Anda di halaman 1dari 54

LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

“UJI PERFORMANSI BIOGAS DIGESTER DENGAN FEEDING RATE 5


KG/HARI”

Nama : Muhammad Bagus Pangestu

NRP : 133030143

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Hery Sonawan, MT.

Dosen Pembimbing II

Ir. R. Evi Sofia, MT.


ABSTRAK

Banyaknya limbah ternak (feces ternak) dan komposisi sampah kota yang lebih
dari 50% termasuk sampah organic dan adanya potensi yang dimiliki sampah
untuk menghasilkan energi dengan bantuan microorganisme dalam kondisi
anaerob (ANAEROBIC DIGESTION) sehingga penggunaan teknologi anaerobic
digestion menjadi alternatif yang cocok dengan adanya peningkatan harga bahan
bakar dan pupuk salah satunya adalah biogas. Tujuan dari penelitian ini adalah
mencari distribusi tekanan gas selama masa fermentasi dan membuktikan gas
yang dihasilkan memiliki titik nyala.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan memasukan sampah
organic dan kotoran hewan ternak yang telah dicampur air dengan rasio 1:1 ke
dalam reactor dengan feeding rate sampah organic 5kg/hari selama 47hari.
Dengan metode ini didapatkan hasil pengujian pertama pada hari ke-36 pengujian
tekanan gas dengan menggunakan kompor prototype khusus biogas, lama nyala
api dari 630mmH2O sampai nyala api padam pada 20mmH2O selama 01:40:05.
Pada pengujian kedua pada hari ke-47 pengujian dengan menggunakan kompor
jenis butterfly biogas (banyak beredar dipasaran), lama nyala api dari 631mmH 2O
sampai nyala api padam pada 10mmH2O selama 01:01:38. Setelah melakukan
pengujian selama 47hari gas yang di hasilkan memiliki titik nyala.

Kata kunci : Biogas Digester, Feeding Rate, Sampah Organic.


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah serta puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, nikmat dan kekuasaan-nyalah penulis dapat serta mampu menyusun dan
menyelesaikan laporan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpah
curahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para
sahabatnya, serta para pengikut mereka hingga akhir zaman.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap
Mahasiswa Program Strata 1, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Pasundan Bandung, sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan
oleh institusi.

Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalan menyusun laporan Skripsi ini baik secara moril
maupun spiritual. Semoga yang maha kuasa dapat membalasnya, juga kepada
pihak-pihak yang dibawah ini saya ucapkan terimakasih banyak, kepada:

1. Allah SWT, dengan izinya membuat semuanya dapat terlaksana dengan baik
dan lancar.
2. Kedua orang tua ayahanda Rahmat Solihin ibunda Emalia Sondari dan
keluarga yang selalu memberi doa restu dan semangat penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Dedi Lazuardi, DEA. selaku ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Pasundan Bandung.
4. Bapak Dr. Ir. Hery Sonawan, MT. selaku dosen pembimbing I Skripsi dari
penulis di Universitas Pasundan Bandung.
5. Ibu Ir. R. Evi Sovia, MT. selaku dosen pembimbing II Skripsi dari penulis di
Universitas Pasundan Bandung.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Teknik Mesin Universitas
Pasundan Bandung.
7. Sarah Heryanti dan teman-teman satu perjuangan yang senantiasa memberikan
dorongan semangat khususnya MS’13 dan lembaga tercinta Himpunan
Mahasiswa Mesin Universitas Pasundan Bandung yang telah memberikan
banyak ilmu organisasi.

Semoga Allah SWT membalas dengan balasan yang setinggi-tingginya kepada


kita semua dan yang telah membantu saya. Penulis menyadari laporan penulis ini
tak luput dari kekurangan dan kesalahan, seperti kata dan penulisan gelar. Oleh
Karena itu, kritik dan saran yang membangun amat sangat penulis harapkan demi
kebaikan laporan ke depannya, agar dapat lebih berguna bagi pembacanya. Tujuan
akhir dari penulis agar laporan ini dapat benar-benar mempunyai manfaat dan
berkontribusi terhadap perkembangan IPTEK di Indonesia.

Bandung, April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Perumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Batasan Masalah

1.5 Sistematika Penulisan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Biogas

2.2 Manfaat Biogas

2.3 Produksi Biogas

2.4 Proses Anaerobic dalam Biogas

2.5 Proses Fermentasi

2.5.1 Pengadukan

2.5.2 Kontrol temperatur

2.5.3 Koleksi gas


2.5.4 Posisi digester

2.5.5 Waktu retensi

2.6 Teknologi Digester

2.6.1 Keuntungan pengolahan limbah

2.6.2 Keuntungan energi

2.6.3 Keuntungan lingkungan

2.6.4 Keuntungan ekonomi

2.7 Reactor Biogas (Biodigester)

2.8 Proses Biogas pada Peternakan Sapi

2.9 Biogas Digester Skala Rumah Tangga

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alir Penelitian

3.2 Rancangan Pengujian

3.3 Setup Pengujian

3.3 Alat dan Bahan

3.4 Prosedur Pengujian

BAB IV PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengujian

4.2 Perbandingan Penggunaan Biogas dan LPG

BAB V KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pemanfaatan Sampah Menjadi Biogas [1]...........................................1

YGambar 2.1 Biogas Digester [2]…………………………………………………


5

Gambar 2.2 Reactor Biogas [7].............................................................................14

Gambar 2.3 Tipe fixed domed plant [7].................................................................15

Gambar 2.4 Tipe floating drum plant [7]...............................................................16

Gambar 2.5 Tipe baloon plant [7].........................................................................16

Gambar 2.6 Proses Biogas pada Peternakan Sapi [8]............................................17

Gambar 2.7 Biogas Digester Skala Rumah Tangga [8].........................................18

YGambar 3.1 Diagram Alir


Pengujian…………………………………………….19

Gambar 3.2 Dimensi Reactor Biogas....................................................................22

Gambar 3.3 Alat dan Bahan Pengujian..................................................................24

Gambar 3.4 Gambar Potongan Reactor Biogas.....................................................25

YGambar 4.1 Grafik Tekanan (bar.g) vs


Hari……………………………………..36

Gambar 4.2 Selisih Air pada Permukaan Manometer 630 mmH2O......................37

Gambar 4.3 Selisih Air pada Permukaan Manometer 20 mmH2O........................37

Gambar 4.4 Kompor Biogas Tipe Prototype.........................................................37

Gambar 4.5 Grafik Tekanan (bar.g) vs Hari..........Error! Bookmark not defined.

Gambar 4.6 Selisih Air pada Permukaan Manometer 631 mmH2O......................40


Gambar 4.7 Kompor Biogas Merek Butterfly yang Banyak Beredar Dipasaran...40

Gambar 4.8 Selisih Air pada Permukaan Manometer 10 mmH2O........................41

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komposisi Kandungan Biogas [3]...........................................................5

Tabel 2.2 Kondisi Optimum Produksi Biogas [3]....................................................9

Tabel 2.3 Hubungan antara aktifitas manusia dengan volume biogas [3]...............9

Tabel 3.1 Rancangan Pengujian.............................................................................21

Tabel 4. 1 Data Hasil Pengujian Menggunakan Kompor Jenis Prototype.............26

Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian dengan Menggunakan Kompor Merek Butterfly 38
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Banyaknya limbah ternak (feces ternak) dan komposisi sampah kota yang lebih
dari 50% termasuk sampah organic dan adanya potensi yg dimiliki sampah untuk
menghasilkan energi dengan bantuan microorganisme dalam kondisi anaerob
(ANAEROBIC DIGESTION) sehingga penggunaan teknologi anaerobic digestion
menjadi alternatif yang cocok dengan adanya peningkatan harga bahan bakar dan
pupuk salah satunya adalah biogas. Gambar 1.1 menunjukkan pemanfaatan
sampah menjadi biogas.

Gambar 1. Pemanfaatan Sampah Menjadi Biogas [1]

Masyarakat dunia telah menggantungkan sumber energinya dari bahan bakar fosil
seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Namun dunia terjadi krisis energi,
yang melanda kawasan negeri penghasil minyak dengan cadangan minyak yang
menyusut cepat. Di samping itu penggunaan bahan bakar fosil (BBF) yang telah
berlangsung selama ini berdampak negatif terhadap lingkungan. Berbagai
pencemaran lingkungan diakibatkan limbah dari berbagai kegiatan seperti
kegiatan industri, rumah sakit, pertenakan, transportasi, pasar maupun rumah
tangga berdampak menghasilkan karbondioksida, metana, CO, dan nitrous oksida
yang tinggi di udara sehingga menyebabkan efek rumah kaca dan peristiwa
pemanasan global di seluruh dunia. Pengurangan cemaran oleh kegiatan tersebut
dapat dilakukan dengan usaha pengolahan limbah melalui perombakan anaerob
agar hasil dari pengelolahan tersebut tidak lagi mencemari lingkungan.
Biomasa sangat potensial untuk dikembangkan menjadi energi terbarukan. Potensi
biomassa sebagai sumber energi terbaharukan sangat melimpah berasal dari residu
pertanian/peternakan, limbah kota/domestik maupun industri proses makanan
belum tergarap optimal. Di pasar tradisional, sering dijumpai sampah sayur dan
buah yang berlimpah. Sebagaimana sampah-sampah organik lainnya seperti
kotoran ternak, ampas tebu, dan lain-lain, umumnya sampah organik tersebut
tidak banyak dimanfaatkan, tetapi dibiarkan menumpuk dan membusuk, sehingga
dapat menggangu pemandangan dan mencemari lingkungan. Salah satu cara
penanggulangan sampah organik yang potensial untuk dikembangkan diindonesia
adalah dengan menerapkan teknologi anaerobik untuk menghasilkan biogas.

Pengolahan limbah organik menjadi biogas telah dicoba dan dikembangkan


diberbagai wilayah indonesia terutama masyarakat pemilik usaha perternakan
yang memanfaatkan teknologi biodigester anaerob. Teknologi biodigester anaerob
merupakan teknologi sederhana, mudah dipraktekan, dan menggunakan peralatan
yang relatif murah dan mudah didapat, Pada proses pembuatan biogas dari
campuran sampah organik dan kotoran sapi dalam reactor batch.

EM4 merupakan kultur campuran dari organisme menguntungkan yang terdiri dari
bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), Bakteri fotositetik (Rhodopseudomonas
sp), Streptomycetes sp, Ragi (Yeast), dan Actinomycetes. Umumnya, dengan
menggunakan tambahan EM4 proses fermentasi pada pembuatan biogas lebih
cepat dibandingkan dengan pembuatan tanpa EM4 sehingga metana yang
terbentuk pun bisa lebih banyak pula.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan dalam penelitian ini dapat


dinyatakan sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pengujian biogas dari sampah organic dan kotoran


hewan ternak?
2. Berapa lama nyala api yang dihasilkan dari pengujian biogas dengan
feeding rate 5kg/hari?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mencari distribusi tekanan gas selama masa fermentasi.


2. Membuktikan gas yang dihasilkan memiliki titik nyala.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak meluas maka dibuat beberapa batasan masalah yaitu:

1. Ukuran reactor/kapasitas 1000liter.


2. Feeding rate 5kg/hari.
3. Bahan baku biogas adalah sampah organic dan kotoran hewan ternak yang
telah dicampur air dengan rasio 1:1.

1.5 Sistematika Penulisan

Laporan ini disusun menjadi beberapa bab. Isi masing-masing bab adalah sebagai
berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini membahas tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Batasan
Masalah, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TEORI DASAR

Bab ini berisikan tentang materi yang digunakan dalam Skripsi, materi diambil
dari buku teks atau jurnal, atau berupa table, gambar apapun teori yang
berhubungan dengan Skripsi.
BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, dapat berupa
diagram alir penelitian atau yang sejenisnya.

BAB IV ANALISA DAN DATA

Bab ini berisikan tentang pembahasan hasil penelitian dan data-data yang didapat
dalam melakukan penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan terhadap materi yang penulis tulis dalam laporan
juga hasil skripsi.

DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Biogas

Biogas adalah bahan bakar berupa gas yang dihasilkan dari proses fermentasi
anaerob oleh mikroorganisme dari bahan organic, seperti limbah pertanian,
kotoran ternak, kotoran manusia atau campuran di dalam suatu alat yang disebut
digester. Biogas dapat dibakar seperti elpiji dan dalam skala besar biogas dapat
digunakan sebagai pembangkit energi listrik sehingga dapat dijadikan sumber
energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbaharukan. Biogas sebenarnya
adalah gas metana (CH2). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan
sangat mudah terbakar serta dalam pengapian berwarna biru. Gambar 2.1

menunjukan biogas digester.

Gambar 2. Biogas Digester [2]

Biogas dihasilkan dari fermentasi anaerob oleh bakteri metanogenesis


pada bahan-bahan organik seperti kayu/tumbuhan, buah-buahan, kotoran hewan
dan manusia merupakan gas campuran gas Metana (60-70%), CO2 dan gas
lainnya. Komposisi biogas bervariasi tergantung pada limbah organik dan proses
fermentasi anaerob, dengan komposisi lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2. Komposisi Kandungan Biogas [3]


Komponen %

Metana (CH4) 55-75

Karbon dioksida (CO2) 25-45

Nitrogen (N2) 0-0.3

Hidrogen (H2) 1-5

Hidrogen sulfida (H2S) 0-3

Oksigen (O2) 0.1-0.5

Dalam tulisan ini potensi limbah organik adalah dari limbah organik
sanitasi toilet (feces manusia) dan sampah organik yang berasal dari sisa rumah
makan dan supermarket seperti sampah sayuran, buah-buhan, nasi daging/ikan.
Biogas dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional
yang sudah umum digunakan seperti minyak tanah (kerosene) atau kayu bakar,
serta penggunaan biogas juga meyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan
mengurangi kerusakan lingkungan hidup. Saat ini pemanfaatan biogas menjadi
penting ditengah isu pemanasan global karena gas metan sebagai kandungan
utama dalam biogas memberikan efek rumah kaca (green house gases) yang 21
kali lebih bersifat polutan dari pada gas CO2.

2.2 Manfaat Biogas

Pengolahan limbah menjadi biogas sangat menguntungkan karena hasil dari


pengolahan limbah memiliki manfaat, yaitu:

1. Sebagai pupuk berkualitas

Produk samping pengolahan limbah menjadi biogas adalah pupuk organik yang
kaya unsur hara yaitu berbagai mineral hara makro dan mikro kebutuhan
tumbuhan seperti Fosfor (P), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Kalium (K),
Tembaga (Cu), Zeng (Zn), dan Nitrogen (N). Bahan keluaran dari sisa proses
pembuatan gas metana dapat dijadikan pupuk organik walaupun bentuknya berupa
slurry. Pemanfaatan lumpur digester anaerob sebagai pupuk dapat memberi
keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kompos atau
kotoran ternak langsung dari kandang.

2. Memanfaatkan limbah lingkungan

Adapun manfaat dari limbah lingkungan yaitu dapat digunakan sebagai biogas.
Seperti yang kita ketahui pengolahan biogas dalam menggunakan jenis limbah
apapun, yang penting biogas tersebut memanfaatkan jenis limbah yang dapat
terurai. Efeknya lingkungan akan menjadi lebih bersih dan bebas sampah,
menjauhkan diri dari penyakit, mengurangi lingkungan kumuh dan
menghilangkan bau tidak sedap yang dihasilkan penumpukan sampah.

3. Sebagai sumber energi

Biogas yang bebas pengotor (H2O, H2S, CO2, dan partikulat lainnya) dan telah
mencapai kualitas pipeline adalah setara dengan gas alam. Dalam bentuk ini, gas
tersebut dapat digunakan sama seperti penggunaan gas alam. Biogas dimanfaatkan
sebagai energi pada kompor gas, lampu penerangan, generator listrik skala rumah
tangga.

4. Mengurangi efek rumah kaca

Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas karbondioksida (CO 2) yang ikut
memberikan kontribusi efek rumah kaca (green house effect) yang bermuara pada
pemanasan global (global warming). Metana merupakan gas rumah kaca yang
membahayakan dari pada karbondioksiada. Karbon dalam biogas merupakan
karbon yang diambil oleh atmosfer dan fotosistensis tumbuhan, sehingga karbon
yang dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.

Gas metana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk
merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca dan lebih besar
dibandingkan gas (CO2). Pembakaran gas metana pada biogas mengubahnya
menjadi gas (CO2) sehingga mengurangi jumlah metana diudara. Dengan
lestarinya hutan, maka gas (CO2) yang ada diudara akan diserap oleh hutan
sehingga menghasilkan gas oksigen yang melawan efek rumah kaca.

5. Sebagai pengganti gas LPG

Mengganti gas LPG dengan biogas juga akan menghemat biaya pengeluaran


rumah tangga dan   berdampak pada tertekannya pada harga produksi, seperti
usaha katering dan rumah makan, pengeluarkan biaya energi memasak lebih irit
dan pengalihan dan LPG untuk keperluan rumah tangga lainnya.

2.3 Produksi Biogas

Mekanisme pembentukan biogas sampah organik sayur-sayuran dan buah-buahan


seperti layakya kotoran ternak adalah substrat terbaik untuk menghasilkan biogas.
Proses pembentukan biogas melalui pencernaan anaerobik merupakan proses
bertahap, dengan tiga tahap utama, yakni hidrolisis, asidogenesis, dan
metanogenesis. Tahap pertama adalah hidrolisis, dimana pada tahap ini bahan-
bahan organik seperti karbohidrat, liptid, dan protein didegradasi oleh
mikroorganisme hidrolitik menjadi senyawa terlarut seperti asam karboksilat,
asam keto, asam hidroksi, keton, alkohol, gula sederhana, asam-asam amino, H 2,
dan CO2. Pada tahap selanjutnya yaitu tahap asidogenesis senyawa terlarut
tersebut diubah mejadi asam-asam lemak rantai pendek, yang umumnya asam
asetat dan asam format oleh mikroorganisme asidogenik. Tahap terakhir adalah
metanogenesis, dimana pada tahap ini asam-asam lemak rantai pendek diubah
mejadi H2, CO2, dan asetat. Asetat akan mengalami dekarboksilasi dan reduksi
CO2, kemudian bersama-sama dengan H2 dan CO2 menghasilkan produk akhir,
yaitu metana (CH4) dan karbodioksida (CO2) [1].

Pada dasarnya efisiensi produksi biogas sangat diperngaruhi oleh berbagai faktor
meliputi: suhu, derajat kesamaan (pH), konsentrasi asam-asam lemak volati,
nutrisi (terutama nisbah karbon dan nitrogen), zat racun, waktu retensi hidrolik,
kecepatan bahan organik, dan konsentrasi aminia. Beberapa kondisi optimum
proses produksi biogas dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. Kondisi Optimum Produksi Biogas [3]

No Parameter Kondisi Optimum


1 Temperatur 35ºC
2 Derajat Keasaman 7 – 7,2
3 Nutrien Utama Karbon dan Nitrogen
4 Nisbah Karbon dan Nitrogen 20/1 sampai 30/1
5 Sulfida < 200 mg/l
6 Logam-logam Berat Terlarut < 1 mg/l
7 Sodium < 5000 mg/l
8 Kalsium < 2000 mg/l
9 Magnesium < 1200 mg/l
10 Amonia < 1700 mg/l

Parameter-parameter ini harus dikontrol dengan cermat supaya proses percernaan


anareobik dapat berlangsung secara optimal. Sebagai contoh pada derajat
keasaman (pH), pH harus dijaga pada kondisi optimum yaitu antara 7 -7,2. Hal ini
disebabkan apabila pH turun akan menyebabkan pengubahan substrat menjadi
biogas terhambat sehingga mengakibatkan penurunan kuantitas biogas. Nilai pH
yang terlalu tinggipun harus dihindari, karena akan meyebabkan produk akhir
yang dihasilkan adalah CO2 sebagai produk utama. Begitupun dengan nutrien,
apabila rasio C/N tidak dikontrol dengan cermat, maka terdapat kemungkinan
adanya nitrogen berlebih (terutama dalam bentuk amonia) yang dapat
menghambat pertumbuhan dan aktivitas bakteri.

Berdasarkan keterangan tentang potensi biogas dari sampah sayuran, maka dapat
ditunjukan hubungan antara aktivitas manusia kaitannya dengan penggunaan
biogas dengan jumlah volume biogas yang digunakan seperti yang terlihat pada
Tabel 2.3.

Tabel 2. Hubungan antara aktifitas manusia dengan volume biogas [3]


No Aktifitas Volume Gas
1 Memasak untuk keluarga yang 2 m3 /hari
jumlahnya 5-6 orang
2 Memasak air dengan kapasitas tangkin 3 m3 /hari
100liter
3 Menyalakan 1 lampu 0,1 – 0,15 m3 /jam
4 Mengoperasikan mesin dengan 0,9 m3 /jam
kekuatan 2 tenaga kuda

2.4 Proses Anaerobic dalam Biogas

Proses pengolahan limbah secara anaerobik merupakan metoda yang efektif untuk
mengolah berbagai ini dimediasi oleh mikroorganisme anaerobik dan
mikroorganisme fakultatif yang tidak membutuhkan oksigen yang kemudian
mengubah zat-zat organik menjadi produk akhir seperti karbondoksida (CO2) dan
metana (CH4). Keuntungan utama pengolahan limbah secara anaerobik dibanding
dengan pengolahan secara aerobik adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan biomasa yang relatif lebih sedikit.


2. Mempunyai nilai ekonomis karena menghasilkan gas metana yang bisa
digunakan untuk bahan bakar.
3. Mampu mengolah bahan organik yang tinggi membutuhkan oksigen yang
lebih banyak.

Biogas terjadi akibat reaksi anaerobik bahan organik. Menurut Benefield L.D. dan
Randal C.W. Reaksi fermentasi pembentukan biogas adalah sebagai berikut:

Asam Asetat:

CH3OOH CH4 + CO2

Asam Propionat:

CH3CH2COOH + 0,5H2O CH3COOH + 0,25CO2 + 0,75CH4

CH3COOH CH4 + CH2

Reaksi keseluruhannya:
CH3CH2COOH + 0,5H2O 1,25CO2+1,75CH4

Dari kedua reaksi diatas menunjukan bahwa hanya satu golongan bakteri metan
yang dibutuhkan untuk proses fermentasi bahan organik. Asam asetat dan asam
propionat yang difermentasi terdiri dua golongan yang berbeda untuk bakteri
metan. Bakteri yang bertanggung jawab untuk asam asetat secara relatif
mengalami perubahan di pH dan temperatur serta mempunyai perkembangan yang
jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan bakteri pada gas metana. Sebagai
hasilnya gas metana biasanya diasumsikan untuk menjadi bahan pengendalian
dalam proses anaerobik [4].

2.5 Proses Fermentasi

Keberhasilan proses pencernaan dalam digester sangat ditentukan oleh desain dan
pengaturan digester itu sendiri, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengoperasian digester yaitu:

2.5.1 Pengadukan

Proses pengadukan akan sangat menguntungkan karena apabila tidak diaduk


bersama akan mengendap pada dasar tangki dan akan terbentuk busa pada
permukaan yang akan menyulitkan keluarnya gas.

Masalah tersebut terjadi lebih besar pada proses yang menggunakan bahan baku
limbah sayuran dibandingkan yang menggunkan kotoran ternak. Pada sistem
kontinyu masalah ini lebih kecil karena pada saat bahan baku dimasukkan akan
memecahkan busa pada permukaan seolah-olah terjadi pengadukan. Pada digester
yang belokasi dieropa dimana pemanasan diperlukan jika proses dilakukan pada
musim dingin, sirkulasi udara juga merupakan proses pengadukan.

2.5.2 Kontrol temperatur

Pada daerah panas, penggunaan atap akan membantu agar temperatur berada pada
kondisi yang ideal, tetapi pada daerah dingin akan menyebabkan masalah.
Langkah yang umumnya diambil yaitu dengan melapisi tangki dengan tumpukan
jerami atau serutan kayu dengan ketebalan 50 sampai 100cm, lalu dilapisi dengan
bungkus tahan air, jika masih kurang maka digunakan koil pemanas. Temperatur
digester yang tinggi akan lebih retan terhadap kerusakan karena fluktuasi
temperatur, untuk itu diperlukan pemeliharaan yang seksama.

2.5.3 Koleksi gas

Untuk mengkoleksi biogas yang dihasilkan dipergunakan drum yang dipasang


tebalik, drum harus dapat bergerak sehingga dapat disesuaikan dengan volume gas
yang diperlukan. Biogas akan mengalir melalui lubang kecil diatas drum.
Digunakan valve searah untuk mencegah masuknya udara luar ke dalam tangki
digester yang akan merusak aktivifas bakteri dan memungkinkan terjadinya
ledakan didalam drum. Pada instalasi yang besar diperlukan kontrol pengukuran
berat dan tekanan yang baik.

2.5.4 Posisi digester

Digester biogas yang dibangun diatas permukaan tanah harus terbuat dari baja
untuk menahan tekanan, sedangkan yang bangun dibawah tanah umumnya lebih
sederhana dan murah. Akan tetapi dari segi pemeliharan, digester diatas
permukaan akan lebih mudah dan digester dapat ditutup lapisan hitam yang
berfungsi untuk menangkap panas matahari.

2.5.5 Waktu retensi

Faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu waktu retensi, faktor ini sangat
dipengaruhi oleh temperatur, pengeceran, laju pemasukan bahan dan lain
sebagainya. Pada temperatur yang tinggi laju fermentasi berlangsung dengan
cepat, dan menurunkan waktu proses yang diperlukan. Pada kondisi normal
fermentasi kotoran berlangsung antara dua sampai empat minggu [5].

2.6 Teknologi Digester

Terdapat dua teknologi umum digunakan untuk memperoleh biogas. Pertama,


proses yang sangat umum yaitu fermentasi kotoran ternak menggunakan digester
yang didesain khusus dalam kondisi anaerob. Kedua, teknologi yang baru ini
dikembangkan yaitu menangkap gas metana dari lokasi tumpukan pembuangan
sampah tanpa harus membuat digester khusus [6].

Beberapa keuntungan digester anaerobik yang lebih banyak digunakan antara lain:

2.6.1 Keuntungan pengolahan limbah

1. Digester anaerobik merupakan proses pengolahan limbah yang alami.


2. Membutuhkan lahan yang lebih kecil dibandingkan dengan proses kompos
anaeobik ataupun penumpukan sampah.
3. Memperkecil volume atau berat limbah yang dibuang.
4. Memperkecil rembesan polutan.

2.6.2 Keuntungan energi

1. Proses produksi energi bersih.


2. Memperoleh bahan bakar berkualitas tinggi dan dapat dipengaruhi.
3. Biogas dapat dipergunakan untuk berbagai penggunaan.

2.6.3 Keuntungan lingkungan

1. Menurunkan emisi gas metan dan karbon dioksida secara signifikan.


2. Menghilangkan bau.
3. Menghasilkan kompos yang bersih dan pupuk yang kaya nutrisi.
4. Memaksimalkan proses daur ulang.
5. Menghilangkan bakteri coliform sampai 99% sehingga memperkecil
kontaminasi sumber air.

2.6.4 Keuntungan ekonomi

1. Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus ulang
proses.
2.7 Reactor Biogas (Biodigester)

Proses menghasilkan biogas dari bahan organik, diperlukan alat yaitu digester
biogas/biodigester seperti pada Gambar 2.2, yang bekerja dengan prinsip
menciptakan suatu tempat penampungan bahan organik pada kondisi anaerob
(bebas oksigen) sehingga bahan organik tersebut dapat difermentasi oleh bakteri
metanogen untuk menghasilkan biogas. Biogas yang timbul kemudian dialirkan
ke tempat penampungan biogas sedangkan lumpur sisa aktifitas fermentasi
dikeluarkan lalu dijadikan pupuk alami yang dapat dimanfaatkan untuk usaha
pertanian maupun perkebunan.

Gambar 2. Reactor Biogas [7]

a) Tipe fixed domed plant

Tipe fixed domed plant terdiri dari digester yang memiliki penampung gas
dibagian atas digester seperti pada Gambar 2.3. Ketika gas mulai timbul, gas
tersebut menekan lumpur sisa fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika pemasukan
kotoran ternak dilakukan terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan
slurry sampa keluar dari bak slurry. Gas yang timbul akan tertampung diatas
kotoran kotoran yang mengalami fermentasi dan akan digunakan/dikeluarkan
lewat pipa gas yang berada diatas digester menuju tempat penampungan.

Keunggulan: tidak ada bagian yang bergerak, awet (berumur panjang), dibuat
didalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain dan
tidak membutuhkan ruangan (diatas tanah).

Kelemahan: rawan terjadi keretakan dibagian penampungan gas, tekanan gas tidak
stabil karena tidak ada katup gas.

Gambar 2. Tipe fixed domed plant [7]

b) Tipe floating drum plant

Terdiri dari satu digester dan penampungan gas yang bisa bergerak. Penampung
gas ini akan bergerak ke atas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas
berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi gasnya terlihat seperti pada
Gambar 2.4.

Kelebihan: konstruksi alat sederhana dan mudah dioperasikan. Tekanan gas


konstan karena penampung gas yang bergerak mengikuti jumlah gas. Jumlah gas
yang bisa dengan mudah diketahui dengan melihat naik turunya drum.
Kelemahannya: digester rawan korosi sehingga waktu pakai menjadi pendek.

Gambar 2. Tipe floating drum plant [7]

c) Tipe baloon plant

Kontruksi sederhana, terbuat dari plastik yang ada ujung-ujungnya dipasang pipa
masuk untuk kotoran ternak dan pipa bagian atas dipasang pipa keluar gas. Tipe
baloon plant dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Kelebihan: biaya pembuatan murah, mudah dibersihkan, mudah dipindahkan.

Kelemahannya: waktu pakai relatif singkat dan mudah mengalami kerusakan.

Gambar 2. Tipe baloon plant [7]

2.8 Proses Biogas pada Peternakan Sapi

Pengolahan limbah peternakan sapi menjadi biogas pada prinsipnya


menggunakan metode dan peralatan yang sama dengan pengolahan biogas dari
biomassa yang lain. Pada prinsipnya teknologi biogas adalah teknologi yang
memanfaatkan proses fermentasi (pembusukan) dari sampah organik secara
anaerobik (tanpa udara) oleh bakteri metan sehingga dihasilkan gas metan.
Proses pencernaan anaerobik merupakan dasar dari reactor biogas yaitu proses
pemecahan bahan organik oleh aktivitas bakteri metanogenik dan bakteri
asidogenik pada kondisi tanpa udara, bakteri ini secara alami terdapat dalam
limbah yang mengandung bahan organic, seperti kotoran binatang, manusia, dan
sampah organik rumah tangga. Gas metan adalah gas yang mengandung satu
atom C dan 4 atom H yang memiliki sifat mudah terbakar. Gas metan yang
dihasilkan kemudian dapat dibakar sehingga dihasilkan energi panas. Bahan
organik yang bisa digunakan sebagai bahan baku industri ini adalah sampah
organik, limbah yang sebagian besar terdiri dari kotoran dan potongan-potongan
kecil sisa-sisa tanaman, seperti jerami dan sebagainya serta air yang cukup
banyak. Contoh proses biogas pada peternakan sapi dapat dilihat pada Gambar
2.6.

Gambar 2. Proses Biogas pada Peternakan Sapi [8]

2.9 Biogas Digester Skala Rumah Tangga

Biogas dihasilkan apabila bahan-bahan organik terurai menjadi senyawa-senyawa


pembentuknya dalam keadaan tanpa oksigen (anaerob). Fermentasi anaerobik ini
biasa terjadi secara alami di tanah yang basah, seperti dasar danau dan di dalam
tanah pada kedalaman tertentu. Proses fermentasi adalah penguraian bahan-bahan
organik dengan bantuan mikroorganisme. Fermentasi anaerob dapat menghasilkan
gas yang mengandung sedikitnya 50% metana. Gas inilah yang biasa disebut
dengan biogas. Biogas dapat dihasilkan dari fermentasi sampah organik seperti
sampah pasar, daun-daunan, dan kotoran hewan yang berasal dari sapi, babi,
kambing, kuda, atau yang lainnya, bahkan kotoran manusia sekalipun. Gas yang
dihasilkan memiliki komposisi yang berbeda tergantung dari jenis hewan yang
menghasilkannya. Gambar 2.7 menunjukkan biogas digester skala rumah tangga.

Gambar 2. Biogas Digester Skala Rumah Tangga [8]


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian

Diagram alir penelitian optimasi uji performansi biogas digester dengan feeding
rate 5 kg / hari dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Mulai

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Rancangan Pengujian

Pengujian Alat

Analisis Data

Kesimpulan

Selesai

Gambar 3. Diagram Alir Pengujian

Keterangan:
Hal pertama yang dilakukan adalah mempelajari studi literatur. Studi literatur ini
mencakup teori-teori, jurnal, karya ilmiah, referensi-referensi yang berhubungan
dengan biogas. Kemudian pengumpulan data mencakup data-data yang
dibutuhkan dalam pengujian. Selanjutnya menyusun rancangan pengujian.
Rancangan pengujian mencakup variabel apa saja yang digunakan dalam
pengujian. Setelah melakukan rancangan pengujian maka dilakukan pengujian
pada alat biogas. Kemudian data dari hasil pengujian dilakukan analisis data untuk
mendapatkan kesimpulan.

3.2. Rancangan Pengujian

Untuk mempersingkat dan mempermudah pada saat melakukan pengujian, maka


dibuat suatu perancangan pengujian yang terdiri dari variabel dan level seperti
jenis bahan, frekuensi penambahan bahan perhari, dan persentase starter dapat
dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3. Rancangan Pengujian

NO Jenis Frekuensi Persentase Temperatur Tekanan Gas Tekanan Nyala api


Bahan penambahan Starter(%) Digester (°C) (mmH2O) (bar.g)
bahan per
hari (kg)

1 Campur 1 30

2 Sayur 1 30

3 Campur 2 30

4 Sayur 2 30

5 Campur 1 50

6 Sayur 1 50

7 Campur 2 50

8 Sayur 2 50
Dari Tabel 3.1 apabila melakukan ke-8 kombinasi akan memerlukan waktu yang
sangat lama sekitar 16 bulan, dikarenakan dalam 1 kombinasi memerlukan waktu
2 bulan [5]. Oleh karena itu, dipilih satu kombinasi yaitu kombinasi nomor 5
dikarenakan untuk mempersingkat waktu. Kemudian ditambahkan kolom
temperatur dan tekanan gas pada manometer untuk mengetahui temperatur pada
saat bahan penambah ditambahkan dan naik turunnya air pada manometer yang
nanti akan dikonversikan kedalam kolom satuan bar gauge. Selanjutnya
ditunjukan kolom nyala api untuk mengetahui nyala atau tidaknya api.

3.3 Setup Pengujian

Setup pengujian dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3. Dimensi Reactor Biogas

Cara kerja biogas yaitu campuran kotoran hewan ternak, sampah organic dan air
dimasukan kedalam inlet kemudian mengalir ke dalam reactor. Campuran
tersebut lalu memproduksi gas setelah melalui proses pencernaan di dalam
reactor. Gas yang dihasilkan lalu ditampung didalam ruang penampung gas
(bagian atas kubah).

Kotoran yang sudah berfermentasi dialirkan keluar dari pipa tengah menuju
outlet. Ampas ini dinamakan bio-slurry. Ia akan mengalir keluar melalui overflow
outlet ke lubang penampung slurry. Gas yang dihasilkan didalam tabung mengalir
menuju dapur melalui pipa.
3.3 Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:

1. Reactor biogas
2. Sampah organic
3. Kotoran sapi
4. Selang manometer
5. Papan kayu
6. Air berwarna
7. Penggaris
8. Kompor
9. Selang kompor
10. Drum plastik 150liter
11. Ember 5kg
12. Kran ½in
13. Timbangan
14. Pipa PVC 3in
15. Corong plastik
16. Drat pipa ½in
17. Thermometer
18. Golok
Berikut alat dan bahan pengujian ditunjukan pada Gambar 3.3.

Gambar 3. Alat dan Bahan Pengujian

3.4 Prosedur Pengujian

Prosedur pengujian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan reactor biogas sebelum melakukan pengujian.


2. Hari pertama memasukan kotoran hewan ternak yang telah dicampur air
dengan rasio 1:1.
3. Kemudian dilakukan pengujian nyala api dua hari sekali untuk mengetahui
bahwa api sudah memiliki titik nyala dan mengeluarkan angin palsu yang ada
di dalam reactor.
4. Ketika api sudah menunjukan titik nyala, kemudian dimasukan sampah
organic kedalam reactor sebanyak 5kg perhari.
5. Proses memasukan sampah organic sebanyak 5kg perhari dilakukan selama
17hari dan dilakukan pengecekan temperatur dan pengujian nyala api satu hari
sekali dengan menggunakan kompor prototype biogas.
6. Selanjutnya reactor dibiarkan selama 11hari dan dilakukan pengecekan
temperatur dan selisih permukaan air pada manometer setiap hari.
7. Kemudian pada hari ke-11 dilakukan pengujian nyala api dengan
menggunakan kompor biogas jenis butterfly dan dilakukan pengecekan berapa
lama nyala api biogas. Berikut gambar potongan reactor biogas yang di
tunjukan pada Gambar 3.4.

Gambar 3. Gambar Potongan Reactor Biogas


BAB IV
PENGOLAHAN DATA

4.1 Data Pengujian

Data hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4. Data Hasil Pengujian Menggunakan Kompor Jenis Prototype

Frekuensi
Persentas
Hari Jenis Penambaha Temperatur Tekanan Gas Tekanan
e Starter Nyala api
Ke Bahan n Bahan Digester (°C) (mmH2O) (bar.g)
(%)
Perhari (kg)

1 0 50 0 0
2 0 0 (belum ada api) 0

3 0 0 0

4 0 0 (belum ada api) 0

5 0 340 0,033
6 0 350 (belum ada api) 0,034

7 0 370 0,036

8 0 370 (belum ada api) 0,036

9 0 370 0,036
390 (nyala api belum
10 0 0,038
normal)

11 0 410 0,040

445 (nyala api belum


12 0 0,043
normal)

13 0 468 0,045
315 (nyala api belum
14 0 0,030
normal)

15 0 320 0,031

415 (nyala api belum


16 0 5 0,0405
normal)

17 0 510 0,050
580 (nyala api belum
18 0 0,056
normal)

19 0 320 0,031

Campuran 580 (nyala api sudah


20 5 22 0,056
Sayuran normal)

410 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
21 5 22 0,040
Sayuran air pada manometer
580)
634 (nyala api sudah
Campuran normal sampai selisih
22 5 21 0,062
Sayuran air pada manometer
580)

634 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
23 5 23 0,062
Sayuran air pada manometer
580)

634 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
24 5 23 0,062
Sayuran air pada manometer
580)

632 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
25 5 22 0,061
Sayuran air pada manometer
580)
625 (nyala api sudah
Campuran normal sampai selisih
26 5 21 0,061
Sayuran air pada manometer
580)

634 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
27 5 22 0,062
Sayuran air pada manometer
580)

634 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
28 5 23 0,062
Sayuran air pada manometer
580)

625 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
29 5 23 0,061
Sayuran air pada manometer
580)
628 (nyala api sudah
Campuran normal sampai selisih
30 5 21 0,061
Sayuran air pada manometer
580)

625 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
31 5 19 0,061
Sayuran air pada manometer
580)

625 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
32 5 21 0,061
Sayuran air pada manometer
580)

625 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
33 5 21 0,061
Sayuran air pada manometer
580)
611 (nyala api sudah
Campuran normal sampai selisih
34 5 21 0,059
Sayuran air pada manometer
580)

625 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
35 5 21 0,061
Sayuran air pada manometer
580)

630 (nyala api sudah


Campuran normal sampai selisih
36 5   20 0,061
Sayuran air pada manometer
580)
Hasil dari tabel di atas dituangkan ke dalam bentuk grafik tekanan (bar.g) vs hari,
seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.1.

12

10

8
Tekanan (bar.g)

0
0 2 4 6 8 10 12

Hari

Gambar 4. Grafik Tekanan (bar.g) vs Hari

Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pada hari ke-1 sampai hari ke-4
selisih permukaan air pada manometer belum ada perubahan. Kemudian dihari ke-
5 sampai hari ke-15 dilakukan percobaan menggunakan kompor prototype setiap
dua hari sekali. Selanjutnya pada hari ke-16 mulai ditambahkan starter sebanyak
5% yang telah dicampur air dengan rasio 1:1 dikarenakan komposisi biogas belum
pas. Kemudian pada hari ke-18 dilakukan pengujian dengan menggunakan
kompor prototype dan pada hari ke-20 sampah organic mulai ditambahkan dan
dilakukan pengujian menggunakan kompor prototype setiap hari sampai hari ke-
36. Proses pengujian menggunakan kompor prototype khusus biogas dapat dilihat
pada Gambar 4.2, 4.3 dan 4.4.
Gambar 4. Selisih Air pada Permukaan Manometer 630mmH2O

Gambar 4. Selisih Air pada Permukaan Manometer 20mmH2O

Gambar 4. Kompor Biogas Tipe Prototype

Dari hasil pengujian pertama menggunakan kompor jenis prototype khusus


biogas, lama nyala api dari 630mmH2O sampai nyala api padam pada 20mmH2O
selama 01:40:05. Kemudian dilakukan pengujian kedua dengan menggunakan
kompor biogas merek butterfly (banyak beredar di pasaran). Data hasil pengujian
dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4. Data Hasil Pengujian dengan Menggunakan Kompor Merek Butterfly

Frekuensi Persentas Temperatur


Hari Jenis
Penambahan Bahan e Starter Digester (°C) Tekanan Gas (mmH2O) Tekanan (bar.g)
Ke Bahan
Perhari (kg) (%)

37 0 47 0,004

38 0 625 0,061

39 0 631 0,061

40 0 630 0,061

41 0 631 0,061

42 0 615 0,060

43 0 615 0,061

44 0 625 0,061

45 0 625 0,061

46 0 630 0,061

47 0 631 0,061
Pada pengujian kedua hari ke-37 sampai hari ke-47 tidak dimasukan jenis bahan,
frekuensi penambahan bahan perhari dan starter, hanya melakukan pengecekan
temperatur dan selisih permukaan air pada manometer. Kemudian dikonversikan
kedalam tekanan bar gauge. Hasil dari tabel di atas dituangkan ke dalam bentuk
grafik tekanan (bar.g) vs hari, seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.5.

0.07

0.06

0.05
Tekanan (bar.g)

0.04

0.03

0.02

0.01

0
37 38 39 40 41 42 43 44
Hari 45 46 47 48 49 50

Gambar 4. Grafik Tekanan (bar.g) vs Hari


Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pada hari ke-37 sampai hari ke-47
tidak ada penambahan jenis bahan, frekuensi penambahan bahan perhari dan
starter. Kemudian dihari ke-47 mulai dilakukan pengujian dengan kompor biogas
jenis butterfly yang banyak beredar dipasaran dapat dilihat pada Gambar 4.6, 4.7
dan 4.8.

Gambar 4. Selisih Air pada Permukaan Manometer 631mmH2O

Gambar 4. Kompor Biogas Merek Butterfly yang Banyak Beredar Dipasaran


Gambar 4. Selisih Air pada Permukaan Manometer 10mmH2O

Dari hasil pengujian kedua menggunakan kompor jenis butterfly khusus biogas
(banyak beredar dipasaran), lama nyala api dari 631mmH2O sampai nyala api
padam pada 10mmH2O selama 01:01:38.

4.2 Perbandingan Penggunaan Biogas dan LPG

Dengan menggunakan tabung gas LPG:

 1 tabung gas LPG (12 kg) = Rp150.000,-


 1 kg gas LPG = (Rp150.000,- : 12 kg) = Rp12.500,-
 Menurut Heris Syamsu 1 kg gas LPG habis dalam 2 jam 24 menit (144 menit)
untuk penggunaan satu tungku kompor [9].

(144 menit : 60 menit) = 2,4 jam.

 Untuk 12 kg gas LPG habis dalam:

(144 menit x 12) = 28 jam 48 menit (1728 menit).

 Penggunaan gas LPG untuk satu tungku kompor dalam 1 jam:

(Rp12.500,- : 2,4 jam) = Rp5.208,- /jam.

 1 menit gas LPG (Rp5.208,- : 60 menit) = Rp86.08,- /menit.


 Penggunaan LPG per-hari rata-rata rumah tangga 2 jam (120 menit).
 Biaya yang dikeluarkan rumah tangga /harinya dengan menggunakan gas
LPG:

(Rp86.08,- x 120 menit) = Rp10.416,- /hari.

 Lama nyala api biogas 1 jam 40 menit (100 menit).


 Jadi pada penggunaan Biogas 100 menit akan menghemat biaya penggunaan
gas LPG:
(Rp86.08,- x 100 menit) = Rp8.680,- /hari.
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

1. Pengujian pertama pada hari ke-36 pengujian tekanan gas dengan


menggunakan kompor prototype khusus biogas, lama nyala api dari
630mmH2O sampai nyala api padam pada 20mmH2O selama 01:40:05. Pada
pengujian kedua pada hari ke-47 pengujian dengan menggunakan kompor jenis
butterfly biogas (banyak beredar dipasaran), lama nyala api dari 631mmH 2O
sampai nyala api padam pada 10mmH2O selama 01:01:38.
2. Setelah melakukan pengujian selama 47hari gas yang dihasilkan memiliki titik
nyala.

5.2 Saran

1. Untuk pemasukkan sampah organic skala rumah tangga kurang dari 5Kg masih
tetap menghasilkan nyala api.
DAFTAR PUSTAKA

1. Setiawan, A.I., Memanfaatkan Kotoran Ternak (Revisi). Niaga Swadaya.

2. Wahyuni, S.,2013 Panduan praktis biogas, Penebar Swadaya Grup.

3. Saragih, B.R.,2010 Analisis Potensi Biogas dari Sampah Organik, FT UI:


Depok.

4. Benefield, L.D. and C.W. Randall, Design relationships for aerobic


digestion. Journal (Water Pollution Control Federation), 1978: p. 518-523.

5. Anggraini, D., M.B. Pertiwi, and D. Bahrin,2012 Pengaruh Jenis Sampah,


Komposisi Masukan dan Waktu Tinggal Terhadap Komposisi Biogas dari
Sampah Organik, in Jurnal Teknik Kimia.

6. Saleh, A.R. and K. Fahmi,2016 PERENCANAAN SISTEM


PENGOLAHAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BIOGAS (STUDI
KASUS: PUJASERA TAMAN BATANG LUBUH, in Jurnal APTEK. p. 77-
85.

7. Sunaryo, S.,2014 RANCANG BANGUN REAKTOR BIOGAS UNTUK


PEMANFAATAN LIMBAH KOTORAN TERNAK SAPI DI DESA
LIMBANGAN KABUPATEN BANJARNEGARA, in Jurnal Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat UNSIQ. p. 21-30.

8. Elizabeth, R. and S. Rusdiana,2011 Efektivitas Pemanfaatan Biogas


Sebagai Sumber Bahan Bakar Dalam Mengatasi Biaya Ekonomi Rumah
Tangga di Perdesaan, in Prosiding Seminar Nasional Era Baru
Pembangunan Pertanian: Strategi Mengatasi Masalah Pangan, Bioenergi
dan Perubahan Iklim. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Bogor (ID): p. p. 220-234.

9. Syamsuri, H.,2019 Kaji Eksperimental Performa Alat Pemanas Kandang


Indukan Ayam Ras Terhadap Tingkat Kenyamanan Ayam, Universitas
Pasundan Bandung.

Anda mungkin juga menyukai