Anda di halaman 1dari 6

IMPLEMENTASI REGULASI PEMERINTAH MENGENAI PERBENIHAN

HORTIKULTURA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK


INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA

Mata Kuliah Teknologi Produksi Tanaman Hortikultura Berkelanjutan

Disusun oleh :
Kelompok 4
1. Anjas Putra Pamungkas (03.01.19.0075)
2. Bayu Dwi Cahyo (03.01.19.0080)
3. Boby Nugraha (03.01.19.0081)
4. Era Rizqi Damayanti (03.01.19.0086)
5. Jamaludin Nur Ridho (03.01.19.0091)
6. Susmala Fauziah (03.01.19.0102)
7. Unay Hanifah Khansa Azizi (03.01.19.0105)

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA-MAGELANG


JURUSAN PERTANIAN
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
2021
Pasal 57

1) Usaha perbenihan meliputi pemuliaan, produkal benih, sertifikasi, peredaran


benih, serta pengeluaran dan pemasukan benih dari dan ke wilayah negara
Republik Indonesia.
2) Dalam hal pemuliaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan
introdukal dalam bentuk benih atau materi induk yang belum ada di wilayah
negara Republik Indonesia.
3) Usaha perbenihan hanya dapat dilakukan oleh pelaku usaha yang memiliki
sertifikat kompetensi atau badan usaha yang bersertifikat dalam bidang
perbenihan dengan wajib menerapkan jaminan mutu benih melalui penerapan
sertifikasi.
4) Ketentuan sertifikat kompetensi atau badan usaha yang bersertifikat dan
kewajiban menerapkan jaminan mutu benih sebagaimana dimaksud pada ayat
(3), dikecualikan bagi pelaku usaha perseorangan atau kelompok yang
melakukan usaha perbenihan untuk dipergunakan sendiri dan/atau terbatas
dalam 1 (satu) kelompok.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai produkai benih, sertifikasi, peredaran benih,
serta pengeluaran dan pemasukan benih sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
introduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sertifikasi kompetensi,
sertifikasi badan usaha dan jaminan mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (3).
serta pengecualian kewajiban penerapan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 58
1) Hasil pemuliaan dan introduksi berups varietas baru wajib didaftarkan kepada
Pemerintah.
2) Dalam hal hasil pemuliaan dan varietas baru yang diintroduksikan menggunakan
teknologi rekayasa genetik, pendaftaran dan peredarannya harusi memenuhi
persyaratan keamanan hayati sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenal pemuliaan, introduksi, dan pendaftaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 59
1) Kebenaran varietas yang akan diedarkan diuji oleh lembaga penguji yang
terakreditasi atau ditunjuk.
2) Jenis tanaman tertentu dikecualikan dari persyaratan uji kebenaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengujian, lembaga
penguji, dan jenis yang dikecualikan, diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 60
1) Peluncuran varietas dan peredaran benih yang sudah terdaftar menjadi tanggung
jawab pemilik varietas atau kuasanya.
2) Benih yang diedarkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
kebenaran varietas dan standar mutu benih.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenal syarat dan tata cara peluncuran varietas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 61
Perlindungan varietas tanaman hortikultura dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 62
1) Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan pengawasan terhadap
pengadaan, peredaran, dan penggunaan benih.
2) Pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
pengawas benih tanaman.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 63
1) Pemasukan dan pengeluaran benih ke dan dari wilayah negara Republik
Indonesia wajib mendapatkan izin.
2) Pemasukan benih ke dalam wilayah negara Republik Indonesia untuk
kepentingan komersial harus memenuhi persyaratan mutu yang ditetapkan.
3) Pemasukan benih ke dalam wilayah negara Republik Indonesia untuk
kepentingan komersial hanya diperbolehkan bila tidak dapat diproduksi dalam
negeri atau kebutuhan dalam negeri belum terculcupi.
4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasukan dan pengeluaran benih ke dan dari
wilayah negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat
(2), dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.

Pasal 64
Pemerintah dan/atau pemerintah daerah memfasilitasi pengembangan usaha
perbenihan berbasis sumber daya genetik nasional.

IMPLEMENTASI

1) Dilansir dari tabloidsinartani.com dengan judul “Perusahaan Benih Hortikultura,


Lengkapi Diri dengan Sertifikat Sistem Jaminan Mutu Benih. Kementerian Pertanian
melalui Ditjen Hortikultura mendorong Perusahaan Benih melengkapi diri dengan
Sertifikat Jaminan Mutu Benih Hortikultura.

Guna mendukung perkembangan perbenihan di Indonesia, secara berangsur-angsur


pemerintah menggenjot peranan swasta (perusahaan Benih) untuk memproduksi
Benih berkualitas dan Jaminan Mutu. Sehingga Pemerintah lebih berperan pada
perumusan Kebijakan, pembinaan dan penelitian hingga pengawasan.

Karena Pemerintah berperan sebagai pengawas, maka salah satu kebijakan yang
diambil adalah dengan memberikan kewenangan pada produsen benih untuk bisa
melakukan pengawasan proses produksi benihnya sendiri, sehingga diperoleh
sertifikat Sertifikasi Sistem Manjemen Mutu oleh lembaga sertifikasi Sistem
Manjemen yang terakreditasi.
Beberapa keuntungan yang bisa dirasakan oleh perusahaan Benih jika Sertifikasi
Sistem Jaminan Mutu Benih Hortikultura bisa diterapkan, mulai dari efektivitas
bisnis, image yang lebih baik, penghematan biaya, tenaga kerja yang lebih terampil
dan tersedia hingga diperoleh sertifikasi sistem mutu.

2) Disisi lain, usaha perbenihan menjadi salah satu kunci untuk menentukan
keberhasilan agribisnis jeruk. Kualitas benih menentukan hasil sehat atau tidaknya
tanaman dan kemampuan produksi tanaman jeruk. Akan tetapi produksinnya
dihadapkan pada tantangan yang menyangkut sistem produksi benih, sertifikasi
benih, pengawasan peredaran benih jeruk, hingga aspek penggunaan benih yang
lebih spesifik.

Selanjutnya, pada tahun 2019 diterbitkanlah Keputusan Menteri Pertanian


(Kepmentan) No. 04/Kpts/SR.130/D/6/2019 tentang Produksi Benih Jeruk untuk
mengatasi permasalahan yang ada. Kepmentan ini menjadi produk regulasi yang
pertama untuk mengatur aspek produksi benih untuk komoditas tanaman buah.

Dengan adanya regulasi ini dapat memberikan kepastian hokum bagi


produsen/penangar benih jeruk terkait produksi entres dan atau tanaman hasil
okulasi. Sehingga diharapkan industri perbenihan jeruk Indonesia pat lebih modern,
unggul, dan berdaya saing.

3) Pemerintah sudah mengubah beberapa peraturan terkait dengan impor produk


hortikultura seperti pada Permentan Nomor 24 tahun 2018 tentang perubahan atas
Permen nomor 38 tahun 2017 tentang rekomendasi impor produk hortikultura,
terdapat sejumlah penghapusan dan pelonggaran pasal. Salah satunya adalah
dihapusnya pasal 6. Pasal ini menyatakan impor produk hortikultura dilakukan di
luar masa sebelum panen raya, panen raya dan sesudah panen raya dalam jangka
waktu tertentu. Dengan begitu, impor bisa dilakukan tanpa pertimbangan masa panen
dan produksi nasional.

Adanya perubahan aturan ini dapat berpengaruh terhadap produsen benih


hortikultura khususnya bawang merah, bawang putih dan cabai. Sebaiknya produk
yang bisa diproduksi benihnya dan sudah unggul diindonesia dibatasi untuk kegiatan
impor. Tetapi untuk produk-produk sub tropis yang benihnya tidak bisa diproduksi di
Indonesia dan sangat diperlukan kebijakan impornya perlu di longgarkan.

DAFTAR PUSTAKA

Bardono, Setiyo. 2019. Kementan Terbitkan Regulasi dan Panduan untuk Hasilkan
Benih Jeruk Unggul. Diakses dari http://technology-indonesia.com/pertanian-
dan-pangan/inovasi-pertanian/kementan-terbitkan-regulasi-dan-panduan-
untuk-hasilkan-benih-jeruk-unggul/ pada tanggal 27 September 2021
Nattasya. 2021. Perusahaan Benih Hortikultura, Lengkapi Diri dengan Sertifikat Sistem
Jaminan Mutu Benih. Diakses dari
https://tabloidsinartani.com/detail/indeks/horti/16940-Perusahaan-Benih-
Hortikultura-Lengkapi-Diri-dengan-Sertifikat-Sistem-Jaminan-Mutu-Benih
pada tanggal 27 September 2021
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura.
Yuniartha, Linda. 2018. Aturan impor produk hortikultura berubah, produsen benih
bisa terdampak. Diakses dari https://amp.kontan.co.id/news/aturan-impor-
produk-hortikultura-berubah-produsen-benih-bisa-terdampak pada tanggal 27
September 2021

Anda mungkin juga menyukai