SKRIPSI
NRP : 133030143
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Banyaknya limbah ternak (feces ternak) dan komposisi sampah kota yang lebih
dari 50% termasuk sampah organic dan adanya potensi yang dimiliki sampah
untuk menghasilkan energi dengan bantuan microorganisme dalam kondisi
anaerob (ANAEROBIC DIGESTION) sehingga penggunaan teknologi anaerobic
digestion menjadi alternatif yang cocok dengan adanya peningkatan harga bahan
bakar dan pupuk salah satunya adalah biogas. Tujuan dari penelitian ini adalah
mencari distribusi tekanan gas selama masa fermentasi dan membuktikan gas
yang dihasilkan memiliki titik nyala.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan memasukan sampah
organic dan kotoran hewan ternak yang telah dicampur air dengan rasio 1:1 ke
dalam reactor dengan feeding rate sampah organic 5kg/hari selama 47hari.
Dengan metode ini didapatkan hasil pengujian pertama pada hari ke-36 pengujian
tekanan gas dengan menggunakan kompor prototype khusus biogas, lama nyala
api dari 630mmH2O sampai nyala api padam pada 20mmH2O selama 01:40:05.
Pada pengujian kedua pada hari ke-47 pengujian dengan menggunakan kompor
jenis butterfly biogas (banyak beredar dipasaran), lama nyala api dari 631mmH 2O
sampai nyala api padam pada 10mmH2O selama 01:01:38. Setelah melakukan
pengujian selama 47hari gas yang di hasilkan memiliki titik nyala.
Alhamdulillah serta puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas
rahmat, nikmat dan kekuasaan-nyalah penulis dapat serta mampu menyusun dan
menyelesaikan laporan Skripsi ini. Shalawat serta salam semoga selalu dilimpah
curahkan kepada Rasulullah Nabi Muhammad SAW, para keluarganya, para
sahabatnya, serta para pengikut mereka hingga akhir zaman.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap
Mahasiswa Program Strata 1, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Pasundan Bandung, sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan
oleh institusi.
Penulis juga tak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penulis dalan menyusun laporan Skripsi ini baik secara moril
maupun spiritual. Semoga yang maha kuasa dapat membalasnya, juga kepada
pihak-pihak yang dibawah ini saya ucapkan terimakasih banyak, kepada:
1. Allah SWT, dengan izinya membuat semuanya dapat terlaksana dengan baik
dan lancar.
2. Kedua orang tua ayahanda Rahmat Solihin ibunda Emalia Sondari dan
keluarga yang selalu memberi doa restu dan semangat penulis.
3. Bapak Dr. Ir. Dedi Lazuardi, DEA. selaku ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Pasundan Bandung.
4. Bapak Dr. Ir. Hery Sonawan, MT. selaku dosen pembimbing I Skripsi dari
penulis di Universitas Pasundan Bandung.
5. Ibu Ir. R. Evi Sovia, MT. selaku dosen pembimbing II Skripsi dari penulis di
Universitas Pasundan Bandung.
6. Seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Teknik Mesin Universitas
Pasundan Bandung.
7. Sarah Heryanti dan teman-teman satu perjuangan yang senantiasa memberikan
dorongan semangat khususnya MS’13 dan lembaga tercinta Himpunan
Mahasiswa Mesin Universitas Pasundan Bandung yang telah memberikan
banyak ilmu organisasi.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Biogas
2.5.1 Pengadukan
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 2.3 Hubungan antara aktifitas manusia dengan volume biogas [3]...............9
Tabel 4.2 Data Hasil Pengujian dengan Menggunakan Kompor Merek Butterfly 38
BAB I
PENDAHULUAN
Banyaknya limbah ternak (feces ternak) dan komposisi sampah kota yang lebih
dari 50% termasuk sampah organic dan adanya potensi yg dimiliki sampah untuk
menghasilkan energi dengan bantuan microorganisme dalam kondisi anaerob
(ANAEROBIC DIGESTION) sehingga penggunaan teknologi anaerobic digestion
menjadi alternatif yang cocok dengan adanya peningkatan harga bahan bakar dan
pupuk salah satunya adalah biogas. Gambar 1.1 menunjukkan pemanfaatan
sampah menjadi biogas.
Masyarakat dunia telah menggantungkan sumber energinya dari bahan bakar fosil
seperti minyak bumi, gas alam dan batu bara. Namun dunia terjadi krisis energi,
yang melanda kawasan negeri penghasil minyak dengan cadangan minyak yang
menyusut cepat. Di samping itu penggunaan bahan bakar fosil (BBF) yang telah
berlangsung selama ini berdampak negatif terhadap lingkungan. Berbagai
pencemaran lingkungan diakibatkan limbah dari berbagai kegiatan seperti
kegiatan industri, rumah sakit, pertenakan, transportasi, pasar maupun rumah
tangga berdampak menghasilkan karbondioksida, metana, CO, dan nitrous oksida
yang tinggi di udara sehingga menyebabkan efek rumah kaca dan peristiwa
pemanasan global di seluruh dunia. Pengurangan cemaran oleh kegiatan tersebut
dapat dilakukan dengan usaha pengolahan limbah melalui perombakan anaerob
agar hasil dari pengelolahan tersebut tidak lagi mencemari lingkungan.
Biomasa sangat potensial untuk dikembangkan menjadi energi terbarukan. Potensi
biomassa sebagai sumber energi terbaharukan sangat melimpah berasal dari residu
pertanian/peternakan, limbah kota/domestik maupun industri proses makanan
belum tergarap optimal. Di pasar tradisional, sering dijumpai sampah sayur dan
buah yang berlimpah. Sebagaimana sampah-sampah organik lainnya seperti
kotoran ternak, ampas tebu, dan lain-lain, umumnya sampah organik tersebut
tidak banyak dimanfaatkan, tetapi dibiarkan menumpuk dan membusuk, sehingga
dapat menggangu pemandangan dan mencemari lingkungan. Salah satu cara
penanggulangan sampah organik yang potensial untuk dikembangkan diindonesia
adalah dengan menerapkan teknologi anaerobik untuk menghasilkan biogas.
EM4 merupakan kultur campuran dari organisme menguntungkan yang terdiri dari
bakteri asam laktat (Lactobacillus sp), Bakteri fotositetik (Rhodopseudomonas
sp), Streptomycetes sp, Ragi (Yeast), dan Actinomycetes. Umumnya, dengan
menggunakan tambahan EM4 proses fermentasi pada pembuatan biogas lebih
cepat dibandingkan dengan pembuatan tanpa EM4 sehingga metana yang
terbentuk pun bisa lebih banyak pula.
Agar pembahasan tidak meluas maka dibuat beberapa batasan masalah yaitu:
Laporan ini disusun menjadi beberapa bab. Isi masing-masing bab adalah sebagai
berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Batasan
Masalah, dan Sistematika Penulisan.
Bab ini berisikan tentang materi yang digunakan dalam Skripsi, materi diambil
dari buku teks atau jurnal, atau berupa table, gambar apapun teori yang
berhubungan dengan Skripsi.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, dapat berupa
diagram alir penelitian atau yang sejenisnya.
Bab ini berisikan tentang pembahasan hasil penelitian dan data-data yang didapat
dalam melakukan penelitian.
Bab ini berisikan kesimpulan terhadap materi yang penulis tulis dalam laporan
juga hasil skripsi.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Biogas
Biogas adalah bahan bakar berupa gas yang dihasilkan dari proses fermentasi
anaerob oleh mikroorganisme dari bahan organic, seperti limbah pertanian,
kotoran ternak, kotoran manusia atau campuran di dalam suatu alat yang disebut
digester. Biogas dapat dibakar seperti elpiji dan dalam skala besar biogas dapat
digunakan sebagai pembangkit energi listrik sehingga dapat dijadikan sumber
energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbaharukan. Biogas sebenarnya
adalah gas metana (CH2). Gas metana bersifat tidak berbau, tidak berwarna dan
sangat mudah terbakar serta dalam pengapian berwarna biru. Gambar 2.1
Dalam tulisan ini potensi limbah organik adalah dari limbah organik
sanitasi toilet (feces manusia) dan sampah organik yang berasal dari sisa rumah
makan dan supermarket seperti sampah sayuran, buah-buhan, nasi daging/ikan.
Biogas dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar konvensional
yang sudah umum digunakan seperti minyak tanah (kerosene) atau kayu bakar,
serta penggunaan biogas juga meyelamatkan lingkungan dari pencemaran dan
mengurangi kerusakan lingkungan hidup. Saat ini pemanfaatan biogas menjadi
penting ditengah isu pemanasan global karena gas metan sebagai kandungan
utama dalam biogas memberikan efek rumah kaca (green house gases) yang 21
kali lebih bersifat polutan dari pada gas CO2.
Produk samping pengolahan limbah menjadi biogas adalah pupuk organik yang
kaya unsur hara yaitu berbagai mineral hara makro dan mikro kebutuhan
tumbuhan seperti Fosfor (P), Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), Kalium (K),
Tembaga (Cu), Zeng (Zn), dan Nitrogen (N). Bahan keluaran dari sisa proses
pembuatan gas metana dapat dijadikan pupuk organik walaupun bentuknya berupa
slurry. Pemanfaatan lumpur digester anaerob sebagai pupuk dapat memberi
keuntungan yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan kompos atau
kotoran ternak langsung dari kandang.
Adapun manfaat dari limbah lingkungan yaitu dapat digunakan sebagai biogas.
Seperti yang kita ketahui pengolahan biogas dalam menggunakan jenis limbah
apapun, yang penting biogas tersebut memanfaatkan jenis limbah yang dapat
terurai. Efeknya lingkungan akan menjadi lebih bersih dan bebas sampah,
menjauhkan diri dari penyakit, mengurangi lingkungan kumuh dan
menghilangkan bau tidak sedap yang dihasilkan penumpukan sampah.
Biogas yang bebas pengotor (H2O, H2S, CO2, dan partikulat lainnya) dan telah
mencapai kualitas pipeline adalah setara dengan gas alam. Dalam bentuk ini, gas
tersebut dapat digunakan sama seperti penggunaan gas alam. Biogas dimanfaatkan
sebagai energi pada kompor gas, lampu penerangan, generator listrik skala rumah
tangga.
Pembakaran bahan bakar fosil menghasilkan gas karbondioksida (CO 2) yang ikut
memberikan kontribusi efek rumah kaca (green house effect) yang bermuara pada
pemanasan global (global warming). Metana merupakan gas rumah kaca yang
membahayakan dari pada karbondioksiada. Karbon dalam biogas merupakan
karbon yang diambil oleh atmosfer dan fotosistensis tumbuhan, sehingga karbon
yang dilepaskan lagi ke atmosfer tidak akan menambah jumlah karbon diatmosfer
bila dibandingkan dengan pembakaran bahan bakar fosil.
Gas metana (CH4) yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk
merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca dan lebih besar
dibandingkan gas (CO2). Pembakaran gas metana pada biogas mengubahnya
menjadi gas (CO2) sehingga mengurangi jumlah metana diudara. Dengan
lestarinya hutan, maka gas (CO2) yang ada diudara akan diserap oleh hutan
sehingga menghasilkan gas oksigen yang melawan efek rumah kaca.
Pada dasarnya efisiensi produksi biogas sangat diperngaruhi oleh berbagai faktor
meliputi: suhu, derajat kesamaan (pH), konsentrasi asam-asam lemak volati,
nutrisi (terutama nisbah karbon dan nitrogen), zat racun, waktu retensi hidrolik,
kecepatan bahan organik, dan konsentrasi aminia. Beberapa kondisi optimum
proses produksi biogas dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. Kondisi Optimum Produksi Biogas [3]
Berdasarkan keterangan tentang potensi biogas dari sampah sayuran, maka dapat
ditunjukan hubungan antara aktivitas manusia kaitannya dengan penggunaan
biogas dengan jumlah volume biogas yang digunakan seperti yang terlihat pada
Tabel 2.3.
Proses pengolahan limbah secara anaerobik merupakan metoda yang efektif untuk
mengolah berbagai ini dimediasi oleh mikroorganisme anaerobik dan
mikroorganisme fakultatif yang tidak membutuhkan oksigen yang kemudian
mengubah zat-zat organik menjadi produk akhir seperti karbondoksida (CO2) dan
metana (CH4). Keuntungan utama pengolahan limbah secara anaerobik dibanding
dengan pengolahan secara aerobik adalah sebagai berikut:
Biogas terjadi akibat reaksi anaerobik bahan organik. Menurut Benefield L.D. dan
Randal C.W. Reaksi fermentasi pembentukan biogas adalah sebagai berikut:
Asam Asetat:
Asam Propionat:
Reaksi keseluruhannya:
CH3CH2COOH + 0,5H2O 1,25CO2+1,75CH4
Dari kedua reaksi diatas menunjukan bahwa hanya satu golongan bakteri metan
yang dibutuhkan untuk proses fermentasi bahan organik. Asam asetat dan asam
propionat yang difermentasi terdiri dua golongan yang berbeda untuk bakteri
metan. Bakteri yang bertanggung jawab untuk asam asetat secara relatif
mengalami perubahan di pH dan temperatur serta mempunyai perkembangan yang
jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan bakteri pada gas metana. Sebagai
hasilnya gas metana biasanya diasumsikan untuk menjadi bahan pengendalian
dalam proses anaerobik [4].
Keberhasilan proses pencernaan dalam digester sangat ditentukan oleh desain dan
pengaturan digester itu sendiri, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pengoperasian digester yaitu:
2.5.1 Pengadukan
Masalah tersebut terjadi lebih besar pada proses yang menggunakan bahan baku
limbah sayuran dibandingkan yang menggunkan kotoran ternak. Pada sistem
kontinyu masalah ini lebih kecil karena pada saat bahan baku dimasukkan akan
memecahkan busa pada permukaan seolah-olah terjadi pengadukan. Pada digester
yang belokasi dieropa dimana pemanasan diperlukan jika proses dilakukan pada
musim dingin, sirkulasi udara juga merupakan proses pengadukan.
Pada daerah panas, penggunaan atap akan membantu agar temperatur berada pada
kondisi yang ideal, tetapi pada daerah dingin akan menyebabkan masalah.
Langkah yang umumnya diambil yaitu dengan melapisi tangki dengan tumpukan
jerami atau serutan kayu dengan ketebalan 50 sampai 100cm, lalu dilapisi dengan
bungkus tahan air, jika masih kurang maka digunakan koil pemanas. Temperatur
digester yang tinggi akan lebih retan terhadap kerusakan karena fluktuasi
temperatur, untuk itu diperlukan pemeliharaan yang seksama.
Digester biogas yang dibangun diatas permukaan tanah harus terbuat dari baja
untuk menahan tekanan, sedangkan yang bangun dibawah tanah umumnya lebih
sederhana dan murah. Akan tetapi dari segi pemeliharan, digester diatas
permukaan akan lebih mudah dan digester dapat ditutup lapisan hitam yang
berfungsi untuk menangkap panas matahari.
Faktor lain yang perlu diperhatikan yaitu waktu retensi, faktor ini sangat
dipengaruhi oleh temperatur, pengeceran, laju pemasukan bahan dan lain
sebagainya. Pada temperatur yang tinggi laju fermentasi berlangsung dengan
cepat, dan menurunkan waktu proses yang diperlukan. Pada kondisi normal
fermentasi kotoran berlangsung antara dua sampai empat minggu [5].
Beberapa keuntungan digester anaerobik yang lebih banyak digunakan antara lain:
1. Lebih ekonomis dibandingkan dengan proses lainnya ditinjau dari siklus ulang
proses.
2.7 Reactor Biogas (Biodigester)
Proses menghasilkan biogas dari bahan organik, diperlukan alat yaitu digester
biogas/biodigester seperti pada Gambar 2.2, yang bekerja dengan prinsip
menciptakan suatu tempat penampungan bahan organik pada kondisi anaerob
(bebas oksigen) sehingga bahan organik tersebut dapat difermentasi oleh bakteri
metanogen untuk menghasilkan biogas. Biogas yang timbul kemudian dialirkan
ke tempat penampungan biogas sedangkan lumpur sisa aktifitas fermentasi
dikeluarkan lalu dijadikan pupuk alami yang dapat dimanfaatkan untuk usaha
pertanian maupun perkebunan.
Tipe fixed domed plant terdiri dari digester yang memiliki penampung gas
dibagian atas digester seperti pada Gambar 2.3. Ketika gas mulai timbul, gas
tersebut menekan lumpur sisa fermentasi (slurry) ke bak slurry. Jika pemasukan
kotoran ternak dilakukan terus menerus, gas yang timbul akan terus menekan
slurry sampa keluar dari bak slurry. Gas yang timbul akan tertampung diatas
kotoran kotoran yang mengalami fermentasi dan akan digunakan/dikeluarkan
lewat pipa gas yang berada diatas digester menuju tempat penampungan.
Keunggulan: tidak ada bagian yang bergerak, awet (berumur panjang), dibuat
didalam tanah sehingga terlindung dari berbagai cuaca atau gangguan lain dan
tidak membutuhkan ruangan (diatas tanah).
Kelemahan: rawan terjadi keretakan dibagian penampungan gas, tekanan gas tidak
stabil karena tidak ada katup gas.
Terdiri dari satu digester dan penampungan gas yang bisa bergerak. Penampung
gas ini akan bergerak ke atas ketika gas bertambah dan turun lagi ketika gas
berkurang, seiring dengan penggunaan dan produksi gasnya terlihat seperti pada
Gambar 2.4.
Kontruksi sederhana, terbuat dari plastik yang ada ujung-ujungnya dipasang pipa
masuk untuk kotoran ternak dan pipa bagian atas dipasang pipa keluar gas. Tipe
baloon plant dapat dilihat pada Gambar 2.5.
Diagram alir penelitian optimasi uji performansi biogas digester dengan feeding
rate 5 kg / hari dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Mulai
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Rancangan Pengujian
Pengujian Alat
Analisis Data
Kesimpulan
Selesai
Keterangan:
Hal pertama yang dilakukan adalah mempelajari studi literatur. Studi literatur ini
mencakup teori-teori, jurnal, karya ilmiah, referensi-referensi yang berhubungan
dengan biogas. Kemudian pengumpulan data mencakup data-data yang
dibutuhkan dalam pengujian. Selanjutnya menyusun rancangan pengujian.
Rancangan pengujian mencakup variabel apa saja yang digunakan dalam
pengujian. Setelah melakukan rancangan pengujian maka dilakukan pengujian
pada alat biogas. Kemudian data dari hasil pengujian dilakukan analisis data untuk
mendapatkan kesimpulan.
1 Campur 1 30
2 Sayur 1 30
3 Campur 2 30
4 Sayur 2 30
5 Campur 1 50
6 Sayur 1 50
7 Campur 2 50
8 Sayur 2 50
Dari Tabel 3.1 apabila melakukan ke-8 kombinasi akan memerlukan waktu yang
sangat lama sekitar 16 bulan, dikarenakan dalam 1 kombinasi memerlukan waktu
2 bulan [5]. Oleh karena itu, dipilih satu kombinasi yaitu kombinasi nomor 5
dikarenakan untuk mempersingkat waktu. Kemudian ditambahkan kolom
temperatur dan tekanan gas pada manometer untuk mengetahui temperatur pada
saat bahan penambah ditambahkan dan naik turunnya air pada manometer yang
nanti akan dikonversikan kedalam kolom satuan bar gauge. Selanjutnya
ditunjukan kolom nyala api untuk mengetahui nyala atau tidaknya api.
Cara kerja biogas yaitu campuran kotoran hewan ternak, sampah organic dan air
dimasukan kedalam inlet kemudian mengalir ke dalam reactor. Campuran
tersebut lalu memproduksi gas setelah melalui proses pencernaan di dalam
reactor. Gas yang dihasilkan lalu ditampung didalam ruang penampung gas
(bagian atas kubah).
Kotoran yang sudah berfermentasi dialirkan keluar dari pipa tengah menuju
outlet. Ampas ini dinamakan bio-slurry. Ia akan mengalir keluar melalui overflow
outlet ke lubang penampung slurry. Gas yang dihasilkan didalam tabung mengalir
menuju dapur melalui pipa.
3.3 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang akan digunakan pada pengujian ini adalah sebagai berikut:
1. Reactor biogas
2. Sampah organic
3. Kotoran sapi
4. Selang manometer
5. Papan kayu
6. Air berwarna
7. Penggaris
8. Kompor
9. Selang kompor
10. Drum plastik 150liter
11. Ember 5kg
12. Kran ½in
13. Timbangan
14. Pipa PVC 3in
15. Corong plastik
16. Drat pipa ½in
17. Thermometer
18. Golok
Berikut alat dan bahan pengujian ditunjukan pada Gambar 3.3.
Frekuensi
Persentas
Hari Jenis Penambaha Temperatur Tekanan Gas Tekanan
e Starter Nyala api
Ke Bahan n Bahan Digester (°C) (mmH2O) (bar.g)
(%)
Perhari (kg)
1 0 50 0 0
2 0 0 (belum ada api) 0
3 0 0 0
5 0 340 0,033
6 0 350 (belum ada api) 0,034
7 0 370 0,036
9 0 370 0,036
390 (nyala api belum
10 0 0,038
normal)
11 0 410 0,040
13 0 468 0,045
315 (nyala api belum
14 0 0,030
normal)
15 0 320 0,031
17 0 510 0,050
580 (nyala api belum
18 0 0,056
normal)
19 0 320 0,031
12
10
8
Tekanan (bar.g)
0
0 2 4 6 8 10 12
Hari
Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pada hari ke-1 sampai hari ke-4
selisih permukaan air pada manometer belum ada perubahan. Kemudian dihari ke-
5 sampai hari ke-15 dilakukan percobaan menggunakan kompor prototype setiap
dua hari sekali. Selanjutnya pada hari ke-16 mulai ditambahkan starter sebanyak
5% yang telah dicampur air dengan rasio 1:1 dikarenakan komposisi biogas belum
pas. Kemudian pada hari ke-18 dilakukan pengujian dengan menggunakan
kompor prototype dan pada hari ke-20 sampah organic mulai ditambahkan dan
dilakukan pengujian menggunakan kompor prototype setiap hari sampai hari ke-
36. Proses pengujian menggunakan kompor prototype khusus biogas dapat dilihat
pada Gambar 4.2, 4.3 dan 4.4.
Gambar 4. Selisih Air pada Permukaan Manometer 630mmH2O
37 0 47 0,004
38 0 625 0,061
39 0 631 0,061
40 0 630 0,061
41 0 631 0,061
42 0 615 0,060
43 0 615 0,061
44 0 625 0,061
45 0 625 0,061
46 0 630 0,061
47 0 631 0,061
Pada pengujian kedua hari ke-37 sampai hari ke-47 tidak dimasukan jenis bahan,
frekuensi penambahan bahan perhari dan starter, hanya melakukan pengecekan
temperatur dan selisih permukaan air pada manometer. Kemudian dikonversikan
kedalam tekanan bar gauge. Hasil dari tabel di atas dituangkan ke dalam bentuk
grafik tekanan (bar.g) vs hari, seperti yang ditunjukan pada Gambar 4.5.
0.07
0.06
0.05
Tekanan (bar.g)
0.04
0.03
0.02
0.01
0
37 38 39 40 41 42 43 44
Hari 45 46 47 48 49 50
Dari hasil pengujian kedua menggunakan kompor jenis butterfly khusus biogas
(banyak beredar dipasaran), lama nyala api dari 631mmH2O sampai nyala api
padam pada 10mmH2O selama 01:01:38.
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
1. Untuk pemasukkan sampah organic skala rumah tangga kurang dari 5Kg masih
tetap menghasilkan nyala api.
DAFTAR PUSTAKA