Chainsaw sebagai alat tebang masih banyak dilakukan pada hutan tanaman
di Indonesia. Perhitungan produktivitas dan biaya produksi penebangan di Hutan
Tanaman Industri dapat memberikan informasi bagi perusahaan Hutan Tanaman
Industri dalam penggunaan jenis chainsaw. Penggunaan jenis chainsaw yang
berbeda dapat mempengaruhi besarnya produktivitas penebangan dan biaya
penebangan yang dikeluarkan. Jenis chainsaw Falcon SL5800 buatan Cina yang
digunakan PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan termasuk jenis baru dan
penggunaannya masih jarang di Hutan Tanaman Industri di Indonesia.
Produktivitas penebangan yang diperoleh sebesar 12.31 m3/jam dengan
menggunakan chainsaw Falcon SL5800 buatan Cina. Biaya penebangan yang
dikeluarkan sebesar Rp 21 042.52/m3. Jenis chainsaw yang digunakan dalam
penebangan dapat mempengaruhi perbedaan waktu tebang, besar produktivitas
penebangan, dan biaya penebangannya.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Produktivitas dan Biaya Penebangan Kayu Acacia mangium di PT Inhutani II
Pulau Laut Kalimantan Selatan yang bertujuan untuk memberikan informasi dan
masukan kepada perusahaan mengenai produktivitas penebangan dan biaya
produksi alat pada kegiatan penebangan khususnya pada alat penebangan
chainsaw Falcon SL5800.
Perhitungan produktivitas penebangan bertujuan untuk mengukur
besarnya volume penebangan dalam satuan m3/jam, sedangkan biaya penebangan
dapat diperoleh dari perhitungan biaya usaha dari kepemilikan alat tebang dalam
satuan Rp/jam. Biaya usaha diperoleh dari penjumlahan biaya mesin dan upah
operator, sedangkan biaya mesin diperoleh dari penjumlahan biaya tetap alat dan
biaya variabel alat. Biaya usaha alat dan produktivitas penebangan selanjutya
disebut sebagai biaya penebangan dengan satuan Rp/m3. Objek penelitian yang
digunakan yaitu chainsaw Falcon SL5800 buatan Cina yang masih jarang
penggunaannya di Hutan Tanaman di Indonesia, oleh karena itu perlu adanya
penelitian tentang besar produktivitas dan biaya penebangan chainsaw jenis baru
ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Juang R. Matangaran,
MS selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan,
dan nasehat kepada penulis mulai dari persiapan penelitian hingga terselesaikan
skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada segenap pimpinan serta staf PT Inhutani II
Pulau Laut Kalimantan Selatan yang telah membantu proses pengumpulan data
selama penelitian. Ucapan terima kasih kepada Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh
keluarga atas segala doa, kasih sayang serta dorongan moral dan material kepada
penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk setiap pembacanya.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian 2
Bahan 2
Alat 3
Pengambilan Data 3
Prosedur Pengmpulan Data 3
Prosedur Analisis Data 4
Prosedur Pengolahan Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Konsisi Umum dan Lokasi Penelitian 7
Areal Kerja Penebangan 8
Waktu Kerja Penebangan 8
Produktivitas Penebangan 13
Analisis Biaya Penebangan 14
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
1 Skema penelitian 5
2 Elemen kerja pada waktu kerja tidak efektif 10
3 Elemen kerja pada waktu kerja efektif 11
4 Perbandingan waktu penebangan A.mangium pada tiap merek chainsaw 12
5 Perbedaan produktivitas penebangan berdasar merek chainsaw 14
6 Perbedaan biaya penebangan berdasarkan waktu kerja 16
7 Perbedaan biaya usaha pada merek chainsaw 17
DAFTAR LAMPIRAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
METODE
Bahan
Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kamera video untuk
menghitung waktu kerja, pita ukur untuk mengukur diameter dan panjang kayu,
Microsoft excel untuk mengolah data, tally sheet untuk mencatat data penelitian,
kamera untuk dokumentasi selama penelitian dilakukan, dan label untuk menandai
hasil penelitian.
Pengambilan Data
Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara pengukuran dan
pengambilan langsung di lapangan. Data tersebut berupa penghitungan waktu
kerja dalam setiap unsur kerja penebangan kayu, diameter dan panjang pohon
setelah ditebang sebagai dasar perhitungan produktivitas penebangan. Selain itu,
data primer lain diperoleh dari hasil wawancara dengan operator chainsaw
mengenai biaya yang dikeluarkan dalam penebangan dengan alat chainsaw Falcon
SL5800.
Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari arsip perusahaan yang
berhubungan dangan materi penelitian. Data sekunder yang diperlukan meliputi
harga chainsaw per unit, umur ekonomis alat, biaya bahan bakar dan pelumas,
data biaya pemeliharaan dan perbaikan alat, jumlah jam kerja chainsaw, upah
operator, tingkat suku bunga, kondisi umum lokasi penelitian serta data lain yang
diperlukan dalam penelitian.
1. Membandingkan waktu elemen kerja pada waktu kerja efektif dan waktu
kerja tidak efektif.
2. Membandingkan data hasil perhitungan produktivitas dan biaya
penebangan alat chainsaw dengan pustaka dan literatur yang ada pada
perusahaan lain.
3. Melihat perbedaan merek dan jenis chainsaw yang digunakan oleh
perusahaan lain.
Skema penelitian dapat menjelaskan secara singkat proses pengambilan dan
pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti. Skema penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1, sebagai berikut:
Petak Tebang
Penebangan
Biaya Penebangan
⁄ ( )
Keterangan:
V = volume kayu (m3)
Du = diameter ujung (cm)
Dp = diameter pangkal (cm)
L = panjang (m)
π = konstanta (3.14)
2. Produktivitas penebangan dihitung sebagai berikut:
Keterangan:
P = produktivitas penebangan (m3/jam)
V = volume kayu yang ditebang (m3)
W = waktu kerja penebangan (jam)
3. Biaya penyusutan atau depresiasi dihitung dengan rumus (Sinaga 2005):
Keterangan:
D = penyusutan (Rp/jam)
M = investasi alat (Rp)
R = nilai alat bekas (Rp)
N = umur pakai alat (tahun)
T = waktu kerja alat (jam/tahun)
4. Bunga modal alat pertahun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
( )( )
[ ]
Keterangan:
BM = bunga modal (Rp/jam)
M = harga alat (Rp)
7
Keterangan:
A = biaya asuransi (Rp/jam)
M = harga alat (Rp)
N = umur pakai alat (tahun)
t = waktu kerja (jam/tahun)
6. Biaya tetap (Rp/jam) = D + BM + A
7. Biaya variabel / Biaya operasional (Rp/jam)
Biaya variabel terdiri atas penjumlahan:
a. Biaya pemeliharaan dan perawatan (Rp/jam)
b. Biaya bahan bakar dan oli (Rp/jam)
8. Biaya mesin (Rp/jam) = Biaya tetap + Biaya variabel
9. Biaya usaha (Rp/m3) =
PT Inhutani II Pulau Laut merupakan areal yang terletak antara 3º 41' 0"–3º
58' 15" LS dan 116º 02' 0"–116º 17' 0" BT, yang mencakup tiga kecamatan yaitu
Pulau Laut Barat, Pulau Laut Selatan dan Pulau laut Timur Kabupaten Kotabaru,
Provinsi Kalimantan Selatan. Keadaan lahan yaitu 90 % lahan kering dan 10 %
lahan basah. Keadaan topografinya yaitu 92 % areal berada pada topografi datar
pada kelerengan 0–8 %, 5 % pada daerah landai (kelerengan 8–15 %) dan daerah
bergelombang 3 % (kelerengan 15–25 %). PT Inhutani II berada pada ketinggian
10–50 meter dari permukaan laut. Jenis tanah yaitu podsolik merah kuning,
latosol dan alluvial. Jenis batuan yang ada yaitu batuan sedimen palaeogen dan
batuan sedimen alluvium. Tipe iklimnya yaitu tipe B dengan curah hujan sebesar
2 394 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 287 mm
dan terendah pada bulan September yaitu 85 mm (PT Inhutani II 2007).
Penelitian ini dilaksanakan pada Unit Manajemen Blok Akasia yang
berlokasi di Tanjung Seloka dengan luas area 16 220 Ha. Berdasarkan Rencana
Kerja Tahunan 2016 luasan produksi/pemanenan kayu yang akan dilakukan
adalah seluas 409.49 Ha dengan volume 27 548.80 m3 (PT Inhutani II 2016).
8
Areal kerja penebangan pada penelitian ini adalah areal bekas kebakaran
pada tahun 2015 yaitu pada Blok VIII petak 115a dan 115d, seluas 50 Ha dengan
masing-masing luas 25 Ha. Kegiatan penebangan dilakukan oleh seorang operator
chainsaw tanpa adanya helper. Kegiatan penebangan dilakukan pada petak yang
akan dilaksanakan land clearing. Sistem penebangan yang dilakukan yaitu
penebangan pohon di petak tebang, sedangkan untuk pembagian batang dilakukan
di TPn.
Kayu yang ditebang pada petak tersebut adalah kayu Acacia mangium jenis
kayu pertukangan dengan diameter ≥ 20 cm. Kayu pertukangan selanjutnya
diangkut ke industri, namun karena ada kendala yaitu kerusakan pada jalan angkut
maka kayu pertukangan hasil penebangan hanya ditumpuk di TPn tanpa dibagi
batangnya. Pembagian batang dilaksanakan di TPn sesaat sebelum pemuatan di
logging truk dan diangkut ke industri. Adapun elemen kerja penebangan yang
diamati yaitu persiapan alat, berjalan ke pohon yang akan ditebang,
membersihkan areal sekitar pohon yang akan ditebang, menentukan arah rebah,
membuat takik rebah, perebahan pohon, pembersihan ranting dan cabang, dan
pemotongan ujung batang.
dihindarkan dan tidak dapat dihindarkan. Waktu kerja tidak efektif yang tidak
dapat dihindarkan antara lain yaitu kegiatan menajamkan mata rantai, mengisi
bensin dan oli pelumas serta istirahat. Waktu kerja tersebut tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dikurangi. Sedangkan untuk waktu kerja tidak efektif
yang dapat dihilangkan yaitu kegiatan merokok, mengobrol dan mengambil bar
yang terjepit. Kegiatan mengobrol memiliki persentase terbesar yakni 15.69 %,
hal ini tentunya sangat mempengaruhi besarnya waktu tidak efektif dalam
kegiatan penebangan. Untuk mengurangi waktu mengobrol operator yaitu dapat
dilakukan dengan meminimalkan jumlah operator penebang atau orang didalam
petak tebang sehingga kegiatan mengobrol dapat berkurang.
Siklus waktu tebang per pohon dan produktivitas penebangan dipengaruhi
oleh dbh (diameter setinggi dada) pohon yang ditebang dan dipengaruhi oleh jarak
antar kayu yang ditebang. Peningkatan jarak pohon yang ditebang akan
meningkatkan waktu tebang pohon, demikian pula dengan dbh yang bertambah
maka waktu penebangan juga bertambah (Behjou et al. 2009). Menurut Lortz et
al. (1997) faktor yang paling penting dan berpengaruh dalam waktu penebangan
yaitu diameter pohon, jarak antar pohon dan intensitas pemanenan. Karena
penelitian dilakukan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) maka diameter pohon
dan jarak pohon yang akan ditebang tidak terlalu berpengaruh pada waktu
penebangannya. Hal tersebut karena jarak tanam di HTI yang relatif sama dan
umur tanaman yang sama sehingga diameter pohon juga relatif sama.
Elemen kerja waktu penebangan dibedakan atas waktu kerja efektif dan
waktu kerja tidak efektif. Elemen kerja waktu kerja tidak efektif dapat dilihat pada
Gambar 2 dan elemen kerja waktu kerja efektif disajikan pada Gambar 3.
0.70
0.60
0.50
Waktu (menit)
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
Mengambil Merokok Mengobrol Menajamkan Mengisi oli Istirahat
bilah gergaji mata rantai dan bensin
terjepit
0.80
0.70
0.60
0.50
Waktu (menit)
0.40
0.30
0.20
0.10
0.00
Falcon SL5800
Produktivitas Penebangan
Produktivitas kerja adalah hasil kerja dalam satuan tertentu (luas atau
volume) dari seorang pekerja atau satu regu kerja selama sehari (HOK) untuk
selama tujuh jam kerja (Mujetahid 2008). Produktivitas dapat dirumuskan sebagai
hubungan antara hasil kerja (jumlah satuan produksi kayu yaitu m3) dengan waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (jumlah satuan waktu
kerja yaitu jam). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
diantaranya adalah faktor lapangan yaitu letak geografi areal kerja, iklim, cuaca,
tegakan hutan dan kondisi lapangan berupa daya dukung tanah, konfigurasi
permukaan tanah dan kemiringan lapang (Ningrum 2014).
Produktivitas kerja penebangan merupakan informasi penting untuk
kegiatan perencanaan, pengawasan dan evaluasi. Proses pengawasan dan evaluasi
meliputi beberapa kegiatan antara lain penentuan standar yang dipakai serta
mengambil tindakan perbaikan jika diketahui penyimpangan. Selain itu,
produktivitas juga berfungsi untuk penentuan atau perhitungan upah (Mujetahid
2008). Table 4 menyajikan informasi mengenai produktivitas penebangan kayu
Acacia mangium berdasarkan waktu efektif dan wakyu aktual penebangannya.
30.00
Produktivitas (m3/jam)
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Falcon SL5800 Stihl 070 (Suhartana Husqvarna 340
et al. 2004) (Sinaga 2005)
Gambar 5 Perbedaan produktivitas penebangan berdasar merek chainsaw
terus menerus berjalan sesuai dengan masa pakai alat, terdiri dari depresiasi,
bungan modal dan asuransi. Sedangkan biaya operasi yaitu biaya yang
dikeluarkan apabila alat tersebut digunakan meluputi biaya perbaikan dan
pemeliharaan, biaya bahan bakar, serta biaya pelumas dan biaya penggantian alat.
Penjumlahan antara biaya mesin dengan upah operator merupakan biaya usaha
alat (Wiradinata 1981). Berikut rekapitulasi biaya penebangan pada biaya usaha
alat chainsaw yang digunakan PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan
tersaji pada Tabel 5.
Waktu aktual
Waktu efektif
Biaya usaha chainsaw pada waktu kerja aktual lebih besar dibanding
dengan biaya usaha alat pada waktu kerja efektif, hal tersebut dikarenakan pada
perhitungan waktu kerja aktual, waktu yang digunakan dalam menebang pohon
lebih besar sehingga produktivitas penebangannya kecil. Sehingga biaya yang
dikeluarkan pun semakin besar. Pada waktu kerja efektif karena waktu yang
digunakan untuk menebang pohon lebih sedikit sehingga produktivitas
penebangannya tinggi dan biaya usaha alatnya lebih rendah. Waktu penebangan
mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan sehingga berpengaruh pula pada
biaya usaha alatnya. Biaya usaha alat pada waktu kerja efektif lebih rendah yaitu
sebesar Rp 20 877.60/m3.
Perbedaan pada waktu tebang dan produktivitas penebangan setiap merek
chainsaw juga mengakibatkan perbedaan pada besarnya biaya usaha alat chainsaw
pada setiap mereknya, berikut perbedaan beberapa biaya usaha pada beberapa
merek chainsaw yang tersaji pada Gambar 7.
25000
Biaya usaha (Rp/m3)
20000
15000
10000
5000
0
Falcon SL5800 Stihl 070 (Suhartana et Husqvarna 340
al 2004) (Sinaga 2005)
Gambar 7 Perbedaan biaya usaha pada merek chainsaw
Stihl 070 memiliki biaya usaha terendah sebesar Rp 1 501/m3. Sedangkan biaya
usaha alat merek Husqvarna 340 sebesar Rp 4 411/m3. Perbedaan yang cukup
besar tersebut terjadi karena perbedaan harga dan nilai yang dipengaruhi oleh nilai
tukar rupiah yang telah berubah selama lebih dari 10 tahun terakhir. Hal tersebut
dapat dilihat dari perbedaan harga bahan bakar dan upah operator chainsaw. Pada
penelitian Suhartana (2004) harga bahan bakar Rp 1 810/liter dan upah operator
Rp 25 000/jam. Pada Penelitian Sinaga (2005) harga bahan bakar Rp 2 000/liter
dan upah operator Rp 4 285/jam, sedangkan harga bahan bakar untuk chainsaw
Falcon SL5800 Rp 10 000/liter dan upah operator mencapai Rp 21 000/jam.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
= Rp 238.10/jam
2. Bunga modal
( )( )
[ ]
( )( )
[ ]
= = Rp 33.33/jam
3. Asuransi alat
( )
= Rp 952.38/jam
Kikir chainsaw
(4 × Rp 20 000)/175 jam = Rp 475.14/jam
Biaya variabel (Rp/jam) = 16 000 + 3 962.79 = Rp 19 962.79/jam
6. Biaya mesin (Rp/m3) = biaya tetap + biaya variabel
= Rp 21 186.60/jam
7. Biaya usaha (Rp/m3) = biaya mesin + upah operator
= (Rp 21 186.60/jam /12.31 m3/jam) + Rp 19 322/m3
= Rp 21 042.53/m3
23
RIWAYAT HIDUP