal dari hasil persilangan CMS (galur mandul jantan = A) x
Restorer (pemulih kesuburan = R).

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi dapat terdiri dari suatu hamparan yang terdiri dari beberapa
petak atau beberapa unit yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dan lain unit
tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman yang lain.
c. Dalam suatu areal sertifikasi hanya dapat diproduksi benih satu varietas dan satu
kelas benih.
d. Kisaran waktu tanam untuk setiap galur tetua dalam satu areal CMS 5 hari,
sedangkan kisaran waktu tanam untuk restorer disesuaikan dengan kondisi daerah
setempat.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih padi hibrida :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih padi hibrida bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman padi, maka produsen benih harus mampu untuk membersihkan
voluntir melalui tehnologi khusus dengan ketentuan:
29
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
3). Persemaian dan pertanaman dilakukan pada areal yang bebas voluntir.
b. Isolasi
1). Lahan produksi benih padi hibrida yang akan disertifikasi harus jelas terpisah
dari pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 500 meter untuk
BS, 100 meter untuk BD dan 50 meter untuk BR.
2). Apabila isolasi jarak tidak bisa dipenuhi dapat menggunakan isolasi waktu
yaitu dengan mengatur tanggal tanam sedemikian rupa sehingga saat
pembungaan berbeda minimal 21 hari.
3). Isolasi dapat juga menggunakan penghalang setinggi 2 meter.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Institusi yang menangani Pengawasan
Mutu dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya satu minggu sebelum waktu pemeriksaan
lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1). Pada masa pertanaman aktif membentuk anakan (phase vegetatif) harus dibersihkan dari
rerumputan dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama dan penyakit sebelum pemeriksaan lapangan
dilaksanakan.
2). Pembersihan dan seleksi (roguing) pada waktu pertanaman berbunga dilakukan pagi
hari, setiap saat sebelum peyerbukan. Pemeriksaan lapangan phase berbunga (kedua)
dilakukan 3 kali.
3). Seleksi (roguing) harus dilakukan pula sebelum pemeriksaan lapangan terakhir (phase
masak).
4). Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama dan ketiga tidak memenuhi standar
lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya dilakukan satu kali pada
phase vegetatif dan masak, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan harus diroguing terlebih
dahulu. Bilamana pada pemeriksaan ulangan tidak memenuhi standar lapang, maka
sertifikasi benih tidak bisa dilanjutkan.
5). Pada pemeriksaan phase berbunga (kedua) tidak diberi kesempatan mengulang
6). Sebelum pemeriksaan phase masak, pertanaman restorer harus dipanen lebih dahulu
paling lambat 5 hari sebelum panen CMS
7). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi/roguing adalah tipe pertumbuhan,
kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal
batang, bentuk/tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung gabah,
warna gabah dan sudut daun bendera, serta malai yang berisi penuh pada pertanaman
CMS.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan

30
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, lantai jemur, silo dan lain-lain
perlengkapan yang akan digunakan dalam memproduksi benih harus bersih dan bebas dari
kemungkinan campuran dengan varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa
dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
Sebelum panen CMS, Restorer harus dipanen terlebih dahulu, pengawasan panen dan
pengolahan benih untuk menjamin bahwa benih yang dipanen dan diolah tidak tercampur
dengan Restorer atau tercampur varietas lain.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim kelaboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton.
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat, mempunyai
kesempatan yang sama untuk diambil contoh benihnya dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 700 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal Cold

31
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
label dapat diganti atau ditutup dengan label LU (lulus uji) dan tidak merubah kemasan.
Pengawasan pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama
proses pemasangan label berlangsung.

n. Standar mutu benih bersertifikat


1). Standar lapangan

No Uraian BS BD BR
1. Isolasi jarak (m) 500 100 50
2. Isolasi waktu (hari) 30 30 30
3. Isolasi tanaman lain/barier (min) tinggi (m) 2 2 2
4. CVL/tipe simpang (max) % - - -
- CVL Maintainer (max) 0,0 0,0 0,0
- CVL Restorer (max) % 0,0 0,0 0,0
- CVL CMS (max) % 0,0 0,0 0,2
5. Gulma berbahaya (%) 0,0 0,0 0,0

2). Standar pengujian laboratorium

No Uraian BS BD BR
1. Kadar air (max) % 13,0 13,0 13,0
2. Benih murni (min) % 99,0 99,0 98,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 1,0 2,0
4. Tanaman lain/benih gulma (max) % 0,0 0,0 0,0
5. CVL/tipe simpang (max) % 0,0 0,0 0,5
6. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 80 80 80

Catatan : BS untuk standar CMS


BD untuk standar Maintainer dan Restorer
BR untuk produksi F1

32
4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan adalah :
1). Menilai kemurnian genetik
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri dari varietas lain dan tipe
simpang
3). Menilai kesehatan benih dan hama penyakit yang dapat ditularkan melalui benih
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih bersertifikat
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot
Dilaksanakan pada pertanaman CMS untuk menilai campuran varietas lain dan
tingkat kemurnian CMS
Dilakukan pada setiap kelompok benih materi induk CMS dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman tanpa
pertanaman Restorer
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
c) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan dengan
perhitungan sterilitas CMS sebagai berikut.

Jumlah gabah hampa 100 malai (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase sterilitas CMS = --------------------------------------------------------------------- x 100 %
Jumlah gabah 100 malai (isi +hampa)
Kriteria steril
(1) Steril penuh : 100 %
(2) Sangat steril : 99,00 – 99,99 %
(3) Steril : 95,00 – 98,99 %
Standar sterilitas :
Sterilitas CMS untuk produksi CMS = Standar minimal 98 %
Sterilitas CMS untuk produksi benih F1 = Standar minimal 95 %
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak serempak,
maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 (empat) kali, yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai
sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif, yakni pemeriksaan dilakukan + 20 – 50
hari setelah tanam.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan

33
 Phase vegetatif belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh pengawas benih dan penangkar/
produsen benih.
 Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan lapangan
pertama.
 Hanya diberikan mengulang 1 (satu) kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua/phase berbunga
(a) Dilakukan sebanyak 3 kali, yakni pada waktu :
 Awal berbunga sebelum bunga mekar, sebelum sekam mahkota mulai
terbuka dan benang sari tampak memutih
 Pertengahan berbunga
 Akhir berbunga
(b) Pemeriksaan lapangan berbunga dilakukan 3 kali dengan selang waktu
3 – 4 hari dan tidak ada pemeriksaan ulangan pada pemeriksaan phase
berbunga

(4) Pemeriksaan lapangan ketiga


(a) Dilaksanakan setelah Restorer dipanen
(b) Dilakukan pada phase masak, yakni pada waktu :
 Tanaman sudah mulai menguning
 Isi gabah sudah keras, tetapi mudah pecah dengan kuku
 Paling lambat 5 hari sebelum panen
 Dapat dilakukan pemeriksaan lapangan ulangan 1kali
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain),yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada areal tanah
tersebut.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal sertifikasi benih.
Data tersebut dicocokan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut
(e) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas benih
yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat, atau
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya : pengerjaan tanah yang lebih intensif
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga
34
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok
(c) Pelaksanaan pemeriksaan
 Sistem sampling adalah dengan menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang
diperlukan menurut ketentuan yang berlaku.
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum
5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh
pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = ------
2
X = jumlah contoh yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan tersebut diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak untuk masing-masing kelas benih sebagai berikut :
(a.1) Antara dua areal sertifikasi benih dengan Maintainer/Restorer tidak diperlukan
isolasi jarak.
(a.2) Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi dengan
ketentuan sebagai berikut :
 Perbanyakan CMS paling sedikit 500 meter untuk BS dan 100 meter untuk
BD pada perbanyakan Maintainer dan Restorer
 Benih hibrida (BR) paling sedikit 50 meter
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan
diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunga berbeda minimal 21 hari.
(c) Isolasi penghalang minimal 2 meter
(d) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila dari tanaman yang rebah terdapat sebagian tanaman masih berdiri dan
mengelompok pada phase berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan atas
sisa areal yang tidak rebah.
 Apabila campuran varietas lain dijumpai secara mengelompok, pada phase
berbunga/masak maka areal tersebut sebagian dapat ditolak dan dikeluarkan dari
areal sertifikasi.
(3) Jumlah rumpun yang akan diperiksa terdiri dari :
(a) Perbanyakan benih padi hibrida (F1) dan CMS
 Cytoplasmic Male Sterile (CMS = A) = 400 rumpun per contoh pemeriksaan.
 Restorer (R) = 400 rumpun per contoh pemeriksaan

35
(b) Perbanyakan benih CMS (antara CMS/Maintainer) cara sama dengan perbanyakan
benih F1.
(c) Perbanyakan Restorer = 400 rumpun per contoh pemeriksaan (sama dengan sertifikasi
padi non hibrida )
(d) Perbanyakan Maintainer (B) = 400 rumpun per contoh pemeriksaan (sama dengan
sertifikasi padi non hibrida ).
(4) Penentuan populasi dan penyebaran contoh pemeriksaan di lapangan
(a) Mangambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil perhitungan pada rumus
tersebut di atas.
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan rumus di atas, dan diberi tanda
yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan
(5) Pemeriksaan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti semua individu tanaman yang terdapat pada contoh
pemeriksaan.
(b) Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang

(c) Menghitung semua anakan/malai yang diserang hama/penyakit yang dapat


ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(6) Faktor - faktor yang diperiksa seperti pada tabel di bawah ini :

Phase vegetatif Phase berbunga Phase masak


1. Tipe pertumbuhan 1. Bentuk/tipe malai 1. Bentuk/tipe malai
2. Kehalusan daun 2. Leher malai 2. Leher malai
3. Warna helai daun 3. Bentuk gabah 3. Bentuk gabah
3. Warna helai daun 4. Bulu pada ujung gabah 4. Warna gabah
4. Warna lidah daun 5. Warna ujung gabah 5. Warna ujung gabah
5. Warna telinga daun 6. Warna gabah 6. Bulu pada ujung gabah
6. Warna leher daun 7. Warna polen 7. Sudut daun
4. Warna lidah daun bendera
8. Bentuk polen
7. Warna daun 8. Gabah
9. Polen fertil/steril
5. Warna telinga daun hampa/gabah isi
10. Sudut daun bendera
8. Lebar daun permalai
9. Warna pangkal batang
6. Warna leher daun

(7) Cara menghitung persentase campuran varietas lain (CVL) dan tipe simpang
Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (rumpun) 1


----------------------------------------------------------------------- x ----- x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 400

d) Hasil pemeriksaan lapangan

36
(1) Hasil pemeriksaan lapangan dimasukan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh instansi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk
setiap pemeriksaan lapangan.
(2) Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir kegiatan sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengambilan contoh benih dan laporan lengkap hasil pengujian benih sebagaimana
tercantum pada lampiran 1 sampai dengan 5.

Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH PADI HIBRIDA


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk : Tanggal tebar


Luas pertanaman : ………………. ha CMS : ………………………
Varietas : ………………. Restorer : ………………………
Kelas benih : ………………. Tanggal tanam
CMS : ………………………
Restorer : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

37
5. Asal benih CMS : Asal benih Restorer :
Asal benih sumber/No. : ………………. Asal benih sumber/No. : ………………………
Kelas benih : ………………. Kelas benih : ………………………
Jumlah benih : ………………. Jumlah benih : ………………… kg

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk
untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman untuk pemeriksaan lapangan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang berlaku

Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu
Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH PADI HIBRIDA

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Sumber benih : ………………………………………………………………………………………


Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
Galur : CMS : ……………………. B/R : …………………………….
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Varietas : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Tanggal tanam : …………………….
Kelas benih : …………………….

Isolasi tanaman :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................

38
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH PADI HIBRIDA


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah :
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ………………… Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. Batang/rumpun

39
Campuran varietas lain/tipe simpang
Contoh pemeriksaan ke Keterangan Contoh pemeriksaan ke Keterangan
CMS Maintainer/Restorer
1= 7 = 1= 7=
2= 8 = 2= 8=
3= 9 = 3= 9=
4= 10 = 4= 10 =
5= 11 = 5= 11 =
6= 12 = 6= 12 =
Rata-rata = % Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

40
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH PADI HIBRIDA


UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. Ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………...

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Biji varietas lain : ………….……….. % Biji tanaman lain : ……………………. %

41
Kotoran benih : …………….…….. % Biji gulma : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal ………….…………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

D. SERTIFIKASI BENIH JAGUNG KOMPOSIT

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar
atau Benih Pokok

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih jagung komposit.
a. Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih jagung bersari bebas
bersertifikat diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang

42
digunakan bekas tanaman jagung, maka areal tersebut harus bekas varietas yang
sama atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas
yang ditanam dengan ketentuan :
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman jagung yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak minimal 200 meter.
2). Isolasi jarak tersebut dapat dipendekkan jika penangkaran benih bertambah
luas, dengan cara membuang tanaman pinggir areal penangkaran.
3). Luas penangkaran, jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang
dibuang dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan.
4). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda ±
1 bulan. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Permohonan pemeriksaan lapangan harus disampaikan kepada institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum pemeriksaan lapangan.

e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan.


1). Pada masa pertanaman berumur ± 20 hari harus dibersihkan dari rerumputan dan
dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang, tanaman lain yang
mungkin tumbuh dari petanaman sebelumnya atau tumbuh diluar tugalan dan tanaman
yang terserang hama/penyakit.
2). Pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan dengan
memilih/mempertahankan tanaman yang sehat dan tegak sehingga diperoleh populasi
yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
3). Pada waktu pertanaman mulai berbunga, harus pula dilakukan seleksi terhadap varietas
lain dan tipe simpang (misalnya : tanaman yang bermalai steril, bermalai kompak, malai
bertongkol, tanaman yang tidak bermalai dan tongkol bermalai).
4). Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama atau kedua ternyata pertanaman tidak
memenuhi standar kemurnian lapangan, maka seleksi (roguing) harus pula dilakukan
setelah pemeriksaan-pemeriksaan tersebut selesai. Kesempatan mengulang ini hanya
diberikan satu kali dan bila mana pada pemeriksaan lapangan ulangan tersebut tidak
memenuhi standar lapangan, maka sertifikasinya tidak dilanjutkan.
5). Hal-hal yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah bentuk dan lebar daun,
warna helai daun, warna batang, bentuk/tipe bunga jantan dan bentuk tongkol.
6). Setelah klobot dilepas diadakan penyeleksian tongkol dimana tongkol yang tidak
diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang.

43
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan.
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan.
Benih jagung yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah
pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian.
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh/daya berkecambah.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 40 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 8 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 14

44
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan

Kelas benih Varietas lain/tipe simpang Isolasi jarak Isolasi waktu


(max) % (min) meter (min) hari

BS 0,0 200 30
BD 2,0 200 30
BP 2,0 200 30
BR 3,0 200 30

2). Standar pengujian laboratorium

Kadar Benih Daya Kotoran Benih


Kelas
air murni berkecambah/ benih warna lain
benih
(max) (min) daya tumbuh (max) (max)
% % (min) % % %
BS 12,0 99,0 80 1,0 0,2
BD 12,0 98,0 80 2,0 0,5
BP 12,0 98,0 80 2,0 0,5
BR 12,0 98,0 80 2,0 1,0

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih bersertifikat.

45
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem chek plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem chek plot dilaksanakan dengan cara :
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 250 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut :

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
500 tanaman (2 x 250 tanaman)
Dengan pengertian :
CVL adalah Campuran Varietas Lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling.
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam.

(2) Pemeriksaan lapangan pertama


(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman berumur ± 25 hari
setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan :
 Phase vegetatif belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan Penangkar
Benih.
 Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan lapangan pertama.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga yakni pada waktu :
 Bunga jantan sudah mulai tersembul.
 Bunga jantan tersebut belum mulai terbuka (sebelum tepung sari keluar).
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan :
 Dilakukan secepatnya sebelum bunga jantan terbuka (sebelum tepung sari
keluar).
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
 Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan lapangan kedua.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :

46
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi benih.
Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(d) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas benih
yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau;
(b) Tidak memenuhi syarat;
(c) Memenuhi syarat dan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih intensif”
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan pemeriksaan
 Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan
yang berlaku yakni :
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum 5 contoh
pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh
pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 200 meter :
 Antara dua areal sertifikasi benih yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
 Isolasi jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkar benih bertambah luas,
dengan cara membuang tanaman pinggir areal penangkaran. Luas penangkaran jarak
isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang dibuang dapat dilihat pada tabel 1
berikut.

47
Tabel 1. Jumlah tanaman pinggir yang dibuang.
Luas penangkaran (Ha) Baris
4 – 5,9 6–7,9 8–9,9 10-11,9 12–13,9 14– 15,9 16
tanaman
yang
Jarak dari tanaman jagung yang lain yang paling sedikit (meter) dibuang
200 195 190 185 180 175 170 165 1
187,5 182,5 177,5 172,5 167,5 162,5 157,5 152,5 2
175 170 165 160 155 150 145 140 3
162,5 157,5 152,5 147,5 142,5 137,5 132,5 127,5 4
150 145 140 135 130 125 120 115 5
137,5 132,5 127,5 122,5 117,5 112,5 107,5 102,5 6
125 120 115 110 105 100 95 90 7
112,5 107,5 102,5 97,5 92,5 87,5 82,5 77,5 8
100 95 90 85 80 75 70 65 9
87,5 82,5 77,5 72,5 67,5 62,5 57,5 52,5 10
75 70 65 60 55 50 45 40 11
62,5 57,5 52,5 47,5 42,5 37,5 32,5 27,5 12
50 45 40 35 30 25 20 15 13
Cara memakai tabel :
Luas penangkaran 5 ha (kolom kedua) jarak dari tanaman jagung varietas lain 120 meter
(kolom kedua baris ke 7) banyaknya tanaman pinggir yang berbatasan dengan varietas lain
yang dibuang 7 baris.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya
berdampingan, diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 30 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bila 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila pertanaman yang rebah terdapat secara mengelompok, maka dapat
dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.
(3) Cara pemeriksaan lapangan
Populasi tanaman yang diperiksa :
Populasi tanaman dalam suatu contoh pemeriksaan adalah 100 tanaman.
(4) Penentuan penyebaran contoh dilapangan :
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil perhitungan pada
angka c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Populasi untuk masing-masing contoh pemeriksaan adalah sesuai dengan c)(3).
(5) Cara pemeriksaan lapangan satu contoh pemeriksaan :
(a) Menentukan satu baris secara acak dan memeriksa 10 tanaman.
(b) Kemudian memeriksa 10 tanaman lagi pada baris kelima dari baris tersebut diatas.

48
(c) Pemeriksaan tersebut diatas terus sampai mencapai 100 tanaman, berarti tanaman
yang diperiksa mencakup 10 baris yang berbeda-beda (lihat diagram).
(6) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh.
 Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
 Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan
melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun dan warna batang.
 Phase berbunga : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang,
bentuk/tipe dan warna bunga jantan serta bentuk tongkol.
(7) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1


--------------------------------------------------------------------- x ---- x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 100

49
d) Hasil pemeriksaan lapangan
(1) Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh Instansi yang menangani menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih
untuk setiap pemeriksaan lapangan.
(2) Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir kegiatan sertifikasi benih.

Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan


lapangan, pengambilan contoh benih dan laporan lengkap hasil pengujian benih sebagaimana
tercantum pada lampiran 1 sampai 5.

50
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH JAGUNG KOMPOSIT


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

51
4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Asal benih sumber/No. : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH JAGUNG KOMPOSIT

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

52
Benih yang digunakan :
Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. Kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha

Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH JAGUNG KOMPOSIT


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

53
3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....
Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................

54
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH JAGUNG KOMPOSIT


UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………

55
Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. Ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Kotoran benih : …………….…….. % Benih warna lain : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

E. SERTIFIKASI BENIH JAGUNG HIBRIDA

1. Benih yang dihasilkan


a ”Hibrida single cross” adalah merupakan keturunan pertama dari hasil persilangan
antara dua galur murni.
b. ”Hibrida double cross” adalah merupakan keturunan pertama dari hasil
persilangan antara dua single cross.
c. ”Hibrida three way cross” adalah merupakan keturunan pertama dari hasil
persilangan antara galur murni dengan ”single cross”.
d. ”Hibrida top cross” adalah merupakan keturunan pertama dari hasil persilangan
antara dua galur murni atau single cross dengan varietas bersari bebas.

56
e. ”Hibrida varietal cross” adalah merupakan keturunan pertama dari hasil
persilangan antara dua varietas bersari bebas.

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa unit yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dan
lain unit tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman yang
lain.
c. Dalam suatu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu
kelas benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih jagung hibrida :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih jagung hibrida bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman jagung, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama atau
bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan:
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman jagung hibrida yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 200 meter.
2). Isolasi jarak tersebut dapat dipendekkan jika penangkaran benih bertambah
luas, dengan cara menanam induk jantan pada pinggir yang berbatasan
dengan blok lainnya. Jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang
diperlukan dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan.
3). Apabila ada dua blok yang berdampingan dan akan menghasilkan jagung
hibrida yang berlainan, maka tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga
saat berbunganya berbeda minimal 30 hari, dengan demikian tidak terjadi
persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1). Label benih sumber yang akan ditanam
2). Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pengawas benih akan melakukan pemeriksaan lapangan tanpa memberitahu
terlebih dahulu kepada produsen benih.

57
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1). Waktu tanam atau tugal untuk tanaman induk jantan dan induk betina diatur
sedemikian rupa sehingga waktu berbunganya bersamaan.
2). Pada masa pertanaman berumur ± 20 hari harus dibersihkan dari rerumputan
dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang serta
tanaman lain yang mungkin tumbuh dari pertanaman sebelumnya atau
tumbuh diluar tugalan dan tanaman yang terserang hama/penyakit..
3). Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama ternyata pertanaman tidak
memenuhi standar kemurnian lapangan, maka seleksi (roguing) harus pula
dilakukan setelah pemeriksaan tersebut selesai. Kesempatan mengulang
hanya diberikan satu kali dan apabila pada pemeriksaan ulang tidak
memenuhi standar, maka sertifikasinya tidak dapat dilanjutkan.
4). Pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan dengan
memilih/ mempertahankan tanaman yang sehat sehingga diperoleh populasi
yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
5). Apabila pertanaman induk betina mulai berbunga (bunga jantan mulai
tersembul), maka harus diadakan pencabutan terhadap bunga jantan tersebut.
Disamping itu dilakukan pula seleksi terhadap varietas lain dan tipe simpang.
6). Hal-hal yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah bentuk dan
lebar daun, warna helai daun, warna batang, bentuk tongkol dan pencabutan
bunga jantan pada tanaman induk betina.
7). Setelah klobot dilepas diadakan penyeleksian tongkol dimana tongkol yang
tidak diharapkan dan biji yang tidak sewarna dibuang.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan
yang akan dipergunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari
kemungkinan campuran varietas lain.

g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan


Benih jagung hibrida yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang
telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani
masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.

58
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu
sebelum penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh/daya berkecambah.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim kelaboratorium harus disegel

k. Pengambilan contoh benih


1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 40 ton.
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan
memudahkan pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Warna label benih jagung hibrida komersial adalah biru, sedang jagung hibrida materi induk,
galur materi induk dan jagung besari bebas materi induk warna label ungu. Masa
berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau paling
lama 8 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold storage)
masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 14 bulan
dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan.
Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang pertama dan
bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih yang
bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel

59
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan

No. Uraian Hibrida Hibrida Galur Bersari


komersial materi materi bebas mat.
induk induk Induk
1. Isolasi jarak (min) 200 m 200 m 200 m 200 m
2. Isolasi waktu (hari) 30 30 30 30
3. Campuran varietas lain/tipe
simpang (max) :
3,0 % 2,0 % - -
Induk betina
0,0 % 0,0 % 2,0 % 2,0 %
Induk jantan

4. Jumlah bunga jantan pada induk


betina yang telah mengeluarkan
tepung sari:
1,0 % 1,0 % 0,0 % 0,0 %
Yang tertinggal pada sekali
pemeriksaan (max)
2,0 % 2,0 % 0,0 % 0,0 %
Yang tertinggal dalam tiga
kali pemeriksaan pada silang
tunggal (max)
3,0 % 3,0 % 0,0 % 0,0 %
Yang tertinggal dalam tiga
kali pemeriksaan pada silang
ganda, silang tiga jalur dan
silang puncak

2). Standar pengujian laboratorium


No. Uraian Hibrida Hibrida Galur Bersari
komersial materi materi bebas mat.
induk Induk Induk
1. Kadar air (max) 12 % 12 % 12 % 12 %
2. Benih murni (min) 98 % 98 % 98 % 98 %
3. Daya tumbuh/daya berkecambah 85 % 80 % 80 % 80 %
(min)

60
4. Kotoran benih (max) 2,0 % 2,0 % 2,0 % 2,0 %
5. Campuran varietas lain/type 0,3 % 0,1 % 0,1 % 0,1 %
simpang

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat
ditularkan melalui benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan
produksi benih bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan.
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu dan cara pemeriksaan lapangan sistem sampling.
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 4 kali yaitu :
b) Pemeriksaan lapangan waktu tanam/tugal :
(1) Dilakukan pada waktu tanam/tugal.
(2) Tidak dilakukan pemeriksaan ulangan.
c) Pemeriksaan lapangan waktu berbunga :
(1) Pemeriksaan lapangan dilakukan tanpa memberitahukan terlebih
dahulu kepada pihak penangkar benih.
(2) Dilaksanakan sejak bunga jantan dari tanaman induk betina mulai
tersembul sampai selesai pencabutan seluruh bunga jantan pada induk
betina.
d) Selama priode tersebut, pemeriksaan dilakukan sebanyak 3 kali.
2). Pelaksanaan pemeriksaan lapangan waktu tanam/tugal
a) Pemeriksaan persyaratan :
(1) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(2) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-
lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(3) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan
yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini
sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal tersebut.
(4) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan
kelas benih yang akan dihasilkan.
b) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(1) Memenuhi syarat, atau
(2) Tidak memenuhi syarat.
(3) Memenuhi syarat dan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih intensif”
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
61
3) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan waktu berbunga
a) Persiapan :
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya (untuk pemeriksaan lapangan
phase berbunga);
(b) Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(c) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(d) Persiapan pemeriksaan
Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan
yang berlaku yakni:
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum 5
contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha,
jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = ------
2
X = jumlah contoh yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa ( ha ).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan
contoh pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(e) Menentukan letak areal contoh secara acak pada sket/peta areal pertanaman
yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (d) tersebut diatas.
b) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(1) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 200 meter :
(a) Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
(b) Isolasi jarak tersebut dapat diperpendek jika penangkar benih bertambah
luas, dengan cara menanam tanaman induk jantan. Jumlah baris induk jantan
yang harus ditanam pinggir areal dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2 : Jumlah baris tanaman induk jantan yang diperlukan untuk tanaman
pinggir pada penangkaran benih jagung hibrida.

Luas penangkaran (Ha) Jumlah


4 – 5,9 6–7,9 8–9,9 10-11,9 12–13,9 14– 15,9 16
baris tan.
yang di-
Jarak dari tanaman jagung yang lain yang paling sedikit (meter) perlukan
200 195 190 185 180 175 170 165 1
187,5 182,5 177,5 172,5 167,5 162,5 157,5 152,5 2

62
175 170 165 160 155 150 145 140 3
162,5 157,5 152,5 147,5 142,5 137,5 132,5 127,5 4
150 145 140 135 130 125 120 115 5
137,5 132,5 127,5 122,5 117,5 112,5 107,5 102,5 6
125 120 115 110 105 100 95 90 7
112,5 107,5 102,5 97,5 92,5 87,5 82,5 77,5 8
100 95 90 85 80 75 70 65 9
87,5 82,5 77,5 72,5 67,5 62,5 57,5 52,5 10
75 70 65 60 55 50 45 40 11
62,5 57,5 52,5 47,5 42,5 37,5 32,5 27,5 12
50 45 40 35 30 25 20 15 13

Cara memakai tabel :


Luas penangkaran 5 ha (kolom kedua) jarak dari tanaman jagung varietas lain 95 meter
(kolom kedua baris ke 9) banyaknya tanaman pinggir induk jantan yang berbatasan dengan
varietas lain yang diperlukan 9 baris.
(2) Isolasi waktu
Apabila 2 blok yang berdampingan akan menghasilkan jagung hibrida yang berlainan,
maka tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat keluarnya bungan jantan
berbeda minimal 30 hari.
c) Cara pemeriksaan lapangan (untuk hibrida komersial)
Populasi tanaman yang diperiksa :
Populasi tanaman dalam suatu contoh pemeriksaan adalah 100 tanaman.
d) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan :
(1) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil perhitungan pada angka 3)
(a)(d).
(2) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan 3)(a)(e), dan diberi tanda-tanda
yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(3) Populasi untuk masing-masing contoh pemeriksaan adalah sesuai dengan 3)c).
e) Cara pemeriksaan lapangan satu contoh pemeriksaan :
(1) Menentukan satu baris secara acak pada tanaman induk betina, kemudian diperiksa 10
tanaman:
(2) Kemudian memeriksa 10 tanaman lagi pada baris kelima dari baris tersebut diatas (baris
pada tanaman induk jantan tidak dihitung).
(3) Pemeriksaan tersebut diatas terus sampai mencapai 100 tanaman, berarti tanaman yang
diperiksa mencakup 10 baris yang berbeda-beda (lihat diagram 2).

63
f) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(1) Memeriksa dengan teliti
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh
pemeriksaan.
 Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
 Menghitung semua bunga jantan (yang tepung sarinya telah terbuka)
yang tinggal pada tanaman induk betina.

64
 Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(2) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun dan warna
batang.
 Phase berbunga : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna
batang, bentuk/tipe bunga jantan, bentuk tongkol dan bunga jantan
(yang tepung sarinya telah terbuka) yang tertinggal pada tanaman
induk betina.
g) Cara pemeriksaan lapangan untuk penanaman materi induk
(1) Hibrida meteri induk
 Pemeriksaan lapangan sama dengan pada pertanaman jagung hibrida
komersil.
 Ditambah dengan perhitungan varietas lain dan tipe simpang pada
tanaman induk jantan.
(2) Galur untuk materi induk
 Persentase campuran varietas lain dan tipe simpang hanya dihitung
pada tanaman induk jantan.
 Tidak dilakukan pemeriksaan terhadap bunga jantan yang tertinggal
pada tanaman induk betina.
h) Varietas bersari bebas materi induk
Cara pemeriksaan lapangannya sama dengan pada jagung varietas bersari bebas
komersial.
Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(1) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(2) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
--------------------------------------------------------------------- x ---- x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 100
(3) Untuk menghitung persentase bunga jantan pada tanaman induk betina
yang tertinggal dapat dipergunakan dengan cara yang sama.

c. Hasil pemeriksaan lapangan


1). Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh instansi yang menangani Pengawasan Mutu untuk setiap pemeriksaan lapangan.
2). Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-lambatnya
satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir kegiatan sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengambilan contoh benih dan laporan lengkap hasil pengujian benih sebagaimana
tercantum pada lampiran 1 sampai 5.

Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….

65
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH JAGUNG HIBRIDA


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. Ha

Tanaman induk jantan yang dipergunakan : ........................ Tanggal tugal : ...................................


Tanaman induk betina yang dipergunakan : ........................ Tangal tugal : ...................................

Hibrida yang dihasilkan : .....................................................................................................................................

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ...................................
Kampung : ………………. Kabupaten : ...................................
Desa : ……………….

4. Asal benih
Benih induk jantan berasal dari : .................................... Jumlah : ......................... ( kg )
Benih induk bentina berasal dari : ..................................... Jumlah : ........................ ( kg )
(Lampirkan keterangan tentang benih untuk pertanaman induk jantan dan betina)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk
untuk sertifikasi benih jagung hibrida.
b) Kami bersedia dilakukan pemeriksaan lapangan sewaktu-waktu oleh Pengawas Benih.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa memberitahukan Pengawas Benih.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas Benih.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

66
LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN JAGUNG HIBRIDA
WAKTU TUGAL

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………………


Alamat : ……………………………………………………………………………

2. Letak areal :
Blok : ……………………………………………………………………………
Kampung : ………………… Kecamatan : …………………..…………
Desa : ………………… Kabupaten : ………………………..……

3. Benih yang digunakan


Tanaman induk jantan : ……………….... Asal benih : …..…………………….……
Tanaman induk betina : ………………… Asal benih : ……………………………..

4. Luas : ……………………… (ha)


Hibrida yang dihasilkan : ……………………………….............…………………………………
Perbandingan tanaman induk jantan dan tanaman induk betina :
Tanaman induk jantan : ................. lajur/baris Tgl tanam/tugal : ..............................
Tanaman induk betina : ................. lajur/baris Tgl tanam/tugal : ..............................

5. Isolasi :
Utara : ………………… Selatan : …………………………....
Timur : ………………… Barat : …………………………….

6. Kesimpulan : MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI*)

Catatan : ……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN JAGUNG HIBRIDA


PHASE BERBUNGA ( KE ………. )

67
1. Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………………
2. Letak tanah
Blok : …………………….
Kampung : ……………………. Kecamatan : ..………………….……
Desa : ……………………. Kabupaten : …………………………
3. Luas per tanaman : ……………… (ha)
Tanggal tanaman induk jantan : …………………… Tanggal tanaman
induk betina : …………………………
Hibrida yang akan akan dihasilkan : …………………………………..………..............................................
4. Populasi tanaman per ha
Induk jantan : ………………………………… tanaman
Induk betina : .................................................... tanaman
Perbandingan induk jantan dan induk betina : .............................................................. baris
5. Hasil pemeriksaan
Isolasi : Utara : ………………… Timur : ………………….……….
: Selatan : ………………… Barat : …………………………..

Tanaman induk sesuai sifat – sifatnya : Ya/tidak *)


Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …………………………. Batang

Campuran varietas lain/tipe simpang Bunga jantan yang tertinggal pada induk Keterangan
betina
Contoh pemeriksaan ke :
1 = 1 =
2 = 2 =
3 = 3 =
4 = 4 =
5 = 5 =
6 = 6 =
7 = 7 =
8 = 8 =
9 = 9 =
10 = 10 =
11 = 11 =
12 = 12 =
Rata-rata = ................................... %

Keadaan hama penyakit : ..............................................................................................................................


Keadaan rerumputan : ……………………………..........…………………………................................
Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

6. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..
Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……..……..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

68
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

69
LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH JAGUNG HIBRIDA UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Kotoran benih : …………….…….. % Benih warna lain : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

F. SERTIFIKASI BENIH KEDELAI

70
1. Benih yang ditanam
Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok atau Benih Sebar.

2. Areal Sertifikasi Benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dengan
yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman
lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih kedelai :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih kedelai bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman kedelai, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama atau
bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan:
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman kedelai yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimum 10 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.

e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan

71
1). Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 12 hari, pertanaman harus dibersihkan
dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2). Pada waktu pertanaman mulai berbunga, harus dilakukan seleksi (roguing) sebelum
pemeriksaan lapangan kedua.
3). Pada waktu pertanaman mulai phase masak, harus dilakukan roguing sebelum
pemeriksaan lapangan ke tiga.
4). Pemeriksaan lapangan pertama atau kedua, diberi kesempatan mengulang satu kali,
apabila ternyata pada pemeriksaan ulangan tersebut pertanaman tidak memenuhi standar
kemurniaan lapangan, proses sertifikasi benih tidak dapat dilanjutkan.
Pada pemeriksaan lapangan phase masak tidak ada pemeriksaan ulangan.
5). Hal – hal yang harus diperhatikan pada waktu roguing adalah keseragaman dari warna
hypokotil, warna bunga, tipe pertumbuhan dan bulu pada batang.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kedelai yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah
pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.

72
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 25 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan
contoh yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 3 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 4 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 7
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan

Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)

BS 2 0,0 10
BD 2 0,1 10
BP 2 0,2 10
BR 2 0,5 10

2). Standar pengujian laboratorium

No Uraian BS BD BP BR

73
1. Kadar air (max) % 11,0 11,0 11,0 11,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 80 80 80 80
5. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,1 0,2 0,5

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman

Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai
sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 12 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
- Phase vegetatif belum berakhir.

74
- Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
- Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan lapangan
pertama.
- Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga yakni pada waktu bunga mulai keluar.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase berbunga belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
 Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan lapangan kedua.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(4) Pemeriksaan lapangan ketiga
(a) Dilakukan pada phase masak , dilakukan 10 hari sebelum panen
(b) Pemeriksaan ketiga tidak ada ulangan :
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain),
yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi
benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah
dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat
diketahui keadaan isolasi areal tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dangan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih
intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan
atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga.
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang
berlaku yakni:

75
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum
5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah
contoh pemeriksaan ditambah satu.

Y+8
 Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimum, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 2 meter :
 Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan isolasi
jarak.
 Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi
dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat diisolasikan dengan jenis
tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi selebar 2 meter dari batas
kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan dan tidak dimasukkan
sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya
berdampingan, diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 10 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bilamana 1/3 luas areal yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila pertanaman yang rebah mengelompok, maka dapat dilakukan
pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pendahuluan adalah untuk mengetahui populasi tanaman
persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk menentukan luas satu areal
contoh yang akan diperiksa. Pada dasarnya yang populasinya tidak dapat dihitung secara
langsung (misalnya sebar langsung), perlu dilakukan pengambilan contoh pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam satu
areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh
pada angka (3)(a) dan (3)(b) diatas, misalkan angka tersebut X.

76
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh yang akan diperiksa
dengan rumus:
1.000
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi tanda-tanda
yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
 Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
 Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : warna hypokotil.
 Phase berbunga : warna bunga, warna batang dan warna bulu pada
batang.
 Phase masak : Warna bulu polong, warna bulu batang, ketebalan
polong, tipe pertumbuhan
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
 Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
 Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1


--------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000

c. Hasil pemeriksaan lapangan


1). Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh Instansi penyelenggara Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap
pemeriksaan lapangan.
2). Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-lambatnya
satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir kegiatan sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengambilan contoh benih dan pemeriksaan lengkap hasil pengujian benih
sebagaimana tercantum pada lampiran 1 sampai 5.

Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

77
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH KEDELAI


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk
untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman untuk pemeriksaan lapangan selambat-
lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….
78
LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN
BENIH KEDELAI

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha

Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

79
No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH KEDELAI


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

80
81
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KEDELAI UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. Ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Kotoran benih : ………….……….. % Biji varietas lain : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

82
G. SERTIFIKASI BENIH KACANG TANAH

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok atau Benih Sebar.

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih kacang tanah :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih kacang tanah bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman kacang tanah, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama
atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan :
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman kacang tanah yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimum 10 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan

83
Pemberitahuan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1). Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 15 hari, pertanaman harus dibersihkan
dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2). Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30 hari.
3). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan kedua/akhir, yaitu
pada umur 20 hari menjelang panen.
4). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan pertama atau
kedua, apabila ternyata pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut pertanaman tidak
memenuhi standar kemurniaan lapangan.
Apabila pada pemeriksaan lapangan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar
lapangan, maka sertifikasinya tidak dapat dilanjutkan.
5). Hal–hal yang harus diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah : warna hypokotil,
pertumbuhan (“runner”/merambat).
f. Pemeriksaan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kacang tanah yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang
telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani
masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.

84
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.

k. Pengambilan contoh benih


1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 25 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh benih
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram (dalam
bentuk polong).
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 3 bulan sejak tanggal selesai pengujian
atau paling lama 4 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama
7 bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan

Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)

BS 2 0,0 10
BD 2 0,2 10
BP 2 0,5 10
BR 2 1,0 10

2). Standar pengujian laboratorium


No Uraian BS BD BP BR

85
1. Kadar air (max) % 11,0 11,0 11,0 11,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 80 80 80 80
5. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,1 0,2 0,5

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai
sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 20 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase vegetatif belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih.
 Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.

86
(3) Pemeriksaan lapangan kedua.
(a) Dilakukan pada umur 10 hari menjelang panen (phase masak).
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Penangkar Benih .
 Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan
 Kebenaran nama dan alamat pemohon.
 Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
 Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada waktu
pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
 Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi benih. Data
tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
 Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
 Memenuhi syarat, atau
 Tidak memenuhi syarat.
 Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih intensif”
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan :
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan pemeriksaan
Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang
berlaku yakni:
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimum 5
contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah contoh
pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = -------
2

87
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan
keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
Isolasi jarak paling sedikit 2 meter :
 Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak diperlukan
isolasi jarak.
 Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan sertifikasi diisolasi
dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat diisolasikan dengan jenis tanaman
lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi selebar 2 meter dari batas kedua areal
tersebut pada waktu panen dipisahkan dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya berdampingan,
diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda minimal 10 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bilamana 1/3 luas areal yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila pertanaman yang rebah mengelompok, maka dapat dilakukan
pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui populasi
tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk menentukan luas satu
areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya yang populasinya tidak dapat
dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu dilakukan pengambilan contoh
pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam
areal contoh pemeriksaan pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemerksaan
pendahuluan secara acak dalam satu areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-
angka yang diperoleh pada angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh
pemeriksaan yang akan diperiksa dengan rumus :
1.000
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c(1)(d), dan diberi tanda-tanda
yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.

88
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh
pemeriksaan.
 Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
 Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : warna hypokotil.
 Phase masak : tipe pertumbuhan.

(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
-------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000

d) Hasil pemeriksaan lapangan


(1) Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh Instansi penyelenggara Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap
pemeriksaan lapangan.
(2) Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir kegiatan sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengambilan contoh benih dan laporan lengkap hasil pengujian benih sebagaimana
tercantum pada lampiran 1 sampai 5.

89
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH KACANG TANAH


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.

90
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH KACANG TANAH

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. Kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha

Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……

91
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH KACANG TANAH


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =

92
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

93
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KACANG TANAH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Kotoran benih : ………….……….. % Biji varietas lain : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

94
………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

H. SERTIFIKASI BENIH KACANG HIJAU

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok atau Benih Sebar.

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas batas-
batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih kacang hijau :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih kacang hijau bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman kacang hijau, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama
atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan :
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.

95
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman kacang hijau yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimum 10 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Permohonan pemeriksaan lapangan
Permohonan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.

e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan


1). Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 15 hari, pertanaman harus dibersihkan
dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama dan penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2). Penyiangan kedua dilakukan pada umur 30 hari.
3). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan kedua/akhir, yaitu
pada umur 15 hari sebelum panen.
4). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan pertama atau
kedua, apabila ternyata pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut pertanaman tidak
memenuhi standar kemurnian lapangan.
Apabila pada pemeriksaan lapangan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar
lapangan, maka sertifikasinya tidak dilanjutkan.
5). Hal–hal yang harus diperhatikan pada waktu roguing adalah : warna hypokotil,
pertumbuhan (“runner”/merambat), warna kulit polong pada waktu masak. Tipe
pertumbuhan yang menyimpang (“runner”) bisa dilihat setelah pertanaman mulai
berumur 40 - 50 hari dan harus dibuang.
f. Pemeriksaan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kacang hijau yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang
telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah
pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.

96
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh/daya berkecambah.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.

k. Pengambilan contoh benih


1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 5 bulan sejak tanggal selesai pengujian
atau paling lama 6 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 8 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 9
bulan dari panen. Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat

97
1). Standar lapangan

Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)

BS 2 0,1 10
BD 2 0,2 10
BP 2 0,5 10
BR 2 1,0 10

2). Standar pengujian laboratorium


No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 11,0 11,0 11,0 11,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Daya berkecambah/Daya tumbuh (min) % 80 80 80 80
5. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,1 0,2 0,5

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling

98
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 20 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase vegetatif belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih.
 Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase masak yakni pada waktu :
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih .
 Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan
lain-lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang
tumbuh pada waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat
dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis tanaman
pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta
lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada
pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan
ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang
menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan
dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau

99
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dangan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah
yang lebih intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir.
Pengawas Benih Tanaman perlu mengadakan pemeriksaan
kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan
diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan pemeriksaan.
 Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan
menurut ketentuan yang berlaku yakni:
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha,
diperlukan minimum 5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai
dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak
 Antara dua areal sertifikasi benih yang sama varietasnya,
tidak diperlukan isolasi jarak.
 Antara suatu areal sertifikasi benih dengan yang bukan
sertifikasi diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat
diisolasikan dengan jenis tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi
selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan
dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya
berdampingan, diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 15 hari.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas satu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya

100
yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu
dilakukan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam satu
areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh pada
angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh pemeriksaan yang akan
diperiksa dengan rumus :
1.000
-------
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c(1)(d), dan
diberi tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
- Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh.
- Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
- Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
- Phase vegetatif : warna hypokotil.
- Phase masak : tipe pertumbuhan, warna batang dan warna bulu
pada batang, warna kulit polong waktu masak
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1


-------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000

c. Hasil pemeriksaan lapangan


1). Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh instansi penyelenggara Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap
pemeriksaan lapangan.
2). Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengambilan contoh benih dan laporan lengkap hasil pengujian benih tercatat pada
lampiran 1 sampai 5.

101
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH KACANG HIJAU


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk
untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman untuk pemeriksaan
lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas Benih Tanaman.

102
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH KACANG HIJAU

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha

Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

103
Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH KACANG HIJAU


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah :
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..

104
Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

105
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KACANG HIJAU UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. Ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Kotoran benih : ………….……….. % Biji varietas lain : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

106
.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

H. SERTIFIKASI BENIH UBI JALAR

1. Benih yang ditanam


Benih ubi jalar dapat berupa stek maupun berbentuk umbi. Yang berbentuk umbi hanya
untuk kelas BS, sedangkan untuk stek bisa terdiri dari kelas BS, BD, BP, dan BR.
Untuk perbanyakan benih dalam bentuk stek bisa turun kelas di bawahnya sesuai urutan
kelasnya atau dari BS atau BD langsung ke BR.

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas batas-
batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari beberapa
petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dengan yang
lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi maximal 7 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih ubi jalar :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih ubi jalar bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman ubi jalar, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama atau
bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan: Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan
pengolahan tanah dan melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
b. Isolasi
Pertanaman ubi jalar yang akan disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.

107
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Institusi yang menangani
Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya 1 minggu sebelum
tanam dengan melampirkan bukti kelas sumber benih dan peta lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
Areal harus bersih dari rerumputan dan dilaksanakan seleksi (roguing) terhadap
varietas lain, tipe simpang dan tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum
pemeriksaan lapangan dilakukan.

f. Panen
Umbi dipanen pada umur : 3,5 – 4,0 bulan untuk dataran rendah. Sedangkan untuk dataran
tinggi panen pada umur 6 – 8 bulan. Sedangkan untuk stek dipanen/diambil apabila kondisi
pertanaman sudah memungkinkan dan dilakukan secara berkala.
g. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Peralatan dan/atau cara panen, dan pengolahan diperiksa sebagaimana yang ditetapkan untuk
menjamin bahwa benih yang dipanen dan diolah tersebut tidak tercampur varietas lain.
h. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan tempat gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi
benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Kelembaban cukup.
b) Ventilasi baik.
c) Ruangan gelap
d) Lantai gudang sebaiknya dari tanah.
i. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium pada pemeriksaan umbi di gudang.
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih atas permintaan produsen
benih.
j. Uji penyakit untuk benih dalam bentuk stek
1) Contoh benih yang diambil oleh Pengawas Benih Tanaman
2) Contoh benih diambil secara sampling sebanyak 5 stek.
3) Contoh benih dikirim ke laboratorium untuk uji laboratorium.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih untuk bentuk umbi tidak boleh lebih dari 20 ton.
108
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam suatu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan
memudahkan pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh benih
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 100 umbi.
l. Masa berlaku label
Masa berlaku label diberikan paling lama 2 bulan setelah panen untuk benih dalam bentuk
umbi dan 10 hari untuk benih dalam bentuk stek. Selama masa berlakunya label untuk benih
dalam bentuk umbi harus diadakan pengujian ulang untuk pengecekan. Masa laku label ulang
untuk benih dalam bentuk umbi paling lama 1 bulan dan bisa diperpanjang lagi selama masih
memenuhi standar mutu untuk kelas benih yang bersangkutan.

m. Pengemasan
Pengemasan umbi dan stek dengan bahan kotak kayu/karton yang dilobangi pada keempat
sisinya; keranjang jaring yang mempunyai ventilasi dan disegel dengan dilampiri label
sesuai dengan kelasnya. Pengawasan pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu
atau terus menerus selama proses pemasangan label berlangsung.
n. Pengepakan salur/stek
1). Panjang stek 30 cm (1 stek)
2). Kondisi kemasan rapat dan lembab.
o. Standar mutu benih bersertifikat (standar lapangan)

Kelas benih BS BD BP BR
Isolasi jarak (min) meter 2 2 2 2
Varietas lain/tipe simpang (%) 0,0 0,0 0,2 0,5
Hama (boleng) % 0,5 1,0 3,0 5,0
Penyakit kudis untuk stek (%) 0,0 1,0 3,0 5,0
Masa berlaku label :
- Untuk umbi (bulan) 2 2 2 2
- Untuk stek (hari) 10 10 10 10

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri dari varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dan hama penyakit yang dapat ditularkan melalui benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.

109
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 100 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
200 tanaman

Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.

2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling


a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak serempak,
maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal tiga kali untuk perbanyakan benih dalam
bentuk stek (pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan lapangan pertama dan
pemeriksaan lapangan kedua) dan 4 kali untuk perbanyakan benih dalam bentuk umbi
(pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan lapangan pertama, pemeriksaan
lapangan kedua dan pemeriksaan umbi di gudang).
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan dapat dilanjutkan sampai sebelum tanam.
Hal-hal yang diperiksa meliputi kebenaran areal, kebenaran benih sumber,
sejarah lapangan dan batas areal sertifikasi benih.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
Dilakukan pada saat tanaman berumur 1 bulan sejak tanam. Pemeriksaan ulangan
hanya dilakukan bila dianggap perlu.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua.
Dilakukan pada tanaman berumur 2 bulan sejak tanam. Pemeriksaan ulangan hanya
dilakukan bila dianggap perlu.
(4) Pemeriksaan umbi di gudang
(a) Pemeriksaan dilakukan pada perbanyakan benih dalam bentuk umbi.
(b) Pemeriksan dilakukan pada saat prosesing telah selesai dilakukan.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan.
(b) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(c) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(d) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk

110
untuk mengetahui jenis tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada
areal tanah tersebut.
(e) Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal sertifikasi
benih. Data tersebut dicocokan dengan sket/peta lapangan yang telah
dilampirkan pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui
keadaan isolasi areal tersebut.
(f) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan
kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat, atau
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya pengerjaan tanah yang lebih
intensif karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau
tidak.

c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua


(1). Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan
 Memeriksa bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
 Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman
yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Dalam pemeriksaan lapangan menggunakan sistem sampling, yaitu :
 Sistem sampling adalah dengan menghitung jumlah
contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang berlaku.
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 1 ha
diperlukan minimum 5 contoh pemeriksaan. Tiap titik contoh
pemeriksaan sebanyak 100 tanaman.

 Rumus : X = (Y + 4)

X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas)


Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha)
(d) Menentukan letak areal contoh secara acak pada sket/peta areal pertanaman yang
jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut diatas.
(2) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh
pemeriksaan.
(b) Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang.
(c) Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan melalui
benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(3) Hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan lapangan adalah bentuk daun, warna ujung
daun, warna tulang daun bagian bawah, warna batang dan warna tepi daun. Sedangkan
pada pemeriksaan umbi di gudang adalah warna kulit umbi dan warna daging umbi.

111
(4) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang.
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara sebagai berikut :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang 1


RUMUS : ---------------------------------------------------------- x ---- x 100%
Jumlah contoh pemeriksaan 100

(5) Cara perhitungan persentase serangan hama dan penyakit :


(a) Hama yang diamati : Hama boleng, penggerek batang dan nomatoda
(b) Penyakit yang diamati : Fusarium (pada stek) dan kudis (pada daun
umbi).

Jumlah tanaman yang terserang 1


RUMUS : -------------------------------------- x ---- x 100 %
Jumlah tanaman sampel 100

d) Cara pemeriksaan umbi di gudang


1) Pemeriksaan umbi dilakukan setelah panen, sortasi dan pembuataan lot, serta
sebelum pengemasan dan pengiriman.
2) Pemeriksaan umbi dilakukan terhadap sampel benih 100 umbi yang diambil secara
acak dari setiap lot benih.
3) Faktor yang diamati dalam pemeriksaan umbi adalah persentase campuran varietas
lain, hama dan penyakit.
Rumus Campuran Varietas Lain (CVL) :
Jumlah varietas lain 1
CVL = ---------------------------------- x ----- x 100 %
Jumlah umbi yang diperiksa 100

5. Formulir sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan dan pengambilan contoh benih tercatat pada lampiran 1 sampai 5.

112
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH UBI JALAR


No. ……………………………………….

1. Nama Pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)/
generatif (umbi

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

113
5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ………………… kg/stek
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu
Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH UBI JALAR

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. Kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

114
Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : .................................
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)/generatif umbi)

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH UBI JALAR


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah :
Kampung : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Desa : ...………………… Kabupaten : ……………..….....

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)/generatif umbi)

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :

115
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

116
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH UBI JALAR UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
…….... ton/stek Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

117
Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan
Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Hama (boleng) : ................................................ %


Penyakit untuk stek : ............................................... %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

J. SERTIFIKASI BENIH UBI KAYU

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar
atau Benih Pokok.

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau bebarapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.

118
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih ubi kayu :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih ubi kayu bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman ubi kayu, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama atau
bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan:
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
Pertanaman ubi kayu yang akan disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak minimal 2 meter.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Institusi yang menangani
Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
sebelum tanam dengan melampirkan bukti kelas sumber benih dan peta lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
Areal harus bersih dari rerumputan dan dilaksanakan seleksi (roguing) terhadap varietas
lain, tipe simpang dan tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan
lapangan dilakukan.
f. Panen
1). Panen ubi kayu dilakukan pada umur 6 bulan (apabila umbinya tidak
dimanfaatkan).
2). Panen umur 10 bulan apabila umbinya dimanfaatkan.
g. Pengawasan panen dan pengolahan benih
Pada saat pelaksanaan panen perlu dilakukan pengawasan sehingga tercampurnya
secaraa fisik dengan varietas lain dapat dihindari.
h. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus meminta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu
sebelum penyimpanan benih kepada Institusi yang menangani pengawasan mutu
dan sertifikasi benih.

119
i. Pengepakan dan pengiriman
1). Dalam pengiriman benih ubi kayu bisa dipak pakai kotak kayu, atau diikat dengan
jumlah kemasan atas permintaan konsumen.
2). Untuk stek bisa 25 cm (1 stek)/1 m tergantung dari permintaan konsumen.
j. Sortasi
Sortasi dan penyimpanan/pengepakan :
1). Setelah panen, pilih batang yang panjang dengan ukuran batang yang layak.
2). Bila akan segera ditanam, batang langsung dipotong 25 cm. Diikat, diberi label
sesuai dengan kelas benihnya dan dibawa/dikirim ke lokasi untuk ditanam.
3). Bila terpaksa harus disimpan, tempatkan batang pada tempat teduh dan lembab
dalam ikatan dengan posisi berdiri (jangan dipotong dulu). Dengan cara
penyimpanan demikian daya hidup batang ubi kayu dapat bertahan sekitar 2 – 3
bulan.
k. Masa berlaku label
Masa berlaku label diberikan paling lama 2 minggu setelah panen. Dengan perlakuan
khusus masa berlaku label paling lama 2 bulan. Pengawasan pemasangan label dapat
dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
l. Standar mutu benih bersertifikat (standar lapangan)

Uraian BS BD BP BR
Isolasi jarak (meter) 2 2 2 2
Varietas lain/tipe simpang (%) 0,0 0,0 0,2 0,5
Isolasi waktu (hari) 7 7 7 7

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terjadi.
3). Menilai kesehatan benih dan hama penyakit yang dapat ditularkan melalui benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 50 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut :
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ----------------------------------------------- x 100 %
100 tanaman

Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.

120
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 3 (tiga) kali, yaitu
:
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
Dilakukan 10 hari sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama.
Dilakukan pada saat tanaman berumur 6 bulan.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua dilaksanakan pada saat menjelang panen.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaaan persyaratan.
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan
lain-lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang
tumbuh pada waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis
tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada areal tanah
tersebut.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta
lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada
pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan
ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang
menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan
dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau.
(b) Tidak memenuhi syarat, atau
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya pengerjaan tanah yang lebih
intensif karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan
atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan
 Memeriksa bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
 Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman
yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Dalam pemeriksaan lapangan menggunakan sistem sampling, yaitu :

121
 Sistem sampling adalah dengan menghitung jumlah contoh pemeriksaan
yang diperlukan menurut ketentuan yang berlaku.
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 1 ha diperlukan minimum 5
contoh pemeriksaan. Tiap titik contoh pemeriksaan sebanyak 100
tanaman.
 Rumus : X = (Y + 4)

X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas)


Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha)
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan tersebut diatas.
(2) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti semua individu tanaman yang terdapat pada areal
contoh pemeriksaan.
(b) Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang.
(c) Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan
melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(3) Hal-hal yang diperiksa pada pemeriksaan lapangan adalah warna daun, warna tepi
daun, bentuk daun, warna tangkai daun dan tipe percabangan.
(4) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang.
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara sebagai berikut :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang 1


RUMUS : ----------------------------------------------------------- x ----- x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 100

c. Hasil pemeriksaan lapangan


Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan oleh
instansi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih.

5. Formulir sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan dan pengambilan contoh benih tercatat pada lampiran 1 sampai 3
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH UBI KAYU


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :

122
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. Jumlah benih : ……………………… kg
Sumber benih. : ……………….
Kelas benih : .........................
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu
Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN

123
BENIH UBI KAYU

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. Kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : .................................
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH UBI KAYU

124
KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Kampung : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Desa : ...………………… Kabupaten : ……………..….....

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha
Sistem perbanyakan : Vegetatif (stek)

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %
Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..
Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ………….…..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

K. SERTIFIKASI BENIH GANDUM

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok atau Benih Sebar.

125
2. Areal sertifikasi benih
a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu dan
lain unit tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh varietas/tanaman yang
lain.
c. Dalam suatu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu
kelas benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih gandum :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
1). Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih gandum bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang
digunakan bekas tanaman gandum, maka areal tersebut harus bekas varietas
yang sama atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan
dengan varietas yang ditanam dengan ketentuan:
2). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
3). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman gandum yang akan disertifkasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak minimal 2 meter.
2) Apabila ada dua varietas yang berbeda dan unitnya berdampingan, maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganyan berbeda ±
30 hari.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Pemberitahuan pemeriksaan lapangan harus sampai di Institusi yang menangani
Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih selambat-lambatnya satu minggu sebelum
waktu pemeriksaan lapangan.
e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan
1). Pada masa pertanaman aktif membentuk anakan (phase vegetatif) harus
dibersihkan dari rerumputan dan dilakukan seleksi (roguing) terhadap
varietas lain, tipe simpang dan tanaman yang terserang hama/penyakit
sebelum pemeriksaan lapangan dilaksanakan.
2). Pembersihan dan seleksi (roguing) harus pula dilakukan pada waktu pertanaman mulai
berbunga (sebelum pemeriksaan lapangan kedua).
3). Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama dan kedua tidak memenuhi standar
lapangan, maka kesempatan mengulang masing-masing hanya dilakukan satu kali pada
phase vegetatif dan berbunga, tetapi sebelum pemeriksaan ulangan harus diroguing

126
terlebih dahulu. Bilamana pada pemeriksaan ulangan tidak memenuhi standar lapangan,
maka sertifikasi benih tidak bisa dilanjutkan.
4). Seleksi (roguing) harus dilakukan pula sebelum pemeriksaan lapangan terakhir.
5). Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat seleksi/roguing adalah tipe pertumbuhan,
kehalusan daun, warna helai daun, warna lidah daun, warna tepi daun, warna pangkal
batang, bentuk/tipe malai, bentuk gabah, bulu pada ujung gabah, warna ujung gabah,
warna gabah dan sudut daun bendera.
f. Pemeriksaan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam memproduksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran
dengan varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah diperiksa
dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 30 ton.
b) Wadah-wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan
sedemikian rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan
memudahkan pengambilan contoh benihnya.

127
2). Pengambilan contoh benih.
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 6 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 9 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuab khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 12 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 15
bulan dari panen. Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa laku label ulang paling lama setengah dari masa masa berlaku pengujian
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standar mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih
1). Standar lapangan

Kelas Isolasi jarak Varietas lain/tipe Isolasi waktu Biji gulma


benih (min) meter simpang (max) % (min) hari (max) %

BS 2 0,0 30 0,0
BD 2 0,1 30 0,0
BP 2 0,5 30 0,0
BR 2 1,0 30 0,0

2). Standar pengujian laboratorium


No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 13,0 13,0 13,0 13,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 98,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 2,0
4. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 70 70 70 70
5. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,2 0,5 1,0

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik

128
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.
Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)
Persentase CVL = ----------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman
Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 4 (empat) kali,
yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif, yakni ± 30 hari setelah tanam.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase vegetatif belum berakhir
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman
dan Produsen Benih.
 Paling lambat dilakukan 1 (satu) minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
 Hanya diberikan mengulang 1 (satu) kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga, yakni pada waktu munculnya
malai sekitar 80 % (70 – 80 hari) dari kelopak daun bendera.
Pada stadia ini penyerbukan mulai berlangsung, sebagian besar
penyerbukan terjadi sebelum benang sari keluar dari kelompok
bunga yang membuka. Dengan demikian tanaman gandum
termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri.

(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan ketentuan :
 Belum menginjak pada phase masak.

129
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman
dan Produsen Benih.
 Paling lambat dilakukan ± 40 hari sebelum saat panen.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang 1 (satu) kali.
(4) Pemeriksaan lapangan ketiga
(a) Dilakukan pada phase masak, yaitu pada waktu : Biji telah berisi sempurna dan
keras yaitu paling lambat 1 (satu) minggu sebelum panen.
(b) Tidak dilakukan pemeriksaan lapangan ulangan.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan.
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk untuk
mengetahui jenis tanaman/varietas tanaman musim sebelumnya pada areal tanah
tersebut.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan dipergunakan untuk areal sertifikasi benih.
Data tersebut dicocokan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat, atau
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya pengerjaan tanah yang lebih intensif
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama, kedua dan ketiga
(1) Persiapan
(a) Pemeriksaan persyaratan
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
 Memeriksa letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman
yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Dalam pemeriksaan lapangan menggunakan sistem sampling, yaitu :
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha,
diperlukan minimal 5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai
dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = --------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas)

130
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha)

Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan contoh
pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh secara acak pada sket/peta areal pertanaman yang
jumlahnya sesuai dengan perhitungan tersebut diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak :
 Antara dua areal sertifikasi benih yang sama varietasnya,
tidak diperlukan isolasi jarak.
 Antara suatu areal sertifikasi benih dengan yang bukan
sertifikasi benih diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau tanpa
isolasi tetapi selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen
dipisahkan dan tidak dimasukan sertifikasi benih.
(b) Isolasi waktu
Tanggal tanam dari dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, diatur
sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbenda minimum 30 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi
ternyata rebah, sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat
ditolak.
 Apabila tanaman yang rebah terdapat secara
mengelompok pada phase berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan
atas sisa areal yang tidak rebah.
 Apabila campuran verietas lain dijumpai secara
mengelompok, maka areal/petak dimana terdapat campuran tersebut dapat
dikeluarkan dari areal sertifikasi benih.
(3) Pengambilan contoh pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman per satuan luas (m2) yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas suatu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya
yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung perlu dilakukan pengambilan
contoh pemeriksaan pendahuluan. Cara menentukan pengambilan contoh pemeriksaan
pendahuluan seperti berikut ini :

1m 1m

1m

1m 1m

Keterangan :
131
 Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh
pemeriksaan pendahuluan sepanjang 1 m, minimal 5 ulangan.
 Menghitung rata-rata tanaman sepanjang 1 m berdasarkan angka–angka
yang diperoleh diatas, misalkan angka tersebut X.
 Menentukan panjang minimum setiap areal contoh yang diperiksa
dengan rumus 1000 (hasilnya dibulatkan keatas)
Xm
(4) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
 Menghitung semua varietas lain dan tipe simpang.
 Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang
ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa
 Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, jumlah
anakan, ukuran batang, tinggi tanaman dan tingkat kerebahan.
 Phase berbunga : warna batang, bentuk/tipe bunga, jarak spikilet,
panjang malai, jumlah bulir per spikilet, jumlah spikilet per malai,
bentuk bulir, panjang leher malai, panjang ruas, panjang daun
bendera dan tipe malai.
 Phase masak : banyaknya malai, panjang bulu malai dan warna biji.
(5) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang.
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil
pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan.
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara sebagai berikut :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang 1


RUMUS: ----------------------------------------------------------x ----x100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000

c. Hasil pemeriksaan lapangan


1). Hasil pemeriksaan lapangan dimasukan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh institusi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
2). Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, hasil
pemeriksaan lapangan, pengambilan contoh benih dan laporan pengujian lengkap hasil
pengujian benih sebagaiman tercantum pada lampiran 1 sampai 5.

Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..…. 132
KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH GANDUM


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

133
Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman
Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH GANDUM

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

134
Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH GANDUM


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

135
Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu
Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

136
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH GANDUM UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Daya tumbuh/daya : ……………………. %


Benih murni : ………….……….. % berkecambah
Kotoran benih : ………….……….. % Biji varietas lain : ……………………. %

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

137
L. SERTIFIKASI BENIH SHORGUM

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok atau Benih Sebar.

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas batas-
batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih shorgum :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih shorgum bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman shorgum, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama atau
bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan:
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman shorgum yang disertifikasi harus jelas terpisah dari pertanaman
varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 50 meter.
2). Isolasi jarak tersebut dapat dipendekkan jika penangkaran benih bertambah
luas, dengan cara membuang tanaman pinggir yang berbatasan.
Luas penangkaran, jarak isolasi serta jumlah baris tanaman pinggir yang
dibuang dapat dilihat pada petunjuk pemeriksaan lapangan.
3). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan, maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
± 15 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:

138
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Pemberitahuan pemeriksaan lapangan
Permohonan pemeriksaan lapangan harus disampaikan kepada institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum pemeriksaan lapangan.

e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan.


1). Pada masa pertanaman berumur ± 20 hari harus dibersihkan dari rerumputan dan
dilakukan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang, tanaman lain yang
mungkin tumbuh dari petanaman sebelumnya atau tumbuh diluar tugalan dan tanaman
yang terserang hama/penyakit.
2). Pada umur 2 – 3 minggu setelah tanam diadakan penjarangan dengan
memilih/mempertahankan tanaman yang sehat dan tegak sehingga diperoleh populasi
yang diinginkan sesuai dengan jarak tanam yang digunakan.
3). Pada waktu pertanaman mulai berbunga, harus pula dilakukan seleksi terhadap varietas
lain dan tipe simpang.
4). Apabila pada pemeriksaan lapangan pertama atau kedua ternyata pertanaman tidak
memenuhi standar kemurnian lapangan, maka seleksi (roguing) harus pula dilakukan
setelah pemeriksaan-pemeriksaan tersebut selesai. Kesempatan mengulang ini hanya
diberikan satu kali dan bilamana pada pemeriksaan lapangan ulangan tersebut tidak
memenuhi standar, maka proses sertifikasinya tidak dapat dilanjutkan.
5). Hal-hal yang diperhatikan pada waktu seleksi (roguing) adalah bentuk dan lebar daun,
warna helai daun, warna batang, bentuk/tipe bunga jantan dan warna biji.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih shorgum yang akan disertifikasi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah
pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
139
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya tumbuh/daya berkecambah.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.

k. Pengambilan contoh benih


1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 10 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh benih
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 200 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 4 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 6 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 8
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
label dapat diganti atau ditutup dengan label LU dan tidak merubah kemasan. Pengawasan
pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses
pemasangan label berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat

1). Standar lapangan

Kelas Isolasi jarak (min) Varietas lain/tipe Isolasi waktu


benih meter simpang (max) % (min) hari

BS 50 0,5 15
BD 50 1,0 15
BP 50 2,0 15
BR 50 3,0 15

140
2). Standar pengujian laboratorium

No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 12,0 12,0 12,0 12,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 98,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 2,0
4. Benih warna lain (max) % 0,2 0,2 0,5 1,0
5. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 75 75 75 75
6. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,5 1,0 2,0 3,0
4. Pemeriksaan Lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem chek plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem chek plot dilakukan dengan cara :
 Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 250 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
 Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama
pertumbuhan dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut :

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
500 tanaman (2 x 250 tanaman)
Dengan pengertian :
CVL adalah Campuran Varietas Lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 25 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase vegetatif belum berakhir.
141
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman
dan Produsen Benih.
 Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Dilakukan secepatnya sebelum bunga jantan terbuka (sebelum tepung
sari keluar).
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih Tanaman dan
Produsen benih .
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain), yang
akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi benih.
Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan pada
permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(d) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan instansi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dengan anjuran, misalnya pengerjaan tanah yang lebih intensif
karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman perlu
mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya.
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Persiapan pemeriksaan
 Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut
ketentuan yang berlaku yakni:
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha, diperlukan minimal
5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai dengan 2 ha, jumlah
contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8

142
 Rumus : X = -------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat dipergunakan
contoh pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Kebenaran isolasi jarak atau isolasi waktu.
(b) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan :
 Bila 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah,
sehingga mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila pertanaman yang rebah terdapat secara mengelompok, maka
dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak rebah.
(3) Cara pemeriksaan lapangan
Populasi tanaman yang diperiksa :
Populasi tanaman dalam suatu contoh pemeriksaan adalah 100 tanaman.
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan di lapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan hasil perhitungan pada angka
c)(1)c).
(b) Letak masing-masing contoh sesuai dengan c)(1)d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)
(3).
(5) Cara pemeriksaan lapangan satu contoh pemeriksaan :
(a) Menentukan satu baris secara acak dan memeriksa 10 tanaman.
(b) Kemudian memeriksa 10 tanaman lagi pada baris kelima dari baris tersebut diatas.
(c) Pemeriksaan tersebut diatas terus sampai mencapai 100 tanaman, berarti tanaman
yang diperiksa mencakup 10 baris yang berbeda-beda (lihat diagram ).
(6) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
 Menghitung semua varietas lain dan semua tipe simpang.
 Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan melalui
benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : bentuk dan lebar daun, warna helai daun dan warna batang.
 Phase berbunga : bentuk dan lebar daun, warna helai daun, warna batang,
bentuk/tipe bunga jantan dan warna biji.
(7) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
(a) Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang dari hasil pemeriksaan
seluruh areal contoh pemeriksaan :

143
(b) Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1


-------------------------------------------------------------------- x ----- x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 100

c. Hasil pemeriksaan lapangan


1). Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan oleh
Instansi yang menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih untuk setiap
pemeriksaan lapangan.
2). Hasil tersebut dikirim kepada produsen benih yang bersangkutan selambat-lambatnya
satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

144
5. Formulir sertifikasi benih

Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan


lapangan, pengmbilan contoh benih dan laporan lengkap pengujian benih sebagaiman tercatat
pada lampiran 1 sampai 5.

145
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH SHORGUM


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.

146
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH SHORGUM

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Tanggal tanam : ……………………. Varietas : .............................................
Kelas benih : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha

Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

147
Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH SHORGUM


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =

148
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

149
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH SHORGUM UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Biji warna lain : …………………. %


Benih murni : ………….……….. % Biji varietas lain : …………………. %
Kotoran benih : ………….……….. % Daya tumbuh/daya : …………………. %
berkecambah

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……

150
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

M. SERTIFIKASI BENIH KORO PEDANG

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar
dan Benih Pokok.

2. Areal Sertifikasi Benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas
batas-batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi benih hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas
benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi benih maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih koro pedang :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih koro pedang bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman koro pedang, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama
atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan:

151
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman koro pedang yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimal 15 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
1) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Permohonan pemeriksaan lapangan
Permohonan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.

e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan


1). Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 12 hari, pertanaman harus dibersihkan
dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2). Pada waktu pertanaman mulai berbunga, maka harus dilakukan seleksi (roguing)
sebelum pemeriksaan lapangan kedua.
3). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan pertama atau
kedua, apabila ternyata pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut pertanaman tidak
memenuhi standar kemurniaan lapangan.
Apabila pada pemeriksaan lapangan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar
lapangan, maka proses sertifikasinya tidak dilanjutkan.
4). Hal – hal yang harus diperhatikan pada waktu roguing adalah keseragaman dari warna
hypokotil, warna bunga, tipe pertumbuhan dan bulu pada batang.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih koro pedang yang akan diseleksi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang telah
diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani masalah
pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.

152
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1). Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2). Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3). Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.

k. Pengambilan contoh benih


1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 4 bulan sejak tanggal selesai pengujian atau
paling lama 5 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (misal cold
storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 7
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel.

153
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
dapat diganti atau ditutup dengan tidak merubah kemasan. Pengawasan pemasangan label
dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses pemasangan label
berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan

Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)

BS 2 0,0 15
BD 2 0,1 15
BP 2 0,2 15
BR 2 0,5 15

2). Standar pengujian laboratorium

No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 12,0 12,0 12,0 12,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Biji tanaman lain (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0
5. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 70 70 70 70
6. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,1 0,5 1,0
7. Biji gulma (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0

4. Pemeriksaan Lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:

154
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksa sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala
selama pertumbuhan dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ----------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman

Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling.
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimum 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan sampai
sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 12 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase vegetatif belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih.
 Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase berbunga belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih .
 Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-
lain), yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi benih.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang
tumbuh pada waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat

155
dipergunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui jenis tanaman
pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal
sertifikasi benih. Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta
lapangan yang telah dilampirkan pada permohonan. Pada
pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan isolasi areal
tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber benih dan kelas benih yang akan
ditanam dan kelas benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang
menangani pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang
lebih intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas
Benih Tanaman perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah
anjurannya dilaksanakan atau tidak.

c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua


(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan
diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang
berlaku yakni:
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha,
diperlukan minimum 5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai
dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.

Y+8
 Rumus : X = ------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan
keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat
dipergunakan contoh minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh secara acak pada sket/peta areal pertanaman yang
jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut diatas.

156
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :
(a) Isolasi jarak :
 Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak
diperlukan isolasi jarak.
 Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan
sertifikasi diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat
diisolasikan dengan jenis tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi
selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan
dan tidak dimasukkan sertifikasi.
(b) Isolasi waktu
Isolasi waktu 15 hari. Perbedaan tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan
bloknya berdampingan , diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya
berbeda minimal 15 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila tanaman yang rebah terdapat secara mengelompok pada phase
berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak
rebah.
 Apabila campuran verietas lain dijumpai secara
mengelompok, maka areal/petak dimana terdapat campuran tersebut dapat
dikeluarkan dari areal sertifikasi benih.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas satu areal contoh yang akan diperiksa. Pada dasarnya yang
populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu
dilakukan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam satu
areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh pada
angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh yang akan diperiksa dengan
rumus :
1.000
-------
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan :
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).

157
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan :
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal contoh pemeriksaan.
 Menghitung semua varietas lain dengan semua tipe simpang.
 Menghitung semua batang yang diserang hama/penyakit yang ditularkan
melalui benih sesuai dengan peraturan yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : warna hypokotil.
 Phase berbunga : warna bunga, warna batang dan warna bulu pada batang.
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
 Menghitung jumlah campuran varietas lain dan
tipe simpang dari hasil pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
 Kemudian dinyatakan dengan persen dengan
cara :

Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1


--------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000

c Hasil pemeriksaan lapangan


1). Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan
oleh Instansi Penyelenggara Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap
pemeriksaan lapangan.
2). Hasil tersebut dikirim kepada perodusen benih yang bersangkutan selambat-
lambatnya satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir sertifikasi benih.


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengmbilan contoh benih dan laporan lengkap pengujian benih sebagaiman tercatat
pada lampiran 1 sampai 5.

158
Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH KORO PEDANG


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

2. Sertifikasi benih untuk :


Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………

159
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih : ……………….
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH KORO PEDANG

Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………


Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………

160
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : …………………….

Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH KORO PEDANG


KE …………………..

1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...


Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

161
4. Hasil pemeriksaan tanaman
sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ………….…..……………

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

162
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KORO PEDANG UNTUK SERTIFIKASI BENIH

Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....


Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

163
Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan
Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Biji gulma : …………………. %


Benih murni : ………….……….. % Biji varietas lain : …………………. %
Kotoran benih : ………….……….. % Daya tumbuh/daya : …………………. %
Biji tanaman lain : …………………… % berkecambah

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

N. SERTIFIKASI BENIH KACANG MERAH

1. Benih yang ditanam


Benih yang akan disertifikasi harus berasal dari Benih Inti, Benih Penjenis, Benih Dasar,
Benih Pokok atau Benih Sebar.

2. Areal sertifikasi benih


a. Areal sertifikasi benih adalah areal tanah yang harus dinyatakan dengan jelas batas-
batasnya baik berupa parit, pematang, jalan maupun tanda-tanda yang jelas
lainnya.
b. Suatu areal sertifikasi benih dapat terdiri dari satu hamparan yang terdiri dari
beberapa petak atau beberapa areal yang terpisah-pisah tetapi jarak antara satu

164
dengan yang lain tidak lebih dari 10 meter dan tidak dipisahkan oleh
varietas/tanaman lain.
c. Dalam satu areal sertifikasi hanya dapat ditanam satu varietas dan satu kelas benih.
d. Batas waktu tanam untuk satu areal sertifikasi maximal 5 hari.

3. Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih


Persyaratan dan prosedur sertifikasi benih kacang merah :
a. Persyaratan tanah untuk sertifikasi benih
Tanah yang akan digunakan untuk memproduksi benih kacang merah bersertifikat
diusahakan bekas tanaman lain atau tanah bera. Apabila areal yang digunakan
bekas tanaman kacang merah, maka areal tersebut harus bekas varietas yang sama
atau bekas varietas lain yang sifat fisiknya mudah dibedakan dengan varietas yang
ditanam dengan ketentuan:
1). Pihak produsen mau dan mampu mengerjakan pengolahan tanah dan
melakukan seleksi (roguing) secara intensif.
2). Sistem tanam harus secara tandur jajar.
b. Isolasi
1). Pertanaman kacang merah yang disertifikasi harus jelas terpisah dari
pertanaman varietas lainnya dengan jarak paling sedikit 2 meter.
2). Apabila ada dua varietas yang berbeda dan bloknya berdampingan maka
tanggal tanam diatur sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda
minimum 15 hari. Dengan demikian tidak terjadi persilangan.
c. Permohonan sertifikasi benih
Permohonan sertifikasi benih diajukan kepada instansi penyelenggara sertifikasi
benih paling lambat 10 hari sebelum tabur/tanam. Pada permohonan dilampirkan:
2) Label benih sumber yang akan ditanam
2) Sket peta lapangan
d. Permohonan pemeriksaan lapangan
Permohonan untuk pemeriksaan lapangan harus sampai di institusi yang
menangani masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih selambat-lambatnya
satu minggu sebelum waktu pemeriksaan lapangan.

e. Pemeliharaan tanaman sebelum pemeriksaan lapangan


1). Pada phase vegetatif dengan umur pertanaman ± 12 hari, pertanaman harus dibersihkan
dari rerumputan dan diadakan seleksi (roguing) terhadap varietas lain, tipe simpang dan
tanaman yang terserang hama/penyakit sebelum pemeriksaan lapangan pertama.
2). Pada waktu pertanaman mulai berbunga, maka harus dilakukan seleksi (roguing)
sebelum pemeriksaan lapangan kedua.
3). Seleksi (roguing) harus pula dilakukan setelah pemeriksaan lapangan pertama atau
kedua, apabila ternyata pada pemeriksaan-pemeriksaan tersebut pertanaman tidak
memenuhi standar kemurniaan lapangan.
Apabila pada pemeriksaan lapangan ulangan pertanaman tidak memenuhi standar
lapangan, maka proses sertifikasinya tidak dilanjutkan.

165
4). Hal – hal yang harus diperhatikan pada waktu roguing adalah keseragaman dari warna
hypokotil, warna bunga, tipe pertumbuhan dan bulu pada batang.
f. Pembersihan peralatan/perlengkapan
Alat penanam/penabur benih, gerobak, alat panen, silo dan lain-lain perlengkapan yang akan
digunakan dalam produksi benih harus bersih dan bebas dari kemungkinan campuran dengan
varietas lain.
g. Pemeriksaan alat panen dan pengolahan
Benih kacang merah yang akan diseleksi harus dipanen dan diolah dengan peralatan yang
telah diperiksa dan disyahkan mengenai kebersihannya oleh institusi yang menangani
masalah pengawasan mutu dan sertifikasi benih.
h. Pengawasan panen dan pengolahan benih.
Benih yang dipanen dan diolah diawasi oleh Institusi yang menangani Pengawasan Mutu dan
Sertifikasi Benih.
i. Pemeriksaan gudang dan tempat penyimpanan benih
1) Pemeriksaan gudang atau tempat penyimpanan benih dilakukan sebelum benih
disimpan.
2) Produsen benih harus minta pemeriksaan gudang paling lambat satu minggu sebelum
penyimpanan benih kepada institusi yang menangani pengawasan mutu benih.
3) Pemeriksaan tempat penyimpanan meliputi :
a) Cukup tersedianya tempat dan ruangan penyimpanan
b) Kebersihan gudang penyimpanan sebelum menyimpan benih
c) Sarana untuk melindungi benih dari hama/penyakit
d) Ruang penyimpanan tidak lembab atau bocor
e) Tersedia sarana untuk pengeringan ulangan dari benih yang ber sangkutan.
j. Contoh benih untuk pengujian di laboratorium
1). Contoh benih yang mewakili untuk diuji di laboratorium benih akan diambil dari setiap
kelompok benih yang telah selesai diolah guna sertifikasi benih.
2). Contoh benih yang diambil dari bulk benih sebelum pengolahan hanya diijinkan untuk
pengujian daya berkecambah/daya tumbuh.
3). Pengawas Benih Tanaman akan mengambil contoh benih resmi atas permintaan
produsen benih.
4). Kemasan contoh benih yang dikirim ke laboratorium harus disegel.
k. Pengambilan contoh benih
1). Kelompok benih
a) Tiap kelompok benih tidak boleh lebih dari 20 ton.
b) Wadah dari suatu kelompok benih harus disusun dalam satu susunan sedemikian
rupa sehingga jumlahnya dapat dihitung dengan tepat dan memudahkan
pengambilan contoh benihnya.
2). Pengambilan contoh
a) Pengambilan contoh benih dilakukan sesuai dengan pedoman pengambilan contoh
yang terdapat pada Pedoman Analisa Mutu Benih yang berlaku.
b) Dari tiap-tiap kelompok benih harus diambil paling sedikit 1000 gram.

166
l. Masa berlaku label
Masa berlakunya label diberikan paling lama 4 bulan sejak tanggal selesai pengujian
atau paling lama 5 bulan setelah tanggal panen. Benih dengan perlakuan khusus (seperti cold
storage) masa berlaku label paling lama 6 bulan dari tanggal selesai uji atau paling lama 7
bulan dari panen Selama masa berlakunya label harus diadakan pengujian ulang untuk
pengecekan. Masa berlaku label ulang paling lama setengah dari masa berlaku pengujian yang
pertama dan bisa diperpanjang lagi selama masih memenuhi standard mutu untuk kelas benih
yang bersangkutan.
m. Pengawasan pemasangan label
Label harus terpasang pada kemasan benih pada tempat yang mudah dilihat, dan terpasang
dibagian luar kemasan/menyatu dengan kemasan dan/atau tersegel
Pemasangan label diluar kemasan dimaksudkan agar memudahkan pada saat pelabelan ulang
Label dapat diganti atau ditutup dengan label LU dan tidak merubah kemasan. Pengawasan
pemasangan label dapat dilakukan sewaktu-waktu atau terus menerus selama proses
pemasangan label berlangsung.
n. Standar mutu benih bersertifikat
1). Standar lapangan

Kelas Isolasi jarak (min) Campuran varietas lain dan Isolasi waktu
benih meter tipe simpang (max) % (hari)

BS 2 0,0 15
BD 2 0,0 15
BP 2 0,3 15
BR 2 0,5 15

2). Standar pengujian laboratorium

No Uraian BS BD BP BR
1. Kadar air (max) % 12,0 12,0 12,0 12,0
2. Benih murni (min) % 99,0 98,0 98,0 97,0
3. Kotoran benih (max) % 1,0 2,0 2,0 3,0
4. Biji tanaman lain (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0
5. Daya berkecambah/daya tumbuh (min) % 70 70 70 70
6. Campuran varietas lain/tipe simpang (max) % 0,0 0,0 0,2 0,5
7. Biji gulma (max) % 0,0 0,0 0,0 0,0

4. Pemeriksaan lapangan
a. Tujuan pemeriksaan lapangan
1). Menilai kemurnian genetik.
2). Menilai sumber-sumber kontaminasi yang terdiri atas varietas lain dan tipe
simpang.

167
3). Menilai kesehatan benih dari hama dan penyakit yang dapat ditularkan melalui
benih.
4). Memberikan rekomendasi untuk mencapai persyaratan produksi benih
bersertifikat.
b. Pemeriksaan lapangan
Pemeriksaan lapangan dilakukan oleh Pengawas Benih Tanaman.
Pemeriksaan lapangan dilakukan dengan cara sistem check plot atau sistem sampling.
1). Pemeriksaan lapangan sistem check plot dilaksanakan dengan cara:
a) Menanam benih dari sampel yang diperiksi sejumlah 2 x 500 tanaman
berdampingan dengan sampel otentik.
b) Evaluasi terhadap pertanaman dilakukan secara berkala selama pertumbuhan
dengan perhitungan varietas lain sebagai berikut.

Jumlah CVL (Ulangan 1 + Ulangan 2)


Persentase CVL = ---------------------------------------------- x 100 %
1.000 tanaman

Dengan pengertian :
CVL adalah campuran varietas lain.
2). Pemeriksaan lapangan dengan sistem sampling.
a) Waktu pemeriksaan lapangan
Oleh karena timbulnya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu benih tidak
serempak, maka pemeriksaan lapangan dilakukan minimal 3 kali yaitu :
(1) Pemeriksaan lapangan pendahuluan.
(a) Dilakukan sebelum tanah untuk pertanaman diolah.
(b) Supaya lebih intensif, pemeriksaan tersebut dapat dilanjutkan
sampai sebelum tanam/tugal.
(2) Pemeriksaan lapangan pertama
(a) Dilakukan pada phase vegetatif yakni pada waktu pertanaman
berumur ± 12 hari setelah tanam/tugal.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase vegetatif belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih.
 Paling lambat dilakukan satu minggu setelah pemeriksaan
lapangan pertama.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.
(3) Pemeriksaan lapangan kedua
(a) Dilakukan pada phase berbunga.
(b) Pemeriksaan ulangan hanya dilakukan bila dianggap perlu dengan
ketentuan :
 Phase berbunga belum berakhir.
 Waktunya ditentukan bersama oleh Pengawas Benih
Tanaman dan Penangkar Benih .
 Paling lambat dilakukan 4 hari setelah pemeriksaan
lapangan kedua.
 Hanya diberikan kesempatan mengulang satu kali.

168
b) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pendahuluan
(1) Pemeriksaan persyaratan :
(a) Kebenaran nama dan alamat pemohon.
(b) Letak dan situasi areal (keadaan pengairan, hama/penyakit dan lain-lain),
yang akan dipergunakan sebagai areal sertifikasi.
(c) Sejarah penggunaan tanah sebelumnya. Tanaman-tanaman yang tumbuh pada
waktu pemeriksaan tersebut (voluntir) dapat dipergunakan sebagai petunjuk
untuk mengetahui jenis tanaman pada musim sebelumnya.
(d) Kebenaran batas-batas areal yang akan digunakan untuk areal sertifikasi.
Data tersebut dicocokkan dengan sket/peta lapangan yang telah dilampirkan
pada permohonan. Pada pemeriksaan ini sekaligus dapat diketahui keadaan
isolasi areal tersebut.
(e) Kebenaran varietas, sumber dan kelas benih yang akan ditanam dan kelas
benih yang akan dihasilkan.
(2) Hasil pemeriksaan dan rekomendasi
Hasil pemeriksaan disampaikan kepada pemohon dan institusi yang menangani
pengawasan mutu dan sertifikasi benih kemungkinan dapat :
(a) Memenuhi syarat, atau
(b) Tidak memenuhi syarat.
(c) Memenuhi syarat dangan anjuran, misalnya “pengerjaan tanah yang lebih
intensif” karena ternyata masih terdapat voluntir. Pengawas Benih Tanaman
perlu mengadakan pemeriksaan kembali apakah anjurannya dilaksanakan
atau tidak.
c) Pelaksanaan pemeriksaan lapangan pertama dan kedua
(1) Persiapan :
(a) Pemeriksaan persyaratan :
 Bukti lulus pemeriksaan lapangan sebelumnya ;
 Letak, luas dan tanggal tanam areal pertanaman yang akan
diperiksa.
(b) Membuat sket/peta areal dan penentuan blok.
(c) Menghitung jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan menurut ketentuan yang
berlaku yakni:
 Untuk luas areal pertanaman sampai dengan 2 ha,
diperlukan minimum 5 contoh pemeriksaan.
 Selanjutnya untuk setiap penambahan areal sampai
dengan 2 ha, jumlah contoh pemeriksaan ditambah satu.
Y+8
 Rumus : X = ------
2
X = jumlah contoh pemeriksaan yang diperlukan (dibulatkan keatas).
Y = luas areal pertanaman yang akan diperiksa (ha).
 Untuk luas areal pertanaman lebih dari 16 ha, dapat
dipergunakan contoh pemeriksaan minimal, yaitu 12 contoh pemeriksaan.
(d) Menentukan letak areal contoh pemeriksaan secara acak pada sket/peta areal
pertanaman yang jumlahnya sesuai dengan perhitungan pada angka (c) tersebut
diatas.
(2) Pemeriksaan global
Mengelilingi pertanaman untuk memeriksa :

169
(a) Isolasi jarak :
 Antara dua areal sertifikasi yang sama varietasnya, tidak
diperlukan isolasi jarak.
 Antara suatu areal sertifikasi dengan yang bukan
sertifikasi diisolasi dengan jalur kosong selebar 2 meter, atau dapat
diisolasikan dengan jenis tanaman lain selebar 2 meter atau tanpa isolasi tapi
selebar 2 meter dari batas kedua areal tersebut pada waktu panen dipisahkan
dan tidak dimasukkan sertifikasi benih.
(b) Isolasi waktu
Tanggal tanam dari dua varietas yang bebeda dan bloknya berdampingan , diatur
sedemikian rupa sehingga saat berbunganya berbeda minimum 15 hari.
(c) Keadaan pertanaman dan kebersihan lapangan
 Bilamana 1/3 luas areal pertanaman yang disertifikasi ternyata rebah, sehingga
mempersulit pemeriksaan, maka areal tersebut dapat ditolak.
 Apabila tanaman yang rebah terdapat secara mengelompok pada phase
berbunga/masak, maka dapat dilakukan pemeriksaan atas sisa areal yang tidak
rebah.
 Apabila campuran verietas lain dijumpai secara mengelompok, maka
areal/petak dimana terdapat campuran tersebut dapat dikeluarkan dari areal
sertifikasi.
(3) Pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan
Tujuan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan adalah untuk mengetahui
populasi tanaman persatuan luas (m2), yang selanjutnya dipergunakan untuk
menentukan luas satu areal contoh pemeriksaan yang akan diperiksa. Pada dasarnya
yang populasinya tidak dapat dihitung secara langsung (misalnya sebar langsung), perlu
dilakukan pengambilan contoh pemeriksaan pendahuluan.
Caranya adalah :
(a) Menghitung jumlah tanaman yang terdapat dalam areal contoh pemeriksaan
pendahuluan seluas 1 m2:
(b) Menghitung minimum 5 contoh pemeriksaan pendahuluan secara acak dalam
satu areal/blok tersebut:
(c) Menghitung rata-rata dalam 1 m2 berdasarkan angka-angka yang diperoleh
pada angka (a) dan (b) diatas, misalkan angka tersebut X.
(d) Menghitung luas minimum setiap satu areal contoh pemeriksaan yang akan
diperiksa dengan rumus :
1.000
-------
X m2
(4) Penentuan penyebaran contoh pemeriksaan dilapangan
(a) Mengambil jumlah contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(c).
(b) Letak masing-masing contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(1)(d), dan diberi
tanda-tanda yang jelas untuk memudahkan pemeriksaan.
(c) Luas masing-masing areal contoh pemeriksaan sesuai dengan c)(3)(d).
(5) Pemeriksaan lapangan tiap areal contoh pemeriksaan
(a) Memeriksa dengan teliti :
 Semua individu tanaman yang terdapat pada areal
contoh.

170
 Menghitung semua varietas lain dengan semua tipe
simpang.
 Menghitung semua batang yang diserang
hama/penyakit yang ditularkan melalui benih sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
(b) Faktor-faktor yang diperiksa adalah :
 Phase vegetatif : warna hypokotil.
 Phase berbunga : warna bunga, warna batang dan
warna bulu pada batang.
(6) Cara menghitung persentase campuran varietas lain dan tipe simpang :
 Menghitung jumlah campuran varietas lain dan tipe
simpang dari hasil pemeriksaan seluruh areal contoh pemeriksaan :
 Kemudian dinyatakan dengan persen dengan cara :
Jumlah campuran varietas lain dan tipe simpang (batang) 1
--------------------------------------------------------------------- x ------ x 100 %
Jumlah contoh pemeriksaan 1000

c. Hasil pemeriksaan lapangan


1). Hasil pemeriksaan lapangan dimasukkan kedalam formulir yang sudah disediakan oleh
instansi yang menangani Pengawasan Mutu dan Sertifikasi Benih untuk setiap
pemeriksaan lapangan.
2). Hasil tersebut dikirim kepada penangkar benih yang bersangkutan selambat-lambatnya
satu minggu setelah pelaksanaan pemeriksaan lapangan.

5. Formulir sertifikasi benih


Formulir permohonan sertifikasi benih, pemeriksaan lapangan pendahuluan, pemeriksaan
lapangan, pengmbilan contoh benih dan laporan lengkap pengujian benih sebagaiman tercatat
pada lampiran 1 sampai 5.

Lampiran 1
Nomor : …………..….*)
Musim Tanam : …………..….
Paraf : …………..….

KepadaYth,
Sdr. ……………….
di-
……………….

PERMOHONAN SERTIFIKASI BENIH KACANG MERAH


No. ……………………………………….

1. Nama pemohon :
Alamat :

171
2. Sertifikasi benih untuk :
Luas pertanaman : ………………. ha Tanggal tanam/tugal : ………………………
Kelas benih : ………………. Varietas : ………………………

3. Letak tanah **) :


Blok : ………………. Kecamatan : ………………………
Kampung : ………………. Kabupaten : ………………………
Desa : ……………….

4. Tanaman sebelumnya :
Jenis tanaman : ………………. Varietas : ………………………
Tanggal panen : ………………. Kelas benih : ………………………
Pemeriksaan lapangan : Lulus/tidak lulus***) Disertifikasi : Ya/tidak ***)

5. Asal benih :
Produsen benih : ………………. No kelompok benih : ………………………
Sumber benih. : ………………. Jumlah benih : ……………………… Kg
Kelas benih
No. Kelompok benih (lampirkan keterangan/label benih sumber)

Kami menyadari sepenuhnya bahwa :


a) Pertanaman kami tidak akan diterima sepenuhnya untuk
sertifikasi benih bila tidak mengikuti petunjuk-petunjuk untuk sertifikasi dan dibersihkan dari tanaman/varietas
lain untuk memenuhi standar lapangan.
b) Kami wajib memberitahukan kepada Pengawas Benih Tanaman
untuk pemeriksaan lapangan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pemeriksaan.
c) Kami tidak diperkenankan memindahkan letak pertanaman tanpa
memberitahukan Pengawas Benih Tanaman.
d) Pengolahan benih harus mendapat bimbingan dari Pengawas
Benih Tanaman.
e) Sertifikat akan diberikan apabila telah lulus pemeriksaan
lapangan dan pengujian laboratorium.
f) Pemerintah tidak mempunyai kewajiban untuk membeli benih
yang disertifikasi.
g) Kami bersedia membayar biaya jasa pemeriksaan lapangan dan
pengujian laboratorium sesuai dengan ketentuan yang berlaku
Catatan :
….
…………………….…

Pemohon

( ……………………… )

Lembar pertama : *) Diisi oleh Pengawas Benih Tanaman


Lembar kedua : **) Lampirkan peta lapangan
Lembar ketiga : ***) Coret yang tidak perlu

Lampiran 2

No. : .……….
MT. : ……….

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN PENDAHULUAN


BENIH KACANG MERAH

172
Nama produsen benih : ………………………………………………………………………………………
Alamat : ………………………………………………………………………………………
Letak areal :
Blok : ………………………………………………………………………………………

Kampung : ……………………. Kecamatan : ………………..……….......


Desa : ……………………. Kabupaten : ………………………..……

Benih yang digunakan :


Sumber benih : ………………………………………………………………………………………
Varietas : ……………………. Kelas benih : ……………………..………
No. kelompok benih : ………………………………………………………………………………………

Rencana penanaman :
Jenis tanaman : ……………………. Varietas : .............................................
Tanggal tanam : ……………………. Luas areal : …………........... ........... ha
Kelas benih : …………………….

Isolasi :
Utara : ................................. Selatan : ..............................................
Timur : ................................. Barat : ..............................................

Sejarah lapangan :
Bekas tanaman : ………………......... Varietas : ……….………………….…
Kelas *) : …………………….. Bekas bera : …. ……..….. musim/bulan

Kesimpulan MEMENUHI/TIDAK MEMENUHI SYARAT AREAL SERTIFIKASI BENIH **)

Catatan : ……………………………………………………………………..…………..……
………………………………………………………………………………………

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

…………………………… …………………………….

Lembar pertama : *) Pada waktu pemeriksaan akhir


Lembar kedua : **) Coret yang tidak perlu
Lembar ketiga :

Lampiran 3

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN PEMERIKSAAN LAPANGAN BENIH KACANG MERAH


KE …………………..

173
1. Nama produsen benih : ……………………………………………………………………...
Alamat : ……………………………………………………………………...

2. Letak tanah
Blok : …………………... Kecamatan : ……………..…….
Kampung : ... Kabupaten : ……………..….....
Desa : …………………
…………………...

3. Varietas : …………………... Tanggal tanam : ……………..….....


Kelas benih yang akan dihasilkan : …………………... Luas pertanaman : ………….....… ha

4. Hasil pemeriksaan tanaman


sebelumnya :
Isolasi : Utara : …………………... Selatan : ………..……….....
: Timur : …………………... Barat : ……..………..…...
Sifat–sifat tanaman sesuai dengan varietasnya : Ya/tidak *)
Keadaan hama dan penyakit : ……………………………………………………………….……...……….
Tingkat kemurnian dilapangan : ……..………………………………………………………….…………….
Populasi pertanaman tiap contoh pemeriksaan : …......………………………………..…. batang/rumpun

Campuran varietas lain/tipe simpang Keterangan


Contoh pemeriksaan ke …….
1 = 7 =
2 = 8 =
3 = 9 =
4 = 10 =
5 = 11 =
6 = 12 =
Rata-rata = %

Keadaan rerumputan : …………………………………………………………………………………..


Taksiran hasil : …………………………… ton/ha.

5. KESIMPULAN L U L U: S TIDAK LULUS

………………….., …………………..

Pemohon, Pengawas Benih Tanaman,

……....………….. ……………..…………….

Lembar peratama : ………………………………………………………… *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua : ………………………....................................................
Lembar ketiga : ………………………....................................................

174
Lampiran 5

No. : ……………
MT. : ……………

LAPORAN LENGKAP HASIL PENGUJIAN BENIH KACANG MERAH UNTUK SERTIFIKASI BENIH

175
Nama produsen benih : ………………… Nomor laboratorium : ……………….………....
Alamat : ………………… Nomor kelompok benih : ………………………….
………………… Kelas benih : ………………………….

Varietas : ………………… Tanggal panen : ……………….…………


Jumlah benih : ………. wadah Tanggal penerimaan contoh : ……………….…………
………. ton Tanggal selesai pengujian : ……………….…………
Tanggal laporan : ……………….…………

Memenuhi persyaratan lapangan berdasarkan laporan pemeriksaan lapangan


Nomor : ……………………………………………………………..

Hasil pengujian laboratorium

Kadar air : …………….…….. % Biji gulma : …………………. %


Benih murni : ………….……….. % Biji varietas lain
Kotoran benih : ………….……….. % Daya tumbuh/daya : …………………. %
Biji tanaman lain : …………………… % berkecambah

Memenuhi/tidak memenuhi syarat sertifikasi *)


Warna label : …………………………………….............……
Berlaku/tidak berlaku sebagai sertifikasi sampai dengan tanggal …….………………………………………….
Catatan : Dalam hal-hal yang berkenaan dengan laporan ini harap mencantumkan nomor laporannya.

………………….., …………………..

.…..….………………….

Lembar peratama : *) Coret yang tidak perlu


Lembar kedua :
Lembar ketiga :
Lembar keempat :

176

Anda mungkin juga menyukai