Anda di halaman 1dari 33

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENEBANGAN KAYU Acacia

mangium DI PT INHUTANI II PULAU LAUT


KALIMANTAN SELATAN

LIA OKTA WIJAYANA

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Produktivitas dan
Biaya Penebangan Kayu Acacia mangium di PT Inhutani II Pulau Laut
Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Lia Okta Wijayana


NIM E14120040
ABSTRAK

LIA OKTA WIJAYANA. Produktivitas dan Biaya Penebangan Kayu Acacia


mangium di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh
JUANG R. MATANGARAN.

Chainsaw sebagai alat tebang masih banyak dilakukan pada hutan tanaman
di Indonesia. Perhitungan produktivitas dan biaya produksi penebangan di Hutan
Tanaman Industri dapat memberikan informasi bagi perusahaan Hutan Tanaman
Industri dalam penggunaan jenis chainsaw. Penggunaan jenis chainsaw yang
berbeda dapat mempengaruhi besarnya produktivitas penebangan dan biaya
penebangan yang dikeluarkan. Jenis chainsaw Falcon SL5800 buatan Cina yang
digunakan PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan termasuk jenis baru dan
penggunaannya masih jarang di Hutan Tanaman Industri di Indonesia.
Produktivitas penebangan yang diperoleh sebesar 12.31 m3/jam dengan
menggunakan chainsaw Falcon SL5800 buatan Cina. Biaya penebangan yang
dikeluarkan sebesar Rp 21 042.52/m3. Jenis chainsaw yang digunakan dalam
penebangan dapat mempengaruhi perbedaan waktu tebang, besar produktivitas
penebangan, dan biaya penebangannya.

Kata kunci: produktivitas, biaya, penebangan, chainsaw, hutan tanaman.

ABSTRACT

LIA OKTA WIJAYANA. Productivity and cost of Acacia mangium felling in


Industrial Plantation Forest Inhutani II Pulau Laut South Kalimantan. Supervised
by JUANG R. MATANGARAN.

Chainsaw as felling equipment was still used in Indonesian plantation forest.


The calculation of productivity and cost of felling can give information about
types of chainsaw that can be used. The using of different types chainsaw can
influence calculation of productivity and cost in felling operations. Industrial
plantation forest Inhutani II Pulau Laut used chainsaw Falcon SL5800 was made
in China, it is a new type and it is used infrequently in Indonesian plantation
forest. Productivity of chainsaw felling was 12.31 m3/hour by using chainsaw
Falcon SL5800. Cost of chainsaw felling was IDR 21 042.52/m3. The types of
chainsaw that use in felling operations can give influence to felling time per
hours, productivity, and cost of felling.

Keywords: productivity, cost, felling, chainsaw, plantation forest.


PRODUKTIVITAS DAN BIAYA PENEBANGAN KAYU Acacia
mangium DI PT INHUTANI II PULAU LAUT
KALIMANTAN SELATAN

LIA OKTA WIJAYANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN


FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberi karunia dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
Produktivitas dan Biaya Penebangan Kayu Acacia mangium di PT Inhutani II
Pulau Laut Kalimantan Selatan yang bertujuan untuk memberikan informasi dan
masukan kepada perusahaan mengenai produktivitas penebangan dan biaya
produksi alat pada kegiatan penebangan khususnya pada alat penebangan
chainsaw Falcon SL5800.
Perhitungan produktivitas penebangan bertujuan untuk mengukur
besarnya volume penebangan dalam satuan m3/jam, sedangkan biaya penebangan
dapat diperoleh dari perhitungan biaya usaha dari kepemilikan alat tebang dalam
satuan Rp/jam. Biaya usaha diperoleh dari penjumlahan biaya mesin dan upah
operator, sedangkan biaya mesin diperoleh dari penjumlahan biaya tetap alat dan
biaya variabel alat. Biaya usaha alat dan produktivitas penebangan selanjutya
disebut sebagai biaya penebangan dengan satuan Rp/m3. Objek penelitian yang
digunakan yaitu chainsaw Falcon SL5800 buatan Cina yang masih jarang
penggunaannya di Hutan Tanaman di Indonesia, oleh karena itu perlu adanya
penelitian tentang besar produktivitas dan biaya penebangan chainsaw jenis baru
ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Dr Ir Juang R. Matangaran,
MS selaku pembimbing yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan,
dan nasehat kepada penulis mulai dari persiapan penelitian hingga terselesaikan
skripsi ini. Ucapan terima kasih kepada segenap pimpinan serta staf PT Inhutani II
Pulau Laut Kalimantan Selatan yang telah membantu proses pengumpulan data
selama penelitian. Ucapan terima kasih kepada Bapak, Ibu, Kakak dan seluruh
keluarga atas segala doa, kasih sayang serta dorongan moral dan material kepada
penulis.
Semoga skripsi ini bermanfaat untuk setiap pembacanya.

Bogor, Agustus 2016

Lia Okta Wijayana


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian 2
Bahan 2
Alat 3
Pengambilan Data 3
Prosedur Pengmpulan Data 3
Prosedur Analisis Data 4
Prosedur Pengolahan Data 6
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Konsisi Umum dan Lokasi Penelitian 7
Areal Kerja Penebangan 8
Waktu Kerja Penebangan 8
Produktivitas Penebangan 13
Analisis Biaya Penebangan 14
SIMPULAN DAN SARAN 17
Simpulan 17
Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 17
LAMPIRAN 19
RIWAYAT HIDUP 23
DAFTAR TABEL

1 Tahapan elemen kerja dari kegiatan penebangan kayu 4


2 Waktu kerja penebangan kayu Acacia mangium 9
3 Spesifikasi merek chainsaw 12
4 Produktivitas penebangan kayu Acacia mangium 13
5 Rekapitulasi biaya penebangan kayu Acacia mangium 15

DAFTAR GAMBAR

1 Skema penelitian 5
2 Elemen kerja pada waktu kerja tidak efektif 10
3 Elemen kerja pada waktu kerja efektif 11
4 Perbandingan waktu penebangan A.mangium pada tiap merek chainsaw 12
5 Perbedaan produktivitas penebangan berdasar merek chainsaw 14
6 Perbedaan biaya penebangan berdasarkan waktu kerja 16
7 Perbedaan biaya usaha pada merek chainsaw 17

DAFTAR LAMPIRAN

1 Peta areal kerja UM Blok Akasia 19


2 Dokumentasi pengambilan data 20
3 Jam kerja dan biaya perawatan chainsaw 21
4 Perhitungan biaya penebangan pada alat chainsaw 22
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pemanenan hasil hutan merupakan serangkaian kegiatan pemanfaatan hutan


yang mengubah pohon berdiri menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi
lain sehingga bermanfaat bagi masyarakat. Dalam kegiatan tersebut terdapat
beberapa tahapan yaitu penebangan, penyaradan, pemuatan, pengangkutan dan
penurunan kayu. Penebangan pohon merupakan langkah awal dan penting dalam
proses pemanfaatan kayu secara komersial karena berkaitan dengan nilai kayu
yang diproduksi, efisiensi pemanfaatan kayu dan kerusakan tegakan. Kegiatan
penebangan dilakukan dengan menggunakan alat tebang yaitu chainsaw atau
gergaji rantai untuk memudahkan pengambilan hasil hutan berupa kayu.
Penebangan kayu di hutan telah menggunakan alat tebang chainsaw yang
dianggap paling praktis karena mudah dipindah-pindahkan (Suhartana et al.
2007).
Gergaji rantai atau chainsaw digunakan untuk penebangan dan pembagian
batang didalam tahapan pemanenan kayu (Matangaran 1998). Penggunaan
chainsaw telah banyak dilakukan pada hutan tanaman di Indonesia. Dalam
pemenuhan kebutuhan bahan baku industri diperlukan alat penebangan chainsaw
yang cepat dan efisien terhadap waktu dan biaya. Dalam penggunaanya, alat
chainsaw berkembang cepat dalam waktu singkat, merek dan tipe chainsaw yang
digunakan oleh berbagai Hutan Tanaman Indutri sangat beragam. Hal ini dapat
mempengaruhi produktivitas penebangan yang dilakukan. Produktivitas
penebangan kayu Acacia mangium di PT Inhutani II Pulau Laut dengan
menggunakan chainsaw merek Husqvarna 340 buatan Swedia, diperoleh rata-rata
sebesar 3.12 m3/jam dengan biaya usaha alat/ biaya penebangan sebesar Rp 4
411/m3 (Sinaga 2005). Penelitian lain di Hutan Tanaman Industri dengan jenis
kayu yang sama yaitu PT Wirakarya Sakti di Jambi. Hasil penelitian yaitu
besarnya produktivitas penebangan yang dilakukan dengan chainsaw merek Stihl
070 buatan Jerman diperoleh sebesar 26.80 m3/jam dengan biaya usaha alat/biaya
penebangan sebesar Rp 1 501.42/m3 (Suhartana et al. 2004).
Dewasa ini, PT Inhutani II Pulau Laut menggunakan chainsaw merek
Falcon SL5800 buatan Cina. Penggunaan chainsaw merek Falcon sendiri masih
jarang di Hutan Tanaman Industri di Indonesia sehingga belum banyak tersedia
referensi tentang besarnya produktivitas dan biaya penebangan alat tersebut. Oleh
karena itu, perlu adanya penelitian tentang penggunaan alat penebangan chainsaw
merek Falcon dan biaya usaha alat agar produktivitas yang diperoleh tinggi dan
biaya yang dikeluarkan serendah mungkin.
2

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu menghitung produktivitas kegiatan


penebangan dan menghitung biaya produksi penebangan pada alat tebang
chainsaw Falcon SL5800.

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi mengenai


produktivitas dan biaya usaha alat chainsaw pada kegiatan penebangan sehingga
dapat menjadi informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan
penggunaan alat penebangan chainsaw.

METODE

Lokasi, Objek dan Waktu Penelitian

Penelitian berlokasi di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan pada


blok tebangan kayu Acacia mangium pada Unit Manajemen Blok Akasia Blok
VIII petak 115a dan 115d. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei
2016. Objek yang diamati yaitu waktu kerja pada kegiatan penebangan kayu
Acacia mangium.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Kayu Acacia mangium hasil tebangan di areal tebang yang berjumlah
103 pohon dengan diameter rata-rata 27 cm, dan umur tanaman 8 tahun.
2. Chainsaw Falcon SL5800 dengan spesifikasi alat yaitu mesin 2 tak,
kecepatan rotasi rantai maksimal 5500 rpm, kapasitas bahan bakar 0.55
L, kapasitas tangki oli pelumas 0.26 L, panjang bar 20” (50 cm), isi
silinder 51 cc dan berat chainsaw 5.50 kg.
3

Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kamera video untuk
menghitung waktu kerja, pita ukur untuk mengukur diameter dan panjang kayu,
Microsoft excel untuk mengolah data, tally sheet untuk mencatat data penelitian,
kamera untuk dokumentasi selama penelitian dilakukan, dan label untuk menandai
hasil penelitian.

Pengambilan Data

Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara pengukuran dan
pengambilan langsung di lapangan. Data tersebut berupa penghitungan waktu
kerja dalam setiap unsur kerja penebangan kayu, diameter dan panjang pohon
setelah ditebang sebagai dasar perhitungan produktivitas penebangan. Selain itu,
data primer lain diperoleh dari hasil wawancara dengan operator chainsaw
mengenai biaya yang dikeluarkan dalam penebangan dengan alat chainsaw Falcon
SL5800.
Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari arsip perusahaan yang
berhubungan dangan materi penelitian. Data sekunder yang diperlukan meliputi
harga chainsaw per unit, umur ekonomis alat, biaya bahan bakar dan pelumas,
data biaya pemeliharaan dan perbaikan alat, jumlah jam kerja chainsaw, upah
operator, tingkat suku bunga, kondisi umum lokasi penelitian serta data lain yang
diperlukan dalam penelitian.

Prosedur Pengumpulan Data

Obyek penelitian adalah kegiatan penebangan pohon yang merupakan salah


satu rangkaian kegiatan dari pemanenan. Penetapan pohon ditentukan secara
purposif karena penebangan dilakukan dengan sistem tebang habis sesuai
ketentuan perusahaan tanaman industri. Adapun langkah-langkah dalam
pengambilan data, sebagai berikut:
1. Survey lokasi penelitian pada petak areal kerja yang sedang melakukan
kegiatan penebangan dalam PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan
dengan menentukan lokasi yang sesuai untuk penelitian serta memudahkan
dalam pengamatan dan pengambilan data.
2. Menghitung waktu kerja yang diperlukan dalam setiap tahapan kegiatan
penebangan. Kegiatan ini dilakukan di petak tebang, dengan kegiatan sebagai
berikut:
a. Pengukuran waktu penebangan dilakukan selama siklus kerja
penebangan dengan mencatat waktu setiap unsur kerja.
4

b. Memisahkan waktu kerja efektif dan tidak efektif.


c. Waktu kerja efektif dimulai ketika operator chainsaw mempersiapkan
alat, berjalan menuju pohon yang akan ditebang, membersihkan areal
sekitar pohon yang akan ditebang, menentukan arah rebah, pembuatan
takik rebah, perebahan pohon, pembersihan cabang, dan pemotongan
ujung kayu.
d. Waktu tidak efektif adalah seperti mengobrol, merokok, mengisi
bensin, mengganti pelumas dan oli, mengambil bilah gergaji yang
terjepit, dan istirahat.
e. Perhitungan waktu dinyatakan dalam jam.
3. Menghitung dimensi kayu yang telah ditebang yaitu panjang dan diameter
kayu untuk menghitung volume kayu yang dinyatakan dalam m3.
4. Menghitung produktivitas penebangan (m3/jam).
5. Menghitung dan menganalisis biaya penebangan alat tebang (Rp/m3).

Tabel 1 Tahapan elemen kerja dari kegiatan penebangan kayu


No. Elemen Kerja Keterangan
1 Persiapan alat
2 Berjalan ke pohon yang akan ditebang Dalam kegiatan penebangan
Membersihkan areal sekitar pohon yang terdapat waktu tidak efektif
3
akan ditebang antara lain memotong kayu
4 Menentukan arah rebah yang tersangkut, mengobrol,
merokok, mengisi bensin,
5 Pembuatan takik rebah dan takik balas
mengganti pelumas dan oli,
6 Perebahan pohon mengambil bilah gergaji
7 Pembersihan batang yang terjepit, dan istirahat
8 Pemotongan ujung kayu

Tahapan elemen kerja dari kegiatan penebangan tersaji pada Tabel 1.


Pengukuran waktu dilakukan pada setiap satu siklus penebangan. Siklus
penebanagan yang dimaksud yaitu elemen-elemen kerja yang terdapat dalam
kegiatan penebangan dimulai dari persiapan hingga pemotongan ujung batang.
Siklus akan dimulai lagi saat operator chainsaw berpindah ke pohon selanjutnya
untuk melakukan penebangan. Tahapan dalam siklus penebangan dengan
chainsaw umumnya dimulai dengan penebang berjalan ke pohon yang akan
ditebang, pembersihan areal tebangan, penebangan pohon dan pembagian batang.
Artinya dalam satu siklus tebang hanya ada satu pohon yang ditebang dengan
chainsaw (Wang et al. 2004).

Prosedur Analisis Data

Analisis data menjelaskan cara menganalisis atau teknik mengolah data


yang digunakan untuk menarik simpulan dari hasil kajian dari topik yang diteliti.
Analisis data dapat dilakukan dengan cara antara lain, sebagai berikut:
5

1. Membandingkan waktu elemen kerja pada waktu kerja efektif dan waktu
kerja tidak efektif.
2. Membandingkan data hasil perhitungan produktivitas dan biaya
penebangan alat chainsaw dengan pustaka dan literatur yang ada pada
perusahaan lain.
3. Melihat perbedaan merek dan jenis chainsaw yang digunakan oleh
perusahaan lain.
Skema penelitian dapat menjelaskan secara singkat proses pengambilan dan
pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti. Skema penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1, sebagai berikut:

Petak Tebang

Penebangan

Data Primer Data Sekunder

1. Mengukur waktu 1. Harga chainsaw per unit


kerja setiap unsur 2. Umur ekonomis alat
kegiatan 3. Data biaya bahan bakar dan
pelumas
2. Mengukur diameter
4. Data biaya pemeliharaan dan
dan panjang kayu perbaikan alat
tebangan 5. Jumlah jam kerja chainsaw
6. Upah operator
7. Tingkat suku bunga
8. Kondisi umum lokasi
penelitian

Produktivitas Biaya Usaha

Biaya Penebangan

Gambar 1 Skema penelitian


6

Prosedur Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan meliputi analisis data volume kayu,


produktivitas penebangan dan biaya penebangan alat tebang (biaya penyusustan,
biaya bunga modal, biaya asuransi, biaya perawatan, biaya bahan bakar pelumas
dan oli, serta upah tenaga kerja).
1. Perhitungan volume dihitung dengan menggunakan rumus Brereton, sebagai
berikut:

⁄ ( )

Keterangan:
V = volume kayu (m3)
Du = diameter ujung (cm)
Dp = diameter pangkal (cm)
L = panjang (m)
π = konstanta (3.14)
2. Produktivitas penebangan dihitung sebagai berikut:

Keterangan:
P = produktivitas penebangan (m3/jam)
V = volume kayu yang ditebang (m3)
W = waktu kerja penebangan (jam)
3. Biaya penyusutan atau depresiasi dihitung dengan rumus (Sinaga 2005):

Keterangan:
D = penyusutan (Rp/jam)
M = investasi alat (Rp)
R = nilai alat bekas (Rp)
N = umur pakai alat (tahun)
T = waktu kerja alat (jam/tahun)
4. Bunga modal alat pertahun dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:

( )( )
[ ]

Keterangan:
BM = bunga modal (Rp/jam)
M = harga alat (Rp)
7

N = umur pakai alat (tahun)


R = nilai alat bekas/ harga sisa alat pada akhir masa pakai (Rp)
0.0p = suku bunga bank per tahun (% per tahun)
t = waktu kerja(jam/tahun)
5. Biaya asuransi alat (Rp/jam) atau dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut (Sinaga 2005):
( )

Keterangan:
A = biaya asuransi (Rp/jam)
M = harga alat (Rp)
N = umur pakai alat (tahun)
t = waktu kerja (jam/tahun)
6. Biaya tetap (Rp/jam) = D + BM + A
7. Biaya variabel / Biaya operasional (Rp/jam)
Biaya variabel terdiri atas penjumlahan:
a. Biaya pemeliharaan dan perawatan (Rp/jam)
b. Biaya bahan bakar dan oli (Rp/jam)
8. Biaya mesin (Rp/jam) = Biaya tetap + Biaya variabel
9. Biaya usaha (Rp/m3) =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum dan Lokasi Penelitian

PT Inhutani II Pulau Laut merupakan areal yang terletak antara 3º 41' 0"–3º
58' 15" LS dan 116º 02' 0"–116º 17' 0" BT, yang mencakup tiga kecamatan yaitu
Pulau Laut Barat, Pulau Laut Selatan dan Pulau laut Timur Kabupaten Kotabaru,
Provinsi Kalimantan Selatan. Keadaan lahan yaitu 90 % lahan kering dan 10 %
lahan basah. Keadaan topografinya yaitu 92 % areal berada pada topografi datar
pada kelerengan 0–8 %, 5 % pada daerah landai (kelerengan 8–15 %) dan daerah
bergelombang 3 % (kelerengan 15–25 %). PT Inhutani II berada pada ketinggian
10–50 meter dari permukaan laut. Jenis tanah yaitu podsolik merah kuning,
latosol dan alluvial. Jenis batuan yang ada yaitu batuan sedimen palaeogen dan
batuan sedimen alluvium. Tipe iklimnya yaitu tipe B dengan curah hujan sebesar
2 394 mm/tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu 287 mm
dan terendah pada bulan September yaitu 85 mm (PT Inhutani II 2007).
Penelitian ini dilaksanakan pada Unit Manajemen Blok Akasia yang
berlokasi di Tanjung Seloka dengan luas area 16 220 Ha. Berdasarkan Rencana
Kerja Tahunan 2016 luasan produksi/pemanenan kayu yang akan dilakukan
adalah seluas 409.49 Ha dengan volume 27 548.80 m3 (PT Inhutani II 2016).
8

Kegiatan land clearing dan produksi yang meliputi penebangan, pembagian


batang, penyaradan dan pengangkutan (muat bongkar) dilaksanakan oleh
kontraktor (pihak mitra) yang telah bekerja sama dengan PT Inhutani II Pulau
Laut. Kegiatan penebangan yang dilakukan oleh pihak mitra yaitu CV Saputra
Jaya Mandiri (SJM) dengan sistem pemanenan semi mekanis. Kegiatan
penebangan dan pembagian batang dilakukan dengan menggunakan chainsaw.
Kegiatan penyaradan dilakukan dengan menggunakan excavator-ponton. Kegiatan
pemuatan di TPn ke truk menggunakan excavator grapple sedangkan
pengangkutan dari TPn ke TPK menggunakan logging truk.

Areal Kerja Penebangan

Areal kerja penebangan pada penelitian ini adalah areal bekas kebakaran
pada tahun 2015 yaitu pada Blok VIII petak 115a dan 115d, seluas 50 Ha dengan
masing-masing luas 25 Ha. Kegiatan penebangan dilakukan oleh seorang operator
chainsaw tanpa adanya helper. Kegiatan penebangan dilakukan pada petak yang
akan dilaksanakan land clearing. Sistem penebangan yang dilakukan yaitu
penebangan pohon di petak tebang, sedangkan untuk pembagian batang dilakukan
di TPn.
Kayu yang ditebang pada petak tersebut adalah kayu Acacia mangium jenis
kayu pertukangan dengan diameter ≥ 20 cm. Kayu pertukangan selanjutnya
diangkut ke industri, namun karena ada kendala yaitu kerusakan pada jalan angkut
maka kayu pertukangan hasil penebangan hanya ditumpuk di TPn tanpa dibagi
batangnya. Pembagian batang dilaksanakan di TPn sesaat sebelum pemuatan di
logging truk dan diangkut ke industri. Adapun elemen kerja penebangan yang
diamati yaitu persiapan alat, berjalan ke pohon yang akan ditebang,
membersihkan areal sekitar pohon yang akan ditebang, menentukan arah rebah,
membuat takik rebah, perebahan pohon, pembersihan ranting dan cabang, dan
pemotongan ujung batang.

Waktu Kerja Penebangan

Waktu kerja merupakan waktu yang diperlukan seorang pekerja untuk


menyeleseikan pekerjaan tertentu pada tingkat prestasi yang telah ditetapkan.
Waktu kerja penebangan yang ditetapkan oleh PT Inhutani II yaitu selama 7 jam
per hari yaitu pukul 07.00 WITA – 16.00 WITA. Menurut Rinawati et al. (2012),
pengukuran waktu kerja pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menentukan
lamanya waktu kerja yang diperlukan oleh seorang operator untuk menyelesaikan
suatu pekerjaan. Elemen kerja merupakan bagian nyata dari suatu pekerjaan yang
diperinci demi memudahkan pengamatan, pengukuran dan analisa.
Hasil pengukuran waktu kerja digunakan untuk penentuan tarif upah yang
adil dan selain untuk kepentingan tersebut, pemanfatan yang lebih penting adalah
9

rasionalisasi produksi. Penggunannya akan terkait dengan peningkatan organisasi


dan perencanaan kerja, pengawasan dan pengambilan tindakan lanjut, peningkatan
dan perbandingan metode kerja, peralatan atau mesin-mesin serta untuk
penyusunan data kinerja dan perhitungan biaya (Mujetahid 2008).
Waktu kerja dibagi menjadi dua yaitu waktu kerja efektif dan waktu kerja
tidak efektif. Waktu kerja efektif adalah waktu yang digunakan untuk
menyelesaikan kegiatan inti yang sudah merupakan bagian tetap dari pekerjaan
bersangkutan. Sedangkan waktu tidak efektif adalah waktu kerja yang seharusnya
tidak diperlukan untuk suatu pekerjaan yang menyebabkan tidak efektifnya suatu
proses produksi. Hasil pengukuran waktu kerja penebangan kayu Acacia mangium
dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Waktu Kerja Penebangan kayu Acacia mangium


Rata-rata waktu
No Elemen kerja Persentase (%)
kerja (menit)
1 Waktu efektif
a Persiapan alat 0.06 1.47
b Jalan Ke Pohon 0.36 8.82
c Membersihkan Areal 0.07 1.72
d Menentukan Arah Rebah 0.04 0.98
e Membuat Takik 0.45 11.03
f Perebahan pohon 0.72 17.65
g Pembersihan cabang 0.30 7.35
h Pemotongan ujung 0.30 7.35
Total waktu efektif 2.30 56.37
2 Waktu tidak efektif
Mengambil bilah gergaji
a 0.02 0.49
terjepit
b Merokok 0.35 8.58
c Mengobrol 0.64 15.69
d Menajamkan mata rantai 0.13 3.19
e Mengisi Oli dan Bensin 0.13 3.19
f Istirahat 0.51 12.50
Total waktu tidak efektif 1.78 43.63

Berdasarkan Tabel 2, hasil perhitungan yang diperoleh yaitu total waktu


kerja penebangan sebesar 7.01 jam dengan total waktu kerja efektif 56.37 % dari
total waktu penebangan dan waktu kerja tidak efektif sebesar 43.63 %.
Pengamatan waktu penebangan dilakukan pada 103 pohon sehingga terdapat 103
siklus penebangan. Waktu penebangan yang dibutuhkan yaitu 0.07 jam/pohon
atau 4.08 menit/pohon. Tabel 2 menunjukkan pembagian elemen kerja waktu
kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif dalam siklus penebangan. Waktu kerja
tidak efektif dapat dibedakan lagi menjadi waktu kerja tidak efektif yang dapat
10

dihindarkan dan tidak dapat dihindarkan. Waktu kerja tidak efektif yang tidak
dapat dihindarkan antara lain yaitu kegiatan menajamkan mata rantai, mengisi
bensin dan oli pelumas serta istirahat. Waktu kerja tersebut tidak dapat
dihilangkan tetapi dapat dikurangi. Sedangkan untuk waktu kerja tidak efektif
yang dapat dihilangkan yaitu kegiatan merokok, mengobrol dan mengambil bar
yang terjepit. Kegiatan mengobrol memiliki persentase terbesar yakni 15.69 %,
hal ini tentunya sangat mempengaruhi besarnya waktu tidak efektif dalam
kegiatan penebangan. Untuk mengurangi waktu mengobrol operator yaitu dapat
dilakukan dengan meminimalkan jumlah operator penebang atau orang didalam
petak tebang sehingga kegiatan mengobrol dapat berkurang.
Siklus waktu tebang per pohon dan produktivitas penebangan dipengaruhi
oleh dbh (diameter setinggi dada) pohon yang ditebang dan dipengaruhi oleh jarak
antar kayu yang ditebang. Peningkatan jarak pohon yang ditebang akan
meningkatkan waktu tebang pohon, demikian pula dengan dbh yang bertambah
maka waktu penebangan juga bertambah (Behjou et al. 2009). Menurut Lortz et
al. (1997) faktor yang paling penting dan berpengaruh dalam waktu penebangan
yaitu diameter pohon, jarak antar pohon dan intensitas pemanenan. Karena
penelitian dilakukan pada Hutan Tanaman Industri (HTI) maka diameter pohon
dan jarak pohon yang akan ditebang tidak terlalu berpengaruh pada waktu
penebangannya. Hal tersebut karena jarak tanam di HTI yang relatif sama dan
umur tanaman yang sama sehingga diameter pohon juga relatif sama.
Elemen kerja waktu penebangan dibedakan atas waktu kerja efektif dan
waktu kerja tidak efektif. Elemen kerja waktu kerja tidak efektif dapat dilihat pada
Gambar 2 dan elemen kerja waktu kerja efektif disajikan pada Gambar 3.

0.70

0.60

0.50
Waktu (menit)

0.40

0.30

0.20

0.10

0.00
Mengambil Merokok Mengobrol Menajamkan Mengisi oli Istirahat
bilah gergaji mata rantai dan bensin
terjepit

Gambar 2 Elemen kerja pada waktu kerja tidak efektif

Gambar 2 menunjukkan pembagian elemen kerja pada waktu kerja tidak


efektif kegiatan penebangan. Waktu kerja tidak efektif cukup besar diantaranya
waktu untuk merokok, mengobrol dan waktu istirahat. Waktu yang dibutuhkan
11

untuk mengeluarkan bilah gergaji terjepit sangat rendah dikarenakan diameter


pohon yang ditebang dan ukuran bilah chainsaw yang digunakan dalam
penebangan terbilang seimbang ukuranya sehingga bilah gergaji terjepit jarang
terjadi. Panjang bilah chainsaw Falcon SL5800 yaitu 50 cm sedangkan diameter
rata-rata kayu Acacia mangium yang ditebang yaitu 27 cm. Jenis chainsaw dengan
bilah panjang seperti merek Stihl biasanya digunakan pada hutan alam dengan
diameter kayu yang besar, sedangkan kayu pada hutan tanaman diameternya
relatif kecil. Untuk mengurangi waktu kerja tidak efektif yang cukup besar bisa
dilakukan dengan meniadakan waktu untuk merokok dan mengobrol serta
meminimalkan waktu istirahat operator.

0.80
0.70
0.60
0.50
Waktu (menit)

0.40
0.30
0.20
0.10
0.00

Gambar 3 Elemen kerja pada waktu kerja efektif

Gambar 3 menunjukkan elemen kerja tiap siklus penebangan dalam


pembagian waktu kerja efektif. Waktu kerja efektif yang rendah terjadi pada
elemen kerja persiapan alat, membersihkan areal sekitar tebangan dan
menentukan arah rebah. Waktu kerja efektif yang rendah terjadi pada kegiatan
persiapan alat, membersihkan areal dan menentukan arah rebah. Areal tebang
merupakan areal bekas kebakaran sehingga cukup bersih dan jarang ada tumbuhan
bawah pengganggunya sehingga kegiatan pembersihan areal sekitar pohon yang
akan ditebang sering ditiadakan. Jarak antar pohon pun juga tidak terlalu rapat
sehingga penebang kurang memperhatikan kegiatan pembersihan areal dan
penentuan arah rebah pohon yang akan ditebang. Waktu penebangan tiap merek
chainsaw memiliki nilai yang berbeda, hal ini dapat dilihat dari Gambar 4.
12

Husqvarna 340 (Sinaga 2005)

Stihl 070 (Suhartana et al. 2004)

Falcon SL5800

0.00 0.02 0.04 0.06 0.08 0.10 0.12


Waktu (jam/pohon)

Gambar 4 Perbandingan waktu penebangan A.mangium pada tiap merek chainsaw

Gambar 4 menunjukkan waktu penebangan menggunakan alat chainsaw di


PT Inhutani II dengan waktu penebangan beberapa perusahaan Hutan Tanaman
Industri lainnya. Kondisi yang sama terdapat pada jenis tanaman yang ditebang
yaitu tanaman Acacia mangium dan perusahaan merupakan Hutan Tanaman
Industri. Waktu penebangan paling tinggi yaitu dengan menggunakan chainsaw
merek Husqvarna 340 yaitu rata-rata 6.18 menit/pohon, penebangan tersebut
dilaksanakan di PT Inhutani II (Sinaga 2005). Sedangkan waktu penebangan
terkecil diperoleh dari penebangan menggunakan chainsaw Stihl 070 yaitu 1.62
menit/pohon pada PT Wirakarya Sakti (Suhartana et al 2004). Perbedaan waktu
penebangan tersebut disebabkan oleh perbedaan jenis dan merek chainsaw.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari spesifikasi jenis chainsaw pada setiap
mereknya. Tabel 3 menyajikan beberapa merek chainsaw dengan beberapa
spesifikasinya.

Tabel 3 Spesifikasi merek chainsaw


Keterangan Falcon SL5800 Stihl 070 Husqvarna 340
Mesin 2 Tak 2 Tak 2 Tak
Kecepatan maksimum 5500 rpm 7500 rpm 12500 rpm
Kapasitas bahan bakar 0.55 L 1.20 L 0.50 L
Kapasitas tangki oli 0.26 L 0.53 L 0.25 L
Panjang bar 20” (50 cm) 36” (90 cm) 18” (45 cm)
Isi silinder 51 cc 105.70 cc 110 cc
Berat chainsaw 5.50 kg 10.70 kg 4.70 kg
Sumber: www.indoteknik.com

Perbedaan spesifikasi pada mesin chainsaw tersebut berpengaruh pada


kinerja alat nya dan terhadap waku penebangan yang dilakukan. Perbedaan
tersebut dapat dilihat dari beberapa hal antara lain kapasitas tangki bahan bakar
dan oli pelumas, panjang bar, berat chainsaw dan kecepatan putaran rantai yang
dihasilkan. Selain itu tiap merek dan jenis chainsaw memiliki harga beli dan biaya
13

perawatan yang berbeda-beda. Jika dibandingkan dengan alat tebang lainnya,


chainsaw merupakan alat yang sering digunakan dalam kegiatan penebangan.
Keuntungan utama chainsaw yaitu mengurangi biaya operasional, selain itu lebih
aman dan mengurangi resiko kecelakaan pada operator (Popovici 2013).

Produktivitas Penebangan

Produktivitas kerja adalah hasil kerja dalam satuan tertentu (luas atau
volume) dari seorang pekerja atau satu regu kerja selama sehari (HOK) untuk
selama tujuh jam kerja (Mujetahid 2008). Produktivitas dapat dirumuskan sebagai
hubungan antara hasil kerja (jumlah satuan produksi kayu yaitu m3) dengan waktu
yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut (jumlah satuan waktu
kerja yaitu jam). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja
diantaranya adalah faktor lapangan yaitu letak geografi areal kerja, iklim, cuaca,
tegakan hutan dan kondisi lapangan berupa daya dukung tanah, konfigurasi
permukaan tanah dan kemiringan lapang (Ningrum 2014).
Produktivitas kerja penebangan merupakan informasi penting untuk
kegiatan perencanaan, pengawasan dan evaluasi. Proses pengawasan dan evaluasi
meliputi beberapa kegiatan antara lain penentuan standar yang dipakai serta
mengambil tindakan perbaikan jika diketahui penyimpangan. Selain itu,
produktivitas juga berfungsi untuk penentuan atau perhitungan upah (Mujetahid
2008). Table 4 menyajikan informasi mengenai produktivitas penebangan kayu
Acacia mangium berdasarkan waktu efektif dan wakyu aktual penebangannya.

Tabel 4 Produktivitas penebangan kayu Acacia mangium


Keterangan Waktu (jam) Produktivitas (m³/jam)

Efektif 0.04 13.62

Aktual 0.07 12.31

Berdasarkan Tabel 4, produktivitas penebangan kayu Acacia mangium


pada waktu kerja efektif yaitu dengan menghilangkan waktu kerja tidak
efektifnya, sebesar 13.62 m³/jam, sedangkan produktivitas dengan menggunakan
waktu kerja aktualnya sebesar 12.31 m³/jam. Hal tersebut dapat terjadi karena
jumlah waktu pada waktu kerja aktual semakin bertambah yang menyebabkan
bertambahnya nilai pembaginya sehingga diperoleh nilai produktivitas
penebangan yang lebih kecil dari pada waktu kerja efektif saja. Produktivitas
efektif diperoleh dari waktu kerja efektif yang digunakan sedangkan produktivitas
aktual diperoleh dari waktu kerja efektif dan waktu kerja tidak efektif dalam
penebangan. Setiap merek chainsaw memiliki kemampuan menebang pohon
sesuai spesifikasinya sehingga besarnya produktivitas berbeda tiap mereknya.
Gambar 5 menunjukkan besarnya produktivitas pada beberapa merek chainsaw
yang digunakan Hutan Tanaman Industri di Indonesia.
14

30.00
Produktivitas (m3/jam)

25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
0.00
Falcon SL5800 Stihl 070 (Suhartana Husqvarna 340
et al. 2004) (Sinaga 2005)
Gambar 5 Perbedaan produktivitas penebangan berdasar merek chainsaw

Gambar 5 menunjukkan besarnya produktivitas penebangan dengan merek


chainsaw yang berbeda-beda. Produktivitas tertinggi pada penggunaan chainsaw
merek Sthil 070 sebesar 26.80 m3/jam. Chainsaw Husqvarna memiliki
produktivitas penebangan yang kecil yaitu sebesar 3.112 m3/jam. Hal tersebut
dapat terjadi karena perbedaan waktu penebangan yang dilakukan, karena
chainsaw Stihl 070 memiliki waktu penebangan yang paling kecil sehingga
produktivitasnya menjadi besar begitu pula sebaliknya yang terjadi pada chainsaw
merek Husqvarna 340. Hal lain yang dapat mempengaruhi produktivitas adalah
ukuran dan panjang bar chainsaw pada setiap merek chainsaw. Semakin panjang
ukuran bar chainsaw maka penampang diameter pohon akan terjangkau saat
penebangan sehingga mempersingkat waktu penebangan dan meningkatkan
produktivitas.

Analisis Biaya Penebangan

Biaya penebangan yaitu sejumlah uang yang dibayarkan dan harus


dikeluarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi pada setiap elemen kerja
penebangan yang dilakukan. Biaya dikelompokan menjadi biaya langsung dan
tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dengan jelas dan secara nyata
dapat ditelusuri keberadaannya pada pangsa tertentu yang sedang dibahas. Biaya
tidak langsung adalah biaya yang harus dijatahkan untuk dibebankan pangsa yang
sedang dibahas. Biaya tidak langsung tidak secara langsung dapat dikenali pada
satu jenis produk tertentu melainkan terjadi akibat kegiatan produksi keseluruhan
kegiatan. Biaya tidak langsung dianggap sebagai biaya bersama (Ardiyansyah
2007).
Biaya usaha untuk mesin dibagi menjadi biaya tetap (fixed cost) dan biaya
tidak tetap (variable cost) atau biaya operasi. Biaya mesin merupakan
penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya operasi. Biaya tetap yaitu biaya yang
15

terus menerus berjalan sesuai dengan masa pakai alat, terdiri dari depresiasi,
bungan modal dan asuransi. Sedangkan biaya operasi yaitu biaya yang
dikeluarkan apabila alat tersebut digunakan meluputi biaya perbaikan dan
pemeliharaan, biaya bahan bakar, serta biaya pelumas dan biaya penggantian alat.
Penjumlahan antara biaya mesin dengan upah operator merupakan biaya usaha
alat (Wiradinata 1981). Berikut rekapitulasi biaya penebangan pada biaya usaha
alat chainsaw yang digunakan PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan
tersaji pada Tabel 5.

Tabel 5 Rekapitulasi biaya penebangan kayu Acacia mangium


No Jenis Biaya Rata-rata
1 Biaya tetap (Rp/jam)
a Depresiasi 238.10
b Bunga modal 33.33
c Asuransi 952.38
Total biaya tetap 1 223.81
2 Biaya variabel (Rp/jam)
a Bensin dan oli 16 000.00
b Pemeliharaan dan perawatan 3 962.79
Total biaya variabel 19 962.79
3 Biaya mesin (Rp/jam) 21 186.60
4 Upah operator (Rp/m³) 19 322.00
5 Biaya usaha (Rp/m³) 21 042.53

Rekapitulasi Tabel 5 menunjukkan biaya penebangan dengan chainsaw


Falcon SL5800 yaitu sebesar Rp 21 042.53/m3. Biaya tetap terdiri dari depresiasi
Rp 238.1/jam, bunga modal Rp 33.33/jam, dan asuransi alat Rp 952.81/jam
dengan total biaya tetap Rp1 223.81/jam. Biaya variabel yang terdiri dari biaya
bahan bakar bensin dan oli pelumas Rp 16 000/jam dan biaya pemeliharaan serta
perawatan alat Rp 3 962.79/jam. Biaya mesin diperoleh dari penjumlahan biaya
tetap dan biaya variabel dan dibagi dengan produktivitas yaitu Rp 1 720.53/m3.
Karena sistem pengupahan yang diterapkan di PT Inhutani II pada operator
chainsaw dalam satuan Rp/m3. Upah operator sendiri diberikan sebesar Rp 19
322/m3 berdasarkan Surat Perjanjian Kerja (SPK) antara PT Inhutani II dengan
CV SJM. Biaya usaha yaitu hasil penjumlahan biaya mesin dan upah operator.
Biaya usaha sama dengan biaya penebangan alat yang dikeluarkan untuk
menebang pohon per m3.
Tabel 6 menunjukkan perbedaan produktivitas pada waktu tebang efektif
dan aktual mengakibatkan perbedaan biaya penebangan pada waktu kerja aktual
dan efektif.
16

Waktu aktual

Waktu efektif

20750 20800 20850 20900 20950 21000 21050 21100


Biaya usaha (Rp/m3)
Gambar 6 Perbedaan biaya penebangan berdasarkan waktu kerja

Biaya usaha chainsaw pada waktu kerja aktual lebih besar dibanding
dengan biaya usaha alat pada waktu kerja efektif, hal tersebut dikarenakan pada
perhitungan waktu kerja aktual, waktu yang digunakan dalam menebang pohon
lebih besar sehingga produktivitas penebangannya kecil. Sehingga biaya yang
dikeluarkan pun semakin besar. Pada waktu kerja efektif karena waktu yang
digunakan untuk menebang pohon lebih sedikit sehingga produktivitas
penebangannya tinggi dan biaya usaha alatnya lebih rendah. Waktu penebangan
mempengaruhi produktivitas yang dihasilkan sehingga berpengaruh pula pada
biaya usaha alatnya. Biaya usaha alat pada waktu kerja efektif lebih rendah yaitu
sebesar Rp 20 877.60/m3.
Perbedaan pada waktu tebang dan produktivitas penebangan setiap merek
chainsaw juga mengakibatkan perbedaan pada besarnya biaya usaha alat chainsaw
pada setiap mereknya, berikut perbedaan beberapa biaya usaha pada beberapa
merek chainsaw yang tersaji pada Gambar 7.

25000
Biaya usaha (Rp/m3)

20000

15000

10000

5000

0
Falcon SL5800 Stihl 070 (Suhartana et Husqvarna 340
al 2004) (Sinaga 2005)
Gambar 7 Perbedaan biaya usaha pada merek chainsaw

Berdasarkan Gambar 7 biaya usaha alat chainsaw merek Falcon SL5800


terbilang tinggi dibandingkan merek Stihl 070 dan Husqvarna 340. Chainsaw
17

Stihl 070 memiliki biaya usaha terendah sebesar Rp 1 501/m3. Sedangkan biaya
usaha alat merek Husqvarna 340 sebesar Rp 4 411/m3. Perbedaan yang cukup
besar tersebut terjadi karena perbedaan harga dan nilai yang dipengaruhi oleh nilai
tukar rupiah yang telah berubah selama lebih dari 10 tahun terakhir. Hal tersebut
dapat dilihat dari perbedaan harga bahan bakar dan upah operator chainsaw. Pada
penelitian Suhartana (2004) harga bahan bakar Rp 1 810/liter dan upah operator
Rp 25 000/jam. Pada Penelitian Sinaga (2005) harga bahan bakar Rp 2 000/liter
dan upah operator Rp 4 285/jam, sedangkan harga bahan bakar untuk chainsaw
Falcon SL5800 Rp 10 000/liter dan upah operator mencapai Rp 21 000/jam.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Produktivitas penebangan dengan chainsaw merek Falcon SL5800 di areal


kerja PT Inhutani II Pulau Laut yang dilakukan oleh pihak mitra CV Saputra Jaya
Mandiri (SJM) yaitu sebesar 12.31 m³/jam dengan biaya usaha alat sebesar Rp 21
042.53/m3. Perbedaan waktu penebangan, produktivitas penebangan dan biaya
usaha alat dipengaruhi oleh jenis chainsaw yang digunakan.

Saran

Perlu adanya penggunaan chainsaw merek lain dalam kegiatan penebangan


agar mengetahui besarnya perbedaan produktivitas penebangan. Selain itu juga
perlu adanya evaluasi terhadap penggunaan alat penebangan chainsaw merek
Falcon SL5800 baik dari segi biaya penggunaan alat dan hasil tebangannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyansyah A. 2007. Analisis biaya pengeluaran limbah pemanenan hutan


tanaman industri dengan metode pengikatan manual: uji coba di HPHTI PT
Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Behjou FK, Majnounian B, Dvořăk J, Namiranian M, Saeed A, Feghhi J. 2009.
Productivity and cost of manual felling with a chainsaw in Caspian forests.
Journal of Forest Science 55(2):96–100.
18

Lortz D, Kluender R, McCoy W, Stokes B, Klepac J. 1997. Manual felling time


and productivity in southern pine forests. Forest Products Journal
47(10):59–63.
Matangaran JR. 1998. Identifikasi kerusakan komponen gergaji rantai. Jurnal
Teknologi Hasil Hutan 11(1):47–50.
Mujetahid A. 2008. Produktivitas penebangan pada hutan jati (Tectona grandis)
rakyat di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial 5(1):53–58.
Ningrum W. 2014. Produktivitas alat berat dan efisiensi waktu kerja kegiatan
pemanenan kayu di IUPHHK-HA di Papua Barat [skripsi]. Bogor (ID):
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
Popovici R. 2013. Estimating chainsaw operating costs based on fuel, lubricants
and spare parts. Bulletin of the Transilvania University of Braşov 6(55):63–
68.
[PT Inhutani II]. 2007. Buku Rencana Kerja Umum PT Inhutani II Pulau Laut
Kalimantan Selatan. Pulau Laut (ID): PT Inhutani II.
[PT Inhutani II]. 2016. Buku Rencana Kerja Tahunan PT Inhutani II Pulau Laut
Kalimantan Selatan. Pulau Laut (ID): PT Inhutani II.
Rinawati DI, Puspitasari D, Muljadi F. 2012. Penentuan waktu standar dan jumlah
tenaga kerja optimal pada produksi batik cap (studi kasus: IKM batik Saud
Effendy, Laweyan). Jurnal J@TI Undip 8(3):143–150.
Sinaga M. 2005. Produktivitas dan biaya penebangan hutan tanaman industri di
PT Inhutani II Pulau Laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 23(1):69–78.
Suhartana S, Sinaga M, Sumantri I. 2004. Peningkatan produktivitas dan efisiensi
penebangan kayu mangium di salah satu perusahaan hutan tanaman di
Propinsi Jambi. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 22(3):175–182.
Suhartana S, Yuniawati, Rahmat. 2007. Penggunaan jumlah chainsaw yang tepat
dan efisien pada penebangan: studi kasus di satu perusahaan hutan di
Kalimantan Timur. Jurnal Rimba Kalimantan 12(1):62–66.
Wang J, Long C, McNeel J, Baumgras J. 2004. Productivity and cost of manual
felling and cable skidding in central Appalachian hard wood forests. Forest
Products Journal 54(12):45–51.
Wiradinata S. 1981. Pengantar Analisis Biaya Pembalakan. Bogor (ID): Fakultas
Kehutanan IPB.
19

Lampiran 1 Peta areal kerja UM Blok Akasia


20

Lampiran 2 Dokumentasi pengambilan data di lapang


21

Lampiran 3 Jam kerja dan biaya perawatan chainsaw

No Nama Jenis Keterangan


1. Jam kerja 1 hari 7 jam
2. Jam kerja 1 bulan 25 hari
3. Harga chainsaw baru Rp 1 500 000
4. Masa pakai chainsaw 3 tahun
5. Suku bunga bank 7%
6. Bensin 1 liter/jam
7. Harga bensin Rp 10 000/liter
8. Pelumas mesin 0.1 liter/jam
9. Harga pelumas mesin Rp 40 000/liter
10. Pelumas rantai 0.1 liter/jam
11. Harga pelumas rantai Rp 20 000/jam
12. Bar chainsaw Rp 550 000/ 3 bulan
14. Rantai chainsaw Rp 250 000/bulan
15. Sprocket chainsaw Rp 195 000/ 3 bulan
16. Busi chainsaw 4 buah @Rp 28 000/ bulan
17. Kikir rantai 4 buah @Rp 20 000/bulan
18. Upah operator Rp 19 322/m3
Sumber: PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan
22

Lampiran 4 Perhitungan biaya penebangan pada alat chainsaw

1. Depresiasi/ biaya penyusustan

= Rp 238.10/jam
2. Bunga modal
( )( )
[ ]

( )( )
[ ]
= = Rp 33.33/jam
3. Asuransi alat
( )
= Rp 952.38/jam

4. Biaya tetap (Rp/jam) = D + BM + A


= 238.10 + 33.33 + 952.38
= Rp 1 223.81/jam
5. Biaya variabel terdiri atas:
Biaya bahan bakar dan oli: Biaya pemeliharaan dan perbaikan:

Penggunaaan bensin Bilah gergaji chainsaw


1 liter × Rp 10 000 = Rp 10 000/jam Rp 550 000/525 jam = Rp 1 047.62/jam

Pelumas mesin Rantai chainsaw


0.1 liter × Rp 40 000 = Rp 4 000/jam Rp 250 000/175 jam = Rp 1 428.6/jam
Pelumas rantai Sprocket chainsaw
0.1 liter × Rp 20 000 = Rp 2 000/jam Rp 195 000/525 jam = Rp 371.43/jam
Busi chainsaw
(4 × Rp 28.000)/175 jam = Rp 640/jam

Kikir chainsaw
(4 × Rp 20 000)/175 jam = Rp 475.14/jam
Biaya variabel (Rp/jam) = 16 000 + 3 962.79 = Rp 19 962.79/jam
6. Biaya mesin (Rp/m3) = biaya tetap + biaya variabel
= Rp 21 186.60/jam
7. Biaya usaha (Rp/m3) = biaya mesin + upah operator
= (Rp 21 186.60/jam /12.31 m3/jam) + Rp 19 322/m3
= Rp 21 042.53/m3
23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ponorogo, Jawa Timur pada tanggal 7 Oktober 1994.


Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Wajib
dan Ibu Sutri. Pendidikan dasar ditempuh di SDN Bringinan dan lulus pada tahun
2006. Pendidikan menengah pertama dilanjutkan di SMPN 2 Balong hingga tahun
2009 dan pendidikan menengah atas di SMAN 3 Ponorogo yang diselesaikan
pada tahun 2012. Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor Departemen
Manjemen Hutan tahun 2012 melalui jalur Undangan Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan penulis merupakan anggota FMSC (Forest
Management Student Club) kelompok studi pemanfaatan hutan pada tahun 2013-
2014. Penulis melakukan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di daerah
Telaga Bodas-Sancang Timur tahun 2014. Praktek Pengelolaan Hutan (PPH)
tahun 2015 di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) Sukabumi dan KPH
Perhutani Cianjur, dan pada tahun 2016 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang
(PKL) dan penelitian di PT Inhutani II Pulau Laut Kalimantan Selatan.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kehutanan di Institut
Pertanian Bogor penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Produktivitas dan
Biaya Penebangan Kayu Acacia mangium di IUPHHK-HT Inhutani II Pulau Laut
Kalimantan Selatan di bawah bimbingan Prof Dr Ir Juang R. Matangaran, MS.

Anda mungkin juga menyukai