Anda di halaman 1dari 71

RANCANG BANGUN REAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN

HELICAL SCREW AGITATOR DAN BAFFLE UNTUK


PRODUKSI BIODIESEL SECARA BATCH

ZAKY AHMAD IBRAHIM

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Rancang Bangun Reaktor
dengan Menggunakan Helical Screw Agitator dan Baffle untuk Produksi Biodiesel Secara
Batch” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dan tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2017

Zaky Ahmad Ibrahim


NIM F14120037
ABSTRAK
ZAKY AHMAD IBRAHIM. Rancang Bangun Reaktor dengan Menggunakan
Helical Screw Agitator dan Baffle untuk Produksi Biodiesel Secara Batch
Dibimbing oleh DYAH WULANDANI

Proses transesterifikasi pada pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan dua


metode katalitik dan non-katalitik. Metode katalitik memerlukan pengadukan yang merata
serta kuat agar dapat mengatasi sifat imisibel pada pengadukan. Penelitian sebelumnya
menunjukkan penggunaan pengaduk turbin terbuka memiliki hasil pengadukan yang
kurang sempurna. Penggunaan pengaduk helical screw memberikan keuntungan berupa
pengadukan yang lebih homogen. Penelitian ini bertujuan merancang pengaduk helical
screw, dan mengetahui pola aliran yang dihasilkan. Hasil rancangan yang dihasilkan yaitu
tangki reaktor, pengaduk helical screw, daya motor dan pemanas listrik. Pengujian pada
reaktor dilakukan dua tahap yaitu pengujian pendahuluan menggunakan pengaduk turbine
terbuka dengan rpm 400,500, dan 600, tahap kedua yaitu pengujian reaktor menggunakan
pengaduk helical screw dengan rpm 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700, 800, 900, dan 1000,
dengan menggunakan kadar KOH 1.5%. Suhu 60 oC – 65 oC, dan waktu selama 60 menit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran suhu pada reaktor yang menggunakan
pengaduk helical screw lebih merata dibandingkan dengan pengaduk turbin terbuka.
Keadaan yang paling baik pada reaktor biodiesel menggunakan pengaduk helical screw
yaitu pada rpm 100 dengan kadar KOH 1.5%, suhu 60 oC – 65 oC, dan waktu selama 60
menit dengan menghasilkan kadar metilester sebesar 99.7%.

Kata kunci: Biodiesel, metil ester, pengaduk helical screw, rpm (revolusi per menit)

ABSTRACT
ZAKY AHMAD IBRAHIM, Design Reactor with Helical Screw Agitator and
Baffle for Biodiesel Production in Batch System Supervised by DYAH
WULANDANI

Transesterification process at biodiesel processing can be carried out by two


methods, catalytic and non catalytic. Catalytic method needs a proper and strong
mixing to prevent the immicibility of the mixture. Previous research shown that
open turbine blade produced an imperfect mixture, while helical screw agitator
produced a more homogenous mixture. The objectives of this research is to design
a helical screw agitator and evaluate the fluid flow produced. The results are reactor
tank, helical screw agitator, power motor and electrical heater. There are two steps
for testing the reactor. First step is by using an open blade turbine at 400, 500, and
600 rpm. The second step is by using a helical screw agitator at 100, 200, 300, 400,
500, 600, 700, 800, 900, and 1000 rpm with 1.5% KOH. The temperature range is
at 60 oC – 65 oC for 60 minutes. The results shown that temperature distribution of
reactor with helical screw agitator is more evenly than the reactor with open blade
turbine. The best biodiesel is produced by using helical screw agitator at 100 rpm
with 1.5% KOH and at 60 oC – 65 oC for 60 minutes, resulting 99.7% of methyl-
ester.

Keywords: Biodiesel, helical screw agitator, methyl-ester, rpm (revolutions per


minutes)
RANCANG BANGUN REAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN
HELICAL SCREW AGITATOR DAN BAFFLE UNTUK
PRODUKSI BIODIESEL SECARA BATCH

ZAKY AHMAD IBRAHIM

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
Pada
Departemen Teknik Mesin dan Biosistem

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Rancang Bangun
Reaktor dengan Menggunakan Helical Screw Agitator dan Baffle untuk
Produksi Biodiesel Secara Batch”. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
September 2016 hingga Desember 2016

Penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan


arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Ayahanda Hadi Suparyo, Ibunda Junarsih Ardisasmita, dan Kakakku Fauzi
Ardiansyah serta semua keluarga besar atas do’a dan dukungan untuk penulis
selama pembuatan karya ilmiah ini.
2. Dr Ir Dyah Wulandani, MSi selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sampai menyelesaikan
skripsi ini.
3. Dr Ir Desrial, MEng dan Dr Muhamad Yulianto, ST MT selaku dosen penguji
yang telah banyak memberi saran, masukan dan ilmu pengetahuan bagi
penulis.
4. Seluruh staf pengajar Teknik Mesin dan Biosistem Institut Pertanian Bogor
atas semua pngetahuan yang telah diberikan.
5. Bapak Harto, dan Mas Widy selaku penanggung jawab Laboraturium tempat
penulis melaksanakan penelitian.
6. Terimakasih untuk Salma Irfania yang telah memberikan doa, bantuan, dan
semangatnya untuk penulis.
7. Teman bimbingan, Muhammad Ilham K, Muhammad Hafiz R, Radia Ariza
P, dan Muhammad Lilik terima kasih atas bantuan selama penelitian
berlangsung.
8. Teman-teman di Departemen Teknik Mesin dan Biosistem angkatan 49
(G.U.T.S.T.Y.R), terima kasih atas kebersamaannya, bantuan dan semangat
untuk penulis.
9. Laboratorium SBRC, Baranang Siang Bogor yang telah membantu menguji
kadar metil ester biodiesel untuk penelitian penulis.
10. Terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca
untuk melakukan penelitian dalam bidang pertanian.

Bogor, Mei 2017

Zaky Ahmad Ibrahim


DAFTAR ISI

PRAKATA iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GAMBAR iv
DAFTAR LAMPIRAN iv
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA 2
Biodiesel 2
Proses Produksi Biodiesel 2
Blade Agitator 4
Baffle 6
Pola Aliran 6
METODOLOGI 7
Waktu dan Tempat 7
Alat dan Bahan 8
Tahapan Penelitian 9
Identifikasi Kebutuhan 10
Analisis Fungsional dan Struktural 10
Metode Pengukuran dan Pengujian 12
Prosedur Pengujian Reaktor 14
Boundary Condition pada Analisis Jenis Aliran 15
HASIL DAN PEMBAHASAN 16
Perencanaan Desain 16
Desain Detail 17
Uji Kinerja 20
Hasil Uji Biodiesel 24
Yield Biodiesel 27
Pola Aliran pad Reaktor Biodiesel 28
SIMPULAN DAN SARAN 30
Simpulan 30
Saran 30
DAFTAR PUSTAKA 30
LAMPIRAN 33
RIWAYAT HIDUP 57

DAFTAR GAMBAR

1 Reaksi transesterifikasi 3
2 Blade Agitator: (a) pengaduk jenis baling-baling, (b) Daun dipertajam,
(c) baling-baling kapal 4
3 Pengaduk jenis dayung (paddle) berdaun dua 4
4 Pengaduk turbin pada bagian variasi 5
o
5 Pengaduk turbin dengan kemiringan 45 5
6 (a) Helical screw, (b) dan (c) Helical ribbon, (d) Semi-Spiral 5
7 Posisi baffle menempel pada dinding tangki 6
8 Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk (a) marine propeller
(b) helical screw 6
9 (a) pola aliran tangkai pengaduk di tepi dan posisi miring,
(b) penambahan baffle pada dinding tangki 7
10 Flowchart penelitian 9
11 Komponen blade helical screw 11
12 Rangka tangki reaktor 18
13 Tangki reaktor biodiesel 19
14 Blade helical screw 19
15 Desain Baffle 20
16 Sebaran suhu percobaan 1 (four turbine agitator, rpm 400) 20
17 Sebaran suhu percobaan 2 (four turbine agitator, rpm 500) 21
18 Sebaran suhu percobaan 3 (four turbine agitator, rpm 600) 21
19 Sebaran suhu percobaan 4 (blade helical screw, rpm 100) 21
20 Sebaran suhu percobaan 5 (blade helical screw, rpm 200) 22
21 Sebaran suhu percobaan 6 (blade helical screw, rpm 300) 22
22 Sebaran suhu percobaan 7 (blade helical screw, rpm 400) 22
23 Sebaran suhu percobaan 8 (blade helical screw, rpm 500) 23
24 Sebaran suhu percobaan 9 (blade helical screw, rpm 600) 23
25 Sebaran suhu percobaan 10 (blade helical screw, rpm 700) 23
26 Sebaran suhu percobaan 11 (blade helical screw, rpm 800) 23
27 Sebaran suhu percobaan 12 (blade helical screw, rpm 900) 24
28 Sebaran suhu percobaan 13 (blade helical screw, rpm 1000) 24
29 Hubungan RPM dengan nilai metil ester pada blade helical screw 25
30 Hubungan RPM dengan nilai metil ester pada four turbine agitator 26
31 Nilai yield biodiesel dari setiap percobaan 27
32 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan blade helical screw tampak atas 28
33 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan blade helical screw
tampak depan 28
34 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan four turbine agitator
tampak depan 29
35 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan four turbine agitator
tampak atas 29

DAFTAR TABEL

1 Rancangan fungsional dan komponen-komponen reaktor biodiesel 10


2 Tabel 2 Boundary Condition untuk simulasi jenis aliran 15
3 Daftar spesifikasi kebutuhan 16
4 Hasil uji lab angka keasaman, angka kesadahan, dan angka gliserol total 25
5 Massa biodiesel yang dihasilkan 26
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rencana pemerintah Indonesia untuk menurunkan emisi gas rumah kaca di


bidang energi antara lain adalah penggunaan bahan bakar yang lebih bersih dan
penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT). Rencana tersebut didukung oleh
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang kebijakan
Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti
BBM, dimana kebijakan ini bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan
energi dalam negeri dan pelestarian lingkungan. Pengembangan bioenergi atau
bahan bakar sebagai energi alternatif sangat strategis untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Salah satu energi alternatif yang ditetapkan pada peraturan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia adalah biodiesel.
Biodiesel merupakan ester dari minyak nabati atau lemak hewani, melalui
proses transesterifikasi antara minyak dan methanol. Proses transformasi atau
reaksi kimia untuk mendapatkan biodiesel terjadi pada reaktor, reaktor merupakan
jantung pada sebagian besar proses kimia untuk pencampuran metanol dan minyak
bersifat immiscible (tidak mudah bercampur). Mekanisme pencampuran minyak
dengan metanol pada reaktor memiliki beberapa cara, yang pertama dan pada
umumnya dipakai adalah menggunakan blade agitator. Pencampuran
menggunakan blade agitator memiliki kekurangan yaitu pencampuran yang hanya
terjadi di sekitar impeler sehingga frekuensi tumbukan methanol dan minyak pada
reaktor tidak maksimal. Mekanisme pencampuran kedua yaitu menggunakan
sistem pengadukan statis, pencampuran yang baik terjadi pada pengaduk statis
karena tumbukan yang optimal sehingga memiliki tingkat efisiensi yang tinggi,
namun terdapat kekurangan pada pembuatan reaktor biodiesel pengaduk statis ini,
yaitu harga komponen-komponen yang lebih mahal dibandingkan blade agitator
(Robiah et al 2014).
Menurut Panggabean (2011) semakin besar tumbukan yang terjadi di dalam
reaktor maka reaksi antar partikel akan semakin besar karena kontak antar
permukan dua atau lebih bahan akan sering terjadi. Pola aliran yang harus terjadi
pada reaktor yaitu aliran turbulen, yang membuat struktur aliran akan tercampur
(Nelwan et al 2015). Jika terjadi vorteks pada reaktor maka hal ini akan
mempertahankan stratifikasi sehingga pencampuran yang terjadi menjadi rendah
(Nelwan et al 2015). Salah satu metode untuk memecahkan masalah tersebut adalah
dengan menambahkan baffle pada dinding reaktor blade agitator. Penambahan
baffle akan memecah vorteks pada aliran dan meningkatkan efek pencampuran,
selain itu juga baffle berfungsi untuk meningkatkan kecepatan arah vertikal
(Nelwan et al 2015).
Reaktor blade agitator yang telah dilakukan penelitian-penelitian
sebelumnya seperti Prateepchaikul et al (2008) menggunakan baffle pada bagian
dinding reaktor yang berjumlah empat buah dengan tipe blade yang digunakan
adalah turbin terbuka sebanyak empat buah. Pada penelitian tersebut yang
menggunakan sistem batch, baffle lebih berfungsi untuk mengubah aliran vorteks
menjadi aliran dengan pola helical screw. Penggunaan blade turbin terbuka pada
penelitian Prateepchaikul et al (2008) memiliki luas permukaan tumbukan yang
2

relatif kecil, maka pada penelitian ini telah dirancang reaktor dengan tipe pengaduk
blade helical screw yang memiliki luas, permukaan tumbukan yang lebih besar dan
baffle, dengan tipe batch dalam skala model laboratorium.

Perumusan Masalah

Proses reaksi transesterifikasi biodiesel dipengaruhi oleh reaktan (minyak dan


metanol) yang sulit bercampur sehingga perlu suatu mekanisme pencampuran
fluida untuk meningkatkan homogenisasi campuran, laju reaksi dan meningkatkan
waktu reaksi, dengan demikian perlu dilakukan perancangan reaktor biodiesel
blade helical screw dan baffle untuk produksi biodiesel secara batch. Baffle pada
beberapa penelitian yang ada memiliki desain menempel pada bagian dinding
reaktor dengan jumlah yang ditentukan. Pada penelitian ini didesain baffle yang
diposisikan pada jarak tertentu dengan blade sehingga dapat menggandakan
turbulensi yang terjadi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah merancang bangun model reaktor dengan
menggabungkan blade helical screw dan baffle untuk memproduksi biodiesel
secara batch skala laboratorium, melakukan uji kinerja reaktor hasil rancangan,
serta mengetahui tipe aliran yang terjadi menggunakan CFD (Computational Fluid
Dynamics).

TINJAUAN PUSTAKA

Biodiesel

Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif untuk mesin diesel yang


diproduksi dengan reaksi transesterifikasi dan esterifikasi minyak tumbuhan atau
lemak hewan dengan alkohol rantai pendek seperti metanol. Reaksinya
membutuhkan katalis yang umumnya merupakan basa kuat, sehingga akan
memproduksi senyawa kimia baru yang disebut metil ester (Van Gerpen 2005).
Menurut Thiessen et al (2007) biodiesel merupakan energi alternatif yang bersifat
renewable, karena berasal dari asam lemak nabati sehingga dapat diperbaharui.
Kelebihan biodiesel dibandingkan dengan petrodiesel yang lainnya yaitu :
(1) Biodiesel berasal dari sumberdaya alam yang dapat diperbaharui ; (2) Biodiesel
memiliki kandungan aroma dan sulfur yang rendah (Ma dan Hanna 1999); (3)
biodiesel memiliki cetane number yang tinggi (Zhang et al 2003). Sehingga dalam
jumlah volume yang sama, biodiesel dapat menghasilkan jumlah power dan torsi
yang sama dengan minyak solar. Selain itu biodiesel mempunyai efek pelumasan
yang lebih baik dari minyak solar.

Proses Produksi Biodiesel

Reaksi kimia yang terjadi dalam pembuatan biodiesel merupakan


transesterifikasi. Reaksi transesterifikasi adalah proses yang mereaksikan
3

trigliserida dalam minyak dengan metanol dan menghasilkan fatty acid methyl ester
(FAME) yang sering disebut biodiesel dan gliserol. Persamaan reaksi
transesterifikasi dapat dilihat pada Gambar 1, dimana R1, R2, R3 adalah
hidrokarbon rantai panjang dari asam lemak.

Gambar 1 Reaksi transesterifikasi. (Robiah et al 2014)

Terdapat tiga tahapan pada reaksi trasesterifikasi sebelum terbentuk FAME


(fatty acid methyl ester) dan gliserol. Tahapan pertama yaitu trigliserida bereaksi
dengan metanol membentuk FAME dan digliserida, selanjutnya digliserida
bereaksi kembali dengan metanol membentuk FAME dan monogliserida, tahapan
terakhir monogliserida bereaksi dengan metanol dan menghasilkan FAME dan
gliserol.
Metode produksi biodiesel dapat dibedakan ke dalam dua cara, yaitu secara
katalitik dan non-katalitik (Petchmala et al 2008). Pengolahan secara katalitik
menggunakan NaOH atau KOH sebagai katalis basa, H2SO4 sebagai katalis asam,
dan lipase sebagai katalis yang berasal dari enzim (Marchetti et al 2007). Katalis
tersebut dilarutkan menggunakan alkohol dan jenis alkohol lebih banyak digunakan
adalah metanol karena lebih murah, merupakan senyawa polar berantai karbon
terpendek sehingga bereaksi lebih cepat dengan trigliserida, serta melarutkan semua
jenis katalis baik basa maupun asam (Zhang et al 2003). Proses transesterifikasi
dengan cara katalitik memiliki keunggulan yang lebih aman karena menggunakan
suhu yang rendah. Namun ada beberapa kekurangan dari cara katalitik ini yaitu
harga katalis mahal dan rantai pemurnian lebih panjang karena harus memisahkan
katalis dari produk yang dihasilkan.
Sedangkan, pengolahan secara non-katalitik dilakukan pada kondisi
superkritis dari alkohol (tekanan dan temperatur tinggi yaitu sekitar 350 oC, 30 MPa
(Kusdiana dan Saka 2001), 570 - 600 K dan 10 - 15 MPa atau menggunakan uap
metanol lewat jenuh (superheated methanol vapor) (Joelianingsih et al 2008).
Kelebihan dari metode non-katalitik adalah proses pemurnian dan pemisahan
menjadi lebih sederhana, reaksi esterifikasi dan transesterifikasi dapat berlangsung
dalam satu reaktor sehingga tidak memerlukan proses pra-esterifikasi meskipun
memiliki kandungan FFA (free fatty acid) tinggi.
4

Blade Agitator

Proses pada bidang teknik biosistem banyak memerlukan sistem agitasi atau
pencampuran. Menurut Martin (2003) agitasi dan pencampuran memiliki definisi
yang berbeda, agitasi adalah imbasan gerakan yang menginduksi bahan homogen
dengan cara tertentu sedangkan pencampuran adalah distribusi acak dari dua atau
lebih zat yang awalnya pada fase yang terpisah. Salah satu kegunaan dari agitasi
adalah mencampurkan cairan immiscible (Nelwan et al 2015).
Pemilihan pengaduk yang tepat menjadi salah satu faktor penting dalam
menghasilkan proses dan pencampuran yang efektif. Secara umum, terdapat empat
jenis pengaduk yang biasa digunakan, yaitu pengaduk baling-baling (propeller),
pengaduk turbin (turbine), pengaduk dayung (paddle) dan pengaduk helical ribbon.
Pengaduk jenis baling-baling (propeller) dapat dilihat pada Gambar 2.
digunakan pada kecepatan berkisar 400 rpm hingga 1750 rpm (revolutions per
minute) dan digunakan untuk cairan dengan viskositas yang rendah.

Gambar 2 (a) pengaduk jenis baling-baling, (b) daun dipertajam, (c) baling-baling
kapal (Kars-jordan dan Hiltunen 2007).

Jenis pengaduk dayung (paddle) seperti ini biasanya digunakan pada


kecepatan putaran rendah 20 rpm hingga 200 rpm. Panjang total dari pengadukan
dayung biasanya 60-80% dari diameter tangki dan lebar dari daunnya 1/6 – 1/10
dari panjangnya.

Gambar 3 Pengaduk jenis dayung (paddle) berdaun dua ( Pietranski 2002).

Pengaduk dayung menjadi tidak efektif untuk suspensi padatan, karena


aliran radial bisa terbentuk namun aliran aksial dan vertikal menjadi kecil. Sebuah
dayung jangkar atau pagar, yang terlihat pada Gambar 3 didesain menyapu dan
mengeruk dinding tangki dan bagian bawah tangki. Jenis ini digunakan pada cairan
yang kental dimana endapan pada dinding dapat terbentuk dan juga untuk
meningkatkan transfer panas dari dan ke dinding tangki (Pietranski 2002).
Pengaduk turbin adalah pengaduk dayung yang memiliki banyak daun
pengaduk dan berukuran lebih pendek, digunakan pada kecepatan tinggi. Diameter
dari sebuah turbin biasanya anatara 30-50% dari diameter tangki (Kars-jordan dan
Hiltunen 2007). Turbin biasanya memilik empat atau enam daun pengaduk seperti
pada Gambar 4.
5

Gambar 4 Pengaduk turbin pada bagian variasi.


(Kars-jordan dan Hiltunen 2007)

Pada turbin dengan daun yang dibuat miring sebesar 45o, seperti yang
terlihat pada Gambar 5, beberapa aliran aksial akan terbentuk sehingga terjadi
kombinasi dari aliran aksial dan radial. Jenis ini berguna dalam suspensi padatan
karena aliran langsung ke bawah dan akan menyapu padatan ke atas.

Gambar 5 Pengaduk turbin dengan kemiringan 45o


(Kars-jordan dan Hiltunen 2007).

Pengaduk helical ribbon digunakan pada larutan dengan kekentalan yang


tinggi serta beroperasi pada rpm yang rendah dan tinggi. Menurut Dickey (2004)
tipe blade ini terutama blade helical screw memiliki keunggulan yaitu luas
permukaan tumbukan yang besar serta penggunaan daya yang tidak terlalu besar.
Berikut adalah Gambar pengaduk helical ribbon

Gambar 6 (a) Helical screw, (b) dan (c) helical ribbon, (d) semi-Spiral
(Ghanem et al 2013)

Blade agitator yang akan dipakai pada penelitian ini adalah blade helical
screw. Blade helical screw termasuk kedalam tipe clearance agitators, dengan
kecepatan putar hingga 3600 rpm (60 rps), dengan penggunaan daya yang tidak
terlalu besar.
6

Baffle

Baffle merupakan penghalang yang berfungsi untuk memecah vorteks yang


menyebabkan pencampuran sangat rendah, serta berfungsi untuk meningkatkan
efek campuran. Pada umumnya baffle dipasang pada sebuah tangki yang cukup
besar dan berjumlah empat buah. Untuk propeller turbin lebar baffle yang
digunakan kurang dari 1/12 diameter sedangkan untuk propeller yang sedang atau
kecil kurang dari 1/8 diameter. Selain berfungsi untuk pemecahan vorteks, baffle
berfungsi juga meningkatkan kecepatan arah vertikal (Nelwan et al 2015).
Penelitian sebelumnya yang menggunakan baffle menempatkan baffle pada dinding
atau menempel, dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Posisi baffle menempel pada dinding tank. (Nelwan et al 2015)

Pola Aliran pada Reaktor

Pada tangki berpengaduk, pola aliran yang dihasilkan bergantung pada


beberapa faktor antara lain geometri tangki, sifat fisik fluida dan jenis pengaduk itu
sendiri. Pengaduk jenis turbine akan cenderung membentuk pola aliran radial
sedangkan propeller cenderung membentuk aliran aksial. Pengaduk jenis helical
screw dapat membentuk aliran aksial dari bawah tangki menuju ke atas permukaan
cairan. Pola aliran yang dihasilkan oleh tiap-tiap pengaduk tersebut dapat dilihat
pada Gambar 8.

Gambar 8 Pola aliran fluida di dalam tangki berpengaduk


(a) marine propeller (b) open turbine blade (Pietranski 2002)

Pada dasarnya terdapat 3 komponen yang hadir dalam tangki berpengaduk


yaitu:
a. komponen radial pada arah tegak lurus terhadap tangkai pengaduk
b. komponen aksial pada arah sejajar (paralel) terhadap tangkai pengaduk
7

c. komponen tangensial atau rotasional pada arah melingkar mengikuti putaran


sekitar tangkai pengaduk.
Komponen radial dan tangensial terletak pada daerah horizontal dan
komponen longitudinal pada daerah vertikal untuk kasus tangkai tegak (vertical
shaft). Komponen radial dan longitudinal sangat berguna untuk penentuan pola
aliran yang diperlukan untuk aksi pencampuran (mixing action).
Pengadukan pada kecepatan tinggi dapat mengakibatkan pola aliran
melingkar di sekitar pengaduk. Gerakan melingkar tersebut dinamakan vorteks.
Vorteks dapat terbentuk di sekitar pengaduk ataupun di pusat tangki yang tidak
menggunakan baffle. Fenomena ini tidak diinginkan dalam industri karena
beberapa alasan. Pertama, kualitas pencampuran buruk meski fluida berputar dalam
tangki. Hal ini disebabkan karena kecepatan sudut pengaduk dan fluida sama.
Kedua, udara dapat masuk dengan mudahnya ke dalam fluida karena tinggi fluida
di pusat tangki jatuh hingga mencapai bagian atas pengaduk. Ketiga, adanya vorteks
akan mengakibatkan naiknya permukaan fluida pada tepi tangki secara signifikan
sehingga fluida tumpah. Upaya berikut ini dapat dilakukan untuk menghindari
vorteks, yaitu:
1. menempatkan tangkai pengaduk lebih ke tepi (off-center)
2. menempatkan tangkai pengaduk dengan posisi miring
3. menambahkan baffle pada dinding tangki.
Berikut adalah gambar jenis aliran yang terjadi pada poin di atas :

(a) (b)
Gambar 9 (a) Pola aliran tangkai pengaduk di tepi dan posisi miring, (b)
penambahan baffle pada dinding tangki (Pietranski 2002)

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2016 sampai dengan bulan
Desember 2016. Desain mesin dilakukan di Engineering Design Studio – IPB.
Pembuatan prototipe dilakukan di bengkel Departemen Teknik Mesin dan
Biosistem – IPB. Pengujian kinerja dilakukan di Laboratorium Siswadhi Soepardjo.
8

Alat dan Bahan Penelitian

Alat
Alat-alat dan perlengkapan utama yang diperlukan untuk kegiatan
penelitian ini meliputi peralatan perancangan dan pembuatan konstruksi reaktor
serta peralatan instrumen untuk pengujian kinerja dari reaktor yang dirancang.
Peralatan untuk perancangan dan pembuatan reaktor adalah :
a. Peralatan pembuatan prototipe reaktor antara lain: mesin las listrik, las LPG,
gerinda tangan, gerinda duduk, mesin bor tangan, mesin bor duduk, mesin
bubut, penggaris, meteran, jangka sorong, busur, gunting, tang, obeng, dan
kunci pas.
b. Peralatan untuk pengujian mesin antara lain: Tachometer untuk mengukur
kecepatan putar, termostat, autonic recorder, dan stopwatch.
c. Peralatan untuk pengujian hasil biodiesel pada penelitian ini yaitu: gelas ukur
250 ml dan 500 ml, labu reaksi, timbangan digital, corong pemisah 250 ml
dan 500 ml, corong, dan pH indikator.
Bahan
Bahan yang diperlukan untuk penelitian ini meliputi:
a. Bahan pembuatan prototyipe terdiri dari :
1. Stainless steel
Wadah reaktor harus memiliki ketahanan yang baik terhadap
korosifitas, stainless steel merupakan bahan yang memiliki ketahanan
baik terhadap korosifitas.
2. Baja kotak hollow
Berfungsi untuk dudukan tangki reaktor.
3. Plat stainless steel
Berfungsi untuk baffle dan daun pengaduk atau blade.
4. Motor
Pengaduk pada reaktor ini harus memiliki motor karena pengadukan
biodiesel harus mempunyai kekuatan putar yang tinggi agar bahan
tercampur dengan baik.
5. Heater
Berfungsi untuk menyediakan panas yang dibutuhkan dalam proses
transesterifikasi.
6. Termokopel
Berfungsi untuk sensor temperatur pada reaktor. Termokopel yang
digunakan adalah tipe K.
7. Control Panel
Control panel berfungsi untuk mengatur kecepatan dari motor, serta
mengatur suhu yang diinginkan.
b. Bahan baku biodiesel
1. Minyak goreng curah
2. Metanol
3. KOH
4. Aquades
9

Tahapan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan


rancangan secara umum yaitu berdasarkan pendekatan rancangan fungsional dan
pendekatan rancangan struktural (Mushoffa 2006). Adapun Flowchart penelitian
tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 10.

Mulai

Identifikasi dan perumusan masalah

Pemilihan konsep, analisis dan pembuatan gambar teknik

Pembuatan prototipe

Uji fungsional

Tidak
Modifikasi Berhasil?

Ya
Uji kinerja

Tidak
Berhasil?

Ya
Simulasi pola aliran
menggunakan CFD

Selesai

Gambar 10 Flowchart penelitian


10

Identifikasi Kebutuhan

Identifikasi kebutuhan prototipe Helical Screw Blade meliputi kebutuhan


daya yang harus digunakan untuk motor menggunakan data dan analisis penentuan
karakteristik fisik dan termal dari bahan yang digunakan (fraksimol methanol,
densitas, dan viskositas).

Analisis Fungsional dan Struktural

Analisis Fungsional
Pada perumusan ide rancangan reaktor biodiesel ini perlu memperhatikan
rancangan fungsional, tujuannya agar alat dapat berfungsi sesuai dengan yang
diharapkan yaitu mampu membuat biodiesel dengan standar yang telah di
lampirkan pada Lampiran 1. Bahan-bahan seperti minyak, KOH, metanol dan lain-
lain dimasukkan pada suatu wadah yang telah dilapisi pemanas. Pengaduk pada
reaktor ini digerakan menggunakan motor listrik yang diberi kontrol. Fungsi fungsi
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Rancangan fungsional dan komponen-komponen reaktor biodiesel


Fungsi utama Fungsi Nama komponen

Memberi daya putar


Motor
kepada blade agitator
Memberi energi panas
Pemanas
untuk pembuatan biodiesel
Mengaduk bahan-bahan
Blade
agar menjadi biodiesel
Membuat biodiesel
Memberi turbulensi lebih
dengan Standar Nasional
pada aliran dan mengurangi Baffle
Indonesia
adanya vorteks
Mereaksikan bahan-bahan
Reaktor
menjadi biodiesel
Berfungsi untuk
mengontrol heater dan Kontrol
motor agar memenuhi suhu
dan rpm yang diinginkan

Analisis Struktural
Rancangan struktural reaktor biodiesel dibuat untuk menentukan beberapa
bagian reaktor agar sesuai dengan konsep reaktor biodiesel yang diinginkan.
Penelitian ini hanya dibatasi pada bagian wadah (reaktor), blade agitator dan baffle.
Penentuan yang utama dari ketiga komponen tersebut adalah penentuan dimensi
yang diinginkan agara sesuai dengan kebutuhan.
Bagian pertama yaitu wadah (reaktor), wadah tersebut harus dapat
menampung bahan-bahan yang diperlukan serta tidak korosif, bahan yang
digunakan untuk wadah tersebut adalah stainless steel. Menurut Wanto (2014)
11

bentuk geometri reaktor diusahakan hampir silindris dan mempunyai bentuk dasar
melengkung untuk mengoptimalkan pencampuran (mixing) dengan perbandingan
dimensi antara diameter dan tinggi reaktor 2 : 3.
Bagian kedua yaitu blade agitator¸ bagian ini berfungsi untuk mengaduk
bahan-bahan yang ada di dalam wadah. Blade agitator memiliki berbagai macam
bentuk, pada penelitian ini bentuk blade agitator yang digunakan adalah blade
helical screw. Menurut Dickey (2004) blade helical screw tidak memerlukan tenaga
yang besar untuk mengoperasikan dalam kecepatan tinggi.

Gambar 11 Komponen blade helical screw (Aubin et al 2000)

Struktur dari helical screw blade yang di tunjukan pada Gambar 11.
Memiliki persamaan yang ditunjukkan pada persaman 1.a sampai 1.h dibawah ini :
𝑙𝑡⁄
𝑑 = 1.45.................................................(1.a)
𝑐𝑡
⁄𝑑 = 0.13.................................................(1.b)

𝑐𝑡⁄
𝑑 = 0.13.................................................(1.c)
𝑑𝑡⁄
𝑑 = 1.1..................................................(1.d)
𝑑𝑎⁄
𝐷 =0.18................................................(1.e)
𝑑⁄ = 0.64................................................(1.f)
𝐷
𝑠⁄ = 1......................................................(1.g)
𝑑
𝑐⁄ = 0.06.................................................(1.h)
𝑑
Dimana,
d = diameter blade (mm)
D = diameter tangki (mm)
s = panjang pitch (mm)
c = jarak ruang (mm)

Blade agitator digerakkan menggunakan motor listrik dengan persamaan daya


pada Persaman 2 (McCabe et al 2001):

𝑃 = 𝑁𝑝 𝜌𝑛3 𝐷𝑎 5 ......................................(2)
Dimana,
𝑃 = daya (W)
12

𝑁𝑝 = konstanta
𝜌 = densitas (kg/m3)
𝑛3 = jumlah putaran (rps)
𝐷𝑎 5 = diameter sudu (m)
Bagian ketiga adalah baffle, berfungsi untuk memecah vorteks yang
menyebabkan pencampuran sangat rendah, dan untuk meningkatkan efek
campuran. Dimensi baffle dapat dihitung dengan rumus 𝑏 = 1⁄2 𝐷𝑎 , dimana 𝐷𝑎
adalah diameter dari sudu blade agitator.
Heater yang digunakan diperhitungkan menggunakan rumus (Thumann A
et al 2013) :
𝑞
(𝑃ℎ ) = .....................................................(3.a)
𝑡
𝑞 = 𝑚𝐶𝑝 ∆𝑇...............................................(3.b)

Dimana,
q = Energi panas (kJ)
m = Massa (kg)
Cp = Kapasitas panas (kJ/kg o C)
∆𝑇 = Perubahan suhu (o C)
T = waktu (s)
Kecepatan putar maksimal pada reaktor diperhitungkan menggunakan
rumus (Robiah 2014) :
𝑁 = (𝑊𝐸𝐿𝐻⁄2𝑑 )0.5 × (600⁄𝜋𝑑 )
𝜌 0.5
𝑁 = [{( 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛⁄𝜌𝑎𝑖𝑟 ) × 𝐷𝑡} × (600⁄𝜋𝑑 )]
Dimana,
WELH = Water Equivalent Liquid Height
𝜌
= ( 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛⁄𝜌𝑎𝑖𝑟 ) × 𝐷𝑡
ρcairan = Densitas campuran (kg/m3)
ρair = Densitas air (kg/m3)
Dt = Diameter tangki (m)
d = Diameter blade (m)

Metode Pengukuran dan Pengujian

Proses produksi biodiesel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sistem
batch, dimana bahan sudah disediakan di suatu tempat (reaktor). Salah satu tujuan
dari penelitian ini adalah untuk merancang dan menguji hasil yang didapat dari
reaktor biodiesel, dengan demikian perlu dibuat kondisi demi tercapai tujuan
tersebut. Minyak dan metanol merupakan zat yang saling tidak terlarut, maka oleh
karena itu diperlukan kondisi dimana pengadukan memiliki putaran yang kuat
sehingga menyebabkan reaksi.
Menurut Van Gerpen (2005) waktu optimal untuk reaktor biodiesel adalah
60 menit serta suhu yang optimal dilakukan adalah 60 oC – 65 oC sehingga kedua
kondisi tersebut merupakan kondisi optimal, pada penelitian ini parameter yang
dikontrol adalah kecepatan putar dari blade agitator (rpm).
Pengukuran yang dilakukan pada reaktor biodiesel ini meliputi suhu pada
tiga titik pengukuran, rpm yang akan dicapai, serta kadar KOH dan metanol.
13

Reaktor biodiesel ini akan diuji menggunakan blade helical screw dengan
pengujian analisis alat serta pengujian analisis hasil.

Analisis Alat
Kinerja alat akan dianalisis dari hasil proses pencampuran, berikut analisis
kinerja alat :
1. Menghitung fraksi mol kedua bahan:
𝑛1
𝑚𝑓1 =
𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
𝑛2
𝑚𝑓2 =
𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
Dimana,
𝑚𝑓1 = fraksi mol metanol
𝑚𝑓2 = fraksi mol minyak
𝑛1 = mol metanol
𝑛2 = mol minyak
𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑛1 + 𝑛2
2. Menghitung nilai viskositas dan densitas campuran :
𝑣𝑐𝑎𝑚𝑝 = 𝑚𝑓1 × 𝑣1 + 𝑚𝑓2 × 𝑣2
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 = 𝑚𝑓1 × 𝜌1 + 𝑚𝑓2 × 𝜌2
Dimana,
𝑣𝑐𝑎𝑚𝑝 = viskositas campuran (m2/s)
𝑣1 = viskositas minyak (m2/s)
𝑣2 = viskositas metanol (m2/s)
𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝 = densitas campuran (kg/m3)
𝜌1 = densitas minyak (kg/m3)
𝜌2 = densitas metanol (kg/m3)
3. Bilangan reynold (McCabe et al 2001)
𝑛𝑑 2 𝜌
𝑅𝑒 =
𝜇
Dimana,
𝑅𝑒 = bilangan Reynold
𝑛 = kecepatan putaran (rps)
𝑑 = diameter blade (m)
𝜌 = densitas (kg/m3)
𝜇 = viskositas (kg/ms)

Analisis Biodiesel
Semua sampel yang dihasilkan dari proses pengujian desain reaktor ini,
dilakukan analisis laboratorium, antara lain:
1. Angka Asam (SNI 2012)

56,1 × 𝑉 × 𝑁
𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑎𝑠𝑎𝑚 (𝑚𝑔 𝐾𝑂𝐻⁄𝑔) =
𝑚
14

Dimana :
V : volume larutan KOH dalam alkohol yang diperlukan dalam
titrasi (ml)
N : normalitas larutan KOH dalam alkohol
M : berat sampel alkil ester (g)

2. Analisis angka penyabunan (SNI 2012)


56,1 (𝐵 − 𝐶)
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑎𝑏𝑢𝑛𝑎𝑛 (𝐴𝑠) = × 5,61
𝑚
Dimana,
B : volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi
blanko (ml)
C : volume larutan natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi
sampe (ml)
N : normalitas larutan HCl (0.5 N)
M : berat sampel alkil ester yang ditimbang untuk analisis (g)
3. Analisis kadar gliserol total (SNI 2012)
2,302 (𝐵 − 𝐶) × 𝑁
𝐺𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 (%) =
𝑚
Dimana,
B : volume natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi blanko (ml)
C : volume natrium tiosulfat yang habis dalam titrasi sample (ml)
N : nirmlaitas eksak larutan natrium tiosulfat
Berat sampel ×ml sampel
W : 900
4. Kadar metil ester (SNI 2012)
100 (As−Aa−4,57𝐺𝑡𝑜𝑡𝑎l)
Kadar metil ester (% w/w) = As
Dimana,
As : angka penyabunan yang ditentukan dengan metoda AOSC Cd 3-
25, mg KOH /g biodiesel.
Aa : angka asam yang ditentukan dengan metode AOSC Cd3-63,
mgKOH/ g biodiesel.
Gtotal : kadar gliserol total dalam biodiesel yang ditentukan dengan metoda
Ca 14-56, % massa.
5. Yields
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟
𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘
(Joelianingsih et al 2008)

Prosedur Pengujian Reaktor (Produksi Biodiesel)

Sistem produksi biodiesel yang digunakan dalam penelitian ini adalah


sistem batch. Desain prototipe melingkupi tangki reaktor, blade agitator,
kebutuhan heater, dan daya motor penggerak. Minyak curah dimasukan ke dalam
15

tangki reaktor lalu di panaskan hingga suhu mencapai 60 oC, lalu masukkan
campuran metanol dengan KOH dengan perbandingan mol minyak dan metanol
adalah 1:6, serta kadar KOH sebanyak 1,5%. Kemudian pengujian reaktor biodiesel
terhadap biodiesel yang dihasilkan, dengan demikian perlu dibuat suatu kondisi
demi tercapainya tujuan tersebut. Kondisi-kondisi tersebut meliputi rpm yang
digunakan 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm, 400 rpm, 500 rpm, 600 rpm, 700 rpm, 800
rpm, 900 rpm, 1000 rpm dengan menggunakan blade helical screw. Penelitian
pendahuluan dilakukan menggunakan four turbine agitator dengan skala yang sama
serta kondisi rpm yang optimum berdasarkan penelitian Prateepchaikul, et al (2008)
yaitu 400 rpm, 500 rpm, dan 600 rpm.

Boundary Condition pada Analisis Jenis Aliran

Boundary condition adalah kondisi batasan atau kondisi yang dibutuhkan


untuk melakukan simulasi pada software CAD. Penelitian ini menggunakan
boundary condition yang dijelaskan pada Tabel 2 :

Tabel 2 Boundary Condition untuk simulasi jenis aliran


No Parameter Nilai Satuan
1. Analysis type Exclude internal
- Internal space
2. Physical Features
- Heat conduction in solids
only
- Rotation
3. Reference axis Y
Wizard – 4. Fluid
Analusis - Project fluid Metanol & minyak
type - Flow type Laminar & Turbulen
5. Solids Steel Stainless 302
6. Initial Condition
- Thermoynamic parameter
 Pressure 101325 Pa
 Tempersture
o
60 C
- Solid parameters
o
 Initial solid temperature 40 C
7. Result resolution 5

1. Type
- Flow opening
 Inlet velocity
Boundary 2. Flow Parameters
Condition - Swirls
 Angular velocity 2 Rps
3. Thermodynamic parameters
o
- Temperature 65 C
4. Boundary layers Turbulen
16

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Desain

Identifikasi Masalah
Produksi biodiesel memiliki kesulitan dalam proses pencampuran karena
kedua bahan utama yaitu minyak dan metanol bersifat immiscible (tidak mudah
bercampur). Pencampuran pada reaktor umumnya menggunakan six turbine
agitator atau four turbine agitator dengan baffel menempel pada dinding reaktor,
kekurangan dari tipe blade agitator seperti itu adalah pencampuran yang hanya
terjadi pada sekeliling blade agitator dengan tipe aliran yang dihasilkan helical
screw flow (Prateepchaikul 2008). Salah satu metode untuk memecahkan masalah
tersebut adalah menggunakan blade agitator tipe clearence dengan bentuk blade
helical screw, dimana bentuk blade tersebut memiliki luas permukaan yang lebih
besar sehingga pencampuran akan terjadi pada seluruh blade tersebut dan frekuensi
tumbukan akan semakin tinggi.

Spesifikasi Kebutuhan
Menurut Prastya (2015) spesifikasi kebutuhan dibagi menjadi dua kriteria,
(1) Kriteria utama (A) yaitu spesifikasi berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
yang harus dipenuhi, (2) Kriteria tambahan (B) yaitu spesifikasi tambahan berupa
pemikiran dan keinginan perancang agar mempermudah penggunaan alat. Tabel 3
menunjukkan spesifikasi untuk reaktor biodiesel yang akan di rancang.

Tabel 3 Daftar spesifikasi kebutuhan reaktor yang dirancang


No Daftar Sepsifikasi A/B
Konstruksi
Dirancang untuk skala laboratorium A
Ukuran tabung reaktor d = 168 mm, t = 253mm A
1 Reaktor biodiesel dengan sistem batch A
Mudah dalam penggantian pengaduk A
Sistem feeding dan output mudah A
Target Operasi
Reaktor menampung 5L minyak dan metanol A
2 Suhu fluida 60 o C – 65 o C A
Motor penggerak 100 RPM – 1000 RPM A
Material
3 Bahan reaktor terbuat dari stainless steel A
Rangka reaktor kokoh dan ringan A
4 Energi
Menggunakan energi listrik AC A
Keselamatan dan ergonomika
5 Tidak membahayakan saat dioperasikan A
Tidak membahayakan saat pelepasan dan pemasangan A
6 Pengoperasian
Tidak memerlukan keahlian khusus dalam pengoperasian A
7 Perawatan
Mudah dalam melakukan perawatan B
17

Perhitungan pengadukan yang terjadi pada fluida meliputi perhitungan sifat


fisik bahan pada Lampiran 3. Fraksi mol dari kedua bahan memiliki hasil 0.14 untuk
fraksi mol minyak dan 0.86 untuk fraksi mol metanol. Densitas campuran yang
didapat adalah 794.58 kg/m3 serta panas spesifik sebesar 2.45 kJ/kg C.

Desain Detail

Rancangan Fungsional
1. Motor Listrik
Motor listrik berfungsi untuk menggerakan blade dengan rpm yang telah
ditentukan, motor listrik DC ini memilik daya sebesar 200 watt dengan detil
perhitungan pada Lampiran 2. Motor listrik ini dapat memutar blade hingga
kecepatan 1000 rpm.
2. Pemanas
Pemanas atau heater berfungsi untuk memanaskan bahan agar dapat bereaksi
dengan sempurna, pemanas ini akan memanaskan bahan dengan suhu berkisar
60oC – 65oC. Kebutuhan daya untuk pemanas agar memilik suhu 60oC dengan
waktu 10 menit adalah 870 watt dengan kebutuhan energi panas 312.13 kJ.
3. Blade
Blade yang dirancang memiliki fungsi mengaduk dan mereaksikan trigliserida
dengan metanol untuk menghasilkan biodiesel dan gliserol. Pemilihan blade
helical screw karena luas permukaan tumbukan yang lebih besar dibandingkan
dengan four turbine agitator.
4. Baffle
Fungsi dari baffle sendiri adalah untuk memecah vorteks, selain memecah
vorteks baffle pada penelitian ini berfungsi untuk mengubah arah gerak aliran
dari atas kebawah sehingga pengadukan lebih merata, Gambar 33 menunjukan
arah gerak aliran pada reaktor biodiesel.
5. Reaktor
Mereaksikan trigliserida dengan metanol terjadi di dalam reaktor. Kapasitas
reaktor pada penelitian ini sebanyak 5 liter, dengan menggunakan bahan
stainless steel 304 karena penggunaan katalis basa kuat KOH yang dapat
menyebabkan korosif pada bahan.
6. Kontrol Motor
Motor yang digunakan memiliki kecepatan putar maksimal 1800 rpm.
Penelitian ini hanya menggunakan hingga rpm 1000, sehingga penggunaan
kontrol sangat penting untuk mengatur keluaran rpm. Kontrol yang digunakan
berfungsi untuk mengubah aliran listrik motor DC menjadi aliran listrik AC
serta mengubah rpm pada motor dengan mengatur voltase menggunakan
voltage regulator.
7. Kontrol Suhu
Suhu yang optimal pada saat mereaksikan trigliserida dengan metanol yaitu
60oC – 65 oC, heater yang digunakan dapat mencapai suhu 120 oC. Kontrol
yang digunakan yaitu termostat dengan kisaran suhu 0 oC – 110 oC, termostat
dihubungkan sacara seri terhadap heater.
18

Rancangan Struktural
Reaktor biodiesel yang akan dibuat terdiri dari beberapa bagian yang telah
didesain, berikut adalah bagian-bagian reaktor biodiesel:
1. Rangka tangki reaktor biodiesel
Rangka atau dudukan tangki reaktor biodiesel ini berukuran 310 mm × 310 mm
× 600 mm dengan bahan 30 mm × 30 mm × 0,5 mm penggunaan bahan dengan
ukuran tersebut didapat dari perhitungan pada Lampiran 2 dengan nilai
𝑘𝑔 𝑘𝑔
𝜎 (2.55 ⁄ ) < 𝜎𝑏 (58 ⁄ ), nilai tersebut menunjukan bahan yang
𝑚𝑚2 𝑚𝑚2
digunakan sangat aman untuk menopang reaktor. Bentuk rangka dapat dilihat
pada Gambar 12.

Gambar 12 Rangka tangki reaktor.

2. Tangki reaktor
Tangki reaktor berfungsi untuk mereaksikan minyak dengan metanol agar
menjadi biodiesel, desain yang dibuat untuk tangki reaktor ini mengacu pada
literatur Wanto (2014), perbandingan diameter dengan panjang yaitu 2 : 3.
Dimensi dari tangki reaktor yang telah dihitung dengan detil pada Lampiran 2
adalah 168 mm × 300 mm dengan ketebalan yang sudah diperhitungkan pada
Lampiran 2 sebesar 0.117 mm namun pada pabrikasi menggunakan plat
stainless steel dengan tebal 1 mm karena dipasaran plat setebal 0.117 mm tidak
tersedia. Bahan yang digunakan untuk tangki reaktor tersebut adalah stainless
steel agar tidak mudah berkarat karena penggunaan bahan kimia yang kuat
yaitu basa kuat (KOH). Gambar 13 menunjukkan bentuk tangki pada reaktor
biodiesel.
19

Gambar 13 Tangki reaktor biodiesel.

3. Blade Helical Screw


Blade atau pengaduk yang dibuat pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar
14 yaitu bentuk helical screw yang mengacu pada literatur Aubin et al (2000)
dengan ukuran yang disesuaikan dengan diameter tangki yaitu 168 mm.
Perhitungan yang telah dihitung dengan detil pada Lampiran 2 didapatkan
diameter blade 108 mm, dan lebar pitch 108 mm. Tinggi dari blade helical
screw ini menyesuaikan dengan tinggi tangki didapat tinggi blade adalah 190
mm. Poros yang digunakan berdiameter 12 mm dengan perhitungan analisis
teknik yang dilakukan pada Lampiran 2.

Gambar 14 Blade helical screw.

4. Baffle dan Celah Baffle


Baffle menurut Nelwan et al (2015) berfungsi untuk memecahkan vorteks pada
suatu pencampuran. Baffle yang dirancang mengacu pada literatur Aubin et al
(2000). Perhitungan detil telah di lampirkan pada Lampiran 2 didapat panjang
baffle 160 mm, lebar baffle 14 mm, serta celah baffle yang didapat adalah 5.4
mm. Berikut adalah Gambar 15 menujukan desain baffle yang diberi dudukan
agar memilik celah.
20

Gambar 15 Desain baffle

Uji Kinerja

Sebaran Suhu pada Tangki Reaktor


Suhu yang baik menurut Van Gerpen (2005) yaitu berkisar 60 oC – 65 oC
karena katalis KOH yang dipakai akan bereaksi pada suhu sekian dan akan
bercampur sempurna pada menit ke- 60. Profil sebaran suhu di tanki reaktor
ditunjukkan melalui pengukuran selama proses hingga waktu ke-60 menit dengan
bahan minyak yang sudah dipanaskan terlebih dahulu sesuai dengan suhu yang
ditentukan. Sebaran suhu dapat dikatakan baik jika pada ketiga titik ukur bersuhu
sama. Penelitian ini menguji sebanyak sepuluh ulangan menggunakan blade helical
screw dengan rpm yang berbeda dan tiga ulangan menggunakan four turbine
agitator dengan rpm optimum. Gambar 16 hingga Gambar 28 menunjukkan profil
sebaran suhu di tangki reaktor, dengan tiga titik penempatan sensor suhu yaitu
bagian atas, bagian bawah, dan bagian tengah. Berikut adalah uji coba
menggunakan four turbine agitator.

66
65
Suhu oC

64
63
62
61
60
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 16 Sebaran suhu percobaan 1 (four turbine agitator, rpm 400).


21

68
67

Suhu oC
66
65
64
63
62
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke - (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 17 Sebaran suhu percobaan 2 (four turbine agitator, rpm 500).

68
66
Suhu oC

64
62
60
58
56
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 18 Sebaran suhu percobaan 3 (four turbine agitator, rpm 600).

Pola profil sebaran suhu pada four turbin agitator berbeda-beda di setiap
titiknya, perbedaan tersebut dapat dilihat dari nilai standar deviasi yang cukup besar
yaitu 0.29 untuk percobaan 1, 0.22 untuk percobaan 2, dan 1.01 untuk percobaan 3.
Perbedaan nilai suhu di ketiga titik tersebut dapat berpengaruh pada hasil yang
didapat karena tidak meleburnya KOH dan metanol dengan baik, KOH dapat lebur
atau bereaksi pada suhu ± 60 oC. Perbedaan tersebut diakibatkan karena
pengadukan yang terjadi hanya di sekitar blade sehingga suhu di dalam reaktor
tidak sama.

64
Suhu oC

62

60

58
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke - (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 19 Sebaran suhu percobaan 4 (blade helical screw, rpm 100).


22

68
66

Suhu oC
64
62
60
58
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 20 Sebaran suhu percobaan 5 (blade helical screw, rpm 200).

62
61
Suhu oC

60
59
58
57
56
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 21 Sebaran suhu percobaan 6 (blade helical screw, rpm 300).

Ketiga pola sebaran suhu diatas menunjukkan sebaran suhu yang merata,
dengan nilai standar deviasi yang kecil yaitu 0 - 0.07. Blade helical screw pada
reaktor dapat mengaduk fluida dengan sempurna. Penggunaan rpm rendah pada
percobaan 4 hingga percobaan 6 memiliki sebaran suhu yang sempurna sehingga
KOH + metanol bereaksi secara sempurna dengan minyak. Hal tersebut akan
berpengaruh kepada hasil kadar metil ester yang dihasilkan pada percobaan 4
hingga percobaan 6.

62
61
Suhu oC

60
59
58
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke - (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 22 Sebaran suhu percobaan 7 (blade helical screw, rpm 400).


23

70
68
66

Suhu oC
64
62
60
58
56
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 23 Sebaran suhu percobaan 8 (blade helical screw, rpm 500).


68
66
Suhu oC

64
62
60
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 24 Sebaran suhu percobaan 9 (blade helical screw, rpm 600).

64
Suhu oC

62
60
58
56
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 25 Sebaran suhu percobaan 10 (blade helical screw, rpm 700).


63
62
Suhu oC

61
60
59
58
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 26 Sebaran suhu percobaan 11 (blade helical screw, rpm 800).


24

63
62

Suhu oC
61
60
59
58
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 27 Sebaran suhu percobaan 12 (blade helical screw, rpm 900).

64
62
Suhu oC

60
58
56
0 10 20 30 40 50 60 70
Menit Ke- (Menit)

T1(Bawah) T2 (tengah) T3 (atas)

Gambar 28 Sebaran suhu percobaan 13 (blade helical screw, rpm 1000).

Pola profil Gambar 22 hingga Gambar 28 menunjukkan percobaan


menggunakan rpm sedang dan tinggi. Sebaran suhu yang didapatkan relatif
berbeda-beda di ketiga titiknya, hal tersebut dapat ditunjukkan dengan nilai standar
deviasi yang didapat. Standar deviasi terbesar pada percobaan 7 hingga percobaan
13 yaitu 0.28, dan yang terkecil adalah 0.
Dari keseluruhan pengujian hasil, pola profil Gambar 16 hingga Gambar 28
didapatkan perbedaan hasil dari tipe blade yang digunakan, penggunaan four
turbine agitator menghasilkan pola aliran yang tidak merata dikarenakan
pengadukan hanya terjadi disekitar blade saja sehingga penyebaran suhu tidak
merata, sedangkan penggunaan blade helical screw mengaduk di sepanjang fluida
sehingga sebaran suhu merata. Namun pada rpm yang tinggi blade helical screw
tidak menghasilkan sebaran suhu yang merata pada rpm 500 hingga rpm 1000, pada
titik tengah dan titik bawah didapat nilai yang lebih tinggi dari titik atas hal tersebut
karena fluida yang diaduk oleh blade helical screw akan mengarah keatas namun
dengan ada nya baffle aliran akan kembali ke bawah sehingga suhu di atas akan
lebih rendah dibandingkan dengan suhu bawah dan tengah. Penjelasan yang lebih
spesifik akan dijelaskan melalui simulasi pola aliran menggunakan solidwork.

Hasil Uji Biodiesel

Menurut pemerintah terdapat standar nilai metil ester untuk biodiesel yang
akan dipakai, minimal nilai kadar metil ester pada biodiesel adalah 96.5 % (BSN
25

2012), jika nilai kadar metil ester kurang dari yang ditentukan maka biodiesel tidak
layak pakai. Maka pada penelitian ini diuji biodiesel dengan tiga parameter untuk
menentukan kadar metil ester yaitu angka keasaman, angka kesadahan dan gliserol
total pada satu sampel biodiesel. Tabel 4 menunjukkan hasil ketiga paramater
tersebut.

Tabel 4 Hasil uji lab angka keasaman, angka kesadahan, dan angka gliserol total
Percobaan Angka Penyabun Angka Asam Gliserol Kadar
Ke- (mg KOH/g) (mg KOH/ g) Total (%) metil ester %
Percobaan 1 230.22 0.21 0.26 99.40
Percobaan 2 227.31 0.2 0.24 99.44
Percobaan 3 228.51 0.17 0.28 99.37
Percobaan 4 224.49 0.09 0.12 99.72
Percobaan 5 229.17 0.1 0.29 99.39
Percobaan 6 228.08 0.06 0.28 99.42
Percobaan 7 227.88 0.17 0.28 99.37
Percobaan 8 228.94 0.14 0.28 99.39
Percobaan 9 226.91 0.17 0.28 99.37
Percobaan 10 227.69 0.12 0.28 99.39
Percobaan 11 228.17 0.09 0.28 99.41
Percobaan 12 228.08 0.06 0.28 99.42
Percobaan 13 226.88 0.9 0.28 99.05

Metil ester yang didapat pada tabel di atas dihitung dalam persamaan yang
tercantum pada Lampiran 5. Kadar metil ester pada percobaan 4 memiliki nilai
paling tinggi yaitu 99.72% dan kadar metil ester terendah dengan nilai 99.05% yaitu
pada percobaan 13. Ke-13 percobaan yang dilakukan memilik kadar metil ester
diatas Standar Nasional Indonesia. Hubungan antara rpm dengan kadar metil ester
pada blade helical screw dapat dilihat pada Gambar 29.

1200
1000
800
RPM

600
400
200
0
99,00 99,20 99,40 99,60 99,80
Kadar metil ester (%)

Gambar 29 Hubungan RPM dengan nilai metil ester pada blade helical screw.
Pola sebaran yang telihat pada Gambar 29 menunjukkan bahwa rpm 1000
menghasilkan kadar metil ester yang paling rendah sedangkan rpm 100
menghasilkan kadar metil ester yang paling tinggi, hal tersebut dikarenakan rpm
100 atau rpm rendah menyebabakan pengadukan yang sempurna pada proses
transesterifikasi. Reaksi secara sempurna berpengaruh pada angka penyabunan,
26

angka asam, dan gliserol total, ketiga angka tersebut merupaka waste atau bahan
yang tidak berguna pada biodiesel. Rpm 200 hingga rpm 900 memiliki sebaran pola
yang hampir sama dengan range kadar metil ester 99.30 % - 99.45 %. Sedangkan
hubungan antara rpm dengan kadar metil ester pada four turbine agitator dapat
dilihat pada Gambar 30.
700
600
500
RPM

400
300
200
100
0
99,37 99,38 99,39 99,40 99,41 99,42 99,43 99,44 99,45
Kadar metil ester (%)

Gambar 30 Hubungan rpm dengan nilai metil ester pada four turbine agitator.
Penelitian Soolany (2014) pada reaktor biodiesel yang menggunakan static
mixer mendapat kan nilai metil ester yang bermacam-macam. Hasil tertinggi metil
ester dari penelitian tersebut adalah 97.92 % w/w dengan menggunakan KOH
0.45%.
Kesetimbangan massa pada reaksi transesterifikasi memiliki perbandingan
minyak (1) : metanol (3) : biodiesel (3) : gliserol (1). Perbandingan stoikiometri
tersebut akan menjadi acuan untuk rasio hasil pada biodiesel yang dihasilkan. Hasil
biodiesel yang didapat dari ke – 13 percobaan diatas ditunjukkan pada tabel 5.

Tabel 5 Massa biodiesel yang dihasilkan

Jenis Blade Percobaan ke Massa Minyak Hasil Biodiesel Rasio


- (gram) (gram)
Four turbine Percobaan 1 2950.5 2608 1 : 0.88
agitator Percobaan 2 2950.5 2637 1 : 0.89
Percobaan 3 2950.5 2659 1 : 0.90
Percobaan 4 2950.5 2635 1 : 0.89
Percobaan 5 2950.5 2725 1 : 0.92
Percobaan 6 2950.5 2639 1 : 0.89
Percobaan 7 2950.5 2622.8 1 : 0.88
Blade helical Percobaan 8 2950.5 2702 1 : 0.91
screw Percobaan 9 2950.5 2689 1 : 0.91
Percobaan 10 2950.5 2664 1 : 0.90
Percobaan 11 2950.5 2590 1 : 0.87
Percobaan 12 2950.5 2542 1 : 0.86
Percobaan 13 2950.5 2387 1 : 0.80

Hasil yang didapat menunjukkan percobaan 5 (blade helical screw rpm 200)
memiliki hasil tertinggi yaitu 2725 gram dengan bahan yang digunakan sebanyak
3597.6 gram dengan rasio 1 : 0.92, perbandingan tersebut dapat digunakan untuk
27

proses produksi biodiesel skala besar dengan rasio yang dihasilkan yaitu 1:0.92
namun kadar metyl ester yang terbesar terdapat pada percobaan 4. Percobaan 13
(blade helical screw rpm 1000) merupakan hasil biodiesel yang terkecil yaitu 2387
gram dengan rasio 1 : 0.80 hal tersebut dikarenakan tinggi nya rpm pengadukan
menyebabkan reaktor bocor.

Yield Biodiesel

Yield biodiesel adalah hasil yang didapat, dalam hal ini adalah biodiesel
yang dihasilkan dari reaktor. Yield merupakan nilai out put banding nilai in put,
semakin besar nilai yield dari alat semakin bagus alat yang dirancang. Berikut
adalah Gambar 31 yang menunjukan yield dari ke-13 sampel percobaan pada
penelitian ini.

100
99,8
99,6
% Metil ester

99,4
99,2
99
98,8
98,6
98,4

Gambar 31 Nilai yield biodiesel

Yield biodiesel dihasilkan dari perbandingan massa metil ester dengan


massa minyak hasil perhitungan detail dijelaskan pada Lampiran 5. Massa metil
ester berhubungan dengan jumlah kadar metil ester disetiap uji nya, semakin besar
kada metil ester maka yield biodiesel akan semakin besar. Uji yang dilakukan
membutuhkan massa minyak yang sama yaitu 2950.5 g atau 3.5 L. Yield biodiesel
tertingi yang didapat pada pola Gambar 31 adalah percobaan 4 yaitu reaktor
biodiesel yang menggunakan helical screw blade dengan rpm 100 sebesar 99.74 %
w/w, sedangkan yang terkecil yaitu percobaan 13 reaktor biodiesel yang
menggunakan helical screw blade dengan rpm 1000 dengan hasil 98.85% w/w.
Kedua hal tersebut dikarenakan pada percobaan 4 memiliki kadar metil estir
tertinggi dan percobaan 13 memiliki hasil kadar metil ester terendah. Percobaan
lainnya mendapat nilai yield yang rata yaitu antara 99.1 % w/w hingga 99.50 %
w/w.
Penelitian Soolany (2014) menghitung yield biodiesel dengan beberapa
perlakukan, hasil yang didapat pada penelitian tersebut adalah 94.74 % w/w, 95.05
% w/w, 96.25 % w/w, dan 97.06 % w/w. Hasil tertinggi yang didapat pada
percobaan 4 kali dilewatkan static mixer dengan jumlah 8 static mixer.
28

Pola Aliran pada Reaktor Biodiesel

Penggunaan blade dan baffle pada pengadukan dapat mempengaruhi pola


aliran dalam reaksi tersebut. Pola aliran ini disimulasikan menggunakan software
Solid Work dengan menggunakan beberapa parameter dasar seperti rpm,
konduktifitas panas, temperatur, tekanan, jenis bahan, dan jenis fluida. Terdapat
dua simulasi yang dilakukan yaitu simulasi menggunakan blade helical screw dan
simulasi menggunakan four turbine agitator.

Gambar 32 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan blade helical screw


tampak atas

Gambar 33 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan blade helical screw


tampak depan

Berdasarkan Gambar 32 dan Gambar 33, pola aliran yang terjadi pada
simulasi reaktor biodiesel diatas menjelaskan bahwa aliran menuju ke atas atau
axial flow lalu dengan adanya baffle aliran akan di ubah arahnya menuju kembali
ke bawah. Kecepatan rata-rata yang terjadi didalam reaktor adalah 3.056 rad,
dengan kecepatan tertinggi adalah 3.775 rad dan terendah adalah 2.49 rad.
29

Gambar 34 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan four turbine agitator


tampak depan

Gambar 35 Pola aliran reaktor biodiesel menggunakan four turbine agitator


tampak atas

Gambar 34 dan Gambar 35 merupakan simulasi pola aliran yang terjadi


pada reaktor biodiesel four turbine agitator, tumbukan antar fluida akan terjadi
hanya di sekitaran blade saja terlihat dari warna yang didapat. Dari ke dua blade
tersebut yang diuji kan dapat dihasilkan bahwa penggunaan blade helical screw
pada reaktor biodiesel lebih baik dari four turbine agitator karena jumlah tumbukan
yang terjadi pada reaktor biodiesel menggunakan blade helical screw lebih besar.
Rata-rata kecepatan yang dicapai jauh lebih rendah dibandingkan dengan reaktor
biodiesel menggunakan blade helical screw, nilai yang didapat adalah 1.067 rad,
dengan nilai kecepatan tertinggi adalah 5.32 rad.
30

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Reaktor biodiesel dengan menggunakan blade helical screw yang dirancang


memiliki 6 komponen fungsional yaitu motor, tangki, heater, blade, baffle, dan
kontrol. Dimensi yang dibuat untuk tangki yang berdiameter 168 mm dan tinggi
254 mm mengacu pada jumlah bahan yang akan di uji, sedangkan blade dan
baffle mengacu pada ukuran tangki dengan ukuran untuk blade berdiameter 108
mm, tinggi 216 mm, dan lebar pitch 108 mm. Motor serta heater dihitung
dengan mengacu pada jenis fluida.
2. Pengujian yang dilakukan sebanyak 13 kali percobaan berdasarkan jenis blade
yang digunakan dan rpm yang diinginkan. Suhu yang diinginkan telah tercapai
yaitu dari 60o C – 65 o C, namun sebaran suhu pada reaktor belum sempurna.
Seluruh pengujian telah mencapai target yang di inginkan yaitu kadar metil ester
96.5% hasil yang didapat pada kisaran 99 % - 99.72%. Kadar metil ester
tertinggi yang didapat yaitu 99.72% pada percobaan ke-4 menggunakan blade
helical screw dengan rpm terendah yaitu 100 rpm namun rasio yang didapat
lebih kecil dari rpm rendah lainnya. Yield biodiesel tertinggi yang dihasilkan
yaitu 99.74% w/w pada percobaan ke-4. Pola aliran yang dihasilkan pada
reaktor biodiesel adalah axial flow dengan aliran dari atas ke bawah melalui
celah baffle. Kecepatan rata-rata yang didapat dari reaktor biodiesel
menggunakan blade helical screw lebih besar dibandingkan dengan kecepatan
dari reaktor biodiesel menggunakan four turbine agitator.

Saran

Berdasarkan hasil rancangan dan hasil uji kinerja reaktor biodiesel dengan
blade helical screw, terdapat beberapa saran sebagai berikut:
1. Perubahan system yang digunakan dari sistem batch menjadi sistem continyu
2. Bagian flange atau penutup reaktor perlu didesain ulang karena mengalami
kebocoran yang menyebabkan menurunnya efesiensi hasil dari reaktor tersebut.
3. Perlu adanya pengembangan skala menjadi skala yang lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Aubin J, Naude I, Bertrand J, Xuereb C. 2000. Blending of Newtonian and Shear-


Thinning Fluids in a Tank Stirred With a Blade helical screw. Institution of
Chemical Engineers: Trans IChemE, Vol 78, Part A.
[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 2012. Standar Nasional Indonesia (SNI)
Nomor : 04-7182: 2012 tentang Biodiesel. BSN. Jakarta.
Cengel YA. 2003. Heat Transfer: A Practical Approach Second Edition. McGraw
Hill Higher Education. North America. Pages 446 – 447.
Dickey D, Fasano J. 2004. Mechanical Design of Mixing Equipment : Handbook
of Industri Mixing. 21 : 1254-1258.
31

Ghanem A, Lemenand T, Valle D D, Hossaini H P. Static mixer: Mechanisms,


Applications, and Characterization methods. Institution of Chemical
Engineers: Trans IChemE, 6-7.
Joelianingsih, Maeda H, Hagiwara S, Nabetani H, Sagara Y, Soerawidjaya TH,
Tambunan AH, Abdullah K. 2008. Biodiesel fuels from palm oil via the non-
catalytic transesterification in a bubble column reactor at atmospheric
pressure: A kinetic study. Renewable Energy. 33:1629–1636.
Kars-Jordan F dan Hiltunen P. 2007. Agitation Handbook. Stockholm [SWD] :
KTH Industrial Engineering and Management.
Kusdiana D, Saka S. 2001. Development of Biodiesel Fuel Production by
Supercritical Methanol. Tokyo (JP): Kyoto University, Sakyo-ku.
Ma, F. dan Hanna, M.A., 1999, Biodiesel Production: a Review, Bioresource
Technology, 70(1), 1-15.
Marchetti JM, Miguel VU, Errazu AF. 2007. Possible methods for biodiesel
production. Renewable and Sustainable Energy Reviews. 11: 1300 – 1311
Martin A R. 2003. Agitation and Mixing:Fluids Lecture. 9: 1-6.
McCabe WL, Smith JC, Harriott p. 2001. Unit Operation of Chemical Engineering.
Edisi ke-5. McGraw – Hill Book Co. Singapore.
Mushoffa AA. 2006. Desain ditcher untuk saluran drainase pada budidaya
tebu lahan kering [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nelwan O L, Wulandani D, Hartulistiyoso E, Purwanti N. 2015. Dasar Teknik
Proses Biosistem. Bogor (ID) : Departemen TMB.
Panggabean S. 2011. Analisis kinetika reaksi transesterifikasi pada produksi
biodiesel secara katalitik dengan static mixing reactor [tesis]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
Pietranski J F. 2002. Mechanical Agitator Power Requirement of Liquid Batches.
PDH Center: 12-20.
Prastya E S. 2015. Rancang bangun dan pengujian reaktor berpengaduk statis untuk
produksi biodiesel secara kontinyu [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Prateepchaikul G, Somnuk K, Allen M. 2008. Design and Testing of Continous
Acid-catalyzeEsterification Reactor for High Free Fatty Acid Mixed Crude
Palm oil. Thailand (TH): Prince of Songkla University.
Petchmala A, Yujaroen D, Shotipruk A, Goto M, Sasaki M. 2008. Production
methyl esters from palm fatty acids in supercritical methanol. Sci Chiang Mai
J. 35(1): 23 – 28.
Robiah, Melani A, Herawati N. 2014. Perancangan Reaktor Pengolahan Minyak
Goreng Bekas Pedagang Gorengan dan rumah Makan Menjadi Biodiesel.
Palembang (ID) : Universitas Muhammadiyah Palembang.
Soolany C. 2014. Kajian Penggunaan Static Mixing Reactor pada Proses Produksi
Biodiesel secara Katalitik dengan Sistem Continue. Bogor [ID] : Institut
Pertanian Bogor.
Thiessen M, LeBlanc D, Houghton D. 2007. Biodiesel Production :
Transesterification of Vegetable Oil and Methanol. CHBE 376 vol. 4.
Thumaan A, Mehta P D. 2013. Handbook of Energy Engineering, 7th Edition. The
Fairmont Press, Inc. USA.
32

Van Gerpen, J. 2005. Biodiesel Processing and Production :Fuel Processing


Technology. 86(10): 1097-1107.
Wanto, Senja, Huda N. 2014. Rancang Bangun Peralatan Pemprosesan Biodiesel.
Bandung (ID) : Teacing Biomass Technologie.
Zhang, Y., Dubé, M.A., McLean, D.D., & Kates, M. 2003. Biodiesel Production
from Waste Cooking Oil: 1. Process Design and Technological Assessment,
Bioresource Technology. 89: 1-16.
33

LAMPIRAN
34

Lampiran 1 Syarat Mutu Biodiesel

No Parameter Persyaratan Satuan, min/maks


1 Massa jenis pada 40 oC 850 - 890 Kg/m3
2 Viskositas kinematik pada 40 oC 2.3 – 6.0 Mm2/s (cSt)
3 Angka setana 51 Min
o
4 Titik nyala 100 C, min
o
5 Titik kabut 18 C, maks
6 Korosi tembaga (3jam pada 50 oC) Nomor 1
residu karbon
7 -dalam contoh asli 0.05
-dalam 10% ampas distilasi 0.3 % massa, maks
8 Air dan sedimen 0.05 % vol, maks
o
9 Temperatur distilasi 90% 360 C, maks
10 Abu tersulfatkan 0.02 % massa, maks
11 Belerang 100 mg/kg, maks
12 Fosfor 10 mg/kg, maks
13 Angka asam 0.6 mg KOH/g, maks
14 Gliserol bebas 0.02 % massa, maks
15 Gliserol total 0.24 % massa, maks
16 Kadar ester metil 96.5 % massa, min
17 Angka iodium 115 % massa (g-
12/100g), maks
Kestabilan oksidasi 360
18 Periode induksi metode rancimat atau
periode induksi metode petro oksi 27 menit

Sumber: Badan standarisasi nasional (2012)

Lampiran 2 Analisis teknik

1. Perhitungan analisis teknik rangka reaktor biodiesel


1
- I rangka 12 [𝐵(𝐻 3 ) − 𝑏(ℎ3 )]
1
= [30(303 ) − 29(293 )] = 8,559.92 𝑚𝑚4
12
𝑘𝑔
- 𝜎𝑏 = 58 ⁄𝑚𝑚2 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑆45𝐶
- 𝑀 = 𝑚. 𝐿
25 𝑘𝑔⁄
= 4 × 200 = 1250𝑘𝑔. 𝑚𝑚
1
𝑐 = 𝑟 = 17.5 𝑚𝑚
2
𝑀 × 𝑐 1250 × 17.5 𝑘𝑔
𝜎 = = = 2.55 ⁄𝑚𝑚2
𝐼 8,559.92
𝜎 < 𝜎𝑏 𝑎𝑚𝑎𝑛
35

2. Kapasitas tangki rekator reaktor yang diinginkan 5000 mL, bentuk tangki
reaktor dijelaskan pada gambar 13.
1
VI = 𝜋𝑟 2 ∙ 2 2 𝑟
1
= 2 2 𝜋𝑟 3
1 1
VII = 3 ∙ 2 𝑟 ∙ 𝜋𝑟 2
1
= 6 𝜋𝑟 3 3r = Ht
1 1
VT = 2 2 𝜋𝑟 3 + 6 𝜋𝑟 3
= 2.67 𝜋𝑟 3
5000 = 2.67 𝜋𝑟 3
5000 0.5 r
r3 = 2.67 𝜋
3 5000
r = √2.67 𝜋
Dt = 2r
r = 84.2 mm

Diameter tangki (Dt) =2r


= 2 × 84.2 = 168.4 𝑚𝑚
Tinggi tangki (Ht) =3r
= 3 × 84.2 = 252.6 𝑚𝑚

3. Perhitungan analisis teknik ketebalan tangki pada Gambar 13


Diketahui :
- 𝑟 = 84.2 𝑚𝑚
- 𝐿 = 252.6 𝑚𝑚
- 𝛾 = 7.79 × 103 𝑁⁄𝑚3
- 𝑆𝑓 = 2
- 𝑦𝑝 = 𝑠𝑡𝑎𝑖𝑛𝑙𝑒𝑠𝑠 𝑠𝑡𝑒𝑒𝑙 304 = 205 𝑀𝑃𝑎
- 𝑇𝑒𝑘𝑎𝑛𝑎𝑛 = 1 𝑎𝑡𝑚 = 101.325 𝑘𝑃𝑎
Silinder tertutup
𝑦𝑝 𝑝𝑟
𝜎𝑐 = =
𝑠𝑓 ℎ
205 𝑀𝑃𝑎 101.325 𝑘𝑃𝑎 × 84.2 𝑚𝑚
=
2 ℎ
101.324 𝑘𝑃𝑎 × 84.2 𝑚𝑚 × 2
ℎ=
205 × 103 𝑘𝑃𝑎
ℎ = 0.117 𝑚𝑚

4. Perhitungan analisis teknik poros blade helical screw pada Gambar 14


- 𝑝 = 200𝑊, 𝑛 = 1200𝑟𝑝𝑚
- 𝑓𝑐 = 1.0
200
- 𝑝𝑑 = 1.0 × 1000 = 0.2 𝑘𝑊
0.2
- 𝑇 = 9.74 × 105 × 1200 = 162.33
36

𝑘𝑔⁄
- 𝑆𝑆304 = 40 𝑚𝑚2 , 𝑠𝑓1 = 6.0, 𝑠𝑓2 = 2.0
𝑘𝑔
- 𝜏𝑎 = 40⁄(6 × 2) = 4.167 ⁄𝑚𝑚2
- 𝑐𝑏 = 2.0, 𝑘𝑡 = 1.5
1⁄
5.1 3
- 𝑑𝑠 = [4.167 × 2 × 1.5 × 162.33] = 8.415 𝑚𝑚 ≈ 9 𝑚𝑚
(10 − 9)⁄
- Diameter tambahan bantalan 10 mm 2 =0.5 mm
- 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝛽
0.5⁄ = 0.05, 10⁄ = 1.1 ≈ 𝛽 = 1.25
9 9
- 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝛼
0.25⁄ = 0.027 ≈ 𝛼 = 2.45, 𝛼 > 𝛽
9
𝑘𝑔
- 𝜏 = 5.1 × 162.33⁄93 = 1.13 ⁄𝑚𝑚2
- 4.167 × 2⁄2.45 = 3.40
1.13 × 2 × 1.5 = 3.39
- Diameter dinaikkan 12 mm
(14 − 12)⁄
- Diameter tambahan bantalan 14 mm 2 = 1𝑚𝑚
Fillet 5x5x0.4
- 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝛽
1⁄ = 0.08, 14⁄ = 1.167 ≈ 𝛽 = 1.4
12 12
- 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝛼
0.4⁄ = 0.027 ≈ 𝛼 = 2.42, 𝛼 > 𝛽
12
𝑘𝑔
- 𝜏 = 5.1 × 162.33⁄123 = 0.48 ⁄𝑚𝑚2
- 4.167 × 2⁄2.42 = 3.44
0.48 × 2 × 1.5 = 1.44 (baik)
- 𝑑𝑠 = 12 𝑚𝑚
SS304

5. Dimensi blade helical screw pada Gambar 14


- 𝑑 (𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑏𝑙𝑎𝑑𝑒) = 0.64 𝐷𝑡
= 0.64 × 168.4 𝑚𝑚
= 107.76 𝑚𝑚 ≈ 108 𝑚𝑚
𝑑𝑎⁄
- 𝐷 = 0.18
= 0.18 × 168.4 𝑚𝑚
= 30.312 𝑚𝑚 ≈ 30.5 𝑚𝑚
- 𝑠 (𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ) =𝑑
= 108 𝑚𝑚
𝑑𝑡⁄
- 𝑑 = 1.1
= 1.1 × 108 = 118.8 mm
37

6. Dimensi baffle dan celah baffle


𝑙𝑡⁄
- 𝑑 = 1.45
= 1.45 × 108 = 156.6 𝑚𝑚 ≈ 160 𝑚𝑚
𝑐𝑡
- ⁄𝑑 = 0.13
= 0.13 × 108 = 14.04 𝑚𝑚 ≈ 14 𝑚𝑚
- 𝑐⁄𝑑 = 0.06
= 0.06 × 108 = 6.48 ≈ 6.5 𝑚𝑚
𝑑𝑡⁄ 𝑑
- ( 2 − ⁄2) = 59.4 − 54 = 5.4 𝑚𝑚
7. Perhitungan kecepatan putar
0,5
𝑁 = (𝑊𝐸𝐿𝐻⁄2𝑑 ) × (600⁄𝜋𝑑 )
𝜌 0,5
= [{( 𝑐𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛⁄𝜌𝑎𝑖𝑟 ) × 𝐷𝑡} × (600⁄𝜋𝑑 )]
0,5
= [{(870⁄1000) × 0.108} × (600⁄𝜋0.108)]
= 0.6595 × 1768.346
= 1166.3 ≈ 1170 𝑟𝑝𝑚

8. Bilangan Reynold
𝑛𝑑 2 𝜌
𝑅𝑒 =
𝜇
( 1170 ⁄60) × 0.1082 × 890
=
2.3
= 88.012

9. Perhitungan daya motor


𝑃 = 𝑁𝑝 × 𝜌 × 𝑛3 × 𝐷𝑎 5
= 1.6 × 890 × (1170⁄60)3 × 0.1085
= 155.143 𝑤𝑎𝑡𝑡
Faktor toleransi 20%
𝑃 = 155.143 𝑤𝑎𝑡𝑡 × 1.2 = 186.17 ≈ 200 𝑤𝑎𝑡𝑡

10. Perhitungan Heater


- Suhu bahan masuk (Tin) = 30 oC
- Suhu bahan yang diinginkan (Tout) = 65 oC
- ∆𝑇 = 35 oC
a. Perhitungan kebutuhan daya pada pemanasan reaktor biodiesel
Massa campuran (mcamp) = 3.641 kg
Waktu pemanasan = 360 s
𝑄 = 𝑚𝑐𝑎𝑚𝑝 ∙ 𝐶𝑝 ∙ ∆𝑇
= (3.64) ∙ (2.45) ∙ (35°𝐶)
= 312.13 𝑘𝐽
𝑝 = 𝑄/𝑠
𝐽
= 867.02 ⁄𝑠
= 867.02 watt
38

Lampiran 3 Perhitungan uji kinerja reaktor biodiesel

8. Perhitungan sifat fisik bahan

Sifat fisik bahan Trigliserida Metanol Satuan


(Suhu 30 oC) (TG) *a (MeOH) *b
Densitas (ρ) 885 779.10 kg/m3
Dynamic Viscosity (μ) 0.03500 5.090 x 10-4 kg/m s
Viskositas (ϑ) 0.0000396 6.53 x 10-7 m2/s
Specific Heat (cp) 1.875 2.55 kJ/kg C
Thermal Conductivity (k) 0.1717 0.1980 W/m C
Sumber: *a. Panggabean (2011); b. Cengel (2003 )

a. Perhitungan fraksi mol reaktan


1
- Fraksi mol minyak (mf1) = 7 = 0.14
6
- Fraksi mol metanol (mf2) = 7 = 0.86

b. Perhitungan densitas campuran


- 𝜌𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = mf1.ρ1 + mf2.ρ2
= 0.14 x (885) + 0.86 x (779.10)
= 794.58 kg/m3
c. Perhitungan viskositas campuran 𝜗𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
-
𝜇𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 9.315 × 10−4 𝑘𝑔/𝑚𝑠
- 𝜇𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
𝜗𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 = 𝜌
𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
9.315 × 10−4 2
= = 1.17 × 10−6 𝑚 ⁄𝑠
794.58

d. Perhitungan panas spesifik campuran (𝐶𝑝𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 )


- Cpcampuran = mf1.cp1 + mf2.cp2
= 0.14 x (1.875) + 0.86 x (2.55)
= 2.45 kJ/kg C
39

Lampiran 4 Perhitungan nilai kadar metil ester

Percobaan Angka Penyabun Angka Asam Gliserol Kadar


Ke- (mg KOH/g) (mg KOH/ g) Total (%) metil ester %
Percobaan 1 230.22 0.21 0.26 99.40
Percobaan 2 227.31 0.2 0.24 99.44
Percobaan 3 228.51 0.17 0.28 99.37
Percobaan 4 224.49 0.09 0.12 99.72
Percobaan 5 229.17 0.1 0.29 99.39
Percobaan 6 228.08 0.06 0.28 99.42
Percobaan 7 227.88 0.17 0.28 99.37
Percobaan 8 228.94 0.14 0.28 99.39
Percobaan 9 226.91 0.17 0.28 99.37
Percobaan 10 227.69 0.12 0.28 99.39
Percobaan 11 228.17 0.09 0.28 99.41
Percobaan 12 228.08 0.06 0.28 99.42
Percobaan 13 226.88 0.9 0.28 99.05

100 (As−Aa−4,57𝐺𝑡𝑜𝑡𝑎l)
Kadar metil ester (% w/w) = As
100 (230.22−0.21−4.57(0.26))
a. Percobaan 1 = 230.22
= 99.40 % w/w
100 (227.31−0.2−4.57(0.24))
b. Percobaan 2 = 227.31
= 99.44 % w/w
100 (228.51−0.17−4.57(0.28))
c. Percobaan 3 = 228.51
= 99.37 % w/w
100 (224.49−0.09−4.57(0.12))
d. Percobaan 4 = 224.49
= 99.72 % w/w
100 (229.17−0.1−4.57(0.29))
e. Percobaan 5 = 229.17
= 99.39 % w/w
100 (228.08−0.06−4.57(0.28))
f. Percobaan 6 = 228.08
= 99.42 % w/w
100 (227.88−0.17−4.57(0.28))
g. Percobaan 7 = 227.88
= 99.37 % w/w
100 (228.94−0.14−4.57(0.28))
h. Percobaan 8 = 228.94
= 99.39 % w/w
100 (226.91−0.17−4.57(0.28))
i. Percobaan 9 = 226.91
= 99.37 % w/w
100 (227.69−0.12−4.57(0.28))
j. Percobaan 10 = 227.69
= 99.39 5 % w/w
100 (228.17−0.09−4.57(0.28))
k. Percobaan 11 = 228.17
40

= 99.41 % w/w
100 (228.08−0.06−4.57(0.28))
l. Percobaan 12 = 228.08
= 99.42 % w/w
100 226.88−0.9−4.57(0.28))
m. Percobaan 13 = 226.88
= 99.05 % w/w

Lampiran 5 Perhitungan yield biodiesel

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑒𝑡ℎ𝑦𝑙 𝑒𝑠𝑡𝑒𝑟


𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = × 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘

a. Yield biodiesel percobaan 1


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5
858
= 60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.40 % w/w
= 0.9940
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9440 × 49.077
= 46.33 g/menit
46.33
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.21 % w/w
b. Yield biodiesel percobaan 2
Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
41

 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5

= 858
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.44 % w/w
= 0.9944
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9944 × 49.077
= 48.8 g/menit
48.8
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.24 % w/w

c. Yield biodiesel percobaan 3


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5
858
=
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.37 % w/w
42

= 0.9937
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9937 × 49.077
= 48.76 g/menit
48.76
 Yield = × 100%
49.175
= 99.15 % w/w
d. Yield biodiesel percobaan 4
Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5

= 858
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.97 % w/w
= 0.9997
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9997 × 49.077
= 49.05 g/menit
49.05
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.74 % w/w
e. Yield biodiesel percobaan 5
Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
43

 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5

= 858
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.39 % w/w
= 0.9939
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9939 × 49.077
= 48.77 g/menit
48.77
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.17 % w/w

f. Yield biodiesel percobaan 6


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5
858
=
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.42 % w/w
44

= 0.9942
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9942 × 49.077
= 48.79 g/menit
48.79
 Yield = × 100%
49.175
= 99.22 % w/w

g. Yield biodiesel percobaan 7


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5
858
= 60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.37 % w/w
= 0.9937
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9937 × 49.077
= 48.76 g/menit
48.76
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.17 % w/w
45

h. Yield biodiesel percobaan 8


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5
858
= 60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.39 % w/w
= 0.9939
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9939 × 49.077
= 48.77 g/menit
48.77
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.17 % w/w

i. Yield biodiesel percobaan 9


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)
46

2950.5
858
= 60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.37 % w/w
= 0.9937
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri

TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9937 × 49.077
= 48.76 g/menit
48.76
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.17 % w/w

j. Yield biodiesel percobaan 10


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5
= 858
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.39 % w/w
= 0.9939
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9939 × 49.077
47

= 48.77 g/menit
48.77
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.19 % w/w

k. Yield biodiesel percobaan 11


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) =
𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5

= 858
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.41 % w/w
= 0.9941
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9941 × 49.077
= 48.78 g/menit
48.78
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.21 % w/w

l. Yield biodiesel percobaan 12


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
48

= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5
858
= 60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.42 % w/w
= 0.9942
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
 Metil ester dalam produk (g/menit)
= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9942 × 49.077
= 48.79 g/menit
48.79
 Yield = 49.175 × 100%
= 99.22 % w/w

m. Yield biodiesel percobaan 13


Data yang diketahui:
 Suhu = 60 - 65 oC
 Waktu = 60 menit
 Katalis KOH = 1.5%
Perhitungan
- Mr Minyak (TG) = 858 g/gmol
- Massa minyak = 2950.5 g
2950.5 𝑔
= 60 𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡
= 49.175 g/menit
𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 (𝑔)
𝑔
𝑀𝑟 𝑚𝑖𝑛𝑦𝑎𝑘 ( )
𝑔𝑚𝑜𝑙
- Mol minyak (gmol/menit) = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 (𝑚𝑒𝑛𝑖𝑡)

2950.5

= 858
60
= 0.057 gmol/menit
- Kadar ME dalam produk = 99.05 % w/w
= 0.9905
- Produksi metil ester (gmol/menit)
Persamaan stoikiometri
TG + 6 MeOH 3 ME + GL + 3 MeOH
0.057 0.171
 Massa ME = 0.171 gmol.menit. 287 g/gmol
= 49.077 g/menit
49

 Metil ester dalam produk (g/menit)


= kadar ME dalam produk × massa ME
= 0.9905 × 49.077
= 48.61 g/menit
48.61
 Yield = 49.175 × 100%
= 98.85 % w/w
50

Lampiran 6 Gambar teknik reaktor biodiesel


51

Lampiran 7 Gambar teknik tangki reaktor


52

Lampiran 8 Gambar Teknik Blade Helical Screw


53

Lampiran 9 Gambar teknik baffle


54

Lampiran 10 Gambar teknik rumah seal


55

Lampiran 11 Foto reaktor biodiesel

Gambar reaktor biodiesel tampak atas dan tampak depan

Lampiran 12 Foto blade helical screw

Gambar blade helical screw


56

Lampiran 13 Foto pencucian biodiesel dan hasil biodiesel

Gambar Pencucian biodiesel menggunakan aquades

Gambar Biodiesel yang telah dimurnikan


57

RIWAYAT HIDUP

Zaky Ahmad Ibrahim. Lahir di Bandung, 28 Juni 1994 dari


ayah Hadi Suparyo dan Ibu Junarsih Ardisasmita, sebagai putra
kedua dari dua bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada
tahun 2012 dari SMA Plus Muthahhari dan pada tahun yang
sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
SNMPTN Undangan. Penulis memilih program studi Teknik
Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama
perkuliahan, penulis aktif mengikuti kepanitiaan dan organisasi
seperti Kepanitiaan Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (himateta) pada tahun
2013-2014. Selama perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti kegiatan dan lomba-
lomba di tingkat nasional seperti pada tahun 2015, penulis bersama team menjadi
juara 3 lomba Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional yang diselenggarakan di UHO,
Kendari Sulawesu Tengagara. Pada tahun 2016 penulis bersama team menjadi juara
1 pada pekan ilmiah Tanoto Fondation yang diselengarakan di Institut Pertanian
Bogor.
Penulis melakukan praktik lapangan di PT PG Trangkil Kebon Agung, Pati
denga judul “Analisis Konsumsi Energi Listrik pada Pabrik Gula Trangkil, Pati”.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknik, penulis menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Rancang Bangun Reaktor dengan Menggunakan Blade
helical screw dan Baffle untuk Produksi Biodiesel secara Batch”.

Anda mungkin juga menyukai